You are on page 1of 71

Hubungan Kualitas Tidur Dengan Pasien Hipertensi

Di RSU. Royal Prima Medan

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran


Universitas Prima Indonesia

Dosen Pembimbing : dr. Suhartina, M.KM


Ketua Peneliti : Elza Fahliza Ismar (173307010085)
Anggota peneliti : Elizabeth Kangga (173307010090)

PROGRAM STUDI S1- PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Hubungan Kualitas Tidur Dengan Pasien

Hipertensi Di RSU. Royal Prima Medan

Nama Mahasiswa : Elza Fahliza Ismar

Nomor Induk Mahasiswa : 173307010085

Program Studi : Pendidikan Dokter

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan sidang panitia ujian akhir
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Kedokteran
Universitas Prima Indonesia dan dinyatakan lulus pada tanggal
(29/01/2021).

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Pembimbing Penguji

dr. Suhartina, MKM dr. Sri Lestari Ramadhani Nasution, MKM


NIDN 0107036801 NIDN 0121019201

Dekan Fakultas Kedokteran


Universitas Prima Indonesia

dr. Linda Chiuman, M.K.M, AIFO-K


NIDN 0120068803

ii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Elza Fahliza Ismar

NIM : 173307010085

Judul : Hubungan Kualitas Tidur Dengan Pasien Hipertensi Di RSU. Royal

Prima Medan

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya (skripsi) adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Program Studi
Universitas Prima Indonesia, maupun diperguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan
masukan tim penelaah/ tim penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyatan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
nomor yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Medan, 28 Desember 2020


Ketua Peneliti,

Elza Fahliza Ismar


NIM. 173307010085

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Hubungan Kualitas Tidur Dengan Pasien Hipertensi Di
RSU. Royal Prima Medan” yang merupakan salah satu syarat kelulusan
pendidikan Sarjana Kedokteran (S,Ked) di Fakultas Kedokteran Universitas Prima
Indonesia.
Pada penyusunan skripsi ini, penulis mendapat pengarahan dan bimbingan
serta masukan yang banyak dari berbagai pihak. Penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Chrismis Novalinda Ginting, S.KM, M.KES. selaku Rektor
Universitas Prima Indonesia.
2. dr. Linda Chiuman, M.K.M, AIFO-K. selaku Dekan Universitas Prima
Indonesia yang telah membimbing penulis selama mengikuti proses
perkuliahan di Universitas Prima Indonesia.
3. Dr. dr. I. Nyoman E. L, M.Kes, AIFM. selaku Ketua Yayasan Perguruan
Tinggi Prima Indonesia yang telah menyediakan sarana dan prasarana bagi
penulis selama mengikuti perkuliahan di Universitas Prima Indonesia.
4. dr. Suhartina, MKM. selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan kesabaran, untuk mendukung, membimbing, dan mengarahkan
penulis dalam penyelesaian proposal ini.
5. dr. Sri Lestari Ramadhani Nasution, MKM. yang telah mengajari dan
membimbing penulis dengan sabar selama masa perkuliahan di Universitas
Prima Indonesia.
6. Kedua orang tua penulis serta keluarga yang selalu memberikan do’a,
dukungan moril atau materil serta motivasi yang paling besar sehingga
penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

iv
7. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis mahasiswa FK UNPRI stambuk
2017 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberi
motivasi dan kebersamaan sejak hari pertama kuliah hingga sekarang.
8. Seluruh dosen pengajar dan pegawai staf akademik Fakultas
Kedokteran Universitas Prima Indonesia Medan.
9. Serta semua pihak yang telah membantu selama penulisan dan penyusunan
skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penyusun khususnya,
Penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Medan, 28 Desember 2020


Ketua Peneliti

Elza Fahliza Ismar


NIM. 173307010085

v
ABSTRAK

Hubungan Kualitas Tidur Dengan Pasien Hipertensi Di RSU. Royal Prima


Medan
Hipertensi ialah ketika tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik mencapai > 90 mmHg. Gejala penyakit hipertensi dapat
mempengaruhi gangguan kualitas tidur penderita dan sebagian penderita kadang
tidak merasakan gejala sehingga hipertensi disebut dengan Silent Killer. Pada usia
lanjut dibutuhkan waktu tidur 5-8 jam untuk memelihara keadaan fisik karena
semakin bertambah usia fungsi organ tubuh semakin berkurang.
Penelitian berikut bertujuan untuk menilai hubungan kualitas tidur dengan
pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan. Jenis penelitian ini
adalah penelitian observational analitik serta menggunakan desain cross-
sectional. Sampel yang diperlukan pada penelitian ini berupa 38 responden yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel pada penelitian ini diambi dengan
teknik purposive sampling. Instrumen penelitian kuesioner PSQI dan tensimeter
digital dengan teknik analisis data ialah analisis univariat untuk menjabarkan
penyebaran angka karakteristik responden (umur dan jenis kelamin), kualitas tidur
dan hipertensi. Analisis bivariat memakai uji statistik chi square dan korelasi
spearman melalui derajat kemaknaan 5%.
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik usia diperoleh mayoritas
responden lansia akhir (56-65 tahun) sebanyak 13 orang (34,2%). Karakteristik
jenis kelamin diperoleh mayoritas responden ialah perempuan sebanyak 20 orang
(52,6%). Distribusi frekuensi tekanan darah responden didapatkan mayoritas
responden hipertensi stadium 1 dan stadium 2 sebanyak 14 orang (36,8%) dan
kualitas tidur responden ditemukan kebanyakan kejadian berupa kualitas buruk
dengan total 23 orang (60,5%). Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman diperoleh
p value sebesar 0,029 (p<0,05) dimana terdapat hubungan kualitas tidur dengan
pasien hipertensi di RSU. Royal Prima Medan dan didapatkan hasil correlation
coefficient (r) sebesar 0,852 yang dapat dinyatakan bahwa memiliki kekuatan
hubungan yang sangat kuat.

Kata Kunci : Kualitas tidur, Hipertensi

vi
ABSTRACT

The Correlation Between Sleep Quality With Hypertension In RSU. Royal


Prima Medan
Hypertension is when the systolic >140 mmHg and diastolic >90 mmHg.
Hypertension can affect sleep quality and because some of patient doesn’t have
the symptoms of hypertension, it is known as silent killer. Eldery people need 5-8
hours of sleep to maintain their physical condition because as we age the organ
function is decreasing.
The aim of this study is to know the correlation between sleep quality and
hypertension in RSU ROYAL PRIMA MEDAN. This study used analytic
observational with cross sectional design. The sample of this study was 38
respondents who met the inclusion and exclusion criteria. The sampling technique
used purposive sampling technique. The research instrument was the PSQI
questionnaire and digital sphygmomanometer with data analysis techniques was
univariate analysis to describe the frequency distribution of respondent
characteristics (age and gender), sleep quality and hypertension. Bivariate
analysis used the chi square statistical test and Spearman correlation with a
significance degree of 5%.
The results of the study based on the age, the majority of the respondents
were late elderly respondents (56-65 years) as many as 13 people (34.2%). From
the gender, the majority of respondents were women as many as 20 people
(52.6%). Distribution of respondent’s blood pressure found that the majority of
respondents with stage 1 hypertension and stage 2 hypertension were 14 people
(36.8%) and the majority of respondents with poor quality sleep were 23 people
(60.5%). Based on the results of the Spearman correlation test, it was obtained a
p value of 0.029 (p <0.05), which means that there was a relationship between
sleep quality and hypertension patients in RSU ROYAL PRIMA MEDAN and the
results of the correlation coefficient (r) was 0.852 which can be stated that it has
a very strong correlation.
Keywords: Sleep Quality, Hypertension

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI :
Nama Elza Fahliza Ismar
NIM Qq1 173307010085
Tempat, TanggalMedan
Lahir Desa Kelambir, 29 April 1999
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Agama Kristen Islam
Alamat Dusun V Desa Klambir, Perumahan Desa
Klambir Bumi Permai Blok I no. 6,
Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten
Deli Serdang, Sumatera Utara
Status Belum Menikah
No.HP 0821-8424-8133
E-mail s elzafahlizaismar@gmail.com
DATA PENDIDIKAN :
2004 – 2010 SD Negeri 10744
2010– 2013 SMP Negeri 1 Hamparan Perak

2013 – 2016 SMA Negeri 1 Hamparan Perak


2017 – sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Prima
Indonesia

viii
RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI :
Nama Elizabeth Kangga
NIM Qq1 173307010090
Tempat, Tanggal
Medan
Lahir 29 April 2000
Jenis KelaminPerempuan Perempuan
Agama Kristen Buddha
Alamat Jl. Jend. Sudirman No. 10, LK1, Kecamatan
Tanjung Balai Selatan,
Provinsi Sumatera Utara
Status Belum Menikah
No.HP 0811-6262-068
E-mail s elizabethkngg.29@gmail.com
DATA PENDIDIKAN :
2005 – 2011 SD Swasta Sisingamangaraja Tanjung Balai
2011– 2014 SMP Swasta Sisingamangaraja Tanjung Balai

2014 – 2017 SMA Swasta Sutomo 1 Medan


2017 – sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Prima
Indonesia

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii


HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
1.4.1 Bagi Peneliti .................................................................................. 3
1.4.2 Bagi Pendidikan ............................................................................ 4
1.4.3 Bagi Masyarakat............................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tidur ............................................................................................................ 5
2.2.1 Definisi Tidur ............................................................................... 5
2.2.2 Fisiologi Tidur.............................................................................. 5
2.2.3 Fungsi Tidur ................................................................................. 5
2.2.4 Gelombang Otak .......................................................................... 6
2.2.5 Ritme Sirkadian............................................................................ 8
2.2.6 Tahapan Tidur .............................................................................. 8
2.2.7 Durasi Tidur ................................................................................. 9
2.2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur................................. 10

x
2.2.9 Gangguan Tidur ......................................................................... 11
2.2.10 Kualitas Tidur ........................................................................... 11
2.2 Hipertensi .................................................................................................... 8
2.2.1 Definisi Hipertensi .................................................................... 12
2.2.2 Etiologi Hipertensi .................................................................... 13
2.2.3 Epidemiologi Hipertensi ........................................................... 14
2.2.4 Klasifikasi Hipertensi ............................................................... 15
2.2.5 Faktor Resiko Hipertensi .......................................................... 17
2.2.6 Gejala Klinis Hipertensi ........................................................... 17
2.2.7 Patofisiologis Hipertensi ........................................................... 18
2.2.8 Diagnosis Hipertensi ................................................................. 18
2.2.9 Penatalaksanaan Hipertensi ...................................................... 21
2.2.10 Komplikasi Hipertensi .............................................................. 24
2.2.11 Prognosis Hipertensi ................................................................. 25
2.3 Hubungan Kualitas Tidur Dengan Hipertensi ........................................... 25
2.4 Kerangka Konsep ...................................................................................... 26
2.5 Definisi Operasional.................................................................................. 26
2.6 Hipotesis.................................................................................................... 28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 11
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 11
3.2.1..Waktu Penelitian ....................................................................... 28
3.2.2..Tempat Penelitian ..................................................................... 28
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 11
3.3.1 Populasi..................................................................................... 28
3.3.2 Sampel ...................................................................................... 28
3.4 Metode Pengambilan Sampel.................................................................... 11
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 11
3.6 Rencana Analisa Data ............................................................................... 12
3.6.1 Analisis Univariat.................................................................... 12
3.6.2 Analisis Bivariat ...................................................................... 12

xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 16
4.1.1..Analisis Univariat ..................................................................... 31
4.1.2..Analisis Bivariat ....................................................................... 33
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 22
5.2 Saran ......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
LAMPIRAN .......................................................................................................... 42

