Professional Documents
Culture Documents
(Skripsi)
Disusun Oleh:
iv
ii
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN DEPRESI
PADA LANSIA DI UPTD PSLU TRESNA WERDHA
NATAR LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2017
(Skripsi)
Disusun Oleh:
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Demikian pernyataan saya, jika suatu saat diketahui bahwa saya melanggar
apa yang saya sebutkan diatas, maka saya siap untuk mendapatkan sanksi dan siap
melepas gelar kesarjanaan yang saya dapatkan.
Bandar Lampung, 26 Juli 2017
Peneliti,
ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat uang yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak-Hak Bebas
Royalty /Noneksklusif ini Universitas Malahayati berhak menyimpan, mengalih
media / formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Yang Menyatakan,
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing II,
Pembimbing I,
HALAMAN PENGESAHAN
iv
1. Tim Penguji
BIODATA PENULIS
v
Nama : Euis Endah Sulastri
NPM : 13320016
Tempat, Tanggal Lahir : Majalengka, 03 Februari 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Cikondang Blok Ahad RT/RW 002/007
Cikijing Majalengka Jawa Barat
Riwayat Pendidikan:
1. SDN IV CIKIJING 2002-2007
2. MTS PUI CIKIJING 2007-2010
3. SMK BAKTI INDONESIA KUNINGAN 2010-2013
4. UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG-PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN 2013-2017
ABSTRACT
vi
SOCIAL SUPPORT AND DEPRESSIVE SYMPTOMS IN ELDERLY
LIVING IN INSTITUTIONS (UPTD PSLU TRESNA WERDHA)
NATAR-SOUTH OF LAMPUNG 2017
By:
Euis Endah Sulastri*)
The main symptom of depression occurs around 10-15% of the elderly population. For
the elderly living in an institution would like to increase to 50-75%. One factor causing
the depression is psychosocial, cultural and psychological including motivation to and
social support. Based on the presurvey that was conducted by the researcher on 10
elderly, there were 7 elderly having depressive symptoms and six elderly feel in poor
social support. The objective of this research is to determine the correlation between
social support and depressive symptoms in elderly living in institutions (UPTD PSLU
Tresna Werdha) Natar-South of Lampung 2017.
Quantitative research type, design using cross sectional and population in this case were
elderly who were living in institution (UOPTD PSLU Tresna Werdha), that was as much
as 54 respondents and all taken as a sample (total sampling). The sample has been
screened MMSE, Analysis in this research using chi square test. The isnstrument in this
study using the questionnaires sheet such as social support questionnaires consist of 23
items and depression questionnaires consist 15 items.
The result of statistical test shows that most respondents with depression symptom were
about 30 (55,6%) respondents and poor social support that were of 32 (59,3%)
respondent. In Chi square test results obtained social support had relationship with
depression elderly in institusion ( UPTD PSLU Tresna Werdha) Natar-South of Lampung
with p-value = 0.000 (<0,05); OR: 12,143 (CI: 95%: 3,301- 44,671). Suggestion for
management institution to pay more attention to the elderly and perform activities that
are recreative such as skills, providing social support to the elderly would make statisfied
(no more saturated and depressed). To the family elderly to be attended and visiting
regulary to the institution to local government to be provided Facilities and infrastructure
thatnecessary for elderly.
ABSTRAK
vii
Oleh :
Euis Endah Sulastri*)
Gejala utama depresi pada lansia terjadi sekitar 10-15% dari populasi. Bagi lansia
yang tinggal di sebuah panti cenderung meningkat menjadi 50-75%. Salah satu faktor
penyebab depresi adalah psikososial, budaya dan psikologis termasuk motivasi dan
dukungan sosial. Berdasarkan presurvey yang dilakukan oleh peneliti pada 10 lansia, ada
7 lansia yang memiliki gejala depresi dan enam lansia mendapatkan dukungan sosial
yang buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
dukungan sosial dan gejala depresi pada lansia yang tinggal di UPTD PSLU Tresna
Werdha di Natar Lampung Selatan Tahun 2017.
Jenis Penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional dan populasi
dalam penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di UPTD PSLU Tresna Werdha,
yaitu sebanyak 54 responden dan semua responden diambil sebagai sampel (total
sampling). Sampel sebelumnya di skrining dengan MMSE, Analisis dalam penelitian ini
menggunakan uji chi square. Kuesioner dukungan sosial sebanyak 23 pertanyaan dan 15
pertanyaan untuk mengetahui gejala depresi.
Hasil uji statistik sebagian besar responden menunjukan gejala depresi sebanyak 30
(55,6%) responden dan yang tidak mendapatkan dukungan sosial sebanyak 32 (59,3%)
responden. Pada hasil uji chi square didapatkan hubungan dukungan sosial dengan gejala
depresi pada lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan dengan p-
value = 0,000 (α < 0,05); OR = 12.143 (CI: 95%: 3,301- 44,671). Jadi disarankan kepada
pihak manajemen di institusi Panti Werdha untuk lebih memperhatikan lansia dan
melakukan kegiatan yang bersifat rekreatif seperti keterampilan, memberikan dukungan
sosial pada lansia agar tidak merasa kesepian, jenuh dan depresi. Mendorong keluarga
penghuni panti Werda untuk selalu datang mengunjungi lansia, untuk pemerintah untuk
menyediakan sarana dan prasarana yang memperhatikan kebutuhan untuk para lansia
viii
MOTTO
PERSEMBAHAN
ix
Puji sykur kehadirat Allah SWT selalu memeberikan rahmat dan hidayah-
Nya di setiap langkahku dalamridho-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini,
izinkan saya mempersembahkan skripsi ini kepada :
Cinta pertama saya almarhum ayah Endang Suhendar yang telah menjadi
sosok ayah yang hebat untuk saya dan selalu membuat saya termotivasi untuk
menjadi lebih baik.
Malaikat Tanpa Sayap ibu tersayang Titin Rohaetin yang telah mendidik
dan membesarkan serta selalu mendoakan keberhasilan saya selama ini, yang
tidak pernah lelah memberikan yang terbaik untuk anaknya agar dapat
menyelesaikan studi ini
Ayah Rusli Bintang yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk bisa menyelesaikan studi saya di Universitas Malahayati Bandar Lampung
Almarumah Uyut tercinta yang semasa hidupnya selau membuat saya
tegar dalam menghadapi masalah walapun cita-citanya tidak terlaksana melihat
saya menyelesaikan studi ini.
Adik-adik saya tersayang Novi Agustina dan Nova Iskandar yang selalu
menambah semangat untuk menyelesaikan studi ini.
Keluarga tercinta, nenekku tersayang Hj.Mimin,almarhum H.Tono, Neng
Nina, Anika Regina Rahayu, bapak ewo dan cicih.
Ibu Rahma Eliya, S.Kep.,Ns.,M.Kes dan Bapak Prima Dian Furqoni,
S.Kep.,Ns yang telah membimbing saya hingga dapat menyelesaikan skripsi ini
Sahabat-sahabat tersayang Reni Evilia, Erinda Senja, Hernyuce, Fitri
Tamala Sari, Pambudi Setia, Sunardi, Julia, Kiki Fitria, TUBIS dan ALTEK 2013
terima kasih telah menjadi sahabat sekaligus keluarga untuk saya selama ini.
Seseorang yang selalu mendukung saya untuk menyelesaikan studi ini,
terima kasih untuk segalanya.
Teman teman PSIK Universitas Malahayati Bandar Lampung Khususnya
angkatan 2013 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya bahagia
dipertemukan dengan orang – orang hebat seperti kalian.
KATA PENGANTAR
x
Puji sykur kehadirat ALLAH SWT atas segala limpah rahmat, hidayah dan
yang berjudul “ Hubungan Dukungan Sosial dengan depresi pada lansia di Panti
Sosial Tresna Werda Natar Bandar Lampung tahun 2017”. Penyelesaian skripsi ini
banyak mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
Bandar Lampung.
