Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan sidang panitia ujian akhir
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Kedokteran
Universitas Prima Indonesia dan dinyatakan lulus pada tanggal
(29/01/2021).
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing Penguji
ii
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 173307010085
Prima Medan
1. Karya tulis saya (skripsi) adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Program Studi
Universitas Prima Indonesia, maupun diperguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan
masukan tim penelaah/ tim penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyatan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
nomor yang berlaku di perguruan tinggi ini.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Hubungan Kualitas Tidur Dengan Pasien Hipertensi Di
RSU. Royal Prima Medan” yang merupakan salah satu syarat kelulusan
pendidikan Sarjana Kedokteran (S,Ked) di Fakultas Kedokteran Universitas Prima
Indonesia.
Pada penyusunan skripsi ini, penulis mendapat pengarahan dan bimbingan
serta masukan yang banyak dari berbagai pihak. Penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Chrismis Novalinda Ginting, S.KM, M.KES. selaku Rektor
Universitas Prima Indonesia.
2. dr. Linda Chiuman, M.K.M, AIFO-K. selaku Dekan Universitas Prima
Indonesia yang telah membimbing penulis selama mengikuti proses
perkuliahan di Universitas Prima Indonesia.
3. Dr. dr. I. Nyoman E. L, M.Kes, AIFM. selaku Ketua Yayasan Perguruan
Tinggi Prima Indonesia yang telah menyediakan sarana dan prasarana bagi
penulis selama mengikuti perkuliahan di Universitas Prima Indonesia.
4. dr. Suhartina, MKM. selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan kesabaran, untuk mendukung, membimbing, dan mengarahkan
penulis dalam penyelesaian proposal ini.
5. dr. Sri Lestari Ramadhani Nasution, MKM. yang telah mengajari dan
membimbing penulis dengan sabar selama masa perkuliahan di Universitas
Prima Indonesia.
6. Kedua orang tua penulis serta keluarga yang selalu memberikan do’a,
dukungan moril atau materil serta motivasi yang paling besar sehingga
penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
iv
7. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis mahasiswa FK UNPRI stambuk
2017 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberi
motivasi dan kebersamaan sejak hari pertama kuliah hingga sekarang.
8. Seluruh dosen pengajar dan pegawai staf akademik Fakultas
Kedokteran Universitas Prima Indonesia Medan.
9. Serta semua pihak yang telah membantu selama penulisan dan penyusunan
skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI :
Nama Elza Fahliza Ismar
NIM Qq1 173307010085
Tempat, TanggalMedan
Lahir Desa Kelambir, 29 April 1999
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Agama Kristen Islam
Alamat Dusun V Desa Klambir, Perumahan Desa
Klambir Bumi Permai Blok I no. 6,
Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten
Deli Serdang, Sumatera Utara
Status Belum Menikah
No.HP 0821-8424-8133
E-mail s elzafahlizaismar@gmail.com
DATA PENDIDIKAN :
2004 – 2010 SD Negeri 10744
2010– 2013 SMP Negeri 1 Hamparan Perak
viii
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI :
Nama Elizabeth Kangga
NIM Qq1 173307010090
Tempat, Tanggal
Medan
Lahir 29 April 2000
Jenis KelaminPerempuan Perempuan
Agama Kristen Buddha
Alamat Jl. Jend. Sudirman No. 10, LK1, Kecamatan
Tanjung Balai Selatan,
Provinsi Sumatera Utara
Status Belum Menikah
No.HP 0811-6262-068
E-mail s elizabethkngg.29@gmail.com
DATA PENDIDIKAN :
2005 – 2011 SD Swasta Sisingamangaraja Tanjung Balai
2011– 2014 SMP Swasta Sisingamangaraja Tanjung Balai
ix
DAFTAR ISI
x
2.2.9 Gangguan Tidur ......................................................................... 11
2.2.10 Kualitas Tidur ........................................................................... 11
2.2 Hipertensi .................................................................................................... 8
2.2.1 Definisi Hipertensi .................................................................... 12
2.2.2 Etiologi Hipertensi .................................................................... 13
2.2.3 Epidemiologi Hipertensi ........................................................... 14
2.2.4 Klasifikasi Hipertensi ............................................................... 15
2.2.5 Faktor Resiko Hipertensi .......................................................... 17
2.2.6 Gejala Klinis Hipertensi ........................................................... 17
2.2.7 Patofisiologis Hipertensi ........................................................... 18
2.2.8 Diagnosis Hipertensi ................................................................. 18
2.2.9 Penatalaksanaan Hipertensi ...................................................... 21
2.2.10 Komplikasi Hipertensi .............................................................. 24
2.2.11 Prognosis Hipertensi ................................................................. 25
2.3 Hubungan Kualitas Tidur Dengan Hipertensi ........................................... 25
2.4 Kerangka Konsep ...................................................................................... 26
2.5 Definisi Operasional.................................................................................. 26
2.6 Hipotesis.................................................................................................... 28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 11
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 11
3.2.1..Waktu Penelitian ....................................................................... 28
3.2.2..Tempat Penelitian ..................................................................... 28
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 11
3.3.1 Populasi..................................................................................... 28
3.3.2 Sampel ...................................................................................... 28
3.4 Metode Pengambilan Sampel.................................................................... 11
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 11
3.6 Rencana Analisa Data ............................................................................... 12
3.6.1 Analisis Univariat.................................................................... 12
3.6.2 Analisis Bivariat ...................................................................... 12
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 16
4.1.1..Analisis Univariat ..................................................................... 31
4.1.2..Analisis Bivariat ....................................................................... 33
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 22
5.2 Saran ......................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
LAMPIRAN .......................................................................................................... 42
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
terjadi pada lanjut usia (usia di atas 60 tahun) (Keswara, Mutiara and Ludiana,
2018) .
Tidur merupakan keadaan dimana seseorang tidak menyadarkan diri yang
relatif, tidak ada kegiatan dan keadaan yang penuh dengan ketenangan, dan terjadi
penurunan respon rangsangan dari luar. Tubuh berfungsi untuk memulihkan
sistem saraf yang telah beraktifitas selama seharian. Tidur yang berkualitas adalah
ketika orang tersebut mudah memulai tidur, dapat mempertahankan tidur dan
merasa rileks setelah terbangun dari tidur. Sedangkan tidur yang tidak berkulitas
dapat memicu terjadinya penyakit sebagai contohnya tekanan darah yang tidak
teratur yaitu terutama pada penderita hipertensi. Kualitas tidur dan durasi tidur
yang kurang baik dapat menimbulkan stressor fisik dan psikologis pada orang
yang menderita hipertensi serta memicu aktifitas sistem saraf simpatik (Anin,
Batubara and Gatum, 2019).
