Professional Documents
Culture Documents
NURFADILLA
BSN18967
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Rektor
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Rektor
i ii
KATA PENGANTAR
AssalamuAlaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyusun Proposal Laporan Tugas Akhir dengan judul
“HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU IBU DENGAN
PEMENUHAN STATUS GIZI BALITA DI UPT PUSKESMES AJANGALE”
yang merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
di Institut Sains dan Kesehatan Bone.
Tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan Proposal LaporanTugasAkhir :
1. Bapak Dr.Mustar,A.Per.Pen,M.Kes selaku Ketua Yayasan Sipatokkong yang
menaungi Institut Sains dan Kesehatan Bone.
2. Ibu Dr. Hasnidar,S.ST.,M.Kes selaku Rektor Institut Sains dan Kesehatan
Bone yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam proses penyelesaian
Proposal LaporanTugas Akhir.
3. Ibu dr.Hj.A. Nurmina Yusuf, MARS selaku kepala Dinas Kesehatan Bone
yang telah memberikan kesempatan dalam pengambilan data.
4. Ibu Hj.Kartini Abbas, S.ST., M.Kes selaku Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
Kabupaten Bone yang telah memberikan kesempatan dalam pengambilan data
awal.
5. Bapak dr. A. Zaenal Syahid selaku Kepala UPT Puskesmas Ajangale yang
telah memberikan kesempatan dalam pengambilan data.
6. Ibu Hj. Sulviah, S.ST selaku Bidan Koordinator UPT Puskesmas Ajangale
yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam pengambilan data.
7. Dr. Mustar, A.Per., Pen., M.Kes selaku Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dalam penulisan dan penyusunan
Proposal Laporan Tugas Akhir.
8. Dr. Hasnidar,S.ST.,M.Kes dan Hasliana Haslan. S,ST., M.Kes selaku
Pembimbing II dan Pembimbing III yang telah meluangkan waktu untuk
iii
memberikan bimbingan dalam penulisan dan penyusunan Proposal Laporan
Tugas Akhir.
9. Staf dan Dosen Pengajar Institut Sains dan Kesehatan Bone yang telah
memberikan pengetahuan selama menyelesaikan pendidikan.
10. Sembah sujud terima kasih kepada kedua Orang Tuaku, Bapak dan Ibu atas
segala jerih payahnya. Ketulusan dan ketabahan serta kasih sayangnya,
pengorbanan dan doa sehingga selalu termotivasi untuk menyelesaikan
penulisan ini.
11. Saudara-saudari serta keluargaku yang saya sayangi yang telah memberikan
dukungan sampai sekarang ini.
12. Seluruh sahabatku dan rekan-rekan karena mereka semua telah memberikan
semangat untuk penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian.
Atas segala bantuan dan bimbingan, penulis tidak dapat berbuat apapun sebagai
imbalan kecuali ucapan terima kasih dan memohon kepada Allah SWT semoga
amal bakti kita semua mendapat pahala dan keselamatan dari-Nya. Aamiin
YaRobbal Aalamiin.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
2. Klasifikasi Status Gizi Balita .............................................................. 21
3. Penilaian Status Gizi ........................................................................... 22
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi ................................. 73
D. Tinjauan Tentang Pengetahuan ................................................................. 80
1. Defenisi Pengetahuan .......................................................................... 80
2. Tingkatan Pengetahuan ....................................................................... 80
3. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................ 82
4. Pengukuran Pengetahuan .................................................................... 83
E. Tinjauan Tentang Sikap ............................................................................ 84
1. Defenisi Sikap ..................................................................................... 84
2. Ciri-Ciri Sikap ..................................................................................... 84
3. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap ..................................................... 85
F. Tinjauan Tentang Perilaku ........................................................................ 86
1. Defenisi Perilaku ................................................................................. 86
2. Bentuk Perilaku ................................................................................... 87
3. Domain Perilaku.................................................................................. 87
4. Faktor Pembentukan Perilaku ............................................................. 88
5. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan ............................... 89
6. Cara dan Proses Perubahan Perilaku Manusia .................................... 89
G. Tinjauan Tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Dengan
Status Gizi Balita ...................................................................................... 90
1. Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Balita ............................. 90
2. Hubungan Sikap dengan Status Gizi Balita ........................................ 91
3. Hubungan Perilaku dengan Status Gizi Balita .................................... 92
H. Kerangka Teori.......................................................................................... 93
I. Kerangka Konsep ...................................................................................... 94
J. Hipotesis.................................................................................................... 95
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 96
B. Populasi dan Sampel ................................................................................. 96
C. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 99
vi
D. Variabel Penelitian .................................................................................... 99
E. Defenisi Operasional ................................................................................. 99
F. Jenis Data ................................................................................................100
Teknik Pengumpulan Data ............................................................................101
G. Pengelolaan Data .....................................................................................102
H. Analisa Data ............................................................................................102
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum UPT Puskesmes Ajangale .........................................104
B. Hasil Penelitian .......................................................................................105
C. Pembahasan ............................................................................................111
D. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................126
B. Saran ........................................................................................................126
KUESIONER .....................................................................................................107
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................111
LAMPIRAN .......................................................................................................
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.6 Standar Berat Badan Menurut Umur (BB/U) pada Anak Laki-Laki
Umur 0-60 bulan
Tabel 2.7 Standar Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) pada Anak Laki-Laki
Umur 0-24 bulan
Tabel 2.8 Standar Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) pada Anak Laki-Laki
Umur 24-60 bulan
Tabel 2.9 Standar Berat Badan Menurut Panjang Badan (BB/PB) pada Anak
Laki-Laki Umur 0-24 bulan
Tabel 2.10 Standar Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) pada Anak Laki-
Laki Umur 24-60 bulan
Tabel 2.11 Standar Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) pada Anak
Laki-Laki Umur 0-24 bulan
Tabel 2.12 Standar Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) pada Anak
Laki-Laki Umur 24-60 bulan
Tabel 2.13 Standar Berat Badan Menurut Umur (BB/U) pada Anak Perempuan
Umur 0-60 bulan
Tabel 2.14 Standar Panjang Badan Menurut Umur (PB/U) pada Anak Perempuan
Umur 0-24 bulan
Tabel 2.15 Standar Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) pada Anak Perempuan
Umur 24-60 bulan
viii
Tabel 2.16 Standar Berat Badan Menurut Panjang Badan (BB/PB) pada Anak
Perempuan Umur 0-24 bulan
Tabel 2.17 Standar Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) pada Perempuan
Umur 24-60 bulan
Tabel 2.18 Standar Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) pada Anak
Perempuan Umur 0-24 bulan
Tabel 2.19 Standar Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) pada Anak
Perempuan Umur 24-60 bulan
Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja UPT Puskesmes Ajangale
Tabel 4.9 Hubungan Sikap Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja UPT
Puskesmes Ajangale
Tabel 4.10 Hubungan Perilaku Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja
UPT Puskesmes Ajangale
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi i
INSTITUT SAINS DAN KESEHATAN BONE
TAHUN 2021
ABSTRAK
Latar Belakang : Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan yang
diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang
pertumbuhan yang optimal dan dapat mencegah penyakit-penyakit defisiensi, mencegah keracunan,
dan juga membantu mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang dapat mengganggu kelangsungan
hidup anak. Asupan gizi yang diperoleh anak dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan
perilaku serta lingkungan. Sikap dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Sikap ibu dalam
memberi asupan gizi anak adalah hal yang dapat menentukan cara berperilaku dalam pemberian
asupan makanan dan nutrisi keluarga terutama pada balita. Sikap positif ibu dapat mempengaruhi
peningkatan usaha ibu dalam meningkatkan asupan nutrisi pada anak, begitu pula sebaliknya jika
sikap ibu negatif maka usaha ibu untuk menyajikan makanan yang bergizi menjadi berkurang.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan status gizi balita
Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif Korelasional. Deskriptif korelasional yaitu
suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau
beberapa variabel. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita di UPT
Puskesmas Ajangale dengan hasil uji chi square didapatkan p-value =0,000 p<0,05. Ada hubungan
antara sikap ibu dengan status gizi balita di UPT Puskesmas Ajangale dengan hasil uji chi square
didapatkan p-value =0,000 p<0,05. Ada hubungan antara perilaku ibu dengan status gizi balita di
UPT Puskesmas Ajangale dengan hasil uji chi square didapatkan p-value =0,001 p<0,05cross
sectional study. Cross sectional artinya pengukuran variabel hanya dilakukan satu kali pada satu
saat. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita di lingkup kerja UPT
Puskesmes Ajangale. Sehingga di tentukan jumlah sampel yaitu sebanyak 40 orang.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan
status gizi balita di UPT Puskesmas Ajangale dengan hasil uji chi square didapatkan p-value =0,000
p<0,05. Ada hubungan antara sikap ibu dengan status gizi balita di UPT Puskesmas Ajangale dengan
hasil uji chi square didapatkan p-value =0,000 p<0,05. Ada hubungan antara perilaku ibu dengan
status gizi balita di UPT Puskesmas Ajangale dengan hasil uji chi square didapatkan p-value =0,001
p<0,05
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan status gizi
balita
xiii
xii
BONE INSTITUTE OF SCIENCE AND HEALTH
YEAR 2021
ABSTRACT
Nurfadilla* Hasnidar** Hasliana Haslan**
Background: Nutrition is one of the determinants of the quality of human resources. Food given
daily must contain nutrients as needed, so as to support optimal growth and can prevent deficiency
diseases, prevent poisoning, and also help prevent diseases that can interfere with children's survival.
