You are on page 1of 5

PROCEEDINGS | JAMBORE KONSELOR 3(2017), pp.

XX–XX
Indonesian Counselor Association| Ikatan Konselor Indonesia (IKI)
ISSN-p: XXXX-XXXX |ISSN-e: XXXX-XXXX
http://jambore.konselor.org/ DOI:10.1007/XXXXXX-XX-0000-00

Konseling Pada Anak Korban Bencana Alam: Play Therapy


Perspektif

Intan Sholihat 1, Deni Dzulfaqori Nasrullah2


1
IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Cirebon, Indonesia, (e-mail) intansholihat.30@gmail.com
2
IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Cirebon, Indonesia, (e-mail) deninasrullah99@gmail.com

Abstrak
Natural disaster is surely effecting various disadvantages, such as the victims,
properties, sorrows, and deep scared. For the victims who are in that condition
are surely feeling afraid, worried, nervous, and easy to be panic. The victims of
disaster can come and happen to adult and children. For traumatic solving to
the children is really different from the solving traumatic to adult. The children
have a susceptible condition to the impact that is caused by an event and make
a traumatic impact. This research aims to solve a traumatic impact after the
disaster to the children. By qualitative, this paper describes the case thoroughly.
Through observations and giving treatment to the children who are the victims
of natural disaster, found that is the traumatic of it. In such away that the play
therapy are considered to solve that trauma.

Kata Kunci: Bencana, Trauma, Play Therapy, Anak-Anak,

Article History: Received on XX/XX/XXXX; Revised on XX/XX/XXXX; Accepted on XX/XX/XXXX; Published Online:
XX/XX/XXXX.
© 2016. This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use,
distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.

Pendahuluan diantaranya yaitu kerugian material (fisik) dan


nonmaterial (psikis). Kondisi mental dan psikis
Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang terjadi pada korban terutama pada anak-
alam yang mengakibatkan dampak besar bagi anak perlu mendapat perhatian khusus agar
populasi manusia. Beberapa bencana alam tidak terjadi gangguan mental dan psikis.
terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu faktor alam dan manusia. Menurut Tom Dari berbagai kondisi yang dapat
Crowards (2000) bencana alam tersebut mengakibatkan ketidakseimbangan psikologis
memiliki dampak terhadap bidang ekonomi, bisa dikaji dengan menggunakan teori Maslow
sosial, dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur ihwal hierarki kebutuhan. Maslow menyatakan
dapat menggangu aktivitas sosial dan bahwa setiap individu yang dapat memenuhi
kerusakan lingkungan. kebutuhan fisik dan psikologinya dengan baik,
mereka akan berkembang menjadi individu
Ketika bencana alam terjadi, terdapat yang sehat. Namun ketika individu tersebut
beberapa faktor yang harus diperhatikan, tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar

1
<AUTHOR>
(Title Article)
2

(deficiency needs) seperti rasa aman, kasih paska trauma/bencana yang pada umumnya
sayang, dan harga diri, maka mereka juga dalam dunia kesehatan disebut dengan post
belum dapat memenuhi kebutuhan untuk traumatic stress disorder (PTSD).
tumbuh (growth needs) yaitu aktualisasi diri
PTSD secara umum dapat diatasi apabila
dan transenden.
mendapatakan penanganan yang tepat.
Melihat kondisi korban bencana di Apabila telah diketahui bahwa seseorang
pengungsian dan ketika mereka telah kembali mengalami PTSD dan tidak segera ditangani,
ke desa masing-masing, penanganan tersebut maka akan mengakibatkan komplikasi secara
masih belum mendukung para korban bencana medis dan psikologis yang bersifat permanen.
untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun Hingga pada akhirnya akan mengganggu
kebutuhan untuk tumbuh. kehidupan sosial maupun pekerjaan si
penderita (Flannery, 1999). National Institute
Ancaman kerusakan lahan dan rumah,
for Health and Care Excellence (2005)
kehilangan mata pencaharian, serta dapat
mendukung bahwa PTSD dapat disembuhkan
menimbulkan rasa tidak aman dan kecemasan
apabila korban mendapat pendampingan
pada korban, karena mereka harus keluar dari
dalam mengembalikan kondisi seperti
kehidupan sehari-hari. Lalu, mereka harus
sediakala.
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
baru. Ironinya, anak-anak pun menjadi korban Tambahkan Previous Study!!!
pengungsian dan mengalami kondisi yang
Berdasarkan penjelasan tersebut, anak-anak
sama seperti pengungsi dewasa lainnya.
yang menjadi korban bencana rentan untuk
Keadaan cemas dan tidak aman tersebut, mengalami PTSD, serta perlu medapat
jika dibiarkan berlarut-larut akan menggangu penanganan yang serius agar tidak mengalami
perkembangan psikis anak tersebut. Oleh dampak berkepanjangan dan mengahambat
karena itu, rasa cemas dan tidak aman tersebut perkembangan. Bagi mereka, korban bencana,
kalau dibiarkan berlarut-larut maka dapat terdapat karakteristik yang khas, sehingga
mengganggu perkembangan psikis anak-anak. memerlukan bentuk-bentuk intervensi yang
Jadi, penanganan secara tepat perlu dilakukan sesuai dengan karakteristik dan tahap
agar mereka dapat melupakan dan perkembangannya. Hal tersebut untuk
menghilangkan pengaruh negatif yang ada, menurunkan stress pasca trauma yang dialami
baik itu akibat bencana alam (longsor) maupun oleh mereka.
karena kondisi barak pengungsian dan tempat
Salah satu cara yang efektif serta dapat
tinggal yang saat ini ini kurang memadai bagi
diterapkan yaitu konseling melalui terapi
anak untuk tumbuh dan berkembang secara
bermain (Play Theraphy). Menurut
optimal.
Sukmaningrum (2001) melalui terapi bermain,
Bagi seseorang yang mengalami gangguan anak diberi kesempatan dalam dunia
jiwa setelah terjadi bencana, dalam teori yang naturalnya, dalam artian posisinya sebagai
harus dilakukan tentunya berkaitan dengan anak-anak. Dengan terapi tersebut anak akan
kesehatan jiwa, baik itu saat terjadinya bencana merasa aman ketika mereka berekspresi dan
ataupun setelah terjadinya bencana, telah bereksplorasi terhadap diri mereka sendiri,
banyak dibicarakan dalam literatur medis, baik dalam perasaan, pikiran, pengalaman,
media cetak, maupun elektronik. Dalam hal ini maupun tingkah laku. Hal tersebut
pemerintah dan masyarakat memiliki peran dikarenakan, anak tidak berhadapan langsung
dan tanggung jawab dalam penanggulangan dengan dengan kondisi yang mengingatkan
bencana dan pasca bencana. mereka pada trauma yang dialaminya. Namun
dalam hal ini haruslah menggunakan materi
Menurut relawan Rumah Zakat (2017), yang
yang bersifat simbolik, (Landreth, 2001).
terjun ke daerah yang terkena bencana longsor,
Sedemikian sehingga, terapi bermain yang
dinyatakan bahwa korban bencana seringkali
diterapkan pada anak yang mengalami
terjangkit gangguan strees secara psikologis

PROCEEDINGS | JAMBORE KONSELING 3(2017), pp. XX-XX.


© Indonesian Counselor Association (IKI) | http://jambore.konselor.orgDOI: 10.1007/XXXXXX-XX-0000-00
<AUTHOR>
(Title Article)
3