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tipe-Tipe Gelombang Otak Pada EEG Normal ......................................7


Gambar 2 Kerangka Konsep ..................................................................................24

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII ........................................... 7


Tabel 1.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH 1999................................ 7
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ................................... 7
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden ................................ 7
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Responden ................................. 7
Tabel 1.3 Hubungan Kualitas Tidur dengan Pasien Hipertensi di RSU.
Royal Prima Medan ............................................................................ 7

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. 1 Surat Keterangan Layak Etik ..........................................................40


Lampiran 1. 2 Surat Izin Penelitian RSU. ROYAL PRIMA MEDAN ..................42
Lampiran 1. 3 Dokumentasi ...................................................................................42
Lampiran 1. 4 Master Data SPSS...........................................................................46
Lampiran 1. 5 Plagiarism Checker Dan Bukti Publikasi .......................................46
Lampiran 1. 6 Kuesioner PSQI Dan Terjemahan ..................................................40

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular dan menjadi penyebab
utama penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab kematian no 1 di dunia
(Sakinah, Kosasih and Sari, 2018b). Hipertensi adalah ketika tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
(Anin, Batubara and Gatum, 2019). Terdapat beberapa faktor resiko yang
berhubungan dengan hipertensi yaitu jenis kelamin, gaya hidup tidak sehat seperti
merokok, kurangnya aktifitas fisik seperti olahraga, riwayat keluarga dan
kurangnya pengetahuan (Alfi and Yuliwar, 2018).
Gejala penyakit hipertensi dapat mengakibatkan gangguan tidur yang
berdampak pada kualitas tidur penderita. Gejala yang dapat dirasakan oleh
penderita hipertensi adalah Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS), restless
legs syndrome, pusing dan sakit kepala serta merasakan sesak nafas dan nokturia
yang mengganggu tidur. Pada beberapa penderita hipertensi kadang tidak
menunjukkan gejala sehingga hipertensi disebut Silent Killer (Sakinah, Kosasih
and Sari, 2018b) .
Menurut WHO (World Health Organization), penderita hipertensi mencapai
970 juta penderita di dunia, pada negara berkembang terdapat sekitar 640 juta
penderita hipertensi sedangkan pada negara maju terdapat sekitar 330 juta
penderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Benua Eropa lebih tinggi
dibandingkan dengan di Benua Amerika, yaitu di Kanada 21,4%, Amerika Serikat
20,3% dan di Benua Eropa yaitu Swedia 38,4%, Spanyol 40%, Jerman 55,3%,
Inggris 29,6% dan Italia 37,7%. Prevalensi hipertensi nasional sekarang ini
mencapai 29,8% (Keswara, Mutiara and Ludiana, 2018).
Dari data profil kesehatan Indonesia 2012, hipertensi adalah penyakit yang
masuk dalam urutan ke 7 dalam 10 penyakit rawat inap di Rumah Sakit seluruh
Indonesia, mencapai 19.874 kasus dan terdiri dari sekitar 42% (8.423 kasus)
penderita laki-laki, 58% (11.451 kasus) penderita perempuan dan sekitar 57%

1
terjadi pada lanjut usia (usia di atas 60 tahun) (Keswara, Mutiara and Ludiana,
2018) .
Tidur merupakan keadaan dimana seseorang tidak menyadarkan diri yang
relatif, tidak ada kegiatan dan keadaan yang penuh dengan ketenangan, dan terjadi
penurunan respon rangsangan dari luar. Tubuh berfungsi untuk memulihkan
sistem saraf yang telah beraktifitas selama seharian. Tidur yang berkualitas adalah
ketika orang tersebut mudah memulai tidur, dapat mempertahankan tidur dan
merasa rileks setelah terbangun dari tidur. Sedangkan tidur yang tidak berkulitas
dapat memicu terjadinya penyakit sebagai contohnya tekanan darah yang tidak
teratur yaitu terutama pada penderita hipertensi. Kualitas tidur dan durasi tidur
yang kurang baik dapat menimbulkan stressor fisik dan psikologis pada orang
yang menderita hipertensi serta memicu aktifitas sistem saraf simpatik (Anin,
Batubara and Gatum, 2019).
Pola tidur pada setiap orang berbeda tergantung dari kelompok usianya. Pola
tidur yang normal pada orang dewasa muda yaitu usia 18 tahun sampai usia 40
tahun yaitu 7-8 jam per hari, 20-25% tidur REM. Usia 40 tahun sampai usia 60
tahun atau disebut usia dewasa menengah 7-8 jam per hari, 20% tidur REM. Usia
> 60 tahun atau orang dewasa tua tidur sekitar 6 jam per hari, 20-25% tidur REM
dan sering terjaga saat sewaktu tidur dan juga dapat mengalami insomnia. Pola
tidur orang dewasa menengah kemungkinan dapat mengalami sulit tidur dan
insomnia. Pada orang dewasa tua, akan mengalami penurunan NREM (Non Rapid
Eye Movement) tahap IV dan bahkan terkadang tidak ada (Alfi and Yuliwar,
2018).
Kualitas tidur yang buruk meningkatkan tekanan darah, pada usia lanjut
membutuhkan waktu tidur 5-8 jam untuk menjaga kondisi fisik, karena pada usia
yang semakin senja berakibat sebagian dari anggota tubuh sudah tidak dapat
berfungsi dengan optimal. Sehingga untuk mencegah penurunan kesehatan
membutuhkan energi yang cukup dan pola tidur yang baik (Sambeka, Kalesaran
and Asrifuddin, 2018).
Menurut NSF (National Sleep Foundation) di Amerika dari 1.508 lansia,
terdapat 67% pada usia 65 tahun melaporkan mengalami gangguan tidur dan

2
sekitar 7,3% mengalami gangguan memulai serta mempertahankan tidur atau
insomnia. Penelitian menunjukkan kualitas tidur dapat mempengaruhi fisik,
emosional dan kesehatan mental. Gangguan tidur lebih banyak dialami oleh
penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi dibandingkan dengan seseorang
dengan tekanan darah normal, teridentifikasi dengan kuesioner PSQI ( Pittsburgh
Sleep Quality Index) (Alfi and Yuliwar, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kita rumuskan masalah yaitu
“Apakah terdapat hubungan kualitas tidur dengan pasien hipertensi di Rumah
Sakit Umum Royal Prima Medan?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan pasien
hipertensi di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pasien hipertensi di
Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.
b. Melihat distribusi kelompok jenis kelamin, usia, dan tekanan
darah hipertensi berdasarkan kualitas tidur pasien di Rumah
Sakit Umum Royal Prima.
c. Mengetahui pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Royal
Prima Medan yang kualitas tidur baik dan kualitas tidur buruk.
d. Untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan pasien
hipertensi di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini dilakukan untuk menambah wawasan ilmu mengenai
hubungan kualitas tidur dengan pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum
Royal Prima Medan.
1.4.2 Bagi Pendidikan

3
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi
mengenai hubungan kualitas tidur dengan pasien hipertensi.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memperoleh wawasan pengetahuan dan edukasi
mengenai hubungan kualitas tidur dengan hipertensi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TIDUR
2.1.1 DEFINISI
Tidur adalah suatu keadaan yang tak sadar, dapat dibangunkan dengan
pemberian rangsang sensorik atau rangsang lainnya (Hall, 2016). Menurut Fred
Plum dalam buku ajar ilmu penyakit dalam, tidur ialah keadaan inaktivitas relatif
pikiran dan gerakan tubuh berulang. Di keadaan normal, tidur adalah proses
fisiologis untuk hidup manusia (Nasution, 2014).

2.1.2 FISIOLOGI TIDUR


Tidur adalah aktivitas susunan saraf pusat, dimana saat seseorang dalam
keadaan tidur bukan berarti susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan sedang
bekerja. Perubahan pada saat tidur diatur oleh reticular activating system (RAS)
dan bulbar synchronizing regional (BSR) yang terletak di batang otak (Yaqin,
2016).
RAS adalah sistem yang mengatur seluruh aktivitas susunan saraf pusat,
termasuk tidur dan kewaspadaan. reticular activating system (RAS) terletak
dalam mesenfalon dan di bagian atas pons. RAS dapat memberikan rangsang
visual, pendengaran, nyeri, perabaan dan juga dapat menerima rangsangan dari
korteks serebri termasuk rangsangan proses pikir dan emosi. Pada keadaan sadar,
neuron dalam RAS akan melepas katekolamin seperti norepineprin. Demikian
juga saat tidur, karena adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang
terletak di pons dan batang otak tengah ialah bulbar synchronizing regional
(BSR) (Yaqin, 2016).

2.1.3 FUNGSI TIDUR


Tidur adalah bagian dari proses mempertahankan fungsi fisiologis normal.
Tidur adalah waktu yang sangat diperlukan untuk memperbaiki dan
mempersiapkan energi yang untuk dipergunakan setelah periode istirahat.

5
Pemakaian energi secara penuh perlu diganti dengan istirahat pada saat malam
hari bertujuan untuk mengurangi pemakaian energi (Widhiyanti, Ariawati and
Rusitayanti, 2017).

