You are on page 1of 12

Herb-Medicine Journal ISSN: 2620-567X

UJI EFEKTIFITAS BIOLARVASIDA EKSTRAK ETANOL BUAH LAMPESU


(Baccaurea lanceolata) TERHADAP LARVA INSTAR III Culex
quinquefasciatus
Dea Alfani Nandjan1
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Palangkaraya, Palangkaraya
Email: Dea.alfani03@gmail.com

Abstract

Filariasis is chronic infection disease caused by worm and carried by Culex quinquefasciatus mosquito. One of the
ways to controlling mosquitoes vectors are use biolarvacide or chemical insecticide. Chemical insecticide causing
resistance Culex quinquefasciatus larvae and toxic for human. This research aim to determine the biolarvacide
effectiviteness of ethanol extract lampesu fruit (Baccaurea lanceolata) to Culex quinquefasciatus larvae instars III.
This study was true experimental with a Post test-only control group design. This study used 700 larvae instars III of
Culex quinquefasciatus divided into 7 groups consentration of 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8% and 1%, the positive control
(abate) and negative control (aquadest). The observation was did after treatment in 3 hours, 6 hours, 12 hours and 24
hours. The experiment is replicated four times. At 24 hours exposure concentration of 0,6% the test larvae mortality
reached 38% and at concentration of 1% the test larvae mortality reached 30%. In this stuy the concentration of
1,531 % was effective to kill larvae with of 50% mortality(LC50) and concentration of 10,729 % was effective to kill
larvae with of 90% mortality(LC90). Ethanol Ekstract of Lampesu Fruit (Baccaurea lanceolata) not effective as
biolarvacide of Culex quinquefasciatus larvae instars III.

Keywords: Lampesu (Baccaurea lanceolata), Biolarvacide, Culex quinquefasciatus, Ethanol Extract.

Abstrak

Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing yang terdapat pada vektor nyamuk Culex
quinquefasciatus. Cara pengendalian vektor nyamuk adalah penggunaan biolarvasida atau insektisida kimia.
Penggunaan insektisida kimia menyebabkan terjadinya resistensi terhadap larva Culex quinquefasciatus dan toksik
bagi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas biolarvasida ekstrak etanol buah lampesu
(Baccaurea lanceolata) terhadap Larva Instar III Culex quinquefasciatus. Penelitian ini adalah True experimental
dengan rancangan Post test-only control group design. Penelitian ini menggunakan 700 larva instar III Culex
quinquefasciatus yang dibagi menjadi tujuh kelompok konsentrasi yaitu 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1%, kontrol positif
(abate) dan kontrol negatif (aquades). Pengamatan dilakukan pada waktu 3 jam, 6 jam, 12 jam, dan 24 jam.
Penelitian ini dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Pengamatan 24 jam larva pada konsentrasi 0,6% kematian
larva uji mencapai 38% larva dan pada konsentrasi 1 % kematian larva uji mencapai 30%. Pada penelitian ini
konsentrasi yang efektif membunuh 50% (LC50) larva adalah sebesar 1,531% dan konsentrasi yang efektif
membunuh 90% (LC90) larva adalah sebesar 10,729%. Kesimpulan: Ekstrak Etanol Buah Lampesu (Baccaurea
lanceolata) tidak efektif sebagai biolarvasida Larva Instar III Culex quinquefasciatus.

Kata Kunci: Lampesu (Baccaurea lanceolata), Biolarvasida, Culex quinquefasciatus, ekstrak etanol.

