You are on page 1of 12

MODEL PENINGKATAN RESILIENSI ANAK USIA SEKOLAH

PASCA LETUSAN GUNUNG KELUD KEDIRI BERBASIS


DISASTER NURSING COMPETENCY

(Model Of Resilience Improvement On School Age Children After The Kelud


Mountain Eruption Based On Disaster Nursing Competency)

Nian Afrian Nuari


Prodi S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri
Jln.Soekarno Hatta No.7, Pare Kediri

ABSTRACT

Children are more vulnerable than adults and receives the most severe impact on the
incidence of post-traumatic natural disaster. This is part of the focus of nursing disaster
competency is becoming a trend in nursing in Indonesia because the location of the position
of Indonesia has the opportunity of natural disasters. The purpose of this study was to
identify the development of models of resilience and PTSD (Post Traumatic Stress
Dissorder) in children of school age victims of the eruption of Kelud Kediri based on
disaster nursing competency. This research was an explanatory research on SDN
Asmorobangun Puncu in Lahar River I Kelud Mountains area. The sampel was 41 children
are taken with a Proportionate Stratified Random Sampling technique. Data collection used
resiliency questionnaire with CYRM - 28 and PTSD Checklist - Civilian Version (PCL-C).
Data were then analyzed using a structural equation model based variance or Partial Least
Square (PLS). The results showed the characteristics of respondents had significant influence
with resilience (t = 1.97) and the incidence of PTSD school-age children (t = 1.976).
Resilience is influenced components of individual factors, relationship with primary care,
and spiritual context, education and culture. Resilience has a significant correlation with the
incidence of PTSD in children of school age. Therefore, development of models of school-
age children resilience improvement in disaster areas can be performed by nurses with
education and health promotion as part of disaster nursing competencies. Nurses can
improve health promotion program by implementing the strategy of psychological care as
promotive and rehabilitative intervention.

Keywords: resilience, PTSD, nurse, disaster, children, school age.

ABSTRAK

Anak – anak lebih rentan dibandingkan orang dewasa dan menerima dampak yang paling
berat dalam kejadian traumatis pasca bencana alam. Hal ini merupakan bagian dari fokus
disaster nursing competency yang belakang ini menjadi trend dalam keperawatan di
Indonesia karena letak posisi Indonesia mempunyai peluang terjadi bencana alam . Tujuan
penelitian ini untuk mengidentifikasi pengembangan model resiliensi dan PTSD pada anak
usia sekolah korban letusan gunung Kelud Kediri berbasis disaster nursing competency.
Penelitian ini merupakan explanatory research di SDN Asmorobangun Puncu didaerah
Kali Lahar I Gunung Kelud. Sampel yang digunakan sebanyak 41anak diambil dengan
tehnik proportionate stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan
1
kuesioner resiliensi dengan kuesioner CYRM – 28 6 dan PTSD diukur PTSD Checklist –
Civilian Version (PCL-C). Tehnik analisis dalam penelitian ini adalah model persamaan
structural berbasis variance atau Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan
karakteristik responden mempunyai pengaruh signifikan dengan resiliensi (t = 1,97) dan
kejadian PTSD anak usia sekolah (t = 1,976). Resiliensi dipengaruhi komponen faktor
individu, hubungan dengan primary care, dan konteks spiritual, pendidikan dan
kultur. Resiliensi mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian PTSD pada anak
usia sekolah. Oleh karena itu pengembangan model peningkatan resiliensi anak usia
sekolah di daerah rawan bencana dapat dilakukan oleh perawat dengan melakukan
pendidikan dan promosi kesehatan sebagai bagian dari disaster nursing competencie.
Perawat dapat meningkatkan program promosi kesehatan dengan menerapkan
strategi psychological care sebagai upaya promotif maupun rehabilitatif.

