You are on page 1of 6

ISSN: 2655-1586

Evaluasi Tingkat Pencahayaan Alami Pada Ruang Kelas Lantai 3 Fakultas


Teknik
Ikhsan1 Abdul Munir2 Irzaidi Idris3
1
Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan. Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
23
Dosen Arsitektur dan Perencanaan. Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Email: ikhsan.hasbi.13@gmail.com

Abstract
Lighting is an important factor to determine the level of visual comfort in a room. Lighting also has a role
to ensure that activities in the room run smoothly. This research was conducted to evaluate the level of natural
lighting in the classrooms at the Engineering Faculty building, Syiah Kuala University. The research was
conducted by measuring the level of natural lighting in the classroom for three days using a lux meter. The
results of the natural lighting level are then compared with the recommended standard for classroom lighting
according to SNI 03-6197-2000, which is 250 lux. This result indicates that the level of natural lighting in the
classrooms is mostly still has not reached 250 lux. The natural lighting in classrooms is also not evenly
distributed. Natural lighting only reaches 250 lux in the area near the main windows in the classrooms while the
area in the center of the rooms and the area far from the main windows the natural lighting is still below 250
lux. The lack of natural lighting in the classrooms was caused by several problems such as maintenance factor
and the presence of some trees next to the building which was blocking some of the light from outside from
entering the room. These problems must be corrected so that natural lighting can be utilized more effieciently in
the classrooms.

Keywords: room lighting, natural lighting, lighting standard

Abstrak
Pencahayaan adalah salah satu faktor yang penting dalam menentukan tingkat kenyamanan visual dalam
sebuah ruangan. Pencahayaan juga mememiliki peran untuk memastikan aktivitas dalam ruangan tersebut
berjalan lancar. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi tingkat pencahayaan alami dalam
ruang kelas pada gedung Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Penelitian dilakukan dengan cara mengukur
tingkat pencahayaan alami dalam ruang kelas selama tiga hari dengan menggunakan lux meter. Hasil
pengukuran tingkat pencahayaan tersebut kemudian dibandingkan dengan standar rekomendasi pencahayaan
ruang kelas menurut SNI 03-6197-2000 yaitu 250 lux. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pencahayaan alami
dalam ruang kelas yang diteliti sebagian besar masih belum mencapai 250 lux. Distribusi pencahayaan alami
dalam ruang kelas juga masih belum merata. Pencahayaan alami hanya mencapai 250 lux di area dekat jendela
utama pada ruang kelas sedangkan pada area tengah ruangan dan area yang jauh dari jendela utama
pencahayaan alaminya masih dibawah 250 lux. Kurangnya pencahayaan alami dalam ruang kelas yang diteliti
disebabkan oleh beberapa permasalahan seperti faktor maintenance dan adanya pohon disamping bangunan
yang menghalangi sebagian cahaya dari luar masuk kedalam ruangan. Permasalahan ini harus diperbaiki
supaya pencahayaan alami dapat digunakan secara lebih efisien didalam ruang kelas.

Kata kunci: pencahayaan ruangan, pencahayaan alami, standar pencahayaan

1. Pendahuluan visual ruang baca sangat berpengaruh terhadap


Pada zaman modern ini, kebutuhan akan ruangan tingkat efektifitas proses belajar mengajar dan juga
dengan pencahayaan yang baik semakin meningkat aktifitas penyerapan konten bacaan dari buku dan papan
dikarenakan oleh perkembangan zaman saat ini manusia tulis kepada si pembaca. Oleh karena itu pencahayaan di
lebih banyak menghabiskan waktu untuk melakukan ruang kelas harus berstandar 300 lux sesuai anjuran SNI
aktivitasnya dalam ruangan. Menurut Sugini [1] sebagai agar aktivitas didalamnya dapat berlangsung dengan
wadah aktivitas, ruang bangunan harus mewujudkan baik.
kondisi lingkungan yang paling nyaman untuk Ruang kelas yang menjadi studi kasus dalam
penyelenggaraan aktivitas secara maksimal. Maka, salah penelitian ini adalah ruang A12-301 dan ruang A16-301
satu cara untuk mewujudkan rasa nyaman tersebut, yang terdapat pada gedung Fakultas Teknik. Kedua
manusia membutuhkan pencahayaan yang baik dalam ruang kelas tersebut tergolong besar dengan kapasasitas
ruang tempat mereka beraktivitas. 75 mahasiswa dan rutin difungsikan untuk kegiatan
Ruang kelas merupakan salah satu ruangan dengan belajar mengajar. Namun kedua ruang kelas tersebut
aktivitas yang sangat membutuhkan pencahayaan yang masih ada beberapa permasalahan terkait pencahayaan
baik di dalamnya demi tercapainya kenyamaman visual. alaminya seperti tidak optimalnya jumlah cahaya yang
Kenyamanan masuk dari luar karena terhalang oleh vegetasi dan
massa bangunan di sekitarnya.
39
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 39-44
ISSN: 2655-1586