The nutritional intake obtained by children can be influenced by knowledge, attitudes, and behavior
as well as the environment. Attitudes can influence a person's behavior. The attitude of the mother
in providing nutritional intake for children is something that can determine how to behave in
providing food intake and family nutrition, especially for toddlers. The positive attitude of the
mother can affect the increase in the mother's effort in increasing the nutritional intake of the child,
and vice versa if the mother's attitude is negative, the mother's effort to serve nutritious food is
reduced.
Objective: To determine the relationship between knowledge, attitudes and behavior of mothers
with the nutritional status of children under five
Method: This type of research is descriptive correlational research. Correlational descriptive is a
research that is intended to determine whether there is a relationship between two or several
variables. The research design used is a cross sectional study design. Cross sectional means that the
measurement of the variable is only done once at a time. The population in this study were all
mothers who had toddlers in the scope of work of UPT Puskesmes Ajangale. So it is determined the
number of samples as many as 40 people.
Results: The results showed that there was a relationship between maternal nutritional knowledge
and the nutritional status of children under five at UPT Puskesmas Ajangale with the chi square test
results obtained p-value = 0.000 p <0.05. There is a relationship between mother's attitude and
nutritional status of toddlers at UPT Puskesmas Ajangale with the results of the chi square test, p-
value = 0.000 p <0.05. There is a relationship between the behavior of mothers and the nutritional
status of children under five at UPT Puskesmas Ajangale with the results of the chi square test
obtained p-value = 0.001 p <0.05
Conclusion: There is a relationship between knowledge, attitudes and behavior of mothers with the
nutritional status of children under five
Keywords:
Toddler Nutritional Status, Knowledge, Attitude and Behavior
xiiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.
Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai
kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat
mencegah penyakit-penyakit defisiensi, mencegah keracunan, dan juga
membantu mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup anak (Soekirman, 2011).
Status gizi balita memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dimasa yang akan datang.
Status gizi berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan
saat usia dini tergantung pada asupan zat gizi yang diterima, semakin rendah
asupan zat gizi yang diterima, semakin rendah pula status gizi dan kecerdasan
anak. Gizi kurang atau buruk pada masa bayi dan anak-anak terutama usia
kurang dari 5 tahun dapat berakibat terganggunya pertumbuhan jasmani dan
kecerdasan anak (Rahmatillah, 2018).
Untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang baik, maka
pemenuhan akan kebutuhan zat gizi juga harus terpenuhi. Karena pada
hakekatnya pemenuhan gizi yang baik harus dimulai sedini mengkin untuk
kelangsungan hidup anak, proses tumbuh kembang, pemeliharaan dan
pemulihan kesehatan serta imunitas. Namun saat ini tidak terpenuhinya
kebutuhan gizi menjadi problematika dan menjadi isu sentral. Menurut
UNICEF (2018), masalah gizi pada anak di usia Balita menjadi kendala utama
bagi kesehatan masyarakat karena hampir 50% kematian di sebabkan karena
masalah gizi.
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2018
prevalensi anak balita di seluruh dunia yang mengalami stunting menurun dari
32,5% menjadi 21,9%. Namun terdapat 49 juta balita yang mengalami gizi
kurang dan hampir 17 juta balita mengalami gizi buruk pada tahun 2018
1
2
0,10% balita masuk kategori gizi buruk, dan 4,28% balita masuk kategori
gizi kurang. Tahun 2019 jumlah balita yang di ukur 53.003 orang,
sebanyak 0,80% gizi buruk, dan sebanyak 1,71% gizi kurang. Sedangkan
Tahun 2020 jumlah balita bertambah menjadi 52.929 orang, 0,75% gizi
buruk, 2,48% gizi kurang, (Data Dinkes Kab.Bone, 2020)
Berdasarkan data UPT Puskesmas Ajangale Tahun 2018 diperoleh
jumlah balita sebanyak 2251 orang dan yang mengalami gizi buruk
sebanyak 25 orang (7,65%). Pada tahun 2019 diperoleh jumlah balita
sebanyak 2340 orang, 11 (0,70%) orang masuk kategori gizi buruk, 69
(4,37%) orang gizi kurang. Pada tahun 2020 diperoleh jumlah balita
sebanyak 2349 orang. Sebanyak 2 (0,12%) orang gizi buruk, dan 29
(1,72%) gizi kurang. (Data UPT Puskesmes Ajangale, 2020).
Asupan gizi yang diperoleh anak dapat dipengaruhi oleh
pengetahuan, sikap, dan perilaku serta lingkungan (Rakhmawati, 2014).
Sikap dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Sikap ibu dalam
memberi asupan gizi anak adalah hal yang dapat menentukan cara
berperilaku dalam pemberian asupan makanan dan nutrisi keluarga
terutama pada balita. Sikap positif ibu dapat mempengaruhi peningkatan
usaha ibu dalam meningkatkan asupan nutrisi pada anak, begitu pula
sebaliknya jika sikap ibu negatif maka usaha ibu untuk menyajikan
makanan yang bergizi menjadi berkurang (Septiyono, 2018).
Menurut Green (1980 dalam Notoatmodjo, 2007), pengetahuan
dan sikap yang dimiliki seseorang merupakan faktor predisposisi yang
memengaruhi perilaku. Jika ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang
gizi balita, diharapkan ibu juga akan memiliki sikap dan perilaku yang
baik pula dalam pemenuhan gizi balita. Pengetahuan ibu mengenai gizi
akan berpengaruh terhadap hidangan dan mutu makanan yang disajikan
untuk anggota keluarga termasuk balita. Sikap ibu dalam memenuhi
kebutuhan gizi balita juga sangat penting. Perubahan sikap secara
berkelanjutan dapat memengaruhi perilaku seseorang, dimana perilaku
pemenuhan gizi yang baik dapat meningkatkan status gizi anak (Apooh,
4
Yaa, L., & Krekling, 2005). Oleh karena itu, perlu dilakukan survei untuk
mengetahui hubungan, pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan status
gizi balita.