2. Toni Prasetia, dr., Sp.PD., FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati.
3. Andoko, S.Kep., Ns., M.Kes, Selaku Ketua PSIK Fakultas Kedokteran
xi
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRACT VII
MOTTO IX
BAB I PENDAHULUAN 20
2.2 Depresi 33
xiii
2.2.2 Proses Terjadinya Depresi 34
47
2.6 Hipotesis 48
3.4.1 Populasi 51
xiv
3.4 Variabel Penelitian 52
4.2.1 Umur 61
xv
4.3.2 Analisa Bivarat 64
4.4 Pembahasan 65
4.4.1 Univariat 65
4.4.1.1 Depresi 65
BAB V KESIMPULAN 72
5.1 Kesimpulan 72
5.2 Saran 73
DAFTAR PUSTAKA 75
LAMPIRAN 77
xvi
Lampiran 10. Surat Balasan Pengambilan Data 102
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional .................................................................... 39
4.1 Distribusi Frequensi Berdasarkan Umur..................................... 48
4.2 Distribusi Frequensi Berdasarkan Jenis Kelamin........................ 48
4.3 Distribusi Frequensi Berdasarkan Motivasi Masuk Panti........... 49
4.4 Distribusi Frequensi Kegiatan Yang Disukai Dipanti................... 49
4.5 Distribusi Frequensi Berdasarkan Lama Tinggal........................ 50
4.6 Distribusi Frequensi Berdasarkan Dukungan Sosial................... 50
4.7 Distribusi Frequensi Responden Berdasarkan Depresi............... 51
4.8 Hubungan Dukungan Sosial dengan Depresi Pada Lansia.......... 51
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
BAB I
PENDAHULUAN
mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan
kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup (Supriani, 2011).
Semakin tinggi usia harapan hidup suatu negara maka semakin banyak penduduk
yang berusia lanjut atau tua. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa kanak-kanak,
dimaksud dengan lansia adalah seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang
telah berusia 60 tahun atau lebih (Kementerian Sosial RI, 2008; Majid, Y. A.,
Fatimah, S., & Susanti, R. D. 2014). Jumlah lansia di dunia tumbuh dengan sangat
cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainya. Saat ini jumlah lansia di
dunia mencapai 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun. Badan kesehatan dunia
11,44 % atau tercatat 28,8 juta lansia, begitu juga proyeksi Badan Perencanaan
1
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) memprediksi jumlah lansia pada tahun 2025
akan meningkat menjadi 36 juta jiwa, yang merupakan jumlah penduduk lansia
mencapai 18,55 juta jiwa atau 7,78 % dari total penduduk Indonesia (BPS, 2012).
iv
Jumlah tersebut menempatkan Indonesia pada urutan ketiga dari negara-negara Asia
dengan jumlah lansia terbesar setelah Cina dan India (Kementerian Kesehatan RI,
lansia yang lebih banyak. Suatu wilayah disebut berstruktur tua jika persentase
lansianya lebih dari 7 persen. Dari seluruh provinsi di Indonesia terdapat 11 provinsi
dengan jumlah lansianya lebih dari 7 persen yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung dan Jawa Barat (Susenas, 2012;
macam persaan sedih, cemas, kesepian dan mudah tersinggung. Perasaan tersebut
merupakan masalah kesehatan jiwa/ gangguan kesehatan mental yang terjadi pada
lansia (Maryam R.S., Mia, F. E., Rosidawati, A. J., & Irwan, B. (2012). Secara umum
dapat dikatakan bahwa gangguan kesehatan mental pada lansia didominasi oleh 3
tahun keatas dan merupakan contoh penyakit paling umum dengan tampilan gejala
yang tidak spesifik atau tidak khas pada populasi lanjut usia. Terjadinya depresi pada
lanjut usia merupakan periode gangguan fungsi disertai suasana hati yang tertekan dan
gejala-gejala yang berhubungan seperti gangguan tidur dan nafsu makan, perubahan
psikomotor, gangguan konsentrasi, perasaan mudah lelah, perasaan putus asa dan tidak
berdaya dan pikiran bunuh diri. Depresi bukan suatu keadaan yang disebabkan oleh
faktor tunggal, tetapi biasanya bersifat multifaktoral. Pada usia lanjut dimana stres
21
Gejala utama depresi terjadi pada sekitar 10-15% dari populasi lansia yang berusia
yang dilakukan oleh Marni Holilah (2013) dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya depresi pada lansia di UPTD Panti Sosial tresna Werdha
Bhakti Yuswa Kecamatan Natar Lampung Selatan didapatkan hasil jumlah lansia yang
mengalami depresi adalah 52 responden (72%) dan yang tidak mengalami depresi
institusi seperti panti werda diantaranya adalah faktor psikososial, faktor budaya dan
faktor psikologis yang berupa dukungan sosial (sosial support) yang didapatkan oleh
lansia saat tinggal dipanti werda. Kurangnya kemampuan dalam beradaptasi secara
terhadap perubahan dan stress lingkungan yang menyebabkan depresi. individu yang
memiliki teman akrab dan dukungan emosional yang cukup kurang mengalami depresi
(Aspriani, 2014).
Dukungan sosial merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu
dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial
sumber dukungan sosial ada dua yaitu sumber natural dan artifisial, dukungan sosial
misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial
22
teman dekat atau relasi, dan orang yang mempunyai ikatan emosi seperti dokter,
melakukan observasi dan wawancara pada 10 orang lansia yang tinggal di wisma
perawatan dan wisma mandiri didapatkan hasil 6 Lansia diantaranya mengatakan tidak
memiliki teman untuk bercerita tentang masalah yang dihadapi ataupun tentang hal
lainnya, biasanya jika memiliki masalah lansia hanya memendamnya sendiri dan
kurang dekat dengan petugas Panti dalam sehari-hari biasanya hanya berdiam diri
dikamar, lansia jarang mengikuti kegiatan yang ada dipanti seperti senam, keterampilan
maupun kegiatan keagamaan yang diadakan oleh panti dan 4 lansia diantaranya
mengatakan memiliki teman untuk bercerita dalam satu wisma maupun dengan lansia
yang tinggal diwisma lain. Begitupun dengan petugas panti, biasanya lansia selalu
mengungkapkan masalah yang sedang dihadapi kepada petugas panti ketika petugas
wisma lain, lansia selalu mengikuti kegiatan yang diadakan oleh panti setiap
pengajian. 7 lansia memiliki gejala depresi seperti pesimis, perasaan sedih yang dalam,
insomnia dan kepercayaan serta harga diri yang rendah. sedangkan 3 lansia tidak
hubungan dukungan sosial dengan depresi pada lansia di UPTD PSLU Tresna Werda
23
1.2 Rumusan Masalah
permasalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan dukungan sosial
dengan depresi pada lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan
Tahun 2017?”
1.3.2.1 Diketahui distribusi frequensi data demografi lansia di UPTD PSLU Tresna
pada lanjut usia agar lansia tidak merasa kesepian dan merasa hidupnya tidak
berguna sehingga lansia yang tinggal dipanti sosial merasa masih diperhatikan,
dihargai dan dicintai. Dukungan sosial yang baik pada lansia dari petugas panti
24
maupun dari kalangan lansia yang tinggal bersama lansia dapat menurunkan angka
yang meneliti tentang hubungan dukungan sosial dengan depresi, subjek penelitian ini
adalah lansia yang tinggal di PSTW Natar lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir dari perkembangan pada daur
kehidupan manusia (budi Anna Keliat, 1999; Maryam et al, 2012). Sedangkan
menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 tahun 1998 tentang tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun.
25
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara
anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi
dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001; Maryam et al, 2012).
Menua ( menjadi tua / aging) adalah suatu proses menghilangnya secara
terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
menghadapi masa akhir hidup dengan 8episode terminal yang dramatik seperti
cadangan suatu mesin (terori wear dan tear) yang bekerja sangat kompleks yang
pigmen lipofusin tersebut tidak terjadi didalam sel yang masih mampu untuk
membelah
berkisar antara 60-65 tahun. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada 4
tahapan yaitu :
a. Usia lanjut pertengahan (middel age) usia 45-65 tahun
b. Lanjut usia (ederly) usia 70-74 tahun
26
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun
pada bab 1 ayat 1 dan 2. Menurut Undang-Undang tersebut diatas lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Kusyadi,
2013).
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonomi (Nugroho, 2000; Maryam et
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
d. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
27
2.1.4 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia diantarnya adalah perubahan fisik, sosial
dan psikologis :
1. Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlahnya berkurang, ukuranya membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan
intraseluler menurun
b. Kardiovaskular
Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun
kapasitas residu meningkat, sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar
pada bronkus.
d. Persarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam
persendian membesar dan menjadi kaku (atropi otot), kram, tremor, tendon
f. Gastrointestinal
Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan peristlatik
menurun sehingga daya absorbsi pun ikut menurun, ukuran lambung mengecil serta
enzim pencernaan.
