You are on page 1of 17

TINDAKAN FISIK SUAMI TERHADAP ISTRI

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM

POSITIF

ARTIKEL

Oleh :

Ahmad Dwi Setiawan

NIM: 2291014060

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENNG JOMBANG

2023

1
Abstract

This research is motivated by the many cases of domestic violence that often occur. especially
physical violence. Violence usually occurs due to differences of opinion between husband and
wife, economic factors, and so on. Domestic violence. The ladder is all forms that are carried
out to the wife both physically and non-physically. With the enactment of Law No. 23 of 2004
concerning the Elimination of Domestic Violence, at least there is a way to protect the rights
of a woman. in preventing acts of violence against women. The problem in this study is how
the husband beats his wife according to article 6 of Law No. 23 of 2004 concerning the
Elimination of Domestic Violence (KDRT) and how husband beats his wife according to
Islamic Law. This type of research is library research and the data sources for this research
are primary, secondary and tertiary data sources. The data collection technique used is in the
form of statutory regulations, books, journals, papers, articles and others. This research uses
descriptive analytical method. From the results of this study it was concluded that domestic
violence in the form of wife beating or other forms of physical violence is not justified or
prohibited in positive law, namely in Law No. 23 of 2004 concerning the Elimination of
Domestic Violence in any form. In Islamic law, domestic violence is not justified. it is
permissible to beat a wife for the reason of being disobedient to her husband, namely step by
step by advising her first, otherwise you can't. by separating beds or sleeping quarters, if this
is not possible, by hitting a wife, provided that the blow does not injure a wife. Because the
purpose of this beating is not to hurt, but to educate the wife. If a husband beats his wife
beyond the limit, it can be considered as an act of Jinayama. Sanctions for perpetrators of
violence against wives, especially physical violence, are in accordance with positive law
Article 44 Article 44 of Law No. 23 of 2004 concerning the Elimination of Domestic
Violence.

Keywords: beating, Islamic law, positive law.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kasus kekerasan dalam rumah tangga yang
sering terjadi. terutama kekerasan fisik. Kekerasan biasanya terjadi karena perbedaan
pendapat antara suami istri, faktor ekonomi, dan lain sebagainya. Kekerasan dalam rumah
tangga. Tangga adalah segala bentuk yang dilakukan kepada istri baik secara fisik maupun
non fisik. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, setidaknya ada jalan untuk melindungi hak-
hak perempuan. dalam mencegah tindak kekerasan terhadap perempuan. Permasalahan dalam

2
penelitian ini adalah bagaimana cara suami memukul istri menurut pasal 6 UU No. 23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan bagaimana cara
suami memukul istri menurut Hukum Islam. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan dan sumber data penelitian ini adalah sumber data primer, sekunder dan tersier.
Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa peraturan perundang-undangan, buku,
jurnal, makalah, artikel dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis.
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga berupa
pemukulan istri atau bentuk kekerasan fisik lainnya tidak dibenarkan atau dilarang dalam
hukum positif yaitu dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam bentuk apapun. . Dalam hukum Islam, kekerasan
dalam rumah tangga tidak dibenarkan. Diperbolehkan memukul istri dengan alasan durhaka
kepada suaminya, yaitu setahap demi setahap dengan menasihatinya terlebih dahulu, kalau
tidak tidak boleh. dengan memisahkan tempat tidur atau tempat tidur, jika tidak
memungkinkan, dengan memukul istri, asalkan pukulan itu tidak melukai istri. Karena tujuan
pemukulan ini bukan untuk menyakiti, melainkan untuk mendidik sang istri. Jika seorang
suami memukuli istrinya melebihi batas, maka dapat dianggap sebagai perbuatan Jinayama.
Sanksi bagi pelaku kekerasan terhadap istri khususnya kekerasan fisik sesuai dengan hukum
positif Pasal 44 Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Kata kunci: pemukulan,hukum Islam, hukum positif.

Pendahuluan

Latar Belakang

Dalam kehidupan ini setiap manusia tentunya sangatlah membutuhkan yang namanya
rasa kasih sayang. Untuk memenuhinya tentu peran seorang pasangan sangatlah dibutuhkan.
Dengan adanya seorang pasangan di samping kita maka dalam menjalankan kehidupan tak
akan ada rasa kesepian karena ada sosok di samping kita yang selalu menemani dan tempat
berbagi baik suka maupun duka. Pada keberlanjutannya untuk lebih memperkokoh hubungan
tersebut, kemudian pasangan tersebut melangsungkan ikatan pernikahan di Kantor Urusan
agama (KUA).

Perkawinan merupakan babak baru bagi individu untuk memulai suatu kewajiban dan
berbagi peran yang sifatnya baru dengan pasangannya. Fungsi peran akan menentukan tugas

3
dan kewajiban individu dalam suatu keluarga yang harmonis. Dengan begitu akan diperoleh
aturan hukum yang melindungi keberadaan hubungan tersebut di dalam masyarakat.

