Professional Documents
Culture Documents
Analisis Tax Bouyancy
Analisis Tax Bouyancy
39295
EFFICIENT
Indonesian Journal of Development Economics
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/efficient
Permalink/DOI: https://doi.org/10.15294/efficient.v3i2.39295
Abstract
The fiscal deficit in developing countries is a major problem that has prompted government efforts to increase tax revenues. There is a
positive relationship between tax and PDB. With tax buoyancy, the total response of tax revenue to changes in PDB can be measured by
policy changes in the tax or administrative system. This study aims to identify analysis of tax buoyancy in ASEAN-5 countries (Indonesia,
Philippines, Malaysia, Singapore, and Thailand) in 2002-2016. The analysis method in this study uses panel data regression analysis. Panel
data regression analysis with the Commond Effect Model method is used to analyze the influence of the share of manufacturing sector,
share of agricultural sector, share of import sector, share of service sector, budget deficit, corruption, and tax reform to tax buoyancy in
ASEAN-5 countries (Indonesia, Philippines, Malaysia, Singapore, and Thailand in 2002-2016. The data used in this research is secondary
data. The panel data regression results show that share of manufacturing sector, share of import sector, share of service sector, budget
defici, corruption, and tax reform have a significant effect to tax buoyancy. The share of manufacturing sector with a coefficient of 1.30 as
dominant factor affecting tax buoyancy. While for the share of agricultural sector has a coefficient -0.60 and insignificant effect on tax
buoyancy in ASEAN-5 countries (Indonesia, Philippines, Malaysia, Singapore, and Thailand) in 2002-2016.
Keywords: budget deficit , tax buoyancy, tax revenue, gross domestic product
Abstrak
Defisit fiskal di negara-negara berkembang adalah masalah besar yang mendorong upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan pajak.
Ada hubungan positif antara pajak dan PDB. Dengan daya apung pajak, total respons penerimaan pajak terhadap perubahan dalam PDB dapat
diukur dengan perubahan kebijakan dalam sistem perpajakan atau administrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi analisis daya
apung pajak di negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand) pada tahun 2002-2016. Metode analisis dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel. Analisis regresi data panel dengan metode Commond Effect Model digunakan untuk
menganalisis pengaruh pangsa sektor manufaktur, pangsa sektor pertanian, pangsa sektor impor, pangsa sektor jasa, defisit anggaran, korupsi,
dan reformasi pajak terhadap kemampuan pajak di Negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand pada tahun
2002-2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Hasil regresi data panel menunjukkan bahwa pangsa sektor
manufaktur, pangsa sektor impor, pangsa layanan sektor, defisiensi anggaran, korupsi, dan reformasi pajak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap daya apung pajak. Pangsa sektor manufaktur dengan koefisien 1,30 sebagai faktor dominan yang mempengaruhi pajak apung.
Sedangkan untuk pangsa sektor pertanian memiliki koefisien -0,60 dan pengaruh tidak signifikan tentang daya apung pajak di negara-negara
ASEAN-5 (Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand) pada tahun 2002-2016.
Kata Kunci: defisit anggaran, pajak apung, pendapatan pajak, produk domestik bruto
How to Cite: Setyoningrum, D., & Purwanti, E. (2020). Analisis Tax Buoyancy pada Asean-5 Tahun 2002-
2016. Efficient: Indonesian Journal of Development Economics , 3(2),741-750.
https://doi.org/10.15294/efficient.v3i2.39295
hasil bahwa model commond effect adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
model terbaik yang digunakan dalam negara.
penelitian ini. Melalui tarif dan bea impor, maka
penerimaan pajak dari kegiatan impor akan
Pembahasan Hasil Penelitian meningkat. Selama tahun 2002-2016 negara
Asia Tenggara merupakan negara di Indonesia memiliki share sektor impor
benua Asia bagian tenggara yang mencakup terendah sebesar 18,32 persen di tahun 2016.
Indochina, Semenanjung Malaya, dan Selanjutnya, pada share sektor jasa
kepualauan di sekitarnya. Luas negara Asia tertinggi ada pada negara Singapura
Tenggara kurang lebih 4.500.000 km2. Negara dengan angka 70,99 persen di tahun 2013.
yang paling luas adalah Indonesia, yaitu Selain memiliki share sektor jasa tertinggi,
1.919.443 km2. Sedangkan untuk negara yang negara Singapura sebagai negara maju pada
memiliki wilayah paling sempit adalah negara ASEAN-5 ini memiliki angka
Singapura dengan luas wilayah hanya 721,5 pengendalian korupsi tertinggi yaitu 2,33
km2. Di 2016 negara Indonesia juga memiliki persen di tahun 2013.
