You are on page 1of 101

PERAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP

PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN URBAN FARMING


PADA KELOMPOK TANI DAHLIA

SKRIPSI

Oleh

OKSYA INNE YESTISIA

PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
PERAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP
PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN URBAN FARMING
PADA KELOMPOK TANI DAHLIA

Oleh

OKSYA INNE YESTISIA


NIM : 23020317140058

Salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi S1 Agribisnis
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
S E M A R ANG
2022

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Oksya Inne Yestisia
NIM : 23020317140058
Program Studi : S1 Agribisnis
dengan ini menyatakan sebagai berikut :
1. Skripsi yang berjudul: Peran Penyuluh Pertanian terhadap Partisipasi
Anggota dalam Kegiatan Urban Farming pada Kelompok Tani
Dahlia dan penelitian yang terkait merupakan karya penulis sendiri.
2. Setiap ide atau kutipan dari karya orang lain berupa publikasi atau bentuk
lainnya dalam skripsi ini, telah diakui sesuai dengan standar prosedur
disiplin ilmu.
3. Penulis juga mengakui bahwa skripsi ini dapat dihasilkan berkat
bimbingan dan dukungan penuh dari Pembimbing yaitu :Dr. Ir. Wulan
Sumekar, M. S. dan Agus Subhan Prasetyo, S.P., M.Si.

Apabila di kemudian hari dalam skripsi ini ditemukan hal-hal yang menunjukkan
telah dilakukannya kecurangan akademik maka penulis bersedia gelar sarjana yang
telah penulis dapatkan ditarik sesuai dengan ketentuan dari Program Studi S1
Agrubisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro
Semarang, Oktober 2022
Penulis,
Materai

Oksya Inne Yestisia


Mengetahui :

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Wulan Sumekar, M. S. Agus Subhan Prasetyo, S.P., M.Si.

iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : PERAN PENYULUH PERTANIAN


TERHADAP PARTISIPASI ANGGOTA
DALAM KEGIATAN URBAN FARMING
PADA KELOMPOK TANI DAHLIA

Nama Mahasiswa : OKSYA INNE YESTISIA

Nomor Induk Mahasiswa : 23020317140058

Program Studi/Departemen : S1 AGRIBISNIS

Fakultas : PETERNAKAN DAN PERTANIAN

Telah disidangkan di hadapan Tim Penguji


dan dinyatakan lulus pada tanggal.....................

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Wulan Sumekar, M.S. Agus Subhan P., S.P., M.Si.

Ketua Panitia Ujian Akhir Program Ketua Program Studi

Dr. Ir. Mukson, M. S. Ir. Kustopo Budiraharjo, M. Sc.

Dekan Ketua Departemen

Prof. Dr. Ir. Bambang W. H. E. P., M.Agr., IPU. Dr. Heni Rizqiati, S. Pt., M. Si.

iv
PERAN PENYULUH PERTANIAN DAN PARTISIPASI ANGGOTA
DALAM KEGIATAN URBAN FARMING PADA KELOMPOK TANI
DAHLIA

(The Role Of Agricultural Extension Workers


On The Participation Of Member In Urban Farming Activities
In Dahlia Farmer Group)

OLEH :
Oksya Inne Yestisia

ABSTRAK

Penelitian ini penting dilakukan sebagai evaluasi bagi kelompok tani, penyuluh dan
pemerintah terkait program pertanian perkotaan. Penelitian dilakukan tanggal 31
Oktober sampai dengan 28 November 2021 pada Kelompok Tani Dahlia yang
terletak di Kelurahan Pedalangan, Kecamatan Banyumanik. Kelompok tani Dahlia
merupakan kelompok tani urban farming yang mendapat juara 1 pada lomba
pertanian perkotaan di kota Semarang tahun 2019. Tujuan penelitian yaitu
mendeskripsikan peran penyuluh, tingkat partisipasi anggota dan menganalisis
pengaruh peran penyuluh pada partisipasi anggota kelompok tani Dahlia. Populasi
penelitian yaitu kelompok tani urban farming di Kota Semarang dengan sampel
yaitu Kelompok Tani Dahlia dengan 31 anggota. Metode penelitian yang digunakan
yaitu survey dengan responden anggota kelompok tani Dahlia. Metode analisis data
menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian
menunjukan bahwa kategori peran penyuluh sebagai mediator, inisiator, supervisor
dan fasilitator tergolong baik sedangkan sebagai motivator tergolong kategori
sedang. Tingkat partisipasi anggota pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi kategori tinggi. Peran penyuluh sebagai mediator, inisiator, motivator,
supervisor dan fasilitator secara parsial tidak berpengaruh terhadap partisipasi
anggota tetapi secara simultan berpengaruh. Saran untuk penyuluh perlu
meningkatkan peran motivator dengan membangkitkan semangat anggota untuk
berpartisipasi pada kegiatan kelompok tani dengan menginfromasikan keuntungan-
keuntungan mengikuti kegiatan kelompok tani dan mendorong anggota untuk
memberikan inovasi.

Kata kunci : kelompok tani, partisipasi, peran penyuluh, pertanian, urban farming

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan atas pimpinan dan pertolongan-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Penyuluh

Pertanian Terhadap Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Urban Farming Pada

Kelompok Tani Dahlia”. Penelitian tentang peran penyuluh pertanian dan

partisipasi anggota dalam kegiatan urban farming pada kelompok tani Dahlia perlu

dilakukan untuk mengetahui penyuluh dalam melakukan perannya pada kelompok

tani urban farming. Partisipasi anggota dalam kegiatan urban farming yang

mempengaruhi kemajuan kelompok tani.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan

dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan

berbagai pihak, kepada :

1. Dr. Ir. Wulan Sumekar, M. S. sebagai Pembimbing Utama dan Agus Subhan

Prasetyo, S.P., M.Si sebagai Pembimbing Anggota atas bimbingan, saran dan

pengarahannya sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Dr. Ir. Wiludjeng Roessali, M. Si. selaku Dosen Wali yang telah memberikan

arahan dan bimbingan selama berkuliah.

3. Dr. Ir. Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono, Ms.S., M.Agr. selaku Dekan

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.

4. Dr. Heni Rizqiati, S. Pt., M. Si. selaku Ketua Departemen Pertanian Fakultas

Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.

5. Ir. Kustopo Budirahardjo, M.P. selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas

Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.

vi
6. Penulis juga mengucapkan terima kasih juga kepada Ibu Sri selaku pengurus

Kelompok Tani Dahlia dan semua anggota yang telah membantu penulis dalam

penyusunan Skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Agribisnis Fakultas Peternakan dan

Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.

8. Keluarga yang memberikan dukungan dan nasihat selama penyusunan proposal,

pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman Agribisnis 2017 terkhusus Dila, Hasdian dan Rita yang

memberikan semangat dalam membuat skripsi ini.

10. Adel, Angel, Angelia, Demil, Fani, Jasmine, Kristiana, Lova, Novena, Ovi,

Ruth, Mbak Priska dan Mbak Rina atas dukungan dan doa selama penyusunan

skripsi ini.

Semarang, Oktober 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................x

DAFTAR ILUSTRASI ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I .......................................................................................................................1
1.1.Latar Belakang................................................................................................1
1.2.Tujuan .............................................................................................................4
1.3.Manfaat ...........................................................................................................4
BAB II ......................................................................................................................5
2.1.Urban Farming................................................................................................5
2.2. Kelompok Tani ..............................................................................................7
2.3. Peran Penyuluh Pertanian ..............................................................................8
2.4. Partisipasi ....................................................................................................10
2.5. Penelitian Terdahulu ....................................................................................11
BAB III ..................................................................................................................14
3.1. Kerangka Pemikiran ....................................................................................14
3.2. Waktu Dan Lokasi .......................................................................................16
3.3. Metode Penelitian ........................................................................................16
3.4. Penentuan Dan Pengambilan Sampel ..........................................................16
3.5. Sumber Dan Teknik Pengumpulan Data .....................................................17
3.6. Mengolah Dan Analisis Data.......................................................................18
3.7. Konsep dan Pengukuran Variabel ...............................................................20
BAB IV ..................................................................................................................26
4.1. Keadaan Umum Kelompok Tani .................................................................26
4.2. Karakteristik Responden .............................................................................30
4.3. Peran Penyuluh Pertanian ............................................................................32
4.3.1. Peran Penyuluh Pertanian sebagai Mediator ....................................33
4.3.2. Peran Penyuluh Pertanian sebagai Inisiator .....................................35
4.3.3. Peran Penyuluh Pertanian sebagai Motivator ..................................37

viii
4.3.4. Peran Penyuluh Pertanian sebagai Supervisor .................................39
4.3.5. Peran Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator ..................................41
4.4. Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani Dahlia ..................................44
4.4.1. Tingkat Partisipasi Anggota Pada Tahap Perencanaan ....................45
4.4.2. Tingkat Partisipasi Anggota Pada Tahap Pelaksanaan ....................46
4.4.3. Tingkat Partisipasi Anggota Pada Tahap Evaluasi ..........................48
4.5. Pengaruh Peran Penyuluh terhadap Partisipasi Anggota.............................50
BAB V....................................................................................................................54
5.1. Simpulan ......................................................................................................54
5.2. Saran .............................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................55

LAMPIRAN ...........................................................................................................60

ix
DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Penelitian Terdahulu ..................................................................................12

2 Hasil Uji Validitas ......................................................................................18

3 Kategori Perhitungan Peran Penyuluh .......................................................20

4 Kategori Perhitungan Peran Penyuluh sebagai Mediator...........................21

5 Kategori Perhitungan Peran Penyuluh sebagai Inisiator ............................21

6 Kategori Perhitungan Peran Penyuluh sebagai Motivator .........................22

7 Kategori Perhitungan Peran Penyuluh sebagai Supervisor ........................22

8 Kategori Perhitungan Peran Penyuluh sebagai Fasilitator .........................23

9 Kategori Perhitungan Partisipasi Anggota .................................................23

10 Kategori Perhitungan Partisipasi Anggota pada Tahap Perencanaan ........24

11 Kategori Perhitungan Partisipasi Anggota pada Tahap Pelaksanaan .........25

12 Kategori Perhitungan Partisipasi Anggota pada Tahap Evaluasi ...............25

13 Jenis Kelamin Responden Penelitian .........................................................30

14 Usia Responden Penelitian .........................................................................30

15 Jenis Pekerjaan Reponden Penelitian .........................................................31

16 Presentase Presepsi Responden Terhadap Peran Penyuluh .......................32

17 Presentase Presepsi Responden Terhadap Peran sebagai Mediator ...........33

18 Presentase Presepsi Responden Terhadap Peran sebagai Inisiator ............35

19 Presentase Presepsi Responden Terhadap Peran sebagai Motivator..........37

20 Presentase Presepsi Responden Terhadap Peran sebagai Supervisor ........40

21 Presentase Presepsi Responden Terhadap Peran sebagai Fasilitator .........42

x
22 Presentase Presepsi Responden Terhadap Partisipasi ...............................44

23 Presentase Presepsi Responden pada Tahap Perencanaan .........................45

24 Presentase Presepsi Responden pada Tahap Pelaksanaan .........................47

25 Presentase Presepsi Responden pada Tahap Evaluasi ...............................49

26 Hasil Uji F Peran Penyuluh terhadap Partisipasi Anggota.........................52

xi
DAFTAR ILUSTRASI

No Halaman

1 Kerangka Pemikiran ...................................................................................15

2 Struktur Organisasi ....................................................................................28

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Kuesioner ...................................................................................................60

2 Dokumentasi ..............................................................................................72

3 Perhitungan Hasil Wawancara Penelitian ..................................................73

4 Uji Asumsi Klasik ......................................................................................79

5 Hasil perhitungan analisi regresi berganda ................................................86

6 Riwayat Hidup ...........................................................................................88

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketahanan pangan masih merupakan masalah yang masih dialami oleh

Indonesia. Berdasarkan global food security index pada tahun 2019 nilai ketahanan

pangan Indonesia berkisar yaitu 62,6% yang berarti masih belum baik. Nilai indeks

ketahanan pangan yang baik jika ≥80% (Lestari et al., 2018). Ketahanan pangan

Nasional terjadi jika ketahanan pangan rumah tangga tercapai (Husaini, 2012). Hal

itu menunjukkan bahwa sebagian besar pengeluaran rumah tangga untuk

pemenuhan kebutuhan pangan.

Besar pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan dengan

pendapatannya merupakan salah satu indikator penentuan tingkat kemiskinan

individu atau rumah tangga. Tingkat kemiskinan di Indonesia pada daerah

perkotaan yaitu 7,60% dan pada daerah perdesaan yaitu 12,53% (BPS, 2022).

Rumah tangga miskin 51,33% berasal dari pekerja dibidang pertanian (BPS, 2022).

Tingkat pengeluaran perkapita perminggu di desa lebih rendah dibandingkan

dikota. Tingkat rata-rata pengeluaran perkapita perminggu didesa yaitu Rp 127.387

sedangkat dikota Rp 158.956 (BPS, 2022). Masyarakat Indonesia mengalami

peningkatan pengeluaran terkhusus pada bahan pangan keluarga salah satunya

sayuran. Pengeluaran sayuran mengalami peningkatan dari Rp 10.377 menjadi Rp

12.568 (BPS, 2022). Salah satu upaya memenuhi kebutuhan pangan individu atau
2

rumah tangga di perkotaan untuk kebutuhan pangan terutama sayuran adalah

dengan urban farming.

Urban farming merupakan kegiatan pertanian yang dilakukan pada daerah

perkotaan. Petani urban farming melakukan pertanian pada tempat terbatas yang

ada dirumah atau pada lahan kosong. Rumah di daerah perkotaan hanya 18,32%

yang mempunyai pekarangan (BPS, 2022). Rumah di daerah perkotaan yang tidak

memiliki lahan pekarangan juga bisa melakukan urban farming dengan menanam

di pot. Urban farming tidak hanya menjadi hobi yang menyenangkan tetapi juga

sebagai penghasil pangan keluarga dan turut menghijaukan lingkungan. Urban

farming memiliki kontribusi dalam menghadirkan ruang terbuka hijau bagi Kota,

menjadi sumber penghasilan tambahan dan untuk meningkatkan ketahanan pangan

keluarga (Krisnawati dan Farid, 2016). Keluarga yang melakukan urban farming

tidak perlu khawatir ketersediaan bahan pangan dan harga bahan pangan yang

mudah naik karena bisa didapat dari hasil panen.

Badan Ketahanan Pangan memperbaiki ketahanan pangan dengan melakukan

program Kawasan Rumah Pangan Lestari pada tahun 2010 yang sekarang disebut

Pekarangan Pangan Lestari. Pekarangan Pangan Lestari yang disingkat P2L yaitu

pemanfaatan lahan yang ada sebagai penghasil pangan demi memenuhi kebutuhan

gizi dan bisa menjadi sumber pendapatan rumah tangga (Dwiratna, 2016). Dinas

Pertanian Kota Semarang berdasarkan program P2L kemudian menggerakan

masyarakat untuk melakukan pertanian perkotaan. Dinas Pertanian menuliskan

pada peraturan walikota Semarang nomor 24 tahun 2021 dengan judul gerakan

pembudayaan pertanian perkotaan yang berisi dukungan pemerintah kepada pelaku


3

pertanian perkotaan seperti pendampingan dan penyediaan fasilitas. Masyarakat

dapat berdaya dengan memanfaatkan lahan yang ada sebagai penghasil pangan

sehingga ketahahanan pangan meningkat, memanfaatkan limbah rumah tangga, dan

menciptakan lingkungan yang sehat adalah tujuan dari gerakan pembudayaan

pertanian perkotaan. Dinas pertanian kemudian mendirikan 31 kelompok tani di

Kota Semarang untuk mendukung gerakan tersebut salah satunya Kelompok tani

Dahlia. Kelompok Tani Dahlia menerima penghargaan kelompok tani urban

farming terbaik di Kota Semarang.

Kelompok Tani Dahlia memiliki permasalahan yaitu rendahnya partisipasi

anggota dalam mengikuti kegiatan urban farming di kelompok tani. Partisipasi

anggota pada kelompok tani baik tetapi sejak pandemi terus mengalami penurunan.

Partisipasi yang menurun mengakibatkan rendahnya produktivitas kelompok tani.

Partisipasi anggota diperlukan sebagai bentuk usaha untuk mencapai tujuan

kelompok tani (Manei et al., 2016). Kelompok tani melakukan kegiatan pada akhir

pekan baik itu koordinasi, penyuluhan maupun kerja bakti. Anggota kelompok tani

sulit untuk mengikuti kegiatan kelompok tani karena kesibukan masing-masing

sehingga partisipasi rendah. Partisipasi yang rendah disebabkan oleh persepsi

anggota terkait peran kelompok tani, akses informasi, pendidikan, pandemi dan

salah satunya oleh peran penyuluh (Untari et al., 2022). Peran penyuluh

berpengaruh pada tingkat partisipasi anggota kelompok tani. Berdasarkan hal

tersebut maka penelitian terkait peran penyuluh terhadap partisipasi perlu

dilakukan.
4

1.2. Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian yaitu :

1. Mendeskripsikan peran penyuluh di kelompok tani Dahlia.

2. Mendeskripsikan tingkat partisipasi anggota kelompok tani Dahlia

3. Menganalisis pengaruh peran penyuluh pada pastisipasi anggota kelompok

tani Dahlia.

1.3. Manfaat

Manfaat dilakukan penelitian yaitu :

1. Menjadi sumber informasi bagi peneliti untuk pengembangan pengetahuan

terkait peran penyuluh dan urban farming.

2. Sumber informasi bagi pengembangan kelompok tani terkait peran

penyuluh pertanian.

