Professional Documents
Culture Documents
J. Penelit. Din. Sos. 2-3 Des 2001
J. Penelit. Din. Sos. 2-3 Des 2001
Fendy Suhariadi*
ABSTRACT
The result shows that effective behaviour achieved through improvement spirit
produces a worker’s satisfaction of being a member, discipline to make
improvement, and endurance to failure. Besides, efficient behaviour achieved
through improvement spirit results in a worker’s satisfaction of being a member and
endurance to failure.
89
Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 2 No. 3 Desember 2001: 90-97
PENDAHULUAN
Orang sering kali mengabaikan bahwa yang paling menentukan dari upaya
peningkatan produktivitas adalah munculnya perilaku produktif dari karyawan,
Ada dua bentuk perilaku produktif yaitu perilaku efektif dan perilaku efisien.
Perilaku efektif adalah perilaku yang terarah untuk pencapaian tujuan organisasi,
sedangkan perilaku efisien adalah perilaku kerja yang berorientasi pada usaha
pemanfaatan secara maksimal dan hemat sumber daya, prasarana, sarana, dan dana
perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan. Litwin dan Stringer dalam Gibson
dkk (1987) mengatakan bahwa munculnya perilaku seseorang ditentukan oleh 2
(dua) sebab. Kedua sebab itu adalah individu dan lingkungan.
90
Pengaruh Semangat Penyempurnaan Terhadap Perilaku Produktif (Fendy Suhariadi)
Pada konteks perilaku organisasi, sebab dari lingkungan berupa situasi atau suasana
kerja dari organisasi yang dirasa dan dialami oleh karyawan setiap harinya.
Menurut Carrillo & Kopelman (1991), suasana organisasi yang berpengaruh
terhadap tingkat produktivitas kerja adalah struktur organisasi itu sendiri;
sedangkan menurut Frisch & Dickinson (1990) adalah berupa gaji, bonus dan
insentif; dan menurut Witt & Beorkrem (1989) adalah berupa iklim kerja organisasi.
Sedangkan sebab dari faktor individu adalah segala ciri khas yang dimiliki individu
yang membedakannya dari orang lain. Simonton (1989) menyatakan kalau faktor
individu itu adalah usia, McCarl (1991) menyebutkan pendidikan sebagai sebab
utama, dan McCormick & Tiffin (1974).
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang muncul dari penelitian ini
adalah apakah semangat penyempurnaan mampu membentuk perilaku produktif?,
kalaupun perilaku produktif ada 2 bentuk yaitu perilaku efektif dan efisien, maka
bagaimanakah pengaruh semangat penyempurnaan terhadap masing-masing
bentuk perilaku efektif dan perilaku efisien tersebut?
METODE PENELITIAN
91
Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 2 No. 3 Desember 2001: 92-97
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pekerja Perusahaan Texmaco pada
bidang unit usaha tekstil, yaitu PT Texmaco Jaya Karawang, PT Texmaco Jaya
Pemalang, PT Wastra Indah Batu Malang, dengan jumlah total sebesar 6994 orang.
Adapun sampel penelitian diambil dengan cara acak sederhana melalui undian agar
tiap-tiap unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
anggota sampel, dengan mengikuti pedoman dari Reaves (1992) dan dengan taraf
kepercayaan sebesar 10% maka ukuran samplenya sebanyak 320 orang.
Uji ini hanya untuk alat ukur hasil konstruksi peneliti. Variabel semangat
penyempurnaan telah juga dilakukan analisa faktor dan menunjukkan hasil yang
valid. Sedangkan nilai reliabilitas dari Semangat bersama = 0.5144, Kepuasan atas
keterlibatan sebagai anggota = 0.0893, Disiplin melakukan penyempurnaan = 0.6036,
Daya tahan mengalami kegagalan = 0.5258. Variabel Perilaku produktif juga telah
diuji validitas dengan analisa faktor dan angka reliabilitasnya adalah sebesar =
0.5356 untuk perilaku efektif, sedangkan variabel perilaku efisien mempunyai angka
reliabilitas sebesar = 0.3358.
92
Pengaruh Semangat Penyempurnaan Terhadap Perilaku Produktif (Fendy Suhariadi)
b
Variabel Independen Nilai p Keterangan
(standar)
Dari hasil analisis regresi yang dipaparkan pada Tabel 1. dapat disimpulkan bahwa
perilaku efektif memang dipengaruhi oleh beberapa variabel yang dihipotesiskan
sebagai variabel yang mempengaruhinya, tetapi ada pula beberapa variabel lain
yang ternyata tidak berpengaruh, atau justru memiliki pengaruh yang berlawanan
dengan apa yang dihipotesiskan.
