You are on page 1of 3

IMAN KEPADA QADA DAN QADAR

Oleh :Zuriani,S.pd.I

Takdir yang diciptakan Allah SWT, baik itu takdir baik, maupun takdir buruk. Ketentuan
mengenai iman terhadap qada dan qadar ini tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW. Waktu
itu, seorang laki-laki bertanya tentang iman kepada beliau. Rasulullah SAW menjawab:
Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikat-Nya; kitab-kitab; para rasul-Nya; hari akhir;
dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk," (H.R. Muslim). Arti Iman Kepada
Qada dan Qadar Dalam uraian "Beriman kepada Qada-Qadar" yang diterbitkan Kementerian
Agama, disebutkan bahwa qada, secara bahasa artinya ketetapan, ketentuan, ukuran, atau takaran.
Kemudian, secara makna, qada merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz
sejak zaman azali. Ketetapan dan ketentuan ini sudah diatur Allah SWT bahkan sebelum Dia
menciptakan semesta. Hal ini berdasarkan firmannya dalam surah Al-Hadid ayat 22: “Tiadalah
sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah tersurat dalam
kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya,” (QS. Al-Hadid [57]: 22). Artinya, qada
merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi. Allah SWT
sudah menetapkan bayi yang baru lahir itu akan menjadi siapa, entah menjadi orang alim, penjahat,
dan lain sebagainya. Oleh Allah SWT, sudah ditetapkan juga profesinya, entah menjadi seniman,
guru, wirausahawan, dan lain sebagainya. Rujukannya adalah sabda Nabi Muhammad SAW:
"Allah SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi," (H.R. Muslim).

Sementara itu, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Secara bahasa, qadar berasal dari
bahasa Arab, qadar yang artinya ketetapan yang telah terjadi atau keputusan sudah yang
diwujudkan. Secara istilah, qadar atau takdir adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang
memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang
baik, maupun takdir yang buruk. Qadar sendiri terbagi menjadi dua, yaitu qadar mubram dan kadar
mu'allaq. Pertama, qadar mubram adalah takdir mutlak yang tak mungkin berubah. Misalnya,
kematian, masa tua, dan lain sebagainya.
Rujukannya adalah sabda Nabi Muhammad SAW: "Allah SWT telah menetapkan takdir
untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi," (H.R.
Muslim). Sementara itu, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Secara bahasa, qadar berasal
dari bahasa Arab, qadar yang artinya ketetapan yang telah terjadi atau keputusan sudah yang
diwujudkan. Secara istilah, qadar atau takdir adalah ketetapan atau keputusan Allah SWT yang
memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang
baik, maupun takdir yang buruk.

Qadar sendiri terbagi menjadi dua, yaitu qadar mubram dan kadar mu'allaq. Pertama, qadar
mubram adalah takdir mutlak yang tak mungkin berubah. Misalnya, kematian, masa tua, dan lain
sebagainya. Kedua, qadar mu'allaq yang berarti takdir yang dapat berubah dengan doa, usaha, dan
ikhtiar yang diupayakan hambanya. Dalil mengenai qadar mu'allaq ini tergambar dalam firman
Allah SWT dalam surah Ar-Ra'd ayat 11: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri," (QS. Ar-Ra'd
[13]: 11). Kendati perkara qada dan qadar ini sudah diatur oleh Allah SWT, bahkan qada telah
ditetapkan sejak zaman azali. Namun, keduanya adalah perkara gaib. Dilansir dari NU Online,
karena qada dan qadar adalah perkara gaib, keduanya tidak bisa menjadi alasan seorang muslim
bersikap pasif dan pasrah dengan takdirnya. Tetapi, ia harus berusaha dan berikhtiar untuk
memanfaatkan potensi yang dianugerahkan Allah SWT.

Dengan usaha dan ikhtiar, seorang muslim dapat mengaktualisasikan potensinya dan
bekerja secara produktif di masyarakat. Fungsi Beriman kepada Qada dan Qadar Iman kepada
qada dan qadar bermanfaat bagi yang meyakininya. Jika dianut dengan benar, iman kepada takdir
dapat mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan dan kemakmuran. Berikut ini fungsi-fungsi
iman kepada qada dan qadar, sebagaimana dikutip dari Pendidikan Agama Islam (2017) yang
diterbitkan Kemenag. 1. Mendorong kemajuan dan kemakmuaran Dengan meyakini takdir
mubham bahwa Allah SWT telah mengatur hukum alam secara teratur, manusia dapat
merencanakan usahanya dengan logis dan rasional. Sebab, takdir pasti dilatari dengan kausalitas
atau sebab akibat. Dengan mengimani qada dan qadar, manusia bisa memanfaatkan hukum yang
pasti sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berkembang maksimal. 2. Menghindari sifat
sombong Orang yang mengimani qada dan qadar akan terhindar dari sifat sombong.
Bagaimanapun juga, segala pencapaian yang ia raih berasal dari ketetapan Allah SWT. Tidak ada
kesuksesan dari hasil usahanya sendiri, melainkan juga takdir dari Allah SWT.

Iman kepada qada dan qadar akan membuat seorang muslim rendah hati. Ia sadar bahwa
keberhasilannya merupakan campur tangan dan pertolongan dari Allah SWT. 3. Melatih husnuzan
atau berbaik sangka Allah SWT selalu menetapkan hal baik kepada hamba-hamba-Nya. Biarpun
seseorang mengalami musibah atau bencana, peristiwa buruk itu dimaksukan sebagai ujian atau
teguran kepadanya. Seseorang yang mengimani qada dan qadar akan selalu berhusnuzan bahwa
Allah SWT adalah Zat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tak ada takdir yang ditetapkan
dengan maksud buruk Allah kepada seorang muslim.

You might also like