You are on page 1of 10

Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 3 (JP2V)

E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210

Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada


Materi Teks Eksposisi Melalui Model Contextual Teaching And
Learning (CTL) Siswa Kelas X IS 3 SMAN 4 Banda Aceh
Yuslina1*

Diterima: 11 September 2020 Disetujui: 3 Oktober 2020

Abstract
he purpose of this study was to increase the activities and results of Indonesian language learning in the
exposition text material of class X IS 3 SMAN 4 Banda Aceh. The learning model used in this study is
the CTL learning model. The subjects of this study were students of class X IS 3 SMAN 4 Banda Aceh.
The number of students is 35 students with 16 male students and 19 female students. This research was
conducted in the 2019/2020 school year for a period of 3 months, from August 2019 to October 2019 in
the odd semester. The research methodology is Classroom Action Research (PTK) consisting of two cy-
cles and each cycle consisting of two meetings. Each cycle consists of planning, implementing, observing
and reflecting. The data collection technique is to collect test scores that are carried out at the end of each
lesson in each cycle using a question instrument (written test). Observation data was carried out by look-
ing at the activeness of students in the learning process. Data were analyzed by means of percentage sta-
tistics. The results showed that there was an increase in student learning activities in both cycles, from
good enough to good categories and to very good categories. Completeness of student learning outcomes
has increased from 48.57% in the pre cycle increased to 68.57% in cycle I and increased to 88.57% in
cycle II. The use of the CTL learning model can increase the activities and results of Indonesian language
learning in the exposition text material of class X IS 3 SMAN 4 Banda Aceh Academic Year 2019/2020
Keywords: Activities, Learning Outcomes, CTL Learning Models. Indonesian, exposition text..

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi
teks eksposisi siswa kelas X IS 3 SMAN 4 Banda Aceh. Model pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran CTL. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IS 3 SMAN 4
Banda Aceh. Jumlah siswa adalah 35 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 16 orang dan
perempuan 19 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2019/2020 dalam kurun waktu 3
bulan yaitu dari bulan Agustus 2019 sampai dengan Oktober 2019 pada semester ganjil. Metodologi
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari
dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir
pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (tes tertulis). Data observasi
dilakukan dengan melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Data dianalisis dengan cara
statistik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada
kedua siklus tersebut, dari kategori cukup menjadi baik dan kategori baik meningkat menjadi sangat baik.
Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 48,57 % pada pra siklus meningkat menjadi
68,57 % pada siklus I dan meningkat menjadi 88,57 % pada siklus II. Penggunaan model pembelajaran
CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi teks eksposisi siswa
kelas X IS 3 SMAN 4 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2019/2020.
Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Model Pembelajaran CTL. Bahasa Indonesia, teks eksposisi.

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)


