You are on page 1of 11

FAKTOR PEMICU KONFLIK PERTANAHAN (Studi Kasus: Konflik Tanah Antara

Masyarakat Desa Muara Dilam dengan PT Citra Sardela Abadi pada tahun 2012)

Nice Widiani
chewidiani@gmail.com

Dibimbing oleh Dr.Khairul Anwar M.Si


Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisip Universitas Riau Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang
Baru Panam, Pekanbaru 28293,telp/fax(0761) 63277

Abstract
The society of Muara Dilam, Village Kunto Darussalam District, Rokan Hulu are one
of costumary society that have land conflict. In this case, actually the society have land right
and ather same right in using the land in their area for their prosperity through together
agreement of this costumry society. In fact, the land righ was always be conflict, generally in
our country, include at Muara Dilam Village. There fore, this study has purposed to find out,
what are the trigger factors of land matter, between the society of Muara Dilam Village and
PT Citra Sardela Abadi in 2012. The research methodology was qualitative research, and for
the data used primary and secondary data. These data were got from main informen and
additional informen. Data collection Technique was used interviewing and
documentating.Than it analyzed by giving description about research result. From the
research was found characteristic conflict issue. It was began because Establiment Palm Oil
Platation that took up some society land. Unclarity of Paying also was one of the main factor
in making land conflict between the society Muara Dilam Village and PT Citra Sardela
Abadi. This conflict also happened because of involving individual conflict, it was the social
and economy disprepancy between the society Muara Dilam Village and PT Citra Sardela
Abadi. The Situational conflict was about the lacking involving the Muara Dilam Village
society, and this conflict didnt involve regional goverment and Badan Pertanahan Nasional
get, also some opinion said because the lack epordination of Rokan Hulu government toward
the society.
Key words : Trigger Factor Matter, Characteristic Conflict Issue, Involving Individual
Conflict, and Situasional.

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 1


PENDAHULUAN ³+DN 8OD\DW DGDODK ZHZHQDQJ
Tanah merupkan salah satu aset yang menurut hukum adat dipunyai
Negara yang sangat mendasar, karena oleh masyarakat hukum adat
Negara dan Bangsa hidup dan berkembang tertentu atas wilayah tertentu yang
di atas tanah. Tanah tidak akan terlepas merupakan lingkungan hidup para
dari segala aspek dalam kehidupan dan warganya untuk mengambil
penghidupannya. Masyarakat Indonesia mamfaat dari sumber daya alam,
memposisikan tanah pada kedudukan yang termasuk tanah dalam wilayah
sangat penting, karena merupakan faktor tersebut bagi kelangsungan hidup
utama dalam peningkatan produktivitas dan kehidupannya,yang timbul dari
agraria. Oleh karena itu tanah menjadi hubungan secara lahiriah dan
suatu hal yang dibutuhkan oleh setiap batiniah turun-menurun dan tidak
masyarakat, sehingga menyebabkan sering terputus antara masyarakat hukum
terjadi konflik diantara sesamanya. adat tersebut dengan wilayah yang
Tanah di Indonesia diatur dalam EHUVDQJNXWDQ´
UUPA No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Ketentuan di atas menunjukkan
Dasar Pokok-pokok Agraria yang di bahwa hak ulayat harus benar-benar masih
dalamnya menyerap hukum adat, yaitu ada dan tidak diberikan peluang untuk
diakuinya hak ulayat sebagaimana yang menimbulkan kembali hak-hak tersebut,
tertuang dalam pasal 5 UUPA yang jika secara faktual dalam masyarakat
PHQ\DWDNDQ ³+XNXP $JUDULD \DQJ EHUODNX sudah tidak ada lagi. Keberadaan hak
atas bumi, air dan ruang angkasa ialah ulayat harus diikuti dengan hubungan
hukum adat, sepanjang tidak bertentangan antara tanah dan masyarakat. Dengan
dengan kepentingan Nasionaldan Negara, demikian, selama tanah ulayat tersebut ada
yang berdasarkan atas peraturan bangsa, harus dimanfaatkan oleh warga
dengan Sosialisme Indonesia serta dengan masyarakat guna untuk meningkatkan
peraturan-peraturan yang tercantum dalam kesejahteraan. Tanah yang di maksud
Undang-undang ini dan dengan peraturan adalah tanah yang diatasnya terdapat hak
perundang-undangan lainnya, segala ulayat dan mempunyai hubungan erat
sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur antara tanah dengan masyarakat hukum
\DQJ EHGDVDUNDQ KXNXP DJDPD´ adat. Sedangkan yang dimaksud dengan
Berkaitan dengan tanah ulayat, masyarakat adalah sekelompok orang yang
UUPA mengatur di dalam pasal 3 terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai
PHQJDWDNDQ ³'HQJDQ PHQJLQJDW warga bersama suatu persekutuan hukum
ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 karena kesamaan tempat tinggal atau
pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang karena keturunan yang dikenal dengan
serupa itu dari masyarakat-masyarakat berbagi nama disetiap daerah.
hukum adat, sepanjang menurut Berdasarkan kajian sejarah,
kenyataannya masih ada, harus sedemikian ternyata eksistensi hak adat (hak ulayat)
rupa sehingga sesuai dengan kepentingan sudah lebih dulu diakui dibandingkan
Nasional dan Negara, yang berdasarkan dengan kemerdekaan bangsa Indonesia.
atas persatuan bangsa serta tidak boleh Menurut Maria W Sumardjono pengakuan
bertentangan dengan Undang-undang dan hak ulayat adalah wajar, kerena hak ulayat
peraturan-peraturan lain yang lebih beserta masyarakat hukum adat telah ada
WLQJJL´ sebelum terbentuknya Negara Republik
Dalam Kepmen Agraria/Kepala Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
BPN No. 5 Tahun 1999 tentang Pedoman (Maria W Sumardjono, 2001 : 54)
Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Dalam Kepmen Agraria/Kepala
Masyarakat Hukum Adat, pasal (1) secara BPN NO. 5 Tahun 1999 tentang Pedoman
tegas mengatur bahwa : Penyelesaian Masalah Hak Ulayat