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020 7


Herb-Medicine Journal ISSN: 2620-567X

PENDAHULUAN kabupaten. Tercatat daerah yang memiliki


prevalensi penyakit Filariasis tertinggi di
Penyakit yang ditularkan melalui nyamuk
Kalimantan Tengah adalah Kotawaringin
pada negara berkembang seperti Indonesia
Timur yaitu sebanyak 157 kasus Filariasis.2
sampai sekarang masih menjadi kasus yang
mendapat perhatian khusus, karena dampak Filariasis disebabkan oleh mikrofilaria
yang diakibatkan berupa kecacatan sampai Wuchereria bancrofti (Filariasis bancrofti),
menimbulkan kematian. Contohnya adalah Brugia malayi dan Brugia timori (Filariasis
penyakit Demam Berdarah, Malaria, dan brugia). Penyakit ini penularannya
Filariasis atau yang lebih dikenal dengan diperantarai oleh vektor nyamuk Culex sp.
penyakit Kaki Gajah. Filariasis termasuk melalui limfatik pada manusia. Spesies yang
dalam Penyakit Menular Tropik Terabaikan sering menginfeksi manusia adalah Culex
(Neglected Tropical Disease) yang quinquefasciatus. Keadaan lingkungan sangat
merupakan salah satu prioritas Program berpengaruh terhadap transmisi Filariasis.
Pembangunan Kesehatan Republik Indonesia Biasanya daerah endemis habitat vektor
tahun 2015-2019.1 nyamuk Culex quinquefaciatus bervariasi,
antara lain berupa genangan air yang kotor
Filariasis ditandai dengan limfangitis,
seperti rawa-rawa dan selokan kotor yang
terjadinya varises saluran limfe, elefantiasis,
sangat potensial untuk perkembangbiakan
hidrokel, dan urine berwarna putih susu.2
nyamuk ini. Daerah rawa-rawa terutama lahan
Enam puluh persen penduduk di Asia gambut yang banyak terdapat di daerah
Tenggara tercatat terinfeksi Filariasis. Kalimantan Tengah dan sekitarnya.3
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia,
Di Indonesia upaya pemberantasan Filariasis
prevalensi kejadian Filariasis menunjukan
dilaksanakan sejak tahun 1975. Pada tahun
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2009
1997, World Health Assembly menetapkan
dilaporkan sebanyak 11.914 kasus, tahun
resolusi “Elimination of Lymphatic Filariasis
2012 terdapat 11.903 kasus, tahun 2014
as a Public Health Problem”, yang kemudian
terdapat 14.932 kasus, pada tahun 2017
pada tahun 2000 diperkuat dengan keputusan
terdapat 12.677 kasus filariasis yang tersebar
World Health Organization (WHO) dengan
di 34 Provinsi. Di provinsi Kalimantan
mendeklarasikan “The Global Goal of
Tengah tercatat pada tahun 2013 terdapat 238
Elimination of Lymphatic Filariasis as a
kasus Filariasis. Pada tahun 2014 terdapat 227
Public Health Problem by the Year 2020”.4
kasus Filariasis yang tersebar di 14
Sehingga telah diprogramkan tindakan

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020 8


Herb-Medicine Journal ISSN: 2620-567X

pemberian insektisida pembasmi larva memiliki sifat asam, memiliki aktifitas


(larvasida), sebagai tindakan preventif yang antioksidan dan memiliki kandungan aktif
dilakukan untuk memberantas wabah hampir serupa dengan tumbuhan pada
nyamuk. Pemberantasan larva dianggap lebih penelitian sebelumnya. Tumbuhan yang
efektif untuk dilakukan dari pada memiliki potensi sebagai biolarvasida Culex
pemberantasan nyamuk dewasa. Nyamuk quinquefasciatus adalah buah Lampesu
dewasa bias terbang berpindah-pindah, (Baccaurea lanceolata) yang tumbuh di
sedangkan larva berada di tempat perindukan. Kalimantan Tengah di daerah hutan
Larvasida yang sering digunakan di kabupaten Katingan, tepatnya di Desa
Indonesia adalah Abate (Temephos). Abate Tewang Kadamba. Berdasarkan pemeriksaan
menimbulkan bau yang kurang sedap. fitokimia buah Lampesu memiliki komponen
Penggunaan terlalu sering insektisida yang bioaktif yaitu Alkaloid, Flavanoid, Tannin
bersifat kimia seperti Temephos juga dapat dan Saponin.7
menyebabkan pencemaran lingkungan karena
BAHAN DAN METODE
sulit terurai di dalam tanah dan terjadinya
resistensi insektisida tingkat sedang. Oleh Bahan yang diperlukan adalah Alat Maserasi,