289
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 3 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu peningkatan mutu pendidikan secara
keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas
manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian maupun tanggung jawab sebagai warga negara (Sutama,
2000). Marsigit (via Sutama, 2000), menyatakan bahwa ahli-ahli kependidikan telah menyadari mutu
pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru dan kualitas pembelajarannya, sehingga peningkatan
kualitas pembelajaran merupakan isi dasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional. Menurut
Anies (via Asmani 2011), proses pendidikan saat ini diibaratkan terlalu mementingkan aspek kognitif dan
mengabaikan kreativitas. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat mekanistis. Ket-
erampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori, tetapi dilaksanakan melalui latihan dan
praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun baik. Keterampilan menulis menghen-
daki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi
karangan. Bagi kebanyakan orang, menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan. Bahkan bagi seba-
gian orang, menulis adalah sebuah keharusan. Misalnya, para wartawan media cetak atau elektronik yang
bertugas melaporkan suatu peristiwa dengan rangkaian kata-katanya. Hal serupa ditegaskan (Tarigan,
2008) bahwa tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Pada pembelajaran Bahasa
Indonesia, materi tentang menulis sudah disampakan mulai dari jenjang sekolah dasar, namun masih ban-
yak dari tulisan siswa yang masih belum baik. Pembelajaran menulis perlu ditingkatkan terutama dalam
praktik. Menulis melatih siswa untuk kreatif mengolah kata dari realita yang mereka lihat. Tulisan yang
tertata akan membawa pembaca mamahami maksud yang disampaikan penulis. Pemahaman tepat yang
disampaikan guru akan mempermudah siswa dalam mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
telah ditetapkan sekolah. Akan tetapi faktanya, keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan yang
paling sulit, karena dalam menulis diperlukan daya nalar, ketekunan, ketelitian, dan kreativitas yang
tinggi. Selain itu, banyak pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang penulis, dalam hal ini adalah
siswa. Akhadiah (1998) mengatakan tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan menulis
merupakan kemampuan kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena
itu, diperlukan latihan dan praktik menulis secara teratur agar siswa dapat terampil dalam menulis. Kare-
na keterampilan menulis tidak datang secara otomatis. Keterampilan menulis bukanlah sesuatu yang
dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata. Dalam kegiatan pembelajaran,siswa tidak akan
mahir menulis jika ia hanya duduk, mendengarkan, dan mencatat penjelasan dari guru. Menulis memer-
lukan potensi pendukung, untuk mencapainya diperlukan kesungguhan, kemauan yang keras, belajar, dan
berlatih dengan terus menerus dalam waktu yang lama. Menciptakan iklim budaya menulis dapat men-
jadikan seseorang menjadi lebih kreatif, aktif, dan cerdas. Hal ini terjadi karena untuk mempersiapkan
sebuah tulisan, sejumlah komponen harus dikuasai (Wiyanto, 2004). Mulai dari hal-hal yang sederhana
seperti kata, merakit kalimat, sampai ke hal-hal yang rumit yaitu merakit paragraf. Pada Kurikulum 2013
pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis pada teks. Lima teks dasar, yaitu narasi, eksposisi, persuasi, ar-
gumentasi, dan deskripsi, kini berubah menjadi beberapa teks baru. Di antaranya, yaitu teks anekdot, ne-
gosiasi, laporan hasil observasi, dll. Standar Isi Kurikulum 2013 terdapat empat Kompetensi Inti (KI),
yaitu sikap religius, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Setiap Kompetensi Inti tersebut terdapat
beberapa Kempotensi Dasar (KD). Khusus pada Kompetensi Dasar pengetahuan dan keterampilan, di
dalamnya terdapat beberapa jenis teks baru yang telah disebutkan. Teks-teks tersebut merupakan bahan
ajar yang perlu dibelajarkan kepada peserta didik. Terdapat beberapa kegiatan dalam Kompetensi Dasar
tersebut, yaitu memahami, mengonversi, meringkas, memproduksi, dll. Kegiatan itulah yang menjadi
Kompetensi Dasar atau hal yang harus dikuasi oleh peserta didik. Beberapa kegiatan tersebut selalu di-
wujudkan baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu teks yang terdapat pada kurikulum 2013, yaitu
teks eksposisi. Teks eksposisi berarti karangan yang bertujuan utama untuk memberitahu, mengupas,
menguraikan, atau menerangkan sesuatu (Suparno, 2004). Teks eksposisi juga berarti teks yang
digunakan untuk mengusulkan pendapat pribadi mengenai sesuatu (Marhiyanto, 2014). Teks Eksposisi
berisikan pendapat yang ingin disampaikan, penulisannya pun harus menggunakan kalimat yang baik dan
benar. Peserta didik harus mampu menyusun ide melalui penuturan kalimat-kalimat yang tersusun baik,
cermat, dan santun sehingga mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah tafsir. Namun, penggunaan
dilapangan masih banyak peserta didik yang kurang cermat dalam menyampaikan pendapatnya. Salah
satunya di Sekolah SMAN 4 Banda Aceh.

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)