3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan kebijakan

pemberdayaan kelompok untuk pengembangan program pekarangan

pangan lestari.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Urban Farming

Urban farming berasal dari kata urban memiliki arti perkotaan dan kata

farming yang memiliki arti pertanian, maka urban farming adalah pertanian

perkotaan. Pertanian perkotaan adalah kegiatan pertanian pada daerah perkotaan

yang melibatkan keahlian, ketrampilan, dan inovasi dalam budidaya serta

pengolahan makanan (Parsudi S. dan Damaijanto, 2019). Pertanian pada umumnya

dilakukan didaerah perkotaan tetapi didaerah pedesaan. Daerah perkotaan berbeda

dengan daerah pedesaan karena biasanya memiliki halaman dan lahan kosong yang

sempit. Kondisi halaman dan lahan sempit menyebabkan perlunya memikiran

strategi yang tepat untuk menanam. Teknologi yang bisa diterapkan untuk

mengatasi kendala lahan yang sempit dengan pemanfaatan lahan sisa, lahan

pekarangan, menanam bersama warga sekitar dilahan bersama, teknologi seperti

vertikultur, hidroponik, dan aquaponik (Fauzi et at., 2016).

Program kementrian pertanian yaitu pekarangan pangan lestari mengajak

masyarakat untuk melakukan urban farming. Program pekarangan pangan lestari

dilakukan untuk mengatasi stunting, menangani daerah rawan pangan, dan

meningkatkan ketahanan pangan dengan cara memanfaatkan lahan kosong menjadi

penghasil pangan (Cari S. D. dan Ana I., 2020). Tanaman yang ditanam biasanya

berupa sayur-sayuran, tanaman obat keluarga, dan tanaman lain yang hasilnya bisa

dikonsumsi. Pertanian perkotaan menjadi gaya hidup yang dipilih dimasa pandemi
6

Covid-19 ini. Urban farming memiliki manfaat yaitu sebagai tambahan

penghasilan, berkontribusi menambah lahan hijau dan penghasil bahan pangan

sehat (Krisnawati dan Farid, 2016).

Tanaman yang biasa ditanam pada urban farming yaitu sayur-sayuran, buah-

buahan, tanaman pangan, tanaman obat, dan tanaman hias. Jenis tanaman yang

ditanam pada urban farming yaitu lamtoro, ubi, kemangi, jagung, labu air, terung,

pisang dan pepaya (Maulaa et al., 2021). Hasil panen dari urban farming jika dijual

bisa menambahkan pendapatan keluarga. Anggota akan menerima pendapatan lebih

tinggi jika hasil urban farming diolah terlebih dulu dan penting untuk melakukan

penanganan pasca panen dengan tepat (Anggrayni et al., 2018).

Petani urban farming bukan merupakan mata pencaharian utama tetapi

menjadi kegiatan sampingan. Anggota kelompok tani urban farming memiliki

kegiatan lain seperti bekerja dan mengurus rumah sehingga curahan waktu untuk

kegiatan urban farming cenderung sedikit (Alynda dan Rani, 2021). Petani

mengalami kendala dalam urban farming baik pada kegiatan maupun tanaman.

Hama dan gulma menjadi salah satu kendala pada dialami dalam pertanian urban

farming yang mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga kualitas dan kuantitas

hasil panen menurun (Maulaa et al., 2021). Kelompok tani tidak hanya

mengkonsumsi hasil panen tetapi juga menjualkannya walupun jadwal panen tidak

menentu dan jumlah panennya tidak sebanyak petani biasa. Kelompok tani urban

farming mengalami kendala pada kegiatan pemasaran produk karena jumlah panen

nya masih sedikit dan rendahnya partisipasi anggota kelompok tani untuk

mengikuti kegiatan (Rasmikayati et al., 2021)


7

2.2. Kelompok Tani

Kelompok tani merupakan suatu kelompok yang berisi petani dalam suatu

tempat dan komoditas yang sama. Kelompok tani berfungsi sebagai media untuk

melakukan pembangunan pertanian, mendapatkan bantuan pada kegiatan usahatani

dan tempat belajar bagi petani. Kelompok tani merupakan wadah pembinaan

kelembagaan yang berperan sebagai wahana belajar serta media komunikasi antar

petani untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dibidang pertanian

(Effendy L dan Yesti A, 2018). Kelompok tani didirikan atas kesadaran petani

sendiri atau arahan dari pemerintah. Pemerintah membentuk kelompok tani

bertujuan supaya program pemberdayaan yang dibuat dapat terlaksana dan petani

mau mengikuti kegiatan penyuluhan (Karbulah et al., 2018).

Kelompok tani dengan penyuluh pertanian perlu membuat program kerja

yang akan dilakukan selama satu tahun supaya tujuan dibentuknya dapat tercapai.

Kelompok Tani supaya bisa berjalan dengan baik dan semakin berkembang

diperlukan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan hingga evaluasi

(Salmon et al., 2017). Kelompok tani dalam proses mencapai tujuan dapat

mengalami berbagai hambatan dan kendala. Kelompok tani dalam menghadapi

tantangan dan hambatan yang terjadi memerlukan komunikasi, kelembagaan,

pemeliharaan batasan, ketekaitan, sosialisasi dan kontrol sosial yang baik dalam

kegiatan yang dilakukan (Mardikanto, 1993).

Kelompok tani memiliki berbagai kegiatan rutin seperti pertemuan,

penyuluhan, perawatan irigasi dan lainnya. Kegiatan yang sudah direncanakan

supaya berjalan dengan baik memerlukan partisipasi seluruh anggota kelompok


8

tani. Partisipasi anggota kelompok yang meningkat dapat memunculkan

kedinamisan kelompok dengan bekerjasama untuk mencapai tujuan, baik didalam

kelompok tani maupuan keluar. (Maryanti et al., 2019). Partisipasi akan semakin

berguna untuk memajukan kelompok jika memiliki kepemimpinan yang baik.

Pemimpin seharusnya mampu mengkoordinasikan kelompok tani dengan menjalin

kerjasama kemudian mengarahkan kegiatan kelompok supaya dapat berjalan

dengan efektif dan efisien (Mardikanto, 1993).

2.3. Peran Penyuluh Pertanian

Pengembangan dan pembangunan pertanian ditentukan oleh kualitas petani

sebagai SDM pertanian. Penyuluh berperan untuk meningkatkan kualitas petani

melalui pendampingan langsung. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non

formal bagi pertani yang memiliki tujuan untuk mengubah perilaku sasaran

penyuluhan (Mardikanto, 1993). Penyuluh sebagai pendamping petani dan

penghubung dengan pemerintah memiliki peran penting. Peran penyuluh yaitu

sebagai mediator, inisiator, motivator, supervisor, dan fasilitator pada kelompok

tani (Faqih A, 2014).

1. Penyuluh pertanian memiliki peran sebagai mediator pada kelompok tani.

Penyuluh sebagai mediator berfungsi untuk menjalin hubungan dengan

kerjasama dari pihak luar kelompok tani (Anggoro et al., 2020). Penyuluh

sebagai mediator harus bisa menghubungkan dua pihak berbeda dengan tujuan

yang sama. Penyuluh pertanian dianggap telah menjadi seorang mediator yang

baik bagi kelompok tani jika dapat membantu kelompok tani mendapat bantuan
9

dari pemerintah seperti bibit, pupuk, alat-alat dan modal untuk usahatani

(Wardah E. dan Setia B, 2018).

2. Penyuluh pertanian juga perlu inisiatif dalam kelompok tani yang

didampinginya. Penyuluh sebagai inisiator seharunya bisa mencetuskan ide-ide

baru dengan memanfaatkan saranana dan prasaran yang ada pada kelompok tani

(Tahoni T. et al., 2020). Ide-ide yang dimilki dapat disampaikan dengan baik

kepada anggota kelompok tani supaya mudah untuk dipahami dan dipraktekan.

Ide-ide yang dicetuskan oleh penyuluh seharusnya memiliki manfaat bagi

kegiatan usahatani dan membuat kelompok tani semakin membaik dalam proses

produksi (Wardah E. Dan Setia B, 2018).

3. Penyuluh pertanian sebagai penggerak masyarakat sasaran memiliki peran

untuk memotivasi kelompok tani supaya terus berkembang. Penyuluh sebagai

motivator memiliki peran untuk mendorong dan memberi semangat kepada

anggota supaya berpartisipasi dalam kegiakan kelompok tani (Faqih, 2014).

Penyuluh dapat memberikan motivasi ketika menghadiri kegiatan kelompok

tani pada pertemuan rutin dan ketika pendampingan lapangan. Penyuluh

sebagai motivator seharusnya bisa memimpin, membimbing dan menjadi

penasihat bagi petani (Darmaludin et al., 2012).

4. Penyuluh pertanian juga memiliki peran sabagai supervisor bagi kelompok tani.

Penyuluh sebagai supervisor memiliki peran untuk mengawasi kegiatan

kelompok tani supaya dapat melihat kemajuan dan hambatan yang terjadi

(Faqih, 2014). Penyuluh sebagai supervisor perlu untuk menghadiri setiap

kegiatan kelompok tani untuk mengetahui keadaan yang terjadi. Penyuluh


10

dinilai menjadi supervisor yang baik jika bisa membimbing, disipilin dalam

bekerja, dan dapat berkomunikasi dengan baik (Sriningsing F., 2018).

5. Penyuluh pertanian juga sebegai fasilitator bagi kelompok tani. Penyuluh

sebagai fasilitator berfungsi untuk memberi bantuan pada proses komunikasi

dalam suatu kelompok sehingga dapat saling memahami dan memecahkan

masalah bersama (Anggoro et al., 2020). Penyuluh sebagai fasilitator dapat

mendampingi kelompok tani secara rutin. Penyuluh perlu menolong kelompok

tani untuk mengadakan pertemuan, memberikan informasi penting dan materi

penyuluhan yang sesuai kebutuhan kelompok tani (Raudhah et al., 2018).

2.4. Partisipasi

Kelompok tani berisi anggota yang memiliki suatu tujuan. Kelompok tani

dapat berkembang juga memerlukan peran aktif atau partisipasi dari anggotanya.

Partisipasi adalah keikutsertaan anggota dalam pelaksanaan kegiatan kelompok tani

(Falo dan Agustinus, 2017). Peran aktif yang dilakukan pada kegiatan kelompok

tani dilihat dari indikator perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Anggota

kelompok tani dikatakan berpartisipasi jika melibatkan pikiran, emosi, dan perasaan

yang mendorong untuk memberikan sumbangan dengan tercapainya tujuan

bersama (Maleba et al., 2015)

Perencanaan adalah tahap awal dalam suatu kegiatan, yaitu menentukan suatu

tujuan dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut. Pembuatan

perencanaan perlu dipertimbangkan dengan baik dan melihat kondisi dan masalah

yang ada sehingga tepat sasaran. Pencarian solusi dari masalah yang dialami dapat
11

dilakukan dengan musyawarah (Tulandi et al., 2018). Tahap pelaksanaan dilakukan

sesuai dengan program kerja dan kegiatan yang telah dibuat. Partisipasi dalam tahap

pelaksanaan yaitu ketika rapat, pemeliharaan tanaman dan saat kegiatan

penyuluhan (Alif M., 2017). Kelompok tani dalam melaksanakan rapat dan

pemeliharaan tanaman menerima pendampingan dari penyuluh pertanian.

Kelompok tani pada tahap pelaksanaan walaupun sudah berusaha melakukan sesuai

yang direncanakan tetapi tidak memungkiri tetap terjadi kesulitan maupun ketidak

berhasilan maka diperlukan evaluasi.

Tahap terakhir yaitu evaluasi untuk melihat kembali setiap program kerja

yang sudah dikerjakan dan bagaimana berjalannya setiap kegiatan yang sudah

berjalan. Evaluasi juga berfungsi untuk melihat tujuan kelompok tani mana saja

yang sudah tercapai dan jika belum apa yang menjadi kendala untuk mencapainya.

Evalusi berguna untuk memantau kegiatan dan mengukur peningkatan usahatani

yang dilakukan (Tulandi et al., 2018). Kendala-kendala dapat muncul dalam proses

pelaksanaan yang dapat menyebabkan kegiatan tidak berjalan seperti yang

direncanakan. Partisipasi pada tahap evaluasi dilihat berdasarkan keterlibatan

anggota dalam mengukur hasil pertanian dan dalam menghadiri rapat evaluasi

(Mentang et al., 2020).

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai peran penyuluh dan penelitian mengenai partisipasi

anggota kelompok tani sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu,

seperti berikut :
12

Tabel 1. Penelitian terdahulu


No Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Peranan - Pendekatan 1. Penyuluh berperan
Penyuluh kualitatif penting pada pertanian
Pertanian deskriptif di Kecamatan
Lapangan (PPL) - Teknik Suraneggalan dalam
dalam kegiatan pengambilan kegiatan pemberdayaan
pemberdayaan sampel acak 2. Skor korelasi 0,4872
kelompok sederhana yang termasuk dalam
terhadap kinerja - Metode analisis : kategori sedang.
kelompok tani Korelasi Rank
(Achmad Faqih, Spearman
2016)
2 Peran penyuluh - Jenis pendekatan : 1. Peran penyuluh
pertanian dalam Deskriptif pertanian sebagai
komunikasi kualitatif motivator adalah yang
kelompok pada - Teknik paling optimal dalam
kelompok tani pengambilan komunikasi kelompok
Esti Martani di sampel : Sampel 2. Peran penyuluh sebagai
Desa Slogohimu acak sederhana mediator kurang
kecamatan (Simple Random optimal karena kurang
Slogohimo Sampling) dalam melakukan
Kabupaten - Metode analisis : kerjasama dengan pihak
Wonogiri Interaktif (model ketiga.
(Anggoro F et saling terjalin)
al., 2021)
3 Partisipasi - Jenis penelitian : 1. Partisipasi anggota
anggota pada Survey tinggi karena mengikuti
kegiatan - Teknik segala kegiatan yang
kelompok tani pengambilan dilakukan kelompok
Mitra Jaya di sampel : Sensus tani baik tahap
Desa Mundung - Metode analisis : perecanaan, tahap
kecamatan Deskriptif pelaksanaan, dan tahap
Tombatu Timur evaluasi
(Tulandi C et
al., 2019)
4 Partisipasi - Teknik 1. Tingkat partipasi pada
anggota dalam pengambilan kelompok tani Satu
pengembangan sampel : Sensus Hati tergolong aktif.
kelompok tani pada kelompok 2. Tingkat pastisipasi pada
di desa tani Satu Hati dan kelompok tani Melati
Soatobaru Melati Jaya. Jaya masih kurang
kecamatan - Teknis analisis aktif.
Galela Barat data : Kualitatif
(Maleba E et al.,
2015)
13

Persamaan dengan penelitian nomor satu dan dua yaitu pada variabel x

sama-sama mengenai peran penyuluh pertanian dan perbedaannya pada variabel y

yaitu mengenai partisipasi. Penelitian nomor tiga dan empat memiliki persamaan

meneliti mengenai partisipasi anggot kelompok tani dan perbedaannya yaitu pada

penelitian saya juga mengenai peran penyuluh terhadap partisipasi. Perbedaan yang

lain pada metode analisis yaitu pada penelitian pertama menggunakan korelasi,

penelitian kedua dengan interaktif, dan penelitian ketiga dengan deskriptif.

Penelitian yang saya lakukan menggunakan regresi untuk megetahui pengaruh dari

peran pernyuluh terhadap partisipasi anggota kelompok tani.


14

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Program urban farming yang dilakukan oleh Kelompok Tani Dahlia dengan

pendampingan oleh penyuluh lapangan pertanian. Penyuluh memiliki peran sebagai

mediator, inisiator, motivator, supervisor, dan fasilitator yang masing-masing

sebagai mediator dalam menjalin hubungan dengan pihak ketiga, inisiator dalam

menemukan ide yang digunakan untuk mengembangkan kelompok tani, motivator

dengan memberi dorongan dan semangat untuk terus berkembang, supervisor

dalam mengawasi kegiatan kelompok tani dan fasilitator memberikan fasilitas bagi

kelompok tani seperti sarana dan prasarana. Peran penyuluh dapat berjalan dengan

baik jika masyarakat berpartisipasi pada setiap kegiatan yang diadakan. Penyuluh

perlu memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat melalui kerja sama untuk

memantabkan upaya-upaya perubahan (Mardikanto, 1993).

Partisipasi anggota dilihat dari tahap perancanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Partisipasi pada perencanaan dilihat dari kehadiran dalam rapat dan dalam

pembuatan program. Partisipasi pada pelaksanaan dilihat dari keaktifan dalam

kegiatan kelompok tani dan membayar iuran. Partisipasi pada evaluasi dilihat dari

keterlibatan dalam mengukur hasil tani dan dalam menyelasaikan masalah.


15

Partisipasi yang baik dari angota kelompok tani maka program urban farming

berhasil dan dapat terus berlanjut.

Program Urban Farming


fFar
Peran PPL :
1. Mediator Penyuluh
2. Inisiator Pertanian
3. Motivator Lapang
4. Supervisor (PPL)
5. Fasilitator
Kelompok Tani
Dahlia

Partisipasi
anggota dalam
kegiatan urban
Analisis Regresi farming

Perencanaan : Evaluasi :
Pelaksanaan :
- Kehadiran - Keterlibatan
- Keaktifan dalam
dalam rapat dalam mengukur
kegiatan kelompok
- Keterlibatan hasil tani
tani
dalam - Keterlibatan
- keaktifan dalam
pembuatan menyelesaikan
membayar iuran
program masalah

Keberhasilan dan keberlanjutan


program urban farming
Bagan 1. Kerangka Pemikiran
16

3.2. Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada 31 Oktober sampai dengan 28 November tahun

2021. Penelitian dilaksanakan pada Kelompok Tani Dahlia yang terletak di

kelurahan Pedalangan, kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Kelompok Tani

Dahlia dipilih karena pernah mendapatkan juara satu pada lomba pertaniaan

perkotaan tahun 2019 dan menjadi program percontohan pertanian perkotaan oleh

Dinas Pertanian Kota Semarang.