2.1.4 GELOMBANG OTAK


Perekaman listrik dari permukaan otak ataupun dari permukaan luar
kepala dapat menunjukkan adanya kegiatan listrik terus menerus yang timbul
dalam otak. Pola aktivitas dan intensitas listrik ditentukan dengan besarnya derajat
eksitasi berbagai bagian dari otak yang disebabkan oleh tidur, keadaan siaga, dan
penyakit otak misalnya epilepsi ataupun psikosis. Pada gambar 2.1, ialah
gelombang yang terekam dalam potensial listrik disebut gelombang otak dan
seluruh rekaman disebut elektroensefalogram (EEG) (Hall, 2016).
Intensitas gelombang otak yang terekam dari permukaan kulit kepala
berkisar 0 sampai 200 mikrovolt dan frekuensinya antara dari satu kali setiap
beberapa detik sampai 50 kali atau bisa lebih per detiknya. Secara umum
gelombang otak tidak memiliki pola gelombang spesifik yang bisa terlihat dengan
jelas dalam gambaran EEG, gelombang otak bersifat tidak teratur. Pada orang
sehat, gelombang EEG dapat dikelompokkan sebagai gelombang alfa, beta, teta,
dan delta seperti yang terlihat pada gambar (Hall, 2016).
Gelombang alfa adalah gelombang berirama yang muncul pada frekuensi
antara 8 dan 13 siklus per detik dan ditemukan di hampir seluruh rekaman EEG
dewasa normal pada waktu bangun dan keadaan tenang yaitu istirahat berpikir.
Besar voltase berkisar 50 mikrovolt. Selama tidur yang dalam gelombang alfa
akan menghilang (Hall, 2016).
Bila orang yang sudah bangun ditujukan bagi beberapa macam aktivitas
mental yang spesifik, gelombang alfa akan digantikan dengan gelombang beta
yang asinkron, dengan frekuensi lebih dari 14 siklus per detik dan bisa mencapai
80 siklus per detik dan bervoltase rendah (Hall, 2016).
gelombang teta, normalnya timbul di regio parietal dan temporal anak-
anak, tapi dapat juga terjadi selama stres emosional pada dewasa. Gelombang

6
sering kali timbul pada banyak gangguan otak, seperti pada keadaan otak yang
berdegenerasi (Hall, 2016).
Dengan frekuensi kurang dan 3,5 siklus per detik, dan mempunyai voltase
dua sampai empat kali voltase macam gelombang otak lainnya merupakan
gelombang delta yang meliputi semua gelombang EEG. Gelombang delta terjadi
pada waktu tidur nyenyak, pada bayi, dan pada penyakit organik otak yang parah
(Hall, 2016).

Alfa

Beta

Teta

Delta

Gambar 1 Tipe-Tipe Gelombang Otak Pada EEG Normal

2.1.5 RITME SIRKADIAN


Yang disebut sebagai ritme sirkadian yaitu pola siklus bangun dan tidur.
Bangun sepanjang hari saat cahaya terang dan tidur sepanjang malam saat gelap.
Jadi faktornya yaitu adanya perubahan terang dan gelap. Tiba saat malam terdapat
absensi cahaya, nucleus supra-chiasmatic (NSC) menstimulasi pengeluaran
hormon melatonin dalam darah dan akan mempengaruhi terjadinya relaksasi,

7
penurunan temperatur badan dan kortisol sehingga orang akan mengantuk dan
tidur. Kadar melatonin mulai meningkat saat jam 9 malam dan terus meningkat
sepanjang malam dan akan menghilang pada jam 9 pagi. Rangsangan cahaya
terang masuk melewati mata dan mempengaruhi suatu bagian di hipotalamus
yaitu NSC. NSC mengeluarkan neurotransmitter dan mempengaruhi pengeluaran
hormon pengatur temperatur badan lainnya, kortisol, growth hormone (GH), dan
lainnya yang memegang peranan untuk bangun tidur. NSC akan bekerja seperti
jam, meregulasi seluruh kegiatan bangun dan tidur (Subramaniam and Turgadevi,
2017).

2.1.6 TAHAPAN TIDUR


Tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu tidur dengan
gerakan bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement-NREM) juga disebut tidur
gelombang lambat dan tidur dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye
Movement-REM) juga disebut tidur paradoks :
1. Tidur NREM
Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat daripada orang yang sadar atau
tidak tidur. Tahapan tidur ini merupakan tidur yang dalam dan nyaman. Ciri-
ciri tidur NREM ialah mimpi berkurang,tekanan darah menurun, metabolisme
menurun, keadaan istirahat, kecepatan pernapasan turun dan gerakan bola mata
lambat. Tidur NREM mempunyai empat tahap yaitu :
A. Tahap 1, tahap transisi seseorang beralih dari sadar menjadi tidur dan
mudah untuk dibangunkan. Tahap ini berlangsung beberapa menit dan 5%
dari keseluruhan tidur (Widhiyanti, Ariawati and Rusitayanti, 2017).
B. Tahap 2, seseorang masuk pada tahap tidur dan masih mudah dibangunkan
dan otot mulai relaksasi. Normalnya berlangsung 10-20 menit dan 50%-
55% dari keseluruhan tidur (Widhiyanti, Ariawati and Rusitayanti, 2017).
C. Tahap 3, tahap ini seseorang pada awal tahap tidur nyenyak dan cenderung
sulit dibangunkan, berlangsung 15-30 menit dan merupakan 10% dari
keseluruhan tidur (Widhiyanti, Ariawati and Rusitayanti, 2017).

8
D. Tahap 4, individu berada dalam tahap tidur yang dalam atau delta
sleep. individu sulit dibangunkan dan membutuhkan stimulus untuk
dibangunkan. Tahap ini 10% dari keseluruhan tidur (Widhiyanti,
Ariawati and Rusitayanti, 2017).
2. Tidur REM
Tidur REM ini yaitu tidur dalam kondisi aktif atau paradoksial. Ciri-ciri tidur
REM yaitu biasanya disertai dengan mimpi, lebih sulit dibangunkan
dibandingkan selama tidur nyenyak gelombang lambat, frekuensi jantung dan
pernapasan menjadi tidak teratur, mata cepat tertutup dan terbuka, nadi
irregular dan cepat, tonus otot saat tidur nyenyak tertekan, gelombang lambat,
proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis, tekanan darah meningkat
dan meningkatnya metabolisme. Biasanya tidur REM terjadi setiap 90 menit
berlangsung selama 5-30 menit. Adapun gejala-gejala ketika kehilangan tidur
REM yaitu kurang bisa mengontrol diri, nafsu makan bertambah, hiperaktif,
bingung dan berpikir curiga (Widhiyanti, Ariawati and Rusitayanti, 2017).

2.1.7 DURASI TIDUR


Seiring bertambah usia, kebutuhan tidur individu semakin menurun. Tidur
yang normal yaitu tidur dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan akan
menimbulkan efek segar saat bangun pada pagi hari dengan durasi tidur sesuai
kebutuhan jenjang usia. Rekomendasi durasi tidur yang ideal setiap jenjang usia
dikutip dari health.kompas.com dalam jurnal adalah :
a. Bayi baru lahir (0-3 bulan) durasi tidur diperkecil menjadi 14-17 jam per hari
yang sebelumnya 12-18 jam.
b. Bayi usia (4-11bulan) durasi tidur ditambah menjadi 12-15 jam yang
sebelumnya 14-15 jam.
c. Balita (1-2 tahun) durasi tidur ditambah menjadi 11-14 jam yang sebelumnya
12-14 jam.
d. Balita (3-5 tahun) durasi tidur dikurangi menjadi 11-13 jam.
e. Anak-anak (6-13 tahun) durasi tidur menjadi 9-11 jam yang sebelumnya 10-11
jam.

9
f. Remaja (14-17 tahun) durasi tidur ditambah satu jam sehingga menjadi 8-10
jam yang sebelumnya hanya 8,5-9,5 jam.
g. Orang menuju dewasa (18-25 tahun) ini merupakan kategori baru dan durasi
tidurnya 7-9 jam per harinya.
h. Orang dewasa (26-64 tahun) durasi tidur tetap,yaitu 7-9 jam.
i. Orang lanjut usia (65 tahun ke atas) durasi tidur 7-8 jam (Suwarna and
Widiyanto, 2016).

2.1.8 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR


Secara umum faktor-faktor kesulitan tidur menurut Rafknowledge dalam :
a. Stres dan kecemasan.
b. Depresi, depresi juga menimbulkan keinginan untuk tidur sepanjang waktu
sehingga melepaskan diri dari masalah yang dihadapi.
c. Kelainan-kelainan kronis seperti diabetes,artritis, sakit ginjal, dan penyakit
mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur.
d. Kebiasaan pola makan buruk, komsumsi makanan yang berat sebelum tidur.
e. Alkohol,nikotin dan kafein.
f. Kurang berolahraga bisa menjadi faktor yang signifikan.
g. Efek samping pengobatan suatu penyakit juga dapat menjadi penyebab
kesulitan tidur (Suwarna and Widiyanto, 2016).

2.1.9 GANGGUAN TIDUR


Menurut Williams dan Karacan dalam gangguan tidur dapat
diklasifikasikan :
a. Gangguan tidur primer : insomnia, narkolepsi, hipersomnia kronik, paralisis
tidur, sindrom Kleine-Levin dan Pickwickian, dan mimpi yang menakutkan.
b. Gangguan tidur sekunder : termasuk gangguan tidur pada skizofrenia, gravida,
depresi, gangguan emosional postpartum, dan sindrom uremia.
c. Parasomnia : termasuk berjalan saat tidur, jaktasio kapitis nokturna, enuresis
nokturnal, bruksisme dan berbicara saat sedang tidur.

10
d. Gangguan tidur yang bermodifikasi : termasuk penyebab perubahan fisiologis,
kondisi medis yaitu fluktuasi konsentrasi gula darah pada diabetes melitus,
hipnalgia, proktalgia nokturna, ereksi penis yang menyakitkan,ulkus duodeni,
gangguan kardiovaskular, kondisi neuromuskular, gangguan respirasi dan
lainnya (Nasution, 2014).

2.1.10 KUALITAS TIDUR


Kualitas tidur pada orang dewasa dapat diukur dengan cara efektif
menggunakan Pitssburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI dapat mengukur dan
membedakan individu dengan kualitas tidur yang baik dan buruk. Berbagai hal
dalam PSQI dinilai dalam beberapa bentuk pertanyaan dan mempunyai kriteria
penilaian dimana masing-masing sesuai dengan standar baku. Kriteria komponen-
komponen untuk diukur dalam kualitas tidur adalah :
Kualitas tidur subjektif. Penilaian diri sendiri terhadap kualitas tidur yang
dipunyai, adanya perasaan terganggu dan tidak nyaman.
a. Latensi tidur. Diukur berapa lama waktu yang dibutuhkan sehingga seseorang
bisa tertidur.
b. Efisiensi tidur. Gambaran persentase kebutuhan tidur manusia dengan menilai
jam dan durasi individu untuk mengetahui tidur tercukupi atau tidak.
c. Penggunaan obat tidur. Menandakan seberapa berat gangguan tidur yang
dialami seseorang, karena penggunaan obat tidur diindikasikan kepada
seseorang yang sangat terganggu pola tidurnya.
d. Gangguan tidur. Adanya mengorok, terhalangnya pergerakan, sering terbangun
dan mimpi buruk dapat mempengaruhi pada proses tidur seseorang.
e. Durasi tidur. Dinilai dari saat seseorang mulai tidur sampai saat terbangun,
waktu tidur yang tidak terpenuhi akan menyebabkan kualitas tidur buruk
(Subramaniam and Turgadevi, 2017).