290
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 3 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
Berdasarkan hasil observasi di sekolah SMAN 4 Banda Aceh, kemampuan menulis siswa khususnya
menulis teks eksposisi sangat rendah. Hal ini juga berakibat terhadap hasil belajar siswa. Model pembela-
jaran yang selama ini digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas menggunakan teknik yang
monoton, yakni berkutat pada ceramah dan penugasan. Artinya, saat pembelajaran menulis teks eksposisi
berlangsung, guru menjelaskan pengertian teks eksposisi, memberikan contoh kemudian langsung mem-
berikan tugas kepada siswa untuk membuat atau menganalisis teks eksposisi dari segi ejaan, singkatan,
kohesi, maupun tanda baca yang ada dalam buku paket belajar, buku tugas atau Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang dimilikinya. Hal ini sangat monoton bagi siswa bila dilakukan secara berkepanjangan dan
dapat berakibat pada bosannya siswa dalam belajar dan kurangnya minat siswa dalam mempelajari bahasa
Indonesia, khususnya keterampilan menulis. Guru masih belum tanggap dan cakap terhadap pemahaman
siswa tentang materi tersebut. Seperti yang diketahui selama ini proses pembelajaran masih menguta-
makan cara mengajar secara lisan, yaitu guru sebagai pembicara dan para siswa sebagai pendengar setia.
Hal ini justru membuat siswa menjadi pasif dan bosan dalam mengikuti pelajaran dikelas.
Penulis perlu melakukan inovasi kreatif. Hasil proses belajar mengajar dapat dicapai secara maksimal
apabila komponen-komponen yang berinteraksi dapat berfungsi secara optimal. Perlu diupayakan tercip-
tanya situasi kelas yang memungkinkan berlakunya hal tersebut. Situasi kelas yang memotivasi dapat
memperbaiki proses belajar dan perilaku para siswa. Siswa yang termotivasi untuk belajar akan tertarik
dengan berbagai tugas belajar yang sedang dikerjakan. Dengan demikian, guru hendaknya mampu men-
ciptakan lingkungan belajar yang dapat memberikan rangsangan atau tantangan sehingga para siswa ter-
tarik untuk belajar aktif dan kreatif. Kegiatan menulis teks eksposisi tersebut membutuhkan pengetahuan
kebahasaan, keterampilan berbahasa dan penguasaan kosakata. Berbekal ketiga itu, siswa diharapkan
dapat menghasilkan tulisan yang baik dengan kriteria antara lain: bermakna, jelas, merupakan kesatuan
yang bulat, singkat, dan padat, serta memenuhi kaidah kebahasaan. Upaya agar siswa mampu
menghasilkan tulisan yang baik, dibutuhkan suatu pembelajaran menulis yang efektif. Sementara untuk
mencapai pembelajaran yang efektif diperlukan suatu pendekatan yang tepat dan terarah. Salah satu pen-
dekatan tersebut adalah pendekatan proses. Hal tersebut dikarenakan pendekatan proses dalam pembelaja-
ran menulis menitikberatkan pada proses memproduksi suatu tulisan. Sementara guru tidak hanya men-
gevalusi hasil akhir tulisan siswa, tetapi juga harus membimbing siswanya sejak awal perencanaan menu-
lis sampai siswa menghasilkan tulisan. Model pembelajaran Contextual teaching and learning (CTL) di-
anggap salah satu model pembelajaran yang bagus untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan keakti-
fan siswa. Contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Penjelasan di atas diharapkan akan meningkatkan keaktifan dan tentunya hasil
belajar bagi siswa. Wina Sanjaya (2011) menyatakan, bahwa ada tiga konsep yang harus kita pahami.
Konsep yang pertama yaitu, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi.
Konsep yang kedua yaitu, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Konsep yang ketiga yaitu, CTL mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan. Konsep CTL dianggap cocok untuk mengatasi permasalah yang ada di
sekolah misalnya saja seperti permasalahan yang telah dipaparkan pada penjelasan sebelumnya. Konsep
CTL itu sendiri menyimpulkan bahwa materi yang diambil adalah materi yang diberikan disekolahan
yang nantinya bisa diterapkan untuk kehidupan nyata. Peneliti memilih model Contextual Teaching and
Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X IS 3 SMA Negeri 4 Banda
Aceh khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

1.2. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Apakah Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Materi Teks Eksposisi Kelas X IS 3 SMAN 4 Banda Aceh Tahun
pelajaran 2019/2020?”.

2 . Metode Penelitian
2.1 Definisi Pembelajaran dan Aktivitas Belajar
Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar atau suatu kegiatan untuk
membelajarkan siswa (Warsita,2008). Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), pembelajaran
merupakan suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
291
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 3 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
bagaimana belajar memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Briggs (Rifa’I, 2009) menyebutkan
bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian
rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan. Seperangkat peristiwa itu membangun suatu
pembelajaran yang bersifat internal jika peserta didik melakukan self instruction dan di sisi lain
kemungkinan juga bersifat eksternal, yaitu jika bersumber antara lain dari pendidik. Jadi mengajar hanya
merupakan sebagian dari instruction, sebagai salah satu bentuk pembelajaran. Unsur utama dari
pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa
dengan lingkungan belajar, yang saling mempengaruhi demi tercapainya keberhasilan pembelajaran.
Guru hendaknya melaksanakan prinsip-prinsip pembelajaran supaya pembelajaran terlaksana dengan baik.
Pembelajaran adalah kegiatan mengajar yang berpusat pada siswa sebagai subjek belajar, guru hanya
berperan sebagai fasilitator bukan diktator dan sumber belajar satu-satunya. Prinsip-prinsip pembelajaran
merupakan ketentuan yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Aktivitas
adalah kegiatan, aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar.
Aktivitas belajar yang adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik
sampai kegiatan psikis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.