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian survey. Metode

survey adalah metode penelitian yang dilakukan pada suatu tempat alami dengan

peneliti yang memberi perlakukan berupa pengambilan data seperti kuesioner,

wawancara, dan tes (Sugiyono, 2019). Metode penelitian survey dipilih karena

peneliti ingin melihat kondisi yang terjadi sebenarnya pada Kelompok Tani Dahlia.

3.4. Penentuan dan Pengambilan Sampel

Populasi penelitian dipilih secara purposive yaitu anggota kelompok tani

Dahlia yang merupakan warga RT3 RW III Kelurahan Pedalangan Kecamatan

Banyumanik. 31 Responden yang dipilih merupakan anggota aktif kelompok tani

Dahlia. Anggota aktif dipilih karena dapat mengerti kondisi perkembangan

kegiatan Kelompok Tani. Metode purposive adalah teknik pengambilan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2019).


17

3.5. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekundar. Sumber data

primer dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara dengan kuesioner

yang berisi daftar pertanyaan tertutup sebagai panduan dan dengan observasi

langsung. Data primer yang didapatkan yaitu karakteristik responden, data

partisipasi dan peran penyuluh. Sumber data sekunder yaitu data dari administrasi

kelompok tani, BPS, buku yang terkait penelitian dan jurnal hasil penelitian

terdahulu.

Instrumen yang digunakan harus bisa mengukur sesuai keadaan sebenarnya

maka perlu dilakukan uji Validitas. Instrumen harus bisa memiliki hasil yang

konsisten setelah digunakan berulang maka perlu dilakukan uji Reliabilitas. Valid

berati kuesioner penelitian dapat digunakan untuk mengukur hal yang ingin diteliti

dan reliabel artinya kuesioner walaupun digunakan berkali-kali hasilnya tetap sama

(Sugiyono, 2019).

Uji kuesioner dilakukan pada Kelompok Tani Prasetya Lestari, Kelurahan

Gedawang, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Kuesioner terdiri dari 28

pertanyaan tertutup yaitu 17 pertanyaan untuk variabel X dan 11 pertanyaan untuk

variabel Y. Variabel X terdiri dari peran penyuluh sebagai mediator, inisiator,

motivator, fasilitator dan supervisor. Variabel Y terdiri dari partisipasi pada tahap

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perhitungan kuesioner dikatakan reliabel

dengan alpha 0,93>0,60. Perhitungan validitas dikatakan valid karena memiliki

skor total korelasi lebih dari 0,306. Hasil perhitungan validitas kuesioner adalah

seperti berikut :
18

Tabel 2. Hasil uji validitas


Nomor
R hitung R tabel Keterangan
Instrumen
1 0,406 0,306 Valid
2 0,877 0,306 Valid
3 0,862 0,306 Valid
4 0,867 0,306 Valid
5 0,693 0,306 Valid
6 0,800 0,306 Valid
7 0,721 0,306 Valid
8 0,501 0,306 Valid
9 0,754 0,306 Valid
10 0,761 0,306 Valid
11 0,721 0,306 Valid
12 0,706 0,306 Valid
13 0,786 0,306 Valid
14 0,870 0,306 Valid
15 0,845 0,306 Valid
16 0,796 0,306 Valid
17 0,846 0,306 Valid
18 0,677 0,306 Valid
19 0,490 0,306 Valid
20 0,546 0,306 Valid
21 0,634 0,306 Valid
22 0,678 0,306 Valid
23 0,843 0,306 Valid
24 0,738 0,306 Valid
25 0,712 0,306 Valid
26 0,903 0,306 Valid
27 0,678 0,306 Valid
28 0,800 0,306 Valid

3.6. Mengolah dan Analisis Data

Metode deskriptif digunakan menjawab tujuan pertama yaitu

mendeskripsikan peran penyuluh dan tujuan kedua yaitu mendeskripsikan tingkat

partisipasi angota kelompok tani Dahlia. Analisis deskriptif memiliki tujuan untuk

mengeksplorasi data penelitian supaya menjadi bermakna dan komunikatif

(Purwanto dan Dyah, 2017). Metode deskriptif dipilih karena dapat menjelaskan
19

kondisi sebenarnya dan tidak memerlukan pengujian hipotesis. Regresi linier

berganda digunakan untuk menjawab tujuan ketiga yaitu menganalisis pengaruh

peran penyuluh pertanian terhadap pastisipasi anggota kelompok tani Dahlia.

Regresi linier berganda adalah metode analisis yang digunakan untuk meramalkan

kondisi variabel dependen jika variabel independen nilainya naik atau turun

(Sugiyono, 2019). Metode regresi linier berganda dipilih karena dapat menunjukan

pengaruh baik secara keseluruhan maupun sebagian. Persamaan model analisis

regeresi linier berganda dalam penelitian ini :

Y = a + β1X1+ β 2X2+ β 3X3+ β 4X4+ β 5X5+ℇ

Keterangan :

Y = Partisipasi anggota kelompok tani Dahlia dalam kegiatan urban farming

a = Kostanta/intercept

β 1, β 2, β 3, β 4, β 5 = Koefisien regresi

X1 = Mediator

X2 = Inisitaor

X3 = Motivator

X4 = Supervisor

X5 = Fasilitator

Uji Asumsi Klasik dilakukan sebagai syarat sebelum melakukan Regresi

untuk mengetahui data itu baik atau tidak. Uji Asumsi Klasik terdiri dari uji

Multikolieraritas, uji Heteroskedastisitas dan Uji Normalitas (Sugiyono, 2019). Uji

Multikolinearitas dilakukan untuk menguji hubungan yang terjadi antar variabel

bebas. Uji Heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada


20

ketidaksamaan varians. Uji Normalitas dilakukan untuk menguji ditribusi data

normal atau tidak. Data yang sudah diuji dengan uji asumsi klasik kemudian dapat

dilakukan uji regresi.

3.7. Konsep dan Pengukuran Variabel

Konsep dan pengukuran variabel :


1. Rumus perhitungan interval skala likert

Xn−Xi
C=
𝐾

C : Interval Kelas

Xn : Skor Maksimum

Xi : Skor Minimum

K : Jumlah Kelas

2. Peran penyuluh diukur berdasarkan perannya sebagai mediator, inisiator,

motivator, supervisor dan fasilitator.

85−17
C= = 13,6
5

Tabel 3. Kategori perhitungan peran penyuluh


No Kategori Interval
1. Sangat tinggi 71,5-85
2. Tinggi 57,9-71,4
3. Sedang 44,3-57,8
4. Rendah 30,7-44,2
5. Sangat rendah 17-30,6

3. Peran penyuluh sebagai mediator diukur berdasarkan empat hal yaitu

kemampuan penyuluh memberikan informasi terkait urban farming,


21

menghubungkan dengan sumber informasi, mengadakan bantuan kebutuhan tani

dan kejelasan dalam menyampaikan informasi. Pengukuran menggunakan skala

likert 1-5 dengan 1 tidak pernah, 2 pernah, 3 jarang, 4 sering dan 5 sangat sering.

Hasil wawancara dihitung interval skala ikert sebagai berikut :

20−4
C= = 3,2
5

Tabel 4. Kategori perhitungan peran penyuluh sebagai mediator


No Kategori Interval
1. Sangat tinggi 16,9-20
2. Tinggi 13,7-16,8
3. Sedang 10,5-13,6
4. Rendah 7,3-10,4
5. Sangat rendah 4-7,2

4. Peran penyuluh sebagai inisiator diukur berdasarkan 3 hal yaitu kemampuan

penyuluh dalam memberikan ide baru, keahlian pada bidang pertanian dan

kehadiran. Pengukuran menggunakan skala likert 1-5 dengan 1 tidak pernah, 2

pernah, 3 jarang, 4 sering dan 5 sangat sering. Hasil wawancara dihitung interval

skala ikert sebagai berikut :

15−3
C= = 2,4
5

Tabel 5. Kategori perhitungan peran penyuluh sebagai inisiator


No Kategori Interval
1. Sangat tinggi 12,7-15
2. Tinggi 10,3-12,6
3. Sedang 7,9-10,2
4. Rendah 5,5-7,8
5. Sangat rendah 3-5,4
22

5. Peran penyuluh sebagai motivator diukur berdasarkan tiga hal yaitu kemampuan

penyuluh dalam memberikan dorongan kepada anggota untuk berpartisipasi,

menginformasikan manfaat mengikuti kegiatan kelompok tani dan dalam

memberikan inovasi terkait pertanian. Pengukuran menggunakan skala likert 1-5

dengan 1 tidak pernah, 2 pernah, 3 jarang, 4 sering dan 5 sangat sering. Hasil

wawancara dihitung interval skala ikert sebagai berikut :

15−3
C= = 2,4
5

Tabel 6. Kategori perhitungan peran penyuluh sebagai motivator


No Kategori Interval
1. Sangat tinggi 12,7-15
2. Tinggi 10,3-12,6
3. Sedang 7,9-10,2
4. Rendah 5,5-7,8
5. Sangat rendah 3-5,4

6. Peran penyuluh sebagai supervisor diukur berdasarkan tiga hal yaitu kemampuan

penyuluh dalam mengawasi kegiatan kelompok tani, mengetahui hambatan serta

kemajuan dan dalam menjelaskan teknis pertanian. Pengukuran menggunakan skala

likert 1-5 dengan 1 tidak pernah, 2 pernah, 3 jarang, 4 sering dan 5 sangat sering.

Hasil wawancara dihitung interval skala ikert sebagai berikut :

15−3
C= = 2,4
5

Tabel 7. Kategori perhitungan peran penyuluh sebagai supervisor


No Kategori Interval
1. Sangat tinggi 12,7-15
2. Tinggi 10,3-12,6
3. Sedang 7,9-10,2
4. Rendah 5,5-7,8
5. Sangat rendah 3-5,4
23

7. Peran penyuluh sebagai fasilitator diukur berdasarkan tiga hal yaitu kemampuan

penyuluh dalam memberikan bantuan dalam melaksanakan suatu kegiatan,

memberi saran yang bermanfaat dan dalam memfasilitasi sarana prasarana

pertanian. Pengukuran menggunakan skala likert 1-5 dengan 1 tidak pernah, 2

pernah, 3 jarang, 4 sering dan 5 sangat sering. Hasil wawancara dihitung interval

skala ikert sebagai berikut :

20−4
C= = 3,2
5

Tabel 8. Kategori perhitungan peran penyuluh sebagai fasilitator


No Kategori Interval
1. Sangat tinggi 16,9-20
2. Tinggi 13,7-16,8
3. Sedang 10,5-13,6
4. Rendah 7,3-10,4
5. Sangat rendah 4-7,2

8. Partisipasi anggota kelompok tani Dahlia pada kegiatan urban farming diukur

berdasarkan partisipasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil

wawancara dihitung interval skala ikert sebagai berikut :

55−11
C= = 8,8
5

Tabel 9. Kategori perhitungan partisipasi anggota


No Kategori Interval
1. Sangat tinggi 46,3-55
2. Tinggi 37,5-46,2
3. Sedang 28,5-37,4
4. Rendah 19,9-28,6
5. Sangat rendah 11-19,8
24

9. Partisipasi anggota kelompok tani Dahlia pada kegiatan urban farming pada

tahap perencanaan diukur berdasarkan tiga hal yaitu anggota kelompok tani dalam

memberikan tanggapan atas program yang ditawarkan, kehadiran anggota pada

rapat dan keterlibatan anggota dalam mengambilan keputusan untuk program-

program urban farming. Pengukuran menggunakan skala likert 1-5 dengan 1 tidak

pernah, 2 pernah, 3 jarang, 4 sering dan 5 sangat sering. Hasil wawancara dihitung

interval skala ikert sebagai berikut :

15−3
C= = 2,4
5

Tabel 10. Kategori perhitungan partisipasi anggota pada tagap perencanaan


No Kategori Interval
1. Sangat tinggi 12,7-15
2. Tinggi 10,3-12,6
3. Sedang 7,9-10,2
4. Rendah 5,5-7,8
5. Sangat rendah 3-5,4

10. Partisipasi anggota kelompok tani Dahlia pada kegiatan urban farming pada

tahap pelaksanaan diukur berdasarkan lima hal yaitu keaktifan dalam mengikuti

koordinasi penjabaram program urban farming, keaktifan dalam mengikuti

kegiatan menanam serta perawatan, keaktifan dalam mengikuti kegiatan panen

serta pascapanen, keaktifan dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dan keaktifan

dalam membayar iuran wajib. Pengukuran menggunakan skala likert 1-5 dengan 1

tidak pernah, 2 pernah, 3 jarang, 4 sering dan 5 sangat sering. Hasil wawancara

dihitung interval skala ikert sebagai berikut :

25−5
C= =4
5
25

Tabel 11. Kategori perhitungan partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan


No Kategori Interval
1. Sangat tinggi 22-25
2. Tinggi 18-21
3. Sedang 14-17
4. Rendah 10-13
5. Sangat rendah 5-9

11. Partisipasi anggota kelompok tani Dahlia pada kegiatan urban farming pada

tahap evaluasi diukur berdasarkan tiga hal yaitu keterlibatan dalam mengukur hasil

pertanian, keaktifan dalam menghadiri rapat evaluasi dan keaktifan dalam memberi

solusi atas permasalahan yang terjadi pada kelompok tani. Pengukuran

menggunakan skala likert 1-5 dengan 1 tidak pernah, 2 pernah, 3 jarang, 4 sering

dan 5 sangat sering. Hasil wawancara dihitung interval skala ikert sebagai berikut :

15−3
C= = 2,4
5

Tabel 12. Kategori perhitungan partisipasi anggota pada tahap evaluasi


No Kategori Interval
1. Sangat tinggi 12,7-15
2. Tinggi 10,3-12,6
3. Sedang 7,9-10,2
4. Rendah 5,5-7,8
5. Sangat rendah 3-5,4
26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Kelompok Tani

Kelompok tani Dahlia terletak di Jalan Tirto Agung Barat IV kelurahan

Pedalangan, kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. Cakupan wilayah kelompok

tani Dahlia meliputi RT 1 RW 3 di kelurahan Pedalangan. Kelompok Tani Dahlia

berdiri pada bulan Februari tahun 2017 dimulai dari gerakan PKK yang diketuai

oleh Ibu Pujiyati dengan kegiatan menanam tanaman obat keluarga pada rumah

masing-masing. Tujuan dilakukan menanam tanaman obat keluarga untuk

melakukan program kerja pokja 3 dan 4 PKK. Tanaman toga yang ditanam yaitu

jahe, temulawak, kencur, kunyit, sereh dan kelor.

Visi kelompok tani Dahlia yaitu menjadi kelompok tani yang mandiri

mensejahterakan masyarakat dan mewujudkan taman wisata lokal. Misi yang

dilakukan untuk mencapai visi yaitu :

1. Mengembangkan urban farming dan budidaya ikan yang ramah lingkungan.

2. Memenuhi kebutuhan sayur dan buah organik, toga, tanaman hias dan ikan

bagi warga.

3. Meningkatkan ketahanan pangan bagi warga.

4. Mengoptimalkan pemanfataan tanah pekarangan untuk budidaya pertanian

dan perikanan.

5. Melaksanakan penghijauan lingkungan


27

6. Menjadi pusat pembelajaran urban farming dan budidaya ikan bagi

masyarakat

7. Mengembangkan produk olahan hasil budidaya pertanian dan perikanan

untuk menambah nilai ekonomi.

8. Menjadikan kelompok tani sebagai kekuatan ekonomi dengan melakukan

usaha bersama

9. Menjadikan demplot pertanian sebagai tempat rekreasi lokal berbasis urban

farming.

Kelompok tani Dahlia kemudian mengikuti lomba rumah sehat pada bulan

Februari 2019. Dinas Pertanian yang menjadi juri lomba melihat potensi kemudian

pada Maret 2019 menjadikan Kelompok Tani Dahlia sebagai lokasi percontohan

pertanian perkotaan. Kelompok Tani Dahlia mendapatkan bantuan dari Dinas

Pertanian berupa sarana dan prasarana hidroponik senilai Rp 26.279.000.

Kelompok Tani Dahlia kemudian membuat demplot pertanian bersama yang berisi

berbagai tanaman yang ditanam menggunakan pot, hidroponik, dan juga aquaponik.

Tanaman yang ditanam pada demplot berupa sayur-sayuran dan tanaman obat.

Tanaman sayuran yang ditanam yaitu sawi, kangkung, terong dan cabai.