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 2


Masyarakat Hukum Adat, Pasal 2 ayat 2 wilayahnya, delik yang tidak dapat
menyatakan : dituntut pelakunya.
³+DN XOD\DW PDV\DUDNDW KXNXP e. Masyarakat hukum adat tidak dapat
adat dianggap masih ada apabila : melepaskan, memindah tangankan
a. Terdapat sekelompok orang ataupun mengasihkan hak ulayat
yang masih merasa terikat oleh secara menetap.
tatanan hukum adatnya sebagai f. Masyarakat hukum adat masih
warga besama suatu mempunyai campur tangan (baik
persekutuan hukum tertentu, intensif maupun kurang intensif)
yang mengakui dan terhadap tanah-tanah yang yang
menerapkan ketentuan- sudah diolah.
ketentuan persekutuan tersebut Atas tanda-tanda/ciri-ciri hak
dalam kehidupannya sehari- ulayat tersebut di atas, maka kiranya harus
hari, dipahami bahwa hak ulayat suatu
b. Terdapat tanah ulayat tertentu masyarakat hukum adat tetap melekat pada
yang menjadi lingkungan hidup masyarakat tersebut sepanjang eksistensi
para warga persekutuan hukum dan kenyataan masyarakat hukum adat itu
tersebut dan tempatnya ada sehingga harus diakui dan dihormati
mengambil keperluan hidupnya oleh semua pihak.
sehari-hari, dan Hak ulayat tidak dapat dilepaskan
c. Terdapat tatanan hukum adat dari masyarakat hukum adat melalui upaya
mengenai pengurus, dan proses pembebasan/pelepasan hak atas
penguasaan dan penggunaan tanah menurut ketentuan hukum positif
tanah ulayat yang berlaku dan yang berlaku nasional. Jika pemerintahan
ditaati oleh para warga atau suatu perusahaan memerlukan tahah
persekutuan hukum tersebut. yang termasuk ke dalam wilayah hak
Keberadaan suatu tanah dengan ulayat untuk suatu kegiatan pembangunan
hak ulayat masyarakat hukum adat, yang sangat penting/mendesak, maka
menurut Van Vollenhoven dapat diketahui harus dilakukan menurut prosedur dan tata
beberapa tanda atau ciri sebagai berikut: cara yang berlaku dalam hukum adat
(Sumardjono, 1982: 6-7) setempat: jika pemanfaatan tanah tersebut
a. Hanya warga masyarakat hukum diperlukan untuk jangka waktu yang relatif
adat itu sendiri beserta warga- lama, misalnya untuk kegiatan
warganya yang dapat dengan bebas pertambangan atau perkebunan, maka jika
mempergunakan tanah liar yang pemanfaatan tanah itu telah selesai, tanah
terletak dalam wilayahnya. tersebut kembali kepada masyarakat
b. Orang asing (luar hukum adat hukum adat tersebut (Hasan, 2006: 4-6).
masyarakat tersebut) hanya boleh Tanah ulayat yang melekat pada
mempergunakan tanah itu dengan masyarakat hukum adat, dikelola dengan
izin. Penggunaan tanah tanpa izin berbagai cara tergantung dari musyawarah
dipandang sebagai suatu delik. masyarakat adat setempat. Karena jarang
c. Untuk menggunakan tanah keberadaan dan pengelolaan tanah ulayat
tersebut, kadang-kadang bagi menjadi konflik di dalam masyarakat.
warga masyarakat dipungut Ketentuan hukum adat menyatakan bahwa
rekognisi, tetapi bagi orang luar hak ulayat tidak dapat di lepaskan, di
masyarakat hukum adat selalu pindah tangankan atau di asingkan secara
dipungut rekognisi. tetap (selamanya). Secara khusus, obyek
d. Masyarakat hukum adat hak menguasai Negara yang dalam
bertanggung jawab terhadap delik- kenyataannya sering mengalami
delik tertentu yang terjadi didalam permasalahan adalah pelaksanaan hak