2.2 Definisi Belajar dan Hasil Belajar


Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, siswa dalam belajar
seharusnya ada usaha untuk mempelajari apa yang telah didapatkan sebelumnya, sehingga terdapat proses
perubahan tingkah laku dalam diri serta mendapatkan pengalaman dari interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Rifa’i dan Anni (2011) belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang
dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar
memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian,
dan bahkan presepsi seseorang. Oleh karena itu, dalam menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang
mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.
Selanjutnya, menurut Morgan (Suprijono, 2011) Learning is any relatively permanent change in behavior
that is a result of past experience (belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil
dari pengalaman). Gagne dan Berliner (Rifa’i dan Anni, 2009) menyatakan bahwa belajar merupakan
proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Pengalaman dalam
pengertian belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial. Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut dapat disimpulkan belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seorang individu ke
arah yang lebih baik sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dan dilaksanakan secara bertahap dan
berkelanjutan sehingga akan mempengaruhi prinsip-prinsip belajar. Hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007). Perolehan aspek-aspek
perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pelajar. Oleh karena itu apabila
pelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa
penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pebelajar setelah
melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2013)
mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi
siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud
pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan
saat terselesaikannya bahan pelajaran. Masih dalam indra, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Suprijono (2012) hasil belajar
merupakan pola-pola perbuatan, sikap-sikap, nilai-nilai, pengertian-pengertian, apresiasi, dan
keterampilan. Oleh karena itu, hasil belajar tidak hanya diperoleh dari hasil kognitif saja, tetapi juga dari
afektif dan psikomotor siswanya. Sedangkan Sudjana (1989) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan
beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dipandang sebagai hasil usaha
belajar siswa yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pengalaman, dalam
bidang keterampilan, nilai dan sikap. Kaitannya dengan penilaian yang dilaksanakan guru, maka hasil
belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyataan verbal (kualitatif).
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
292
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 3 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
Oleh karena itu hasil belajar dapat meningkatkan kemampuan atau keahlian pada diri siswa, setelah siswa
itu menerima pelajaran. Perlu diketahui bahwa dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 perlu
diperhatikan prinsip-prinsip, pendekatan-pendekatan, dan karakteristik-karakteristik penilaian yang
diamanahkan oleh Kurikulum 2013.

2.3 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia


Pembelajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik tentang
keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai tujuan dan fungsinya. Menurut Atmazaki
(2013), mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun
tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa
negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai
tujuan, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, budi
pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan menghargai dan
membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Untuk mengimplementasikan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia tersebut, maka pembelajaran
bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 disajikan dengan menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks
dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap
yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Dengan kata lain, belajar Bahasa Indonesia tidak
sekadar memakai bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, tetapi perlu juga mengetahui makna atau
bagaimana memilih kata yang tepat yang sesuai tatanan budaya dan masyarakat pemakainya.
Mahsun (2014) menyatakan, dalam pembelajaran Bahasa ada dua komponen yang harus dipelajari, yaitu
masalah makna dan bentuk. Kedua unsur tersebut harus hadir secara stimulant dan keduanya harus ada.
Namun pemakai bahasa harus menyadari bahwa komponen makna menjadi unsur utama dalam
pembentuk bahasa, dan karena itu bahasa menjadi sarana pembentukan pikiran manusia. Untuk itu guru
perlu menyadari, bahwa kemampuan berpikir yang harusnya dibentuk dalam bahasa adalah kemampuan
berpikir sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis. Secara stipulatif kemampuan berpikir tersebut disebut
dengan berpikir metodologis yang hanya dapat dicapai melalui pembelajaran teks berdasarkan
pendekatan ilmiah/saintifik.