Kelompok tani Dahlia mendapatkan hasil pertanian yang berbeda jumlahnya

setiap waktu. Kegiatan kelompok dilakukan setiap piket mingguan. Panen cabai

setiap bulan ½ kg, terong 15 buah, daun ubi jalar hingga tiga ikat besar dan jagung

muda 30 buah. Tanaman sayur-sayuran seperti selada merah, selada hijau, sawi

pagoda, dan sawi caisim dipanen dalam 30 hari menggunakan teknologi

hidroponik. Kangkung aquaponik dapat dipanen setiap dua minggu sekali dengan
28

dipotong. Cabai dan terong, dipanen setiap minggu. Lele dipanen selama 3-4 bulan

setelah diternakan mencapai 8 kg dengan benih sekitar 3 kg karena selama

diternakan beberapa lele mati. Hasil produksi biasanya akan dibagi untuk dijual dan

dikonsumsi bersama, tetapi jika hasil sedikit biasanya dibagikan untuk anggota

kelompok tani. Kelompok tani menjualkan hasil produksi pada anggota atau

dititipkan pada penjual sayur. Kelompok tani dalam melaksanakan kegiatan

dikoordinasi oleh pengurus. Susunan organisasi Kelompok Tani Dahlia pada bagan

berikut:

KETUA
Pujiyati

WAKIL KETUA
Supriyanto

SEKRETARIS BENDAHARA BENDAHARA


SEKRETARIS
II I II
I
Dian Sri Munarsih Sri Handayani
Sri Mulyanah
Mustyolawati

SUB BUDIDAYA DAN SUB PASCA PANEN DAN


PENANGGULANGAN HAMA PEMASARAN
PENYAKIT
Wahyu
Dian Kartono
Dani Aditya Widjiarsih
Mustyolawati

Ughari Fajar Suharto Ngadino


Rohmah
Dewangga
Bagan 2. Struktur Organisasi
29

Kelogmpok tani dahlia memiliki sub budidaya penanggulangan hama

penyakit dan sub pasca panen pemasaran. Sub budidaya penanggulangan hama

penyakit bertanggung jawab dalam kegiatan budidaya tanaman yang ramah

lingkungan dengan berbagai metode urban farming, membuat rancangan serta

menata taman, berkoordinasi dengan penyuluh untuk mengadakan pelatihan terkait

budidaya tanaman dan merancang kerjasama dengan pihak luar terkait budaya

tanaman yang efektif. Sub pasca panen dan pemasaran bertanggung jawab dalam

meningkatkan kemampuan anggota dalam mengolah hasil pertanian, memasarkan

produk dan menjalin kerja sama dengan pihak ketiga untuk memasarkan hasil

produk pertanian.

Pola pekerjaan dibagi dalam 4 kelompok piket pada minggu pertama,

minggu kedua, minggu ketiga dan minggu ke empat. Kelompok piket terdiri dari 7-

8 anggota kelompok tani. Pengurus kelompok tani bertugas piket pada minggu

pertama dan kelima. Anggota perempuan bertugas membersihkan taman dengan

menyapu, menanam, menyiram dan memanen hasil tanaman. Anggota laki-laki

bertugas untuk membersihkan gulma serta hama, merapikan tanaman yang terlalu

panjang, mengganti air budidaya lele dalam ember, memanen lele dan menjual hasil

panen. Kelompok tani Dahlia pada bulan maret tahun 2021 berhasil melakukan

penjualan hasil panen sayuran hingga menerima pendapatan Rp 365.000,- tetapi

karena pandemi covid yang meningkat dan banyak anggota kelompok tani

terdampak sehingga kegiatan kelompok tani berhenti hingga pandemi membaik.

Kegiatan kelompok tani yang berhenti menyebabkan menurunnya hasil panen

karena perawatan tanaman yang tidak baik selama musim kemarau.


30

4.2. Karakteristik Responden

Anggota kelompok tani Dahlia terdiri dari warga RT 1 RW 3 kelurahan

Pedalangan kecamatan Banyumanik. Wawancara dilakukan pada 31 anggota

kelompok tani Dahlia. Berdasarkan hasil penelitian data jenis kelamin responden

dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Jenis Kelamin Responden Penelitian


Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
Perempuan 20 64,5
Laki-laki 11 35,6
Sumber : Data hasil wawancara

Tabel 13 menunjukan jumlah responden kelompok tani Dahlia yaitu 31 orang

yang terdiri dari 64,5% perempuan dan 35,6% laki-laki. Data diatas menunjukan

bahwa anggota berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan anggota

berjenis kelamin laki-laki. Kelompok tani Dahlia dimulai berdasarkan inisiatif Ibu

PKK pada RT 1 RW 3 maka dari itu jumlah anggota perempuan lebih banyak

dibandingkan jumlah anggota laki-laki.

Anggota kelompok tani Dahlia juga terdiri dari berbagai tingkat usia. Usia

dibawah 15 tahun termasuk belum produktif dan usia diatas 64 tahun termasuk tidak

produktif. Usia tenaga kerja yang produktif yaitu 15-64 tahun. Berdasarkan hasil

penelitian data usia responden dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Usia Produktif Responden Penelitian


Usia Jumlah Presentase (%)
Produktif (15-64 tahun) 26 83,8%
Tidak Produktif (≥65 tahun) 5 16,2%
Sumber : Data hasil wawancara

Responden sebagian besar masuk pada usia produktif. Responden pada usia

produktif memiliki pekerjaan utama sebagai sumber pendapatan keluarga. Menurut


31

pernyataan Saputro dan Wiwik (2020) yang menyatakan bahwa manusia pada usia

produktif memiliki tenaga yang lebih banyak untuk bekerja. Responden yang masih

bekerja menggunakan sebagian besar waktunya untuk bekerja sehingga terkendala

untuk selalu hadir pada kegiatan kelompok tani.

Anggota kelompok tani Dahlia terdiri dari berbagai jenis pekerjaan. Anggota

walaupun berbeda pekerjaan dan bukan berasal dari bidang pertanian tetapi mau

untuk bersama-sama melakukan urban farming. Berdasarkan hasil penelitian data

jenis pekerjaan anggota kelompok tani Dahlia dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Jenis Pekerjaan Utama Responden Penelitian


Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
Karyawan Swasta 8 25,8
Pensiunan 7 22,6
Ibu Rumah Tangga 6 19,4
Pegawai Negeri Sipil 6 19,4
Wirwaswasta 2 6,4
Mahasiswa 2 6,4
Sumber : Data hasil wawancara

Tabel 15 menunjukan beragamnya pekerjaan anggota kelompok tani Dahlia.

Karyawan swasta memiliki jumlah paling tinggi karena setiap akhir pekan libur

sehingga dapat mengikuti kegiatan kelompok tani dan jumlah warga yang bekerja

sebagai karyawan lebih banyak. Berdasarkan BPS (2021) diketahui bahwa 49%

warga bekerja sebagai pegawai atau karyawan. Mahasiswa jumlahnya paling

sedikit dibandingkan pekerjaan lainnya tetapi tetap memiliki peran penting untuk

menggerakan kelompok tani. Hal ini sesuai dengan pendapat Retno (2019) yang

menyatakan bahwa mahasiwa memiliki peran besar dalam perubahan sistem

pertanian karena mudah beradaptasi dengan perubahan dan semangat yang tinggi

untuk lebih produktif.


32

4.3. Peran Penyuluh Pertanian

Penyuluh pertanian memiliki berbagai peran dalam menjalankan tugasnya di

kelompok tani. Penyuluh memiliki peran sebagai mediator, inisiator, motivator,

supervisor dan fasilitator. Penyuluh seharusnya dapat melakukan setiap peran

dengan baik supaya kelompok tani dapat berkembang. Berdasarkan penelitian

peran penyuluh pertanian didapatkan hasil pada tabel 16.

Tabel 16. Presentase Presepsi Responden Terhadap Peran Penyuluh


Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
No Peran Penyuluh tinggi rendah
(%) (%) (%)
(%) (%)
1. Mediator 93,54 3,23 3,23 0 0
2. Inisiator 90,32 6,45 3,23 0 0
3. Motivator 0 25,80 45,16 28,04 0
4. Supervisor 51,61 22,58 25,81 0 0
5. Fasilitator 90,32 6,45 3,23 0 0
Peran Penyuluh 77,42 22,58 0 0 0
Sumber : Data hasil wawancara terolah

Tabel 16 menunjukan skor peran penyuluh pertanian di Kelompok Tani

Dahlia. 77,42% responden sangat setuju bahwa penyuluh sudah sangat baik dalam

menjalankan perannya. Penyuluh pertanian pada kelompok tani Dahlia merupakan

sarjana peternakan dan sudah menerima pelatihan melalui diklat yang diadakan

dinas pertanian. Penyuluh pertanian sudah mempelajari pertanian mulai dari tahap

budidaya hingga pemasaran dengan mengikuti webinar pada masa pandemi dan

pelatihan dari Dinas Pertanian. Peran penyuluh sebagai mediator menurut 93,54%

responden mendapat nilai sangat tinggi. Penyuluh mengunjungi kelompok tani dua

kali setiap bulan dan ketika mengikuti kegiatan rutin kelompok tani seperti piket

merawat tanaman. 45,16% responden memilih peran penyuluh sebagai mediator


33

dalam kategori sedang. Penyuluh dalam memotivasi anggota sangat terbatas karena

tidak semua anggota rutin mengikuti kegiatan kelompok tani. Pengurus yang

berperan untuk memotivasi anggota kelompok tani sebagai yang terdekat.

4.3.1. Peran Penyuluh Pertanian sebagai Mediator

Penyuluh memiliki peran sebagai mediator pada kelompok tani. Peran

penyuluh sebagai mediator yaitu memberikan informasi, menghubungkan dengan

sumber informasi, mengadakan bantuan dan kejelasan dalam menyampaikan

informasi. Berdasarkan penelitian peran penyuluh pertanian sebagai mediator

didapatkan hasil pada tabel 17.

Tabel 17. Presentase Presepsi Responden Terhadap Peran sebagai Mediator


Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
No Indikator tinggi rendah
(%) (%) (%)
(%) (%)
1. Penyuluh memberikan
informasi terkait urban
farming (penanaman, 90,32 9,68 0 0 0
perawatan, panen, dan
pasca panen)
2. Penyuluh
menghubungkan
87,10 9,68 0 3,22 0
kelompok tani dengan
sumber informasi
3. Penyuluh mengadakan
77,41 22,58 0 0 0
bantuan kebutuhan tani
4. Penyuluh jelas dalam
menyampaikan informasi
87,10 12,90 0 0 0
terkait pembinaan dan
usahatani
Total 93,54 3,23 3,23 0 0
Sumber : Data hasil wawancara terolah

Tabel 17 menunjukan peran penyuluh sebagai mediator 93,54% responden

memberikan nilai sangat tinggi. Penyuluh dalam menjalankan perannya sebagai


34

mediator dapat dilihat ketika memberikan informasi terkait urban farming,

menghubungkan kelompok dengan sumber informasi, mengadakan kebutuhan tani

dan kejelasan dalam menyampaikan informasi. Penyuluh memberikan informasi

terkait urban farming mendapatkan nilai sangat tinggi dari 90,32% responden.

Penyuluh memberikan informasi kepada kelompok tani setiap setiap minggu pada

pendampingan perawatan taman dan melalui grup whatsapp sehingga tidak ada

kendala. Hal ini sesuai dengan pendapat Tirnani (2017) yang menyatakan bahwa

media grup whatsapp efektif digunakan untuk berkomunikasi karena pesan yang

dikirim pada grup dapat menjangkau seluruh anggota. Penyuluh dalam

menghubungkan kelompok tani dengan sumber informasi mendapat nilai sangat

tinggi dari 87,10% responden. Penyuluh mendatangkan sumber informasi yang

dibutuhkan kelompok. Penyuluh pernah menghadirkan ahli penanganan hama yang

memberikan penyuluhan pembuatan pestisida nabati. Hal ini sesuai pendapat

Anggoro et al. (2020) yang menyatakan bahwa sebagai mediator penyuluh berperan

menolong kelompok tani untuk menjalin kerja sama dengan pihak diluar kelompok.

Penyuluh dalam mengadakan bantuan kebutuhan tani mendapatkan nilai

sangat tinggi dari 77,41% anggota. Penyuluh memberitahu kelompok tani jika ada

program dari pemerintah dan kelompok akan membuat proposal untuk mendapat

bantuan. Kelompok tani pernah menerima bantuan dari pemerintah berupa benih

tanaman sayuran, benih ikan lele dan pupuk. Hal ini sesuai dengan pendapat

Wardah E. dan Setia B (2018) yang menyatakan bahwa penyuluh yang bisa

membantu kelompok tani mendapat bantuan kebutuhan tani merupakan mediator

yang baik. Penyuluh dalam kejelasan menyampaikan informasi terkait pembinaan


35

dan usahatani mendapat nilai sangat tinggi dari 87,10% anggota. Informasi

disampaikan secara langsung maupun melaui media grup whatsapp dengan bahasa

mudah dipahami dan memastikan anggota memahami. Hal ini sesuai dengan

pendapat Suratini et al. (2021) yang menyatakan bahwa melalui media grup

whatsapp semua informasi terkait pertanian dapat dibagikan juga didiskusikan.

4.3.2. Peran Penyuluh Pertanian sebagai Insiator

Penyuluh memiliki peran sebagai inisiator dalam kelompok tani. Peran

penyuluh sebagai inisiator yaitu memberikan ide baru, keahlian dalam pertanian

dan kehadiran pada kegiatan kelompok tani. Berdasarkan penelitian peran penyuluh

sebagai inisiator dapat dilihat hasilnya pada tabel 18.

Tabel 18. Presentase Presepsi Responden Terhadap Peran sebagai Inisiator


Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
No Indikator tinggi rendah
(%) (%) (%)
(%) (%)
1. Penyuluh memberikan
ide baru untuk
77,42 19,35 0 3,23 0
meningkatkan kinerja
kelompok tani
2. Penyuluh ahli pada
bidang pertanian dan
77,42 16,13 6,45 0 0
melayani anggota
kelompok tani
3. Penyuluh selalu hadir
pada kegiatan
67,74 32,26 0 0 0
kelompok tani dari
mulai hingga selesai
Total 90,32 6,45 3,23 0 0
Sumber : Data hasil wawancara terolah

Tabel 18 menunjukan skor pada peran penyuluh sebagai insiator 90,32%

responden menilai sangat tinggi. Peran penyuluh sebagai inisiator dapat dilihat
36

ketika memberikan ide baru, keahlian pada bidang pertanian dan kehadiran pada

kegiatan kelompok tani. Penyuluh dalam memberikan ide baru untuk meningkatkan

kinerja kelompok tani menurut 77,42% responden masuk kategori tinggi. Penyuluh

mengetahui kondisi dan kebutuhan sehingga bisa memberikan ide baru yang

menolong kelompok tani. Penyuluh memberikan ide untuk kelompok tani

menjualkan hasil panennya pada toko sayur terdekat sehingga bisa menjadi

pemasukan bagi kas kelompok tani. Ide yang diberikan penyuluh kepada kelompok

tani seperti membuat perangkap serangga. Hal ini sesuai dengan pendapat Tahoni

T et al. (2020) yang menyatakan bahwa penyuluh dapat menggunakan sarana dan

prasarana yang untuk mencetuskan ide yang baru bagi kelompok tani.

Penyuluh seorang yang ahli pada bidang pertanian dan melayani anggota

kelompok tani 77,42% responden menilai sangat tinggi. Penyuluh memahami teori

dan teknis urban farming sehingga bisa menjawab sebagian besar permasalahan

yang dialami kelompok tani. Penyuluh menerima pelatihan dasar terkait pertanian

mulai dari budidaya hingga pemasaran dan terus meningkatkan kemampuannya

melalui belajar secara mandiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyudi dan

Ramadhani (2019) yang menyatakan bahwa pelatihan dasar penyuluh efektif untuk

meningkatkan kemampuan penyuluh sehingga dapat menerapkan dilapangan.

Penyuluh hadir pada kegiatan kelompok tani dari mulai hingga selesai 67,74%

responden menilai sangat tinggi. Penyuluh hadir ketika rapat, kegiatan rutin

mingguan merawat kebun, lomba dan ketika ada kunjungan dari luar kelompok tani

sehingga penyuluh tahu kondisi kelompok tani dan dapat memberi masukan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Koampa et al. (2015) yang menyatakan bahwa setiap
37

kegiatan kelompok tani sudah ditentukan agenda mengenai bahan diskusi dan

memberikan laporan perkembangan.

4.3.3. Peran Penyuluh Pertanian sebagai Motivator

Penyuluh memiliki peran sebagai motivator dalam kelompok tani. Peran

penyuluh sebagai motivator yaitu membangkitkan semangat, menginformasikan

keuntungan mengikuti kegiatan kelompok tani dan mendorong anggota

memberikan inovasi. Berdasarkan penelitian peran penyuluh sebagai motivator

dapat dilihat hasilnya pada tabel 19.

Tabel 19. Presentase Presepsi Responden Terhadap Peran sebagai Motivator


Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
No Indikator tinggi rendah
(%) (%) (%)
(%) (%)
1. Penyuluh dapat
membangkitkan
semangat dan dorongan
0 29,03 41,94 29,03 0
kepada anggota
untukberpatisipasi pada
kegiatan kelompok tani
2. Penyuluh mampu
menginformasikan
keuntungan-keuntungan 0 29,04 35,48 35,48 0
mengikuti kegiatan
kelompok tani
3. Penyuluh mendorong
kelompok tani untuk
memberikan inovasi 3,22 22,58 45,16 29,03 0
terkait kegiatan
urbanfarming
Total 0 25.80 45,16 28,04 0
Sumber : Data hasil wawancara terolah

Tabel 19 menunjukan skor peran penyuluh sebagai motivator 45,16%

responden memilih sedang. Penyuluh sebagai motivator dilihat dalam perannya


38

dalam membangkitkan semangat anggota untuk berpartisipasi, menginfromasikan

keuntungan mengikuti kegiatan kelompok tani dan mendorong anggota

memberikan inovasi terkait urban farming. Peran penyuluh sebagai motivator

masuk pada kategori sedang karena pengurus kelompok tani yang berperan

memotivasi anggotanya dan lebih dekat karena sebagai warga satu RT. Penyuluh

dalam perannya membangkitkan semangat dan memberikan dorongan anggota

untuk berpartisipasi pada kegiatan kelompok tani 41,94% responden menilai masuk

kategori sedang. Penyuluh memberikan dorongan dengan membagikan hasil

penyuluhan yang berhasil baik itu milik penyuluh maupun anggota pada Whatsapp

grup. Penyuluh mendorong anggota untuk ikut kelompok tani dengan menceritakan

kelompok tani lain yang berhasil dan supaya bisa diteladani tetapi anggota kurang

tertarik mengikuti kegiatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tahoni et al. (2020)

yang menyatakan bahwa sebagai peran penyuluh sebagai motivator yaitu

membangkitkan semangat anggota untuk berpartisipasi pada kelompok tani.