karena itu perlu diteliti alternatif lain yang Nampan plastik ukuran 30 x 15 cm, Alat

lebih efektif dan cepat, yaitu diperlukan pemotong buah Lampesu, Kertas Coklat,

larvasida nabati (biolarvasida) yang bersifat Oven , Blender, Toples (wadah), Labu

aman dan mudah terurai di lingkungan.5 destilasi, Neraca analitik, Cawan petri 250 ml,
Corong gelas, Gelas ukur, Tissue , Air
Dalam penelitian sebelumnya membuktikan
mengalir, Kertas label, Etanol 70%, Buah
Uji Daya Bunuh Ekstrak Daun Nerium
Lampesu yang berasal dari desa Tewang
oleander L. Terhadap Larva Nyamuk Aedes
Kadamba yang diambil pada bulan Agustus
aegypti dan Culex quinquefasciatus dengan
2019, Aquadest, Abate, Larva Culex
kandungan aktifnya berupa Saponin,
quinquefasctiatus instar III.
Alkaloid, Tannin, Fenolik, Flavonoid, Dan
Steroid.6 Penulis tertarik untuk meneliti Ekstraksi buah Lampesu

tumbuhan lain yang dapat berpotensi sebagai Buah lampesu (Baccaeau lanceolata) dipilih
biolarvasida yang dikenal masyarakat yang kondisi baik sudah tua, berwarna kuning
Kalimantan Tengah memiliki banyak kecoklatan dan masih segar dan tidak busuk.
kegunaan terutama sebagai antibakteri untuk Buah dicuci bersih dan dipotong potong kecil
Propionibacterum acnes, buah ini juga

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020 9


Herb-Medicine Journal ISSN: 2620-567X

dan tipis, dipisahkan dengan bijinya, lalu C₂: Konsentrasi ekstrak buah Lampesu yang
dikeringkan menggunakan kain hitam. akan dibuat (%)

Setelah kering, buah lampesu dihaluskan Menambah konsentrasi ekstrak yang dibuat
menggunakan blender menjadi dari stok larutan dan menambah dengan
simplisia.Kemudian dilakukan maserasi aquadest sampai menajdi 100 ml.
dengan pelarut etanol 70% dengan suhu
Persiapan larva Culex quinquefasciatus
ruangan selama 3x24 jam, filtrate dipekatkan
menggunakan rotary evaporator sehingga Telur nyamuk didapatkan dari Balai

didapatkan ekstrak kental Litbangkes Tanah bumbu. Telur diletakkan


didalam nampan berisi air dan ditunggu
Stok larutan ekstrak buah Lampesu
sampai menetas sampai berumur 3-4 hari.
Stok ekstrak etanol buah Lampesu yang
Tahap Perlakuan
dibuat adalah 5%. Timbang 5 gram ekstrak
kental buah lampesu. Tambahkan dengan Menyiapkan alat dan bahan

aquadest sampai volumenya menjadi 100 ml. Menyiapkan larva Culex quinquefasciatus
instar III sebanyak 25 ekor kedalam tiap
wadah dan dilakukan pengulangan perlakuan
Pembuatan Konsentrasi Ekstrak buah
sebanyak 4 kali Menyiapkan ekstrak buah
Lampesu
Lampesu dengan konsentrasi yang sudah
Menyiapkan stok larutan yang dibuat diatur dan dimasukan ke dalam wadah tempat
sebelumnya. Lakukan perhitungan perlakuan larva. Peneliti menggunakan Alat
konsentrasi dengan rumus (dapat dilihat pada Pelindung Diri
lampiran):
Pengujian Biolarvasida Ekstrak buah
Keterangan : Lampesu

V₁: Volume larutan yang akan diencerkan Tahap perlakuan terbagi menjadi pembagian
(ml) empat waktu, yaitu pada masing-masing
waktu perlakuan diberi jarak selama 30 menit
C₁: Konsentrasi ektsrak buah Lampesu dalam
: perlakuan pertama diujikan kelompok 1 dan
stok larutan (%)
kelompok 2 beserta replikasinya, perlakuan
V₂: Volume larutan (air + ekstrak buah kedua diujikan kelompok 3 dan kelompok 4
Lampesu) yang diinginkan (ml) beserta replikasinya, perlakuan ketiga

