Professional Documents
Culture Documents
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/312016870
CITATIONS READS
0 1,211
1 author:
Yusuf Adam
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
17 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Revitalisasi Fungsi Ruang Publik bagi Pedestrian di wilayah Kabupaten Ponorogo melalui
Pendekatan Komunitas View project
All content following this page was uploaded by Yusuf Adam on 01 January 2017.
l Analisis Kesalahan Buku Siswa Matematika Kelas VIII SMP/MTs Semester I Kurikulum 2013
l Analisa Pengaruh Fokus Belajar, Aktivitas Belajar dan Intelektual Bagi Mahasiswa Aktif
terhadap Prestasi Belajar dengan Menggunakan Metode SEM
l Analisis Puisi ‘Aku Ingin’ Karya Sapardi Djoko Damono Kajian: Stilistika
l Studi Deskriptif: Analisis Pengembangan dan Pelaksanaan RPPH oleh Guru PAUD sebagai
Pendukung Perencanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
l Peran Aktif Ibu dalam Menumbuhkan Minat Baca pada Anak (Studi Deskriptif pada Pekerja
Wanita di Universitas Hang Tuah Surabaya)
(Active Role of Women in The Growing Interest Read in Children (Descriptive Study on
Women Workers in Hang Tuah University of Surabaya)
l Penerapan Peta Sejarah sebagai Media Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Sejarah
Siswa SMP
(The Application of Maps Learning Against Media History as a Result of Learning
the History of Junior High School Students)
l Analisis Bentuk Tuturan dalam Buku Ajar Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk
Sekolah Dasar Kelas I Karangan Hanif Nurcholis dan Mafrukhi
(Analysis the Form of Speaking in the Book Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar
Kelas I Writen by Nurcholis and Mafrukhi)
l Pemanfaatan Metode Karyawisata dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa
tentang Bagian-Bagian Tumbuhan pada Kelas IV SDN Cangkringsari I Sidoarjo
Surabaya ISSN
J. Humaniora Vol. 13 No. 2 Hal. 57–230
Des 2016 1693-8925
ISSN: 1693-8925
HUMANIORA
Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora
Diterbitkan oleh Kopertis Wilayah VII sebagai terbitan berkala yang menyajikan informasi dan analisis persoalan
ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora.
Kajian ini bersifat ilmiah populer sebagai hasil pemikiran teoritik maupun penelitian empirik. Redaksi menerima karya
ilmiah/hasil penelitian atau artikel, termasuk ide-ide pengembangan di bidang ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. Untuk itu
HUMANIORA mengundang para intelektual, ekspertis, praktisi, mahasiswa serta siapa saja berdialog dengan penuangan
pemikiran secara bebas, kritis, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab. Redaksi berhak menyingkat dan memperbaiki
karangan itu sejauh tidak mengubah tujuan isinya. Tulisan-tulisan dalam artikel HUMANIORA tidak selalu mencerminkan
pandangan redaksi. Dilarang mengutip, menerjemahkan atau memperbanyak kecuali dengan izin redaksi.
PELINDUNG
Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA
(Koordinator Kopertis Wilayah VII
REDAKTUR
Prof. Dr. Ali Maksum
(Sekretaris Pelaksana Kopertis Wilayah VII)
PENYUNTING/EDITOR
Prof. Dr. V. Rudy Handoko, MS
Dr. Slamet Suhartono, SH., M.Hum
Dr. Ignatius Harjanto, M.Pd
Drs. Ec. Purwo Bekti, M.Si
Drs. Supradono, MM
Drs. Budi Hasan, SH., M.Si.
Suyono, S.Sos, M.Si
Thohari, S.Kom.
SEKRETARIS
Tri Puji Rahayu, S.Sos.; Soetjahyono
HUMANIORA
Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora
Halaman (Page)
1. Analisis Kesalahan Buku Siswa Matematika Kelas VIII SMP/MTs Semester I Kurikulum 2013
Erik Valentino .............................................................................................................................. 57–61
2. Analisa Pengaruh Fokus Belajar, Aktivitas Belajar dan Intelektual Bagi Mahasiswa Aktif
terhadap Prestasi Belajar dengan Menggunakan Metode SEM
Heny Pujiyanto, Wiwik Sulistiyowati ......................................................................................... 62–66
3. Analisis Puisi ‘Aku Ingin’ Karya Sapardi Djoko Damono Kajian: Stilistika
Oktavian Aditya Nugraha ........................................................................................................... 67–72
4. Studi Deskriptif: Analisis Pengembangan dan Pelaksanaan RPPH oleh Guru PAUD sebagai
Pendukung Perencanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
M. Anas Thohir, Alfina Citrasukmawati, dan Wisnu Kristanto............................................. 73–77
5. Peran Aktif Ibu dalam Menumbuhkan Minat Baca pada Anak (Studi Deskriptif pada Pekerja Wanita
di Universitas Hang Tuah Surabaya)
(Active Role of Women in The Growing Interest Read in Children (Descriptive Study on
Women Workers in Hang Tuah University of Surabaya)
Nita Rahmawati, Ilham Arnomo ................................................................................................ 78–95
6. Efektivitas Proses Rekrutmen dan Seleksi Karyawan Menggunakan Sistem Online
Ilham Arnomo .............................................................................................................................. 96–101
7. Implementasi Program BPU (Bukan Penerima Upah) BPJS Ketenagakerjaan terhadap
Wirausaha Mandiri (Studi Kasus pada Pekerja Informal di Kabupaten Lumajang)
(Program Implementation BPU (Not the Recipient Wages) of Entrepreneurial Self
Employment BPJS (A Case Study of Informal Workers in Lumajang))
Sri Sumarliani............................................................................................................................... 102–107
8. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PKn Kelas IV
Margaretha Ordo Servitri ........................................................................................................... 108–113
9. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD melalui Media Permainan Monopoli terhadap
Hasil Belajar Siswa
Wulan Trisnawaty ........................................................................................................................ 114–122
10. Proses Interaksi Berpikir Mahasiswa pada Materi Bakteri dengan Pembelajaran Berbasis
Masalah
Supiana Dian Nurtjahyani .......................................................................................................... 123–126
11. Human and Animal Communication
Dian Arsitades Wiranegara ......................................................................................................... 127–132
12. Penerapan Peta Sejarah sebagai Media Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Sejarah
Siswa SMP
(The Application of Maps Learning Against Media History as a Result of Learning
the History of Junior High School Students)
Dicetak oleh (printed by) Airlangga University Press. (278/10.16/AUP-35E). Kampus C Unair, Mulyorejo Surabaya 60115, Indonesia.
Telp. (031) 5992246, 5992247, Fax. (031) 5992248. E-mail: aup.unair@gmail.com
Kesalahan penulisan (isi) di luar tanggung jawab AUP.
Arif Wahyu Hidayat, Wafiyatu Maslahah................................................................................. 133–136
13. Analisis Bentuk Tuturan dalam Buku Ajar Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk
Sekolah Dasar Kelas I Karangan Hanif Nurcholis dan Mafrukhi
(Analysis the Form of Speaking in the Book Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar
Kelas I Writen by Nurcholis and Mafrukhi)
Wenny Wijayanti ......................................................................................................................... 137–141
14. Pemanfaatan Metode Karyawisata dalam Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa
tentang Bagian-Bagian Tumbuhan pada Kelas IV SDN Cangkringsari I Sidoarjo
Zuni Eka Tiyas Rifayanti ............................................................................................................ 142–148
15. Kajian Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Cerita Rakyat Madura
(Study of Educating for Character Values of Madura Folklore)
Citra Nurmalita, Moh. Ari Wibowo ........................................................................................... 149–153
16. Kajian Strategi Pembelajaran Komputer Kompetensi Mengetik 10 Jari (Touch Typing) dengan
Menggunakan Aplikasi Letter Case Versi 3.7 dan Rapid Typing untuk Keterampilan Mengetik
(Studi Kasus Mata Kuliah Praktik Komputer di STKIP-PGRI Sampang)
Moh. Ari Wibowo ......................................................................................................................... 154–158
17. Pengaruh Inovasi Kepemimpinan, Motivasi, Komitmen Organisasi, dan Kepuasan Kerja
terhadap Kinerja dengan Metode SEM
(Effect of Innovation Leadership, Motivation, Organizational Commitment and Job
Satisfaction of Performance by Using SEM)
Muhammad Syarifudin, Atikha Sidhi Cahyana ....................................................................... 159–164
18. Pengembangan Media Audio Visual Sex Education untuk Menstimulasi NAM Anak Usia Dini
Norma Diana Fitri ........................................................................................................................ 165–170
19. The Effectiveness of Podcast in Listening Class (Intensive Course Program)
Tera Athena .................................................................................................................................. 171–173
20. Identitas Anak-Anak Korban Peristiwa G30S 1965
Teguh Pramono ............................................................................................................................ 174–178
21. Pengembangan Media Komputer Pembelajaran Materi Pertempuran Surabaya untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Evirizqi Salamah .......................................................................................................................... 179–187
22. Analisis Faktor-Faktor Eksternal yang Memengaruhi Timbulnya Kecenderungan Perilaku Kenakalan
Remaja di Dusun Tegalan, Desa Kauman, Kecamatan Ngoro, Kabupaten
Jombang
(The Analysis of Many External Factors Which Influences Juvenile Delinquency at Tegalan
Sub Village, Kauman Village, Ngoro Sub District, Jombang District)
Rachma Agustina ......................................................................................................................... 188–193
23. Revitalisasi Fungsi Ruang Publik bagi Pedestrian di Wilayah Kabupaten Ponorogo melalui
Pendekatan Komunitas
Yusuf Adam Hilman .................................................................................................................... 194–198
24. Teater Interaktif sebagai Alat Pemberdayaan Remaja di Kawasan Urban
(Interactive Theatre as a Way to Empower Young Urban Community)
Meilinda ........................................................................................................................................ 199–202
25. Implementasi Metode Kano dan Swot dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Pendidikan dan Pelatihan
Doni Kriswanto, Boy Ismaputra ................................................................................................. 203–209
26. A View on the Techniques of Teaching Speaking
Mansur ........................................................................................................................................ 210–216
27. Implementasi Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Mahasiswa DIII
Keperawatan Rustida
(Jigsaw Implementation to Improve Student Learning Outcomes on English at Rustida
Nursing Diploma)
Sylene Meilita Ayu ....................................................................................................................... 217–221
28. Hubungan Peran Orang Tua dengan Perilaku Kekerasan terhadap Anak Usia Dini
Eky Prasetya Pertiwi.................................................................................................................... 222–230
PANDUAN UNTUK PENULISAN NASKAH
Jurnal ilmiah HUMANIORA adalah publikasi sebagai berikut: nama penulis, editor (bila ada), judul
ilmiah enam bulanan yang diterbitkan oleh Kopertis buku, kota penerbit, tahun penerbit, volume, edisi, dan
Wilayah VII. Untuk mendukung penerbitan, selanjutnya nomor halaman. Untuk terbitan berkala urutannya sebagai
redaksi menerima artikel ilmiah yang berupa hasil berikut: nama penulis, judul tulisan, judul terbitan, tahun
penelitian empiris dan artikel konseptual dalam bidang penerbitan, volume, dan nomor halaman.
ilmu Sosial dan Humaniora.
Naskah yang diterima hanya naskah asli yang belum pernah Contoh penulisan Daftar Pustaka:
diterbitkan di media cetak dengan gaya bahasa akademis dan 1. Grimes EW, A use of freeze-dried bone in Endodontic,
efektif. Naskah terdiri atas: J. Endod, 1994: 20:355–6
1. Judul naskah maksimum 15 kata, ditulis dalam bahasa 2. Cohen S, Burn RC, Pathways of the pulp. 5th ed., St.
Indonesia atau bahasa Inggris tergantung bahasa Louis; Mosby Co 1994: 127–47
yang digunakan untuk penulisan naskah lengkapnya. 3. Morse SS, Factors in the emergence of infectious
Jika ditulis dalam bahasa Indonesia, disertakan pula disease. Emerg Infect Dis (serial online), 1995
terjemahan judulnya dalam bahasa Inggris. Jan-Mar, 1(1): (14 screen). Available from:
2. Nama penulis, ditulis di bawah judul tanpa disertai gelar URL: http //www/cdc /gov/ncidod / EID/eid.htm.
akademik maupun jabatan. Di bawah nama penulis Accessed Desember 25, 1999.
dicantumkan instansi tempat penulis bekerja.
3. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Naskah diketik 2 (dua) spasi 12 pitch dalam program MS
Inggris tidak lebih dari 200 kata diketik 1 (satu) spasi. Word dengan susur (margin) kiri 4 cm, susur kanan 2,5 cm,
Abstrak harus meliputi intisari seluruh tulisan yang susur atas 3,5 cm, dan susur bawah 2 cm, di atas kertas A4.
terdiri atas: latar belakang, permasalahan, tujuan, Setiap halaman diberi nomor halaman, maksimal
metode, hasil analisis statistik, dan kesimpulan, disertakan 12 halaman (termasuk daftar pustaka, tabel, dan gambar),
pula kata kunci. naskah dikirim sebanyak 2 rangkap dan 1 (CD)/E-mail:
4. Artikel hasil penelitian berisi: judul, nama penulis, abstrak, jurnal@kopertis7.go.id.
pendahuluan, materi, metode penelitian, hasil penelitian, Redaksi berhak memperbaiki penulisan naskah tanpa
pembahasan, kesimpulan, dan daftar pustaka. mengubah isi naskah tersebut. Semua data, pendapat atau
5. Artikel konseptual berisi: judul, nama penulis, abstrak, pernyataan yang terdapat pada naskah merupakan tanggung
pendahuluan, analisis (kupasan, asumsi, komparasi), jawab penulis. Naskah yang tidak sesuai dengan ketentuan
kesimpulan dan daftar pustaka. redaksi akan dikembalikan apabila disertai perangko.
6. Tabel dan gambar harus diberi nomor secara berurutan
sesuai dengan urutan pemunculannya. Setiap gambar Naskah dapat dikirim ke alamat:
dan tabel perlu diberi penjelasan singkat yang Redaksi/Penerbit:
diletakkan di bawah untuk gambar. Gambar berupa foto Kopertis Wilayah VII
(kalau ada), disertakan dalam bentuk mengkilap (gloss). d/a Seksi Sistem Informasi
7. Pembahasan berisi tentang uraian hasil penelitian, Jl. Dr. Ir. H. Soekarno No. 177 Surabaya
bagaimana penelitian yang dihasilkan dapat memecahkan Telp. (031) 5925418-19, 5947473 psw. 120
masalah, faktor-faktor apa saja yang memengaruhi hasil Hp. 08155171928 (Suyono)
penelitian dan disertai pustaka yang menunjang. Fax. (031) 5947479
8. Daftar pustaka, ditulis sesuai aturan penulisan Vancouver, E-mail: jurnal@kopertis7.go.id
disusun berdasarkan urutan kemunculannya bukan Homepage: http//www.kopertis7.go.id,
berdasarkan abjad. Untuk rujukan buku urutannya
- Redaksi -
57
Erik Valentino
Dosen Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Insan Mandiri Surabaya
E-mail:erikvalentinomath@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian tentang analisis kesalahan konten buku. Kesalahan konten dalam hal ini adalah kesalahan
berdasarkan pengungkapan objek matematika, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Analisis kesalahan ini bertujuan untuk
memeriksa isi dokumen secara objektif dan sistematis. Hasil analisis kesalahan diharapkan bisa digunakan untuk memperbaiki konten
buku siswa matematika Kelas VIII SMP/MTs Semester I Kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh Kemdikbud. Dari hasil penelitian
didapatkan 3 kesalahan objek fakta, 8 kesalahan objek konsep, 1 kesalahan objek prinsip, dan 4 kesalahan objek keterampilan. Oleh
karena itu, disarankan bagi guru dan siswa yang menggunakan buku tersebut dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai solusi
perbaikan. Kemudian, diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan sumbangsih dalam perbaikan konten buku siswa Kelas VIII
SMP/MTs Semester I yang diterbitkan oleh Kemdikbud.
Kata kunci: Analisis kesalahan, buku siswa kelas VIII Semester I, matematika
Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, siswa matematika SMP kelas VIII Semester I Kurikulum
diantaranya adalah kualitas proses belajar siswa, guru, 2013yang masih memuat kesalahan.
dan sarana pendidikan. Salah satu sarana pendidikan yang Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kesalahan
dimaksud adalah buku teks. Buku teks merupakan salah satu konten objek matematika pada buku siswa matematika SMP
bahan ajar yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. kelas VIII Semester I Kurikulum 2013 serta rekomendasi
Buku teks membantu siswa dalam proses belajar mengajar perbaikannya. Matematika sebagai ilmu memiliki objek
di kelas. Buku teks berperan untuk membantu guru dalam kajian yang abstrak. Menurut Gagne (dalam Bell, 1978: 108)
menyampaikan materi dan dapat membantu siswa dalam dalam belajar matematika ada dua objek kajian yang akan
menunjang materi yang disampaikan oleh guru, tidak diperoleh oleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tidak
terkecuali untuk pelajaran matematika. Oleh karena itu, langsung. Objek langsung berupa fakta, konsep, prinsip,
keberadaan buku teks matematika sangat penting. Menurut dan keterampilan. Sedangkan objek tak langsungnya adalah
Briton (dalam Makrip, 2009: 2) dalam kondisi apa pun kemampuan yang secara tak langsung akan dipelajari siswa
keberadaan buku teks matematika seharusnya dapat: (1) ketika mereka mempelajari objek langsung matematika
meningkatkan keefektifan belajar siswa, (2) mempercepat seperti kemampuan: berpikir logis, kemampuan memecahkan
dan mempermudah informasi, dan (3) meningkatkan efisiensi masalah, sikap positif terhadap matematika, ketekunan,
pelaksanaan latihan dan belajar. Buku teks matematika harus ketelitian, dan lain-lain.
dapat menyampaikan berbagai objek dasar dalam matematika.
Jika terjadi lahan dalam penyajian objek matematika, maka
dimungkinkan akan menimbulkan pemahaman yang salah KAJIAN PUSTAKA
terhadap materi matematika. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis kesalahan pada
Pada Kurikulum 2013 yang diterapkan sejak tahun 2013, buku teks berdasarkan keempat objek langsung, yaitu objek
Pemerintah membagi buku teks menjadi dua, yaitu buku yang terkait fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Berikut
siswa dan buku guru. Buku siswa adalah buku panduan untuk ini penjelasan keempat objek matematika tersebut.
siswa dalam pembelajaran. Sedangkan buku guru, adalah
buku yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam 1. Objek yang terkait dengan fakta
praktiknya buku siswa dan buku guru tersebut saling terkait Menurut Soedjadi (2000:13) fakta dalam matematika
dan merupakan instrumen penunjang dalam pembelajaran berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan
selain guru dan segenap perangkat pembelajaran lainnya. simbol tertentu. Sedangkan menurut Hudojo (1988:75)
Mengingat pentingnya buku siswa dan buku guru tersebut, fakta adalah suatu ide/gagasan yang terdiri dari satu
mampu diserap alur penyajiannya juga harus benar dalam hal eksemplar. Simbol atau lambang-lambang seperti
penyajian konsep matematikanya. Namun faktanya masih “7”,“∑”, “√”, “≥” adalah beberapa contoh dari sekian
ditemukan beberapa penyajian objek matematika pada buku banyak fakta sederhana dalam matematika. Fakta
sebagai objek matematika juga bisa berupa kesepakatan.
58 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 57–61
Kesepakatan ini diperlukan agar ada kesamaan dalam Pada rumus luas segitiga di atas, didapati adanya
memahami objek matematika. Misal, ada sebuah soal beberapa konsep yang digunakan, yaitu konsep luas,
menentukan hasil dari 2 + 3 × 4; Apakah hasilnya adalah konsep panjang alas segitiga dan konsep tinggi segitiga.
20 karena operasi penjumlahan didahulukan, ataukah Jika seorang siswa diminta untuk menentukan luas
hasilnya 24 karena operasi perkalian didahulukan. sesungguhnya dari gambar segitiga di samping.
Untuk menghindari terjadinya kebingungan di dalam Indikator atau kriteria unjuk kerja keberhasilan siswa
menentukan kebenaran dua jawaban tersebut, diperlukan untuk tugas di atas adalah jika ia dapat mengukur salah
adanya kesepakatan di antara para matematikawan. satu alas serta tinggi yang bersesuaian dari segitiga
Dengan demikian, objek yang terkait dengan fakta adalah tersebut, dalam hal ini jika siswa menentukan panjang
objek yang terkait dengan konvensi (kesepakatan) dalam AB serta dapat menentukan garis tinggi terhadap alas
matematika seperti lambang, notasi, ataupun aturan AB; kemudian dapat menentukan luasnya. Contoh lain
seperti mendahulukan operasi perkalian dari pada yang lebih sederhana adalah: 1) dua segitiga sama dan
operasi penjumlahan. Lambang “1” untuk menyatakan sebangun bila dua sisi yang seletak dan sudut apitnya
banyaknya sesuatu yang tunggal merupakan contoh dari kongruen, 2) hasil kali dua bilangan p dan q sama
fakta. Begitu juga lambang “+”, “–“, ataupun ”×” untuk dengan nol jika dan hanya jika atau.
operasi penjumlahan, pengurangan, ataupun perkalian.
4. Objek yang terkait dengan keterampilan
2. Objek yang terkait dengan konsep Keterampilan dalam matematika merupakan operasi atau
Menurut Hudojo (1979:75)konsep dapat dipelajari prosedur harus diikuti dalam menyelesaikan persoalan
melalui definisi atau observasi langsung. Sedangkan secara cermat dan tepat (Bell,1978:108). Jadi, prosedur
menurut Bell (1978:108) konsep adalah ide abstrak yang dalam matematika adalah suatu proses atau prosedur
memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan objek yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah dan
ke dalam contoh atau bukan contoh dari ide abstrak mendapatkan suatu hasil tertentu.
tersebut. Dari penjelasan tersebut, bisa dikatakan bahwa Kesalahan yang terdapat buku siswa matematika SMP
ketika seorang siswa memahami suatu objek matematika, kelas VIII Semester I Kurikulum 2013 edisi revisi
dia dapat membedakan objek tersebut sesuai atau 2014didasarkan kesalahan pengungkapan dan penyajian
tidak dengan kesepakatan dalam matematika. Ketika objek matematika. Analisis kesalahan ini adalah
mempelajari matematika, terdapat beberapa istilah penelitian yang bertujuan untuk memeriksa isi dokumen
seperti bilangan, persegi panjang, bola, lingkaran, secara objektif dan sistematis. Analisis kesalahan
segitiga, sudut siku-siku, ataupun perkalian. Ketika dokumen yang dimaksud adalah ketidaksesuaian
seorang siswa mempelajari segitiga dari suatu buku pengungkapan dan penyajian objek dengan definisi
teks, dia harus dapat memahami konsep segitiga tersebut, objek tersebut.
sehingga yang dibayangkan siswa sama dengan yang
dipahami oleh matematikawan. Seorang siswa disebut
telah mempelajari konsep segitiga jika ia telah dapat METODE PENELITIAN
membedakan yang termasuk segitiga dan yang bukan Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kesalahan
segitiga. Untuk sampai ke tingkat tersebut, siswa harus penyajian objek matematika yang kurang sesuai pada buku
dapat mengenali sifat-sifat segitiga. siswa matematika SMP kelas VIII Semester I Kurikulum
3. Objek yang terkait dengan prinsip 2013 edisi revisi 2014. Metode penelitian yang digunakan
Prinsip (abstrak) adalah objek matematika yang adalah metode penelitian kualitatif dengan mengunakan
kompleks. Prinsip dapat terdiri atas beberapa fakta, rancangan penelitian deskriptif.
beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi atau Prosedur penelitian dalam penelitian ini yaitu membaca
pun operasi (Soedjadi, 2000:15). Contoh prinsip dalam buku yang menjadi sumber data untuk mencari apakah
objek matematika adalah rumus luas segitiga: terdapat kesalahan penyajian pada buku tersebut untuk
dibandingkan dengan referensi yang lebih akurat. Kemudian
data yang diperoleh dikelompokkan, apakah termasuk
kesalahan penyajian objek yang terkait dengan fakta,
Dengan adalah luas segitiga, adalah panjang alas konsep, prinsip, atau keterampilan. Langkah selanjutnya
segitiga, dan adalah tinggi segitiga. mendeskripsikan sesuai kesalahan penyajian objek
matematika.
VIII Semester I yang begitu beragam. Kesalahan yang Contoh relasi yang disajikan dengan himpunan pasangan
ditemukan dikategorikan berdasarkan objek matematika, berurut di atas, yaitu {(1, 2), (2, 4), (3, 6), (4, 8), (5, 10)}
yaitu fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Selain adalah relasi “setengah dari”, bukan “dua kali dari”.
menganalisis kesalahan, penulis juga menyajikan rekomendasi
perbaikannya. Rincian kesalahan dan rekomendasi perbaikan 2) Kesalahan dalam menjelaskan tentang konsep relasi juga
disajikan dalam uraian berikut. diteruskan dalam penyajian berupa diagram panah pada
halaman 88 berikut.
a. Kesalahan yang terkait dengan fakta
1) Hal 44
3) Hal 88
Judul tabel tidak sesuai dengan isi pada tabel 2.3. Pada
judul tabel dituliskan penjumlahan dan pengurangan
bentuk aljabar. Sedangkan pada tabel hanya penjumlahan
bentuk aljabar saja.
2) Hal 80
Pada keterangan dituliskan dibaca anggota himpunan Fungsi tidak sesuai dengan konteks relasi yang dikaitkan
bagian dari bilangan Real. Seharusnya x anggota yaitu “dua kali dari”.
himpunan dari bilangan Real, bukan himpunan bagian.
4) Kesalahan dalam menjelaskan tentang konsep relasi juga
3) Hal 92 diteruskan dalam penyajian berupa tabel pada halaman
88 berikut.
2) Pada halaman 56, langkah 4 seharusnya diperoleh (x + 2) Tabel 1. Rangkuman Kesalahan berdasarkan Fakta,
(2x + 3), namun salah menuliskan menjadi penjumlahan, Konsep, Prinsip, dan Keterampilan
seperti pada kutipan berikut.
No Kesalahan Banyak Kesalahan (kesalahan)
Fakta 3
Konsep 8
Prinsip 1
Keterampilan 4
PENUTUP
3) Pada halaman 62, terjadi kesalahan langkah dalam
penyelesaian sebagai berikut. Setelah melakukan analisis, peneliti menyimpulkan bahwa
buku siswa Kelas VIII SMP/MTs Semester I terdapatkan
3 kesalahan yang terkait dengan objek fakta, 8 kesalahan
yang terkait dengan objek konsep, 1 kesalahan yang terkait
dengan objek prinsip, dan 4 kesalahan yang terkait dengan
objek keterampilan. Dari keempat tipe kesalahan tersebut,
kesalahan yang berhubungan dengan konsep mendominasi
di antara ketiga tipe kesalahan yang lain.
Disarankan bagi guru dan siswa yang menggunakan
buku tersebut dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai
solusi perbaikan ketika pembelajaran di kelas. Kemudian,
diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan sumbangsih
dalam perbaikan buku siswa Kelas VIII SMP/MTs Semester
Kesalahan di atas juga bisa terjadi pada kesalahan I yang diterbitkan oleh Kemdikbud.
pengetikan soal. Dugaan peneliti, soal yang dimaksud
oleh penulis buku adalah
DAFTAR RUJUKAN
1. As’ari, Abdur Rahman; Tohir, Mohammad; Valentino, Erik; Imron,
Zainul; Taufiq, Ibnu; Hariarti, Nuniek Slamet; Lukmana, Dana
Arief. Matematika SMP/MTs Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
2. Bell, Frederick H. 1978. Teaching and Learning Mathematics (In
Secondary Schools). Iowa: Wm. C. Brown Company.
4) Hal 126 3. Hudojo,Herman.1979.Pengembangan kurikulum matematika dan
pelaksanaannya di depan kelas. Surabaya: Usaha Nasional.
4. Makrip. 2009. Analisis Kesalahan Konsep Persamaan Kuadrat,
Fungsi Kuadrat, dan Pertidaksamaan Kuadrat pada Buku Teks
Matematika SMA Kelas X Semester I. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Universitas Negeri Malang.
5. Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.
6. Valentino, Erik. 2015a. Analisis Kesalahan dan Rekomendasi
Perbaikan Buku Siswa Matematika Kelas VII SMP/MTs Semester
I Kurikulum 2013. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika 2015, hal. 715–726, Universitas Negeri
Surabaya.
7. Valentino, Erik. 2015a. Analisis Kesalahan Buku Siswa Matematika
Kelas VII SMP/MTs Semester II Kurikulum 2013. Jurnal Humaniora
(Kopertis Wilayah 7), Vol. 12, No. 1, Juni 2015, hal. 111–116.
Pada soal, seharusnya c = –5, namun pada proses
8. http://kbbi.web.id
penyelesaian bagian diketahui, dituliskan c = 5. 9. http://en.wikipedia.org
Berikut ini ringkasan hasil analisis kesalahan yang
ditemukan.
62
ABSTRAK
Universitas XYZ adalah salah satu perguruan tinggi swasta Jawa Timur yang berkembang sangat cepat, terdapat latar belakang
mahasiswa yang berbeda-beda pula. Ada yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan ada juga yang tidak aktif dalam organisasi
kemahasiswaan. Dari beberapa latar belakang tersebut beberapa variabel yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu fokus belajar,
aktivitas belajar, dan intelektual mahasiswa terhadap prestasi belajarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
fokus belajar, aktivitas belajar dan intelektual mahasiswa yang aktif terhadap prestasi belajar. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah mix method, metode yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Secara kualitatif dengan penyebaran kuesioner,
secara kuantitatif pengujian hubungan antar variabel dengan metode SEM. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah fokus belajar
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa tidak aktif berorganisasi sebesar 1,585, aktivitas belajar mempengaruhi prestasi belajar
mahasiswa aktif berorganisasi sebesar 2,287, intelektual mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa aktif berorganisasi sebesar 0,793
dan usulan yang didapat adalah mewajibkan mahasiswa untuk lebih tekun dalam belajar, sering membaca buku literatur, lebih sering
ke perpustakaan dan lebih aktif dalam berkuliah.
Kata kunci: Fokus Belajar, Aktivitas Belajar, Intelektual, Prestasi Belajar, SEM
ABSTRACT
XYZ University one of well-known private university in Jawa Timur. There are many students come from different background, there
some students are in good contribution for some organization and there also some other students who are not in it. From this background
have many variables that affect the learning achievement that are focus of learning, learning activities, and intellectual students’ academic
achievement. The study puposed at knowing the influence of learning focus, learning activitiy, and intellectuality of active students
toward the learning achievement. The method used in this study is a mix method, a method that combines quantitative and qualitative
methods. In qualitative using a questionnaires, quantitative testing of the relationship between variables by using SEM. The result of
the study shown that Learning focus had influenced the students learning achievement of those who are not in well contribution in the
organization of 1,585, Learning activity influence the students’ achievement of those who are in a well-contribution for Organization of
2,287, Learning intellectuality the students’ achievement of those who are in a well-contribution for Organization of 0,793. The study
give some suggestions that it is important to remind the students about study hard by reading alot for some book refferences, go daily
visting library, and activate the process of learning at school or universitas.
Key words: Learning Focus, Learning Activity, Intellectuality, learning Achievement, SEM
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa yang aktif dalam baik recursive maupun non-recursive untuk memperoleh
organisasi kemahasiswaan dan tidak aktif dalam organisasi gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model.
kemahasiswaan. Untuk meneliti hal ini maka digunakanlah
metode Structural Equation Modelling (SEM).
Berdasarkan latar belakang yang telah ada, maka yang METODOLOGI PENELITIAN
menjadi rumusan permasalahan adalah apakah fokus Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
belajar, aktivitas belajar dan intelektual bagi mahasiswa adalah metode survei. Metode survei adalah penelitian
aktif berpengaruh terhadap prestasi belajar dengan yang dilakukan populasi besar atau kecil, tapi data yang
mengintegrasikan metode SEM. Tujuan dari dilakukannya dipelajari adalah data dari sampai yang diambil dari populasi
penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh fokus tersebut.
belajar, aktivitas belajar, intelektual mahasiswa aktif terhadap Hal yang dilakukan adalah survei lapangan dan melakukan
prestasi belajar. tinjauan pustaka, kemudian merumuskan permasalahan
yang telah didapatkan, selanjutnya menetapkan tujuan yang
akan dicapai dalam penelitian, kemudian mengidentifikasi
MATERI
variabel apa saja yang akan diteliti, kemudian pengumpulan
Fokus adalah tingkat konsentrasi seseorang yang hanya data dan pengolahan data apakah data yang telah diterima
memusatkan pada satu permasalahan yang dihadapi dan telah valid dan reliabel, sehingga bisa dilakukan pengujian
tujuan yang ingin dicapai, dengan cara memusatkan pikiran data selanjutnya menggunakan metode SEM. Dari hasil yang
hanya pada satu tujuan maka tujuan tersebut akan mudah telah didapatkan akan menghasilkan kesimpulan dan saran
untuk dicapai dengan mudah. Menurut Nana Sudjana (2004) dari penelitian yang telah dilakukan.
belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil dari
proses belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk, HASIL PENELITIAN
seperti pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, Data responden merupakan menguraikan atau
kecakapan, kemampuan, daya kreasi, daya penerimaan, dan memberikan gambaran mengenai identitas responden dalam
lainnya yang ada atau terjadi pada individu tersebut. Dapat penelitian ini agar dapat diketahui data responden secara
dikatakan fokus belajar adalah suatu pemikiran atau perilaku terperinci yang dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
yang hanya memusatkan pada satu tujuan untuk dilakukan antara lain: mahasiswa tidak aktif dan aktif berorganisasi.
dan dicapai yaitu belajar.
Menurut (Purwanto et al., 2013) Aktivitas belajar 1. Mahasiswa tidak aktif berorganisasi adalah apabila tidak
adalah tingkah laku dalam menjalankan proses kegiatan pernah tercatat sebagai pengurus organisasi apa pun dan
pembelajaran. Jadi dapat diartikan semua tingkah laku indivu tidak pernah ikut serta dalam proses perkaderan atau
setiap orang dalam proses kegiatan pembelajaran baik di diklat.
dalam ruangan ataupun di luar ruangan.
2. Mahasiswa aktif berorganisasi adalah apabila tercatat
Intelektual adalah cara berpikir manusia dalam suatu
sebagai pengurus serta minimal satu tahun telah aktif
permasalahan yang ada, yaitu bagaimana cara menganalisis,
ikut berperan dalam menjalankan kegiatan organisasi
berpikir secara rasional, abstrak, logika, dan hal-hal apa saja
kemahasiswaan dan pernah mengikuti proses perkaderan
yang akan diperoleh dalam menyelesaikan suatu persoalan.
atau diklat.
Kecerdasan Intelektual “KI” (yang saat ini diketahui
bekerja di belahan otak kiri) merupakan salah satu ukuran
Uji validitas dilakukan untuk menguji ketepatan kuesioner
kemampuan yang berperan dalam pemrosesan logika, bahasa
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
dan matematika (Nafis, 2006).
fokus belajar, aktivitas belajar, intelektual, dan prestasi
Nana Sudjana (2003) mengatakan bahwa “prestasi belajar
belajar pada Fakultas Teknik Universitas XYZ. Dengan nilai
merupakan hasil-hasil belajar yang dicapai mahasiswa
Corrected item-total correlation diatas 0,3 maka data tersebut
dengan kriteria tertentu”. Sedangkan Menurut Nana Syaodih
valid. Berikut adalah hasil dari validitas seluruh kuesioner.
Sukmadinata (2005) “prestasi belajar adalah realisasi atau
Dari hasil tabel 1 dan 2 dapat diketahui bahwa nilai
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial/kapasitas
Corrected Item-Total Correlation seluruh indikator memiliki
yang dimiliki seseorang”.
nilai diatas 0,3 maka keseluruhan indikator adalah valid.
Model persamaan struktural SEM (Struktural Equation
Uji struktural model ini adalah untuk mengetahui apakah
Modeling) adalah generasi kedua teknik analisis multivariate
model keseluruhan sudah fit pada setiap variabel eksogen
(Bagozzi dan Fornell, 1982) yang memungkinkan peneliti
maupun endogen, pada gambar 1 berikut adalah gambar uji
untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks
struktural model mahasiswa aktif berorganisasi.
64 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 62–66
Tabel 1. Hasil uji validitas kuesioner mahasiswa tidak aktif Tabel 2. Hasil uji validitas kuesioner mahasiswa aktif
berorganisasi berorganisasi
Dari hasil pada gambar 1 menunjukkan model sudah fit, Dari hasil pada gambar 2 menunjukkan model sudah fit,
maka langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesa. Pada maka langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesa. Pada
tabel 3 berikut adalah pengujian hipotesa. tabel 3 adalah pengujian hipotesa.
Dan pada gambar 2 adalah gambar uji struktural model
mahasiswa tidak aktif berorganisasi.
66 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 62–66
PEMBAHASAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran-
terdapat beberapa pembahasan yang telah didapatkan. saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya
1. Menunjukkan bahwa variabel fokus belajar signifikan adalah peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah
terhadap prestasi belajar bagi mahasiswa yang tidak lagi jumlah respondennya, untuk menyiapkan penelitian
aktif berorganisasi terutama pada indikator X1_3 lebih awal agar mendapatkan hasil yang maksimal dan agar
(keterampilan menyelesaikan tugas), maka yang harus peneliti lebih melihat lagi, apakah yang lebih mempengaruhi
dilakukan mahasiswa adalah lebih sering membaca mahasiswa terhadap prestasi belajarnya.
buku literatur (jurnal, makalah dan artikel) dan lebih
sering ke perpustakaan. Dan variabel fokus belajar tidak
signifikan terhadap prestasi belajar bagi mahasiswa DAFTAR PUSTAKA
aktif berorganisasi terutama pada indikator X1_3 1. Ardana, I Cenik, 2013. Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan
(keterampilan menyelesaikan tugas). Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Kesehatan Fisik untuk
Memprediksi Prestasi Belajar Mahasiswa Akuntansi, Universitas
2. Menunjukkan bahwa variabel aktivitas belajar tidak Tarumanagara Jakarta, Jakarta.
signifikan terhadap prestasi belajar bagi mahasiswa 2. Ariwibowo, Mustofa Setyo, 2012. Pengaruh Lingkungan Belajar
tidak aktif berorganisasi terutama pada indikator terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa PPKn Angkatan 2008/2009
Universitas Ahmad Dahlan Semester Ganjil Tahun Akademik
X2_4 (kemandirian dalam belajar). Dan variabel
2011/2012, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
aktivitas belajar signifikan terhadap prestasi belajar 3. Hadari Nawawi, Pengaruh Hubungan Manusia Dikalangan Murid
bagi mahasiswa yang aktif berorganisasi. Terutama terhadap Prestasi Belajar di SD, (Jakarta: Analisa Pendidikan, 1981),
pada indikator X2_5 (lingkungan), maka yang harus h. 10019 Ibid., h. 21
4. Nurhasanah, Farida. 2012. Membangun Keaktifan Mahasiswa pada
dilakukan mahasiswa adalah mencari tempat dan Proses Pembelajran Mata Kuliah Perencanaan dan Pengembangan
membuat suasana yang nyaman untuk belajar. Program Pembeljaran Matematika Melalui Pendekatan Konstrutivisme
3. Menunjukkan bahwa variabel intelektual tidak signifikan dalam Kegiatan Lesson Study, Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Surakarta.
terhadap prestasi belajar bagi mahasiswa tidak aktif 5. Purwanto, Hadi, et al., 2013. Perbedaan Hasil Belajar Mahasiswa
berorganisasi terutama pada indikator X3_6 (kemampuan yang Bekerja dengan tidak Bekerja Program Studi Pendidikan Teknik
memvisualisasikan sesuatu). Dan variabel intelektual Bangunan, Universitas Negeri Padang, Padang.
6. Rahmadaniaty, Nia et al., 2012, Penerapan Metode Structural
signifikan terhadap prestasi belajar bagi mahasiswa
Equation Modeling (SEM) dalam Menentukan Pengaruh Kepuasan,
yang aktif berorganisasi. Terutama pada indikator X3_7 Kepercayaan dan Mutu terhadap Kesetiaan Pasien Rawat Jalan dalam
(kemampuan memahami sesuatu), maka yang harus Memanfaatkan Pelayanan Rumah Sakit di RSUD Dr. Pirngadi Medan,
dilakukan mahasiswa adalah lebih sering diskusi dengan Universitas Sumatra Utara, Medan.
7. Rosida, Postalina dan Titin Suprihatin, 2011. Pengaruh Pembelajaran
mahasiswa yang lainnya. Aktif dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika pada Siswa Kelas
2 SMU, Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Semarang.
8. Utomo, Budi. 2014. Hubungan Minat Belajar dengan Prestasi
KESIMPULAN Belajar Siswa Kelas Ivdan pada Mata Pelajaran IPS di SDN Kudikan
Lamongan, Prodi Studi Pendidikan Keguruan Sekolah Dasar,
Berdasarkan hasil dari tujuan dan penelitian yang telah Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
9. Santoso, Singgih. 2015. AMOS 22 untuk Structural Equation
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulannya sebagai Modelling Konsep Dasar dan Aplikasi, PT. Elex Media Komputindo,
berikut: Jakarta.
1. Fokus belajar signifikan terhadap prestasi belajar 10. Setiani, Amalia Cahya. 2014. Meningkatkan Konsentrasi Belajar
Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VI
mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi, terutama pada
SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran
keterampilan menghafal pelajaran dan fokus belajar tidak 2013/2014, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa yang aktif 11. Syafni, Elgi, et al., 2013, Masalah Belajar dan Penanganannya,
berorganisasi Universitas Negeri Padang, Padang.
12. Wiyono, Karsono, dan Dewi Amina Sukma. 2013, “Analisis
2. Aktivitas belajar tidak signifikan terhadap prestasi belajar Anteseden Orientasi Pasar dan Pengaruhnya Terhadap Pembelajaran
mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi dan aktivitas Organisasi UMKM di Eks Karesidenan Surakarta”, Semnas Fekon,
belajar signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa Optimisme Ekonomi Indonesia.
13. Wulaningsih, 2012, Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Lingkungan
yang aktif berorganisasi, terutama pada ketekunan dalam Sekolah terhadap Prestasi Belajar pada Kompetensi Mengelola Kartu
belajar. Aktiva Tetap Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK
3. Intelektual tidak signifikan terhadap prestasi belajar Muhammadiyah Cawas Tahun Ajaran 2011/2012, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi dan intelektual
signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa yang
aktif berorganisasi, terutama pada kemampuan berpikir
rasional.
67
ABSTRAK
Karya sastra merupakan karya imajinatif yang bermediumkan bahasa yang fungsi estetiknya dominan. Bahasa sastra sebagai media
ekspresif sastrawan digunakan untuk mencapai efek estetis, dalam hal ini berhubungan dengan style (gaya bahasa) sebagai sarana
sastra. Dengan demikian plastisitas dan estetika bahasa menjadi penting dalam karya sastra. Bahasa sastra berhubungan dengan fungsi
semiotik bahasa sastra. Kajian stilistika itu tidak dilakukan secara khusus melainkan bagaimana menjadi bagian dari analisis sajak.
Dalam hal ini puisi dianalis dari aspek kata dan diksi, bahasa kiasan dan retorik, aspek tata bahasa dalam sajak, dan bunyi. Meskipun
kajiannya tidak secara khusus pada stilistika puisi, analisis puisi dari aspek bahasa tersebut cukup memberikan gambaran mengenai
gaya bahasa dalam puisi. Analisis makna menggunakan metode pembacaan model semiotik yang terdiri atas pembacaan heuristik dan
pembacaan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan menurut sistem semiotik tingkat pertama yakni pembaca menurut
konvensi bahasa. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan berulang-ulang dengan memberikan interpretasi berdasarkan sistem
tanda semiotik tingkat kedua sesuai dengan konvensi sastra. Dengan demikian puisi “Aku Ingin” dapat dipahami arti kebahasaannya
dan sekaligus makna kesasteraannya.
PENDAHULUAN Ingin”. 2) Makna dari puisi “Aku ingin”. Tujuan dari tulisan
ini adalah: 1) Mendeskripsikan style pada puisi “Aku Ingin”.
Karya sastra merupakan karya imajinatif yang
2) Mendeskripsikan makan dari puisi “Aku Ingin”. Manfaat
bermediumkan bahasa yang fungsi estetiknya dominan.
teoritis kajian ini adalah: 1) Hasilnya memberikan konstribusi
Bahasa sastra sebagai media ekspresif sastrawan digunakan
bagi pengembang linguistic terapan dan studi sastra sekaligus
untuk mencapai efek estetis, dalam hal ini berhubungan
dalam analisis karya sastra. 2) Meletakkan dasar-dasar bagi
dengan style (gaya bahasa) sebagai sarana sastra. Dengan
peneliti stilistika karya sastra yang lebih lain, baik puisi, fiksi
demikian plastisitas dan estetika bahasa menjadi penting
maupun teks drama/lakon. Dan manfaat praktis kajian ini
dalam karya sastra. Bahasa sastra berhubungan dengan fungsi
adalah: 1) memberikan wawasan bagi akademisi linguistik
semiotik bahasa sastra. Bahasa merupakan sistem semiotik
dan kritikus sastra dalam melakukan analisis karya sastra.
tingkat pertama, sedangkan sastra merupakan sistem semiotik
2) memberikan pemahaman kepada pemerhati sastra dalam
tingkat kedua (Imron, 2009: 137). Bahasa sastra memiliki
mengekspresikan karya sastra. 3) memberikan alternatif
sifat antara lain: emosional, konotatif, bergaya, dan ketidak
bahan ajar yang relatif masih jarang bagi para pengajar sastra
langsungan ekspresi. Sifat bahasa sastra antara lain dilihat
dan bahasa baik di perguruan tinggi maupun sekolah.
dari segi gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan bahasa yang
Kajian stilistika itu tidak dilakukan secara khusus
digunakan secara khusus untuk menimbulkan efek tertentu,
melainkan bagaimana menjadi bagian dari analisis sajak.
khususnya efek estetis. Bahasa sastra memiliki ciri penting
Dalam hal ini puisi dianalis dari aspek kata dan diksi, bahasa
yakni ketak langsungan ekspresi. Dari pengamatan awal
kiasan dan retorik, aspek tata bahasa dalam sajak, dan bunyi.
dapat dikemukakan bahwa salah satu kekhasan gaya bahasa
Meskipun kajiannya tidak secara khusus pada stilistika puisi,
Sapardi Djoko Damono sebagai mana sastra dalam puisi-
analisis puisi dari aspek bahasa tersebut cukup memberikan
puisinya menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah
gambaran mengenai gaya bahasa dalam puisi. Penelusuran
dimengerti oleh pembacanya. Berbagi objek alam, dan realita
yang telah kami lakukan hingga pengajian stilistika puisi
kehidupan. Diksi dimanfaatkannya untuk memadukan dengan
karya Sapardi Djoko Damono ini dilakukan sepanjang
majas-majas yang ada.
pengamatan penulis menggunakan bahasa dan penulisan
Terdapat permasalahan yang akan peneliti kaji dalam
kata-kata yang sederhana.
tulisan ini adalah: 1) Bagaimana stlye pada puisi “Aku
68 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 67–72
Diksi (Gaya Bahasa). Menurut Keraf (2004: 24) mengembangkan fokus tertentu, yakni pengkajian stilistika
“Pertama pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata- puisi tersebut, secara terus-menerus dengan berbagai hal
kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, dalam sistem sastra.
bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang Cara kerja kualitatif dipilih karena penelitian ini memiliki
tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, karakter yang peneliti memasuki dunia data yang ditelitinya,
dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu memahaminya, dan terus-menerus menyistematikan objek
situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan yang diteliti, yakni stilistika puisi “Aku Ingin”. Sejalan
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan dengan kajian ini dimulai dengan pendeskripsian berbagai
yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan fenomena kebahasaan sebagai wujud stilistika puisi “aku
bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang ingin” dengan mengungkapkan latar belakang, fungsi, tujuan
dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata pemanfaatan stilistika dalam puisi tersebut. Analisis makna
yang tepat dan sesuai, hanya dimungkinkan oleh penguasaan menggunakan metode pembacaan model semiotik yang
sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa terdiri atas pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik.
itu.” Diksi dalam penulisan puisi sangatlah penting, karena Pembacaan heuristik adalah pembacaan menurut sistem
gaya bahasa puisi berbeda dengan gaya bahasa ilmiah. semiotik tingkat pertama yakni pembaca menurut konvensi
Puisi. Sebagai salah satu genre karya sastra, puisi bahasa. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan berulang-
memiliki hubungan yang erat dengan filsafat dan agama. ulang dengan memberikan interpretasi berdasarkan sistem
Menurut Aminudin, 1995 mengatakan bahwa sebagai tanda semiotik tingkat kedua sesuai dengan konvensi sastra.
hasil kreasi manusia, puisi mampu memaparkan realitas di Dengan demikian puisi “Aku Ingin” dapat dipahami arti
luar dirinya. Puisi adalah semacam cermin yang menjadi kebahasaannya dan sekaligus makna kesastraannya.
representasi dari realitas itu sendiri. Puisi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah puisi Aku Ingin karya Sapardi
Djoko Damono, 1989. HASIL DAN PEMBAHASAN
Teori Semiotik. Semiotik adalah ilmu yang mengkaji Pada tahap pertama akan dikaji stilistika puisi “Aku
tanda. Piece dalam Imron Ali, 2009:146 menyatakan bahwa Ingin” yang dibagi dalam empat aspek yaitu gaya bunyi, gaya
tanda dibedakan menjadi 3 yaitu: 1) Ikon adalah suatu tanda kata (diksi), gaya kalimat, dan citraan. Setelah itu akan dikaji
yang menggunakan kesamaan dengan apa yang dimaksudnya. gagasan yang tersirat dalam stilistika puisi tersebut. Lebih
2) Indeks adalah salah satu tanda yang memiliki kaitan kausal dahulu dipaparkan puisi “Aku Ingin”, berikut ini:
dengan apa yang diwakili. 3) Simbol adalah hubungan antara
hal/suatu penanda dengan item yang lain.
Stilistika. Menurut Kutha Ratna, (2009:9) Stilistika Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
sebagai bagian dari ilmu sastra, lebih sempitnya lagi ilmu dengan kata yang tak sempat diucapkan
gaya bahasa dalam kaitannya dengan aspek-aspek keindahan. Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Keindahan dalam penulisan puisi mengandung unsur
keindahan dalam kata-kata. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan
isyarat yang tak sempat disampaikan Awan kepada
hujan yang menjadikannya tiada
METODE PENELITIAN
Pengulangan rima (yakni persamaan bunyi pada akhir Dengan demikian secara keseluruhan, pemberdayaan
kata) juga mendominasi keseluruhan puisi. Dalam hal ini gaya bunyi dengan adanya kombinasi bunyi dan rima
terdapat pengulangan rima akhir (bahkan penggunaan kata pada puisi menciptakan efoni yang indah mengesankan.
dan kalimat). Rima akhir pada kedua bait puisi ini adalah a, Pemberdayaan bunyi tersebut mampu menimbulkan suasana
b, dan c. Di mana rima akhir pada kedua bait (minus baris dan menciptakan efek makna tertentu.
ketiga bait kedua) ini membentuk pola yang sama sehingga
menimbulkan suasana keakraban, kedekatan, keinginan 2. Gaya Kata (Diksi)
penyair kepada suatu hal yang ingin dicintainya dengan Guna menghidupkan lukisan dan memberikan gambaran
sederhana. yang jelas sesuai dengan gagasan yang ingin dikemukakan,
Secara ekstrem pengulangan rima akhiran a dan b pada penyair dalam puisi “Aku Ingin” banyak memanfaatkan kata
baris pertama dan kedua dalam bait satu dan dua bahkan konotatif di samping kata kongkret. Di mana kata konotatif
didukung dengan kalimat yang sama untuk baris satu pada adalah yang tidak langsung yang bersifat tambahan atau
bait satu dan dua. menimbulkan asosiasi tertentu. Kata konotatif sekaligus
untuk menciptakan bahasa kias. Pemanfaatan kata konotatif
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana bahasa kias dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak
langsung.
Pada baris ketiga pada bait satu dan dua terdapat rima c Secara keseluruhan dalam puisi “Aku Ingin” ini penyair
di mana yang kalimat berbeda. Hal ini justru menjadi gradasi mencoba memanfaatkan kata-kata konotatif yang memiliki
dan menimbulkan efek makna tertentu di mana keinginan arti kias. Bahasa kias tampak dominan dalam puisi itu
penyair untuk mencintai dengan sederhananya kepada terutama pemanfaatan metafora, simile, dan sarana retorika
sesuatu yang diinginkan. hiperbola.
Pada bait pertama dan kedua pada baris kedua di tengah
terdapat pengulangan kalimat yang memiliki arti tersendiri Pada bait 1
di mana lebih ada penekanan yang dibuat oleh penyair
untuk memberitahukan kepada siapa pun bahwa penyair
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata
menginginkan sesuatu yang ditunggu
yang tak sempat diucapkan Kayu kepada api yang
menjadikannya abu
yang tak sempat
Pengulangan-pengulangan rima yang terdapat dalam Pada baris pertama dari bait pertama ini saya terfokus
puisi “Aku Ingin” ini menimbulkan efek tertentu dan pada nuansa kata “sederhana”. Kata ini mengategorikan
makna tertentu pula yaitu adanya intensitas hubungan yang keadaan (sifat) dari ungkapan sebelumnya, yaitu “mencintai”.
diinginkan penyair kepada yang dicintainya, dan penyair ingin Terlepas dari keterkaitannya dengan kata yang lain, kita
mengungkap semuanya dengan kata-kata yang sederhana. akan mengandaikan kata tersebut dengan keseharian
Anafora (pengulangan bunyi kata atau struktur sintaksis yang kita temui. “Sederhana” dalam kamus Besar Bahasa
pada larik-larik atau kalimat-kalimat yang beruntutan untuk Indonesia (Balai Pustaka, Cet. Ke-3: 1990) dikategorikan
memperoleh efek tertentu) juga dimanfaatkan dalam puisi itu. kata sifat yang memiliki arti: sedang, bersahaja, tidak banyak
Anafora tersebut terdapat dalam bait satu dan dua (tengah) seluk-beluknya, dsb. Di sana dicontohkan: hidupnya selalu
yang menimbulkan keinginan penyair untuk mencintai bersahaja.
dengan sederhana. Kalimat yang sama pada baris pertama Dalam baris Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
// Aku ingin mencintaimu dengan sederhana // dan pada menghadirkan keinginan cinta dengan (sikap) yang
baris kedua // yang tak sempat //. sederhana. Cinta yang dihadirkan bukan cinta yang lain, pasif
Dengan kepiawaian Sapardi Djoko Damono, si penyair, atau progresif, nafsu atau hal yang mengawang, dan ataupun
dalam memberdayakan gaya bunyi dengan memanfaatkan wujud yang lain. “Mencinta” di sini hadir dengan wajah yang
rima pada bait-bait puisi tersebut tentu sudah diperhitungkan sederhana, sedang dan tak berseluk-beluk.
sedemikian rupa guna menciptakan efek makna tertentu Namun sebelum imaji saya beterbangan kemana-
dalam rangka mencapai efek estetis. Pengulangan rima pada mana dengan kata “sederhana”, kembali saya dihadirkan
akhir pada kedua bait tersebut (kecuali pada baris ketiga) dengan nuansa lain dari makna “sederhana”. Baris ke-2 dan
bahkan menimbulkan efoni (yakni, bunyi-bunyi yang merdu ke-3 adalah semacam penjelasan akan kata “sederhana”,
dan menyenangkan dan melancarkan pengucapan sehingga bagaimana ia menjadi sifat mencintai dalam puisi ini. Ada
menimbulkan musikalisasi bunyi) yang menciptakan sebuah ketertundaan pada maksud “…kata yang tak sempat
orkestrasi bunyi yang indah. diucapkan…”, namun tetap dirasa sebagai sesuatu yang
70 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 67–72
utuh. “kata” menjadi mendium dari sebuah ungkapan terima 3. Gaya Kalimat
kasih, rasa kagum, ingin dari “kayu” yang sampai pada tahap Kepadatan kalimat dan bentuk yang ekspresif sangat
tertentu lantaran “api”, yaitu “abu”. “kata” jika diucapkan diperlukan dalam karya sastra khususnya puisi. Hal itu
akan menjadi ukuran, sejauh mana rasa terima kasih kayu mengingat bahwa dalam puisi hanya inti gagasan atau
akan tergambar. Bisa jadi ungkapan dari “kata” menjadi hal pengalaman batin yang dikemukakan. Hanya yang penting
yang biasa, muluk-muluk ataupun tak sesuai dengan maksud dan substansi saja yang dikemukakan dalam puisi. Oleh
perasaan dan menjadi hal yang tidak sederhana lagi. Ketika karena itu hubungan antar kalimat dinyatakan secara implisit
“kata” tak sempat diutarakan, maka ia akan menjadi hal agar kalimat-kalimat dalam baris puisi benar-benar padat,
yang tertangguh dalam benak, terbawa dalam sikap sehari- plastis, dan efektif dan imajinatif.
hari. Pada akhirnya sikap itulah yang benar-benar hidup dan Kepadatan kalimat dengan gaya implisit juga terdapat
menjadi ungkapan sebenarnya yang lebih utuh, tulus dan dalam puisi “Aku Ingin” bait 1 dan 2 ada yang bisa disisipkan
sederhana. kalimat
Dari kajian gaya kalimat di atas dapat dikemukakan pengalaman hal yang dicintainya. Dengan citraan yang ada
bahwa dalam puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko pada baris ke dua menggunakan majas semile dan baris
Damono. Tersebut terlihat kalimat-kalimat mengalami ketiga majas metafor. Yang mendekatkan penyair dengan
pemadatan dengan gaya implisit. Pemadatan kalimat yang dicintainya.
dengan gaya implisit ini tidak mengganggu hubungan justru Pemanfaatan citraan puisi tersebut mampu menghidupkan
menambah efektivitas kalimat dan menimbulkan efek makna imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh
khusus sekaligus mampu mencapai efek estetis. penyair, menghayati pengalaman percintaan. Di mana
penyair menggunakan bahasa biasa kiranya tidak mudah
4. Citraan bagi pembaca untuk membayangkan apa yang dirasakan oleh
Citraan atau imaji dalam karya sastra berperan penting penyair selama ini. Demikian intensif pemanfaatan citraan
untuk menimbulkan pembayangan imajinatif, membentuk dalam puisi itu.
gambaran mental, dan dapat membangkitkan pengalaman
tertentu pada pembaca. Citraan pada dasarnya terefleksikan 5. Kajian Makna Stilistika Puisi
melalui bahasa kias. Dengan demikian ada hubungan yang Style adalah unsur kaya sastra yang merupakan sarana
erat antara pencitraan dengan bahasa kias yang asosiatif dan sastra. Sebagai sistem tanda “gaya bahasa” dalam puisi
konotatif. Citraan lazimnya lebih mengingatkan kembali Aku Ingin menjadi sarana sastra untuk mengekspresikan
daripada baru kesan pikiran sehingga pembaca lebih terlibat gagasan sastrawan. Makna karya sastra merupakan formulasi
dalam kreasi puitis. gagasan-gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang
Dalam puisi “Aku Ingin” penyair mengunakan citraan kepada pembaca. Mengacu teori semiotic, karya sastra
untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan tidak merupakan sistem komunikasi tanda. Oleh karena itu, apa
langsung. pun yang tercantum dalam karya sastra merupakan tanda
yang mengandung makna yang implisit dibalik ekspresi
Pada bait 1 bahasa yang eksplesit.
Makna stilistika pada puisi “Aku Ingin” dapat dipandang
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dari sebagai gejala semiotik atau sistem tanda. Sebagai tanda
Dengan kata yang tak sempat diucapkan karya sastra mengacu kepada sesuatu di luar dirinya. Bahasa
Kayu kepada api yang menjadikannya abu sastra yang terformulasi dalam stilistika merupakan penanda
yakni ditandai oleh penanda. Makna karya sastra sebagai
penanda adalah makna semiotiknya, yakni makna yang
Pada bait pertama di mana penyair memanfaatkan bertautan dengan dunia maya.
pencitraan visual (pengucapan dan penglihatan) di mana Secara keseluruhan puisi “Aku Ingin” ini mengandung
melukiskan hubungan penyair dengan kamu yang dicintainya. dimensi keinginan, kesederhanaan. Suasana itu ada dan selalu
Keakraban, kedekatan di mana dilukiskan dalam kata-kata dibahas dalam puisi tersebut. Penyair dengan yang dicintainya
pada bait pertama itu. Citraan menggunakan majas semile memilki hubungan yang erat dan saling mencintai di mana
pada baris ke dua dan majas metafor pada baris ke tiga. penyair menyampaikan dengan menerima kesederhanaan
Dengan mengunakan simbol-simbol ungkapan dan panasnya cinta dari yang ditunggunya.
api yang lazim dalam kehidupan sehari-hari aka ada.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Pada bait 2
dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikanya abu
Aku ingin mecintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Untuk melukiskan kedekatannya penyair dengan kamu
yang dicintainya, pada bait ke dua penyair mengunakan
kata-kata dengan objek alam untuk menunjukkan citraan SIMPULAN
intelektual pembaca. Di mana keadaan alam diambil Berdasarkan pengkajian stilistika puisi “Aku Ingin” karya
untuk lebih mendekatkan lagi kepada yang dicintai dengan Sapardi Djoko Damono dan pengkajian maknanya dengan
“Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada” citraan pendekatan semiotika dapat dikemukakan konklusi sebagai
menggugah imaji pemikir pembaca dalam merasakan berikut:
72 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 67–72
Pertama: stilistika puisi “Aku Ingin” Sapardji Djoko kekhasan dan keistimewaan ekspresi bahasa sebagai sarana
Damono, memiliki kekhasan tersendiri di mana menggunakan sastra guna menciptakan efek makna tertentu dalam rangka
kesederhanaan dalam penulisan puisi terutama puisi Aku mencapai efek estetik. Selain itu latar belakang, style ‘gaya
Ingin. Keunikan dalam puisi ini di mana terdapat pada bunyi, bahasa’ dan tujuannya pada giliran dapat mengungkapkan
bahasa, kalimat dan citraan. Gaya bunyi puisi memanfaatkan gagasan yang terkandung dalam stilistika karya sastra.
rima, efoni dan pengulangan kata-kata bahkan kalimat.
Gaya kata puisi ini memanfaatkan kata-kata konotatif yang
bermakna kias bentuk majas metafora, semile, dan sarana DAFTAR PUSTAKA
retorika hiperbola. Juga mengambil dan memanfaatkan 1. Al-Ma’ruf, Ali Imron. Stilistika Teori, Metode, dan Aplikasi
media alam. Dengan citraan visual dan intlektual yang bisa Pengkajian Estetik Bahasa. Karanganyar: Cakra Books Solo.
2009:137.
kita lihat. Dan puisi ini menunjukkan keinginan penyair 2. Gorys, Keraf. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
dalam kesederhanaan cinta. Utama. 2004: 24.
