Professional Documents
Culture Documents
MAGANG MAHASISWA
DESAIN DAN LAYOUT FASILITAS PRODUKSI
KOMODITAS KAKAO DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA XII (PERSERO) UNIT KERJA KEBUN
KEDATON
Disusun oleh:
Anissa Linawati H 0812016
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
KEGIATAN MAGANG MAHASISWA
MAHASISWA:
Anissa Linawati H 0812016 Jurusan: Agribisnis
INSTITUSI MITRA
1. Nama Institusi Mitra : PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Unit
Usaha Kakao
2. Alamat : Jl. Rajawali no. 44 Surabaya, Jawa Timur.
3. Nomor telepon : (0313) 524893
4. Jangka waktu : 1 bulan (27 Juli 2015 sampai 27 Agustus 2015 )
PEMBIMBING
Nama : Dr. Sapja Anantanyu S.P., M.Si.
NIP : 19681227 199403 1 002
Jurusan : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Gugus KMM-FP Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Joko Sutrisno, M.P. Dr. Sapja Anantanyu S.P., M.Si.
NIP. 19670824 199203 1 003 NIP. 19681227 199403 1 002
Mengesahkan,
Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Pertanian UNS
Nama Lokasi yang Dituju : PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Unit
Usaha Kakao.
Mahasiswa peminat:
No. Nama NIM Jurusan Jenis Kelamin Tandatangan
Mengetahui
Ketua Gugus KMM-FP Mahasiswa
Penyusun
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor utama sebagai penunjang
pembangunan ekonomi di Indonesia. Sektor ini merupakan salah satu
penyumbang devisa bagi negara melalui kegiatan ekspor komoditas pertanian
khususnya komoditas perkebunan. Berdasarkan peran tersebutlah kegiatan
usahatani sub sektor perkebunan semakin digalakkan di Indonesia.
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai
penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Di samping
itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan
pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah
menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu
kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur
Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub
sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $
701 juta.
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat
dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan
kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan kakao tersebut
sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan
besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang
diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi
utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Di
samping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara
di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia
dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara
dengan kakao yang berasal dari Ghana dan kelebihan kakao Indonesia tidak
mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan
keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik
ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk
menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan
distribusi pendapatan cukup terbuka. Manajemen produksi dan operasi
merupakan salah satu proses yang secara berkesinambungan dan efektif yang
menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai
sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan dari suatu
perusahaan.
Salah satu kajian dari manajemen produksi dan operasi yaitu
mengenai desain dan layout fasilitas produksi dari PT. Perkebunan Nusantara
XII (Persero) Unit Kerja Kebun Kedaton. Kajian ini berguna untuk
memudahkan proses produksi supaya dapat berjalan secara efektif dan
efisien. Desain fasilitas merupakan suatu sistem atas konsep desain pada
perencanaan dan pengaturan fasilitas fisik. Desain fasilitas dimulai dengan
menganalisa produk yang akan dibuat atau jasa yang diproduksi yang
kemudian dilakukan perencanaan secara detail dengan mengatur peralatan
pada setiap area kerja.
Desain layout digunakan untuk mendapatkan hubungan optimal dari
sejumlah operasional mesin, aliran barang, manusia (tenaga kerja), informasi
dan metode-metode yang diperlukan dalam mencapai efisiensi dan efektivitas
dari kegiatan produksi perusahaan. Desain fasilitas biasanya dimulai dengan
menganalisa produk yang akan dibuat atau jasa yang diproduksi. Selanjutnya
secara bertahap melakukan perencanaan secara detail dengan mengatur
peralatan pada setiap area kerja.