Pola tidur pada setiap orang berbeda tergantung dari kelompok usianya. Pola
tidur yang normal pada orang dewasa muda yaitu usia 18 tahun sampai usia 40
tahun yaitu 7-8 jam per hari, 20-25% tidur REM. Usia 40 tahun sampai usia 60
tahun atau disebut usia dewasa menengah 7-8 jam per hari, 20% tidur REM. Usia
> 60 tahun atau orang dewasa tua tidur sekitar 6 jam per hari, 20-25% tidur REM
dan sering terjaga saat sewaktu tidur dan juga dapat mengalami insomnia. Pola
tidur orang dewasa menengah kemungkinan dapat mengalami sulit tidur dan
insomnia. Pada orang dewasa tua, akan mengalami penurunan NREM (Non Rapid
Eye Movement) tahap IV dan bahkan terkadang tidak ada (Alfi and Yuliwar,
2018).
Kualitas tidur yang buruk meningkatkan tekanan darah, pada usia lanjut
membutuhkan waktu tidur 5-8 jam untuk menjaga kondisi fisik, karena pada usia
yang semakin senja berakibat sebagian dari anggota tubuh sudah tidak dapat
berfungsi dengan optimal. Sehingga untuk mencegah penurunan kesehatan
membutuhkan energi yang cukup dan pola tidur yang baik (Sambeka, Kalesaran
and Asrifuddin, 2018).
Menurut NSF (National Sleep Foundation) di Amerika dari 1.508 lansia,
terdapat 67% pada usia 65 tahun melaporkan mengalami gangguan tidur dan
2
sekitar 7,3% mengalami gangguan memulai serta mempertahankan tidur atau
insomnia. Penelitian menunjukkan kualitas tidur dapat mempengaruhi fisik,
emosional dan kesehatan mental. Gangguan tidur lebih banyak dialami oleh
penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi dibandingkan dengan seseorang
dengan tekanan darah normal, teridentifikasi dengan kuesioner PSQI ( Pittsburgh
Sleep Quality Index) (Alfi and Yuliwar, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kita rumuskan masalah yaitu
“Apakah terdapat hubungan kualitas tidur dengan pasien hipertensi di Rumah
Sakit Umum Royal Prima Medan?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan pasien
hipertensi di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pasien hipertensi di
Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.
b. Melihat distribusi kelompok jenis kelamin, usia, dan tekanan
darah hipertensi berdasarkan kualitas tidur pasien di Rumah
Sakit Umum Royal Prima.
c. Mengetahui pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Royal
Prima Medan yang kualitas tidur baik dan kualitas tidur buruk.
d. Untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan pasien
hipertensi di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini dilakukan untuk menambah wawasan ilmu mengenai
hubungan kualitas tidur dengan pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum
Royal Prima Medan.
1.4.2 Bagi Pendidikan
3
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi
mengenai hubungan kualitas tidur dengan pasien hipertensi.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memperoleh wawasan pengetahuan dan edukasi
mengenai hubungan kualitas tidur dengan hipertensi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TIDUR
2.1.1 DEFINISI
Tidur adalah suatu keadaan yang tak sadar, dapat dibangunkan dengan
pemberian rangsang sensorik atau rangsang lainnya (Hall, 2016). Menurut Fred
Plum dalam buku ajar ilmu penyakit dalam, tidur ialah keadaan inaktivitas relatif
pikiran dan gerakan tubuh berulang. Di keadaan normal, tidur adalah proses
fisiologis untuk hidup manusia (Nasution, 2014).
5
Pemakaian energi secara penuh perlu diganti dengan istirahat pada saat malam
hari bertujuan untuk mengurangi pemakaian energi (Widhiyanti, Ariawati and
Rusitayanti, 2017).
6
sering kali timbul pada banyak gangguan otak, seperti pada keadaan otak yang
berdegenerasi (Hall, 2016).
Dengan frekuensi kurang dan 3,5 siklus per detik, dan mempunyai voltase
dua sampai empat kali voltase macam gelombang otak lainnya merupakan
gelombang delta yang meliputi semua gelombang EEG. Gelombang delta terjadi
pada waktu tidur nyenyak, pada bayi, dan pada penyakit organik otak yang parah
(Hall, 2016).
Alfa
Beta
Teta
Delta
7
penurunan temperatur badan dan kortisol sehingga orang akan mengantuk dan
tidur. Kadar melatonin mulai meningkat saat jam 9 malam dan terus meningkat
sepanjang malam dan akan menghilang pada jam 9 pagi. Rangsangan cahaya
terang masuk melewati mata dan mempengaruhi suatu bagian di hipotalamus
yaitu NSC. NSC mengeluarkan neurotransmitter dan mempengaruhi pengeluaran
hormon pengatur temperatur badan lainnya, kortisol, growth hormone (GH), dan
lainnya yang memegang peranan untuk bangun tidur. NSC akan bekerja seperti
jam, meregulasi seluruh kegiatan bangun dan tidur (Subramaniam and Turgadevi,
2017).
8
D. Tahap 4, individu berada dalam tahap tidur yang dalam atau delta
sleep. individu sulit dibangunkan dan membutuhkan stimulus untuk
dibangunkan. Tahap ini 10% dari keseluruhan tidur (Widhiyanti,
Ariawati and Rusitayanti, 2017).
2. Tidur REM
Tidur REM ini yaitu tidur dalam kondisi aktif atau paradoksial. Ciri-ciri tidur
REM yaitu biasanya disertai dengan mimpi, lebih sulit dibangunkan
dibandingkan selama tidur nyenyak gelombang lambat, frekuensi jantung dan
pernapasan menjadi tidak teratur, mata cepat tertutup dan terbuka, nadi
irregular dan cepat, tonus otot saat tidur nyenyak tertekan, gelombang lambat,
proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis, tekanan darah meningkat
dan meningkatnya metabolisme. Biasanya tidur REM terjadi setiap 90 menit
berlangsung selama 5-30 menit. Adapun gejala-gejala ketika kehilangan tidur
REM yaitu kurang bisa mengontrol diri, nafsu makan bertambah, hiperaktif,
bingung dan berpikir curiga (Widhiyanti, Ariawati and Rusitayanti, 2017).
9
f. Remaja (14-17 tahun) durasi tidur ditambah satu jam sehingga menjadi 8-10
jam yang sebelumnya hanya 8,5-9,5 jam.
g. Orang menuju dewasa (18-25 tahun) ini merupakan kategori baru dan durasi
tidurnya 7-9 jam per harinya.
h. Orang dewasa (26-64 tahun) durasi tidur tetap,yaitu 7-9 jam.
i. Orang lanjut usia (65 tahun ke atas) durasi tidur 7-8 jam (Suwarna and
Widiyanto, 2016).
10
d. Gangguan tidur yang bermodifikasi : termasuk penyebab perubahan fisiologis,
kondisi medis yaitu fluktuasi konsentrasi gula darah pada diabetes melitus,
hipnalgia, proktalgia nokturna, ereksi penis yang menyakitkan,ulkus duodeni,
gangguan kardiovaskular, kondisi neuromuskular, gangguan respirasi dan
lainnya (Nasution, 2014).