93
Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 2 No. 3 Desember 2001: 94-97
Sedangkan peran dari kepuasan atas keterlibatan sebagai anggota juga dapat
dijelaskan dalam konteks pemahaman perilaku efektif. Perilaku efektif menuntut
orang untuk aktif melakukan kegiatan apa saja asalkan tujuan organisasi tercapai.
Pada orang yang mengalami kepuasan atas keterlibatannya di dalam organisasi
malah kurang bisa memunculkan perilaku efektif, karena mereka akan menikmati
kepuasannya di dalam organisasi sehingga lupa pada aktivitas sebenarnya dan
kurang melakukan aktifitas yang seharusnya dituntut organisasi yaitu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini kepuasan sebagai anggota
organisasi malah tidak menimbulkan aktifitas perilaku yang efektif.
Perilaku produktif efektif juga disebabkan oleh daya tahan akan kegagalan secara
positif, artinya makin kuat daya tahan orang dalam menghadapi kegagalan maka
makin efektif perilaku produktivitasnya. Seperti dijelaskan dimuka bahwa pola
perilaku produktif efektif menuntut individu untuk melakukan upaya apa saja
asalkan tujuan organisasi tercapai, untuk itu tentu saja dibutuhkan individu-
individu yang tahan uji dan tahan banting manakala menemukan kegagalan dalam
mencapai tujuan, individu-individu tersebut akan terus melaju (bekerja dengan
keras) lagi sampai tujuan organisasi tercapai. Setiap melakukan tindakan
penyempurnaan, resiko yang dihadapi adalah munculnya kesalahan. Bahkan
menurut Pfeffer & Sutton (1999) dinyatakan bahwa bagi orang yang punya daya
tahan kegagalan tinggi, kesalahan dianggap sebagai suatu yang lumrah karena tidak
ada tindakan tanpa mengalami kesalahan, yang terpenting adalah bagaimana
mengurangi rasa takut gagal sehingga nantinya mampu menguatkan daya tahan
akan kegagalan.
94
Pengaruh Semangat Penyempurnaan Terhadap Perilaku Produktif (Fendy Suhariadi)
b Nilai
Variabel Independen Keterangan
(standar) p
Taraf Signifikan :
Kepuasan terlibat sebagai anggota 0.138 ** 0.012 *signifikan dengan p < 0.10
** signifikan dengan p < 0.05
Disiplin melakukan ***signifikan dengan p < 0.01
0.193 *** 0.001
penyempurnaan
Dari hasil analisis regresi yang dipaparkan pada Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa
perilaku efisien memang dipengaruhi oleh beberapa variabel yang dihipotesakan
sebagai variabel yang mempengaruhinya.
Sebagaiman teori yang disampaikan di depan bahwa orang yang memiliki disiplin
untuk melakukan penyempurnaan, biasanya juga mengacu pada proses untuk
mencapainya. Kedisiplinan melakukan penyempurnaan selalu mengusahakan agar
pencapaian tujuan organisasi juga selalu mempertimbangkan bagaimana proses
mencapainya. Proses mencapai tujuan tersebut adalah berusaha selalu
mempertimbangkan pada usaha penghematan sumber daya, penanggulangan
pemborosan waktu, tenaga, dan dana. Jadi dalam hal ini Disiplin Penyempurnaan
berpengaruh pada pembentukan Perilaku Efisien.
95
Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 2 No. 3 Desember 2001: 96-97
Berdasarkan pada hasil penelitian di atas dapat disampaikan beberapa saran yang
bisa berguna bagi penelitian selanjutnya serta juga berguna bagi para pengelola
sumber daya manusia yang ada di perusahaan. Adapun saran-saran tersebut adalah:
1. Peningkatan kinerja dari pekerja lebih diutamakan dengan cara membentuk
perilaku yang produktif dari pekerja bukan dengan cara-cara yang mekanistik
seperti pengaturan kerja sesuai dengan jabatannya saja.
2. Perilaku produktif ada dua macam bentuk yaitu perilaku efisien dan efektif,
kesemua bentuk ternyata sangat dipengaruhi oleh semangat kebersamaan di
dalam kelompok dan disiplin melakukan penyempurnaan, untuk itu ketika
hendak menggerakkan pekerja untuk bekerja dengan lebih produktif sebaiknya
mengajak mereka secara bersama-sama bekerja dalam kesatuan kelompok, dan
membuat mereka merasa “betah” atau puas di dalam organisasi. Akan lebih baik
lagi bila mengajak mereka untuk bekerja dengan disiplin yang tinggi ketika
hendak melakukan penyempurnaan kerja.