28
g. Genitourinaria
Ginjal : mengecil, aliran drah ke ginjal menurun, penyaringan diglomerolus
kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh
2. Perubahan Sosial
a. Peran, Post power syndrom , single woman, dan single parent
b. Keluarga empitness, Kesendirian dan kehampaan
c. Teman, Ketika lansia lain meninggal maka akan muncul perasaan kapan akan
berkembang)
d. Abuse, Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit dan tidak diberi
makan)
e. Masalah hukum, Berhubungan dengan aset dan kekayaan pribadi yang dikumpulkan
29
f. Pensiun, Kalau menjadi PNS akan ada tabungan ( dana pensiun), kalau tidak anak dan
income scurity .
h. Rekreasi, Untuk ketenangan batin
i. Keamanan, Jatuh dan terpleset
j. Transportasi, Kebutuhan akan transportasi yang cocok untuk lansia.
k. Politik, Kesempatan yang sama untuk terlibat dalam memberikan masukan dalam
3. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi
lain.
b. Status ekonomi sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan
kondisi fisik.
d. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal
bertambah.
f. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa.
g. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus dirancang untuk
orang dewasa.
h. Mulai merasakan kebahagian dari kegiatan yang sesuai untuk lansia dan
memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang berat dengan kegiatan
30
i. Menjadi sasaran atau dimanfaatkan oleh para penjual obat, buaya darat, dan
2.2 Depresi
dengan alam perasaan sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak
berdaya, serta gagasan bunuh diri (kap’an dan sadock, 1998; Aspiani (2014).
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya
(Hawari, 2013).
Depresi merupakan sindrom kompleks yang manifestasinya beragam, yang
dibarengi oleh penurunan kesehatan bahkan memikirkan ajal, para lansia dapat
negatif terhadap stressor. Klien mengagnggap bahwa masalah sebagai sesuatu yang
seratus persen buruk. Tidak ada hikmah dan kebaikan dibalik semua masalah yang
padahal hikmahnya ia akan terhindar dari wajib militer, terhindar dari jalan menuju
31
kemaksiatan, lebih banyak waktu membaca dirumah dan sebagainya. Hampir
semua masalah yang muncul ia anggap negatif. Karena persepsi yang salah tersebut
akan menuntun klien untuk berpikir dan bertindak salah. Pikiran yang selalu
muncul adalah “saya sial, saya menderita, saya tidak mampu, saya tidak ada
harapan lagi dan semua buruk”. Kondisi ini diperburuk dengan tidak adanya
support system yang adequate seperti keluarga, sahabat, ibu, tetangga, adanya
tabungan, terutama keyakinan pada maha kuasa. Muncul fase akumulasi stressor
dimana stressor yang lain turut memperburuk keadaan klien. Klien akan merasa
tidak berdaya dan akhirnya ada niatan untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup.
Hal ini menjadi pemicu munculnya harga diri rendah yang akan menjadi internal
Faktor –faktor yang menyebabkan terjadinya depresi pada lansia yang tinggal
di dalam institusional seperti tinggal di Panti Werda, (Endah dkk, 2003; Aspiani,
2014) :
a. Faktor Psikologis
Motivasi masuk panti werda sangat penting bagi lanjut usia untuk menentukan
tujuan hidup dan apa yang ingin dicapainya dalam kehidupan dipanti. Tempat dan
situasi yang baru, orang–orang yang belum dikenal, aturan-aturan dan nilai- nilai
yang berbeda dan keterasingan merupakan stressor bagi lansia yang membutuhkan
penyesuaian diri. Adanya keinginan dan motivasi lansia untuk tinggal dipanti
32
menyebabkan depresi. Hubungan stress dan kejadian depresi sering kali melibatkan
dukungan sosial (social support) yang terjadi dan digunakan lansia dalam
menghadapi stressor. Ada bukti bahwa individu yang memiliki teman akrab dan
dengan stress.
Rasa kurang percaya diri atau tidak berdaya dan selalu menganggap bahwa
hidupnya telah gagal karena terus harus menghabiskan sisa hidupnya jauh jauh dari
tidak dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat berperan dalam terjadinya depresi.
Tinggal di institusi membuat konflik bagi lansia antara integritas, pemuasan hidup
depresi. Sulit bagi lansia meninggalkan tempat lamanya. Pada lansia yang harus
meningglkan tempat tinggal lamanya (relokasi) oleh karena masalah kesehatan atau
kenangan lama dan pertalian persahabatan yang telah memberikan rasa aman dan
33
c. Faktor Budaya
Perubahan sosial ekonomi dan nilai sosial masyarakat, mengakibatkan
dan banyak yang memilih untuk menaruhnya di panti lansia (Darmojo & Martono,
2004; Aspriani, 2014). Pergeseran sistem keluarga (family system) dari extendend
mengaggap lansia sebagai “troubel marker” dan menjadi beban sehingga langkah
karena tinggal dalam keluarga adalah yang terbaik bagi lansia sesuai dengan tugas
yang paling diddapatkan pada lansia. Gejala yang sering muncul diantaranya
adalah :
a. Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun dipagi hari yang
dengan cepat.
h. Kadang–kadang pembicaraanya ada kecenderungan untuk bunuh diri.
34
2.2.5 Karakteristik Depresi Pada Lanjut Usia
Meskipun depresi banyak terjadi pada kalangan lansia, depresi ini sering
praktik dokter umum adalah mereka dengan depresi. Tetapi sering kali tidak
Selain itu isolasi sosial sikap orang tua, penyangkalan pengabaian terhadap
gangguan ini. Depresi pada lanjut usia dimanifestasikan dengan adanya keluahan
merasa kosong, tidak ada harapan, menuduh diri, ide-ide pikiran bunuh diri dan
yang sangat rendah. Mereka berfikir tidak adekuat tidak mampu merasa
mereka tidak berarti, merasa rendah diri dan merasa bersalah terhadap
masalah dan segala sesuatu yang dijalaninya menjadi lebih buruk dan
bantuan dan melihat semuanya gagal dan sia-sia sehingga merasa tidak ada
35
pesimistik mengadapi masalah. Kelima, proses berpikirnya menjadi lambat
kehilangan semangat dan muram. Sering merasa terisolasi ditolak dan tidak
lubang gelap yang tidak dapat terjangkau dan tidak dapat keluar dari sana.
c. Somatik
Masalah somatik yang sering dialami lansia yang mengalami depresi seperti
pola tidur yang terganggu (insomnia), gangguan pola makan dan dorongan pola
seksual yang berkurang. Lansia lebih kebal terhadap penyakit karena sistem
kekebalan tubuhnya melemah, selain karena aging proces juga karena orang
Sering duduk dengan terkulai dan tatapan kosong tanpa ekspresi, berbicara
tidak memiliki tenaga atau minat yang cukup untuk menyelesaikan kalimat itu.
Dalam pengkajian depresi pada lansia menurut Sadapvoy et al, 2004; Aspriani,
tidur (sleep), pada lansia yang dapat berupa keluhan susah tidur, mimpi buruk
dan bangun dini dan tidak bisa tidur lagi. Penurunan minat dan aktivitas
(interest), rasa bersalah dan menyalahkan diri (guilty), merasa cepat lelah dan
duduk terkulai (phychomotor) dan penelantaran diri serta ide bunuh diri
(suicidaly).
36
2.2.6 Cara Mengukur Depresi
(GDS) dirancang untuk menjadi tes untuk penampisan depresi untuk dinilai dan
dengan respon yang mudah dibaca. GDS telah divalidasi pada berbagai populasi
(CES-D-R) selain GDS dan CES-D-R masih ada instrumen penampisan lain
seperti Halmilton Rating Scale for Depresion, Zung self-rating Depresion scale,
sebagai satu self-addministrated test, walapun telah digunakan juga dalam format
somatik, seprti gangguan tidur yang mungkin tidak spesifik untuk depresi yang
signifikan secara klinis, dengan nilai sensitivitas 90,11% dan nilai spesifitas
83,67%. Terdapat juga GDS versi pendek ini, yang terdiri dari 15 pertanyaan,
Untuk pertanyaan Favorabel diberikan skor 1 apabila jawaban “ya”, dan skor 0
apabila jawabanya “tidak” yaitu pada nomor : 2,3,4,6,8,9,10,12,14 dan 15. Untuk
apabila jawabanya “ya” yaitu pada nomor : 1,5,7,11 dan 13. Dan jika jumlah
skornya < 5 dikatakan tidak depresi dan jika jumlah skornya > 5 dikatakan
37
2.3 Dukungan Sosial
informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku
lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang
maupun kelompok.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang
lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.