11
2.2 HIPERTENSI
2.2.1 DEFINISI
Hipertensi merupakan desakan darah berlebih dan hampir konstan pada
arteri. Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolik, sistolik ataupun
keduanya secara terus-menerus, tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya
tekanan arteri pada saat jantung berdenyut atau berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolik berkaitan dengan tekanan pada arteri pada saat jantung sedang dalam
keadaan relaksasi di antara kedua denyutan (Restiana, 2015).
Hipertensi adalah penyakit kronik degeneratif yang sering di jumpai pada
praktek klinik sehari-hari. Hipertensi adalah dimana keadaan tekanan darah
sistolik lebih 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Anin,
Batubara and Gatum, 2019) dan diklasifikasikan sesuai dengan derajat
keparahannya (Yogiantoro, 2014).
Peningkatan tekanan darah dapat mengakibatkan gejala-gejala yang akan
berlanjut ke organ target yakni pada pembuluh darah jantung misalnya penyakit
jantung koroner dan pada otak seperti stroke (Yogiantoro, 2014).
Peningkatan tekanan darah dalam arteri dapat terjadi dengan beberapa cara dalam:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan banyak cairan pada tiap
detiknya.
2. Bertambah cairan dalam srikulasi dapat menyebabkan meningkatnya tekanan
darah, yang dapat terjadi apabila ada kelainan fungsi ginjal sehingga garam dan
air pada tubuh tidak mampu terbuang. Volume darah meningkat jadi tekanan
darah juga meningkat.
3. Arteri besar menjadi kaku karena kehilangan kelenturannya sehingga tidak
dapat mengembang saat jantung sedang memompa darah melalui arteri besar
(Restina, 2015).
2.2.2 ETIOLOGI
Hipertensi disebut primer apabila 90% dari penyebabnya tidak diketahui
dan disebut sekunder bila 10% dari sebabnya di ketahui.
12
Penyebabnya antara lain :
• Penyakit seperti penyakit tiroid, penyakit ginjal kronik, penyakit renovascular,
obstructive sleep apnea, paratiroid dan lainnya.
• Mengkonsumsi obat-obatan seperti prednisone, fludrokortison, triamsinolon.
• Makanan mengandung sodium, etanol dan licorice.
• konsumsi obat jalanan yang mengandung cocaine, cocaine withdrawal,
ephedra alkaloids, herbal ecstasy, phenylpropanolamine analogs, nicotine
withdrawal, anabolic steroids, narcotic withdrawal, methylphenidate,
phencyclidine, ketamin, ergot-containing herbal products (Yogiantoro, 2014).
2.2.3 EPIDEMIOLOGI
Hipertensi ditemukan pada seluruh populasi dengan angka kejadian yang
berbeda-beda, karena adanya faktor gen, ras, social budaya yang menyangkut
gaya hidup masing-masing yang berbeda. Hipertensi meningkat seiring
bertambahnya umur, sehingga diatas umur 60 tahun prevalensinya mencapai
65,4%. Faktor asupan NaCl pada makanan juga sangat erat hubungannya dengan
angka kejadian hipertensi. Merokok, mengkonsumsi alkohol, dan kurangnya
aktifitas fisik, juga stress pada kehidupan sehari-hari berperan dalam kontribusi
kejadian hipertensi. Menurut NHANES, prevalensi tekanan darah tinggi pada
populasi orang dewasa yang di atas umur 20 tahun di Amerika Serikat adalah
normal 38%, pre-hipertensi 31% dan hipertensi mencapai 31% (Yogiantoro,
2014).
Bila anamnesis keluarga diperoleh ada yang hipertensi, maka resiko
menjadi hipertensi sebelum umur 55 tahun diperkirakan sekitar empat kali
dibandingkan dengan anamanesis pada keluarga yang tidak ada riwayat hipertensi,
semua orang akan menjadi hipertensi (90%) di atas umur 55 tahun (Yogiantoro,
2014).
Penderita hipertensi di indonesia pada tahun 2013 terdapat sekitar 26,5%,
tetapi pasien yang diketahui memiliki riwayat minum obat terdapat sebanyak
9,5% sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari kasus hipertensi di
indonesia belum terdiagnosis oleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan data
13
kesehatan indonesia pada tahun 2011, disebutkan bahwa hipertensi adalah salah
satu penyakit yang masuk dalam urutan 10 besar penyakit dengan kasus rawat
inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010 yaitu 42,38% diantaranya adalah
pria dan 57,62% diantaranya adalah wanita sedangkan pasien yang meninggal
dunia dengan proporsi kasus 4,8% (Anin, Batubara and Gatum, 2019).
2.2.4 KLASIFIKASI
A. Klasifikasi hipertensi menurut kausanya :
a) Hipertensi primer atau disebut juga esensial adalah hipertensi yang terjadi
tidak diketahui penyebabnya dan juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Hipertensi primer yaitu suatu kategori umum untuk peningkatan
tekanan darah yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab yang tidak
diketahui. Orang menunjukkan kecenderungan genetik yang kuat untuk
mengidap hipertensi primer, yang dapat dipercepat atau diperburuk oleh
faktor kontribusi misalnya obesitas, stres, merokok, atau kebiasaan makan
(Sherwood, 2013).
b) Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya dan terjadi
pada sekitar 5-10% pengidap hipertensi, penyebabnya adalah salah satunya
penyakit ginjal. Foekromositoma adalah salah satu contoh hipertensi
sekunder, penyebabnya adalah karena terjadi peningkatan abnormal pada
hormon epinefrin dan norepinefrin yang mengakibatkan vasekonstriksi
perifer generalisata yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi
(Sherwood, 2013).
B. Klasifikasi hipertensi menurut gangguan tekanan darah dalam (Restiana,
2015):
a. Hipertensi sistolik yaitu peninggian tekanan darah sistolik saja.
b. Hipertensi diastolik yaitu peninggian tekanan darah diastolik.
C. Klasifikasi hipertensi menurut tinggi dan beratnya peningkatan tekanan darah
dalam (Restina, 2015) :
a. Hipertensi ringan
b. Hipertensi sedang
14
c. Hipertensi berat
D. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII :
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
15
B. Faktor resiko yang bisa diubah
a) Obesitas, obesitas berkaitan dengan peningkatan curah jantung.
b) Stress, peningkatan sistem saraf simpatis bisa meningkatkan tekanan darah
secara intermitten pada saat dalam keadaan stress.
c) Merokok, konsumsi rokok dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah
serta denyut jantung.
d) Kurang berolahraga, pada waktu berolahraga pembuluh darah tidak kaku
dan dapat meningkatkan daya tahan jantung.
e) Alkohol, konsumsi alkohol yang berlebih akan dapat meningkatkan hormon
katekolamin sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
f) Konsumsi garam berlebih, di dalam tubuh kita, garam dapat menahan air
dan akan meningkatkan volume darah tanpa menambah ruang.
g) Hiperlipidemia, kadar kolesterol yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya
endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah.
h) Kualitas tidur, orang yang mengalami gangguan tidur beresiko terjadi
peningkatan tekanan darah.
2.2.7 PATOFISIOLOGI
Dimulai dengan aterosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh
darah perifer berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh
darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plague yang
menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran
darah yang terjadi dapat menyebabkan beban jantung bertambah berat yang
16
akhirnya dekompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang
memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi
(Restina, 2015).
Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien lanjut usia. Hal ini erat
hubungannya dengan proses menua pada individu, terjadi perubahan berupa
berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh
darah. Keadaan ini diperberat dengan terjadinya penimbunan lemak di lapisan
dalam pembuluh darah (Restina, 2015).
Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang sering tampak adalah bagian
sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur tekanan darah). Hipertensi
pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), dan
umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik HST maupun
gabungan sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas
untuk orang lanjut usia (Restina, 2015).
2.2.8 DIAGNOSIS
A. Anamnesa menurut (Yogiantoro, 2014)
a) Memberi salam dan mempersilahkan pasien untuk duduk
b) Memperkenalkan diri dan menanyakan identitas pasien
c) Menanyakan keluhan utama pasien
d) Sudah berapa lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
e) Menanyakan indikasi adanya hipertensi sekunder
f) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal ( ginjal polikistik )
g) Adanya infeksi saluran kemih, hematori, penyakit ginjal dan mengkonsumsi
obat-obat analgesik atau bahan lainnya
h) Episode lemah otot dan episode berkeringat, sakit kepala serta
feokromositoma
i) Menanyakan faktor resiko seperti riwayat DM, hipertensi, pola makan,
kebiasaan merokok, pola makan dan aktifitas sehari-hari
17
j) Gejala kerusakan organ seperti :
• Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,TIA, deficit
sensoris atau motoris
• Jantung : nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur dengan bantal tinggi (
lebih dari 2 bantal )
• Ginjal: haus, polyuria, nokturia, hematuria, hipertensi yang disertai
kulit pucat anemis
• Arteri: ekstremitas dingin, klaudikasio intermitten
k) Pengobatan anti hipertensi sebelumnya serta faktor pribadi, keluarga
dan lingkungan
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien hipertensi ialah pemeriksaan tekanan
darah yang dilakukan dalam situasi nyaman dan rileks, tidak tertekan atau tertutup
pakaian dengan menggunakan salah satu dari 3 jenis sphygmomanometer yaitu :
• Manometer aneroid, kurang akurat bila digunakan berulang-ulang
• Manometer elektronik, kurang akurat
• Manometer air raksa / merkuri (Yogiantoro, 2014).
C. Pemeriksaan Penunjang Berupa :
• Tes darah rutin
• Glukosa darah ( puasa )
• Kolesterol total serum
• Kolesterol LDL dan HDL serum
• Kalium serum
• Trigliserida serum (puasa)
• Asam urat serum
• Keratin serum
• Kalium serum
• Hemoglobin dan hematokrit
• Urinalisis (uji carik celup serta sendimen urin)
• Elektrokardiogram (Yogiantoro, 2014).
18
Dalam buku (Yogiantoro, 2014) ada beberapa pedoman yang
menganjurkan untuk melakukan tes lain seperti :
• Elektrokardiogram
• USG karotis dan femoral
• C- REACTIVE PROTEIN
• Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/ keratinin urin
• Proteinuria kuantitatif
• Funsukopi pada hipertensi berat
D. Pemeriksaan Kerusakan Organ Target
• Jantung: pemeriksaan fisik, foto polos dada (pembesaran jantung),
elektrokardiografi (deteksi iskemia, gangguan kondisi arteri intratoraks dan
sirkulasi pulmoner) dan ekokardiografi
• Pembuluh darah: pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure,
USG karotis, fungsi endotel.
• Mata: funduskopi retina
• Otak: pemeriksaan neurologis, diagnosis stroke menggunakan computed
tomography (CT) scan atau MRI (magnetic resonance imaging)
• Fungsi ginjal: pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya
proteinuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin keratin urin,
perkiraan laju filtrasi glomerulus, untuk pasien stabil dapat diperkirakan
dengan menggunakan modifikasi rumus dari Cockroft-Gault sesuai dengan
anjuran National Kidney Foundation (NKF) yaitu:
(140 − 𝑢𝑚𝑢𝑟)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑥 (0,85 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎)
𝑘𝑙𝑖𝑟𝑒𝑛𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛∗ =
72 𝑥 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚
(* glomerulus filtration rate/ laju filtran glomerulus (GFR) dalam
ml/menit/1,73m2) (Yogiantoro, 2014).
2.2.9 PENATALAKSANAAN
A. Pengendalian faktor risiko
a. Mengatasi obesitas atau menurunkan berat badan berlebih. Obesitas bukan
merupakan penyebab hipertensi, tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas
19
jauh lebih besar. Resiko menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan orang yg badannya normal. Obesitas
harus dikendalikan dengan cara menurunkan berat badan.
b. Mengurangi asupan NaCl di dalam tubuh. Pengurangan asupan garam harus
memperhatikan kebiasaan makan penderita karena jika di turunkan secara
drastis akan sulit untuk dilakukan. Batas sampai kurang dari 5 gram ( 1
sendok teh ) perhari saat memasak.
c. Rileks. Melakukan meditasi, yoga atau hipnotis juga dapat mengontrol
sistem saraf pada akhirnya bias menurunkan tekanan darah.
d. Olahraga teratur. Olahraga seperti aerobik, jalan cepat 30-45 menit dalam 4
kali seminggu dapat menambah kebugaran dan memperbaiki metabolisme
tubuh yang dapat menurunkan tekanan darah.
e. Berhenti merokok. Zat-zat kimia seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok yang akan masuk ke dalam aliran darah bisa merusak
lapisan endotel arteri dan akan mengakibatkan aterosklerosis dan tekanan
darah tinggi.
f. Mengurangi mengkonsumsi alkohol berlebihan.
Laki-laki : tidak lebih dari 2 gelas perhari
Wanita : tidak lebih dari 1 gelas perhari (Rahajeng et al., 2013).
B. Terapi Farmakologis
Tujuan penetalaksanaan penyakit hipertensi adalah untuk mengendalikan
angka sakit dan kematian akibat hipertensi dengan menurunkan gangguan
terhadap kualitas hidup penderita seminimal mungkin (Rahajeng et al., 2013).
Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang Panjang
sekali sehari dan dosis dititrasi, kemudian dapat ditambah selama beberapa bulan
pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung
pada tingkat keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat anti
hipertensi (Rahajeng et al., 2013).
Prinsip pemberian obat anti hipertensi adalah :
1. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi.
20
2. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan pemakaian obat anti
hipertensi.
4. Pengobatan hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang, bahkan seumur
hidup (Rahajeng et al., 2013).