Pada masa selanjutnya, kemudian pasangan tersebut menjadi sebuah keluarga yang di
dalamnya terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak atau tanpa anak sekalipun. Dalam
menjalani kehidupan berkeluarga tentunya tidak semudah dan semulus yang dibayangkan,
pasti banyak lika-liku masalah yang harus dihadapi oleh keluarga tersebut. Pengertian dan
rasa kebersamaan kekeluargaan sangat dibutuhkan agar nantinya semua dapat dihadapi dan
sesuai dengan harapan dari masing- masing anggota keluarga tersebut. Namun di sisi lain ada
keluarga yang merasa frustasi dan kurang bijak dalam. bersikap sehingga masalah tersebut
menjadi hal yang sangat besar yang kemudian berujung pada tindakan KDRT yang dilakukan
pada anggota keluarga tersebut.

Kekerasan dalam rumah tangga yang terus menerus terjadi akan dapat menjadi
penyebab perceraian. Islam dengan tegas menyatakan dalam Al-Quran bahwa perceraian
adalah suatu perbuatan yang halal, tetapi paling dibenci Allah, namun perceraian justru
menjadi fenomena yang dari tahun ke tahun meningkat di Negara Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Di antara negara-negara Islam, Indonesia berada diperingkat
yang tertinggi memiliki angka perceraian paling banyak dalam setiap tahunnya. Hal tersebut
diungkapkan oleh Dirjen Bimas Islam Departemen Agama Nazaruddin Umar dalam acara
Pembukaan Pemilihan Keluarga Sakinah dan Pemilihan Kepala KUA Teladan Tingkat
Nasional. di Asrama haji. Pondok Gede, Jakarta.

Pada umumnya. Tindak kekerasan sering kali dianggap aih keluarga yang tidak perlu
diungkapkan ke luar daripada dipandang sebagai tindak kejahatan orang berpendapat bahwa
Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah urusan intern rumah tangga. Jadi merupakan hal
yang bersifat tabu apabila sampai ada campur tangan dari pihak di luar lingkup keluarga
tersebut yang kemudian ikut dalam masalah yang sedang terjadi pada kehidupan rumah
tangga keluarga tersebut. Jika ada seorang anak atau perempuan disenggol di jalanan umum
dan kemudian ia minta tolong maka masyarakat termasuk di dalamnya juga polisi akan
segera memberikan pertolongan kepadanya. Namun jika ada seorang perempuan atau anak
dipukuli sampai babak belur di dalam lingkup lingkungan rumahnya walaupun ia sudah
berteriak minta tolong, orang akan tetap merasa segan untuk memberikan pertolongan Hal itu
dikarenakan orang merasa tidak pantas apabila mencampuri urusan intern dalam suatu
keluarga tertentu. Masyarakat sendiri akan memberikan pertolongan dan aparat polisi akan

4
bertindak setelah akibat kekerasan dalam rumah tangga tersebut sudah menimbulkan jatuhnya
korban seperti luka-luka atau bahkan meninggal. Berbagai kabar mengenai tindak kekerasan
yang terjadi pada suatu keluarga dan kemudian berujung fatal, terkuak di dalam surat kabar
maupun media massa yang beredar di dalam masyarakat. Dan kemudian telah menjadi suatu
tern bahwa masyarakat dan aparat berpendapat bahwa diperlukan adanya suatu undang-
undang yang tegas sebagai landasan untuk bertindak apabila sewaktu-waktu terjadi tindak
Kekerasan Dalam Rumah Tangga di dalam kehidupan suatu keluarga. Berdasarkan UU No.23
tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah tangga, yang dimaksud kekerasan dalam rumah
tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan. pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sanksi
pidana dari tindak kekerasan dalam rumah tangga tersebut diatur dalam Pasal 44 hingga 53
UU No 23 tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah tangga Sanksi tersebut meliputi pidana
terhadap tindak kekerasan yang dilakukan baik secara fisik, psikis. maupun seksual terhadap
individu dalam rumah tangga Fakta menunjukkan bahwa tindak pidana kekerasan dalam
rumah tangga mengalami lonjakan yang tinggi Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan
Perempuan Dan Perlindungan Anak (PPPA) jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan
pada periode 1 Januari 2022 hingga 21 Februari 2022 tercatat sebanyak 1.411 kasus.
Sementara, sepanjang tahun 2021 terdapat 10.247 kasus kekerasan terhadap perempuan yang
dilaporkan dengan jumlah korban 10.368 orang ini menunjukkan peningkatan yang pesat
pada kasus kekerasan dalam rumah tangga. Kasus ini jarang ditangani oleh aparat hukum
karena tindak kekerasan dalam rumah tangga di wilayah tradisional masih dianggap sebagai
urusan pribadi dari keluarga tersebut, juga adanya rasa segan yang tinggi di kalangan
masyarakat untuk mencampuri urusan pribadi, sehingga menjadikan permasalahan kekerasan
dalam rumah tangga.
Dalam kehidupan masyarakat banyak sekali dijumpai kasus-kasus kekerasan dalam
rumah tangga Banyak motif yang menyebabkan terjadinya kekerasan tersebut, misalnya
karena faktor kecemburuan, ekonomi, perselingkuhan, suami pengangguran, sosial budaya,
istri pembangkang dan lain sebagainya. Kekerasan dalam rumah tangga sering terjadi karena
adanya kesalahpahaman antara suami dan istri. Dimana seorang perempuan harus tunduk
kepada laki laki. ini yang mengakibatkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Karena
ini merupakan bentuk yang tidak adil yang lebih mengedepankan hak sosial atau orang lain
dari hak pribadi pada umumnya bias gender juga menempatkan perempuan pada posisi