Berdasarkan uraian latar belakang mengenai data kejadian gizi
balita, dapat dicermati bahwa pemenuhan kebutuhan gizi pada balita
sangatlah penting untuk mengurangi kejadian gizi buruk pada balita. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengkaji tentang “Hubungan
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dengan Pemenuhan Status Gizi
Balita di UPT Puskesmes Ajangale Tahun 2021”
B. Rumusan Masalah
“Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Ibu Dengan Pemenuhan Status Gizi Balita di UPT Puskesmes
Ajangale Tahun 2021?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu
Dengan Pemenuhan Status Gizi Balita di UPT Puskesmes Ajangale
Tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi
balita.
b. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan status gizi balita
c. Untuk mengetahui hubungan perilaku ibu dengan status gizi balita
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Secara ilmiah hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:
5
Variabel
Judul, Nama,
No Sasaran yang Metode Hasil Saran
Tahun
diteliti
2. Hubungan 80 orang status gizi Penelitian Hasil perhitungan Diharapkan dari hasil
Pengetahuan balita, analitik statistik penelitian yang
Sikap dan pengetahua dengan menunjukkan dilakukan di RW 15
Tindakan n gizi ibu, desain terdapat hubungan Kelurahan
terhadap sikap gizi Cross antara pengetahuan Wonokusumo
Status Gizi, ibu sectional dengan status gizi Kecamatan
Daning Kurnia balita dengan Semampir Kota
Rahmatillah, p=0,001. Selain itu Surabaya agar ibu
2018 terdapat pula yang memiliki balita
hubungan antara lebih proaktif untuk
sikap dengan status terus memantau
gizi balita dengan tumbuh kembang
p=0,001 dan juga balita seperti rutin
terdapat hubungan mengikuti posyandu,
antara tindakan mengikuti
dengan status gizi penyuluhan-
balita dengan p=0, penyuluhan tentang
001. gizi balita dll. Orang
tua laki-laki (ayah)
juga diharapkan
untuk mendukung
kegiatan posyandu
yang dilakukan di
lingkungan rumah
3. Hubungan 74 Pengetahu Penelitian Pengetahuan Diharapkan dari hasil
Pengetahuan balita an, ini tentang Keluarga penelitian yang
Dan Perilaku Perilaku, merupakan Sadar Gizi sebagian dilakukan dapat
Ibu Tentang Status Gizi penelitian dalam kategori baik meningkatkan
Keluarga deskriptif (63,5%), perilaku pengetahuan ibu
Sadar Gizi analitik ibu tentang tentang kadarzi dan
(Kadarzi) dengan Keluarga Sadar dengan adanya
Dengan Status pendekatan Gizi sebagian pengetahuan yang
Gizi Anak cross dalam kategori baik memadai dapat
Balita Di sectional (90,5%), kemudian merubah perilaku ibu
Posyandu ada hubungan tentang keluarga
Teratai, Dusun antara pengetahuan sadar gizi.
Sanansari, ibu dengan perilaku
Srimartani, tentang Keluarga
Piyungan, Sadar Gizi pada
Bantul,D.I. Posyandu Teratai,
Yogyakarta, Sanansari,
Maylan Srimartani,
Emilyani Dias Piyungan, Bantul
Simon, 2020 ditandai dengan
nilai signifikansi
masing-masing
0,050 dan 0,00 (P
<0,05)
8
Variabel
Judul, Nama,
No Sasaran yang Metode Hasil Saran
Tahun
diteliti
4. Relationship 150 Mother’s A The results of 1.Education should
between People’s knowledge descriptive current study be given important in
mother’s and a cross- indicated all stages
knowledge nutritional sectional assessment for life.However,
and nutritional status designed mothers' knowledge educational program
status among among study has about pre-school for women become
preschool preschool been children nutrition is mothers and mothers
children, children. carried out moderate. So, The to increase their
Zahraa Ismael in Twelve majority of children knowledge and
sadiq, 2020 kindergarte lie within the interest about
n in AL – normal weight importance of child
Najaf city, according to BMI nutrition (especially
from categories micronutrient) and
November accordingly , their
21th,2019 education should be
until frequently renewed .
August , 2.Nutritional
20th, 2020 specialized nurses or
nutritionists carry out
regular visits of
kindergarten to
produce advice for
mothers and teaching
staff about proper
nutrition and
emphasis on
importance of three
meals particularly
breakfast and
important of physical
activities (particularly
for overweight and
obese) of children
this is accomplished
through combined
cooperation between
ministry of health and
ministry of education.
5 The 96 orang Nutrition This cross- There is no This research
Relationship knowledg, sectional significant supported by The
Among vegetables study relationship Ministry of
Nutrition diet, Univariate between the levels Research,
Knowledge, Nutritional analyses of nutritional Technology and
Vegetable Status, for knowledge of Higher Education of
Diet, Nutrition Elementar qualitative students with The Republic of
Status of Don y Students data were vegetable Indonesia on the
Bosco performed consumption Beginner Lecturer
Elementary using Chi- patterns. Research Scheme/
Students, square tes Conversely, there Penelitian Dosen
Manado, is no relationship Pemula (PDP) 2019.
Laurensi between the levels
of nutritional
9
Variabel
Judul, Nama,
No Sasaran yang Metode Hasil Saran
Tahun
diteliti
Meity Sasube, knowledge of
2020 students with
nutritional status
based on Body
Mass Index (BMI)
of elementary
students at Don
Bosco Catholic
School Manado.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita masih sangat bergantung
pada orang tuanya (Sutomo, 2010).
Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat
pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan kemampuan
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia (Ratna
Suhartini et al., 2018).
2. Karakteristik Balita
(Septiari, 2012) menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi dua yaitu:
a. Anak usia 1-3 tahun
Usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima
makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia balita
lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan
yang relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan
yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila
dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab itu, pola
makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
b. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif, anak sudah mulai
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak
cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas
lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang
disediakan orangtuanya.
3. Tumbuh Kembang Anak
a. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan merupakan suatu proses bertambahnya
ukuran/dimensi tubuh akibat meningkatnya jumlah dan ukuran sel.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif dan dapat diketahui dengan melakukan
pengukuran antropometri, serta ditandai dengan bertambahnya ukuran
fisik juga struktur tubuh. Hal yang memperlihatkan adanya
pertumbuhan adalah perubahan jumlah dan besar yang dapat dilihat dari
12
2. Prinsip Gizi
Prinsip Gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada
dasarkan merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat
gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan
secara teratur. Empat pilar tersebut adalah: (Kemenkes RI, 2014)
a. Mengonsumsi makanan beragam
Dalam prinsip ini selain keanekaragaman jenis pangan juga
termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup,
tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan
dalam beberapa dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap
kelompok pangan sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya.
Contohnya, saat ini dianjurkan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan
buah-buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian juga
dengan jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang
dapat meningkatkan risiko PTM, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-
akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam
komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam proses
metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi.
b. Membiasakan perilaku hidup bersih
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-
anak. Seseorang yang mengalami penyakit infeksi akan mengalami
penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk
ke tubuh berkurang. Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan
menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi.
