You are on page 1of 49

PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BAREBBO KAB.BONE

MEGAWATI

22006085

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

I. JUDUL PENELITIAN.......................................................................................4

II. RUANG LINGKUP............................................................................................4

III. PENDAHULUAN..............................................................................................4

a. Latar Belakang ...........................................................................................4

b. Rumusan Masalah ......................................................................................9

c. Tujuan Penelitian ........................................................................................9

d. Manfaat Penelitian ......................................................................................10

IV. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................11

a. Tinjauan Tentang Remaja.............................................................................11

b. Tinjauan Tentang Anemia.............................................................................14

V. KERANGKA KONSEP.....................................................................................32

a. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti........................................................32

b. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti...................................................................34

c. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif ..................................................35

VI. METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................37

a. Jenis Penelitian...............................................................................................37

b. Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................................37

c. Populasi Dan Sampel.....................................................................................38

d. Pengumpulan Data.........................................................................................40

e. Pengolahan Data............................................................................................40

2
f. Analisis Data..................................................................................................41

g. Penyajian Data...............................................................................................41

h. Etika Penelitian .............................................................................................41

VII. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................43

LAMPIRAN ..............................................................................................................46

3
I. JUDUL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

ANEMIA PADA REMAJA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS BAREBBO

KABUPATEN BONE.

II. RUANG LINGKUP

KEPERAWATAN ANAK.

III. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan anak merupakan salah satu disiplin ilmu kesehatan yang

fokusnya pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab

secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak.

Mengutamakan kepentingan anak dengan melibatkan keluarga merupakan

salah satu hal untuk kesejahteraan anak. Anak adalah individu yang unik dan

memiliki kebutuhan sesuai tahap perkembangannya. Anak memiliki berbagai

kebutuhan yang berbeda dengan yaang lain sesuai dengan tumbuh kembang

yang mereka lalui (Adhitia & Fembi Pembronia nona, 2021)

Remaja adalah aset generasi penerus bangsa, oleh karena itu penting

sekali memperjuangkan hak remaja untuk memperoleh informasi dan

pelayanan kesehatan reproduksi sesuai dengan kebutuhan demi memperoleh

kesehatan reproduksi dan kehidupan seksual yang baik (Adhitia & Fembi

Pembronia nona, 2021).

4
Diantara semua kelompok umur, remaja adalah kelompok usia yang

membutuhkan zat besi paling tinggi yakni 26 mg/hari. Ini karena tubuh

anemia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang tinggi. Trend

makanan dan minuman kekinian tanpa sadar ternyata menghambat

penyerapan zat besi sehingga kamu mengalami anemia (Zuhrah & Rahmadia,

2020).

Masa remaja (adolescence) merupakan periode pertumbuhan anak-

anak menuju proses kematangan dari manusia dewasa. Pada periode ini terjadi

perubahan fisik, biologis, dan psikologis yang sangat unik dan berkelanjutan.

Selama masa remaja, seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik yang

pesat. Dibandingkan dengan periode lainnya setelah kelahiran, masa remaja

mengalami pertumbuhan terpesat kedua setelah tahun pertama kehidupan.

Lebih dari 20% total pertumbuhan tinggi badan dan sampai 50% massa tulang

tubuh telah dicapai pada periode ini. Oleh sebab itu, kebutuhan zat gizi

meningkat melebihi kebutuhan pada masa anak-anak. proses biologis pada

masa pubertas ditandai oleh cepatnya pertumbuhan tinggi, berat badan,

perubahan komposisi jaringan, dan terdapat perubahan karakter seksual

primer dan sekunder. Secara biologis, psikologis, dan kognitif perubahan yang

terjadi pada saat remaja dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Gizi

yang baik selama remaja tidak hanya berpengaruh pada optimalisasi

pertumbuhan saat remaja, tetapi juga pencegahan penyakit kronis setelah

5
dewasa. Pada periode remaja ini juga perlu diperhatikan masalah gizi untuk

nantinya dapat meningkatkan kualitas kehamilan (Rahayu et al., 2019).

Anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar Hemoglobin (Hb)

didalam tubuh lebih rendah dibanding nilai normal. Biasanya anemia disebut

juga kurang darah yang lebih tepatnya adalah kekurangan jumlah sel darah

merah (eritrosit). Kadar normal Hb pada remaja putri berusia 12-15 tahun

adalah 12 g/dl. Yaitu apabila kadar Hb dibawah 12 g/dl maka kamu

mengalami anemia (Zuhrah & Rahmadia, 2020)

Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut

World Health Organization (WHO), prevalensi anemia dunia berkisar 40-

88%, angka kejadian anemia pada remaja putri di Negara-negara berkembang

sekitar 53,7% dari semua remaja putri, anemia sering menyerang remaja putri

disebabkan karena keadaan stress, haid, atau terlambat makanan(Kaimudin et

al., 2017).

Menurut data hasil Riskedas tahun 2013 remaja putri mengalami

anemia yaitu 37,1%, mengalami peningkatan menjadi 48,9% pada Riskesdas

2018, dengan proporsi anemia ada di kelompok umur 15-24 tahun dan 25-34

tahun. Faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian anemia pada

remaja diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya misalnya

vitamin A, vitamin C, folat, riboflavin dan vitamin B12, kesalahan dalam

konsumsi zat besi misalnya konsumsi zat besi bersamaan dengan zat lain yang

dapat mengganggu penyerapan zat besi tersebut (Hermiaty, 2021)

6
Prevalensi anemia pada perempuan di Indonesia mencapai 21,7%

dengan penderita anemia berumur 5 sampai 14 tahun sebesar 26,4% dan

18,4% penderita berumur 15-24 tahun. Apabila kejadian anemia mencapai

lebih dari 15%, maka prevalensi tersebut menjadi masalah kesehatan. Menurut

data hasil Riskesdas tahun 2018, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 48,9%

dengan proporsi anemia ada di kelompok umur 15 – 24 tahun dan 25 – 34

tahun (Frida, 2020). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bone tahun 2018

diperoleh jumlah anemia pada remaja sebesar 29, 76% dan pada tahun 2019

sebesar 22,70 % (Hasriani, 2019)

Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik, gizi yang

buruk atau gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga dapat menyebabkan

seseorang mengalami kekurangan darah. Faktor risiko terjadinya anemia

memang lebih besar pada perempuan di bandingkan kaum pria. Cadangan besi

dalam tubuh perempuan lebih sedikit daripada pria sedangkan kebutuhan per

harinya justru lebih tinggi. Seorang wanita atau remaja putri akan kehilangan

sekitar 1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara normal pada saat mentruasi

(Rahayu et al., 2019).