5
lemah. sehingga membuat laki-laki lebih dominan dalam sistem keluarga dan masyarakat hal
tersebut sangat merugikan bagi kaum.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif sekaligus kualitatif yaitu
mengumpulkan data atau karya ilmiah yang bertujuan dengan obyek penelitian atau
pengumpulan data yang bersifat kuantitatigf maupun kualitatif. Atau telaah yang
dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada
penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan bahan pustaka yang relevan.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah:
 Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.sumber
primernya yaitu, UU 23 Tahun 2004 Tentang Pengahapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT),
 Sumber data sekunder, yaitu mencakup jurnal-jurnal yang sifatnya sebagai
pendukung, seperti,jurnal nasional maupun internasional , tulisan/karya yang
membicarakan mengenai persalan keluarga, kitab undang-undang, media massa yang
berkaitan dengan permasalahan ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa sumber data berasal dari literatur
kumpulan-kumpulan jurnal terkemuka. Untuk itu langkah yang diambil adalah mencari
literatur yang berhubungan dengan pokok masalah, kemudian dibaca, dianalisis, dan
disesuaikan dengan kebutuhan. Setelah itu diklasifikasikan sesuai kebutuhan dan menurut
kelompoknya masingmasing secara sistematis. sehingga mudah memberikan
penganalisaan.
4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif untuk analitis, yaitu menjelaskan apa yang
ada dan memberikan gambaran terhadap penelitian. Kemudian data tersebut memperoleh
kesimpulan.
5. Metode Penulisan
Setelah semua data yang diperlukan berhasil. dikumpulkan, selanjutnya penulis
menganalisa data tersebut dengan menggunakan metode yang terdiri dari:

6
a) Deskriptif, yaitu menjelaskan apa yang ada dan memberikan gambaran terhadap
penelitian.
b) Deduktif, yaitu mengungkapkan data umum yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti, kemudian di adakan analisis sehingga dapat diambil kesimpulan secara
khusus.
c) Induktif,yaitu mengukapkan serta mengetengahkan data khusus, kemudian data
tersebut di interpretasikan sehingga dapat di Tarik kesimpulan secara umum.

Hasil dan Pembahasan


KDRT ialah singkatan dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang sudah menjadi
suatu istilah khusus untuk menyebut tindakan kekerasan yang terjadi antara suami istri dalam
rumah tangga. Yang terdapat Dalam Undang-undang KI nomor 23 tahun 2004 pasal 1, ayat 1,
disebutkan bahwa KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga. Definisi KDRT dalam Undang-undang ini menyebutkan beragam bentuk kekerasan,
tidak hanya kekerangan fisik tapi juga non fisik. Namun dalam tulisan ini, hanya fokus
membahas tentang pemukulan suami terhadap istri yang melakukan nusyuz. 1
Kekerasan dalam rumah tangga dalam literatur Barat disebut dengan berbagai istilah,
di antaranya domestic violence (perilaku kasar di rumah), family violence (kebrutalan
keluarga), dan child a buse (penyalahgunaan anak) Kekerasan memiliki makna perilaku
terbuka atau terselubung, ofensif atau defensif, yang disertai dengan penggunaan kekerasan
terhadap orang lain (Huriyani, 2008).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kekerasan” adalah segala sesuatu yang
bersifat kekerasan, serta perbuatan seseorang atau kelompok yang menimbulkan kerugian
fisik terhadap harta milik orang lain atau memaksa mereka untuk melakukannya
(Kemdikbud, 2021).
Definisi KDRT berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 yaitu
”setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah
tangga, termasuk ancaman.

1
Khoiruddin Nasution, Perlindungan Terhadap Anak Dalam Hukum Keluarga Islam Indonesia, Al-’Adalah, 2016,
XIII.

7
Dapat disimpulkan bahwa kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang menyebabkan
atau cenderung menyebabkan kesengsaraan dan penderitaan fisik.2
Setiap perintah Allah dalam al-Quran dan al-Sunnah memiliki kemashlahatan dan
menghindari kemudharatan, begitu juga perintah memukul istri yang melakukan nusyuz.
Perintah memukul tersebut merupakan perintah bertahap dalam mendidik istri setelah
perintah memberikan nasehat dan berpisah tempat tidur.
Hal tersebut disebutkan oleh Nabi SAW dalam hadis berikut:

َ ‫ ع َِن النَّبِ ِّي‬،َ‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َز ْم َعة‬،‫ ع َْن َأبِي ِه‬،‫ ع َْن ِه َش ٍام‬، ُ‫ َح َّدثَنَا ُس ْفيَان‬، َ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ يُوسُف‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫ «ال‬:‫ال‬
21 )‫ ثُ َّم ي َُجا ِمعُها في آخر اليوم» (رواه البخاري‬، ‫َجلِ ُد َأ َح ُد ُك ُم ا ْم َرَأته جند العبد‬

Artinya: Muhammad bin Yusuf menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada
kami, dari Hisyam, dari Bapaknya, dari Abdullah bin Zam'ah, dari Nabi SAW. bersabda:
"Janganlah seorang kamu memukul istrinya sebagaimana memukul budak, kemudian ia
mempergaulinya di waktu senja. (HR. Al-Bukariy)
Larangan memukulyang dijelaskan hadist diatas itu bersifat umum, sedangkan
pemukulan dalam surat al-Maidah: 34 bersifat khusus, dapat diartikan larangan memukul
dalam hadis merupakan tindakan zhalim dari suami karena melakukannya bukan dalam
rangka mendidik istri agar menyadari kesalahannya telah melakukan nusyuz, sedangkan
pemukulan yang diperintahkan dalam ayat tersebut semata- mata bertujuan untuk mendidik
istri setelah melewati beberapa tahapan pendidikan, dan pemukulan yang itu dilakukan
dengan lemah lembut serta tidak melukai.3
Adapun pemicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yaitu karena perbedaan
pendapat ,saling mengejek bahkan makian. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
tindak kekerasan dalam rumah tangga dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor
eksternal dan faktor internal.
Kekerasan Fisik Dalam Perspektif Hukum Islam Hubungan
horizontal sesama makluk hidup terutama manusia adalah fitrah dari Allah SWT. Ayat-ayat
yang berkaitan dengan penegakan hukum tak henti-hentinya menjadi pertimbangan penting
bagi umat. Ibn al-Qayyim berpendapat bahwa Syariat Islam dibangun untuk kemaslahatan
manusia atau tujuan humanisme adalah keadilan, rahmat, kemaslahatan, dan kebijaksanaan.

2
Ibnu Amin and others, ‘Kekerasan Fisik Dalam Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam’, Al-Qisthu: Jurnal Kajian
Ilmu-Ilmu Hukum, 20.1 (2022), 97–110 <https://doi.org/10.32694/qst.v20i1.1688>.
3
Nasution, XIII.

8
Tujuan diturunkannya hukum Islam adalah untuk kebahagiaan, kesejahteraan serta
kemaslahatan umat manusia. Kemaslahatan dalam perihal ini merupakan kemaslahatan yang
bisa meneyentuh seluruh lapisan manusiatanpa membedakan suku, bangsa ataupun jenis
kelamin. Penyebab lain penyebab kekerasan fisik dalam keluarga juga adanya kesalah
pahaman dan kekeliruan terhadap anjuran agama tentang aturan mendidik anak.4
Bentuk Hukuman terhadap Pelaku Kekerasan Menurut Hukum Islam Bentuk
Hukuman dalam Hukum Positif Hukum positif yang secara khusus mengatur bentuk
hukuman bagi pelaku kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yaitu Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga. Ketentuan hukuman bagi pelaku kekerasan dalam undang-undang ini disebutkan
pada Bab VIII tentang Ketentuan Pidana, tepatnya dari Pasal 44 sampai dengan Pasal 50.
hukuman pelaku KDRT menurut hukum positif tersebut dapat dirinci Kembali yaitu :
Hukuman penjara dan denda Hukuman, Hukuman tambahan,
Bentuk Hukuman dalam Hukum Islam Hukum pidana Islam hanya mengakui tiga
jenis hukuman, yaitu hukuman ḥadd, qiṣāṣ-diyāt, dan hukuman ta’zīr.
Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Suami Sebagai Korban Kekerasan dalam Rumah
Menurut hukum positif Istilah,Mengenai perlindungan hukum bagi suami sebagai
korban kekerasan, hukum positif menyebutkan beberapa hak korban yang bersinggungan
langsung dengan perlindungan hukum. Secara umum, hak suami sebagai korban kekerasan
mengacu pada kententuan Bab IV mengenai hak-hak korban dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004.
Menurut hukum Islam , tidak jauh berbeda dengan konsep hukum positif sebelumnya,
bahwa menghukum pelaku kekerasan adalah bagian dari bentuk perlindungan hukum kepada
korban. Demikian juga dalam konteks hukum pidana Islam, pelaksanaan penangkapan pelaku
kekerasan merupakan bentuk tindakan penuh dari pemerintah yang dibolehkan dan tidak
melanggar ketentuan nilai hukum Islam, sebab ia bagian dari ta’zīr kepada pelaku juga
sebagai langkah dan upaya dalam praktik perlindungan terhadap korban kekerasan.5
KDRT menurut hukum perspektif islam. Pada hakikatnya tuhan mengajarkan untuk
memperlakukan perempuan sebaik mungkin, namun tidak dapat di pungkiri ada yang
menyebabkan salah dalam menafsiri yang terjadi dikalangan masyarakat yang mengarah pada
KDRT antara lain poligami,tentang perkawinan paksa ,bolehnya melakukan Tindakan
4
Amin and others.
5
Amrullah Amrullah and Dahliana Dahliana, ‘Perlindungan Hukum Terhadap Suami Sebagai Korban Kekerasan
Dalam Rumah Tangga Dalam Pandangan Hukum Positif Dan Hukum Islam’, LEGITIMASI: Jurnal Hukum Pidana
Dan Politik Hukum, 8.1 (2019), 60 .