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 3


menguasai Negara pada tanah-tanah hak Barat. Sedangkan warga
ulayat, ketidak jelasan kedudukan dan masyarakat desa Muara Dilam
eksistensi masyarakat hukum adat menjadi yang belum diganti sebanyak 36
titik pangkal permasalahan, sehingga Ha atas nama Azmi, Kh Ismail,
keberadaan tanah ulayat tak jarang Anton dan Suherman.
memicu terjadinya konflik dalam Maka dari beberapa poin di atas
masyarakat. masyarakat desa Muara Dilam
Masyarakat desa Muara Dilam merasa sangat dirugikan dan
Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten merasa dizolimi serta telah
Rokan Hulu adalah salah satu masyarakat dirampas secara jelas hak-hak
adat yang memiliki konflik tanah, dimana mereka sebagai masyarakat dari
di dalam masyarakat desa Muara Dilam sumber kekayaan Alam yang ada
memilik hak tanah dan hak-hak serupa yang seharusnya dapat mereka
sepanjang hak tersebut menurut kenyataan gunakan dan mereka manfaatkan
masih ada, tanah tersebut berfungsi dan untuk meningkatkan kesejahteraan
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat mereka sebagai masyarakat desa
setempat untuk meningkatkan Muara Dilam di masa yang akan
kesejahteraan melalui persetujuan bersama datang.
dari masyarakat adat tersebut. 2. Ternyata pembebasan lahan
Adapun di dalam tanah masyarakat tersebut dilakukan dengan cara
desa Muara Dilam berdirilah sebuah tertutup atau dilakukan dengan cara
perusahaan PT Citra Sardela Abadi dan sepihak oleh oknum-oknum yang
karena berada di dalam kawasan desa tidak bertanggung jawab tanpa
Muara Dilam, maka masyarakat Desa memberi tahu informasi secara
Muara Dilam menuntut pihak perusahaan jelas kepada seluruh lapisan
agar memberikan ganti rugi lahan masyarakat desa Muara Dilam saat
masyarakat. Namun pada kenyataannya melakukan pembebasan lahan.
perusahaan tidak memenuhi permintaan Akibat dari ini telah terjadi
masyarakat Desa Muara Dilam dengan kemiskinan yang merata pada
alasan perusahaan telah melakukan ganti masyarakat desa Muara Dilam
rugi lahan, jadi masyarakat tidak sampai saat sekarang ini, sehingga
menerima alasan perusahaan. Sehingga secara berantai telah dapat
masalah ini menyebabkan terjadinya menimbulkan rendahnya kwalitas
bentrok antara kedua pihak. Adapun Sumber Daya Manusia dikarnakan
kronologis dari konflik ini adalah : tidak dapatnya orang tua
1. Masyarakat menyampaikan kepada melanjutkan pendidikan anaknya
PT Citra Sardela Abadi bahwa ke jenjang pendidikan yang lebih
perusahaan yang mereka dirikan tinggi. Karena lahan dan kekayaan
berada dalam kawasan tanah Alam yang di harap-harapkan
masyarakat desa Muara Dilam, dan selama ini dapat dimanfaatkan
masyarakat meminta perusahaan sebagai lahan perkebunan dan
agar memberi ganti rugi lahan perladangan masyarakat sudah
mereka karena di dalam SKTD habis dikuasai oleh pihak
(surat keterangan tanah desa) Perusahaan tanpa melibatkan
perusahaan terletak di dalam mereka di dalam proses jual beli
wilayah desa Muara Dilam tetapi atau pelepasan lahan tersebut.
kenapa malah memberi ganti rugi 3. Konflik ini juga berawal dari
lahan warga desa Kota Baru, Desa terkait ganti rugi lahan 136 Ha
Pasir Indah, Desa Kota Lama, Desa yang hingga sampai tahun 2012
Kota Tengah, dan Desa Kepenuhan belum dibayarkan. Dan konflik ini