Menurut penelitian (Basith et al., 2017) menunjukkan bahwa faktor

yang berhubungan dengan anemia ialah lama menstruasi (p=0,003), panjang

siklus menstruasi (p=0,004), tingkat pendidikan orang tua (ibu) (p=0,000),

dan tingkat pendapatan orang tua (p=0,000). Faktor yang tidak berhubungan

dengan anemia adalah status gizi (p =0,064). Lama dan panjang siklus

7
menstruasi yang tidak normal dapat menyebabkan terjadinya anemia,

dikarenakan darah yang dikeluarkaan akan lebih banyak dari jumlah

normalnya. Tingkat pendidikan ibu dan pendapatan orag tua yang rendah akan

menyebabkan terjadinya anemia dikarenakan pemenuhan kebutuhan anak

yang kurang.

Menurut penelitian (Harahap, 2018) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan dengan kejadian anemia pada remaja putri di

SMP Negeri 8 Percut Sei Tuan adalah pengetahuan (p=0,037), pendapatan

orangtua (p=0,017), status gizi (p=0.009) dan menstruasi(p=0,000).

Sedangkan variabel yang tidak berhubungan secara signifikan adalah tingkat

pendidikan orangtua (p=0,339).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Melyani & Alexander,

2019) menjelaskan bahwa faktor -faktor yang berhubungan dengan anemia

pada remaja putri yaitu, Faktor Pengetahuan P=0.611, Faktor umur P=0.851,

Faktor pola makan P=1.144, Faktor status gizi P=0.041, Faktor pola

menstruasi P=1.000, Faktor penyakit yang disertai P=0.169, Faktor

pendapatan P=0.169. Artinya remaja putri yang memiliki status gizi kurus

mempunyai peluang 2.565 kali untuk mengalami anemia dibandingkan remaja

putri yang memiliki staus gizi yang normal.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan pe

nelitian tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kajadian Anemia

Pada Remaja Di Wiwlayah Kerja Puskesmas Barebbo Kabupaten Bone.

8
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian pada latar belakakng diatas maka dapat ditarik

rumusan masalah penelitian tentang “Apakah Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Diwilayah Kerja

Puskesmas Barebbo Kabupaten Bone”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Anemia Pada Remaja Diwilayah Kerja Puskesmas Barebbo

Kabupaten Bone.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor Status Gizi dengan kejadian anemia

b. Untuk mengetahui faktor Menstruasi dengan kejadian anemia

c. Untuk mengetahui faktor Pengetahuan dengan kejadian

anemia

d. Untuk mengetahui faktor Pola tidur dengan kejadian anemia

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

9
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan

dan memberi sumbangan ilmu serta merupakan salah satu bahan

bacaan bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi

yang terkait sebagai salah satu sumber informasi, bahan bacaan dan

masukan serta pengembangan ilmu pengetahuan di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Makassar.

3. Manfaat Praktis

Sebagai tambahan informasi mengenai peran perawat sehingga

dapat dilakukan evaluasi mengenai faktor-faktor penyebab anemia pa

da remaja.

4. Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

masyarakat terutama orang tua untuk menambah pengetahuan tentang

penyebab anemia pada remaja.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Remaja

10
1. Pengertian Remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescent berasal

dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk

mencapai kematangan. Anak dianggap dewasa apabila sudah mampu

mengadakan reproduksi . Masa remaja (adolescent) merupakan periode

transisi perkembangan masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang

melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio

emosional (Rahayu et al., 2019).

Orang dewasa sebagai sumber utama bagi anak dan remaja

untuk memperoleh informasi, semakin lama semakin langka karena

kesibukan. Banyak informasi yang diterima oleh remaja yang simpag

siur bahkan menyesatkan, oleh karena itu pemerintah harus

menyediakan informasi yang baik dan benar yang dapat diakses remaja

dengan cara dan dari sumber tang benar (Sopiah & Meti, 2021).

2. Fase Remaja

Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang

penting. Masa remaja adalah suatu periode dalam perkembangan yang

dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhir masa kanak-kanak

sampai dengan awal masa dewasa. Bagian dari masa kanak kanak itu

antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan terus

bertambah, sedangkan masa dewasa antara lain proses kematangan

semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan

11
kognitif yang ditandai dengan kemampuan berfikir secara abstrak

(Rahayu et al., 2019).

Masa remaja (adolescence) merupakan periode pertumbuhan

anak-anak menuju proses kematangan dari manusia dewasa. Pada

periode ini terjadi perubahan fisik, biologis, dan psikologis yang

sangat unik dan berkelanjutan. Selama masa remaja, seseorang akan

mengalami pertumbuhan fisik yang pesat. Dibandingkan dengan

periode lainnya setelah kelahiran, masa remaja mengalami

pertumbuhan terpesat kedua setelah tahun pertama kehidupan. Lebih

dari 20% total pertumbuhan tinggi badan dan sampai 50% massa

tulang tubuh telah dicapai pada periode ini.

Oleh sebab itu, kebutuhan zat gizi meningkat melebihi

kebutuhan pada masa anak-anak. proses biologis pada masa pubertas

ditandai oleh cepatnya pertumbuhan tinggi, berat badan, perubahan

komposisi jaringan, dan terdapat perubahan karakter seksual primer

dan sekunder. Secara biologis, psikologis, dan kognitif perubahan yang

terjadi pada saat remaja dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan.

Gizi yang baik selama remaja tidak hanya berpengaruh pada

optimalisasi pertumbuhan saat remaja, tetapi juga pencegahan penyakit

kronis setelah dewasa. Pada periode remaja ini juga perlu diperhatikan

masalah gizi untuk nantinya dapat meningkatkan kualitas kehamilan

(Rahayu et al., 2019).