Contoh: 1) selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan
makanan dan minuman, setelah buang air besar dan kecil, akan
menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman
penyakit antara lain kuman penyakit types dan disentri; 2) menutup
makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi lalat
17
kkal setiap tahun. Jadi anak lima tahun membutuhkan sekitar 1.500 kkal
per hari (Karyadi, 1996).
b. Kebutuhan Protein balita
Protein dalam tubuh digunakan untuk pertumbuhan otot dan
imunitas tubuh. Kebutuhan protein balita, FAO menyarankan konsumsi
protein sebesar 1,5 – 2 g/kg BB, dimana 2/3 diantaranya didapat dari
protein bernilai biologi tinggi. Pada umur 3-5 tahun konsumsi protein
menjadi 1,57 g/kg/hari (Karyadi D., 1996; Pudjiadi S., 2001).
Kecukupan protein ini hanya dapat dipakai dengan syarat
kebutuhan energi terpenuhi. Bila kebutuhan energi tidak terpenuhi,
maka sebagian protein yang dikonsumsi akan digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan energi. Pertumbuhan dan rehabilitasi
membutuhkan tambahan protein. Dalam hal rehabilitasi, kecukupan
protein dan energi lebih tinggi karena akan digunakan untuk sintesis
jaringan baru yang susuannya sebagian besar terdiri dari protein
(Karyadi, 1996).
c. Kebutuhan Lemak Balita
Lemak merupakan sumber energi yang konsentrasinya cukup
tinggi dalam tubuh. 1 gr lemak menghasilkan 9 kaal. Lemak juga
berfungsi sebagai sumber asam lemak esensial pelarut vitamin A, D, E,
dan K serta pemberi rasa gurih pada makanan. Konsumsi lemak yang
dianjurkan pada balita adalah sekitar 15-20% dari energi total (Karyadi,
1996).
Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai
pada balita (Lusa, 2010).
3. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dapat diartikan sebagai suatu proses
pengumpulan formasi, analisis dan membuat interpretasi berdasarkan
informasi yang dikumpulkan. Dalam ilmu gizi, ada dua metode penilaian
status gizi yaitu:
a. Penilaian status gizi langsung ; Antropometri, klinis, biokimiam biofisik
b. Penilaian status gizi tidak langsung ; Survei konsumsi makanan, statistik
vital, faktor ekologi.
Dengan banyaknya metode penilaian status gizi maka perli
dipertimbangkan faktor untuk memilih metode penilaian yaitu; 1) tujuan, 2)
unit sampel yang akan diukur, 3) jenis informasi yang dibutuhkan, 4) tingkat
reabilitas dan akurasi yang dibutuhkan, 5) fasilitas dan peralatan yang ada,
6) tenaga, 7) waktu, 8) dana yang tersedia (Mardalena, 2017).
a. Penilaian Status Gizi Langsung
1) Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Pengukuran
menggunakan metode ini dilakukan karena manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mencakup
perubahan besar, jumlah, ukuran & fungsi sel, jaringan, organ
tingkat individu yang diukur dengan ukuran panjang, berat, umur
tulang dan keseimbangan metabolik. Sedangkan perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur & dapat diramalkan.
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor internal
(Genetik) dan faktor eksternal (lingkungan) (Mardalena, 2017).
Metode antropometri dapat digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi (karbohidrat dan
lemak). Metode ini memiliki keunggulan, antara lain sebagai
berikut:
23
2) Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis sebagai salah satu metode penilaian status gizi
secara langsung. Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu 1) riwayat
medis/riwayat kesehatan merupakan catatan mengenai perkembangan
penyakit, 2) pemeriksaan fisik, yaitu melakukan pemeriksaan fisik dari
kepala sampai ujung kaki untuk melihat tanda-tanda dan gejala adanya
masalah gizi (Adriani, 2014).
1) Riwayat medis
Dalam riwayat medis kita mencatat semua kejadian yang
berhubungan dengan gejala yang timbul pada penderita beserta
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Catatan harus meliputi
identitas penderita secara lengkap, riwayat kesehatan saat ini, riwayat
kesehatan masa lalu yang berkaitan dengan penyakit saat ini, riwayat
kesehatan keluarga yang berkaitan, data lingkungan fisik dan sosial
budaya yang berhubungan dengan gizi, data-data tambahan yang
diperlukan misalnya adalah riwayat alergi terhadap makanan, jens
diet dan pengobatan yang sedang atau pernah dijalani pasien, dll.
Data-data tersebut datap di kumpulkan melalui wawancara penderita
dan keluarga.
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui teknik inspeksi (melihat),
palpasi (raba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar).
Termasuk juga semua perubahan pada rambut, kulit, mata, mulut,
lidah, gigi, kelenjar tiroid, dan lain-lain.
9) Perilaku
Perilaku ibu dapat dilihat dari sejak dari ibu hamil hingga anak
berusia 2 tahun. Anak yang sehat hanya mungkin dilahirkan dari
seorang ibu yang menjaga kehamilannya dari asupan gizi yang
cukup (gizi mikro dan protein). Ibu hamil yang yang mengalami
kekurangan gizi kronik sejak masa kehamilannya akan berisiko
melahirkan anak yang kurang sehat, atau berat badan lahir rendah
(Priyatna, 2014).
Perilaku ibu dalam pemenuhan gizi pada anak 1000 hari
pertama kehidupan/ Golden Perioed selama kehamilan dapat dilihat
dari Makan lebih banyak (dua porsi) dan beraneka ragam lauk pauk,
sayur dan buah, agar kebutuhan gizi janin terpenuhi dengan cukup
sejak awal dan selama masa kehamilan, dan minum tablet tambah
darah 1 butir sehari, berarti total minimal 90 butir selama masa
kehamilan, Jangan merokok, jangan minum minuman bersoda,
beralkohol, jangan makan mie instan sebagai makanan pokok,
hindari makanan berpengawet, dan jangan minum obat tanpa resep
dokter. mengikuti kelas ibu hamil, dan melakukan perawatan
payudara untuk menjamin keberhasilan pemberian ASI (Sari et al.,
2020)
b. Faktor Eksternal
1) Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan orang tua, terutama pendidikan wanita
(sebagai pengasuh utama dari anak), mempunyai pengaruh yang
sangat potensial terhadap kualita pengasuhan dan perawatan anak.
Wanita yang lebih berpendidikan akan lebih baik dalam
memperoleh informasi dan belajar untuk memperoleh
pengetahuan/keahlian serta perilaku pengasuhan yang positif.
Wanita yang berpendidikan cenderung lebih baik dalam
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan, lebih dapat berinteraksi
secara efektif dengan memberi pelayanan kesehatan serta lebih
77
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di
sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
82
f. Sosial budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur guna
mengukur suatu pengetahuan dapat digunakan suatu pertanyaan. Adapun
pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara
umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif
misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya
pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul-salah dan pertanyaan
menjodohkan. Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena
penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari nilai,
sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu dibandingkan
dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya. Pertanyaan pilihan
ganda, benar-salah, menjodohkan disebut pertanyaan objektif karena
pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa
melibatkan faktor subjektifitas dari penilai. Pertanyaan yang dapat
dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum yaitu
pertanyaan subjektif dari peneliti. Pertanyaan objektif khususnya
pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan
karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan
penilaiannya akan lebih cepat. bahwa sebelum orang menghadapi perilaku
baru, didalam diri seseorang terjadi proses berurutan yakni Awareness
(kesadaran) dimana orang tersebut menyadari terlebih dahulu terhadap
stimulus, Interest (merasa tertarik) terhadap objek atau stimulus, Trail yaitu
subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan ada dua
kategori yaitu: menggunakan pertanyaan subjektif misalnya jenis
84
f. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
bersikap dan, mempersepsi tentang suatu penyakit yang ada pada dirinya
dan diluar dirinya) maupun secara aktif (praktik) yang dilakukan
sehubungan dengan penyakit tersebut.
