You are on page 1of 9

Pengaruh Semangat Penyempurnaan Terhadap Perilaku Produktif (Fendy Suhariadi)

PENGARUH SEMANGAT PENYEMPURNAAN


TERHADAP PERILAKU PRODUKTIF

THE INFLUENCE OF IMPROVEMENT SPIRIT


TO THE BEHAVIOR PRODUCTIVE

Fendy Suhariadi*

ABSTRACT

Productivity is not only engineering that has an objective to improve a product or


service. It is a workers’ behaviour that focuses on achieving the goal (the worker
effectiveness) and a working behaviour that is always counted by the use of
resources of time, energy, and cost. Increased workers’ behaviours result in
improvement spirit (motivational factors). Effective behaviours produce a worker’s
satisfaction of being a member, discipline to make improvement, and endurance to
failure.

This research was conducted to test the influence of improvement spirit on


productive behaviour. The reasearch took 320 workers as a sample (Reaves, 1992)
out of 6,994 workers at PT Texmaco Jaya (Pemalang, Karawang, and Malang). All
variables were measured with a questionnaire of Likert scale. SPSS version 7.5 was
used to compute the data (including validity construction, alpha Cronbach
reliability, normality test, multicollinearity test, and homogeneity variance). Multiple
regression analysis was used to test the hypothesis.

The result shows that effective behaviour achieved through improvement spirit
produces a worker’s satisfaction of being a member, discipline to make
improvement, and endurance to failure. Besides, efficient behaviour achieved
through improvement spirit results in a worker’s satisfaction of being a member and
endurance to failure.

Keywords: Productivity, improvement spirit

* Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

89
Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 2 No. 3 Desember 2001: 90-97

PENDAHULUAN

Peningkatan produktivitas perusahaan mampu memberikan sumbangan bagi


peningkatan produktivitas nasional. Menurut laporan tahunan Depnaker tahun
1987, sebagaimana dikutip oleh Purwoko (1989) telah diketahui bahwa tingkat
produktivitas untuk sektor industri dan perdagangan cukup rendah (di bawah
angka 2 yang artinya produktivitas pada sektor ini cukup rendah) bila dibandingkan
dengan sektor pertambangan yang mempunyai angka tertinggi sebesar 33,94 maka
nilai produktivitas di bawah angka 2 tersebut sangat kecil sekali, sehingga untuk
sektor industri dan perdagangan sangat perlu ditingkatkan nilai produktivitasnya.

Rendahnya tingkat produktivitas memacu perusahaan untuk melakukan upaya-


upaya tertentu agar bisa meningkatkan produktivitas. Upaya-upaya yang dilakukan
perusahaan lebih dititikberatkan pada rekayasa-rekayasa lingkungan kerja agar
memenuhi standard kerja yang sesuai dengan spesifikasi. Hal ini terlihat dari hasil
beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengungkap produktivitas kerja
perusahaan seperti penelitian Hauck (1987) tentang upaya pencapaian produktivitas
operasi perbankan, dan penelitian Turner dan Webb (1987) tentang pendekatan
teknologi industri untuk menangani pemborosan limbah industri. Kondisi yang
terjadi pada perusahaan Ford Motor Company-pun juga tak jauh berbeda dengan
hasil yang diungkapkan dari penelitian di atas, sebagaimana dilaporkan oleh
Burgess (1982), dinyatakan bahwa peningkatan produktivitas bisa dilakukan dengan
mengkombinasikan rekayasa teknik lingkungan kerja (baca: studi gerak waktu)
perusahaan dengan faktor-faktor fisik dan psikologik pekerja sebagai variabel
pengaruhnya. Bahkan menurut Riggs, dkk. (1979) perbaikan produktivitas tidak bisa
tidak harus melalui perhitungan rekayasa-ekonomi (economic-engineering). Bila faktor
manusia ini diperhitungkan dalam analisa penelitian, maka proses analisisnya
meletakkan variabel manusia bukan sebagai faktor utama yang berperan atau
berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas.