9
pemukulan pada istri,serta hubungan seksual secara paksa degan alas an sudah sah.Padahal
didalam islam hak dan martabat istri sangatlah besar dan mulia dalam kehidupan rumah
tangga maupun kehidupan sosial, dalam upaya mencegah terjadinya KDRT.6
Tinjauan hukum islam terhadap kekerasan dalam rumah tangga dalam islam
diharapkan pasangan suami istri dapat membentuk sebuah rumah tangga yang harmonis
sehingga semua pihak merasakan pernikahan nya terjaga karena tujuan pernikahan
sebenarnya adalah menciptakan rasa tenang jiwa dan kebahagiaan atar suami istri.islam tidak
menjelaskan definisi kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga spesifik.tetapi didalam
islam jelas dilarang adanya kekerasan didalam rumah tangga.kekerasan terhadap istri tidak
hanya menyakiti istri melainkan juga keutuhan keluarga terancam.7
Adapun terjadinya kekerasan dalam rumah tangga secara teoretis ada dua, pertama
dilihat dari sisi individu dan struktur sosial.kdrt dari sisi individu disebabkan oleh karekter
individu yang terkontaminasi alkoholdan obat-obatan,sedangkan sisi sosialnya KDRT
merupakan indikasi adanya ketidak setaraan atas pola relasi laki-laki dan perempuan.
Factor yang menyebabkan KDRT yaitu :adanya ketidak saling pengertian antara
suami istri,adanya ketergantungan ekonomi,adanya factor perbedaan pendapat.ada dua bentuk
perlindungan hukum terhadap istri yang mengalami KDRT, yang pertama adanya
perlindungan dari masyarakat sekitar yakni perlindungan dari tetangga, kedua perlindungan
dari polisi yakni jika melapor pada pihak kepolisian.8
Perlindungan hukum bagi perempuan korban KDRT dalam hukum islam yaitu adanya
perjanjian suami terhadap istri saat akad nikah dan hak istri atas suami meminta cerai ,dalam
pasal 11 ayat 1pengaturan mentri agama no 3 tahun 1975 yang menyatakan perjanjian taklik
talak dianggap sah jika perjanjian diucapkan dan di tanda tangani suami Ketika sesudah
akad.dalam hukum islam perkawinan diatur dalam pasal 2 KHI, yang menjelaskan bahwa
perkawinan yaitu akad yang sangat kuat untuk melaksanakan ibadahdan menaati perintah
Allah.9

6
Yulian Dwi Nurwanti and Muhammad Aziz Zaelani, ‘Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perspektif Islam Islamic
Perspective of Domestic Violence’, 16.01 (2023), 116–27.
7
Maryam Lamona, ‘MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM THE DOMESTIC VIOLENCE BY HUSBAND AGAINST
WIFE BASED ON THE Pernikahan Adalah Perjanjian Diantara Dua Insan ( Laki-Laki Dan Perempuan ) Yang
Dilaksanakan Sesuai Dengan Aturan Hukum Dan Perintah Agama Untuk Menggapai Sebuah Tu’, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Bidang Hukum Pidana, 5.3 (2021), 439–47.
8
Ayu Wendi Hidayati, ‘Perlindungan Hukum Terhadap Istri Yang Mengalami KDRT Di Desa Tamberu Barat
Kabupaten Sampang’, Rechtenstudent Journal 3, 1.April (2022), 67–79 .
9
Abdul Haq Syawqi, ‘Hukum Islam Dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga’, De Jure: Jurnal Hukum Dan Syar’iah,
7.1 (2015), 68–77 .