2. Bentuk Perilaku
Menurut Notoadmodjo (2014) ditinjau dari bentuk respons
daristimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons atau reaksi yang bersifat tertutup atau terselubung. Respons
atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut dan belum bisa diamati secara jelas oleh
orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respons terhadap stimulus pada perilaku ini sudah dalam
bentuk tindakan atau praktek (practice).
3. Domain Perilaku
Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
ransangan dari luar, namun dalam memberikan respon sangat tergantung
pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks dan
mempunyai cakupan yang sangat luas (Notoatmodjo, 2014).
Seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu
dalam tiga domain, ranah atau kawasan yakni: kognitif, afektif, dan
psikomotor (Notoatmodjo, 2014)
a. Kognitif (pengetahuan)
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu: tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Notoatmodjo, 2014).
88
b. Afektif (sikap)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku tertentu, seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri
dari berbagai tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai, dan
bertanggung (Notoatmodjo, 2014).
c. Psikomotor (tindakan)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
mewujudkan sikap menjadi tindakan atau perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan
dukungan dari pihak lain. Dalam praktik atau tindakan ini mempunyai
beberapa tingkatan antara lain: persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan
adopsi (Notoatmodjo, 2014).
4. Faktor Pembentukan Perilaku
Faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku dapat di kelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu: (Hasnidar, 2020)
a. Faktor internal
Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa
kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk
mengolah pengaruh-pemgaruh dari luar. Motivasi merupakan
penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini cukup
kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut:
1) Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang
berbeda demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh
motivasi yang berbeda
2) Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu
3) Penguatan positif menyebabkan satu perilaku tertentu cenderung
untuk diulang kembali
4) Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat
tidak menyenagkan
89
b. Faktor eksternal
Faktor yang berada di luar individu yang bersangkutan yang meliputi
objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang disajikan
sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya (Achmad, 2013) dalam
(Hasnidar, 2020)
5. Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
Menurut (Notoatmodjo, 2014) faktor yang mempengaruhi perilaku
kesehatan antara lain:
a. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors)
Faktor-faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah
terjadinya suatu perilaku. Yang termasuk faktor predisposisi yaitu
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan
lain-lain.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor pemungkin merupakan faktor-faktor yang merupakan
sarana dan prasarana untuk berlangsungnya suatu perilaku. Yang
merupakan faktor pemungkin misalnya lingkungan fisik dan
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan setempat.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor penguat adalah faktor yang memperkuat terjadinya suatu
perilaku. Yang merupakan faktor pendorong dalam hal ini adalah sikap
dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas yang lain dalam upaya
mempromosikan perilaku kesehatan.
6. Cara dan Proses Perubahan Perilaku Manusia
Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dari usaha
mengubah perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah mengubah
perilaku (Mubarak, 2012) dalam (Hasnidar, 2020) yaitu:
a. Individu tersebut menyadari
Menyadari merupakan proses identifikasi bagian mana yang ingin
diubah dan mengapa perubahan tersebut diinginkan
90
memilih makanan yang lebih baik dalam mutu dan jumlahnya, dibanding
dengan ibu yang pendidikan lebih rendah (Meryana, 2014).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan sangat berpengaruh terhadap
sikap dan tindakan dalam memilih makanan dan nantinya akan juga
berpengaruh terhadap keadaan gizi individu tersebut. Pengetahuan gizi yang
kurang atau kurangnya menerapkan pengetahuan gizi dalam kehidupan
sehari hari dapat menimbulkan masalah gizi pada seseorang
2. Hubungan Sikap dengan Status Gizi Balita
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Terdapat 3 struktur sikap yaitu
terdiri dari kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif yaitu berisi
kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi
objek sikap. Kepercayaan berasal dari apa yang telah dilihat atau dari
pengalaman pribadi dan pengetahuan yang dimiliki.
Sikap ibu dalam pemenuhan status gizi merupakan tingkah laku dalam
memenuhi asupan nutrisi pada anak. Sikap yang diambil akan
mempengaruhi secara umum status gizi pada anak. Sikap ibu yang baik akan
mempengaruhi peningkatan usaha ibu pada peningkatan asupan nutrisi anak
sehingga status gizi balita menjadi normal. Begitu pula sebaliknya jika sikap
ibu cukup maka usaha ibu untuk memenuhi gizi balita menjadi berkurang
sehingga status gizi anak juga menjadi kurang.
Tidak selamanya sikap ibu mempengaruhi status gizi anak. Keadaan ini
bisa terjadi karena disebabkan sikap ibu merupakan faktor tidak langsung
yang mempengaruhi status gizi balita oleh karena itu meskipun ibu
memiliki sikap negatif mengenai gizi balita tetapi jika anak mengkonsumsi
makanan yang cukup gizi maka anak tetap akan memiliki status gizi yang
baik. Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi balita diantaranya
adalah faktor sosial dan ekonomi serta penyakit infeksi.
92
H. Kerangka Teori
Balita
Pertumbuhan Perkembagan
I. Kerangka Konsep
Yang dimaksud dengan kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan
visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin
diteliti. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu:
Perilaku Ibu
Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Garis Hubungan
95
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah
yang akan diteliti (Setiawan, 2013).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap status gizi balita di
UPT Puskesmas Ajangale.
b. Ada hubungan antara sikap ibu terhadap status gizi balita di UPT
Puskesmas Ajangalae.
c. Ada hubungan antara perilaku ibu terhadap status gizi balita di UPT
Puskesmas Ajangale.
2. Hipotesis Nol (H0)
a. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap status gizi
balita di UPT Puskesmas Ajangale.
b. Tidak ada hubungan antara sikap ibu terhadap status gizi balita di UPT
Puskesmas Ajangale
c. Tidak ada hubungan antara perilaku ibu terhadap status gizi balita di
UPT Puskesmas Ajangale.
BAB III
METODE PENELITIAN
96
97
Keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
232
n=
1+(232 𝑥 0,04)
232
n=
5,8
n = 40
Sehingga dapat ditentukan bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 40 orang.
98
3. Penilaian Data
1. Pengetahuan ibu dalam pemberian makanan
Masing-masing mempunyai nilai yaitu jika jawaban “Benar” nilainya
1 dan nilai 0 untuk jawaban “Salah”
Menurut (Arikunto Suharsimi, 2010) yang dikutip oleh Notoatmodjo
menunjukkan skor pengetahuan responden dikategorikan sebagai
berikut:
a. Pengetahuan baik bila skor : 16-20
b. Pengetahuan cukup bila skor : 8-15
c. Pengetahuan kurang bila skor : 1-7
2. Sikap ibu dalam pemberian makanan
Masing-masing mempunyai nilai , nilai 4 bila sangat setuju (SS), nilai
3 bila setuju (S), , nilai 2 bila tidak setuju (TS), nilai 1 bila sangat tidak
setuju (STS).
a. Skor terendah : 10 x 1 = 10
b. Skor tertinggi : 10 x 4 = 40
c. Range : 40 – 10 = 30
d. Jumlah interval klas : 3 (baik, cukup, kurang)
e. Interval kelas : 10 pertanyaan
3. Perilaku ibu dalam pemberian makanan
Masing-masing mempunyai nilai yaitu, diberi nilai 4 bila jawaban (SL)
selalu, nilai 3 bila (S) Sering, nilai 2 bila (K) kadang-kadang, dan nilai
1 bila (T) tidak.
a. Skor terendah :16 x 1 = 16
b. Skor tertinggi : 16 x 4 = 64
c. Range : 64 – 16 = 48
d. Jumlah interval klas : 3 (baik, cukup, kurang)
e. Interval kelas : 16 pertanyaan
99
E. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang berdasarkan karakteristik yang
diamati atau diteliti secara tidak langsung. Definisi operasional ini akan
menunjukkan alat pengambilan data yang cocok digunakan atau mengacu
bagaimana mengukur suatu variabel.
F. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek
penelitian. Data primer pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
responden (ibu yang mempunyai anak balita umur 1 s.d 5 tahun) melalui
wawancara kunjungan dengan memberikan kuesioner (daftar pernyataan
atau pertanyaan).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
penelitian. Data sekunder pada penelitian ini adalah data-data menyangkut
status gizi balita yang bersumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone dan
UPT Puskesmas Ajangale.
101
H. Pengolahan Data
Dalam pengelohan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh,
diantaranya:
1. Editing
Memilih atau menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang
dipakai saja yang tinggal. Hal ini bermaksud untuk merapikan data agar
bersih, rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan.
2. Coding
Tahap ini merubah data yang dikumpulkan kedalam bentuk yang lebih
ringkas. Memberi kode untuk masing-masing variabel terhadap data yang
diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapannya.
3. Entry
Data yang telah diberi kemudian dimasukkan ke dalam computer dan
dianalisis dengan SPSS.
4. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan,
dilakukan bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan
melihat distribusi frekuensi dari variable dan menilai kelogisannya
(Notoatmodjo, 2015).
I. Analisa Data
Setelah data peneliti diperoleh peneliti memasukkan data yang telah
ditabulasi kedalam komputer dan dianalisis secara statistik. Analisa data
terdiridari:
1. Analisis Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi
dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel bebas
maupun variabel terikat. Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan karakteristik setiap varabel penelitian. Analisa
univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden dari
103
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
104
105
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di UPT
Puskesmas Ajangale
No. Umur Frekuensi Prosentase (%)
1. <20 Tahun 0 0
2. 20-35 Tahun 33 82,5
3. > 35 Tahun 7 17,5
Total 40 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh bahwa sebagian besar
responden dalam kategori umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 33
responden (82,5%), sedangkan terendah dalam kategori umur >35
Tahun sebanyak 7 responden (17,5%).
b. Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
di UPT Puskesmas Ajangale
No. Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
1. SD 6 15
2. SMP 10 25
3. SMA 19 47,5
4. PT 5 12,5
Total 40 100
Sumber: Data Primer,2021
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh bahwa sebagian besar
responden dalam kategori berpendidikan SMA sebanyak 19 responden
atau (47,5%), sedangkan terendah yaitu responden dengan pendidikan
PT sebanyak 5 responden atau (12,5%).
106
c. Pekerjaan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
di UPT Puskesmas Ajangale
No. Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
1. IRT 29 72,5%
2. Wiraswasta 8 20%
3. PNS 3 7,5
Total 40 100
Sumber: Data Primer,2021
Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh bahwa sebagian besar
responden pekerjaan tertinggi bekerja sebagai IRT yaitu sebanyak 29
responden (72,5%), sedangkan terendah bekerja sebagai PNS yaitu
sebanyak 3 orang (7,5%).
2. Analisis Univariat
a. Status Gizi Balita
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi
Balita di UPT Puskesmas Ajangale
No. Status Gizi Balita Frekuensi Prosentase (%)
d. Perilaku Ibu
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Ibu
di UPT Puskesmas Ajangale
No. Perilaku Ibu Frekuensi Prosentase (%)
1. Baik`` 16 40%
2. Cukup 11 27,5%
3. Kurang 13 32,5%
Total 40 100
Sumber: Data Primer, 2021
Dari tabel 4.7 diperoleh bahwa dari 40 responden sebagian besar
dalam kategori perilaku baik sebanyak 16 responden (40%), untuk
kategori perilaku Kurang sebanyak 13 responden (32,5%) dan yang
paling sedikit kategori perilaku cukup sebanyak 11 responden (27,5%).
Artinya sebagian besar ibu di UPT Puskesmes Ajangale memiliki
perilaku yang baik dalam pemenuhan status gizi balita.
3. Analisis Bivariat
a. Hubungan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita
di wilayah kerja UPT Puskesmas Ajangale
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi hubungan tingkat pengetahuan ibu
dengan status gizi balita di UPT Puskesmas Ajangale
Status Gizi Balita
p-
Pengetahuan Gizi Gizi Gizi
Total value
Gizi lebih normal kurang
N % N % N % n %
Baik 0 0 25 62,5 2 5 27 67,5
Cukup 3 7,5 0 0 2 5 5 12,5
0,000
Kurang 0 0 0 0 8 20 8 20
Total 3 7,5 25 62,5 12 30 40 100
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh bahwa dari 40 responden
sebagian besar ibu yang berpengetahuan baik sebanyak 27 responden
(67,5%), memiliki balita dengan gizi normal sebanyak 25 responden
(62,5%), dan memiliki gizi kurang sebanyak 2 responden (5%). Dan
untuk ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 8 responden (20%),
109
dan memilki balita dengan gizi lebih sebanyak 2 responden (5%) serta
memiliki balita dengan status gizi kurang sebanyak 1 responden (2,5%).
Sehingga berdasarkan variabel status gizi balita dengan perilaku
ibu hasil uji chi square menunjukkan p-value =0,000 p<0,05 yang
berarti Ha diterima dan H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara perilaku ibu dengan status gizi balita di UPT
Puskesmas Ajangale.
C. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar
responden dalam kategori umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 33
responden (82,5%), sedangkan terendah dalam kategori umur >35
Tahun sebanyak 7 responden (17,5%). Sehingga dapat dikatakan bahwa
mayoritas ibu balita di UPT Puskesmas Ajangale berumur 20-35 tahun
hal tersebut terjadi karena kebanyakan responden di UPT Puskesmes
Ajangale adalah para orang dewasa yang menikah di usia rata-rata lebih
dari 21 tahun.
Masa reproduksi wanita pada dasarnya dibagi dalam 3 periode
yaitu kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-
35 tahun) dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Menunda kehamilan
pertama sampai dengan usia 20 tahun akan menjamin kehamilan dan
kelahiran lebih aman serta mengurangi resiko bayi lahir dengan BB
rendah. (Arif, 2006).
Usia kandungan kurang dari 37 minggu akan mengalami
kemungkinan 11.40 kali atau 91% untuk melahirkan BBLR daripada
kelompok usia kandungan lebih dari atau sama dengan 37 minggu. Bayi
yang lahir dengan keadaan berat badan lahir rendah sangat berisiko
tinggi terhadap morbiditas, kematian, penyakit infeksi, kekurangan
berat badan dan stunting diawal periode neonatal sampai masa kanak-
112
kanak. Bayi dengan berat lahir rendah ini dapat dikaitkan dengan
gangguan fungsi kekebalan tubuh, perkembangan kognitif yang buruk,
dan berisiko terjadinya diare akut atau pneumonia.
b. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar
responden dalam kategori berpendidikan SMA sebanyak 19 responden
atau (47,5%), sedangkan terendah yaitu responden dengan pendidikan
PT sebanyak 5 responden atau (12,5%). Sehingga dapat dijelaskan
bahwa mayoritas ibu di UPT Puskesmas Ajangale berpendidikan
menengah/ SMA. Hal tersebut terjadi karena kebanyakan dari
responden yang datang atau bersedia mengisi kosioner rata-rata
berpendidikan SMA sehingga tidak terlalu sulit dalam menjawab setiap
pertanyaan yang ada di kuesioner dan rata-rata jawaban yang diberikan
termasuk dalam kategori baik.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator sosial dalam
masyarakat karena melalui pendidikan sikap tingkah laku manusia dapat
meningkat dan berubah citra sosialnya. Pendidikan ibu merupakan
modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga, juga berperan dalam
penyusunan makan keluarga serta pengasuhan dan perawatan anak
(Arif, 2006).