11
2.2 HIPERTENSI
2.2.1 DEFINISI
Hipertensi merupakan desakan darah berlebih dan hampir konstan pada
arteri. Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolik, sistolik ataupun
keduanya secara terus-menerus, tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya
tekanan arteri pada saat jantung berdenyut atau berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolik berkaitan dengan tekanan pada arteri pada saat jantung sedang dalam
keadaan relaksasi di antara kedua denyutan (Restiana, 2015).
Hipertensi adalah penyakit kronik degeneratif yang sering di jumpai pada
praktek klinik sehari-hari. Hipertensi adalah dimana keadaan tekanan darah
sistolik lebih 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Anin,
Batubara and Gatum, 2019) dan diklasifikasikan sesuai dengan derajat
keparahannya (Yogiantoro, 2014).
Peningkatan tekanan darah dapat mengakibatkan gejala-gejala yang akan
berlanjut ke organ target yakni pada pembuluh darah jantung misalnya penyakit
jantung koroner dan pada otak seperti stroke (Yogiantoro, 2014).
Peningkatan tekanan darah dalam arteri dapat terjadi dengan beberapa cara dalam:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan banyak cairan pada tiap
detiknya.
2. Bertambah cairan dalam srikulasi dapat menyebabkan meningkatnya tekanan
darah, yang dapat terjadi apabila ada kelainan fungsi ginjal sehingga garam dan
air pada tubuh tidak mampu terbuang. Volume darah meningkat jadi tekanan
darah juga meningkat.
3. Arteri besar menjadi kaku karena kehilangan kelenturannya sehingga tidak
dapat mengembang saat jantung sedang memompa darah melalui arteri besar
(Restina, 2015).

2.2.2 ETIOLOGI
Hipertensi disebut primer apabila 90% dari penyebabnya tidak diketahui
dan disebut sekunder bila 10% dari sebabnya di ketahui.

12
Penyebabnya antara lain :
• Penyakit seperti penyakit tiroid, penyakit ginjal kronik, penyakit renovascular,
obstructive sleep apnea, paratiroid dan lainnya.
• Mengkonsumsi obat-obatan seperti prednisone, fludrokortison, triamsinolon.
• Makanan mengandung sodium, etanol dan licorice.
• konsumsi obat jalanan yang mengandung cocaine, cocaine withdrawal,
ephedra alkaloids, herbal ecstasy, phenylpropanolamine analogs, nicotine
withdrawal, anabolic steroids, narcotic withdrawal, methylphenidate,
phencyclidine, ketamin, ergot-containing herbal products (Yogiantoro, 2014).

2.2.3 EPIDEMIOLOGI
Hipertensi ditemukan pada seluruh populasi dengan angka kejadian yang
berbeda-beda, karena adanya faktor gen, ras, social budaya yang menyangkut
gaya hidup masing-masing yang berbeda. Hipertensi meningkat seiring
bertambahnya umur, sehingga diatas umur 60 tahun prevalensinya mencapai
65,4%. Faktor asupan NaCl pada makanan juga sangat erat hubungannya dengan
angka kejadian hipertensi. Merokok, mengkonsumsi alkohol, dan kurangnya
aktifitas fisik, juga stress pada kehidupan sehari-hari berperan dalam kontribusi
kejadian hipertensi. Menurut NHANES, prevalensi tekanan darah tinggi pada
populasi orang dewasa yang di atas umur 20 tahun di Amerika Serikat adalah
normal 38%, pre-hipertensi 31% dan hipertensi mencapai 31% (Yogiantoro,
2014).
Bila anamnesis keluarga diperoleh ada yang hipertensi, maka resiko
menjadi hipertensi sebelum umur 55 tahun diperkirakan sekitar empat kali
dibandingkan dengan anamanesis pada keluarga yang tidak ada riwayat hipertensi,
semua orang akan menjadi hipertensi (90%) di atas umur 55 tahun (Yogiantoro,
2014).
Penderita hipertensi di indonesia pada tahun 2013 terdapat sekitar 26,5%,
tetapi pasien yang diketahui memiliki riwayat minum obat terdapat sebanyak
9,5% sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari kasus hipertensi di
indonesia belum terdiagnosis oleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan data

13
kesehatan indonesia pada tahun 2011, disebutkan bahwa hipertensi adalah salah
satu penyakit yang masuk dalam urutan 10 besar penyakit dengan kasus rawat
inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010 yaitu 42,38% diantaranya adalah
pria dan 57,62% diantaranya adalah wanita sedangkan pasien yang meninggal
dunia dengan proporsi kasus 4,8% (Anin, Batubara and Gatum, 2019).

2.2.4 KLASIFIKASI
A. Klasifikasi hipertensi menurut kausanya :
a) Hipertensi primer atau disebut juga esensial adalah hipertensi yang terjadi
tidak diketahui penyebabnya dan juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Hipertensi primer yaitu suatu kategori umum untuk peningkatan
tekanan darah yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab yang tidak
diketahui. Orang menunjukkan kecenderungan genetik yang kuat untuk
mengidap hipertensi primer, yang dapat dipercepat atau diperburuk oleh
faktor kontribusi misalnya obesitas, stres, merokok, atau kebiasaan makan
(Sherwood, 2013).
b) Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya dan terjadi
pada sekitar 5-10% pengidap hipertensi, penyebabnya adalah salah satunya
penyakit ginjal. Foekromositoma adalah salah satu contoh hipertensi
sekunder, penyebabnya adalah karena terjadi peningkatan abnormal pada
hormon epinefrin dan norepinefrin yang mengakibatkan vasekonstriksi
perifer generalisata yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi
(Sherwood, 2013).
B. Klasifikasi hipertensi menurut gangguan tekanan darah dalam (Restiana,
2015):
a. Hipertensi sistolik yaitu peninggian tekanan darah sistolik saja.
b. Hipertensi diastolik yaitu peninggian tekanan darah diastolik.
C. Klasifikasi hipertensi menurut tinggi dan beratnya peningkatan tekanan darah
dalam (Restina, 2015) :
a. Hipertensi ringan
b. Hipertensi sedang

14
c. Hipertensi berat
D. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII :
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

KLASIFIKASI SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)


Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi std 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi std 2 160 100

E. Klasifikasi hipertensi menurut WHO-ISH 1999 :


Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH 1999

KATEGORI SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal tinggi 130 – 139 85 – 89

HT derajat 1/ringan 140 – 159 90 – 95

HT derajat 2/ringan 160 – 179 100 – 109

HT derajat 3/ringan ≧ 180 ≧ 110

2.2.5 FAKTOR RESIKO


Terdapat 2 faktor resiko pada hipertensi menurut (Sumarna, Rosidin and
Nugraha, 2019) :
A. Faktor resiko yang tidak bisa diubah
a) Umur
b) Jenis Kelamin
c) Genetik

15
B. Faktor resiko yang bisa diubah
a) Obesitas, obesitas berkaitan dengan peningkatan curah jantung.
b) Stress, peningkatan sistem saraf simpatis bisa meningkatkan tekanan darah
secara intermitten pada saat dalam keadaan stress.
c) Merokok, konsumsi rokok dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah
serta denyut jantung.
d) Kurang berolahraga, pada waktu berolahraga pembuluh darah tidak kaku
dan dapat meningkatkan daya tahan jantung.
e) Alkohol, konsumsi alkohol yang berlebih akan dapat meningkatkan hormon
katekolamin sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
f) Konsumsi garam berlebih, di dalam tubuh kita, garam dapat menahan air
dan akan meningkatkan volume darah tanpa menambah ruang.
g) Hiperlipidemia, kadar kolesterol yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya
endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah.
h) Kualitas tidur, orang yang mengalami gangguan tidur beresiko terjadi
peningkatan tekanan darah.

2.2.6 GEJALA KLINIS


Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering tidak terdiagnosis
karena tidak mempunyai gejala yang khas. Gejalanya akan tiba-tiba terasa waktu
terjadinya peningkatan tekanan darah. Tetapi, ada beberapa gejala yang bisa
mengindikasikan terjadinya hipertensi seperti pusing, sesak nafas, rasa berat di
tengkuk ( terasa kaku ), mata berkunang-kunang, terkadang mimisan meskipun
jarang di laporkan dan mudah lelah (Sumarna, Rosidin and Nugraha, 2019).

2.2.7 PATOFISIOLOGI
Dimulai dengan aterosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh
darah perifer berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh
darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plague yang
menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran
darah yang terjadi dapat menyebabkan beban jantung bertambah berat yang

16
akhirnya dekompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang
memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi
(Restina, 2015).
Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien lanjut usia. Hal ini erat
hubungannya dengan proses menua pada individu, terjadi perubahan berupa
berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh
darah. Keadaan ini diperberat dengan terjadinya penimbunan lemak di lapisan
dalam pembuluh darah (Restina, 2015).
Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang sering tampak adalah bagian
sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur tekanan darah). Hipertensi
pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), dan
umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik HST maupun
gabungan sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas
untuk orang lanjut usia (Restina, 2015).

2.2.8 DIAGNOSIS
A. Anamnesa menurut (Yogiantoro, 2014)
a) Memberi salam dan mempersilahkan pasien untuk duduk
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien
c) Menanyakan keluhan utama pasien
d) Sudah berapa lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
e) Menanyakan indikasi adanya hipertensi sekunder
f) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal ( ginjal polikistik )
g) Adanya infeksi saluran kemih, hematori, penyakit ginjal dan mengkonsumsi
obat-obat analgesik atau bahan lainnya
h) Episode lemah otot dan episode berkeringat, sakit kepala serta
feokromositoma
i) Menanyakan faktor resiko seperti riwayat DM, hipertensi, pola makan,
kebiasaan merokok, pola makan dan aktifitas sehari-hari

17
j) Gejala kerusakan organ seperti :
• Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,TIA, deficit
sensoris atau motoris
• Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur dengan bantal tinggi (
lebih dari 2 bantal )
• Ginjal: haus, polyuria, nokturia, hematuria, hipertensi yang disertai
kulit pucat anemis
• Arteri: ekstremitas dingin, klaudikasio intermitten
k) Pengobatan anti hipertensi sebelumnya serta faktor pribadi, keluarga
dan lingkungan
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien hipertensi ialah pemeriksaan tekanan
darah yang dilakukan dalam situasi nyaman dan rileks, tidak tertekan atau tertutup
pakaian dengan menggunakan salah satu dari 3 jenis sphygmomanometer yaitu :
• Manometer aneroid, kurang akurat bila digunakan berulang-ulang
• Manometer elektronik, kurang akurat
• Manometer air raksa / merkuri (Yogiantoro, 2014).
C. Pemeriksaan Penunjang Berupa :
• Tes darah rutin
• Glukosa darah ( puasa )
• Kolesterol total serum
• Kolesterol LDL dan HDL serum
• Kalium serum
• Trigliserida serum (puasa)
• Asam urat serum
• Keratin serum
• Kalium serum
• Hemoglobin dan hematokrit
• Urinalisis (uji carik celup serta sendimen urin)
• Elektrokardiogram (Yogiantoro, 2014).