12
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan,

terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu sebagai beikut (Rahayu

et al., 2019):

a. Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah jika

anak berusia 12 sampai 24 tahun

b. Usia remaja menurut Undang-undang Perlindungan Anak Nomor

23 Tahun 2002 adalah 10–18 tahun

c. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja

adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10–18 tahun (untuk

anak perempuan) dan 12–20 tahun (untuk anak laki-laki)

d. Menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 mengenai

Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai

21 tahun dan belum menikah

e. Menurut Undang-undang tentang Perburuhan, anak dianggap

remaja apabila telah mencapai umur 16–18 tahun atau sudah

menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal

f. Menurut Undang-undang tentang Perkawinan Nomor 1 Tahun

1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk

menikah, yaitu umur 16 tahun (untuk anak perempuan) dan 19

tahun (untuk anak laki-laki)

13
g. Menurut Pendidikan Nasional (Diknas), anak dianggap remaja bila

anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus

Sekolah Menengah.

B. Tinjauan Anemia

1. Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin,

hematokrit dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal sebagai

akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan esensial.

Anemia dikatakan sebagai suatu kondisi tidak mencukupinya

cadangan zat besi sehingga terjadi kekurangan penyaluran zat besi ke

jaringan tubuh. Tingkat kekurangan zat besi yang lebih parah

dihubungkan dengan anemia yang secara klinis ditentukan dengan

turunnya kadar hemoglobin sampai kurang dari 11,5 gr/dL. Anemia

defisiensi besi merupakan penyakit darah yang paling sering pada bayi

dan anak, serta wanita hamil. Secara sederhana dapatlah dikatakan

bahwa, defisiensi besi dapat terjadi bila jumlah yang diserap untuk

memenuhi kebutuhan tubuh terlalu sedikit, ketidakcukupan besi ini

dapat diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya

zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi. Bila

hal tersebut berlangsung lama maka defisiensi zat besi akan

menimbulkan anemia (Rahayu et al., 2019).

14
Anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar Hemoglobin

(Hb) didalam tubuh lebih rendah dibanding nilai normal. Biasanya

anemia disebut juga kurang darah yang lebih tepatnya adalah

kekurangan jumlah sel darah merah (eritrosit). Kadar normal Hb pada

remaja putri berusia 12-15 tahun adalah 12 g/dl. Yaitu apabila kadar

Hb dibawah 12 g/dl maka kamu mengalami anemia (Zuhrah &

Rahmadia, 2020).

2. Patofisiologi Anemia

Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya

simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang

digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi.

Tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi,

berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah

protoporpirin yang diubah menjadi darah dan akan diikuti dengan

menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan

cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb. Gejala anemia defisiensi

besi dibagi menjadi dua, yaitu tanda dan gejala anemia defisiensi besi

tidak khas serta tanda dan gejala anemia defisiensi besi yang khas.

Tanda dan gejala anemia defisiensi besi tidak khas hampir

sama dengan anemia pada umumnya yaitu cepat lelah atau kelelahan

karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga

metabolisme otot terganggu; nyeri kepala dan pusing merupakan

15
kompensasi dimana otak kekurangan oksigen karena daya angkut

hemoglobin berkurang; kesulitan bernapas, terkadang sesak napas

merupakan gejala, dimana tubuh memerlukan lebih banyak lagi

oksigen dengan cara kompensasi pernapasan lebih dipercepat;

palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan

peningkatan denyut nadi; dan pucat pada muka, telapak tangan, kuku,

membran mukosa mulut, dan konjungtiva (Rahayu et al., 2019).

3. Penyebab Anemia

Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik, gizi

yang buruk atau gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga dapat

menyebabkan seseorang mengalami kekurangan darah. Faktor risiko

terjadinya anemia memang lebih besar pada perempuan di bandingkan

kaum pria. Cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit

daripada pria sedangkan kebutuhan per harinya justru lebih tinggi.

Seorang wanita atau remaja putri akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat

besi melalui ekskresi secara normal pada saat mentruasi (Rahayu et al.,

2019)

Penyebab tersering anemia pada remaja adalah kekurangan zat

besi (Iron/Fe). Fe merupakan zat gizi mikro penting bagi tubuh

manusia. Fe diperlukan pada proses pembentukan struktur hemoglobin

(Hb) yang berperan mendistribusikan oksigen keseluruh tubuh. Fe

juga berperan dalam pembentukan kolagen (protein dalam tulang,

16
tulang rawan dan jaringan penyambung) serta terlibat pada berbagai

reaksi enzimatis didalam tubuh (Zuhrah & Rahmadia, 2020).

Menurut (Rahayu et al., 2019) empat kemungkinan dasar

penyebab anemia:

a. Asupan Zat Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh individu atau

masyarakat yang dapat mencerminkan hasil dari makanan yang

dikonsumsi, kemudian dicerna, diserap, didistribusikan,

dimetabolisme dan selanjutnya digunakan atau disimpan oleh

tubuh. Oleh karena itu status gizi seseorang sangat tergantung

pada zat gizi yang berasal dari makanan (Hasanah et al., 2013).

Status gizi remaja yang kurang maupun berlebih

merupakan masalah gizi remaja yang di karenakan perilaku

konsumsi makanan yang salah, yaitu keseimbangan antara

konsumsi nutrisi dengan kecukupan nutrisi yang dianjurkan.

Status gizi kurang terjadi apabila tubuh kekurangan zat-zat gizi

esensial dan sebaliknya jika tubuh kelebihan zat gizi maka

remaja akan menderita gizi lebih dan obesita. Selain itu,

meningkatnya aktivitas sekolah maupun berbagai aktivitas

organisasi dan ekstrakurikuler yang tinggi pada remaja akan

mempengaruhi kebiasaan makannya. Kebiasaan makan yang

ideal, yaitu frekuensi makan tiga kali sehari dengan rentang

17
waktu makan yang hampir sama dalam sehari, dan ditambah

dua makanan ringan porsi kecil yang menyehatkan. Pola

konsumsi makanan yang sering tidak teratur, sering jajan,

sering tidak sarapan, dan sama sekali tidak makan siang.

Kondisi tersebut, ditambah juga dengan kebiasaan

mengkonsumsi minuman yang menghambat absorbsi zat besi

akan mempengaruhi kadar hemoglobin. (Muhayati &

Ratnawati, 2019).