2. Tujuan Penelitian
A12-301
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Denah lt. 3 Fakultas Teknik

pencahayaan alami ruang A12-301 dan ruang A12-301


untuk mencari tahu apakah kedua ruangan tersebut
pencahayaannya sudah memenuhi standar pencahayaan
250 lux seperti yang disarankan oleh SNI. Selain
mengevaluasi tingkat pencahayaan alami, dalam
penelitian ini juga akan meninjau sejauh mana distribusi
pencahayaan alami dalam kedua ruangan yang menjadi
objek penelitian. Dari hasil penelitian ini diharapkan
muncul solusi-solusi dari permasalahan terkait
pencahayaan ruangan yang ditemui selama penelitian
dan juga muncu kiat-kiat desain secara arsitektural untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas serta efisiensi
Gambar
A12-301 2 Lokasi ruang kelas A12-301 dan A16-301 pada
pencahayaan dari kedua ruangan tersebut. gedung Fakultas Teknik

3. Metodologi penelitian 3.2 Objek penelitian


Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif Gedung Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
dimana penelitian dilakukan dengan menganalisis data terdiri dari 3 lantai dan memiliki banyak ruang dengan
yang diperoleh dari pengukuran tingkat iluminasi beberapa variasi ukuran. Sebagian besar dari ruang-
pencahayaan dalam kedua ruangan. Kemudian hasil ruang tersebut difungsikan sebagai ruang kelas untuk
pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar perkuliahan, sebagian lainnya difungsikan sebagai lab,
pencahayaan ruang kelas yang disarankan oleh SNI. Dari studio, ruang dosen, dan ruang ruang administrasi.
perbandingan ini dicapai kesimpulan apakah
pencahayaan dalam ruangan yang diteliti sudah
mencapai standar atau belum.

3.1 Lokasi penelitian


Penelitian yang membahas evaluasi pencahayaan ini
dilakukan pada ruang kelas A12-301 dan A16-301 yang
terdapat pada lantai 3 gedung Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala yang berada di Jalan Tgk. Syeh
Abdul Rauf, Darussalam, Banda Aceh.

Gambar 3 Gedung Fakultas Teknik Universitas Syiah


Kuala

Objek dari penelitian ini adalah ruang kelas A12-301


dan A16-301 pada gedung Fakultas Teknik Universitas
Syiah Kuala. Pada penelitian ini, salah satu faktor yang
akan diteliti adalah bagaimana perbedaan orientasi
bukaan pada kedua ruangan berpengaruh pada
pencahayaan kedua ruangan tersebut.

Gambar 1 Lokasi penelitian


Kedua ruang kelas yang dipilih untuk menjadi objek
penelitian berada pada satu komplek gedung yang sama
namun pada sisi yang bersebrangan. Perbedaan letak dari
kedua ruang ini mengakibatkan kedua ruang ini memiliki
perbedaaan orientasi bukaan jendela.
(a) (b)
Gambar 4 Ruang kelas A12-301 (a) dan A16-301 (b)