18
Dalam buku (Yogiantoro, 2014) ada beberapa pedoman yang
menganjurkan untuk melakukan tes lain seperti :
• Elektrokardiogram
• USG karotis dan femoral
• C- REACTIVE PROTEIN
• Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/ keratinin urin
• Proteinuria kuantitatif
• Funsukopi pada hipertensi berat
D. Pemeriksaan Kerusakan Organ Target
• Jantung: pemeriksaan fisik, foto polos dada (pembesaran jantung),
elektrokardiografi (deteksi iskemia, gangguan kondisi arteri intratoraks dan
sirkulasi pulmoner) dan ekokardiografi
• Pembuluh darah: pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure,
USG karotis, fungsi endotel.
• Mata: funduskopi retina
• Otak: pemeriksaan neurologis, diagnosis stroke menggunakan computed
tomography (CT) scan atau MRI (magnetic resonance imaging)
• Fungsi ginjal: pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya
proteinuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin keratin urin,
perkiraan laju filtrasi glomerulus, untuk pasien stabil dapat diperkirakan
dengan menggunakan modifikasi rumus dari Cockroft-Gault sesuai dengan
anjuran National Kidney Foundation (NKF) yaitu:
(140 − 𝑢𝑚𝑢𝑟)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑥 (0,85 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎)
𝑘𝑙𝑖𝑟𝑒𝑛𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛∗ =
72 𝑥 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚
(* glomerulus filtration rate/ laju filtran glomerulus (GFR) dalam
ml/menit/1,73m2) (Yogiantoro, 2014).

2.2.9 PENATALAKSANAAN
A. Pengendalian faktor risiko
a. Mengatasi obesitas atau menurunkan berat badan berlebih. Obesitas bukan
merupakan penyebab hipertensi, tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas

19
jauh lebih besar. Resiko menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yg badannya normal. Obesitas
harus dikendalikan dengan cara menurunkan berat badan.
b. Mengurangi asupan NaCl di dalam tubuh. Pengurangan asupan garam harus
memperhatikan kebiasaan makan penderita karena jika di turunkan secara
drastis akan sulit untuk dilakukan. Batas sampai kurang dari 5 gram ( 1
sendok teh ) perhari saat memasak.
c. Rileks. Melakukan meditasi, yoga atau hipnotis juga dapat mengontrol
sistem saraf pada akhirnya bias menurunkan tekanan darah.
d. Olahraga teratur. Olahraga seperti aerobik, jalan cepat 30-45 menit dalam 4
kali seminggu dapat menambah kebugaran dan memperbaiki metabolisme
tubuh yang dapat menurunkan tekanan darah.
e. Berhenti merokok. Zat-zat kimia seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok yang akan masuk ke dalam aliran darah bisa merusak
lapisan endotel arteri dan akan mengakibatkan aterosklerosis dan tekanan
darah tinggi.
f. Mengurangi mengkonsumsi alkohol berlebihan.
Laki-laki : tidak lebih dari 2 gelas perhari
Wanita : tidak lebih dari 1 gelas perhari (Rahajeng et al., 2013).
B. Terapi Farmakologis
Tujuan penetalaksanaan penyakit hipertensi adalah untuk mengendalikan
angka sakit dan kematian akibat hipertensi dengan menurunkan gangguan
terhadap kualitas hidup penderita seminimal mungkin (Rahajeng et al., 2013).
Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang Panjang
sekali sehari dan dosis dititrasi, kemudian dapat ditambah selama beberapa bulan
pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung
pada tingkat keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat anti
hipertensi (Rahajeng et al., 2013).
Prinsip pemberian obat anti hipertensi adalah :
1. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi.

20
2. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan pemakaian obat anti
hipertensi.
4. Pengobatan hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang, bahkan seumur
hidup (Rahajeng et al., 2013).
Jenis-jenis obat anti hipertensi:
1. Diuretik
2. Penghambat simpatis
3. Betablocker
4. Vasodilatator
5. Penghambat enzim konversi angiotensin
6. Antagonis kalsium
7. Penghambat reseptor angiotensin II (Rahajeng et al., 2013).
Tatalaksana hipertensi dengan obat antihipertensi yang dianjurkan menurut
(Rahajeng et al., 2013) :
a. Diuretik: Hidroclorotiazid, dosis: 12,5 – 50 mg/hari
b. Penghambat reseptor angiotensin II: Captopril 25 – 100 mmHg
c. Penghambat kalsium yang bekerja Panjang: Nifedipine 30 - 60 mg/hari
d. Penghambat reseptor beta: Propanolol 40 – 160 mg/hari
e. Agonis reseptor alpha central (penghambat simpatis): Reserpin 0,05 – 0,25
mg/hari
Keterangan alur pengobatan hipertensi :
1. Ketika seseorang ditegakkan diagnosis menderita hipertensi maka yang
dilakukan pertama adalah mecari faktor resiko yang ada dan menurunkan
faktor resiko yang ada dengan mengubah gaya hidup sampai mencapai
tekanan darah yang diharapkan. Bila dalam jangka waktu 1 bulan tidak
tercapai tekanan darah normal, maka terapi obat pilihan diperlukan.
2. Terapi obat digunakan sesuai derajat keparah hipertensi dan ada tidaknya
indikasi khusus, seperti DM, kehamilan, asma bronchial, kelainan hati dan
darah.

21
3. Terapi pertama obat pilihan adalah golongan tiazid, lalu golongan
penghambat enzim konversi angiotensin, dan diikuti golongan antagonis
kalsium.
4. Bila terapi tunggal tidak berhasil maka terapi dapat dikombinasikan.
5. Bila tekanan darah tidak dapat dicapai baik melalui modifikasi gaya hidup
dan terapi kombinasi maka dilakukanlah sistem rujukan spesialistik
(Rahajeng et al., 2013).
C. Rujukan
Rujukan dilakukan bila terapi yang diberikan di pelayanan primer belum dapat
mencapai sasaran pengobatan yang diinginkan atau dijumpai komplikasi penyakit
lainnya akibat penyakit hipertensi. Persiapkan penderita untuk rujukan tersebut
sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah terhadap hasil pengobatan yang
sudah dijalani (Rahajeng et al., 2013).

2.2.10 KOMPLIKASI
Pada jangka panjang apabila tekanan darah tinggi tidak dapat turun stabil
pada kisaran target normo tensi dapat merusak organ-organ terkait (TOD) seperti
pembuluh darah koroner, pembuluh darah otak, aorta, pembuluh darah ginjal dan
pembuluh darah mata (Yogiantoro, 2014).
Kenaikan tekanan darah yang berangsur lama juga dapat merusak fungsi ginjal,
semakin meningkat tekanan darah maka laju filtrasi glomerulus semakin menurun
dan akhirnya menjadi penyakit ginjal tahap akhir. Dikarenakan tingginya tekanan
darah , faktor resiko independent yang kuat untuk merusak ginjal menuju penyakit
ginjal tahap akhir (PTGA), usahakan pertahankan tekanan darah pada kisaran
120/80mmHg (Yogiantoro, 2014).

2.2.11 PROGNOSIS
Hipetensi adalah the disease cardiovascular continuum yang akan
berlangsung seumur hidup hingga pasien meninggal akibat kerusukan target organ
(TOD). Hipertensi yang tidak diobati meningkat 35% semua kematian

22
kardiovaskular , 50% kematian stroke, 25% kematian PJK, 50% penyakit jantung
kongestif, 25% semua kematian premature (mati muda), serta menjadi penyebab
tersering untuk terjadinya penyakit ginjal kronis dan penyebab gagal ginjal
terminal (Yogiantoro, 2014).
Pemberian obat antihipertensi akan di ikuti penurunan insiden strok 35%-
40%; infark miokard 20% - 25% dan lebih dari 50% gagl jantung. Penderita
hipertensi stadium 1 denga faktor resiko kardiovaskular tambahan, bila berhasil
mencapai penurunan TDS sebesar 12 mmHg yang dapat bertahan 10 tahun,
sehingga akan mecegah 1 kematian dari setiap 11 penderita yg sudah diobati
(Yogiantoro, 2014).
Tapi belum ada studi hasil terapi pada penderita prehipertensi (120-139/
80-89mmHg) meskipun diketahui bahwa dari studi TROPHY pemberian terapi
pada pre-hipertensi bias menurunkan terjadinya hipertensi sesungguhnya, walau
obat yang diberikan telah dihentikan selam 1 tahun (Yogiantoro, 2014).

2.3 HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN HIPERTENSI


Dari beberapa penelitian telah melaporkan bahwa gangguan tidur ialah
faktor resiko terjadinya hipertensi. Berdasarkan penelitian yang dilaporkan pada
journal of the American heart association dalam (Restiana, 2015), ditemukan
bahwa gangguan metabolik dan endokrin yang mengatur sistem saraf simpatis dan
berpengaruh langsung kepada regulasi tekanan darah bisa diakibatkan karena
penurunan durasi tidur NREM.
Tidur bisa mengubah fungsi sistem saraf otonom baik simpatis maupun
parasimpatis yang berpengaruh pada tekanan darah. Ketika tidur normal, dapat
terjadi nocturnal dipping ialah dimana terjadi menurunnya tekanan darah relative
10-20% dibanding saat kita dalam kondisi sadar. Nocturnal dipping dapat terjadi
karena turunnya aktifitas simpatis pada saat tidur normal dan Nocturnal dipping
akan terganggu jika terjadi gangguan tidur. Pasien insomnia, kurang durasi tidur
dan apnea tidur sentral ditemukan prevalensi hipertensi meningkat (Restiana,
2015).

23
2.4 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kualitas Tidur Pasien hipertensi

Gambar 2 Kerangka Konsep


2.5 Definisi Operasional
Variabel Definisi Indikator Alat Cara Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur Ukur

Variabel Kepuasan • Kualitas Pittsburg Wawanca Jika Ordin


independe seseorang tidur hSleep ra jumlah al
n: kualitas terhadap tidur subjektif Quality menggun skor >5
tidur meliputi ada • Latensi Index akan berarti
tidaknya tidur (PSQI) kuesioner orang
perasaan • Efisiensi kualitas tersebut
terganggu dan tidur tidur mengala
tidak nyaman, • Penggun (PSQI) mi
berapa lama aan obat kepada ganggua
waktu yang tidur pasien n tidur
dibutuhkan • Ganggua yang dan jika
sehingga n tidur sesuai jumlah
seseorang bisa • Durasi dengan skor <5
tertidur dan tidur kriteria berarti
waktu tidur inklusi orang
yang terpenuhi tersebut
atau tidak memiliki
kualitas
tidur
baik

24
Variabel Desakan Berdasarkan Tensimet Pengukur Nilai Ordin
dependen: berlebih dan perolehan er digital an tekanan al
Hipertensi hampir tekanan tekanan darah
konstan pada darah sistol darah sistolik
arteri, yang dan diastol dilakukan dan
mana menggun diastolik
kenaikan akan
tekanan tensimete
sistolik, r digital
diastolik atau dengan
keduanya posisi
secara terus yang
menerus sesuai

2.6 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah “ada hubungan kualitas tidur dengan pasien
hipertensi di RSU. Royal Prima”.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian observational analitik dengan
menggunakan desain cross-sectional dengan mengumpulkan semua data secara
serentak dalam waktu yang bersamaan (Sumarna, Rosidin and Nugraha, 2019).
Penelitian ini mempelajari dinamika korelasi antara dua variabel pada kelompok
subjek yaitu faktor resiko (independen) dan efek (dependen) dengan pendekatan,
observasi dan pengumpulan data (Pitaloka, Utami and Novayelinda, 2015). Pada
penelitian ini, untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan pasien
hipertensi di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan dengan menggunakan cara
mengisi kuisioner PSQI dan mengukur tekanan darah dengan alat tensimeter
digital. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian
Kesehatan (KEPK) Universitas Prima Indonesia dengan nomor
049/KEPK/UNPRI/V/2020.