10
Tafsir Al-Azar menjelaskan tindakan-tindakan yang sepantasnya dilakukan olen suami
istri dalam berumah tangga nuzyuz, yaitu memberikan petunjuk dan pengajaran .ajarilah
mereka dengan baik dan sadarkan dari kesalahan nya. Adapun kejadian istri melakukan
kekerasan kepada suami akibat tidak dipenuhinya nafkah ekonomi maupun batin,di dalam
hukum islam tidaklah dibenarkan isti yang melakukan kekerasan kepada suami hal itu
bertendangan dengan syariah Allah dan Rasulullah SAW, sekaligus ij’ma ulama.seharusnya
istri dengan hal tersebut mengedepankan Ahlakul Karima dan musyawarah bersama.upaya
yang dilakukan P2TP2A dalam menyelesaikan masalah kekerasan psikis yang dijelaskan
diatas yaitu ,degan cara korban akan di tangani oleh psikolog untuk diberi pendampingandan
pengarahan berupa masukan-masukan positif, dan petugas menganjurkan korban agar rutin
datang ke P2TP2A untuk diberikan pengarahan.10
Menurut Soeroso Hadiati M dari berbagai kasus yang pernah terjadi di Indonesia.
Bentuk-bentuk KDRT dapat di kelompokkan sebagai berikut;
 Kekerasan Fisik
Pembunuhan,penganiayaan,pemerkosaan
 Kekerasan non Fisik/Psikis/Emosional
Penghinaan, komentar yang dimaksud untuk merendahkan dan melukai harga diri pihak
istri, melarang istri bergaul, ancaman berupa mengembalikan istri kepada orang tua, akan
menceraikan, memisahkan istri dan anaknya.
 Kekerasan seksual Pengisolasian
Pengisolasian istri dari kebutuhan batinnya, pemaksaan hubungan seksual dengan pola
yang tidak dikehendaki atau disetujui oleh istri, pemaksaan hubungan seksual ketika istri
tidak menghendaki, memaksa istri menjadi pelacur dan sebaliknya.
 Kekerasan Ekonomi
Tidak memberi nafkah kepada pihak istri, memanfaatkan ketergantungan istri secara
ekonomis untuk mengontrol kehidupan istri, biarkan istri bekerja dan kemudian
penghasilannya dikuasai oleh suami.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga:

Factor anak,orang tua,saudara, sopan santun, salah faham, suami menang


sendiri,emosional,budaya,ekonomi.11
10
Abdul Fatakh, ‘Kekerasan Psikis Oleh Istri Terhadap Suami Prespektif Hukum Islam Dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga’, Mahkamah : Jurnal Kajian
Hukum Islam, 7.2 (2022), 195 <https://doi.org/10.24235/mahkamah.v7i2.11084>.
11
Ida Husna and others, ‘ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM KELUARGA ISLAM TERKAIT PRAKTIK PENYELESAIAN
KASUS KDRT SECARA ADAT DI KELURAHAN TANGE KECAMATAN LEMBOR KABUPATEN MANGGARAI BARAT Ida’,

11
KDRT terkadang melanggar ikatan suci pernikahan yang tercemar,fenomena ini
terjadi dan banyak diperbincangkan, bahkan perlu kembali ke sumber yang sebenarnya untuk
mencari solusi, sehingga penting untuk dilakukan suatu Kajian dengan mengkaji KDRT
dalam perspektif Alquran, yaitu kajian Alquran Surat An-Nisa ayat 34-35. Kekasaran pada
suami istri adalah jenis kekasarann yang biasanya terjadi dalam rumah, dengan anggota
keluarga. Ini memiliki karakteristik khas yang membuatnya berbeda dari jenis lainnya. Tidak
ada hukum yang memperbolehkan seseorang melakukan sesuatu yang melawan hukum. Pada
tahun 2004 terdapat Pasal 23 tentang Penghapusan KDRT menetapkan dasar hukum yang
kuat untuk menasionalisasi KDRT terutama sebagai masalah rumah tangga.12

Dari data yang di ambil penelitian ini menjelaskan berbagai temuan yaitu kekerasan
suami kepada istri dalam ruang lingkup keluarga, bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi dan
tinjauan al-Qur’an dan hadits tentang kekerasan tersebut. Suami adalah seorang laki-laki
yang menikahi seorang perempuan secara sah baik dalam agama maupun secara hukum
negara yang berlaku. Agama Islam menjadikan suami sebagai pemimpin dalam sebuah rumah
tangga baik pemimpin bagi istri juga kepada anak-anaknya. Istri merupakan orang yang wajib
dibimbing dan dinafkahi oleh seorang suami karena sudah menjadi tanggung jawabnya.13

menurut Undang-Undang Nomor23 Tahun 2004 kekerasan rumah tangga ini lebih
luas, karena tidak hanya mencakup hubungan antara suami dan istri, tetapi juga kepada
semua orang yang ada / tinggal di rumah. Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam
rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara :

Kekerasan fisik, kekerasan, Kekerasan psikologis / emosional, kekerasan seksual, dan


penelantaran rumah tangga Dari uraian kekerasan dalam rumah tangga menurut hukum Islam
dan hukum positif Undang-undang R.I Nomor 23 tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah
tangga.14

Adapun fungsi keluarga dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 87


Tahun 2014 Pasal 7 Butir 2 bahwa “fungsi keluarga meliputi: 1) fungsi keagamaan, 2) fungsi
sosial budaya, 3) fungsi cinta kasih, 4) fungsi perlindungan, 5) fungsi reproduksi, 6) fungsi
sosialisasi dan pendidikan, 7) fungsi ekonomi, dan 8) fungsi pembinaan lingkungan”.

14.2 (2022), 185–200.


12
Al Marhalah, ‘Kekerasan Suami Terhadap Istri Dalam Pendidikan Islam’, 1, 2023, 27–40.
13
A. M. Turzillo and others, ‘済無 No Title No Title No Title’, Paper Knowledge . Toward a Media History of
Documents, 135.4 (1994), 230–44.
14
Nurain Soleman, ‘Analisis Perbandingan Hukum Islam Dan Undang Undang KDRT Tentang Kekerasan Dalam
Rumah Tangga’, Al-Wardah: Jurnal Kajian Perempuan, Gender Dan Agama, 14.2 (2020), 275–84.