Kata kunci: resiliensi, PTSD, perawat, bencana, anak, usia sekolah

PENDAHULUAN infeksi saluran pernapasan, iritasi mata


Dalam kurun waktu 10 tahun karena debu bahkan dampak
Indonesia mengalami beberapa psikologis juga dapat teradi karena
bencana, diantaranya Tsunami di kejadian ini tentunya menimbulkan
Aceh, gempa bumi di Yogyakarta dan ketakutan dan kecemasan bagi para
Jawa Tengah, Banjir di Wasior dan korban.
yang belum lama terjadi meletusnya Anak-anak hingga lansia telah
Gunung Kelud di Jawa Timur. Salah menyaksikan kejadian yang
satu dari bencana yang terjadi di menakutkan dalam sejarah hidup
Indonesia adalah peristiwa meletusnya mereka. Tempat tinggal dan harta
Gunung Kelud pada 13 Februari 2014 benda mereka telah hilang bahkan
yang lalu. Bencana ini mengakibatkan nyawa mereka pun terancam ketika
35 kelurahan dan tiga kecamatan Gunung Kelud meletus. Dari semua
tertutup abu tebal dan diperkirakan korban, anak-anak adalah kelompok
sebanyak 200 ribu jiwa harus paling rentan. Masa anak-anak
mengungsi dari tempat tinggalnya. merupakan waktu bagi mereka untuk
Tidak hanya kerugian secara materi, bermain dan mengenal kehidupan di
kerugian secara fisik pun dirasakan sekitarnya. Anak-anak korban bencana
oleh para korban penyakit seperti mengalami peristiwa yang terjadi

2
secara tiba-tiba yang akan jauh kemampuan individu
memberikan respon cemas dan menyesuaikan diri terhadap perubahan
ketakutan. Mereka harus menyaksikan yang terjadi dalam kehidupan yang
rumah dan sekolah mereka hancur, lebih dikenal dengan resiliensi.
orang tua dan saudara-saudaranya Resiliensi merupakan hal yang penting
berlari ketakutan serta menghadapi dalam perkembangan karena anak
kehidupan di pengungsian. Hal-hal yang mempunyai resiliensi yang baik
tersebut dapat memberikan stressor akan mampu beradaptasi dengan
yang besar bagi mereka dan dapat masalah yang menyulitkannya. Oleh
menyebabkan trauma psikologis. karena itu penting dilakukan penelitian
Berdasarkan studi pendahuluan yang gambaran tentang resiliensi anak usia
dilakukan pada 7 orang siswa di SDN sekolah untuk memantau
Kebonrejo II, Kepung, Kabupaten perkembangan psikologisnya.
Kediri, didapatkan 3 dari 7 siswa Onset morbiditas pada anak-
mengatakan mudah teringat pada anak yang terekspos pada trauma
peristiwa erupsi gunung Kelud bervariasi.2 Anak mungkin kelihatan
tersebut dan 5 siswa beberapa kali tak terpengaruh akibat sebuah bencana
mengalami mimpi buruk tentang alam. Walaupun begitu, seiring
peristiwa tersebut. berjalannya waktu pada sebagian besar
Anak – anak dan remaja lebih anak-anak mungkin berkembang
rentan dibandingkan orang dewasa dan morbiditas yang besar yang dapat
menerima dampak yang paling berat berlanjut pada tahun kedua setelah
dalam kejadian traumatis.1 Anak-anak sebuah bencana alam. Anak yang
yang terdampak disaster/ bencana terpengaruh terhadap peristiwa
perlu melakukan proses adaptasi. traumatis mungkin pada awalnya
Dalam beradaptasi, ada anak yang memperlihatkan fenomena reaktif,
mampu bertahan dan pulih kembali yang mungkin berlanjut dan membawa
dari situasi yang negatif sedangkan kepada gangguan apabila anak
ada juga yang gagal karena tidak tersebut memiliki kepribadian yang
dapat menghadapi perubahan yang rentan.3 Hal-hal tersebut akan
ada. Hal ini tergantung seberapa menyisakan ingatan buruk pada

3
mereka dan memberikan stressor yang perawatan terhadap komunitas;
besar. Salah satu dampak yang dapat perawatan terhadap individu dan
terjadi karena pengalaman traumatis keluarga; perawatan psikologis dan
tersebut adalah terjadinya gangguan perawatan terhadap kelompok yang
Stress Pascatrauma (Post Traumatic rentan/ berkebutuhan khusus.4 Hal ini
Stress Dissorder/ PTSD). terkait dengan peran perawat dalam
Peran perawat sangat diperlukan melakukan perawatan psikologis pasca
dalam mengatasi gejala PTSD pada bencana agar tidak menimbulkan
anak dengan memberikan terapi-terapi maslah psikologis pasien seperti
seperti, Cognitive Behavior Therapy adanya PTSD. Oleh karena itu peneliti
(CBT), Trauma Healing dan ingin mengidentifikasi pengembangan
permainan kelompok dapat diberikan model resiliensi dan PTSD pada anak
pada anak-anak korban bencana untuk usia sekolah korban letusan gunung
mengurangi resiko terjadinya Kelud Kediri berbasis disaster nursing
gangguan stress pascatrauma akibat competency yang perlu diteliti lebih
dari disaster. Hal ini merupakan lanjut.
bagian dari disaster nursing
competency dalam mendukung fungsi METODE PENELITIAN