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian


3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2020 sampai dengan Oktober
2020.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di “Rumah Sakit Umum Royal Prima
Medan”. Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut karena jumlah populasinya
memadai sehingga mendukung untuk dilakukan penelitian ini.

3.3 Populasi Dan Sampel


3.3.1 Populasi
Pada penelitian ini populasinya adalah pasien hipertensi di Rumah
Sakit Umum Royal Prima Medan yang berjumlah 62 orang.

26
3.3.2 Sampel
Jumlah sampel yang akan dibutuhkan pada penelitian ini berjumlah 38
orang yaitu ditentukan dengan menggunakan rumus slovin.
𝑁
𝑛=
𝑁. 𝑑 2 + 1
Keterangan:
n: Jumlah Sampel
N: Jumlah Populasi
d2: Presisi

3.4 Metode Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non probability sampling
dengan Teknik purposive sampling.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data pada kualitas tidur adalah
dengan cara mengumpulkan data primer yaitu melakukan wawancara pada pasien
hipertensi dengan menggunakan kuesioner PSQI. Sedangkan pengumpulan data
untuk tekanan darah dilakukan dengan cara mengukur tekanan darah responden
menggunakan Tensimeter Digital. Pasien diminta istirahat dahulu 15 menit,
pengukuran dilakukan 2 kali dengan memberikan jeda antar pengukuran selama 2
menit, posisi pasien duduk dengan alat pengukur sejajar dengan dada kiri (posisi
jantung).

3.6 Rencana Analisa Data


Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik univariat dan
bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan sebagainya serta persentase dari variabel independent dan

27
variabel dependen yaitu kualitas tidur dan hipertensi. Analisis univariat ini
bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel penelitian.
Pada penelitian ini, analisis univariat untuk menjabarkan distribusi
frekuensi karakteristik responden (umur dan jenis kelamin), kualitas tidur dan
tekanan darah.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjelaskan
adanya hubungan antara dua variabel yaitu hubungan antara kualitas tidur
dengan hipertensi. Pada penelitian ini, analisis bivariat menggunakan uji
statistik chi square dengan derajat kemaknaan 5% yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan kualitas tidur dengan pasien hipertensi di Rumah Sakit
Umum Royal Prima Medan. Kemudian korelasi spearman dengan derajat
kemaknaan 5% yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur
dengan pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan
Menurut Sarwono (2011) dalam menentukan tingkat kekuatan hubungan
antar variabel, kita dapat berpedoman pada nilai kekuatan hubungan
(Correlation Coefficient) yang merupakan hasil dari output dengan ketentuan
a) Nilai koefisien korelasi sebesar 0,00-0,25 = hubungan sangat lemah
b) Nilai koefisien korelasi sebesar 0,26-0,50 = hubungan cukup
c) Nilai koefisien korelasi sebesar 0,51-0,75 = hubungan kuat
d) Nilai koefisien korelasi sebesar 0,76-0,99 = hubungan sangat kuat
e) Nilai koefisien korelasi sebesar 1,00= hubungan sempurna.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus 2020 sampai Oktober 2020 di
Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan. Responden dalam penelitian ialah
pasien RSU. Royal Prima Medan. Metode pengambilan sampel ialah non
probability sampling dengan teknik purposive sampling dan didapatkan
sampel berdasarkan Rumus Slovin : n= N/N(d)2 + 1. Jumlah populasi adalah

28
62 dan tingkat kesalahan yaitu 10%, maka jumlah sampel adalah : n = 62/62
(0,1)2 + 1 = 38,27 dibulatkan menjadi 38 sampel penelitian dan telah
memenuhi kriteria inklusi yaitu bersedia menjadi responden dan mampu
berkomunikasi. Dan kriteria eksklusi yaitu tidak bersedia menjadi responden.
Hasil penelitian sebagai berikut ;

4.1.1 Analisis Univariat


Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut usia dan jenis
kelamin selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Persentase


(f) (%)
Usia
Remaja akhir (17-25 thn) 2 5,3
Dewasa awal (26-35 thn) 1 2,6
Dewasa akhir (36-45 thn) 5 13,2
Lansia awal (46-55 thn) 8 21,1
Lansia akhir (56-65 thn) 13 34,2
Manula (> 65 thn) 9 23,7
Total 38 100,0
Jenis kelamin
Laki-laki 18 47,4
Perempuan 20 52,6
Total 38 100,0

Berdasarkan tabel 3 di atas, karakteristik usia responden menurut Depkes


RI (2009) diperoleh kategori usia responden terbanyak adalah lansia akhir yaitu
sebanyak 13 orang (34,2%), kemudian diikuti manula 9 orang (23,7%), lansia
awal 8 orang (21,1%), dewasa akhir 5 orang (13,2%), remaja akhir 2 orang (5,3%)
dan dewasa awal hanya 1 orang (2,6%). Ditinjau dari karakteristik jenis kelamin,
responden terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 20 orang (52,6%),
sedangkan responden laki-laki 18 orang (47,4%).
Distribusi frekuensi tekanan darah responden selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

29
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden

Tekanan Darah Frekuensi Persentase


(f) (%)
Pre-hipertensi (120-139/80-89
mmHg) 10 26,3
Hipertensi std 1(140-159/90-99
mmHg) 14 36,8
Hipertensi std 2 (≥160/ ≥
14 36,8
100 mmHg)
Total 38 100,0

Berdasarkan tabel 4 di atas, distribusi frekuensi tekanan darah berdasarkan


klasifikasi menurut JNC VII didapatkan tekanan darah responden terbanyak
adalah hipertensi stadium 1 dan hipertensi stadium 2 yaitu masing-masing
sebanyak 14 orang (36,8%), dan responden dengan pre-hipertensi sebanyak 10
orang (26,3%).
Distribusi frekuensi kualitas tidur responden selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Responden
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Responden

Kualitas tidur Frekuensi (f) Persentase (%)


Baik 15 39,5
Buruk 23 60,5
Total 38 100,0

Berdasarkan tabel 5 di atas, distribusi frekuensi kualitas tidur responden


didapatkan kualitas tidur responden terbanyak adalah kualitas tidur yang buruk
yaitu sebanyak 23 orang (60,5%), sedangkan responden dengan kualitas tidur
yang baik hanya 15 orang (39,5%).

4.1.2 Analisis Bivariat


Hubungan kualitas tidur dengan pasien hipertensi di RSU. Royal Prima
Medan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

30
Hubungan Kualitas Tidur dengan Pasien Hipertensi di RSU. Royal Prima
Medan
Tabel 6 Hubungan Kualitas Tidur dengan Pasien Hipertensi di RSU. Royal Prima
Medan
Tekanan darah
Kualitas Pre Hipertensi Hipertensi Total p Correlation
tidur hipertensi std 1 std 2 value Coefficient
n % N % n % n %
Baik 4 26,7 5 33,3 6 40,0 15 100,0
Buruk 6 26,1 9 39,1 8 34,8 23 100,0 0,029 0,852
Total 10 26,3 14 36,8 14 36,8 38 100,0

Berdasarkan tabel 6 diatas, dari 23 responden yang memiliki kualitas yang


buruk, 6 orang (26,1%) diantaranya mengalami prehipertensi, 9 orang (39,1%)
hipertensi stadium 1 dan 8 orang lainnya (34,8%) hipertensi stadium 2. Dari 15
responden yang memiliki kualitas yang baik, 4 orang (26,7%) diantaranya
mengalami prehipertensi, 5 orang (33,3%) hipertensi stadium 1 dan 6 orang
lainnya (40,0%) hipertensi stadium 2. Hasil uji korelasi Spearman diperoleh p
value sebesar 0,029(p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan kualitas tidur
dengan pasien hipertensi di RSU. Royal Prima Medan. Dari hasil ini juga
didapatkan correlation coefficient (r) sebesar 0,852 yang dapat dinyatakan bahwa
hubungan antara kualitas tidur dengan pasien hipertensi di RSU. Royal Prima
Medan memiliki kekuatan hubungan yang sangat kuat.

4.2 PEMBAHASAN
1. Kualitas Tidur
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa distribusi frekuensi
kualitas tidur responden didapatkan mayoritas responden dengan kualitas
buruk sebanyak 23 orang (60,5%) dan responden dengan kualitas tidur baik
sebanyak 15 orang (39,5%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Sakinah, Kosasih and Sari,
2018a), dimana menunjukkan kualitas tidur pada penderita hipertensi di
Puskesmas Rancaekek bermayoritas buruk sebanyak 75 orang (94,9%) dan 4
orang (5,1%) lainnya memiliki kualitas tidur yang baik. Hasil penelitian ini

31
juga sejalan dengan hasil penelitian (Anithira, 2018) hampir seluruh atau 42
orang (77,8%) mengalami kualitas tidur buruk pada pasien hipertensi di UPT
Griya Antapani Kota Bandung dan 12 orang lainnya memiliki kualitas tidur
baik.
Kualitas tidur tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti faktor
stres dan kecemasan, kebiasaan pola makan yang buruk, konsumsi kafein
maupun nikotin dan kurangnya aktivitas atau olahraga (Suwarna and
Widiyanto, 2016). Menurut Potter & Perry (2010) menyatakan bahwa pada
orang normal, gangguan tidur yang terus menerus akan mengakibatkan terjadi
perubahan pada siklus tidur biologisnya, menurunkan daya tahan tubuh serta
konsentrasi berkurang dan menurunkan prestasi belajar, mudah tersinggung,
depresi, kelelahan, kemudian akhirnya bisa mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain (Noliya, Apriany and Rini, 2018).
Asumsi peneliti dari hasil penelitian, distribusi frekuensi responden yang
memiliki kualitas tidur baik sebanyak 15 orang (39,5%) dikarenakan tidur
malam responden tidak ada masalah seperti tidak terbangun ditengah malam,
tidak ke kamar mandi, tidak mimpi buruk, tidak merasa nyeri serta jam tidur
baik.
2) Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa distribusi frekuensi
tekanan darah responden didapatkan mayoritas responden adalah Hipertensi
stadium 1 dan Hipertensi stadium 2 yaitu masing-masing 14 orang (36,8%).
Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian (Keswara, Mutiara and
Ludiana, 2018) tentang hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah
penderita hipertensi bahwa rata-rata tekanan darah hipertensi adalah
167,31/108,50 mmHg dengan standar deviasi 13,817/10,328. Tekanan darah
minimum sistolik adalah 142 mmHg dan maksimum 210 mmHg, tekanan
diastolik minimum 90 mmHg dan maksimum 135 mmHg.
Hipertensi ialah penyakit yang tidak mencetuskan gejala khas dan
akhirnya sering tidak terdiagnosis dalam waktu yang lama. Gejala akan terasa
tiba-tiba ketika tekanan darah meningkat. Meskipun demikian, ada beberapa