Remaja putri yang memiliki status gizi yang kurang

akan mengalami anemia, hal ini disebabkan karena asupan gizi

dalam tubuh kurang dan juga menyebabkan kebutuhan zat gizi

dalam tubuh tidak terpenuhi terutama kebutuhan gizi seperti

zat besi dimana zat besi merupakan salah satu komponen

terpenting dalam pembentukan hemoglobin, dengan kurangnya

asupan zat besi dalam tubuh akan menyebabkan berkurangnya

bahan pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah merah

tidak dapat melakukan fungsinya dalam mensuplai oksigen

yang akan mengakibatkan tejadinya anemia (Siregar, 2021)

Diet yang seimbang menghasilkan kecukupan asupan

zat gizi tetapi remaja putri sering berdiet dengan cara yang

kurang benar seperti melakukan pantangan-pantangan,

mengurangi frekuensi dan membatasi makan untuk mencegah

18
kegemukan sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan

dan kekurangan zat gizi yang dibutuhkan tubuh termasuk zat

besi, vitamin c, energi, protein.

1) Zat besi (Fe)

Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses

pembentukan sel darah merah. Selain itu zat besi

mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu

sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan

tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan

sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam

jaringan tubuh.

2) Vitamin C

Zat gizi yang telah dikenal luas sangat berperanan dalam

meningkatkan absorbsi zar besi adalah Vitamin C.

Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi zat besi non

heme sampai empat kali lipat, yaitu dengan merubah besi

feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah

diabsorbsi. Vitamin C menghambat pembentukan

hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan

besi bila diperlukan. Vitamin C pada umumnya hanya

terdapat pada pangan nabati, yaitu sayur dan buah

19
terutama yang asam seperti jeruk, nenas, rambutan,

papaya, gandaria, dan tomat.

3) Energi

energi merupakan zat gizi utama, jika asupan energi

tidak terpenuhi sesuai kebutuhan maka kebutuhan akan

zat gizi lainnya seperti protein, vitamin, mineral juga

sulit terpenuhi. Untuk menilai kecukupan konsumsi

pangan adalah dengan menilai kecukupan konsumsi

energi dan protein. Pada umumnya jika kecukupan

energi dan protein sudah terpenuhi dan dikonsumsi dari

beragam jenis pangan, maka kecukupan zat gizi lainnya

biasanya juga akan terpenuhi.

4) Protein

Protein dalam darah mempunyai mekanisme yang

spesifik sebagai carrier bagi transportasi zat besi pada

sel

mukosa. Protein itu disebut transferring yang disintesa

di

dalam hati dan transferin akan membawa zat besi dalam

darah untuk digunakan pada sintesa hemoglobin.

Dengan berkurangnya asupan protein dalam makanan,

sintesa transferring akan terganggu sehingga kadar

20
dalam darah akan turun. Rendahnya kadar transferring

dapat menyebabkan transportasi zat besi tidak dapat

berjalan dengan baik, akibatnya kadar Hb akan

menurun.

b. Kehilangan darah (Menstruasi)

Haid atau menstruasi adalah salah satu proses alami

seorang perempuan yaitu proses dekuamasi atau meluruhnya

dinding Rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar

melalui vagina. Menstruasi atau haid adalah perubahan

fisiologis dalam tubuh perempuan yang terjadi secara berkala

dan dipengaruhi oleh hormone reproduksi. Periode ini penting

dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini bisa terjadi setiap

bulan antara usia pubertas dan menopause (Utri, 2020).

Pola menstruasi normal yaitu siklusnya berlangsung

selama 21-35 hari, lamanya adalah 2-8 hari dan jumlah darah

yang dikeluarkan kira-kira 20-80 ml perhari. Pola menstruasi

yang tidak normal atau disebut juga gangguan menstruasi yaitu

apabila menstruasi yang siklus, lama dan jumlah darahnya

kurang atau lebih dari yang diuraikan diatas. Pada umumnya

siklus menstruasi berlangsung 28 hari. Siklus normal

berlangsung 21-35 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada tiap

wanita dan hamper 90% wanita memiliki siklus 25-35 hari dan

21
hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun

beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur. Panjang

siklus menstruasi dihitung dari hari pertama yang kemudian

dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu 1 hari sebelum

perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai (Siregar,

2021).

Pola menstruasi merupakan serangkaian proses

menstruasi yang meliputi siklus menstruasi, lama perdarahan

menstruasi dan dismenorea. Siklus menstruasi merupakan

waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya

menstruasi periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus

menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi

yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Siklus

menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari

dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari

dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari. Setiap hari

ganti pembalut 2-5 kali. Panjangnya siklus menstruasi ini

dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres,

genetik dan gizi (Siregar, 2021).

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada

umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8

hari masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah

22
menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan

endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya

tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan

aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran

sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi

yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal

yang aktif di dalam endometrium. (Utri, 2020)

Lama haid diklasifikasikan menjadi normal dan tidak

normal. Normal apabila lama haid < 8 hari, dan di luar itu

diklasifikasikan ke tidak normal. Siklus menstruasi juga

mempengaruhi kejadian anemia. Menstruasi adalah perubahan

fisiologis yang dipengaruhi oleh hormon dan terjadi dalam

tubuh wanita secara berkala . Siklus menstruasi merupakan

jarak seseorang mengalami menstruasi pada waktu lalu dengan

menstruasi berikutnya. Anemia dapat terjadi pada remaja putri

apabila mengalami siklus menstruasi pendek (Farinendya et al.,

2019).

c. Pengetahuan

Pengetahuan tentang anemia dan faktor risiko anemia

pada remaja adalah hal yang penting bagi kesehatan

masyarakat karena ini adalah jendela peluang untuk intervensi

berbasis sekolah untuk meningkatkan kesehatan remaja

23
(Siregar, 2021). Pengetahuan gizi adalah kemampuan

seseorang untuk mengingat kembali kandungan gizi makanan,

sumber serta kegunaan zat gizi tersebut didalam tubuh.

Pengetahuan gizi ini mencakup proses kognitif yang

dibutuhkan untuk menggabungkan informasi gizi dengan

perilaku makan agar struktur pengetahuan yang baik tentang

gizi dan kesehatan dapat dikembangkan.