12
pentingnya fungsi keluarga di atas dapat dilihat dari anggota keluarga yang saling bersinergi
untuk melaksanakannya. Pada dasarnya anggota keluarga yang menjalankan fungsi dengan
baik memungkinkan keluarga tersebut dapat bertahan dalam berbagai situasi dan kondisi
tuntutan hidup yang harus dipenuhi. Perkembangan zaman juga menimbulkan meningkatnya
tuntutan yang harus dipenuhi oleh anggota keluarga.15

penegakan HAM pada dasarnya tugas seorang polisi secara universal adalah
melakukan perlindungan, pelayanan terhadap masyarakat serta menegakan hukum.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa peran dan fungsi seorang polisi tidak lepas dari
peraturan perundang – undangan, seperti dalam Undang – Undang nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Republik Indonesia khususnya dalam bidang penegakan hukum yang
berkaitan dengan Hak Asasi manusia., Selain kasus kekerasan yang terjadi terhadap anak –
anak adapun kasus kekerasan yang terjadi terhadap perempuan terkait ( KDRT) yang sering
kali terjadi di daerah Tenggarong Seberang. Kekerasan rumah tangga adalah berbagai macam
tindakan yang menimbulkan penderitaan mental, fisik dan sosial, para perempuan banyak
yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga telah diakui oleh pemerintah melalui
pertimbangan (Mudjiati, 2008). Undang – Undang penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga yang menyatakan bahwa pemerintah mengakui bahwa kekerasan rumah tangga
merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat manusia serta
bentuk diskriminasi yang harus dihapuskan. dan kemudian (‘Romany Sihite, 2007) korban
kekerasan yang kebanyakan adalah perempuan harus mendapatkan perlindungan dari negara
atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan,
penyiksaaan maupun perlakuan yang merendahkan derajat serta mertabat seorang perempuan.

Pengertian dari kekerasan rumah tangga dalam pasal tentang penghapusan kekerasan
dalam rumah tangga merupakan (‘Soeroso, Moerti Hadiati’, 2010) setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis, dan penelataran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan,atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dan
lingkup rumah tangga.16

15
Finta & Afdal Viblola, ‘Analisis Pemahaman Fungsi Keluarga Pada Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT) Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Dan Latar Belakang Budaya’, Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4.4
(2022), 6142–54 <http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/6461>.
16
Vol No, April Tahun, and Kekerasan Rumah, ‘Nomos : Jurnal Penelitian Ilmu Hukum Penegakan Hukum Dan
Hak Azasi Manusia Dalam Menangani Kasus’, 2.2 (2022), 44–52.

13
pada kenyataannya intensitas kekerasan yang diterima oleh korban menentukan sikap
dalam menghadapi kekerasan dalam rumah tangga. Korban yang baru satu kali mengalami
kekerasan akan cenderung memilih untuk menghadapinya sendiri dan tidak melibatkan pihak
luar untuk menangani masalahnya. Hal ini dikarenakan masih adanya keyakinan dalam
dirinya bahwa suaminya akan berubah. Ia menganggap bahwa kekerasan yang dilakukan
merupakan respon terhadap stres dan tekanan hidup. Alasan lain yang mendasari korban tidak
langsung melapor ketika pertama kali mengalami kekerasan adalah adanya kekhawatiran
tidak dapat membesarkan anak dengan baik tanpa pasangan. Ada pula kekhawatiran akan
mendapat pembalasan atau tindakan kekerasan yang lebih berat apabila ia berusaha untuk
meninggalkan pasangannya. Hal inilah yang menyebabkan korban KDRT biasanya telah
menerima kekerasan berulang sebelum akhirnya memutuskan untuk mencari perlindungan
dari lembaga terkait.17

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diambul kesimpulan yaitu sebagai berikut;
1. Kekerasan dalam rumah tangga berupa pemukulan istri termasuk ke dalam ketegori
kekerasan fisik sebabagaimana yang telah diatur dalam pasal ti No 23 Tahun 2004
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Kekerasan fisik disini dapat
berupa kekerasan fisik berat maupun ringan Jadi suami yang melakukan pemukulan
terhadap istri dapat dituntut secara pidana baik itu pemukulan itu menyebabkan luka
ataupun tidak dan sanksi bagi pelaku tersebut diatur dalam pasal 44 UU No 23 Tahun
2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
2. Pemukulan istri dalam hukum Islam yang mana terdapat pada surat an-nisa ayat 34 ini
diperbolehkan memukul istri setelah melakukan upaya sebelum nya yaitu menesehati
istri dan pisah ranjang.. Karena tujuan dari pemukulan adalah untuk mendidik istri
bukan untuk menyakiti atau melukai Dengan cata pertama, pemukulan tidak boleh di
arahkan ke wajah, kedua pemukulan tidak boleh sampai melukai, dianjurkan dengan
benda yang paling ringan, seperti sapu tangan Ketiga pemukulan dilakukan dalam
rangka mendidik Keempat pemukulan dilakukan dalam rangkasepanjang memberikan
efek manfaat bagi keutuhan dan keharmonisankembali relasi suami ister Apabila suami

17
Fenny Wulandari and others, ‘Konsekuensi Hukum Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Serta Dampaknya
Terhadap Perkembangan Keluarga Dan Anak-Anak’, BHAKTI HUKUM Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1.1
(2022), 149–58.