32
gejala yang mengindikasikan terjadinya peningkatan darah atau hipertensi,
ialah pusing, sulit tidur, sesak nafas, telinga berdengung, rasa berat atau kaku
di tengkuk, mata berkunang-kunang, mudah lelah dan mimisan meskipun
jarang dilaporkan (Sumarna, Rosidin and Nugraha, 2019).
Menurut asumsi peneliti, banyak faktor pemicu hipertensi salah satunya yaitu
genetik, obesitas, tidak mengaplikasikan pola hidup sehat seperti berolahraga
teratur, konsumsi garam berlebih dan berlemak, gaya hidup seperti merokok
dan konsumsi alkohol.
3) Hubungan kualitas tidur dengan hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 15 orang responden
yang memiliki kualitas tidur yang baik, 4 orang (26,7%) diantaranya
mengalami prehipertensi, 5 orang (33,3%) hipertensi stadium 1 dan 6 orang
(40,0%) hipertensi stadium 2. Dari 23 responden yang memiliki kualitas tidur
buruk, 6 orang (26,1%) diantaranya mengalami prehipertensi, 9 orang (39,1%)
hipertensi stadium 1 dan 8 orang (34,8%) mengalami hipertensi stadium 2.
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman diperoleh p value sebesar 0,029
(p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan kualitas tidur dengan pasien
hipertensi di RSU. Royal Prima Medan. Dari hasil ini juga didapatkan
correlation coefficient (r) sebesar 0,852 yang dapat dinyatakan bahwa
hubungan antara kualitas tidur dengan pasien hipertensi di RSU. Royal Prima
Medan memiliki kekuatan hubungan yang sangat kuat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Anithira,
2018) tentang hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien
hipertensi di UPT Griya Antapani Kota Bandung, bahwa ada hubungan
kualitas tidur dengan tekanan darah pada Pasien hipertensi karena p value
(0,000) <0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur
dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian (Amanda, Prastiwi and Sutriningsih, 2016) berdasarkan
analisis data menggunakan uji spearman rank diperoleh p-value = (0,000) <
(0,050) sehingga H1 diterima, artinya terdapat hubungan kualitas tidur dengan

33
tingkat kekambuhan hipertensi pada lansia di RW 08 Kelurahan Tlogomas
Kota Malang.
Tidur ialah keadaan fisiologis yang berkontribusi dalam pemulihan
kondisi fisik, psikologis dan kognitif seseorang. Selama tidur normal maka
denyut jantung menurun maka penurunan tekanan darah relatif terjaga. Saat
tidur aktivitas sistem saraf menurun, otak akan menggunakan lebih sedikit
glukosa dan penurunan hormon kortisol. Hormon kortisol diproduksi di
kelenjar adrenal dan berperan dalam mengendalikan stress, selain itu juga
membantu mempertahankan tekanan darah tetap normal (Keswara, Mutiara
and Ludiana, 2018).
Teori dari Calhoun & Harding (2012) ialah jika kualitas tidur mengalami
kebiasaan durasi tidur yang pendek atau kualitas tidur buruk dapat
meningkatkan tekanan darah seseorang. Kualitas tidur yang buruk
mengakibatkan hormon yang mengatur keseimbangan tekanan darah tidak
bekerja optimal, maka hilangnya waktu tidur bisa membuat sistem saraf
menjadi hiperaktif dan akan mempengaruhi sistem seluruh tubuh termasuk
adalah jantung dan pembulu darah. Selain itu juga bisa membuat sistem saraf
simpatik meningkat dan merangsang stress fisik dan psikososial, kemudian
akhirnya dapat mengakibatkan hipertensi yang berkelanjutan (Sambeka,
Kalesaran and Asrifuddin, 2018).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan bahwa adanya
hubungan kualitas tidur dengan pasien hipertensi. Keeratan hubungan kualitas
tidur dengan pasien hipertensi dalam penelitian ini termasuk dalam kategori
nilai keeratan hubungan yang cukup yaitu sebesar 0,345 berada di interval
nilai koefisien 0,26-0,50 yang berarti semakin buruk kualitas tidur pasien
hipertensi maka tekanan darah cenderung bisa mengalami peningkatan. Dan
menurut peneliti, ada banyak faktor lain juga mempengaruhi kualitas tidur
pasien hipertensi salah satunya yaitu pola hidup seperti aktivitas berlebihan
sehingga pasien tetap berjaga sampai larut malam, bermain handphone,
menonton tv. Hal ini sejalan dengan penelitian (Anin, Batubara and Gatum,
2019) yang juga mempengaruhi kualitas tidur responden di wilayah kerja

34
Puskesmas Tarus yaitu usia. Semakin tinggi usia, maka lebih rentan untuk
terkena penyakit kronis atau degeneratif (diabetes, jantung, hipertensi, syaraf,
dan sendi) yang menyebabkan mereka menjadi sulit tidur. Dan pada pasien
hipertensi dalam penelitian ini juga didapatkan hal yang mengganggu kualitas
tidur seperti merasakan nyeri,pegal-pegal dan banyak pikiran.

35
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut usia mayoritas adalah
berusia 56-65 tahun sebanyak 13 orang (34,2%).
2. Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut jenis kelamin
diperoleh mayoritas adalah perempuan sebanyak 20 orang (52,6%).
3. Hasil penelitian ini diperoleh tekanan darah responden mayoritas responden
terbanyak adalah hipertensi stadium 1 dan hipertensi stadium 2 yaitu sama
banyak 14 orang (36,8%).
4. Responden yang memiliki kualitas tidur buruk lebih banyak yaitu 23 orang
(60,5%) daripada yang mempunyai kualitas tidur baik.
5. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman diperoleh p value sebesar 0,029,
dikarenakan p value < 0,05 maka dapat dinyatakan ada hubungan kualitas
tidur dengan pasien hipertensi di RSU. Royal Prima Medan.
6. Dari hasil correlation coefficient sebesar 0,852 yang dapat dinyatakan
bahwa hubungan antara kualitas tidur dengan pasien hipertensi di RSU.
Royal Prima Medan memiliki arah yang positif dengan nilai keeratan
hubungan yang sangat kuat.
5.2 Saran
1. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil dari penelitian mengenai hubungan kualitas tidur dengan
pasien hipertensi ini dapat dijadikan sebagai wawasan dan pengalaman
untuk masa yang akan datang. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
mencari faktor-faktor lain sebagai judul yang dapat mempengaruhi kualitas
tidur.
2. Bagi Pendidikan
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
menambahkan literatur di perpustakaan dan dapat dijadikan sebagai materi
untuk diajarkan oleh para pengajar.

36
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk
selalu menerapkan dan memelihara pola tidur yang baik untuk mengurangi
risiko terjadinya hipertensi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Alfi, W. N. and Yuliwar, R. (2018) ‘The Relationship between Sleep Quality and
Blood Pressure in Patients with Hypertension’, Jurnal Berkala Epidemiologi,
6(1), p. 18. doi: 10.20473/jbe.v6i12018.18-26.

Amanda, H., Prastiwi, S. and Sutriningsih, A. (2016) ‘Hubungan kualitas tidur


dengan tingkat kekambuhan hipertensi pada lansia di kelurahan tlogomas Kota
Malang Hafiez’, Nursing News, 1, pp. 358–368.

Anin, F. H., Batubara, S. O. and Gatum, A. M. (2019) ‘Survey Kualitas Tidur dan
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus
Kecamatan Kupang Tengah’, CHM-K Applied Scientific Journal, 2(1), pp. 29–43.

Anithira, M. (2018) ‘Program studi sarjana keperawatan stikes perintis padang


2018’, Jurnal Sehat Masada, XII, pp. 7–14.

Hall, J. E. (2016) ‘Aktivitas Otak-Tidur, Gelombang Otak, Epilepsi, Psikosis’, in


Ilyas, E. I. I., Widjajakusumah, M. D., and Tanzil, A. (eds) Guyton Dan Hall
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 12th edn. Singapore: Elsevier (singapore) Pte
Ltd, pp. 716–724.

Keswara, U. R., Mutiara, S. and Ludiana (2018) ‘Hubungan Kualitas Tidur


dengan Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Purwosari Metro Utara Tahun 2017’, Junal Kesehatan Holistik, 12(2), pp. 103–
111.

Nasution, H. (2014) ‘Gangguan Tidur Pasien Psikomatik’, in Setiadi, S. et al.


(eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th edn. Jakarta: InternaPublishing, pp.
3659–3661.

Noliya, M., Apriany, A. and Rini, P. S. (2018) ‘Hubungan kualitas tidur dengan
tekanan darah’, 9, pp. 23–35.

Pitaloka, R. D., Utami, G. T. and Novayelinda, R. (2015) ‘Hubungan Kualitas


Tidur Dengan Tekanan Darah Dan Kemampuan Konsentrasi Belajar Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau’, Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau, 2(2), pp. 1435–1443.

Rahajeng, E. et al. (2013) Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana


Hipertensi. Edisi Revi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

38
Restiana, K. (2015) ‘Lanjut Usia Di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial
Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia Medan’, pp. 1–94.

Restiana, K. (2015) ‘Lanjut Usia Di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial


Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia Medan’.

Sakinah, P. R., Kosasih, C. E. and Sari, E. A. (2018a) ‘Gambaran Kualitas Tidur


pada Penderita Hipertensi’, Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar,
13(2), pp. 46–52.

Sakinah, P. R., Kosasih, C. E. and Sari, E. A. (2018b) ‘Gambaran Kualitas Tidur


Pada Penderita Hipertensi Quality Of Sleep Among Hypertension Patients’,
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar, 13(2), pp. 46–52.

Sambeka, R., Kalesaran, A. F. C. and Asrifuddin, A. (2018) ‘Hubungan Kualitas


Tidur Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Tambun Kecamatan Likupang
Barat Tahun 2018’, Kesmas, 7(3).

Sherwood, L. (2013) ‘Pembuluh Darah dan Tekanan Darah’, in Alexander, S.


(ed.) Fisiologi Manusia. 8th edn. Belmont: Brooks/Cole, p. 361.

Subramaniam and Turgadevi (2017) ‘Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan


Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Pada
Tahun 2017’.

Sumarna, U., Rosidin, U. and Nugraha, B. A. (2019) ‘Hubungan Kualitas Tidur


dengan Tekanan Darah Pada Pasien Prehipertensi Puskesmas Tarogong Garut’,
Jurnal Keperawatan BSI, 7(1), pp. 1–6. doi: 10.31311/JK.V7I1.3929.

Suwarna, A. H. and Widiyanto (2016) ‘Perbedaan pola tidur antara kelompok


terlatih dan tidak terlatih’, Jurnal Medikora, VX(2), pp. 85–95.

Widhiyanti, T., Ariawati and Rusitayanti, A. (2017) ‘Jurnal Pendidikan Kesehatan


Rekreasi’, Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi, 3(1), pp. 9–18.

Yaqin, U. F. N. (2016) Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah Pada


Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Jember:
Digital Repository Universitas Jember.