psikologis para korban bencana. Penelitian ini menggunakan desain

Disaster nursing competency penelitian survey dengan desain

merupakan hal yang belakang ini cross sectional dan sifat penelitian ini

menjadi trend dalam keperawatan di penelitian penjelasan ( explanatory

Indonesia karena letak posisi research). Sampel dalam penelitian

Indonesia yang penuh dengan gunung ini adalah sebagian siswa SDN

berapi sehingga mempunyai peluang Asmorobangun I Kecamatan Puncu,

terjadi bencana alam. Disaster nursing Kabupaten Kediri yang berusia

competency meliputi 4 kompetensi diantara 10 – 12 tahun berjumlah 41

yaitu kompetensi mitigasi, kompetensi anak yang diambil secara

pencegahan, kompetensi respon dan Proportionate Stratified Random

kompetensi rehabilitasi/ recovery. Sampling.5 Lokasi SD ini bertempat di

Kompetensi respon meliputi Kecamatan Puncu yang merupakan


daerah ring 1 yang berjarak kurang 10
4
km dari puncak Kelud dan Desa Checklist – Civilian Version (PCL-
Asmorobangun merupakan lokasi KL C).7 Tehnik analisis yang digunakan
1 (Kali Lahar 1) yang terdampak dalam penelitian ini adalah model
material letusan gunung kelud dan persamaan structural berbasis variance
pengambilan data dilakukan bulan atau component based yang terkenal
Februari – Maret 2015. Partial Least Square (PLS). Hasil
Variabel dalam penelitian ini analisis Multivariat dengan Partial
adalah resiliensi dengan menggunakan Least Square yang meliputi dua tahap.
kuesioner The Child and Youth Tahap pertama dengan melakukan
6
Resilience Measure (CYRM) – 28 pengujian measurement model dan
dan PTSD diukur dengan instrument tahap ke dua dengan uji struktural
kuesioner menggunakan PTSD model.8

Gambar 1. Diagram Jalur Model Struktural

Tabel 1.Analisis Uji Validitas Konstrak


Konstrak Indikator Loading Uji T Keterangan
Factor
Karakteristik Usia 0,58 1,39 Tidak signifikan
Responden Jenis Kelamin -0,25 0,72 Tidak signifikan
Pendidikan Orang Tua 0,78 2,09 Signifikan
Pendapatan Orang Tua 0,15 0,38 Tidak signifikan
Resiliensi Individual Factor 0,91 3,12 Signifikan
(Personal skill, Social
Support, Peer Support)
Hubungan dengan 0,65 2,36 Signifikan
5
Primary Care
Konteks Spritual, 0,94 2,64 Signifikan
Education, Kultur
PTSD (Post Re-experiencing 0,88 5,39 Signifikan
Traumatic Avoidance 0,39 1,32 Tidak signifikan
Stress Hyperarousal 0,81 4,01 Signifikan
Dissorder)

Tabel 2.Analisis Uji Hipotesis


Hubungan antar variabel Coefisien Path Uji T Keterangan
Karakteristik responden 0,389 1,97 Signifikan
terhadap Resiliensi
Karakteristik responden 0,439 1,976 Signifikan
terhadap PTSD
Resiliensi terhadap PTSD 0,158 2,10 Signifikan

HASIL variabel resiliensi. Pada variabel


Hasil Analisis Multivariat PTSD didapatkan indikator re-
dengan Partial Least Square (PLS) experiencing merupakan indikator
pada hasil uji validitas konstrak konstrak yang terkuat. Sedangkan
didapatkan bahwa 6 indikator yang indikator yang signifikan meliputi
signifikan yang mempunyai T-statistik indikator re-experiencing dan
> 1,96. Hasil pengujian membuktikan indikator hyperarousal.
bahwa pendidikan orang tua Hasil uji struktural model
merupakan indikator konstrak yang bertujuan mengetahui hubungan antar
terkuat dari variabel karakteristik variabel didapatkan bahwa
responden. Sedangkan hasil karakteristik responden mempunyai
pengukuran variabel resiliensi pengaruh dengan resiliensi (γ = 0,389,
menunjukkkan bahwa dari ke tiga T= 1,97) dan karakteristik responden
indikator mempunyai T statistik > mempunyai pengaruh dengan PTSD
1,96 yang berarti bahwa semua (γ = 0,439, T= 1,976). Resiliensi
indikator dalam resiliensi signifikan mempunyai pengaruh signifikan
dan indikator konteks spiritual, dengan PTSD (γ = 0,158, T= 2,10).
education dan kultur yang merupakan
indikator konstrak yang terkuat dari PEMBAHASAN