Kedua: kajian stilistika karya sastra dapat memberikan 3. Aminuddin. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya
Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press. 1995.
konstribusi penting dalam analisis makna karya sastra.
4. Damono, Sapardi Djoko. Puisi ‘Aku Ingin’. 1989.
Dalam hal ini kajian stilistika mendeskripsikan fenomena 5. Kutha Ratna, Nyoman. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra
kebahasaan dalam karya sastra dengan mengungkapkan dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009:9.
73
ABSTRAK
Proses pendidikan dimulai sejak dari masa kandungan hingga ke liang lahat. Masa keemasan proses pendidikan insan manusia
dikatakan berkisar antara rentang usia nol hingga 6 tahun. Masa-masa ini berada pada masa tingkatan pendidikan anak usia dini.
Proses belajar mengajar pada anak usia dini perlu terus dilakukan inovasi agar transfer ilmu dapat menjadi lebih menyenangkan. Salah
satu metode pembelajaran yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan saintifik. Metode penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena dengan memperhatikan
karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan (Sukmadinata, 2010). Penelitian deskriptif yang dipakai dalam penelitian adalah
analisis kegiatan. Dalam hal ini penelitian deskriptif ditujukan untuk menggambarkan bagaimana deskripsi analisis Guru dalam
melaksanakan tugas mengembangkan RPPH di PAUD. Subjek penelitian ini adalah 50 guru PAUD yang sedang kuliah di STKIP Bina
Insan Mandiri. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah melalui, observasi, wawancara, dan
mengumpulkan data dengan dokumen. Jenis observasi yang dipakai adalah jenis observasi pasif. Observasi dilaksanakan saat dan setelah
guru PAUD mengembangkan RPPH. Observasi ini menitikberatkan pada kelengkapan RPPH, kesesuaian RPPH dengan pendekatan
saintifik, dan pelaksanaan RPPH. Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah wawancara terstruktur sesuai dengan permasalahan
penelitian. Wawancara dilakukan kepada guru yang telah mengembangkan RPPH. Selain itu pengumpulan dilakukan dengan menggalih
informasi dari dokumentasi. Dokumentasi tersebut berbentuk foto dan RPPH yang telah dikembangkan. Pelaksanaan RPPH yang telah
dikembangkan diimplementasikan di masing-masing PAUD. Guru melaksanakan dengan berbagai macam tema/sub tema. Mula-mula
pada kegiatan awal mereka melakukan dengan baik. Guru memberi penyambutan anak dengan mengumpulkan anak dalam barisan
Gambar 1(a), kemudian berdo’a Gambar 1(b), dan bersalam-salaman dengan guru. Kemudian guru memberikan pijakan pada anak-
anak. Namun pada saat memberikan pijakan guru telah menerangkan secara detail tentang kegiatan yang akan dilakukan. Kemudian
anak-anak diminta menanya sebelum melakukan observasi. Pada tahapan menanya, seharusnya anak menanya setelah melakukan
observasi. Pada kegiatan inti guru lebih banyak mendominasi kegiatan terutama untuk anak yang belum dapat melakukan percobaan.
Guru terlihat banyak membantu anak secara penuh dalam melakukan percobaan. Guru seharusnya memberikan bantuan pada awalnya
Gambar 1 (a) dan (b), kemudian memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sendiri. Sehingga semakin lama anak akan
menjadi semakin mandiri. Selain itu, ada beberapa tahapan saintifik yang belum dilakukan, seperti mengumpulkan data, menalar, dan
mengasosiasi. Beberapa anak telah melakukan kegiatan saintifik dengan baik. Anak antusias dalam melakukan praktikum/kegiatan
(Gambar 2.c). Mereka melakukan sesuai dengan intruksi guru. Meskipun demikian rasa penasaran anak dalam mencoba.
dikuatkan oleh Ravanis &Bagakis (1998), yang menyatakan di sekitarnya. Contohnya anak belajar tentang warna hijau
bahwa penting untuk membantu anak memahami dunia, melalui potongan kertas yang disiapkan guru. Guru mengajak
mengumpulkan dan mengolah informasi sebagai kunci dasar anak untuk menemukan benda-benda yang berwarna hijau
anak belajar berpikir saintis. di sekitarnya. Di sini guru sudah mengasosiasikan atau
Pendekatan saintifik dipercayai dapat mengoptimalkan menghubungkan pengetahuan baru tentang warna hijau
potensi kecerdasan jamak yang dimiliki anak sejak lahir. dengan benda-benda yang mereka temukan dalam kehidupan
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam tahap-tahap sehari-hari; (5) Mengkomunikasikan (Communicating):
metode berbasis saintifik sebagai upaya untuk memberikan Proses mengkomunikasikan adalah proses penguatan
stimulasi optimal yang dapat mengembangkan potensi pengetahuan terhadap pengetahuan baru yang didapatkan
kecerdasan anak sehingga dapat membantu anak mencapai anak. Mengkomunikasikan tidak hanya disampaikan
kemampuan optimal sesuai potensi yang dimiliki. Pelaksanaan melalui ucapan, dapat juga disampaikan melalui hasil karya.
proses belajar mengajar diupayakan dapat membangun Dukungan guru yang tepat akan menguatkan pemahaman
peserta didik untuk mengekspresikan kebebasan, imajinasi, anak terhadap konsep atau pengetahuannya, proses berpikir
kreativitas, dan lain-lain, yang berpengaruh untuk nantinya kritis dan kreatifnya terus tumbuh. Sebaliknya bila guru
anak dapat mengembangkan nilai agama dan moral, motorik, mengabaikan pendapat anak atau menyalahkannya maka
kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni sesuai dengan keinginan untuk mencari tahu dan mencoba hal baru menjadi
prinsip-prinsip perkembangannya. hilang.
Menurut Duckworth (1987) pada anak usia dini
pengenalan proses saintifik dilakukan dengan cara melibatkan
anak langsung dalam kegiatan; yakni melakukan, mengalami METODE PENELITIAN
pencarian informasi dengan bertanya, mencari tahu jawaban Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif
hingga memahami dunia dengan gagasan-gagasan yang kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang ditujukan
mengagumkan. untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena dengan
Pedoman pembelajaran untuk anak usia dini dalam memperhatikan karakteristik, kualitas, keterkaitan antar
kurikulum 2013 memuat langkah-langkah pendekatan kegiatan (Sukmadinata, 2010). Penelitian deskriptif yang
saintifik secara umum yaitu: (1) Mengamati (observing): dipakai dalam penelitian adalah analisis kegiatan. Dalam
mengamati berarti menggunakan semua indera baik itu hal ini penelitian deskriptif ditujukan untuk menggambarkan
penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap bagaimana deskripsi analisis Guru dalam melaksanakan
untuk mengenali suatu benda yang diamatinya. Semakin tugas mengembangkan RPPH di PAUD. Subjek penelitian
banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati ini adalah 50 guru PAUD yang sedang kuliah di STKIP Bina
maka semakin banyak informasi yang diterima dan diproses Insan Mandiri.
dalam otak anak. Proses mengamati benar-benar dilakukan Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data
oleh anak tanpa diberi tahu guru. Apabila anak belum pada penelitian ini adalah melalui, observasi, wawancara,
terbiasa dengan proses ini, guru dapat memberi dukungan dan mengumpulkan data dengan dokumen. Jenis observasi
dengan memberi arahan yang memancing reaksi kelanjutan yang dipakai adalah jenis observasi pasif. Observasi
anak; (2) Menanya (questioning): menanyakan sebagai salah dilaksanakan saat dan setelah guru PAUD mengembangkan
salah satu proses mencari tahu atau mengonfirmasi atau RPPH. Observasi ini menitikberatkan pada kelengkapan
mencocokkan dari pengetahuan yang sudah dimiliki anak RPPH, kesesuaian RPPH dengan pendekatan saintifik, dan
dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajarinya. Pada pelaksanaan RPPH. Teknik pengumpulan data selanjutnya
dasarnya anak seorang peneliti yang handal, ia selalu ingin adalah wawancara terstruktur sesuai dengan permasalahan
tahu tentang sesuatu yang ditangkap inderanya. Karenanya ia penelitian. Wawancara dilakukan kepada guru yang
sering bertanya, yang terkadang pertanyaannya sangat di luar telah mengembangkan RPPH. Selain itu pengumpulan
dugaan orang dewasa. Tetapi itu proses saintis yang berasal dilakukan dengan menggalih informasi dari dokumentasi.
dari pikiran kritisnya; (3) Mengumpulkan (colecting): dalam Dokumentasi tersebut berbentuk foto dan RPPH yang telah
proses ini anak mengumpulkan data dengan melakukan dikembangkan.
coba – gagal – coba lagi “trial and error”. Anak senang
mengulang-ulang kegiatan yang sama tetapi dengan cara
bermain yang berbeda. Pembelajaran yang membolehkan HASIL DAN PEMBAHASAN
anak melakukan banyak hal sangat mendukung kemampuan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi
berpikir kreatif; (4) Mengasosiasi (associating): asosiasi
diperoleh hasil yang dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu
merupakan proses lebih lanjut di mana anak mulai
kelengkapan RPPH, kesesuaian RPPH dengan pendekatan
menghubungkan pengetahuan yang sudah dimilikinya
saintifik, dan penerapan RPPH.
dengan pengetahuan baru yang didapatkannya atau yang ada
Thohir, dkk.: Studi Deskriptif: Analisis Pengembangan dan Pelaksanaan RPPH 75
ABSTRAK
Dalam studi ini peneliti ingin mengetahui secara lebih dalam tentang peran Ibu pada khususnya dalam menumbuhkan perilaku
gemar membaca pada anak. Peneliti beranggapan sosok Ibu adalah sosok yang terpenting dalam perkembangan minat baca anak, tanpa
bermaksud mengesampingkan peran bapak sebagai kepala keluarga. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif dengan tipe deskriptif sedangkan metode yang digunakan adalah metode survey. Untuk pemilihan responden,
seluruh responden dalam penelitian ini dipilih dengan cara Purposive Sampel. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa mayoritas Ibu yang
menjadi responden melakukan kegiatan-kegiatan yang dikategorikan peneliti dalam peran aktif maupun pasif Ibu menumbuhkan perilaku
gemar membaca pada anaknya. Dan status sosial ekonomi Ibu ternyata tidak berpengaruh dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
ABSTRACT
In this study, researchers wanted to know more about the role of mother in particular in the growth behavior of reading habit in
children. Researchers think the figure of Mother is the most important figure in the development of children’s interest, without any intention
to rule out the role of the father as the head of the family. The research approach used in this study is a quantitative and descriptive
approach while the method used was survey method. For the selection of respondents, all respondents in this study were selected through
purposive sample. In this study it was found that the majority of the respondents Capital activities that are categorized researchers in
the active or passive role of foster mother loved to read to her child’s behavior. Economic and social status Mom was not influential in
the these activities.
satu surat kabar dibaca oleh 10 orang atau dengan rasio 1:10 dasar perkembangan emosi bayi. Dengan modal itulah
(Endogawa, 2011). kedekatan anak tercipta semenjak ia mengenal dunia
Tak hanya itu, setiap siswa sekolah menengah di beberapa barunya. Ketika ia baru dilahirkan ibulah pertama kali
negara maju bahkan diberi kewajiban untuk menamatkan orang yang dikenalnya. Bentuk kelekatan yang terjalin,
buku bacaan dengan jumlah tertentu sebelum mereka lulus kelak mempengaruhi pertumbuhan fisik, intelektual dan
sekolah. Taufiq Ismail yang juga merupakan sastrawan kognitif serta perkembangan psikologis anak. Karena
nasional pernah menyebutkan hal ini di dalam satu banner menurut periset Burton dalam Purnamasari, 2008 tahap
rumah puisi miliknya, negara Jerman misalnya mewajibkan perkembangan intelektual dimulai sejak lahir sampai usia
siswanya harus menamatkan hingga 22–32 judul buku dua tahun, sebagian besar pola emosional dan intelektual
(1966–1975), di Jepang 15 judul buku (1969–1972), di sudah terbentuk.
Malaysia 6 judul Buku (1976–1980), Singapura 6 judul Menurut (Grolnick dalam Sandjaja, 2007) mengemukakan
buku (1982–1983), di Thailand 5 judul buku (1986–1991), bahwa kegiatan membaca bersama antara anak dan orang
sedangkan di Indonesia sejak tahun 1950–1997 terdapat tuanya berpengaruh terhadap sikap dan minat membaca
nol buku atau tidak ada kewajiban untuk menamatkan satu anak. Melalui program membaca bersama antara orang tua
judul buku pun, Kondisi ini pun masih berlangsung hingga dan anak, anak-anak menjadi suka mengisi waktu luangnya
sekarang (Endogawa, 2011). dengan aktivitas membaca, mereka suka membaca bersama
Fakta-fakta tersebut di atas tentulah bukan suatu berita orang tuanya mereka juga suka membaca majalah dan buku-
baik bagi bangsa kita. Padahal kegiatan membaca juga adalah buku yang ada di rumah maupun di perpustakaan.
kegiatan utama dalam pendidikan dan buku merupakan Telah sejak lama kita ketahui bahwa Ibu sebagai orang tua
investasi masa depan. Suwardi (2007) mengatakan bahwa adalah teladan yang sangat baik bagi anak-anak. Ibu sebagai
perilaku gemar membaca hendaknya ditumbuhkan sejak dini seorang wanita memiliki perasaan yang lebih peka dari
pada anak agar anak merasa tertarik dan memiliki minat yang pada orang tua laki-laki. Ibu adalah guru pertama bagi anak
tinggi terhadap membaca karena penanaman budaya baca tanpa bermaksud mengecilkan peran Bapak sebagai kepala
akan lebih sulit diterapkan jika anak telah dewasa. keluarga. Dalam realitas yang ada, Ibulah yang mengandung,
Minat baca yang rendah mempengaruhi kemampuan anak melahirkan, menyusui dan lebih banyak menapaki hari, bulan
didik dan secara tidak langsung berakibat pada rendahnya dan tahun-tahun pertama kehidupan anak. Keteladanan orang
daya saing mereka dalam percaturan Internasional. Sayang, tua terutama seorang Ibu akan menjadi contoh bagi anak-
hal ini belum menjadi perhatian serius kebanyakan para anaknya dalam bersikap dan berperilaku.
orang tua, Gerakan pemberantasan buta huruf yang sudah Anak-anak akan melihat apakah orang tua mereka
lama dicanangkan pemerintah tidak akan berhasil dengan gemar membaca buku atau tidak. Kegemaran dan kecintaan
baik tanpa dukungan dari orang tua sebagai ujung tombak orang tua terutama seorang Ibu dalam membaca buku akan
pendidikan anak dalam keluarga. memberikan suatu teladan yang baik bagi anak. Seorang
Mengenalkan buku pada anak-anak merupakan tanggung anak yang terbiasa melihat Ibunya membaca, pada akhirnya
jawab orang dewasa, khususnya orang tua. Anak-anak tidak akan menyadari bahwa membaca adalah hal yang menarik
akan mencari/menginginkan buku bacaan atas keinginannya dan sangat bermanfaat. Sehingga mereka akan mengikuti
sendiri. Karena anak belum mengerti manfaat membaca buku aktivitas yang dilakukan Ibunya.
jika tidak ada teladan dari orang tuanya. Memberi dorongan Menuntut anak untuk gemar membaca akan menjadi
dan pengertian akan pentingnya membaca buku perlu suatu hal yang mustahil jika Ibunya sendiri tidak ikut
dilakukan orang tua agar anak tertarik dan mulai mencari terlibat dalam kegiatan membaca. Oleh karena itu untuk
buku. memungkinkan anak mencintai buku dan memiliki perilaku
Penanaman minat baca penting dilakukan pada anak- gemar membaca, maka diperlukan keterlibatan orang tua dan
anak karena sangat bermanfaat bagi pengembangan diri Ibu pada khususnya pada kegiatan membaca anak. Di tengah
mereka. Kecintaan anak-anak pada kegiatan membaca akan kesibukannya, penting bagi Ibu untuk menyisihkan waktunya
berguna bagi perkembangan pribadi dan akademisnya. dan membaca buku, atau sekadar menemani anaknya
Namun demikian, minat dan kemampuan membaca tidak membaca buku. Dengan begitu, anak-anak akan mendapatkan
akan tumbuh secara otomatis, tapi harus melalui latihan contoh atau teladan dari Ibunya secara langsung. Selain itu
dan pembiasaan. Artinya, bila seorang ibu ingin anaknya tugas Ibu adalah membantu mengusahakan penyediaan buku
mempunyai perilaku gemar membaca, kegiatan membaca bacaan bagi mereka. Dengan memberikan teladan yang
inilah yang perlu dibiasakan sejak kecil. benar dan mengkondisikan situasi yang serba positif maka
Ibu merupakan orang pertama yang punya peran membaca akan menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi
besar dalam membentuk karakter anak. Anak pada awal anak-anak.
pertumbuhan usianya menggantungkan segala hal kepada Teladan orang tua terutama seorang Ibu adalah kunci
ibunya. Betapa dia merasakan dekap jantung ibunya yang keberhasilan dalam menularkan kecintaan anak-anak
dapat memberikan rasa aman dan tenteram. Sehingga pada kegiatan membaca. Oleh karena itu jika seorang
timbullah perasaan terlindungi dan disayangi yang menjadi Ibu menginginkan anak-anak mempunyai perilaku gemar
80 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 78–95
membaca maka hal terpenting yang dilakukan adalah dilakukan seorang Ibu dalam menumbuhkan minat baca
memulai kebiasaan membaca dari dirinya sendiri. Selain pada anak? 2) Bagaimana pemanfaatan waktu seorang ibu
dapat memberikan teladan kepada anak, kecintaan pada untuk menumbuhkan minat baca pada anak? Sedangkan
kegiatan membaca juga akan bermanfaat bagi mereka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran aktif
sendiri. maupun pasif Ibu dalam menumbuhkan minat baca pada
Keteladanan seorang Ibulah yang akan menentukan anak dan untuk mengetahui bagaimana upaya dan cara serta
baik buruknya sikap dan perilaku anak dalam segala hal. pemanfaatan waktu para Ibu dalam menumbuhkan minat
Upaya menumbuhkan minat baca juga akan lebih mudah baca pada anak di Universitas Hang Tuah Surabaya.
dan efektif apabila dilakukan sejak dini atau sejak kanak-
kanak. Ini artinya Ibu sangat dituntut keikutsertaannya. Peran
Ibu sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa kecintaan LANDASAN TEORI
akan membaca adalah tujuan pendidikan yang terpenting Peran Aktif
bagi anaknya. Itulah usaha yang dapat dilakukan untuk Menurut definisi para ahli menyatakan bahwa pengertian
mempersiapkan generalisasi bangsa ini dalam menghadapi Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan atau status.
masa depan yang penuh persaingan. Tugas para Ibu adalah Seseorang melaksanakan hak dan kewajiban, berarti telah
memberikan kesempatan dan pengertian sebanyak dan menjalankan suatu peran. Kita selalu menulis kata peran
sesering mungkin bahwa membaca adalah kegiatan yang tetapi kadang kita sulit mengartikan dan definisi peran
baik bagi anak-anak. tersebut. Peran biasa juga disandingkan dengan fungsi. Peran
Para ahli psikologi juga menyarankan agar bayi yang dan status tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peran tanpa
masih ada di dalam kandungan distimulasi sejak dini untuk kedudukan atau status, begitu pula tidak ada status tanpa
mengenal dunia luar dengan mengajak mereka berbicara. peran. Setiap orang mempunyai bermacam-macam peran
Bayi yang masih berada dalam perut Ibunya sudah dapat yang dijalankan dalam pergaulan hidupnya di masyarakat.
mendengar suara yang ada di sekitarnya, meskipun masih Peran menentukan apa yang diperbuat seseorang bagi
sangat lemah. Wanita hamil yang sering membacakan buku masyarakat. Peran juga menentukan kesempatan-kesempatan
bagi janin yang sedang dikandungnya cenderung akan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Peran diatur oleh
melahirkan anak yang kemudian gemar membaca. norma-norma yang berlaku (Artikelsiana, 2014).
Dalam pembangunan wanita terutama seorang Ibu Aktif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
berperan meningkatkan pengetahuan dan kemandiriannya giat (bekerja, berusaha). Aktif dimaksudkan bahwa dalam
dengan membiasakan membaca buku-buku yang bermanfaat proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana
sehingga dapat mewujudkan dan mengembangkan sedemikian rupa sehingga aktif bertanya, mempertanyakan,
kemampuan diri, keluarga sehat, sejahtera dan bahagia, dan mengemukakan gagasan.
pengembangan generasi muda, termasuk anak dan remaja Menurut (Muhakbar 2011 dalam Septiarini, 2013)
dalam rangka pembangunan masyarakat seutuhnya. peran aktif adalah kesediaan seseorang mengikuti proses
Hari buku diperingati setiap 23 April yang berdekatan pembelajaran dengan baik dan benar serta memberikan
dengan Hari Kartini tanggal 21 April. Wanita Indonesia respons positif terhadap materi pembelajaran yang dibahas,
diingatkan mengenai emansipasi wanita yang diperjuangkan berusaha mencari tahu materi yang belum dipahami, dengan
oleh RA Kartini. Dalam menyuarakan emansipasi wanita, jalan menanyakan langsung kepada yang bersangkutan.
tentunya Kartini pun ingin wanita mempunyai peran strategis Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
dalam mencerdaskan bangsa Ibu sebagai wanita Indonesia, peran aktif adalah kesediaan seseorang mengikuti proses
diharapkan menjadi pencetak generasi cerdas dan berbudi pembelajaran dengan baik dan benar serta memberikan
yang akan mengangkat derajat bangsa Indonesia. respons positif terhadap materi pembelajaran yang dibahas.
Namun menurut Arlini (2007), saat ini yang terjadi
adalah seorang ibu jauh lebih menyukai sinetron ataupun Menumbuhkan Minat Baca
tayangan televisi lainnya dalam mengisi waktu senggang Definisi Minat Baca
mereka dari pada untuk membaca buku. Jika saat senggang Minat baca diidentifikasikan sebagai tingkat kesenangan
Ibu menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menonton yang kuat (excitement) dalam melakukan kegiatan membaca
televisi maka tidak akan ada waktu lagi untuk membaca buku yang dipilihnya, karena kegiatan tersebut menyenangkan
maupun memberikan teladan membaca pada anak-anaknya. dan memberi nilai kepada pelakunya. Seperti halnya yang
Akan susah menumbuhkan perilaku gemar membaca pada dituturkan oleh (Crow and Crow dalam Rianthi, 2009)
anak kalau seorang Ibu tidak mulai dari diri sendiri. sebelumnya, bahwa minat berkaitan dengan dorongan yang
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, timbul atau disebut motivasi, maka minat dalam membaca
maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan pun memiliki beberapa motivasi (Abadi 2008 dalam Rianthi,
sebagai berikut: 1) Bagaimanakah upaya dan cara-cara yang 2009:13).
Rahmawati dan Arnomo: Peran Aktif Ibu dalam Menumbuhkan Minat Baca 81
Cara Menumbuhkan Minat Baca atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk benda atau uang
Pengajaran membaca tidak saja diharapkan untuk untuk kemajuan dalam kehidupan riil.
meningkatkan keterampilan membaca. Tetapi juga
meningkatkan minat dan kegemaran membaca siswa. Perpustakaan
Menurut (Wiryodijoyo dalam Fitriana, 2012: 16) agar Perpustakaan adalah mencakup suatu ruangan, bagian
membaca menjadi pekerjaan yang menyenangkan bagi para dari gedung/bangunan atau gedung tersendiri yang berisi
siswa, maka diperlukan kerja sama yang erat antara orang buku-buku koleksi, yang diatur dan disusun sedemikian
tua dan guru, yaitu memberikan motivasi dan mengusahakan rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila
buku-buku bacaan. sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca (Sutarno NS, 2006
dalam Kajian Pustaka: 2012).
Mendongeng dan Minat Baca Secara lebih konkret perpustakaan dapat dirumuskan
Mendongeng dan minat baca. Adakah saling kait antar sebagai suatu unit kerja dari sebuah lembaga pendidikan yang
keduanya? Jawabannya: ada dan tidak ada. Tidak ada berupa tempat penyimpanan koleksi buku-buku pustaka untuk
hubungannya, jika mendongeng hanya dilakukan secara menunjang proses pendidikan. Dari beberapa pengertian
oral, tanpa menggunakan sarana bahan bacaan. Namun, di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah
hubungannya sangat erat, manakala di dalam mendongeng, tempat untuk mengembangkan informasi dan pengetahuan
bahan bacaan menjadi sarana penunjang yang utama (Putra, yang dikelola oleh suatu lembaga pendidikan, sekaligus
2008: 85). sebagai sarana edukatif untuk membantu memperlancar
Melalui kegiatan mendongeng, lambat laun kita juga dapat cakrawala pendidik dan peserta didik dalam kegiatan belajar
mengiring anak-anak menyukai/bacaan. Demi anak, upaya mengajar.
ke arah itu haruslah dilakukan. Sebab tidak akan selamanya
seorang anak menyukai kisah nina bobok, terutama ketika
METODE PENELITIAN
usianya bertambah. Pada usia tertentu, seorang anak akan
beralih menyenangi cerita dengan tema keseharian, yang Pendekatan Penelitian
nyata, atau kisahan yang mengandung petualangan. Jika Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
demikian, mendongeng akan mereka jauhi, walau barangkali pendekatan kuantitatif dengan tipe deskriptif dan metode
tidak akan ditinggalkan sama sekali. Hingga tahapan ini, yang di gunakan adalah metode survey. Analisis deskriptif
buku bacaan merupakan jawaban yang paling tepat bagi digunakan untuk menggambarkan hasil penelitian yang
pendampingan anak. berupa data-data di lapangan yang ada secara deskriptif.
Alasan pemilihan survey sebagai metode dalam penelitian
Pekerja Wanita atau Wanita Karir adalah karena populasi target penelitian luas. Dengan metode
Pekerja berasal dari kata “kerja” yang berarti perbuatan ini diharapkan data yang diperoleh bisa mewakili seluruh
melakukan sesuatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan populasi yang ada sehingga dapat memperoleh gambaran
hasil, hal pencarian nafkah. Sedang kerja dalam arti luas tentang peran aktif Ibu dalam menumbuhkan minat baca anak
adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia dalam studi deskriptif pada pekerja wanita di Universitas Hang Tuah
hal materi atau non materi, intelektual atau fisik maupun hal- Surabaya.
hal yang berkaitan dengan keduniaan atau keakhiratan. Dan
mendapatkan imbuhan pe- sehingga menjadi pekerja yang Variabel Penelitian
berarti “orang yang bekerja” (Nurhidayati, 2006: 12). Definisi Konseptual
Wanita di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Upaya menumbuhkan minat baca akan lebih mudah
(Depdikbud dalam Ni’mah, 2009) diartikan sebagai dan efektif apabila dilakukan sejak dini, sejak kanak-kanak.
perempuan dewasa, kaum putri (dewasa). Peran ibu dalam kegiatan membaca meliputi peran yang
Dengan memahami pengertian pekerja dan wanita diatas aktif dan pasif. Peran aktif yang dimaksudkan adalah peran
maka dapat diketahui siapa pekerja wanita itu. Pekerja ibu secara penuh dalam mendampingi anak-anaknya dalam
wanita adalah wanita yang bekerja. Dan juga bisa diartikan segala hal yang berhubungan dengan kegiatan membaca di
perempuan dewasa yang melakukan sesuatu kegiatan luar pemberian materi, sedangkan Peran secara pasif adalah
dan bertujuan mendapatkan hasil. Sehingga wanita untuk peran Ibu yang dilakukan berkaitan dengan pemberian materi
mendapatkan hal itu biasanya banyak dilakukan di luar yang menunjang kegiatan membaca pada anak.
rumah. Oleh karena itu, penulis dapat memberikan pengertian Ini artinya Ibu sangat dituntut keikutsertaannya, ibu
bahwa pekerja wanita adalah perempuan dewasa yang sebagai orang tua adalah teladan yang sangat baik bagi
melakukan kegiatan secara teratur atau berkesinambungan anak-anaknya. Keteladanan seorang Ibu akan memberikan
dalam jangka waktu tertentu sehingga membutuhkan waktu contoh bagi anak-anaknya untuk bersikap dan berperilaku.
yang lama untuk melakukannya yang dapat mengurangi Dalam hubungannya dengan kegiatan membaca, seorang Ibu
waktu untuk keluarga dengan tujuan untuk menghasilkan harus memulai kebiasaan membaca dari dirinya sendiri agar
82 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 78–95
dapat memberikan teladan pada anak. Selain itu Ibu perlu Teknik Pengolahan Data
mengkondisikan situasi yang serba positif pada kegiatan Data-data primer hasil kuesioner akan diolah dengan
membaca agar kegiatan tersebut menjadi aktivitas yang menggunakan Microsoft Exel untuk mempermudah
menyenangkan bagi anak-anaknya. pengkodian dan penghitungan yang nantinya diperlukan
untuk menampilkan tabel. Kemudian dari tabel-tabel tersebut
Definisi Operasional data diinterpretasikan sesuai dengan data yang dikumpulkan
Peran aktif dalam menumbuhkan minat baca pada melalui proses wawancara.
anak yang dimaksudkan adalah peran ibu secara penuh
dalam mendampingi anak-anaknya dalam segala hal yang Teknik Analisis Data
berhubungan dengan kegiatan membaca di luar pemberian Data yang telah diolah kemudian akan dianalisis dan
materi. Jadi dalam penelitian ini untuk mengukur peran diinterpretasikan secara teoritik. Data hasil probing juga
aktif Ibu dalam menumbuhkan minat baca pada anak yaitu: akan digunakan untuk mendeskriptifkan secara lebih jelas
a) Membaca buku, surat kabar di depan anak; b) Mendongengi kenyataan dan karakteristik dari unit dalam peneliti.
anak; c) Mengajak anak bermain tebak kata dengan berdasar
gambar dalam buku; d) Membuat atau mengenalkan
bentuk-bentuk huruf dengan sepuluh atau lebih huruf abjad; ANALISIS DAN PEMBAHASAN
e) Meminta anak membacakan/menceritakan tentang isi
Peran Aktif dalam Menumbuhkan Minat Baca pada
buku yang dibacanya; f) Mengajak anak ke toko buku
Anak
dan membiarkan anak memilih buku yang disukainya; Kegiatan melakukan aktivitas membaca buku dan
g) Mengajak anak ke Perpustakaan/Toko Buku dan membantu surat kabar di depan anak
anak dalam pemilihan buku; h. Mendirikan perpustakaan
keluarga
Populasi
Populasi dalam penelitian adalah Ibu-ibu pekerja (karir)
yang ada di Universitas Hang Tuah Surabaya yang berjumlah
189 orang, karena cukup luas populasi responden, maka tidak
semua Ibu di Universitas Hang Tuah Surabaya tersebut akan
menjadi sampel penelitian. Penelitian akan dibatasi dengan
beberapa kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Sampel
Seluruh sampel dalam penelitian ini dipilih dengan
Gambar 1. Grafik Persentase Aktivitas Membaca Buku dan
teknik pengambilan sampel purposive sampling. Purposive
Surat Kabar di Depan Anak
Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
Sumber: Kuesioner diolah peneliti 2016
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013:124) Secara rinci
yang dapat dijadikan responden adalah:
1. Merupakan Ibu atau Wanita yang bekerja di Universitas
Hang Tuah Surabaya Berdasarkan Persentase pada gambar 1, bahwa dengan
2. Mempunyai anak usia 2–8 tahun melihat temuan ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar
3. Merupakan Ibu dan anak yang tinggal dalam satu responden mengerti bahwa kebiasaan membaca penting
rumah dilakukan di depan anaknya, karena anak akan melihat
Ibunya gemar membaca atau tidak.
Sehingga sampel Ibu-ibu pekerja (karir) yang memenuhi Melakukan kegiatan membaca di depan anak menurut
persyaratan seperti yang telah ditetapkan oleh peneliti adalah (Suyanto 1995 dalam Purnamasari, 2008) mempunyai
berjumlah 25 orang. kelebihan tersendiri karena akan membuat anak juga
mencintai buku. Pemberian contoh atau teladan dari orang
Teknik Pengumpulan Data tua terutama dari seorang Ibu sebagai agen sosialisasi primer
Untuk menghasilkan data primer dalam penelitian ini memang penting untuk dilakukan sebagai salah satu cara
maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data pengembangan budaya baca. Karena dalam proses imitasi
metode survei dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan anak akan menirukan setiap kebiasaan yang dilakukan
data sekundernya diperoleh dari buku, jurnal, dan laporan Ibunya.
penelitian yang berisi teori dan data-data mengenai minat Dengan kata lain jika ingin anaknya memiliki perilaku
baca yang umumnya diperoleh melalui internet. gemar membaca maka Ibu diharapkan dapat menjadi model
gemar membaca bagi anak-anaknya. Karena tidak mungkin
Rahmawati dan Arnomo: Peran Aktif Ibu dalam Menumbuhkan Minat Baca 83
mengharapkan seorang anak membaca, tanpa diawali dengan Bawang Putih-Bawang Merah dan Dongeng-dongeng lain
kebiasaan membaca yang dilakukan di lingkungan keluarga. yang pernah di Dongengkan oleh Orang Tua dari Ibu si anak
Dengan melihat banyaknya responden yang menjawab sering sewaktu masih kecil. Para ibu sekarang mulai tertarik untuk
membaca buku atau majalah atau surat kabar di depan mendongengi anaknya dengan dongeng-dongeng baru, seperti
anaknya. misalnya cerita yang bersumber dari Alkitab, dongeng nabi-
nabi, maupun dongeng yang berkisar pada Ilmu keagamaan.
Kegiatan mendongengi anak Responden menyakini bahwa mengenalkan agama pada anak
Berdasarkan Persentase pada gambar 2, bahwa alasan sejak dini melalui mendongeng akan lebih mudah dicerna dan
responden mendongeng adalah karena dengan mendongeng disukai. Dari sini dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan
maka anak akan dapat mengembangkan daya imajinasinya Ibu tidak mempengaruhi kegiatan mendongeng.
meskipun jarang melakukan kegiatan tersebut. Saat di
mana anak mengembangkan imajinasinya dan memperluas Kegiatan mengajak anak bermain tebak kata
minatnya adalah ketika ia mendengarkan cerita. Dengan Berdasarkan Persentase pada gambar 3, bahwa mengajak
mendengar dongeng yang dibacakan maupun yang anak bermain tebak kata adalah salah satu cara yang mudah
diceritakan oleh Ibu, anak akan merasa seolah dirinya dan murah untuk dilakukan oleh responden. Karena bentuk
menjadi bagian dari dongeng tersebut. Dari cerita anak kegiatannya yang cukup sederhana dan tidak membutuhkan
akan belajar mengenal manusia dan kehidupan serta biaya dalam melakukannya. Selain itu kegiatan ini menjadi
dirinya sendiri. Lewat cerita-cerita yang disampaikan, anak kegiatan yang cukup menarik bagi anak karena setiap
meluaskan dunia dan pengalaman hidupnya, sehingga pada pada dasarnya senang di ajak bermain, sehingga untuk
akhirnya nanti anak dapat menjadikan kegiatan membaca menumbuhkan minat baca pada anak dengan cara ini penting
sebagai bagian dari dirinya, ketika mendongeng dapat untuk dilakukan. Namun walaupun tidak membutuhkan
menjadi tonggak munculnya minat baca. Oleh karena itu, persiapan khusus dalam mengajak anak bermain tebak
kegiatan mendongeng atau bercerita pada anak sangat perlu kata, untuk melakukan kegiatan tersebut responden perlu
dilakukan. menyediakan waktu dalam pelaksanaannya
minat baca pada anak dapat dilakukan dengan mengajak memang sangat mempengaruhi budaya baca. Di Negara
anak ke suatu tempat yang di dalamnya banyak terdapat buku sedang berkembang yang masalahnya masih berkutat di
misalnya perpustakaan. Menurut Suwardi (2007) fenomena seputar masalah ekonomi atau politik seperti di Indonesia,
saat ini adalah semakin ramainya rental-rental play station dan seringkali pendidikan ditempatkan diurutan kesekian,
sepinya gedung perpustakaan. Hal ini bias jadi merupakan sehingga perpustakaan merupakan suatu hal yang langka di
salah satu sebab mengapa perpustakaan bukanlah tempat masyarakat. Kalaupun ada biasanya jumlah bukunya masih
yang ramai dikunjungi oleh masyarakat maupun anak-anak, kurang lengkap.
masyarakat maupun anak-anak lebih menyukai jenis-jenis
hiburan tersebut dari pada untuk membaca buku. Kesimpulan:
Dari tabel dan grafik pada gambar 9 dapat disimpulkan
Kegiatan mendirikan perpustakaan keluarga bahwa dalam rangka menumbuhkan minat membaca pada
Berdasarkan Persentase pada gambar 8 dari probing anak bervariasi. Kegiatan atau upaya dan cara para ibu yang
diketahui alasan-alasan mengapa di rumah responden tidak berperan ganda sebagai wanita karier/pekerja dalam peran
memiliki perpustakaan keluarga. Besarnya biaya pembuatan aktif ibu dalam menumbuhkan minat membaca pada anak
perpustakaan keluarga dan semakin mahalnya harga buku antara lain; yaitu melakukan aktivitas membaca di depan
menjadi salah satu alasan mengapa responden tidak memiliki anak-anak, mendongengi anak, mengajak anak bermain
perpustakaan keluarga. Banyak responden mengatakan bahwa tebak kata, memperkenalkan huruf-huruf kepada anak,
dari pada untuk mendirikan perpustakaan keluarga di rumah, mengajari anak mengeja dan atau membaca, mengajak anak
dananya lebih baik dipergunakan untuk keperluan lainnya
yang lebih mendesak seperti untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Hal lain yang juga menjadi alasan sebagian
besar responden tidak memiliki perpustakaan keluarga adalah
keterbatasan ruangan sehingga tidak memungkinkan untuk
didirikan suatu perpustakaan di Rumah.
Kegiatan mengajak anak bermain tebak kata Ketika ditanya tentang kegiatan memperkenalkan huruf-
Dari gambar 20 kegiatan mengajak anak bermain tebak huruf kepada anak ternyata semua responden melakukannya
kata juga dilakukan sebagian besar responden sejak anaknya pada anak-anak mereka, dan tidak ada ibu yang bekerja pun
berumur 2 sampai 8 tahun terlihat bahwa sebanyak 48% yang tidak memperkenalkan huruf kepada anak-anak mereka.
responden mulai sering mengajak anak bermain tebak kata Artinya sesibuk apa pun para ibu yang bekerja ini ternyata
dan sebesar 16 tidak pernah mengajak bermain tebak kata. masih meluangkan waktu untuk memperkenalkan huruf-
(Chall dalam Purnamasari, 2008) mengatakan huruf, mengajari anak mengeja dan atau membaca kepada
bahwa anak dengan umur di bawah 6 tahun berada pada anak.
tahap pre-reading dan pseudo-reading karena itu perlu Menurut (Bunanta 2004 dalam Purnamasari, 2008)
dikembangkan permainan-permainan yang menarik yang pada anak yang berusia di bawah 6 tahun juga sudah bisa
dapat menumbuhkan minat baca pada anak misalnya main diperkenalkan dengan buku-buku yang memperkenalkan
tebak-tebakan dengan berdasar gambar dalam buku. huruf misalnya, huruf yang bisa membentuk orang, binatang,
maupun nama buah yang ada. Oleh karena itu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tersebut tidak perlu menunggu
sampai anak duduk di bangku Taman kanak-kanak atau
bahkan di sekolah Dasar. Karena kegiatan-kegiatan tersebut
bisa dilakukan sendiri oleh ibu di rumah sebagai salah satu
cara menumbuhkan minat baca pada anak sejak dini.
hasilnya cukup aktif, secara umum tidak ada perbedaan dari 2. Endogawa, Susanto. 2011. Rendahnya Minat Baca Masyarakat
Indonesia. di akses tanggal 27 Oktober 2015 tersedia pada: Susanto_
segi upaya/cara-cara yang dilakukan, intensitas, rentang usia,
endogawa.co.id/2014/03/rendahnya-minat-baca-masyarakat.html
dan jenis bacaan. Ini artinya meskipun secara tidak langsung, 3. Fitriana, Nur. 2012. Hubungan antara Minat Baca dengan Kemampuan
para ibu yang berperan ganda sebagai wanita pekerja/karier Memahami Bacaan Siswa Kelas V SD Se-Gugus II Kecamatan
ini telah berusaha menanamkan perilaku membaca sejak dini Gedong Tengen Kota Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. di akses
tanggal 08 Desember 2015 tersedia pada: eprints.uny.ac.id/9915/2/
kepada anak mereka. bab2-Nim08108241058.pdf
Dalam memanfaatkan waktu bisa digambarkan bahwa 4. Fistiyanti, Isna. 2009. Peran Wanita Karier dalam Menumbuhkan
untuk memanfaatkan waktu sebagian besar responden Perilaku Gemar Membaca Sejak Dini pada Anak di Kota Surabaya.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.
melakukan aktivitas menumbuhkan minat membaca pada 5. Hardiningtyas, Tri. 2008. Mengerti Perpustakaan (perpustakaan
anaknya. Dengan kata lain, untuk mensiasati sempitnya waktu perguruan tinggi). di akses tanggal 10 Desember 2015 tersedia
yang dimiliki karena telah tersita oleh kesibukan pekerjaan di pada: pustaka.uns.ac.id/?menu=news&option=detail&nid +78
6. Kosasi, Prabantantyo Natha. 2012. Korelasi minat membaca di
kantor dan pekerjaan rumah tangga, mereka masih berusaha perpustakaan sekolah dengan prestasi belajar siswa kelas IV di
memperhatikan anak mereka terhadap upaya menumbuhkan Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. di akses tanggal
minat baca. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar 08 Desember 2015 tersedia pada: eprints.uny.ac.id/9696/3/Bab2-
responden yang merupakan ibu yang bekerja di luar rumah 08108249144.pdf
7. Lubis, Harum Zakiah. 2010. Jenis-jenis Perpustakaan (umum,
masih mempunyai waktu yang relatif sama banyaknya antara perguruan tinggi, dan khusus). Di akses tanggal 11 Desember
kepentingan keluarga dan kepentingan pekerjaan. 2015 tersedia pada: harumzakiahlubis.co.id/2012/12/jenis-jenis-
perpustakaan-umum-sekolah.html
8. Masjidi, Noviar. 2007. Agar Anak Suka Membaca: Sebuah Panduan
Bagi Orangtua. Yogyakarta: Media Insani.
SARAN 9. Ni’mah, Ziadatun. 2009. Wanita Karir dalam Perspektif Hukum
Islam (studi pandangan K.H. Husein Muhammad) di akses tanggal
1. Jika menginginkan anak yang gemar membaca, 10 Desember 2015 tersedia pada: digilib.uin-suka.ac.id/3551/2/BAB
sebaiknya para orang tua terutama seorang Ibu sebaiknya II,III,IV.pdf
mengembangkan budaya baca pada diri sendiri terlebih 10. Nurhidayati, Siti. 2006. Pendidikan Anak Pekerja Wanita Pabrik Arisa
di Desa Brambang Kec. Karangawan Kabupaten Demak. di akses
dahulu. Karena kegiatan gemar membaca tidak akan
tanggal 10 Desember 2015 tersedia pada library.walisongo.ac.id/
tumbuh dalam diri anak dengan sendirinya tanpa digilib/files/disk1/33/jtpptian-gdl-Si-2006.sitinurhid-1632-Bab2-310.
adanya dukungan dan teladan membaca yang dilakukan pdf
Ibunya. 11. Purnamasari, Chatarina Kemuning Ayu. 2008. Peran Ibu dalam
Menumbuhkan Perilaku Gemar Membaca pada Anak di Kota Malang
2. Selain berpartisipasi secara aktif, sebaiknya para wanita (Studi Deskriptif tentang Peran Ibu dalam Menumbuhkan Perilaku
pekerja/karier ini juga memberikan fasilitas-fasilitas yang Gemar Membaca Pada Anak di Kecamatan Kedungkandang Kota
diperlukan seperti anggaran dana secara rutin meskipun Malang. Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Airlangga.
tidak banyak untuk membelikan bacaan anak ataupun 12. Putra, Masri Sareb. 2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini:
membuatkan perpustakaan keluarga, untuk menunjang Panduan Praktis bagi Pendidik, Orang Tua dan Penerbit. Jakarta:
upaya menumbuhkan perilaku minat baca anak. Indeks.
13. Rachman, Hermawan. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu
3. Membiasakan anak dengan adanya buku-buku maupun Pendekatan terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia.
mendongeng untuk anak. Karena dengan mendongeng Jakarta: Sagung Seto.
imajinasi anak akan berkembang dan minat baca akan 14. Rahardjo, Sahid. 2013. Wawancara Sebagai Metode Pengumpulan
muncul jika Ibu sering mendongengi anaknya. Data. di akses tanggal 11 Desember 2015 tersedia pada: www.
konsistensi.com/2013/04/wawancara-sebagai-metode-pengumpulan.
4. Sebaiknya anak-anak perlu sering diajak ke perpustakaan html
dan toko buku agar anak terbiasa melihat-lihat berbagai 15. Rianthi, Kania. 2009. Peningkatan Minat Baca Anak Melalui
buku yang ada dan memperhatikan para pembeli dan Mendongeng: studi kasus diperpustakaan pustaka kelana
Rawamangun.diakses pada tanggal 08 Desember 2015 tersedia pada:
pengunjung lainnya akan berpengaruh positif pada minat lib.ui.ac.id/file?file=digital/20160858.....peningkatan%20minat.pdf.
anak terhadap buku dan membaca. 16. Rismayeti. 2013. Perpustakaan Perguruan Tinggi: pedoman,
5. Bagaimanapun sibuknya para wanita pekerja / pengelolaan, dan standarisasi. Jurnal Ilmu Budaya Vol. 9 No. 2 di
akses tanggal 11 Desember 2015 tersedia pada: bpsdmkp.kkp.go.id/
karier, ketika telah berada di rumah seharusnya tetap apps/perpustakaan/?q=node/74.
menomorsatukan pendidikan anak, terutama melakukan 17. Sandjaja, Soejanto. 2007. Pengaruh Keterlibatan Orang Tua
upaya menumbuhkan perilaku membaca anak sedini Terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres
Lingkungan, di akses pada tanggal 29 Oktober 2015 tersedia pada:
mungkin.
http://72.14.235.104/search?q=cache:Mt5uE2_cZfAJ:www.unika.
ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-
18. Septiarini. 2013. Peningkatan Peran Aktif dan Kemampuan Belajar
DAFTAR PUSTAKA Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Banyumas Melalui Model
Problem Based Intruction. di akses tanggal 08 Desember 2015 tersedia
1. Arlini, Irma Dewi. 2007. Mari budayakan minat baca. di akses pada: digilib.ump.ac.id/files/disk1/20/jhptump-ump-gdl-septiarini-
10 Nopember 2015. tersedia pada: http://www.ppi-wageningen. 967-2-babii.
org/?p=69.
Rahmawati dan Arnomo: Peran Aktif Ibu dalam Menumbuhkan Minat Baca 95
19. Sugihartati, Rahma. 2014. Upaya Menumbuhkan Perilaku Gemar 22. Suwardi. 2007. Ciptakan Budaya Membaca Sejak Dini, di akses
Membaca. di akses tanggal 10 Desember 2015 tersedia pada: tanggal 10 Nopember 2015, tersedia pada: http://www.isei.or.id/page.
pkmbmkaryausaha.co.id/2014/06/upaya-menumbuhkan-perilaku- php?id=073
gemar-membaca.html. 23. Widyasmoro, T. Tjahjo. 2005. Jadikan Buku Sahabat Anak, di akses
20. Sugihartati, Rahma. 2009. Membaca untuk Kesenangan di Kalangan tanggal 25 Nopember 2015, tersedia pada: http://www.sabda.org/
Remaja Urban: Studi tentang Gaya Hidup dan Perilaku Membaca pepak/pustaka/010064
untuk Kesenangan (Reading for Pleasure) di Kalangan Remaja 24. 2012. Pengertian Perpustakaan Umum. di akses tanggal 08 Desember
Kota Surabaya dari Perspektif Culture Studies. Surabaya: PPs FISIP 2015 tersedia pada: lenterakecil.com/pengertian-perpustakaan-
Universitas Airlangga. umum.
21. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan 25. URL: http://hangtuah.ac.id/. Accessed 2016.
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
96
Ilham Arnomo
Universitas Hang Tuah Surabaya
ilham.arnomo@hangtuah.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan hasil analisa logis dan interpretasi tentang keefektivitasan proses rekrutmen dan seleksi karyawan dengan
menggunakan sistem rekrutmen karyawan secara online melalui media website atau internet. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar efektivitas dan efisiensi proses rekrutmen dan seleksi karyawan menggunakan sistem online. Metode penelitian
yang digunakan adalah analisa logis dan interpretasi yang mana menggunakan sumber data skunder yaitu data dan informasi diperoleh
dari internet tentang teori rekrutmen dan seleksi karyawan serta data dan informasi tentang website penyedia jasa informasi lowongan
kerja atau rekrutmen karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas untuk perusahaan yang menerapkan proses rekrutmen
dan seleksi karyawan secara online antara lain adalah efektif jangkauan penyebaran informasi rekrutmen dan seleksi karyawan hingga
ke seluruh wilayah, efektif dapat menjaring seluruh aplikasi lamaran kerja yang masuk ke perusahaan tanpa perusahaan mendatangi
tempat pelamar kerja, dan efektif dalam pencapaian target pemenuhan seleksi dan rekrutmen. Dalam pengadaan rekrutmen dan seleksi
karyawan, selanjutnya pihak perusahaan perlu membangun sebuah tim kerja yang independen, agar diperoleh sumber daya manusia
yang sesuai kompetensi dan kebutuhan perusahaan.
Abstract: This study is the result of logical analysis and interpretation of the effectiveness of the process of recruitment and selection
of employees using employee recruitment system online through the website or internet media. The purpose of this study was to determine
how big the effectiveness and efficiency of the process of recruitment and selection of employees using the online system. The method
used is the logical analysis and interpretation which uses secondary data source is the data and information obtained from the Internet
on the theory of employee recruitment and selection as well as data and information on the website provider job information or the
recruitment of employees. The results showed that the effectiveness of the company that implements the process of recruitment and
selection of employees online include the effective range of information dissemination recruitment and selection of employees throughout
the entire region, can effectively encompass the entire application job application into the company without the company went to a
job applicant, and effective in achieving compliance with the selection and recruitment targets. In the procurement of recruitment and
selection of employees, then the company needs to build an independent working team, in order to obtain the appropriate human resources
competencies and needs of the company.
sejumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dan diupah lebih ditekan karena dapat dibatasi waktunya dalam
menurut keperluan, dengan memperhitungkan jumlah penetapan perjanjian.
jam atau hari kerja. Salah satu diantaranya adalah c) Agen tenaga kerja
dengan sistem kontrak, yang akan diakhiri jika masa Rekrutmen eksternal lainnya dapat dilakukan
kontrak selesai. melalui agen tenaga kerja, yang memiliki calon
e) Promosi dan pemindahan dengan berbagai kualifikasi dan kualitasnya. Untuk
Rekrutmen yang paling banyak dilakukan adalah itu organisasi/perusahaan hanya menyampaikan
promosi untuk mengisi bersifat horizontal. karakteristik calon yang diinginkan. Organisasi/
Kekosongan pada jabatan yang lebih tinggi yang perusahaan membayar agen apabila ternyata calon
diambil dari pekerja yang jabatannya lebih rendah. Di yang diajukan disetujui dan diangkat sebagai
samping itu terdapat pula kegiatannya dalam bentuk eksekutif.
memindahkan pekerja dari satu jabatan ke jabatan d) Rekrutmen dengan advertensi
yang lain yang sama jenjangnya. Dengan kata lain Rekrutmen eksternal dapat dilakukan dengan cara
promosi bersifat vertikal, sedang pemindahan. mengadventasikan tenaga kerja yang diperlukan.
2. Rekrutmen Eksternal Untuk keperluan itu dapat dipergunakan surat
Rekrutmen eksternal adalah proses mendapatkan tenaga kabar lokal, termasuk majalah, radio dan televisi,
kerja dari pasar tenaga kerja di luar organisasi atau bahkan melalui surat yang disampaikan secara
perusahaan. Perusahaan tidak selalu bisa mendapatkan langsung pada calon.
semua karyawan yang mereka butuhkan dari staf yang
ada sekarang, dan terkadang mereka juga tidak ingin. Media Rekrutmen
Sumber rekrutmen eksternal meliputi individu-individu Tiap organisasi mempunyai cara yang berbeda-beda
yang saat ini bukan merupakan anggota organisasi. dalam menarik calon karyawannya. Beberapa organisasi
Manfaat terbesar rekrutmen eksternal adalah bahwa yang besar mempunyai sistem yang sangat baik dan dengan
jumlah pelamar yang lebih banyak dapat direkrut. Hal menggunakan media massa yang canggih dalam menarik
ini tentunya mengarah kepada kelompok pelamar yang calon karyawannya. Tetapi ada beberapa organisasi, cara
lebih besar dan kompeten daripada yang normalnya penarikan calon karyawan ini sangat sederhana dan dengan
dapat direkrut secara internal. Pelamar dari luar media yang sederhana pula. Berbagai cara dan media untuk
tentu membawa ide, teknik kerja, metode produksi, menarik sumber daya manusia sebagai calon karyawan,
atau pelatihan yang baru ke dalam organisasi yang antara lain:3
nantinya akan menghasilkan wawasan baru ke dalam a. Iklan
profitabilitas. Setiap organisasi atau perusahaan secara Menarik calon karyawan melalui iklan di media massa,
periodic memerlukan tenaga kerja dari pasar tenaga kerja baik elektronik (internet atau website) maupun media
di luar organisasi atau perusahaan. Pasar tenaga kerja cetak mempunyai efektivitas yang tinggi, karena
merupakan sumber tenaga kerja yang sangat bervariasi. dapat menjaring seluruh lapisan masyarakat pelamar,
Beberapa bentuknya adalah:4 dan pelamar dapat lebih banyak. Hal ini mempunyai
a) Hubungan dengan Universitas beberapa keuntungan antara lain organisasi mempunyai
Universitas atau perguruan tinggi merupakan kesempatan yang lebih luas untuk memilih calon
lembaga pendidikan yang bertugas menghasilkan karyawan yang lebih baik. Cara pengiklanan melalui
tenaga kerja sesuai dengan lapangan kerja yang media cetak pada umumnya ada dua jenis yaitu: want
terdapat di masyarakat. Dengan demikian berarti add dan blind add. Want add di mana organisasi dan
universitas merupakan sumber tenaga kerja yang cara melamar disebutkan dalam iklan tersebut. Blind
dapat dimanfaatkan oleh organisasi atau perusahaan, add tidak menyebutkan nama dan alamat organisasi
untuk mengisi jabatan di bidang bisnis/produk lini yang memerlukan karyawan. Lamaran para pelamar
dan jabatan penunjangnya. biasanya dialamatkan ke PO BOX. Cara ini digunakan
b) Eksekutif mencari perusahaan untuk menghindari membanjirnya calon karyawan atau
Sering terjadi perusahaan memerlukan eksekutif senior pelamar ke kantor organisasi yang bersangkutan.
untuk mengisi jabatan penting, dengan menawarkan b. Badan-badan penyalur tenaga kerja
upah atau gaji yang kompetitif dibandingkan dengan Penarikan sumber daya manusia juga dapat dilakukan
perusahaan sejenis sebagai pesaingnya. Rekrutmen melalui badan-badan penyalur atau penempatan tenaga
tersebut jika sulit dipenuhi, sekurang-kurangnya kerja baik pemerintah maupun swasta. Di Indonesia pada
lembaga atau organisasi dapat mengangkat konsultan tiap-tiap provinsi mempunyai kantor penempatan tenaga
ahli, yang dapat diperoleh di berbagai lembaga, kerja (pemerintah) yang fungsinya adalah menyalurkan
khususnya perguruan tinggi. Rekrutmen ini jika tenaga-tenaga kerja yang telah mendaftarkan ke kantor
dibandingkan dengan cara lain, ternyata relatif mahal. penempatan tersebut ke organisasi-organisasi, baik
Dengan pengangkatan konsultan, pembiayaan dapat pemerintah maupun swasta yang memerlukan calon
Arnomo: Efektivitas Proses Rekrutmen dan Seleksi Karyawan 99
karyawan. Bahkan beberapa organisasi mewajibkan mengetahui sukses atau tidaknya penarikan sumber
setiap pelamarnya untuk mencari kartu kuning, yaitu daya manusia dapat dinilai dengan menggunakan
suatu bukti bahwa ia telah terdaftar di kantor tenaga beberapa kriteria, yaitu: Jumlah pelamar; Jumlah usulan
kerja. Badan-badan penempatan atau penyalur tenaga tentang pelamar yang diajukan untuk diterima; Jumlah
kerja yang profesional swasta dewasa ini belum begitu penerimaan (pelamar yang diterima).
berperan di Indonesia, kecuali untuk tenaga kerja yang
akan dikirm ke luar negeri. Seleksi
c. Lembaga-lembaga pendidikan Seleksi adalah proses pemilihan dari sekelompok
Beberapa lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi pelamar, orang atau orang-orang yang paling memenuhi
yang kualitasnya baik saat ini juga sudah mulai menjadi kriteria seleksi untuk posisi yang tersedia berdasarkan
media untuk menyalurkan tenaga kerja. Bahkan beberapa kondisi yang ada pada saat ini yang dilakukan perusahaan.
perusahaan atau organisasi telah terlebih dahulu memesan Seleksi merupakan hal yang sangat penting karena berbagai
dan memberikan beasiswa kepada para mahasiswa yang keahlian yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai
berprestasi untuk selanjutnya akan diangkat menjadi tujuannya melalui proses seleksi. Seleksi merupakan
karyawan. motivasi. Sekiranya orang tepat telah diseleksi, maka proses
d. Organisasi-organisasi karyawan motivasi dengan sendirinya akan berjalan baik disebabkan
Di negara-negara maju, di mana organisasi atau serikat orang itu sudah memiliki sikap dan perilaku yang baik, dan
buruhnya sudah baik, organisasi-organisasi baik swasta menunaikan tugas-tugasnya dengan system yang tertata.5
maupun pemerintah mencari calon karyawannya melalui
organisasi-organisasi karyawan tersebut. Tujuan Proses Seleksi
e. Organisasi-organisasi profesi Tujuan proses seleksi adalah untuk mencocokkan
Organisasi-organisasi profesi seperti HIPMI, KADIN, orang dengan pekerjaannya secara benar jikalau individu
IWAPI dan sebagainya dapat merupakan media untuk atau karena beberapa sebab tidak sesuai dengan pekerjaan
menyalurkan tenaga kerja atau calon karyawan bagi maupun organisasi, dia kemungkinan akan angkat kaki dari
organisasi-organisasi atau perusahaan. Dengan sendirinya perusahaan. Walaupun beberapa putaran karyawan barang
tenaga kerja yang disalurkan ini sesuai dengan organisasi kali positif bagi perusahaan.5
profesi yang bersangkutan.
f. Leasing (penyewaan) Untuk memenuhi kebutuhan tenaga Sasaran seleksi
kerja dalam jangka waktu pendek, suatu organisasi dapat Sasaran seleksi yang pertama yaitu efisiensi.
menyewa tenaga kerja yang profesional yang terampil Seleksi menentukan siapa yang akan bergabung dengan
kepada perusahaan penyewaan tenaga kerja (leasing) organisasi. Orang-orang yang baru diangkat seringkali
g. Rekomendasi dari karyawan. menghabiskan bertahun-tahun bersama perusahaan atau
Para karyawan yang telah bekerja pada suatu organisasi organisasi dan apakah mereka menjadi sumber daya
saat ini boleh merekomendasikan calon karyawan barua organisasi akan tergantung pada kinerja, fleksibilitas
dalam organisasinya. Dengan sendirinya kemampuan seiring perjalanan waktu, inovasi dan calon untuk
karyawan yang direkomendasikan tersebut sesuai dengan penugasan kerja lebih lanjut selama masa karir mereka.
kemampuan yang diperlukan oleh organisasinya. Yang kedua yaitu Ekuitas. Aktivitas seleksi merupakan
h. Nepotisme sinyal yang paling jelas dan paling penting tentang komitmen
Beberapa organisasi atau perusahaan penarikan anggota organisasi terhadap keadilan dan kepatuhan hukum.(5)
keluarga sebagai karyawan organisasi. Penarikan calon
karyawan melalui cara ini, kecakapan dan kemampuan Kriteria Seleksi
tidak menjadi prioritas pertimbangan. Manajer perlu memutuskan kriteria seleksi untuk
i. Open House mengevaluasi pelamar-pelamar untuk posisi yang lowong.
Cara ini masih baru, di mana orang-orang di sekitar Kriteria seleksi adalah karakteristik yang berasal dari
organisasi atau perusahaan tersebut diundang. Kemudian deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan. Kriteria
organisasi tersebut menyajikan hal-hal yang berkaitan seleksi biasanya dapat dirangkum dalam beberapa kategori;
dengan kegiatan organisasi termasuk kebutuhan tenaga pendidikan, pengalaman kerja, kondisi fisik dan karakteristik
kerja yang akan menangani beberapa kegiatan. Dengan kepribadian. Pada dasarnya kriteria seleksi haruslah
cara ini bila ada orang yang tertarik terhadap lowongan mendaftarkan karakteristik karyawan yang akan berprestasi
tadi, diberi kesempatan untuk melamar sebagai calon cemerlang di posisi yang bakal didudukinya. Sebelum
karyawan. organisasi memutuskan karakteristik yang bakal dicobakan
j. Event Organization (EO) dalam seleksi, organisasi seyogyanya memiliki kriteria teknik
Penarikan sumber daya manusia sebagai calon karyawan seleksi yang telah ditentukan. Dalam proses seleksi karyawan
yang telah dilakukan oleh organisasi pencari tenaga perlu mempertimbangkan validitas, keandalan, biaya
kerja melalui berbagai media ini perlu dievaluasi. Untuk dan kemudahan pelaksanaan hal ini menunjang jalannya
100 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 96–101
proses seleksi dan dapat mendapatkan proses seleksi yang jatuh tempo penerimaan aplikasi lamaran pekerjaan
efektif.5 dapat diatur sesingkat mungkin sesuai dengan kuota
yang tersedia). Yang kedua adalah penghematan waktu
Prinsip Proses Seleksi untuk melaksanakan proses seleksi kandidat karyawan
Proses pengambilan keputusan pengangkatan yang yang telah mengajukan aplikasi permohonan pekerjaan.
berjalan dengan baik sangat tergantung pada dua prinsip dasar Dalam hal ini perusahaan dapat menerapkan tes
proses seleksi. Prinsip pertama yaitu perilaku di masa lalu kemampuan dan keterampilan secara online, baik masih
merupakan prediktor terbaik atas perilaku di masa yang akan difasilitasi oleh website penyedia informasi rekrutmen
datang. Pengetahuan tentang apa yang telah dikerjakan oleh dan seleksi karyawan ataupun dapat diterapkan secara
seseorang di masa silam merupakan indikator terbaik dari intensif yaitu dengan menerapkan tes kemampuan dan
apa kemungkinan dilakukannya pada masa yang akan datang. keterampilan melalui media komunikasi email. Dan
Prinsip kedua adalah organisasi harus menghimpun data yang manfaat yang terakhir adalah apabila memungkinkan
handal dan sahih sebanyak mungkin, sepanjang masih layak untuk menerapkan wawancara user dengan media video
secara ekonomis dan setelah itu memanfaatkannya data tadi conference atau video call.
untuk menyeleksi pelamar kerja.5 3. Jangkauan kepada kandidat karyawan lebih luas.