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020 10


Herb-Medicine Journal ISSN: 2620-567X

diujikan kelompok 5 dan kelompok 6 beserta besar Larva direndam menggunakan air panas
replikasinya, perlakuan keempat diujikan 70 oC selama minimal 5 menit
kelompok 7 beserta replikasinya, Masukan
Jika larva sudah dipastikan mati, larva
larva sebanyak 25 ekor ke dalam wadah
dikubur didalam tanah sedalam 30– 50 cm
perlakuan yang sudah berisi ekstrak dengan
dibawah tanah.
masing-masing konsentrasi dengan
menggunakan pipet larva, Larva didiamkan Teknik Analisis data

dan dilakukan pengamatan secara berulang Analisa Uji Varian


setelah 3 jam, 6 jam, 12 jam dan 24 jam
Setelah dilakukan pengukuran efektifitas
sesuai dengan waktu dimulainya perlakuan
biolarvasida ekstrak etanol buah Lampesu
pada masing-masing kelompok. Larva diberi
(Baccaurea lanceolata) terhadap larva nyamuk
makanan berupa ragi halus yang dilarutkan di
Culex quinquefasciatus. Dari setiap masing-
dalam air dengan perbandingan 10mg/l
masing konsentrasi ekstrak beserta
sebanyak 1-2 tetes setiap waktu pengukuran.
pengulangannya, maka setiap konsentrasi
Amati pergerakan larva dalam waktu
diakumulasikan jumlah mortalitas larva dan
pengamatan di atas
waktu larva yang mati pada setiap konsentrasi
Pengolahan Lethal Concentration dan waku pengukurannya. Data yang

Mencatat jumlah larva yang mati selama diperoleh dalam penelitian ini akan

waktu pengukuran menggunakan Hand Tally ditabulasikan, yang selanjutnya dianalisis

Counter dan tabel pencatatan kematian larva dengan SPSS 22. Data diuji normalitas

(lampiran). Menghitung rata-rata kematian menggunakan uji normalitas Saphiro Wilk

larva pada setiap konsentrasi ektrak pada karena menggunakan sampel kurang dari 50.

perlakuan yang dilakukan Lalu data dianalisa menggunakan uji


nonparametrik Kruskal-Wallis. Berdasarkan
Menentukan persentase kematian larva
uji Kruskal-Wallis dengan nilai p< 0,05. 26
Melakukan analisa terhadap konsentrasi yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
mematikan larva > 50% dan 90% dari jumlah
larva yang diuji coba. Hasil Uji Determinasi

Tahap terakhir Proses dalam menentukan jenis tumbuhan


secara spesifik adalah proses determinasi
Larva nyamuk yang sudah selesai digunakan
tanaman. Determinasi bertujuan untuk
dalam penelitian dikumpulkan dalam wadah
mendapatkan suatu spesies dari tanaman

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020 11


Herb-Medicine Journal ISSN: 2620-567X

sehingga tepat sasaran dalam


pemanfaatannya. Tanaman lampesu
(Baccaurea lanceolata) dideterminasi di
c
Laboratorium Balai Penelitian dan b
a
Konservasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Purwodadi. d

Hasil Uji Fitokimia

Berdasarkan hasil skrining fitokimia pada


penelitian ini yang dilakukan di Laboratorium
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat, Ekstrak Etanol Buah Lampesu
(Baccaurea lanceolata) mengandung senyawa
aktif Saponin, Alkaloid, Flavanoid.