38
b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari
orang lain, dukungan ini berupa rasa simpatik, empati, cinta, kepercayaan dan
merasa dirinya tidak menanggung beban sendirian tetapi masih ada orang
lain.
d. Penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang
kepada pihak lain berdasarkan kondisi yang sebenarnya dari lansia. Penilaian
ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti sekali
sekitarnya. Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber dukungan sosial ini
aspek paling penting untuk diketahui dan dipahami. Dengan pengetahuan dan
39
dukungan sosial sesuai dengan situasi dan keinginannya yang spesifik, sehingga
dukungan sosial memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.
Ada dua sumber dukungan sosial yaitu sumber artifisial dan sumber natural.
Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam
misalnya anggota keluarga (anak,istri, suami dan kerabat), teman dekat atau relasi,
dan orang yang mempunyai ikatan emosi (dokter, perawat, petugas panti
maupun pekerja sosial). Dukungan sosial ini bersifat non-formal. Sementara itu
yang dimaksud dengan dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang
yang disebut sebagai “The Social Provision Scale”, dimana masing- masing
aman bagi yang menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam
ini merasa tenteram, aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang
dan bahagia. Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan
umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, atau anggota keluarga atau
teman dekat atau sanak keluarga yang akrab dan memiliki hubungan yang
40
harmonis. Bagi lansia adanya orang kedua yang cocok, terutama yang tidak
lansia mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki
bahagia, ceria dan dapat mencurahkan segala ganjalan yang ada pada
dengan kebutuhan lansia. Hal itu semua merupakan dukungan sosial yang
kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau
lembaga. Sumber dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari keluarga,
mungkin dapat dianggap sebagai salah satu bentuk dukungan sosial juga, bila
berupa pengakuan adalah mengundang para lansia pada setiap event atau hari
41
pegawai yang masih berusia produktif. Contoh: Setiap hari besar TNI maka
para mantan pejabat yang telah pensiun atau memasuki masa lansia biasa
diundang hadir dalam upacara atau pun resepsi yang diadakan oleh Instansi
tersebut.
d. Ketergantungan Yang Dapat Diandalkan ( Reliable Reliance)
Dalam dukungan sosial jenis ini, lansia mendapat dukungan sosial berupa
jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika lansia
membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial jenis ini pada umum
berasal dari keluarga. Untuk lansia yang tinggal di lembaga, misalnya pada
Panti Werdha ada petugas yang selalu siap untuk membantu para lansia yang
memuaskan.
e. Bimbingan (Guidance)
Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja atau pun
permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial jenis ini bersumber dari
guru, alim ulama, pamong dalam masyarakat, figur yang dituakan dan juga
orang tua.
dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan lansia
banyak lansia yang merasa sedih dan kurang bahagia jika berada jauh dari
42
2.3.5 Manfaat Dukungan Sosial
pemberian dukungan ini adalah untuk ikut meringankan beban bagi seorang atau
masalah, seperti masalah depresi. terutama dukungan sosial yang berasal dari
sahabat, orang yang sangat dipercaya atau orang yang sangat dicintai. Dukungan
hidupnya, menyadarkan bahwa masih ada orang lain yang peduli, merasa dirinya
terhadap diri individu, serta mampu mengurangi tingkat stres pada diri seseorang
karena suatu permasalahan yang dihadapi dan belum teratasi. Menurut Liebermen;
Aini (2013)., mengatakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan
oleh tingkat stres atau depresi yang dialaminya. Dan dari dukungan sosial
43
ini juga seorang individu bisa merasakan self esteem yang lebih tinggi untuk
individu dari efek negatif yang disebabkan oleh stres. Dukungan sosial ini juga
bisa bekerja sebagai buffer atau penghalang bagi tubuh untuk pengaruh buruk
lingkungan maupun dari dalam diri individu itu sendiri. Karena tanpa adanya
dukungan sosial yang kuat akan memberikan dampak bagi kesehatan mental
atau jiwa.
1. Faktor psikologis
a. Motivasi masuk
panti
b. Dukungan sosial
2. Faktor psikosisal Depresi pada
a. Kunjungan
keluarga yang lansia yang tinggal di
(Endah dkk, 2003; Aspiani, 2014).
kurang
b. Lamanya tinggal panti sosial
dipanti
3. Faktor budaya
44
2.6 Hipotesis
kejadian tertentu yang terjadi atau akan terjadi (Aprina&Anita, 2015). Berdasarkan
45
BABA III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif yang menggunakan metode ilmiah
yang memiliki kriteria seperti : berdasarkan fakta, bebas prasangka, menggunakan prinsip
Penelitian dilakukan dari tanggal 1 sampai 5 Mei 2017 di UPTD PSLU Tresna
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini survey analitik dengan
pengambilan data variabel bebas dan variabel tergantung dilakukan sekali waktu pada saat
hubungan antara dukungan sosial dengan depresi pada lansia di UPTD PSLU Tresna
3.4.1 Populasi
diduga (diteliti) dan anggota dari populasi disebut sebagai unit populasi atau
46
elemen populasi (Aprina&Anita, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Natar sebanyak 80 lansia.
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2012). Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan teknik total
sampling (sampling jenuh) yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi karena apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik semua
penelitian populasi, (Arikunto, 2006; Siswanto, D., Susila, D., & Suyanto, D.
2013). Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 54 lansia yang telah lulus
uji MMSE dari total populasi 80 lansia dengan skor 22-30 yang artinya tidak ada
Kriteria sampel :
a. Inklusi
47
3.4 Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian
(Aprina&Anita, 2015). Varibel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu :
Definisi
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Oprasional
Independen Bantuan atau kuesioner Wawancara 0 = tidak Ordinal
Dukungan dukungan yang (checklist) mendapatkan
sosial diterima dukungan
individu dari sosial jika
orang-orang skor < mean
tertentu dalam (66)
kehidupannya
dan berada 1=
dalam mendapatkan
lingkungan dukungan
sosial tertentu sosial jika
yang membuat skor > mean
si penerima (66)
merasa
diperhatikan,
dihargai dan
dicintai
(Supriani, 2011)
Dependen Satu bentuk Kuesioner Wawancara 0 = depresi Ordinal
Depresi gangguan (checklist) (jika skor > 5)
kejiwaan pada
alam perasaan 1 = tidak
(affective/mood depresi ( jika
disorder), yang skor < 5)
ditandai dengan
kemurungan, GDS(Geriatri
kelesuan, c Depression
ketidakgairahan Scale)
hidup, perasaan
48
tidak berguna,
putus asa dan
lain sebagainya
(Hawari, 2013).
menggunakan metode skala, yaitu suatu metode pengambilan data di mana data-
pertanyaan tertulis yang diajukan responden mengenai suatu hal yang disajikan
dalam bentuk suatu daftar pertanyaan. Pertanyaan tentang dukungan sosial dengan
Scale). Untuk pertanyaan Favorabel diberikan skor 1 apabila jawaban “ya”, dan
skor 0 apabila jawabanya “tidak” yaitu pada nomor : 2,3,4,6,8,9,10,12,14 dan 15.
Untuk pertanyaan Unfavorabel diberikan skor 1 apabila jawabanya “tidak” dan skor
0 apabila jawabanya “ya” yaitu pada nomor : 1,5,7,11 dan 13. Dan jika jumlah
skornya < 5 dikatakan tidak depresi dan jika jumlah skornya > 5 dikatakan depresi.
3.6.1.2 Dukungan Sosial
Instrumen yang digunakan untuk dukungan sosial adalah instrumen yang
pernah digunakan oleh Yusna Pratiwi, 2015 dengan judul pengaruh dukungan sosial
terhadap kualitas hidup lanjut usia dipusat santunan keluarga kecamatan pancoran
jakarta selatan dengan hasil uji validitas dan relibilitas sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Dalam uji validitas yang dilakukan pada 30 responden, bahwa terdapat 23
butir dikatakan valid pada variabel dukungan sosial. Berdasarkan hasil yang
49
diperoleh dari nilai koefisien kolerasi yang diperoleh rata-rata lebih besar dari
“r” tabel. Dengan nilai “r” tabel 0,349. Adapun uji validitas tersebut ada di
lampiran 2.
b. Uji Reliabilitas
Dari hasil koefisien reabilitas (Alpha) pada instrumen dukungan sosial
digunakan baik. Karena cronbach alpha > 0,07 dapat diterima, dan cronbach
alpha > 0,08 adalah baik. Maka hasil data angket memiliki rebilitas yang
baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya untuk
asisten peneliti dalam penelitian ini adalah Mahasiswa semester VIII Program
lulus mata kuliah komunitas II. Sebelum melakukan penelitian asisten penelitian
tersebut dilakukan persamaan persepsi selama 4 jam dengan dipandu dan dilatih
oleh peneliti secara langsung. Adapun jadwal persamaan persepsi tersebut ada
dilampiran 7.