Terlihat bahwa upaya peningkatan produktivitas di atas tidak menyentuh sisi


psikologik pekerja, dan faktor psikologik ini lebih banyak berperanan sebagai
konsekuensi dari tingkat produktivitas yang dicapai. Bila produktivitas tinggi maka
pekerja akan merasa puas, pekerja akan termotivasi, pekerja akan punya sikap yang
baik terhadap pekerjaan dan pimpinannya, pekerja akan mempunyai
kecenderungan yang kecil untuk keluar dari perusahaan (pergantian karyawan),
atau untuk memberontak.

Orang sering kali mengabaikan bahwa yang paling menentukan dari upaya
peningkatan produktivitas adalah munculnya perilaku produktif dari karyawan,
Ada dua bentuk perilaku produktif yaitu perilaku efektif dan perilaku efisien.
Perilaku efektif adalah perilaku yang terarah untuk pencapaian tujuan organisasi,
sedangkan perilaku efisien adalah perilaku kerja yang berorientasi pada usaha
pemanfaatan secara maksimal dan hemat sumber daya, prasarana, sarana, dan dana
perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan. Litwin dan Stringer dalam Gibson
dkk (1987) mengatakan bahwa munculnya perilaku seseorang ditentukan oleh 2
(dua) sebab. Kedua sebab itu adalah individu dan lingkungan.

90
Pengaruh Semangat Penyempurnaan Terhadap Perilaku Produktif (Fendy Suhariadi)

Pada konteks perilaku organisasi, sebab dari lingkungan berupa situasi atau suasana
kerja dari organisasi yang dirasa dan dialami oleh karyawan setiap harinya.
Menurut Carrillo & Kopelman (1991), suasana organisasi yang berpengaruh
terhadap tingkat produktivitas kerja adalah struktur organisasi itu sendiri;
sedangkan menurut Frisch & Dickinson (1990) adalah berupa gaji, bonus dan
insentif; dan menurut Witt & Beorkrem (1989) adalah berupa iklim kerja organisasi.
Sedangkan sebab dari faktor individu adalah segala ciri khas yang dimiliki individu
yang membedakannya dari orang lain. Simonton (1989) menyatakan kalau faktor
individu itu adalah usia, McCarl (1991) menyebutkan pendidikan sebagai sebab
utama, dan McCormick & Tiffin (1974).

Terakhir Dipboye dkk (1994) menyatakan bahwa karakteristik psikologik


individulah yang berpengaruh besar terhadap pembentukan perilaku. Karakteristik
individu sebagaimana dimaksud ada 2 bentuk, yaitu karakteristik personal dan
karakteristik psikologik. Karakteristik personal yang dimaksud di sini adalah umur,
jenis kelamin, pendidikan, pangkat, dan pengalaman kerja. Sedangkan karakteristik
psikologik adalah sikap, kepribadian, minat, dan motivasi (seluruhnya disebut
sebagai kemauan). Karakteristik psikologik yang paling utama adalah kemauan
yang diterjemahkan dalam bentuk semangat melakukan penyempurnaan. Semangat
penyempurnaan tersebut akan mendorong individu untuk selalu berusaha agar
kerjanya dapat menghasilkan tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Semangat
penyempurnaan ini tentunya akan mengarahkan diri individu untuk berusaha
mencari perbaikan-perbaikan pola kerja yang selama ini dijalaninya agar hasil kerja
yang diperoleh bisa maksimal. Akhirnya bisa dinyatakan bahwa semangat
penyempurnaanlah yang mendasari terbentuknya perilaku produktif pekerja.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang muncul dari penelitian ini
adalah apakah semangat penyempurnaan mampu membentuk perilaku produktif?,
kalaupun perilaku produktif ada 2 bentuk yaitu perilaku efektif dan efisien, maka
bagaimanakah pengaruh semangat penyempurnaan terhadap masing-masing
bentuk perilaku efektif dan perilaku efisien tersebut?