gangguan stress pasca trauma longsor Masalah yang menimpa M (11) dan A (8)
bertujuan untuk menurunkan gangguan bersumber langsung dari dirinya dan orang
tersebut dengan membantu mereka dalam tuanya. Untuk diketahui, M (11) merupakan
belajar menerima keadaan, belajar seorang anak yang berprestasi, rajin beribadah,
mengembalikan kontrol diri, serta belajar untuk dan peduli terhadap sesama. Sedangkan A (8)
bebas mengekspresikan diri. merupakan seorang anak yang aktif dalam
segala hal, serta memiliki semangat belajar.
Metode Berikut adalah percakapan antara peneliti dan
Penelitian ini dilakukan dengan M (11):
menggunakan paradigma penelitian kualitatif. Peneliti: “De, bagaimana kabarnya? Kenapa ade
Data diperoleh dengan cara observasi dan kelihatan sedih? Coba cerita sama
memberikan treatment terhadap anak-anak kaka!”
korban bencana longsor. Hal tersebut
dilakukan untuk mendapatkan informasi M (11) : “Iya ka, adek sedih liat rumah rusak.
akurat ihwal dampak traumatik paska bencana. Buku-buku juga rusak kena longsor.
Adek takut kalau pindah kesana lagi”.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis
berdasarkan persepektif terapi bermain (play Pertanyaan serupa juga diajukan kepada A
therapy). Dari analisis yang dilakukan, (8):
diperoleh jawaban atas apa yang menjadi Peneliti: “De, bagaimana kabarnya? Kenapa ade
pertanyaan dari penelitian ini. Dari jawaban kelihatan sedih? Coba cerita sama
yang didapatkan, kemudian ditarik kesimpulan kaka!”
dari seluruh rangkaian pemaparan dalam
penelitian ini. M (8) : “Alhamdulillah baik, tapi sedih liat
rumah rusak. Semuanya rusak kena
Hasil dan Pembahasan longsor, nanti sekolah gimana?”
Penelitian ini merupakan kajian dari kasus Pasca bencana longsor, keduanya
yang menimpa beberapa anak korban bencana mengalami perubahan yang signifikan dalam
longsor di Dusun Cimeong, Desa Cilayung, kehidupan sehari-hari. Mereka yang biasanya
Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan – aktif dan semangat melakukan aktivitas,
Jawa Barat. Menurut Badan Penanggulangan sekarang terlihat murung dan menyendiri.
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Mereka merasa cemas, ketakutan dan trauma
terdapat 55 kepala keluarga korban bencana ketika melihat rumahnya rusak diterjang
longsor yang mengalami trauma, kerugian bencana longsor. Hal tersebut sungguh
material, kehilangan tempat tinggal, dan mata memilukan ketika melihat seorang anak-anak
pencaharian. Para pengungsi bencana tersebut bisa berfikir seperti orang dewasa, walaupun
ditempatkan di posko bencana yang bertempat dalam konteks yang berbeda.
di SDN 1 Cilayung.
Melihat kondisi beberapa anak yang
Ihwal masalah traumatik yang menimpa mengalami trauma pasca bencana, peneliti
anak-anak, peneliti melakukan observasi dan memberikan treatment terhadap anak-anak
memberikan treatment terhadap anak-anak korban bencana longsor tersebut. Didapati
tersebut. Tetapi peneliti hanya mengambil dua bahwa teknik play therapy dirasa mampu untuk
sampel, diantaranya yaitu M (11) dan A (8) menangani anak yang mengalami trauma pasca
(inisial nama anak korban trauma) keduanya bencana. Teknik play therapy dapat membantu
merupakan korban bencana longsor tersebut. anak merasa lebih nyaman dalam berproses
Mereka sempat mengalami trauma atas dengan pengalaman traumatiknya (Anonim,
kejadian bencana longsor yang terjadi di 2017b). Lalu, Swalm (2005) mendukung bahwa
lingkungannya. dalam proses play therapy antar sesama anak
akan saling menceritakan tentang pengalaman

PROCEEDINGS | JAMBORE KONSELING 3(2017), pp. XX-XX.


© Indonesian Counselor Association (IKI) | http://jambore.konselor.orgDOI: 10.1007/XXXXXX-XX-0000-00
<AUTHOR>
(Title Article)
4

trauma mereka, kemudian mereka akan saling (8) merupakan masalah yang bisa saja terjadi
memberikan penguatan satu sama lain. pada anak-anak. Berikut adalah hasil
wawancara kepada M (11) dan A (8) setelah
Metode play therapy berperan untuk
diberikan treatment dengan metode play therapy:
menghibur anak-anak agar bisa melupakan
traumanya, mengembangkan kemampuan Peneliti: “De, bagaimana sore hari ini senang
untuk mengatasi masalah, sehingga tercipta bisa bermain bersama?”
perasaan yang lebih baik. Play therapy
M : “Alhamdulillah seneng, di sini jadi tidak
merupakan terapi yang membutuhkan media
bosan, dari tadi diem aja, nungguin Ma
sebagai alat bermain. Landreth, (1991)
dan Bapa pulang dari sawah”.
menyatakan bahwa Play therapy memberikan
rasa aman bagi anak dalam mengekspresikan Selanjutnya, wawancara juga diberikan
dan melakukan eksplorasi terhadap diri kepada A (11)
mereka baik itu perasaan, pikiran, pengalaman, Peneliti : “A, bosan enggga di sini? Seneng
dan tingkah laku. Hal tersebut dilakukan enggga bisa bermain dan nyanyi
dengan media komunikasi natural anak yaitu bersama kakak ?”
bermain. Sukmaningrum (2001) mendukung
bahwa permainan memiliki makna simbolis. A : “A seneng, jadi ga bobo terus, ga cemberut
Makna tersebut dapat membantu terapis dalam terus, kadang nangis”.
mendeteksi sumber permasalahan anak. Dari hasil wawancara pada keduanya,
Tambahkan lirik lagu, cara bermain games membuktikan bahwa play therapy efektif untuk
nya! mengatasi kejenuhan, cemas dan rasa takut
pada anak korban bencana longsor tersebut.