Setelah mendapatkan surat izin penelitian maka peneliti bersama asisten
penelitian dan melakukan skrining MMSE pada seluruh lansia yang berada di
PSTW Natar Lampung Selatan. Setiap skrining MMSE membutuhkan waktu 10-
15 menit, dengan jumlah lansia 80 orang maka skrining MMSE selesai dalam
waktu 2 hari.
50
Kemudian pada hari ke tiga, lansia yang telah lulus skring MMSE dengan
skor 22-30 yang artinya tidak ada kelainan kognitif (Folstein,MS. at al 1975;
sosial dengan jumlah soal 23 pertanyaan dan GSD (Geriatric Depression Scale)
dalam jangka waktu 3 hari. Jadi jumlah keseluruhan penelitian adalah 5 hari
yang mengisi kuesioner itu sendiri adalah peneliti atau asisten peneliti
tingkat dukungan sosial dan tingkat depresi pada lansia dengan cara memeriksa
kuesioner yang sudah sesuai dengan jumlah sampel dan cara pengisian sudah
atau tidak
51
3.8 Analisa Data
Analisa data adalah kegiatan yang sangat penting dalam suatu penelitian,
karena dengan analisis data dapat mempunyai arti /makna yang berguna untuk
(Aprina&Anita, 2015).
3.1.2 Analisa Bivarat
Analisa bivarat untuk mengetahui hubungan social support tingkat depresi
pada lansia. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Chi-square (X2).
relatif (RR) dan odd ratio (OR). Nilai OR digunakan untuk jenis penelitian cross
sectional dan case control. penelitian ini menggunakan OR karena merupakan jenis
52
BAB IV
Panti Sosial Tresna Werdha Natar Lampung Selatan sebelum tahun 1979
dikelola oleh Dinas Sosial Tk. 1 yang merupakan satlak yang berlokasi di Gunung
Sulah Kedaton Tanjung Karang. Tahun 1979 -1980 melalui proyek depratemen
“Panti Sosial Tresna Werda” yang dikenal dengan nama tradisionalnya yaitu “Panti
Jompo”. Berlokasi di kecamatan Natar Lampung Selatan, pada tahun 1980 resmi
sebanyak 30 orang lansia. Pada tahun 1981 adanya tambahan bangunan wisma
Pada tahun 1990 dan seterusnya kapasitas tampung ditinggikan menjadi 100 orang
secara teknis dikelola oleh dinas sosial tingkat satu lampung yang diubah namanya
53
4
Tahun 2001 tanggal 09 Februari 2001. Sejak Februari 2001 resmi menjadi UPTD
PSTW Natar Lampung Selatan yang secara teknis dibawah Binaan Dinas
Sejak tahun 2008 UPTD PSTW Natar Lampung Selatan dirubah namanya
menjadi Panti Sosial Pelayanan Lanjut Usia (PSLU) secara teknis dibawah binaan
lampung no. 27 Tahun 2010. Tanggal 06 Agustus tahun 2010 tentang pembentukan
organisasi dan tata kerja UPTD pada dinas Daerah Provinsi Lampung.
1. Tugas Pokok
Memberikan pelayanan Kesejahteraan Sosial kepada para lansia (Jompo
Terlantar). Meliputi bimbingan fisik, mental dan sosial, keterampilan sosial dan
54
2. Fungsi
a. Pelayanan dan penyantunan bagi lanjut usai terlantar
b. Pelayanan informasi dan konsultasi bagi lanjut usia
c. Perawatan dan pelayanan kebutuhan jansmani dan rohani lanjut usia
terlantar
d. Pelaksanaan bimbingan keterampilan dan pemberdayaan bagi lanjut usa
e. Pelaksanaan pengelolaan urusan ketatusahaan
Meningkatkan hubungan yang harmonis antara sesama lansia dengan pegawai dan
4.2.1 Umur
Tabel 4.1
Distribusi Frequensi Responden Berdasarkan Umur Di UPTD PSLU Tresna
dengan umur antara 60-74 tahun yaitu sebanyak 48 responden (88,9 %).
Tabel 4.2
55
Distribusi Frequensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di UPTD PSLU Tresna
Tabel 4.3
Distribusi Frequensi Responden Berdasarkan Motivasi Masuk Panti Di UPTD PSLU
motivasi masuk panti karena dibwa oleh keluarga yaitu sebanyak 34 responden
(62,4 %).
Tabel 4.4
Distribusi Frequensi Responden Berdasarkan Kegiatan yang disukai dipanti Di UPTD
yang disukai dipanti yaitu kegiatan spiritual sebanyak 29 responden (57,7 %).
56
4.2.4 Lama Tinggal
Tabel 4.5
Distribusi Frequensi Responden Berdasarkan Lama Tinggal Di UPTD PSLU Tresna
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui sebagian besar responden telah tinggal > 1
Tabel 4.6
Distribusi Frequensi Responden Berdasarkan Dukungan Sosial Di UPTD PSLU Tresna
4.3.1.2 Depresi
Tabel 4.7
Distribusi Frequensi Responden Berdasarkan Depresi Di UPTD PSLU Tresna Werda
57
Depresi 30 55.6 %
Tidak Depresi 24 44.4 %
Jumlah 54 100.0 %
4.3.2.1 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada Lansia di Panti Sosial
Tabel 4.8
Hubungan Dukungan Sosial dengan Depresi Pada Lansia Di UPTD PSLU Tresna
Depresi Pada
Lansia Di Panti Sosial
P OR ( CI
Dukungan Sosial Tidak Total
Depresi Value 95%)
Depresi
N % N %
Tidak mendapat dukungan social 25 78.1 7 21.9 32 12,143
Mendapat dukungan social 5 22.7 17 77.3 22 0,000 (3,301 –
Total 30 100.0 24 100.0 54 44,671)
Data hasil penelitian pada Tabel 4.8 didapatkan hasil analisis hubungan
dukungan sosial dengan depresi pada lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar
Lampung Selatan yaitu 32 lansia tidak memiliki dukungan sosial 25 ( 78,1%) lansia
lansia yang mendapatkan dukungan sosial 5 (22,7 %) lansia mengalami depresi dan
Hasil uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasil uji
statistik p-value = 0,000 (p-Value < 0,05) lebih rendah dari nilai alpha (α =0,05),
sehingga secara statistik disimpulkan ada hubungan antara dukungan sosial dengan
depresi pada lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan Tahun
2017. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 12,143 (3,301 – 44,671) artinya lansia
58
sebesar 12,143 kali lebih besar dibandingkan dengan lansia yang mendapatkan
dukungan sosial.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Univariat
4.4.1.1 Depresi
depresi terjadi pada sekitar 10-15% dari populasi lansia yang berusia 65 tahun.