Penyuluh dalam menginformasikan keuntungan-keuntungan mengikuti

kegiatan kelompok tani responden sejumlah 35,48% memilih kategori sedang dan

35,48% responden memilih kategori rendah. Penyuluh menyampaikan pada

anggota bahwa dengan mengikuti kelompok tani maka akan dilatih untuk bertani,

mendapat pemasukan dan dapat mengkonsumsi hasil panen sehingga menghemat

pengeluaran rumah tangga. Anggota juga mengetahui bahwa keuntungan mengikuti

kegiatan kelompok tani yaitu menjadi tahu cara melakukan urban farming secara

mandiri, mengatasi hama tanaman, dan mendapatkan hasil panen yang dapat

dikonsumsi padahal masih banyak keuntungan lain yang didapatkan. Hal ini sesuai
39

dengan pendapat Fauzi A. R. et al. (2016) yang menyatakan bahwa dengan

mengikuti kelompok tani urban farming maka dapat memanfaatkan lahan yang ada

dengan baik, menggunakan waktu luang, memudahkan mendapatkan pangan,

menyediakan ruang terbuka hijau, meningkatkan pendapatan dari penjualan hasil

pertanian dan melestarikan lingkungan.

Penyuluh dalam mendorong kelompok tani untuk memberikan inovasi terkait

kegiatan urban farming 45,16% responden memilih kategori sedang. Penyuluh

memberikan kesempatan pada anggota untuk melakukan inovasi. Anggota

kelompok tani sebagian besar tidak memiliki ide terkait inovasi yang bisa

dilakukan, hanya satu anggota yang mencetuskan inovasi yaitu padi hidroponik.

Hal ini sesuai dengan pendapat Maulana (2019) yang menyatakan bahwa didalam

kelompok tani pertani dapat saling berbagi pikiran, pengetahuan, pengalaman dan

inovasi yang berguna untuk kemajuan pertanian. Padi hidroponik ini yang menjadi

daya tarik kelompok tani Dahlia dan mendapat banyak kunjungan dari luar

kelompok.

4.3.4. Peran Penyuluh Pertanian sebagai Supevisor

Penyuluh memiliki peran sebagai supervisor dalam kelompok tani. Peran

penyuluh sebagai supervisor yaitu dalam memberikan mengawasi kegiatan

kelompok tani, mengetahui hambatan serta kemajuan dan mampu menjelaskan

teknis urban farming. Berdasarkan penelitian peran penyuluh sebagai supervisor

dapat dilihat hasilnya pada tabel 20.


40

Tabel 20. Presentase Presepsi Responden Terhadap Peran sebagai Supervisor


Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
No Indikator tinggi rendah
(%) (%) (%)
(%) (%)
1. Penyuluh mengawasi
dalam setiap kegiatan 51,61 25,81 19,35 3,23 0
kelompok tani
2. Penyuluh mengetahui
hambatan dan kemajuan
yang terjadi di kelompok 54,84 35,48 9,68 0 0
tani dalam kegiatan urban
farming
3. Penyuluh mampu
menjelaskan teknis urban
farming dan memberikan 51,61 38,71 9,68 0 0
saran terhadap suatu
masalah
Total 51,61 22,58 25,81 0 0
Sumber : Data hasil wawancara terolah

Tabel 20 menunjukan skor peran penyuluh sebagai supervisor 51,61%

responden memilih kategori sangat tinggi. Peran penyuluh sebagai supervisor dapat

dilihat ketika mengawasi kegiatan kelompok tani, pengetahuan akan hambatan serta

kemajuan di kelompok tani dan kemampuan dalam menjelaskan teknis urban

farming. Penyuluh dalam mengawasi setiap kegiatan kelompok tani 51,61%

responden memilih kategori sangat tinggi. Penyuluh selalu hadir pada setiap

kegiatan kelompok tani dan melakukan kunjungan diluar jadwal kegiatan kelompok

tani untuk mengetahui kondisi kebun. Hal ini sesuai dengan pendapat Faqih (2014)

yang menyatakan bahwa sebagai supervisor penyuluh perlu untuk mengawasi

setiap kegiatan sehingga mengetahui keadaan yang terjadi. Penyuluh meninjau

kembali setiap satu siklus budidaya tanaman sehingga tahu kesulitan yang dialami

oleh petani dan dapat menentukan solusi.


41

Penyuluh dalam mengetahui hambatan dan kemajuan yang terjadi di kegiatan

urban farming mendapat nilai sangat tinggi dari 54,84% responden. Penyuluh

mengetahui hambatan dan kemajuan karena selalu mengikuti kegiatan kelompok

tani dan mendapatkan informasi pada grup Whatsapp kelompok tani. Penyuluh

bertanya pada kelompok tani ketika bertemu dan anggota juga inisiatif untuk

bertanya pada penyuluh. Hal ini sesuai dengan pendapat Prihantiwi et al. (2016)

yang menyatakan bahwa penyuluh perlu mengetahui hambatan dan kemajuan

kelompok tani supaya penyuluhan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

Penyuluh dalam menjelaskan teknis urban farming dan memberikan saran

terhadap suatu masalah mendapat nilai sangat tinggi dari 51,61% responden.

Penyuluh membantu anggota kelompok tani dalam melakukan urban farming mulai

dari penanaman hingga panen melalui pelatihan maupun ketika kegiatan rutin

perawatan taman. Penyuluh selalu mengikuti rapat yang diadakan kelompok tani

sehingga bisa saling berdiskusi dan memberikan saran. Hal ini sesuai dengan

pendapat Syafriwan et al. (2013) yang menyatakan bahwa penyuluh seharusnya

mengajak anggota berdiskusi bersama untuk menemukan solusi.

4.3.5. Peran Penyuluh Pertanian sebagai Fasilitator

Penyuluh memiliki peran sebagai fasilitator dalam kelompok tani. Peran

penyuluh sebagai fasilitator yaitu dalam memberi bantuan ketika melakukan suatu

kegiatan, memberikan saran bermanfaat, memfasilitasi sarana prasarana pertanian

dan menyediakan lingkungan belajar. Berdasarkan penelitian peran penyuluh

sebagai fasilitator dapat dilihat hasilnya pada tabel 21.


42

Tabel 21 Presentase Presepsi Responden Terhadap Peran sebagai Fasilitator


Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
No Indikator tinggi rendah
(%) (%) (%)
(%) (%)
1. Penyuluh dapat memberi
bantuan kepada kelompok
90,32 6,45 3,23 0 0
tani dalam melaksanakan
suatu kegiatan
2. Penyuluh memberikan
saran yang bermanfaat 87,10 9,68 3,22 0 0
bagi kelompok tani
3. Penyuluh memfasilitasi
sarana dan prasarana
pertanian yang
74,19 19,35 0 6,45 0
dibutuhkan kelompok tani
dalam kegiatan urban
farming
4. Penyuluh dapat
menyediakan lingkungan
belajar yang memadai dan
80,64 16,13 0 3,23 0
memberikan pelatihan
(ceramah, diskusi, dan
demonstrasi)
Total 90,32 6,45 3,23 0 0
Sumber : Data hasil wawancara terolah

Tabel 21 menunjukan peran penyuluh sebagai fasilitator mendapat kategori

sangat tinggi dari 90,32% responden. Peran penyuluh sebagai fasilitator dapat

dilihat ketika penyuluh memberi bantuan kepada kelompok tani ketika mengadakan

kegiatan, memberikan saran bermanfaat, memfasilitasi sarana prasarana pertanian

dan menyediakan lingkungan belajar memadai. Penyuluh dalam memberi bantuan

kepada kelompok dalam melaksanakan suatu kegiatan mendapat nilai sangat tinggi

dari 90,32% responden. Penyuluh mendampingi kegiatan rutin, lomba kunjungan

dari luar dan keluar. Hal ini sesuai dengan pendapat Safrida et al. (2015) yang

menyatakan bahwa kelompok tani membutuhkan kehadiran dan bantuan penyuluh.

Penyuluh membantu ketika Tani Dahlia harus membagikan pengalaman dengan


43

PKK RT lain dengan menjadi narasumber untuk menyampaikan urban farming

yang sudah dilakukan.

Penyuluh dalam memberikan saran yang bermanfaat mendapat kategori

sangat tinggi dari 87,10% responden. Penyuluh biasanya bertanya pada pengurus

terkait kondisi sehingga tahu masalah yang terjadi. Penyuluh dapat memberikan

saran yang bermanfaat karena bisa menjawab permasalahan yang dialami kelompok

tani. Hal ini sesuai dengan pendapat Astuti (2015) yang menyatakan bahwa

penyuluh harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik terkait teknis

pertanian sehingga bisa memberikan saran pada kelompok tani. Saran yang pernah

diberikan penyuluh yaitu supaya kelompok tani menerapkan hidroponik sederhana

terlebih dulu karena lebih mudah.

Penyuluh dalam memfasilitasi sarana dan prasarana pertanian mendapat

nilai sangat tinggi dari 74,19% responden. Penyuluh memfasilitasi dengan

memberitahu program bantuan pemerintah yang ada dan kelompok tani dapat

membuat proposal supaya menerima bantuan. Penyuluh sebagai penghubung antara

kelompok tani dengan pemerintah pernah membantu kelompok untuk mendapatkan

bibit lele, benih tanaman, pupuk dan perangkat hidroponik sederhana. Kelompok

tani sudah mandiri untuk menyediakan sarana dan prasarana pertanian yang

dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardani dan Oeng (2018) yang

menyatakan bahwa kelompok tani berhasil menjadi mandiri tidak lain karena kerja

sama antara penyuluh dan pengurus kelompok tani dalam menjalankan perannya.

Penyuluh menyediakan lingkungan belajar yang memadai dan memberikan

pelatihan mendapat nilai sangat tinggi dari 80,64% responden. Penyuluh


44

mengadakan penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan kelompok tani dan

dilakukan secara langsung melalui demonstrasi. Penyuluh juga membagikan materi

terkait urban farming dan mengarahkan anggota untuk mengikuti penyuluhan yang

dilakukan dinas pertanian Kota Semarang. Hal ini sesuai pendapat Yunasaf dan

Didin (2012) yang menyatakan bahwa penyuluh perlu menyediakan sumber

pembelajaran tidak hanya dirinya tetapi juga dari luar.

4.4. Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Tani Dahlia

Anggota bertanggung jawabnya pada kelompok tani dengan berpartisipasi

pada setiap kegiatan yang diadakan. Partisipasi anggota dapat dilihat dari

keterlibatan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil penelitian

tekait partisipasi anggota dapat dilihat pada tabel 22.

Tabel 22. Presentase Presepsi Responden Terhadap Partisipasi


Sangat Sangat
Partisipasi Tinggi Sedang Rendah
No tinggi rendah
Anggota (%) (%) (%)
(%) (%)
1. Perencanaan 54,84 9,68 12,90 6,45 16,13
2. Pelaksanaan 58,06 9,68 9,68 19,35 3,23
3. Evaluasi 51,60 9,68 9,68 9,68 22,56
Partispasi anggota 54,84 12,90 9,68 9,68 12,90
Sumber : Data hasil wawancara terolah

Tabel 22 menunjukan perhitungan kuesioner tingkat partisipasi anggota

kelompok tani Dahlia. Partisipasi anggota sudah baik karena sebagian besar

anggota mengikuti kegiatan kelompok tani dengan rutin. Tahap pelaksanaan

memiliki tingkat partisipasi paling tinggi karena jadwal piket. Tahap evaluasi

memiliki partisipasi paling rendah karena hanya diwajibkan bagi pengurus juga
45

tidak semua anggota mengetahui dengan detail kondisi yang terjadi dan anggota

mengalami kesulitan dalam memberikan solusi.

4.4.1. Tingkat Partisipasi Anggota Pada Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan adalah tahap pertama yang dilakukan oleh kelompok

tani. Perencanaan perlu dilakukan supaya kelompok tani memiliki strategi untuk

mencapai tujuan bersama. Anggota dapat menyumbangkan pikiran, saran dan

tanggapan pada rapat pembuatan program kerja kelompok tani. Hasil penelitian

terkait partisipasi anggota pada tahap perencanaan dapat dilihat pada tabel 23.

Tabel 23. Presentase Presepsi Responden pada Tahap Perencanaan


Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
No Indikator tinggi rendah
(%) (%) (%)
(%) (%)
1. Anggota kelompok tani
dapat memberikan
tanggapan maupun
61,29 19,35 0 3,23 16,13
penolakan atas suatu
program yang
ditawarkan
2. Anggota kelompok tani
hadir pada rapat dan 51,61 12,90 0 22,58 12,90
diskusi
3. Anggota kelompok tani
terlibat dalam
identifikasi masalah,
perumusan tujuan dan 48,39 12,90 0 12,90 25,80
pengambilan keputusan
untuk program-
program urban farming
Total 54,84 9,68 12,90 6,45 16,13
Sumber : Data hasil wawancara terolah

Tabel 23 menunjukan skor tingkat partisipasi anggota pada tahap

perencanaan 54,84% responden masuk kategori sangat tinggi. Anggota dalam


46

berpartisipasi pada tahap perencanaan dapat dilihat ketika memberikan tanggapan

atas program yang ditawarkan, kehadiran pada rapat serta diskusi dan keterlibatan

dalam mengidentifikasi masalah untuk membuat program-program urban farming.

Anggota dalam memberikan tanggapan maupun penolakan atas program yang

ditawarkan 61,29% responden masuk kategori sangat tinggi. Pengurus bersama

dengan penyuluh membuat perencanaan program untuk satu tahun yang kemudian

disampaikan pada anggota dan menerima jika ada masukan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kamaruzzaman (2016) yang menyatakan bahwa dengan saling

memberikan tanggapan maka semakin banyak informasi dan pengetahuan yang

didapat.

Kehadiran anggota pada rapat dan diskusi 51,61% responden mendapat nilai

sangat tinggi. Rapat diskusi terkait program tahunan biasanya diadakan sebelum

pergantian tahun. Rapat dihadiri pengurus, penyuluh dan anggota kelompok tani.

Hal ini sesuai dengan pendapat Syafriwan et al. (2013) yang menyatakan bahwa

pengambilan keputusan terkait program yang dilaksanakan seharusnya dilakukan

dengan musyawarah. Anggota melibatkan diri dalam mengidentifikasi masalah,

merumuskan tujuan dan mengambil keputusan untuk program-program 48,39%

responden masuk kategori sangat tinggi. Anggota akan mengutarakan pendapatnya

pada pengurus kelompok tani terkait program yang akan dilaksanakan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Koampa et al. (2015) yang menyatakan bahwa pada tahap

perencanaan perlu melibatkan anggota dalam supaya mendapatkan solusi dengan

tepat.
47

4.4.2. Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap kedua yang dilakukan kelompok tani.

Tahap pelaksanaan terkait partisipasi anggota dalam kegiatan rutin piket mingguan,

koordinasi rutin, penyuluhan dan pembayaran iuran wajib. Hasil penelitian terkait

partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan dapat dilihat pada tabel 24.

Tabel 24. Presentase Presepsi Responden pada Tahap Pelaksanaan


Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
No Indikator tinggi rendah
(%) (%) (%)
(%) (%)
1. Anggota kelompok tani
ikut dalam koordinasi,
dan penjabaran 58,07 9,68 0 12,90 19,35
program-program urban
farming
2. Anggota kelompok tani
aktif mengikuti kegiatan
54,84 16,13 0 25,81 3,22
tanam-menanam dan
perawatan
3. Anggota kelompok tani
aktif mengikuti kegiatan 45,16 25,81 0 25,81 3,22
panen dan pasca panen
4. Anggota kelompok tani
aktif mengikuti 51,62 19,35 0 19,35 9,68
kegiatan penyuluhan
5. Anggota kelompok tani
rutin membayar iuran 77,41 12,90 3,23 3,23 3,23
wajib
Rata-rata 58,06 9,68 9,68 19,35 3,23
Sumber : Data hasil wawancara terolah

Tabel 24 menunjukan partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan 58,06%

responden masuk kategori sangat tinggi. Anggota dalam partisipasinya pada tahap

pelaksanaan dapat dilihat pada kehadiran dalam rapat, keaktifan mengikuti kegiatan

perawatan tanaman, panen, pasca panen, penyuluhan dan ketika membayar iuran

wajib. Kehadiran dalam kegiatan koordinasi perawatan dan penyuluhan masuk


48

kategori tinggi. Pandemi yang terjadi menyebabkan dibatasinya jumlah anggota dan

biasanya sesuai dengan jadwal piket. Anggota yang tidak hadir biasanya karena ada

acara, bekerja atau pergi bersama keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat

Alfayanti et al. (2021) yang menyatakan bahwa kegiatan kelompok tani bersifat

sukarela sehingga perlu memotivasi anggota untuk berpartisipasi pada kegiatan

yang ada.