angka PDB tertinggi dibandingkan dengan Reformasi perpajakan dalam analisis tax
keempat negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar buoyancy ini sangat diperlukan. Di negara
103.7863 milliar US$. Hal ini menunjukkan ASEAN-5 reformasi perpajakan tersebut
bahwa negara Indonesia memiliki kondisi berkaitan dengan tarif pajak PPh Badan.
pertumbuhan ekonomi yang positif. Peningkatan dan penurunan ini
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada dilakukan untuk menarik investasi
suatu negara juga didukung oleh kontribusi sehingga nantinya dapat mendorong
dari masing-masing sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan
PDB. Berdasarkan data dari World Bank (2018), penerimaan pajak PPh Badan. Filipina
di negara ASEAN-5 selama tahun 2002-2016 memiliki tariff PPh Badan sebesar 30 persen,
negara Indonesia memiliki share sektor sedangkan Singapura saat ini menerapkan
pertanian tertinggi yaitu 16,32. Hal ini tariff PPh Badan sebesar 17 persen.
dikarenakan negara Indonesia sebagai negara Analisis data dilakukan dengan
agraris memiliki lahan pertanian yang luas dan menggunakan model terbaik yaitu
sebagian dari penduduknya bekerja di sektor commond effect model. Data yang
pertanian. Sedangkan negara Singapura hanya diolah adalah data panel dengan objek
memiliki share sektor pertanian sebesar 0,03 penelitian negara-negara yang tergabung
persen. Selain itu, share sektor dalam ASEAN-5, yaitu: Indonesia, Filipina,
manufaktur negara Indonesia juga memiliki Malaysia, Singapura, dan Thailand dalam
nilai yang tinggi sebesar 31,95 persen. kurun waktu 2002-2016. Analisis ini
Sedangkan untuk share sektor manufaktur bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor
terhadap PDB terendah berada di negara penentu tax buoyancy yang terdiri dari variabel
Singapura sebesar 17,26 persen di tahun 2013. share sektor manufaktur, share sektor
Kegiatan impor dalam perdagangan pertanian, share sektor impor, share sektor
internasional juga memiliki peran penting jasa, defisit anggaran, korupsi, dan reformasi
EFFICIENT Indonesian Journal of Development Economics Vol 3 (2) (2020) : 741-750 747
perpajakan. Berdasarkan hasil regresi data sektor manufaktur, share sektor pertanian,
panel pada tabel 2, maka diperoleh model dari share sektor impor, share sektor jasa, defisit
penelitian sebagai berikut: anggaran, korupsi, dan reformasi perpajakan
secara simultan berpengaruh terhadap variabel
TBit = 1,070430 + 1,309344MANFit* – tax buoyancy. Uji signifikansi secara parsial
0,602356AGRit + 0,656935IMPit* + dari hasil regresi data panel memberikan hasil
0,375753SERit* + 0,844317BDit* – bahwa variabel share sektor manufaktur, share
26,22486KORit* + 0,551041DRPit* + µit.........(2) sektor impor, share sektor jasa, defisit
anggaran, korupsi, dan reformasi perpajakan
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Data Panel
memiliki pengaruh terhadap variabel tax
dengan Commond Effect Model
buoyancy. Sedangkan untuk variabel share
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. sektor pertanian tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel tax buoyancy.
C 1.070430 0.373217 2.868120 0.0055 Berdasarkan pada tabel 2, variabel share
MANF 1.309344 0.171955 7.614467 0.0000 sektor manufaktur berpengaruh positif dan
AGR -0.602356 0.498980 -1.207174 0.2316 signifikan terhadap tax buoyancy di negara
IMP 0.656935 0.062426 10.52343 0.0000 ASEAN-5. Hasil ini sesuai dengan penelitian
SER 0.375753 0.099156 3.789533 0.0003 Ahmed (2010), dan Bayu (2015) yang
BD 0.844317 0.361865 2.333237 0.0226 menyatakan bahwa pertumbuhan pada sektor
KOR -26.22486 3.669983 -7.145770 0.0000 manufaktur berpengaruh positif dan signifikan
DRP 0.551041 0.474200 2.162043 0.0493 terhadap tax buoyancy. Semakin tinggi
pertumbuhan sektor manufaktur serta
R-squared 0.780507 F-statistic 34.03551
kontribusinya terhadap PDB melalui pajak
Adjusted
penjualan, pajak pertambahan nilai, cukai,
R-squared 0.757575 Prob(F-statistic) 0.000000
serta pajak penghasilan dari perusahaan-
Sumber : Data Diolah perusahaan manufaktur, maka akan
meningkatkan kinerja penerimaan pajak
Hasil regresi data panel menghasilkan negara (tax buoyancy). Besarnya angka
nilai R-squared sebesar 0.780507. Hal ini kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB
menunjukkan bahwa sebesar 78,05 persen ini juga dikarenakan semakin banyaknya
variabel tax buoyancy dalam model perusahaan industri manufaktur di negara
dipengaruhi oleh variabel bebas dari share ASEAN-5 salah satunya Indonesia.