6
Karakteristik responden mampu menjadi role model anak
meliputi indikator jenis kelamin, usia, dalam penyelesaikan konflik/ masalah
pendidikan orang tua dan pendapatan sehingga dapat dicontoh oleh anak.
orang tua. Hasil pengujian Penyelesaian masalah yang adaptif
membuktikan bahwa pendidikan membentuk resiliensi yang baik pada
orang tua merupakan indikator anak.
konstrak yang terkuat dari variabel Berdasarkan Tabel 1,
karakteristik responden. Berdasarkan didapatkan 3 indikator yaitu faktor
pada tabel 2 menunjukkan bahwa individual, hubungan dengan primary
karakteristik responden mempunyai care , dan konteks spiritual, education
pengaruh signifikan terhadap serta kultur. Pada faktor individual
resiliensi. Resiliensi adalah sebuah meliputi 3 faktor yaitu individual
proses atau hasil adaptasi positif yang personal skill, individual peer support
merupakan hasil interaksi antara dan social skills. Ketiga faktor
individu dan lingkungan eksternalnya. tersebut sangat penting dalam
Lingkungan eksternal yang paling membentuk resiliensi seorang anak.
mendukung dalam perkembangan Mayoritas usia responden dalam
anak adalah keluarga atau orang tua. penelitian ini adalah usia 10 dan 11
Keluarga mampu membentuk anak tahun. Usia ini merupakan tahap early
dalam memberikan respon adaptif adolescence yang meliputi
terhadap stressor. Dukungan sosial perkembangan pubertas. Pada masa
dari keluarga, teman dan agama early adolescence merupakan masa
merupakan faktor protektif yang dapat peralihan dari anak-anak ke dewasa
mencegah munculnya dampak dimana individu dihadapkan pada
negatif.9 Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan untuk menemukan jati diri.
pendidikan orang tua mempunyai Permulaan usia remaja, individu juga
validitas konstrak terkuat dari faktor mengalami perubahan sosial yang
keluarga. Pendidikan orang tua akan mempengaruhi perkembanagan
mempunyai pengaruh dalam psikososial individu tersebut.10
pembentukan respon adaptif seorang Indikator hubungan dengan Primary
anak terhadap stressor. Orang tua Care juga berpengaruh signifikan

7
terhadap resiliensi dimana merupakan ke sekolah karena harus tinggal di
bagian dari faktor protektif eksternal. pengungsian dan kehilangan waktu
Adanya pelayanan kesehatan yang bermain mereka Hal ini bisa menjadi
maksimal akan menyebabkan anak stressor yang kemudian menjadi
usia sekolah mendapatkan kualitas stimuli yang mengaktivasi proses
kesehatan yang baik apabila resiliensi pada anak. Bencana alam
mengalami permasalahan kesehatan. tersebut bisa menginisiasi berbagai
Indikator spiritual, edukasi dan kultur macam gangguan seperti distress,
juga berpengaruh signifikan dalam disorder dan health risk behaviour.
resiliensi. Resiliensi juga dipengaruhi Apabila hal tersebut tidak
faktor spiritual atau agama karena mendapatkan perhatian akan
agama juga merupakan faktor protektif menyebabkan timbulnya PTSD (Post
eksternal. Faktor budaya memberikan Traumatic Stress Disorder). 1
pengaruh dalam perkembangan Berdasarkan hasil penelitian
resiliensi individu. Pemahaman yang menunjukkan bahwa variabel PTSD
mendalam mengenai faktor budaya berhubungan dengan karakteristik
yang dianut pada daerah terkena responden dan berpengaruh signifikan
bencana dapat meningkatkan terhadap resiliensi. Indikator yang
semangat pada korban bencana.11 signifikan dalam PTSD adalah Re-
Indonesia termasuk dalam experiencing dan Hyperarousal. Re-
negara yang sering terjadi bencana experiencing merupakan munculnya
alam dan semakin banyak populasi gejala yang mengganggu seperti
yang terkena bencana setiap berulang, kenangan tak sadar, mimpi
tahunnya.12 Frekuensi dan dampak menyedihkan, atau kilas balik
bencana yang semakin bertambah, peristiwa traumatik. Sedangkan
diperlukan kemampuan bangkit hyperarousal merupakan suatu gejala
kembali dari individu tersebut. Anak- peningkatan arousal yang persisten
anak lebih rentan menerima dampak sebagaimana diindikasikan oleh dua
kejadian traumatis dibandingkan oleh hal (atau lebih) yaitu kesulitan untuk
orang dewasa. Dampak tersebut tertidur atau tetap tidur; mudah
diantaranya ketika mereka tidak dapat tersinggung atau marah meledak-