Untuk lansia yang tinggal di institusi seperti Panti Werdha, angkanya meningkat
hingga 50-75%. Menurut Hawaii 1996; Aspiani (2014) depresi adalah bentuk
asa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marni
Holilah (2013), yang menyebutkan bahwa angka kejadian depresi di Panti Sosial
sebesar 54 responden (72%) yang mengalami kejadian depresi dan yang tidak
perubahan peran dalam keluarga, sosial ekonomi maupun sosial masyarakat yang
kesepian karena jauh dari keluarganya. Lansia yang mengalami depresi mengalami
gejala berupa apatis (tidak perduli pada diri dan lingkunganya), menarik diri pada
59
lingkungan dan aktivitas sosialnya, lansia selalu merasa sedih, gangguan perhatian
dan konsentrasi yang kurang, lansia juga seakan tidak menikmati kehidupanya dan
berdiam diri, kurangnya hubungan yang harmonis antar penghuni panti yang
menyebabkan lansia malas berpartisipasi dalam kegiatan dan banyak waktu luang
sering menyebabkan depresi. Hubungan stress dan kejadian depresi sering kali
melibatkan dukungan sosial (social support) yang terjadi dan digunakan lansia
dalam menghadapi stressor. Ada bukti bahwa individu yang memiliki teman akrab
dan dukungan emosional yang cukup kurang mengalami depresi bila berhadapan
dengan stress.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anik Supriani (2011),
yang menyebutkan bahwa dukungan sosial kurang pada lansia sebanyak 60 % dan
psikologis yang dialami lanjut usia pada umumnya yaitu kesulitan atau gangguan
perasaan, tidak nyaman, tidak aman, tidak dapat penghargaan, tidak dihormati,
60
menentukan pilihan sendiri dan tidak mampu mengembangkan potensi menjadi
penyebab sulitnya lansia mendapatkan dukungan sosial yang diinginkan oleh lansia
tersebut. Berkurangnya interaksi sosial dan dukungan sosial yang kurang baik
4.4.2 Bivariat
4.4.2.1 Hubungan Dukungan Sosial Dengan Depresi
Hasil uji statistik menggunakan chi-square diperoleh hasil uji statistik p-value
= 0.000 (p-value <0,05) lebih rendah dari (α=0,05), artinya hasil penelitian ini
menunjukan ada hubungan dukungan sosial dengan depresi di UPTD PSLU Tresna
Werdha Natar Lampung Selatan Tahun 2017. Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai
mempunyai peluang terjadi depresi sebesar 12,143 kali lebih besar dibandingkan
depresi terjadi pada sekitar 10-15% dari populasi lansia yang berusia 65 tahun.
Untuk lansia yang tinggal di institusi seperti Panti Werda, angkanya meningkat
hingga 50-75%. Menurut Endah dkk, 2003; Aspiani, 2014 faktor –faktor yang
seperti tinggal di Panti Werda yaitu faktor psikososial, faktor budaya dan faktor
pasikologis yaitu motivasi masuk panti dan dukungan sosial (social support) yang
terjadi dan digunakan lansia dalam menghadapi stressor. Strategi adaptasi yang
sering kali digunakan lansia yang mengalami depresi. Ada bukti bahwa individu
61
yang memiliki teman akrab dan dukungan emosional yang cukup kurang
sosial bisa memberikan pengaruh positive terhadap kesehatan dan kondisi individu
Indriawati (2011), Ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel dukungan
sosial dengan variabel depresi pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wreda Wening
yang mengalami depresi mengalami gejala berupa apatis (tidak perduli pada diri
dan lingkunganya), menarik diri pada lingkungan dan aktivitas sosialnya, gangguan
perhatian dan konsentrasi yang kurang, memburuknya fungsi pikir, Lansia juga
sehari-hari dan cenderung lebih suka berdiam diri. Faktor yang memperberat
jabatan, status kesehatan, kehilangan orang yang dicintai, istri, suami, anak, sanak
saudara, kerabat, teman kerja akibat kematian atau pindah ketempat lain, lalu
fisik.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan 7 lansia yang tidak memiliki
dukungaan sosial tetapi tidak mengalami depresi dikarenakan walaupun lansia tidak
memiliki teman akrab dan tidak memilki hubungan yang harmonis antar penghuni
panti tetapi lansia memiliki tingkat religius yang tinggi, lansia menggunakan waktu
luangnya untuk beribadah, berdzikir dan selau mengikuti kegiatan pengajian yang
62
diadakan oleh panti, sehingga walaupun tidak mendapakan dukungan sosial lansia
tersebut tetap merasa nyaman karena merasa dekat dengan penciptaNya. Hasil
yang sedang stres dan depresi, dimana ada hubungan yang signifikan antara
aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
dibawa oleh keluarga dan tidak ada pilihan lain selain tinggal dipanti, perasaan
sedih, kurangnya hubungan yang harmonis antar penghuni panti yang menyebabkan
lansia malas berpartisipasi dalam kegiatan, lansia merasa hidupnya terasa hampa,
kehidupanya tidak ada harapan dan banyak waktu luang lansia sehingga
menyebabkan depresi.
Lansia yang mendapatkan dukungan sosial tetapi mengalami depresi
sebanyak 5 lansia dikarenakan lansia telah tinggal di panti lebih dari 1 tahun dan
berbagai kegiatan tersedia dipanti. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Furqon (2016) yang menyatakan bahwa semakin lama tinggal dipanti maka semakin
bertambah kesepian mereka hal inilah yang menyebabkan terjadinya depresi, dengan
angka lansia yang depresi 59% dan lansia yang tidak depresi 41%. Sedangkan 17
lansia mendapat dukungan sosial tidak mengalami depresi karena lansia merasa
bahagia tinggal dipanti daripada tinggal diluar panti, lansia merasa hidupnya lebih
63
diperhatikan daripada hidup dijalanan, tidak semua lansia yang hidup dipanti di
titipkan oleh keluarganya tetapi banyak lansia yang diambil dari jalanan dan diantar
oleh pihak yang berwenang. lansia juga merasa senang tinggal dipanti karena
memiliki teman yang bisa digunakan untuk bertukar cerita sehingga dapat
depresi sebagian besar karena tidak mendapatkan dukungan sosial selain itu lansia
juga merasa kesepian dan bosan menjalani kehidupan dipanti yang cenderung
monoton, lansia merasa kehidupanya tidak ada harapan. Walaupun ada beberapa
lansia yang merasa bahagia tinggal dipanti dan tidak mengalami depresi karena
panti, lansia merasa diperhatikan bila tinggal dipanti dan memiliki teman akrab yang
64
BAB V
KESIMPULAN
65
5.1 Kesimpulan
depresi pada lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan Tahun 2017
didapatkan kesimpulan :
1. Distribusi frequensi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,
pendidikan, status pernikahan, lamanya tinggal, motivasi masuk panti dan kegiatan
yang disukai dipanti. Sebagian responden mempunyai kategori umur Lanjut usia
(ederly) yaitu 60-74 tahun sebanyak 48 (88,9%) responden, sebagian besar berjenis
besar lebih dari 1 tahun sebanyak 43 (79,6%) responden, sebagian besar motivasi
masuk panti karena dibawa oleh keluarga 34 (62,4%) responden dan Sebagian besar
dipanti werdha, responden yang depresi sebanyak 30 (55,6%). Dan responden yang
lansia yang tinggal diinstitusi seperti panti werdha dengan nilai p-value =0.000 (p-
value <0,05). Hasil Odds Ratio (OR) diperoleh nilai 12,143 (3,301-44,671) artinya
60
lansia yang tidak mendapatkan dukungan sosial mempunyai peluang terjadi depresi
sebesar 12,143 kali lebih besar dibandingkan dengan lansia yang mendapatkan
dukungan sosial.
66
5.2 Saran
sebagai berikut :
Hasil penelitian ini bisa dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan bagi
keterampilan atau rekreasi agar lansia tidak merasa kesepian dan dapat
depresi. Dukungan sosial yang baik pada lansia dari petugas panti maupun dari
kalangan lansia itu sendiri akan membuat lansia merasa masih diperhatikan,
dihargai, dicintai dan dapat meningkatkan self eteem pada lansia sehingga lansia
memperhatian lansia yang tinggal dipanti sosial agar lansia tidak merasa
terasingkan dan kesepian karena jauh dari keluarga, dengan mengunjungi lansia
minimal 1 bulan sekali dan selalu menjaga hubungan yang harmonis pada lansia
67
sebagai paduan dalam memberikan perawatan pada lanjut usia terutama pada aspek
psikologis.
dan parasarana yang dibutuhkan para lansia yang tinggal di Panti Sosial.
68
DAFTAR PUSTAKA
Aini, K. (2013). Bentuk dukungan sosial untuk anak autis studi kasus di SMP
Bhakti Terpadu Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim). di unduh dari https:etheses.uin-
malang.ac.id pada tanggal 15 Maret 2017.
Aprina & Anita (2015). Riset Keperawatan Psik Universitas Malahayati, Bandar
Lampung
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jilid 2. Jakarta :
Tim.
Aspuah, S. (2013). Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Medical Book.
Darmojo, R. B., & Martono, H. (2014). Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia).
Edisi ke-5. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Furqon. (2016). Hubungan Lama Tinggal Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia
DI Panti Sosial Tresna Werdha Natar Lampung Selata. FK-Unimal
Bandar Lampung
Hawari, D. (2013). Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Holilah, M (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Depresi Pada
Lansia di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Kecamatan Natar
Lampung Selatan. PSIK-Unimal Bandar Lampung.
Kusharyadi. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika.
