You are on page 1of 8

Muhammadiyah Law Review 2 (2), Juli 2018, ISSN 2549-113X (print), ISSN 2580-166X (online)

Journal Homepage: aw

PEMBENTUKAN TEORI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Michael Frans Berry

ABSTRACT

Based on Law Number 12 of 2011, the meaning of statutory regulations is a written regulation
that contains legally binding norms. Legislations which are formed and stipulated by state
institutions or officials whose sequence is regulated in statutory regulations. Legislation in the
form of written decisions, statutory regulations in the form of authorized officials, and statutory
regulations that are binding in general, are not always binding but only show that these laws and
regulations do not apply concretely or individually. Legislation theory is oriented towards
seeking clarity and clarity of meaning and / or understandings and is cognitive in nature,
legislation is a process and technique for the preparation of a set of legal regulations. Legislative
powers correspond to a hierarchy of regulations. In the Elucidation of Article 7 paragraph 2 of
Law Number 12 Year 2011, what is meant by hierarchy is the separation of each type of
legislation. The ranking is based on the principle that lower regulations must not conflict with
higher regulations. This principle is in accordance with the Stufen Theory or Ladder Theory of
the jurist Hans Kelsen in General Theory of Law and State (1945). Legislation is a process of
forming state regulations, both at the central and regional levels; and legislation as well as all
state regulations is the result of the formation of regulations, both at the central level as well as
at the regional level.

Keywords: UUD 1945, Legislations, Legislation and Law

1. PENDAHULUAN
Kehidupan masyarakat yang diatur oleh peraturan, baik dalam tertulis maupun tidak
tertulis. Semua kegiatan yang dilakukan warga negara diatur oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Di Indonesia mempunyai hukum tertulis dan tidak tertulis. Yang
dimana berfungsi mengatur warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Hukum tertulis ialah suatu aturan yang bertentuk secara tertulis yang dibuat oleh
lembaga yang berwenang, seperti peraturan perundang-undangan. Peraturan Perundang-
Undangan nasional merupakan peraturan tertulis yang telah dibuat oleh lembaga yang
berwenang. Hukum tidak
*Coresponding author.
E-mail address
Peer reviewed under reponsibility of Universitas Muhammadiyah Metro
© 2020 Universitas Muhammadiyah Metro, All right reserved,
Muhammadiyah Law Review: Jurnal Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Metro
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
Pembentukan Teori Peraturan Perundang-Undangan
Michael Frans Berry

tertulis ialah suatu norma atau peraturan tidak tertulis yang dipakai oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari atau yang telah menjadi kebiasaan oleh masyarakat. Sudah menjadi turun
temurun dan tidak dibuat oleh lembaga negara yang berwenang, contoh saja norma kesusilaan,
norma kesopanan, dan norma adat.
Istilah Perundang - undangan dan Peraturan perundang – undangan berasal dari kata
Undang – undang, yang merujuk kepada jenis atau bentuk peraturan yang dibuat oleh Negara.
Dalam literature Belanda di kenal istilah wet yang mempunyai dua macam arti yaitu wet in
formele zin dan wet in materiele zin yaitu pengertian undang – undang yang didasarkan kepada
isi atau substansinya.1 Pemakaian istilah Perundangan asal katanya adalah undang dengan
dibubuhi awalan per- dan akhiran –an. Kata Undangan bernotasi lain dari kata undang-undang.
Yang dimaksud dalam konteks penggunaan istilah ini adalah yang berkaitan dengan Undang –
undang bukan kata Undang yang mempunyai konotasi lain.2
Peraturan perundang – undangan ialah peraturan Negara tingkat pusat dan juga tingkat
daerah yang mana dibentuk berdasarkan dari kewenangan perundang – undangan, meliki sifat
atribusi maupun bersifat delegasi. Pembentukan dalam peraturan perundang – undangan
merupakan suatu bagian dari proses pembentukan hukum baru, karena hukum mencakup sebuah
proses, prosedur, perilaku sopan santun, dan hukum kebiasaan.
Pembentukan peraturan perundang-undangan pemerintah diharuskan untuk dapat
merumuskan kemungkinan, kecenderungan dan kesempatan apa yang akan terjadi di masa
depan, dapat menganalisis dan melihat kesempatan untuk meminimalisir kendala atau hambatan
yang akan dihadapi ketika untuk menegakkan suatu peraturan perundang – undangan. Perundang
– undangan harus memiliki cerminan kenyataan yang ada dalam hidup masyarakat termasuk
dalam kecenderungan dan harapan masyarakat. Dan landasan keberlakuan secara yuridis ialah
suatu peraturan perundangn – undangan yang haus memenuhi syarat – syaat pembentukan dan
berdasarkan pada hukum yang lebih tinggi. Dalam pembentukan peraturan perundang –
undangan, bahasa yang digunakan harus lugas, tegas, jelas mudah di mengerti oleh semua orang,
tidak bertele-tele atau berbelit – belit, dan dalam peumusannya harus sinkron antara norma satu
dengan norma yang lainnya. Bahasa dalam peraturan perundang – undangan harus tunduk pada
kaidah tata bahasa Indonesia, baik dalam kata, kalimat maupun dalam penulisaan dan ejaanya.
Dalam membentuk peraturan perundang-undangan, ada beberapa teori yang perlu
dipahami oleh perancang yakni teori jenjang norma. Hans Nawiasky, salah satu murid Hans
Kelsen, mengembangkan teori gurunya tentang teori jenjang norma dalam kaitannya dengan
suatu negara. Hans Nawiasky dalam bukunya “Allgemeine Rechtslehre” mengemukakan bahwa
sesuai