Hasil Pengamatan Morfologi

Pada hasil pengamatan gambar a didapatkan


morfologi larva Culex quiquefasciatus yaitu
mempunyai 10 segmen yang terdiri dari a
b
kepala (a), thorax (b) , abdomen (c) dan
terdapat sifon (d) yang panjang dan telur
Culex quinquefasciatus berbentuk seperti
ampul obat dan melekat satu sama lain. Pada
gambar b dan c adalah gambaran
perbandingan morfologi larva yang belum PEMBAHASAN
diberikan perlakuan dan sesudah diberikan
Penelitian ini menggunakan tumbuhan buah
perlakuan selama 24 jam.
lampesu (Baccaurea lanceolata) sebagai
bahan uji yang telah dilakukan determinasi di
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Purwodadi. Hasil determinasi dapat
dibuktikan dengan sertifikat hasil uji nomor :
1194/IPH.06/HM/XI/2019 sehingga peneliti
dapat menghindari kesalahan pemilihan

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020 12


Herb-Medicine Journal ISSN: 2620-567X

spesies tumbuhan pada penelitian yang warna pada tubuh larva menjadi lebih
dilakukan. transparan dan gerakan tubuh larva yang
melambat bila dirangsang. Flavonoid
Pada penelitian diketahui bahwa morfologi
menyebabkan vasokonstriksi yang berlebihan,
larva Culex quiquefasciatus yaitu mempunyai
sehingga permeabilitas rongga badan pada
10 segmen yang terdiri dari kepala, thorax,
larva menjadi rusak dan hemolimfe tidak
abdomen dan terdapat sifon yang panjang dan
dapat didistribusi secara sempurna dan
bulu sifon 3 pasang serta segmen anal pada
menyebabkan kematian pada larva. Steroid
ekor. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
dapat menghambat proses pergantian kulit
morfologi larva Culex quinquefasciatus
pada larva.Tannin berperan sebagai larvasida
memiliki sifon panjang dan bulu sifon lebih
dalam mencerna makanan (stomach poisons)
dari 1 pasang. Larva yang digunakan adalah
karena tanin akan mengikat protein usus dan
larva instar III didapatkan saat penelitian
akan menghambat enzim pencernaan
larva berukuran 4-5 mm dan morfologi sudah
sehingga menghambat pertumbuhan larva
lengkap serta badan larva berwarna coklat
menyebabkan kematian pada larva.
kehitaman.
Berikut adalah perbandingan gambaran larva
Pada tabel 5.1 menunjukan hasil fitokimia
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
kandungan senyawa pada Buah Lampesu
Dapat dilihat pada gambar 5.4 tubuh larva
(Bacccaurea lanceolata) memiliki kandungan
setelah perlakuan 24 jam. Larva menjadi
yang dapat digunakan sebagai biolarvasida
transparan dan rusak yaitu karena rusaknya
yaitu: Saponin, Alkaloid, Flavanoid, Steroid,
kutikula pada tubuh larva (a) akibat efek
dan Tannin. Saponin memiliki efek gangguan
larvasida yang bekerja pada tubuh larva yaitu
tahap perkembangan dan gangguan
alkaloid, steroid, dan saponin. Saluran
pergantian kulit (molting) dan menyebabkan
pencernaan larva mulai tidak utuh (a) dan
kematian karena kehilangan banyak cairan
mengalami kerusakan akibat terpapar saponin
tubuh, saponin juga dapat menurunkan
dan tannin yang korosif pada saluran
tegangan permukaan selaput mukosa saluran
pencernaan larva dan akan menghambat
pencernaan larva karena bersifat korosif.
pertumbuhan larva ke tahap perkembangan
Alkaloid mendegradasi membran sel dan
selanjutnya yaitu pupa dan nyamuk dewasa.
kutikula untuk masuk ke dalam dan merusak
Morfologi larva juga sudah tidak lengkap
sel dan juga dapat mengganggu sistem kerja
seperti sebelum dimulai perlakuan, dapat
saraf larva dengan menghambat kerja enzim
dilihat bulu bulu pada tubuh larva (b)
asetilkolinesterase sehingga terjadi perubahan