sektor manufaktur, share sektor pertanian, Share sektor impor juga berpengaruh
share sektor impor, share sektor jasa, defisit positif dan signifikan terhadap tax buoyancy
anggaran, korupsi, dan reformasi perpajakan. negara ASEAN-5. Hasil penelitian ini sejalan
Sementara sisanya sebesar 21,95 persen dengan penelitian Ahmed (2010), Bayu (2015),
dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang dan Sanjaya (2014) yang menunjukkan bahwa
tidak diteliti. Selanjutnya, berdasarkan uji sektor impor memiliki pengaruh positif dan
signifikansi secara simultan variabel share signifikan terhadap tax buoyancy. Dalam
748 Devi S & Evi Yulia P, Analisis Tax Bouyancy pada Asean-5 Tahun 2002-2016
DAFTAR PUSTAKA Sjafri, Rika Sari. 2006. Analisis Tentang Penerimaan Pajak
Sebagai Fungsi dari Produk Domestik Bruto
Ahmed, Qazi Masood and Muhammad Suleiman. 2010.
Kaitanya dengan Tax Buoyancy dan Elastisitas
Determinants of Tax buoyancy: Empirical
Pajak di Indonesia. Tesis Dipublikasikan.
Evidence from Developing Countries. European
Universitas Indonesia.
Journal of Social Sciences, Vol. 13 (3), pp. 408-414.
Widjaya, Annisa Gama. 2008. Studi Evaluasi Kepatuhan
Bayu, Tedele. 2015. Analysis of Tax buoyancy and Its
wajib pajak sebelum dan sesudah reformasi
Determinants in Ethiopia (Cointegration
perpajakan 2008 dan implikasinya terhadap
Approach). Journal of Economics and Sustainable
penerimaan pajak pada Kantor Pelayana Pajak
Development, Vol. 6, No.3.
Pratama kota Semarang di lingkungan kantor
Christianto, Valentinus. 2014. Pengaruh Pemahaman
wilayah Direktorat Jendral Pajak Janteng 1. Skripsi
Tindak Pidana Korupsi dan Pemahaman
Dipublikasikan. Universitas Diponegoro.
Penghindaran Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan
World Bank. 2018. World Development Indicator.
WajibPajak dalam Pembayaran Pajak. Jurnal
Diakses 20 Agustus 2018, dari
Ekonomi Akuntansi dan Manajemen, Vol. 13, No.1
http://databank.worldbank.org/data/source/worl
(2014).
d-development-indicators#
Gupta, Abhijit Sen. 2007. Determinenets of Tax Revenue
World Economic Forum. 2014. The Global
Efforts in developing Countries. IMF Working
Competitiveness Report 2014-2015, Geneva.
Paper 07/184. Washington: International
World Economic Forum. 2015. The Global
Monetary Fund.
Competitiveness Report 2015-2016, Geneva.
Hyman, David N. 2010. Public Finance : A Contemporary
World Economic Forum. 2016. The Global
Application of Theory to Policy. 10 ed. Thomson
Competitiveness Report 2016-2017, Geneva.
South Western: USA.
World Economic Forum. 2017. The Global
International Monetary Fund. 2016. Budgetary Central
Competitiveness Report 2017-2018, Geneva.
Government. Diakses 05 Agustus 2018, dari
http://databank.worldbank.org/data/databases/b
udgetary- central-government
Jenkins, Glenn P., Chun Yan Kuo, and Gangadhar P
Shukla. 2000. Tax Analysis and Revenue.
Forecasting, Issues and Techniques. Harvard
Institute for International Development.
Prasetyo, Danang Dwi, Moh. Adenan, dan Aisah Jumiati.
2016. Analisis Determinasi Foreign Direct
Investment di ASEAN-5 Tahun 2005-2014. Artikel
Ilmiah Mahasiswa. Universitas Jember.
Romer, Paul M. 1986. Increasing returns and long-run
growth. Journal of Political Economy 94(5):1002–
1037.
Sanjaya, A. Yudha. 2014. Empirical Study of Tax buoyancy
and The Determinants in Indonesia. Tesis.
Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
Sidik, Manchfud. 2002. Desentralisasi Fiskal : Kebijakan,
Implementaasi dan Pandangan ke Depan
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Disampaikan pada Seminar Nasional
“Menciptakan Good Governance demi
Mendukung Otonomi Daerah dan Desentralisasi
Fiskal”. Yogyakarta : 20 April.