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang

pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang

bersangkutan. Perubahan gaya hidup saat ini dipengaruhi oleh

banyak hal, salah satu pengetahuan gizi. Semakin baik

pengetahuan gizi seseorang maka akan memperlihatkan

kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsinya. Orang

yang memiliki pengetahuan gizi baik akan lebih banyak

menggunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan

dibandingkan dengan panca indera dalam pemilihan makanan.

Pengetahuan gizi yang tidak baik selalu mendasari pilihan

makanan yang tidak bergizi, hal ini masih dipengaruhi oleh

kebiasaan dan kemampuan daya beli (Siregar, 2021)

24
d. Pola Tidur

Tidur merupakan proses yang sangat dibutuhkan oleh

manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru,

perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu organ

tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan

metabolisme dan biokimiawi tubuh. Waktu tidur yang kurang

akan berdampak bagi tubuh karena proses biologis yang terjadi

saat tidur akan ikut terganggu antara lain pembentukan kadar

hemoglobin yang terganggu sehingga menjadi lebih rendah

dari nilai normalnya. Kualitas tidur dipengaruhi oleh berbagai

faktor seperti stres dan kecemasan yang berlebihan, penyakit,

kurang olah raga, pola makan buruk, konsumsi alkohol, kafein,

nikotin, keadaan ramai, perbedaan suhu, perubahan lingkungan

sekitar dan efek samping obat (Astuti, 2017)

Kebutuhan waktu tidur yang tidak dapat tercukupi akan

memberikan dampak negatif bagi tubuh karena proses biologis

yang terjadi saat tidur akan mengalami gangguan juga antara

lain pembentukan kadar hemoglobin yang terganggu sehingga

menjadi lebih rendah dari nilai normalnya. Menurut (Garno et

al., 2020) seseorang tidak cukup jika hanya mengukur

kebutuhan tidurnya hanya melalui durasi tidur (kuantitas tidur),

tetapi juga seberapa cukup kedalaman tidur (kualitas tidur).

25
Kualitas tidur terdiri dari segi kuantitatif dan kualitatif tidur,

antara lain seberapa lama tidurnya, waktu yang diperlukan

untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif

seperti kedalaman dan kepulasan tidur.

Kualitas tidur dapat dikategorikan baik apabila tidak

memperlihatkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak

mengalami masalah ketika tidur, kualitas tidur yang buruk

adalah faktor resiko terjadinya masalah fisik dan psikologis.

Tidur yang dalam terjadi pada fase Non-Rapid Eye Movement

(NREM). Pada tahap ini terjadi sekresi hormon untuk

merangsang perbaikan dan pembaharuan sel-sel tubuh

termasuk sel darah. Fase non Rapid Eye Movement (NREM)

berlangung selama 70-100 menit. Untuk remaja yang berusia

14-17 tahun umumnya membutuhkan waktu tidur sebanyak 8-

10 jam saja. 

Dengan demikian apabila sesorang tidak mencapai

kedalaman tidur maka kemungkinan orang tersebut dapat

menderita anemia. Kualitas tidur yang buruk akan

menyebabkan sistem saraf simpatik dan para simpatik tidak

seimbang. Sehingga meningkatkan hormon seseorang.

Meningkatnya hormon tersebut dapat memicu sirkulasi darah

26
tidak lancar sehingga berdampak buruk pada ibu hamil dan

dapat memicu terjadinya anemia (Garno et al., 2020).

Pencegahan dan Penanggulangan Anemia. Tindakan penting

yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain:

a. Konseling untuk membantu memilih badan makanan dengan

kadar besi yang cukup secara rutin pada usia remaja

b. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging,

ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang

mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan

abssorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh

es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu

pada saat makan.

c. Suplementasi besi, merupakan cara untuk menanggulangi ADB di

daerah dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi ada

remaja dosis 1 mg/kgBB/hari

d. Untuk meningkatkan absobsi besi, sebaiknya suplementasi besi

tidak diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang

mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate

dan kalsium.

e. Skrining anemia, pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih

merupakan pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi.

27
4. Tanda dan Gejala Anemia

Sebenarnya anemia hanya bisa kita ketahui melalui

pemeriksaan dilaboratorium. Namun demikian ada beberapa tanda dan

gejala yang dapat dijadikan petunjuk seseorang terjena anemia. Beriku

adalah tanda dan gejala biasanya yang akan kita temukan pada

penderita anemia :

a. Cepat merasa lelah

b. Lemah

c. Sesak nafas

d. Pucat

e. Pusing terutama saat berubah posisi

f. Sakit kepala

g. Jantung berdebar-debar

h. Tangan terasa dingin

i. Nyeri dada

Tidak semua tanda dan gejala ini harus ada, namun bila kamu

tampak pucat dan sering mengantuk padahal tidurmu terasa cukup

dan nyenyak, maka sebaiknya segeralah kedokter untuk

mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dan terapi yang sesuai.

Tabel I

No Judul penelit Jenis penelitia Populasi dan Hasil

28
ian n sampel

1 Faktor-fakto Penelitian obs responden be Hasil penelitian menunjukka

r yang berhu ervasional an rjumlah 50 or n faktor yang berhubungan d

bungan deng alitik dengan ang. Kriteria engan anemia ialah lama me

an kejadian pendekatan cr dalam penelit nstruasi (p=0,003), panjang s

anemia pada oss sectional ian ini adalah iklus menstruasi (p=0,004), t

remaja putri menggunakan bersedia menj ingkat pendidikan orang tua

metode proba asi responden (ibu) (p=0,000), dan tingkat

bility samplin dalam penelit pendapatan orang tua (p=0,0

g dengan tekn ian ini, sudah 00). Faktor yang tidak berhu

ik cluster sam pernah meng bungan dengan anemia adala

pling alami h status gizi (p =0,064).

menstruasi, re

sponden ting

gal bersama o

rang tua, dan

tidak sedang

sakit.