2.4 Pengertian model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)


Elaine B. Johnson mengatakan pembelajran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang
otak untuk menyusun pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, Elain mengatakan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan
makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Jadi,
pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri
tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan
mengaitkannya dengan dunia nyata. Pembelajaran kontekstual adalah terjemah dari istilah Contextual
Teaching Learning (CTL). Kata contextual berasal dari kata contex yang berarti “hubungan, konteks,
suasana, atau keadaan”. Dengan demikian Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diartikan sebagai
suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi
yang dikerjakannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan yang diterapkannya dalam kehidupan mereka sebagi anggota
keluarga dan masyarakat (Rusman,2013). Dari konsep di atas ada tiga hal yang harus kita pahami.
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk mendapatkan materi,
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks CTL tidak diharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses menemukan
sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menghubungkan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan
antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Jadi, materi tersebut bagi siswa tidak
hanya bermakna secara fungsional tetapi materi tersebut akan tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan, artinya CTL tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)


293
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 3 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalamkehidupan sehari-hari
(Agus,2014).

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Deskripsi Kondisi Awal
Selama ini pembelajaran secara konvensional hanya sedikit membantu pemahaman siswa pada mate-
ri teks eksposisi. Mereka menganggap bahwa pembelajaran secara konvensional sangatlah membosankan,
dan bahkan ada siswa yang merasa tidak tertarik untuk mempelajari Bahasa Indonesia . Keadaan ini
membuat siswa kurang aktif dan membosankan. Hal inilah yang membuat siswa menjadi kurang aktif
dalam pembelajaran dan mereka juga memperoleh hasil belajar yang rendah. Sebelum melakukan
penelitian, guru memberikan pretest kepada siswa. Pretest ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar
siswa sebelum menerapkan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran. Hasil pretest siswa sebelum
menerapkan model pembelajaran CTL pada materi teks eksposisi dalam pembelajaran dapat dilihat pada
Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil Pretest Siswa Sebelum Penggunaan model pembelajaran CTL dalam Pembela-
jaran.
No No. Induk Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan
1 1915946 Afra Qanita P 72 65 Tidak tuntas
2 1915947 Alfi Maulana L 72 50 Tidak tuntas
3 1915948 Annisa Aulia Rahmatika P 72 80 Tuntas
4 1915983 Delki Afrizal L 72 45 Tidak tuntas
5 1915949 Humaira P 72 80 Tuntas
6 1915950 M. Aril Khadafi L 72 90 Tuntas
7 1915951 M. Ilham Siregar L 72 55 Tidak tuntas
8 1915952 M. Julianda Phonna L 72 80 Tuntas
9 1915953 M. Ridha Tawaqqal L 72 65 Tidak tuntas
10 1915954 Maya Safrina P 72 45 Tidak tuntas
11 1915955 Moh Farhan L 72 50 Tidak tuntas
12 1915956 M.Arda Belly L 72 70 Tidak tuntas
13 1915957 M. Bagas Al fath L 72 85 Tuntas
14 1915958 M.Dzaky L 72 80 Tuntas
15 1915959 M. Dzaki Arkan L 72 75 Tuntas
16 1915960 M. Syukran L 72 90 Tuntas