Dengan menggunakan media website penyedia informasi
rekrutmen dan seleksi karyawan, perusahaan dapat
METODE PENELITIAN leluasa menjangkau kandidat-kandidat karyawan hingga
ke seluruh daerah.
Metode yang digunakan adalah analisa logis dan
4. Pencapaian target pemenuhan seleksi dan rekrutmen
interpretasi. Sumber data sekunder yang digunakan adalah
Dengan menggunakan media website penyedia informasi
informasi dari internet tentang teori rekrutmen dan seleksi,
rekrutmen dan seleksi karyawan, perusahaan dapat
serta informasi tentang website penyedia jasa informasi
mengumpulkan kandidat karyawan lebih banyak dan
lowongan kerja atau rekrutmen karyawan.
sehingga memudahkan tahap penyaringan kandidat
karyawan sesuai kriteria dan kebutuhan perusahaan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Efesiensi dan Efektivitas untuk Kandidat Karyawan
Efisiensi dan Efektivitas untuk Perusahaan 1. Penghematan biaya pembuatan aplikasi lamaran
1. Penghematan biaya untuk pemasangan iklan rekrutmen pekerjaan
Dengan menggunakan sistem online rekrutmen dan Dengan menggunakan media website penyedia
seleksi, perusahaan dapat menghemat biaya untuk informasi rekrutmen dan seleksi karyawan, kandidat
pemasangan iklan rekrutmen dan seleksi. Perusahaan karyawan tidak perlu mengeluarkan biaya cetak dan
cukup satu kali bayar kepada website penyedia jasa biaya pengiriman aplikasi permohonan pekerjaan.
informasi lowongan kerja atau rekrutmen karyawan Karena melalui sistem online, kandidat karyawan cukup
dengan manfaat yang diperoleh iklan rekrutmen menuliskan daftar riwayat hidup dan kompetensi yang
dan seleksi dapat diakses di seluruh tempat (Kota, dimiliki dan kemudian tinggal ajukan secara online
Provinsi atau Negara). Dan manfaat yang kedua adalah
perusahaan tujuan.
perusahaan dapat sekaligus mencantumkan profilnya,
2. Penghematan waktu untuk menjalani proses rekrutmen
sehingga kandidat pelamar pekerjaan dapat mengenal
dan seleksi
dahulu tentang perusahaan yang akan dilamar.
Kandidat karyawan tidak perlu datang langsung ke
Manfaat yang ketiga adalah dalam iklan rekrutmen dan
seleksi, perusahaan dapat mencantumkan kriteria dan lokasi perusahaan, karena kandidat karyawan cukup
syarat lengkap yang harus dipenuhi kandidat pelamar mengikuti dan menjalani proses rekrutmen dan seleksi
pekerjaan, sehingga kandidat pelamar pekerjaan akan melalui website dan media email sebagai pendukung
lebih mempersiapkan seluruh persyaratan yang harus komunikasi.
dipenuhi untuk mengikuti proses rekrutmen dan seleksi 3. Bebas memilih perusahaan sesuai kompetensi yang
karyawan. dibutuhkan
2. Penghematan waktu yang dibutuhkan untuk proses Kandidat karyawan mendapat kemudahan dalam
rekrutmen dan seleksi. memilih sebuah perusahaan yang akan dituju dari
Perusahaan banyak menghemat waktu dari tahap beberapa perusahaan yang ada dan sedang membutuhkan
persiapan hingga tahap proses serta tahap akhir beberapa kandidat karyawan.
rekrutmen dan seleksi karyawan. Karena dengan 4. Bebas memilih posisi pekerjaan sesuai kompetensi
menggunakan jasa website penyedia informasi rekrutmen Kandidat karyawan dapat leluasa memilih posisi
dan seleksi karyawan, perusahaan mendapat kebebasan pekerjaan yang sedang kosong sesuai dengan keahlian,
mengatur waktu jatuh tempo penerimaan aplikasi keterampilan dan pengalaman kerjanya.
lamaran pekerjaan dari kandidat karyawan (waktu
Website penyedia informasi rekrutmen dan seleksi
Arnomo: Efektivitas Proses Rekrutmen dan Seleksi Karyawan 101
DAFTAR PUSTAKA
1. Castetter, William B. The Human resource Function In Educational
Administration. New Jersey: Prentice-Hall Inc, 1996.
2. Akdon, dan Riduwan. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian
Untuk Administrasi Manajemen. Bandung: Dewa Ruci, 2006.
3. P., Siagian. Sondang. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2009.
4. Nawawi, H. Hadari. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pers, 2006.
5. Henry, Simmamora. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Gambar 2. Website Penyedia Informasi Rekrutmen dan Seleksi STIE YKPN, 2006.
Karyawan 6. jobsDB. jobsDB.com. jobsdb.com. [Online] jobsDB. [Cited: Mei 9,
2016.] http://id.jobsdb.com/id.
7. jobStreet.com. jobStreet.com. [Online] jobStreet. [Cited: Mei 9,
2016.] http://www.jobstreet.co.id/.
102
Sri Sumarliani
Fakultas Pertanian Universitas Lumajang
Email: srisumarliani@yahoo.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Program BPU (Bukan Penerima Upah) BPJS Ketenagakerjaan terhadap
Wirausaha Mandiri di Kabupaten Lumajang. Penelitian ini merupakan studi kasus dan Metode yang digunakan model penelitian kualitatif
yang berasal dari keterangan dan pendapat beberapa dari wirausaha mandiri atau usaha ekonomi informal di Kabupaten Lumajang
dan dari Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Kantor Cabang Pembantu Kabupaten Lumajang. Penelitian ini
difokuskan pada pekerja informal seperti pedagang bakso, nasi goring, mi ayam, penjual jagung rebus, sopir taksi, tukang ojek serta kuli
panggul di Kabupaten Lumajang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosialisasi program BPU BPJS Ketenagakerjaan belum maksimal
dan belum merata ke pelosok daerah dan pemahaman masyarakat tentang BPU BPJS Ketenagakerjaan masih kurang. Kepesertaan
BPU BPJS Ketenagakerjaan hingga akhir Maret 2016 sebanyak 2015 peserta dan system pembayaran iuran dapat dilakukan secara
bulanan atau setiap tiga bulan melalui Penanggung jawab wadah atau kelompok dan perbankan yang telah mempunyai MuO dengan
BPJS Ketenagakerjaan. Manfaat yang didapatkan peserta langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya.
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the BPU Program Implementation (Not Receiver Wages) BPJS against Entrepreneurial Self
Employment in Lumajang. This research is a case study and method used qualitative research model derived from the information and
the views of some of the independent entrepreneur or informal economic activities in Lumajang and of the Office of the Social Security
Agency Employment Branch Office in Lumajang. This study focused on informal workers such as traders meatballs, fried rice, chicken
noodle, boiled corn sellers, taxi drivers, motorcycle taxi drivers and porters in Lumajang. The results showed that the socialization
program BPJS Employment BPU is not maximized and not evenly distributed to remote areas and public understanding of the BPU BPJS
Employment is still lacking. Employment Participation BPJS BPU until the end of Maret 2016 as many as 2015 participants and dues
payment system can be done monthly or every three months by undertaking a container or banking groups and those who have had Muo
with BPJS Employment. Benefits in getting direct participants can be enjoyed by workers and their families.
bekerja (penganggur) dibandingkan dengan orang yang mudah dimasuki oleh tenaga kerja karena pada umumnya
bekerja. Sehingga terhadap orang yang bekerja walaupun ia tidak mensyaratkan tingkat pendidikan dan keterampilan
sebagai pekerja kasar atau buruh atau kuli, maka masyarakat tertentu. Dan tenaga kerja informal ini pada umumnya belum
mempunyai apresiasi atau pandangan positif sendiri. terjangkau oleh upaya-upaya pembinaan dan perlindungan
Sejalan dengan bergulirnya waktu dan sementara yang tenaga kerja yang berkesinambungan. Untuk itu perlu adanya
berjalan di Indonesia banyak mengalami pasang surut pembinaan-pembinaan guna meningkatkan mutu dan kualitas
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara baik secara bagi para pekerja dan juga meningkatkan Sumber daya
politik maupun secara ekonomis. Dimulai dari masyarakat manusia itu sendiri.
yang bekerja menjadi pedagang bakso, nasi goring, mi Selain itu ada juga tenaga kerja yang termasuk tenaga
ayam, penjual jagung rebus, sopir taksi, tukang ojek serta kerja di luar hubungan kerja yang professional seperti dokter,
kuli panggul mendapatkan kenyataan bahwa perikehidupan pengacara, artis, seniman dan sebagainya perlu mendapatkan
mereka semakin berat dari hari kehari. Tidak ada kebanggaan perlindungan jaminan sosial. Maka dari itu, tenaga kerja di
dan mimpi besar yang menjadikan kehidupan yang baik dan luar hubungan kerja seperti pedagang sayur, pedagang kayu,
layak untuk kehidupan mereka. pekerja bengkel dan lain-lain butuh adanya perlindungan dari
Lahirnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang pemerintah karena rentan adanya kecelakaan dalam kerja.
selanjutnya disingkat BPJS ini merupakan badan hukum Mengingat perkembangan jaminan social masyarakat
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan yang begitu pesat dalam menghadapi masyarakat ekonomi
sosial. Program jaminan sosial ini mencakup sebagian dari asean (MEA) dorongan untuk mendapatkan jaminan sosial
masyarakat yang bekerja di sector formal maupun non bagi tenaga kerja non upah perlu adanya cara lain yaitu dengan
formal. Namun yang bekerja di sector non formal Negara melakukan pendekatan yang lebih harmonis dari pemerintah
telah mengatur jaminan sosial khusus untuk pekerja yang dengan melakukan kerja sama yang antara pemerintah
bukan penerima upah (BPU) dan aturan jaminan sosial ini dan masyarakat serta komitmen kedua belah pihak dalam
telah diatur tersendiri di dalam Peraturan Menteri Tenaga melaksanakan peraturan perundangan terutama yang terkait
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: PER-24/ dengan jaminan social tenaga kerja non upah. Dari berbagai
MEN/VI/2006 tentang pedoman penyelenggaraan jaminan masalah yang ada di masyarakat terutama wirausaha mandiri
sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja yang melakukan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
pekerjaan di luar hubungan kerja, diharapkan untuk para implementasi program BPU BPJS Ketenagakerjaan terhadap
pekerja yang pekerjaannya di luar hubungan kerja merasa wirausaha mandiri di Kabupaten Lumajang.
aman dan terlindungi karena mengingat tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja juga bisa
mengalami kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin dan METODE
meninggal dunia, sehingga perlu mendapatkan perlindungan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
jaminan sosial tenaga kerja. kualitatif. Dari penjelasan permasalahan, maka peneliti dalam
Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang menyajikan data tidak banyak menggunakan angka-angka
Dasar Tahun 1945 pasal 28 menekankan bahwa setiap melainkan uraian kata-kata yang berasal dari keterangan
pekerja berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan dan pendapat beberapa dari wirausaha mandiri atau usaha
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang ekonomi informal di Kabupaten Lumajang dan dari Kantor
bermartabat. Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
hubungan kerja adalah tenaga kerja yang melakukan kegiatan Kantor Cabang Pembantu Kabupaten Lumajang. Penelitian
ekonomi tanpa bantuan orang lain (berusaha sendiri tanpa ini difokuskan pada pekerja informal seperti pedagang bakso,
buruh/pekerja). nasi goring, mi ayam, penjual jagung rebus, sopir taksi,
Jaminan Sosial Tenaga Kerja di luar hubungan kerja sangat tukang ojek serta kuli panggul di Kabupaten Lumajang
diperlukan oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan Informan berjumlah 11 orang terdiri dari Kepala Cabang
di luar hubungan kerja yang berusaha pada usaha-usaha Pembantu BPJS Ketenagakerjaan Kabupaten Lumajang,
ekonomi informal yang berskala mikro dengan modal kecil, Camat, Dinas Pasar yang ada di Kabupaten Lumajang dan
menggunakan teknologi sederhana/rendah, menghasilkan Wirausaha mandiri/Usaha informal.
barang dan jasa dengan kualitas relative rendah, tempat usaha Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.
tidak tetap, kelangsungan usaha tidak terjamin, jam kerja Data primer diperoleh dari wawancara dengan informan.
tidak teratur, tingkat produktivitas dan penghasilan relative data dijaring dengan menggunakan Pedoman Pertanyaan
rendah dan tidak tetap. Orang yang berusaha sendiri atau Penelitian (Interview Guide) dan data sekunder yang
tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan dikumpulkan seperti UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan
kerja pada umumnya melakukan usaha-usaha pada ekonomi Penyelenggara Jaminan Sosial, PER-24/MEN/VI/2006
informal/wirausaha mandiri. Wirausaha mandiri atau usaha tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
ekonomi informal selama ini dianggap telah berjasa yang ketenagakerjaan Bukan penerima upah.
104 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 102–107
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kegiatan sosialisasi yang dilakukan berjalan efektif maka
kualitatif yaitu dari hasil wawancara dengan informan, harus dirumuskan strateginya oleh BPJS Ketenagakerjaan
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk menjaga dan pemerintah secara bersama-sama untuk kepentingan dan
kualitas dan keakuratan data dilakukan triangulasi sumber kesejahteraan masyarakat.
dan triangulasi metode. Dikarenakan ketidaktahuannya masyarakat tentang
program BPU(Bukan Penerima Upah) BPJS Ketenagakerjaan
karena program tersebut masih baru dan minimnya informasi
HASIL DAN PEMBAHASAN tentang BPU(Bukan Penerima Upah) BPJS Ketenagakerjaan
Sosialisasi dan juga kurang optimalnya sosialisasi BPU (Bukan Penerima
Upah) BPJS Ketenagakerjaan.
Sosialisasi tentang Badan penyelenggara jaminan
sosial (BPJS) ketenagakerjaan yang merupakan program
Aspek Kepesertaan
publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja
formal maupun informal, untuk mengatasi risiko sosial Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan bukan penerima upah adalah Orang yang berusaha sendiri
mekanisme asuransi sosial yang ditetapkanlah UU No. 24 atau tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kerja pada umumnya melakukan usaha-usaha pada ekonomi
dan dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan informal. Usaha informal ini mampu menyerap tenaga kerja
sosial tenaga kerja, yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja yang tidak terserap oleh usaha-usaha ekonomi formal. Hal
(JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) ini disebabkan usaha-usaha ekonomi informal tersebut
dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015. mudah dimasuki oleh tenaga kerja karena pada umumnya
sudah diadakan. Sosialisasi diberikan kepada Camat, Lurah, tidak mensyaratkan tingkat pendidikan yang tinggi dan
instansi- instansi pemerintah. Sosialisasi yang diberikan keterampilan tertentu. Pada umumnya tenaga kerja pada
terkait dengan kepesertaannya BPU BPJS Ketenagakerjaan. usaha-usaha ekonomi informal tersebut belum terjangkau
Tanggapan dari masyarakat tentang program BPU BPJS oleh upaya-upaya pembinaan dan perlindungan tenaga kerja
Ketenagakerjaan. memang bagus namun sosialisasi yang yang berkesinambungan. Dengan kata lain tugas Badan
diberikan belum terlalu jelas sehingga belum dimengerti Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan
oleh masyarakat bahwa BPJS Ketenagakerjaan ini hanya meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data
diperuntukkan bagi Tenaga kerja yang mempunyai hubungan kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk
kerja. Sementara Berdasarkan PER-24/MEN/VI/2006 tentang menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan Dana
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai
Bukan penerima upah. pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam
Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan
(BPJS) Bukan Penerima Upah dilaksanakan pada awal Juni informasi.
2015 dan ini diperuntukkan bagi tenaga kerja informal atau Perbedaan BPJS Penerima Upah dan Bukan Penerima
wirausaha mandiri seperti pedagang bakso, nasi goring, mi Upah kalau penerima upah yang mendaftarkan perusahaan
ayam, penjual jagung rebus, sopir taksi, tukang ojek serta dia harus bekerja di organisasi yang mempunyai badan
kuli panggul namun demikian pelaksanaannya masih belum hokum sementara BPU yang mendaftar masyarakat umum
optimal. Hal ini dengan banyaknya pekerja informal atau seperti tukang pijat, pedagang bakso, pedagang sayur dal lain
wirausaha mandiri yang belum banyak menjadi peserta BPU sebagainya. BPJS Bukan Penerima Upah mempunyai satu
BPJS Ketenagakerjaan. keunggulan yaitu dalam jaminan klaim. Klaim tidak bekerja
Untuk mencapai pemahaman dan kesadaran luas dan selama bisa bekerja, jika diperusahaan apabila terjadi
akan BPU BPJS Ketenagakerjaan, maka sosialisasi harus musibah dihitung dari berangkat bekerja, di tempat kerja dan
dilakukan dengan dua tahap besar yaitu: sampai pulang ke rumah. Dan jika BPJS Bukan Penerima
a. Tahap sosialisasi kepada pemangku kepentingan, yaitu Upah pesertanya mengalami musibah maka dijamin 24 jam
BPJS Ketenagakerjaan Pihak Pemerintah dan para dan selama tidak bekerja dibayar sesuai UM Kab.
pejabat di pusat dan daerah. Jenis program Jaminan Sosial Tenaga Kerja non upah
b. Tahap sosialisasi kepada seluruh publik (peserta) terdiri dari: Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). Jaminan
dilakukan dengan jemput bola ketempat-tempat para Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT)
pekerja informal berada seperti ke pelosok pasar-pasar Tenaga kerja di luar hubungan kerja dapat mengikuti
yang menjadi tempat berkumpulnya pekerja informal. seluruh program Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau sebagian
Strategi sosialisasi ini didesain untuk memudahkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta. Setiap
pemahaman, penerimaan dan dukungan/partisipasi tenaga kerja di luar hubungan kerja yang berusia maksimal
masyarakat wirausaha mandiri tentang jaminan social dan 55 tahun dapat mengikuti program Jaminan Sosial Tenaga
juga sebagai jaminan ketenangan dalam berusaha. Agar Kerja secara sukarela.
Sumarliani: Implementasi Program BPU (Bukan Penerima Upah) 105
Untuk pendaftaran pembayaran iuran peserta ada 2 2 pilihan yang pertama Pembayaran iuran melalui wadah
pilihan yang pertama Pembayaran iuran melalui wadah atau atau Kelompok dan yang kedua Pembayaran iuran secara
Kelompok dan yang kedua Pembayaran iuran secara langsung langsung oleh peserta di perbankan setelah melakukan
oleh peserta. Perbedaan Badan Penyelenggara Jaminan pembayaran pertama dan sudah mendapatkan kartu
Sosial (BPJS) Penerima Upah dan Bukan Penerima Upah kepesertaan. Pemerintah berharap bahwa seluruh masyarakat
ialah jika penerima upah yang mendaftarkan perusahaan dia di Kabupaten Lumajang yang bekerja informal dapat menjadi
harus bekerja di organisasi yang mempunyai badan hukum peserta BPU BPJS Ketenagakerjaan untuk mendapatkan
sementara bukan penerima upah yang mendaftar masyarakat jaminan sosial dalam berwirausahanya.
umum seperti tukang pijat, pedagang bakso, pedagang sayur
dan lain sebagainya. Aspek Manfaat
Karena program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian
(BPJS) Bukan Penerima Upah ini masih tergolong baru maka dan harga diri untuk mengatasi risiko sosial ekonomi.
untuk saat ini masih belum ada peserta yang mengklaim. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam
Prosedur pendaftaran peserta Badan Penyelenggara membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan di hari
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan non upah yaitu: tua maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri
a. Perwakilan wadah mendaftar di kantor Badan berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan bukan dari
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan belas kasihan orang lain. Agar pembiayaan dan manfaatnya
dengan mengisi formulir pendaftaran. optimal, pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan
b. Memilih jenis jaminan yang ingin diikuti (diperbolehkan dilakukan secara gotong royong, di mana yang muda
tidak mengikuti seluruh jaminan) dan jangka waktu membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan
pembayaran iuran (per bulan atau per tiga bulan). yang berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan
c. Melakukan pembayaran iuran pertama yang dapat rendah.
dilakukan di Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Manfaat yang diperoleh peserta BPU BPJS
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan 30 hari dari waktu Ketenagakerjaan adalah:
pendaftaran a. Program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga
d. Melengkapi persyaratan dokumen pendaftaran: kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan
d.1. Surat izin usaha dari RT/RW/Kelurahan setempat dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi,
d.2. Fotokopi KTP masing-masing pekerja b. Sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi
d.3. Fotokopi KK masing-masing pekerja tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya
d.4. Pas foto berwana masing-masing Pekerja ukuran risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau
2x3 = 1 lembar oleh pengusaha dan tenaga kerja.
Sampai bulan Maret 2016 peserta BPU BPJS c. Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program
Ketenagakerjaan di Kabupaten Lumajang berdasarkan hasil tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit,
wawancara dengan Kepala Badan Penyelenggara Jaminan hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia,
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Kantor Cabang Pembantu yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya
Kabupaten Lumajang sejumlah 2015 peserta padahal penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan
pelaksanaan BPJS Bukan Penerima Upah dilaksanakan pada perawatan medis.
awal Juni 2015 Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Bukan d. Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini
Penerima Upah sudah pernah mengadakan sosialisasi, dengan menggunakan mekanisme Asuransi Sosial.
diadakannya jalan sehat di Alun-alun Lumajang. Akan tetapi
Kepesertaan BPJS Bukan Penerima Upah di Kabupaten Secara rinci manfaat program Jaminan Sosial Tenaga
Lumajang masih belum merata, karena masyarakat di daerah Kerja yang diberikan kepada tenaga kerja yang melakukan
masih belum paham betul tentang BPJS Bukan Penerima pekerjaan di luar hubungan kerja sebagai berikut:
Upah. Ketidaktahuannya masyarakat tentang Bukan a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari:
Penerima Upah BPJS Ketenagakerjaan itu dikarenakan – Biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami
Bukan Penerima Upah BPJS Ketenagakerjaan ini merupakan kecelakaan kerja
program yang masih baru dan minim akan informasi tentang – Penggantian upah Sementara Tidak Mampu
Bukan Penerima Upah BPJS Ketenagakerjaan. Bekerja
Jika masyarakat di daerah pelosok kecamatan ingin – Biaya perawatan medis
menjadi peserta BPJS Bukan Penerima Upah BPJS – Santunan cacat tetap sebagian
Ketenagakerjaan harus langsung mendatangi kantor BPJS – Santunan cacat total tetap
Ketenagakerjaan cabang pembantu di Kabupaten Lumajang – Santunan kematian
dikarenakan masih program baru jadi tidak ada pendaftaran – Santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan
online atau sebagainya. Untuk pembayaran iuran peserta ada cacat total
– Biaya rehabilitasi
106 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 102–107
b. Jaminan Kematian (JK), terdiri dari: paling lambat tanggal 10 bulan berjalan. Penanggung jawab
– Jaminan Kematian wadah atau kelompok diwajibkan menyetorkan dana iuran
– Biaya pemakaman yang dikumpulkan dari peserta kepada Badan Penyelenggara
– Santunan berkala. paling lambat tanggal 13 bulan berjalan.
c. Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran Dalam hal peserta menunggak pembayaran iuran,
yang disetor beserta hasil pengembangannya. masih diberikan grace periode selama 1 (satu) bulan untuk
mendapatkan hak jaminan program yang diikuti. Peserta yang
Tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak telah kehilangan hak untuk mendapatkan jaminan program
atas jaminan Kecelakaan Kerja berupa penggantian biaya dapat memperoleh haknya kembali apabila peserta kembali
meliputi: membayar iuran termasuk membayar satu bulan yang
a. Biaya pengangkutan tenaga kerja yang mengalami tertunggak dalam masa grace periode. Pembayaran iuran
kecelakaan kerja ke rumah sakit dan atau ke rumahnya secara langsung oleh peserta kepada Badan Penyelenggara,
termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan. dilakukan setiap bulan dan disetor paling lambat tanggal 15
b. Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan bulan berjalan.
selama di rumah sakit termasuk rawat jalan. Untuk menghitung besarnya iuran pekerja di luar
c. Biaya rehabilitasi berupa alat bantu dan alat ganti bagi hubungan kerja sebagai berikut:
tenaga kerja yang anggota badannya hilang atau tidak a. Jaminan Kecelakaan Kerja, sebesar 1% dari penghasilan
berfungsi akibat kecelakaan kerja. sebulan.
d. Selain penggantian biaya kepada tenaga kerja yang b. Jaminan Kematian, sebesar 0,3% dari penghasilan
mengalami kecelakaan kerja diberikan juga santunan sebulan.
berupa uang yang meliputi: c. Jaminan Hari Tua, minimal sebesar 2% dari penghasilan
– Santunan sementara Tidak Mampu Bekerja sebulan
– Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya Iuran jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan
– Santunan cacat total untuk selama-lamanya baik jaminan hari tua ditanggung sepenuhnya oleh peserta.
fisik maupun mental
– Santunan kematian dan uang kubur
– Santunan berkala KESIMPULAN
ABSTRAK
Berdasarkan hasil observasi di kelas IV, diketahui bahwa hasil belajar yang dicapai siswa pada kelas tersebut pada mata pelajaran
PKn belum maksimal. Hasil belajar yang belum maksimal tersebut disebabkan mata pelajaran PKn yang cenderung teoritis sehingga
pada penelitian ini, peneliti memilih salah satu model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) dalam pembelajaran
PKn. Tujuan yang dicapai adalah, mendeskripsikan aktivitas guru selama berlangsungnya proses pembelajaran PKn dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT), mendeskripsikan aktivitas guru selama berlangsungnya proses
pembelajaran PKn dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT), serta mendeskripsikan
efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data berpendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk memperoleh data melalui metode observasi
dan tes. Data yang diperoleh dianalis dan disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan dalam
tiga siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament
(TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus I sebesar 67,10 (57,89%), siklus II
sebesar 76,58 (78,95%), dan siklus III sebesar 86,05 (89,47%). Selain itu, dari hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan
aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar afektif siswa, dan psikomotor siswa. Dapat disimpulkan bahwa materi memberikan contoh
sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya dapat diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament
(TGT) karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT), Hasil belajar, Pendidikan Kewarganegaraan.
ABSTRACT
Based on observations in class IV state elementary, known that the learning outcomes achieved by student in the class on civic not
maximized the researchers chose a model of cooperative learning type Teams Games Tournament (TGT) in Civics lesson. The objective
achieved are, describing the activities of teachers during the civics learning process with application model of cooperative learning
type Teams Games Tournament (TGT), describing the activities of student during the civics learning process with application model of
cooperative learning type Teams Games Tournament (TGT), and describing the effectiveness of the application model of cooperative
learning type Teams Games Tournament (TGT) to improve student learning outcomes. This study uses data analysis techniques using
both qualitative and quantitative approaches to obtain data through observation methods, and tests. The data obtained analyzed and
presented in the form of qualitative and quantitative descriptive. The experiment was conducted in three cycles. The results showed that
by using the model of cooperative learning type teams games tournament (TGT) can improve student learning outcomes with the average
value obtained in the first cycle amounted to 67.10 (57.89%), the second cycle at 76.58 (78.95%), and the third cycle amounted to 86.05
(89.47%). In addition, the results of the study also showed an increase in activity of teacher, student activity, student affective learning
outcomes, and psychomotor students. It can be concluded that the material gives a simple example of the impact of globalization on the
environment can be taught with cooperative learning model teams games tournament (TGT) because it can improve student learning
outcomes in learning.
Key words: Model of Cooperative Learning Type Teams Games Tournament (TGT), Student Learning, Citizenship Education
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi TGT (Teams Games Tournament), dengan menggunakan
dan komunikasi. Berdasarkan tujuan tersebut, PKn sangat model pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan
berperan dalam rangka membentuk warga negara yang peningkatan terhadap hasil belajar siswa SDN Sidoarjo.
memiliki rasa kebangsaan, kecintaan, kesetiaan, keberanian Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
untuk berkorban membela bangsa dan tanah air, warga (Teams Games Tournament), peserta didik dapat berinteraksi
negara yang berpikir kritis, dan bertindak demokratis dengan temannya melalui belajar kelompok dan juga dapat
serta memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan belajar sambil bermain sehingga mereka tidak jenuh dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang bosan dalam proses pembelajaran melainkan merasa sangat
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh tertarik dan senang. Penelitian ini berjudul Penerapan Model
Pancasila dan UUD 1945. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan
Di era globalisasi sekarang ini, yang mana terjadi Hasil Belajar PKn Kelas IV.
kemajuan di berbagai bidang termasuk bidang teknologi, Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Untuk
sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Indonesia. mendeskripsikan peningkatan aktivitas guru pada saat
Kemajuan teknologi ini pun juga berpengaruh pada anak- menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
anak seusia SD. Salah satu pengaruhnya dapat terlihat (Teams Games Tournament) dalam pembelajaran PKn, (2)
dari perilaku peserta didik yang mulai kehilangan nilai- Untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa pada
nilai kesopanan dan adat istiadat yang menjadi ciri khas saat diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT
bangsa Indonesia. Di sinilah peran penting mata pelajaran (Teams Games Tournament) dalam pembelajaran PKn, dan
PKn sangat dibutuhkan bagi dunia pendidikan. Dengan (3) Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa
diajarkan mata pelajaran PKn di sekolah, diharapkan mampu kelas IV SDN Sidoarjo pada mata pelajaran PKn dengan
membentuk karakter peserta didik yang sesuai dengan adat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dan budaya bangsa Indonesia. Peranan seorang guru sangat (Teams Games Tournament).
menentukan untuk dapat membentuk karakter peserta didik Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak tipe,
yang sesuai dengan adat dan budaya bangsa Indonesia. Guru salah satunya yaitu tipe Teams Games Tournament (TGT).
harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang TGT dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan
menyenangkan sehingga peserta didik termotivasi untuk Keath Edward pada tahun 1995. Model ini merupakan salah
belajar sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,
dan memuaskan. melibatkan seluruh siswa tanpa memperhatikan perbedaan
Berdasarkan pada hasil observasi yang telah dilakukan status siswa, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan
oleh peneliti di kelas IV SDN Sidoarjo, diketahui bahwa yang paling utama adalah mengandung unsur permainan.
hasil belajar yang dicapai siswa pada kelas tersebut pada Julianto (2011:49) menjelaskan bahwa pembelajaran
mata pelajaran PKn belum maksimal. Hal ini ditunjukkan kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) merupakan
dari sejumlah 19 siswa kelas IV, rata-rata mendapat nilai di salah satu model pembelajaran kooperatif yang penerapannya
bawah 70. Presentase keberhasilan hanya mencapai 42% mudah, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya,
dari KKM mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa membedakan status
yang telah ditetapkan, yaitu 72. Hasil belajar yang belum siswa serta mengandung unsur permainan di dalamnya. TGT
maksimal tersebut disebabkan mata pelajaran PKn yang adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang
cenderung teoritis tetapi selama proses pembelajaran guru menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
masih menggunakan metode ceramah, anak-anak diminta anggotanya berkisar antara 5–6 siswa yang kemampuannya
untuk membaca buku, diterangkan secara singkat tentang berbeda-beda/heterogen yang terdiri dari jenis kelamin, suku,
materi pelajaran, dan kemudian diberikan latihan soal. dan ras yang berbeda.
Hal ini membuat peserta didik merasa bosan dan kurang Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:271)
tertarik karena proses pembelajaran yang monoton, serta dijelaskan bahwa mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
ketidaktepatan cara/model pembelajaran yang digunakan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
oleh guru dalam proses belajar mengajar. pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
Berdasarkan pada permasalahan tersebut, dalam rangka melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka diperlukan warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
upaya untuk mengatasinya yaitu dengan menggunakan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
suatu cara/model pembelajaran yang sesuai dengan karakter Sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, pendidikan
peserta didik. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah kewarganegaraan memiliki banyak dasar, menurut Wahab
model pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai (2011:266–281) terdapat tiga landasan pelaksanaan mata
subjek pembelajaran yang dapat menumbuhkan kreativitas pelajaran PKn di Indonesia, yakni: landasan konseptual,
peserta didik sehingga mereka dapat berperan aktif dalam landasan formal yuridis, dan landasan kurikuler.
proses pembelajaran. Untuk itu model pembelajaran yang Pembelajaran PKn adalah pembelajaran pendidikan
dirasa sesuai yaitu model pembelajaran kooperatif tipe kewarganegaraan yang menekankan pada pengetahuan dan
110 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 108–113
pembentukan karakter peserta didik agar menjadi warga ini dilaksanakan pada rentangan semester 2 tahun ajaran
negara yang baik, cerdas, dan terampil yang mampu bersaing 2012/2013.
dalam kancah internasional. Untuk dapat mengajarkan Penelitian ini dirancang sesuai dengan prosedur PTK.
mata pelajaran PKn dengan baik dan mencapai tujuan Prosedur pelaksanaannya mengikuti prinsip dasar penelitian
mata pelajaran PKn serta tujuan pembelajaran yang telah tindakan kelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dirumuskan, maka diperlukan strategi/model pembelajaran mengupayakan perbaikan pada proses pembelajaran PKn
yang sesuai dengan karakter peserta didik dan juga dan juga meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
karakteristik PKn. Fathurrohman (2011:11–12) menjelaskan PKn. Pelaksanaan dalam penelitian ini melalui empat tahapan
bahwa model pembelajaran untuk mata pelajaran PKn antara lain: tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan
dengan paradigma baru memiliki karakteristik sebagai (acting), tahap pengamatan (observing), dan tahap refleksi
berikut: (a) Membelajarkan dan melatih siswa berpikir (reflecting).
kritis, (b) Membawa siswa untuk mengenal, memilih, dan Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dalam
memecahkan masalah, (c) Melatih siswa dalam berpikir penelitian ini adalah observasi, meliputi kegiatan pemuatan
sesuai dengan metode ilmiah, dan (d) Melatih siswa untuk perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
berpikir dengan keterampilan sosial lain yang sejalan dengan seluruh alat indra (Arikunto, 2006:156–157), dan tes adalah
pendekatan inkuiri. serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah model digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
pembelajaran yang menitikberatkan pada kerja sama antar intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
anggota kelompok yang melibatkan aktivitas seluruh siswa individu atau kelompok (Arikunto, 2006:150–151).
di dalam kelas tanpa membedakan status siswa tersebut. Untuk mengukur aktivitas guru dan aktivitas siswa
Dengan belajar kelompok itu siswa saling berinteraksi dengan menggunakan lembar observasi, sedangkan untuk mengukur
temannya, saling mengeluarkan pendapat dan menghargai hasil belajar yang meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan
pendapat temannya, dengan begitu siswa dibelajarkan dan psikomotor menggunakan lembar penilaian (tes).
dilatih untuk berpikir kritis. Jadi apabila model pembelajaran Peneliti menggunakan teknik analisis data dengan
kooperatif tipe TGT diterapkan dalam pembelajaran PKn cara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif
akan terbentuk suatu keterhubungan antara keduanya. kualitatif maksudnya adalah dalam penelitian ini hanya
menggambarkan objek permasalahan untuk mencapai
kejelasan masalah yang dibahas, sehingga dapat diketahui
METODE apakah ada penyimpangan-penyimpangan atau sudah sesuai
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini dengan teori-teori yang ada. Teknik analisis data kualitatif
adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Aqib (2006:13) melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
penelitian tindakan kelas adalah suatu perencanaan terhadap dan tahap pengumpulan data. Data yang telah didapatkan dari
kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah setiap siklus secara terpisah-pisah menyebabkan simpulan
kelas. Sedangkan menurut Sanjaya (2012:64) PTK adalah bersifat sementara. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk
proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistematis, menggambarkan hasil belajar siswa yang berupa angka-
artinya yaitu dilakukan secara bertahap. Pelaksanaan PTK angka. Analisis data kuantitatif meliputi analisis hasil belajar
melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, kognitif siswa, analisis aktivitas guru, aktivitas siswa, analisis
yaitu: a) perencanaan (planning), b) pelaksanaan (action), afektif, dan psikomotor siswa. Analisis data kuantitatif
c) pengumpulan data (observasi), dan d) menganalisis data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari hasil tes siswa.
(reflecting). Salah satu karakteristik dari PTK ini yaitu Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tiap-tiap siklus.
siklus. Tahap-tahap dalam PTK ini adalah sebuah proses Analisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa diperoleh
yang menjadi sebuah siklus. Satu siklus terdiri dari 4 tahap dari pengamat (guru kelas dan teman sejawat) yang mengisi
tersebut, mulai dari tahap 1 sampai dengan tahap 4. lembar observasi saat mengamati proses belajar mengajar
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN pada setiap siklus. Sedangkan analisis hasil belajar afektif
Sidoarjo, dengan mempertimbangkan bahwa siswa kelas IV dan psikomotor dilakukan oleh peneliti sendiri dengan
pada sekolah dasar tersebut memiliki kemampuan berpikir mengisi lembar penilaian berdasarkan pengamatan pada saat
yang heterogen dan masih rendahnya hasil belajar yang kegiatan pembelajaran berlangsung. Analisis ini dilakukan
dicapai. Jumlah siswa pada kelas IV SDN Sidoarjo adalah untuk mengetahui hasil observasi aktivitas guru, aktivitas
19 siswa, yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 11 siswa siswa, hasil belajar afektif, dan psikomotor siswa pada saat
perempuan. Lokasi yang digunakan sebagai penelitian adalah pembelajaran berlangsung.
SDN Sidoarjo yang terletak di kabupaten Sidoarjo. Penelitian
Servitri: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 111
50%
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar 0%
kognitif, hasil belajar afektif, hasil belajar psikomotor siswa
mulai dari siklus I sampai pada siklus III. Pada siklus I belum Siklus I Siklus II Siklus III
terjadi ketuntasan dari semua data yang diamati, tetapi pada
siklus II telah terjadi pencapaian indikator keberhasilan pada
aktivitas guru, aktivitas siwa, hasil belajar afektif siswa, dan Diagram 1. Aktivitas Guru Tiap Siklus
hasil belajar psikomotor siswa. Pada siklus II, hasil belajar
kognitif siswa belum mencapai indikator keberhasilan
sehingga penelitian masih perlu dilanjutkan ke siklus III, di
siklus III inilah pada akhirnya hasil belajar kognitif siswa Dari diagram 1 dapat kita ketahui bahwa kemampuan
mencapai indikator keberhasilan dengan perolehan persentase guru dalam menyampaikan pembelajaran PKn dengan
sebesar 89,47%. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
Tahap refleksi pada siklus I, II, dan III terhadap proses mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus III. Pada
pembelajaran yang telah berlangsung dilakukan oleh guru proses pembelajaran siklus I, guru belum mencapai target
(peneliti) dengan bantuan observer 1 (guru bidang studi PKn) penyampaian proses pembelajaran yang telah ditetapkan,
dan observer 2 (teman sejawat). Berdasarkan refleksi yang meskipun demikian dalam siklus ini guru melaksanakan
telah dilakukan, proses pembelajaran pada siklus I dengan proses pembelajaran dengan baik dan tingkat keberhasilan
penerapan TGT secara keseluruhan sudah lebih baik bila yang dicapai dalam penyampaian pembelajaran siklus I adalah
dibandingkan sebelum diterapkannya model pembelajaran sebesar 71%. Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa
kooperatif tipe TGT. Akan tetapi pada siklus I ini masih hambatan yang dialami oleh guru selama berlangsungnya
banyak kekurangan yang telah dilakukan oleh guru maupun proses pembelajaran.
siswa sehingga diperlukannya perbaikan pada siklus II. Hasil Sedangkan pada siklus II, guru dalam menyampaikan
refleksi pada siklus II, aktivitas guru, aktivitas siwa, hasil proses pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran
belajar afektif siswa, dan hasil belajar psikomotor siswa telah kooperatif tipe TGT sudah lebih baik dari siklus I dengan
mencapai indikator keberhasilan sedangkan hasil belajar perolehan persentase keberhasilan sebesar 86%. Meskipun
kognitif siswa belum mencapai indikator keberhasilan, pada guru telah berhasil mencapai keberhasilan yang telah
112 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 108–113
86% 95%
100% 71%
Berdasarkan pada tabel 1 dan diagram 3 yang telah tersaji
di atas, dapat kita ketahui bahwa pada siklus I mencapai
50% persentase ketuntasan klasikal sebesar 57,89%, pada siklus
II mencapai persentase ketuntasan klasikal sebesar 78,95%,
0% dan pada siklus III mencapai persentase ketuntasan klasikal
sebesar 89,47%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
Siklus I Siklus II Siklus III peningkatan hasil belajar yang di capai siswa dari siklus I
sampai siklus III.
Diagram 2. Aktivitas Siswa Tiap Siklus.
Dengan melihat diagram 4, maka dapat diketahui bahwa
terjadi peningkatan dari siklus I sampai siklus III. Pada siklus
I, semua aspek memperoleh persentase keberhasilan sebesar
Berdasarkan pada diagram 2, maka dapat kita ketahui 78%, pada siklus II semua aspek memperoleh persentase
bahwa persentase keberhasilan semua aspek aktivitas siswa keberhasilan sebesar 90% (terjadi peningkatan sebesar
pada siklus I memperoleh persentase keberhasilan sebesar 11,66% dari siklus I), sedangkan pada siklus III semua aspek
71%, pada siklus II perolehan persentase keberhasilan memperoleh persentase keberhasilan sebesar 97%, hal ini
seluruh aspek aktivitas siswa sebesar 86%, ini berarti telah menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 7,14%
terjadi peningkatan aktivitas siswa sebesar 15,19% dari dari siklus II. Semua keberhasilan ini karena adanya aktivitas
siklus I. Sedangkan pada siklus III, semua aspek aktivitas guru yang meningkat sehingga berpengaruh terhadap afektif
siswa mencapai 95%, ini menunjukkan bahwa telah terjadi siswa.
peningkatan sebesar 8,16% dari siklus II, dan ini juga berarti
bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas siswa pada proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dari siklus I hingga siklus III.
90% 96%
78%
100%
50%
Siklus I
100
ketuntasan klasikal (%)
Siklus II
80
0%
Siklus III
60
Siklus I Siklus II Siklus III
40
20
0 Diagram 5. Hasil Belajar Psikomotor Siswa Tiap Siklus dengan
Penerapan TGT.
Berdasarkan pada diagram 5, maka dapat kita lihat bahwa dari siklus I hingga siklus III. Sedangkan peningkatan hasil
telah terjadi peningkatan persentase keberhasilan dari siklus belajar afektif dan psikomotor siswa dapat dilihat dari semua
I hingga siklus III. Pada siklus I, diketahui bahwa perolehan aspek yang diukur mengalami peningkatan serta terlihat dari
persentase keberhasilan semua aspek sebesar 78%, pada persentase keberhasilan yang meningkat dari siklus I hingga
siklus II memperoleh persentase keberhasilan sebesar 90% siklus III.
(terjadi peningkatan sebesar 11,84% dari siklus I), sedangkan
pada siklus III memperoleh persentase keberhasilan sebesar Saran
96% (terjadi peningkatan sebesar 5,92% dari siklus II). Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
yang dicapai dikarenakan oleh adanya peningkatan aktivitas diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
guru dan siswa sehingga mempengaruhi pada hasil belajar tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
psikomotor siswa. mata pelajaran PKn khususnya pada materi memberikan
contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya.
Oleh karena itu penulis menyarankan: (1) disarankan agar
PENUTUP guru tidak selalu menggunakan metode ceramah pada mata
Simpulan pelajaran PKn tetapi memilih cara/model pembelajaran yang
Berdasarkan analisis data penelitian tentang Penerapan dapat meningkatkan aktivitas siswa salah satunya adalah
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran games tournament (TGT), selain itu jika menerapkan model
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas IV SDN pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
Sidoarjo, serta sesuai dengan rumusan masalah yang telah aktivitas guru ketika mengajar, (2) perlu diterapkannya
dirumuskan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: model pembelajaran kooperatif tipe TGT terutama pada mata
(1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pelajaran PKn agar dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
mata pelajaran PKn dengan materi memberikan contoh proses pembelajaran, (3) pada proses pembelajaran di kelas
sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya dapat terutama pada mata pelajaran PKn agar guru menerapkan
meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran dan telah model pembelajaran kooperatif tipe TGT sehingga anak
berhasil menyampaikan proses pembelajaran dalam 3 siklus lebih termotivasi untuk belajar dan dapat meningkatkan hasil
pembelajaran, (2) penerapan model pembelajaran kooperatif belajar yang dicapai siswa.
tipe TGT pada mata pelajaran PKn dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa, sehingga dapat meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA
hasil belajar siswa, (3) Penerapan model pembelajaran
1. Julianto, dkk. 2011. Teori dan Implementasi Model-Model
kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran PKn dengan
Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Unesa University Press.
materi memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi 2. Wahab, Abdul Azis dan Sapriya. 2011. Teori dan Landasan
di lingkungannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
yang meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor 3. Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama
Widya.
siswa. Peningkatan hasil belajar kognitif dapat dilihat dari 4. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal yang dicapai siswa Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
114
Wulan Trisnawaty
STKIP Bina Insan Mandiri
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui media permainan monopoli
terhadap hasil belajar siswa. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan model Control Group PreTest–PostTest
dan telah dilaksanakan pada siswa kelas VII di SMPN 2 Waru Sidoarjo. Penelitian ini mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa yang
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui media permainan monopoli lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa
tanpa menggunakan media permainan. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran
layak untuk digunakan di SMP.
Kata kunci: Koopertif tipe STAD, media permainan monopoli, hasil belajar
PENDAHULUAN
pembelajaran siswa. Struktur tugas memaksa siswa untuk
Latar Belakang bekerja sama dalam kelompok kecil. Sistem penghargaan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengakui usaha bersama, sama baiknya seperti usaha
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang individual.
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya keterampilan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. kognitif yang diajarkan melainkan ada keterampilan lain yang
(KTSP, 2008). Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah diberikan oleh guru. Keterampilan sosial seperti tenggang
selalu berusaha menyempurnakan kurikulum dari tahun ke rasa, bersikap sopan terhadap teman, mengkritik ide orang
tahun. Mengacu pada Permendiknas nomor 23 tahun 2006 lain, berani mempertahankan pikiran yang logis, dan berbagai
tentang Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) yang salah keterampilan yang bermanfaat untuk menjalin hubungan
satu isinya menyebutkan bahwa kualifikasi kemampuan interpersonal secara sengaja diajarkan dan dilatihkan. Anak
lulusan meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang tidak dapat menjalin hubungan antarmanusia atau
sesuai standar nasional maka disusunlah Kurikulum Tingkat hubungan interpersonal akan memperoleh teguran tidak
Satuan Pendidikan yang sering disebut KTSP. KTSP adalah hanya dari guru tetapi juga oleh teman-temannya dalam
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh kelompok. Hal ini bertujuan agar terdapat efek (pengaruh)
sekolah. Salah satu prinsip belajar mengajar dalam KTSP di luar pembelajaran akademik, khususnya peningkatan
antara lain menyebutkan bahwa kegiatan belajar berpusat penerimaan antarkelompok serta keterampilan sosial dan
pada siswa, belajar melalui berbuat, mengembangkan keterampilan kelompok.
kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan sosial, serta Dalam buku Teori Belajar dijelaskan bahwa model-
belajar mandiri dan bekerja sama. model pembelajaran kooperatif telah dikembangkan
Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk membentuk menjadi beberapa macam tipe pembelajaran antara lain
lulusan yang sesuai dengan tujuan kurikulum tersebut yaitu Student Team Achievement Division (STAD), Team Assisted
melalui interaksi kooperatif. Interaksi kooperatif menuntut Individualisation (TAI), Cooperative Integrated Reading and
semua anggota dalam kelompok belajar dapat saling bertatap Composition (CIRC), Jigsaw, Belajar Bersama (Learning
muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya Together), dan Penelitian Kelompok (Group Investigation).
dengan guru tetapi juga dengan sesama mereka. Interaksi Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk menerapkan model
semacam ini diharapkan dapat memungkinkan anak-anak pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
menjadi sumber belajar bagi sesamanya. Selain itu interaksi Division (STAD) karena tipe ini tidak hanya membantu
tatap muka memungkinkan tersedianya sumber belajar yang siswa memahami konsep-konsep yang sulit tetapi juga sangat
bervariasi yang dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan berguna untuk menumbuhkan kemampuan bekerja sama,
belajar. kreatif, berpikir kritis, dan siswa terlibat aktif secara mental
Pembelajaran kooperatif adalah khas di antara model- maupun fisik, misalnya berani mengemukakan ide-idenya
model pembelajaran karena menggunakan suatu struktur melalui diskusi baik dengan sesama siswa maupun dengan
tugas dan penghargaan yang berbeda untuk meningkatkan guru. (Nur, Muhammad dkk. 1999:20).
Trisnawaty: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 115
Pengertian Umum Media bila hanya satu unsur yang aktif, baik dalam sikap, mental,
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan dan perbuatan. Aktif tidaknya siswa dalam belajar tentunya
bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti diawali dengan timbulnya rasa ketertarikan dan minat siswa
perantara atau pengantar. Menurut Cece Wijaya, media itu sendiri dalam mengikuti pelajaran. Ketercapaian tujuan
disebut juga sebagai audio visual yaitu suatu alat yang dalam proses belajar mengajar adalah bukan dilihat dari
dapat didengar dan dilihat. Media merupakan wadah dari terpenuhinya target materi yang harus diberikan, melainkan
pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan pada seberapa besar anak merasa tertarik untuk mengetahui
kepada sesama atau penerima pesan tersebut (Wijaya, Cece dan memahami dari materi tersebut, untuk itu diperlukan
1992:137). Menurut Uzer Usman alat peraga pembelajaran suatu strategi pembelajaran yang efektif melalui berbagai
merupakan alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar games seperti bermain kartu, gambar atau monopoli.
untuk membantu memperjelas materi pembelajaran yang Monopoli adalah salah satu kelompok media visual yang
disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya tidak diproyeksikan yang berbentuk lembaran bujur sangkar
verbalisme (tahu istilah tetapi tidak tahu arti, tahu nama tetapi yang dilengkapi dengan petak-petak yang menerangkan harta
tidak tahu bendanya) pada diri siswa (Usman, Uzer 2001:31). fisika, kartu objektif dan gambar tata surya. Permainan ini
Adanya media pembelajaran merupakan perangkat alat yang juga dilengkapi dengan aturan permainan, poin-poin dan
dapat membantu guru menciptakan dorongan psikologis dadu.
untuk belajar pada siswa (Nana Sudjana, 1990:165). Dari Dalam permainan ini, pemain berlomba untuk
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran mengumpulkan kekayaan melalui satu pelaksanaan satu
adalah segala bentuk perantara yang dapat digunakan siswa sistem ekonomi mainan yang melibatkan pembelian,
untuk merangsang pikiran, perasaan dan perhatian serta penyewaan dan pertukaran tanah dengan menggunakan duit
kemampuan siswa sehingga proses belajar mengajar dapat mainan. Pemain mengambil giliran untuk melemparkan
tercapai. dadu dan bergerak di sekeliling papan permainan
mengikut bilangan yang diperoleh dengan lemparan dadu
Manfaat Media tadi. Permainan ini mengajarkan siswa tentang strategi
Sesuai dengan fungsinya sebagai perantara atau memecahkan masalah ketika bermain untuk memenangkan
penyalur pesan maka media pembelajaran mempunyai permainan. Selain itu siswa juga dilatih mengembangkan
beberapa kegunaan dalam proses belajar mengajar. Dalam keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang lain,
hal ini dikemukakan beberapa asumsi manfaat media dalam kemandirian, dan keberanian untuk berinisiatif. Secara sosial,
pembelajaran, yaitu: siswa juga belajar berinteraksi dengan sesamanya, berlatih
1. Mampu mengatasi hambatan komunikasi dalam proses untuk saling berbagi dengan orang lain, meningkatkan
belajar mengajar sehingga dapat mengurangi verbalisme toleransi sosial, dan belajar berperan aktif untuk memberikan
(Rudi K, 2003) kontribusi sosial bagi kelompoknya. Di samping itu, dalam
2. Memperbesar perhatian siswa dan sangat menarik minat bermain, anak juga belajar menjalankan perannya, baik
siswa dalam belajar yang berkaitan dengan ”gender” (jenis kelamin) maupun
3. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat yang berkaitan dengan peran dalam kelompok bermainnya.
menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan (Suyatno, 2008)
siswa 1. Harta Fisika
4. Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah Harta fisika memiliki kartu fisika yang berisikan
dilupakan (Uzer Usman, 2001) pertanyaan beserta kunci jawabannya, nilai poin yang
diperoleh dan denda. Jumlah kartu fisika ada 28 buah
Dari asumsi tentang manfaat media diatas dapat yang dibagi atas 14 kompleks.
disimpulkan bahwa manfaat media dalam belajar yaitu 2. Kartu Objektif Tata Surya
dapat menyederhanakan objek yang akan diajarkan sehingga Kartu objektif tata surya diletakkan terbalik di dalam
dapat dibawa ke dalam kelas, membangkitkan motivasi dan petak yang telah tersedia, di mana kartu tersebut juga
mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa sehingga berisikan pertanyaan-pertanyaan gambar tata surya
mengurangi terjadinya miskonsepsi terhadap pelajaran yang beserta kunci jawabannya. Jumlah kartu objektif tata
diajarkan guru, memungkinkan keseragaman pengamatan surya ada 10 buah.
dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa, memberi kesan 3. Kartu Gambar Tata Surya
atau perhatian individu dan informasi secara konsisten untuk Kartu gambar tata surya diletakkan terbalik di dalam
seluruh kelompok serta dapat di ulang maupun disimpan petak yang telah tersedia, di mana kartu tersebut juga
menurut kebutuhannya. berisikan pertanyaan-pertanyaan gambar tata surya
beserta kunci jawabannya. Jumlah kartu gambar tata
Media Permainan Monopoli surya ada 10 buah.
Dalam interaksi pembelajaran unsur guru dan siswa 4. Poin-poin
harus aktif, karena tidak mungkin terjadi proses interaksi Poin-poin yang tersedia berupa lembaran-lembaran yang
Trisnawaty: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 117
terbagi atas nilai poin antara lain: 10, 20, 50, 100 dan l. Pada akhir permainan, pemenang akan mendapat
500 hadiah.
5. Aturan Permainan Monopoli
a. Permainan dimulai dari petak start dan berjalan
seterusnya sesuai dengan angka-angka yang ditunjuk METODE PENELITIAN
pada batu dadu Jenis Penelitian
b. Permainan yang berhenti diatas sebuah petak yang
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
belum dimiliki oleh pemain lain berhak menukar
eksperimen. Penelitian eksperimental dapat diartikan
dengan lembaran poinnya sesuai dengan poin yang
sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol
tertera dan menjawab pertanyaan yang ada pada
untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian
kartu fisika tersebut
eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan
a) Apabila jawabannya benar, pemain berhak
sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara
menerima kartu fisika tersebut
mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan
b) Apabila jawabannya salah, kartu fisika tersebut
tidak dapat dimilikinya satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan
c. Apabila ada pemain lain yang berhenti dari atas petak dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai
fisika yang sudah dimiliki oleh salah satu pemain perlakuan (Danim, 2002).
maka pemain tersebut berhak memungut denda dari
Tempat dan Waktu Penelitian
pemain lain tersebut
d. Jika sampai pada petak gambar tata surya atau objektif Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Waru kelas VII
tata surya, pemain harus menjawab pertanyaan yang semester genap yang sedang memperoleh materi pokok tata
ada kemudian kartu gambar tata surya atau objektif surya.
tata surya tersebut diletakkan pada urutan paling
Populasi dan Sampel
bawah
a) Apabila jawabannya benar, pemain tersebut Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai populasi
akan mendapatkan tambahan poin adalah siswa kelas VII SMPN 2 Waru. Pengambilan sampel
b) Apabila jawabannya salah, pemain tidak akan penelitian dilakukan secara acak pada siswa kelas VII dengan
mendapatkan tambahan poin dan poin tersebut sampel untuk kelas eksperimen adalah siswa kelas VII-A,
diletakkan di tengah-tengah papan permainan VII-B, VII-C dan sebagai kelas kontrol yaitu kelas VII-D
monopoli. SMP Negeri 2 Waru.
e. Jika sampai pada petak denda tata surya, pemain
menyerahkan poinnya sebesar poin yang tertera Desain Penelitian
pada petak tersebut dan diletakkan di tengah papan Desain eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini
permainan monopoli adalah ”Control Group PreTest – PostTest” dengan pola dari
f. Jika sampai pada petak penjara hanya lewat, pemain desain tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
dapat terus berjalan berdasarkan gilirannya.
g. Jika sampai pada petak supernova, pemain
mendapatkan semua poin-poin yang ada di tengah-
tengah papan permainan monopoli Tabel 1. Desain Control Group Pre Test–Post Test
h. Jika sampai pada petak penjara, pemain harus
Kelompok Pre Test Treatment Post Test
membayar denda sebesar 50 dan diletakkan di
Eksperimen O1 X O2
tengah-tengah papan permainan monopoli
Kontrol O1 – O2
i. Jika dadu menunjukkan nilai yang sama, maka
permainan tersebut dapat berjalan terus akan
Secara tabel model Desain Control Group Pre Test–Post
tetapi pada lemparan ketiga jika angka dadu masih
Test dapat dilihat sebagai berikut:
menunjukkan angka yang sama, maka pemain harus
segera masuk penjara.
Kelompok Tes Awal Perlakuan Post Test
j. Tiap pemain setelah melewati petak start diberi
Pembelajaran
tambahan poin sebesar 300
kooperatif tipe
k. Pemain dikatakan memenangkan permainan apabila STAD dengan
sampai pada batas waktu yang disepakati bersama Eksperimen O1 O2
menggunakan
di awal permainan telah berakhir dan pemain media permainan
tersebut memperoleh kompeks terbanyak serta poin monopoli
tertinggi. Kontrol O1 - O2
118 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 114–122
P=
2 2
x x y y
B
Di mana: J
rxy = koefisien korelasi
P = indeks kesukaran
x = skor tes pada butir soal yang dicari validitasnya
B = banyaknya siswa menjawab benar
y = skor total yang dicapai
J = jumlah responden
N = jumlah responden
120 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 114–122
P ≥ 0,70
0,30 < P < 0,70 soal sedang fi = frekuensi yang sesuai dengan kelas xi
soal mudah
d. Menentukan simpangan baku (S2)
4. Daya pembeda tes di mana:
Daya beda suatu item adalah kemampuan item tersebut
untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi
n ∑ fi xi2 − (∑ fi − xi )
2
D= − = PA − PB
BA BB S = simpangan baku
xi = tanda kelas interval
J A JB fi = frekuensi yang sesuai dengan kelas xi
(n − 1) S1 + (n2 − 1) S 2
S2
S = 1
F = 22 2 2
n1 + n2 − 2
S1 2
X1 − X 2
t=
0.1 (10%)
e) Melakukan uji hipotesis dengan kriteria: (Sudjana, 2005:239)
+
H0 diterima jika Fhitung < F1/2 α (v1.v2) 1 1
H0 ditolak jika Fhitung ≥ F1/2 α (v1.v2)
S
n1 n2
f) Menyimpulkan hipotesis
1Jika H0 diterima maka data berdistribusi homogen
Jika H 0 ditolak maka data tidak berdistribusi
homogen f. Menguji hipotesis
ABSTRAK
Proses interaksi berpikir tidak bisa dilepaskan dari model pembelajaran yang dipilih dosen dalam proses perkuliahan. Materi
bakteri memerlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan proses interaksi berpikir sehingga mahasiswa dapat dengan mudah
memahami materi. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi proses interaksi berpikir mahasiswa pada pembelajaran berbasis
masalah pada materi bakteri. Penelitian ini merupakan penelitian desktriptif dengan metode observasi analitik. Hasil penelitian proses
interaksi berpikir pada mahasiswa sangat bervariasi pada masing-masing indikator dari parameter yang diukur. Pada pembentukan
pengertian termasuk kriteria sangat baik pada indikator membandingkan obyek sebesar 33.33% dan pada ketiga parameter proses
interaksi berpikir umumnya baik. Simpulan proses interaksi berpikir pada pembelajaran berbasis masalah pada umumnya baik dan
pada indikator penerikan keputusan deduktif dengan kriteria sangat baik sebesar 60%.
ABSTRACT
Interaction process thinking can not be separated from the model of the selected learning lecturer in the lecture. Material bacteria
require learning model that can enhance the interaction process thinking so that students can easily understand material. Aim this research
is to identify the interaction process thinking student on problem-based learning in the material of bacteria. This study is observational
analytic desktriptive method. The results of the study on student thinking interaction varies greatly in each of the indicator of criteria
very well on indicators comparing objects of 33.33% and in the third parameter interaction process generally good thinking. Conclusion
The interaction process thinking in problem-based learning is generally good and the indicator decision penerikan excellent deductive
criteria of 60%.
PENDAHULUAN terbentuk skema kognitif dan skema ini tidak akan diperoleh
hanya dengan menghafal atau tanpa ada pemahaman konsep
Kegiatan proses pembelajaran di perguruan tinggi atau
pembelajaran menjadi tidak bermakna1.Namun melalui
sering disebut proses perkuliahan interaksi mahasiswa dengan
model pembelajaran berbasis masalah siswa diharapkan
dosen sebagai pengampu mata kuliah merupakan bagian
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, dan mengolah dan
yang sangat penting karena kegiatan tersebut memerlukan
akhirnya menyimpulkan materi yang dipelajari. Model
interaksi kedua belah pihak. Dalam kegiatan ini proses
pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada prinsip
berpikir mahasiswa harus diperhatikan karena proses berpikir
menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan
ini dibangun oleh konsep yang dipahami mahasiswa dalam
integrasi pengetahuan baru sehingga dapat membantu
proses pembelajaran sehingga model pembelajaran yang di
mahasiswa dalam meningkatkan proses interaksi berpikir2.
pilih dosen harus mampu untuk merangsang kemampuan
Persoalan yang dihadapi dalam proses perkuliah adalah
proses berpikir mahasiswa. Pembelajaran berbasis masalah
bagaimana menyampaikan konsep yang diajarkan sehingga
merupakan model pembelajaran yang dapat dijadikan
mahasiswa mengingat lebih lama konsep tersebut dan
alternatif dalam upaya meningkatkan proses berpikir
menerapkannya. Menurut Nasrudin3 bagaimana guru dapat
karena salah satu kelebihan model pembelajaran ini adalah
membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh
mendorong untuk memecahkan suatu permasalahan.
siswa, sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara
Proses berpikir merupakan hal yang sangat penting dalam
mengaitkannya dalam kehidupan nyata. Bagaimana sebagai
proses pembelajaran sehingga dalam membangun konsep
guru yang baik dan bijaksana mampu menggunakan dalam
dalam pembelajaran mahasiswa harus berinteraksi dengan
kehidupan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi
teman sebaya atau sekelompok dan dosen pengampu mata
proses interaksi berpikir mahasiswa pada pembelajaran
kuliah untuk menentukan struktur atau skema kognitif yang
berbasis masalah pada materi bakteri.
akan dibentuk oleh mahasiswa. Pada sat interaksi akan
124 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 123–126
Skor
Parameter Indikator
4 3 2 1
Pembentukan Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis 8 (26,7%) 17(56,7%) 3 (10,0%) 2(6,6%)
pengertian
Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk 10 (33,3%) 18(30,0%) 1(3,3%) 1(3,3%)
diketemukan ciri-ciri
mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang
selalu ada dan
mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana
yang tidak
hakiki.
Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, 5(16,7%) 20(66,6%) 3(10,0%) 2(6,6%)
ciri-ciri yang
tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki.
Pembentukan Pendapat Afirmatif (positif), yaitu pendapat yang secara 7(23,3%) 21(70,0%) 1(3,3%) 1(3,3%)
Pendapat tegas
menyatakan sesuatu
Pendapat Negatif, yaitu pendapat yang secara tegas 11(36,7) 18(30,0%) 1(3,3%) 0(0%)
menerangkan
tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal
Pendapat Modalitas (kebarangkalian), yaitu pendapat 16(53,3%) 13(43,3%) 1(3,3%) 0(0%)
yang
menerangkan kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat
pada suatu hal
Pembentukan Keputusan Deduktif 18(30,0%) 10(33,3%) 2(6,6%) 0 (0%)
Keputusan
Keputusan Induktif 16(53,3%) 13(43,3%) 1(3,3%) 0(0%)
Keputusan Analogis 10(33,3%) 18(30,0%) 2(6,6%) 0(0%)
Pembentukan Menarik keputusan dari keputusan-keputusan 15(50,0%) 13(43,3%) 1(3,3%) 1(3,3%)
Kesimpulan yang lain.
Proses interaksi berpikir parameter yang di obaservasi Hasil pos tes proses interaksi berpikir untuk materi bakteri
meliputi empat hal yaitu pembentukan pengertian, pendapat, pada mahasiswa pendidikan biologi yang nilainya diatas 75
keputusan dan kesimpulan, pada umumnya baik pada sebesar 22 mahasiswa (73,3%) dan jumlah mahasiswa yang
semua indikator (tabel 1) dan sangat baik pada pengambilan mendapat nilai 75 lebih banyak yang berjenis perempuan
keputusan secara deduktif sebesar 18 mahasiswa (60%). (tabel 2).
Nurtjahyani: Proses Interaksi Berpikir Mahasiswa pada Materi Bakteri 125
Tabel 2. Hasil Pos Tes Proses Interaksi Berpikir Mahasiswa Pendidikan Biologi
Pos Tes
Nilai ≤ 75 Nilai ≥75
No. Jenis Kelamin Jumlah
Jawaban
Pertanyaan
Sangat Baik Baik Cukup Baik TidakBaik
Bagaimanakah pendapat anda tentang kegiatan 15(50,0%) 10(33,3%) 4(13,3%) 1(3,3%)
perkuliahan dengan model pembelajaran berbasis Sangat Mampu Mampu Cukup Mampu Tidak Mampu
masalah?
Apakah menurut anda model ini mampu membantu 13(43,3%) 12(40,0%) 3(10,0%) 0(0%)
proses berpikir anda? Sangat Mampu Mampu Cukup Mampu Tidak Mampu
Dalam proses diskusi apakah anda mampu 10(33,3%) 14(46,7%) 4(13,3%) 2(6,6%)
mengidentifikasi cirri-ciri obyek materi yang di Sangat Mampu Mampu Cukup Mampu Tidak Mampu
diskusikan?
Dalam proses diskusi apakah anda mampu 7(23,3%) 15(50,0%) 5(16,7%) 3(10,0%)
membandingkan cirri-ciri materi yang di diskusikan Sangat Mampu Mampu Cukup Mampu Tidak Mampu
dengan materi yang telah dibakukan dalam teori?
Apakah anda juga mampu menyisihkan cirri-ciri 14(46,7%) 10(33,3%) 5(16,7%) 1(3,3%)
materi yang tidak baku?
Sangat Mampu Mampu Cukup Mampu Tidak Mampu
Apakah dengan diskusi anda mampu menemukan 16(53,3%) 13(43,3%) 1(3,3%) 0(0%)
pengertian dari materi yang didiskusikan Positip Negatip Modalitas Positip dan modalitas
Apakah dalam mengemukakan pendapat sifatnya 16(53,3%) 5(16,7%) 8(26,7%) 1(3,3%)
positip, negative atau modalitas? Sangat Mampu Mampu Cukup Mampu Tidak Mampu
Apakah dalam diskusi anda mampu menarik 14(46,7%) 12(40,0%) 3(10,0%) 1(3,3%)
kesimpulan Deduktif Induktif Analogis Deduktif dan analogis
Kesimpulan yang anda tarik tersebut bersifat deduktif, 17(56,7%) 10(33,3%) 2(6,6%) 1(3,3%)
induktif atau analogis
Hasil angket tentang proses interaksi berpikir dengan hakiki dan mana yang tidak hakiki sebesar 10 mahasiswa
pembelajaran berbasis masalah sebagian besar sangat (33,33%) (tabel 1), pada pembentukan pendapat kriteria
mampu membantu mahasiswa dalam menarik kesimpulan sangat baik pada pembentukan pendapat modalitas sebesar 16
secara deduktif sebesar 17 mahasiswa (56,7%) (tabel 3) dan mahasiswa (53,33%) dan pembentukan keputusan memiliki
secara umum mahasiswa berpendapat pembelajaran berbasis kriteria sangat baik pada pembentukan keputusan deduktif
masalah mampu membantu dalam proses interaksi berpikir. sebesar 18 mahasiswa (60%) dan pembentukan kesimpulan
dengan criteria sangat baik sebesar 15 mahasiswa (50%).
Proses interaksi berpikir pada umumnya baik pada ketiga
PEMBAHASAN parameter tersebut, hal ini karena model Pembelajaran PBL
Hasil proses interaksi berpikir pada mahasiswa (Pembelajaran Berbasis Masalah /Problem Based Learning)
pendidikan biologi sangat bervariasi mulai pembentukan adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
pengetahuan yang termasuk kriteria sangat baik pada indikator langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dan
ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana beraktivitas secara nyata (Autentik). PBL memberikan
yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang kemampuan kognitif dan motivasi yang menghasilkan
126 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 123–126
peningkatan pembelajaran dan kemampuan untuk lebih baik sama, metode banyak tingkat (multi-staged method) untuk
mempertahankan menerapkan pengetahuan3.Pada materi menyelesaikannya; dan (5) mengharuskan siswa melakukan
bakteri model PBL ini dapat membantu mahasiswa dalam beberapa penelitian independent untuk menghimpun atau
pembentukan pengertian karena diawali dengan pengenalan memperoleh semua informasi yang relevan dengan masalah
masalah sehingga mahasiswa dihadapkan pada fakta dari tersebut.6 Dari hasil angket mahasiswa pendidikan biologi
fakta tersebut mahasiswa dapat mengamati ciri-ciri obyek pada umumnya berpendapat pembelajaran berbasis masalah
tersebut dan dapat membandingkan obyek yang ada dengan baik dalam membantu proses interaksi berpikir dan sangat
teori yang ada sehingga dapat terbentuk pengetahuan dengan baik dalam pembentukan berpikir terutama secara deduktif.
baik. Dalam hal pembentukan pendapat dengan model PBL
mahasiswa dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan
sehingga dapat mencari hubungan antara dua pengertian atau SIMPULAN
lebih sehingga dapat menyatakan pendapat dalam bahasa Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
baik berupa pendapat positif, negatif maupun modalitas. disimpulkan proses interaksi berpikir pada pembelajaran
Pada penarikan keputusan model PBL ini sangat membantu berbasis masalah pada materi bakteri pada umumnya baik
karena pada akhir pemecahan masalah mahasiswa harus dan kriteria sangat baik penarikan kesimpulan deduktif.
dapat membuat kesimpulan sehingga pada hasil penelitian
ini hasil penarikan keputusan terutama secara induktif yang
kriterianya sangat baik sebesar 60%. DAFTAR PUSTAKA
Untuk tingkat penguasaan model PBL ini dapat 1. Candra Anggraeni Pakerti Linuwih, I.N.H. 2005. Proses Interaksi
meningkatkan hasil belajar pada tingkat kognitif4. Selain Berpikir Siswa pada Pembelajaran Berbasis Masalah Materi Kubus
meningkatkan hasil belajar model PBL juga dapat dan Balok.
2. Primiani, N. (N.D.). 2012. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
meningkatkan aktivitas belajar5. Masalah untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar pada
Model PBL dapat mempengaruhi proses interaksi Perkuliahan Fisiologi Hewan.
berpikir, sesuai dengan hasil penelitian peneliti model PBL 3. Nasruddin, T. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
dapat membantu mahasiswa dalam pembentukan pengertian, Learning (PBL) Sebagai Upaya Peningkatan Partisipasi dan Prestasi
Belajar Siswa Kelas X B MAN Tempel Yogyakarta pada Pokok
pembentukan pendapat, pembentukan keputusan dan Bahasan Keanekaragaman Hayati.
pembentukan kesimpulan karena PBL dapat dimulai dengan 4. Abdullah, A.G & Ridwan, T. 2008. Implementasi Problem Based
mengembangkan masalah yang: (1) menangkap minat siswa Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran di BPTP Bandung,
1–10.
dengan menghubungkannya dengan isu di dunia nyata; 5. Febriyani, R. 2013. Keefektifan Problem Based Learning terhadap
(2) menggambarkan atau mendatangkan pengalaman dan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1
belajar siswa sebelumnya; (3) memadukan isi tujuan dengan Dagan Kabupaten Purbalingga.
6. Widjajanti, D. B. 2011. Problem Based Learning dan Contoh
keterampilan pemecahan masalah; (4) membutuhkan kerja Implementasinya.
127
ABSTRACT
Humans communicate so do animals. In human language, the means of communication is a structured system for combining words
that makes it possible for us to communicate to others, to think about our immediate environment, or to imagine. Language is not just
speaking; language and speech are not the same thing. Speech is the oral production of language. Language is more abstract and
multi modal. Unlike humans, the communications of animals are simple, it is marked by their action or measure reflexively. They are
unable to interpret their actions toward others as they do not share any signs or symbols as well as unable to modify such measure or
actions, unless they belong to the same kind of creature. Dog responds other dogs by barking and moving its tails. This later called dog’s
“communication” by making symbols exchange instinctively instead of reflectively, without considering and assuring not only meaning,
motive, and dog’s intention of other dogs, but also its meaning, motive, and intention.
INTRODUCTION the answer to the following question: are we the only species
which possesses language? If so, are we the only species
Psycholinguistics is sometimes defined as the study of
capable of acquiring it?
language and the mind (Aitchison, 1989: 1). The common
This paper aims to discuss the comparison between
aim of psycholinguists is to find out about the structures
human and animal communication. Based on the discussion
and processes which underlie a human’s ability to speak
between human and animal communication, this paper also
and understand language. Psycholinguists are not interested
aims to find the answer (1) do humans alone have the power
in language interaction between people; instead they are
of speech?; and (2) are humans biologically singled out as
trying above all to probe into what is happening within the
articulate mammals or not?
individual.
Aitchison (ibid: 2) defines three topics discussed by the
psycholinguists; the acquisition problem, the link between LANGUAGE
language knowledge and language use and producing and
comprehending speech. Those are considered by four types According to Hedeager (1992: 1) a universally accepted
of evidence. They are animal communication, child language, definition of language or the criteria for its use does not
the language of normal adults and the speech of dysphasics exist. This is one of the reasons for the disagreement
(people with speech disturbances). among scientists about whether non-human species can use
Each type of evidence is connected to the next by an language.
intermediate link. Animal communication is linked to child Atchison says (ibid: 7) that when people start thinking
language by the ‘talking chimps’-apes who are being taught a about language, the first question which often occurs to them
language system. The link between child and adult language is whether language is partly due to nature or wholly due
is seen in the speech of 8 to 14 years olds. The language of to learning or nurture. The nature and nurture controversy
normal adults is linked to those with speech disturbances has been discussed for centuries. In 1957 the Harvard
by ‘slips of the tongue’ which occur in the speech of all psychologist B.F. Skinner wrote a book entitled Verbal
normal people, yet show certain similarities with the speech Behaviour. This book claimed to explain language as a set
of dysphasics. of habits gradually built up over the years. According to
The assertion that humans differ from animals in their Skinner, no complicated innate or mental mechanisms are
use of language has been the subject of much discussion needed. All that is necessary is the systematic observation
as scientists have investigated language use by non-human of the events in the external world which prompt the speaker
species. Researchers have taught apes, dolphins, and parrots to utter sounds.
various systems of human-like communication, and recently, Skinner’s claim to understand language was based on his
the study of animal language and behaviour in its natural work with rats and pigeons. He had proven that, given time,
environment rather than in the laboratory has increased. It rats and pigeons could be trained to perform an amazing
is led by the researchers’ curiosity to find the answers of the variety of seemingly complex tasks, provided two basic
mysterious nature of human language. They want to know principles were followed. Firstly, the tasks must be broken
128 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 127–132
down into a number of carefully graduated steps. Secondly, In order to contrast human language with animal
the animals must be repeatedly rewarded. This type of communication, the linguist Charles Hockett (1967: 574-
‘trial and error’ learning is called operant conditioning by 580) introduces a generally accepted check list for language,
Skinner, which can be translated as ‘training by means of a set of design features that all human languages possess.
voluntary responses. Skinner suggests that it is by means His seven key properties are: (1) duality of pattern (the
of this mechanism that the vast majority of human learning combination of a phonological system and a grammatical
takes place, including language learning. system), (2) productivity (the ability to create and understand
In 1959, Noam Chomsky wrote a devastating and witty new utterances), (3) arbitrariness (when signs/words do not
review of Verbal Behaviour. Chomsky points out that the resemble the things they represent), (4) interchangeability
simple and well-defined sequence of events observed in (the ability to transmit and to receive messages by exchanging
the boxes of rats is just not applicable to language. And the roles), (5) specialization (when the only function of speech is
terminology used in the rat experiments cannot be applied communication and the speaker does not act out his message),
to human language without becoming hopelessly vague. (6) displacement (the ability to refer to the past and to things
He assumes that a kind of language organ within the mind not present), and (7) cultural transmission (the ability to
is part of the genetic make-up of humans. A system which teach/learn from other individuals, e.g. by imitation). Until
makes it possible from a limited set of rules to construct recently, articulate speech was also considered crucial to
an unlimited number of sentences is not found in any other language, and the visual grammar of sign languages was not
species, and Chomsky believes that it is an investigation studied or recognized as true language.
of this uniqueness that is important and not the likeness
between human language and other communication systems
(Wardhaugh in Hedeager 1993:2). ANIMAL COMMUNICATION
1. Crescent dance done by Italian bees. They are moving The communicative act between the animals is gained or
in order to indicate or show its space with other bees acquired through the natural learning process. Even though,
followed by others belong to the same colony. both insect and chicken are isolated from birth, later when
2. Moving its tail or make its tail sway shows the space from they grow up, they are still be able to communicate with
distant. Bees are moving in line with the direction then others belong the same colony or community. It means that,
sway their belly to move back. from the insect to chicken, both of them communicate by
3. Circling dance done by honey bees by making circle using gesture language.
by turns from left to right. This indicates or shows the
presence of the nectar source close to the net.
THE COMPARISON BETWEEN HUMAN AND ANIMAL
This kind of communication does not involve the learning COMMUNICATION SYSTEM
process as humans do. Every insect—especially bees—is In order to support whether animal communication is
able to do conduct this communicative act though they are
considered as language, it needs to explain the comparison
isolated then they joint with their colony when they grow
between human and animal communication. The biggest
up. Therefore, their communicative act is limited as it
difference between animal and human communication is our
does not include the learning process. In other words, bees
usage of language. Humans are capable of using complex,
can communicate by nature and constitutes elementary
communication contrasts to other animals which belong structured languages that have their own set of grammatical,
to higher level such as, primates. syntactical, and phonological rules. Even though there are
Furthermore, DeFleur also describes the communicative many different kinds of human language, each language has
act done by female chicken or hen where they also belong essentially the same components, which is why we can all
to higher rank of communicative act of animals. They communicate with each other through translation.
communicate if one of them is going to occupy one’s territory. Hocket introduces the features of language that
A hen is pecking other hen in order to show its hierarchy of characterize language. As discussed in the previous heading,
power among others as it is seen below. the features do present in human language. Then in order to
understand whether animal communication is regarded as
language, let us see whether those features also present in
animal communication.
The feature that should be taken into account is duality
of pattern. This feature is claimed to be unique to humans.
However, animal’s communication such as one used
by birds shows the present of duality of pattern in their
communication. Bird songs are also organized into two layers
that is a single note that is meaningless and a combination
of notes that contains message/meaning. Another feature
should be considered is arbitrariness. Arbitrariness refers
Figure 2. (Chicken or Hen’s communication) to neutral symbols used by speakers of any languages. In
Source: DeFleur. Theories of Mass Communication. (in Mulyana, human language, there is no connection between the word
2007:51) and the object. Different words might refer to the same
object in different languages. It is also present in animal
“The position of pecking comes from a range of communication as different calls of different sub-species
individual fighting against and among chicks within might have the same meaning.
the established community. This picture shows two It is believed that language is inherited from one generation
Red Island chickens or hens fighting to decide “who’s to another. But it seems that animal’s communication
in charge” later in the new community.” is inbuilt genetically. A newly born child will not able to
communicate or acquired a language if he is isolated from his
It can be seen that animals like chicken or poultry is an community while isolated animal is still able to communicate
example of natural communication that uses the natural with others. Human communication fulfills the feature of
sign. In other words, this kind of communicative act that can displacement as it enables us to refer to things that happen
raise internal respond among the chickens/hens as a result in the past and present. However, it might also present in
of action that uses gesture as their own communication. animal communication such as bees. After a worker bee
Besides in the form of gesture or physical contact, some finds the location of nectar, it performs a complex dance to
animals also use vocalizations for communication such as inform others where the location is. Nevertheless, it is not
dolphin, chimpanzee, birds, etc. The sounds produced by adequate to conclude that animal communication is regarded
those animals can be in the form of whistle, creaks, screams, as language.
etc.
130 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 127–132
To find the clear answer, let just consider another feature the location of nectar to others when the hive was replaced
of language called productivity. Chomsky refers to this to the foot of radio beacon and the sugar water was placed at
term as creativity. This feature is considered important and the top. It proves that bees cannot communicate the vertical
unique to human since we are able to produce and understand distance as they fail to inform the location to others.
indefinite new/novel utterances. In contrast, there is no The following table is a comparison of the language of
research proves that animal communication possesses this two-year-old children and chimpanzees (Washoe) as cited
feature. For example, bees do not have the world referring to by Hedeager;
“up” as the worker bee could not perform the dance to show
From the table above, it can be said that there are human is different from animals’. Propositionally, the mouth
many parallels between Washoe’s utterances and those of of human is smaller compared to primate. According to
two –year-old children, despite the fact that Washoe used Dadjowidjojo (2005:194–5) this size is easy for human to
ASL (American Sign Language) and the children spoken arrange or organize the speech organ in order to produce
language. Bickerton as cited by Hedeager points out that sound, words, clauses, phrases, and sentences. If it is seen
we regard the utterances of the child as a foretaste of adult closely, the size of the tongue is thinker from non-human
language, because we know that the child within a few years primate, so that it can be moved flexibly whether to the front,
will construct a grammar based on the language it is exposed backward, upward, downward or even to be equal.
to, and as we know that the ape will progress only to a limited
extent. Therefore, it can be concluded that it has no language.
Somehow children have the ability to reconstruct the kind of
language they are exposed to.
Language develops over a period of years as the child
interacts with speaking or signing adults, and children reared
in isolation do not acquire language (Fromkin and Rodman
1998: 343). All social mammals learn by imitating their
elders, and children also observe, imitate, and play. The
most obvious differences between the language of apes and
humans are the size of their vocabularies and the absence of
grammatical items. Mostly the vocabulary of apes has been
limited to lexical items.
Figure 3. (Dardjowdjojo, 2005:195)
Gannon, Holloway, Broadfield and Braun in Herdeager There are many experiments conducted to prove whether
have examined the area corresponding to Wernike’s area in animals have language and can learn language as humans.
Chimpanzees in order to determine if their brain structure It seems obvious that animal communication has been the
show the same asymmetry between the hemispheres. It has precursors of human speech. The fact that chimpanzees
been widely assumed that the asymmetry, in particular in are able to learn a human sign language indicates that our
Wernike’s area, was unique to humans and that chimpanzees common ancestor must have had a capacity of this kind
lacked the structure necessary for language development. of communication and that nature has built up signed and
However, the surface of this area was measured and spoken language on these ancient foundations.
the left area was found to be larger than the right area of
chimpanzee brains. Human and apes adapted the system of
communication from a common ancestor to suit different REFERENCES
specialized needs, and it seems that the old structures of 1. Aitchison, Jean. 1993. The Articulate Mammal. An Introduction to
the human brain have been used for new tasks as humans Psycholinguistics. London: Clays Ltd, St Ives plc.
2. Hedeager, Ulla. 1992. Is Language Unique to Human Species?
developed a specialized way of learning in order to acquire [Online] available on www.columbia.edu/~rmk7/HC/paper_filles/
language. The human cortial areas have analogous areas in Hedeager.pdf. html (2009)
the brains of other species, who may also have been ready 3. Jay, B Timothy. 2002. An Introduction to the Psychology of Language.
Massachusetts college: Pearson Education.
for some primitive kind of language.
4. Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar.
Bandung: PT. Rosda Karya
5. Blakeslee, Sandra. “Brain of Chimpanzee Sheds Light on Mystery of
CONCLUSION Language”. January 13, 1998. http://www.uwm.edu/~wash/brainlg.
htm. Accessed on January 17, 2009.
In 1959 Noam Chomsky raised one famous view of 6. Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar
language to review Skinner’s Verbal Behaviour. He assumes Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.
Unika Atma Jaya.
that a kind of language organ within the mind is part of 7. Steinberg, D. Danny, Nagata, Hiroshi, & Aline, David P. 2001.
the genetic make-up of humans. A system which makes it Psycholinguistics. Essex: Pearson Education Limited.
possible from a limited set of rules to construct an unlimited
number of sentences is not found in any other species, and
Chomsky believes that it is an investigation of this uniqueness
that is important and the likeness between human languages
and other communication system.
133
e-mail: phiyoul@yahoo.co.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh penerapan media pembelajaran peta sejarah dan peta geografi
terhadap hasil belajar sejarah siswa SMP. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Dawe Kudus. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII A dan VII C SMP Negeri 2 Dawe Kudus. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
cluster random sampling. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimental research dengan
menggunakan rancangan penelitian pretest dan post-test control group design. Hasil dari penelitian ini adalah: terdapat perbedaan
pengaruh yang signifikan penerapan media pembelajaran peta sejarah dan peta geografi terhadap hasil belajar sejarah siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar sejarah siswa dengan menggunakan peta sejarah memperoleh nilai rata-rata 73,375
dibandingkan dengan hasil belajar sejarah siswa dengan menggunakan peta geografi dengan rata-rata nilai 68,875.
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the difference in the influence of the application of media study map history and geography
map agains the results of the study of history students at the Junior High School. The population in this study are students of Junior High
School 2 Dawe Kudus. The sample in this research is grade VII A and VII C Junior High School 2 Dawe Kudus. The technique of sampling
is performed using cluster random sampling. Research method used in this research was quasi-experimental research method by using
pretest and post-test control group design. The results of this research are: there is a difference significant influence the application of
the learning media map history and geography map against the result of the study of history student. The results showed that the results
of the study of the history of the students by using map history obtained average value 73.375 compared to the results of a study of the
history of the students by using map geography with an average value of 68.875.
Key words: Instructional media, map history, the result of studying history
Penyusunan peta sejarah mengandung tujuan untuk pada keadaan geografis suatu wilayah pada masa lampau
menunjukkan lokasi data dan informasi kesejarahan atau berdasarkan bukti-bukti sejarah.
peristiwa masa lampau sesuai dengan tempat manusia
melahirkannya. Di samping itu, dalam kaitannya dengan Sumber Belajar
pembelajaran sejarah nasional, peta sejarah juga merupakan Sumber belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu
alat peraga untuk menunjang pendidik baik kognitif maupun yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam
afektif, dengan demikian pembaca khususnya para siswa memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman
dapat diajak untuk menghayati hubungan antara peninggalan dan keterampilan dalam proses belajar mengajar (Mulyasa,
dan peristiwa sejarah di seluruh wilayah Indonesia (Suprapti, 2004:48).
1991: ii).
Pemanfaatan peta sejarah sebagai media pembelajaran Pembelajaran Sejarah
sejarah kiranya sudah saatnya diberikan di sekolah menengah Pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas
karena pada tahap ini siswa sudah diberi materi tentang belajar dan mengajar yang didalamnya mempelajari tentang
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia. peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini
Sehingga siswa dapat mengetahui secara detail tentang (Widja, 1989:23).
keadaan geografis pada masa yang bersangkutan. Melalui
peta sejarah guru dapat menjelaskan kondisi geografi yang
terjadi pada masa tersebut. Apabila cara ini diperkenalkan METODOLOGI PENELITIAN
melalui peta geografi, kemungkinan daya khayal siswa untuk
Penelitian ini dilakukan di SMP N 2 Dawe Kab.
menginterpretasikan keadaan geografis pada masa tersebut
Kudus pada bulan Januari sampai Mei 2015. Penelitian ini
akan lebih sulit dibandingkan dengan menggunakan peta
merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen
sejarah.
dengan rancangan penelitian quasi-eksperimental research.
Melihat kemungkinan-kemungkinan tersebut maka peta
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP N
sejarah merupakan media yang baik dan dapat digunakan
2 Dawe Kudus. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
dalam pembelajaran sejarah. Tetapi pembelajaran sejarah
menggunakan teknik cluster random sampling dengan
yang selama ini dilaksanakan lebih mengandalkan olah kata
tahapan; 1) dari seluruh kelas di sekolah tersebut diperoleh
yang bersumber pada buku. Peta sejarah dirancang khusus
secara random kelas VII, 2) dari masing-masing kelas pada
untuk mempermudah siswa dalam mempelajari keadaan
kelas VII dilakukan pengundian dan diperoleh kelas VIIa
geografis suatu wilayah terutama pada masa kerajaan-
dan VIIc. Uji coba instrument hasil belajar dilakukan di kelas
kerajaan Hindu-Budha seperti kerajan Majapahit, Mataram,
VIIIa SMP N 2 Dawe Kudus.
Singasari dan sebagainya.
Berdasarkan uji coba instrument hasil belajar sejarah
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalam
siswa dengan jumlah responden 40 orang siswa diperoleh
penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan peta sejarah
data sebagai berikut. Dari 40 butir soal diperoleh soal valid
sebagai media pembelajaran terhadap hasil belajar sejarah
sebanyak 27 soal dan mempunyai reliabilitas sebesar 0,741.
siswa di SMP Negeri 2 Dawe Kudus.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrument hasil
belajar mempunyai reliabilitas yang baik.
MATERI
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metode hasil belajar sejarah. Sedangkan untuk teknik analisis
Media Pembelajaran data menggunakan: (1) uji kesetaraan, (2) uji normalitas, (3)
Media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat digunakan uji homogenitas, (4) uji hipotesis.
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses HASIL PENELITIAN
belajar terjadi (Sadiman, 2014:7). Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh
dari sampel sejumlah 40 siswa kelas VII a sebagai kelas
Peta Sejarah
eksperimen dan 40 siswa dari kelas VII c SMP N 2 Dawe,
Menurut Kochhar (2008: 259) peta adalah simbol yang maka diperoleh data sebagai berikut: (1) uji kesetaraan; uji
diterima secara universal sebagai penggambaran konsep kesetaraan dalam penelitian ini menggunakan uji independen
tempat. Peta menunjukkan hubungan tempat, jarak dan arah. sample test. Berdasarkan data nilai yang diperoleh dari
Sedang yang dimaksud dalam penelitian ini tidak hanya ulangan harian dan dianalisis dengan menggunakan SPSS
ditinjau secara geografis tetapi juga peta dalam pengajaran diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,870 > 0,05 maka dapat
sejarah didalamnya. Peta sejarah adalah gambaran atau dikatakan bahwa sampel mempunyai kemampuan yang
visualisasi dari permukaan bumi yang lebih mengkhususkan sama, (2) uji normalitas; berdasarkan perhitungan statistik
Hidayat dan Maslahah: Penerapan Peta Sejarah sebagai Media Pembelajaran 135
uji Kolmogorov Smirnov diperoleh masing-masing nilai Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan
signifikansi sebesar: (a) normalitas data hasil belajar sejarah analisis anava satu jalan. Berdasarkan perhitungan dengan
dengan menggunakan media peta sejarah sebesar 0,187. (b) menggunakan program SPSS diperoleh nilai signifikansi
normalitas data hasil belajar sejarah dengan menggunakan sebesar 0,04 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
media peta geografi sebesar 0,239. Berdasarkan paparan diatas terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran
maka dapat disimpulkan bahwa populasi berdistribusi normal dengan menggunakan media peta sejarah dan pembelajaran
karena masing-masing nilainya > 0,05. (3) uji homogenitas; dengan menggunakan peta geografi. Kemudian data hasil
berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program penelitian tersebut diolah dengan menggunakan teknik anava
SPSS diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,870 > 0,05. Dapat satu jalan, seperti yang telah disajikan pada tabel 1.
disimpulkan bahwa populasi homogen atau memiliki varian
yang sama.
Pembuatan peta sejarah mengandung tujuan dan maksud Hasil uji hipotesis awal menunjukkan bahwa pembelajaran
supaya guru mendapatkan suatu alat bantu pembelajaran dan dengan menggunakan peta sejarah mampu meningkatkan
pelajaran di sekolah. Penggunaan peta sejarah sebagai media hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa yang
pembelajaran sejarah kiranya sudah saatnya diberikan di menggunakan peta sejarah meningkat cukup tinggi, hal ini
sekolah menengah karena pada tahap ini siswa sudah diberi menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
materi tentang kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu- peta sejarah ini benar-benar layak digunakan pada mata
Budha di Indonesia. Sehingga siswa dapat mengetahui pelajaran sejarah pada pokok bahasan Perkembangan
secara detail tentang keadaan geografis pada masa yang Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.
bersangkutan. Melalui peta sejarah guru dapat menjelaskan
kondisi geografi yang terjadi pada masa tersebut. Apabila
cara ini diperkenalkan melalui peta geografi, kemungkinan KESIMPULAN
daya khayal siswa untuk menginterpretasikan keadaan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat
geografis pada masa tersebut akan lebih sulit dibandingkan disimpulkan bahwa; terdapat perbedaan pengaruh yang
dengan menggunakan peta sejarah. Melihat kemungkinan- signifikan penerapan media pembelajaran peta sejarah dan
kemungkinan tersebut maka peta sejarah merupakan peta geografi terhadap hasil belajar sejarah siswa. Media peta
media yang baik dan dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah lebih efektif diterapkan dibandingkan dengan peta
sejarah. geografi dalam meningkatkan hasil belajar sejarah siswa.
Peta sejarah dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar sejarah
lokasi data dan informasi kesejarahan atau peristiwa masa siswa dengan menggunakan peta sejarah memperoleh nilai
lampau sesuai dengan tempat manusia melahirkannya. rata-rata 73,375 dibandingkan dengan hasil belajar sejarah
Di samping itu, dalam kaitannya pembelajaran sejarah siswa dengan menggunakan peta geografi dengan rata-rata
nasional, peta sejarah juga merupakan alat peraga untuk nilai 68,875.
menunjang pendidik baik kognitif maupun afektif, dengan
demikian pembaca khususnya para siswa dapat diajak untuk
menghayati hubungan antara peninggalan dan peristiwa DAFTAR PUSTAKA
sejarah di seluruh wilayah Indonesia. 1. Daljoeni, N. Geografi Kesejarahan I Peradaban Dunia. Bandung:
Media pembelajaran yang menggunakan media peta Penerbit Alumni. 1987. Vol. 1. Cet. 5. Hal. 23.
terutama peta sejarah merupakan media pembelajaran yang 2. Widja, I Gede. Dasar-dasar Pengembangan Strategi Serta Metode
Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud. 1989: 23.
diterapkan dengan cara siswa akan diberi sebuah peta tentang 3. Suprapti, Mc dkk. Peta Sejarah Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
peristiwa sejarah yang bersangkutan dengan materi. Dengan 1991: ii.
menggunakan media peta sejarah maka dapat menarik 4. Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik
perhatian dan pemahaman siswa. Pemahaman siswa akan dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya. 2004. Cet. 6. Hal. 48.
5. Kochhar, S.K. Pembelajaran Sejarah Teaching of History. Jakarta:
maksimal apabila siswa menerima materi tidak hanya dari PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 2008. Cet. 1. Hal. 259.
pendengaran tetapi juga dari penglihatan. 6. Sadiman, Arif S dkk. Media pendidikan: Pengertian, Pegembangan
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers. 2014. Ed.1-Cet.17.
Hal. 7.
137
Wenny Wijayanti
Universitas Katolik Widya Mandala Madiun
ABSTRAK
Bahan ajar merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Bahan ajar berisi materi pembelajaran yang disampaikan
guru kepada peserta didik. Bahan ajar mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam proses belajar selain peranan seorang guru,
maka dari itu perlu dirumuskan bahan ajar yang mampu mendukung terselenggarakannya pendidikan yang baik. Bahan ajar yang
baik harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya yaitu kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, dan kelayakan
kegrafikan. Bahan ajar khususnya bahan ajar bahasa Indonesia masih terdapat beberapa kekurangan dalam hal kelayakan bahasa
khususnya tuturan yang menunjukkan nilai kesantunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsi bentuk tuturan
dan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam buku ajar Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar
Kelas I. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.Data penelitian ini yaitu kalimat/tuturan yang terdapat dalam buku
ajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindak tutur yang digunakan dalam buku ajar Sasebi: Saya Senang Berbahasa Indonesia
untuk Sekolah Dasar Kelas I dituangkan dalam kalimat imperatif dan kalimat interogatif. Kalimat imperatif yang digunakan secara
keseluruhan sudah menerapkan prinsip kesantunan, namun masih ada beberapa prinsip kesantunan yang dilanggar. Begitu pula pada
kalimat interogatif juga sudah mencerminkan prinsip kesantunan.
ABSTRACT
Teaching material is one of essential component of learning. Teaching material contents material learning that delivered by teacher
to students. teaching materials affect the success of students in learning process beside the role of a teacher, therefore need to formulated
of teaching material that are capable of supporting maintain a good educational. Good teaching material have to close some criteria
such as advisability of the contents, advisability of language, advisability of presentation and advisability of graphics. Teaching material
especially teaching material of Indonesian language, there is still a few flaws in term of advisability of language especially speaking
that reflect the modesty. This study aims to know and describe the form of speaking and breach the principle of modesty in the book of
“Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar kelas 1”. This research used descriptive qualitative, the data of the research is
in sentences of this book. The result of this study indicates that speaking used in teaching material “Saya Senang Berbahasa Indonesia
untuk Sekolah Dasar kelas 1” mentioned in the imperative sentence andinterrogative sentence which used as a whole has implemented
modesty of principle but there are still several modesty of speaking is violated as well as on the interrogative sentences has also reflects
the modesty of principle.
didik, guru cenderung menunjukkan sikap yang otoriter, 2. Mengetahui dan menentukan bentuk pelanggaran prinsip
seperti memberi ancaman kepada peserta didik ketika tidak kesantunan yang digunakan dalam buku ajar Saya
mengerjakan tugas, cara guru menyuruh peserta didik untuk Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas
maju ke depan misalnya. Seharusnya dalam hal ini, guru I.
memberi contoh bagaimana cara berbahasa yang baik atau
santun sehingga tidak menyinggung mitra bicara dalam hal
ini peserta didik. LANDASAN TEORI
Bahan ajar yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, Pada bagian ini diuraikan mengenai (1) hakikat tindak
diantaranya yaitu kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan tutur dan (2) prinsip kesantunan.
penyajian, dan kelayakan kegrafikan. Bahan ajar khususnya
bahan ajar bahasa Indonesia masih terdapat beberapa Hakikat Tindak Tutur
kekurangan dalam hal kelayakan bahasa khususnya tuturan Tindak tutur speech act merupakan aktivitas mengujarkan
yang menunjukkan nilai kesantunan. atau menuturkan tuturan dengan maksud tertentu (Rustono,
Bahasa merupakan sarana komunikasi. Dengan bahasa, 1999:33). Menurutnya tindak tutur merupakan entitas yang
penutur bisa menyampaikan gagasan/ide, perasaan, bersifat sentral dalam pragmatik. Untuk itu, tindak tutur
keinginan, dan sebagainya. Melalui bahasa juga, sesorang menjadi penting dan berperan dalam analisis topik pragmatik
bisa berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan,
bahasa memiliki peran yang penting dalam kehidupan prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan.
masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa Tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat
jenis tuturan yang biasa digunakan dalam berkomunikasi. psikologis, dan keberlangsungnya ditentukan oleh
Tindak tutur speech act merupakan aktivitas mengujarkan kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi
atau menuturkan tuturan dengan maksud tertentu (Rustono, tertentu (Chaer, 2004: 50).
1999:33). Berkaitan dengan ujaran, Wijana (1996: 17) Menurut Parera (2004: 262) konsep tutur berhubungan
membedakan tiga jenis tindakan. Ketiganya adalah tindakan dengan manifestasi bahasa dalam bentuk lisan. Tutur
lokusioner, tindakan ilokusioner, dan tindakan perlokusioner merupakan ujaran lisan atau rentang perbincangan yang
atau singkatnya lokusi, ilokusi, dan perlokusi. didahului dan diakhiri dengan kesenyapan pada pihak
Menurut Rahardi (2005: 71) nilai komunikatif dalam pembincang. Sebuah tutur adalah penggunaan atau
bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi lima macam, yakni pemakaian sepenggal bahasa, seperti rentetan kalimat, sebuah
(1) kalimat berita (deklaratif), (2) kalimat perintah (imperatif), frase, atau sepatah kata, oleh seorang pembincang, pada satu
kalimat tanya (interogatif), (4) kalimat seruan (eksklamatif), kesempatan atau peristiwa tertentu. Misalnya dalam tuturan
dan (5) kalimat penegas (empatik). Nilai komunikatif dalam berikut ini:
bahasa Indonesia tersebut tentunya terdapat dalam sebagian
besar buku ajar. Dengan memperhatikan penggunaan kalimat (a) “Selamat Pagi.”
yang terdapat dalam buku ajar tersebut, diharapkan buku ajar (b) “Mari ikut saya!”
tersebut memenuhi salah satu kriteria buku ajar yang baik. (c) “Hari ini jadwal kita membersihkan ruangan.”
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini
berfokus pada penggunaan tuturan yang terdapat dalam buku Tuturan tersebut menunjukkan adanya interaksi
ajar Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar antara kalimat-kalimat dalam sebuah wacana, antara para
Kelas I karangan Nurcholis dan Mafrukhi. pembincang dalam satu waktu/kesempatan tertentu.
Prinsip Kesantunan
RUMUSAN MASALAH Prinsip kesantunan yang diutarakan oleh Leech (dalam
1. Bagaimana bentuk tuturan yang digunakan dalam buku Rahardi, 2005: 59–66) terdiri atas enam maksim, yaitu
ajar Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim
Dasar Kelas I? penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan,
2. Adakah bentuk pelanggaran prinsip kesantunan yang dan maksim simpati. Maksim-maskim tersebut diuraikan
digunakan dalam buku ajar Saya Senang Berbahasa sebagai berikut.
Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas I?
Maksim Kebijaksanaan
Maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan yaitu
TUJUAN PENELITIAN bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada
prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan diri sendiri dan
1. Mengetahui dan mendeskripsikan bentuk tuturan yang
memaksimalkan keuntungan pihak lain. Contoh tuturan yang
digunakan dalam buku ajar Saya Senang Berbahasa
mengandung maksim kebijaksanaan.
Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas I;
Wijayanti: Analisis Bentuk Tuturan dalam Buku Ajar 139
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan contoh tuturan tersebut dapat dilihat bahwa
penutur (guru) memberikan perintah kepada mitra tutur
Hasil Penelitian
(peserta didik) untuk menyalin kalimat, untuk mendengarkan
Hasil penelitian meliputi dua hal, yaitu (1) deskripsi
cerita, dan untuk menceritakan gambar yang ada dalam buku
peggunaan jenis tuturan yang digunakan dalam buku ajar,
ajar.
dan (2) deskripsi prinsip pelanggaran dalam buku ajar.
Secara keseluruhan bagian-bagian tersebut diuraikan sebagai
Perwujudan Kalimat Interogatif dalam Buku Ajar
berikut.
Dalam buku ajar Sasebi: Saya Senang Berbahasa
Penggunaan Jenis Tuturan dalam Bahan Ajar Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas I terdapat 197 tuturan
yang menggunakan kalimat interogatif. Kalimat interogatif
Berdasarkan temuan data terdapat671 tuturan yang
tersebut digunakan untuk melakukan interaksi dengan peserta
digunakan dalam bahan ajar Sasebi: Saya Senang Berbahasa
didik. Tuturan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas I yang terdiri atas
a. Siapa yang keluar dari lubang (hal. 34)
beberapa jenis tuturan yang dituangkan dalam kalimat
b. Sejauh manakah kemampuanmu? (hal.63)
imperatif dan kalimat interogatif. Kalimat imperatif tersebut
c. Suka atau tidak sukakah kamu dengan perbuatan
terdiri atas kalimat imperatif suruhan dan kalimat imperatif
anak-anak dalam gambar ini?(hal.125)
biasa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Berdasarkan tuturan-tuturan tersebut dapat dijelaskan
bahwa penggunaan kalimat interogatif dalam tuturan
Tabel 1. Jumlah Kalimat dalam Buku Ajar
tersebut dimaksudkan agar mitra tutur (peserta didik) dapat
Kalimat Imperatif memberikan respons berupa pemberian jawaban ketika
Kalimat ditanya baik secara lisan maupun tulis.
No. Kal. Imperatif Kal. Imperatif Interogatif
Suruhan Biasa
Bentuk Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam
1 14 460 197
Bahan Ajar
Dalam buku ajar Sasebi: Saya Senang Berbahasa
Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas I terdapat 212bentuk
Perwujudan Kalimat Imperatif dalam Buku Ajar pelanggaran prinsip kesantunan di dalam penggunaan
Kalimat imperatif yang yang ada dalam buku ajar terdiri kalimatnya. Pelanggaran-pelanggaran prinsip kesantunan
atas kalimat imperatif ajakan, kalimat imperatif suruhan, dan tersebut diuraikan sebagai berikut.
kalimat imperatif permintaan. Berikut sajian data dan analisis
data berkaitan penggunaan tuturan imperatif. Panjang Pendek Tuturan sebagai Penentu
Kesantunan Linguistik Tuturan
Kalimat Imperatif Suruhan Dalam masyarakat bahasa, panjang pendeknya tuturan
Kalimat imperatif suruhan yang ditemukan 14 kalimat. yang digunakan dalam menyampaikan maksud kesantunan
Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan berikut. penutur dapat didefinisikan dengan jelas. Tuturan yang
a. Coba deklamasikan lagu ini menunjukkan kekurangsantunan berkaitan dengan panjang
b. Coba sebutkan nama anggota badan ini pendeknya kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
a. Tulislah (hal.27)
Dari tuturan tersebut dapat dijelaskan bahwa kalimat yang b. Bacalah (hal. 29)
digunakan adalah kalimat imperatif suruhan yang diucapkan c. Tebalkanlah (hal. 36)
guru kepada peserta didik agar peserta didik melakukan apa d. Jawablah (hal. 78)
yang guru perintahkan.
Berdasarkan contoh bentuk kalimat yang terdapat dalam
Kalimat Imperatif Biasa buku ajar, jelaslah terlihat bahwa penggunaan kalimat
Kalimat imperatif biasa adalah kalimat yang paling yang terlalu singkat atau pendek dapat mempengaruhi nilai
banyak digunakan dalam buku ajar tersebut. Kalimat tersebut kesantunan yang ada dalam sebuah tuturan. Dari uraian itu,
lebih banyak digunakan karena merupakan kalimat yang dapat disimpulkan bahwa semakin panjang tuturan yang
umum digunakan ketika meminta seseorang melakukan digunakan, akan semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya,
suatu pekerjaan berdasarkan perintah guru. Hal tersebut dapat makin pendek tuturan itu, maka semakin tidak santunlah
dilihat pada tuturan berikut. tuturan itu.
a. Salinlah kalimat ini dengan huruf lepas (hal. 37)
b. Dengarkan cerita gurumu (hal. 77) Penggunaan Bentuk lah sebagai Penanda Kesantunan
c.` Ceritakanlah gambar ini (115) Penggunaan partikel lah dapat dinyatakan sebagai wujud
kesantunan dalam berbahasa.Selain panjang pendek yang
Wijayanti: Analisis Bentuk Tuturan dalam Buku Ajar 141
mempengaruhi kesantunan, partikel lah juga memiliki pendengar (mitra tutur) dalam hal ini khususnya peserta
fungsi penghalus tuturan. Namun, dalam buku ajar ini masih didik.
terdapat beberapa pelanggaran prinsip kesantunan karena
tidak adanya partikel lah yang digunakan dalam tuturan. Hal
tersebut dapat dilihat dalam kalimat berikut. SIMPULAN DAN SARAN
a. Letakkan bukumu dengan benar (hal. 3) Berdasarkan uraian dan bahasan pada bagian sebelumnya,
b. Tutup buku pelajaranmu (hal. 11) maka kesimpulan penelitian adalah bahwa tindak tutur yang
c. Ucapkan salam hormat kepada gurumu (51) digunakan dalam buku ajar Sasebi: Saya Senang Berbahasa
d. Perhatikan kembali gambar-gambar di atas! Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas I dituangkan dalam
(hal.143) kalimat imperatif dan kalimat interogatif. Kalimat imperatif
yang digunakan secara keseluruhan sudah menerapkan prinsip
Dari tuturan-tuturan tersebut, dapat dijelaskan bahwa
kesantunan, namun masih ada beberapa prinsip kesantunan
tidak adanya penggunaan partikel lah mengurangi nilai
yang dilanggar. Begitu pula pada kalimat interogatif juga
kesantunan dalam tuturan.
sudah mencerminkan prinsip kesantunan.
Penelitian selanjutnya diharapkan sumbernya lebih
PEMBAHASAN bervariatif lagi agar hasil yang diperoleh juga lebih bervariasi
sehingga bentuk tuturan yang digunakan juga semakin
Penggunaan jenis kalimat dalam suatu tuturan banyak.
mempengaruhi kadar kesantunan dalam berbahasa.
Semakin panjang suatu tuturan, dapat dinyatakan semakin
santun pula tuturan tersebut. Dalam buku ajar Sasebi: Saya DAFTAR PUSTAKA
Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas I 1. Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar.
penggunaan kalimat dalam tuturannya sudah menunjukkan Depdiknas.
prinsip kesantunan, meskipun masih ada beberapa 2. Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: CV. IKIP
Semarang Press.
pelanggaran prinsip kesantunan. Namun secara garis besar, 3. Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi
buku ajar ini sudah bisa dikatakan sebagai bahan ajar yang Offset.
sudah banyak menerapkan prinsip kesantunan. Dalam 4. Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik. Kesantunan Imperatif Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
suatu buku ajar kelayakan kebahasaan menjadi hal yang
5. Chaer, Abdul Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan
sangat penting, karena bahasa bisa mempengaruhi persepsi Awal (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
142
ABSTRAK
Pembelajaran IPA di sekolah dasar masih dihadapkan pada berbagai masalah seperti fasilitas buku, media dan dana sehingga
dalam penerapannya muncul masalah-masalah sebagai berikut, Banyaknya guru SD yang masih kurang bervariasi dalam menggunakan
metode pembelajaran, pada umumnya sepanjang tahun metode yang digunakan adalah metode ceramah, kemudian pembelajaran yang
selalu dilakukan di dalam kelas, padahal banyak materi yang bisa juga dipelajari di luar kelas. Sehingga banyak yang berpikir IPA
bersifat tekstual atau cenderung hafalan serta membosankan. Untuk itu perlu adanya penyeragaman metode dan pendekatan dalam
pembelajaran. Salah satu pembelajaran di SD yang sesuai dengan pernyataan di atas dan dapat memberikan solusi tentang permasalahan
di atas adalah metode karyawisata. Adapun tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemanfaatan metode
karyawisata dan untuk mengetahui apakah pemanfaatan metode karyawisata dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang bagian-
bagian tumbuhan?. Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang
dilihatnya melalui metode karyawisata tersebut, sehingga siswa dapat mengenal objek secara langsung, dimana siswa dapat menyentuh
dan meraba objek tersebut, sehingga siswa dapat mengenal objek yang dipelajari. Maka dengan sendirinya siswa akan terdorong untuk
berpikir dan mencaritahu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan objek yang diamatinya. Dalam proses mencari tahu itulah
sedikit demi sedikit siswa akan lebih memahami bagian-bagian tumbuhan (daun), karena siswa menjadi termotivasi untuk berpikir dan
mencari tahu apa yang diamatinya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan empat
tahap kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dalam dua siklus. Instrumen penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah observasi dan tes tulis. Hasil observasi aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus
II dari 72, 7% meningkat menjadi 86,4%, hasil observasi aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II
dari 79,2% meningkat menjadi 89,6%. Kemudian dari hasil tes tulis juga terjadi peningkatan dari siklus I sampai siklus II dari nilai
rata-rata 79,5 meningkat menjadi 94,1. dan peningkataan persentase ketuntasan belajar dari 87,9% meningkat menjadi 100%. Dari
hasil analisis data tersebut dapat dianggap pemanfaatan metode karyawisata dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang bagian-
bagian tumbuhan (daun).
ABSTRACT
Science teaching in primary schools is still faced with various problems such as facilities books, media and funds so that in practice
problems arise as follows, The number of elementary school teachers are still less varied in the use of learning methods, in general,
throughout the years the methods used are lectures, then learning is always done in the classroom, while many materials that can also be
learned outside the classroom. So many think IPA textual or tend rote and boring. For that we need uniformity in teaching methods and
approaches. One of the learning in elementary schools in accordance with the above statement and could provide a solution of the above
problems is a field method. The purpose of writing is to know how the implementation and utilization of field method to determine whether
the use of field methods can enhance students' understanding of plant parts? By carrying out the work are expected to travel students can
obtain direct experience of objects seen through the field methods, so that students can get to know the object directly, where students can
touch and feel the object, so that students can get to know the object being studied. So naturally the students will be encouraged to think
and explore about everything associated with the object observed. In the process of finding out that little by little the students will better
understand plant parts (leaves), because students become motivated to think and figure out what is observed. In this study, the authors
use the class action research design with four stages of activity: planning, action, observation and reflection in two cycles. The research
instrument used to collect data were observation and written tests. The results of observation activities of teachers has increased from
the first cycle to the second cycle of 72, 7% increase to 86.4%, the observation of student activity also increased from the first cycle to
the second cycle of the 79.2% increase to 89.6%. Then from the writing test is also an increase from the first cycle to the second cycle
of the average value of 79.5 rose to 94.1. and peningkatan learning completeness percentage increased from 87.9% to 100%. From the
analysis of these data can be considered the use of a field method can improve students' understanding of plant parts (leaves).
Hasil refleksi siklus II Berdasarkan hasil observasi selama maka kelompok tersebut tidak boleh berpindah untuk
kegiatan pembelajaran berlangsung diperoleh hasil dari mengamati tumbuhan lain, sehingga setiap siswa secara cepat
pengamat sebagai berikut: mengisi lembar pengamatan tersebut, agar tidak tertinggal
dalam kelompoknya. Kemudian siswa juga mengerjakan
Aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran soal evaluasi dengan tenang dan secara individual. Hal ini
Aktivitas guru dengan skor 4 dengan kategori baik sekali mengalami peningkatan dari siklus I dengan skor 3,5 (baik)
adalah pada kegiatan guru menjelaskan materi pembelajaran, meningkat menjadi 4 (sangat baik)
guru menyampaikan informasi yang menyangkut kegiatan Aktivitas siswa yang mendapat skor 3,5 dengan kategori
pembelajaran dan mengorganisasikan siswa ke dalam baik adalah merasa tertarik saat pembelajaran berlangsung,
kelompok heterogen. Pada kegiatan guru menjelaskan karena guru kelas tidak pernah mengajak siswa belajar di
materi pembelajaran guru mengingatkan materi yang luar kelas. Kemudian aktivitas siswa yang mendapat skor 3,5
diajarkan pada siklus I dan membahas soal evaluasi yang adalah mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi
dijawab salah oleh siswa pada umumnya. Kemudian dari yang disampaikan. Pada kegiatan mendengarkan penjelasan
jawaban siswa yang salah itu guru memberikan penekanan guru, siswa mendengarkan dengan tenang dan tertib, karena
pada materi yang dianggap belum dimengerti oleh siswa. siswa penasaran dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Sehingga siswa akan lebih faham terhadap materi yang Aktivitas siswa mencatat materi pembelajaran juga sudah
disampaikan. Pada penyampaian informasi yang menyangkut baik, dari siklus I dengan skor 2 (kurang) meningkat
kegiatan pembelajaran guru sudah menyampaikan informasi menjadi 3,5 (baik) Aktivitas siswa yang mendapat skor 3
dengan jelas, sehingga siswa mampu memahami kegiatan dengan kategori baik adalah menjawab pertanyaan dari
apa yang akan mereka lakukan. Guru membentuk kelompok guru. Pada siklus I siswa perlu mendapat bimbingan lebih
berdasarkan urutan nomor absen sehingga siswa tidak bingung dalam mencatat materi yang disampaikan guru, pada siklus II
mencari anggota kelompoknya. Kegiatan yang mendapatkan aktivitas ini sudah meningkat dari skor 2 (kurang) meningkat
skor 3,5 dengan kategori baik adalah guru membimbing siswa dengan skor 3,5 (baik) Kendala yang dihadapi pada siklus I
dalam mengerjakan soal yang diberikan, guru membimbing yaitu siswa dalam setiap kelompok masih bingung terhadap
siswa belajar dalam kelompok, guru memberikan penguatan tumbuhan yang akan diamati selanjutnya, pada siklus II
terhadap jawaban siswa dan guru membimbing siswa ini guru memberikan catatan urutan tumbuhan yang harus
membuat rangkuman materi. Pada kegiatan ini aktivitas yang diamati oleh setiap kelompok. Sehingga kendala aktivitas
mengalami peningkatan adalah guru membimbing siswa siswa pada siklus I dapat diatasi pada siklus II ini.
membuat rangkuman materi dari kategori kurang meningkat
menjadi baik. Kemudian aktivitas yang mendapat skor 3 Hasil belajar yang diperoleh siswa
adalah guru memotivasi siswa, guru menyampaikan tujuan Setiap siswa dinyatakan tuntas dalam belajar apabila
pembelajaran, guru menyampaikan langkah-langkah kegiatan 80% siswa mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 65.
pembelajaran dan guru menyampaikan pertanyaan yang Nilai rata-rata yang didapat pada siklus II ini sebesar 94,1.
bersifat membimbing. Kekurangan pada siklus I yaitu guru Dengan 33 siswa tuntas belajar dan 0 siswa tidak tuntas
belum dapat mengelola waktu dengan baik, pada siklus ke II belajar, sehingga ketuntasan belajar yang dicapai adalah
ini guru sudah bisa mengalokasikan waktu dengan baik, guru 100%. Berdasarkan hasil pengamatan guru kelas, teman
sudah bisa mengalokasikan waktu sesuai dengan kegiatan sejawat dan refleksi peneliti pada siklus II ini didapat hasil
yang dilaksanakan. Kemudian pada siklus I guru kurang sebagai berikut:
bisa mengkondisikan siswa di tempat karyawisata karena a. Dari kendala-kendala yang ada pada siklus I, pada siklus
tidak ada yang membantu di tempat karyawisata, pengamat II ini guru sudah bisa mengelola waktu dengan baik.
I dan Pengamat II hanya mengamati kegiatan pembelajaran, b. Guru sudah lebih membimbing siswa dalam pengamatan
tetapi pada siklus II ini pengamat I dan II sudah membantu dan guru juga sudah membimbing siswa untuk mencatat
mengkondisikan siswa di tempat karyawisata, sehingga guru materi yang disampaikan
pada siklus II ini sudah lebih bisa mengkondisikan siswa di c. Guru juga sudah lebih bisa mengkondisikan siswa di
tempat karyawisata. tempat karyawisata dengan bantuan guru kelas dan
teman sejawat.
Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
Aktivitas siswa yang memperoleh skor 4 dengan kategori
baik sekali adalah mengisi lembar pengamatan yang PEMBAHASAN
diberikan oleh guru dan mengerjakan evaluasi. Aktivitas Aktivitas guru dalam pembelajaran
siswa mengisi lembar pengamatan ini dilaksanakan pada saat
Pada siklus I aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran
pengamatan berlangsung, karena dalam pengamatan setiap
dengan menggunakan metode karyawisata memperoleh
siswa bertanggung jawab untuk mengisi lembar pengamatan
72,7%. Aktivitas guru pada siklus I belum mencapai target
yang merupakan hasil pengamatan dan apabila dalam satu
yang diinginkan yaitu 80%. Pada siklus I ini aktivitas guru
kelompok ada yang belum mengisi lembar pengamatan,
Rifayanti: Pemanfaatan Metode Karyawisata dalam Pembelajaran IPA 147
belum maksimal dikarenakan guru belum bisa mengelola angka 79,2%. Pencapaian persentase keberhasilan belum
waktu dengan baik saat proses belajar mengajar. Hal ini mencapai yang diharapkan yaitu 80%. Tetapi hampir saja
dapat dapat dilihat dari aktivitas guru dalam membimbing mencapai keberhasilan yang diharapkan. Kendala pada siklus
siswa membuat rangkuman materi dengan skor 2 (kurang). I yaitu siswa belum mencatat materi yang disampaikan guru
Guru tidak sempat membimbing siswa membuat rangkuman dan setiap kelompok masih bingung terhadap tumbuhan
materi karena waktu tidak mencukupi sehingga langsung yang akan diamati selanjutnya. Kendala-kendala pada siklus
dilanjutkan dengan kegiatan selanjutnya yaitu memberikan I ini dapat diperbaiki pada siklus II. Aktivitas siswa pada
evaluasi. Guru juga belum bisa mengkondisikan siswa di siklus II sudah baik dengan persentase 86,4%, meningkatnya
tempat karyawisata karena tidak ada yang membantu guru, persentase ini dikarenakan siswa sudah memahami dan
pengamat I dan II hanya mengamati kegiatan pembelajaran. mengetahui langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan
Secara umum guru belum dapat mengelola waktu dalam baik yang ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas siswa
melaksanakan pembelajaran dengan metode karyawisata dalam mencatat materi yang disampaikan guru dari skor 2
ini dengan baik. Untuk itu kendala tersebut dapat diperbaiki dengan kategori kurang meningkat menjadi 3,5 dengan
pada siklus II. Guru harus bisa membagi waktu dari kegiatan kategori baik. Pada siklus II ini setiap kelompok sudah lebih
satu ke kegiatan lainnya, karena dalam pemanfaatan metode faham dengan urutan tumbuhan yang diamati karena guru
karyawisata ini banyak langkah kegiatan yang memerlukan telah memberikan catatan urutan tumbuhan yang harus
waktu lebih banyak. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan diamati pada masing-masing kelompok. Sehingga dapat
pengelolaan waktu dan pengkondisian siswa di tempat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada pembelajaran
karyawisata. mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil
Setelah ada perbaikan pembelajaran siklus II keberhasilan tes siswa Data hasil tes siswa pada siklus I mencapai
mencapai 86,4%. Aktivitas guru pada siklus II ini sudah ketuntasan 87,9% dan siswa yang tidak tuntas belajar
mengalami peningkatan dari siklus I dengan keberhasilan 12,1%, dengan nilai rata-rata seluruh siswa 79,5. Hal ini
72,7% meningkat menjadi 86,4% dari target yang diharapkan berarti dari 33 siswa, siswa yang tuntas belajar sebanyak 29
80%. Aktivitas guru pada siklus II ini sudah memenuhi anak dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 4 anak.
target yang diharapkan. Peningkatan aktivitas guru tersebut Pencapaian ketuntasan hasil belajar pada siklus I ini sudah
terlihat pada aktivitas guru aktivitas guru menjelaskan materi mencapai target yang diharapkan yaitu 80%. Pada siklus
pembelajaran, menyampaikan informasi yang menyangkut II ketuntasan belajar siswa mencapai 100% dengan nilai
kegiatan pembelajaran dan mengorganisasikan siswa ke rata-rata seluruh siswa 94,1. Hal ini berarti dari 33 siswa,
dalam kelompok heterogen. Guru sudah menjelaskan materi semua siswa tuntas belajar dan tidak ada siswa yang tidak
dengan jelas. Pada siklus II ini guru dalam menjelaskan materi tuntas belajar. Hal ini menunjukkan peningkatan dari siklus
berpedoman pada jawaban siswa yang salah secara umum I sampai siklus II dari persentase ketuntasan belajar siswa
pada siklus I. dari jawaban-jawaban yang salah tersebut guru 87,9% mencapai 100%. Dapat diambil kesimpulan bahwa:
memberikan penekanan pada materi yang dianggap belum Pembahasan kegiatan pembelajaran dari siklus I sampai
dimengerti oleh siswa. Guru juga menyampaikan informasi siklus II menunjukkan adanya peningkatan aktivitas guru dan
dengan jelas dan rinci sehingga siswa mampu memahami aktivitas siswa serta peningkatan hasil tes tulis siswa, yang
setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Aktivitas guru dalam berarti pemanfaatan metode karyawisata dalam pembelajaran
membagi siswa ke dalam kelompok heterogen juga sudah IPA dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang bagian
sangat baik. Guru membentuk kelompok berdasarkan urutan tumbuhan daun.
nomor absen siswa sehingga siswa tidak bingung mencari
anggota kelompoknya. Pada siklus II ini guru sudah bisa
mengelola waktu dengan baik sehingga semua kegiatan KESIMPULAN
pembelajaran dapat tercapai dengan baik, hal ini dapat dilihat Pelaksanaan proses belajar mengajar dengan
dari aktivitas guru yang akhirnya bisa memberikan bimbingan memanfaatkan metode karyawisata berlangsung dengan
kepada siswa untuk mencatat materi yang disampikan. Pada dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan
siklus II ini guru juga sudah dapat mengkondisikan siswa kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
pada saat pembelajaran di luar kelas, karena guru kelas IV Siklus I dilaksanakan pada hari kamis, 6 November 2008
dan teman sejawat sudah membantu mengkondisikan siswa yang diikuti oleh 33 siswa. Hasil observasi aktivitas siswa
pada saat pembelajaran berlangsung. pada siklus I mencapai 79,2%, hasil observasi aktivitas guru
Sehingga pada siklus II ini pembelajaran dengan pada siklus I mencapai 72,7%, ternyata pada siklus I hasilnya
menggunakan karyawisata pada aktivitas guru mengalami belum mencapai harapan yaitu sebesar 80%. Kemudian siklus
peningkatan. II dilaksanakan pada hari sabtu, 8 November 2008 yang
diikuti oleh 33 siswa. Proses belajar mengajar pada siklus II
Aktivitas siswa dalam pembelajaran
ini berlangsung dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan pada
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran hasil observasi aktivitas siswa yang mengalami peningkatan
menggunakan metode karyawisata pada siklus I menunjukkan
148 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 142–148
dengan hasil 89,6% dan 86,4% untuk aktivitas guru. Dengan 3. Moeslichatoen R. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Rineka Cipta. 2004.
demikian pelaksanaan pemanfaatan metode karyawisata
4. Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:
dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas siswa Sinar Baru Algensindo. 2008.
dan guru dalam proses belajar mengajar. Melalui pemanfaatan 5. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
metode karyawisata dalam pembelajaran dapat meningkatkan PT. Remaja Rosda Karya. 2008.
