You are on page 1of 4

The term ‘level‘ does not mean simply different degrees of difficulty.

It refers
to the attitude and reaction to what is read.
There are several levels of comprehension. Higher level of comprehension
would obviously include higher level thinking. Burn (1984:177) divides reading
comprehension skill into four levels, as gives below:

a. Literal Comprehension

Literal comprehension represents the ability of understanding with

information that is explicitly stated in the print and illustration. The students can

recall, identify, classify, and sequence detail, fact and stated main ideas form a

variety of written materials, and can interpret directions this level of

comprehension involves surface meaning.

b. Interpretative or Inferential Comprehension

Higher level of comprehension involves reading beyond or between the lines.

The reader brings knowledge and experience to the act of reading and draws the

differences. She must be able to read critically and analyze carefully what she has

read. She also needs to see relationship among ideas, for example, how ideas go

together and also implied meaning of the ideas. Interpretative or referential

comprehension includes thinking process such as drawing conclusion, making

generalization, prediction outcomes. At this level, teacher can asks more

challenging question such as asking students to do the following task:

1). Rearrange the ideas or topic discussed in the text

2). Explain the author‘s purpose of writing in the text

3). Summarize the main idea when this is not explicitly stated in the text.

4). Select conclusion which can be deduced from the text they have read

3. Factors Affecting Reading Comprehension

19

Anderson in Muhammad Arif (2006: 16) described the factors affecting

reading comprehension. In this opinion means reside in the text itself. Meaning is

reached when the reader integrates the personal background knowledge, purpose

for reading strategies, and text to get meaning.

The description above implies that to get a perfect comprehension in the


reading process, there are some factors either internal or external that should be

monitored.

There are five categories of factors affecting reading comprehension, namely:

a. Background experience. It refers to the previous experience that the

readers have already known before and relates to the reading materials

that they read.

b. Language ability. In this case, the readers have to know about some

elements of language, for example: vocabulary, grammar, etc.

c. Thinking ability. It means that the readers ability to analyze the

reading materials.

d. Affection. It means that the readers have to know about some

psychological factor that can affect the readers‘ comprehension. The

factors are interests, motivation, attitudes, etc.

e. Reading purpose. It refers to the readers‘ purpose why they read the reading

materials. It usually done by making some question or predicting as a

stepping stone to get comprehension.

-definisi hots
Kurikulum 2013 berpusat pada penyediaan guru dengan berbagai keterampilan yang
diperlukan untuk mengajar di abad 21. Jika guru ingin muridnya mampu bersaing di seluruh
dunia, ini adalah bekal yang harus mereka miliki. Keterampilan penting dalam bidang
pendidikan harus terhubung dengan siswa sehingga mereka dapat belajar memecahkan
masalah yang kompleks (Istiqomah, 2018:23) Kreativitas, pemecah masalah, dan
keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan penting yang harus dimiliki siswa untuk
menjadi ahli di era modern. Pembelajaran kurikulum 2013 sangat menekankan keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) (Jailani et al. 2018:2).
Menurut Kurniati et al. dalam Fanny (2019:46), Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah
kemampuan seseorang untuk mengaitkan informasi baru dengan informasi yang sudah ada di
ingatan mereka dan menata ulang informasi untuk mencapai tujuan atau mencari solusi untuk
keadaan yang sulit dapat dipecahkan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan
untuk memahami dan menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, berbeda dengan
biasanya dari sudut pandang yang berbeda yang disesuaikan dengan kemampuan setiap
siswa.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi membutuhkan keterampilan atau keahlian tambahan
selain kemampuan mengingat (Hamidah, 2018:62), seperti kemampuan seseorang untuk
menganalisis, menilai, dan menghasilkan beberapa ilmu (Yulianis & Susanti, 2019:106).
Dengan demikian, kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) didefinisikan sebagai
kemampuan berpikir analisis (C4), evaluasi (C5), dan menciptakan (C6) (Setiawati, 2019:36).
Menurut Nugroho (2019:16), HOTS menuntut kita untuk melakukan sesuatu berdasarkan
fakta, seperti membuat hubungan antara fakta, mengkategorikannya, memanipulasinya,
menempatkannya dalam konteks baru, dan dapat menyerapnya saat mencari solusi baru untuk
masalah yang ada. Selain itu, HOTS juga didefinisikan sebagai kemampuan siswa atau
keterampilan untuk menghubungkan pembelajaran dengan unsur-unsur alternatif yang tidak
diajarkan oleh instruktur untuk mengaitkannya (Brookhart dalam Nugroho, 2019:16).
Keterampilan berpikir tingkat tinggi melibatkan aktivitas mental yang paling dasar, seperti
membuat kesimpulan, membuat representasi, menganalisis, dan membuat hubungan, menurut
Resnick dalam Ariyana dkk (2019:6).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan
cara yang kritis, memiliki kesadaran metakognitif (sadar), dan dapat mengatasi kesulitan
(Dewanto dalam Putri, 2019: 14). Metakognisi adalah upaya untuk mempertimbangkan cara
berpikir itu sendiri (Flavell dalam Istiqomah, 2018:96). Akibatnya, kemampuan berpikir
tingkat tinggi menuntut kemampuan untuk menerapkan informasi baru untuk menemukan
solusi yang mungkin dalam situasi yang berbeda. Jadi, jelas bahwa berpikir tingkat tinggi
tidak hanya sekedar mengingat fakta atau mengulangi apa yang telah dikatakan orang lain; itu
menuntut seseorang untuk mampu melakukan analisis dan evaluasi informasi yang telah
mereka terima, sehingga mereka dapat memuncangkan informasi yang telah mereka terima.
Teori keterampilan berpikir tingkat tinggi pertama kali muncul pada tahun 1956. Pada tahun
2001, dua ahli pendidikan, Anderson dan Krathwohl, mempublikasikan penelitian mereka,
yang menghasilkan revisi Taksonomi.Taksonomi Bloom awalnya menggunakan istilah-istilah
seperti pengetahuan, pemahaman, terapan, analisis, sisntesis, dan evaluasi (Basuki &
Hariyanto, 2017:12). Mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6) setelah diubah. Siswa memiliki dua tingkat pemikiran:
Low Order Thinking (C1-C3) dan High Order Thinking.Konsep organisasi (C4-C6). Untuk
mendapatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, siswa harus mengembangkan tiga
kemampuan terakhir proses berpikir (kognitif), yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta.

Lembar penilaian hasil peningkatan keterampilan berbicara siswa. Lembar tes peningkatan
keterampilan berbicara siswa dilihat dari nilai pretest dan posttestnya di akhir pembelajaran
yang terdiri dari tes praktik sesuai dengan indikator pembelajaran
Paired Sample T-Test adalah metode analisis uji beda (komparasi) yang bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata antara 2 sample yang saling Berpasangan.

© MJURNAL.COM | Jangan lupa menyertakan sumber: https://mjurnal.com/skripsi/t-test-


independent-vs-paired-sample/

You might also like