40
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 39-44
ISSN: 2655-1586

Jam 15.00 dipilih untuk merepresentasikan


pencahayaan alami pada sore hari. Pada jam 15.00
tingkat pencahayaan dari matahari sudah berkurang
dibandingkan dengan 12.00 namun masih cukup untuk
digunakan untuk pencahayaan alami ruangan. Pada jam
16.00 pencahayaan dari luar mengalami penurunan
hingga mencapai titik dimana tidak cukup lagi
digunakan untuk pencahayaan alami ruangan, jadi pada
jam ini ruangan harus sepenuhnya bergantung pada
pencahayaan buatan.
Kendala yang dihadapi untuk tahap pengambilan data
(a) (b) adalah adanya keterbatasan alat pengukuran. Alat
pengukuran yang tersedia hanya satu, oleh karena itu
Gambar 5 Denah kelas A12-301 (a) dan A16-301 (b) pengukuran pencahayaan dalam kedua kelas tidak bisa
dilakukan pada waktu yang bersamaan. Pengukuran pada
Luas dari kedua ruang kelas tersebut adalah 10m x setiap kelas membutuhkan waktu selama 10 menit.
12m dengan kapasitas 75 siswa untuk setiap ruangnya. Pengukuran pertama dilakukan pada kelas A12-301
Selain itu, kedua ruang kelas tersebut juga memiliki kemudian dilanjutkan ke kelas A16-301. Jadi jika
penataan bangku dan posisi papan tulis yang sama. misalnya pengukuran pada kelas A12-301 dilakukan
Walapun memiliki ukuran dan kapasitas yang sama, pada jam 09.00, maka pengukuran pada kelas A16-301
orientasi dan posisi bukaan utama dari kedua kelas yang dilakukan pada 09.10. Pengukuran kedua ruang kelas ini
diteliti saling bertolak belakang. Ruang A16-301 dilakukan dengan asumsi bahwa selama jeda 10 menit
orientasinya menghadap ke arah utara dengan posisi tersebut kondisi cuaca tidak mengalami perubahan yang
bukaan utama terletak pada dinding bagian selatan, signifikan sehingga pencahayaan alaminya relatif sama.
sedangkan Ruang A12-301 menghadap kearah selatan
dengan bukaan utama pada dinding bagian utara. 3.4 Titik-titik pengukuran
Pengukuran illuminasi pencahayaan alami di dalam
3.3 Waktu penelitian ruangan dilakukan pada titik-titik yang tersebar merata
Pengukuran illuminasi pencahayaan di dalam ruangan dalam ruangan yang membentuk pola grid untuk
dilakukan dengan menggunakan lux meter sebanyak 3 mengetahui nilai illuminasi di setiap titik dan untuk
kali sehari selama 3 hari pada jam: mengetahui distribusi pencahayaan dalam ruangan
a. Pagi hari jam 09.00 WIB tersebut merata atau tidak
b. Siang hari jam 12.00 WIB
c. Sore hari jam 15.00 WIB

Gambar 6 Lux Meter Gambar 7 Diagram titik-titik pengukuran illuminasi


cahaya dalam ruangan
Alasan pemilihan ketiga waktu pengukuran tersebut
adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat Titik-titik pengukuran iluminasi pencahayaan
pencahayaan alami dan perubahannya selama sepanjang dalam kedua ruangan terdiri dari 30 titik yang tersebar
hari. Jam 09.00 dipilih untuk data yang merata dan jarak antar titik-titik pengukuran tersebut
merepresentasikan kondisi pencahayaan alami di pagi adalah 2 m. 30 titik-titik pengukuran tersebut dibagi
hari, pada jam ini pencahayaan alami sudah agak terang kedalam 6 zona pengukuran dimana setiap zona terdiri
dan berada pada tingkat yang sudah bisa digunakan dari 5 titik pengukuran.
untuk pencahayaan alami dalam ruangan. Pada jam Zona-zona pengukuran tersebut letaknya
sebelumnya yaitu jam 08.00 pagi, kondisi pencahayaan dikelompokkan berdasarkan jaraknya dari bukaan
masih terlalu redup untuk bisa digunakan untuk jendela utama yang terdapat pada kedua ruangan. Zona
pencahayaan alami ruangan, jadi ruangan masih harus 1 pengukuran letaknya paling dekat dengan jendela dan
sepenuhnya bergantung pada pencahayaan buatan. zona 6 letaknya terjauh. Pengukuran iluminasi
Jam 12.00 dipilih untuk merepresentasikan pencahayaan ini dilakukan pada ketinggian 80 cm dari
pencahayaan alami pada siang hari ketika posisi lantai yang merupakan ketinggian dari meja dimana
matahari berada pada puncaknya dengan kondisi sebagian besar dari aktivitas belajar mengajar seperti
pencahayaan alami paling terang. membaca dan menulis terjadi.