6. Zain, Aswan dan Syaiful Bahri Djamarah. Strategi Belajar
pemahaman pembelajaran IPA. Hal ini dapat dibuktikan pada Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2002.
hasil tes tulis yang terjadi peningkatan dari siklus I sampai 7. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu pendekatan
siklus II dari nilai rata-rata seluruh siswa 79,5 meningkat praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.
8. Asy’ari, Maslichah. Penerapan Pendekatan SAINS – Teknologi
menjadi 94,1 dan peningkataan persentase ketuntasan belajar – Masyarakat dalam Pembelajaran SAINS di Sekolah Dasar.
dari 87,9% meningkat menjadi 100%. Yogjakarta: Debdikbud dan Dirjen Dikti. 2006.
9. Haryanto. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Erlangga.
2004.
10. Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
DAFTAR PUSTAKA
Aksara. 2006.
1. Samatoa, Usman..Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah 11. Arikunto, Suharsimi. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Dasar. Jakarta: Debdikbud dan Dirijen Dikti. 2006. Aksara. 2004.
2. Syaodih S, Nana dan R. Ibrahim. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: 12. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Rineka Cipta. 2003. Pers. 2003.
149
ABSTRAK
Kajian ini membahas tentang pemahaman dan pendeskripsian kembali cerita rakyat yang berasal dari Pulau Madura untuk
merevitalisasi nilai-nilai pendidikan karakter moral tentang rasa hormat dan tanggung jawab yang terkandung didalamnya. Kajian
ini bersifat deskriptif kualitatif dengan fokus kajian pada upaya untuk memaknai dan melestarikan stigma positif yang ada pada cerita
rakyat dari Madura. Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, dengan menggunakan prosedur menentukan populasi cerita rakyat
madura yang sering dijadikan acuan diceritakan secara lisan oleh masyarakat, website, serta kumpulan cerita rakyat madura yang
mengandung makna nilai pendidikan karakter. Parameter nilai pendidikan karakter yaitu pendidikan moral tentang rasa hormat dan
tanggung jawab. Sikap hormat memiliki indikator sikap toleransi, kebijaksanaan, dan disiplin diri; dan sikap tanggung jawab memiliki
indikator sikap tolong menolong, peduli sesama, dan kerja sama. Hasil kajian yang diperoleh berdasarkan pengumpulan cerita rakyat
Joko Tole (Sumenep); Rato Ebu (Madegan, Sampang); Raden Trunojoyo (Bangkalan); dan Sakera (Madura) diketahui bahwa keempat
cerita rakyat tersebut memiliki bentuk sikap hormat dan tanggung jawab yang dimilikinya pada saat itu berdasarkan cerita. Cerita
rakyat Joko Tole menunjukkan nilai sikap hormatnya menerima keputusan Raja Majapahit mempesunting Dewi Ratnadi yang buta;
nilai sikap tanggung jawab menolong nyai Empu Kelleng ibu angkatnya menyusul ayah angkat ke kerajaan Majapahit dalam pembuatan
pintu gerbang kerajaan. Cerita rakyat Ratu Ebo nilai sikap hormatnya kepada Pangeran Cakraningrat I untuk mengembara bertafakur
kepada Allah agar 7 turunannya menjadi Raja di Pulau Madura; nilai sikap tanggung jawab kembali bertafakur untuk memenuhi perintah
Pangeran Cakraningrat I untuk meminta seluruh keturunannya menjadi Raja di Pulau Madura. Cerita rakyat Raden Trunojoyo nilai sikap
hormat kepada Adipati Anom atau Amangkurat II yang berkhianat dengan cara kembali ke Madura dan mendirikan pemerintahannya
di wilayah pesisir jawa; nilai sikap tanggung jawabnya membantu Adipati Anom atau Amangkurat II memberontak kepemimpinan
Amangkurat I dari kerajaan Mataram yang telah menghukum mati para ulama dan santri yang tidak menyetujui Amangkurat I bersekutu
dengan VOC. Cerita rakyat Sakera nilai sikap hormat penggerak perlawanan kalangan bawah masyarakat Madura kepada orang-orang
yang melakukan penindasan; nilai sikap tanggung jawab sakera adalah mandor tebu yang dsukai oleh buruh kebun karena jujur dan
taat beribadah.
Kata kunci: pendidikan karakter, rasa hormat, tanggung jawab, cerita rakyat Madura
Stigma budaya madura yang menjadi stigma negatif yang LANDASAN TEORI
dimiliki masyarakat madura juga sering sekali terjadi pada
Pendidikan nilai-nilai terutama untuk membentuk
acara otok-otok. Otok-otok adalah sebuah tradisi pelaksanaan
karakter sikap hormat dan tanggung jawab dengan
kegiatan ini yang dilaksanakan di saat acara tertentu ataupun
mengangkat masalah-masalah moral yang muncul mulai
saat walimah bagi masyarakat Madura. Saat otok-otok atau
dari kekerasan, ketamakan, ketidakjujuran hingga tindak
remuh berlangsung para anggota bisa bertukar informasi,
kekerasan dan pengabaian diri dapat dihindarkan melalui
sharing tentang masalah dalam rumah tangga, berbagi
pendidikan moral terutama di sekolah. Gambaran mendalam
pengalaman, masalah pertanian dan banyak hal lainnya. Acara
perilaku pengabaian nilai-nilai budaya madura pada generasi
otok-otok ini selalu diiringi dengan musik, baik berupa musik
muda sebagai bagian motor penggerak pelestari budaya,
lokal maupun non-lokal. Stigma negatif budaya madura juga
dengan cenderung melakukan stigma negatif budaya madura
ada dalam acara otok-otok, yang mana pada acara tersebut
memberikan bukti bahwa rendahnya kesadaran moral.
sering terjadi perselisihan. Ini akibat dari tradisi sekelompok
Program pendidikan moral yang mendasar pada dasar
anggota yang hadir menyediakan minuman keras. Bahkan
hukum moral dapat dilaksanakan dalam dua nilai moral
kasus carok yang terjadi dari kegiatan otok-otok.
utama, yaitu sikap hormat dan bertanggung jawab. Nilai
Pada dasarnya kegiatan otok-otok bernilai positif karena
tersebut mewakili dasar moralitas utama yang berlaku secara
kegiatan tersebut untuk mempererat solidaritas yakni
universal. Kedua nilai moral tersebut memiliki tujuan, nilai
etnis madura terutama yang ada di daerah perantauan.
yang nyata, di mana mengandung nilai baik bagi semua orang
Tetapi dengan kultur etnis madura yang terkenal keras
baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat
dan temperamental, menjadikan kegiatan yang seharusnya
khususnya masyarakat madura (Lickona, 2013: 69).
bernilai positif terkadang menjadi stigma negatif dari
Terdapat tiga hal yang menjadi pokok sikap hormat, yaitu
perlakukan sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab
penghormatan terhadap diri sendiri, penghormatan terhadap
dan tidak menghormati budaya madura.
orang lain, dan penghormatan terhadap semua bentuk
kehidupan serta lingkungan yang saling menjaga satu sama
PERMASALAHAN
lain (Lickona, 2013: 70).
Tanggung jawab berorientasi terhadap orang lain,
Budaya yang dilestarikan terkadang disalahgunakan oleh memberikan bentuk perhatian, dan secara aktif memberikan
generasi muda saat ini, yang dapat menimbulkan stigma respons terhadap apa yang mereka inginkan. Tanggung jawab
budaya madura yang negatif pada saat ini yang menurunkan menekankan pada kewajiban positif untuk saling melindungi
nilai moral generasi muda. satu sama lain (Lickona, 2013: 72).
Pemahaman dan pemaknaan cerita rakyat madura yang Pengkajian cerita rakyat madura dilakukan untuk
positif yang dapat digunakan untuk menghidupkan kembali memahami makna yang terkandung di dalam budaya madura
nilai-nilai pendidikan karakter moral budaya madura dan, pada mulanya. Makna mengingat adalah makna tidak dapat
memahami bahwa budaya madura yang ada di Madura pada diungkap secara mudah terlebih dahulu dilakukan penelusuran
mulanya memiliki stigma yang positif, yang seharusnya secara mendalam sehingga dapa menguak mutiara budaya,
menjadi pedoman hidup masyarakat madura untuk memiliki
nilai dan ideologi yang ada dan terpendam.
sikap hormat dan tanggung jawab, sebagai upaya untuk
Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat
meningkatkan nilai-nilai moral yang ada pada diri terutama
dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau
untuk generasi pelestari budaya madura.
yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur
Dewasa ini para generasi muda belum memahami cerita
budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya
rakyat Madura yang memiliki pemahaman bagaimana nilai
dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada
karakter moral tentang rasa hormat dan tanggung jawab
umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian
berpengaruh besar terhadap diri mereka menjadi orang
di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Cerita rakyat
yang sejatinya adalah karakter asli dari masyarakat Madura.
memiliki ciri, 1) disampaikan secara turun temurun; 2) tidak
Penjelasan mengenai cerita rakyat yang mengandung nilai
diketahui siapa yang pertama kali membuatnya; 3) kaya nilai-
rasa hormat tentang nilai toleransi, kebijaksanaan dan
nilai luhur; 4) bersifat tradisional; 5) memiliki banyak versi
disiplin diri; serta nilai tanggung jawab tentang nilai tolonng-
dan variasi; 6) mempunyai bentuk klise dalam susunan atau
menolong, peduli sesama, dan kerja sama dapat mengurangi
cara pengungkapannya; 7) bersifat anonim; 8) berkembang
stigma budaya yang negatif di Madura. Para generasi muda
dari mulut ke mulut; 9) disampaikan secara lisan (Indra
dapat memahami stigma yang negatif yang ada pada saat ini,
Saputra, 2013).
bukan mencerminkan sikap asli dari masyarakat asli Madura
Berdasarkan cerita rakyat madura yang melekat secara
pada zaman dahulu.
turun temurun pada masyarakat madura, maka seharusnya
Kajian cerita rakyat madura diharapkan dapat menjadi
cerita rakyat yang memiliki banyak nilai-nilai luhur
pemahaman untuk mengurangi stigma negatif yang ada pada
tersebut, dapat menjadi panduan masyarakat madura untuk
saat ini, sehingga dapat menjadikan para generasi muda
melestarikan budaya madura dengan penuh sikap hormat dan
masyarakat yang memahami budaya khas dari Madura.
Nurmalita dan Wibowo: Kajian Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Cerita 151
tanggung jawab, sebagai upaya untuk mengurangi stigma memberikan bimbingan untuk berbuat kebaikan dengan
negatif yang telah melekat di kalangan masyarakat madura. hati, membantu untuk tidak mengetahui apa yang menjadi
tanggung jawab tetapi juga merasakannya, serta mencapai
tujuan bersama-sama dalam meraih tujuan yang pada
METODE dasarnya sama dengan upaya pertahanan diri (Lickona, 2013:
Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data 75-78)
alamiah, yaitu data dalam hubungannya dengan konteks
Nilai-Nilai Sikap Hormat dan Tanggung jawab yang
keberadaannya. Teknik pengumpulan data dan analisis data
perlu Pemaknaan dari Cerita Rakyat Madura
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut,
1. Menentukan populasi penelitian, yaitu cerita rakyat Kebudayaan madura pada dasarnya telah ada sejak
madura yang didapat dalam buku cerita, cerita lisan jaman dahulu, berdasarkan cerita rakyat dari 1) Joko Tole;
masyarakat, dan website yang yang memuat kumpulan 2) Rato Ebu, 3) Raden Trunojoyo, dan 4) Sakera. Cerita
cerita rakyat Madura. rakyat asli madura tersebut menceritakan bagaimana beliau
2. Menentukan sampel penelitian, yaitu dipilih dan memiliki nilai moral yang diharapkan menjadi pedoman bagi
diklasifikasikan 4 cerita rakyat madura yang dianggap masyarakat madura yaitu nilai sikap hormat dan tanggung
mengandung nilai-nilai pendidikan karakter moral jawab. Berikut merupakan analisis nilai-nilai bentuk
terkait sikap hormat dan tanggung jawab yang dapat sikap hormat dan tanggung jawab yang perlu pemaknaan
mengandung makna nilai pendidikan karakter. kembali.
3. Menganalisis cerita rakyat madura yang sudah Berdasarkan kajian nilai-nilai pendidikan karakter
ditentukan dengan cara memahami dan memaknai moral sikap hormat dan tanggung jawab dalam cerita
nilai-nilai pendidikan karakter moral rasa hormat dan rakyat madura, menggambarkan bahwa pada dasarnya
tanggung jawab yang terkandung didalamnya. cerita rakyat madura mengandung nilai positif yang jauh
4. Menyimpulkan hasil penelitian. dari stigma negatif seperti yang ada pada saat ini. Stigma
Berdasarkan metode yang digunakan, pada cerita rakyat negatif yang berkembang sangat kokoh di madura adalah
madura dianalisis masing-masing tiga cerita rakyat yang carok. Jika dianalisis berdasarkan cerita rakyat, budaya
sama dengan media yang berbeda untuk kemudian carok berawal dari cerita rakyat Sakera. Pada dasarnya
disimpulkan satu cerita dari tiga media yang berbeda, Sakera menggunakan simbolisasi celurit (madura: are)
menjadi satu cerita penyimpulan. untuk mengembalikan citra dirinya karena telah difitnah
oleh pemimpin dan kaki tangannya, saat itu kalangan bawah
orang madura menganggap bahwa penindasan pada dirinya
PEMBAHASAN merupakan kejahatan karena dapat merusak citra diri. secara
pribadi dan keluarga. Namun, setelah Sakera digantung
Bentuk parameter dari sikap hormat yang dimaknai dalam
Belanda secara sengaja mempersenjatai golongan blater
isi cerita rakyat madura adalah toleransi yang merupakan
(jagoan) yang menjadi kaki tangan Belanda, dengan sengaja
bentuk refleksi dari sikap hormat untuk menghindari berbagai
celurit yang bertujuan merusak citra Sakera sebagai tokoh
prasangka yang menyangkut etika, toleransi pada akhirnya
yang mempopulerkan senjata tersebut. Mereka kemudian
adalah tanda dari salah datu arti kehidupan yang beradab.
diadu domba dengan sesama bangsanya sebagai perwujudan
Toleransi merupakan sebuah sikap yang memiliki kesetaraan
politik devide et empera.
dan tujuan bagi mereka yang memiliki pemikiran, ras, dan
Hasil penelitian Jonge (dalam Latief.A.Wiyata,2002:64),
keyakinan berbeda-beda. Toleransi adalah sesuatu yang
Jonge mengutip laporan seorang asisten residen di
membuat dunia setara dari berbagai bentuk peradaban.
Bangkalan, Brest Van Kempen yang menyatakan bahwa
Kebijaksanaan, bentuk penghormatan diri ketika kita
antara tahun 1847–1849, keamanan di Pulau Madura sangat
menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat membahayakan diri
memprihatinkan mengingat hampir setiap hari terjadi kasus
baik fisik maupun moral. Disiplin diri, bentuk penghormatan
pembunuhan. Bandingkan dengan kisah Sakera dan peristiwa
untuk membentuk diri kita untuk tidak mudah puas terhadap
kekacauan yang terjadi setelah Sakera Wafat. Menurut
hasil yang diraih, dengan cara mengembangkan kemampuan,
De Jonge tahun 1871 du Sumenep tercatat datu kasus
bekerja dengan manajemen waktu untuk menghasilkan
pembunuhan untuk 2342 jiwa, sejak saat itu pemerintah
sesuatu yang berarti bagi kehidupan.
koloniah Belanda mengeluarkan larangan membawa senjata
Bentuk tanggung jawab yang dapat dinilai dari tolong
tajam.
menolong, sikap peduli sesama, dan kerja sama yang dapat
152 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 149–153
ABSTRAK
Mengetik pada umumnya mencatat melalui papan keyboard komputer. Mengetik pada papa keyboard komputer sudah tidak asing
lagi bagi kalangan saat ini. Menekan tombol pada keyboard bertujuan memasukkan huruf atau angka sesuai dengan keinginan penulis.
Sebenarnya mengetik 10 jari memiliki teknik khusus atau mengetik tanpa melihat tombol pada keyboard. Pengetahuan serta keterampilan
mengetik, diharapkan dapat dihasilkan tulisan cepat dan benar. Penelitian ini difokuskan terhadap kemampuan keterampilan (psikomotor
dan afektif) mengetik 10 jari menggunakan program Letter Case 3.7 dan Rapid Typing. Manfaat dari penelitian ini diharapkan mahasiswa
bisa mengetik 10 jari dengan cepat dan tepat sesuai panduan program yang digunakan. Keterampilan mahasiswa menjadi perhatian
utama dalam penelitian ini sebagai tolok ukur keberhasilan kampuan mengetik 10 jari untuk pengembangan diri. Hasil analisis kajian
strategi pembelajaran komputer mengetik 10 jari antara program Letter Chase 3.7 dan Rapid Typing sesuai analisis SPSS 21 dapat
disimpulkan bahwa t hitung program Letter Chase 2,552 (>2,042) dan program Rapid Typing 2,275 (>2,042). Dari hasil pemaparan
analisis SPSS 21, maka dapat disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan letter chase 3.7 lebih mendapatkan antusias yang besar
dari mahasiswa dibandingkan dengan rapid typing. Mahasiswa lebih antusias dalam praktik komputer menggunakan Letter Chasse 3.7
karena bisa memantau kecepatan mengetik 10 jari, keakuratan, dan kesalahan mengetik.
Keyboard adalah perangkat keras yang digunakan sebagai Minute). CPM adalah jumlah karakter yang di ketik dengan
media untuk pengetikan pada komputer atau laptop. Mengetik benar selama satu menit, sedangkan WPM jumlah kata,
10 jari dapat bermanfaat untuk lebih memaksimalkan umur minimal lima huruf yang di ketik selama satu menit.
keyboard pada laptop atau komputer dibandingkan dengan
mengetik 2 jari. Umur keyboard dan kinerja keyboard lebih Program Letter Chase 3.7
panjang, dikarenakan mengetik 10 jari mengedepankan cara Program Letter Chase 3.7 merupakan salah satu softwere
mengetik dengan sentuhan yang halus, lembut dan keyboar untuk membantu belajar mengetik dengan cepat dan tepat.
tidak ditekan kuat-kuat seperti menggunakan 2 jari. Mengetik Dengan bantuan program ini dapat melatih jari-jari kita
dengan menggunakan 10 jari juga bermanfaat untuk kinerja mengetik secara cepat. Softwere ini sangat mudah digunakan
brainware atau pengguna keyboard. Mengetik dengan 2 jari dan dapat di unduh di internet dan dapat langsung di instal
memudahkan mata menjadi lelah karena dengan mengetik kemudian bisa langsung dipraktikkan karena setiap praktik
10 jari mata hanya memantau layar dibandingkan bolak-balik ada tahapan mudah sampai sukar dengan memberikan
memperhatikan keyboard dan layar. Kecepatan dan ketepatan penilaian akurasi dan kesalahan dalam mengetik.
waktu juga diperhatikan jika menggunakan 10 jari. Mengetik Pada program Letter Chase 3.7 pembelajaran akan di
10 jari memberikan pengguna untuk mengetik dengan cepat, mulai dari lessons 1 sampai lessons 8 artinya setiap urutan
efisiensi waktu, dan tingkat kesalahan dalam mengetik dapat lessons memiliki tingkat kesukaran yang berbeda di mana
berkurang dibandingkan dengan menggunakan 10 jari. telah disesuaikan untuk kita yaitu dari mudah sampai sukar
(buttom-up). Apabila lessons sudah terlampaui maka bisa
kita lanjutkan melalui praktik bigginer untuk pemula, hal ini
LANDASAN TEORI didasari bahwa setelah melakukan lessons pengablikasiannya
Mengetik yaitu melakukan perintah menekan pada papan pada tahapan praktik tahap selanjutnya. Sedangkan yang
tombol (keyboard). Dalam bahasa Inggris, mengetik 10 terakhir yaitu kelas intermediate (mahir) pada tahapan
jari disebut dengan istilah Touch Typing, artinya mengetik ini tidak diragukan lagi jika sudah menguasai maka dapat
tanpa melihat keyboard/sistem buta secara tepat lokasi tuts dikatakan lulus mengetik 10 jari.
keyboard. Secara detail, kebiasaan mengetik akan lebih
mengetahui lokasi tuts pada keyboad melalui memori otot
(muscle learning). Memori otot yang melibatkan konsolidasi
tugas motorik untuk masuk ke dalam memori yang melibatkan
gerakan pengulangan.
Ketika hal ini sering dilakukan dan berulang kali, dalam
jangka panjang secara cepat gerakan otot dan motorik
melakukan tugas cepat dan tanpa sadar. Proses ini mengurangi
kelelahan dan menciptakan keakuratan efesiensi dalam otot
dan motorik.
Langkah awal dalam mengetik 10 jari meletakkan 8 jari
secara horisontal bagian tengah keyboard (the home row) dan
kedelapan jari tersebut untuk menekan tuts lainnya secara Gambar 2. Program Letter Chase 3.7
bergantian yang berada di bagian atas dan bawah. Sedangkan
ibu jari, digunakan menekan tombol spasi.
Mengetik 10 jari dikatakan baik jika mengetik dengan Program Rapid Typing
cepat dan aturan. Dalam turnamen mengetik 10 jari dan Program Rapid Typing sama dengan Program Letter
praktiknya penilaian mengetik dibagi menjadi dua skala, Chase 3.7 yaitu melatih mengetik 10 jari dengan cepat dan
yaitu CPM (Character Per Minute) dan WPM (Words Per tepat. Dari kedua program tersebut memiliki kesamaan dan
perbedaan. Kesamaan adalah merupakan program untuk
belajar mengetik 10 jari, melatih sistem otot dan motorik,
dan dapat di di unduh secara gratis. Perbedaannya memiliki
tampilan fisik yang berbeda, fitur-fitur antara kedua program
memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan Letter
Chase 3.7 yaitu memberikan latihan secara intensif dari
sangat mudah hingga tersulit, ini merupakan latihan yang
sangat baik. Sedangkan kelebihan Rapid Typing yaitu
tampilan yang menarik dan fitur-fitur penilaian dengan
grafik.
Dalam aplikasi rapid typing juga tersedia statistik hasil
Gambar 1. Posisi Tangan dalam mengetik 10 jari penilaian dari pembelajaran mengetik dengan cepat dan tepat.
156 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 154–158
menggunakan bahasa Inggris. Sedangkan program rapid Hasil wawancara dilaksanakan kepada seluruh mahasiswa
typing memiliki kelebihan yaitu tampilan warna aplikasi secara tidak terstruktur, hal ini dilakukan karena disesuaikan
yang menarik, ada penilaian kecepatan dalam mengetik, dengan tes kinerja yang dihasilkan oleh mahasiswa. Dengan
dan menggunakan bahasa Indonesia, ada pembelajaran dasar indikator jika mahasiswa memiliki tes kinerja baik diberikan
(pelajaran 1–9), tombol shift (pelajaran 1–9), tombol angka pertanyaan mengenai motivasi untuk belajar mengetik 10
(pelajaran 1–3), akurasi, waktu yang digunakan dan grafik Jari. Hasil wawancara dianalisis untuk menjadi bahan
yang menunjukkan tiap latihan. Untuk mendukung mengetik penunjang dari hasil penelitian yang dihasilkan. Tujuan dari
10 jari secara mahir lebih baik menggunakan letter chase 3.7 metode pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu, untuk
dahulu karena lebih detail tiap latihan kemudian dilanjutkan menganalisis rasa antusias mahasiswa dengan melakukan
dengan aplikasi rapid typing untuk memperdalam latihan foto setiap mahasiswa pada saat tes kinerja mengetik 10
karena mahasiswa perlu di latih berulang-ulang karena belum jari, hal ini dilakukan untuk mempermudah menganalisis
punya kemampuan dasar dalam mengetik 10 jari. Sehingga indikator dari motivasi mahasiswa dalam melakukan
dapat disimpulkan mahasiswa secara latihan lebih suka pengetikan 10 jari dengan menggunakan program Letter
letter chase 3.7 karena tiap latihan detail tetapi untuk desain Chase3.7 dan Rapid Typing. Sejauh ini penilaian perihal
aplikasi mahasiswa lebih menyukai rapid typing. dokumentasi mahasiswa, diamati berdasarkan mimik muka
Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 di bawah ini adalah tabel yang ditunjukkan mahasiswa pada saat tes kinerja.
hasil output berdasarkan analisis perbandingan variabel Berikut ini adalah Tabel 1 dan tabel 2 hasil output IBM
pembelajaran dengan menggunakan aplikasi Letter Chase3.7 Statistic V.21.
dengan Rapid Typing. Data yang diperoleh berdasarkan Berdasarkan hasil analisis diatas diketahui bahwa t hitung
matrikulasi nilai hasil triangulasi metode yaitu pengamatan, > t tabel, t tabel yaitu dk = n–1 dengan nilai t tabel dk =
tes, wawancara dan dokumentasi. Hasil tes didapatkan 31–1 = 30. Pada tabel 1.2 dk sama artinya dengan df (derajat
dari tes kinerja mahasiswa untuk mengetik 10 jari dengan kebebasan) dengan nilai 30. Nilai t hitung berdasarkan
menggunakan Letter Chase3.7 dan Rapid Typing. Hasil penggunaan mhs_letterchase 3.7 adalah 2,552 (> 2,042) dan
pengamatan didapatkan berdasarkan indikator mahasiswa mhs_rapidtyping dengan nilai 2,275 (> 2,042), berdasarkan
tidak mengeluh pada saat mengetik 10 jari, sikap antusias nilai tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
mahasiswa, dan kecepatan mahasiswa mengetik 10 jari. menggunakan letter chase 3.7 lebih mendapatkan antusias
Hal ini didapatkan dalam 4 kali temu tatap muka pada saat yang besar dari mahasiswa dibandingkan dengan rapid
kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di laboraturium typing. Mahasiswa lebih menyukai pembelajaran dengan
komputer STKIP-PGRI Sampang. Pengamatan dilaksanakan menggunakan letter chase 3.7 dikarenakan program aplikasi
oleh dosen pengampu mata kuliah komputer terapan I dan ini lebih memudahkan mahasiswa dibandingkan dengan
asisten laboratorium komputer, hasil dari dua orang pengamat rapid typing. Mahasiswa dapat mengetahui kecepatannya
dianalisis untuk menjadi satu data yang relevan untuk dalam menulis, layar kerja yang memiliki motivasi tinggi
kemudian dianalisis dengan menggunakan IBM Statistic dan relevan sehingga setelah mahasiswa berpindah dari rapid
V.21. typing ke letter chase 3.7 akan mengetahui perbedaan dari
beberapa kemudahan dari letter chase 3.7.
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Mhs_LetterChase3.7 31 76,23 13,581 2,439
Mhs_RapidTyping 31 75,58 13,657 2,453
One-Sample Test
Test Value = 70
95% Confidence Interval of the
Mean Difference
T Df Sig. (2-tailed)
Difference
Lower Upper
Mhs_LetterChase3.7 2,552 30 ,016 6,226 1,24 11,21
Mhs_RapidTyping 2,275 30 ,030 5,581 ,57 10,59
158 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 154–158
Tabel 1.1 On Sampel Statistics menunjukkan Mhs _Letter Rapid Typing 2,275 (> 2,042). Dari hasil pemaparan analisis
Chase3.7 terhadap Mhs_RapidTyping. Dari 31 responden SPSS 21, maka dapat disimpulkan pembelajaran dengan
rata-rata perbandingan pembelajaran Letter Chase 3.7 menggunakan letter chase 3.7 lebih mendapatkan antusias
terhadap Rapid Typing adalah 76,23 dengan Standar Deviasi yang besar dari mahasiswa dibandingkan dengan rapid
13,581. Oleh karena nilai p-value pada tabel 1.2 menunjukkan typing. Mahasiswa lebih antusias dalam praktik komputer
nilai 0,016 (< 0,05) maka kesimpulannya adalah hipotesis menggunakan Letter Chasse 3.7 karena bisa memantau
0 ditolak. Hal tersebut diartikan bahwa referensi 76,23 kecepatan mengetik 10 jari, keakuratan, dan kesalahan
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan referensi yang mengetik.
ditetapkan oleh nilai kriteria ketuntasan minimal (KMM) Teknik mengetik 10 jari lebih baik dilakukan secara rutin
yaitu 70, sehinga Mhs_LetterChase3.7 layak untuk diterapkan untuk membiasakan posisi jari dengan benar dan melatih
dalam pembelajaran mengetik 10 jari. kemampuan mengetik agar lebih mahir. Meskipun manfaat
Berdasarkan analisis statistik di atas dipengaruhi oleh mengetik 10 jari untuk orang awam tidak terlalu penting,
kebiasaan mahasiswa menggunakan Letter Chase 3.7 namun kenyataan mengetik 10 jari dapat mempersingkat
daripada menggunakan Rapid Typing. Sehingga program waktu pengetikan, tidak mudah lelah, dan lebih akurat.
Letter Chase 3.7 memberikan penilaian praktik yang lebih
baik dan disukai oleh mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Permendikbud,Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar
KESIMPULAN dan Menengah, Jakarta. Nomor 54 Tahun 2013: 3.
2. Sulastri, Tuti,Analisis Mengetik Cepat 10 Jari Menggunakan
Hasil analisis kajian strategi pembelajaran komputer Teknologi Komputer Berbasis Aplikasi Softwere Rapid Typing,
mengetik 10 jari antara program Letter Chase 3.7 dan Rapid Jurnal LPKIA, Vol. 4 No. 2, pp. 2014: 13–18.
3. Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods),
Typing sesuai analisis SPSS 21 dapat disimpulkan bahwa Bandung: Alfabeta. 2012: 199.
t hitung program Letter Chase 2,552 (> 2,042) dan program
159
ABSTRAK
PT. XYZ merupakan perusahaan padat karya yang memiliki lebih dari 6000 karyawan yang tentu saja memiliki beragam karakteristik,
baik itu dari segi perilaku maupun inovasi kepemimpinan yang berbeda. Apalagi akhir-akhir ini manajemen PT. XYZ sering mengadakan
turn over di setiap departemen sehingga bawahan harus beradaptasi lagi dengan inovasi-inovasi baru yang dibawakan oleh pimpinan
baru. Hal ini dimungkinkan untuk mempengaruhi motivasi, komitmen organisasi, dan kepuasan kerja yang nantinya dimungkinkan juga
mempengaruhi kinerja karyawan. Untuk itu diperlukan penelitian secara ilmiah bertujuan mengetahui pengaruh inovasi kepemimpinan,
motivasi, Komitmen organisasi, dan kepuasan kerja terhadap kinerja dengan menggunakan metode SEM dengan menggunakan software
AMOS. Hasil dalam penelitian ini telah menunjukkan bahwa inovasi kepemimpinan, motivasi, komitmen organisasi, dan kepuasan
kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. XYZ dan semoga hasil penelitian ini bisa memberikan informasi bagi penulis,
manajemen, dan karyawan.
ABSTRACT
PT. XYZ is a labor-intensive company which has more than 6000 employees which of course has a variety of characteristics, both
in terms of the behavior of different leadership and innovation. Moreover, lately the management of PT. XYZ held frequent turn over
in every department so that subordinates must adapt again with new innovations brought by the new leadership. It is possible to affect
the motivation, organizational commitment, and job satisfaction that will be possible also affect employee performance. It is necessary
for scientific research to determine the effect of innovation leadership, motivation, organizational commitment, and job satisfaction
on performance by using SEM using AMOS software. The results of this research have shown that innovation leadership, motivation,
organizational commitment, and job satisfaction affect the performance of employees at PT. XYZ and hopefully the results of this study
could provide information for the author, management, and employees.
adalah pemberlakuan sistem enam pasang pada sistem Structural Equation Modelling (SEM)
preparation, perubahan tata letak di area stroubel dan lain- Penelitian ini menggunakan metode SEM (Structural
lain. Equation Modelling) yang merupakan suatu teknik statistik
yang mampu menganalisis pola hubungan antara konstrak
Motivasi laten dan indikatornya, konstrak laten yang satu dengan
Motivasi merupakan kondisi atau energi yang yang lainnya, serta kesalahan pengukuran secara lansung
menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju (Rahmadaniaty dkk, 2012). Aplikasi perangkat lunak SEM
untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental yang digunakan pada penelitian ini adalah AMOS 21 dan
karyawan yang mendukung dan positif terhadap situasi kerja ada beberapa tahapan umum menggunakan SEM menurut
itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai Santoso (2012): (1) Spesifikasi model, yaitu membangun
kinerja maksimal (Mangkunegara, 2009). Karyawan yang model yang sesuai tujuan dan masalah penelitian. (2)
termotivasi oleh pemimpin dengan baik, akan bekerja Estimasi parameter bebas, yaitu komparasi matriks kovarian
sepenuh hati dan penuh semangat untuk mencapai target yang mempresentasikan hubungan antar variabel dan
kerja. mengestimasinya ke dalam model yang sesuai.(3) Assessment
of life, yaitu eksekusi estimasi kesesuaian model dengan
Komitmen Organisasi menggunakan parameter diantaranya: Chi-square, Root Mean
Menurut Robbins dalam Puspitawati dkk (2014), Square Error Of Approxmation (RMSEA), Standardized
komitmen organisasi merupakan suatu keadaan di mana Root Mean Residual (SRMR), dan Comparative Fit Index
seorang karyawan memihak terhadap tujuan-tujuan (CFI). (4) Modifikasi model, yaitu mengembangkan model
organisasi serta memiliki keinginan untuk mempertahankan yang diuji diawal untuk meningkatkan goodness-of-fit (GOF)
keanggotaannya dalam organisasi tersebut. Karyawan yang model. (5) Interpretasi dan komunikasi yaitu interpretasi
bekerja berdasarkan cinta terhadap pekerjaannya tentu saja hasil pengujian statistik bahwa konstruk yang dibangun
akan menimbulkan kecintaan pula terhadap perusahaan berdasarkan model yang paling sesuai. (6) Replikasi dan
tempat mereka bekerja. Akan muncul loyalitas terhadap validasi ulang, yaitu kemampuan model yang dimodifikasi
organisasi atau departemen tempat bekerja. Jika rasa ikatan untuk dapat direplikasi dan divalidasi ulang sebelum hasil
dengan organisasi semakin besar maka pekerja tak akan penelitian diinterpretasi dan dikomunikasikan.
mudah terpengaruh dengan pekerjaan di luar departemen
atau luar perusahaan.
METODOLOGI PENELITIAN
Kepuasan Kerja
Pada metodologi penelitian ini akan dijelaskan tahapan
Kepuasan kerja merupakan sikap positif terhadap yang dilakukan pada saat penelitian.
pekerjaan pada diri seseorang. Pada dasarnya kepuasan
kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu Pendahuluan
akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai Pada tahap ini merupakan tahap yang bertujuan untuk
dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya (Pranoto dkk, mengetahui kondisi dan situasi, dan juga mencakup tahapan
2013). Karyawan yang merasa dihargai dengan pekerjaan studi literatur, penentuan tujuan dan penentuan objek
yang telah dicapainya akan memacu keinginan untuk penelitian.
lebih mengembangkan prestasinya lagi, terlebih dengan
diberikannya tunjangan lain hingga peningkatan jabatan. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan
Kinerja
yaitu sebagai berikut:
Menurut Mangkunegara (2009), bahwa kinerja
karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas Variabel Eksogen atau variabel Independen.
• Inovasi Kepemimpinan (X1) dengan indikator: (X1.1)
yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
Melihat peluang, (X1.2) Mengeluarkan ide, (X1.3)
kepadanya. Dalam suatu perusahaan seperti PT. XYZ para
Aplikasi.
• Motivasi (X2) dengan indikator: (X2.1) Keamanan,
pemimpin atau seorang manajer harus menyampaikan
atau menginformasikan kondisi dan pencapaian yang telah
(X2.2) Sosial, (X2.3) Penghargaan.
• Komitmen Organisasi (X3) dengan indikator: (X3.1)
dicapai oleh tim atau organisasi yang dipimpinnya, hal ini
biasanya menyangkut output, kualitas dan informasi yang
Komitmen afektif, (X3.2) Komitmen berkelanjutan,
sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Selanjutnya akan
(X3.3) Komitmen Normatif.
• Kepuasan Kerja (X4) dengan indikator: (X4.1) Promosi,
diperoleh tindakan yang diperlukan untuk koreksi atas
kebijakan, meluruskan kegiatan-kegiatan yang bertujuan
(X4.2) Gaji, (X4.3) Pekerjaan itu sendiri.
untuk perbaikan untuk langkah selanjutnya.
Syarifudin dan Cahyana: Pengaruh Inovasi Kepemimpinan, Motivasi, Komitmen Organisasi 161
penelitian yang akan menjelaskan hubungan dari setiap Kesimpulan Dan Saran
variabel. Dari hubungan variabel tersebut didapatkan hipotesa Setelah hasil perhitungan telah didapat dan dianalisis,
sebagai berikut: maka akan bisa diambil kesimpulan dan saran.
H1 : Inovasi kepemimpinan berpengaruh terhadap
motivasi
H2 : Inovasi kepemimpinan berpengaruh terhadap komitmen HASIL DAN PEMBAHASAN
organisasi Setelah data terkumpul langka selanjutnya adalah
H3 : Inovasi kepemimpinan berpengaruh terhadap kepuasan pengimputan data berdasarkan kuesioner yang terkumpul.
kerja
H4 : Inovasi kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja Demografi Responden
H5 : Motivasi berpengaruh terhadap kinerja.
Untuk demografi responden berdasarkan usia, jenis
H6 : Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja.
kelamin, masa kerja, jabatan, dan juga pendidikan terakhir
H7 : Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja.
karyawan di departemen full shoe PT. XYZ. Untuk usia
didominasi karyawan dengan usia 21–25 tahun dengan
Pengumpulan data
jumlah 21 orang dan jenis kelamin paling dominan adalah
Penelitian ini dilakukan di PT. XYZ departemen full pria dengan persentase 63%. Sedangkan untuk jabatan
shoe dengan karyawannya sebagai sampel dengan jumlah didominasi oleh operator injecton dengan jumlah 35 orang
sebanyak 75 sampel. Hal ini mengacu pada Hair, dkk, dalam atau 47%.
Wiyono (2013) yang menyebutkan bahwa jumlah sampel
dapat dihitung dengan besarnya parameter dikali dengan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
5 sampai dengan 10. Dalam penelitian ini jumlah variabel
Uji reliebilitas dan uji validitas dilakukan untuk
independen dan dependennya adalah masing-masing 4 dan
mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian
1 dengan jumlah indikator dari masing-masing dari setiap
ini benar-benar dapat diandalkan dan benar-benar validitas
variabel adalah 3 indikator.
Kriteria dari nilai croanbach alpha adalah apabila didapatkan
nilai kurang dari 0,6 maka berarti buruk, jika croanbach alpha
Pengolahan Data
lebih besar dari 0,6 maka data tersebut dikatakan reliabel
Setelah data dikumpulkan data akan diolah mengunakan dan jika nilai croanbach alpha melebihi 0,3 maka data dapat
SPSS untuk menentukan valid dan reliabelnya data, dikatakan valid (Sugiyono dalam Pratiwi dkk, 2013).
selanjutnya data akan diolah dengan menggunakan AMOS
21.
162 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 159–164
Uji Kesesuaian Model dengan indikator Y1.1 (kualitas) memiliki nilai loading factor
Pada uji kesesuaian model ini akan menjelaskan tertinggi dengan nilai 0,775 hal tersebut yang menunjukkan
output data dari uji kesesuaian model per variabel dengan bahwa indikator tersebut paling berpengaruh dan indikator
menggunakan software AMOS 21.0. Uji kesesuaian model kuantitas sebagai indikator pembentuk paling lemah.
ini bertujuan untuk mengetahui apakah model sudah fit pada Setelah semua model sudah dipastikan fit maka langkah
setiap konstruk variabel dan keseluruhan konstruk, jika ada selanjutnya adalah menguji kausalitas, yakni menguji apakah
yang tidak fit maka perlu dilakukan modifikasi sampai antar variabel sesuai dengan hipotesa. Parameter ada tidaknya
model benar-benar fit. Dalam penelitian ini semua model pengaruh secara parsial dapat diketahui berdasarkan nilai CR
dapat dikatakan fit. Setelah itu langkah selanjutnya adalah (Critical Rasio). Menurut Santoso (2012) untuk menentukan
menentukan indikator yang paling berpengaruh atau paling ada tidaknya pengaruh variabel eksogen terhadap endogen
lemah dalam masing-masing variabel dengan melihat nilai dan endogen terhadap endogen digunakan ketentuan sebagai
estimatenya. Untuk variabel inovasi kepemimpinan yang berikut:
dibangun oleh tiga indikator dengan nilai estimate yang dapat 1. Parameter pertama adalah membandingkan CR hitung
dilihat pada tabel 4.6. Indikator X1.3 (Aplikasi) memiliki dengan CR standar pada alpha 0,05 yaitu 1,96. Jika CR
nilai estimate tertinggi sebesar 1,187 yang menunjukkan hitung > 1,96 atau –CR hitung <-1,96 maka ada pengaruh
bahwa indikator tersebut paling berpengaruh pada model variabel eksogen terhadap endogen atau endogen terhadap
inovasi kepemimpinan dan indikator terlemah X1.1 (Melihat endogen.
Hipotesa 1: Inovasi kepemimpinan berpengaruh terhadap Untuk hipotesa ke 4 ditunjukkan output pada tabel 4.27
motivasi uji hipotesa menunjukkan bahwa kesimpulan akhir nilai
Untuk hipotesa 1 ditunjukkan pada tabel 1 menunjukkan output telah memenuhi standar, hal ini mengacu pada nilai P
nilai output yang terdiri dari nilai CR, probabilitas dan t-value > 0,05 (hasil: 0,903 > 0,05) dengan demikian dapat dikatakan
telah memenuhi standar, hal ini mengacu pada nilai P > bahwa inovasi kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja
0,05 (hasil: 0,535 > 0,05) dengan demikian hipotesa dapat karyawan di PT. XYZ.
diterima dan dapat dikatakan bahwa inovasi kepemimpinan Pembuktian hipotesa yang dibangun pada penelitian ini
berpengaruh terhadap motivasi karyawan saat bekerja. Hal memiliki kesamaan dan memperkuat justifikasi penelitian
ini sama dengan hipotesa pada penelitian sebelumnya yang terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh Pranoto
dilakukan Hasbullah (2012) yang menyatakan bahwa Inovasi dkk (2013) yang menyatakan bahwa inovasi kepemimpinan
kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi bawahan atau berpengaruh terhadap kinerja. Inovasi kepemimpinan dengan
karyawan. Variabel inovasi kepemimpinan dengan aplikasi aplikasi (X1.3) sebagai indikator yang paling berpengaruh,
(X1.3) sebagai indikator yang paling berpengaruh, sehingga sehingga perilaku pimpinan yang membangun dan menguji
dapat diartikan perilaku pimpinan yang membangun dan ide baru berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
menguji ide baru berpengaruh terhadap motivasi karyawan.
Hipotesa 5: Motivasi berpengaruh terhadap kinerja
Hipotesa 2: Inovasi kepemimpinan berpengruh terhadap Untuk hasil uji hipotesa ke 5 tentang motivasi yang
komitmen organisasi mempengaruhi kinerja ditunjukkan pada tabel 4.27. Pada
Untuk hipotesa ke 2 berdasarkan pada tabel 4.27 tabel 4.27 menunjukkan bahwa salah satu dari nilai CR,
menunjukkan bahwa nilai output dari salah satu dari probabilitas dan t-value telah memenuhi standar, hal ini
CR, probabilitas, t-value telah memenuhi standar, hal ini mengacu pada nilai P > 0,05 (hasil: 0,121 > 0,05) dengan
mengacu pada nilai P > 0,05 (hasil: 0,823 > 0,05) dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi berpengaruh
demikian hipotesa diterima sehingga bisa dikatakan inovasi terhadap kinerja karyawan PT. XZY. Hipotesa yang
kepemimpinan berpengaruh terhadap komitmen organisasi dirumuskan pada penelitian ini menunjukkan hasil yang
pada karyawan di PT. XYZ. Penemuan ini sama dengan hasil sama dengan penelitian terdahulu seperti Hasbullah (2012)
penelitian yang dilakukan oleh Pranoto dkk (2013) yang yang menyatakan motivasi berpengaruh terhadap kinerja.
menyatakan inovasi kepemimpinan berpengaruh terhadap Variabel motivasi dengan keamanan (X2.1) sebagai indikator
komitmen organisasi. Variabel inovasi kepemimpinan paling kuat menggambarkan bahwa penjaminan keselamatan
dengan aplikasi (X1.3) sebagai indikator yang paling dan perlindungan dari kerugian fisik ataupun emosional
berpengaruh, sehingga hal tersebut berarti perilaku pimpinan mempengaruhi kinerja karyawan.
yang membangun dan menguji ide baru berpengaruh
terhadap komitmen organisasi. Pemimpin yang mampu Hipotesa 6: Komitmen organisasi berpengaruh terhadap
kinerja
mengaplikasikan ide-ide barunya dengan tindakan yang
Selanjutnya untuk hasil uji hipotesa ke 6 tentang
nyata akan membuat bawahan untuk mempertahankan
komitmen organisasi yang mempengaruhi kinerja ditunjukkan
komitmennya untuk tetap bertahan di perusahaan.
pada tabel 4.27. Pada tabel 4.27 menunjukkan bahwa salah
Hipotesa 3: Inovasi kepemimpinan berpengaruh terhadap satu dari nilai CR, probabilitas dan t-value telah memenuhi
kepuasan kerja standar, hal ini mengacu pada nilai P > 0,05 (hasil: 0,901 >
Untuk hipotesa 3 ditunjukkan pada tabel 4.27 yang 0,05) dengan demikian dapat dikatakan bahwa komitmen
menunjukkan bahwa kesimpulan akhir nilai output salah organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. XZY.
satu dari nilai CR, probabilitas dan t-value telah memenuhi Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah berhasil
standar, hal ini mengacu pada nilai P > 0,05 (hasil: 0,698 > merumuskan dan membangun hipotesis atas pengaruh
0,05) bahwa inovasi kepemimpinan berpengaruh terhadap komitmen organisasi terhadap kinerja, seperti penelitian
kepuasan kerja pada karyawan. Hal ini dapat disimpulkan yang dilakukan oleh pranoto dkk (2013). Berdasarkan
bahwa hipotesa yang dibangun pada penelitian ini memiliki pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa indikator
kesamaan dan memperkuat justifikasi penelitian terdahulu yang paling berpengaruh dalam variabel komitmen organisasi
seperti penelitian yang dilakukan oleh Pranoto dkk (2013) adalah komitmen normatif (X3.3) hal ini berarti perasan atau
yang menyatakan bahwa inovasi kepemimpinan berpengaruh keterikatan untuk bertahan sebagai karyawan berpengaruh
terhadap kepuasan kerja. Inovasi kepemimpinan dengan terhadap kinerja.
aplikasi (X1.3) sebagai indikator yang paling berpengaruh,
sehingga hal tersebut berarti perilaku pimpinan yang Hipotesa 7: Kepuasan kerja berpengaruh terhadap
kinerja
membangun dan menguji ide baru berpengaruh terhadap
Dan untuk hasil uji hipotesa yang terakhir atau yang
kepuasan kerja karyawan.
ke 7 tentang kepuasan kerja yang memengaruhi kinerja
Hipotesa 4: Inovasi kepemimpinan berpengaruh terhadap ditunjukkan pada tabel 4.27. Pada tabel 4.27 menunjukkan
kinerja
164 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 159–164
bahwa salah satu dari nilai CR, probabilitas dan t-value mengikuti aturan pemerintah tentang penggajian dengan terus
telah memenuhi standar, hal ini mengacu pada nilai P > 0,05 meng follow-up pertambahan KHL. (e) Untuk meningkatkan
(hasil: 0,796 > 0,05) dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja dalam hal ini indikator paling lemah adalah kuantitas,
kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. perlu diberikannya lebel waktu pemasukan dan pengambilan
XZY. Hal ini sama dengan penelitian yang sebelumnya white foam ke dalam open
yaitu penelitian dari Pranoto dkk (2013) yang menyatakan
kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja, hasil analisis
menunjukkan kepuasan kerja dengan indikator pekerjaan DAFTAR PUSTAKA
itu sendiri (X4.3) merupakan indikator paling kuat. Hal ini Jerry Marcellius Logahan, Aditya Indrajaya, dan Astrid Wahyu Praborini,
memberikan pemahaman bahwa pekerjaan yang dilakukan Analisis Pengaruh Perilaku Inovatif dan Self-Esteem terhadap
Organizational Citizenship Behavior di PT. Stannia Binekajasa,
oleh seorang bawahan berpengaruh terhadap kinerjanya. 2014, Jurnal Manajemen, Vol. 5, No. 1, Hal. 3.
Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM, Bandung, PT
Refika Aditama, 2009; 9.
KESIMPULAN Ni Made Dwi Puspitawati, dan I Gede Riana, Pengaruh Kepuasan Kerja
terhadap Komitmen Organisasional dan Kualitas Layanan,
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis, Jurnal Manajemen Strategi Bisnis dan Kewirausahaan, 2014,
Vol. 8, No. 1 Hal. 69.
maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa inovasi
Pranoto, Achmad Anas Susilo, dan Arisyahidin, Pengaruh Gaya
kepemimpinan, motivasi, komitmen organisasi, kepuasan Kepemimpinan terhadap Kepuasan kerja, dan Komitmen
kerja berpengaruh terhadap kinerja pada karyawan di PT. Organisasi untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan UPT-
XYZ dan ke tujuh hipotesa dapat diterima. Sedangkan Pelatihan Kerja Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan
Kependudukan Provinsi Jawa Timur, 2013, Jurnal Ilmu
untuk saran atau rekomendasi yang diusulkan peneliti Manajemen, Vol. 2, No. 4, Hal. 36.
pada PT. XYZ adalah sebagai berikut: (a) variabel inovasi Nia Rahmadaniaty, Ria Masniari, dan Arnita, Penerapan Metode
kepemimpinan peneliti mengusulkan agar pemimpin Structural Equation Modelling (SEM) dalam Menentukan
Pengaruh Kepuasan, Kepercayaan, dan Mutu terhadap Kesetiaan
sering melakukan benchmarking ke departemen atau unit Pasien Rawat Jalan dalam Memanfaatkan Pelayanan Rumah
lain. (b) Untuk membangun motivasi bawahan pimpinan Sakit di RSUD Dr. Pirngadi Medan, 2012, Jurnal FKM USU,
harus melakukan pendekatan dan pendelegasian tanggung Hal. 1.
Wiyono, Karsono Wiyono dan Dewi Amina Sukma, Analisis Anteseden
jawab pada bawahannya dengan cara job rotation di tingkat
Orientasi Pasar dan Pengaruhnya terhadap Pembelajaran
operator. (c) Untuk memupuk komitmen organisasi pada Organisasi UMKM di Eks Karesidenan Surakarta, Semnas
karyawan pemimpin harus mampu meningkatkan ikatan Fekon, Optimisme Ekonomi Indonesia, 2013, Hal. 3.
emosional karyawan atau bawahan terhadap dirinya maupun Singgih Santoso, Analisis SEM menggunakan AMOS, Jakarta, PT Elex
Media Komputindo, 2012; 169
perusahaan. (d) Untuk kepuasan kerja yang dipengaruhi Rahmat Hasbullah, Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi
oleh indikator gaji menyarankan agar terus konsisten dalam Kerja terhadap Disiplin Kerja Dosen di Unsika, 2012, Vol. 1,
No. 24, Hal. 1.
165
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media audio visual sex education untuk menstimulasi nilai-nilai agama dan moral
anak usia dini. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Borg and Gall (2007) yang terdiri sepuluh
langkah: (1) Asses Needs to Identity Goal, (2) Conduct Instructional Analysis, (3) Analyze Learners And Cnontext, (4) Write Performance
Objectives, (5) Develop Assessment Instrument, (6) Develop Instructional Strategy, (7) Develop And Select Instructional Materials, (8)
Design And Conduct Formative Evaluation Of Instruction, (9) Revise Instruction, (10) Design And Conduct Summative Evaluation.
Desain uji coba produk dalam penelitian ini melalui tiga tahap yaitu: (a) validasi ahli, (b) uji coba kelompok kecil, (c) uji coba kelompok
besar. Hasil uji coba selanjutnya diuji dengan Uji t yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan nilai-nilai agama dan moral anak
usia dini dari hasil belajar antara memakai media dengan tidak memakai media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media audio
visual sex education dapat menstimulasi nilai-nilai agama dan moral anak. Dari hasil analisis data memperoleh memperoleh nilai
signifikasi 0,000 < 0,005 maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan adanya perbedaan pada rata-rata perlakuan sebelum dan
sesudah dan rata-rata skor perlakuan sebelum dan sesudah perlakuan pada proses pembelajaran sex education dengan menggunakan
media audio visual yang telah dikembangkan.
Kata kunci: media video, sex education, nilai-nilai agama dan moral
ABSTRACT
This research aims to develop audio-visual media sex education to stimulate religious values and morals of childhood. The development
model used in this study is a model Borg and Gall (2007), which consists of ten steps: (1) Asses Needs To Identity Goal, (2) Conduct
Instructional Analysis, (3) Analyze Learners And Cnontext, (4) Write Performance Objectives, (5) Develop Assessment Instrument,
(6) Develop Instructional Strategy, (7) Develop And Select Instructional Materials, (8) Design And Conduct Formative Evaluation Of
Instruction, (9) Revise Instruction, (10) Design And Conduct summative Evaluation. Design trials of investigational products through
three stages: (a) validation expert, (b) small group trial, (c) a large group trial. The trial results were further tested by t-test is to determine
the increase in the ability of religious values and morals of the early childhood learning outcomes between consuming media by not
wearing media. The results showed that audio-visual media can stimulate sex education religious values and morals. From the analysis
of the data obtained derive significant value 0.000 <0.005, H0 is rejected. Thus it can be said the difference in the average treatment
before and after and the average score of the treatment before and after treatment in the learning process of sex education by using
audio-visual media have been developed.
Key words: video media, sex education, religious values and morals
(PAUD) yang bertujuan untuk membantu meletakkan dasar di masa Pendidikan Anak Usia Dini adalah saat yang paling
ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan baik dan tepat untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan nilai,
daya cipta yang diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan moral, dan agama kepada anak. Walaupun peran orang tua
diri dengan lingkungannya serta untuk pertumbuhan dan sangatlah besar dalam membangun dasar moral dan agama
perkembangan selanjutnya. bagi anak-anaknya, peran pendidik Pendidikan Anak Usia
Perkembangan anak meliputi segala aspek kehidupan dini juga tidaklah kecil dalam meletakkan dasar moral dan
yang mereka jalani baik fisik maupun non fisik. Kesepakatan agama bagi seorang anak (Hidayat, 2007:38).
para ahli menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Pengembangan nilai moral agama erat kaitannya tentang
perkembangan adalah suatu proses perubahan pada seseorang budi pekerti seorang anak, sikap sopan santun, kemauan
ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa (Hurlock, melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
1978:28). Pembahasan filosofis tentang budi pekerti khususnya dari
Secara umum, yang melatarbelakangi penelitian ini segi pendidikan moral sebagaimana dikemukakan oleh
adalah fakta empiris meningkatnya angka pelecehan Kilpatrick (dalam Zuriah, 2011: 63) akan terus berkembang
seksual terhadap anak usia dini di Indonesia. Menurut data dengan berbagai pendapat dan aspek budi pekerti, nilai
yang diperoleh Republika Online (ROL), pada tahun 2013 moral dan keagamaan. Dalam lingkup perkembangan nilai-
terdapat 925 kasus pelecehan seksual terhadap anak yang nilai agama dan moral anak diharapkan dapat membedakan
telah ditangani oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia perilaku baik dan buruk. Pendidikan seks yang keliru yang
(KPAI). Pelakunya dari berbagai lapisan, dimulai dari diperoleh anak, serta anak-anak yang tidak memperoleh
kerabat, guru, teman-temannya, maupun pekerja yang bekerja bimbingan dan arahan yang tepat dapat mengembangkan
di rumahnya. Banyak kasus anak-anak yang menjadi korban persepsi yang keliru tentang alat kelamin, proses reproduksi,
pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa bahkan dan seksualitas. Konsep pendidikan seks sebaiknya diberikan
terkadang kerabat dekatnya dan orang tua baru menyadari sejak dini.
ketika kejadian tersebut sudah berlangsung berkali-kali. Hal Beberapa cara yang dilakukan orang tua untuk
itu biasanya dikarenakan ketidaktahuan anak bahwa telah mengembangkan sikap nilai moral-agama pada anak adalah
terjadinya pelecehan sehingga tidak segera menceritakan sebagai berikut; memberi contoh. Anak usia dini mempunyai
hal tersebut pada orangtuanya. Ada juga anak laki-laki yang sifat suka meniru, karena orang tua lingkungan pertama
bersikap feminisme layaknya perempuan, atau anak-anak yang ditemui anak, maka ia cenderung meniru apa yang
laki-laki yang melecehkan anak perempuan tanpa disadari. diperbuat oleh orang tuanya. Di sinilah peran orang tua untuk
Sekali lagi hal ini dikarenakan ketidaktahuan anak tentang memberikan contoh yang baik bagi anak. Pengembangan
pengertian seks itu sendiri. moral agama pada program Pendidikan Anak Usia Dini
Berdasarkan observasi awal peneliti pada tanggal 04 sangat penting keberadaannya, jika hal itu telah tertanam
September 2015 di RA Muslimat Banin-Banat Manyar dan terpatri dengan baik dalam setiap insane sejak dini, hal
Gresik banyak guru memandang sex education itu seharusnya tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak
diberikan pada saat anaknya tumbuh remaja. Padahal sex bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya (Yani,
education itu sangat penting diberikan sejak dini. Karena 2011:43).
dengan mengenalkan sex education dengan menjelaskan Pengembangan aspek nilai-nilai agama dan moral anak
konsep kebersihan untuk menjaga daerah genital sejak dini usia dini dilakukan dengan kegiatan pembiasaan rutin dan
dapat mencegah terhindar dari kuman dan penyakit. keteladanan yang dilakukan oleh anak sehari-hari membuat
Sex education pada anak juga dapat mencegah agar anak seorang pendidik harus merancang kegiatan pembelajaran
tidak menjadi korban pelecehan seksual, dengan dibekali yang lebih terprogram apalagi menyangkut media
tentang pengetahuan tentang seks, anak akan mengerti dalam pembelajarannya. Ini sangat berpengaruh karena
perilaku mana yang tergolong pelecehan seksual. Dorongan pembelajaran anak usia dini masih dalam kondisi bermain
rasa ingin tahu yang sangat tinggi pada anak usia dini yang perencanaannya meliputi hal-hal yang menarik dan
ditujukan pada berbagai hal yang ada di sekitar mereka, menyenangkan bagi anak. Media akan sangat menunjang
termasuk berbagai hal yang berkaitan dengan seksualitas. perkembangan aspek perkembangan pada anak.