17 1915961 M. Wahyudi L 72 85 Tuntas
18 1915962 Nafa A'Tis Zikra P 72 65 Tidak tuntas
19 1915963 Naila Fitria P 72 85 Tuntas
20 1915964 Naqia rahmi P 72 80 Tuntas
21 1915965 Nindya Khaira Nalva P 72 65 Tidak tuntas
22 1915966 Nyak Putroe Isra P 72 40 Tidak tuntas
23 1915967 Pocut zahran Nada Firsa P 72 75 Tuntas
24 1915968 Putri Maulidia P 72 55 Tidak tuntas
25 1915969 Putri Salsabilla P 72 90 Tuntas
26 1915970 Rifqi Fazra L 72 80 Tuntas
27 1915971 Salsabila Lajuna P 72 55 Tidak tuntas
28 1915972 Salsabila Nailah Husna P 72 50 Tidak tuntas
29 1915973 Siti Mauliza Azhani P 72 60 Tidak tuntas
30 1915974 Sophia Humaira P 72 80 Tuntas
31 1915975 Suci Salwa Salsabila P 72 45 Tidak tuntas
32 1915976 Sutrina Al Qadri P 72 90 Tuntas
33 1915977 Syaukas Reza Fachrezi L 72 50 Tidak tuntas
34 1915978 Teuku Yusril Hidayat L 72 55 Tidak tuntas
35 1915979 Wanti Nurjalilah P 72 85 Tuntas
Jumlah 2395
Jumlah Rata-rata 68,43
Persentase (%) 48,57
Berdasarkan Tabel 4.1, hasil pretest siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian memperoleh
persentase ketuntasan belajar sebesar 48,57%. Nilai terendah pada pretest adalah 40 dan nilai tertinggi
adalah 90. Nilai rata-rata pada pretest adalah 68,43. Setelah melakukan pretest, maka peneliti akan
melanjutkan penelitian pada Siklus I.
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
294
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 3 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
3.2 Hasil Penelitian Siklus I
Penelitian siklus I yang telah di jelaskan pada Bab III dilaksanakan sesuai perencanaan dengan
melakukan tes pada tanggal 10 September 2019 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan model
pembelajaran CTL pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi teks
eksposisi, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang
diperoleh setelah penerapan model pembelajaran CTL pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel
4.2. Hasil Belajar Siswa pada Siklus
No No. Induk Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan
1 1915946 Afra Qanita P 72 80 Tuntas
2 1915947 Alfi Maulana L 72 60 Tidak tuntas
3 1915948 Annisa Aulia Rahmatika P 72 95 Tuntas
4 1915983 Delki Afrizal L 72 50 Tidak tuntas
5 1915949 Humaira P 72 90 Tuntas
6 1915950 M. Aril Khadafi L 72 100 Tuntas
7 1915951 M. Ilham Siregar L 72 70 Tidak tuntas
8 1915952 M. Julianda Phonna L 72 90 Tuntas
9 1915953 M. Ridha Tawaqqal L 72 90 Tuntas
10 1915954 Maya Safrina P 72 60 Tidak tuntas
11 1915955 Moh Farhan L 72 80 Tuntas
12 1915956 M.Arda Belly L 72 90 Tuntas
13 1915957 M. Bagas Al fath L 72 95 Tuntas
14 1915958 M.Dzaky L 72 90 Tuntas
15 1915959 M. Dzaki Arkan L 72 80 Tuntas
16 1915960 M. Syukran L 72 90 Tuntas
17 1915961 M. Wahyudi L 72 80 Tuntas
18 1915962 Nafa A'Tis Zikra P 72 95 Tuntas
19 1915963 Naila Fitria P 72 100 Tuntas
20 1915964 Naqia rahmi P 72 100 Tuntas
21 1915965 Nindya Khaira Nalva P 72 90 Tuntas
22 1915966 Nyak Putroe Isra P 72 50 Tidak tuntas
23 1915967 Pocut zahran Nada Firsa P 72 80 Tuntas
24 1915968 Putri Maulidia P 72 65 Tidak tuntas
25 1915969 Putri Salsabilla P 72 100 Tuntas
26 1915970 Rifqi Fazra L 72 100 Tuntas
27 1915971 Salsabila Lajuna P 72 60 Tidak tuntas
28 1915972 Salsabila Nailah Husna P 72 65 Tidak tuntas
29 1915973 Siti Mauliza Azhani P 72 70 Tidak tuntas
30 1915974 Sophia Humaira P 72 80 Tuntas
31 1915975 Suci Salwa Salsabila P 72 60 Tidak tuntas
32 1915976 Sutrina Al Qadri P 72 95 Tuntas
33 1915977 Syaukas Reza Fachrezi L 72 60 Tidak tuntas
34 1915978 Teuku Yusril Hidayat L 72 75 Tuntas
35 1915979 Wanti Nurjalilah P 72 100 Tuntas
Jumlah 2835
Jumlah Rata-rata 81
Persentase (%) 68,57