METODE PENELITIAN

Berdasarkan pada model hubungan antarvariabel di atas, penelitian ini tergolong


pada penelitian eksplanatori. Selanjutnya dapat ditentukan bahwa penelitian ini ada
dua kali uji hipotesis statistiknya, untuk itu dalam analisis variabel menggunakan
dua kali sebagaimana dinyatakan oleh Kerlinger (1986), dan Kleinbaum (1978).
Beberapa variabel penelitian untuk hubungan kausalitas pertama (uji hipotesis
pertama) adalah :
1. Variabel bebas adalah semangat penyempurnaan dalam bentuk semangat
bersatu mencapai tujuan, kepuasan akan keterlibatan menjadi anggota, disiplin
melakukan perbaikan, dan daya tahan terhadap kegagalan. Pengukuran
terhadap variabel semangat penyempurnaan dalam bentuk variabel semangat
bersatu mencapai tujuan organisasi, kepuasan atas keterlibatan menjadi anggota,
disiplin melakukan perbaikan, dan daya tahan akan kegagalan perbaikan.
Pengukuran variabel ini lebih banyak menggunakan kuesioner atau sederetan

91
Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 2 No. 3 Desember 2001: 92-97

daftar pertanyaan dan pernyataan yang meminta responden untuk menjawab


sesuai dengan realitas yang ada.
2. Variabel tergantung adalah perilaku produktif efektif yaitu perilaku karyawan
yang selalu mengarah pada pencapaian tujuan (efektivitas kerja). Pengukuran
perilaku produktif efektif dari seorang pekerja berdasarkan pada kuesioner
berskala Likert yang disusun oleh peneliti dengan item-item yang mengungkap
perilaku-perilaku cerminan dari upaya pencapaian tujuan dari pekerja pada saat
bekerja.

Sedangkan beberapa variabel penelitian untuk hubungan kausalitas kedua (uji


hipotesis kedua) adalah:
1. Variabel bebas adalah semangat penyempurnaan dalam bentuk kepuasan akan
keterlibatan menjadi anggota, dan disiplin melakukan perbaikan. Pengukuran
variabel ini lebih banyak menggunakan kuesioner atau sederetan daftar
pertanyaan dan pernyataan yang meminta responden untuk menjawab sesuai
dengan realitas yang ada.
2. Variabel tergantung adalah perilaku produktif efisien yaitu kuatnya perilaku
pekerja yang berorientasi pada usaha untuk memanfaatkan secara maksimal dan
hemat sumber daya, prasarana, sarana, dan dana perusahaan dalam usahanya
mencapai tujuan. Variabel perilaku efisien diukur dengan alat ukur berbentuk
kuestioner, hasilnya dinyatakan dalam bentuk skor yang menggambarkan kuat
atau lemahnya orientasi perilaku seseorang dalam memikirkan efisiensi kerja.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pekerja Perusahaan Texmaco pada
bidang unit usaha tekstil, yaitu PT Texmaco Jaya Karawang, PT Texmaco Jaya
Pemalang, PT Wastra Indah Batu Malang, dengan jumlah total sebesar 6994 orang.
Adapun sampel penelitian diambil dengan cara acak sederhana melalui undian agar
tiap-tiap unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
anggota sampel, dengan mengikuti pedoman dari Reaves (1992) dan dengan taraf
kepercayaan sebesar 10% maka ukuran samplenya sebanyak 320 orang.

Seluruh pengolahan data menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS


versi 7,5. Analisis statistik pertama kali dilakukan untuk menguji asumsi pemakaian
analisis regresi serta uji validitas dan reliabilitas alat ukur. Uji validitas alat ukur
menggunakan analisis faktor karena dasar validitas alat ukur yang digunakan
adalah validitas konstruk. Sedangkan uji reliabilitas alat ukur menggunakan uji
reliabilitas alpha cronbach.