Rasa ingin tahu anak yang memuncak tentang seksualitas Media pembelajaran sebagai medium dalam
biasanya diawali oleh kesadaran akan perbedaan bentuk fisik penyampaian materi pembelajaran sangat berpengaruh
dan bentuk alat kelamin antara laki-laki dan perempuan. Hal terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran sehingga akan
ini kemudian semakin mendasari anak untuk melakukan mudah dipahami oleh anak didik. Media merupakan salah
eksplorasi lebih jauh terhadap dirinya sendiri dan teman satu komunikasi, yaitu membawa pesan dari komunikator
sebaya. menuju komunikan, (Daryanto, 2010:4). Dengan penyediaan
Salah satu sikap dasar yang harus dimiliki anak untuk media pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan
menjadi manusia yang baik dan benar adalah memiliki sikap berorientasi terhadap lingkungan sekitar, diharapkan anak
dan nilai moral yang baik dalam berperilaku sebagai umat akan dapat mengenal pentingnya sex education. Teknologi
Tuhan, anak, anggota keluarga dan anggota masyarakat. Usia mampu menyediakan beragam media yang kaya dan fleksibel
Fitri: Pengembangan Media Audio Visual Sex Education 167
untuk mewakili apa pun yang siswa sudah ketahui dan apa moral anak kelompok B RA Muslimat Manyar Gresik ini
yang sedang mereka pelajari (Priyanto, 2012:45). menggunakan model pengembangan Borg and Gall yang
Media pembelajaran audio visual sangat cocok sebagai terbaru seperti yang tertulis dalam bukunya “Educational
media pembelajaran yang dikembangkan dan digunakan Research” (2007), mengadaptasi pendekatan system yang
secara baik dan diharapkan akan bermanfaat bagi para dikembangkan oleh Dick and Carey.
pendidik anak usia dini. Media pembelajaran audio visual Prosedur pengembangan media audio visual sex
dipilih peneliti untuk mengembangkan sex education di RA education ini untuk menstimulasi perkembangan nilai-
Muslimat Banin-Banat Manyar Gresik dengan pertimbangan nilai agama dan moral pada anak umur 5–6 tahun. Dalam
yang matang. Media pembelajaran audio visual adalah media pengembangan ini menghasilkan produk media pembelajaran
yang bisa dilihat oleh mata seperti gambar dan didengar oleh berupa media audio visual sex education untuk menstimulasi
telinga. Secara umum manfaat yang diperoleh adalah proses nilai-nilai agama dan moral yaitu dengan menggunakan
pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, kualitas belajar 10 tahapan sebagai berikut: (1) Assessneeds to Identity
siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat Instructional Goals (Menganalisis Kebutuhan untuk
dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa Mengidentifikasi Tujuan). (2) Conduct Instructional Analyze
dapat ditingkatkan, (Daryanto, 2010:52). (Melakukan Analisis Instruksional). (3) Analyze Learners
Setelah melihat kedudukan media dalam pengajaran di and Contexts (Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik
mana media ada dalam komponen metode mengajar sebagai awal anak). (4) Write Performance Objectives (Merumuskan
salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru- Tujuan Instruksional Khusus). (5) Develop Assessment
anak dan interaksi anak dengan lingkungan belajarnya. Oleh Instrument (Pengembangan Tes Acuan Patokan). (6)
sebab itu fungsi utama dari media pembelajaran adalah Develop Instructional Strategy, (Mengembangkan Strategi
sebagai alat bantu mengajar, yakni menunjang penggunaan Instruksional Khusus). (7) Develop and Select Instructional
metode mengajar yang digunakan guru. Pengembangan nilai- Materials (Mengembangkan bahan instruksional). (8)
nilai agama dan moral pada anak usia dini sangat memerlukan Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction,
penunjang media karena melalui kegiatan pembiasaan saja (Mendesain dan menyelenggarakan evaluasi formatif). (9)
membuat pemahaman konsep nilai-nilai moral agama perlu Revise Instruction. (Merevisi Instruksional). (10) Design And
dipertegas dengan contoh-contoh perilaku kongkret dalam Conduct Summative Evaluation.
penayangan media audio visual sex education untuk anak Pada tahap penelitian ini dilakukan desain uji kelayakan
usia dini. draf 1 berupa media audio visual sex education dalam bentuk
Terkait dengan fasilitas yang ada di lembaga serta VCD yang di dalamnya menjelaskan konsep sex education
tuntutan profesionalisme guru yang harus mampu mengelola diantaranya adalah konsep tubuh yang harus dijaga, konsep
informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan baju ketika keluar dari rumah, serta konsep BAB dan BAK.
anak dalam mengenalkan sex education maka peneliti ingin Uji coba ini meliputi uji coba ahli media, uji coba ahli materi
mengenalkan media audio visual dalam mengenalkan sex dan uji coba ahli pembelajaran. Dari hasil penelitian ahli akan
education, peneliti memilih media pembelajaran audio dianalisis dan hasilnya akan menentukan revisi atau tidaknya
visual sebab media pembelajaran yang dikembangkan dan desain produk yang dihasilkan. Bila perlu direvisi, maka
digunakan secara baik diharapkan akan bermanfaat bagi hasil validasi dijadikan bahan revisi untuk menghasilkan
pendidik anak usia dini. draf II, sampai akhirnya bahwa produk tersebut layak diuji
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media audio cobakan.
visual dalam bentuk VCD (video compact disc), di dalam Pada tahap uji kelompok kecil pengujian dilakukan pada
VCD tersebut diantaranya menjelaskan tentang konsep tubuh beberapa anak untuk mendapatkan respons anak dari materi
yang harus dijaga dan dilindungi, konsep baju ketika keluar yang diajarkan, hasilnya digunakan sebagai revisi produk
dari rumah, serta konsep ketika anak buang air kecil atau yang akan menghasilkan draf III. Tahap ini dilakukan oleh
buang air besar. peneliti kepada 15 anak TK Kelompok B dan guru kelasnya.
Berdasarkan paparan di atas, muncul pertanyaan Tahap ini bertujuan untuk mengetahui kemenarikan dan
penelitian, apakah media audio visual sex education yang kesesuaian media pembelajaran yang dikembangkan.
dikembangkan dapat menstimulasi nilai-nilai agama dan Pada tahap uji lapangan pengujian dilakukan dengan
moral anak kelompok B. Oleh karena itu penelitian ini menerapkan media audio visual sex education untuk
diselenggarakan bertujuan untuk mengetahui keefektifan membedakan perilaku yang baik dan buruk sebagai media
media audio visual sex education dalam menstimulasi nilai- pembelajaran di Kelompok B. Hasil uji coba akan dijadikan
nilai agama dan moral anak kelompok B. bahan revisi sehingga produk siap dipakai.
Penelitian tentang pengembangan media audio visual Hasil analisis data dari pengembangan produk media
sex education untuk menstimulasi nilai-nilai agama dan pembelajaran berupa video tentang pengenalan sex education,
168 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desembar 2016: 165–170
menunjukkan kelayakan pada hasil uji coba ahli media, ahli rata-rata skor perlakuan sebelum dan sesudah perlakuan pada
materi, ahli pembelajaran, uji coba perorangan dan uji coba proses pembelajaran sex education dengan menggunakan
kelompok kecil. media audio visual yang telah dikembangkan. Dengan kata
Hasil angket yang telah divalidasi oleh ahli media lain bahwa dengan menggunakan media audio visual sex
menyatakan bahwa media video pembelajaran sex education education dapat menstimulasi nilai-nilai agama dan moral
yang telah dikembangkan menunjukkan bahwa dari seluruh pada anak usia dini.
variabel dan sub variabel dinyatakan layak, sehingga Pengenalan sex education dengan konsep baju ketika
dapat dikatakan bahwa media tersebut layak digunakan keluar rumah memperoleh nilai signifikasi 0,000 < 0,005
dari sisi kualitas isi, dan kualitas instruksional. Validator maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan adanya
menunjukkan bahwa video pembelajaran ini dapat digunakan perbedaan pada rata-rata perlakuan sebelum dan sesudah dan
dan ditindaklanjuti pada uji kelompok kecil. rata-rata skor perlakuan sebelum dan sesudah perlakuan pada
Penilaian dari ahli materi dengan variabel komponen proses pembelajaran sex education dengan menggunakan
materi, pengorganisasian komponen materi, pemilihan media media audio visual yang telah dikembangkan. Dengan kata
belajar, dan kegiatan pembelajaran sex education dari seluruh lain bahwa dengan menggunakan media audio visual sex
variabel dan sub variabel sesuai sehingga dapat dikatakan education dapat menstimulasi nilai-nilai agama dan moral
layak digunakan. Catatan yang diberikan bahwa pada RKH pada anak usia dini.
(Rencana Kegiatan Harian) pada kolom metode pembelajaran Pengenalan sex education dengan konsep buang air kecil
ada yang belum benar tetapi pada akhirnya sudah dibetulkan dan buang air besar memperoleh nilai signifikasi 0,000 <
oleh peneliti. Pada penilaian pembelajaran kolom rubrik 0,005 maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan
penilaian belum dijelaskan secara jelas sehingga peneliti adanya perbedaan pada rata-rata perlakuan sebelum dan
perlu merevisi sedikit. sesudah dan rata-rata skor perlakuan sebelum dan sesudah
Selanjutnya adalah validasi yang disampaikan oleh perlakuan pada proses pembelajaran sex education dengan
ahli desain pembelajaran anak usia dini, dari variabel dan menggunakan media audio visual yang telah dikembangkan.
indikator adalah sesuai sehingga dapat dikatakan media Dengan kata lain bahwa dengan menggunakan media audio
tersebut layak digunakan dari sisi materi dan bahasa yang visual sex education dapat menstimulasi nilai-nilai agama
ditampilkan. Menurut catatan yang diberikan bahwa dari dan moral pada anak usia dini.
variabel bahasa seharusnya perlu perbaikan dari redaksi Dari hasil perhitungan di atas pada pengenalan
bahasa tentang orang yang tidak dikenal. empat konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
Untuk uji coba terbatas atau uji coba kelompok kecil menggunakan media audio visual sex education yang yang
dilakukan kepada 15 anak dari kelompok B3 dari enam telah dikembangkan dapat menstimulasi nilai-nilai agama
pertanyaan bahwa sebagian besar (94,4%) anggota kelompok dan moral pada anak usia dini.
kecil memberikan jawaban “ya” dan hanya sebagian kecil Dari hasil uji coba lapangan menunjukkan adanya
(5,6%) memberikan jawaban “tidak” sehingga dapat keefektivitasnya dalam kegiatan pembelajaran dengan
dikatakan media video tersebut layak untuk digunakan. meningkatnya kemampuan anak dalam pembelajaran sex
Dari uji kelompok besar/uji lapangan pada kelompok education yang dibuktikan melalui peningkatan hasil belajar
eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh perhitungan pada kelompok eksperimen.
dengan menggunakan uji t untuk mengetahui peningkatan Pengembangan media audio visual berupa video untuk
kemampuan anak usia dini dalam mengenal sex education. anak usia dini yang telah dikembangkan dalam penelitian
Ada 4 konsep yang diujicobakan pada kelompok eksperimen ini memperhatikan teori yang dikemukakan oleh Seel &
yang menggunakan media audio visual dan kelompok kontrol Richey (1994:10) bahwa teknologi pembelajaran konseptual
tanpa menggunakan media. didefinisikan sebagai sebuah teori dan praktek dalam
Pengenalan sex education dengan konsep mengenal nama mendesain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan
dan umurnya memperoleh nilai signifikasi 0,000 < 0,005 evaluasi proses, serta sumber belajar. Juga sesuai dengan
maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan adanya teori yang dikemukakan oleh Hamalik (dalam Arsyad,
perbedaan pada rata-rata perlakuan sebelum dan sesudah dan 2002:4) bahwa media sebagai alat komunikasi guna lebih
rata-rata skor perlakuan sebelum dan sesudah perlakuan pada mengefektifkan proses pembelajaran. Fungsi media dalam
proses pembelajaran sex education dengan menggunakan rangka mencapai tujuan pendidikan. Dari teori tersebut
media audio visual yang telah dikembangkan. Dengan kata menunjukkan pentingnya media bagi keberhasilan dalam
lain bahwa dengan menggunakan media audio visual sex kegiatan pembelajaran.
education dapat menstimulasi nilai-nilai agama dan moral Media pembelajaran audio visual berupa video tentang
pada anak usia dini. pengenalan sex education yang telah dikembangkan
Pengenalan sex education dengan konsep tubuh yang dalam penelitian ini merupakan produk pengembangan
harus dilindungi memperoleh nilai signifikasi 0,000 < 0,005 yang bertujuan untuk menstimulasi nilai-nilai agama
maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan adanya dan moral anak usia dini pada kelompok B RAM 10 NU
perbedaan pada rata-rata perlakuan sebelum dan sesudah dan Banin-Banat Manyar Gresik. Hasil uji lapangan ditemukan
Fitri: Pengembangan Media Audio Visual Sex Education 169
bahwa penggunaan media audio visual berupa video yang pembelajaran untuk menstimulasi nilai-nilai agama dan
dikembangkan terbukti efektif menstimulasi nilai-nilai agama moral anak usia dini.
dan moral pada anak kelompok B RAM 10 NU Banin-Banat
Manyar Gresik.
Kelayakan untuk menstimulasi dalam penelitian ini sesuai PENUTUP
dengan pendapat Munadi (2008:47) bahwa media tidak hanya Simpulan
memberikan pengalaman nyata tetapi juga membantu anak
Berdasarkan data dan pembahasan yang telah diperoleh
mengintegrasikan pengalaman-pengalaman anak selanjutnya.
maka proses pengembangan dan uji coba produk media audio
Dengan demikian diharapkan media pembelajaran akan dapat
visual berupa video untuk menstimulasi nilai-nilai agama dan
memperlancar proses belajar anak serta pemahaman terhadap
moral anak usia dini dapat disimpulkan:
materi pembelajaran. Di samping itu media pembelajaran
Dari hasil penelitian menunjukkan implementasi media
dapat menarik perhatian serta mampu membangkitkan minat
audio visual sex education ini sangat menarik bagi anak
dan meningkatkan motivasi belajar anak. Motivasi merupakan
dan dapat mendukung proses pembelajaran yang sedang
seni yang mampu mendorong anak untuk melakukan kegiatan
berlangsung, sehingga perkembangan nilai-nilai agama dan
belajar sehingga tujuan belajar dapat tercapai.
moral sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Dengan demikian maka hasil penelitian ini terbukti
nomor 58 dapat meningkat.
telah mendukung teori Daryanto (2010:86) bahwa video
Penggunaan media audio visual sex education dalam
merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk
bentuk video terbukti efektif dapat menstimulasi nilai-nilai
membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran
agama dan moral anak usia dini. Hal ini dapat dilihat dari
misal, individual, maupun kelompok.
uji kelompok besar/ uji lapangan dari keempat konsep yaitu
Hasil penelitian ini juga membuktikan teori Arsyad
mengenal nama dan umur, tubuh yang harus dilindungi,
(2002: 48–49) bahwa ada beberapa keuntungan dalam
baju ketika keluar rumah dan buang air kecil dan buang air
penggunaan video sebagai media pembelajaran antara
besar semuanya memperoleh nilai signifikasi 0,000 < 0,005
lain dapat melengkapi pengalaman dasar dari anak ketika
maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan adanya
membaca, berdiskusi, berpraktik, serta memperlihatkan
perbedaan pada rata-rata perlakuan sebelum dan sesudah dan
alam sekitar yang tidak dapat dilihat secara langsung.
rata-rata skor perlakuan sebelum dan sesudah perlakuan pada
Pernyataan ini sesuai karena dengan mengenalkan konsep
proses pembelajaran sex education dengan menggunakan
tubuh yang harus dilindungi dapat menyajikan gambar yang
media audio visual yang telah dikembangkan. Dengan kata
jika dilihat langsung tidak mungkin tetapi jika ditampilkan
lain bahwa dengan menggunakan media audio visual sex
dalam video dapat ditampilkan karena dengan menggunakan
education dapat menstimulasi nilai-nilai agama dan moral
tokoh animasi. Dapat menggambarkan suatu proses secara
pada anak usia dini.
tepat yang dapat disaksikan secara berulang jika diperlukan.
Dengan video yang telah dikembangkan berupa media audio Saran
visual sex education dapat diputar berkali-kali sehingga jika
Saran yang dapat disampaikan dalam pengembangan
anak kurang paham bisa diputar kembali.
produk media pembelajaran ada tiga kategori yaitu media
Pemilihan tema diri sendiri dan sub tema mengenal
audio visual sex education dalam bentuk video pembelajaran
tubuhku yang disajikan dalam media audio visual berupa
yang telah dikembangkan dapat digunakan pendidik dalam
video ini sesuai dan relevan dengan kebutuhan program
membantu menyampaikan materi pembelajaran pada tema
pembelajaran dan tuntutan zaman (kurikulum TK
diri sendiri dengan sub tema mengenal tubuhku.
Permendiknas 58 tahun 2009:5-6), di mana pengenalan
Produk pengembangan media audio visual sex education
sex education merupakan salah satu tema yang diajarkan
dalam bentuk video pembelajaran yang telah dikembangkan
pada pendidikan anak usia dini berupa video dengan
merupakan media alternatif untuk menyampaikan pesan dan
memanfaatkan ITC.
konsep. Diharapkan agar produk ini dapat disebarluaskan
Dengan pengembangan media audio visual berupa video
dan digunakan pendidik secara luas, khususnya bagi
dalam pengenalan sex education kita dapat memberikan
pendidik RAM 10 NU Banin-Banat Manyar Gresik. Dalam
pengalaman nyata pada anak usia dini, hal ini sesuai
penggunaan produk ini juga harus disertai dengan fasilitas
dengan penelitian yang dilakukan oleh British Audio Visual
teknologi yang menandai seperti komputer/laptop, tape
Association dalam (Zaman, 2005:46) menghasilkan temuan
recorder, sound system, LCD, proyektor, TV, VCD untuk
bahwa rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang
memfasilitasi produk ini sehingga dapat digunakan secara
melalui indra menunjukkan komposisi sebagai berikut:75%
maksimal.
melalui indra penglihatan (visual), 13% melalui indra
Bagi yang ingin mengembangkan produk lebih lanjut
pendengaran (auditori)6% melalui indra sentuhan/ perabaan,
untuk materi yang lain disarankan agar dapat menyesuaikan
indra penciuman dan lidah.
dengan karakteristik peserta didik sebagai pengguna akhir
Maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
dari produk.
yang telah dikembangkan layak digunakan sebagai media
170 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desembar 2016: 165–170
Produk media audio visual dalam bentuk video 10. Hurlock, B, Elizabeth 1978. Pola Prilaku Dalam Situasi Sosial Masa
Anak Awal. Jakarta: Erlangga.
pembelajaran adalah bentuk multimedia yang menghasilkan
11. Montessory. 2004. Part Time Study Montessory Method Of Teching.
media pembelajaran pengenalan sex education untuk Indonesia Montessory.
menstimulasi nilai-nilai agama dan moral pada anak 12. M.Turhan Yani. Vol. 10. No. 1 Maret 2009. Pengembangan Nilai-Nilai
usia dini, jika ingin mengembangkan disarankan untuk Agama Pada Tapas Surabaya. Jurnal Pendidikan Dasar. University
Press Unesa.
mengembangkan materi pembelajaran yang lain. 13. M.Turhan Yani. 2011. Modul I. Pengembangan Moral Agama untuk
Dalam menggunakan produk ini hendaknya terus Anak Usia Dini. PG Paud FIP. Unesa.
dilakukan evaluasi terhadap materi baik secara teori, gambar, 14. Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan baru.
Jakarta: GP Press.
dan suaranya karena perkembangan ilmu pengetahuan selalu 15. Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta:
ada yang baru, tapi tidak boleh menyimpang dan tetap Kencana Prenada Media Group.
mengecu pada standar kurikulum yang berlaku. 16. Mulyasa, E. 2012. Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung:
Pt Remaja Rosdakarya.
17. Masitoh, Dkk. 2007. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas
Terbuka.
DAFTAR PUSTAKA 18. Priyanto. 2012. Parenting di Dunia Digital. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindole.
1. AH, Hujair Sanaky. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba
19. Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer.
Dipantara.
Alfabeta: Bandung.
2. Aqib. 2009. Belajar dan Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak.
20. Sudjana, Nana, Riva’I, Ahmad. 2010. Media Pengajaran. Bandung:
Bandung: Yrama Widya.
Sinar Baru Algensindo.
3. Arsyad Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta. Rajawali Pers.
21. Susanto Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini Dalam
4. Dale, E. 1969. Audiovisual Methos In Teaching. (Third Edition). New
Berbagai Aspeknya. Kencana: Jakarta.
York: The Dryden Press, Holt, Rinehart and Winston, Inc.
22. Seldin, Tim 2006. How to Raise an Amazing Child The Montessory
5. Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran. Teori dan Praktek
Way. New York: DK Publishing.
Dalam Pengembangan Profesionalisme Guru. Jakarta: Av:
23. Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran:
Publisher.
Definisi dan Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk.
6. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Petunjuk Pelaksanaan
Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ.
Kegiatan Belajar Mengajar, Penilaian Pembuatan dan Penggunaan
24. Suyanto, D. 2005. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas
Sarana (Alat Peraga) di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
Terbuka.
7. Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. (Cetakan Ke-7). Bandung:
25. Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,
Penerbit PT Citra Aditya Bakti.
dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
8. Hayati, Nur. 2010 Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini. http://
26. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan
staff.uny.ac.id/sites/default/ files/tmp.PPM.Salman.pdf. Diungguh
R&D. Bandung: Alfabeta.
14 November 2014.
27. Zaman, Badru dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta:
9. Suraji, 2008. Pengertian Pendidikan Seks. http://www.
Universitas Terbuka.
psychologymania.com/2013/02/ pengertian-pendidikan-seks.html.
Diungguh 14 November 2014.
171
Tera Athena
STKIP PGRI Bangkalan
ABSTRAK
Berdasarkan penelitian oleh Qasim dan Fadda pada tahun 2013, hasil dari penelitian mereka menyatakan bahwa pembelajaran
menyimak dapat dipelajari dengan memanfaatkan teknologi, yaitu Podcast. Penggunaan Podcast dapat memberikan pengaruh yang
cukup signifikan terhadap kemampuan mahasiswa dalam menyimak. Penelitian menggunakan quasi experimental, dengan mengacak
seluruh kelas pada semester 1 sebanyak 66 mahasiswa. Pemerolehan sampel dilakukan dengan cara mengumpulkan mahasiswa yang
mendapatkan nomor genap dan nomor ganjil. Pembentukan grup A sebagai Grup Kontrol dan Grup B sebagai Grup B berasal dari
pelemparan koin. Mahasiswa pada grup kontrol menyimpan file dari beberapa channel dan subtopik dalam bentuk MP3 ataupun pada
USB. Mereka dapat mendengarkan materi dimanapun mereka berada, mereka memilih channel dan topik sesuai keinginan mereka.
Setelah itu mereka mengisi Listening logsebagai media evaluasi hasil dari apa yang telah mereka dengarkan. Setelah melakukan treatmen
Penggunaan Podcast dengan menggunakan listening Log selama 2 bulan atau 8 minggu, hasil test dengan analisa SPSS menunjukkan
bahwa Ho ditolak dan sebaliknya H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif pada penggunaan Podcast pada mata
kuliah menyimak. Persepsi mahasiswapun cukup baik terhadap penggunaan Podcast, hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang
diberikan kepada mahasiswa 1A
ABSTRACT
Based on Qasim and Fadda study on 2013, the result showed that the using of Technology, that was Podcast can make positive effect
toward the students’s listening skill. The researcher used quasi-experimental and random 66 students into two groups. The odd number
was formed to be a new group. The researcher decided the odd number group as control group and the rest was an experimental group
by throwing the coin.They saved the record in MP3 and USB. They could listen and choose the channel and topic as they like. And the
following step was filling the listening log as the media to evaluate what have they listened. After getting treatment for 8 weeks, the posttest
has been analyzed by using SPSS showed that was Ho has been rejected and H1 was accepted. On other words, there was positive effect
from Podcast toward student’s listening skill. The Student’s perception is also good toward the using of Podcast, it can be shown from
the result of questionnaire that were given to the 1A students
that a good motivation is mean to encourage the media in that has been implemented for eight weeks or forty meetings.
teaching learning process. It is becasuse if the students have The treatment was given by giving listening exercises using
good perception it will build the motivation and ofcourse the Podcast as the media.
process of learning will run well.
The students saved the files in their smartphone, USB
and also their personal computer. The students were free to RESULT AND DISCUSSION
choose their favorite theme. They are also free to choose The following aspect is explanation of the result from the
the place to listen and enjoy their listening process. In posttest calculation. The analysis here using alpha ( ) 0.05 or
eight weeks, the students are treated to listen their favorite 5% as the level of significance.
channel and after they listened, they had to make a report Based on the table 2, it can be shown that the p value
which consist of several terms based on the topic or theme is 0,000. Here, the p value is smaller than 0,000 < 0,05.
that they have listened. The Report here called Listening It answered the hypothesis that is Ho is rejected and H1
Log. Beside listening Log the students were also given a is accepted. The calculation explained that the using of
questionnaire to dig the data concerned with their perceptions Podcast can be effective in Listening Class. The students
about Podcast. who were treated by Podcast had a better score in a posttest.
It shown that Podcast can increase the students’ listening
skill ability.
METHOD
The second instrument is questionnaire. Here the
The True experimental was used as a research design. researcher used structured questionnaire to find the
It is used because semester 1 consisted of two classes, 1A information deal with students’ perceptions.
and 1B. The number of population is 66 students. Here, The table illustrated the students’ perception about the
the researcher chose the sample using stratified random using Podcast. This perception was the result of questionnaire
sampling. The researcher made a list name by coding the that has been given to the students after the treatment given.
students name orderly. Then, the researcher collected the odd The questionnaire consisted of seven items which indicated
number students to be a new group. Afterward, the researcher the students’ perception. The data are the indication to
did random assignment to determine which control and support the result of the students’ posttest score.
experiment group. The researcher thrown coin and it was Most of the students answered that the using of Podcast
decided that odd number students were as control group and can encourage the students’ listening skill. They often
the rest is an experimental group. motivated by Podcast when they started to listen the Listening
The next step was giving a test. Based on the research material. Besides, the students felt that podcast made them
design, this study used two group pretest-posttest design. fun in learning English, specially learning Listening skill.
The pretest was given to those groups to show that the two The various theme are available in Podcast and it caused the
groups had same ability in listening skill. After it has been students always met some new words in different cases. It can
conducted, the researcher gave treatment to the control group be concluded that Podcast as a new media in Listening skill
was effective to support the students’ motivation and ability
Table 1. Group Statistics in listening. The students can get the significance of Podcast
contribution. In line with Hasan and Hook (in Shiri, 2015),
Std. Error Podcast can motivate the learners in Listening Class. And
Grup N Mean Std. Deviation
Mean the positive perception can encourage the Foreign language
Score 1 33 66.97 3.941 .686 achievement.
2 33 60.30 8.564 1.491
Teguh Pramono
Universitas Kadiri Kediri
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba mengungkap, bagaimana anak-anak korban peristiwa G30S 1965 memaknai stigma yang menimpa pada
dirinya dan bagaimana anak-anak korban peristiwa G30S 1965 mengkonstruksi identitas dirinya di masyarakat. Melalui penelitian
kualitatif dengan pendekatan interpretatif dan berdasar pada teori interaksi simbolik Blumer, menghasilkan temuan beragam makna atas
stigma yang menimpa anak-anak korban peristiwa G30S 1965. Keberagaman makna itu dibangun berdasarkan latar belakang sosial
budaya dan pengalaman yang berbeda-beda. Makna tersebut kemudian direspons oleh anak-anak korban peristiwa G30S 1965. Respon
atas stigma yang dialami anak-anak korban peristiwa G30S 1965, menghasilkan konstruksi identitas anak-anak korban peristiwa G30S
1965. Hasil penelitian ini memperkuat pandangan Blumer, dan mengkritis pandangan Husserl serta pandangan Heidegger.
Kata kunci: anak-anak korban peristiwa G30S 1965, stigmatisasi, konstruksi identitas.
1 Istilah ini mengacu pada pembunuhan enam perwira tinggi AD oleh Pasukan Pengawal Presiden (Cakrabirawa) pada tgl. 30 September 1965, selengkapnya lihat
Budiawan, 2004. Selanjutnya, dalam kajian ini istilah yang dipergunakan adalah G30S 1965. Penggunaan istilah ini dengan pertimbangan untuk menghindari keberpihakan
pada kelompok tertentu dan menjaga netralitas serta untuk meminimalkan unsur subjektivitas.
2 Robert Cribb, (Ed.), The Indonesian Killings, Pembantaian PKI di Jawa dan Bali 1965-1966, terjemahan Erika S. Alkhattab dan Narulita Rusli, (Yogyakarta, Mata
diri mereka. Agak sulit mencari padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia, padanan kata yang agak mendekati adalah istilah peselamat.
Pramono: Identitas Anak-anak Korban Peristiwa G30S 175
problematis.4 Untuk membantu mendefinisikan “korban”, masyarakat, perlu intepretasi baru yang digali melalui anak-
peneliti meminjam prinsip-prinsip umum yang ditulis dalam anak korban peristiwa G30S 1965. Untuk itu perlu ada kajian
Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan bagi Korban mendalam tentang konstruksi identitas anak-anak korban
Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan (Declaration of peristiwa G30S 1965, melalui perspektif mereka sendiri.
Basic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Apakah benar konstruksi sosial yang dibangun negara dan
Power), yang telah disahkan dalam Resolusi Majelis Umum masyarakat, seperti uraian tersebut di atas, sebagai realitas
Perserikatan Bangsa-Bangsa No.40/34, tanggal 29 Nopember yang sesungguhnya, atau sebaliknya dalam perspektif anak-
1985. Pada catatan deklarasi tersebut “korban” didefinisikan anak korban peristiwa G30S 1965, konstruksi sosial yang
sebagai berikut: dibangun negara atau masyarakat merupakan ketakutan yang
berlebihan.
Orang yang secara individual maupun
kelompok telah menderita kerugian, termasuk
cidera fisik maupun mental, penderitaan PERSPEKTIF PENELITIAN
emosional, kerugian ekonomi atau perampasan
yang nyata terhadap hak-hak dasarnya, baik Untuk mengungkap bagaimana anak-anak korban
karena tindakan (by act) maupun karena peristiwa G30S 1965 memahami realitas mereka dan
kelalaian (by omission).5 bagaimana mereka mengkonstruksikan identitas dirinya
di dalam masyarakat, maka penelitian ini menggunakan
Belum ada data yang pasti tentang jumlah korban metode penelitian kualitatif. Dengan metode ini peneliti
generasi kedua peristiwa 1965 ini, tetapi yang pasti mereka dapat menemukan dan memahami apa yang tersembunyi di
mengalami sejumlah pengalaman baik fisik maupun psikis balik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang
yang sulit dilupakan. Sejarah tidak hanya meninggalkan sulit untuk diketahui dan dipahami. Metode ini dapat juga
catatan peristiwa, tetapi juga kenangan, amarah, benci digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu
dan ketakutan. Anak-anak tersebut tidak mengambil peran yang baru sedikit diketahui serta dapat memberi rincian yang
apa pun di dalam sejarah yang telah lewat, tetapi mereka kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh
dihantui oleh pikiran-pikiran yang lahir dari sejarah yang metode kuantitatif.6
telah diciptakan oleh para penguasa. Seorang individu yang Metode penelitian kualitatif di dalam memandang
seharusnya mempunyai ruang gerak dan peran yang bebas fenomena sosial dan perilaku manusia pada dasarnya hanya
di dalam gerak sejarah, harus takluk ketika ia sendiri belum ada di dalam pikiran manusia. Realitas tersebut terikat oleh
menentukan di posisi mana ia harus berada. interaksi dialektis subyek dan objeknya. Akibatnya, terjadi
Di sinilah pentingnya membangun kesadaran bersama banyak realitas sebanyak manusia yang terlibat di dalam
dalam cara melihat atau memandang anak-anak korban interaksi. Realitas sosial sebagai hasil kehendak manusia
peristiwa G30S 1965 atas masa lampau keluarganya, secara sadar tidak mungkin dipisahkan dari kekhususan
melalui perdebatan-perdebatan jujur. Cara pandang yang hubungan antara manusianya yang terlibat, termasuk peneliti
bersih dari politisasi sehingga tidak dijadikan pijakan untuk yang mengambil bagian di dalamnya serta memberikan tafsir
mengulangi kekejaman di masa yang akan datang. Semua ini mengenai realitas yang dihadapinya.
dimaksudkan agar keberadaan anak-anak korban peristiwa Teori Interaksi Simbolik dipandang paling memadai untuk
G30S 1965 yang selama ini diabaikan, dilupakan, ditekan dipakai sebagai pegangan analisis tentang konstruksi identitas
serta disingkirkan, dapat kembali memasuki ruang publik dan anak-anak korban peristiwa G30S 1965 karena sejumlah
memperoleh kembali dunia mereka yang hilang. Sebuah cara alasan. Pertama, realitas sosial yang akan dipahami melalui
pandang dari perspektif anak-anak korban peristiwa G30S observasi secara partisipasif dan wawancara mendalam
1965, berkaitan dengan identitas dirinya. Identitas sebagai adalah tindakan sosial anak-anak dari korban peristiwa
hasil dari konstruksi pikiran yang dibangun oleh masyarakat G30S 1965 yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari,
terus melekat pada individu, dan tidak akan berubah selama seperti berbagai tindakan di dalam melakukan kegiatan sosial
konstruksi pikiran itu tidak berubah. dan keagamaan. Kedua, kajian ini menitikberatkan pada
Untuk memperoleh pemahaman tentang konstruksi pemahaman tentang yang ada di balik tindakan (noumena)
identitas anak-anak korban peristiwa G30S 1965, dan yang penampakannya berupa fenomena dari berbagai
bagaimana mereka membangun survivalnya berkaitan dengan kegiatan anak-anak korban peristiwa G30S 1965. Yang ada
adanya stigma, prasangka, dan pengucilan di tengah-tengah di balik tindakan hanya dapat dipahami dari kerangka aktor
4 Katagorisasi tentang ‘siapa’ yang disebut ‘korban’ selalu sarat dengan kontradiksi dan pertentangan. Pengakuan sebagai ‘korban’ sering didasari oleh kepentingan
siapa yang pantas merumuskan dan mendefinisikan ‘masa lalu’. Berebut untuk menjadikan diri sebagai ‘korban’ merupakan cara umum untuk menghindari tanggung
jawab.
5 Theo Van Bowen, Mereka yang Menjadi Korban dalam Bronkhorst, Daan, 2002, Menguak Masa Lalu Merenda Masa Depan, (terj.:Tim Penterjemah ELSAM),
Jakarta, ELSAM, 2002. Dalam penulisan pengertian tentang korban, Van Bowen lebih mempertegas istilah tersebut bahwa ia bisa diletakkan terhadap mereka yang menjadi
korban tidak langsung. Biasanya banyak dialami oleh keluarga atau generasi sesudahnya.
6 Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-dasar penelitian Kualitatif, Tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritisi Data, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003), hal.5.
176 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 174–178
sendiri melalui pengungkapannya sendiri. Ketiga, berbagai Dalam konteks ini, mereka secara terang-terangan
tindakan anak-anak korban peristiwa G30S 1965 ditentukan memperlihatkan dirinya sebagai kelompok anak-anak eks
olek konteks di mana tindakan itu dilakukan, sehingga PKI. Mereka beranggapan bahwa stigma yang menimpa
penafsiran tindakan tersebut juga terkait dengan konteks pada dirinya bukanlah suatu halangan atau penghambat
di mana tindakan itu berada. Dalam hal ini, tindakan sosial kehidupannya, tetapi justru sebaliknya, merupakan tantangan
tersebut dipahami dari kerangka konteks waktu dan tempat. yang harus dihadapi. Anak-anak korban peristiwa G30S 1965
Keempat, individu anak-anak korban peristiwa G30S 1965 tidak seharusnya takut kalau keluarganya dicap sebagai PKI.
memiliki kebebasan di dalam melakukan tindakan meskipun Untuk itu anak-anak korban peristiwa G30S 1965 tidak perlu
ia juga harus berhadapan dengan struktur politik, agama dan menyembunyikan identitasnya, tetapi menyatakan secara
sosio-budaya. terang-terangan kalau dirinya memang anak PKI.
Untuk memahami konstruksi indentitas anak-anak korban Menurut mereka, tidak berarti kalau anak PKI itu
peristiwa G30S 1965, dapat dijelaskan dalam bagan sebagai jahat, sebagaimana yang dituduhkan masyarakat. Untuk
berikut:7 membuktikan kalau tuduhan itu tidak benar, anak-anak
korban peristiwa G30S 1965 harus secara terang-terangan
Negara/masyarakat menyatakan, bahwa dirinya memang benar-benar anak eks
PKI. Itu artinya, semua cerita yang menyudutkan keluarganya
Obyek Sosial
(Peristiwa Stigma Keputusan Tindakan
sebagai PKI tidak perlu ditutup-tutupi.
G30S 1965) (Makna) Mengkonstruksikan dirinya sebagai anak eks PKI, bukan
Anak-anak korban berarti sebuah tindakan pemilahan, tetapi hanya sebatas
peristiwa G30S 1965
bentuk solidaritas sosial, sebagaimana dikatakan oleh salah
seorang anak korban peristiwa G30S 1965 sebagai berikut:
“Dengan penuh kesadaran saya menunjukkan identitas diri
Tindakan individu menurut Teori Interaksi Simbolik Model
Charon yang disederhanakan sebagai anak eks PKI. Kami harus belajar dari masa lalu,
Dari bagan di atas dapat dijelaskan, bahwa peristiwa jangan sampai identitas sebagai anak-anak korban peristiwa
G30S 1965 disikapi oleh dua pihak yaitu negara/masyarakat G30S 1965 disalahgunakan, dengan dibelokkan pada
dan anak-anak korban peristiwa G30S 1965. Kedua pihak kepentingan politik”.
kemudian terlibat interaksi. Dari interaksi yang dilakukan Konstruksi Identitas sebagai Anak Bangsa. Anak-
oleh kedua pihak, pada pihak negara/masyarakat kemudian anak korban peristiwa G30S 1965 yang lain, mengkonstruksi
memberi stigma kepada anak-anak korban peristiwa G30S identitas dirinya sebagai anak bangsa.
1965. Di pihak lain, yaitu anak-anak korban peristiwa G30S Yang dimaksud anak bangsa di sini adalah bahwa anak-
1965 kemudian memaknai stigma yang menimpa atas dirinya. anak korban peristiwa G30S 1965 merasa bahwa dirinya
Dalam memaknai stigma atas dirinya ini, anak-anak korban seperti anak-anak lain yang merupakan bagian dari bangsa
peristiwa G30S 1965 dipengaruhi oleh waktu dan tempat di ini, mereka tidak ingin disebut sebagai anak eks PKI atau
mana proses interaksi tersebut dilakukan. sebutan lain yang menyudutkan dirinya.
Selanjutnya, anak-anak korban peristiwa G30S 1965 Mereka menyadari bahwa orangtuanya bisa jadi
merespons stigma yang menimpa dirinya. Respons dari memang terlibat dalam organisasi PKI, namun demikian,
anak-anak korban peristiwa G30S 1965 berupa konstruksi tidak selayaknya kalau mereka harus ikut menanggung
identitas dirinya, yang merupakan tindakan anak-anak korban dosa politik orangtuanya. Mereka benar-benar merasa lebih
peristiwa G30S 1965 atas stigma yang menimpa diri mereka. nyaman jika diposisikan seperti kebanyakan orang. Kata-
Tindakan tersebut dapat berubah apabila makna terhadap kata eks PKI, menurutnya, sangat mengganggu dalam
stigma atas dirinya berubah yang diakibatkan oleh perubahan kehidupannya sehari-hari di tengah masyarakat. Tidak hanya
situasi yang dihadapinya. itu, menurutnya, kata anak eks PKI lebih berkonotasi negatif,
sehingga ketika disebut sebagai anak korban peristiwa G30S
1965 atau anak eks PKI, mereka merasa sebagai orang yang
KONSTRUKSI IDENTITAS ANAK-ANAK KORBAN pernah melakukan kesalahan.
PERISTIWA G30S 1965 Konstruksi identitas ini menggambarkan, bahwa anak-
anak korban peristiwa G30S 1965 merasa terganggu dengan
Konstruksi Identitas sebagai Anak Eks PKI. Dengan sebutan anak PKI. Menurutnya, dengan sebutan tersebut,
stigma yang diterima selama ini, sebagian anak-anak korban dirinya merasa berbeda dengan yang lainnya. Padahal, dirinya
peristiwa G30S 1965, mengkonstruksikan dirinya sebagai sama dengan anak-anak Indonesia lainnya, yang memiliki
anak eks PKI. hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Itulah
7 Tjipta Lesmana, Teori Interaksi Simbolik dalam Memahami Hubungan Pers dan Pemerintah di Indonesia, Disertasi Program Pascasarjana UI, (Depok, 2001),
hal. 59
Pramono: Identitas Anak-anak Korban Peristiwa G30S 177
sebabnya, anak-anak korban peristiwa G30S 1965 yang tidak dibangun anak-anak korban peristiwa G30S 1965 merupakan
ingin disebut sebagai anak PKI berusaha menyembunyikan respons atas stigma yang menimpa dirinya.
identitas, dengan harapan mereka mendapat perlakuan Dari seluruh temuan tentang stigmatisasi dan identitas
yang sama dengan anak-anak yang lain. Menurutnya, anak-anak korban peristiwa G30S 1965, secara teoritis
sudah saatnya anak-anak korban peristiwa 1965 dianggap sangat mendukung teori Interaksi Simbolik. Sebagaimana
sama dengan yang lain, sebab kalau mereka terus menerus dalam pemikiran dasar tentang interaksi simbolik, kedirian
dibedakan akan berdampak perpecahan dalam kehidupan di individual (one self) dan masyarakat sama-sama merupakan
masyarakat, yang pada akhirnya akan merugikan bangsa dan aktor. Individu dan masyarakat merupakan satu unit yang
negara. Itulah sebabnya anak-anak korban peristiwa G30S tidak dapat dipisahkan, keduanya saling menentukan satu
1965 mengkonstruksi identitas dirinya sebagai anak bangsa, dengan lainnya. Dengan perkataan lain, tindakan seseorang
sama dengan anak-anak lainnya. adalah hasil dari “stimulasi internal dan eksternal” atau dari
Konstruksi Identitas sebagai Anak Korban Politik. “bentuk sosial diri dan masyarakat”.
Anak-anak korban peristiwa G30S 1965 lainnya, tidak ingin Berkaitan dengan peran anak-anak korban peristiwa
disebut sebagai anak eks PKI, juga tidak ingin menyebut G30S 1965 sebagai agen dalam masyarakat, hasil studi
dirinya sebagai anak bangsa. Mereka mengkonstruksi ini menempatkan individu sebagai aktor yang dinamis dan
identitas dirinya sebagai anak korban politik. kreatif. Hal ini bertentangan dengan bentuk-bentuk penelitian
Menurutnya, sebagai anak-anak korban peristiwa positivisme, yang menempatkan individu menjadi benda
G30S 1965, tidak perlu menyembunyikan latar belakang mati. Sementara dalam penelitian ini, menempatkan individu
orangtuanya. Latar belakang politik orangtuanya penting sebagai subyek yang harus diperhatikan dan didengar.
untuk diketahui oleh masyarakat, sebab dengan mengetahui Hasil studi ini yang mengungkap konstruksi stigmatisasi
latar belakang orangtuanya, masyarakat menjadi tahu keadaan dan identitas pada dasarnya memperkuat teori-teori individu
yang sesungguhnya, apakah benar orang-orang PKI itu jahat tentang fenomenologi. Meski teori interaksi simbolik yang
atau tidak jahat. Menurutnya, orangtuanya baik-baik saja, digunakan dalam penelitian ini memperkuat teori-teori
tidak sejahat apa yang dituduhkan. Oleh karena itu, ia merasa fenomenologi pada umumnya, namun demikian aplikasi teori
lebih tepat mengkonstruksi identitas dirinya sebagai korban simbolik dalam penelitian ini menyanggah teori fenomenologi
politik. Argumen ini dibangun berdasarkan pada apa yang yang dikembangkan Husserl. Dalam fenomenologi Husserl,
dirasakan selama ini, di mana dirinya mendapat perlakuan fenomena dibiarkan apa adanya, karena dalam fenomena itu
yang berbeda dalam memilih pekerjaan, padahal dirinya tidak sendiri sebenarnya sudah ada makna, sehingga tugas individu
ada kaitannya dengan aktivitas politik orangtuanya. hanyalah menyingkap makna yang ada dalam fenomena.
Pada dasarnya ia tidak ingin disebut sebagai anak Sedangkan dalam interaksi simbolik, makna itu terlahir
korban peristiwa G30S 1965 atau anak eks PKI, tetapi hal karena adanya interaksi antara individu dengan individu
ini tidak berarti harus menghilangkan identitas orangtuanya. yang lainnya.
Bagaimanapun juga, orangtuanya harus dihormati, di samping Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna
itu apa yang dilakukan oleh orangtuanya belum tentu salah, stigmatisasi dan konstruksi identitas anak-anak korban
sebutan anak-anak korban peristiwa G30S 1965 atau anak eks peristiwa G30S 1965, merupakan hasil interaksi antara
PKI tidak perlu dibesar-besarkan. Tidak perlu ada pembedaan individu dengan masyarakat. Walaupun stigma yang diterima
identitas, karena pembedaan itu pada dasarnya hanya akan oleh anak-anak korban peristiwa G30S 1965 sama, namun
melahirkan pertentangan. respon anak-anak korban peristiwa G30S 1965 terhadap
stigma itu berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa anak-
anak korban peristiwa G30S 1965 memiliki peran dalam
KESIMPULAN memaknai stigma yang menimpa pada dirinya, dalam
Berdasarkan analisis data di lapangan, hasil penelitian ini bentuk memainkan ketajaman berpikirnya yang didasari
menunjukkan bahwa stigma yang diterima anak-anak korban latar belakang sosial budaya. Hal ini berbeda dengan
peristiwa G30S 1965 bervariasi. Anak-anak korban peristiwa fenomenologinya Husserl yang mengabaikan latar belakang
G30S 1965 ada yang menerima stigma sejak mereka masih sosial budaya individu, dan seolah-olah makna telah ada
anak-anak sampai masa dewasa, ada yang menerima stigma dalam fenomena, dan individu tinggal mengungkapnya.
pada masa mereka masih anak-anak dan ada pula yang Hasil penelitian ini juga mengkritisi fenomenologi yang
menerima stigma ketika memasuki usia dewasa. Stigmatisasi digagas Heidegger, dalam pandangan Heidegger makna itu
yang dirasakan anak-anak korban peristiwa G30S 1965, terbentuk karena dalam diri seseorang sudah ada prasangka.
melahirkan berbagai macam pemaknaan tentang stigma. Ketika seseorang menafsirkan sesuatu sebenarnya tidak
Dengan perbedaan makna stigma yang dialami anak-anak berada dalam pikiran kosong, tetapi dalam pikirannya sudah
korban peristiwa G30S 1965, menghasilkan perbedaan terisi berbagai pengetahuan dan informasi. Pengetahuan dan
konstruksi identitas pada anak-anak korban peristiwa G30S informasi itulah yang kemudian dijadikan sebagai pijakan
1965, atau dengan perkataan lain, konstruksi identitas yang untuk melakukan interpretasi. Dengan demikian, makna
178 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 174–178
yang dibangun oleh individu sebenarnya berpijak pada 5. Cribb, Robert, (Editor). 2003. The Indonesian Killings: Pembantaian
PKI di Jawa dan Bali 1965-1966, Penerbit Mata Bangsa,
pengetahuan dan informasi. Di sini menunjukkan bahwa
Yogyakarta.
keberadaan individu dalam membangun makna benar-benar 6. Lesmana, Tjipta. 2001. Teori Interaksi Simbolik dalam Memahami
otonom. Hubungan Pers dan Pemerintah di Indonesia, Disertasi, Program
Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia, Depok.
7. Santoso, Aris, (editor). 2003. Kesaksian Tapol Orde Baru, Guru,
DAFTAR PUSTAKA Seniman dan Prajurit Tjakra, Pustaka Utan Kayu, Jakarta.
1. Abdillah, Ubed. 2002. Politik Identitas Etnis, Pergulatan Tanpa Tanda 8. Sari, Ratna Mustika, 2007, Gerwani, Stigmatisasi dan Orde
Identitas, Indonesiatera, Magelang. Baru, Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM,
2. Abdullah, Saleh dan Whani Dharmawan (Ed.). 2003. Usaha untuk Yogyakarta.
tetap Mengenang: Kisah-kisah Anak-anak Korban peristiwa ’65, 9. Sulistyo, Hermawan. 2001. Palu Arit di Ladang Tebu: Sejarah
Yappika, Jendela Budaya, Hidup Baru, Yogyakarta. pembantaian massal yang terlupakan (1965-1966), Kepustakaan
3. Blumer, Herbert. 1969. Symbolic Interactionism: Perspektive and Populer Gramedia, Jakarta.
Method, New Jersey: Prentice-Hall. 10. Sundhaussen, Ulf. 1986. Politik Militer Indonesia 1945–1967, Menuju
4. Bronkhorst, Daan. 2002. Menguak Masa Lalu Merenda Masa Depan, Dwi Fungsi ABRI, terjemahan Hasan Basari, LP3ES, Jakarta.
terjemahan Tim Penerjemah ELSAM, Penerbit ELSAM, Jakarta. 11. Tjiptaning Proletariyati, Ribka. 2002. Aku Bangga Jadi Anak PKI,
Cipta Lestari, Tanpa Tempat.
179
Evirizqi Salamah
STKIP BINA INSAN MANDIRI SURABAYA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media komputer pembelajaran materi pertempuran Surabaya dalam mata pelajaran
IPS pada siswa kelas V Sekolah Dasar yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar. Pengembangan media ini menggunakan model
and Gall (2003) yang mengadaptasi dari Dick and Carey,pembelajarandiimplementasikanpada26siswadikelasVSD Laboratorium Unesa
Surabaya dengan desain two group pre test-post tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor hasil belajar siswa meningkat sesudah
penggunaan media komputer pembelajaran, hasil pretest kelompok eksperimen adalah 56.95 dan hasil posttest 83.46. sedangkan hasil
pretest kelompok kontrol adalah 57.7 dan posttest adalah 81.53. Penelitian pengembangan ini menyimpulkan bahwa media komputer
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
ABSTRACT
This research to develop computer media learning the battle of Surabaya in class five elementary school to increase study research
of the student. The Development Research using models Brog and Gall (2003) is adapted from Dick and Carey, the implementation at
26student inclass five SD Laboratorium Unesa Surabaya with desain two group pre test-post tes. The research result indicatet that skor
study research of the student afterusing computer media learning, result of pretest group eksperimen is 56.95 and result posttest is 83.46.
average result group pretest control is 57.7 and posttest is 81.53. This research to develop it can be concluded computer media learning
to increase study research of the student
Maka dari itu peneliti mengajukan solusi perbaikan untuk menjadi lebih logis. Teori perkembangan Piaget mewakili
pembelajaran IPS tentang menceritakan tokoh-tokoh yang konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif
berperan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun
dengan media komputer pembelajaran. Media ini tepat sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-
dan banyak manfaatnya diantaranya adalah: karena dapat pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Menurut
menarik perhatian siswa, meningkatkan motivasi siswa dalam teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari
mempelajari pertempuran Surabaya, mengandung pesan- bayi yang baru dilahirkan sampai mengijak usia dewasa
pesan moral dan lain-lain. Sehingga siswa dapat melihat, mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat
merasakan, dan memperagakan secara nyata bukan dalam tingkat perkembangan kognitif itu adalah 1) Sensori motor
imajinasi atau angan-angan belaka. Untuk memberikan (usia 0–2 tahun) 2) Pra operasional (usia 2–7 tahun) 3)
kegiatan pembelajaran yang nyata dan menyenangkan bagi Operasional kongkret (usia 7–11 tahun)4) Operasi formal
siswa maka dibutuhkan sebuah media yang menarik sebagai (usia 11 tahun hingga dewasa). Berdasarkan tingkat
sarana penyampaian informasi pembelajaran. perkembangan kognitif Piaget Anak dalam kelompok usia
Demi mencapai hasil belajar yang memuaskan dalam 7–11 tahun menurut piaget berada dalam kemampuan
pembelajaran IPS materi menceritakan tentang tokoh-tokoh intelektual atau kognitifnya pada tingkatan kongkret
dalam mempertahankan kemerdekaan tersebut dengan operasional. Anak memandang dunia sebagai keseluruhan
bantuan system pendidikan yang semakin maju dan didukung yang utuh dan menganggap tahun yang akan datang sebagai
juga perkembangan teknologi. Teknologi multimedia telah waktu yang masih jauh, yang anak perdulikan adalah waktu
menjanjikan potensi besar dalam mengubah cara seseorang sekarang (kongkret), dan bukan masa depan yang belum anak
untuk belajar, untuk memperoleh informasi, menyesuaikan pahami atau abstrak.
informasi dan sebagainya. Solusinya adalah penggunaan
media komputer pembelajaran karena dianggap sesuai dalam
menyampaikan materi tentang menceritakan tokoh-tokoh METODE
dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan
Media komputer pembelajaran dapat menarik perhatian yang bertujuan untuk mengembangkan media komputer
siswa dan ini merupakan salah satu bagian dari media pembelajaran materi pertempuran Surabaya dalam mata
pembelajaran dengan teknik pemodelan yang digunakan pelajaran IPS pada siswa kelas V Sekolah Dasar untuk
untuk menunjukkan seorang tokoh-tokoh perjuangan dalam meningkatkan hasil belajar. Penelitian pengembangan media
mempertahankan kemerdekaan yang dimodelkan dengan ini menggunakan model and Gall (2003) yang mengadaptasi
bantuan komputer ini sengaja digunakan atau dibuat untuk dari Dick and Carey dengan desain two group pre test-post
media pembelajaran pada materi tokoh-tokoh perjuangan tes.
dalam melawan penjajah, agar siswa lebih tertarik dan Subjek penelitian adalah siswa Kelas IV SD Labotarorium
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Banyak sarana Unesa Surabaya tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 26 siswa
atau jalan yang dapat ditempuh untuk mengenalkan tokoh- Kelas V. Dipilih kelas lima dikarenakan materi pertempuran
tokoh perjuangan, namun yang paling efektif adalah melalui Surabaya ada pada kelas V.
pendidikan. Memasukkan cerita perjuangan pahlawan dalam Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran di sekolah- pemberian tes, pemberian angket dan observasi. Kemudian
sekolah, akan mempunyai dampak yang positif. Obyek yang teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.
menarik perhatian siswa dan mempengaruhi pembentukan Teknik analisis data yang digunakan adalah Deskriptif, yaitu
pola pikir mereka dalam penanaman nilai-nilai perjuangan mendiskripsikan hasil validasi perangkat pembelajaran,
bangsa atau budi pekerti melalui berbagai cara termasuk validasi media pembelajaran, keterlaksanaan kegiatan
melalui media komputer pembelajaran. pembelajaran yang menggunakan media komputer
Pengembangan media komputer pembelajaran sebagai pembelajaran. Analisis data validasi komponen materi ajar
media pembelajaran juga didasari atas teori Jean Piaget, yang dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan
mengatakan bahwa perkembangan kognitif sebagian besar merata-rata skor masing-masing komponen.
ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan Untuk menganalisis data dalam proses pengembangan
lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan yakin bahwa media komputer pembelajaran yang merupakan pengamatan
pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan dari validator, dianalisis dengan rumus Koefisien Kesepakatan
penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara (Fernandes dalam Arikunto, 2006:201):
itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya
berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas 2S
pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu KK =
N1 + N 2
Salamah: Pengembangan Media Komputer Pembelajaran Materi 181
Tahap menyimpulkan suatu keputusan adalah sebagai Penyampaian materi sejarah pertempuran Surabaya
PENUTUP 3. Persada.
4. Asmito. 1998. Perjuangan Kebudayaan Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan Kebudayaan.
Simpulan 5. Branch, Robert Maribe. 2009. Instrcional design. The ADDIE
Approach. Springer: USA.
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan, 6. Brog, Walter R and Meredith Dmien Gall. 2003. Educational
maka dapat disimpulkan bahwa: Research: An instoducion. Logman: New York.
7. Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
1. Proses pengembangan media dengan melalui tahap uji
Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: Rineka
coba dan menghasilkan produk berupa media komputer Cipta.
pembelajaran materi pertempuran Surabaya untuk siswa 8. Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif &
kelas V Sekolah Dasar. Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
9. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka
2. Media komputer pembelajaran yang dikembangkan Setia.
ini terbukti efektif digunakan sebagai media 10. Kulik, J, Kulik, C. dan Cohen, P. 1980. Effectiveness of computer-
pembelajaran. based college teaching: A meta-analysis of findings. Review of
Educational Research. 50 (1), 525–544.
3. Media komputer pembelajaran yang telah dikembangkan 11. Kusumah, Wijaya. Aplikasi Model Desain Pembelajaran di Sekolah,
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena, siswa (http://wijayalabs.wordpress.com/2008/07/11/aplikasi-model-desain-
terlibat secara auditif, visual dan kinetik, sehingga materi pembelajaran/, Diakses: 28 Januari 2012).
12. Musfiqon, 2012. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran.
pembelajaran mudah untuk dimengerti.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
4. Respons siswa terhadap penggunaan media komputer 13. Nurdiasmanto, Ruben. 2009. Tipe Computer Assisted Instruction.
pembelajaran sangat bagus ini dapat dilihat dari hasil 14. Sanaky, Hujair. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba
jawaban-jawaban siswa pada lembar angket respons Dipantara.
15. Suhanadji & Waspodo. 2003. Pendidikan IPS. Surabaya: Insan
siswa. Cendekia.
16. Suhanadji &Waspodo. 2011. Konsep dan Teori Ilmu-Ilmu Sosial.
Saran Surabaya: Unesa University Press.
17. Sujatmo. 1992. Wayang & budaya Jawa Semarang: Dahara Prize.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka 18. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2002. Pengembangan Kurikulum Teori
peneliti memberikan saran sebagai berikut: dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
1. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa guru 19. Surjono, H. 1995. Pengembangan Computer-Assisted Instruction ()
Untuk Pelajaran Elektronika. Jurnal Kependidikan. No. 2 (XXV):
SD Laboratorium Unesa dapat menggunakan media 95–106. (online).
komputer pembelajaran pada materi Pertempuran 10 20. Soeharto, Karti. 2003. Teknologi Pembelajaran Pendekatan Sistem
November di Surabaya. Konsepsi dan Model SAP, Evaluasi, Sumber Belajar, dan Media.
Surabaya: Surabaya intellectual clu.
2. Hendaknya guru SD Laboratorium Unesa lebih kreatif 21. Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan.
dan menggunakan media setiap pembelajaran agar hasil Depdiknas: Jakarta
belajar siswa meningkat dan agar siswa lebih termotivasi 22. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:
dalam kegiatan pembelajaran. Konsep Landasan dan Implementasi. Kencana: Jakarta http://eprints.
uny.ac.id/95/1/Pengembangan_Program__herman_1995.pdf, diakses
3. SD Laboratorium Unsea hendaknya memfasilitasi pada 6 Maret 2011).
kebutuhan siswa dalam pembelajaran khususnya 22. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
pada media atau hal-hal yang mendukung kegiatan Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
23. Trianto 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
pembelajaran demi kualitas pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Fajar Interpratama mandiri.
4. Jika respons siswa SD laboratorium Unesa bagus terhadap 24. Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Arif. 2011. Belajar &
penggunaan media, maka guru SD Laboratorium Unesa Pembelajaran Pengembangan dan Praktik Pembelajaran dalam
Pembangunan Nasional. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
hendaknya selalu menggunakan media di setiap kegiatan 25. Wayan, S. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Bali:
pembelajaran. Universitas Pendidikan Ganesha.
26. Wikipedia. 2011. Adobe Flash. Diakses pada tanggal 20 Desember
2011, dari http://wikipedia.org/wiki/adobe_flash.html
27. Winataputra, Udin S, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Terbuka.
1. Arief, Sadiman. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan 28. Winkel, W. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pres. Widiasarana Indonesia.
2. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
(Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
188
Rachma Agustina
AKPER Bahrul Ulum Jombang
ABSTRAK
Kenakalan remaja bisa disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti: faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan masyarakat
dan lingkungan teman sebaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi timbulnya
kecenderungan perilaku kenakalan remaja di Dusun Tegalan Desa Kauman Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang. Penelitian ini
menggunakan metode analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah 48 remaja dan yang masuk dalam kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi di Dusun Tegalan untuk sampel adalah 30 yaitu: 10 responden laki-laki dan 20 responden perempuan dengan menggunakan
metode purposive sampling. Instrument yang digunakan berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara faktor-faktor
eksternal yang ada di sekitar remaja ternyata faktor yang mempengaruhi timbulnya kecenderungan perilaku kenakalan remaja adalah
faktor teman sebaya, didapatkan nilai probabilitas sig 0,019 < 0,050 dengan menggunakan uji Rank Spearman. Hal ini sesuai dengan
teori karena penyebab dari timbulnya kecenderungan perilaku kenakalan remaja dapat disebabkan oleh: faktor-faktor eksternal yaitu
faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan masyarakat, dan faktor lingkungan teman sebaya, tetapi faktor yang paling mempengaruhi
adalah faktor teman sebaya.
ABSTRACT
Juvenile delinquency can caused by external factors, like: family factor, society factor, and friend the same age factor. The purpose
of this analize the external factors which influence juvenile delinquency behaviour in Dusun Tegalan Desa Kauman Kecamatan Ngoro
Kabupaten Jombang. The research is using analytic method. The population of this research 48 adolescence and which is into inclusie
criteria and eclusie criteria in the Dusun Tegalan, for to samples of 30 respondent namely: 10 male respondent and 20 female respondent
with using purposive sampling. The instrument is used in this research is quesionners. The research result shows that between the exsternal
factors which are in the adolescece surroundings is friend the same age factor, a score is calculated probability sig 0.019 < 0.050 with
using Rank Spearman Test. This is consistent with theory because juvenile delinquency behaviour can caused external factors like: family
factor, society factor, and friend the same age factor, but the factor which is the most influence is friend the same age factor.
ada di dusun tersebut, ditemukan beberapa fakta perilaku 2. Faktor sekolah meliputi:
kenakalan remaja dalam 1 tahun terakhir yang lebih ringan a. Berapa murid dalam satu kelas apabila terlalu banyak
dibandingkan Dusun Tegalan perilaku yang ada di dusun mengakibatkan perhatian guru tidak dapat sampai ke
tersebut seperti: perilaku merokok pada para remaja laki-laki, anak didiknya seimbang atau tidak antara laki-laki
remaja yang suka bepergian malam dan kenakalan-kenakalan dan perempuan.
yang bersifat ringan. b. Biaya pendidikan yang cukup tinggi juga dapat
Perilaku kenakalan yang dilakukan oleh remaja harus menimbulkan kenakalan remaja, karena para peserta
segera diatasi agar terciptanya remaja yang berprestasi dan didik yang umumnya remaja ini akan berusaha
dapat membanggakan keluarga, sekolah, masyarakat serta dengan berbagai macam cara agar dapat memenuhi
negara. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara memberikan biaya sekolahnya dalam pembayaran bisa diangsur
pemahaman tentang perilaku menyimpang dan dampak atau tidak.
negatif kepada remaja, memberikan pemahaman kepada c. Peraturan yang ada di sekolah. Apakah ada sanksi
orang tua bahwa peran serta orang tua dalam pengawasan yang diberikan apabila ada yang melanggar.
terhadap remaja sangat penting terutama dalam hal 3. Dari keluarga
pendidikan umum dan agama serta kualitas masyarakat di a. Bagaimana kondisi kelengkapan keluarga bercerai
sekitar lingkungan tersebut, dan kerja sama aparat penegak atau masih lengkap karena apabila kedua orang
hukum dan pemerintah. Untuk itu peneliti ingin menganalisis tua masih ada dan lengkap maka remaja akan
faktor-faktor eksternal yang menimbulkan kecenderungan mendapatkan kasih sayang yang lebih, dan apabila
perilaku kenakalan remaja keluarga sudah terpisah atau bercerai, serta sudah
tidak lengkap maka dimungkinkan anak akan
melakukan perilaku menyimpang karena kurang
MATERI mendapatkan perhatian dan kasih sayang.