8
ledak; sulit konsentrasi; kewaspadaan pentingnya gambaran tentang
yang teralu tinggi dan respon kejut resiliensi dan PTSD pada anak usia
yang berlebihan. sekolah pasca bencana/ disaster
PTSD merupakan sindrom merupakan salah satu komponen yang
yang dialami oleh seseorang yang harus dipahami oleh perawat agar bisa
mengalami kejadian yang traumatis memberikan psychology care sebagai
dan individu tersebut tidak mampu salah satu poin dalam disaster nursing
menghilangkan ingatan akan kejadian competency. Disaster nursing
tersebut dari pikirannya.13 PTSD competency merupakan hal yang
kemungkinan berlangsung berbulan- belakang ini menjadi trend dalam
bulan, bertahun-tahun atau sampai keperawatan di Indonesia karena letak
beberapa dekade dan mungkin baru posisi Indonesia yang penuh dengan
muncul setelah beberapa bulan atau gunung berapi sehingga mempunyai
tahun setelah adanya pemaparan peluang terjadi bencana alam.
terhadap peristiwa traumatis. Pada Komponen dari disaster
anak usia sekolah respon psikologis nursing competencies meliputi 4
yang mungkin mucul setelah terpapar kompetensi yaitu Kompetensi
bencana adalah gangguan pikiran pencegahan/ mitigasi, kompetensi
tentang kejadian, sulit tertidur, mimpi pencegahan, kompetensi respon dan
buruk di malam hari, mudah terjaga, kompetensi rehabilitasi/ recovery.
respons kaget berlebihan, luapan Kompetensi respon meliputi
kemarahan, dan kesulitan perawatan terhadap komunitas,
berkonsetrasi. Bila gejala ini tidak perawatan terhadap individu dan
diketahui dan ditangani sejak awal, keluarga, perawatan psikologis dan
maka dapat mengancam kesehatan perawatan terhadap kelompok yang
mental dan proses pembentukan rentan/ berkebutuhan khusus. 4
kepribadian anak. Salah satu kompetensi yang
Resiliensi dan PTSD sangat penting dilakukan dalam
merupakan aspek psikologis yang perawatan disaster adalah melakukan
sangat diperlukan peran perawat perawatan psikologis (Psychological
didalamnya. Pemahaman akan Care) agar tidak mengalami gangguan

9
jiwa. Peran perawat pada tahap adalah sebagai berikut: Hasil
tanggap darurat menyediakan penelitian menunjukkan karakteristik
perawatan kesehatan baik fisik dan responden berpengaruh terhadap
mental. Perawatan disediakan dalam resiliensi dan munculnya PTSD anak
berbagai pengaturan dalam kondisi usia sekolah. Resiliensi anak usia
bencana yang membutuhkan perawat sekolah dapat dikembangkan melalui
berpengetahuan, terampil dan kreatif. komponen faktor individu, hubungan
Perawat harus melakukan koordinasi dengan primary Care, dan konteks
perawatan, menentukan apakah spiritual, pendidikan dan kultur.
standar pelayanan harus diubah, Resiliensi pada anak usia sekolah
membuat rujukan yang tepat, triase, mempunyai hubungan yang signifikan
penilaian, pengendalian infeksi dan dengan PTSD. Komponen PTSD yang
evaluasi. Perawat disaster juga perlu mempunyai hubungan signifikan pada
mengidentifikasi individu dengan indikator Re-experiencing dan
penyakit kronis atau cacat. Kejadian Hyperarousal. Resiliensi dan PTSD
PTSD / Post Traumatic Stress merupakan aspek psikologis yang
Disorder, depresi dan kecemasan sangat diperlukan peran perawat
sering terlihat setelah terjadinya didalamnya sebagai bagian dari
bencana. Perawat harus terus disaster nursing competency.
memantau korban untuk tanda-tanda
masalah kesehatan mental, harus Saran
memberikan perawatan dan harus Pengembangan model
membuat rujukan yang diperlukan. peningkatan resiliensi anak usia
Kompetensi perawat sangat penting sekolah di daerah rawan bencana
untuk mengenal resiliensi korban dapat dilakukan oleh perawat dengan
untuk mencegah adanya PTSD. melakukan pendidikan dan promosi
kesehatan sebagai bagian dari disaster
SIMPULAN DAN SARAN nursing competencie. Perawat dapat
Simpulan meningkatkan program promosi
Berdasarkan hasil penelitian kesehatan dengan menerapkan strategi
maka kesimpulan yang didapat Psychological Care dan