Anggota dalam mengikuti kegiatan panen dan penanganan pasca panen

kurang baik dibandingkan dengan yang lain. Anggota tidak ikut panen jika bukan

jadwal piketnya. Anggota kelompok tani yang bertugas untuk mengkoordinir

penjualan adalah sub pascapanen dan pemasaran tetapi tetap dibantu oleh anggota

yang lainnya. Penanganan pascapanen yang dilakukan yaitu membuat ekado lele

dan sirup bunga telang. Hal ini sesuai dengan pendapat Lidiyawati et al. (2013)

yang menyatakan bahwa mengolah hasil pertanian dapat meningkatkan nilai jual

dari produk. Anggota dalam membayar iuran wajib sudah sangat baik dilakukan.

Anggota membayarkan iuran setiap bulan kepada bendahara beserta dengan iuran

warga lainnya sehingga tetap diharuskan membayar. Hal ini sesuai dengan pendapat

Susiana et al. (2021) yang menyatakan bahwa iuran anggota merupakan salah satu

sumber dana selain keuntungan. Kelompok tani membutuhkan dana untuk membeli

benih, pupuk, media tanam dan alat-alat pertanian.

4.4.3. Tingkat Partisipasi Anggota pada Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap terakhir setelah program kerja

dilaksanakan dan minimal dilakukan 3 bulan sekali. Evaluasi yang dilakukan terkait
49

hasil pertanian yang didapat, melihat permasalahan yang dialami dan memberikan

solusi untuk memperbaiki kendala pada kegiatan kelompok tani. Hasil penelitian

terkait partisipasi anggota pada tahap evaluasi dapat dilihat pada tabel 25.

Tabel 25. Presentase Presepsi Responden pada Tahap Evaluasi


Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
No Indikator tinggi rendah
(%) (%) (%)
(%) (%)
1. Anggota kelompok tani
terlibatan dalam
mengukur hasil 48,39 12,90 0 12,90 25,81
pertanian urban
farming
2. Anggota kelompok tani
aktif menghadiri rapat
35,48 32,26 0 16,13 16,13
evaluasi pada
kelompok tani
3. Anggota kelompok tani
dapat memberikan
solusi atas 25,80 45,16 0 16,13 12,90
permasalahan yang
terjadi di kelompok tani
Total 51,60 9,68 9,68 9,68 22,56
Sumber : Data hasil wawancara terolah

Tabel 25 menunjukan partisipasi anggota kelompok tani pada tahap evaluasi

yaitu 51,60% responden masuk kategori sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Tulandi et al. (2018) yang menyatakan bahwa evaluasi dilakukan supaya

penyuluh dapat memantau kegiatan kelompok tani dan mengetahui peningkatan

yang terjadi. Keterlibatan anggota dalam mengukur hasil pertanian urban farming

tidak semuanya karena biasanya pengurus yang menghitung. Anggota dalam

menghadir rapat evaluasi biasanya diadakan setelah kerja bakti merawat taman dan

minimal 3 bulan sekali. Anggota yang hadir pada rapat evaluasi yaitu yang piket

dihari itu dan pengurus sehingga tidak seluruh anggota kelompok tani hadir. Hal ini

sesuai dengan pendapat Nopitasari et al., (2017) yang menyatakan bahwa rapat
50

evaluasi membutuhkan kehadiran seluruh anggota sehingga mengetahui kendala

yang terjadi dan mendiskusikan bersama. Penyuluh hadir untuk mendampingi

anggota pada rapat evaluasi sehingga bersama anggota dapat menemukan solusi

atas permasalahan yang terjadi.

Anggota dalam memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi hanya

sedikit karena anggota merasa dapat memberikan solusi jika sudah pernah

mengalaminya tetapi beberapa anggota tidak bisa memberikan solusi karena itu

permasalahan yang baru dialami. Anggota juga bukan orang yang bekerja dibidang

pertanian sehingga masih kurang pengetahuan terkait urban farming. Hal ini sesuai

dengan pendapat Koampa et al. (2015) yang menyatakan bahwa solusi yang

diberikan sedikit karena kehadiran anggota yang rendah pada rapat evaluasi.

4.5. Pengaruh Peran Penyuluh terhadap Partisipasi Anggota

Hasil analisis regresi peran penyuluh terhadap partisipasi anggota pada

Kelompok Tani Dahlia yaitu :

Y = -7,499 + 0,935X1+ 0,399X2 - 0,055X3+ 0,638X4+ 0,497X5+ℇ

Keterangan :

Y = Partisipasi anggota kelompok tani Dahlia dalam kegiatan urban farming

a = Kostanta/intercept

β 1, β 2, β 3, β 4, β 5 = Koefisien regresi

X1 = Mediator

X2 = Inisitaor

X3 = Motivator
51

X4 = Supervisor

X5 = Fasilitator

Variabel Mediator menunjukan nilai sig 0,286>0,05 yang berati tidak

memiliki pengaruh secara signifikan dengan partisipasi dan koefisien regresi 0,935

yang berarti setiap peningkatan mediator sebesar satu maka akan meningkatkan

partisipasi sebesar 0,935. Variabel mediator tidak berpengaruh pada partisipasi

secara parsial karena 83,8% anggota pada usia produktif sehingga memiliki

kesibukan dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Putri dan Hamid (2013)

yang menyatakan bahwa kesibukan pribadi anggota kelompok tani menyebabkan

sulit menghadiri kegiatan kelompok tani. Variabel inisiator memiliki nilai sig

0,397>0,05 yang berati tidak ada pengaruh secara signifikan dengan partisipasi dan

koefisien regresi 0,399 yang berati setiap kenaikan satu inisiator maka akan

meningkatkan partisipasi sebesar 0,399. Peran penyuluh sebagai inisiator belum

signifikan karena anggota kelompok tani masih mengalami kendala dalam urban

farming.

Variabel supervisor memiliki nilai sig. 0,056>0,05 yang berati tidak ada

pengaruh secara signifikan dengan partisipasi dan koefisien regresi 0,638 yang

berarti setiap kenaikan satu supervisor maka partisipasi akan meningkat 0,638.

Peran penyuluh sebagai supervisor belum berpengaruh secara signifikan karena

25,81% responden memberikan nilai sedang bisa dilihat pada tabel 20 yang berati

peran sebagai supervisor belum baik. Variabel fasilitator memiliki nilai sig.

0,333>0,05 yang berati tidak ada pengarih secara signifikan dengan partisipasi dan

nilai koefisien regresi 0,497 yang berarti setiap kenaikan satu fasilitator akan
52

meningkatkan partisipasi 0,497. Peran penyuluh sebagai supervisor belum

berpengaruh secara signifikan karena kebutuhan sarana dan prasarana kelompok

tani didapatkan dari kelompok sendiri yang menjadi beban bagi anggota. Hal ini

sesuai dengan pendapat Bakari (2019) yang menyatakan bahwa 30% biaya

usahatani untuk produksi digunakan untuk pupuk, benih dan media tanam.

Variabel motivator memiliki nilai sig 0,851>0,05 yang berati tidak ada

pengaruh secara signifikan dengan partisipasi dan koefisien regresi -0,055 yang

berarti setiap kenaikan 1 motivator maka akan menurunkan partisipasi 0,055.

Variabel motivator tidak memiliki pengaruh secara signifikan karena kurangnya

hasil kelompok tani yang tidak seberapa sehingga tidak menambah nilai ekonomis

bagi anggota kelompok tani. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunaidi et al. (2019)

yang menyatakan bahwa jika keuntungan yang didapat tidak maksimal maka minat

masyarakat akan rendah. Kelompok tani belum melakukan pengolahan hasil

produksi untuk meningkatkan nilai jual produk juga menjadi penyebab rendahnya

nilai ekonomis. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamidah et al. (2015) yang

menyatakan bahwa pengolahan hasil produksi pertanian dapat meningkatkan daya

tahan dan supaya memiliki nilai jual yang tinggi.

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel x yaitu peran

penyuluh sebagai mediator, inisiator, motivator, fasilitator dan supervisor terhadap

partisipasi anggota Kelompok Tani Dahlia. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 26.

Tabel 26. Hasil Uji F Peran Penyuluh terhadap Partisipasi Anggota


Model Mean Square F Sig.
Regression 5,051 5,422 0,002
Residual 932
Sumber : Data hasil wawancara terolah
53

Berdasarkan tabel 26 hasil uji F yaitu 0,002<0,005 yang berarti bahwa

secara simultan peran penyuluh berpengaruh terhadap partisipasi. Tujuan

penyuluhan dapat tercapai jika penyuluh menjalankan seluruh perannya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Mardikanto (1993) yang menyatakan bahwa peran

penyuluh tidak hanya terbatas dalam proses adopsi inovasi tetapi sebagai agen

pembaharuan yang disambut dan percaya oleh masyarakat sasaran.


54

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Peran penyuluh sebagai mediator, inisiator, supervisor dan fasilitator

tergolong kategori sangat tinggi sedangkan sebagai motivator kategori sedang.

Tingkat partisipasi anggota pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

kategori tinggi. Peran penyuluh sebagai mediator, inisiator, motivator, supervisor

dan fasilitator secara parsial tidak berpengaruh terhadap partisipasi anggota tetapi

secara simultan berpengaruh.

5.2. Saran

1. Penyuluh dalam menjalankan perannya sebagai mediator, inisiator, supervisor

dan fasilitator sudah baik dan perlu dipertahankan

2. Penyuluh perlu meningkatkan perannya sebagai motivator dengan

membangkitkan semangat anggota untuk berpartisipasi pada kegiatan kelompok

tani, menginfromasikankeuntungan-keuntungan mengikuti kegiatan kelompok tani

dan mendorong anggota untuk memberikan inovasi

3. Anggota perlu meningkatkan partisipasinya pada kegiatan yang diadakan

kelompok tani Dahlia


55

DAFTAR PUSTAKA

Alif M. 2017. Partisipasi petani dalam komunikasi penyuluhan. J. Communication


studies. 2 (2) : 155-168.

Alfayanti, Lukman M. B. dan Yusalina. 2021. Kepuasan anggota terhadap peran


kelompok dalam pelaksanaan program pemanfaatan pekarangan di kawasan
perkotaan (studi kasus di kelompok wanita tani kentagor manditi kota bogor). J.
Agrisep. 20 (1) : 55-68.

Alynda H. Dan Rani A. B. K. 2021. Peran perempuan anggota kelompok kebun dalam
peningkatan ekonomi keluarga pada kegiatan urban farming. J. Pemikiran
masyarakat ilmiah berwawasan agribisnis. 7 (1) : 782-795.

Anggoro F. T., Maya S., dan Siswanta. 2020. Peran penyuluh pertanian dalam
komunikasi kelompok pada kelompok tani Esti Martani di Desa Logohimo
Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. J. Ilmu-ilmu sosial. 2 (2) : 1-9.

Anggrayni F. M., Dini R. A., dan Merryana A. 2018. Ketahanan pangan dan coping
strategy rumah tangga urban farming pertanian dan perikanan kota surabaya. J.
Media gizi Indonesia. 10 (2) : 173-178.

Astuti I. W. 2015. Peran penyuluh pertanian lapangan (ppl) dalam peningkatan


produktivitas pertanian di desa batu timbau kecamatan batu ampar kabupaten kutai
timur. J. Ilmu pemerintahan. 3 (1) : 433-442.

BPS. 2021. Statististik Indonesia 2015. Badan Pusat Statisik Indonesia.

Cari S. D. Dan Ana I. 2020. Pemberdayaan masyarakat melalui P2L (program


pekarangan pangan lestari) sebagai pemenuhan hak konstitusional ketahanan
pangan. J. Birokrasi Pancasila. 2 (2) : 78-83.

Darmaludin, Suwasono S., dan Muljawan R. E. 2012. Peran penyuluh pertanian dalam
penguatan usahatani bawang daun di Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo.
J. Buana sains. 12 (1) : 71-80.

Deviyanti D. 2013. Studi tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan di


kelurahan Karang Jati kecamatan Balikpapan Tengah. J. Administrasi negara. 1 (2)
: 380-394.

Dwiratna S., Asri W., dan Devi M. R. 2016. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan
menerapkan konsep kawasan rumah pangan lestari. J. Aplikasi iptek untuk
masyarakat. 5 (1) : 19-22.
56

Effendy L dan Yesti A. 2018. Motivasi anggota kelompok tani dalam peningkatan
fungsi kelompok. J. Ekonomi pembangunan. 4 (1) : 10-24.

Falo M dan Agustinus N. 2017. Partisipasi anggota kelompok tani dalam berusahatani
bawang puting di desa Sallu kecamatan Miomaffo barat kebupaten Timor Tengah
utara. J. Agribisnis lahan kering. 2 (2) : 17-22.

Faqih A. 2014. Peranan penyuluh pertanian lapangan (ppl) dalam kegiatan


pemberdayaan kelompok terhadap kinerja kelompok tani. J. Agrijati. 26 (1) : 41-
60.

Fauzi A. R., Annisa N. I., dan Heny A. 2016. Pertanian perkotaan : urgensi, peranan
dan praktik terbaik. . Agroekoteknologi. 10 (1) : 49-62.

Hamidah M., Abdul H. A. dan Yusra J. S. 2015. Analisis nilai tambah agroindustri
kripik ubi di kota pontianak. J. Social economic of agriculture. 4 (2) : 60-73.

Husaini M. 2012. Karakteristik sosial ekonomi rumah tangga dan tingkat ketahanan
pangan rumah tanggal petani di Kabupaten Barito Kuala. J. Agribisnis pedesaan. 2
(4) :320-332.

Kamaruzzaman. 2016. Penerapan metode komunikasi oleh penyuluh pertanian pada


kelompok tani gemah rifah I desa jamur labu kecamatan rantau aceh tamah. J.
Simbolika. 2 (2) : 212-223.

Karbulah, Yaya, dan Aiyudin. 2018. Peran pemerintah desa dalam pemberdayaan
masyarakat tani. J. Pengembangan masyarakat Islam. 2 (1) : 90-113.

Koampa M. V., Benu O. L. S., Martha M. S., dan Vicky R. B. M. 2015. Partisipasi
kelompok tani dalam kegiatan penyuluhan pertanian di desa kanonang lima,
kecamatan kawangkoan barat. J. Agrisosioekonomi. 11 (3) : 19-32.

Krisnawati A. dan Farid. M. 2016. Model pemberdayaan masyarakat melalui konsep


pertanian perkotaan (urban farming). J. Publika. 4 (4) : 1-11.

Lestari D. A. A., Drajat M., dan Ikeu T. 2018. Pengembangan indeks ketahanan
pangan dan gizi tingkat kabupaten di Kabupaten Bandung Barat. J. Ekonomi
pertanian dan agribisnis. 2 (1) : 62-67.

Lidiyawati R., Fifi D., Nurasih Y. Dan Sisi F. P. 2013. Mentel (permen wortel) sebagai
solusi penambah vitamin a. J. Ilmiah mahasiswa. 3 (1) : 11-14.

Maleba E., Ventje V. R., Welsom M. W., dan Yolanda P. I. R. 2015. Partisipasi
anggota dalam pengembangan kelompok tani di desa Soatobaru kecamatan Galela
barat. J. Agri sosioekonomi. 11 (2) : 47-60.
57

Mardikanto T. 1993. Penyuluhan pembangunan pertanian. Surakarta : Sebelas maret


university press.

Maryanti D., Sumaryo G, dan Suarno S. 2019. Tingkat partisipasi anggota kelompok
tani dalam kegiatan penangkaran benih kedelai (glycibe max l) di kecamatan Raman
utara kabupaten Lampung Timur. J. Ilmu ilmu agribsinis. 7 (2) : 233-241.

Maulaa R., Niken K., dan Dian T. A. 2021. Potensi dan kendala pengambangan urban
farming di sempadan rel kereta api kelurahan Bangetayu wetan Kecamatan Genuk
Kota Semarang. J. Biologica samudra. 3 (2) : 155-165.

Maulana K. 2019. Peran kelompok tani terhadap kondisi perekonomian petani. J.


Pendidikan teknologi pertanian. 5 (2) : 67-71.

Nopitasari E., Suherman dan Gugun G. 2017. Hubungan peran penyuluh pertanian
lapang dengan tingkat partisipasi anggota kelompok dalam industri pengolahan
pangan lokal. J. Agribisnis terpadu. 10 (1) : 65-75.

Parsudi S. dan Damaijanto. 2019. Model, motivasi dan kendala masyarakat dalam
melakukan pertanian kota (urban farming) di kota Surabaya. J. Agridevina. 8 (1) :
34-47.

Purwanto E. A. dan Dyah R. S. 2017. Metode penelitian kuantitatif untuk administrasi


publik dan masalah-masalah sosial. Yogyakarta : Gaya media.

Prihantiwi S., Totok M. dan Agung W. 2016. Peran penyuluh pertanian dalam
pengembangan sistem agribisnis kubis. J. Agritexts. 40 (2) : 145-158.

Putri I. F. dan Hamid H. 2013. Analisis persepsi modal sosial (social capital) dan
hubungannya dengan eksistensi kelompok tani (kasus pada kelompok tani wanita
”sri sejati 2”, desa junrejo, kecamatan junrejo, kota batu). J. Wacana. 14 (1) : 11-
17.

Rasmikayati E., Anton E. P., dan Bobby R. S. 2021. Deskripsi kegiatan budidaya tiga
berbasis urban farming serta aspek kendala yang dihadapi : suatu kasus toga kunyit
di kelurahan Rancaboleng, kecamatan Gedebage, Kota Bandung. J. Pemikiran
masyarakat ilmiah berwawasan agribisnis. 7 (1) : 734-746.

Raudhah I., Suyanti K., dan Irwan A. K. 2018. Analisi peran penyuluh pada program
upaya khusus (upsus) terhadap penilaian pertanian di Kecamatan Peudada
Kabupaten Bireun. J. Ilmiah mahasiswa pertanian Unsyiah. 3 (1) : 147-154.