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 4


juga meluas hingga permasalahan Persetujuan Prinsip untuk Usaha
portal jalan desa dimana jalan Perkebunan Kelapa Sawit seluas
menuju perusahaan masih 3.300 Ha namun adanya ketentuan
menumpang jalan Desa Muara di dalam surat tersebut bahwa
Dilam. ³/XDV ODKDQ \DQJ GLFDGDQJNDQ
4. Tidak adanya tanggapan dan tersebut di atas (3.300 Ha) tidak
penyelesaian secara serius yang bersifak mutlak dan terhadap
dilakukan oleh Perusahaan perladangan/kebun masyarakat
membuat masyarakat geram. Oleh yang terdapat didalamnya agar
karena itu masyarakat mengancam diganti rugi (diinclave) dengan
akan menguasai lahan sekitar 500 harga yang layak dan proses yang
Ha di PT Citra Sardela Abadi. sesuai dengan ketentuan yamg
Terbukti, Minggu (29/4), ratusan berlaku dan bilamana kewajiban
warga melakukan pemancangan tersebut tidak ditaati dan dipenuhi
500 Ha lahan. Dan sepuluh hari maka Rekomendasi Persetujuan
kedepannya mereka juga Prinsip Usaha Perkebunan ini
mengancam akan memanen buah dinyatakan batal dengan
kelapa sawit di PT Citra Sardela sendirinya.
Abadi. Tidak ada masyarakat adat tanpa
5. Dari awal berdirinya Perusahaan tanah, yaitu hak yang berupa tanah, sungai,
PT Citra Sardela Abadi pada tahun laut, perkebunan dan pertambangan, begitu
1996 sampai saat ini belum ada juga dengan masyarakat yang berada di
melakukan kerja sama dengan desa desa Muara Dilam. Keberadaan tanah
Muara Dilam oleh karena itu masyarakat tak jarang menjadi konflik
masyarakat meminta perusahaan pertanahan di Negara kita, termasuk
agar memberikan kebun desa konflik tanah yang terjadi di desa Muara
sebanyak 50 ha, tetapi telah Dilam. Oleh karena itu, yang menjadi
dilakukan pertemuan untuk perumusan masalah penelitian ini adalah
penyelesaain permintaan ³$SDVDMD faktor pemicu konflik tanah
masyarakat ternyata perusahaan antara masyarakat Desa Muara Dilam
hanya mau memberikan sebanyak dengan PT Citra Sardela Abadi pada
10 Ha saja, karena jauh dari yang 7DKXQ ´".
diharapkan masyarakat tidak Konflik menjadi fenomena yang
menerimanya. paling sering muncul karena konflik selalu
6. Padahal sudah jelas di dalam surat menjadi bagian manusia yang bersosial
Gubernur Riau Nomor dan berpolitik serta menjadi pendorong
520/EK/2185 telah memberikan dalam dinamika dan perubahan sosial-
perihal persetujuan percadangan politik. (Novri Susa M.A, 2009:5)
lahan yang terletak di desa Muara Konflik harus bersifat nyata seperti
Dilam Kecamatan Kunto adanya tindakan kekerasan dan benturan
'DUXVVDODP GLPDQD MLND ³$SDELOD fisik, kerena ia berpendapat bahwa jika
terdapat didalamnya tanah garapan konflik hanya terjadi dalam fikiran
masyarakat, perladangan dan seseorang, tidak dapat dikatakan sebagai
pemukiman penduduk serta proyek konflik karena itu, pihak-pihak yang
Pemerintah, agar dikeluarkan dari berkonflik secara terang-terangan
ORNDVL 37 &LWUD 6DUGHOD $EDGL´ GDQ menampakkan sikap yang berlawanan
begitu juga didalam surat Bupati dengan saingannya. (Maswandi Rauf,
Rokan Hulu Nomor 2001:7)
525/Pem/VIII/05/17 yang Akar dari timbulnya konflik yaitu
memberikan Rekomendasi adanya hubungan sosial, ekonomi, politik

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 5


yang akarnya adalah perebutan atas c. Situasional. Beberapa aspek situasi
sumber-sumber kepemilikan, status sosial yang penting meliputi : perbedaan
dan kekerasan (power) yang jumlah struktur kekuasaan, riwayat
ketersediaannya sangat terbatas dengan hubungan, lingkungan sosial dan
pembagian yang tidak merata di pihak ketiga.
masyarakat. Ketidak merataan aset-aset
sosial di dalam masyarakat tersebut METODE PENELITIAN
dianggap sebagi bentuk ketimpangan. 1. Metode Penelitian
Ketimpangan pembagian ini menimbulkan Metode penelitian yang digunakan
pihak-pihak tertentu berjuang untuk dalam penelitian ini adalah metode
mendapatkan atau menambahinya bagi penelitian kualitatif.
yang perolehan aset sosialnya relatif 2. Lokasi Penelitian
sedikit atau kecil. Sementara pihak yang Penelitian ini dilakukan di Desa
telah mendapatkan pembagian aset sosial Muara Dilam Kecamatan Kunto
tersebut berusaha untuk mempertahankan Darussalam Kabupaten Rokan Hulu.
dan bisa juga menambahinya disebut 3. Jenis Data
sebagai status quodan pihak yang berusaha a. Data Primer
mendapatkannya disebut sebagai status Di dalam data primer ini berasal
need. (Dwi Narwoko, 2004: 260) dari informan atau narasumber
Banyak faktor yang menyebabkan yang diwawancarai oleh penulis.
terjadinya konflik-konflik, perbedaan b. Data Sekunder
pendirian dan keyakinan orang perorangan Sedangkan data sekunder adalah
telah menyelesaikan konflik-konflik antar data-data yang diperoleh dari arsip-
individu. Dalam konflik-konflik seperti ini arsip dan catatan-catatan yang
terjadilah bentrokan-bentrokan pendirian, terdapat pada kantor atau instansi
masing-masing pihak pun berusaha yang terkait masalah konflik lahan
membinasakan lawannya (tidak selalu perkebunan kelapa sawit antara PT
diartikan sebagai pembinasaan fisik, tetapi Citra Sardela Abadi (CSA) dengan
dapat pula diartikan dalam bentuk masyarakat Desa Muara Dilam
pemusnahan simbolik alias melenyapkan maupun sumber lain yang terkait
pikiran-pikiran lawan yang tak dan mendukung dalam penulisan
disetujuinya) (Dwi Narwoko, 2012:68). skripsi ini. Adapun data sekunder
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan yang digunakan penulis dalam
ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu penulisan skripsi ini adalah arsip-
interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut arsip yang berasal dari kantor
diantaranya dalah menyangkut ciri-ciri Dinas Kehutanan Kabupaten
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat Rokan Hulu, Badan Pertanahan
istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Rokan Hulu, DPRD Kabupaten
Broadman dan Horowitz Rokan Hulu, Kantor Camat Kunto
(Sasmitaningurum, 2008) telah Darussalam, Kantor Desa Muara
mengidentifikasikan sejumlah faktor- Dilam dan warga desa Muara
faktor yang mempengaruh pengelolaan Dilam.
konflik, yaitu :
a. Karakteristik isu konflik. Gaya 4. Sumber Data
manajemen konflik yang digunakan Sumber data penelitian adalah
seseorang sangat dipengauhi oleh subyek dari mana data dapat diperoleh.
karakteristik isu konflik yaitu tipe (Arikunto, 2002: 107) Penulis dalam
konflik dan ukuran konflik. penelitian ini mengambil sumber data dari
b. Kepribadian individu yang terlibat wawancara yang dilakukan terhadap
konflik. beberapa informan yakni:

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 6


a. Informan Umum yaitu mereka tersebut, semua teknik pengumpulan data
yang terlibat langsung dalam yang mungkindan relevan dengan
interaksi sosial yang di teliti, yakni pertayaan penelitian yang akan digunakan
informan utama: DPRD Rokan dalam penelitian ini, meliputi :
Hulu (Novliwanda Ade Putra, ST),
Dinas Kehutanan Rokan Hulu a. Wawancara (interview)
(Arie Ardian Nst, S.Hut), Kepala Wawancara adalah bentuk
Badan Pertanahan Rokan Hulu (Ir. komunikasi langsung antara peneliti
Hendra Imron), Camat Kunto dengan informan (W.Gulo, 2005:119).
Darussalam (Herdianto A, S.Stp)m Wawancara metode yang digunakan untuk
Humas PT Citra Sardela Abadi memperoleh informasi secara langsung,
(CSA) (Akal Mudin), Kepala Desa mendalam, tidak berstruktur dan
Muara Dilam (Syafrul, Sekretaris individual. Wawancara tidak berstruktur
Desa Muara Dilam (Azhar), Ninik adalah wawancara dimana pewancara
Mamak Desa Muara Dilam (Darlis, dapat dengan leluasa memberikan
dan Kepala Dusun 1 Desa Muara pertanyaan secara lengkap dan mendalam.
Dilam (Rafles, S.Pd) Wawancara tidak berstruktur sangat
b. Informan Tambahan yaitu mereka memadai dalam penelitian kualitatif.
yang dapat memberikan informasi Wawancara dilakukan dengan
walaupun tidak terlibat langsung menggunakan daftar pertanyaan dan
dalam interaksi sosial maupun wawancara secara mendalam/in-depth
terlibat secara langsung. Oleh interview dengan seluruh informan.
karena itu di dalam penelitian ini b. Dokumentasi
penulis menggunakan informan Dokumentasi adalah pengumpulan
tambahan karena untuk mencari data dengan cara meneliti, mempelajari,
informasi tambahan mengenai serta menelaah dokumen, arsip-arsip yang
konflik lahan perkebunan kelapa terdapat diinstansi-instansi terkait
sawit antara PT Citra Sardela mengenai penelitian. Peneliti
Abadi dengan masyarakat Desa mengumpulkan informasi atau dokumen
Muara Dilam. Adapun Informan yang telah tersedia melalui literatur-
tambahan tersebut yaitu: Azmi literatur maupun data-data yang telah
(Masyarakat Desa Muara Dilam), tersedia pada instansi terkait dan pustaka
Anton (Masyarakat Desa Muara yang relevan dengan topik penelitian.
Dilam), Kh Ismail (Masyarakat Dokumen adalah bahan tertulis, ataupun
Desa Muara Dilam), dan Suherman film maupun foto-foto yang dipersiapkan
(Masyarakat Desa Muara Dilam) karena adanya permintaan seorang
penyidik sesuai dengan kepentingan.
5. Teknik Pengumpulan Data (Moleong, 2005: 216)
Seperti yang telah diungkapkan
diatas, salah satu karakteritik dan kekuatan
utama dari penelitian studi kasus adalah 6. Teknik Analisa Data
dimanfaatkannya berbagai sumber dan Setelah pengumpulah data tahap
teknik pengumpulan data. Robert K. Yin selanjutnya ialah analisis data, yaitu
(1984) mengklasifikasikan enam sumber penguraian suatu pokok atas berbagai
data yang dapat digunakan dalam bagiannya dan penelaahan bagian itu
penelitian studi kasus seperti ini, yaitu : sendiri serta hubungan antar bagian untuk
dokumen, catatan arsip, wawancara, memperoleh pengertian yang cepat dan
pengamatan langsung, pengamatan pemahaman arti keseluruhan. Tahap ini
perperan serta dan bukti fisik. Sebagai merupakan tahap akhir sebelum menarik
konsekuensi dari karakter studi kasus kesimpulan hasil penelitian. Data yang