Kegiatan magang mahasiswa ini merupakan sarana bagi mahasiswa
pertanian untuk dapat menerapkan teori-teori yang didapatkan selama di
bangku perkuliahan. Selain itu kegiatan magang mahasiswa juga sebagai
sarana untuk mencari pengalaman kerja, khususnya dalam bidang pertanian,
yang dapat melatih mahasiswa untuk menemukan masalah-masalah yang
dihadapi di lapangan dan sekaligus mencari solusinya. Oleh karena itu,
pengetahuan di bidang budidaya tanaman serta manajemen produksi dan
operasi komoditas kopi penting untuk diketahui yang dapat dilakukan melalui
kegiatan magang ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum kegiatan magang mahasiswa :
a. Mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja yang
nyata di bidang pertanian serta dapat memecahkan permasalahan yang
ada dalam kegiatan bidang pertanian.
b. Meningkatkan kompetensi lulusan melalui pengaplikasian teori yang
diterima selama perkuliahan pada kenyataan yang terjadi di dunia
pertanian.
c. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara
teori dan penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa
dalam terjun ke masyarakat.
d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi
yang terkait dan dengan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Terjun secara langsung dengan praktik lapang melakukan perencanaan
dan pengaturan area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling
ekonomis untuk beroperasi produksi aman dan nyaman sehingga akan
dapat menaikkan moral kerja dan performance dari operator di PT.
Perkebunan Nusantara XII (Persero) Unit Kerja Kebun Kedaton.
b. Terjun secara langsung dengan praktik lapang melakukan penataan
layout fasilitas produksi yang sesuai dengan layout pabrik agar
masing-masing failitas dapat menjalankan fungsinya dengan lebih
optimal di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Unit Kerja Kebun
Kedaton.
c. Terjun secara langsung dengan praktik lapang pengaturan departemen
kerja yang ada dari pabrik (department layout) dimana hal ini untuk
menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses,
fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak
pelanggan dan citra perusahaan yaitu di PT. Perkebunan Nusantara XII
(Persero) Unit Kerja Kebun Kedaton.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kakao
Kakao termasuk tanaman perkebunan berumur tahunan. Tanaman
tahunan ini dapat mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun . Tanaman
kakao menghasilkan biji yang selanjutnya bisa diproses menjadi bubuk
coklat. Sistematik tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah
sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.
Kakao merupakan tanaman perkebunan di lahan kering, dan jika di
usahakan secara baik dapat berproduksi tinggi serta menguntungkan secara
ekonomis. Sebagai salah satu tanaman yang dimanfaatkan bijinya, maka
biji kakao dapat dipergunakan untuk bahan pembuat minuman, campuran
gula-gula dan beberapa jenis makanan lainnya bahkan karena kandungan
lemaknya tinggi biji kakao dapat dibuat cacao butter/mentega kakao,
sabun, parfum dan obat-obatan.
Habitat asli tanaman kakao adalah di hutan tropis dengan naungan
pohonpohon yang tinggi, curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relatif
sama, serta kelembaban tinggi dan relatif tetap. Dalam habitat seperti itu,
tanaman kakao akan tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit. Jika
dibudidayakan di kebun, tinggi tanaman kakao dapat mencapai 3 meter.
Menurut morfologinya, tanaman kakao terdiri dari akar, batang, daun,
bunga dan buah. Akar tanaman kakao merupakan akar tunggang; batang
bercabang; daun berbentuk bulat memanjang berwarna hijau; bunga
berwarna putih, ungu atau kemerahan; warna buah berwarna hijau, kuning,
merah, dan oranye yang akan masak setelah berumur enam bulan; dan biji
buah dibungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih
(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Kakao dibagi menjadi tiga varietas yaitu criollo, forastero, dan
trinitario. Ketiga varietas tersebut merupakan varietas yang dibudidayakan
di Indonesia (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Biji kakao atau cokelat telah lama dikonsumsi oleh masyarakat di
Amerika Tengah sejak tahun 1600-an dan tidak hanya digunakan sebagai
makanan dengan rasa yang enak namun juga digunakan sebagai makanan
yang dapat mengobati beberapa gangguan termasuk angina dan nyeri dada.
Konsep bahwa kakao bermanfaat untuk kesehatan mulai diterima luas
sejak tahun 1850 (Keen, 2001).