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020 13


Herb-Medicine Journal ISSN: 2620-567X

jumlahnya tidak seperti larva yang sebelum waktu didapatakan hasil sebaran data yang
perlakuan akibat rusaknya kutikula pada tidak normal data dari konsentrasi 0,2% yaitu
tubuh larva. (dapat dilihat pada gambar 5.3) p=0,717 (p≥0,05) , konsentrasi 0,4% yaitu
p=0,276 (p≥0,05), konsentrasi 0,6% nilai
Pada tabel 5.4 diketahui mortalitas larva pada
p=0,951(p≥0,05), konsentrasi 0,8% nilai
kontrol positif (abate) sebesar 100%, hal ini
p=0,424 (p≥0,05) dan konsentrasi 1%
disebabkan karena abate (temephos) sebagai
p=0,911 (p≥0,05), aquadest= 0,001 (p<0,05),
stomach poison yang termakan oleh larva
dan Abate=0,001 (p<0,05) maka dinyatakan
mempunyai cara kerja menghambat enzim
sebaran data tidak normal. Uji Hipotesis
kolinesterase, sehingga menimbulkan
dilanjutkan dengan Uji Kruskall-wallis pada
gangguan pada aktivitas saraf karena
lampiran 11 menunjukan nilai p=0,218
tertimbunnya asetilkolin pada ujung saraf.
(p≥0,005) maka dinyatakan Ho diterima dapat
Fungsi dari enzim kolinesterase adalah
dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang
menghidrolisa asetilkolin menjadi kolin dan
bermakna antara kenaikan konsentrasi ekstrak
asam cuka, sehingga bila enzim tersebut
etanol buah lampesu dan jumlah kematian
dihambat maka hidrolisa asetilkolin tidak
larva Culex quinquefasciatus. Merujuk dari
terjadi sehingga otot akan tetap berkontraksi
kedua hasil uji statistik yang telah dilakukan,
dalam waktu lama maka akan terjadi
bisa dikatakan bahwa ekstrak etanol buah
kekejangan dan kematian larva sehingga abate
lampesu (Baccaurea lanceolata) tidak efektif
membunuh larva dalam waktu singkat.
sebagai biolarvasida larva Culex
Penetrasi abate ke dalam larva berlangsung
quinquefasciatus. Hal ini disebabkan oleh
sangat cepat, keracunan fosfat organic pada
pemberian makanan pada larva, faktor
serangga diikuti tremor dan konvulsi
lainnya, dan waktu paparan hanya 24 jam.
kemudian kelumpuhan otot (paralisa), yang
Pada penelitian ini larva uji diberikan
menyebabkan larva tenggelam dan mati
makanan berupa fish food karena mencegah
karena tidak dapat mengambil udara untuk
larva mati akibat kelaparan. Menurut WHO
bernafas. Abate sebagai larvasida sintetis
2005 pada Guidelines for Laboratory and
(kimiawi) diketahui masih memiliki
Field Testing of Mosquito Larvicides
efektifitas terhadap larva instar III Culex
sebaiknya makanan larva diberikan jika
quinquefasciatus.
melakukan pengamatan long exposure atau
Hasil Uji Normalitas pada tabel 5.5 terhadap diatas 24 jam.
jumlah kematian larva Culex quinquefasciatus
pada setiap kelompok konsentrasi dengan

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020 14


Herb-Medicine Journal ISSN: 2620-567X

Menurut teori Lethal Concentration 50 KESIMPULAN DAN SARAN


(LC50) adalah konsentrasi yang dapat
Kesimpulan
menyebabkan kematian 50% dari populasi
hewan uji. Menurut WHO 2005 pada jika Dari penelitian yang telah dilakukan dapat

hasil pengamatan didapatkan hasil mortalitas ditarik kesimpulan bahwa:

larva 10% - 90% maka dikatakan memiliki Diketahui kandungan yang terdapat dalam
efek kematian pada larva uji dan dapat buah lampesu (Baccaurea lanceolata) adalah
dilanjutkan pengujian Lethal Concentration senyawa aktif Saponin, Alkaloid, Flavanoid,
50 dan 90. Dari data kematian yang didapat, Steroid, dan Tannin.
pada 24 jam perlakuan diketahui hasil
Ekstrak etanol Buah Lampesu (Baccaurea
mortalitas larva paling tinggi dengan
lanceolata) pada konsentrasi 0,2%, 0,4%,
konsentrasi 0,6% sebesar 38% sedangkan
0,6% dan 0,8% dan 1% tidak efektif sebagai
untuk konsentrasi 1% sebesar 30%. Menurut
larvasida pada larva Culex quinquefasciatus.
hasil uji Analisa Probit didapatkan hasil LC50
pada ekstrak buah lampesu adalah 1,531% Lethal Concentration (LC50) didapatkan pada
dan nilai LC90 adalah 10,729% yang artinya konsentrasi 1,531% setelah waktu
dibutuhkan konsentrasi sebesar 1,531% untuk pengamatan 24 jam.
membunuh sebanyak 50% larva Culex
Lethal Concentration (LC90) didapatkan pada
quinquefasciatus dan konsentrasi sebanyak
konsentrasi 10,729% setelah waktu
10, 729% untuk membunuh sebanyak 90%
pengamatan 24 jam.
larva Culex quinquefasciatus. Suatu zat
DAFTAR PUSTAKA
dikatakan aktif atau toksik pada uji insektisida
dengan konsentrasi maksimal 1000 ppm jika 1. Departemen Kesehatan RI .2018.
memiliki LC50 < 500 ppm. Konsentrasi Infodatin Pusat Data dan Informasi
1,531% (15.310 ppm) sebagai nilai LC50 dan Kesehatan RI “Menuju Indonesia Bebas
konsentrasi 10,729% (107.290 ppm) sebagai Filariasis”.Jakarta.
LC90 menjelaskan bahwa penggunaan 2. Meliyanie G, Andiarsa D. Studi Literatur
ekstrak etanol buah lampesu sebagai larvasida .2017. Program Eliminasi Lymphatic
tidak toksik terhadap larva instar III Culex Filariasis di Indonesia. Journal of Health
quinquefasciatus. Epidemiology Communicable Disease.
Hal 63-70.

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020 15


Herb-Medicine Journal ISSN: 2620-567X

3. Sutanto I, Ismid S, Pudji K, Sungkar S. lanceolata (Miq.) Müll.Arg.) Dari


2008. Buku Ajar Parasitologi Kalimantan Selatan. Vol.15 No. 02 .
Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Balai Fakultas Farmasi FK UI
penerbit FK UI. hal. 260 10. Kuncoro H.2013. Aktivitas larvasida
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Ekstrak Daun Tumbuhan Mara Tunggal
Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 Tentang (Clausena excavate brum.f) dan daun
Penanggulangan Filariasis. Zodia (Euodia ridleyi hochr) terhadap
5. Tawatsin, A., Steve D. W., Rederic, S., larva nyamuk Culex sp.Fakultas Farmasi
Thavara, U., Techadamrongsin, Y., 2001. Universitas Mulawarman
Repellencyof Volatile Iols From Plant 11. Pratama R A.2016. Ekstrak Daun
Againt Three Mosquito Vectors.Journal Rambutan {Nephelium lappaceum L.)
of Vector Ecology.26(1): 76-82. terhadap Larva Culex
6. Isnawati R, Murni, Nelfita. 2015. Jurnal quinquefasciatus.Fakultas Kedokteran
Vektor Penyakit : Uji Daya Bunuh Universitas Muhammadyah Palembang
Ekstrak Daun Nerium oleander L. 12. WHO. 2013. Global Programme To
Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti Eliminate Lymphatic Filariasis, Practical
dan Culex quinquefasciatus. Balai Enthomology. WHO
Litbangkes P2B2 Donggala 13. Dharmawan, R. 1993. Metoda
7. Lim, T. K “Baccaurea Lanceolata. 2012 ” Identifikasi Spesies Kembar Nyamuk
Edible Medicinal And Non-Medicinal Anopheles. Sebelas Maret University
Plants, vol. 12, no. 02, doi:10.1007/978- Press, Surakarta
94-007-4053-2_31. 14. Center for Disease Control and
8. M. Susanti, H. Kuncoro, and L. Prevention (CDC) 2012. Body Mass
Rijai.2018. “Uji Aktivitas Larvasida Index: Considerations for Practitioners.
Ekstrak Daun Keladi Birah (Alocasia 1-4
indica Schott) Terhadap Larva Nyamuk 15. Mosquito Information Website. (2009).
Culex sp.,” J. Sains dan Kesehat., vol. 1, University of Florida, Florida Medical
no. 1, pp. 5–10 Entomology Laboratory. (19 April 2019)
9. Nurlaela S, Putri Y, Haris M, 16. Prianto J, Tjahaya dan Darwanto. 2006.
Ferdiansyah R, Nurhayati R, Sari Y P Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta :
.2018. PHARMACY : Aktivitas Gramedia Pustaka Utama
Antibakteri Ekstrak Etanol Buah, Daun,
Dan Kulit Batang Limpasu (Baccaurea