1
Teori & peraturan perundang-undangan oleh Dr. Ni’matul Huda, SH, Mhum & R. Nazriyah, SH,MH. Cetakan II :
Desember 2019. Hal: 4 88
Pembentukan Teori Peraturan Perundang-Undangan
Michael Frans Berry
2
Ibid. Hal :5
Pembentukan Teori Peraturan Perundang-Undangan
Michael Frans Berry

dengan teori Hans Kelsen, suatu norma hukum negara selalu berlapis-lapis dan berjenjang yakni
norma yang di bawah berlaku, berdasar, dan bersumber pada norma yang lebih tinggi dan begitu
seterusnya sampai pada suatu norma yang tertinggi yang disebut norma dasar. Dari teori
tersebut, Hans Nawiasky menambahkan bahwa selain norma itu berlapis-lapis dan berjenjang,
norma hukum juga berkelompok-kelompok. Nawiasky mengelompokkan menjadi 4 kelompok
besar yakni :
1) Staatsfundamentalnorm (norma fundamental negara);
2) Staatsgrundgezets (aturan dasar negara);
3) Formell Gezetz (undang-undang formal);
4) Verordnung dan Autonome Satzung (aturan pelaksana dan aturan otonom).3
Kekuatan hukum dari peraturan perundang-undangan sesusai dengan hierachinya, yang
mana UUD Tahun 1945 menrupakan peraturan tertinggi didalam system hukum Indonesia dan
menjadi dasar bagi peraturan perundang – undangan dibawahnya.
Teori Perundang – undangan merupakan suatu peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum di bentuk atau terbentuk oleh lembaga atau pejabat Negara,
yang memiliki wewenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan. Hierarki peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Demi memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan yang baik,
perlu dibuat peraturan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan yang
dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua
lembaga yang berwenang membentuk peraturan perundang-undangan, untuk mewujudkan
Indonesia sebagai negara hukum, negara berkewajiban melaksanakan pembangunan hukum
nasional yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum
nasional yang menjamin

pelindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 19454

2. METODE
Penelitian jurnal ini menggunakan metode pendekatan deskriptif dan kuantitatif, yaitu
memberikan gambaran atau penjelasan mengenai perundang – undangan dengan mengkaji secara

3
Asas-Asas dan Teori Pembentukan Perundang-Undangan oleh Rais rozali upload 12-september-2013
https://zalirais.wordpress.com/2013/09/12/asas-asas-dan-teori-pembentukan-perundang-undangan/