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 7


sudah diolah akan memberikan gambaran berdampak pada perusakan portal masuk
mengenai hasil penelitian. perusahaan dan menyebabkan beberapa
Data yang di peroleh selama orang dari masyarakat dilaporkan kepolisi
penelitian dikompilasi kedalam tabel dan lalu ditahan di Polsek Kotodarussalam.
dianalisis sekaligus dibahas secara Konflik disebabkan masyarakat tidak
deskriptif kualitatif. Data kualitatif menerima ganti rugi yang di berikan oleh
diperoleh melalui berbagai macam teknik pihak perusahaan karena ganti rugi yang
pengumpulan data misalnya wawancara, diberikan tidak sesuai yang diinginkan
analisis dokumen, diskusi terfokus atau masyarakat. Ganti rugi yang di berikan
observasi yang telah dituangkan dalam perusahaan tidak pernah sampai kepada
catatan lapangan (traskrip). Bentuk lain masyarakat Desa Muara Dilam yang miliki
data kualitatif adalah gambar yang luas tanah 136 ha. Saat itu masyarakat
diperoleh melalui pemotretan atau menuntut perusahan harus memberikan
rekaman vidio. Kemudian data yang diolah Ganti Rugi lahan/Tanah yang telah
tersebut bertujuan untuk menghasilkan digunakan perusahaan dan meminta
rumusan yang dapat di jadikan sebagai perusahaan menyediakan lahan 50 ha
hasil akhir untuk rekomendasi tentang arah untuk perkebunan desa dan sebagai asset
penyelesaian konflik pertanahan yang desa.
menyebabkan pemicu konflik tanah ulayat Menurut perusahaan mereka telah
masyarkat Desa Muara Dilam dengan PT melakukan ganti rugi terhadap tanah seluas
Citra Sardela Abadi (CSA) pada tahun 136 Ha tersebut kepada tokoh masyarakat
2012. Desa Muara Dilam. Akan tetapi menurut
masyarakat belum pernah ada ganti rugi
HASIL PENELITIAN DAN terhadap tanah ulayat tersebut, dan pihak
PEMBAHASAN perusahaan tidak mampu menunjukkan
A. Karakteristik Isu Konflik bukti ganti rugi yang telah dikeluarkan.
1. Pembangunan Perkebunan Kelapa Tidak adanya komunikasi yang jelas antara
Sawit di Desa Muara Dilam perusahaan dengan masyarakat
Kecamatan Kunto Darussalam menyebabkan pecahnya konflik pada
Kabupaten Rokan Hulu tahun 2012 lalu.
B. Kepribadian Individu yang Terlibat
Kehadiran perkebunan kelapa sawit Konflik
memberikan dampak positif terhadap Konflik antara masyarakat Desa
kondisi sosial ekonomi masyarakat di Muara Dilam dengan perusahaan
sekitar perusahaan perkebunan kelapa perkebunan PT. Citra Sardela Abadi
sawit. Namun dengan hadirnya perusahaan berawal dari tidak terjalinnya komunikasi
kelapa sawit juga memberikan dampak dan koordinasi yang baik antara
negatif apabila dilakukan disembarangan perusahaan dengan masyarakat pemilik
tempat yang dapat merusak lingkungan tanah. Ketidakjelasan masyarakat atas
sekitar perusahaan perkebunan kelapa ganti rugi tanah yang dilakukan
sawit. perusahaan menimbulkan konflik
2. Konflik Tanah Antara Masyarakat berkepanjangan yang menimbulkan aksi-
Adat di Desa Muara Dilam aksi kekerasan dan perusakan fasilitas
Kecamatan Kunto Darussalam perusahaan yang dilakukan masyarakat
Kabupaten Rokan Hulu maupun yang upaya perlawanan yang
dilakukan perusahaan (melalui intimidasi
Pada bulan Desember 2012 kepada masyarakat).
masyarakat Desa Muara Dilam dan 1. Kesenjangan Sosial Pembangunan
Perusahaan PT. Citra Sardela Abadi Konflik antara masyarakat dengan
terjadi perselisihan yang cukup besar, yang pihak perusahaan PT. Citra Sardela Abadi