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020 16


Herb-Medicine Journal ISSN: 2620-567X

17. Soegijanto,S. 2003. Demam Berdarah 27. Tennyson, S., Samraj, D. A., Jeyasundar,
Dengue, Tinjauan dan Temuan Baru di D., Chalieu, K., College, M. C., & Nadu,
Era 2003. T. 2013. Larvicidal Efficacy of Plant Oils
18. Borror, 1992. Pengenalan Pelajaran Against the Dengue Vector Aedes
Serangga, edisi VI. Yogyakarta: Gajah aegypti ( L .) ( Diptera : Culicidae ).
Mada University Press Middle-East Journal of Scientific
19. Haryono. 2011. Konsep dan Strategi Research, 13(1), 64- 68
Penelitian dan Pengembangan Pestisida 28. Lim, T. K.,.2012. “Baccaurea
Nabati. Prosiding Seminar Nasional Lanceolata.” Edible Medicinal And Non-
Pesnab IV: Jakarta Medicinal Plants, vol. 4, Springer
20. Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air. 29. Shivakumar, M.S., Srinivasan, R., dan
Kanisius. Yogyakarta. Natarajan, D. 2013. Larvacidal Potential
21. Sembel, Dantje Terno. 2015. Toksikologi of Some Indian Medical Plant Extracts
Lingkungan.Yogyakarta. Penerbit Against Aedes aegypti. Asian Journal of
Kanisius Pharmaceutical and Clinical Research
22. Matsumura F. (1975) Entry of Vol. 6
Insecticides into Animal Systems. In: 30. Chintia T.2015. Efek Larvasida Ekstrak
Matsumura F. (eds) Toxicology of Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum
Insecticides. Springer, Boston, MA L.) terhadap Aedes Aegypti. Fakultas
23. Djojorsumarto, parut.2008. Pestisida dan Kedokteran Lampung
aplikasinya Jakarta. Agromedia Pustaka 31. Santana, C.M., Z.S. Ferrera, M.E.T.
24. World Health Organization.1992. Vector Padron, and J.J.S. Rodriquez. 2009.
resistance to pesticides: fifteenth report of Methodologies for The Extraction of
the WHO expert committee on vector Phenolic Compounds from Enviromental
biology and control. WHO Technical Samples : New Approaches. Molecules.
Report Series 818, Geneva. Vol. 14. Hal. 298- 320.
25. World Health Organization. Handbook 32. Palant J. 2013. SPSS : A Step by guide to
for integrated vector management. data analysis using IBM SPSS. Edisi
Outlooks Pest Manag. 2012;24(3):1-78. V.Sydney, Melbourne.
doi:10.1564/v24_jun_14. 33. Dahlan, M.Sopiyudin. 2008. Langkah -
26. Kardinan, Agus. 2000. Pestisida Nabati: Langkah Membuat Proposal Penelitian
Ramuan dan Aplikasi, Penebar Swadaya, Bidang Kedokteran dan Kesehatan.
Jakarta. Jakarta. CV Agung Seto

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020 17


Herb-Medicine Journal ISSN: 2620-567X

34. WHO. 2005. “Guidelines for Laboratory


and Field Testing of Mosquito
Larvicides. "
35. Departemen Kesehatan RI. Parameter
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Cetakan Pertama. Jakarta: Depkes RI.
2000. Hal: 3-11.
36. Ndung'u., Torto, Knols., B ., &
Hassanali, A(2004). Laboratory
evaluation of some eastern African
Meliaceae as sources of larvacidal
botanicals for anopheles gambiae.
International Jounal of Tropical Insect
Sciense, 24($), 311-318.

Volume 3, Nomor 3, Oktober 2020 18

You might also like