Majid, Y. A., Fatimah, S., & Susanti, R. D. (2014). Pengaruh Akupresur
Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna
Werdha Ciparay (Doctoral dissertation, Universitas Padjadjaran). Diunduh
dari http//repository.unpad.ac.id pada 12 April 2017.
69
Maryam R.S., Mia, F. E., Rosidawati, A. J., & Irwan, B. (2012). Mengenal usia
lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Mustiadi (2011), Hubungan Aktivitas Spiritual Dengan Tingkat Depresi Pada
Lanjut Usia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kab.
Semarang. Di unduh dari perpusnwu.web.id pada tanggal 10 Mei 2017
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Noorkasiani, S. T. (2012). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan. Jakarta. Salemba medika.
Pratiwi, Y. (2016). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Hidup Lanjut
Usia Di Pusat Santunan Keluarga (Pusaka) Kecamatan Pancoran
Jakarta Selatan. skripsi, UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
Saputri, M. A. W., & Indrawati, E. S. (2011). Hubungan antara dukungan sosial
dengan depresi pada lanjut usia yang tinggal di panti wreda
wening wardoyo Jawa Tengah. Jurnal Psikologi Undip
Siswanto, D., Susila, D., & Suyanto, D. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan
dan Kedokteran. Edisi ke-1. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Supriani, A. (2011). Tingkat Depresi pada Lansia Ditinjau dari Tipe Kepribadian
dan Dukungan Sosial Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta. di unduh dari https://eprints.uns.ac.id/3022/ pada
tanggal 15 Maret 2017.
Yosep, I. (2013). Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : PT Refika Aditama
70
LAMPIRAN
Umur
V 45
1 1.9 1.9 1.9
alid -59
60
48 88.9 88.9 90.7
-74
75
5 9.3 9.3 100.0
-90
To
54 100.0 100.0
tal
jenis kelamin
71
Motivasi Masuk Panti
V Keinginan
20 37.6 37.6 37.6
alid sendri
Dibawa
34 62.4 62.4 100.0
keluarga
V Spirit
29 54.7 54.7 54.7
alid ual
Sena
19 35.2 35.2 88.9
m
Tidak
6 11.1 11.1 100.0
ada
Lama Tinggal
V < 1
11 20.4 20.4 20.4
alid Tahun
> 1
43 79.6 79.6 100.0
Tahun
72
dukungan social
Depresi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
73
dukungan sosial * depresi Crosstabulation
depresi
% within dukungan
22.7% 77.3% 100.0%
social
Total Count 30 24 54
% within dukungan
55.6% 44.4% 100.0%
social
Uji Chi-square
Crostabs
Cases
74
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear 15.90
1 .000
Association 4
N of Valid Casesb 54
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.78.
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
N of Valid Cases 54
75
76
77
Lampiran 2. Lembar Hasil Uji Validitas Dukungan Sosial
Hasil
No Pertanyaan r-hitung r-tabel
instrumen
Tidak ada seorang pun yang perduli pada
1 0.628377 0,349 Valid
saya.
Saya lebih senang apabila jauh dari
2 0.416177 0,349 Valid
keramaian
Berkumpul bersama keluarga membuat saya
3 0.401296 0,349 Valid
senang.
Tidak ada seorang pun yang dapat saya
4 percaya, sehingga saya merasa tidak aman 0.549475 0,349 Valid
jika berada dengan orang lain.
Saya sering mengikuti kegiatan (pengajian,
5 senam dll) yang ada dilingkungan tempat 0.5498 0,349 Valid
tinggal
Saya sering meluangkan waktu untuk hobi
6 0.582448 0,349 Valid
bersama teman-teman
7 Saya sering berkumpul bersama teman-teman 0.556953 0,349 Valid
Saya lebih senang berada diwisma, karena
8 0.522511 0,349 Valid
tidak ada yang mengganggu
9 Saya memiliki banyak musuh 0.40641 0,349 Valid
10 Keluarga menaganggap saya tidak berguna 0.610352 0,349 Valid
Karena pengalaman yang saya miliki,
11 sehingga orang-orang disekitar sering 0.677649 0,349 Valid
meminta nasihat/saran
Saya adalah sesepuh yang disegani oleh
12 0.553669 0,349 Valid
masyarakat
Apapun kebaikan yang telah saya lakukan
13 0.683601 0,349 Valid
tidak pernah dihargai oleh orang lain
Saya merasa dihormati oleh keluarga / orang
14 0.641879 0,349 Valid
–orang disekitar
Petugas panti sering memberikan hadiah atas
15 0.644724 0,349 Valid
apa yang telah saya lakukan
Ketika saya sakit, maka banyak yang
16 0.46912 0,349 Valid
membantu
Saya sering mendapatkan bantuan dari orang
17 0.558202 0,349 Valid
lain (Bantuan barang/jasa)
18 Tidak ada seorangpun dalam keluarga / 0.619367 0,349 Valid
78
orang-orang sekitar yang dapat diandalkan
ketika saya membutuhkan pertolongan
Tetangga wisma saya adalah orang yang baik,
19 karena sering membantu (bantuan 0.399494 0,349 Valid
barang/jasa)
Saya selalu memecahkan masalah sendri
20 0.618539 0,349 Valid
tanpa bantuan orang lain
Di lingkungan tempat tinggal sering
21 0.42566 0,349 Valid
dilakukan sosialisasi kesehatan
Keluarga / orang-orang sekitar tidak
22 0,480001 0,349 Valid
mengharapkan saya
Ketika saya keluar wisma terlalu lama, maka
23 0.511729 0,349 Valid
keluarga akan mencari
79
Lampiran 3. Lembar Skrining MMSE
LEMBAR SKRINING
Umur : Wisma :
POIN
Tanggal 1
Tahun 2
1. Orientasi (Skor maksimal 10) Bulan 3
Tanyakan semua pertanyaan-pertanyaan Hari 4
yang ada disamping dan berikan poin 1 Musim 5
setiap jawaban benar. Rumah sakit 6
Lantai 7
Kota 8
Kabupaten 9
Provinsi 10
POIN
2. Registrasi (Skor maksimal 3)
“Bola” 1
Ucapkan dengan jelas dan perlahan kata-
“Bendera” 12
kata seperti BOLA. BENDERA dan
“Pohon” 13
POHON dengan jarak perkata satu detik.
Setelah itu minta untuk mengulanginya.
Berikan poin satu setiap jawaban benar.
3. Perhatian dan perhitungan (Skor
Maksimal 5) POIN
Minta pasien untuk menghitung mundur 93 14
dari 100 dengan selisih 7, berhenti 86 15
setelah 5 jawaban. Berilah poin satu 79 16
setiap jawaban benar. 72 17
65 18
80
5. Bahasa (skor maksimal 9) POIN
Menyebutkan : perlihatkan arloji anda Jam tangan 22
sambil menanyakan : “apa ini”? ulangi pena 23
hal yang sama untuk pena.
Pengulangan 24
Perintah tiga langkah. Beri pasien
secarik kertas kosong dan katakan :
“ambil kertas ini dengan tangan kanan,
lipat dua, dan letakan dilantai.”
Beri poin satu setiap langkah yang benar
Ambil
dengan
tangan kanan
Lipat menjadi
26
dua
Letakan
27
dilantai
81
Menulis : dengan secarik kertas mintalah
pasien untuk menulis sebuah kalimat
yang harus ditulisnya secara spontan.
Kalimat harus menganduk subjek dan
kata kerja berarti. Tata bahasa dan tanda
baca dikecualikan.
82
Lampiran 4. Lembar Penjelasan Pada Responden
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
(UNTUK MENJADI RESPONDEN)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Euis Endah Sulastri
NPM : 13320016
No. Handphone : 08990850085
Alamat : Prodi Ilmu Keperawatan, Universitas Malahayati Bandar
Lampung. Jalan Pramuka 27 Kemiling Bandar Lampung.
83
Sebagai subyek penelitian, ibi/bapak berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk
penelitian seperti yang tertulis diatas. Bila ada yang belum jelas, saudara dipersilahkan
bertanya kepada peneliti.
d. Manfaat
Dengan berpartisipasi dalam penelitian ini,maka anda akan mengetahui seberapa
besar dukungan sosial yang anda terima dan tingkat depresi yang anda rasakan
e. Resiko dan Efek Samping
Tidak ada resiko maupun efek samping dalam penelitian ini.
f. Kerahasiaan
Untuk menjamin kerahasiaan data. Maka nama saudara yang ditulis berupa inisial
saja.