Uji ini hanya untuk alat ukur hasil konstruksi peneliti. Variabel semangat
penyempurnaan telah juga dilakukan analisa faktor dan menunjukkan hasil yang
valid. Sedangkan nilai reliabilitas dari Semangat bersama = 0.5144, Kepuasan atas
keterlibatan sebagai anggota = 0.0893, Disiplin melakukan penyempurnaan = 0.6036,
Daya tahan mengalami kegagalan = 0.5258. Variabel Perilaku produktif juga telah
diuji validitas dengan analisa faktor dan angka reliabilitasnya adalah sebesar =
0.5356 untuk perilaku efektif, sedangkan variabel perilaku efisien mempunyai angka
reliabilitas sebesar = 0.3358.

92
Pengaruh Semangat Penyempurnaan Terhadap Perilaku Produktif (Fendy Suhariadi)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian dan Pembahasan dari Pengaruh Semangat Penyempurnaan terhadap


perilaku efektif
Pengujian pertama akan dilakukan untuk mengetahui Variabel Perilaku Efektif itu
dipengaruhi oleh Variabel Semangat Bersama Mencapai Tujuan, Kepuasan atas
Keterlibatan sebagai anggota, Disiplin Penyempurnaan, dan Daya Tahan atas
Kegagalan. Model lengkap yang diuji di sini, hasilnya dipaparkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Regresi semangat bersama mencapai tujuan, kepuasan terlibat sebagai


anggota, disiplin penyempurnaan, dan daya tahan kegagalan terhadap
perilaku efektif

b
Variabel Independen Nilai p Keterangan
(standar)

Semangat bersama mencapai tujuan 0.087 0.155


Taraf Signifikan :
Kepuasan terlibat sebagai anggota - 0.110 ** 0.049 *signifikan dengan p < 0.10
** signifikan dengan p < 0.05
Disiplin melakukan ***signifikan dengan p < 0.01
- 0.174 *** 0.002
penyempurnaan
Daya tahan atas kegagalan 0.186 *** 0.002
Sumber: Data Primer

Dari hasil analisis regresi yang dipaparkan pada Tabel 1. dapat disimpulkan bahwa
perilaku efektif memang dipengaruhi oleh beberapa variabel yang dihipotesiskan
sebagai variabel yang mempengaruhinya, tetapi ada pula beberapa variabel lain
yang ternyata tidak berpengaruh, atau justru memiliki pengaruh yang berlawanan
dengan apa yang dihipotesiskan.

Semangat bersama mencapai tujuan ternyata tidak berpengaruh pada Perilaku


Efektif. Hal ini diperkirakan terjadi karena semangat itu memang menghasilkan
banyak tindakan nyata, tetapi tindakan itu diperkirakan tidak menjadi efektif,
karena tidak dilakukan dengan cara yang tepat. Dengan sendirinya, bila hal ini
terjadi, tindakan itu tidak menjadi perilaku efektif.

Munculnya perilaku produktif ini secara statistik dipengaruhi oleh disiplin


melakukan penyempurnaan (negatif), kepuasan sebagai anggota organisasi (negatif),
dan daya tahan melakukan penyempurnaan (positif). Berdasarkan pada hasil
tersebut, bisa dikatakan bahwa perilaku efektif lebih mengutamakan pencapaian
tujuan, dan ini bisa diraih manakala anggota organisasi tidak mengutamakan
kedisiplinan dalam melakukan penyempurnaan. Juga kurang membutuhkan orang-
orang yang terlalu puas sebagai anggota organisasi. Secara teoritis hasil tersebut
tidak sesuai dengan dugaan semula namun bila dicari logikanya maka pengaruh
tersebut cukup beralasan pada populasi dimaksud.

Peran disiplin melakukan penyempurnaan terhadap terbentuknya perilaku


produktif efektif dapat dibuktikan melalui beberapa kasus. Pada organisasi yang

93
Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 2 No. 3 Desember 2001: 94-97

mengutamakan perilaku efektif, menuntut bagaimana tujuan organisasi tercapai,


untuk itu bila ditemui seseorang yang sangat disiplin melakukan penyempurnaan
kerja secara terus menerus sampai-sampai seluruh proses kerja harus diatur sesuai
dengan standar pelaksanaan tugas (SOP/standard operating procedure) maka yang
tampak adalah pola kerja yang kaku dan kurang fleksibel, secara praktis tidak
mengherankan bila tujuan organisasi sulit dicapai. Perilaku produktif efektif
menuntut orang untuk melakukan upaya apa saja asalkan tujuan organisasi tercapai,
bahkan kalau memang diperlukan peraturan (SOP) dilanggar demi mencapai tujuan
organisasi. Menurut McNeese-Smith (1996) dinyatakan bahwa pola perilaku
produktif efektif tersebut menuntut orang untuk fleksibel dan tidak terpaku pada
aturan-aturan serta tidak harus ketat disiplin sesuai dengan aturan.