10
mengidentifikasi tumbuh kembang Padang Timur Kota Padang
Tahun 2011. Skripsi. Tidak
anak sekolah didaerah rawan bencana
Diterbitkan, Fakultas
sebagai upaya preventif sebelum Keperawatan Universitas Andalas
Padang. 2011.
terjadi bencana dan sebagai upaya
4. ICN. ICN Framework of
rehabilitatif pasca bencana. Upaya Disaster Nursing Competency.
WHO and International Council
promotif terhadap resiliensi anak usia
Of Nurses. 2009.
sekolah perlu dukungan dari berbagai 5. Sugiyono. Statistika untuk
penelitian. Bandung: CV
faktor yaitu dengan meningkatkan
Alfabeta. 2008.
keterlibatan orang tua dan lingkungan 6. Resilience Research Centre. The
Child And Youth Ressilience
eksternal karena merupakan faktor
Measure-28 : User Manual
yang berpengaruh signifikan dalam Halifax. NS: Ressilience
Research centre: Dalhousie
peningkatan resiliensi anak sekolah
University. 2009.
sehingga mampu menurunkan gejala 7. Saryono. Kumpulan Instrumen
Penelitian Kesehatan.Bantul:
PTSD pada anak. Penelitian lebih
Nuha Medika. 2011.
lanjut dapat dilakukan dengan 8. Ghozali, Imam.. Struktural
Equation Modeling Dengan
menerapkan suatu intervensi tertentu
Program LISREL 8.54, Badan
untuk meningkatkan resiliensi pada Penerbit Universitas Diponegoro.
2005.
anak usia sekolah.
9. Ahn, E.S. A Study of Risk
Factors, Protective Factors,
and Resilience Among College
KEPUSTAKAAN Students. A thesis submitted to
the Faculty Of Emory College of
Arts and sciences Of Emory
1. Vijaya Kumar & Thara, R. University,Departement Of
Psychological Interventions Sociology. 2011.
After Tsunami in Tamil Nadu 10. Santrock,J.W. Adolescence (7th
India. International Review of ed).USA: McGraw-Hill
Psychiatric. 2006 Companies Inc. 1998.
2. Wagnild & Young . Development 11. Chandra,V., Pandav,R., &
and Psychometric Evaluation Bhugra,D. Mental health and
Of The Resilliance Scale. Journal Psychosocial support After The
Of Nursing Maesurement. 1999. Tsunami: Observations Across
3. Afrianti, Mariza. Gambaran Affected Nations. International
Tingkat Distres Psikologis Satu Review Of Psychiatry. 2006.
Tahun Pasca Trauma Healing 12. Doocy,S., Gorokhovich,Y.,
Akibat Gempa Bumi Pada Burnham,G., Balk,D,. &
Siswa Kelas Iii, Iv, Dan V SDN Robinson,C. Tsunami Mortality
02 Terandam Kecamatan Estimates And Vulnerability
11
Mapping in Aceh, Indonesia.
American Journal Of Public
Health. 2007.
13. Erwina, Ira. Pengaruh
Cognitive Behavior Therapy
Terhadap Post-Traumatic
Stress Disorder Pada
Penduduk Pasca Gempa di
Kelurahan Air Tawar Barat
Kecamatan Padang Utara
Propinsi Sumatera Barat.
Tesis. Tidak diterbitkan, Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok. 2010.

12

You might also like