2 Faktor- fakt jenis penelitia Populasi yan penelitian menunjukkan bah

or yang berh n ini bersifat s g digunakan wa terdapat hubungan yang s

ubungan den urvei analitik dalam penelit ignifikan dengan kejadian an

29
gan kejadian dengan pende ian ini sebaga emia pada remaja putri di S

anemia pada katan Cross s i subjek kasus MP Negeri 8Percut Sei Tuan

remaja putri ectional. adalah remaja adalah pengetahuan (p=0,03

putri SMP Ne 7), pendapatan orangtua (p=

geri 8 Percut 0,017), status gizi (p=0.009)

Sei Tuan Kab dan menstruasi (p=0,000). S

upaten Deli S edangkan variabel yang tidak

erdang tahun berhubungan secara signifika

2018 berjuml n adalah tingkat pendidikan

ah 188 orang orangtua (p=0,339).

dan sampel d

alam peneliti

an berjumlah

65 sampel.

3 Faktor-fakto Penelitian ini Jumlah popul Hasil penelitian yang telah di

r yang berhu menggunakan asi 376 respo lakukan menjelaskan bahwa

bungan deng metode Obser nden dan bes faktor-faktor yang berhubun

an kejadian vasional Anal ar sampel seb gan dengan anemia pada rem

anemia pada itik dengan pe anyak 102 res aja putri yaitu:Faktor Penget

remaja putri ndekatan seca ponden yang ahuanP=0.611,Faktor umur

di sekolah s ra Cross Secti memenuhi kri P=0.851,Faktor pola makan

30
mpn 09 pont onal dan peng teria inklusi d P=1.144,Faktor status gizi P

ianak tahun ambilan samp iuji menggun =0.041,Faktor pola menstrua

2019 el menggunak akan SPSS 1 si P=1.000,Faktor penyakit y

an teknik Tot 6.0. ang disertai P=0.169,Faktor

al Sampling pendapatan P=0.169.

menggunakan

instrumen kue

sioner.

V. KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang di Teliti

Anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar Hemoglobin (Hb)

didalam tubuh lebih rendah dibanding nilai normal. Biasanya anemia disebut

juga kurang darah yang lebih tepatnya adalah kekurangan jumlah sel darah

merah (eritrosit). Kadar normal Hb pada remaja putri berusia 12-15 tahun

adalah 12 g/dl. Apabila remaja mengalami anemia bisa berdampak buruk

terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja

dan produktifitas, berbagai upaya dapat dilakukan salah satunya yaitu

mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya anemia. Faktor

31
anemia itu sendiri yaitu status gizi, menstruasi, faktor pengetahuan dan pola

tidur.

1. Status gizi

Remaja putri yang memiliki status gizi yang kurang akan mengalami

anemia, hal ini disebabkan karena asupan gizi dalam tubuh kurang dan

juga menyebabkan kebutuhan zat gizi dalam tubuh tidak terpenuhi

terutama kebutuhan gizi seperti zat besi dimana zat besi merupakan

salah satu komponen terpenting dalam pembentukan hemoglobin,

dengan kurangnya asupan zat besi dalam tubuh akan menyebabkan

berkurangnya bahan pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah

merah tidak dapat melakukan fungsinya dalam mensuplai oksigen yang

akan mengakibatkan tejadinya anemia

2. Menstruasi

Siklus dan waktu menstruasi juga mempengaruhi kejadian anemia.

Menstruasi adalah perubahan fisiologis yang dipengaruhi oleh hormon

dan terjadi dalam tubuh wanita secara berkala. Siklus menstruasi

merupakan jarak seseorang mengalami menstruasi pada waktu lalu

dengan menstruasi berikutnya . Anemia dapat terjadi pada remaja putri

apabila mengalami siklus menstruasi pendek kurang dari batas normal

karena dapat menyebabkan keluarnya darah banyak.

3. Pengetahuan

32
Pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan

perilakunya dalam pemilihan makanan yang selanjutnya juga akan

berpengaruh terhadap keadaan gizinya. Rendahnya pengetahuan remaja

tentang anemia mengakibatkan kurangnya konsumsi makanan yang

dapat mendorong penyerapan zat besi. Pengetahuan gizi ini mencakup

proses kognitif yang dibutuhkan untuk menggabungkan informasi gizi

dengan perilaku makan agar struktur pengetahuan yang baik tentang gizi

dan kesehatan dapat dikembangkan. Tingkat pengetahuan gizi seseorang

dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada

keadaan gizi individu yang bersangkutan.

4. Pola Tidur

Tidur merupakan proses yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk

pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang

rusak, memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk

menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Seseorang

tidak cukup jika hanya mengukur kebutuhan tidurnya hanya melalui

durasi tidur (kuantitas tidur), tetapi juga seberapa cukup kedalaman tidur

(kualitas tidur). Kualitas tidur terdiri dari segi kuantitatif dan kualitatif

tidur, antara lain seberapa lama tidurnya, waktu yang diperlukan untuk

bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman

dan kepulasan tidur. Untuk remaja yang berusia 14-17 tahun umumnya

membutuhkan waktu tidur sebanyak 8-10 jam saja

33
B. Pola Pikir Variabel yang di Teliti

Pola pikir dalam penelitian ini digunakan dalam bentuk skema seperti

di bawah ini.

Keterangan :

Status gizi

Menstruasi
Kejadian Anemia

Pengetahuan

Pola tidur

Gambar 2.1 Pola Pikir Variabel

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Garis Hubungan

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Status Gizi

a. Definisi

Status gizi adalah status kesehatan pada remaja yang diukur

dengan cara menggunakan perhitungan Indeks Massa Tubuh

34
berdasarkan umur pada remaja dengan kategori gizi buruk, gizi

kurang, gizi baik, gizi lebih, dan obesitas.

b. Kriteria Objektif

1) Gizi Buruk : < -3 SD

2) Gizi kurang : -3 SD s.d < -2 SD

3) Gizi baik : -2 SD s.d +1 SD

4) Gizi lebih : > + SD s.d +2 SD

5) Obesitas : > + 2 SD

2. Kehilangan darah (Menstruasi)

a. Definisi

Lama Menstruasi atau haid adalah teratur atau tidak teraturnya

pengeluaran darah pada remaja putri setiap bulan yang diukur

dari jumlah hari menstruasi dan jumlah hari kehilangan banyak

darah yang diklasifikasikan menjadi normal dan tidak normal.