Sedangkan peran dari kepuasan atas keterlibatan sebagai anggota juga dapat
dijelaskan dalam konteks pemahaman perilaku efektif. Perilaku efektif menuntut
orang untuk aktif melakukan kegiatan apa saja asalkan tujuan organisasi tercapai.
Pada orang yang mengalami kepuasan atas keterlibatannya di dalam organisasi
malah kurang bisa memunculkan perilaku efektif, karena mereka akan menikmati
kepuasannya di dalam organisasi sehingga lupa pada aktivitas sebenarnya dan
kurang melakukan aktifitas yang seharusnya dituntut organisasi yaitu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini kepuasan sebagai anggota
organisasi malah tidak menimbulkan aktifitas perilaku yang efektif.

Perilaku produktif efektif juga disebabkan oleh daya tahan akan kegagalan secara
positif, artinya makin kuat daya tahan orang dalam menghadapi kegagalan maka
makin efektif perilaku produktivitasnya. Seperti dijelaskan dimuka bahwa pola
perilaku produktif efektif menuntut individu untuk melakukan upaya apa saja
asalkan tujuan organisasi tercapai, untuk itu tentu saja dibutuhkan individu-
individu yang tahan uji dan tahan banting manakala menemukan kegagalan dalam
mencapai tujuan, individu-individu tersebut akan terus melaju (bekerja dengan
keras) lagi sampai tujuan organisasi tercapai. Setiap melakukan tindakan
penyempurnaan, resiko yang dihadapi adalah munculnya kesalahan. Bahkan
menurut Pfeffer & Sutton (1999) dinyatakan bahwa bagi orang yang punya daya
tahan kegagalan tinggi, kesalahan dianggap sebagai suatu yang lumrah karena tidak
ada tindakan tanpa mengalami kesalahan, yang terpenting adalah bagaimana
mengurangi rasa takut gagal sehingga nantinya mampu menguatkan daya tahan
akan kegagalan.

Pengujian dan Pembahasan dari Pengaruh Semangat Penyempurnaan terhadap


Perilaku Produktif Efisien
Pengujian ke dua akan dilakukan untuk mengetahui Variabel Perilaku Efisien itu
dipengaruhi oleh Variabel Kepuasan atas Keterlibatan menjadi Anggota, dan
Disiplin Penyempurnaan. Model lengkap yang diuji di sini, hasilnya dipaparkan
pada Tabel 2.

94
Pengaruh Semangat Penyempurnaan Terhadap Perilaku Produktif (Fendy Suhariadi)

Tabel 2. Regresi kepuasan atas keterlibatan menjadi anggota, dan disiplin


melakukan penyempurnaan terhadap perilaku produktif efisien

b Nilai
Variabel Independen Keterangan
(standar) p
Taraf Signifikan :
Kepuasan terlibat sebagai anggota 0.138 ** 0.012 *signifikan dengan p < 0.10
** signifikan dengan p < 0.05
Disiplin melakukan ***signifikan dengan p < 0.01
0.193 *** 0.001
penyempurnaan

Sumber : Data Primer

Dari hasil analisis regresi yang dipaparkan pada Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa
perilaku efisien memang dipengaruhi oleh beberapa variabel yang dihipotesakan
sebagai variabel yang mempengaruhinya.