Tingkat pendidikan seseorang akan berkaitan erat dengan
wawasan pengetahuan mengenai sumber gizi dan jenis makanan yang
baik untuk konsumsi keluarga. Ibu rumah tangga yang berpendidikan
akan cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam mutu dan
jumlahnya, dibanding dengan ibu yang pendidikan lebih rendah
(Meryana, 2014). Pendidikan dapat membawa wawasan atau
pengetahuaan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan
lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan
dengan seseorang yang tingkat pendidikan lebih rendah.
113
c. Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar
responden pekerjaan tertinggi bekerja sebagai IRT yaitu sebanyak 29
responden (72,5%), sedangkan terendah bekerja sebagai PNS yaitu
sebanyak 3 orang (7,5%). Sehingga dapat dijelaskan bahwa mayoritas
ibu di UPT Puskesmes Ajangale memiliki pekerjaan sebagai IRT (Ibu
Rumah Tangga). Hal tersebut terjadi karena kebanyakan responden
yang mengikuti kegiatan posyandu atau mengisi kuesioner kebanyakan
ibu yang tidak bekerja (IRT) sehingga ibu memiliki cukup waktu dalam
mengurus anak balitanya terutama dalam pemenuhan status gizi balita.
Dalam keluarga, wanita atau ibu rumah tangga terutama
berperan sebagai pengasuh anak dan pengatur konsumsi pangan anggota
keluarga terutama balita. Peranan wanita atau ibu rumah tangga
merupakan penentu dalam usaha perbaikan gizi keluarga, khususnya
untuk meningkatkan gizi balita. Balita merupakan kelompok anggota
keluarga yang tergolong rawan gizi dimana kondisinya sangat peka
terhadap jumlah maupun jenis makanan yang dikonsumsi. (Etik
Sulistyorini, 2009)
Meningkatnya partisipasi dan peran wanita untuk bekerja
menjadi isu ketenagakerjaan yang cukup menarik. Peningkatan tingkat
partisipasi angkatan kerja wanita berkaitan dengan proses transformasi
sosial ekonomi yang diikuti oleh peningkatan dan pergeseran dalam
permintaan tenaga kerja, termasuk didalamnya tenaga kerja wanita.
(Suhardjo, 2002).
Saat ini banyak kaum wanita berambisi untuk bekerja, baik
wanita tunggal atau yang menikah, yang belum atau yang sudah
mempunyai anak, yang muda maupun setengah baya. Hal ini memang
dimungkinkan karena kaum wanita lebih banyak dibandingkan dengan
kaum laki-laki dan karena meningkatnya biaya kebutuhan hidup,
sehingga kalau kaum laki-lakinya saja yang bekerja di dalam keluarga,
maka kebutuhan hidup di dalam keluarga itu tidak dapat terpenuhi
114
memiliki balita dengan gizi normal dan lebih (0%). Sedangkan untuk
kategori terendah yaitu ibu yang pengetahuan cukup sebanyak 5 responden
(12,5%), memiliki balita dengan gizi lebih sebanyak 3 responden (7,5%),
dan memiliki balita dengan gizi kurang sebanyak 2 responden (5%), serta
tidak memiliki balita dengan status gizi normal (0%).
Artinya pengetahuan gizi seorang ibu sejalan dengan status gizi
balitanya dimana apabila ibu memiliki pengetahuan yang baik maka ibu
juga memiliki balita dengan status gizi normal, namun sebaliknya apabila
pengetahuan gizi ibu kurang maka ibu memiliki balita dengan status gizi
kurang baik. Pengetahuan ibu merupakan hal yang sangat diperlukan dalam
upaya peningkatan status gizi balitanya secara baik, makin tinggi
pengetahuan ibu, makin banyak dilakukan dalam mengatur makanan agar
menjadi lebih berguna bagi tubuh balitanya. Pengetahuan memiliki
hubungan erat dengan baik buruknya kualitas gizi dari pangan yang
dikonsumsi. Dengan penegtahuan yang benar mengenai gizi, maka orang
akan tahu dan berupaya mengatur pola konsumsi pangannya sedemikian
rupa, sehingga tidak kekurangan dan juga tidak berlebihan
Pengetahuan gizi adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang
suatu hal tentang gizi yang secara formal maupun informal, pengetahuan
gizi menurut Khomsan dalam Firmana (2015) adalah segala sesuatu yang
diketahui Ibu tentang sikap dan perilaku seseorang dalam memilih
makanan, serta pengetahuan dalam mengolah makanan dan menyiapkan
makanan pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk membentuk sikap
dan tindakan (Harsiki, 2013).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentu tindakan seseorang (overt behavior). Faktor yang
mempengaruhi pengetahuan diantaranya keyakinan, fasilitas, sosial budaya,
tempat tinggal dan sumber informasi. Pengetahuan yang didasari dengan
pemahaman yang tepat akan menumbuhkan sikap yang positif sehingga
akhirnya tumbuh satu tindakan yang diharapkan.
116
memberikan makanan pada balita adalah hal yang membuat ibu berperilaku
dalam pemberian nutrisi yang penuh akan gizi dan tepat pada toddler.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fatimah
(2008) yaitu adanya hubungan yang secara statistik signifikan antara sikap
ibu dalam masalah kesehatan dan cara pengasuhan anak dengan status gizi
anak balita. Ibu yang mempunyai sikap yang baik mempunyai kemungkinan
5 kali lebih besar agar anak balitanya mempunyai status gizi yang baik
dibandingkan ibu yang sikapnya buruk.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakuakan
Yulizawati (2012) dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan
hasil tidak ada hubungan antara sikap ibu balita tentang gizi terhadap status
gizi pada balita. Keadaan ini dapat disebabkan karena sikap ibu merupakan
faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi balita oleh karena itu
meskipun ibu memiliki sikap negatif mengenai gizi balita tetapi jika anak
mengkonsumsi makanan yang cukup gizi maka anak tetap akan memiliki
status gizi yang baik. Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi balita
antara lain: faktor sosial dan ekonomi serta penyakit infeksi.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mardiana mengenai
hubungan perilaku gizi ibu dengan status gizi balita di Puskesmas Tanjung
Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langka, didapatkan hasil analisa
hubungan sikap ibu tentang gizi dengan status gizi balita menunjukkan tidak
ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu tentang gizi dengan status
gizi balita P>0,05 (P=0,229)
Tidak selamanya sikap ibu mempengaruhi status gizi anak. Keadaan
ini bisa terjadi karena disebabkan sikap ibu merupakan faktor tidak
langsung yang mempengaruhi status gizi balita oleh karena itu meskipun
ibu memiliki sikap negatif mengenai gizi balita tetapi jika anak
mengkonsumsi makanan yang cukup gizi maka anak tetap akan memiliki
status gizi yang baik. Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi balita
diantaranya adalah faktor sosial dan ekonomi serta penyakit infeksi.
121
penting dalam masalah gizi. Anak yang memiliki faktor genetik kurus,
sebanyak apapun jumlah makanan yang dikonsumsi tidak akan
mempengaruhi status gizi balita, begitupun sebaliknya dengan anak yang
memiliki faktor keturunan gemuk. Menurut teori Blum keturunan (genetik)
merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir
yang dapat berhubungan dengan derajat kesehatan.
Menurut H.L. Blum menyatakan bahwa perilaku merupakan faktor
kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau
tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyaraka
tsangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga
dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan,
pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada
dirinya.