Apabila ingin mendapatkan informasi yang lebih tentang proses penelitian ini, supaya
menghubungi saya atau Institusi Pendidikan.
Hormat Saya
84
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Responden
(INFORMED CONSENT)
Semua penjelasan telah disampaikan kepada saya oleh peneliti dan telah saya
pahami dengan sejelas-jelasnya. Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk
ikut serta dalam penelitian ini. Apabila pernyataan-pernyataan menimbulkan perasaan yang
tidak nyaman atau berakibat negatif bagi diri saya, maka saya berhak untuk menghentikan
Saya mengerti bahwa catatan atau data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan.
Kerahasiaan ini dijamin secara legal. Semua berkas yang mencantumkan identitas subjek
penelitian hanya dipergunakan untuk pengolahan data dan bila penelitian sudah selesai
akan dimusnahkan. Dengan secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,
( )
85
Lampiran 6. Lembar Kuesioner Penelitian
Kode Responden :
KUESIONER
I. DATA DEMOGRAFI
Petunjuk pengisian
Isilah pertanyaan dibawah ini dengan cara menuliskan jawaban yang benar
Dimohon kepada responden untuk mengisi semua jawaban tersebut dibawah ini
1. Nama : (Inisial)
2. Wisma :
3. Umur : Tahun
4. Jenis Kelamin : Laki- Laki Perempuan
5. Motivasi Masuk Panti :
a. Keinginan Sendri
b. Dibawa keluarga
6. Kegiatan yang disukai dipanti :
a. Pengajian/ Spritual
b. Olahraga / Senam
c. Tidak ada
7. Lamanya tinggal :
8. Hasil MMSE :
86
II. DUKUNGAN SOSIAL
Petunjuk pengisian : berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang dianggap jawaban
paling sesuai.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
CS : Cukup Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Seuju
No Pertanyaan SS S CS TS STS
Kerekatan Emosional
1. Tidak ada seorang pun yang perduli
1 2 3 4 5
pada saya.
2. Saya lebih senang apabila jauh dari
1 2 3 4 5
keramaian
3. Berkumpul bersama keluarga
5 4 3 2 1
membuat saya senang.
4. Tidak ada seorang pun yang dapat saya
87
berguna
2. Karena pengalaman yang saya miliki,
meminta nasihat/saran
3. Saya adalah sesepuh yang disegani
5 4 3 2 1
oleh masyarakat
4. Apapun kebaikan yang telah saya
orang lain
5. Saya merasa dihormati oleh keluarga /
5 4 3 2 1
orang –orang disekitar
6. Keluarga sering memberikan hadiah
5 4 3 2 1
atas apa yang telah saya lakukan
Hubungan Yang Dapat Diandalkan
1. Ketika saya sakit, maka banyak yang
5 4 3 2 1
membantu
2. Saya sering mendapatkan bantuan dari
5 4 3 2 1
orang lain (Bantuan barang/jasa)
3. Tidak ada seorangpun dalam keluarga /
pertolongan
4. Tetangga wisma saya adalah orang
(bantuan barang/jasa)
Saran / Informasi
1. Saya selalu memecahkan masalah
1 2 3 4 5
sendri tanpa bantuan orang lain
2. Di lingkungan tempat tinggal sering
5 4 3 2 1
dilakukan sosialisasi kesehatan
Kemungkinan Membantu
88
1. Keluarga / orang-orang sekitar tidak
1 2 3 4 5
mengharapkan saya
2. Ketika saya keluar wisma terlalu lama,
5 4 3 2 1
maka keluarga akan mencari
89
III. GDS (Geriatric Depression Scale)
Petunjuk pengisian : berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang dianggap jawaban
paling sesuai
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda puas dengan kehidupan anda ? 0 1
2 Apakah anda banyak mengurangi aktifitas atau
1 0
hobi anda ?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda terasa
1 0
hampa?
4 Apakah anda sering merasa bosan? 1 0
5 Apakah anda bersemangat setiap waktu? 0 1
6 Apakah anda takut akan sesuatu yang akan
1 0
menimpa buruk pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian
0 1
besar waktu anda?
8 Apakah anda merasa tidak berdaya? 1 0
9 Apakah anda senang dirumah daripada keluar
1 0
dan mengerjakan sesuatu yang baru ?
10 Apakah anda merasa memiliki masalah pada
1 0
daya ingat anda?
11 Apakah kehidupan anda saat ini menyenangkan? 0 1
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti
1 0
perasaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? 0 1
14 Apakah anda merasa kehidupan anda tidak ada
1 0
harapan?
15 Apakah anda berfikir bahwa orang lain
1 0
kehidupanya lebih baik daripada anda?
90
LEMBAR PELATIHAN ASISTEN
91
dan ke-2 penelitian.
4. Melakukan pengambilan data dukungan sosial
dan GDS (Geriatric Depression Scale) pada
hari ke 3, 4 dan 5. Dengan cara melakukan
wawancara kepada responden dan yang
mengisi kuisioner adalah asisten/peneliti
berdasarkan jawaban lisan responden
5. Ketika responden telah selesai
menjawab.serta mengucapkan terimakasih
atas kehadiran responden
1. Memilih responden sesuai dengan kriteria
inklusi dan eklusi
2. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
melalui lembar penjelasan/informed consent.
3. Melakukan skrining MMSE pada hari ke-1
dan ke-2 penelitian.
4. Melakukan pengambilan data dukungan sosial
4 Pambudi Setia dan GDS (Geriatric Depression Scale) pada
hari ke 3, 4 dan 5. Dengan cara melakukan
wawancara kepada responden dan yang
mengisi kuisioner adalah asisten/peneliti
berdasarkan jawaban lisan responden
5. Ketika responden telah selesai
menjawab.serta mengucapkan terimakasih
atas kehadiran responden
1. Memilih responden sesuai dengan kriteria
inklusi dan eklusi
2. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
melalui lembar penjelasan/informed consent.
3. Melakukan skrining MMSE pada hari ke-1
dan ke-2 penelitian.
4. Melakukan pengambilan data dukungan sosial
5 Meliana Hidayati dan GDS (Geriatric Depression Scale) pada
hari ke 3, 4 dan 5. Dengan cara melakukan
wawancara kepada responden dan yang
mengisi kuisioner adalah asisten/peneliti
berdasarkan jawaban lisan responden
5. Ketika responden telah selesai
menjawab.serta mengucapkan terimakasih
atas kehadiran responden
92
Tanggal : 27 April 2017
No Waktu Subjek/Pembicara
1 09.00-09.05 Pembukaan
Perkenalan dan persetujuan penelitian di Perpustakaan
Pembicara : peneliti
Persentasi tentang penelitian
3 09.30-10.00
Pembicara : Peneliti
Langkah-langkah prosedur pengumpulan data
4 10.00-10.30 penelitian
Pembicara : Peneliti
Penentuan tempat untuk mengumpulkan responden
5 10.30-11.00
Pembicara : peneliti
Mendiskusikan skrining MMSE, kuesioner dukungan
Pembicara : Peneliti
7 12.00-13.00 Isoma
Simulasi langkah-langkah pengumpulan data
8 13.00-13.30
Pembicara : Peneliti
Evaluasi
9 13.30-13.55
Pembicara : Peneliti
10 13.55-14.00 Penutup
93
No Nama asisten Latar Belakang
1. Mahasiswa semester VIII Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Malahayati Bandar
1 Edwin Hermawan
Lampung
2. Telah lulus mata kuliah komunitas
1. Mahasiswa semester VIII Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Malahayati Bandar
2 Hernayuce P. F. P
Lampung
2. Telah lulus mata kuliah komunitas
1. Mahasiswa semester VIII Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Malahayati Bandar
3 Julia Kuswida Ningsih
Lampung.
2. Telah lulus mata kuliah komunitas
1. Mahasiswa semester VIII Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Malahayati Bandar
4 Pambudi Setia
Lampung
2. Telah lulus mata kuliah komunitas
1. Mahasiswa semester VIII Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Malahayati Bandar
5 Meliana Hidayati
Lampung
2. Telah lulus mata kuliah komunitas
94
Lampiran 8. Lembar Pengajuan Judul
95
Lampiran 9. Surat Pengambila Data Awal
96
97
Lampiran 11. Surat Izin Permohonan Penelitian
98
Lampiran 12. Surat Balasan Izin Permohonan Penelitian
99
Lampiran 13. Surat Selesai Penelitian
100
Lampiran 14. Dokumentasi
101
102
103
104