Biji kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu sumber
antioksidan alami yang banyak dibudidayakan di Indonesia serta memiliki
harga jual yang relatif terjangkau. Biji kakao atau cokelat merupakan
sumber bahan makanan yang kaya kandungan antioksidan flavonoid. Jenis
flavonoid yang terdapat adalah monomer flavan-3-ol (flavanols) meliputi
epicatechin dan catechin, serta oligomer flavanols yaitu procyanidin.
Konsumsi makanan yang kaya kandungan flavonoidnya telah terbukti
memiliki manfaat untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah
(Mao et al., 2003).
Sunanto (1994) mengatakan bahwa sesungguhnya terdapat banyak
jenis tanaman kakao, namun jenis yang paling banyak ditanam untuk
produksi cokelat secara besar-besaran hanya tiga jenis, yaitu:
1) Jenis Criollo, yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo
Amerika Selatan. Jenis ini menghasikan biji kakao yang mutunya
sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia. Jenis kakao ini terutama
untuk blending dan banyak dibutuhkan oleh pabrik-pabrik sebagai
bahan pembuatan produkproduk cokelat yang bermutu tinggi. Saat ini
bahan tanam kakao mulia banyak digunakan karena produksinya
tinggi serta cepat sekali mengalami fase generatif.
2) Jenis Forastero, banyak diusahakan diberbagai negara produsen
cokelat dan menghasilkan cokelat yang mutunya sedang atau bulk
cacao, atau dikenal juga sebagai ordinary cacao. Jenis Forastero
sering juga disebut sebagai kakao lindak. Kakao lindak memiliki
pertumbuhan vegetatif yang lebih baik, relatif lebih tahan terhadap
serangan hama dan penyakit dibandingkan kakao mulia.
Endospermanya berwarna ungu tua dan berbentuk bulat sampai
gepeng, proses fermentasinya lebih lama dan rasanya lebih pahit dari
pada kakao mulia.
3) Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis Criollo
dan Forastero secara alami, sehingga kakao ini sangat heterogen.
Kakao jenis Trinitario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour
cacao dan ada yang termasuk bulk cacao. Jenis Trinitario antara lain
hybride Djati Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybride (kakao
lindak). Kakao ini memiliki keunggulan pertumbuhannya cepat,
berbuah setelah berumur 2 tahun, masa panen sepanjang tahun, tahan
terhadap penyakit VSD (Vascular streak dieback) serta aspek
agronominya mudah.
Anissa Linawati
H0812016
DAFTAR PUSTAKA
Apple, J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Barang. Edisi Tiga.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Dewi, Fitria. 2006. Perancancangan Tata Letak Fasilitas Produksi dengan
Pendekatan Modular Layout (Studi Kasus di PT. Meco Inoxprima). [Tugas
Akhir]. Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sepuluh
Nopember. Surabaya.
Heizer, J. dan B. Render. 2006. Manajemen Operasi. Salemba Empat. Jakarta.
Keen, C.L. 2001. Chocolate: Food as Medicine/Medicine as Food. Journal of the
American Colllege of Nutrition. 20(5): 436S-439S.
Mao, T.K., Van De Water J., Keen, C.L., Schitz, H.H., dan Gershwin, M.E. 2003.
Cocoa Flavanols and Procyanidins Promote Transforming Growth Factor-β1
Homeostasis in Peripheral Blood Mononuclear Cells. Exp Biol Med. 228:
93- 9.
Panduan Lengkap Budi Daya Kakao. 2004. Kiat Mengatasi Masalah Praktis :
Panduan Lengkap Budi Daya Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sunanto. H., 1994, Cokelat Budi-daya, Pengolahan Hasil, dan Aspek
Ekonominya. Kaninus. Yogyakarta.
Susetyo, J, Simanjuntak, R. A dan Ramos, J. M. (2010). Perancangan Ulang Tata
Letak Fasilitas Produksi Dengan Pendekatan Group Technology Dan
Algoritma Blocplan Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling. Jurnal
Teknologi 3 (1): 75-84
Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermathopyta). Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.
Edition. Guna Widya, Surabaya.
Wignjosoebroto, Sritomo. 2009. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Guna
Widya. Surabaya.