Jenis-jenis obat anti hipertensi:
1. Diuretik
2. Penghambat simpatis
3. Betablocker
4. Vasodilatator
5. Penghambat enzim konversi angiotensin
6. Antagonis kalsium
7. Penghambat reseptor angiotensin II (Rahajeng et al., 2013).
Tatalaksana hipertensi dengan obat antihipertensi yang dianjurkan menurut
(Rahajeng et al., 2013) :
a. Diuretik: Hidroclorotiazid, dosis: 12,5 – 50 mg/hari
b. Penghambat reseptor angiotensin II: Captopril 25 – 100 mmHg
c. Penghambat kalsium yang bekerja Panjang: Nifedipine 30 - 60 mg/hari
d. Penghambat reseptor beta: Propanolol 40 – 160 mg/hari
e. Agonis reseptor alpha central (penghambat simpatis): Reserpin 0,05 – 0,25
mg/hari
Keterangan alur pengobatan hipertensi :
1. Ketika seseorang ditegakkan diagnosis menderita hipertensi maka yang
dilakukan pertama adalah mecari faktor resiko yang ada dan menurunkan
faktor resiko yang ada dengan mengubah gaya hidup sampai mencapai
tekanan darah yang diharapkan. Bila dalam jangka waktu 1 bulan tidak
tercapai tekanan darah normal, maka terapi obat pilihan diperlukan.
2. Terapi obat digunakan sesuai derajat keparah hipertensi dan ada tidaknya
indikasi khusus, seperti DM, kehamilan, asma bronchial, kelainan hati dan
darah.
21
3. Terapi pertama obat pilihan adalah golongan tiazid, lalu golongan
penghambat enzim konversi angiotensin, dan diikuti golongan antagonis
kalsium.
4. Bila terapi tunggal tidak berhasil maka terapi dapat dikombinasikan.
5. Bila tekanan darah tidak dapat dicapai baik melalui modifikasi gaya hidup
dan terapi kombinasi maka dilakukanlah sistem rujukan spesialistik
(Rahajeng et al., 2013).
C. Rujukan
Rujukan dilakukan bila terapi yang diberikan di pelayanan primer belum dapat
mencapai sasaran pengobatan yang diinginkan atau dijumpai komplikasi penyakit
lainnya akibat penyakit hipertensi. Persiapkan penderita untuk rujukan tersebut
sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah terhadap hasil pengobatan yang
sudah dijalani (Rahajeng et al., 2013).
2.2.10 KOMPLIKASI
Pada jangka panjang apabila tekanan darah tinggi tidak dapat turun stabil
pada kisaran target normo tensi dapat merusak organ-organ terkait (TOD) seperti
pembuluh darah koroner, pembuluh darah otak, aorta, pembuluh darah ginjal dan
pembuluh darah mata (Yogiantoro, 2014).
Kenaikan tekanan darah yang berangsur lama juga dapat merusak fungsi ginjal,
semakin meningkat tekanan darah maka laju filtrasi glomerulus semakin menurun
dan akhirnya menjadi penyakit ginjal tahap akhir. Dikarenakan tingginya tekanan
darah , faktor resiko independent yang kuat untuk merusak ginjal menuju penyakit
ginjal tahap akhir (PTGA), usahakan pertahankan tekanan darah pada kisaran
120/80mmHg (Yogiantoro, 2014).
2.2.11 PROGNOSIS
Hipetensi adalah the disease cardiovascular continuum yang akan
berlangsung seumur hidup hingga pasien meninggal akibat kerusukan target organ
(TOD). Hipertensi yang tidak diobati meningkat 35% semua kematian
22
kardiovaskular , 50% kematian stroke, 25% kematian PJK, 50% penyakit jantung
kongestif, 25% semua kematian premature (mati muda), serta menjadi penyebab
tersering untuk terjadinya penyakit ginjal kronis dan penyebab gagal ginjal
terminal (Yogiantoro, 2014).
Pemberian obat antihipertensi akan di ikuti penurunan insiden strok 35%-
40%; infark miokard 20% - 25% dan lebih dari 50% gagl jantung. Penderita
hipertensi stadium 1 denga faktor resiko kardiovaskular tambahan, bila berhasil
mencapai penurunan TDS sebesar 12 mmHg yang dapat bertahan 10 tahun,
sehingga akan mecegah 1 kematian dari setiap 11 penderita yg sudah diobati
(Yogiantoro, 2014).
Tapi belum ada studi hasil terapi pada penderita prehipertensi (120-139/
80-89mmHg) meskipun diketahui bahwa dari studi TROPHY pemberian terapi
pada pre-hipertensi bias menurunkan terjadinya hipertensi sesungguhnya, walau
obat yang diberikan telah dihentikan selam 1 tahun (Yogiantoro, 2014).
23
2.4 Kerangka Konsep
24
Variabel Desakan Berdasarkan Tensimet Pengukur Nilai Ordin
dependen: berlebih dan perolehan er digital an tekanan al
Hipertensi hampir tekanan tekanan darah
konstan pada darah sistol darah sistolik
arteri, yang dan diastol dilakukan dan
mana menggun diastolik
kenaikan akan
tekanan tensimete
sistolik, r digital
diastolik atau dengan
keduanya posisi
secara terus yang
menerus sesuai
2.6 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah “ada hubungan kualitas tidur dengan pasien
hipertensi di RSU. Royal Prima”.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
26
3.3.2 Sampel
Jumlah sampel yang akan dibutuhkan pada penelitian ini berjumlah 38
orang yaitu ditentukan dengan menggunakan rumus slovin.
𝑁
𝑛=
𝑁. 𝑑 2 + 1
Keterangan:
n: Jumlah Sampel
N: Jumlah Populasi
d2: Presisi
27
variabel dependen yaitu kualitas tidur dan hipertensi. Analisis univariat ini
bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel penelitian.
Pada penelitian ini, analisis univariat untuk menjabarkan distribusi
frekuensi karakteristik responden (umur dan jenis kelamin), kualitas tidur dan
tekanan darah.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjelaskan
adanya hubungan antara dua variabel yaitu hubungan antara kualitas tidur
dengan hipertensi. Pada penelitian ini, analisis bivariat menggunakan uji
statistik chi square dengan derajat kemaknaan 5% yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan kualitas tidur dengan pasien hipertensi di Rumah Sakit
Umum Royal Prima Medan. Kemudian korelasi spearman dengan derajat
kemaknaan 5% yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur
dengan pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Royal Prima Medan
Menurut Sarwono (2011) dalam menentukan tingkat kekuatan hubungan
antar variabel, kita dapat berpedoman pada nilai kekuatan hubungan
(Correlation Coefficient) yang merupakan hasil dari output dengan ketentuan
a) Nilai koefisien korelasi sebesar 0,00-0,25 = hubungan sangat lemah
b) Nilai koefisien korelasi sebesar 0,26-0,50 = hubungan cukup
c) Nilai koefisien korelasi sebesar 0,51-0,75 = hubungan kuat
d) Nilai koefisien korelasi sebesar 0,76-0,99 = hubungan sangat kuat
e) Nilai koefisien korelasi sebesar 1,00= hubungan sempurna.
BAB IV
28
62 dan tingkat kesalahan yaitu 10%, maka jumlah sampel adalah : n = 62/62
(0,1)2 + 1 = 38,27 dibulatkan menjadi 38 sampel penelitian dan telah
memenuhi kriteria inklusi yaitu bersedia menjadi responden dan mampu
berkomunikasi. Dan kriteria eksklusi yaitu tidak bersedia menjadi responden.