Pengertian Kenakalan Remaja b. Bagaimana kondisi keseharian keluarga apakah
terjadi konflik yang terus-menerus tidak harmonis
Juvenile Deliquency adalah perilaku jahat atau perilaku
sehingga anak mengalami tekanan batin lalu remaja
yang menyimpang, atau kejahatan/kenakalan yang dilakukan
tersebut melampiaskan dengan cara yang salah.
anak-anak muda. Juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis
Seperti nakal, melanggar aturan dan norma serta
yang berarti anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada
lemah, patah semangat, dan lain-lain.
masa muda, yang mempunyai sifat-sifat khas pada periode
c. Sikap dan perhatian orang tua seperti: perlindungan
remaja. Sedangkan Delinquent berasal dari bahasa latin
yang lebih dari orang tuanya atau memanjakan,
yang berarti terabaikan, melanggar, menyimpang, pengacau,
penolakan orang tua yang beranggapan bahwa
pembuat ribut dan lain-lain (Kartono, 2003: 6). Kenakalan
anak adalah penghambat dari segala urusan yang
remaja atau kejahatan remaja adalah partisipasi dalam bentuk
dijalani oleh orang tua, perilaku yang tidak baik
perilaku yang ilegal yang dilakukan oleh anak dibawah umur,
yang dilakukan oleh orang tua sehingga ditiru oleh
serta lebih muda dari individu-individu yang mayoritas dan
anaknya.
dapat dikenai sanksi hukum (Wikipedia, 2012).
d. Status anak dalam keluarga adanya perbedaan dalam
Faktor-faktor yang Berpengaruh Timbulnya hal pengasuhan, lebih memfavoritkan salah satu
Kenakalan Remaja anak, adanya persaingan di antara anak-anak dalam
keluarga tersebut, dan fasilitas yang tidak mendukung
Menurut Philip Graham dalam Sarwono (2011), membagi
dalam keluarga.
faktor-faktor penyebab perilaku kenakalan yang dilakukan
e. Kondisi sosial ekonomi keluarga yaitu: kecukupan
oleh remaja lebih mendasarkan pada sudut kesehatan mental
ekonomi dalam memenuhi kebutuhan semua anggota
remaja, yaitu:
keluarga, apabila hal ini tidak terpenuhi maka
akibatnya anak akan ikut membantu memenuhi
Faktor luar
kebutuhan dengan jalan sekolah sambil bekerja.
1. Faktor lingkungan atau masyarakat yang meliputi: Perhatian kedua orang tua dalam hal pendidikan,
a. Tingkat ekonomi lingkungan sekitar remaja. apabila anak tidak mendapatkan maka dikhawatirkan
b. Sarana dan prasarana fasilitas di desa yang bermanfaat anak memiliki kecerdasan yang tumpul dan akan
bagi remaja, organisasi remaja, beberapa kegiatan mudah terpengaruh.
yang diikuti oleh remaja. 4. Pengaruh teman sebaya
c. Keadaan perkembangan kemajuan teknologi di Pengaruh teman yang baik dapat memberikan kontribusi
lingkungan remaja apakah sudah internet. yang baik bagi remaja dalam hal motivasi, peningkatan
d. Perkembangan budaya dan adat istiadat dalam prestasi, dan perilaku yang baik pula. Sedangkan
masyarakat, tradisi dalam masyarakat apakah masih pengaruh teman yang buruk akan membawa dampak
dilestarikan atau sudah hilang.
190 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 188–193
yang buruk juga, sehingga mempengaruhi agar remaja 5. Memindahkan remaja tersebut ke lingkungan yang
tersebut melakukan hal-hal yang menyimpang. lebih baik dari sebelumnya (Kartono, 2003: 94).
Data tentang lingkungan teman sebaya Hasil dari tabel 4 sebagian besar jawaban responden
laki-laki dan perempuan menghasilkan pernyataan yang
Tabel 2. Distribusi frekuensi variabel independen menunjukkan 100% lingkungan keluarga remaja adalah baik.
lingkungan teman sebaya pada responden remaja Hasil dari pengujian faktor independen lingkungan keluarga
di Dusun Tegalan sebaya dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja
Tabel 7. Hasil tabulasi silang antara data umum penghasilan orang tua responden dengan kecenderungan perilaku
kenakalan remaja.
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa untuk data yang terbaru, hal semacam ini yang membuat timbulnya
umum penghasilan orang tua dengan kecenderungan perilaku perilaku kenakalan remaja tidak dipengaruhi oleh lingkungan
kenakalan remaja adalah kategori tidak nakal dan untuk masyarakat.
penghasilan orang tua masuk dalam kategori penghasilan
orang tua yang berpenghasilan 500.000-1.000.000 dan Pengaruh faktor eksternal lingkungan teman
jumlah sebanyak 9 responden dengan persentase 50%. sebaya terhadap timbulnya kecenderungan perilaku
kenakalan remaja
Berdasarkan hasil uji rank spearman bisa disimpulkan Ho
PEMBAHASAN
ditolak H1 diterima yang artinya faktor eksternal lingkungan
Pengaruh faktor eksternal lingkungan masyarakat teman sebaya mempengaruhi timbulnya kecenderungan
terhadap timbulnya kecenderungan perilaku perilaku kenakalan remaja di Dusun Tegalan Desa Kauman
kenakalan remaja Kec. Ngoro Kab. Jombang. Pengaruh teman sebaya dari
Berdasarkan hasil uji rank spearman bisa disimpulkan Ho hasil penelitian ini ternyata sangat besar dalam menimbulkan
diterima H1 ditolak yang artinya faktor eksternal lingkungan kecenderungan perilaku kenakalan remaja karena sebagian
masyarakat tidak mempengaruhi timbulnya kecenderungan besar waktu remaja banyak digunakan bersama teman sebaya
perilaku kenakalan remaja di Dusun Tegalan Desa Kauman dibandingkan dengan keluarga. Mempunyai banyak teman
Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang. Menurut Kartono adalah keinginan banyak remaja akan tetapi remaja tersebut
(2003) perilaku menyimpang ditimbulkan oleh sosial tidak mengetahui latar belakang satu persatu teman mereka
budaya atau lingkungan sekitar. Hal ini tidak sesuai dengan apakah dari keluarga baik atau tidak dan yang paling penting
pernyataan di atas bahwa lingkungan masyarakat tidak adalah remaja itu dapat menjaga diri agar tidak terpengaruh
berpengaruh dengan timbulnya kecenderungan perilaku oleh perilaku teman sekitar kita seperti yang dialami oleh
kenakalan remaja yang ada di Dusun Tegalan. remaja yang ada di Dusun Tegalan, yang berperilaku nakal
Dari beberapa faktor eksternal yaitu faktor eksternal akibat dari pengaruh teman sebaya, ditambah lagi remaja yang
lingkungan masyarakat, lingkungan teman sebaya dan kondisi emosionalnya masih labil selalu mudah terpengaruh
lingkungan keluarga. Pengaruh lingkungan masyarakat bisa oleh teman sebaya sehingga memunculkan perilaku atau
tidak mempengaruhi timbulnya kecenderungan perilaku kebiasaan seperti: curhat, frustasi yang berlebihan yang
kenakalan remaja yang ada di Dusun Tegalan hal itu dapat mendorong remaja tersebut mengadaptasi perilaku
disebabkan perkembangan adat istiadat serta tradisi budaya temannya yang negatif untuk mencoba melakukannya pada
yang masih dijunjung tinggi dan masih dilaksanakan, dan diri sendiri, rendahnya pondasi iman teman remaja juga bisa
para warga masyarakat masih mempercayai hal-hal yang mempengaruhi perilaku kenakalan remaja karena kuatnya
bersifat mitos atau keyakinan akan sesuatu yang bersifat iman seseorang bisa dilihat dari perilaku serta akhlaknya.
ghoib sehingga mereka banyak yang masih memegang
teguh prinsip serta melaksanakan apa yang sudah dilakukan Pengaruh faktor eksternal lingkungan keluarga
nenek moyang mereka, dan fasilitas dan sarana prasarana terhadap timbulnya kecenderungan perilaku
yang bermanfaat bagi remaja dimanfaatkan dengan baik, dan kenakalan remaja
lingkungan tempat remaja yang jauh dari perkotaan yang Berdasarkan hasil uji rank spearman bisa disimpulkan Ho
biasanya terdapat banyak aktivitas yang padat dan banyak diterima H1 ditolak yang artinya faktor eksternal lingkungan
tindakan kriminal yang terjadi, akan tetapi tidak menutup keluarga tidak mempengaruhi timbulnya kecenderungan
kemungkinan bahwa di desa juga terdapat hal semacam perilaku kenakalan remaja di Dusun Tegalan Desa Kauman
itu meskipun jumlahnya sedikit. Masyarakat yang ada juga Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang. Menurut Philip
masih tidak tau akan perkembangan dan kemajuan teknologi Graham dan Sarwono (2011) faktor orang tua atau keluarga
Agustina: Analisis Faktor-faktor Eksternal yang Memengaruhi 193
berpengaruh untuk menimbulkan perilaku kenakalan remaja. identitas khususnya status ekonomi sosial, mereka
Tetapi dari hasil penelitian ditemukan tidak ada pengaruh menyatakan bahwa penyerangan serius anak-anak yang
terhadap timbulnya kecenderungan perilaku kenakalan melakukan kenakalan lebih sering dilakukan oleh anak-anak
remaja di Dusun Tegalan. yang berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah.
Hal ini dapat disebabkan dalam keluarga remaja tersebut Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang
memang baik dalam hal hubungan antar anggota, orang tua ada dalam hasil penelitian ini justru para pelaku kenakalan
yang menerapkan pola yang disiplin, serta pengawasan yang yang seharusnya dari kelas ekonomi bawah, akan tetapi
terhadap remaja saat berada di rumah. Orang tua selalu fakta yang ditemukan pelaku kenakalan remaja berasal
memberikan contoh yang baik terhadap anaknya, akan dari ekonomi kelas menengah ke atas, hal ini tidak bisa
tetapi kembali lagi kepada remaja itu sendiri melaksanakan menjamin bahwa kenakalan selalu dilakukan oleh remaja
atau mengabaikannya. Banyak hal yang bisa menimbulkan dari golongan ekonomi yang kurang dan malah terjadi pada
kenakalan pada remaja yang tidak disadari oleh orang tua, remaja yang dilihat fasilitasnya yang sudah berkecukupan
akan tetapi remaja tersebut tidak mengadaptasi perilaku- karena memungkinkan remaja tersebut tidak memanfaatkan
perilaku tersebut karena remaja tersebut bisa jadi saat fasilitas tersebut untuk hal-hal yang positif, dan bisa terjadi
bersekolah dimasukkan ke dalam sekolah yang nuansa juga karena orang tua dalam pengawasan terlalu ditekan
islaminya sangat kuat sehingga memberikan efek yang positif sehingga setelah anak keluar dari lingkungan keluarga dan
bagi diri remaja tersebut meskipun lingkungan keluarganya bertemu dengan teman luar remaja mudah terpengaruh
buruk atau berantakan. Keluarga remaja tersebut termasuk dengan lingkungannya pada saat itu dan bisa jadi remaja
dalam kategori keluarga yang taat beragama sehingga tersebut sudah diberikan kebebasan oleh orang tuanya akan
kemungkinan kecil untuk remaja melakukan kenakalan tetapi remaja tidak bisa memanfaatkannya.
yang bersifat merugikan bagi dirinya karena sudah diberikan
wawasan dan pengetahuan oleh kedua orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
Kecenderungan perilaku kenakalan remaja di Dusun 1. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Tegalan Desa Kauman Kecamatan Ngoro Kabupaten Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Jombang. 2. Cahyaningsih S.Kp, Dwi Sulistyo. 2011. Pertumbuhan Perkembangan
Anak dan Remaja. Jakarta: CV Trans Info Media.
Dari hasil tabulasi silang antara jenis kelamin dengan 3. Juntika Nurichsan, Prof. dr. H. Achmad. 2011. Dinamika
kecenderungan perilaku kenakalan remaja ternyata jenis Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Refika Aditama.
4. Kartono, Dr Kartini. 2003. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja.
kelamin atau remaja laki-laki lebih banyak kecenderungan
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
melakukan perilaku kenakalan yang berat daripada remaja 5. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
perempuan. Berdasarkan dari hasil tabulasi silang antara Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
penghasilan orang tua dengan kecenderungan perilaku 6. Psikologi Remaja. 06/2012. Bentuk-bentuk perilaku delinkuen.com.
html (Diakses pada 19 Desember 2012 jam 08.17).
kenakalan remaja ternyata kenakalan remaja yang termasuk 7. Sarlito, W Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja
dalam kategori berat terdapat pada golongan orang tua yang Grafindo Persada.
berpenghasilan 1.000.000–2.000.000 dengan jumlah 3 8. Wikipedia. 2012. Deliquency Juvenile. h p://en.wikipedia.org/wiki/
responden. Menurut Santrock (2003) dalam perkembangan Juvenile_deliquency. translate googleusercontent.com (Diakses pada
6 Desember 2012, jam 10:38).
194
ABSTRAK
Persoalan ruang publik yang terjadi di kabupaten Ponorogo, yaitu yang terkait dengan revitalisasi fungsi pedestrian, berawal dari
kondisi sebagian trotoar yang seharusnya dijadikan sebagai akses untuk pejalan kaki kondisinya sangat memprihatinkan, karena mulai
beralihnya fungsi ruang, karena dijadikan sebagai tempat berjualan, selain itu banyak trotoar yang sudah tidak ideal karena mengalami
beberapa kerusakan, oleh sebab itu diharapkan persoalan tersebut bisa menjadi kajian untuk mengembalikan lagi fungsi trotoar sebagai
ruang publik bagi para pedestrian, hal ini penting mengingat masyarakat memerlukan ruang untuk berekspresi, sebagai salah satu
bentuk kebebasan di tengah pembangunan yang tidak memihak kepada publik. Pemanfaatan ruang publik harus dilakukan secara
bersinergi, antara masyarakat dan juga pemerintah (steakholder), dengan cara melakukan berbagai kajian-kajian yang melibatkan
komunitas-komunitas masyarakat di Kabupaten Ponorogo, kemudian dilanjutkan dengan aksi-aksi untuk mengkampanyekan tentang
pentingnya kesadaran pemanfaatan trotoar sebagai ruang publik. Selain itu dengan adanya komunikasi yang intensif, diharapkan dapat
menghasilkan kebijakan yang ideal, untuk kembali memperkuat fungsi ruang publik dalam kehidupan masyarakat, dengan menekankan
faktor kenyamanan dan juga keselamatan bagi penggunanya.
ABSTRACT
The public space what occurs in distric of ponorogo, which is related to revitalize pedestrian function, started of condition some
pavement should be as access for pedestrians sngnat serious condition, starting the transfer of function space, because used for a trading,
in addition many pavement is not ideal with some damage, Therefore is expected to this problem could be study to back the sidewalk
function as public room for the pedestrian, this is important considering that room for the needs of expression, as a form of freedom in
the developments impartial to the public. The use of public space must be done in synergy, between community and also government
(steakholder), by conducting various assessment review involve communities in distric of Ponorogo, then followed by a action to rally
about the importance of consciousness the use of the sidewalk as public room.Besides the intensive communication, is expected to produce
ideal policy, to return strengthen the functions of public spaces in society, by stressing the comfort and also salvation for the user.
Key words: Public Space, Pedestrian, The Sidewalk, And The Community.
yaitu lintasan yang diperuntukkan untuk pejalan kaki, dapat dari segelintir orang ditambah lagi apatisme pemerintah
berupa trotoar. (DPU.1999) terhadap kondisi yang ada, sehingga konsep ruang publik
Persoalan akses ruang publik yang dihadapi di wilayah yang seharusnya diimbangi dengan pemahaman terkait hak
Kabupaten Ponorogo, tidak hanya terkait dengan keadilan, dan kewajiban tidak berjalan dengan baik dan benar. Carr
tetapi juga bagaimana kenyamanan dalam memanfaatkan berpendapat bahwa hak ke ruangan manusia tidak boleh
ruang publik, khususnya bagi para pejalan kaki (pedestrian) mengakibatkan ketidaknyamanan atau gangguan terhadap
dalam melakukan berbagai aktivitas di ruang publik, pengguna ruang publik lainnya. Car menekankan bahwa
terkait pemanfaatan trotoar untuk kepentingan bersama, unsure keadilan dan demokrasi dalam ruang publik sangat
Kenyamanan yang seharusnya menjadi poin penting penting. (Stepen Carr. 1992)
dan prioritas, malah tidak terwujud, karena sifat egois
Potret Pedestrian di sepanjang jalan Suromenggolo Trotoar ini terletak di Jl. Ir Juanda, Sebenarnya merupakan
(dalan anyar): jika kita lihat saat ini kawasan trotoar dipenuhi salah satu trotoar yang terpanjang di kabupaten Ponorogo,
oleh para pedagang kopi yang berjejer sepanjang jalan ini. akan tetapi kondisinya sama jika malam menjelang sepanjang
Seharusnya kawasan trotoar ini selain difungsikan sebagai trotoar tersebut dipenuhi para pedagang angkringan, selain
jalur lalu lintas, di hari-hari libur atau (weekend) banyak itu permukaan yang tidak rata, dipenuhi oleh tumbuhan
dipadati pejalan kaki dan jogging trek, di hari hari biasa, yang tumbuh besar di pinggiran trotoar, menjadikan potensi
karena terpakainya trotoar tersebut maka para pejalan tersebut tidak menarik orang untuk menjadikan trotoar itu
kaki memilih berjalan di badan jahan, sehingga sangat sebagai ruang publik yang bisa dijadikan jogging trak atau
membahayakan keselamatan, mengingat pada jam-jam sederar jalan- jalan sehat.
tertentu lalu lintas di jalan ini sangat padat.
Trotoar di Jl. Jendral Sudirman, merupakan salah satu tempat yang difavoritkan para pedagang untuk berjualan, padahal
di daerah tersebut merupakan kawasan yang seharusnya steril, karena berada di bahu jalan dan berbatasan dengan alun-alun,
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana publik
Gambar 1. Jalur Pedestrian Jl. Suromenggolo, Jl. Ir. Juanda dan Jl. Jendral Sudirman
Sumber: diolah dari http://www.google.com
196 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 194–198
dan rendah, banyak terdapat area persawahan dan juga ladang alasan “perut” masyarakat kecil, hal yang justru lebih penting
(tegalan) walaupun demikian, seperti halnya kota-kota yang justru adalah bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan ruang
ada di Indonesia, Ponorogo juga memiliki beberapa wilayah publik supaya efeknya bisa menyelesaikan patologi sosial
yang dijadikan sebagai pusat aktivitas masyarakat, dalam yang berkembang karena fenomena itu.
bidang ekonomi, sosial serta politik, walau tidak seramai Kondisi tersebut seharusnya disikapi dengan bijaksana,
kota-kota besar yang ada di Provinsi Jawa Timur seperti: bagaimana kita sebagai bagian dari masyarakat kabupaten
Malang dan Surabaya, akan tetapi dengan topografi yang Ponorogo, tidak saling menuduh dan menyalahkan, tetapi
seperti itu membuat Kabupaten Ponorogo, memiliki iklim bagaimana masing-masing pihak melakukan instropeksi dan
yang sub-tropis, seperti kebanyakan ciri khas dari daerah- juga segera mengambil langkah konkret, terkait hal-hal apa
daerah yang ada di Asia Tenggara. saja yang semestinya harus dilakukan untuk memperbaiki
Kabupaten Ponorogo mempunyai luas 1.371,78 km² yang kondisi yang ada, sebelum semuanya terlambat dan tidak
terletak antara 111º 17’–111º 52’ bujur timur dan 7º 49’ dan lagi bisa diselesaikan. Langkah yang bisa dilakukan adalah
8º 20’ lintang selatan dengan ketinggian 92 sampai dengan melakukan proses dialog dan juga musyawarah dengan
2.563 meter diatas permukaan air laut, yang berbatasan melibatkan komunitas-komunitas yang ada di Kabupaten
dengan, sebelah utara kabupaten Madiun, Magetan dan Ponorogo, misalnya komunitas budaya, hal ini tentu bisa
Nganjuk, sebelah timur kabupaten Tulungagung dan dipelopori oleh pemerintah dan juga tokoh-tokoh masyarakat,
Trenggalek, sebelah selatan Kabupaten Pacitan serta sebelah dengan cara melakukan kajian-kajian tentang konsep ruang
barat Kabupaten Pacitan dan Wonogiri (Jawa Tengah). Dilihat yang kemudian dilanjutkan melalui aksi-aksi, di sisi lain
dari keadaan geografisnya, kabupaten dibagi 2 (dua) sub area pemerintah juga harus menyiapkan desain kebijakan, supaya
yaitu area dataran tinggi yang meliputi kecamatan Ngerayun, hasil musyawarah dan diskusi tersebut bisa ditelurkan dalam
Sooko, Pulung, serta kecamatan Ngebel sisanya merupakan sebuah regulasi, yang tentunya bersifat top-down maupun
daerah dataran rendah. (Statistik daerah kabupaten Ponorogo. Botton Up, sehingga bisa melengkapi dan menyelesaikan
2010) persoalan tersebut.
Kondisi Pusat perkotaan di Kabupaten Ponorogo cukup Melibatkan komunitas-komunitas yang ada di daerah
ramai, karena dijadikan sebagai pusat kegiatan atau aktivitas, Panaragan, merupakan salah satu proses penting, karena
sosial, ekonomi, budaya, keagamaan, dan budaya, sehingga keberadaan ruang publik yang baik harus dilakukan secara
banyak sarana telah banyak dibangun, seperti Rumah sakit, bersinergi dan berkesinambungan, hal ini terkait dengan
Hotel, Pusat perbelanjaan, tempat ibadah, alun-alun dan apa yang menjadi harapan masyarakat, dan bagaimana
sarana publik lainnya, akan tetapi banyak hal yang sangat masyarakat dilibatkan dalam proses tersebut, supaya dapat
disayangkan, jika kita lihat gambar beberapa tempat yang mencapai tujuan yang diinginkan, konsep yang dimaksud
ada di Kabupaten Ponorogo, masih banyak yang tidak dalam hal ini yaitu bagaimana pemerintah (steakholder)
terawat bahkan rusak, misalkan: jalan raya, sudah menjadi berembuk bersama rakyat dan tokoh masyarakat terkait
rahasia umum jika kabupaten Ponorogo memiliki akses pengelolaan dan pemanfaatan ruang tersebut, apa saja
jalan yang kurang baik, berlubang, dan tidak rata, sehingga yang menjadi permaslahan, dan apa saja yang menjadi
membahayakan pengendara, selain itu di beberapa titik harapan, dan bagaimana mewujudkan semuanya. Hal ini
lampu penerangan masih banyak yang kurang, sehingga termasuk bagaimana menciptakan ruang publik yang ideal
membahayakan bagi pengendara yang menjalankan yakni terpenuhi rasa aman dan juga keselamatan bagi para
kendaraan di malam hari. Satu hal lagi yang menjadi perhatian penggunanya.
saya yakni aset ruang publik yang terbengkalai dan berubah
fungsi seperti sarana bagi pedestrian, taman kota, alun-alun
dan juga fasilitas olahraga yang jauh dari ideal.
Khusus jalur pejalan kaki atau pedestrian di Kabupaten Persoalan Ruang publik
Ponorogo, yang menjadi perhatian kita adalah kondisi
pedestrian yang tidak lagi berfungsi sebagai mestinya,
Proses Musyawarah dan
dikarenakan dijadikan tempat berjualan oleh beberapa kompromi
orang yang tidak bertanggung jawab, ataupun rusaknya jalur
pelestarian karena ulah manusia ataupun karena pertumbuhan
pohon yang ada di jalur tersebut. Pemerintah Komunitas Masyarakat
Persoalan ini jika kita lihat secara cermat, terkesan ada
pembiaran, dan juga pemerintah terlihat menutup mata Kebijakan Aksi - aksi
terhadap fenomena tersebut, hasilnya semakin hari-semakin
habis jalur pedestrian yang di ada di Kabupaten Ponorogo, Evaluasi
karena tidak terawat dengan baik serta diperparah dengan
dijadikan sebagai tempat berjualan. Sangat ironis jika Gambar 2. Skema Penyelesaian masalah Ruang Publik berbasis
persoalan tersebut dijadikan sebagai pembenaran karena Komunitas.
198 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 194–198
Keberadaan trotoar, yang biasanya dimanfaatkan oleh 1. Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Pedoman Teknik: Pedoman
Perencanaan Jalur pejalan kaki pada jalan umum. PT Mediatama
para pejalan kaki (pedestrian), seharusnya menjadi sarana Saptakarya. Diakses dari www.binteknspm.com pada pada 15 April
ruang publik yang benar-benar efektif untuk berbagai 2016.
kegiatan, seperti oleh pemenuhan kebutuhan ruang bagi 2. Stepen Carr. 1992. Public Space. The Press Syndicate of the university
of Cambridge Press. Cambridge.
lansia, kemudian penyandang cacat serta, masyarakat yang 3. Poto poto jalur pedestrian diakses dari http://www.google.com pada
memerlukan ruang dalam menopang aktivitas keseharian 15 April 2016.
masyarakat, khususnya yang terkait dengan jalur pedestrian, 4. Adisasmita, Adji, Sakti. 2011. Jurnal Analisis Jaringan Transportasi,
persoalan yang terjadi di Kabupaten Ponorogo, kami rasa juga Fakultas teknik. Universitas Diponegoro, Semarang.
5. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No: SK 43/AJ 007/DRJ/97.
dialami oleh daerah-daerah di mana sifat egoisme dan juga 6. Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan
apatisme adalah sifat- sifat yang harus dihilangkan dari cara Kaki di Perkotaan. Diakses dari http://www.penataanruang.net/taru/
pandang masyarakat dan pemerintah, karena sifat-sifat inilah upload/nspk/pedoman/pjlkaki.pdfpada 15 April 2015.
7. 2014, Bicycle & Pedetrian, U.S. Department of Transportation
yang menyebabkan kondisi jalur pedestrian di kabupaten Federal Highway Administration, Washingto DC. Diakses dari http://
Ponorogo, menjadi terbengkalai, cara yang paling efektif www.fhwa.dot.gov/environment/bicycle_pedestrian/publications/
yaitu dengan memperkuat komunikasi antara pemerintah, sidewalks/appb.cfm pada 15 April 2016.
8. Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007
dan juga masyarakat untuk dapat bersinergi menciptakan 9. Carmona, Matthew, Clauido de Magalhaes and Leo Hammond. 2008.
ruang publik yang benar-benar berdaya, sehingga fungsi dari Public Space: The Management Dimension. Routledge. London.
ruang publik tetap bisa terjaga dan terus dilestarikan dari 10. Ali Madanipur. 2003. “Public and Private Space of the City”.
Routledge Press. New York.
generasi ke generasi, serta harus mempertimbangkan faktor
11. Iswanto, Danoe. (2006). Pengaruh Elemen-elemen Pelengkap jalur
keselamatan dan keamanan para penggunanya. pedestrian terhadap kenyamanan pejalan kaki. Enclosure. 5 (1).
22–29.
12. Mozer, David. 2016. Diakses dari http://www.ibike.org/enginering/
lenduse.htm pada 15 April 2016.
13. Statistik daerah kabupaten Ponorogo. 2010.
199
Meilinda
Universitas Kristen Petra, Surabaya, Indonesia
surel: meilinda@petra.ac.id
ABSTRAK
Teater adalah sebuah media yang digunakan oleh para pelaku panggung dan penikmatnya untuk menyampaikan pemikiran dan
ekspresi artistik. Namun, di Indonesia, teater dapat digunakan untuk tujuan lain yaitu pemberdayaan masyarakat. Bagi penulis, sangat
penting agar remaja, yang menjadi generasi penerus bangsa berlatih sedari dini untuk peka dan mampu menganalisa permasalahan yang
mereka hadapi dalam masyarakat. Terinspirasi oleh apa yang dilakukan oleh Augusto Boal dengan Teater Kaum Tertindas-nya, penulis
menawarkan sebuah metode yang menggunakan teater sebagai alat untuk membantu remajadidalam masyarakat urban, khususnya
Surabaya, mengidentifikasi permasalahan mereka dan mencoba mencari solusinya. Dalam kolaborasi antara mahasiswa dan target
penelitian, mereka berhasil merumuskan permasalahan sosial yang menjadi bahaya laten dalam hidup mereka dan mencoba mencari
solusi yang dapat ditawarkan. Pementasan teater ini berupa pementasan teater interaktif dimana penampil mengajak partisipasi penonton
untuk memilih solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami tokoh utama dalam cerita. Melalui proyek peneilitian ini, penulis
membuktikan bawa teater dapat dijadikan alat yang efektif untuk memberdayakan anak- remaja di daerah urban.
ABSTRACT
Theatre as a medium of artistic expression has been successful in providing space thespians and spectators to enjoy a work of art.
However, in the case of Indonesia, theatre may have a role for empowering people. For the writer, it is very important to give a chance
to young people to exercise their analytical skill in analyzing problems that they face in the society. Inspired by Boal’s Theatre of the
Oppressed, in this paper I propose a method that is using theatre as a way to help young people in the urban community, especially in
Surabaya. Collaborating with my students in the University, the participants are challenged to identify their real problem and come up
with the solution. In this program, interactive theatrical method is used for writing the script and staging the performance. In this way,
through the interactive theatrical production, that is, a combination of artistic and social aspects, I would suggest that interactive theatre
can be an alternative for service learning program.
daripada sekedar membantu mahasiswa memahami pelajaran satu jalan yang memanfaatkan teater untuk lebih memahami
kuliahnya. Dapatkah teater digunakan sebagai alat untuk tentang kehidupan dan memberi kekuatan dan rasa percaya
memberdayakan anak- remaja? diri pada orang-orang didalamnya guna mengatasi tekanan
Penulis juga terinspirasi oleh apa yang dilakukan oleh yang dimilikinya (Boal, 2005, p.xxiv).
Augusto Boal dengan Teater Kaum Tertindasnya. Boal Ternyata metodologi ini bukan hanya dapat dilakukan di
memiliki keyakinan bahwa teater dapat dijadikan alat Brazil namun juga di Amerika. Michael Rohd, seorang guru
untuk refleksi, mengubah dan mengajarkan sesuatu pada dan praktisi teater di Sekolah Menegah berlokasi di New
masyarakat. Hal ini disampaikannya melalui bukunya Theatre Hampshire, USA mencoba untuk menggapai siswa yang
of the Oppressed (1979). memiliki masalah sosial dalam kegiatan yang positif dengan
Karya tulis ini akan membahas bagaimana sebuah proyek menggunakan metode ini. Dia mencoba mengarahkan pola
pementasan yang melibatkan mahasiswa dan remaja dari pikir yang lebih positif dan membangun harga diri mereka
kawasan yang dipilih mencoba mengidentifikasikan dan sehingga lebih mampu untuk melihat masa depan mereka
mencari jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi melalui dengan positif. Dalam bukunya Theatre for Community,
teater. Mungkin saja hal ini tidak langsung memecahkan Conflict and Dialogue: the hope is Vital Training Manual
masalah mereka. Namun, setidaknya menyadarkan (1998), dia menyatakan bahwa “hope is vital”, memiliki
mereka bahwa masalah itu nyata dan ada di antara mereka. harapan adalah sesuatu yang sangat vital. Sangat penting
Kemampuan melihat, menganalisa dan mengakui terdapatnya untuk membuat remaja yang terlibat dalam proyek ini
sebuah masalah adalah sebuah keahlian yang dibutuhkan menyadari bahwa masih ada harapan untuk mereka dan
untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi masalah melalui teaterlah mereka memahami hal ini.
di kemudian hari. Selain itu, kemampuan untuk mengusulkan Penggiat teater lainnya Michael Sanders juga menulis
sebuah jalan keluar dari masalah yang teridentifikasi adalah dalam sebuah makalah yang berjudul “Urban Odyssey:
juga merupakan salah satu kebutuhan pada masa ini. Theatre of the Oppressed and Talented Minority Youth”,
yang diterbitkan di dalam Jurnal Pendidikan, Education of
the Gifted (2004) bahwa dia memanfaatkan metodologi yang
METODE PENELITIAN digagas oleh Boal untuk mendiskusikan dan menolong para
Penelitian ini melibatkan mahasiswa UK Petra yang latar remaja dalam proyek yang dia lakukan untuk memikirkan
belakang perekonomiannya datang dari kelas menengah ke kembali rasisme dan diskriminasi yang terjadi di dalam
atas yang mengambil kelas Akting di Jurusan Sastra Inggris komunitas mereka. Dua aplikasi yang dilakukan baik
dan juga masyarakat urban marjinal yang ada di tengah oleh Rohd maupun Sanders menginspirasi saya untuk
kota Surabaya. Masyarakat yang diambil sebagai subyek menggunakan konsep yang digagas oleh Boal.
penelitian ini adalah kaum muda yang berusia antara lima Pengamatan, diskusi dalam kelompok, pelatihan dan
belas sampai dengan dua puluh satu tahun yang merupakan latihan teater bersama serta refleksi menjadi alat dalam
binaan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat Pondok Kasih. mengumpulkan data yang diperlukan. Menurut Kemmis
Mereka masih ada yang bersekolah namun ada juga yang dan McTaggart dalam artikel mereka “Participatory Action
sudah tidak bersekolah karena keterbatasan ekonomi. Research: Communicative Action and the Public Sphere”
Mereka hidup di daerah rawan kejahatan yang adalah (2005), PAR memiliki tiga prinsip:
bekas lokalisasi. Dengan demikian perbedaan usia antara 1. Berbagi kepemilikan proyek riset dengan obyek yang
mahasiswa dengan masyarakat terpilih tidak terpaut jauh. diteliti
Hal ini memudahkan mereka dalam berkomunikasi dan 2. Analisa berdasarkan komunitas dalam melihat sebuah
memahami topik-topik yang dibahas dalam kehidupan masalah sosial.
sehari- hari. 3. Berorientasi terhadap aksi komunitas.
Penulis menggunakan salah satu prinsip yang digagas oleh Dengan paparan di atas, penulis terlibat dalam proyek
Augusto Boal yaitu Forum Theatre. Konsep ini dimanfaatkan ini bersama obyek penelitian dan berproses bersama-sama.
oleh Boal untuk mengangkat dan mendiskusikan isu-isu sosial Dengan demikian kepemilikan pementasan bukan hanya
yang dihadapi oleh masyarakat di bawah penindasan militer berdasar kebutuhan peneliti namun juga berdasar kebutuhan
di Rio De Jenerio. Teater ini memungkinkan kolaborasi obyek penelitian. Permasalahan yang diangkat dalam
antara aktor dan penonton dalam sebuah pementasan untuk pementasan juga berdasarkan permasalahan yang benar-
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh para aktor dalam benar ada di masyarakat terkait. Analisa permasalahan
cerita. Jackson menulis dalam kata pembuka di bukunya diarahkan pada kebutuhan masyarakat obyek penelitian.
bahwa aktor dalam pementasan ini akan mempertontonkan Solusi yang ditawarkanpun merupakan solusi yang dapat
sebuah cerita yang belum selesai pada penonton dan diambil sebagai sebuah aksi dalam komunitas.
mengundang mereka untuk turut menyelesaikan permasalahan Parameter yang diamati adalah berdasarkan masalah
di atas panggung atau memecahkan konflik yang dihadapi apa yang dipilih dan diangkat dalam naskah pementasan
(1991). Boal menyatakan bahwa Forum Theatre adalah salah serta cara yang diambil oleh mereka untuk memutuskan
Meilinda: Teater Interaktif sebagai Alat Pemberdayaan Remaja 201
kemungkinan dua solusi yang harus dipilih oleh penonton perlu diangkat ke atas panggung.
pada akhir pementasan. Peserta kemudian belajar untuk menulis karyanya
sendiri, menggunakan bahasa yang mereka gunakan sehari
-hari yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa dialek Surabaya.
HASIL & PEMBAHASAN Mereka diajarkan tentang teknik pembentukan karakter
Pemaparan hasil ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu yang mengikuti konsep Robert Barton dalam bukunya
persiapan pementasan, pementasan dan evaluasi pementasan. Acting Onstage and Off (2003, p. 120). Pembentukan alur
Pembagian ini berdasarkan kebutuhan masing- masing cerita menggunakan piramida yang digagas oleh Gustav
bagian dalam sebuah produksi teater. Dua puluh peserta dari Freytag (http://oak.cats.ohiou.edu/~hartleyg/ref/freytag.
Pondok Kasih bersama-sama dengan lima orang mahasiswa html). Naskah yang dihasilkan harus memiliki dua akhir
mengerjakan sebuah pementasan. Tim ini didampingi oleh untuk memberi kesempatan pada penonton memilih nasib
seorang fasilitator yang telah dilatih oleh penulis. dari tokoh utama.
Naskah mereka bercerita tentang seorang remaja putri
Persiapan Pementasan dengan adik perempuannya. Mereka kerap mengalami
Isu paling utama dalam bagian ini adalah membangun kekerasan fisik dari Ayahnya yang temperamental. Ayah
rasa percaya antara satu sama lain serta memastikan bahwa adalah satu-satunya sumber ekonomi dan Ibu tidak bekerja.
masing- masing peserta berkomitmen dengan tujuan akhir Akan tetapi penghasilan yang diberikan tidak cukup untuk
yang ditetapkan bersama. Perlu ditekankan bahwa teater kehidupan sehingga Ibu memutuskan untuk membiarkan
adalah sebuah bentuk seni kolektif sebagaimana tubuh anak-anaknya. Perkelahian antara Ayah dan Ibu adalah bagian
manusia dengan berbagai organnya. Tidak ada yang lebih dalam kehidupan mereka sehari-hari. Karena kekurangan-
penting dari yang lain. Masing-masing memiliki fungsi dan kekurangan yang ada tokoh utama mulai mencoba mencari
harus bekerja sama untuk memastikan bahwa tubuh dapat uang dan pelarian. Dia memutuskan untuk melakukan
berfungsi dengan baik dan benar. Pemaparan ini diberikan kekerasan pada orang lain yang dipandang lebih lemah,
dalam bentuk permainan-permainan oleh fasilitator. pencopetan dan pemalakan pada orang-orang di sekitarnya.
Pemaknaan akan permainan didiskusikan bersama menjadi Uang yang diperoleh digunakan untuk membeli minuman
satu kesimpulan yang diambil bersama oleh kelompok. Tugas keras sehingga tokoh utama dapat lari dari kenyataan. Pada
fasilitator di tahap ini adalah mengarahkan mereka dengan satu titik, ketika ada calon korban yang dapat memberontak
pertanyaan-pertanyaan yang tepat. tokoh utama dihadapakan pada dua pilihan. Tetap melakukan
Tahap selanjutnya adalah penggalian ide. Dimulai dengan pemalakan atau berhenti melakukan pemalakan. Masing-
perkenalan diri, bukan sekedar biodata, melainkan siapakah masing memiliki konsekuensi. Disinilah peran penonton,
mereka, apa mimpi mereka, apa hal yang mereka sukai dan mereka akan terlibat dalam sebuah diskusi, apa yang harus
tidak sukai, apa saja tantangan yang mereka hadapi. Apakah dilakukan oleh tokoh utama. Apabila mereka memilih
mereka masih memilki harapan untuk mendapatkan apa yang berhenti melakukan pemalakan, maka polisi akan datang dan
mereka impikan. menangkap tokoh utama. Namun bila mereka memilih untuk
Kelompok ini mengidentifikasikan bahwa kekerasan tetap melakukan pemalakan agar dapat lari dari kenyataan
dalam rumah tangga, perceraian orang tua dan mereka meski sebentar maka tokoh utama akan terlibat dalam sebuah
tidak merasa memiliki pilihan untuk menghentikan keadaan pembunuhan.
tersebut. Ketika penulis bertanya mengapa tidak berupaya Di dalam proses pembuatan penulis mencatat celetukan
untuk bertanya pada orang tua mengapa harus dipukul, dari salah satu remaja, bahwa “lebih baik mabuk-mabukan
jawaban sebagian dari mereka beragam mulai tidak berani, sendiri aja, asik sendiri aja daripada pusing di rumah seperti
sudah dilakukan tapi tetap saja tidak ada yang berubah dan itu”. Hal ini membuktikan bahwa sikap apatis dan mencoba
“percuma”. Sebagian dari mereka telah menyerah pada mencari pelarian adalah sebuah sikap yang dipilih karena
keadaan dan menerima hal ini sebagai kenyataan yang sudah percaya bahwa tidak ada yang dapat dilakukan lagi.
tidak dapat dirubah. Keterdesakan keadaan ekonomi dapat Ada kemarahan yang ingin disampaikan. Tiga topik yang
memicu kejahatan di antara mereka. Keinginan mereka diangkat diatas adalah kekerasan dalam rumah berdampak
untuk sekolah juga terhambat dengan adanya keterbatasan pada keinginan balas dendam dan melampiaskan hal tersebut
ekonomi. Perbedaan agama dalam sebuah keluarga juga pada orang yang dianggap lebih lemah, Pencopetan adalah
dapat mengakibatkan kekerasan fisik yang dilakukan orang satu usaha yang dilakukan diam-diam untuk mendapatkan
tua dan pengusiran remaja. Dari masalah- masalah yang miliki orang lain. Sementara pemalakan adalah tindakan yang
teridentifikasi, diklasifikasikan mana masalah sangat menekan mengingini milik orang lain dengan gamlang dan kekerasan.
namun kontrol penyelesaiannya ada di tangan mereka, Dari cerita yang diangkat maka dapat disimpulkan bahwa
mempengaruhi masa depan mereka dengan signifikan dan remaja terlibat paham bahwa kekerasan akan menghasilkan
perlu segera diantisipasi. Kelompokpun menemukan bahwa kekerasan lainnya dan terus demikians ampai salah satunya
isu tentang kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan akan mendapatkan celaka (ditangkap polisi) atau makin
serta kenakalan remaja menjadi satu permasalahan yang melakukan kejahatan yang lebih serius (pembunuhan).
202 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 199–202
Setelah naskah disiapkan maka tim pementasan dibentuk. Nindya Ayu Kartika, salah satu remaja di kelompok ini, dia
Aktor mendapatkan pelatihan akting dengan menggunakan menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat berguna karena “
metodologi dari Robert Cohen dalam bukunyaActing membuat kita tetap tegar, sabar, taat dan setia pada Tuhan
One (1998, p.53). Untuk lebih memahami tubuh mereka, dalam setiap permasalahan” selain itu dia menyampaikan
pelatihan menggunakan Viewpoints dari Bogart (2005) juga bahwa dia belajar untuk “ menentukan arah kehidupan kita
diberikan. Hal ini memudahkan aktor untuk menggerakan dalam suatu masalah yang berat”.
dan mengontrol tubuhnya di atas panggung. Sementara itu Di lain pihak, mahasiswa penulis yang terlibat
tim artistik mendapatkan persiapan sesuai dengan buku menyampaikan bahwa program ini mengkondisikan
panduan The Essential Theatre oleh Oscar G. Brokett dan mereka untuk segera menguasai ilmu yang dibagikan di
Robert J. Ball (2011). Kelompok kemudian disibukan dengan kelas sehingga dapat menolong teman-temannya di Pondok
latihan dan persiapan pementasan. Masalah-masalah yang Kasih.
timbul beragam. Mulai dari mendapat larangan dari orang Selain itu, mereka juga menjadi lebih mandiri dan mampu
tua untuk berpartisipasi kembali sampai pada anggota mengkoordinir orang lain dan lebih paham bagaimana harus
yang harus keluar karena harus bekerja. Masalah-masalah bekerja dalam kelompok. Kemampuan kolaborasi mereka
tersebut tidak menyurutkan semangat anggota lain, justru juga makin meningkat dan yang terutama adalah kemampuan
malah mereka semakin kompak dan mencoba untuk lebih mereka untuk menyatakan bahwa perbedaaan itu ada dan
saling memperhatikan satu sama lain. Hal ini menarik karena wajar. Hal ini menjadi sangat pentings ehingga mereka lebih
bertolak belakang dengan sikap awal mereka yang apatis. mampu berempati terhadap pemasalahan yang dihadapi oleh
orang lain. Mereka mampu membuat pernyataan bahwa
Pementasan mereka menjadi sadar bahwa banyak yang membutuhkan
Ketika karya ini dipentaskan dalam Onstage Festival bantuan dan mereka harus lebih peka dalam melihat
yang diadakan oleh PLT, secara fungsi artistik semua berjalan permasalahan kehidupan.
dengan baik, namun interaksi dengan penonton menjadi
sesuatu yang sangat menarik. Pada saat penonton ditanya
apa yang harus dilakukan oleh tokoh utama, penonton KESIMPULAN
memutuskan untuk tokoh utama tetap memalak si korban. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis berargumen
Mereka tidak menyadari bahwa pilihan mereka akan teater memang dapat dimanfaatkan untuk menjadi salah
mengantar tokoh utama dalam situasi yang lebih pelik. satu alat guna memberdayakan remaja di kawasan urban.
Penulis sempat mewawancara beberapa penonton, Hasil dari proyek penelitian ini dapat diukur dengan kasat
mereka menyampaikan kekecewaan mereka atas cerita yang mata dari apa yang dikatakan oleh peserta dan penonton.
disajikan. Mereka tidak menyangka bahwa tokoh utama Namun apakah kegiatan ini dapat berdampak panjang bila
akhirnya harus melakukan sebuah pembunuhan. Mereka hanya dilakukan sekali? Memang dibutuhkan penelitian yang
kecewa karena ada konsekuensi yang besar yang harus bersifat longitudinal untuk mengetahuinya.
ditanggung oleh tokoh utama. Kelemahan dari pementasan ini
adalah absennya diskusi setelah pementasan. Hal ini menjadi
catatan bagi penulis bahwa diskusi bukan hanya perlu terjadi DAFTAR PUSTAKA
saat penonton mencoba menentukan akhir cerita, namun juga 1. Bourriaud, Nicolas. 2002. Relational Aesthetics. France, Les Presse
saat penonton telah membuat keputusan dan mendiskusikan Du Reel, Franc.
hasil dari keputusan tersebut. 2. Doherty, Clare. 2004. Contemporary Art: From Studio to Situation.
Bristol, Black Dog Publishing.
3. Barton, Robert. 2003. Acting Onstage and Off. Belmont, Thomson
Evaluasi Pementasan Wadsworth.
Setelah pementasan maka proses selanjutnya adalah 4. Boal, Augusto. 1979. Theater of the Oppressed. New York: Theatre
Communication Group. 2005. Games for Actor and Non-Actor. 2nd
evaluasi. Diskusi dan kuesioner digunakan untuk menggali ed. New York: Routledge.
pendapat atas apa yang dialami oleh kelompok yang diteliti. 5. Rohd, Michael. 1998. Theater for Community, Conflict and Dialogue:
Dari hasil diskusi ditemukan bahwa mereka menyadari The Hope is Vital Training Manual. Portsmouth, NH:Heinemann.
6. Sanders, Michael. 2004. “Urban Odyssey: Theatre of the Oppressed
tidak semua permasalahan memiliki jalan keluar. Namun, and Talented Minority Youth.” In Journal for the Education of the
perubahan terdapat pada bagaimana mereka melihat peran Gifted. Vol. 28. No. 2. p. 218-241.
mereka dalam sebuah masalah. Bahwasanya mereka juga 7. Cohen, Robert. 1998. Acting One. Third Ed. California, Mayfield
Publishing Company.
berhak mengambil kendali dari apa yang terjadi. Melalui
8. Bogart, Anne & Lindau, Tina. 2005 The Viewpoints Book. New York:
pementasan ini, mereka diasadarkan bahwa mereka juga Theater Communications Group Inc.
memiliki kontrol dan kekuatan untuk bertindak dimana 9. Brockett, Oscar G.& Ball, Robert J. 2011. The Essential Theatre.
masing- masing tindakan memiliki konsekuensinya. Mereka Boston: Wadsworth.
10. Carver, Rebecca. 2009. “Theotrical Underpinnings of Service
juga menjadi lebih paham bahwa dukungan satu sama lain Learning”. Theory into Practice. London, Routledge.
diperlukan dan dapat menguatkan. Seperti apa yang dikatakan 11. Wheeler, L Kip. 2004 Freytag, Gustav. Technic Des Drama. May
2015.https://web.cn.edu/kwheeler/documents/Freytag.pdf
203
ABSTRAK
Dampak positifnya adalah akan memacu pertumbuhan investasi dari dalam maupun luar negeri. Dengan meningkatnya investasi
akan menambah kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia. Dampak negatifnya adalah persaingan ketenagakerjaan yang terbuka
karena tenaga kerja asing akan masuk ke Indonesia, serta kompetisi pasar barang dan jasa secara bebas. Hasil analisa kepuasan peserta
dalam mengikuti pelatihan dengan menggunakan metode kano yaitu dari 24 atribut hasil analisa metode kano didapatkan hasil untuk
kategori one dimensional sebanyak 15 atribut atau sebesar 63%, kategori must be sebanyak 7 atribut atau sebesar 29% dan kategori
attractive sebanyak 2 atribut atau sebesar 8% dari total atribut yang dipersyaratkan. Hasil analisa metode SWOT dari pengukuran
metode Kano didapatkan yaitu hasil analisa berada pada kuadran 1 yang berarti aggressive atau mendukung strategi S-O. Adapun
strategi S-O, di mana strategi S-O diantaranya mengembangkan manajemen pelatihan secara inovatif, menyusun modul pelatihan yang
update secara mandiri, meningkatkan mutu penyelenggaraan pelatihan (ISO), memperluas wilayah pemasaran pelatihan, menjaring
kebutuhan pelatihan dari stakeholders. Adapun usulan perbaikan dari hasil analisa SWOT didapatkan beberapa diantaranya membuat
TNA berdasarkan assesment penilaian hasil training, Pembuatan SOP pelatihan dan pencatatan mutu hasil pelatihan, Sosialisasi jadwal
pelaksanaan pelatihan melalui media cetak, sosial media maupun media elektronik.
ABSTRACT
The positive effect is that it will spur growth in investment from within and outside the country. With the increased investment will
add job opportunities for Indonesian workers. The negative impact is competitive employment open for foreign labor will go to Indonesia,
as well as market competition for goods and services freely. Results analysis of satisfaction participants in the training by using a kano
method that is 24 attributes of the results of analysis methods of kano obtained results for category one dimensional are 15 attributes,
or by 63%, the category must be are 7 attributes, or by 29% and the category attractive are 2 attributes or 8% of the total required
attributes. The results of SWOT analysis of measurement kano method found that the analysis results are in quadrant 1, which means the
aggressive or support strategies S-O. Where the S-O strategy include developing innovative training management, preparing training
module that updates independently, improve the quality of training (ISO), expand the marketing area of training, to capture the training
needs of stakeholders. The proposed improvement of SWOT analysis results obtained some of which make TNA based assessment of
training outcomes assessment, Making SOP training and documenting the quality of the results of training, training implementation
schedule socialization through news letter, social media and electronic media.
3. Netral R I I I M Eksternal
4. Toleransi R I I I M PELUANG:
5. Tidak Suka R R R R Q Identifikasi peluang-
(Sumber: Wijaya, 2011) peluang eksternal
ANCAMAN:
Keterangan: Identifikasi ancaman-
Q = Questionable (Diragukan) ancaman eksternal
R = Reverse (Kemunduran) TOTAL
A = Attractive (Menarik)
I = Indifferent (Netral)
IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) atau
O = One dimensional (Satu ukuran)
matrik faktor strategi internal digunakan untuk mengetahui
M = Must be (Keharusan) faktor-faktor (kekuatan dan kelemahan) dalam lingkungan
internal perusahaan sebelum strategi diterapkan (Utami,
a) Menghitung jumlah masing-masing kategori Kano dalam Imron, 2012).
tiap-tiap kategori.
b) Menentukan kategori Kano tiap atribut dengan
menggunakan Blauth’s formula Walden (dalam Wijaya, Tabel 3. Matrik IFAS
2003) sebagai berikut:
1. Jika jumlah nilai (one dimensional + attractive Faktor-faktor Strategi
Bobot Rating Bobot × Rating
+ must be) > jumlah nilai (indifferent + reverse + Internal
questionable) maka grade diperoleh nilai paling KEKUATAN:
maksimum dari (one dimensional, attractive, must Identifikasi kekuatan-
kekuatan internal
be).
KELEMAHAN:
2. Jika jumlah nilai (one dimensional + attractive
Identifikasi kelemahan-
+ must be) < jumlah nilai (indifferent + reverse + kelemahan internal
questionable) maka grade diperoleh nilai yang paling TOTAL
maksimum dari (indifferent, reverse, questionable).
3. Jika jumlah nilai (one dimensional + attractive
+ must be) = jumlah nilai (indifferent + reverse +
questionable) maka grade diperoleh nilai paling Diagram SWOT
maksimum di antara semua kategori Kano yaitu Berdasarkan hasil dari matrik faktor strategi internal
(one dimensional, attractive, must be dan indifferent, dan eksternal dapat dibuat diagram seperti di bawah ini
reverse, questionable). (Rangkuti, 2014):
Analisis SWOT
Analisa SWOT menurut Rangkuti (2014) adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. SWOT adalah singkatan
dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta
lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang
dihadapi dunia bisnis.
Kuadran I:
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan.
Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran II:
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini
masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang
harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran III:
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,
tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/
kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan
sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran IV:
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.
Matrik SWOT
Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki. Menurut Rangkuti (2014) matrik ini
dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif
strategis:
1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan,
yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang
dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
ada.
Sumber: Pengolahan data, 2016.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang
ada serta menghindari ancaman
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4. Pemetaan Kategori Kano Tiap Atribut Setelah didapatkan jumlah/nilai kategori Kano tiap-tiap
atribut terhadap semua responden maka dilakukan penentuan
Jumlah Masing-masing kategori Kano dengan menggunakan rumus Blauth’s formula,
Kategori Kano Jumlah seperti rumus diatas sehingga dihasilkan kategori Kano setiap
Q R A I O M atribut seperti tabel 5.
Berikut adalah Diagram berdasarkan hasil kategori Kano.
X1.1 0 0 0 0 52 8 60
(Gambar 3)
X1.2 0 0 0 1 43 16 60
X1.3 0 0 0 1 23 36 60
Tabel 5. Hasil Kategori Kano Tiap Atribut
X1.4 0 0 25 3 30 2 60
X1.5 0 0 24 2 19 15 60 No Kode Atribut Kategori Kano
Penguasaan materi oleh
X1.6 0 0 0 16 13 31 60 1 X1.1 One dimensional
instruktur
X1.7 0 0 2 25 10 23 60 Penyajian materi oleh
2 X1.2 One dimensional
X2.1 0 0 0 17 9 34 60 instruktur
3 X1.3 Sikap dan perilaku instruktur Must be
X2.2 0 0 0 4 53 3 60
4 X1.4 Kerapian berpakaian instruktur One dimensional
X2.3 0 0 0 0 60 0 60
Cara instruktur menjawab
X2.4 0 0 12 0 48 0 60 5 X1.5 Attractive
pertanyaan peserta
X2.5 0 0 16 0 41 3 60 Kerja sama antar instruktur
6 X1.6 Must be
(dalam tim)
X3.1 0 0 0 0 58 2 60
7 X1.7 Penggunaan bahasa instruktur Must be
X3.2 0 0 0 0 60 0 60
Materi sesuai dengan
X3.3 0 0 0 0 57 3 60 8 X2.1 Must be
perkembangan
X3.4 0 0 0 0 56 4 60 9 X2.2
Kurikulum sesuai dengan
One dimensional
kebutuhan
X3.5 0 0 0 14 44 2 60
Metode pengajaran mudah
X4.1 0 0 0 4 56 0 60 10 X2.3 One dimensional
dipahami
X4.2 0 0 29 2 14 15 60 11 X2.4
Ketersediaan metode/alat
One dimensional
peraga pelatihan
X4.3 0 0 23 6 31 0 60
Tersedianya modul setiap jenis
X4.4 0 0 0 16 41 3 60 12 X2.5 One dimensional
pelatihan
X4.5 0 0 0 0 15 45 60 13 X3.1
Ketersediaan Standar
One dimensional
Operasional Prosedur (SOP)
X4.6 0 0 0 4 21 35 60
Ketersediaan jaminan kualitas
X4.7 0 0 12 4 11 33 60 14 X3.2 One dimensional
ISO 9001: 2008
Ketersediaan dana dari
15 X3.3 One dimensional
pemerintah
Eksistensi organisasi sudah
16 X3.4 One dimensional
dikenal masyarakat
Hubungan yang baik dengan
17 X3.5 One dimensional
dinas di daerah
18 X4.1 Kelengkapan fasilitas asrama One dimensional
19 X4.2 Fasilitas jaringan wifi Attractive
Ketersediaan komputer untuk
20 X4.3 One dimensional
desain
21 X4.4 Fasilitas konsumsi One dimensional
22 X4.5 Kebersihan Must be
Ketersediaan fasilitas air bersih
23 X4.6 Must be
(MCK)
FAKTOR-FAKTOR BOBOT RATING BOB
RATEGI EKSTERNAL X 24 X4.7 Ketersediaan fasilitas olahraga Must be
RATI
Hasil Pengolahan Diagram SWOT 2. Membuat grading penilaian hasil training yang di
sampaikan oleh fasilitator ke para peserta
3. Pengecekan data histori traning yang pernah diikuti oleh
para fasilitator
4. Memberikan kesempatan fasilitator mengikuti pelatihan
eksternal.
5. Memberikan tanggung jawab kepada para fasilitator
dalam pembuatan modul pelatihan
6. Pembuatan SOP pelatihan dan pencatatan mutu hasil
pelatihan
7. Sosialisasi jadwal pelaksanaan pelatihan melalui media
cetak, sosial media maupun media elektronik.
8. FGD para stake holder dalam penentuan jenis
penyelenggaraan pelatihan
9. Penentuan target penyelenggaraan pelatihan oleh para
stake holder
Gambar 4. Diagram SWOT
Bagi BPIPI diharapkan bisa mengimplementasikan hasil
(Sumber: Pengolahan data, 2016
penelitian ini, sebagai bahan pertimbangan dalam usaha
pengembangan layanan BPIPI. Pada penelitian ini masih
KESIMPULAN DAN SARAN banyak kekurangan, maka dari itu diharapkan dilakukan
penelitian lanjutan pada dimensi ServQual.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada
penelitian, maka diambil kesimpulan sebagai berikut: DAFTAR PUSTAKA
1. Hasil analisa kepuasan peserta dalam mengikuti training/ 1. Apriandes dkk. Analisis SWOT Guna Penyusunan Induk
pelatihan dengan menggunakan metode kano yaitu: E-Goverment pada Pemerintah Daerah Kabupaten Muara Enim.
– Dari 24 atribut hasil analisa metode kano didapatkan 2013. Jurnal Ilmiah Teknik Informatika Ilmu Komputer, Vol. 17,
Universitas Bina Darma.
hasil untuk kategori one dimensional sebanyak 15
2. Bintoro, et al. Manajemen Diklat. 2014. Gava Media. Yogyakarta.
atribut atau sebesar 63% dari total atribut yang 3. Erza Firdaus. Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan terhadap
dipersyaratkan. Kinerja Alumni Peserta Pelatihan Batik Sasirangan. 2013. Jurnal
– Dari 24 atribut hasil analisa metode kano didapatkan Ilmu dan Riset Manajemen Volume 1 Nomor 2, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.
hasil untuk kategori must be sebanyak 7 atribut atau 4. Gaspersz,V. Manajemen Kualitas dalam Industri Jasa. 2002. PT.
sebesar 29% dari total atribut yang dipersyaratkan Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
– Dari 24 atribut hasil analisa metode kano didapatkan 5. Husna, A.A, et al. Studi Kasus Prospek Usaha Kerupuk Ikan
di Kampung Semanting Kabupaten Berau. 2013. Jurnal
hasil untuk kategori attractive sebanyak 2 atribut atau Ilmu Perikanan Tropis, Vol. 18 No. 2, Universitas Mulawarman
sebesar 8% dari total atribut yang dipersyaratkan. Samarinda.
2. Hasil analisa metode SWOT dari pengukuran metode 6. Iyus, et al. Perumusan Strategi uuk Meningkatkann Kualitas
Layanan dengan Metode Servqual dan kano. 2012. Bistek Jurnal
Kano didapatkan yaitu hasil analisa berada pada kuadran
Bisnis dan Teknologi, Vol 20, Universitas Brawijaya Malang.
1 yang berarti aggressive atau mendukung strategi S-O. 7. Lodjo, F.S. Pengaruh Pelatihan, Pemberdayaan dan Efikasi
Adapun strategi S-O diantaranya: Diri terhadap Kepuasan Kerja. 2013. Jurnal EMBA, Vol 1 No 3,
– Mengembangkan manajemen pelatihan secara Universitas Sam Ratulangi Manado.
8. Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT. 2014. PT. Gramedia Pustaka
inovatif Utama. Jakarta.
– Menyusun modul pelatihan yang update secara 9. Supranto,J.Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. 2011. PT.
mandiri Rineka Cipta. Jakarta.
10. Suryaningtyas, et al. Analisa Kualitas Pelayanan Karyawan
– Meningkatkan mutu penyelenggaraan pelatihan terhadap Kepuasan Pelanggan (Nelayan) di UPTD Pangkalan
(ISO) Pendaratan Ikan (PPI) Popoh, Desa Besole kecamatan Besuki
– Memperluas wilayah pemasaran pelatihan Tulungangung, Jawa Timur. 2013. Jurnal ECSOFiM, Vol. 1,
Universitas Brawijaya Malang.
– Menjaring kebutuhan pelatihan dari stakeholders 11. Utami, et al. Perumusan Strategi Perusahaan Berdasarkan
Competitive Advantage. 2012. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol.
Saran 11 No. 2, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
12. Wijaya, Toni. Manajemen Kualitas Jasa. 2011. PT. Indeks.
Adapun saran yang diberikan berdasarkan hasil dari Jakarta.
penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut: 13. Yakub, et al. Pengaruh Disiplin Kerja, Pendidikan dan Pelatihan
1. Membuat TNA berdasarkan assesment penilaian hasil terhadap Kinerja Pegawai pada PT Kertas Kraft Aceh (Persero).
training 2014. Jurnal SAINTIKOM Vol. 13 No. 3, STMIK Triguna Dharma
Medan.
210
Mansur
FKIP UNIROW Tuban
e-mail: jaizmansur@gmail.com
ABSTRACT
Teaching English skills to learners become a important issue nowdays. English teachers should concern to the importance of
motivating their students to master the language skills. In fact, it is not easy to teach all the skills especially productive skill, speaking and
writing. Teaching speaking in the classroom needs varieties of teaching techniques in order that the learners are active in the teaching-
learning process in the classroom. English teachers should choose the techniques which are appropriate with situations and conditions
in the class. They have to consider how to create a conducive atmosphere so that all learners are actively involve in speaking activities.
In this short article, the writer suggests some theories of teaching speaking which are proposed by some wellknown teaching experts. It
is hoped that by reading this short article, readers (English teachers) would find benefit from it.
for interpreting the meaning of words, appealing for help, 5. Students are given opportunity to focus on their own
and accurately assessing how well your interlucator is learning process through an understanding of their
understanding you. own styles of learning and through the development of
appropriate strategies for autonomous learning.
To summarize the theories, in short, it can be said
6. The role of the teacher is that of facilitator and guide,
that speaking is the use of words or expressions orally in
not an all-knowing bestower of knowledge. Students
interaction between a speaker and a listener.
are therefore encouraged to construct meaning through
In other word, it can be said that speaking is the process
genuine linguistics interaction with others.
of delivering or conveying ideas or messages from a speaker
to a listener. There are always two parties who are involved Furthermore, Brown (2001: 275)proposed seven
in the process of speaking, a speaker and a listener. Someone principles for designing speaking techniques. They are as
is considered as a good speaker or a good communicator follows:
when the speaker is able to deliver ideas clearly. The speaker 1. Use techniques that cover the spectrum of learner needs,
must consider the aspects of linguistics and non linguistics from language-based. Focus on accuracy to message-
of communication; the speaker must consider aspects of based focus on interaction, meaning, and fluency. Doing a
microskills and macroskills of comunication. jigsaw group technique, play a game, or discuss solutions
Good speaking performances can be seen from some to the environmental crisis, help learners to engage in
indicators such as fluency, comprehension, vocabulary, interactive activities.
grammar, and pronunciation. When a speaker is able to 2. Provide intrinsically motivating techniques.
produce understandable communication, to speak fluenly, to Try at all times to appeal to students’ ultimate goals
use appropriate vocabulary, to use appropriate grammar, and and interests, to their need for knowledge, for status, for
to use clear and acceptable pronunciation, then the speaker achieving competence and autonomy, and for being all
can be considered as having a good speaking performance. that they can be.