4
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Pembentukan Teori Peraturan Perundang-Undangan
Michael Frans Berry
89
terperinci latar belakang peembentukan teori perundang - undangan serta efektivitasnya yang
berhubungan dengan pencapaian target yang ditetapkan. Metode analisis data yang dipakai
adalah metode analisis kualitatif, yaitu dengan menggambarkan, menerangkan, serta
menginterpretasikan data yang diperoleh yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan suatu
kesimpulan.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, maksudnya untuk
memberikan gambaran atau fakta-fakta hukum yang terkait dengan keikutsertaan perancang
perundang-undangan dalam pembentukan peraturan daerah. Untuk membahas permasalahan
penelitian, maka jenis penelitian yang dilakukan adalah yuridis normatif, maksudnya bahwa data
yang diambil dan dianalisis adalah data sekunder, yaitu berupa bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik
studi dokumen, sedangkan analisis hasil penelitian dilakukan dengan tehnik analisis kualitatif.5

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


a Dalam melakukan pembentukan teori perundang – undangan dari segala aspeknya
harus di perhatikan dan tidak dapat dilakukan dengan asal, dilakukan oleh pihak yang
berwenang, penggunaan bahasa yang sesuai tata dan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan
benar tidak melenceng dari apa yang telah ditentukan. Pembuatan peraturan perundang –
undangan juga menurut sesuai apa yang terjadi dengan kehidupan di masyarakat agar dapat
menjadi aturan yang digunakan masyarakat dan menjadi pedoman bagi masyarakat.
Teori Pembentukan teori perundang – undangan merupakan suatu hukum tertulis dan
tidak tertulis, hukum tertulis yang dibuat oleh pejabat Negara yang berwenang yang terdapat
bukti tulisan sebagai bentuk adanya suatu aturan tersebut. Dan hukum yang tidak tertulis ialah
yang terdapat didalam kehidupan masyarakat yang sudah dihidup seperti aturan turun temurun
yang ada dalam lingkup masyarakat tersebut. Landasan keberlakuan secara yuridis ialah suatu
peraturan perundangn – undangan yang haus memenuhi syarat – syarat pembentukan dan
berdasarkan pada hukum yang lebih tinggi.

4. PENUTUP
a. Kesimpulan
Pembentukan peraturan perundang – undangan harus mengikuti dari apa yang ada dalam
masyrakat, mengikuti dari tata bahasa Indonesia, mengkaji dan mengikuti apa yang diharuskan
untuk merumuskan kemungkinan, kesempatan dan kecenderungan apa yang akan terjadi di masa
mendatang, menganalisis dan melihat kesempatan untuk meminimalisir kendala atau hambatan
yang akan dihadapi ketika menegakkan suatu peraturan perundang – undangan. landasan

5
Jurnal Keikut sertaan Perancang Perundang-undangan dalam Pembentukan Peraturan Daerah.. oleh Fauzi
Iswahyudi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara E-mail: fauziiswahyudi@gmail.com 90
keberlakuan secara yuridis ialah suatu peraturan perundangn – undangan yang haus memenuhi
syarat – syaat pembentukan dan berdasarkan pada hukum yang lebih tinggi.

Daftar Pusataka

Dr. Ni’matul Huda, SH, Mhum & R. Nazriyah, SH,MH. Teori & peraturan perundang-undangan
Cetakan II : Desember 2019. Halaman 4
Dr. Ni’matul Huda, SH, Mhum & R. Nazriyah, SH,MH. Teori & peraturan perundang-undangan
Cetakan II : Desember 2019. Halaman 5
Rais rozali Asas-Asas dan Teori Pembentukan Perundang-Undangan upload 12-september-
2013 https://zalirais.wordpress.com/2013/09/12/asas-asas-dan-teori-pembentukan-perundang-
undangan/
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Fauzi Iswahyudi. Keikut sertaan Perancang Perundang-undangan dalam Pembentukan
Peraturan Daerah.. oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara E-
mail: fauziiswahyudi@gmail.com Jurnal.

91

You might also like