Professional Documents
Culture Documents
Magfiroh1
1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Lambung Mangkurat
*e-mail: 2011013220010@mhs.ulm.ac.id1
Abstract
Management of agricultural landscape land can affect the diversity of plants, animals and
microorganisms in it through the mechanism of regulating the flow of energy, water and the presence of
natural enemies including parasitoids. Landscape structure is generally grouped based on the composition of
the vegetation in the landscape. The diversity of insects in the landscape consists of species that live in the
landscape as well as species that only pass or stop by. In general, complex landscapes tend to increase the
diversity of natural enemies compared to simple landscapes. However, the results of statistical tests from this
study indicate that the complexity of the agricultural landscape does not always affect the diversity of insects,
especially Hymenoptera parasitika, but affects abundance. However, several studies have shown that insect
diversity tends to be high in complex landscapes compared to simple ones. The diversity of land-uses
facilitates beneficial insects, such as parasitoids, to move around so that the existence of these parasitoids is
more widespread. Therefore, landscape management and planning around agricultural land is very
important to implement. This landscape planning can also be applied to gardens located in urban areas or
settlements in the hope that these various landscape factors can affect the abundance, diversity, and
composition of parasitoids, and can lead to differences in the effectiveness of parasitoids in biological control.
Abstrak
Pengelolaan lahan lanskap pertanian dapat mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan, hewan,
dan mikroorganisme di dalamnya melalui mekanisme pengaturan aliran energi, air, dan keberadaan musuh
alami termasuk parasitoid. Struktur lanskap umumnya dikelompokkan berdasarkan komposisi vegetasi
pada lanskap tersebut. Keanekaragaman serangga dalam lanskap terdiri atas spesies yang menetap pada
lanskap tersebut maupun spesies yang hanya melewati atau singgah. Pada umumnya, lanskap kompleks
cenderung meningkatkan keanekaragaman musuh alami dibandingkan dengan lanskap sederhana. Namun,
hasil uji statistik dari penelitian ini menunjukkan bahwa kompleksitas lanskap pertanian tidak selalu
mempengaruhi keanekaragaman serangga khususnya Hymenoptera parasitika, akan tetapi berpengaruh
terhadap kelimpahan. Meskipun demikian, beberapa penelitian menunjukkan keanekaragaman serangga
akan cenderung tinggi pada lanskap yang kompleks dibandingkan dengan yang sederhana. Keberagaman
penggunaan lahan (land-use) memfasilitasi serangga bermanfaat, seperti parasitoid untuk berpindah
tempat sehingga keberadaan parasitoid tersebut lebih menyebar luas. Oleh karena itu, pengelolaan dan
perencanaan lanskap sekitar lahan pertanian sangat penting untuk diterapkan. Perencanaan lanskap
tersebut juga dapat diaplikasikan pada kebun-kebun yang berada di daerah perkotaan atau pemukinan
dengan harapan berbagai faktor lanskap tersebut dapat mempengaruhi kelimpahan, keragaman, dan
komposisi parasitoid, dan dapat menyebabkan perbedaan efektivitas parasitoid dalam pengendalian
biologis.
1. PENDAHULUAN
Pengelolaan lahan lanskap pertanian dapat mempengaruhi keanekaragaman tumbuhan,
hewan, dan mikroorganisme di dalamnya melalui mekanisme pengaturan aliran energi, air, dan
keberadaan musuh alami termasuk parasitoid. Struktur lanskap umumnya dikelompokkan
berdasarkan komposisi vegetasi pada lanskap tersebut. Pertanian dengan lanskap kompleks
dicirikan dengan dominannya tanaman nonpertanian di sekitarnya, seperti pepohonan, semak,
tanaman pagar, dan gulma. Sementara itu, lanskap sederhana memiliki proporsi tanaman
nonpertanian lebih sedikit dan cenderung homogen (Menalled et al. 1999; Plećaš et al. 2014).
2. METODE
Mencari literature yang relevan dengan cara menentukan topik atau kata kunci terlebih
dahulu, kemudian mengunjungi situs penerbit jurnal, misalnya google scholar.
Memilih sumber yang spesifik dengan cara menetapkan kata kunci yang lebih spesifik,
kemudian mengunjungi situs penerbit jurnal.
Menidentifikasi detail artikel terdiri dari lima point yaitu: latar belakang, permasalahan,
batasan masalah, metoe, dan hasil.
beragam faktor yang terdapat dalam suatu lanskap, seperti ukuran lahan, jenis penutup tanah,
jenis tanaman herba, jumlah pohon, dan semakelukar.
Penanaman tanaman berbunga di sekitar tanaman pertanian mampu meningkatkan
keberadaan serangga bermanfaat, seperti serangga predator dan parasitoid yang dapat
mengurangi kepadatan hama sehingga berdampak pada peningkatan produktivitas tanaman.
Sebagai contoh, penanaman tanaman berbunga, seperti sweet alyssum (Lobularia maritime) di
lingkungan tanaman mentimun dapat meningkatkan hasil panen dari tanaman mentimun
(Quinn et al. 2017). sekaligus mengurangi populasi hama pada tanaman pertanian (Pfister et al.
2017). Selain contoh tanaman tersebut, tanaman lainnya juga bisa digunakan seperti serai
(Sumi, 2017).