3. Encourage the use of authentic language in meaningful
contexts.
DISCUSSION 4. Provide appropriate feedback and correction.
Techniques of Teaching Speaking In most EFL situation, students are totally dependent on
the teacher for useful linguistics feedback. It is important
The objective of teaching speaking is fluency. It is
that teachers take advantage of their knowledge of
expected that at the end of the course the students are able
English to inject the kind of corrective feedback that are
to speak fluently. In order to achieve the objective, teachers
appropriate for the moment.
must choose appropriate techniques to make speaking class
5. Capitalize on the natural link between speaking and
active, creative, and communicative. Teachers should provide
listening.
activities that promote students to communicate to each
Many interactive techniques that involve speaking will
other.
also of course include listening. As teachers are perhaps
One of the well known approaches which enables students
focusing on speaking goals, listening goals may naturally
to use the language in speaking actively is communicative
coincide, and the two skills can reinforce each other.
language teaching (CLT). The important goals of CLT are
Skills in producing language are often initiated through
both fluency and accuracy.
comprehension.
Brown (2001: 43) proposes six interconnected
6. Give students oppor tunities to initiate oral
characteristics as a description of CLT.
communication.
1. Classroom goals are focused on all of the components
Part of oral communictaion competence is the ability to
(grammatical, discourse, functional, sociolinguistic, and
initiate conversation, to nominate topics, to ask questions,
strategic) of communicative competence.
to control coversation, and to change the subject.
2. Language techniques are designed to engage learners
7. Encourage the development of speaking strategies.
in pragmatic, authentic, functional use of language for
The concept of strategic competence is one that few
meaningful purposes. Organizational of language forms
beginning language students are aware of. The classroom
are not the central focus, but rather aspects of language
can be one in which students become aware of, and have
that enable the learner to accomplish those purposes.
a chance to practice strategies (Brown, 2001: 275–276).
3. Fluency and accuracy are seen as complementary
In addition, Ur (1996: 124–128) suggests some
principles underlying communicative techniques.
techniques and activities to activate the students’ speaking
4. Students in a communicative class ultimately have to use
in the classroom into discussions and role-plays.
the language, productively and receptively, in unrehearsed
Below are some techniques suggested by Ur:
contexts outside the classroom. Classroom tasks must
a. Discussion
therefore equip students with the skills necessary for
1) Describing pictures
communication in those contexts.
212 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 210–216
These techniques can be employed to any students’ levels, sentences, so it does not give the students opportunities to
which depend on the level of difficulty. Students are asked to use the language in real communication.
describe a simple picture or a complex picture. In modern era, teaching – learning language focuses
a. Pictures differences the classroom activities more on communicative activities
It is a kind of information gap activity. Students work which give plenty opportunities to the language learners to
in pairs. They are given different picture and asked to use language in more real communication. The changes are
find the differences by communicating each other. This influenced by some theories that learning language should
technique provides plenty of meaningful and purposeful give learners more practices during teaching-learning process
questions and answers exchanges. in order to achieve the goal of learning the language, namely
b. Thing in common communicative competence. At the end of instructions the
In this techniques students are asked to walk around and learners should be able to use the language as a means of
talk to their classmates to find about something they have communication. The goal can be reached if the classroom
in common. And at the end of the lesson they have to activities provide the learners chances to interact to each
report to the class everything that they have found. This other.
technique encourage students to work closely with their To design effective classroom activities in gaining the
friends. goal of communicative speaking class, it is very important for
c. Solving problems teachers to be familiar with the types of speaking performance
Problems are given to the students to be solved and in the classroom. If the teachers are familiar with the types
discussed. This activity enables them to thing creatively of speaking performance in the classroom then it is easier
and deeply. for them to decide what materials and activities are used in
d. Role-plays the classroom. Brown (2001: 271–274) proposed the types
1) The students are taught a short conversation then of speaking performance that students are expected to carry
asked to learn it by heart. Although this activity out in the classroom.
is a type of traditional activity today, it is good for 1. Imitative
beginners or the less confident students. A very limited portion of classroom speaking time
2) Plays may legitimately be spent generating human tape
This technique is the follow up of dialoque technique. recorder speech, where, for example, learners practice
Plays can be conducted based on something students an intonation contour or try to pinpoint a certain vowel
have read, composed by the students and teachers or sound.
from textbooks. 2. Intensive
3) Simulation Intensive speaking goes one step beyond imitative to
In this technique students are asked to act as other include any speaking performance that is designed to
people in a simulated situation to solve problems practice some phonological or gammatical aspect of
given in the simulation. language.
4) Role-play 3. Responsive
In this technique teachers provide role cards to their A good deal of student speech in the classroom is
students. The cards state situation and topics that responsive: short replies to teacher or student initiated
students use as a clue in speaking. questions or comments.
From the explanation of the experts above, it can be 4. Transactional (dialoque)
elaborated that in designing speaking techniques it is Transactional language, carried out for the purpose of
important that the techniques promote students in interactive conveying or exchanging specific information, is an
communication. The techniques should promote students in extended form of responsive language.
a wide range of use of the language in real communication, 5. Interpersonal (dialoque)
give them plenty of oportunities to communicate each Interpersonal dialoque is carried out more for the
other, and encourage them to develop their own speaking purpose of maintaining social relationships than for the
strategies. The emphasis of the techniques should be more transmission of fact and information.
on communicative competence rather than on grammatical 6. Extensive
competence. Students at intermediate to advanced levels are called on
to give extended monoloque in the form of oral reports,
Developing Classroom Speaking activities summaries, or perhaps short speeches. Here the register
In traditional methods, classroom speaking activities are is more formal and deliberative. These monoloques can
dominated by drills and grammar practices. Teachers provide be planned or impromptu.
their students with certain grammatical forms and drill them Furthermore, Harmer (2005: 271–274) suggested some
in order to make the students competence in the grammartical of the most widely used classroom speaking activities. Below
forms. The drills are usually in the forms of isolated are the suggested activities:
Mansur: A View on the Techniques of Teaching Speaking 213
topics teachers offer them so that teachers cater for the 2. Participation is even
variety of interests within the class. Classroom discussion is not dominated by a minority
It is also vitally important to vary the genres teachers ask of talkative participants: all get chance to speak, and
their students to work with if the teachers want them to contributions are very evenly distributed.
gain confidence in speaking in different situations. 3. Motivation is high
7) Provide necessary information: when teachers plan a Learners are eager to speak: because they are interested
speaking task they need to ask themselves which bits of in the topic and have something new to say about it,
information are absolutely essential for the task to be a or because they want to contribute to achieving a task
success and then give that information to students before objective.
they start. 4. Language is of an acceptable level.
Learners express themselves in utterances that are
Ur (1996: 121-122) suggests five ideas to help teachers
relevant, easily comprehensible to each other, and of an
solving the problems that may influent the success of
acceptable level of language accuracy.
speaking activities in the classroom. Teachers can do the
From the explanations above, it can be elaborated that to
suggestions below.
conduct successful activities in the classroom are not easy.
a) Use group work
There are a lot of obstacles that are faced by teachers in the
Group work increases learners talking time. Learners
teaching-learning process in the classroom. The different
have plenty of times to practice with their friends and
personalities of learners is one of them. In speaking classes
also lowers the inhibitions of learners who are unwilling
it is very often that the talkative learners tend to dominate
to speak in front of the full class. Eventhough in group
the activities. Talkative learners are always motivated to talk
work means teachers cannot monitor all students well,
a lot, while the quite ones speak less or even do not say
but the amount of time remaing for positive, useful oral
anything.
practice is still likely to be far more than in the full-class
Some experts propose the solution of the problems
set up.
stated above. There are steps or activities that can be applied
b) Base the activity on easy language
by teachers in their classrooms. It is very important for
The language level is very important in an activity. A
the teachers to be creative and selective in choosing what
careful selection of language level should be considered
activities are appropriate for the learners. They should
by teachers in conducting activities in teaching-learning
choose the activities that promote students’ participation
process. It is a good idea to teach or review essential
and reduce the problems that hamper the successful speaking
vocabulary before the activities start.
activities.
c) Make a careful choice of topic and task to stimulate
The characteristics of successful speaking activities can
interest
be seen from students’ participation, students’ talking time,
The clearer the purpose of the discussion the more
and the comprehensibility of their speech production. The
motivated participants will be. A good topic is one to
speech that they produce should be understandable for the
which learners can relate using ideas from their own
listeners.
experience and knowledge.
d) Give some instruction or training in discussion skills
If the task is based on group discussion then include CONCLUSION
instructions about participants when introducing it. For
example, tell learners to make sure that everyone in the Based on the explanation above, it can be elaborated that
group contributes to the discussion; appoint a chairperson there are plenty of teaching techniques that can be applied
to each group who will regulate participation. in teaching speaking skill in the classroom. English teachers
e) Keep students speaking in the target language have to consider carefully in choosing the techniques that
Teachers might appoint one of the group as monitor, will be applied in teaching-learning process of speaking.
whose job is to remind participants to use the target They have to select which techniques are appropriate with
language. However, the best way to keep students the conditions and situations of their class, because no single
speaking the target language is that teachers simply to technique is appropriate with all situations and conditions in
be there as much as possible. all classroom. Each technique has each own strengths and
weaknesses.
In addition Ur (1996: 120) identifies that there are four A technique may be good for certain conditions but it
characteristics of successful speaking activity. may be not suitable with another. Teachers should choose the
1. Learners talk a lot activities that enable all learners in classroom to participate
Most of the activity is occupied by learners talk. The role and to interact each other. The activities should give same
of teachers is as facilitators and motivators. opportunity to all learners to practice speaking.
216 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 210–216
ABSTRAK
Masalah yang sering muncul dalam pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris adalah rendahnya hasil belajar mahasiswa. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Kooperatif Model jigsaw dan mengetahui peningkatan hasil belajar mahasiswa
tingkat satu semester dua kelas B Prodi DIII Keperawatan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Jenis penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai Mei 2016, bertempat di Akademi Kesehatan Rustida Prodi
DIII Keperawatan. Teknik dan metode pengumpulan data penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif nilai hasil tes dan observasi
non tes mahasiswa selama mengikuti perkuliahan. Analisis data penelitian ini menggunakan Aplikasi Sederhana Analisis Kesukaran
Soal oleh Anas Tamsuri. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar mahasiswa setelah diterapkannya model
pembelajaran jigsaw. Hal ini dapat diamati melalui hasil observasi non tes di mana terjadi peningkatan kemampuan berbahasa Inggris
mahasiswa selama pembelajaran, kemampuan dalam bertanya, menjawab pertanyaan yang diajukan teman maupun dosen, dan juga
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengerjakan tes tulis secara individu. Sedangkan hasil tes menunjukkan peningkatan
perolehan rata rata nilai Bahasa Inggris di akhir setiap siklus. Di akhir siklus pertama rata rata nilai mahasiswa sebesar 65, akhir siklus
ke dua sebesar 68, dan di akhir siklus ke tiga sebesar 72.
ABSTRACT
The problem appears in teaching learning process of English is the student low outcomes. The purpose of this research is to know
jigsaw implementation and to know the increasing outcomes of class B student at the first grade and second semester Nursing Diploma
in English subject. This type of research is Classroom Action Research. This research was conducted in February to May 2016. This
research method is descriptive analysis towards student test score and non test observation. Data analysis used Problem Difficulties
Analysis by Anas Tamsuri. Research result indicates that an increase of student learning outcomes after the implementation of jigsaw.
This progress result can be observes through non test observation result that indicates an increase of student ability using English during
learning process, the ability to ask and answer the questions given by other student or lecturer, and student ability to do the test without
open dictionary or note. The results of the test showed an increase in the average score of English at the end of each cycle. At the end of
first cycle the student average score was 65, at the end of second cycle was 68, finally at the end of third cycle was 72.
kendala yang dihadapi mahasiswa namun tetap saja ada METODE PENELITIAN
beberapa mahasiswa yang tidak mampu mencapai ketuntasan
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
belajar. Dari beberapa kondisi di atas peneliti memutuskan
(Classroom Action Research) yang memiliki ciri adanya
untuk melakukan perubahan metode pembelajaran melalui
tindakan berulang. Siklus spiral penelitian tindakan yaitu
model pembelajaran jigsaw Menurut Isjoni (2009:54)3
plan, act, observe and reflect (Zuber-Skerritt. 1992:13).7
jigsaw adalah model pembelajaran yang mendorong siswa
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data
aktif dan saling membantu dalam menguasai materi untuk
selama penelitian ini meliputi tes, dokumentasi foto dan
mencapai prestasi maksimal. Perumusan masalah penelitian
observasi terhadap mahasiswa semester dua kelas B Prodi
ini adalah sebagai berikut: Pertama, Bagaimana pelaksanaan
DIII Keperawatan Rustida. Setiap pertemuan memuat satu
pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw? Kedua,
siklus penelitian, di mana setiap siklus memuat langkah
bagaimana hasil belajar mahasiswa tingkat satu semester dua
langkah yang telah dirancang oleh peneliti, meliputi
kelas B Prodi DIII Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Analisis
dengan menggunakan model jigsaw pada mata kuliah Bahasa
data penelitian ini menggunakan Aplikasi Sederhana Analisis
Inggris?
Kesukaran Soal oleh Anas Tamsuri.
KAJIAN PUSTAKA
selama menjawab pertanyaan masih kurang dan perlu diskusi. Mahasiswa diminta belajar mandiri di luar jam
ditingkatkan. Peneliti melakukan refleksi dan hasilnya perkuliahan.
mahasiswa masih bingung dan belum menyesuaikan Terdapat kenaikan rata rata nilai Bahasa Inggris
diri dengan metode ini, lebih dari 50% mahasiswa masih mahasiswa sebesar 68. Terdapat kenaikan jumlah mahasiswa
menggunakan kamus selama tes, dan rata rata nilai masih yang mendapat nilai dengan predikat sangat memuaskan
65. Peneliti melakukan perbaikan dengan cara mahasiswa sebanyak empat mahasiswa dibanding siklus sebelumnya.
diwajibkan membawa kamus sebagai bahan rujukan Hasil observasi non tes menunjukkan dibandingkan
bila mengalami kesulitan grammatikal selama proses dengan siklus pertama Penelitian Tindakan Kelas, pada siklus
ke dua ini terlihat adanya peningkatan jumlah mahasiswa sebesar ≥ 70 telah terlampaui, maka Penelitian Tindakan
yang mampu untuk bertanya, berkomentar dan menanggapi Kelas (PTK) ini diakhiri pada siklus ke tiga pembelajaran
pertanyaan yang diajukan oleh teman lain selama sesi diskusi dengan menggunakan metode jigsaw.
yaitu sebanyak tiga puluh mahasiswa. Mahasiswa mulai
mengerti cara belajar menggunakan metode ini. Sebanyak
tiga puluh mahasiswa atau 70% telah mampu untuk tidak KESIMPULAN
menggunakan kamus selama tes dilaksanakan. Berdasar hasil penelitian penerapan metode pembelajaran
Setelah dilaksanakannya siklus ke tiga ini didapati rata model Jigsaw, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
rata nilai Bahasa Inggris mahasiswa sebesar 72. Penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw pada mata
Di akhir siklus ke tiga ini tujuan penelitian yaitu kuliah Bahasa Inggris bagi mahasiswa tingkat satu semester
diperolehnya rata-rata nilai Bahasa Inggris mahasiswa dua kelas B Prodi DIII Keperawatan secara umum berjalan
dengan lancar dan ketika diadakan tes tulis mahasiswa DAFTAR PUSTAKA
menjalaninya dengan tenang dan tertib. Pembelajaran 1. Hakim, Thursan. Belajar Secara Efektif: Panduan Menemukan
Bahasa Inggris dengan menggunakan model jigsaw dapat Teknik Belajar, Memilih Jurusan, dan Menentukan Cita-Cita.
meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar mahasiswa. Jakarta: Puspa Swara. 2000; 94.
2. Nurhadi, Senduk. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya: Jepe Press
Kesimpulan ini didasarkan pada hasil observasi non tes dan Media Utama. 2003; 1.
hasil tes mahasiswa. Di akhir siklus pertama rata rata nilai 3. Isjoni. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan
yang dicapai mahasiswa sebesar 65, selanjutnya akhir siklus Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
2009; 54–55.
ke dua sebesar 68, dan di akhir siklus ke tiga sebesar 72. 4. Syaodah, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
PT Rosda Karya 2005; 24.
5. Isjoni. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan
SARAN Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
2009; 15–55.
Pendidik hendaknya menerapkan metode pembelajaran 6. Isjoni. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan
yang bervariasi untuk menghindari kejenuhan, penelitian Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
2009; 77–78.
ini diharapkan dapat mendorong para pembaca khususnya 7. Zuber-Skerritt, Ortrun. Action Research in Higher Education:
pendidik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Examples and Reflections. London: Kogan Page: 1992: 13–14.
sejenis maupun menggunakan model lain yang relevan
dengan pada mata kuliah yang diampu dan terakhir penelitian
ini diharapkan dapat menjadi refleksi bagi para pendidik
agar menemukan metode pembelajaran yang sesuai untuk
diterapkan selama proses pembelajaran untuk meningkatkan
aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik.
222
ABSTRAK
Tujuan penulisan ilmiah ini adalah untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan perilaku kekerasan terhadap anak usia
dini. Pendekatan studi dilakukan menggunakan studi pustaka yakni melakukan penelusuran acuan yang bersumber dari: jurnal ilmiah,
prosiding seminar, hasil penelitian, dan lain- lain. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara diskriptif kualitatif. Hasil studi
menunjukkan bahwa: (1) peran orang tua berhubungan dengan kejadian perilaku kekerasan terhadap anak. Orang tua memiliki
kewajiban dan tanggung jawab besar terhadap tumbuh kembang anak. Faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap anak
adalah karena Orang tua yang tidak mengerti akan perannya dalam mendidik anak - anak, kegagalannya menjadi orang tua yang
mengakibatkan perceraian, depresi, serta orang tua yang hanya memenuhi keinginannya untuk bekerja menimbulkan perilaku kekerasan
berupa kekerasan fisik, emosi, kekerasan seksual dan penelantaran anak atau pengabaian anak. (2) Orang tua seharusnya adalah
menyadari akan perannya sebagai orang tua, karena peran orang tua memberikan pengaruh pada anak-anak dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini. Peran Orang tua dalam mengatasi kejadian perilaku kekerasan terhadap anak seharusnya: Memberikan
keterlibatannya dalam perlindungan berupa aktivitas-aktivitas yang memelihara dan merawat, memberikan kondisi yang menyenangkan
dan nyaman kepada anak-anak dengan tidak menempatkan anak-anak pada kondisi di mana anak masih membutuhkan perlindungan,
perhatian dan kasih sayang orang tua mereka sendiri, serta memberikan bimbingan yang tepat untuk anak usia dini yang memiliki
masalah.
Kata kunci: Peran Orang Tua, Perilaku Kekerasan, dan Anak Usia Dini
pembagian waktu antara anak dengan pekerjaan. Eksistensi adalah peran orang tua dengan tingginya perilaku kekerasan
keluarga telah mengalami kegoncangan, sehingga fungsi dan terhadap anak. Data selanjutnya dianalisis secara diskriptif
peranan yang semestinya diemban tidak dapat diperankan kualitatif sesuai dengan model Miles dan Huberman.5
lagi. Keluarga yang diharapkan dapat memberikan kasih Ada tiga kegiatan analisis data yang digunakan di sini,
sayang, rasa tentram, kedamaian dan kehangatan bagi anak- diantaranya:
anak, dewasa ini menghadirkan situasi yang sebaliknya.4 1. Mereduksi data, data yang didapat dari berbagai sumber/
Dengan kondisi yang demikian masalah yang dihadapi referensi dipilih, dirangkum, dicari hal pokok yang
anak-anak menjadi sangat penting untuk mendapatkan berhubungan dengan kekerasan anak. Dari sini akan
perhatian lebih sebagai prevensi agar masa depan negara ini memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah
bisa dipertanggungjawabkan di kemudian hari, mengingat saya sebagai peneliti untuk mengumpulkan data
anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Berdasarkan latar selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
belakang tersebut di atas, maka penulis menganggap artikel 2. Setelah direduksi maka, langkah selanjutnya adalah
ini perlu diteliti. mendisplay data dalam bentuk uraian.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, diharapkan ada
Rumusan Masalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
1. Mengapa peran orang tua berhubungan dengan kejadian Temuan ini dalam bentuk deskripsi atau gambaran obyek
perilaku kekerasan terhadap anak? yang sebelumnya belum jelas, sehingga setelah diteliti
2. Bagaimana seharusnya peran orang tua untuk mengatasi menjadi jelas.
kejadian perilaku kekerasan terhadap anak?
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk: Peran Orang Tua terhadap Pendidikan dan
1. Mengetahui mengapa peran orang tua berhubungan Perkembangan Anak Usia Dini
dengan kejadian perilaku kekerasan terhadap anak. Adanya kasus kekerasan anak yang semakin meningkat
2. Mengetahui bagaimana seharusnya peran orang tua tentu saja berhubungan dengan perhatian terhadap peran
untuk mengatasi kejadian perilaku kekerasan terhadap orang tua. Kedekatan antara anak dan ayah memiliki peranan
anak. penting dalam perkembangan kecerdasan interpersonalnya.
Cara seorang ayah mengkomunikasikan perasaan kepada
Manfaat Penulisan anak lebih banyak dilakukan melalui perbuatan dibandingkan
1. Dari segi pengembangan ilmu. Hasil studi ini bermanfaat perkataan. Hal ini mendorong kemampuan interpersonal
untuk mengembangkan bidang ilmu pendidikan anak dengan cara melatih mereka memahami perasaan
khususnya pada pendidikan anak usia dini. ayah. Penerapan disiplin yang biasanya diajarkan ayah juga
2. Dari aspek praktis, sebagai bahan pertimbangan para akan membantu mereka untuk lebih sukses secara akademis.
orang tua dalam memutuskan pengasuhan anak usia dini, Demikian juga dengan peran ibu yang memiliki peran ekstra
mengetahui hubungan peran orang tua dengan kejadian terhadap perkembangan anak. Peran ekstra ibu diartikan
perilaku kekerasan anak, serta mengetahui upaya apa sebagai waktu yang lebih banyak berhubungan dengan anak
saja yang seharusnya dilakukan oleh orang tua untuk secara langsung. Hampir segala keperluan anak disiapkan
terhindar dari kejadian tindak kekerasan terhadap oleh ibu. Menurut Sutra6 mengenai keaktifan ibu dalam
anak. perkembangan anak, menunjukkan hasil bahwa ada hubungan
antara dua variabel yaitu dalam keaktifan ibu dalam stimulasi
perkembangan anak dengan anak balita di posyandu Melati
METODE KAJIAN Depok Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta.
Kajian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
studi pustaka, yakni melakukan penelusuran untuk ibu memang memiliki andil yang lebih penting terhadap
mendapatkan data dan informasi terkait topik studi yang perkembangan anak. Keterlibatan seorang ibu dalam
bersumber dari: jurnal ilmiah, prosiding seminar, dan hasil mengurus anak-anak berdampak pada tumbuh kembang
penelitian yang dipublikasikan. Metode deskriptif – kualitatif. anak. Hubungan kuat antara anak dengan ibu mampu
Metode tersebut digunakan karena ingin mengungkap membantu anaknya tumbuh menjadi lebih percaya diri di
fakta, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi dan sekolah. Anak yang mendapatkan pengasuhan yang baik
menyuguhkan kejadian apa adanya. dan dekat dengan ibunya akan memiliki inisiatif yang lebih
Studi ini menafsirkan dan menuturkan data dengan situasi baik dan tidak membutuhkan terlalu banyak bimbingan dari
yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi, pengajarnya. Mereka juga akan bisa beradaptasi lebih baik
sikap serta pandangan yang terjadi di dalam masyarakat, dengan perubahan dan memiliki kemampuan sosial lebih baik
pertentangan dua keadaan dalam hal ini yang dimaksud seperti lebih mengerti terhadap emosi orang lain. Perbedaan
224 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 222–230
pola pengasuhan antara ayah dan ibu perlu diseimbangkan. mempunyai hubungan kekeluargaan. Kakek-nenek yang
Komunikasi antara ayah dan ibu juga perlu dilakukan untuk berperan sebagai orang tua semakin bertambah dan
mencapai keseimbangan tersebut. Serta kedekatan dengan mewakili susunan keluarga “baru” yang berkembang
anak juga perlu dijaga dengan baik, utamanya ibu. pesat.
Ibu sebagai seorang wanita yang di dalam keluarga 2. Peran. Saat keluarga berubah, peran orang tua dan
memiliki peran sebagai motivator, sebagai pemberi anggota keluarga lain juga berubah. Semakin banyak
teladan dan pengawas bagi anak-anaknya. Namun seiring orang tua bekerja dan semakin sedikit waktu yang
perkembangan jaman Jumlah wanita yang bekerja mulai mereka miliki untuk urusan keluarga dan anak. Orang
meningkat karena adanya tuntutan untuk meningkatkan tua yang bekerja harus menggabungkan peran sebagai
kesejahteraan keluarga, sehingga dengan demikian akan orang tua dan pegawai. Jumlah pekerjaan orang tua
tercipta juga berbagai macam dampak sosial yang akan meningkat saat keluarga berubah.
terjadi. Meningkatnya wanita bekerja tidak hanya karena 3. Tanggung jawab. Saat keluarga berubah, banyak orang
tuntutan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga tetapi tua merasa kesulitan untuk membiayai pengasuhan anak
juga didukung oleh faktor lain yaitu berbagai macam persepsi yang berkualitas bagi anak mereka. Beberapa orang tua
mengenai makna emansipasi wanita. Banyak beberapa merasa bahwa mereka tidak dapat mencegah anak mereka
orang beranggapan bahwa tingkat partisipasi wanita perlu menonton televisi dan mereka tidak dapat menjaga anak
ditingkatkan dengan alasan meningkatkan taraf hidup mereka dari kekerasan sosial, kekerasan terhadap anak,
ekonomi dirinya dan keluarga bahkan mendorong kemajuan dan kejahatan. Orang tua lainnya sibuk dengan masalah
ekonomi bangsa. mereka sendiri dan hanya memiliki sedikit waktu dan
Dari kedua masalah tersebut diatas akan ada dampak perhatian untuk anak mereka.8
yang akan terjadi ketika seorang ibu bekerja. Seperti yang Makna Peranan Orang tua dalam tulisan ini diuraikan
diungkapkan oleh Lim7, dampak positif wanita yang menjadi peranan ayah dan peranan ibu. Peranan ayah
memprioritaskan bekerja untuk keluarga akan meningkatkan diantaranya sebagai sumber kekuasaan, dasar identifikasi,
kepercayaan diri, kompetensi, dan rasa kebanggaan penghubung dunia luar, pelindung terhadap ancaman dari luar,
pada perannya sebagai pekerja. Selanjutnya, Sudamona7 pendidik segi rasional. Sedangkan peranan ibu diantaranya,
mengatakan bahwa wanita tidak lagi dianggap sebagai memberikan rasa aman dan sumber kasih sayang, tempat
makhluk yang semata-mata tergantung pada penghasilan mencurahkan isi hati, pengatur kehidupan rumah tangga dan
suaminya, melainkan ikut membantu berperan dalam pembimbing kehidupan rumah tangga. Setiap anak memiliki
meningkatkan penghasilan keluarga untuk satu pemenuhan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang senantiasa
kebutuhan keluarga yang semakin bervariasi. Bergesernya memerlukan perhatian dan pola asuh dari orang tua, agar bisa
peran kedua orang tua, ketidaktahuan dan tidak adanya mencapai puncak perkembangan yang optimal. Masa Anak
kesadaran orang tua dalam mempersiapkan pendidikan dan Usia Dini adalah masa emas yang dalam perkembangannya
perkembangan anak menjadi permasalahan tersendiri bagi sangat dibutuhkan keterlibatan peran kedua orang tuanya.
anak-anak terutama munculnya perilaku kekerasan terhadap Pola asuh yang baik dan sikap positif lingkungan serta
anak. penerimaan masyarakat terhadap keberadaan anak akan
Sejalan dengan pendapat mengenai peranan orang tua menumbuhkan konsep diri positif bagi anak dalam menilai
yang sudah berubah, menurut Morrison mengenai perubahan diri sendiri. Anak menilai dirinya berdasarkan apa yang
keluarga, bahwa sebagai akibat dari kecenderungan sosial, dialami dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan
keluarga terus menerus berubah. Kecenderungan ini juga masyarakat memberikan sikap yang baik dan positif dan
mencakup jumlah ibu pekerja yang meningkat, jumlah tidak memberikan label atau cap yang negatif pada anak,
ketidakhadiran ayah dalam keluarga, keragaman budaya maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga
meningkat, dan cara pandang terhadap pernikahan yang tumbuhlah konsep diri yang positif. Peran Orang tua
telah berubah. Akibatnya, definisi keluarga berubah-ubah seharusnya adalah mendampingi dan mendidik anak sampai
seiring perubahan masyarakat. Perubahan keluarga tersebut anak tersebut matang secara sosial emosi dan bisa diterima
diantaranya: masyarakat dengan baik. Orang tua memiliki kewajiban yang
harus dilakukan dalam upaya mendidik perkembangan anak.
1. Struktur. Banyak keluarga. Sekarang merupakan hasil
Menurut Shochib9 ada delapan hal yang perlu dilakukan oleh
susunan, dan bukan bentuk keluarga inti. Beberapa
orang tua dalam membimbing anaknya. Diantaranya:
bentuk keluarga masa kini mencakup keluarga dengan
orang tua tunggal, yang dikepalai oleh ayah atau ibu; 1. Perilaku yang patut dicontoh, artinya setiap perilakunya
keluarga tiri, termasuk individu yang bertalian saudara tidak sekedar bersifat mekanik, tetapi harus didasarkan
karena perkawinan atau adopsi; pasangan heteroseksual, pada kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan
gay, atau lesbian hidup bersama sebagai keluarga dan peniruan dan identifikasi bagi anak-anaknya. Oleh karena
sanak keluarga, yang mencakup kakek, nenek, paman, itu pengaktualisasiannya harus senantiasa dirujukan pada
bibi, sanak saudara lain, dan individu yang tidak ketaatan pada nilai-nilai moral.
Pertiwi: Hubungan Peran Orang Tua dengan Perilaku Kekerasan 225
2. Kesadaran diri, artinya rasa sadar yang ditularkan pada perubahan dan pertumbuhan anak, memelihara harga diri
anak - abaknya dengan mendorong mereka agar mampu anak, dan dalam menjaga hubungan erat antara orang tua
melakukan observasi diri melalui komunikasi dialogis, dengan anak.9
baik secara verbal maupun non verbal tentang perilaku Upaya untuk mereduksi meningkatnya jumlah kekerasan
yang taat moral. Karena dengan komunikasi yang terhadap anak dapat dilakukan oleh orang tua, guru sebagai
dialogis akan menjembatani kesenjangan dan tujuan di pendidik, masyarakat dan pemerintah. Pertama, Orang tua.
antara dirinya dan anak-anaknya. Para orang tua seharusnya lebih memperhatikan kehidupan
3. Komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya. Jangan membiarkan anak hidup dalam
anak-anaknya, terutama yang berhubungan dengan upaya kekekangan, mental maupun fisik. Sikap memarahi anak
membantu mereka untuk memecahkan permasalahan, habis-habisan, apalagi tindakan kekerasan (pemukulan
berkenaan dengan nilai-nilai moral. Dengan perkataan dan penyiksaan fisik) tidaklah arif, karena hal itu hanya
lain orang tua mampu melakukan kontrol terhadap akan menyebabkan anak merasa tidak diperhatikan, tidak
perilaku-perilaku anak- anaknya agar memiliki dan disayangi. Akhirnya anak merasa trauma, bahkan putus asa.
meningkatkan nilai-nilai moral sebagai dasar perilaku. Penting disadari orang tua bahwa anak dilahirkan ke dunia
4. Menyuburkan ketaatan anak-anak terhadap nilai-nilai ini dilekati dengan berbagai hak yang layak didapatkannya.
moral, data diaktualisasikan dalam menata lingkungan Seorang anak memiliki hak untuk mendapatkan pengasuhan
fisik yang disebut momen fisik. Hal ini data mendukung yang baik, kasih sayang, dan perhatian. Anak pun memiliki
terciptanya iklim yang mengundang anak berdialog hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik di keluarga
terhadap nilai-nilai moral yang dikemasnya. Misalnya maupun di sekolah, juga nafkah (berupa pangan, sandang,
adanya hiasan dinding, mushola, lemari atau rak-rak dan papan). Dalam kasus child abuse, siklus kekerasan dapat
buku yang berisi buku agama yang mencerminkan nafas berkembang dalam keluarga. Individu yang mengalami
agama; ruangan yang bersih, teratur, dan barang-barang kekerasan dari orang tua, memiliki kecenderungan signifikan
yang tertata rapi mencerminkan nafas keteraturan dan untuk melakukan hal yang sama pada anak mereka nanti.
kebersihan; pengaturan tempat belajar dan suasana yang Tingkah laku agresi dipelajari melalui pengamatan dan
sunyi mencerminkan nafas kenyamanan dan ketenangan imitasi, yang secara perlahan terintegrasi dalam sistem
anak dalam melakukan belajar, pemilihan tempat tinggal kepribadian orang tua. Oleh karena itu penting bagi orang
dapat berisonansi untuk mengaktifkan, menggumulkan, tua untuk menyadari sepenuhnya bahwa perilaku mereka
dan menggulatkan anak-anak dengan nilai moral. merupakan model rujukan bagi anak-anak, sehingga mereka
5. Penataan lingkungan fisik, yang melibatkan anak-anak mampu menghindari perilaku yang kurang baik.
dan berangkat dari dunianya akan menjadikan anak Peran Orang Tua terhadap pendidikan dan perkembangan
semakin kokoh dalam kepemilikan terhadap nilai-nilai anak sangat penting. Jika masing-masing orang tua
moral dan semakin terundang untuk meningkatkannya. menjalankan perannya dengan baik maka perkembangan
Hal tersebut akan terjadi jika orang tua dapat anak dapat tercapai secara optimal. Jika peran ayah dan
mengupayakan anak-anak untuk semakin dekat, akrab, ibu berfungsi dengan baik maka pola asuh yang diterapkan
dan intim dengan nilai-nilai moral merupakan sarat berjalan dengan baik seiring dengan tumbuh kembang anak
utama bagi terciptanya penghayatan dan pertemuan. yang diharapkan. Komunikasi menjadi salah satu kunci dari
6. Penataan Lingkungan Sosial dapat menghadirkan pola asuh anak yang baik. Dengan adanya komunikasi yang
kebersamaan antara anak-anak dengan orang tua. Situasi baik antara ayah, ibu dan anak diharapkan muncul kesadaran
kebersamaan merupakan sarat utama bagi terciptanya diri yang baik terhadap masing-masing perannya.
penghayatan dan pertemuan makna antara orang tua dan Komunikasi sebagai upaya untuk memberikan kedekatan
anak-anak. Pertemuan makna ini merupakan kulminasi antara orang tua dan anak serta membantu pertumbuhan anak
dari penataan lingkungan sosial yang berindikasikan dengan baik. Seperti yang diungkapkan oleh Ferliana bahwa
penataan sosial yang berindikasikan penataan lingkungan membina hubungan komunikasi antara orang tua dan anak
pendidikan. memiliki beberapa fungsi dan tujuan diantaranya:
7. Penataan lingkungan pendidikan akan semakin 1. Memberikan informasi
bermakna bagi anak jika mampu menghadirkan iklim 2. Membantu pertumbuhan anak (membina hubungan
yang menggelitik dan mendorong kejiwaan untuk harmonis antara anggota keluarga akrab dan hangat)
mempelajari nilai-nilai moral. 3. Menumbuhkan rasa percaya diri anak (merasa
8. Penataan suasana psikologis semakin kokoh jika dihargai)
nilai-nilai moral secara transparan dijabarkan dan 4. Melatih anak bersosialisasi
diterjemahkan menjadi tatanan sosial dan budaya dalam 5. Membiasakan anak bersikap demokratis dalam
kehidupan keluarga. menyampaikan atau menanggapi suatu pendapat
serta melatih anak berpikir kritis (melalui alternatif-
Dari kedelapan pola pembinaan terhadap anak di alternatif)
atas sangat diperlukan sebagai panduan dalam membuat
226 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 222–230
6. Mendidik, memotivasi, merangsang pemikiran, dan dalam berbagai kondisi diantaranya: kondisi ekonomi,
memacu kreativitas kondisi psikis, kondisi fisik yang membuat seseorang
7. Meningkatkan hubungan sosial dan menentukan merasa “tertekan” sehingga menimbulkan perilaku tidak baik
penilaian sosial terhadap anak yang berupa “kekerasan”. Kekerasan tersebut
8. Meningkatkan prestasi akademik yang berhubungan bisa dalam bentuk tindakan berupa pukulan atau ucapan yang
dengan kemampuan bicara.10 berdampak tidak hanya pada kondisi fisik tetapi juga kondisi
psikis anak.
Melihat pentingnya komunikasi dalam hubungan antara
orang tua dan anak, maka orang tua juga perlu menyadari Hubungan Orang Tua terhadap Perilaku Kekerasan
bahwa dengan adanya komunikasi yang baik dan efektif Anak
terhadap anak berarti orang tua sudah mendidik anak dengan Perilaku kekerasan terhadap anak secara sengaja dan tidak
baik. Melalui proses komunikasi yang baik pula berarti anak sengaja selalu dilakukan oleh orang tua. Hal ini disebabkan
dan orang tua bisa meningkatkan hubungan sosial yang karena orang tua memiliki kewajiban dan tanggung jawab
baik. besar terhadap anak. Antara Orang tua dan anak memiliki
kedekatan yang hangat yang tidak bisa digantikan dengan
Perilaku Kekerasan Anak yang lain. Hubungan antara perilaku orang tua terhadap
Kekerasan secara umum digunakan untuk menggambarkan anak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
perilaku, baik yang terbuka (overt) atau tertutup (covert), sesuai dengan kondisi yang diciptakan oleh orang tua dan
dan baik yang bersifat menyerang (offensive) atau bertahan lingkungannya.
(defensive), yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang Sikap orang tua mempengaruhi cara mereka
lain.11 memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak
Menurut WHO,12 membedakan kekerasan anak sebagai sebaliknya mempengaruhi sikap anak terhadap mereka dan
berikut: perilaku mereka. Pada dasarnya hubungan orang tua dan
1. Kekerasan Fisik adalah tindakan yang menyebabkan anak tergantung pada sikap orang tua. Jika sikap orang tua
rasa sakit atau potensi menyebabkan sakit atau potensi menguntungkan, hubungan orang tua dan anak akan jauh
menyebabkan sakit yang dilakukan oleh orang lain, lebih baik ketimbang bila sikap orang tua tidak positif. Sikap
dapat terjadi sekali atau berulang kali. Kekerasan fisik orang tua sangat menentukan hubungan keluarga sebab
misalnya: dipukul, ditendang, dijewer/dicubit. sekali hubungan ini terbentuk, maka hubungan tersebut akan
2. Kekerasan seksual adalah keterlibatan anak dalam bertahan. Jika sikap ini positif maka tidak akan ada masalah,
kegiatan seksual yang tidak dipahaminya. Kekerasan tetapi bila sikap ini merugikan bisa saja bertahan bahkan
seksual dapat berupa perlakuan tidak senonoh dari dalam bentuk terselubung dan mempengaruhi hubungan
orang lain, kegiatan yang menjurus pada pornografi, dengan orang tua pada tahap selanjutnya ketika anak tumbuh
perkataan-perkataan porno dan melibatkan anak dalam dewasa.13
bisnis prostitusi. Peran Ayah yang memiliki tanggung jawab dalam upaya
3. Kekerasan emosional adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi pada saat ini telah sejajar
menyebabkan terhambatnya perkembangan emosional dengan peran ibu yang ikut memenuhi kebutuhan keluarga.
anak. Hal ini dapat berupa kata-kata yang mengancam/ Meningkatnya peran wanita bekerja berdampak pula pada
menakut-nakuti anak. kesejahteraan anak. Awal dari adanya kekerasan anak dimulai
4. Kegiatan pengabaian dan penelantaran adalah pada saat kedua orang tuanya memutuskan untuk sama-sama
ketidakpedulian orang tua atau orang yang bertanggung bekerja. Pembiaran anak atau anak dititipkan pada seorang
jawab atas anak pada kebutuhan mereka, seperti baby sitter yang tidak memiliki keterampilan untuk merawat
pengabaian kesehatan anak, pendidikan anak, terlalu anak adalah salah satu bentuk kekerasan penelantaran yang
mengekang anak dan sebagainya. dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Demikian juga ketika
5. Kekerasan ekonomi (eksploitasi komersial) adalah anak dititipkan kepada nenek atau kakek yang usianya sudah
penyalahgunaan tenaga anak untuk bekerja dan memasuki usia senja. Akan ada banyak dampak yang muncul
kegiatan lainnya demi keuntungan orang tuanya atau pada perkembangan anak. Salah satu dampak yang muncul
orang lain. Seperti menyuruh anak bekerja seharian adalah perbedaan pembentukan karakter yang dibentuk oleh
dan menjuruskan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang anak. Hopkins Bloomberg14 menyatakan bahwa kakek dan
seharusnya belum dijalani. nenek yang berperan sebagai pengasuh pengganti karena
orang tua anak tersebut bekerja dapat menurunkan kejadian
Kekerasan terhadap anak bagaimanapun bentuknya cidera pada anak sampai 50%. Lingkungan keluarga dan
dan tujuannya memiliki dampak yang tidak baik terhadap lingkungan di mana anak melakukan aktivitas merupakan
anak. Anak menjadi korban dari perilaku orang dewasa. faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri (faktor
Kekerasan terjadi dalam kondisi yang tidak diinginkan oleh bawaan). Besarnya pengaruh lingkungan sosial terhadap
siapa saja, dapat disimpulkan bahwa kekerasan bisa terjadi tumbuh kembang anak dijelaskan oleh Munandar bahwa
Pertiwi: Hubungan Peran Orang Tua dengan Perilaku Kekerasan 227
anak dapat tumbuh dengan kecerdasan, kreativitas dan kekerasan dengan munculnya penomena tindak kekerasan
kemandirian, kesemuanya itu tergantung bagaimana suatu yang dilakukan oleh anak.16
keluarga dan lingkungan bermain anak mampu melaksanakan Pada Anak usia dini atau yang bisa disebut masa
peranan dan fungsi secara optimal.4 keemasan, anak akan sangat peka terhadap berbagai
Pengaruh lain yang didapat saat orang tua tidak ada rangsangan serta pengaruh dari luar. Anak pada usia tersebut
waktu untuk mendampingi anak adalah pengaruh Televisi. akan mengalami tingkat perkembangan karakter yang
Televisi saat ini keberadaannya sudah menjadi bagian sangat drastis, mulai dari perkembangan kognitif (berpikir),
dalam kehidupan sehari-hari, namun tidak adanya filter perkembangan emosi, perkembangan motorik, perkembangan
saat anak menonton televisi seharusnya menjadi lampu fisik, serta perkembangan sosial. Dan sudah menjadi tugas
merah bagi para orang tua. Rendatin15 menyatakan bahwa orang tua untuk mengontrol semua karakter itu. Karakter
tingginya frekuensi menonton televisi punya kontribusi atas anak yang terbesar berada pada diri anak itu sendiri, tetapi
penyimpangan nilai dan perilaku, dan terdapat hubungan orang tua hanya memotifasi karakter buah hati dengan cara
positif dan signifikan antara frekuensi dan tingkat perhatian memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anak.
menonton adegan kekerasan dengan perilaku agresif. Tidak adanya komunikasi yang baik antara ayah dan ibu
Sebagian responden cenderung menyetujui ada pengaruh membuat munculnya dampak buruk pada perkembangan
televisi terhadap penyimpangan nilai dan perilaku dalam anak. Perkembangan anak terganggu karena munculnya
berhubungan dengan lawan jenis. Mulai tingkat yang paling perilaku orang tua yang tidak terkontrol akibat dari luapan
ringan seperti berciuman sampai hubungan seks pranikah. emosi pada saat orang tua lelah bekerja. Sehingga muncullah
Dari hasil penelitian pada intinya adalah ada pengaruh kuat perilaku kekerasan dari orang tua yang berupa ucapan atau
tontonan televisi dengan kekerasan dan penyimpangan seks kata-kata kasar, hinaan, atau bahkan pukulan. Perilaku
anak-anak. tersebut bisa dikategorikan sebagai perilaku kekerasan secara
Sejalan dengan hal tersebut dalam penelitian nandang fisik dan emosional terhadap anak.
disimpulkan pula bahwa dengan melihat berbagai kelemahan Komunikasi yang baik adalah adanya komitmen yang
baik kondisi biologis maupun psikologis, perilaku seorang dibuat untuk sama-sama menjaga, merawat dan mendidik
anak sangat renta dari pengaruh yang ada di sekelilingnya. anak dengan waktu yang mereka miliki. Maksudnya di sini
Terutama besar kemungkinan dipengaruhi oleh apa yang adalah pada saat ayah atau ibu bekerja, ada waktu untuk
sering ia lihat, termasuk tayangan-tayangan dalam bentuk mereka berbagi tugas menemani anak. Anak tidak sepatutnya
visual. Selain karena sifat-sifat kejiwaan yang dimiliki anak, dipasrahkan pada orang lain begitu saja. Kesibukan orang
diakui pula bahwa media memiliki daya tarik yang sangat tua bekerja tanpa adanya komitmen dalam mendidik anak
kuat untuk mempengaruhi perilaku seseorang. Teori yang merupakan salah satu bentuk kekerasan pengabaian dan
dikemukakan Gabrile Tarade dengan hukum peniruannya/ penelantaran. Orang tua dianggap tidak peduli terhadap anak.
Teori imitasi serta teori belajarnya yang dikembangkan oleh Anak membutuhkan komunikasi dengan orang tua, anak
Sutherland sangat relevan untuk diterapkan dalam kasus membutuhkan pelukan dari orang tua, anak membutuhkan
anak pelaku kekerasan. Dengan demikian nampak bahwa tatapan dari orang tua, anak membutuhkan senyuman dan
ada hubungan yang sangat erat antara maraknya tayangan keberadaan orang tua sangat dibutuhkan oleh anak, apalagi
Tabel 1. Gambaran hasil kajian hubungan peran orang tua dengan perilaku kekerasan terhadap anak usia dini
Kasus Anak yang terjadi Penyebab Ortu tidak mengerti Perilaku Kekerasan yang ditimbulkan
perannya
Sabtu, 27 Februari 2016 Kegagalannya menjadi orang tua akibat Kekerasan fisik yang menimbulkan
Anak yang dibenturkan oleh calon ibu perceraian kematian
tirinya
Maret 2016. Pencabulan Ayah terhadap Orang tua tidak mengerti dan tidak Kekerasan seksual
anak di Jakarta menyadari perannya Kekerasan fisik
Ibu dan Ayah tidak bisa menjalankan Kekerasan emosi
perannya masing-masing
25 Mei 2016, Bayi yang baru lahir Depresi Kekerasan fisik
menjadi korban kekerasan ibu kandungnya
1 Juni 2016, Pengasuh membanting bayi Kesibukannya bekerja untuk mencukupi Kekerasan fisik
berusia 11 bulan di rumah majikannya di kebutuhan ekonomi Kekerasan pengabaian
Kebon Jeruk Jakarta
Sumber: Eky (2016) Penelusuran Data Sekunder Saat ini
228 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 222–230
anak usia dini. Pada masa anak usia dini ada beberapa pada orang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk
karakteristik yang harus diketahui oleh orang tua, diantaranya memberi dan menerima afeksi. Saat yang paling penting
memiliki jiwa petualanan atau sifat eksploratif, kaya akan dalam pemenuhan kebutuhan afeksi itu adalah pada masa
imajinasi dan fantasi, mudah merasa frustasi, belum dapat kanak-kanak. Kurangnya afeksi pada masa bayi dan anak
berkonsentrasi untuk jangka waktu lama, rasa antusias dan dapat membahayakan perkembangan. Gangguan yang timbul
ingin tahu yang kuat terhadap banyak hal di sekitarnya, akibat lemahnya dukungan afeksi diantarannya:
enerjik dan aktif, kurang memiliki pertimbangan dalam
a. Perkembangan fisik yang terlambat, dapat menyebabkan
melakukan suatu tindakan, merupakan fase yang sangat
depresi, akibatnya terjadi hambatan sekresi (pengeluaran)
potensial untuk mengajar dan mendidik mereka.
hormon pituitary, yaitu hormon yang berfungsi antara lain
Dari gambaran tabel tersebut diatas, terlihat karakteristik
mengatur metabolism dan pertumbuhan perkembangan
yang berbeda yang ada pada anak usia dini tersebut,
badan sehingga perkembangan fisik anak terganggu.
setidaknya menjadi pertimbangan bagi orang tua yang ingin
b. Gagap atau mengalami gangguan bicara
meninggalkan anak-anak mereka untuk bekerja. Orang tua
c. Sulit konsentrasi dan mudah beralih perhatiannya
tidak dapat dengan mudah menitipkan anak-anak mereka
d. Sulit mempelajari bagaimana meminta hubungan dengan
pada pengasuh yang tidak memiliki ikatan batin seperti
orang lain
layaknya seorang ibu. Banyak pertimbangan dan akan banyak
e. Mereka seringkali tampak agresif dan nakal
dampak yang kurang baik ketika anak usia dini tidak diasuh
f. Kurangnya minat terhadap orang lain, menarik diri,
oleh orang tua mereka sendiri.
egois, dan penuntut
Sedangkan konsekuensi negatif yang terjadi akibat dari
g. Pada taraf berat dapat menyebabkan gangguan jiwa.13
ibu rumah tangga bekerja adalah: (1) pada anak-anak, yaitu
meningkatkan risiko terjerumusnya anak-anak kepada hal
Kondisi lemahnya dukungan afeksi dapat mengganggu
yang negatif, seperti tindak kriminal yang dilakukan sebagai
penyesuaian diri dan perkembangan sosial anak, afeksi yang
akibat dari kurangnya kasih sayang yang diberikan orang tua,
berlebihan juga dapat berdampak kurang baik bagi anak.
khususnya Ibu terhadap anak-anaknya, (2) pada suami, yaitu
Anak yang terlalu didukung dengan afeksi berlebihan justru
memiliki perasaan tersaingi dan tidak terpenuhi hak-haknya
menghalangi anak belajar mengekspresikan afeksi kepada
sebagai suami, (3) pada rumah tangga, risiko kegagalan
orang lain.
rumah tangga terkait ketidakmampuan istri mengurus rumah
Orang tua seharusnya memberikan pendekatan dan
tangga atau terlalu sibuk berkarier, (4) Pada masyarakat, yaitu
persiapan secara mental kepada anak terlebih dahulu
bertambahnya pengangguran untuk pria dikarenakan wanita
mengenai setiap masalah yang muncul antara kedua orang
mengambil alih pekerjaannya.
tua. Kehilangan kasih sayang dari salah satu orang tua atau
bahkan dari kedua orang tuanya, membuat munculnya
Peran orang tua seharusnya untuk mengatasi
kejadian perilaku kekerasan terhadap anak suasana yang tidak nyaman lagi bagi anak. Apalagi jika ada
orang tua pengganti yaitu calon ayah atau ibu tiri yang tidak
Keterlibatan Orang tua dalam pendidikan dan mempunyai ikatan darah pada anak. Kondisi yang demikian
perkembangan anak usia dini sangat penting. Anak sebagai menimbulkan permasalahan sosial emosi terhadap anak.
generasi penerus bangsa sebaiknya dijaga dan diberi Seperti yang diutarakan oleh Reynold dalam (Tirtayani)
perlindungan dasar dari orang tuanya sendiri terlebih dahulu. bahwa faktor yang dapat menyebabkan permasalahan sosial
Anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk emosi pada anak adalah:
tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental
maupun sosial, dan berakhlak mulia untuk itu perlu dilakukan a. Latar belakang keluarga yang kasar, di mana kebiasaan
upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan dalam keluarga ini selalu menggunakan cara-
anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan cara kasar dalam menyelesaikan masalahnya, seperti
haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. menendang, mencaci, memukul, berkelahi, dan lain
Kondisi orang tua yang bercerai akan memberikan sebagainya.
dampak buruk bagi perkembangan anak. Dampak yang b. Perasaan tertolak secara fisik ataupun emosional oleh
bisa ditimbulkan ketika kondisi orang tua bercerai adalah pihak orang tua. Anak yang tidak diinginkan biasanya
munculnya permasalahan-permasalahan sosial emosi merasakan perasaan ini.
pada anak. Sejalan dengan Hurlock bahwa pada dasarnya, c. Orang dewasa yang belum dewasa dan memiliki
permasalahan pada AUD mencakup perkembangan fisik, kematangan yang cukup untuk melakukan pengasuhan
psikososial dan permasalahan umum. Permasalahan anak.
psikososial umumnya berkaitan dengan kondisi sosial d. Kehilangan terlalu dini untuk merasakan kedekatan
emosional anak. Salah satu permasalahan yang muncul dengan orang yang disayangi, misalnya perceraian kedua
adalah lemahnya afeksi. Afeksi meliputi perasaan kasih orang tua atau yatim piatu sejak kecil dan tidak memiliki
sayang, rasa kehangatan, dan persahabatan yang ditunjukkan orang tua pengganti yang mengasihinya.
Pertiwi: Hubungan Peran Orang Tua dengan Perilaku Kekerasan 229
e. Orang tua yang tidak mampu mencintai anaknya, ketidakseimbangan baik dalam hubungan antar seorang pria
disebabkan mereka tidak pernah merasakan kasih dewasa dengan perempuan dewasa ataupun antara laki-laki
sayang dewasa maupun perempuan dewasa dengan seorang anak.
f. Perasaan cemburu yang berlebihan dan tidak ditangani Posisi seperti ini disebut sebagai struktural kekuasaan, di
dengan baik, tatkala ia mendapatkan adik baru dan mana pelaku abuse melakukan penyalahgunaan kekuasaan.
merasa kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang Posisi orang dewasa yang mempunyai resources atau
tuanya mempunyai kekuatan fisik tidak mempunyai legitimasi.
g. Situasi baru di mana anak belum siap dalam menghadapi “Aku adalah bapaknya anak tersebut”, yang seolah-olah milik
dan tidak menemukan pasangan yang cocok untuk pelaku karena ketidakpahaman sebagai orang tua. Dan anak-
menemaninya anak dalam posisi yang sangat lemah.
h. Mendapat gertakan, gangguan, dan ketidakramahan dari Peran Orang tua dalam mengatasi kejadian perilaku
anak yang lain kekerasan terhadap anak seharusnya:
i. Cacat fisik atau memiliki postur tubuh yang berbeda
1. Memberikan keterlibatannya dalam perlindungan berupa
dengan anak lain, jika tidak ditangani dengan baik dapat
aktivitas-aktivitas yang memelihara dan merawat.
menyebabkan gangguan emosional.17
2. Memberikan kondisi yang menyenangkan dan nyaman
Munculnya perilaku kekerasan pada anak terjadi kepada anak-anak dengan tidak menempatkan anak-
akibat dari adanya rasa ketidaksukaan dari calon ibu tiri anak pada kondisi di mana anak belum bisa menerima
karena dibayangi oleh bayangan ibu kandungnya. Hal keadaan di lingkungan mereka. Misalnya saja memaksa
tersebut menumbuhkan rasa tidak nyaman yang kemudian anak mengerti kondisi orang tua yang sibuk bekerja,
menimbulkan kekerasan fisik yang berdampak pada sedangkan anak masih membutuhkan perlindungan,
pembunuhan. Dalam psikologi istilah ini disebut sebagai perhatian dan kasih sayang orang tua mereka sendiri.
abuse. Pengertian abuse adalah tidak dilakukannya tindakan 3. Memberikan bimbingan yang tepat untuk anak usia dini
yang benar di dalam relasi yang seharusnya bertanggung yang memiliki masalah.
jawab, di dalam relasi yang seharusnya melindungi dan di
dalam relasi yang seharusnya memberikan pengayoman,
PENUTUP
memberikan aktivitas-aktivitas yang memelihara dan yang
merawat. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan
Demikian juga jika melihat kasus penelantaran anak, bahwa:
kasus penelantaran anak terjadi akibat usaha orang tua dalam a. Peran orang tua berhubungan dengan kejadian perilaku
pemenuhan kebutuhan hidup atau ekonomi. Anak dititipkan kekerasan terhadap anak. Orang tua yang tidak mengerti
baby sitter atau pengasuh anak yang diberi kewajiban akan perannya, kegagalannya menjadi orang tua yang
melindungi dan menjaga anak, tetapi justru anak dibanting mengakibatkan perceraian, depresi, dan kondisi yang
dan diperlakukan tidak manusiawi. Jika situasi dan kondisi tidak kondusif bagi tumbuh kembang anak. Serta orang
seperti ini di biarkan dan terus terjadi, maka akan muncul tua yang hanya memenuhi keinginannya untuk bekerja
sindrom stockholm atau penyalahgunaan dalam bentuk menimbulkan perilaku kekerasan berupa Kekerasan
apa pun. Sindrom ini datang ketika orang yang mendapat Fisik, emosi, seksual dan penelantaran anak atau
kekerasan melihat pelaku kekerasan itu juga melindungi pengabaian anak.
dia. Pribadi yang menderita Stockholm syndrome akan b. Orang tua seharusnya menyadari akan perannya. Peran
sulit melepaskan diri dari para pelaku abuse. Siapa pun Orang tua dalam mengatasi kejadian perilaku kekerasan
pelakunya, baik orang tuanya, gurunya, pengasuhnya ataupun terhadap anak seharusnya:
keluarganya. Bisa juga orang lain yang memiliki kekuasaan. 1. Memberikan keterlibatannya dalam perlindungan
Korban sindrom stockholm membutuhkan waktu yang sangat berupa aktivitas-aktivitas yang memelihara dan
lama untuk keluar dari lingkaran atau dinamika kekerasan merawat.
karena muncul ketakutan-ketakutan tertentu. Anak dititipkan 2. Memberikan kondisi yang menyenangkan dan nyaman
orang tuanya sendiri ke pengasuh yang dari pengasuh tersebut kepada anak-anak dengan tidak menempatkan
anak sering mendapat pukulan, cubitan bahkan bantingan. anak-anak pada kondisi di mana anak belum bisa
Tetapi anak tidak mempunyai daya atau kekuatan karena menerima keadaan di lingkungan mereka. Misalnya
kelemahannya dan keterpaksaannya dalam menghadapi saja memaksa anak mengerti kondisi orang tua yang
situasi. Situasi orang tua bekerja dan anak dititipkan oleh sibuk bekerja, sedangkan anak masih membutuhkan
orang lain yang tidak mempunyai ikatan lahir dan batin. perlindungan, perhatian dan kasih sayang orang tua
Tidak jauh berbeda dengan munculnya kasus kekerasan mereka sendiri.
pemerkosaan yang dilakukan oleh ayahnya sendiri. 3. Memberikan bimbingan yang tepat untuk anak usia
Munculnya perilaku kekerasan tersebut karena adanya dini yang memiliki masalah.
230 Humaniora, Vol. 13 No. 2 Desember 2016: 222–230
DAFTAR PUSTAKA 8. Morrison GS. Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): Jakarta:
Indeks. 2012.
1. Komnas PA: 2015, Kekerasan Anak Tertinggi selama 5 Tahun 9. Permana Dody. Peran dan Fungsi Orang Tua terhadap Anak. [internet]
Terakhir. [internet] 2015.[juni 2016] Putra PMS h p://news.liputan6. 2010. [juni 2016] h p://dodypp.blogspot.co.id/2010/09/peran-dan-
com/read/2396014/komnas-pa-2015-kekerasan-anak-tertinggi- fungsi-orang-tua-dalam.html. 2010.
selama-5-tahun-terakhir. Diakses Juni 2016. 10. Ferliana MJ. Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Aktif pada
2. KPAI: Angka Kekerasan Terhadap Anak Meningkat. [internet] Anak Usia Dini. Agustina: Jakarta: Luxima. II. 2015.
2015. [juni 2016] Lazuardi G. http://www.tribunnews.com/ 11. Santoso, T. Teori-teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2002.
nasional/2016/05/06/kpai-angka-kekerasan-terhadap-anak- 12. Wedhawary, Pengertian Kekerasan Terhadap Anak. [internet]
meningkat. Diakses Juni 2016. Psychologymania.com. h p://www.psychologymania.com/2012/07/
3. Akses Pendidikan Bagi Wanita Lebih Ditingkatkan. [internet] 2015. penger an-kekerasan terhadap-anak.html
Prati E S. h ps://www.ugm.ac.id/id/berita/9931-akses.pendidikan. 13. Hurlock, B. E. Perkembangan Anak Jilid 2:Erlangga 1978.
bagi.wanita.lebih.di ngkatkan. 2015 Diakses juni 2016. 14. Bedanya Anak yang diasuh orang tua dan nenek. [internet] 2015.
4. Suradi. Dilema dan Solusi Strategi Kekerasan terhadap Anak. [jurnal [juni 2016] h ps://fokusindonesia.wordpress.com/2015/12/11/
Puslitbangkesos] Informasi Vol. 18, No. 02, 2013. bedanya-anak-yang-diasuh-orang-tua-dan-nenek/
5. Miles M. Analisis Data Kualitatif. 1. Huberman. Penerjemah: Tjetjep. 15. Redatin, Pengaruh Penggunaan Media Televisi terhadap Penyimpangan
UI. 1992. Nilai dan Perilaku Remaja (Kekerasan, Seks, dan Konsumtif) di Kota
6. Sutra Eka. Hubungan Keaktifan ibu Dalam Stimulasi Perkembangan Yogyakarta. 2005.
Anak Balita Di Posyandu Melati Depok Ambar Ketawang Gamping 16. Sambas, Dampak Tayangan Kekerasan terhadap Perilaku Anak dalam
Sleman Yogyakarta. [Naskah Publikasi] Yogyakarta: STIK Aisyiyah; Prespektif Kriminologis dan Yuridis [Jurnal: Syiar Hukum ISSN:
2011. 2086-5449 Vol 8, No. 3] 2006.
7. Perempuan Bekerja Sebuah Dilema Perubahan Zaman. [internet] 17. Tirtayani L.A. Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini. Graha
2011. [juni 2016] http://www.kompasiana.com/renaldi. Ilmu. Yogyakarta. 2014.
wicaksono/perempuan-bekerja-sebuah-dilema-perubahan-
zaman_5500b32f8133111918fa7c0b.
View publication stats