41
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 39-44
ISSN: 2655-1586

pada ruang A16-301 pencahayaan alaminya belum


ZONA 1 mencapai standar rekomedasi di semua titik dan waktu
pengukuran.
ZONA 2
Sebagian besar dari titik-titik yang diukur pada kedua
ZONA 3 ruangan, hasil pengukuran pencahayaan alaminya
berkisar antara 50 lux hingga 100 lux, hasil ini masih
ZONA 4
jauh dari standar pencahayaan ruang kelas yang
ZONA 5 dianjurkan SNI. Oleh karena itu, pencahayaan buatan
sangat dibutuhkan dalam kedua ruangan karena
ZONA 6
pencahayaan alami saja tidak mampu memenuhi
kebutuhan pencahayaan untuk kegiatan belajar mengajar.
Hasil pengukuran pencahayaan alami pada kedua
(a) (b) ruangan kelas A12-301 dan A16-301 menunjukkan trend
peningkatan yang konsisten di tiap waktu pengukuran
Gambar 8 Titik-titik pengukuran iluminasi dalam ruang
kelas A12-301 (a) dan A16-301 (b)
yang berbeda. Hasil pengukuran pada jam 12.00
mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil
pengukuran pada jam 09.00 dan hasil pengukuran pada
4. Hasil Pengukuran Iluminasi Pencahayaan
jam 15.00 mengalami peningkatan bila dibandingkazn
Alami dengan hasil pengukuran pada jam 12.00. Peningkatan
Hasil pengukuran pencahayaan alami pada ruang hasil pengukuran ini disebabkan oleh perubahan posisi
A12-301 dan ruang A16-301 menunjukkan bahwa matahari.
pencahayaan alami pada kedua ruangan tersebut masih Pada jam 09.00 posisi matahari masih condong ke
belum optimal. Hanya pada zona 1 yang dekat dengan arah timur sehingga tidak banyak cahaya yang masuk
bukaan jendela yang mendapat pencahayaan alami yang kedalam ruangan karena terhalang oleh massa
relatif memadai, sedangkan pada zona-zona lainnya bangunan. Pada jam 12.00 matahari tepat berada di atas
pencahayaan alaminya masih jauh dibawah standar 250 kedua ruangan sehingga intensitas cahaya yang masuk
lux sesuai anjuran SNI. ke ruangan sedikit lebih besar dari jam 09.00. Pada jam
15.00 posisi matahari condong ke arah barat, pada posisi
300 ini jumlah cahaya yang masuk ke ruangan paling banyak
250 karena dari arah barat tidak banyak halangan dari luar
bangunan sehingga cahaya lebih leluasa masuk kedalam
200
ruangan.
150
100 4.1 Distribusi pencahayaan alami pada ruang
50 A12-301
Dari hasil visualisasi data pengukuran pencahayaan
0
1 2 3 4 5 6
menggunakan program Surfer, diperoleh gambaran
kontur pencahayaan alami pada ruang A12-301 yang
menunjukkan distribusi pencahayaan yang tidak merata.
ZONA
Grafik 1 Hasil pengukuran pencahayaan alami ruang A12- Pencahayaan alaminya terkonsentrasi di sekitar zona 1
301 yang dekat jendela dan tidak mampu menembus ke
bagian tengah ruangan.
300

250

200

150

100

50

0 09.00 12.00
(a) (b)
1 2 3 4 5 6

ZONA
Grafik 2 Hasil pengukuran pencahayaan alami ruang A16-
301
Pada ruang A12-301 hanya satu bagian ruang yang
pencahayaan alaminya mencapai standar 250 lux yaitu
pada titik-titik pengukuran di zona 1 dan itupun terjadi
hanya pada pengukuran jam 12.00 siang, pada waktu .
pengukuran jam 09.00 dan 15.00 standar 15.00 (c)
pencahayaannya tetap masih belum tercapai. Sedangkan
42
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 39-44
ISSN: 2655-1586