Hasil penelitian sebagai berikut ;
29
Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Responden
30
Hubungan Kualitas Tidur dengan Pasien Hipertensi di RSU. Royal Prima
Medan
Tabel 6 Hubungan Kualitas Tidur dengan Pasien Hipertensi di RSU. Royal Prima
Medan
Tekanan darah
Kualitas Pre Hipertensi Hipertensi Total p Correlation
tidur hipertensi std 1 std 2 value Coefficient
n % N % n % n %
Baik 4 26,7 5 33,3 6 40,0 15 100,0
Buruk 6 26,1 9 39,1 8 34,8 23 100,0 0,029 0,852
Total 10 26,3 14 36,8 14 36,8 38 100,0
4.2 PEMBAHASAN
1. Kualitas Tidur
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa distribusi frekuensi
kualitas tidur responden didapatkan mayoritas responden dengan kualitas
buruk sebanyak 23 orang (60,5%) dan responden dengan kualitas tidur baik
sebanyak 15 orang (39,5%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Sakinah, Kosasih and Sari,
2018a), dimana menunjukkan kualitas tidur pada penderita hipertensi di
Puskesmas Rancaekek bermayoritas buruk sebanyak 75 orang (94,9%) dan 4
orang (5,1%) lainnya memiliki kualitas tidur yang baik. Hasil penelitian ini
31
juga sejalan dengan hasil penelitian (Anithira, 2018) hampir seluruh atau 42
orang (77,8%) mengalami kualitas tidur buruk pada pasien hipertensi di UPT
Griya Antapani Kota Bandung dan 12 orang lainnya memiliki kualitas tidur
baik.
Kualitas tidur tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti faktor
stres dan kecemasan, kebiasaan pola makan yang buruk, konsumsi kafein
maupun nikotin dan kurangnya aktivitas atau olahraga (Suwarna and
Widiyanto, 2016). Menurut Potter & Perry (2010) menyatakan bahwa pada
orang normal, gangguan tidur yang terus menerus akan mengakibatkan terjadi
perubahan pada siklus tidur biologisnya, menurunkan daya tahan tubuh serta
konsentrasi berkurang dan menurunkan prestasi belajar, mudah tersinggung,
depresi, kelelahan, kemudian akhirnya bisa mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain (Noliya, Apriany and Rini, 2018).
Asumsi peneliti dari hasil penelitian, distribusi frekuensi responden yang
memiliki kualitas tidur baik sebanyak 15 orang (39,5%) dikarenakan tidur
malam responden tidak ada masalah seperti tidak terbangun ditengah malam,
tidak ke kamar mandi, tidak mimpi buruk, tidak merasa nyeri serta jam tidur
baik.
2) Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa distribusi frekuensi
tekanan darah responden didapatkan mayoritas responden adalah Hipertensi
stadium 1 dan Hipertensi stadium 2 yaitu masing-masing 14 orang (36,8%).
Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian (Keswara, Mutiara and
Ludiana, 2018) tentang hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah
penderita hipertensi bahwa rata-rata tekanan darah hipertensi adalah
167,31/108,50 mmHg dengan standar deviasi 13,817/10,328. Tekanan darah
minimum sistolik adalah 142 mmHg dan maksimum 210 mmHg, tekanan
diastolik minimum 90 mmHg dan maksimum 135 mmHg.
Hipertensi ialah penyakit yang tidak mencetuskan gejala khas dan
akhirnya sering tidak terdiagnosis dalam waktu yang lama. Gejala akan terasa
tiba-tiba ketika tekanan darah meningkat. Meskipun demikian, ada beberapa
32
gejala yang mengindikasikan terjadinya peningkatan darah atau hipertensi,
ialah pusing, sulit tidur, sesak nafas, telinga berdengung, rasa berat atau kaku
di tengkuk, mata berkunang-kunang, mudah lelah dan mimisan meskipun
jarang dilaporkan (Sumarna, Rosidin and Nugraha, 2019).
Menurut asumsi peneliti, banyak faktor pemicu hipertensi salah satunya yaitu
genetik, obesitas, tidak mengaplikasikan pola hidup sehat seperti berolahraga
teratur, konsumsi garam berlebih dan berlemak, gaya hidup seperti merokok
dan konsumsi alkohol.
3) Hubungan kualitas tidur dengan hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 15 orang responden
yang memiliki kualitas tidur yang baik, 4 orang (26,7%) diantaranya
mengalami prehipertensi, 5 orang (33,3%) hipertensi stadium 1 dan 6 orang
(40,0%) hipertensi stadium 2. Dari 23 responden yang memiliki kualitas tidur
buruk, 6 orang (26,1%) diantaranya mengalami prehipertensi, 9 orang (39,1%)
hipertensi stadium 1 dan 8 orang (34,8%) mengalami hipertensi stadium 2.
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman diperoleh p value sebesar 0,029
(p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan kualitas tidur dengan pasien
hipertensi di RSU. Royal Prima Medan. Dari hasil ini juga didapatkan
correlation coefficient (r) sebesar 0,852 yang dapat dinyatakan bahwa
hubungan antara kualitas tidur dengan pasien hipertensi di RSU. Royal Prima
Medan memiliki kekuatan hubungan yang sangat kuat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Anithira,
2018) tentang hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien
hipertensi di UPT Griya Antapani Kota Bandung, bahwa ada hubungan
kualitas tidur dengan tekanan darah pada Pasien hipertensi karena p value
(0,000) <0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur
dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian (Amanda, Prastiwi and Sutriningsih, 2016) berdasarkan
analisis data menggunakan uji spearman rank diperoleh p-value = (0,000) <
(0,050) sehingga H1 diterima, artinya terdapat hubungan kualitas tidur dengan
33
tingkat kekambuhan hipertensi pada lansia di RW 08 Kelurahan Tlogomas
Kota Malang.
Tidur ialah keadaan fisiologis yang berkontribusi dalam pemulihan
kondisi fisik, psikologis dan kognitif seseorang. Selama tidur normal maka
denyut jantung menurun maka penurunan tekanan darah relatif terjaga. Saat
tidur aktivitas sistem saraf menurun, otak akan menggunakan lebih sedikit
glukosa dan penurunan hormon kortisol. Hormon kortisol diproduksi di
kelenjar adrenal dan berperan dalam mengendalikan stress, selain itu juga
membantu mempertahankan tekanan darah tetap normal (Keswara, Mutiara
and Ludiana, 2018).