Gambar 1 Kesimpulan
Peneliti sedang melakukan play therapy Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas
dengan anak- anak korban bencana longsor; dapat disimpulkan bahwa penerapan konseling
pada anak, mempunyai karakteristik
perkembangan dan perilaku yang berbeda
dengan orang dewasa. Hal ini secara tidak
langsung dituntut untuk memberikan
pelayanan yang sesuai dengan karakteristik
Gambar 2 tersebut. Penerapan terapi bermain (play
therapy) merupakan salah satu solusi yang
dapat digunakan untuk anak korban bencana.
Lalu, bagi anak yang mengalami stress pasca
bencana, melalui play therapy dengan
melibatkan orang dewasa yang ada
Gambar 3
disekitarnya akan lebih mempermudah
penyembuhan trauma tersebut. Meskipun
Melalui play therapy, hadir untuk menangani demikian, penerapan play therapy mempunyai
masalah yang di hadapi oleh M (11), A (8), dan hambatan yang berkaitan dengan hubungan
anak-anak lainnya. Hal tersebut dikarenakan anak dan orang tua. Hal ini dikarenakan orang
metode play therapy dapat memberikan bantuan tua dari mereka notabenenya adalah seorang
bagi konseli, anak-anak yang mengalami petani. Jadi, orang tua jarang mengisi waktu
korban bencana, agar bisa melupakan masalah bermain dengan anak-anaknya.
dan melupakan bencana longsor yang telah
terjadi. Masalah yang di hadapi M (11) dan A

PROCEEDINGS | JAMBORE KONSELING 3(2017), pp. XX-XX.


© Indonesian Counselor Association (IKI) | http://jambore.konselor.orgDOI: 10.1007/XXXXXX-XX-0000-00
<AUTHOR>
(Title Article)
5

Ucapan Terima Kasih


Ucapan terima kasih penulis dihaturkan
kepada Branch Manager of Rumah Zakat
Cirebon yang telah memberikan kontribusi
dalam penelitian ini. Selanjutnya kepada
Kaprodi Bimbingan dan Konseling Islam dan
Kaprodi Tadris Bahasa Inggris IAIN Syekh
Nurjati Cirebon. Keduanya telah menginisiasi
terlaksananya penelitian sederhana ini. Tidak
lupa pula kepada kedua orang tua kami yang
telah menyemangati dan mendukung
penelitian ini, kami haturkan terima kasih.

Daftar Rujukan
Anonim, “Apa itu Gangguan Tekanan Lepas
Kejadian Traumatik
(PTSD)?,”http://www.cgh.com.sg/health_public/
pamphlet/Malay/PTSD/PTSD_
main1_new.html, diakses 01 Maret 2017d.
Crowards, Tom. 2000. Comparative
Vulnerability to Natural Disasters in the
Caribbean. Paper workshop on Vulnerability
Assessment TechniquesCharleston, South
Carolina. Staff working paper No. 1/100.
Flannery, R.B. 1999. Psychological trauma and
post traumatic stress Disorder: a.review,
International Journal of Emergency Mental
Health. 1 (2) p 77 – 82
Landreth, G.L. 1991. Play therapy: TheArt of the
Relationship. Indiana: Accelerated
Development Inc
Landreth, G.L. 2001. Innovations in Play
therapy:Issues, Process, and Special Populations.
BrunnerRoutledge: Taylor & Francis
Suharsaputra, Uhar 2012. Metode Penelitian, 1
(2) p 209 Violence) Pada Anak. Jurnal
Psikologi. Vol. 8. No. 2, 14-23
Sukmaningrum, E. 2001. Terapi Bermain
sebagai Salah Satu Alternatif Penanganan
Pasca Trauma Karena Kekerasan (Domestic
Violence) Pada Anak. Jurnal Psikologi. Vol. 8.
No. 2, 14-23

PROCEEDINGS | JAMBORE KONSELING 3(2017), pp. XX-XX.


© Indonesian Counselor Association (IKI) | http://jambore.konselor.orgDOI: 10.1007/XXXXXX-XX-0000-00

You might also like