Tipe penggunaan lahan di lanskap sederhana cenderung didominasi oleh satu atau dua
jenis penggunaan lahan, seperti pertanian dan perumahan, sedangkan pada lanskap kompleks
terdapat penggunaan lahan untuk pertanian, perumahan juga disertai dengan adanya habitat
semialami atau hutan. Keberagaman penggunaan lahan (land-use) memfasilitasi serangga
bermanfaat, seperti parasitoid untuk berpindah tempat sehingga keberadaan parasitoid
tersebut lebih menyebar luas. Hal tersebut karena pada setiap penggunaan lahan terdapat
tanaman-tanaman nonpertanian dan habitat semialami, seperti pepohonan dan tumbuhan
berbunga yang berguna sebagai sumber makanan, inang alternatif, tempat tinggal sementara
(refugia) bagi parasitoid yang aktif terbang dalam jarak yang cukup jauh, seperti yang
dipaparkan oleh Yaherawandi et al (2007). Oleh karena itu, pengelolaan dan perencanaan
lanskap sekitar lahan pertanian sangat penting untuk diterapkan. Perencanaan lanskap tersebut
juga dapat diaplikasikan pada kebun-kebun yang berada di daerah perkotaan atau pemukinan
dengan harapan berbagai faktor lanskap tersebut dapat mempengaruhi kelimpahan, keragaman,
dan komposisi parasitoid, dan dapat menyebabkan perbedaan efektivitas parasitoid dalam
pengendalian biologis (Philips, 2016). Scharber (2012), menyatakan bahwa sumber nutrisi dan
refugia bahkan inang alternatif pada pertanian yang terdapat patch pepohonan di sekitarnya
dapat terus meningkat sepanjang waktu.
Tabel
Tabel 1. Hasil pencarian artikel review
biologis
Plećaš, 2014 Lanskap sederhana Lanskap 5
memiliki proporsi
tanaman
nonpertanian lebih
sedikit dan cenderung
homogen
Penanaman tanaman
Quinn, 2017 berbunga di sekitar Serangga 6
tanaman pertanian
mampu
meningkatkan
keberadaan serangga
bermanfaat
Schmidt, 2005 Keanekaragaman 7
Lanskap kompleks
cenderung memiliki
keanekaragaman
musuh alami lebih
tinggi dibandingkan
dengan lanskap
sederhana
Scherber, 2012 Sumber 8
Sumber nutrisi dan
refugia bahkan inang
alternatif pada
pertanian yang
terdapat patch
pepohonan di
sekitarnya dapat
terus meningkat
sepanjang waktu
Tscharntke, 2007 Keanekaragaman Kompleks 9
serangga akan
cenderung tinggi pada
lanskap yang
kompleks
dibandingkan dengan
yang sederhana
Yaherwandi, 2007 Setiap penggunaan Lahan 10
lahan terdapat
tanaman-tanaman
nonpertanian dan
habitat semialami
4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat yaitu pengelolaan lahan lanskap pertanian dapat mempengaruhi
keanekaragaman tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme di dalamnya melalui mekanisme
pengaturan aliran energi, air, dan keberadaan musuh alami termasuk parasitoid. Tipe
penggunaan lahan di lanskap sederhana cenderung didominasi oleh satu atau dua jenis
penggunaan lahan, seperti pertanian dan perumahan. Keberagaman penggunaan lahan (land-
use) memfasilitasi serangga bermanfaat, seperti parasitoid untuk berpindah tempat sehingga
keberadaan parasitoid tersebut lebih menyebar luas.
DAFTAR PUSTAKA
Kolo, S.M.D. & Oetpah, F. 2017. Aktivitas Biolarvasida Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon
citratus (DC) Stapf.) terhadap Larva Nyamuk Anopheles sp. SAINTEKBU, 9(2): 76–83. Jurnal
Farmasi Tinctura, Vol 2, No 1, Desember 2020: 25-33 33.
Sumi Arcani, N.L.K., Sudarmaja, I.M. & Swastika, I.K. 2017. Efektivitas Ekstrak Etanol Serai Wangi
(Cymbopogon nardus L) sebagai Larvasida Aedes aegypti. E-Jurnal Medika Udayana; Vol 6
No 1 (2017): Ejurnal medika udayana.
Pfister SC, Schirmel J, Entling MH. 2017. Aphids and their enemies in pumpkin respond
differently to management, local and landscape features. Biological Control 115:37–45. doi:
https://doi. org/10.1016/j.biocontrol.2017.09.005.
Philips BW, Gardiner MM. 2016. Does local habitat management or large-scale landscape
composition alter the biocontrol services provided to pumpkin agroecosystems? Biological
Control 92:181–194. doi: https://doi.org/10.1016/j. biocontrol.2015.10.001.
Quinn, Reed, Giuliani, Castelleti. 2017. Rival framings: A framework for discovering how
problem formulation uncertainties shape risk management trade-offs in water resources
systems. Water Resources Systems. 53(8): 7208-7233.
Schmidt MH, Thies C, Tscharntke T. 2005. Differential effects of landscape and management on
diversity and density of ground-dwelling farmland spiders. Journal of Applied Ecology
42:281–287. doi: https://doi.org/10.1111/j.1365- 2664.2005.01014.x.
Scherber C, Lavandero B, Meyer KM, Perovic D, Visser U, Wiegand K, Tscharntke T. 2012. Scale
effects in biodiversity and biological control: methods and statistical analysis.
Tscharntke T, Bommarco R, Clough Y, Crist TO, Kleijn D, Rand TA, Vidal S. 2007. Conservation
biological control and enemy diversity on a landscape scale. Biological Control 43:294–309.
https://doi.org/10.1016/j. biocontrol.2007.08.006.