4. Pembahasan Perbandingan antar siklus


Penerapan model pembelajaran CTL yang tepat dalam pembelajaran, telah mampu mengubah pola
belajar siswa menjadi lebih aktif. Setelah penerapan model pembelajaran CTL, aktivitas dan hasil belajar
siswa terlihat menjadi lebih baik. Pemilihan model pembelajaran merupakan salah satu hal yang mem-
berikan peranan dalam proses pembelajaran. Selama ini proses pembelajaran yang berlangsung pada ma-
teri teks eksposisi masih bersifat konvensional. Dalam penerapan metode secara konvensional hanya
sedikit membantu pemahaman siswa pada materi teks eksposisi. Mereka menganggap bahwa penerapan
metode secara konvensional sangatlah membosankan, dan bahkan ada siswa yang merasa tidak tertarik
untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Keadaan ini membuat siswa menjadi tidak begitu aktif dalam pem-
belajaran dan cenderung bersifat pasif dan mereka juga memperoleh hasil belajar yang rendah. Penerapan
model pembelajaran CTL dalam pembelajaran telah mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
295
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 3 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
siswa menjadi lebih baik terutama pada materi teks eksposisi. Penerapan model pembelajaran CTL pada
siklus I telah memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa menjadi lebih baik jika dibanding-
kan hasil pretest siswa pada saat pra penelitian. Pada siklus I, siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran
adalah siswa yang terlihat belum begitu aktif dalam melakukan pembelajaran menggunakan model pem-
belajaran CTL. Ketidaktuntasan yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh perlunya adaptasi dengan
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dan adanya kebiasaan buruk siswa untuk
menganggap materi tersebut tidak penting. Persentase ketuntasan yang didapatkan pada siklus I, telah
mencapai indikator siklus II yang ingin dicapai oleh peneliti. Berdasarkan hasil test, hasil dari observasi
serta refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, maka perbaikan yang telah dilakukan oleh peneliti pada
siklus II, telah memberikan hasil yang sesuai dengan harapan penulis. Pada siklus II, terlihat adanya pen-
ingkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa menjadi lebih baik. Pada siklus II, persentase ketuntasan
siswa telah mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator siklus II yang ditetapkan oleh peneliti.
Pada siklus II, tidak semua siswa mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan nilai KKM (kriteria
ketuntasan minimum). Siswa yang tidak mengalami ketuntasan belajar, terlihat mengalami peningkatan
yang baik terhadap hasil tes yang mereka peroleh. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada
siklus I dan II, Penerapan model pembelajaran CTL telah memberikan nilai yang positif terhadap pening-
katan hasil belajar Bahasa indonesia pada siswa terutama pada materi teks eksposisi. Perbandingan per-
sentase hasil belajar siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Persentase Hasil Belajar Siswa


100.00%
88.57%
90.00%
80.00%
68.57%
70.00%
60.00%
48.57% pra siklus
50.00%
siklus I
40.00%
30.00% siklus II
20.00%
10.00%
0.00%
pra siklus siklus I siklus II
Gambar 4.1. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus
II.Berdasarkan Gambar 4.1, terlihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari Pra siklus ke Si-
klus I dan siklus I ke siklus II. Pada pra siklus sebelum penerapan model pembelajaran CTL hanya mam-
pu memberikan persentase 48,57 %. Sedangkan pada siklus I setelah penerapan model pembelajaran CTL
telah mampu memberikan persentase hasil belajar siswa yaitu sebesar 68,57 % dan telah mengalami pen-
ingkatan menjadi 88,57 % pada siklus II. Secara rinci perbandingan peningkatan hasil belajar siswa siklus
I dan II dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Antar Si-
klus
Kategori Nilai Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai 40 1 siswa - -
Nilai 45 3 siswa - -
Nilai 50 4 siswa 2 siswa -
Nilai 55 4 siswa - -
Nilai 60 1 siswa 5 siswa -
Nilai 65 4 siswa 2 siswa 1 siswa
Nilai 70 1 siswa 2 siswa 3 siswa
Nilai 75 2 siswa 1 siswa 1 siswa
Nilai 80 7 siswa 6 siswa 6 siswa

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)


296
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 3 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
Nilai 85 4 siswa - 1 siswa
Nilai 90 4 siswa 7 siswa 9 siswa
Nilai 95 - 4 siswa 3 siswa
Nilai 100 - 6 siswa 11 siswa
Jumlah siswa tuntas 17 24 31
Jumlah siswa tidak tuntas 18 11 4
Nilai Rata-rata 68,43 81 88,86
Persentase ketuntasan 48,57 % 68,57 % 88,57 %
Berdasarkan Tabel 4.6, terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap Siklus. Pada Pra Siklus, nilai
terendah 40 dan nilai tertinggi adalah 90. Siklus I, nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 100.
Pada Siklus II, nilai terendah adalah 65 dan nilai tertinggi adalah 100. Peningkatan hasil belajar siswa
pada setiap siklus menandakan bahwa penerapan model pembelajaran CTL telah memberikan pengaruh
yang positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan, penerapan model pembelajaran
CTL telah memberikan peningkatan hasil belajar pada siswa dan telah mencapai indikator ketuntasan
hasil belajar siklus I dan siklus II yang ditetapkan oleh peneliti. Penerapan model pembelajaran CTL telah
meningkatkan aktivitas belajar siswa antar siklus. Perbandingan aktivitas siswa antar siklus dapat dilihat
pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Perbandingan Aktivitas Siswa Antar Siklus