Yogiantoro, M. (2014) ‘Pendekatan Klinis Hipertensi’, in Setiati, S. et al. (eds)


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th edn. Jakarta: InternaPublishing, pp. 2261–
2283.

39
LAMPIRAN

a) SURAT KETERANGAN LAYAK ETIK

Lampiran 1. 1 Surat Keterangan Layak Etik

40
b) SURAT IZIN PENELITIAN RSU.ROYAL PRIMA MEDAN

41
Lampiran 1. 2 Surat Izin Penelitian RSU. ROYAL PRIMA MEDAN

c) DOKUMENTASI

Lampiran 1. 3 Dokumentasi

42
d) OUTPUT SPSS DAN MASTER DATA

Frequencies
Statistics
umur jenis
kelamin
Valid 38 38
N
Missing 0 0

Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
remaja akhir 17-25 tahun 2 5.3 5.3 5.3
dewasa awal 26-35 tahun 1 2.6 2.6 7.9
dewasa akhir 36-45 tahun 5 13.2 13.2 21.1
Valid lansia awal 46-55 tahun 8 21.1 21.1 42.1
lansia akhir 56-65 tahun 13 34.2 34.2 76.3
manula >65 tahun 9 23.7 23.7 100.0
Total 38 100.0 100.0

jenis kelamin
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
laki-laki 18 47.4 47.4 47.4
Valid perempuan 20 52.6 52.6 100.0
Total 38 100.0 100.0

Frequencies
Statistics
tekanan darah kualitas tidur
Valid 38 38
N
Missing 0 0

43
Frequency Table
tekanan darah
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
prehipertensi 10 26.3 26.3 26.3
hipertensi std 1 14 36.8 36.8 63.2
Valid
hipertensi std 2 14 36.8 36.8 100.0
Total 38 100.0 100.0

kualitas tidur
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Baik 15 39.5 39.5 39.5
Valid Buruk 23 60.5 60.5 100.0
Total 38 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kualitas tidur * tekanan darah 38 100.0% 0 0.0% 38 100.0%

kualitas tidur * tekanan darah Crosstabulation


tekanan darah
prehipertensi hipertensi std hipertensi std
1 2
Count 4 5 6
Baik
kualitas % within kualitas tidur 26.7% 33.3% 40.0%
tidur Count 6 9 8
Buruk
% within kualitas tidur 26.1% 39.1% 34.8%
Count 10 14 14
Total
% within kualitas tidur 26.3% 36.8% 36.8%

44
kualitas tidur * tekanan darah Crosstabulation
Total

Count 15
Baik
% within kualitas tidur 100.0%
kualitas tidur
Count 23
Buruk
% within kualitas tidur 100.0%
Count 38
Total
% within kualitas tidur 100.0%

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.
Interval by
Pearson's R -.029 .163 -.173 .864c
Interval
Ordinal by Spearman
-.031 .164 -.188 .852c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 38

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

45
MASTER DATA PENELITIAN MASTER DATA RESPONDEN
Responden Umur Jenis Kelamin Tekanan Darah no P1,3,4 P2&5A P4 P5B-J P6 P7&8 P9 skor Ket
A 51 Laki-laki 140/90 1 0 2 3 2 2 1 2 12 buruk
B 58 Perempuan 170/100 2 0 2 0 1 1 0 1 5 baik
C 73 Laki-laki 160/83 3 0 0 0 2 1 2 0 5 baik
D 62 Perempuan 156/97 4 0 2 0 1 2 2 0 7 buruk
E 42 Perempuan 190/80 5 0 2 0 1 2 0 0 5 baik
F 53 Perempuan 154/84 6 0 2 0 2 2 2 1 9 buruk
G 55 Laki-laki 173/103 7 1 3 3 3 2 2 2 16 buruk
H 53 Laki-laki 130/80 8 0 1 2 2 2 2 1 10 buruk
I 19 Perempuan 140/80 9 0 0 1 1 1 1 2 6 buruk
J 57 Laki-laki 132/80 10 0 2 3 1 2 0 2 10 buruk
K 60 Perempuan 126/70 11 0 3 1 2 2 1 2 11 buruk
L 66 Perempuan 140/97 12 1 3 1 2 2 0 1 10 buruk
M 26 Perempuan 122/86 13 0 1 0 2 1 0 0 4 baik
N 47 Laki-laki 170/80 14 0 3 0 1 1 1 1 7 buruk
O 52 Laki-laki 122/89 15 0 0 3 1 1 0 0 5 baik
P 78 Laki-laki 140/80 16 0 2 0 1 0 2 0 5 baik
Q 71 Laki-laki 130/80 17 0 3 1 2 2 0 0 8 buruk
R 75 Laki-laki 150/110 18 0 3 0 1 1 0 1 6 buruk
S 61 Laki-laki 147/98 19 0 2 2 2 2 0 0 8 buruk
T 43 Laki-laki 160/90 20 0 0 0 1 0 0 0 1 baik
U 67 Laki-laki 120/95 21 0 1 1 1 1 0 0 4 baik
V 62 Perempuan 140/100 22 0 2 0 1 1 0 0 4 baik
W 65 Laki-laki 160/90 23 0 2 1 2 1 3 0 9 buruk
X 59 Laki-laki 140/90 24 0 1 0 1 0 0 0 2 baik
Y 77 Perempuan 129/97 25 0 1 1 1 1 0 0 4 baik
Z 41 Perempuan 160/95 26 0 2 0 1 2 0 0 5 baik
A 64 Laki-laki 190/92 27 1 3 3 1 2 0 0 10 buruk
B 19 Perempuan 150/101 28 1 3 2 1 2 2 1 12 buruk
C 65 Laki-laki 140/70 29 0 2 2 1 1 0 0 6 buruk
D 58 Perempuan 132/86 30 0 1 1 1 1 0 0 4 baik
E 64 Perempuan 160/93 31 0 1 2 2 2 0 2 9 buruk
F 68 Perempuan 127/93 32 0 2 1 1 1 1 0 6 buruk
G 39 Perempuan 150/100 33 0 3 1 1 2 2 1 10 buruk
H 48 Laki-laki 142/68 34 0 1 0 1 1 1 0 4 baik
I 70 Perempuan 138/65 35 0 2 1 1 2 0 0 6 buruk
J 60 Perempuan 129/75 36 0 2 1 2 1 1 0 7 buruk
K 38 Perempuan 157/96 37 0 2 1 2 3 1 2 11 buruk
L 50 Perempuan 139/82 38 0 1 0 1 1 0 1 4 baik
Lampiran 1. 4 Output Dan Master Data SPSS

46
e) PLAGIARISM CHECKER DAN BUKTI PUBLIKASI

47
48
Lampiran 1. 5 Plagiarism Checker Dan Bukti Publikasi

49
f) KUESIONER PSQI DAN TERJEMAHAN

50
51
Kuesioner PSQI hasil terjemahan
PITTSBURG SLEEP QUALITY INDEX
Nama Responden :
Petunjuk :
• Mohon diingat, ini bukan TES ! kami mengharapkan jawaban
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
• Jangan khawatir mengenai data penelitian anda, data yang
diperoleh akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk
kepentingan ilmiah.
• Jika ada pertanyaan yang sulit untuk dipahami, harap menanyakan
kepada peneliti.
• Tolong diingat kembali mengenai kebiasaan tidur anda sebulan
terakhir.
Jawablah pertanyaan berikut pada tempat yang telah disediakan
1. Dalam sebulan terakhir, jam berapa Jam : Menit
anda biasanya tidur pada malam (misal 22:00)
hari? __:__
Waktu Tidur Biasanya
2. Dalam sebulan terakhir, berapa (missal 30 menit)
lama ( dalam menit) waktu yang _ _ menit
anda perlukan untuk dapat tertidur
setiap malam?
Waktu Yang Dibutuhkan Saat
Mulai Berbaring Hingga Tertidur
3. Dalam sebulan terakhir, jam berapa (missal 07 : 00)
biasanya anda bangun di pagi hari ? __:__
Waktu Bangun Tidur Biasanya

52
4. Dalam sebulan terakhir, berapa jam (contoh : 6 jam)
anda tidur pada malam hari? (ini _ _ jam
mungkin berbeda dengan lama
waktu yang anda habiskan di tempat
tidur)
Jumlah Jam Tidur Per Malam
Berilah tanda “” pada salah satu jawaban yang anda anggap paling
sesuai
5. Dalam sebulan Tidak Kurang 1 atau 2x 3x atau
terakhir, seberapa pernah dari semingg lebih
sering anda semingg u semingg
mengalami kesulitan u u
tidur karena
mengalami…
a. Tidak bisa tidur dalam
jangka waktu 30 menit
setelah berbaring
b. Terbangun pada
tengah malam atau
dini hari
c. Harus bangun untuk
ke kamar mandi
d. Sulit bernapas dengan
nyaman
e. Batuk atau
mendengkur keras
f. Merasa kedinginan
g. Merasa
kepanasan/gerah
h. Mengalami mimpi
buruk

53
i. Merasa nyeri
j. Alasan lain yang
mengganggu, tolong
jelaskan :
__________________
__________________
______
Seberapa sering anda
mengalami gangguan
tidur karena hal
tersebut.
6. Dalam sebulan Sangat Cukup Kurang Sangat
terakhir, baik baik baik buruk
bagaimanakah anda
menilai kualitas tidur
anda secara
keseluruhan?
7. Dalam sebulan Tidak Kurang 1 atau 2x 3x atau
terakhir, seberapa pernah dari 1x semingg lebih
sering anda semingg u semingg
mengkonsumsi obat u u
(dengan atau tanpa
resep dokter) untuk
membantu agar bias
tidur?
8. Dalam sebulan Tidak Kurang 1 atau 2x 3x atau
terakhir, seberapa pernah dari 1x semingg lebih
sering anda semingg u semingg
mengalami kesulitan u u
untuk tetap
terjaga/segar/tidak

54
merasa ngantuk ketika
berkendara, makan,
atau dalam aktivitas
sosial?
9. Pada sebulan terakhir, Tidak Sedikit Ada Masalah
adakah masalah yang ada sekali masalah besar
anda hadapi untuk bisa masal masalah
berkonsentrasi atau ah
menjaga rasa antusias sama
guna menyelesaikan sekali
suatu pekerjaan/tugas
10. Apakah anda memiliki Tidak Ada, Ada, satu Ada,
teman tidur? namun ruangan dalam
berbeda beda tempat
tempat tidur
tidur yang
sama

Jika anda memiliki teman Tidak Kurang 1 atau 2x 3x atau


tidur satu ruangan, menurut pernah dari semingg lebih
teman tidur anda seberapa semingg u semingg
sering anda dalam sebulan u u
terakhir (diisi oleh teman
tidur).
a. Mendengkur keras
b. Mengalami jeda nafas
saat tidur
c. Kaki menyentak saat
tidur
d. Mengalami momen
kebingungan atau

55
disorientasi saat tidur
e. Ketidaknyamanan
lainnya selama tidur,
sebutkan :
__________________
__________________
______

Lampiran 1. 6 Kuesioner PSQI Dan Terjemahan

56

You might also like