Munculnya pola perilaku produktif efisien secara statistik dipengaruhi oleh


kepuasan atas keterlibatan sebagai anggota organisasi (tanda positif), dan disiplin
melakukan penyempurnaan (tanda positif). Secara logik hal tersebut bisa dipahami,
bahwa perilaku produktif efisien menuntut individu untuk selalu memperhitungkan
biaya, waktu dan tenaga dalam mencapai tujuan. Hanya pada individu-individu
yang mengalami kepuasan atas keterlibatannya sebagai anggota organisasi, keadaan
tersebut diatas dapat terwujud. Pada diri orang yang mengalami kepuasan atas
keterlibatannya sebagai anggota organisasi, mereka akan berusaha untuk
mempertahankan kelangsungan hidup organisasi karena organisasi baginya adalah
“sawah ladang” yang harus dijaga dan dirawat. Untuk itu, perilaku yang
dimunculkan berupa tindakan-tindakan yang mengarah pada efisiensi kerja,
berusaha untuk selalu mempertimbangkan besarnya ongkos-ongkos atau biaya yang
bisa merugikan perusahaan. Pada diri orang yang tidak mengalami kepuasan atas
keterlibatannya sebagai anggota organisasi diduga tidak banyak memikirkan
tindakan-tindakan yang mampu menjaga kelangsungan hidup perusahaan dengan
tidak selalu berusaha mempertimbangkan besarnya ongkos-ongkos atau biaya. Bagi
diri mereka yang terpenting adalah kelangsungan hidup individu bukan
kelangsungan hidup organisasi.

Sebagaiman teori yang disampaikan di depan bahwa orang yang memiliki disiplin
untuk melakukan penyempurnaan, biasanya juga mengacu pada proses untuk
mencapainya. Kedisiplinan melakukan penyempurnaan selalu mengusahakan agar
pencapaian tujuan organisasi juga selalu mempertimbangkan bagaimana proses
mencapainya. Proses mencapai tujuan tersebut adalah berusaha selalu
mempertimbangkan pada usaha penghematan sumber daya, penanggulangan
pemborosan waktu, tenaga, dan dana. Jadi dalam hal ini Disiplin Penyempurnaan
berpengaruh pada pembentukan Perilaku Efisien.

95
Jurnal Penelitian Dinamika Sosial Vol. 2 No. 3 Desember 2001: 96-97

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil uji di atas dapat diambil kesimpulan :


1. Perilaku efektif terbentuk dari semangat penyempurnaan terutama kepuasan
atas keterlibatan sebagai anggota, disiplin melakukan penyempurnaan, dan daya
tahan atas kegagalan.
2. Perilaku efisien terbentuk dari semangat penyempurnaan terutama kepuasan
atas keterlibatan sebagai anggota, dan disiplin melakukan penyempurnaan.

Berdasarkan pada hasil penelitian di atas dapat disampaikan beberapa saran yang
bisa berguna bagi penelitian selanjutnya serta juga berguna bagi para pengelola
sumber daya manusia yang ada di perusahaan. Adapun saran-saran tersebut adalah:
1. Peningkatan kinerja dari pekerja lebih diutamakan dengan cara membentuk
perilaku yang produktif dari pekerja bukan dengan cara-cara yang mekanistik
seperti pengaturan kerja sesuai dengan jabatannya saja.
2. Perilaku produktif ada dua macam bentuk yaitu perilaku efisien dan efektif,
kesemua bentuk ternyata sangat dipengaruhi oleh semangat kebersamaan di
dalam kelompok dan disiplin melakukan penyempurnaan, untuk itu ketika
hendak menggerakkan pekerja untuk bekerja dengan lebih produktif sebaiknya
mengajak mereka secara bersama-sama bekerja dalam kesatuan kelompok, dan
membuat mereka merasa “betah” atau puas di dalam organisasi. Akan lebih baik
lagi bila mengajak mereka untuk bekerja dengan disiplin yang tinggi ketika
hendak melakukan penyempurnaan kerja.
3. Ada baiknya peranan semangat penyempurnaan juga diuji bersama-sama
dengan variabel kompetensi yang lain. Semangat penyempurnaan lebih
mengarah kepada kompetensi emosional, untuk itu akan lebih baik bila
dibandingkan dengan bentuk kompetensi yang lain seperti kompetensi
intelektual agar bisa diuji kekuatan dari masing-masing kompetensi dalam
membentuk perilaku produktif.