Gambar 9 Distribusi pencahayaan alami dalam ruang A12-


301 di tiga waktu pengukuran yang berbeda
Bila ditinjau dari rekomendasi standar pencahayaan
ruang kelas 250 lux, pencahayaan alami pada ruang
kelas A12-301 masih belum memenuhi standar hampir
di semua titik dan waktu pengukuran. Pada pengukuran
jam 09.00, iluminasi pencahayaan alami tertinggi terukur
pada zona 1 titik 1B yaitu 170 lux, iluminasi mengalami
penurunan hingga 90 lux pada zona 2 yang posisinya
sedikit lebih jauh dari jendela, dan kemudian mengalami 09.00 12.00
penurunan yang lebih signifikan lagi pada zona-zona
selanjutnya. Zona 3, zona 4, zona 5, dan zona 6 memiliki
pencahayaan alami yang jauh lebih rendah dibandingkan
dengan zona 1 dan zona 2.
Pada pengukuran jam 12.00, distribusi pencahayaan
alami pada ruang A12-301 tidak terlalu berbeda
dibandingkan dengan pengukuran pada jam 09.00 tapi
iluminasinya pencahayaan alaminya mengalami
penambahan. Pada pengukuran jam 12.00 di zona 1
iluminasi pencahayaan alaminya berkisar antara 230-260
lux. Titik 1B, 1D, dan 1E pada zona ini pencahayaan
alaminya sudah mencapai standar 250 lux, sedangkan 15.00
titik 1A dan 1C masih berkisar pada 230 lux yang masih
belum mencapai standar namun sudah mendekati. Tapi Gambar 10 Distribusi pencahayaan alami dalam ruang
walaupun sebagian dari zona 1 sudah mencapai standar A16-301 di tiga waktu pengukuran yang berbeda
250 lux pada pengukuran jam 12.00, zona 2 hingga zona
6 masih belum mencapai standar sama seperti Sama seperti ruang A12-301, pencahayaan alami
pengukuran jam 09.00. pada ruang A16-301 juga terkonsentrasi pada zona 1
Pada pengukuran jam 15.00, intensitas cahaya alami pengukuran yaitu pada area dekat jendela. Yang
yang masuk kedalam ruangan A12-301 paling tinggi membedakan adalah arah masuknya cahaya kedalam
dibandingkan dengan pengukuran jam 09.00 dan 12.00 ruangan karena perbedaan orientasi bukaan jendela pada
namun distribusinya paling tidak merata dibandingkan kedua ruangan tersebut. Pada ruang A12-301 jendelanya
dengan kondisi ruangan pada dua pengukuran terletak pada sisi utara ruangan sedangkan pada ruang
sebelumnya. Pada zona 1 titik 1B pencahayaan mencapai A16-301 jendelanya terletak pada sisi selatan.
380 lux karena pada jam 15.00 arah matahari condong Pada pengukuran jam 9, iluminasi pencahayaan
ke barat memungkinkan cahaya langsung masuk alami tertinggi terukur pada zona 1 titik 1A,
kedalam ruangan pada titik tersebut. Tapi dikarenakan pencahayaan pada titik ini mencapai 250 lux yang
pencahayaan yang tidak merata, titik-titik pengukuran merupakan standar rekomendasi pencahayaan ruang
lain dalam ruangan masih berada di bawah standar 250 kelas. Namun dikarenakan distribusi pencahayaan alami
lux. yang tidak merata, titik-titik lain pada zona 1 hanya
Dikarenakan pencahayaan alami ruang A12-301 yang berkisar antara 180-210 lux. Sedangkan pada zona 2
masih jauh dibawah kebutuhan dan standar serta pengukuran yang posisinya sedikit lebih jauh dari
distribusinya yang tidak merata, pencahayaan alami saja jendela, pencahayaan alaminya mengalami penurunan
tidak bisa memenuhi kebutuhan pencahayaan untuk hingga kisaran 120 lux, dan penurunan yang lebih
kegiatan belajar mengajar pada ruang ini oleh karena itu signifikan juga terjadi pada zona-zona pengukuran
diperlukan tambahan pencahayaan buatan selama kelas selanjutnya yang posisinya lebih jauh lagi dari jendela.
berlangsung. Berikut kontur distribusi pencahayaan Pada pengukuran jam 12.00, distribusi pencahayaan
dalam ruang A12-301 dalam kondisi semua lampu dalam alami pada ruang A16-301 tidak terlalu berbeda
ruangan dinyalakan dibandingkan dengan pengukuran pada jam 09.00 tapi
iluminasinya pencahayaan alaminya mengalami
4.2 Distribusi pencahayaan alami pada ruang penurunan. Pada pengukuran jam 12.00 tidak ada titik
A16-301 pengukuran dalam ruangan yang mencapai 250 lux. Pada
Hasil visualisasi data pengukuran pencahayaan zona 1 titik 1D, pencahayaan tertinggi yang terukur
alami pada ruang A16-301 menggunakan program adalah 210 lux. Selain itu tidak banyak perubahan,
Surfer menunjukkan kemiripan distribusi pencahayaan konsentrasi pencahayaan alami masih berada pada zona
alami hasil visualisasi pada ruang A12-301. Pada ruang 1 seperti pada pengukuran jam 09.00.
A16-301 pencahayaan alami yang memadai hanya Pada pengukuran jam 15.00, distribusi pencahayaan
berkisar pada zona yang paling dekat dengan jendela. alami ruang A16-301 hampir sama dengan distribusi
. pencahayaan pada jam 09.00 dan tidak mengalami
perubahan yang berarti. Pada titik 1A pengukuran jam
15.00 terjadi penurunan pencahayaan dibandingkan
dengan pengukuran jam 09.00. Pada jam 09.00 titik 1A
43
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 39-44
ISSN: 2655-1586