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 8


dikarenakan faktor sosial dan ekonomi. ketentuan di dalam surat tersebut bahwa
Dimana faktor sosial, masyarakat tidak ³/XDV ODKDQ \DQJ GLFDGDQJNDQ WHUVHEXW GL
akui keberadaannya oleh perusahaan, atas (3.300 Ha) tidak bersifak mutlak dan
sehingga masyarakat Desa Muara Dilam terhadap perladangan/kebun masyarakat
merasa perusahaan yang seharusnya yang terdapat didalamnya agar diganti rugi
mampu memberikan pengakuan secara (diinclave) dengan harga yang layak dan
sosial keberadaan dan lingkungannya. proses yang sesuai dengan ketentuan yamg
Akan tetapi perusahaan abai akan berlaku dan bilamana kewajiban tersebut
keberadaan masyarakat yang berada tidak ditaati dan dipenuhi maka
disekitar areal perkebunannya, bahkan Rekomendasi Persetujuan Prinsip Usaha
perkebunan masyarakat menjadi sasaran Perkebunan ini dinyatakan batal dengan
dari lahan tersebut tidak mendapat ganti sendirinya.
rugi. Berlandaskan dasar di atas tersebut
Dampak dari konflik ini meluas masyarakat Desa Muara Dilam meminta
kepada masalah sosial yang ada perusahaan 1) Membayar ganti rugi atas
dimasyarakat. Dimana masyarakat merasa tanah seluas 136 Ha yang termasuk
terhina akan tindakan-tindakan perusahaan didalam lahan perkebunan PT. Citra
atas penyerobotan, perampasan, atapun Sardela Abadi. 2) Masyarakat meminta
perampokan tanah ulayat mereka yang PT. Citra Sardela Abadi memberikan
sejak dahulu menjadi sumber penghidupan Kebun Desa sebanyak 50 ha, tetapi setelah
masyarakat. Ketidak pedulian perusahaan telah dilakukan pertemuan untuk
terhadap hak-hak masyarakat penyelesaian permintaan masyarakat
menyebabkan konflik berkepanjangan ternyata perusahaan hanya mau
antara perusahaan dengan masyarakat dan memberikan sebanyak 10 Ha.
menimbulkan gejala sosial yang cukup Hal diatas, senada dengan pendapat
besar yakni kebencian masyarakat dari hasil penelitian Mundung, dkk (2007)
terhadap seluruh elemen perusahaan. Sekurang-kurangnya terdapat delapan
faktor yang menyebabkan terjadinya
2. Kesenjangan Ekonomi Masyarakat konflik pertanahan di Riau. Delapan faktor
Faktor ekonomi yang menjadi tersebut adalah (a) tapal batas yang tidak
faktor penting terjadinya konflik ini jelas, (b) perambahan hutan, (c) kontrak
dikarenakan masyarakat tidak lagi yang dinilai masyarakat tidak dipenuhi
memperoleh penghasilan dari hasil lahan oleh pihak perusahaan, (d) penyerobotan
yang biasa mereka olah dan lahan mereka tanah masyarakat oleh perusahaan, (e)
tidak lagi menjadi tempat sumber rezeki kecemburuan sosial karena kelompok tani
yang dahulunya menjadi sumber yang dikelola oleh perusahaan secara
rezekinya. Fakta yang ada dilapangan ekonomi lebih baik dan lebih mendapat
tingkat perekonomian masyarakat di Desa perhatian dari pihak perusahaan, (f) ganti
Muara Dilam sangat lemah, dimana 40% rugi yang tidak menemukan kesepakatan
yang berkategori mampu dan 60% berada antara kedua belah pihak masyarakat dan
di bawah garis kemiskinan, faktor ini perusahaan, dan (g) perebutan tanah antara
menyebabkan kejadian-kejadian yang sesama warga.
sebelumnya pernah ada yakni seperti
pencurian, perampokan dan kejahatan C. Situasional
lainnya. Mengatasi dan menyelesaikan
Berdasarkan Surat Bupati Rokan suatu konflik bukan suatu yang sederhana.
Hulu Nomor 525/Pem/VIII/05/17 yang Cepat tidaknya suatu konflik dapat di atasi
memberikan Rekomendasi Persetujuan tergantung pada kesediaan dan
Prinsip untuk Usaha Perkebunan Kelapa keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa
Sawit seluas 3.300 Ha namun adanya untuk penyelesaian konflik dan tidak