Perilaku ibu dalam pemberian nutrisi kepada balita juga dipengaruhi
oleh status pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja berdampak pada rendahnya
waktu kebersamaan ibu dengan balita sehingga perhatian ibu terhadap
perkembangan balita menjadi berkurang. Dampak dari ibu bekerja juga
tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan ibu. Ibu yang memiliki jenis
pekerjaan berat maka akan mengalami kelelahan fisik, sehingga ibu akan
cenderung memilih untuk beristirahat daripada mengurus balitanya. (Etik
Sulistyonigsih, 2009)
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini mempunyai banyak kekurangan,
antara lain:
1. Waktu penelitian yang diberikan sangat terbatas karena adanya pandemi
corona sehingga dalam pengumpulan data penelitian kurang maksimal.
2. Penelitian ini hanya dilakukan di wilayah kerja puskesmas saja, sehingga
hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan.
3. Jarak tempat tinggal peneliti dengan lokasi penelitian cukup jauh sehingga
dalam pengambilan data awal dan data penelitian sangat sulit.
125
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita di UPT
Puskesmas Ajangale dengan hasil uji chi square didapatkan p-value =0,000
p<0,05.
2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan status gizi balita di UPT Puskesmas
Ajangale dengan hasil uji chi square didapatkan p-value =0,000 p<0,05.
3. Ada hubungan antara perilaku ibu dengan status gizi balita di UPT
Puskesmas Ajangale dengan hasil uji chi square didapatkan p-value =0,001
p<0,05.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar dapat memberikan penyuluhan, sosialisasi, dan promosi
kesehatan ke masyarakat mengenai gizi seimbang dan jenis makanan
bergizi yang dapat meningkatkan status gizi khusunya pada anak-anak
(Balita).
2. Masyarakat
Diharapkan ibu lebih banyak mencari informasi tentang gizi mulai
dari hamil sampai mempunyai balita agar mencegah terjadimya status
kurang gizi balita kurang atau stunting.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan
cara survei langsung kerumah responden untuk meihat secara langsung
bagaimana perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan status gizi balita
126
127
YAYASAN SIPATOKKONG
INSTITUT SAINS DAN KESEHATAN BONE
Jl. DR. Wahidin Sudirohusodo No.75 (0481) 2911834; Email:
iskb.sipatookkong@gmail.com
KUESIONER
Hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Status Gizi Balita
Di UPT Puskesmes Ajangale Kabupaten Bone
Petunjuk Pengisian:
1. Isilah data kolom identitas ibu dan identitas balita
2. Jawablah pertanyaan dengan cara memberikan tanda “” pada kolom benar
atau salah
SS S R TS STS
Saya akan memberikan ASI saja pada anak
1
saya sejak baru lahir sampai umur 6 bulan
Saya perlu mengetahui jenis sumber
2
makanan yang diperlukan anak balita
Seorang ibu berkewajiban mengetahui
3 kebutuhan makanan anak sesuai umur dan
perkembangannya
Menurut pendapat saya anak balita perlu
4 diberi aneka ragam makanan agar zat
gizinya tercukupi
Sebelum menyuapi anak balita saya akan
5
selalu mencuci tangan dengan sabun
Saya akan selalu mengontrol makanan anak
6 balita walaupun yang memberikan orang
lain/pengasuh
Menurut saya dalam memilih makanan untuk
7 balita yang penting adalah makanan yang
bergizi
Saya harus menimbangkan anak balita ke
8 posyandu setiap bulan agar bisa mengetahui
pertumbuhannya
Menurut saya dalam memberikan makanan
9
kepada balita yang penting anak kenyang
Saya akan konsultasi kepada petugas
kesehatan jika berat badan anak balita turun
10
dibandingkan bulan lalu dan berada pada
pita merah
130
Jawaban
No. Pertanyaan
SL S K T
1 Ibu memasak sendiri makanan untuk balitanya
2 Ibu memperhatikan komposisi zat gizi dalam
makanan anak balitanya
3 Sebelum menyuapi anak ibu mencuci tangan
dengan sabun
4 Ibu menyajikan makanan sesuai dengan selera
anaknya
5 Dalam memberikan makanan pokok pada anak,
ibu menyuapinya sendiri
6 Penyajian makanan bervarisi dari pagi hari hingga
malam hari
7 bu memilih makan mie instan/nasi dan krupuk
tanpa lauk seperti tempe atau telur dan sayuran
untuk makanan pokok anak balitanya
8 Selain diberikan makanan pokok anak balita gizi
buruk juga diberi makanan tambahan lain,
misalnya kacang hijau, kue dan sebagainya
9 Setiap hari anak diberi buah
10 Anak balita setiap hari diberi susu (ASI/PASI
11 Ibu memasak makanan yang banyak
mengandung bumbu penyedap makanan dan
digoreng
12 Bila mencuci beras air cucian beras sampai jernih
13 Sayuran dipotong-potong dahulu kemudian
dimasak sampai lembek
14 Setiap bulan ibu selalu menimbang anaknya
15 Ibu berkonsultasi dengan bidan desa atau dokter
atau ke puskesmas bila berat badan anaknya turun
dibandingkan bulan lalu
16 Ibu berkonsultasi ke puskesmas atau bidan desa
bila anaknya sakit
131
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M. dkk. (2014). Gizi dan Kesehatan Balita (1st ed.). Kencana.
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S. (2011). Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. PT Gramedia Pustaka
Utama.
Apooh, Yaa, L., & Krekling, S. (2005). No Title Maternal nutritional knowledge
and child nutritional status in the volta region of Ghana. Blackwell
Publishing.
Apriadji, W. . (1986). Gizi Keluarga. In PT Penebar Swadaya. PT Penebar
Swadaya.
Arikunto Suharsimi, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Rineka Cipta.
Arisman. (2007). Gizi dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Aritonang. (2000). Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Binarupa
Aksara.
Bogin. (1999). Patterns of Human Growth (2nd ed.). Cambridge Studies in
Biological and Evolutionary Anthropology.
Data UPT Puskesmes Ajangale. (2020). UPTD Puskesmes Ajangale.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bone. (2020). Dinkes Kabupaten Bone.
Departemen Kesehatan. (2008). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), laporan
Nasional 2007 (Badan Pene).
Fikawati, S. dkk. (2017). Gizi Anak dan Remaja (1st ed.). Rajawali Press.
Hasnidar, D. (2020). Ilmu Kesehatan Masyarakat (Rikki Alex (ed.); I). Yayasan
Kita Menulis. https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-
dasar-riskesdas/
Hindah, M. (2006). Sarapan Sehat Untuk Anak Balita (I. Hadirman (ed.); 1st ed.).
PT Gramedia Pustaka Utama.
Hitchock, E. al. (2009). Community Health Nursing. Delmar Publisher International
Thompson Publishing Company.
Hutagalung, H. (2012). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
(12-59 Bulan) di Desa Bojonggede Kabupaten Bogor. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Jauhari, A. (2015). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Jaya Ilmu.
Karyadi, D. (1996). Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. PT Gramedia Pustaka
Utama.
Kemenkes RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. 1–96.
Khumaidi, A. (1996). Gizi Masyarakat. BPK Gunung Mulya.
Kurniasih. (2010). Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. PT Gramedia Pustaka
Utama.
L. Smith, L. H. (2000). Explaining child malnutrition in developing countries: A
cross-country analysis. International Food Policy Research Institute (IFPRI).
Lusa. (2010). Sibling Rivalry. Diakses Tanggal 2 November 2020.
Mardalena, I. (2017a). Dasar-Dasar Ilmu Gizi (1st ed.). Pustaka Baru Press.
Mardalena, I. (2017b). Dasar-Dasar Ilmu Gizi dalam Keperawatan (1st ed.).
132