Teori dari Calhoun & Harding (2012) ialah jika kualitas tidur mengalami
kebiasaan durasi tidur yang pendek atau kualitas tidur buruk dapat
meningkatkan tekanan darah seseorang. Kualitas tidur yang buruk
mengakibatkan hormon yang mengatur keseimbangan tekanan darah tidak
bekerja optimal, maka hilangnya waktu tidur bisa membuat sistem saraf
menjadi hiperaktif dan akan mempengaruhi sistem seluruh tubuh termasuk
adalah jantung dan pembulu darah. Selain itu juga bisa membuat sistem saraf
simpatik meningkat dan merangsang stress fisik dan psikososial, kemudian
akhirnya dapat mengakibatkan hipertensi yang berkelanjutan (Sambeka,
Kalesaran and Asrifuddin, 2018).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan bahwa adanya
hubungan kualitas tidur dengan pasien hipertensi. Keeratan hubungan kualitas
tidur dengan pasien hipertensi dalam penelitian ini termasuk dalam kategori
nilai keeratan hubungan yang cukup yaitu sebesar 0,345 berada di interval
nilai koefisien 0,26-0,50 yang berarti semakin buruk kualitas tidur pasien
hipertensi maka tekanan darah cenderung bisa mengalami peningkatan. Dan
menurut peneliti, ada banyak faktor lain juga mempengaruhi kualitas tidur
pasien hipertensi salah satunya yaitu pola hidup seperti aktivitas berlebihan
sehingga pasien tetap berjaga sampai larut malam, bermain handphone,
menonton tv. Hal ini sejalan dengan penelitian (Anin, Batubara and Gatum,
2019) yang juga mempengaruhi kualitas tidur responden di wilayah kerja
34
Puskesmas Tarus yaitu usia. Semakin tinggi usia, maka lebih rentan untuk
terkena penyakit kronis atau degeneratif (diabetes, jantung, hipertensi, syaraf,
dan sendi) yang menyebabkan mereka menjadi sulit tidur. Dan pada pasien
hipertensi dalam penelitian ini juga didapatkan hal yang mengganggu kualitas
tidur seperti merasakan nyeri,pegal-pegal dan banyak pikiran.
35
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut usia mayoritas adalah
berusia 56-65 tahun sebanyak 13 orang (34,2%).
2. Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut jenis kelamin
diperoleh mayoritas adalah perempuan sebanyak 20 orang (52,6%).
3. Hasil penelitian ini diperoleh tekanan darah responden mayoritas responden
terbanyak adalah hipertensi stadium 1 dan hipertensi stadium 2 yaitu sama
banyak 14 orang (36,8%).
4. Responden yang memiliki kualitas tidur buruk lebih banyak yaitu 23 orang
(60,5%) daripada yang mempunyai kualitas tidur baik.
5. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman diperoleh p value sebesar 0,029,
dikarenakan p value < 0,05 maka dapat dinyatakan ada hubungan kualitas
tidur dengan pasien hipertensi di RSU. Royal Prima Medan.
6. Dari hasil correlation coefficient sebesar 0,852 yang dapat dinyatakan
bahwa hubungan antara kualitas tidur dengan pasien hipertensi di RSU.
Royal Prima Medan memiliki arah yang positif dengan nilai keeratan
hubungan yang sangat kuat.
5.2 Saran
1. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil dari penelitian mengenai hubungan kualitas tidur dengan
pasien hipertensi ini dapat dijadikan sebagai wawasan dan pengalaman
untuk masa yang akan datang. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
mencari faktor-faktor lain sebagai judul yang dapat mempengaruhi kualitas
tidur.
2. Bagi Pendidikan
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
menambahkan literatur di perpustakaan dan dapat dijadikan sebagai materi
untuk diajarkan oleh para pengajar.
36
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai inspirasi untuk
selalu menerapkan dan memelihara pola tidur yang baik untuk mengurangi
risiko terjadinya hipertensi.
37
DAFTAR PUSTAKA
Alfi, W. N. and Yuliwar, R. (2018) ‘The Relationship between Sleep Quality and
Blood Pressure in Patients with Hypertension’, Jurnal Berkala Epidemiologi,
6(1), p. 18. doi: 10.20473/jbe.v6i12018.18-26.
Anin, F. H., Batubara, S. O. and Gatum, A. M. (2019) ‘Survey Kualitas Tidur dan
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus
Kecamatan Kupang Tengah’, CHM-K Applied Scientific Journal, 2(1), pp. 29–43.
Noliya, M., Apriany, A. and Rini, P. S. (2018) ‘Hubungan kualitas tidur dengan
tekanan darah’, 9, pp. 23–35.
38
Restiana, K. (2015) ‘Lanjut Usia Di Unit Pelayanan Terpadu Pelayanan Sosial
Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia Medan’, pp. 1–94.
39
LAMPIRAN
40
b) SURAT IZIN PENELITIAN RSU.ROYAL PRIMA MEDAN
41
Lampiran 1. 2 Surat Izin Penelitian RSU. ROYAL PRIMA MEDAN
c) DOKUMENTASI
Lampiran 1. 3 Dokumentasi
42
d) OUTPUT SPSS DAN MASTER DATA
Frequencies
Statistics
umur jenis
kelamin
Valid 38 38
N
Missing 0 0
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
remaja akhir 17-25 tahun 2 5.3 5.3 5.3
dewasa awal 26-35 tahun 1 2.6 2.6 7.9
dewasa akhir 36-45 tahun 5 13.2 13.2 21.1
Valid lansia awal 46-55 tahun 8 21.1 21.1 42.1
lansia akhir 56-65 tahun 13 34.2 34.2 76.3
manula >65 tahun 9 23.7 23.7 100.0
Total 38 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
laki-laki 18 47.4 47.4 47.4
Valid perempuan 20 52.6 52.6 100.0
Total 38 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
tekanan darah kualitas tidur
Valid 38 38
N
Missing 0 0
43
Frequency Table
tekanan darah
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
prehipertensi 10 26.3 26.3 26.3
hipertensi std 1 14 36.8 36.8 63.2
Valid
hipertensi std 2 14 36.8 36.8 100.0
Total 38 100.0 100.0
kualitas tidur
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Baik 15 39.5 39.5 39.5
Valid Buruk 23 60.5 60.5 100.0
Total 38 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kualitas tidur * tekanan darah 38 100.0% 0 0.0% 38 100.0%
44
kualitas tidur * tekanan darah Crosstabulation
Total
Count 15
Baik
% within kualitas tidur 100.0%
kualitas tidur
Count 23
Buruk
% within kualitas tidur 100.0%
Count 38
Total
% within kualitas tidur 100.0%
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Approx.
Errora Tb Sig.