b. Kriteria Objektif

1) Normal : Lama Haid < 8 Hari

2) Tidak Normal : Lama Haid > 8 Hari

3. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan adalah pemahaman yang dimiliki oleh remaja

tentang faktor-faktor penyebab terjadinya anemia, yang diukur

35
dengan menggunakan kuesioner. Tingkat pengetahuan

dikategorikan menjadi pengetahuan cukup dan pengetahuan

kurang.

b. Kriteria Objektif

1) Pengetahuan cukup : Apabila skor ≥ 50%

2) Pengetahuan kurang : Apabila skor < 50%

4. Pola Tidur

a. Definisi

Pola tidur adalah pola kebiasaan remaja putri mengistirahatkan

tubuh dengan memejamkan mata sehari-hari. Yang diukur

dengan menggunakan skala NREM yang terdiri dari waktu

Tidur, jam tidur siang dan malam dan alasan jika begadang atau

terjadi gangguan saat tidur. Dengan kategori penilaian normal

dan tidak normal.

b. Kriteria Objektif

1) Normal : Apabila Tidur 8-10 Jam

2) Tidak Normal : Apabila Tidur < 8 Jam dan > 10 jam

VI. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

36
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

berbentuk penelitian deskriptif. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu

pendekatan cross sectional artinya pengukuran variabel hanya dilakukan satu

kali pada suatu saat. dan pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive

Sampling menggunakan instrumen kuesioner.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang di pilih yaitu di Wilayah Kerja Puskesmas

Barebbo Kabupaten Bone.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan tahun 2022

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 90 remaja SMP yang berdomisili di

Kecematan Barebbo Kabupaten Bone.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja SMP di Wilayah Kerja

Puskesmas Barebbo Kabupaten Bone.

3. Tehknik Pengambilan Sampel

37
Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive

Sampling yaitu suatu tehknik pengambilan sampel dimana peneliti

mengandalkan penilaiannya sendiri ketika memilih anggota populasi

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

N
n=
1+ N (d )²

Keterangan :

n= Jumlah sampel

N= Jumlah Populasi

d= Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05)

N
=
1+ N (d )²

90
=
1+ 90 ( 0,05 x 0,05 )

90
=
1+ ( 90 X 0,0025 )

90
=
1+ 0,225

90
=
1,225

38
= 73

Sehingga, sampel yang dibutuhkan sebesar 73

Tehknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain :

1. Jenis data

a. Data primer

Dta primer adalah data yang diperoleh dari pasien anemia dengan

metode wawancara langsung yang dilakukan di wilayah kerja

puskesmas dengan menggunakan kuisioner.

b. Data sekunder

Data sekunder pada penelitian ini dilakukan di nstansi yang terkait

dengan penelitian yaitu data diambil dari kunjungan penderita

anemia yaitu pemeriksaan Hb pada tahun 2022 diwilayah kerja

Puskesmas Barebbo.

2. Prosedur pengumpulan data

Pada penelitian ini prosedur pengumpulan data dengan menggunakan

lembar kuisioner dan wawancara.

3. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuisioner.

D. Pengumpulan Data

39
Dalam mendapatkan data dalam penelitian ini, instrumen yang diguakan yaitu

berupa angket/kuisioner yang berisi daftar pertanyaan-pertanyaan tertentu

dimana orang hanya diminta untuk memilih satu jawaban saja. Kuisioner

tersebut digandakan beberapa rangkap atau lembar sesuai dengan jumlah orang

yang akan diteliti.

E. Pengolahan Data

Dari hasik data dengan menggunakan kuisioner dilanjut melalui tabel distribusi

yang dikonfirmasikan dalam bentuk presentase dan narasi.

Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut :

1. Penyunting (Editing)

Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data

atau setelah data terkumpul.

2. Pengkodean (Coding)

Yaitu pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang berupa

kalimat atau huruf.

3. Pemasukan data (Entry Data)

Yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

program pengolahan data.

4. Pembersihan (Cleaning)

Yaitu pengecekan kembali kemungkinan kesalahan seperti kode,

kelengkapan, dan sebgaainya.

40
F. Analisis Data

Analisis Univariat

Data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat yang dilakukan

terhadap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini mengahsilkan preentase

variabel yang diteliti.

G. Penyajian Data

Penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi

H. Etika penelitian

Etika penelitian meliputi :

1. Informed Consent (Lembar persetujuan)

Diberikan kepada subyek yang akan diteliti. Peneliti menjelaskn maksud

dan tujuan riset yang akan dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi

selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jka

responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan

tetap menghormati hak-haknya.

2. Anonymity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responde, peneliti tidak boleh mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi

kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Condidentiality (Kerahasiaan)

41
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok

data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

DAFTAR PUSTAKA

Adhitia, P. E., & Fembi Pembronia nona. (2021). KONSEP KEPERAWATAN ANAK
(Y. Nelista (ed.)). Media Sains Indonesia.

Astuti, I. A. (2017). Hubungan Pola Tidur Terhadap Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri SMA di Kabupaten Bantul. Universitas Alma Ata Yogyakarta, 1–18.

42
Basith, A., Agustina, R., & Diani, N. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Dunia Keperawatan, 5(1), 1.
https://doi.org/10.20527/dk.v5i1.3634

Farinendya, A., Muniroh, L., & Buanasita, A. (2019). Hubungan Tingkat Kecukupan
Zat Gizi dan Siklus Menstruasi dengan Anemia pada Remaja Putri. Amerta
Nutrition, 3(4), 298. https://doi.org/10.20473/amnt.v3i4.2019.298-304

Frida, K. (2020). HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI


SERTA PAPARAN MEDIA INFORMASI TERHADAP PERILAKU
PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA MUHAMMADIYAH 04 KOTA DEPOK.
Edu Dharma Journal, 4(1), 1–9.

Garno, C., Putri, S. I., & Suhartik. (2020). Hubungan Kualitas Tidur dan Konsumsi
Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil. Jurnal Informasi Kesehatan
Indonesia, 6(1), 19–25.

Harahap, N. R. (2018). Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia


Pada Remaja Putri. Nursing Arts, 12(2), 78–90.
https://doi.org/10.36741/jna.v12i2.78

Hasanah, D. N., Febrianti, F., & Minsarnawati, M. (2013). Hubungan Status Gizi
Dengan Status Menarche Pada Remaja (Usia 10-15 Tahun) Di Indonesia Tahun
2010. Hubungan Status Gizi Dengan Status Menarche Pada Remaja (Usia 10-
15 Tahun) Di Indonesia Tahun 2010, 4(1), 1–10.