pencahayaannya mencapai 250 lux sedangkan pada jam lampu-lampu dalam kedua ruang kelas bisa
15.00 hanya mencapai 210 lux. dihidupkan hanya pada zona-zona yang
Dari hasil visualisai distribusi pencahayaan ruang pencahayaan alaminya tidak mencukupi
A16-301 yang berdasarkan pada 3 pengukuran di jam b. Salah satu penyebab utama kurangnya pencahayaan
yang berbeda dapat disimpulkan bahwa pencahayaan alami pada kedua ruangan yang diteliti adalah
alami pada ruang A16-301 tidak merata dan masih jauh karena penggunaan kaca berwarna hitam pada
dari standar pencahayaan ruang kelas yang dianjurkan. jendela ruangan, jadi solusi paling praktis untuk
Oleh karena itu diperlukan tambahan pencahayaan mengatasi permasalahan ini adalah mengganti kaca
buatan untuk ruang kelas A16-301 supaya terpenuhi tersebut dengan kaca bening yang memungkinkan
kebutuhan pencahayaan untuk kegiatan belajar mengajar cahaya alami dari luar dapat masuk kedalam
yang berlangsung di dalamnya. ruangan tanpa berkurang intensitasnya.
c. Jendela pada kedua ruangan yang berhadapan
6. Kesimpulan dengan koridor dapat diperbesar ukurannya dengan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan cara diperpanjang kebawah. Dengan bukaan jendela
beberapa hal mengenai pencahayaan alami pada ruang yang lebih luas, jumlah cahaya alami yang masuk
A12-301 dan A16-301 gedung Fakultas Teknik kedalam ruangan dari sisi ini bisa bertambah
Universitas Syiah Kuala. sehingga bisa membantu mengurangi penggunaan
a. Pencahayaan alami pada ruang A12-301 dan ruang cahaya buatan. Tapi untuk jendela pada sisi ini harus
A16-301 masih belum optimal. Nilai iluminasi digunakan kaca buram untuk menghindari gangguan
pencahayaan alami yang diukur pada kedua ruangan visual dari luar ruangan yang berpotensi dapat
sebagian besar masih dibawah 250 lux yang mengganggu aktivitas belajar mengajar di dalam
merupakan standar pencahayaan ruang kelas sesuai ruangan.
rekomendasi SNI. d. Solusi dari tidak cukupnya pencahayaan buatan
b. Salah satu faktor penyebab rendahnya pencahayaan dalam kedua ruang kelas adalah, perlu dilakukan
alami pada ruang A12-301 adalah penggunaan perbaikin sistem pencahayaan dalam ruangan
jendela dengan kaca berwarna hitam pada kedua dengan cara mengganti lampu-lampu dalam ruangan
ruangan yang mengurangi jumlah cahaya alami dengan tingkat luminasi yang sesuai untuk
yang masuk dari luar kedalam ruangan. Selain itu, memastikan pencahayaan dalam ruang kelas
pada ruang A12-301 sebagian pencahayaan mencapai standar untuk memastikan kegiatan
alaminya terhalangi oleh pohon yang posisinya belajar mengajar dapat berlangsung tanpa kendala.