Retno D. P. 2019. Pertanian berkelanjutan berbasis revolusi ondustri 4.0. J. Layanan


masyarakat universitas airlangga. 3 (1) : 26-28.
58

Salmon K. E., Jenny B., dan Juliana R. M. 2017. Penerapanfungsi manajeme pada
kelompk tani asi endo di Desa Tewasen Kecamatan Amurang Barat Kabupaten
Minahasa Selatan. J. Agro sosioekonomi. 13 (3) : 259-270.

Safrida, Makmur T. dan Hafid F. 2015. Peran penyuluh perikanan dalam


pengembangan sektor perikanan di kabupaten aceh utara. J. Agrisep. 16 (2) : 17-27.

Saputri R. D., Sapja A. dan Arip W. 2016. Peran penyuluh pertanian lapangan dengan
tingkat perkembangan kelompok tani di kabupaten sukoharjo. J. Agrista. 4 (3) :
341-352.

Sriningsih F. 2018. Pengaruh peran dan kompetensi penyuluh pendamping terhadp


keberhasilan gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (p2kp)
tahun 2014 dalam mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Klaten. J. Khazanah
intelektual. 2 (2) : 172-189.

Sugiyono. 2019. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung :


Alfabeta.

Sugiyono. 2019. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suratini, Pudji M., dan Cahyono T. W. 2021. Pemanfataan media sosial untuk
mendukung kegiatan penyuluhan pertanian di kabupaten minahasa provinsi
sulawesi utara. J. Penyuluhan. 17 (1) : 12-24.

Susiana A., Ratna K. dan Solikhah R. H. 2021. Penerapan teknologi untuk peningkatan
produktivitas dan pemasaran sriping pisang kelompok wanita tani soka makmur. J.
Pengabdian multidisiplin. 1 (3) : 82-90.

Syafirwan, Syaiful H., dan Rosnita. 2013. Peranan penyuluh dalam strategi
peningkatan peranan penyuluh perkebunan dalam pengembangan kelompok tani
pemasaran karet di kabupaten kuantan singingi. J. Dinamikan pertanian. 28 (2) :
131-140.

Tahoni T. T., Yohanes P. V. M. 2020. Peran penyuluh pertanian dalam peningkatan


produktivitas kelompok tani di Desa Oesoko Kecamatan Insana Utara. J. Agribisnis
lahan kering. 5 (4) : 72-74.

Tulandi C.K., Celcius T., dan Sherly G. 2018. Partisipasi anggota pada kegiatan
kelompok tani Mitra Jaya di Desa Mungdung Kecamatan Tombatu Timur. J. Agro
sosioekonomi. 14 (3) : 287-296.

Untari F. D., Dwi S. dan Lukman E. 2022. Partisipasi anggota kelompok tani dalam
pengembangan usahatani hortikultura di kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur,
provinsi Jawa Tengah. J. Penyuluhan. 18 (1) : 87-104.
59

Wahyudi S. Dan Ramadhani K. A. 2019. Efektivitas pelatihan dasar fungsional


penyuluh pertanian ahli di balai besar pelatihan pertanian binuang tahun 2018. J.
Ilmiah hijau cendekia. 4 (1) : 17-22.

Wardah E. dan Setia B. 2018. Pelaksanaan sl-ptt dan peran penyuluh terhadap petani
kakao di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. J. Agrifo. 3 (2) : 14-22.

Wardani dan Oeng A. 2015. Peran penyuluh terhadap penguatan kelompok tani dan
regenerasi petani di kabupaten bogor jawa barat. J. Tabaro. 2 (1) : 191-200.

Yunaidi, Anugrah P. R. dan Ari W. 2019. Aplikasi pakan pelet buatan untuk
peningkatan produktivitas budidaya air tawar di desa jerukagung srumbung
magelang. J. Pemberdayaan. 3 (1) : 45-54.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner penelitian


A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : pria/wanita
3. Usia :
4. Jabatan di Kelompok Tani :
5. Pekerjaan :

B. KUESIONER

Variabel Sub- Indikator Pengukuran


Variabel
Peran Mediator - Penyuluh Skala likert :
Penyuluh memberikan 1. Tidak pernah, penyuluh 0 kali menyampaikan informasi terkait
Pertanian infromasi terkait urbanfarming
urban farming 2. Pernah, penyuluh 1-4 kali dalam setahun menyampaikan
(penanaman, informasi terkait urbanfarming
perawatan, 3. Jarang, penyuluh 5-7 kali dalam setahun menyampaikan
panen, dan pasca informasi terkait urban farming
panen) 4. Sering, penyuluh 8-11 kali dalam setahun menyampaikan
informasi terkait urban farming
5. Sangat sering, penyuluh menyampaikan informasi >12 kali dalam
sertahun terkait urban farming
61

- Menghubungkan Skala likert :


dengan sumber 1. Tidak pernah, penyuluh 0 kali menghubungkan dengan sumber
infomasi informasi
2. Pernah, penyuluh 1 kali menghubungkan dengan sumber
informasi
3. Jarang, penyuluh 2 kali menghubungkan dengan sumber
informasi
4. Sering, penyuluh 3 kali menghubungkan dengan sumber
informasi
5. Sangat sering,penyuluh menghubungkan dengan sumber
informasi > 3 kali
- Pengadaan Skala Likert :
bantuan 1. Tidak pernah, penyuluh 0 kali mengadakan bantuan kebutuhan
kebutuhan tani tani
oleh penyuluh 2. Pernah, penyuluh 1 kali mengadakan bantuan kebutuhan tani
3. Jarang, penyuluh 2 kali mengadakan bantuan
4. Sering, penyuluh 3-5 kali mengadakan bantuan
5. Sangat sering, penyuluh mengdakan bantuan >5 kali
- Kejelasan dalam Skala Likert :
menyampaikan 1. Tidak pernah, tidak pernah memahami yang penyuluh sampaikan
informasi terkait 2. Pernah, jarang memahami yang penyuluh sampaikan
pembinaan dan 3. Jarang, terkadang memahami yang penyuluh sampaikan
usahatani 4. Sering, sering memahami yang penyuluh sampaikan dan bahasa
mudah dimengerti
5. Sangat sering, selalu memahami yan penyuluh sampaikan dan
bahasa yang mudah dimengerti
Inisiator - Penyuluh Skala Likert :
memberikan ide 1. Tidak pernah, penyuluh tidak pernah memberikan ide baru
62

baru untuk 2. Pernah, penyuluh pernah memberikan ide baru tetapi tidak
meningkatkan meningkatkan kinerja kelompok tani
kinerja 3. Jarang, penyuluh jarang memberikan ide baru yang dapat
kelompok tani meningkatkan kinerja kelompok tani
4. Sering, penyuluh sering memberikan ide baru yang dapat
meningkatkan kinerja kelompok tani ketika rapat
5. Sangat sering, penyuluh selalu memberikan idebaru yang dapat
meningkatkan kinerja kelompok tani ketika rapat
- Penyuluh ahli Skala Likert :
pada bidang 1. Tidak pernah, penyuluh tidak memahami pertanian dan tidak
pertanian dan pernah bisa memberikan jawaban atas permasalahan kegiatan
melayani urban farming
anggota 2. Pernah, penyuluh memahami pertanian tetapi tidak bisa
kelompok tani memberikan jawaban atas permasalahan kelompok tani
3. Jarang, penyuluh tidak memahami pertanian dan jarang
memberikan jawaban atas permasalahan kegiatan urban farming
4. Sering, penyuluh memahami pertanian dan bisa memberikan
jawaban atas permasalahan kegiatan urban farming
5. Sangat sering, penyuluh sangat memahami pertanian dan bisa
memberikan jawaban atas permasalahan kegiatan urban farming
- Penyuluh selalu Skala Likert :
hadir pada 1. Tidak pernah, penyuluh tidak pernah hadir dalam kegiatan
kegiatan kelompok tani
kelompok tani 2. Pernah, penyuluh jarang hadir dalam kegiatan kelompok tani
dari mulai 3. Jarang, penyuluh sering hadir pada kegiatan kelompok tani tetapi
hingga selesai tidak dari awal hinggal akhir
4. Sering, penyuluh sering hadir pada kegiatan kelompok tani dan
mengikuti kegiatan kelompok tani dari awal sampai akhir
63

5. Sangat sering, penyuluh selalu hadir dan mengikuti kegiatan


kelompok tani dari awal hingga akhir

Motivator - Penyuluh dapat Skala Likert :


membangkitkan 1. Tidak pernah, penyuluh tidak pernah memberikan dorongan atau
semangat dan mengajak anggota untuk berpartisipasi pada kegiatan kelompok
dorongan kepada tani
anggota 2. Pernah, penyuluh jarang memberikan dorongan atau mengajak
untukberpatisipa anggota untuk berpartisipasi pada kegiatan kelompok tani
si pada kegiatan 3. Jarang, penyuluh sering memberikan dorongan tetapi tidak
kelompok tani mengajak anggota untuk berpartisipasi pada kegiatan kelompok
tani
4. Sering, penyuluh sangat sering memberikan dorongan dan
mengajak anggota untuk berpartisipasi pada kegiatan kelompok
tani
5. Sangat sering penyuluh selalu memberikan dorongan atau
mengajak anggota untuk berpartisipasi pada kegiatan kelompok
tani
- Penyuluh Skala Likert :
mampu 1. Tidak pernah, penyuluh tidak pernah menginformasikan
menginformasik keuntungan mengikuti kegiatan kelompok tani kepada anggota
an keuntungan- 2. Pernah, anggota kelompok tani mengetahui 1 keutungan
keuntungan mengikuti kegiatan kelompok tani
mengikuti 3. Jarang, anggota kelompok tani mengetahui 2 keuntungan
kegiatan mengikuti kegiatan pertanian perkotaan
kelompok tani 4. Sering, anggota kelompok tani mengetahui 3 keuntungan
mengikuti kegiatan pertanian perkotaan
64

5. Sangat sering, penyuluh selalu menginformasikan keuntungan-


keuntungan mengikuti kegiatan kelompok tani dan mengetahui
keuntungan mengikuti kegiatan pertanian perkotaan ≥4
- Penyuluh Skala Likert :
mendorong 1. Tidak pernah, penyuluh tidak pernah mendorong anggota untuk
kelompok tani memberikan inovasi terkait urbanfarming
untuk 2. Pernah, penyuluh jarang mendorong anggota untuk memberikan
memberikan inovasi terkait urban farming
inovasi terkait 3. Jarang, penyuluh sering mendorong anggota untuk memberikan
kegiatan inovasi terkait urban farming
urbanfarming 4. Sering, penyuluh sangat sering mendoorng anggota untuk
memberikan inovasi terkait urban farming dan dapat
menyebutkan 1-2 inovasi yang diberikan anggota
5. Sangat sering, penyuluh selalu mendorng anggota untuk
memberikan informasi terkiat kegiatan urban farming dan dapat
meyebutkan 3-4 inovasi yang diberikan anggota
Supervisor - Penyuluh Skala Likert :
mengawasi 1. Tidak pernah, penyuluh tidak pernah mengawasi dalam setiap
dalam setiap kegiatan kelompok tani
kegiatan 2. Pernah, penyuluh jarang mengawasi kegiatan kelompok tani
kelompok tani 3. Jarang, penyuluh sering mengawasi kegiatan kelompok tani
4. Sering, penyuluh sangat sering mengawasi kegiatan kelompok
tani
5. Sangat sering, penyuluh selalu hadie dan mengawasu setiap
kegiatan kelompok tani
- Penyuluh Skala Likert :
megetahui 1. Tidak pernah, penyuluh tidak pernah tahu kemajuan serta
hambatan dan hambatan dalam kegiatan urban farming di kelompok tani
65

kemajuan yang 2. Pernah, penyuluh jarang mencari tahu hambatan dan kemajuan
terjadi di dalam kegiatan urban farming di kelompok tani
kelompok tani 3. Jarang, penyuluh sering mencari tahu hambatan dan kemajuan
dalam kegiatan dalam kegiatan urban farming
urban farming 4. Sering, penyuluh sangat sering mencari tahu hamnatan dan
kemajuan dalam kegiatan urban farming
5. Sangat sering, penyuluh tahu dan selalu mencari tahu kemajuan
serta hambatan dalam kegiatan urban farming di kelompok tani
- Penyuluh Skala Likert :
mampu 1. Tidak pernah, penyuluh tidak mampu menjelaskan teknis urban
menjelaskan farming serta tidak pernah memberikan saran atas permasalahan
teknis urban yang terjadi
farming dan 2. Pernah, tahu teknis urban farming tetapi tidak mampu
memberikan menjelaskan dan tidak pernah memberi saran terhadap suatu
saran terhadap masalah
suatu masalah 3. Jarang, penyuluh tahu teknis urban farming tetapi tidak mampu
menjelaskan dan tidak pernah memberi saran terhadap suatu
masalah
4. Sering, penyuluh bisa menjelaskan teknis urban farming dan
tidak pernah memberi saran terhadap suatu masalah
5. Sangat sering, penyuluh dapat menjelaskan teknis urban farming
dan selalu memberikan saran atas permasalahan yang terjadi
Fasilitator - Penyuluh dapat Skala Likert :
memberi bantuan 1. Tidak pernah, penyuluh tidak pernah membantu kelompok tani
kepada dalam melaksanakan suatu kegiatan
kelompok tani 2. Pernah, penyuluh perna sekali memberi bantuan kepada
dalam kelompok tani dalam melaksanakan suatu kegiatan
66

melaksanakan 3. Jarang, penyuluh jarang memberi bantuan kepada kelompok tani


suatu kegiatan dalam melaksanakan suatu kegiatan
4. Sering, penyuluh sering memberi bantuan kepada kelompok tani
dalam melaksanakan suatu kegiatan
5. Sangat sering, penyuluh selalu membantu kelompok tani dalam
melaksanakan suatu kegiatan
- Penyuluh Skala Likert :
memberikan 1. Tidak pernah, penyuluh tidak pernah memberikan saran yang
saran yang bermanfaat bagi kelompok tani
bermanfaat bagi 2. Pernah, penyuluh pernah sekali memberi saran yang bermanfaat
kelompok tani bagi kelompok tani
3. Jarang, penyuluh jarang memberi saran yang bermanfaat bagi
kelompok tani
4. Sering, penyuluh sering memberi saran yang bermanfaat bagi
kelompok tani
5. Sangat sering, penyuluh selalu memberikan saran yang
bermanfaat bagi kelompok tani
- Penyuluh Skala Likert :
memfasilitasi 1. Tidak pernah, penyuluh tidak pernah memberikan sarana dan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan kelompok tani dalam kegiatan urban
prasarana farming
pertanian 2. Pernah, penyuluh pernah sekali memberikan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan yang dibutuhkan kelompok tani dalam kegiatan urban farming
kelompok tani 3. Jarang, penyuluh jarang memberikan sarana dan prasarana yang
dalam kegiatan dibutuhkan kelompok tani dalam kegiatan urban farming
urban farming 4. Sering, penyuluh sering memberikan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan kelompok tani dalam kegiatan uran farming
67

5. Sangat sering, penyuluh selalu memberikan sarana dan prasarana


yang dibutuhkan kelompok tani dalam kegiatan urban farming

- Penyuluh dapat Skala Likert :


menyediakan 1. Tidak pernah, penyuluh tidak pernah memberikan pelatihan pada
lingkungan kelompok tani
belajar yang 2. Pernah, penyuluh pernah sekali memberikan pelatihan pada
memadai dan kelompok tani
memberikan 3. Jarang, penyuluh jarang memberikan pelatihan pada kelompok
pelatihan tani
(ceramah, 4. Sering, penyuluh sering memberikan pelatihan pada kelompok
diskusi, dan tani
demonstrasi) 5. Sangat sering, penyuluh sering memberikan pelatihan pada
kelompok tani
Partisipas Perencana - Anggota Skala Likert :
i an kelompok tani 1. Tidak pernah, penyuluh tidak pernah memberikan pelatihan pada
dapat kelompok tani
memberikan 2. Pernah, penyuluh pernah sekali memberikan pelatihan pada
tanggapan kelompok tani
maupun 3. Jarang, penyuluh jarang memberikan pelatihan pada kelompok
penolakan atas tani
suatu program 4. Sering, penyuluh sering memberikan pelatihan pada kelompok
yang ditawarkan tani
5. Sangat sering, penyuluh sering memberikan pelatihan pada
kelompok tani
68

- Anggota Skala Likert :


Kelompok tani 1. Tidak pernah, anggota kelompok tani tidak pernah hadir pada
hadir pada rapat rapat dan diskusi
dan diskusi 2. Pernah, anggota pernah sekali hadir pada rapat dan diskusi
3. Jarang, anggota jarang hadir pada rapat dan diskusi
4. Sering, anggota sering hadir pada rapat dan diskusi
5. Sangat sering anggota kelompok tani selalu hadir pada rapat dan
diskusi
- Anggota Skala Likert :
kelompok tani 1. Tidak pernah, anggota tidak pernah terlibat dalam pembuatan
terlibat dalam pogram-program urban farming
identifikasi 2. Pernah, anggota pernah sekali terlibat dalam pembuatan pogram-
masalah, program urban farming
perumusan 3. Jarang, anggota jarang terlibat dalam pembuatan pogram-
tujuan dan program urban farming
pengambilan 4. Sering, anggota sering terlibat dalam pembuatan pogram-program
keputusan untuk urban farming
program- 5. Sangat sering, anggota selalu pernah terlibat dalam pembuatan
program urban pogram-program urban farming
farming
Pelaksana - Anggota Skala Likert :
an Kelompok tani 1. Tidak pernah, anggota tidak pernah mengikuti koordinasi, dan
ikut dalam penjabaran program-program urban farming
koordinasi, dan 2. Pernah, anggota pernah sekali mengikuti koordinasi, dan
penjabaran penjabaran program-program urban farming
program- 3. Jarang, anggota jarang mengikuti koordinasi, dan penjabaran
program urban program-program urban farming
farming
69