3. Ada baiknya peranan semangat penyempurnaan juga diuji bersama-sama
dengan variabel kompetensi yang lain. Semangat penyempurnaan lebih
mengarah kepada kompetensi emosional, untuk itu akan lebih baik bila
dibandingkan dengan bentuk kompetensi yang lain seperti kompetensi
intelektual agar bisa diuji kekuatan dari masing-masing kompetensi dalam
membentuk perilaku produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Burgess, H. Giles. 1982. Industrial Organization, Prentice-Hall International Editions, Singapore,
2-4.
Carillo, M. Phoebe., Kopelman, E. Richard. 1991. Organization structure and productivity: effect
of subunit size, vertical complexity, and administrative intensity on operating
efficiency, Group and Organization Studies, 16, 44-59.
Dipboye, L. Robert., Smith, S. Carlla., Howell, C. William. 1994. Understanding Industrial and
Organizational Psychology: an Integrated Approach, Harcourt Brace College Publisher, Fort
Wort, chapter 1 & 3.
Frisch, J. Carol., Dickinson, M. Alyce. 1990. Work productivity as a function of percentage of
monetary incentives to base pay. Special issue: Promoting excellence through
performance management, Journal of Organization Behavior Management, 11, 13-33.
Gibson, L. James., Ivancevich, M. John., Donnely Jr. J. H. 1987. Organisasi: perilaku, struktur,
proses, editor Agus Darma, Erlangga., Jakarta.
Hauck, C. Warren. 1987. Gaining productivity in banking operation, dalam World Productivity
Forum & 1987 International Industrial Engineering Conference, Industrial Engineering
Press, Washington DC, 103-113.
96
Pengaruh Semangat Penyempurnaan Terhadap Perilaku Produktif (Fendy Suhariadi)
Kerlinger, N. Fred. 1986. Foundations of Behavioral Research, 3rd edition, Holt Rinehart Winston
International Edition, New-York, chapter 12 & 24.
Kleinbaum, G. David., Kupper, L. Lawrence. 1978. Applied Regression Analysis and Other
Multivariable Methods, Duxbury Press, Massachusetts.
McCarl, J. Joanne., Svobodny, Linda., Beare, L. Paul. 1991. Self recording in classroom for
students with mild to moderate mental handicaps: Effect on productivity and on-task
behavior, Education and Training in Mental Retardation, 26, 79-88.
McCormick, J. Ernest., Tiffin, Joseph. 1974. Industrial Psychology, 6th edition, Prentice-Hall of
India Private Limited, New-Delhi, chapter 2.
McNeese-Smith, Donna. 1996. Increasing Employee Productivity, Job Satisfaction, and
Organization Commitment, Hospital & Health Services Administration, 41, 2, 160-175.
Pfeffer, Jeffrey., Sutton, I. Robert, 1999, Knowing "what" to do is not enough: Turning
Knowledge into Action, California Management Review., 42, 1, 83-108.
Purwoko, Bambang. 1989. Prospek dan Tantangan Ketenagakerjaan dalam Pelita V, dalam
Analisis CSIS, Mei-Juni 1989, Tahun XVIII, No. 3.
Reaves, C. Celia. 1992. Quantitative Research for the Behavioral Sciences, John Willey and son inc,
Singapore, 99-101.
Riggs, L. James., Bethel, L. Lawrence., Atwater, S. Franklin., Smith, H.E. George., Stackman, A.
Harvey Jr. 1979. Industrial Organization and Management, 6th edition, McGraw-Hill
Kogakusha Ltd, Tokyo, 216.
Simonton, K. Dean. 1989. Age and creative productivity: Nonlinear estimation of information-
processing-model, International Journal of Aging and Human Development, 29, 23-37.
Turner, C. Wayne., Webb E. Richard. 1987. An Industrial engineering approach to hazardous
materials/waste management, dalam World Productivity Forum & 1987 International
Industrial Engineering Conference, Industrial Engineering Press, Washington DC, 175-181.
Witt, L. Alan., Beorkrem, N. Mark. 1989. Climate for creative productivity as a predictor of
research usefulness and organizational effectiveness in an R & D organization,
Creativity Research Journal, 2, 30-40.
97