Hasriani, H. (2019). Pengaruh Stress Akibat Belajar dari Rumah (BDR) dan Pola
Menstruasi Terhadap Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. 4(1), 1–7.
http://kiss.kstudy.com/journal/thesis_name.asp?tname=kiss2002&key=3183676

Hermiaty, N. (2021). ANGKA KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA DI

43
INDONESIA. Pediatrics and Neonatology, 62(2), 165–171.
https://doi.org/10.1016/j.pedneo.2020.11.002

Kaimudin, N., Lestari, H., & Afa, J. (2017). Skrining Dan Determinan Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri Sma Negeri 3 Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Unsyiah, 2(6), 185793.
https://doi.org/10.37887/jimkesmas

Melyani, & Alexander. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SEKOLAH SMPN
09 PONTIANAK TAHUN 2019. 9, 394–403.

Muhayati, A., & Ratnawati, D. (2019). Hubungan Antara Status Gizi dan Pola Makan
dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
Indonesia, 9(01), 563–570. https://doi.org/10.33221/jiiki.v9i01.183

Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., & Anggraini, L. (2019). BUKU REFERENSI
METODE ORKES-KU (RAPORT KESEHATANKU) DALAM
MENGIDENTIFIKASI POTENSI KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA REMAJA
PUTRI (M. S. Noor, F. Rahman, D. Rosadi, A. R. Sari, N. Laily, & V. Y. Anhar
(eds.); Atikah Rah). CV Mine.

Siregar, A. R. (2021). Analisis tingkat pengetahuan remaja putri terhadap anemia di


kecamatan percut sei tuan skripsi. 1–53.
Sopiah, S. I., & Meti, S. (2021). KONSELING ANEMIA REMAJA (E. Daryanti (ed.);
Cetakan Pe). Edu Publisher.
Utri, P. (2020). Pola Menstruasi Dengn Terjadinya Anemia Pada Remaja. Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 11(2), 314–327.
Zuhrah, T., & Rahmadia, E. K. (2020). AKU SEHAT TANPA ANEMIA. WP.

44
45
L
A
M
P
I
R
A
N

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA
PADA REMAJA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
BAREBBO KAB.BONE

A. Identitas Sampel
1. Kode Sampel :
2. Nama Sampel :

46
3. Tanggal Lahir :
4. Umur :
5. Alamat :
6. Kelas :
7. Konsumsi tablet FE :
B. Biokimia
1. Kadar Hemoglobin :
2. Status Anemia :
3. BB :
4. TB :
C. Menstruasi
1. Umur Menarche :
2. Siklus Haid :
3. Lamanya :
4. Normal/Tidak Normal :
D. Pola tidur
1. Waktu Tidur :
2. Jam Tidur Siang :
3. Jam Tidur Malam :
4. Alasan jika begadang :
E. Pengetahuan
1. Apakah yang dimaksud dengan Anemia?
a. Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari
normal
b. Darah rendah dalam tubuh
c. Suatu keadaan kadar hemoglobinnya meningkat
2. Apa saja tanda dan gejala dari Anemia?
a. Cepat lelah,pucat pada kulit dan telapak tangan
b. Diare dan kejang
c. Nyeri dada dan kaki pegal
3. Menurut anda, apa penyebab remaja putri lebih beresiko terkena
anemia adalah?
a. Remaja putri cenderung lebih sering melakukan diet
b. Sering mengkonsumsi makanan siap saji seperti bakso dan mie
ayam
c. Kehilangan darah akibat peristiwa haid setiap bulannya
4. Menurut anda, kelompok yang paling beresiko menderita Anemia:
a. Remaja putri
b. Remaja putra

47
c. Lansia ( lanjut usia )
5. Menurut anda, berapa kadar Hb normal pada remaja putri adalah?
a. Kadar Hb < 12g/dl
b. Kadar Hb > 12g/dl
c. Kadar Hb < 13g/dl
6. Dampak Anemia terhadap remaja putri adalah
a. Konsentrasi belajar menurun
b. Selalu terlambat datang bulan
c. Bibir pecah-pecah
7. Kebiasaan yang dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh
adalah
a. Kebiasaan merokok
b. Kebiasaan minum Teh/kopi bersamaan sewaktu makan
c. Kebiasaan tidur terlalu larut malam
8. Faktor apa yang menyebabkan wanita kehilangan zat besi yang
berlebihan dalam tubuh
a. Menstruasi
b. Kurang konsumsi makanan yang bergizi
c. Tidak tau
9. Vitamin berikut yang membantu penyerapan zat besi didalam tubuh
adalah
a. Vitamin C
b. Vitamin D
c. Vitamin E
10. Anemia pada remaja putri dapat dicegah dengan banyak
mengkonsumsi ?
a. Makanan yang berlemak seperti coklat
b. Makanan sumber zat besi, seperti daging sapi,hati ayam
c. Makanan yang lunak seperti bubur
11. Dibawah ini yang merupakan makanan sumber zat besi atau makanan
penambah darah yang berasal dari hewani adalah :
a. Ikan dan nasi
b. Tahu dan Tempe
c. Hati ayam dan daging sapi
12. Hal yang anda ketahui sebagai calon ibu nantinya tentang dampak jika
menderita Anemia pada masa kehamilan ( persalinan ) adalah?
a. Mual dan muntah pada saat kehamilan
b. Rambut rontok pada saat kehamilan

48
c. Adanya resiko keguguran dan pendarahan pada saat
melahirkan
13. Dibawah ini yang merupakan makanan sumber zat besi atau makanan
penambah darah yang berasal dari nabati adalah:
a. Daun singkong dan bayam
b. Tahu dan tempe
c. Ikan dan nasi
14. Vitamin yang sangat berperan dalam meningkatkan zat besi adalah
a. Vitamin A
b. Vitamin C
c. Vitamin D
15. Vitamin C merupakan zat gizi yang sangat berperan dalam
meningkatkan penyerapan
a. Karbohidrat
b. Lemak
c. Zat besi
a. Adanya resiko keguguran dan pendarahan pada saat
melahirkan

49

You might also like