DAFTAR PUSTAKA
Burgess, H. Giles. 1982. Industrial Organization, Prentice-Hall International Editions, Singapore,
2-4.
Carillo, M. Phoebe., Kopelman, E. Richard. 1991. Organization structure and productivity: effect
of subunit size, vertical complexity, and administrative intensity on operating
efficiency, Group and Organization Studies, 16, 44-59.
Dipboye, L. Robert., Smith, S. Carlla., Howell, C. William. 1994. Understanding Industrial and
Organizational Psychology: an Integrated Approach, Harcourt Brace College Publisher, Fort
Wort, chapter 1 & 3.
Frisch, J. Carol., Dickinson, M. Alyce. 1990. Work productivity as a function of percentage of
monetary incentives to base pay. Special issue: Promoting excellence through
performance management, Journal of Organization Behavior Management, 11, 13-33.
Gibson, L. James., Ivancevich, M. John., Donnely Jr. J. H. 1987. Organisasi: perilaku, struktur,
proses, editor Agus Darma, Erlangga., Jakarta.
Hauck, C. Warren. 1987. Gaining productivity in banking operation, dalam World Productivity
Forum & 1987 International Industrial Engineering Conference, Industrial Engineering
Press, Washington DC, 103-113.

96
Pengaruh Semangat Penyempurnaan Terhadap Perilaku Produktif (Fendy Suhariadi)

Kerlinger, N. Fred. 1986. Foundations of Behavioral Research, 3rd edition, Holt Rinehart Winston
International Edition, New-York, chapter 12 & 24.
Kleinbaum, G. David., Kupper, L. Lawrence. 1978. Applied Regression Analysis and Other
Multivariable Methods, Duxbury Press, Massachusetts.
McCarl, J. Joanne., Svobodny, Linda., Beare, L. Paul. 1991. Self recording in classroom for
students with mild to moderate mental handicaps: Effect on productivity and on-task
behavior, Education and Training in Mental Retardation, 26, 79-88.
McCormick, J. Ernest., Tiffin, Joseph. 1974. Industrial Psychology, 6th edition, Prentice-Hall of
India Private Limited, New-Delhi, chapter 2.
McNeese-Smith, Donna. 1996. Increasing Employee Productivity, Job Satisfaction, and
Organization Commitment, Hospital & Health Services Administration, 41, 2, 160-175.
Pfeffer, Jeffrey., Sutton, I. Robert, 1999, Knowing "what" to do is not enough: Turning
Knowledge into Action, California Management Review., 42, 1, 83-108.
Purwoko, Bambang. 1989. Prospek dan Tantangan Ketenagakerjaan dalam Pelita V, dalam
Analisis CSIS, Mei-Juni 1989, Tahun XVIII, No. 3.
Reaves, C. Celia. 1992. Quantitative Research for the Behavioral Sciences, John Willey and son inc,
Singapore, 99-101.
Riggs, L. James., Bethel, L. Lawrence., Atwater, S. Franklin., Smith, H.E. George., Stackman, A.
Harvey Jr. 1979. Industrial Organization and Management, 6th edition, McGraw-Hill
Kogakusha Ltd, Tokyo, 216.
Simonton, K. Dean. 1989. Age and creative productivity: Nonlinear estimation of information-
processing-model, International Journal of Aging and Human Development, 29, 23-37.
Turner, C. Wayne., Webb E. Richard. 1987. An Industrial engineering approach to hazardous
materials/waste management, dalam World Productivity Forum & 1987 International
Industrial Engineering Conference, Industrial Engineering Press, Washington DC, 175-181.
Witt, L. Alan., Beorkrem, N. Mark. 1989. Climate for creative productivity as a predictor of
research usefulness and organizational effectiveness in an R & D organization,
Creativity Research Journal, 2, 30-40.

97

You might also like