berhadapan langsung dengan bukaan jendela. e. Untuk permasalahan ruang A12-301 yang sebagian
c. Selain permasalahan pencahayaan alami, sistem bukaan jendelanya terhalang oleh pohon yang
pencahayaan buatan pada kedua ruang kelas juga berada di samping bangunan, solusinya adalah
belum mencapai standar rekomendasi. Pencahayaan mengganti pohon tersebut dengan pohon dengan
buatan yang bagus harus bisa menyuplai tipe kolumnar. Pohon bertipe kolumnar memiliki
pencahayaan yang cukup ketika pencahayaan alami bentuk tinggi meramping sehingga tidak banyak
tidak terpenuhi. Tapi dalam penelitian ini, lampu menghalangi pencahayaan yang masuk ke
yang digunakan pada sistem pencahayaan buatan bangunan.
dalam kedua ruang kelas tidak memiliki luminasi
yang cukup untuk mencapai penerangan 250 lux Daftar Pustaka
dalam kedua ruangan. [1] Manurung, Parmonangan. 2012. Pencahayaan
d. Distribusi pencahayaan dalam kedua ruangan yang Alami dalam Arsitektur. Jogjakarta: Andi Offset.
diteliti masih belum merata, baik itu pencahayaan [2] Latifah, Nur Laela. 2015. Fisika Bangunan 2
alami maupun pencahayaan buatan. Hal ini Jakarta: Griya Kreasi.
mengakibatkan hanya sebagian dari ruangan yang [3] Ahmed, Zain. Sopian. Abidin, Zainol & Othman.
mendapat pencahayaan yang cukup sedangkan 2002. Parmetric studies on Windows-to-Wall Ratio
sebagian lainnya tidak. for Day Lighting Optimisation in High Risa Office
e. Pencahayaan yang tidak cukup dan distribusi yang Buildings in Kuala Lumpur, Malaysia. Kuala
tidak merata dapat berpotensi menghambat atau Lumpur: University of Malaya.
mengganggu aktivitas belajar mengajar yang [4] Irianto, Chairul Gargarin. 2006. Studi Optimasi
berlangsung dalam ruang kelas dan juga bisa Pencahayaan Ruangan Kuliah dengan
berdampak negatif terhadap kesehatan seperti yang Memanfaatkan Cahaya Alami. Jakarta: JETri.
tertuang dalam KEPMENKES No.1405 tahun 2002. [5] Harten P. Van, Setiawan E. 1985. Instalasi Listrik
Arus Kuat, Jilid 2. Bandung: Percetakan Bina
7. Saran Cipta.
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis [6] Suma'mur. 1993. Keselamatan Kerja dan
merekomendasikan berupa saran-saran sebagai berikut. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji
a. Mengelompokkan saklar lampu kedalam 5 zona Masagung.
pencahayaan dimana masing-masing zona [7] Wirjohamidjojo. Soerjadi. 2010. Iklim Kawasan
pencahayaan dapat dihidupkan oleh satu saklar. Indonesia, Jakarta: Badan Meteorologi dan
Letak setiap zona dibagi berdasarkan jaraknya Geofisika.
terhadap jendela. Pengelompokan ini bertujuan agar
44
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 39-44

You might also like