14
memukul istri sampai melewati batas maka bisa dianggap sebagai tindak jinayaSanksi
nya J sesuai dengan ketentuan UL PDKRT pasal 44.

15
Daftar Pustaka

Amin, Ibnu, Dudung Abdul Razak, Faisal Efendi, and Widia Sulastri, ‘Kekerasan Fisik
Dalam Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam’, Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu
Hukum, 20.1 (2022), 97–110 <https://doi.org/10.32694/qst.v20i1.1688>

Amrullah, Amrullah, and Dahliana Dahliana, ‘Perlindungan Hukum Terhadap Suami Sebagai
Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Pandangan Hukum Positif Dan Hukum
Islam’, LEGITIMASI: Jurnal Hukum Pidana Dan Politik Hukum, 8.1 (2019), 60
<https://doi.org/10.22373/legitimasi.v8i1.6440>

Fatakh, Abdul, ‘Kekerasan Psikis Oleh Istri Terhadap Suami Prespektif Hukum Islam Dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga’, Mahkamah : Jurnal Kajian Hukum Islam, 7.2 (2022), 195
<https://doi.org/10.24235/mahkamah.v7i2.11084>

Hidayati, Ayu Wendi, ‘Perlindungan Hukum Terhadap Istri Yang Mengalami KDRT Di Desa
Tamberu Barat Kabupaten Sampang’, Rechtenstudent Journal 3, 1.April (2022), 67–79
<https://rechtenstudent.iain-jember.ac.id/index.php/rch/article/view/100%0Ahttps://
rechtenstudent.iain-jember.ac.id/index.php/rch/article/download/100/69>

Husna, Ida, Tuti Harwati, Ahmad Nurjihadi, Universitas Islam, Negeri Mataram, Kecamatan
Sekarbela, and others, ‘ANALISIS SOSIOLOGI HUKUM KELUARGA ISLAM
TERKAIT PRAKTIK PENYELESAIAN KASUS KDRT SECARA ADAT DI
KELURAHAN TANGE KECAMATAN LEMBOR KABUPATEN MANGGARAI
BARAT Ida’, 14.2 (2022), 185–200

Lamona, Maryam, ‘MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM THE DOMESTIC


VIOLENCE BY HUSBAND AGAINST WIFE BASED ON THE Pernikahan Adalah
Perjanjian Diantara Dua Insan ( Laki-Laki Dan Perempuan ) Yang Dilaksanakan Sesuai
Dengan Aturan Hukum Dan Perintah Agama Untuk Menggapai Sebuah Tu’, Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Bidang Hukum Pidana, 5.3 (2021), 439–47

Marhalah, Al, ‘Kekerasan Suami Terhadap Istri Dalam Pendidikan Islam’, 1, 2023, 27–40

Nasution, Khoiruddin, Perlindungan Terhadap Anak Dalam Hukum Keluarga Islam


Indonesia, Al-’Adalah, 2016, XIII

No, Vol, April Tahun, and Kekerasan Rumah, ‘Nomos : Jurnal Penelitian Ilmu Hukum

16
Penegakan Hukum Dan Hak Azasi Manusia Dalam Menangani Kasus’, 2.2 (2022), 44–
52

Nurwanti, Yulian Dwi, and Muhammad Aziz Zaelani, ‘Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Perspektif Islam Islamic Perspective of Domestic Violence’, 16.01 (2023), 116–27

Soleman, Nurain, ‘Analisis Perbandingan Hukum Islam Dan Undang Undang KDRT Tentang
Kekerasan Dalam Rumah Tangga’, Al-Wardah: Jurnal Kajian Perempuan, Gender Dan
Agama, 14.2 (2020), 275–84

Syawqi, Abdul Haq, ‘Hukum Islam Dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga’, De Jure: Jurnal
Hukum Dan Syar’iah, 7.1 (2015), 68–77 <https://doi.org/10.18860/j-fsh.v7i1.3509>

Turzillo, A. M., C.E. Campion, C.M. Clay, and T. M. Nett, ‘済無 No Title No Title No Title’,
Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 135.4 (1994), 230–44

Viblola, Finta & Afdal, ‘Analisis Pemahaman Fungsi Keluarga Pada Korban Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT) Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Dan Latar
Belakang Budaya’, Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4.4 (2022), 6142–54
<http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/6461>

Wulandari, Fenny, Ferry Anka Sugandar, Wiwin W Windiantina, Irfan Fahmi, and Serena
Ghean Niagara, ‘Konsekuensi Hukum Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Serta
Dampaknya Terhadap Perkembangan Keluarga Dan Anak-Anak’, BHAKTI HUKUM
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1.1 (2022), 149–58

17

You might also like