Nilai
Nilai Siklus Nilai Siklus Nilai Siklus
Siklus II
I Per- I Per- II Per-
No Aspek yang Diamati Pertemuan
temuan I temuan II temuan I
II
A B C D A B C D A B C D A B C D
1. Siswa memperhatikan pen-
√ √ √ √
jelasan guru
2.
siswa mampu bekerjasama
dalam mengerjakan tugas √ √ √ √
yang diberikan guru secara
berkelompok
3. Siswa aktif dalam kerja
√ √ √ √
kelompok
4. Siswa mampu mengerjakan
√ √ √ √
soal secara individu
5. Siswa mengikuti pembela-
jaran dengan aktif dan ter- √ √ √ √
tib
(Sumber: Data hasil penelitian Tahun 2019).
Keterangan:
A : Sangat baik
B : Baik
C : Cukup
D : Kurang
Berdasarkan pada Tabel 4.7, terlihat bahwa adanya peningkatan kategori aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Hal ini menandakan bahwa penerapan model pembelajaran
CTL telah memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan hasil aktivitas belajar siswa menjadi
lebih baik. Secara keseluruhan penerapan model pembelajaran CTL telah dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

5. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar Bahasa Indonesia pada ma-
teri Teks Eksposisi siswa kelas X IS 3 SMAN 4 Banda Aceh tahun pelajaran 2019/2020.
2. Penerapan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi
Teks Eksposisi siswa kelas X IS 3 SMAN 4 Banda Aceh tahun pelajaran 2019/2020.

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)


297
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 3 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan saran yang ingin disampaikan adalah:
1. Diharapkan kepada guru untuk mau menggunakan model dalam pembelajaran agar dapat mening-
katkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
2. Perlu adanya pengarahan dari kepala sekolah kepada guru-guru bidang studi yang lain, untuk men-
erapkan penggunaan sebuah model dalam pembelajaran yang digunakan sesuai dengan bahan ajar
untuk menunjang pemahaman siswa menjadi lebih baik terhadap materi yang diajarkan.

6. Daftar Pustaka
[1] Achmad Rifa’i RC dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang : Universitas
negeri Semarang Press.
[2] Akhadiah, Sabarti dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Er-
langga.
[3] 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.
[4] Asmani, Jamal Ma‘mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. DI-
VA Press: Yogyakarta
[5] Atmazaki. 2013. Mengungkap Masa Depan : Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
Konteks Pengembangan Karakter Cerdas Makalah. Padang: UNP
[6] Budi, Eko Nur. 2009. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Penguasaan Struktur Ka-
limat dengan Kemampuan Menulis Eksposisi (Survei Di SMP Negeri Kecamatan Jekulo Kabu-
paten KudusTahun 2008/2009). Tesis. Universitas Sebelas Maret.
[7] Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
[8] Dini Rosdiani.2011. Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan dalam Pendidikan Jasma-
ni dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta
[9] Ali Hamzah dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakar-
ta: Raja Grafindo Persada.
[10] Hartono, Bambang. 2012. Dasar-Dasar Kajian Wacana. Semarang: Pustaka Zaman.
[11] Kosasih, E. 2013. Mandiri Mengasah Kemampuan Diri Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
[12] Kurniawan dan Agus Prasetyo. 2014. Strategi Pembelajaran Matematika. Surabaya: UIN Sunan
Ampel Pess.
[13] Mahsun. 2014. Teks Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
[14] Marhiyanto, Bambang. 2004. Pintar Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas 1, 2, 3. Surabaya: Gita
Media Press.
[15] Permadi, Tedi. 2006. Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks. Bandung: Universitas Pendidikan Indone-
sia.
[16] Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Persada
[17] Samsudin. 2012. Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi Berita dan Menulis Eksposisi Ilus-
trasi Siswa Kelas V Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis.
Jurnal Penelitian Pendidikan.Vol.3 No.2. Hal 1-11.
[18] Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
[19] Sudjana, N. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
[20] Suparno. 2004. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
[21] Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
[22] Sutama. 2000. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: Penerbit Setiaji
[23] Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
[24] Wahono. 2013. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
[25] Warsita, B. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
[26] Wina Sanjaya. M.Pd. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Ja-
karta: Kencana Prenada Media.
[27] Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)


298

You might also like