4. Sering, anggota sering mengikuti koordinasi, dan penjabaran


program-program urban farming
5. Sangat sering, anggota selalu mengikuti koordinasi, dan
penjabaran program-program urban farming
- Anggota Skala Likert :
kelompok tani 1. Tidak pernah, anggota tidak pernah mengikuti kegiatan tanam
aktif mengikuti menanam dan perawatan tanaman
kegiatan tanam- 2. Pernah, anggota pernah sekali mengikuti kegiatan tanam
menanam dan menanam dan perawatan tanaman
perawatan 3. Jarang, anggota jarang mengikuti kegiatan tanam menanam dan
perawatan tanaman
4. Sering, anggota sering mengikuti kegiatan tanam menanam dan
perawatan tanaman
5. Sangat sering anggota selalu mengikuti kegiatan tanam menanam
dan perawatan tanaman
- Anggota Skala Likert :
kelompok tani 1. Tidak pernah, anggota tidak pernah mengikuti kegiatan panen
aktif mengikuti dan pascapanen
kegiatan panen 2. Pernah, anggota pernah sekali
dan pasca panen 3. Jarang, anggota jarang
4. Sering, anggota sering mengikuti
5. Sangat sering, anggota selalu mengikuti kegiatan panen dan
pascapanen
- Anggota Skala Likert :
kelompok tani 1. Tidak pernah, anggota tidak pernah mengikuti kegaiatan yang
aktif mengikuti diadakan penyuluh
kegiatan 2. Pernah, anggota pernah sekali mengikuti kegaiatan yang
penyuluhan diadakan penyuluh
70

3. Jarang, anggota jarang mengikuti kegaiatan yang diadakan


penyuluh
4. Sering, anggota sering mengikuti kegaiatan yang diadakan
penyuluh
5. Sangat sering, anggota selalu mengikuti kegaiatan yang diadakan
penyuluh
- Anggota Skala Likert :
kelompok tani 1. Tidak pernah, anggota tidak pernah membayar iuran wajib
rutin membayar kelompok tani
iuran wajib 2. Pernah, anggota pernah sekali membayar iuran wajib kelompok
tani
3. Jarang, anggota jarang membayar iuran wajib kelompok tani
4. Sering, anggota selalu membayar iuran wajib kelompok tani tapi
terkadang terlambat
5. Sangat sering, anggota selalu membayar iuran wajib tepat waktu
Evaluasi - Anggota Skala Likert :
kelompok tani 1. Tidak pernah, anggota tidak pernah terlibat dalam kegiatan
terlibatan dalam mengukur hasil pertanian urban farming
mengukur hasil 2. Pernah, anggota pernah sekali terlibat dalam kegiatan mengukur
pertanian urban hasil pertanian urban farming
farming 3. Jarang, anggota jarang terlibat dalam kegiatan mengukur hasil
pertanian urban farming
4. Sering, anggota sering terlibat dalam kegiatan mengukur hasil
pertanian urban farming
5. Sangat sering, anggota selalu terlibat dalam kegiatan mengukur
hasil pertanian urban farming
71

- Anggota Skala Likert :


kelompok tani 1. Tidak pernah, anggota tidak pernah terlibat dalam menghadiri
aktif menghadiri rapat evaluasi pada kelompok tani
rapat evaluasi 2. Pernah, anggota pernah sekali terlibat dalam menghadiri rapat
pada kelompok evaluasi pada kelompok tani
tani 3. Jarang, anggota jarang terlibat dalam menghadiri rapat evaluasi
pada kelompok tani
4. Sering, anggota sering terlibat dalam menghadiri rapat evaluasi
pada kelompok tani
5. Sangat sering, anggota selalu terlibat dalam menghadiri rapat
evaluasi pada kelompok tani
- Anggota Skala Likert :
kelompok tani 1. Tidak pernah, anggota tidak pernah memberikan solusi atas
dapat permasalahan kelompok tani
memberikan 2. Pernah, anggota pernah sekali memberikan solusi atas
solusi atas permasalahan kelompok tani
permasalahan 3. Jarang, anggota jarang memberikan solusi atas permasalahan
yang terjadi di kelompok tani
kelompok tani 4. Sering, anggota sering memberikan solusi atas permasalahan
kelompok tani
5. Sangat sering, anggota selalu memberikan solusi atas
permasalahan kelompok tani
Lampiran 2. Dokumentasi

Hasil panen
Panen lele

Wawancara Wawancara

Wawancara Wawancara
73

Lampiran 3. Perhitungan hasil wawancara penelitian

Jenis
No Nama Usia Pekerjaan Jabatan
Kelamin
Sub Budidaya dan
1 Ughari L 54 PNS Penanganan Hama
Penyakit
2 Sri Mulyanah P 68 Pensiunan Sekretaris 1
3 Ngadino L 53 Swasta Anggota
Bambang
4 L 73 Pensiunan Pembina
Merdeka
Ibu Rumah
5 Pujiati P 49 Ketua
Tangga
6 Supriyanto L 35 Ojek Online Wakil Ketua
7 Kartono L 44 Swasta Sub Pemasaran
Ibu Rumah
8 Rohma P 58 Anggota
Tangga
9 Suharto L 48 Swasta Sub Pemasaran
10 Harnoko L 68 Pensiunan Sub Pemasaran
11 Ida P 23 Mahasiswa Anggota
Ambar Ibu Rumah
12 P 62 Anggota
Listyowati Tangga
Sub Budidaya dan
Aditya Dwi
13 P 56 Wisraswasta Penanganan Hama
Hardiani
Penyakit
Karyawan
14 Dian P 47 Sekretaris 2
Swasta
Karyawan
15 Sri Handayani P 25 Bendahara 2
Swasta
Karyawan
16 Satimin L 51 Anggota
Swasta
Ibu Rumah
17 Sri Munarsih P 38 Bendahara 1
Tangga
18 Idha P 45 PNS Anggota
19 Firda P 23 Mahasiswa Anggota
Wahyu
20 P 60 Pensiunan Sub Pemasaran
Wijiarsih
21 Mustaim Ali L 71 Pensiunan Anggota
22 Yuniarti P 45 PNS Anggota
74

Lampiran 3. (Lanjutan)
Endang
23 P 65 Pensiunan Sub Pemasaran
Wisdiastuti
24 Amrih Priyo H L 64 Pensiunan Anggota
Ibu Rumah
25 Iriyani P 42 Anggota
Tangga
Ibu Rumah
26 Aminah P 49 Anggota
Tangga
27 Khoiriati P 51 PNS Anggota
28 Endang Larasati P 64 PNS Anggota
29 Fera P 50 Wisraswasta Anggota
Karyawan
30 Ardi Purnomo S L 38 Anggota
Swasta
31 Isti Ikma P 38 PNS Anggota

A. Perhitungan kuesioner peran penyuluh sebagai mediator, inisiator dan

motivator

X3
X1 (Mediator) X2 (Inisiator)
No Total Total (Motivator) Total
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 5 5 5 5 20 5 5 4 14 4 4 4 12
2 5 5 5 5 20 5 5 5 15 2 2 2 6
3 5 5 5 5 20 5 5 5 15 3 3 3 9
4 5 5 5 5 20 5 5 5 15 2 2 2 6
5 5 5 5 5 20 5 5 5 15 3 4 3 10
6 5 5 5 5 20 5 4 5 14 4 3 3 10
7 5 5 5 5 20 5 4 5 14 4 3 4 11
8 5 5 5 5 20 5 3 5 13 3 3 2 8
9 5 5 5 5 20 5 4 5 14 3 3 4 10
10 5 5 5 5 20 5 5 4 14 2 2 2 6
11 5 5 5 5 20 5 5 4 14 3 3 2 8
12 5 5 5 5 20 5 3 4 12 3 3 2 8
13 5 5 5 5 20 5 5 4 14 3 3 3 9
14 5 5 5 5 20 5 5 5 15 3 4 4 11
15 5 5 4 5 19 4 5 5 14 4 3 3 10
16 5 5 4 5 19 4 5 5 14 2 2 3 7
17 5 2 5 5 17 4 5 5 14 3 4 4 11
18 5 5 5 5 20 5 5 5 15 2 2 2 6
75

Lampiran 3. (Lanjutan)

19 5 5 5 5 20 5 5 5 15 4 4 3 11
20 5 5 5 5 20 4 5 5 14 4 4 4 12
21 5 5 5 5 20 5 5 5 15 4 3 5 12
22 5 4 4 5 18 5 5 5 15 3 4 3 10
23 5 5 5 5 20 5 5 5 15 2 2 3 7
24 5 4 4 5 18 4 5 5 14 3 4 3 10
25 4 5 5 4 18 4 4 4 12 4 4 4 12
26 5 5 5 5 20 5 5 5 15 3 2 3 8
27 4 4 4 4 16 2 4 4 10 3 2 3 8
28 5 5 4 4 18 5 5 4 14 2 2 2 6
29 5 5 5 5 20 5 5 4 14 2 2 2 6
30 5 5 4 4 18 5 5 4 14 2 2 3 7
31 4 5 5 5 19 5 5 5 15 4 3 3 10

B. Perhitungan kuesioner peran penyuluh sebagai supervisor dan fasilitator

X4 (Supervisor) X5 (Fasilitator)
No Total Total Total X
1 2 3 1 2 3 4
1 5 5 5 15 5 5 5 5 20 81
2 5 5 5 15 5 5 5 5 20 76
3 5 5 5 15 5 5 5 5 20 79
4 5 5 5 15 5 5 5 5 20 76
5 5 5 5 15 5 5 5 5 20 80
6 5 5 5 15 5 5 5 5 20 79
7 5 5 5 15 5 5 5 5 20 80
8 5 5 5 15 5 5 5 5 20 76
9 5 5 5 15 5 5 5 5 20 79
10 5 5 5 15 5 5 5 5 20 75
11 5 5 5 15 5 5 5 5 20 77
12 5 5 5 15 5 5 5 5 20 75
13 5 5 5 15 5 5 5 5 20 78
14 5 5 5 15 5 5 5 5 20 81
15 5 5 5 15 4 5 4 4 17 75
16 4 5 5 14 5 4 5 4 18 72
17 4 5 5 14 5 5 4 4 18 74
18 5 5 5 15 5 5 5 5 20 76
19 5 5 5 15 5 5 5 5 20 81
20 5 5 5 15 5 5 5 5 20 81
21 5 5 5 15 5 5 5 5 20 82
76

Lampiran 3. (Lanjutan)

22 5 5 5 15 5 5 4 5 19 77
23 5 5 5 15 5 5 5 5 20 77
24 5 5 5 15 5 5 5 5 20 77
25 4 5 4 13 5 5 4 5 19 74
26 5 5 5 15 5 5 5 5 20 78
27 4 5 5 14 4 4 4 4 16 64
28 4 4 4 12 3 3 2 4 12 62
29 4 5 5 14 5 5 2 2 14 68
30 4 4 4 12 2 3 2 4 11 62
31 5 5 5 15 5 5 5 5 20 79

C. Perhitungan kuesioner partisipasi anggota kelompok tani Dahlia tahap

perencanaan dan pelaksanaan

Y1 (Perencanaan) Y2 (Pelaksanaan)
No Total Total
1 2 3 1 2 3 4 5
1 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
2 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
3 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
4 5 5 5 15 4 4 5 5 4 22
5 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
6 4 4 5 13 5 5 4 4 4 22
7 5 5 5 15 5 5 5 4 5 24
8 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
9 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
10 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
11 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
12 5 2 2 9 2 5 2 4 4 17
13 4 5 4 13 5 5 5 5 5 25
14 5 4 5 14 5 4 4 5 5 23
15 5 4 5 14 5 4 4 5 5 23
16 4 5 1 10 1 2 2 4 5 14
17 4 2 1 7 1 1 1 2 5 10
18 5 2 1 8 2 5 4 4 5 20
19 5 2 2 9 4 2 4 2 5 17
77

Lampiran 3. (Lanjutan)

20 5 5 4 14 5 5 4 5 5 24
21 5 5 2 12 5 5 4 2 5 21
22 4 4 4 12 4 4 4 4 4 20
23 1 1 1 3 1 2 2 1 5 11
24 1 1 1 3 1 2 2 1 5 11
25 2 2 2 6 1 2 2 2 1 8
26 4 5 4 13 5 5 5 5 5 25
27 1 2 1 4 2 2 2 2 3 11
28 1 1 1 3 1 2 2 1 5 11
29 1 1 1 3 2 2 2 2 2 10
30 5 5 5 15 5 5 5 5 5 25
31 5 2 5 12 5 4 5 5 5 24

D. Perhitungan kuesioner partisipasi anggota kelompok tani Dahlia tahap

evaluasi

No Y3 (Evaluasi)
Total Total Y
1 2 3
1 5 5 4 14 54
2 5 5 5 15 55
3 5 4 4 13 53
4 5 4 4 13 50
5 5 5 5 15 55
6 4 4 4 12 47
7 5 4 4 13 52
8 5 5 4 14 54
9 4 5 5 14 54
10 5 5 5 15 55
11 5 5 5 15 55
12 2 2 4 8 34
13 5 5 4 14 52
14 5 4 4 13 50
15 5 4 4 13 50
16 2 2 4 8 32
17 1 5 1 7 24
78

Lampiran 3. (Lanjutan)

18 4 4 4 12 40
19 1 4 2 7 33
20 1 5 2 8 46
21 1 2 2 5 38
22 5 1 5 11 43
23 1 1 2 4 18
24 1 1 2 4 18
25 2 2 1 5 19
26 5 4 4 13 51
27 2 2 1 5 20
28 1 1 4 6 20
29 1 1 1 3 16
30 5 5 5 15 55
31 4 4 5 13 49
Lampiran 4. Hasil perhitungan uji asumsi klasik

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize
d Residual
N 31
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .88107617
Most Extreme Absolute .151
Differences Positive .143
Negative -.151
Test Statistic .151
Asymp. Sig. (2-tailed) .068c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
80

Lampiran 4. (Lanjutan)

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Correlations Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant) -7.499 3.268 -2.294 .030
Mediator .935 .858 .199 1.090 .286 .530 .213 .151 .577 1.733
Inisiator .399 .463 .173 .862 .397 .587 .170 .119 .478 2.094
Motivator -.055 .287 -.029 -.190 .851 .127 -.038 -.026 .809 1.237
Supervisor .638 .318 .352 2.004 .056 .610 .372 .278 .621 1.610
Fasilitator .497 .504 .189 .987 .333 .541 .194 .137 .524 1.907
a. Dependent Variable: Partisipasi
81

Lampiran 4. (Lanjutan)

Uji Heterokedastisitas Variabel Mediator


82

Lampiran 4. (Lanjutan)

Uji Heterokedastisitas Variabel Inisiator


83

Lampiran 4. (Lanjutan)

Uji Heterokedastisitas Variabel Motivator


84

Lampiran 4. (Lanjutan)

Uji Heterokedastisitas Variabel Supervisor


85

Lampiran 4. (Lanjutan)

Uji Heterokedastisitas Variabel Fasilitator


86

Lampiran 5. Hasil perhitungan analisi regresi berganda

Uji F

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 .721 .520 .424 .96517
a. Predictors: (Constant), Fasilitator, Motivator, Supervisor,
Mediator, Inisiator
b. Dependent Variable: Partisipasi

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 25.255 5 5.051 5.422 .002b
Residual 23.289 25 .932
Total 48.544 30
a. Dependent Variable: Partisipasi
b. Predictors: (Constant), Fasilitator, Motivator, Supervisor, Mediator, Inisiator
87

Lampiran 5. (Lanjutan)

Uji T

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations
Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part
1 (Constant) -7.499 3.268 -2.294 .030
Mediator .935 .858 .199 1.090 .286 .530 .213 .151
Inisiator .399 .463 .173 .862 .397 .587 .170 .119
Motivator -.055 .287 -.029 -.190 .851 .127 -.038 -.026
Supervisor .638 .318 .352 2.004 .056 .610 .372 .278
Fasilitator .497 .504 .189 .987 .333 .541 .194 .137
a. Dependent Variable: Partisipasi
Lampiran 6. Riwayat Hidup Penulis

RIWAYAT HIDUP

Oksya Inne Yestisia lahir di Kota Semarang, Jawa Tengah pada

tanggal 6 Oktober 1999. Penulis merupakan anak Bapak Ari

Kristiyono dan Ibu Yetti Tresiana sebagai anak pertama dari

tiga bersaudara dengan Kaesa Agigael Kristiyono dan Arla

Ilaina. Pendidkan sekolah dasar di SD Bunda Hati Kudus

Semarang pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2011, sekolah menengah pertama

di SMP PL Santo Yusuf Semarang pada tahun 2011 dan lulus pada tahun 2014,

sekolah menengah atas di SMAN 6 Semarang jurusan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam pada tahun 2014 dan lulus pada 2017. Tahun 2017 penulis

melanjutkan pendidikan di Universitas Diponegoro Semarang pada Program Studi

S1 Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian.

Sampai sekarang penulis masih menempuh pendidikan di Program Studi S1

Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro Semarang.

Penulis berhasil menyelesaikan laporan PKL dengan judul “Pelaksanaan

Komunikasi Organisasi Di CV. Tirta Fertindo Pratama, Kota Semarang, Jawa

Tengah”. Penulis juga berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran

Penyuluh Pertanian terhadap Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Urban Farming

pada Kelompok Tani Dahlia”.

You might also like