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 9


menutup kemungkinan adanya hambatan- perkebunan. Selain itu, tidak
hambatan yang dihadapi oleh pihak yang dipenuhinya permintaan
telah percayakan untuk menyelesaikan masyarakat yang meminta tanah
konflik. Sejauh proses yang telah perkebunan desa seluas 50 ha dan
dilakukan oleh, Pemerintah Desa, Camat, yang diakomodir perusahaan seluas
dan DPRD Rokan Hulu tampak sulit 10 ha, akan tetapi tanah yang
menemukan celah penyelesaian konflik diakomodir perusahaan tersebut
karena terlihat di mana masyarakat tidak tidak jelas letaknya dan tidak
menerima ganti rugi yang di berikan selain diketahui masyarakat
itu masing-masing pihak menginginkan keberadaannya.
keputusan bersifat menguntungkan salah 3. Situasional konflik tanah antara
satu pihak saja hal ini disebabkan adanya masyarakat Desa Muara Dilam Kecamatan
tuntutan ekonomi sehingga mediasi yang Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu
dilakukan mengalami kesulitan dalam dengan PT. Citra Sardela Abadi, yakni:
menyelesaikan konflik pertanahan a. Tidak dilibatkannya masyarakat
tersebut. Desa Muara Dilam
b. Belum ada keterlibatan pemerintah
KESIMPULAN daerah
1. Karakteristik isu konflik, konflik yang c. Belum ada keterlibatan BPN
terjadi diawali dengan pembangunan d. Kurangnya koordinasi pihak-pihak
perkebunan kelapa sawit yang yang berkonflik dengan pemerintah
menguasai sebagian lahan masyarakat daerah Kabupaten Rokan Hulu
Desa Muara Dilam. Ketidakjelasan
dalam pembayaran ganti rugi tanah DAFTAR PUSTAKA
masyarakat menjadi salah satu sumber Gulo W. 2005. Metodelogi Penelitian.
utama pecahnya konflik pertanahan Jakarta : Gramedia
antara perusahaan PT. Citra Sardela
Abadi dengan masyarakat Desa Muara Limbong, Bernhard. 2012. Kebijakan
Dilam. Pertanahan. Jakarta : CV Rafi Maju
2. Kepribadian individu yang terlibat Mandiri
konflik dikarenakan adanya
kesenjangan sosial dan kesenjangan Manchaster Opening Learning. 1997.
ekonomi. Management Action Guide
a) Kesenjangan Sosial (Mengendalikan
Tidak pernah dilibatkannya Konflik dan Negosiasi). Jakarta :
masyarakat dalam pembangunan Gramedia
perkebunan dan pengambilan tanah
masyarakat sebagai lahan Meleong, Lexi. 2005. Metodologi
perkebunan menjadi masalah utama Penelitian Kualitatif. Bandung :
dari konflik yang terjadi antara Rosdakarya.
masyarakat Desa Muara Dilam
dengan PT. Citra Sardela Abadi, Novri, Susan. 2009. Pengantar Sosiologi
yang puncaknya terjadi aksi besar- Konflik dan Isu Isu Konflik
besaran pada tahun 2012 dan Kontemporer. Jakarta : Kencana
mengakibatkan perusakan sarana
prasarana perusahaan. Pruitt Dean, Rubin Jeffrey Rubin. 2004.
b) Kesenjangan Ekonomi Teori konflik sosial. Yogyakarta :
Tidak kunjung selesainya proses Pustaka Belajar
ganti rugi tanah masyarakat seluas
136 ha yang masih dalam areal

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 10


Rauf, Maswadi. 2001. Konsensus Politik.
Jakarta : Direktor Jendral Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Pendidikan Tinggi Departemen tentang Pemerintahan Daerah
Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Agraria Nomor 5 Tahun
Santoso Urip. 2005. Hukum Agraria dan 1999 tentang Pedoman
Hak-hak Atas Tanah. Jakarta : Penyelesaian Masalah Hak Ulayat
Pranada Gramedia Grup Masyarakat Hukum Adat

Soemartono, Gatot. 2006. Arbitrase dan Keputusan Menteri Nomor 34 Tahun 2003
Mediasi di Indonesia. Jakarta : tentang Kebijakan Nasional di
Gramedia Pustaka Utama. bidang Pertanahan

Sumardjono, Maria S.W. 2005. Kebijakan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun
Pertanahan antara Regulasi dan 2011 Tentang Pengelolaan
Implementasi, Jakarta : PT Kompas Pengkajian dan Penanganan Kasus
Media Nusantara Pertanahan

Sukardarmadi. 2004. Metodologi Jurnal


Penelitian : Petunjuk Praktis untuk
Peneliti Pemula. Yogyakarta : Deri Lafari. 2013. Peran Pemerintah
Gajah Mada University Press Rokan Hulu dalam Menangani
Konflik Tanah Ulayat Tahun 2011.
Supriadi. 2009. Hukum Agraria. Jakarta : Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan
Sinar Grafika Fisip Universitas Riau, Pekanbaru

Winardi. 1994. Manajemen Konflik Skripsi


(konflik Perubahan dan
Pengembangan). Bandung : Liga Rahayu. 2014. Problematika
Mandar Maju Penyelesaian Konflik Tanah Ulayat
Masyarakat Adat di Kabupaten
Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Kampar Tahun 2012-2013. Skripsi
Konflik (Teori, Aplikasi dan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisip
Penelitian). Jakarta : Salemba Universitas Riau, Pekanbaru.
Humanika.
Website
William, Hendricks. 2000. Bagaimana http://www.rokanhulukab.go.id
Mengelola Konflik (Petunjuk
Praktis untuk mengelola
Manajemen Konflik yang Efektif).
Jakarta : Bumi Aksara

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5


Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria

Undang-Undang Nomor 39 Tahnun 2004


tentang Hak Asasi Manusia

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 Februari 2016 Page 11

You might also like