Interval by
Pearson's R -.029 .163 -.173 .864c
Interval
Ordinal by Spearman
-.031 .164 -.188 .852c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 38
45
MASTER DATA PENELITIAN MASTER DATA RESPONDEN
Responden Umur Jenis Kelamin Tekanan Darah no P1,3,4 P2&5A P4 P5B-J P6 P7&8 P9 skor Ket
A 51 Laki-laki 140/90 1 0 2 3 2 2 1 2 12 buruk
B 58 Perempuan 170/100 2 0 2 0 1 1 0 1 5 baik
C 73 Laki-laki 160/83 3 0 0 0 2 1 2 0 5 baik
D 62 Perempuan 156/97 4 0 2 0 1 2 2 0 7 buruk
E 42 Perempuan 190/80 5 0 2 0 1 2 0 0 5 baik
F 53 Perempuan 154/84 6 0 2 0 2 2 2 1 9 buruk
G 55 Laki-laki 173/103 7 1 3 3 3 2 2 2 16 buruk
H 53 Laki-laki 130/80 8 0 1 2 2 2 2 1 10 buruk
I 19 Perempuan 140/80 9 0 0 1 1 1 1 2 6 buruk
J 57 Laki-laki 132/80 10 0 2 3 1 2 0 2 10 buruk
K 60 Perempuan 126/70 11 0 3 1 2 2 1 2 11 buruk
L 66 Perempuan 140/97 12 1 3 1 2 2 0 1 10 buruk
M 26 Perempuan 122/86 13 0 1 0 2 1 0 0 4 baik
N 47 Laki-laki 170/80 14 0 3 0 1 1 1 1 7 buruk
O 52 Laki-laki 122/89 15 0 0 3 1 1 0 0 5 baik
P 78 Laki-laki 140/80 16 0 2 0 1 0 2 0 5 baik
Q 71 Laki-laki 130/80 17 0 3 1 2 2 0 0 8 buruk
R 75 Laki-laki 150/110 18 0 3 0 1 1 0 1 6 buruk
S 61 Laki-laki 147/98 19 0 2 2 2 2 0 0 8 buruk
T 43 Laki-laki 160/90 20 0 0 0 1 0 0 0 1 baik
U 67 Laki-laki 120/95 21 0 1 1 1 1 0 0 4 baik
V 62 Perempuan 140/100 22 0 2 0 1 1 0 0 4 baik
W 65 Laki-laki 160/90 23 0 2 1 2 1 3 0 9 buruk
X 59 Laki-laki 140/90 24 0 1 0 1 0 0 0 2 baik
Y 77 Perempuan 129/97 25 0 1 1 1 1 0 0 4 baik
Z 41 Perempuan 160/95 26 0 2 0 1 2 0 0 5 baik
A 64 Laki-laki 190/92 27 1 3 3 1 2 0 0 10 buruk
B 19 Perempuan 150/101 28 1 3 2 1 2 2 1 12 buruk
C 65 Laki-laki 140/70 29 0 2 2 1 1 0 0 6 buruk
D 58 Perempuan 132/86 30 0 1 1 1 1 0 0 4 baik
E 64 Perempuan 160/93 31 0 1 2 2 2 0 2 9 buruk
F 68 Perempuan 127/93 32 0 2 1 1 1 1 0 6 buruk
G 39 Perempuan 150/100 33 0 3 1 1 2 2 1 10 buruk
H 48 Laki-laki 142/68 34 0 1 0 1 1 1 0 4 baik
I 70 Perempuan 138/65 35 0 2 1 1 2 0 0 6 buruk
J 60 Perempuan 129/75 36 0 2 1 2 1 1 0 7 buruk
K 38 Perempuan 157/96 37 0 2 1 2 3 1 2 11 buruk
L 50 Perempuan 139/82 38 0 1 0 1 1 0 1 4 baik
Lampiran 1. 4 Output Dan Master Data SPSS
46
e) PLAGIARISM CHECKER DAN BUKTI PUBLIKASI
47
48
Lampiran 1. 5 Plagiarism Checker Dan Bukti Publikasi
49
f) KUESIONER PSQI DAN TERJEMAHAN
50
51
Kuesioner PSQI hasil terjemahan
PITTSBURG SLEEP QUALITY INDEX
Nama Responden :
Petunjuk :
• Mohon diingat, ini bukan TES ! kami mengharapkan jawaban
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
• Jangan khawatir mengenai data penelitian anda, data yang
diperoleh akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk
kepentingan ilmiah.
• Jika ada pertanyaan yang sulit untuk dipahami, harap menanyakan
kepada peneliti.
• Tolong diingat kembali mengenai kebiasaan tidur anda sebulan
terakhir.
Jawablah pertanyaan berikut pada tempat yang telah disediakan
1. Dalam sebulan terakhir, jam berapa Jam : Menit
anda biasanya tidur pada malam (misal 22:00)
hari? __:__
Waktu Tidur Biasanya
2. Dalam sebulan terakhir, berapa (missal 30 menit)
lama ( dalam menit) waktu yang _ _ menit
anda perlukan untuk dapat tertidur
setiap malam?
Waktu Yang Dibutuhkan Saat
Mulai Berbaring Hingga Tertidur
3. Dalam sebulan terakhir, jam berapa (missal 07 : 00)
biasanya anda bangun di pagi hari ? __:__
Waktu Bangun Tidur Biasanya
52
4. Dalam sebulan terakhir, berapa jam (contoh : 6 jam)
anda tidur pada malam hari? (ini _ _ jam
mungkin berbeda dengan lama
waktu yang anda habiskan di tempat
tidur)
Jumlah Jam Tidur Per Malam
Berilah tanda “” pada salah satu jawaban yang anda anggap paling
sesuai
5. Dalam sebulan Tidak Kurang 1 atau 2x 3x atau
terakhir, seberapa pernah dari semingg lebih
sering anda semingg u semingg
mengalami kesulitan u u
tidur karena
mengalami…
a. Tidak bisa tidur dalam
jangka waktu 30 menit
setelah berbaring
b. Terbangun pada
tengah malam atau
dini hari
c. Harus bangun untuk
ke kamar mandi
d. Sulit bernapas dengan
nyaman
e. Batuk atau
mendengkur keras
f. Merasa kedinginan
g. Merasa
kepanasan/gerah
h. Mengalami mimpi
buruk
53
i. Merasa nyeri
j. Alasan lain yang
mengganggu, tolong
jelaskan :
__________________
__________________
______
Seberapa sering anda
mengalami gangguan
tidur karena hal
tersebut.
6. Dalam sebulan Sangat Cukup Kurang Sangat
terakhir, baik baik baik buruk
bagaimanakah anda
menilai kualitas tidur
anda secara
keseluruhan?
7. Dalam sebulan Tidak Kurang 1 atau 2x 3x atau
terakhir, seberapa pernah dari 1x semingg lebih
sering anda semingg u semingg
mengkonsumsi obat u u
(dengan atau tanpa
resep dokter) untuk
membantu agar bias
tidur?
8. Dalam sebulan Tidak Kurang 1 atau 2x 3x atau
terakhir, seberapa pernah dari 1x semingg lebih
sering anda semingg u semingg
mengalami kesulitan u u
untuk tetap
terjaga/segar/tidak
54
merasa ngantuk ketika
berkendara, makan,
atau dalam aktivitas
sosial?
9. Pada sebulan terakhir, Tidak Sedikit Ada Masalah
adakah masalah yang ada sekali masalah besar
anda hadapi untuk bisa masal masalah
berkonsentrasi atau ah
menjaga rasa antusias sama
guna menyelesaikan sekali
suatu pekerjaan/tugas
10. Apakah anda memiliki Tidak Ada, Ada, satu Ada,
teman tidur? namun ruangan dalam
berbeda beda tempat
tempat tidur
tidur yang
sama
55
disorientasi saat tidur
e. Ketidaknyamanan
lainnya selama tidur,
sebutkan :
__________________
__________________
______
56