You are on page 1of 29

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PRODUKSI TANAMAN LEGUM DAN UMBI-UMBIAN


Dosen Pengampu:
Ir. Surachman, MMA.

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Yulia Leni C1011211043


Pegi Sukma Sari C1011211048
Nabil Fauzandio Virgi C1011211122
Pilgo C1011211123
Tiara Anggraini C1011211182
Damardi C1011211192
Fresh Lande Sitorus C1011211193

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikanpraktikum Teknik
produksi tanaman legum dan umbi-umbian dengan lancar dan tepat waktu.
Laporan ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas Terstruktur dari makul ini.

Kami menyampaikan terima kasih kepada Ir. Surachman, MMA. Dan Dr.
Tantri Palupi, S.P., M.Si. selaku dosen pengampuMata Kuliah Teknik Produksi
Tanaman Legum dan Umbi-umbian yang telah membimbing dan membantu kami
selama pembelajaran berlangsung sampai penulisan Laporan ini selesai dengan
baik. Kami menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh kami. Kami
sangat berterima kasih atas perhatian dan koreksi dari berbagai pihak. Kami
berharap agar Laporan ini bermanfaat untuk pembaca dan dapat menjadi bahan
rujukan untuk menuntut ilmu pengetahuan yang terkait.

Pontianak, 8 November 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI
LAPORAN PRAKTIKUM..................................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...............................................................................................................5
A. Latar Belakang.........................................................................................................5
B. Tujuan Praktikum.....................................................................................................7
BAB II..................................................................................................................................8
TINJUAN PUSTAKA.........................................................................................................8
2.1.1 Klasifikasi kacang tanah.....................................................................................8
Morfologi kacang tanah...............................................................................................8
Morfologi kacang tanah...............................................................................................8
Manfaat kacang tanah................................................................................................11
Syarat tumbuh kacang tanah......................................................................................11
BAB III..............................................................................................................................16
PELAKSANAAN PRAKTIKUM.....................................................................................16
A. Waktu dan Tempat.................................................................................................16
B. Alat dan Bahan.......................................................................................................16
C. Pelaksanaan Praktikum..........................................................................................17
D. Pengamatan............................................................................................................18
BAB IV..............................................................................................................................19
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................19
HASIL............................................................................................................................19
 Tinggi Tanaman dan Jumlah Cabang.................................................................19
 Waktu Tanaman Berbunga.................................................................................20
 Bobot Segar, Volume Akar dan Bobot Kering Kering.....................................21
BAB V................................................................................................................................24
PENUTUP..........................................................................................................................24
A. KESIMPULAN......................................................................................................24
B. SARAN..................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................25
DOKUMENTASI..............................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogeae L.) merupakan tanaman kacang-
kacangan terpenting kedua setelah kedelai bagi Indonesia. Bahkan di
beberapa daerah kacang tanah merupakan tanaman pangan yang
mendapat prioritas kedua untuk dikembangkan dan ditingkatkan
produksinya setelah padi. Hal ini didorong dengan semakin meningkatnya
kebutuhan akan pangan, bahan baku industri dan pakan ternak. Sampai
saat ini produksi kacang tanah belum mampu mencukupi kebutuhan
kacang tanah nasional. Produksi kacang tanah Indonesia dari tahun 2007
– 2010 menunjukkan terjadi fluktuasi, dan pada tahun 2011 berdasarkan
Angka Ramalan III pertumbuhan produksi, produktivitas, dan luas panen
kacang tanah mengalami penurunan masing-masing sebesar - 13,11; -
0,32; dan - 12,96 dibandingkan tahun 2010.

Akibatnya Indonesia harus mengimpor kacang tanah dari negara


lain seperti Vietnam, China, Thailand, India, dan Australia. Volume
impor kacang tanah tahun 2006 mencapai 179.645.073 kg dengan nilai
US$ 59.526.740, tahun 2007 sebanyak 121.229.124 kg dengan nilai US$
48.273.073, tahun 2008 sebanyak 206.886.766 kg dengan nilai US$
102.529.656, tahun 2009 sebesar 195.187.368 kg dengan nilai US$
179.108.665, dan tahun 2010 meningkat menjadi 230.786.840 kg dengan
nilai US$ 225.448.668 (Kementerian Pertanian RI, 2011). Di Indonesia
kacang tanah ditanam pada lahan sawah dan lahan kering dengan rata-rata
produksi 1,0 - 2,0 ton/ha pada lahan sawah dan 0,5 - 1,5 ton/ha pada 34
lahan kering (Harsono et al., 1993), sedangkan rata-rata produksi di
tingkat petani di bawah 1,0 ton/ha (Barus et al., 2000).
Sebagai bagian dari revitalisasi pembangunan pertanian,
pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan produktivitas pangan.
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa tingkat produksi pertanian
lebih ditentukan oleh areal tanam dari pada tingkat produktivitas. Usaha
tani kacang tanah sebagian besar (70-80%) dilakukan di lahan kering.
Pengembangan di lahan sawah menjadi sulit karena harus bersaing
dengan tanaman pangan atau hortikultura lain yang lebih ekonomis.
Menurut Kurnia dan Hidayat (2001) cit. Efendi dan Suwardi (2009),
lahan kering di Indonesia yang potensial untuk pengembangan pertanian
mencapai sekitar 76,20 juta ha di antaranya 70,70 juta ha terletak di
dataran rendah dan 5,50 juta ha di dataran tinggi.

Sebagian besar dari lahan tersebut telah dimanfaatkan untuk


pertanian, dan yang berpotensi untuk perluasan adalah 35,50 juta ha di
dataran rendah dan 0,70 juta ha di dataran tinggi. Adisarwanto et al.
(1993) mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan rendahnya
produktivitas kacang tanah berbeda untuk masing-masing daerah
produksi. Secara umum kendala utama dalam produksi kacang tanah
adalah : (1) drainase jelek dan tanah padat, (2) cekaman kekeringan, (3)
serangan penyakit, khususnya bercak daun Cercospora, karat daun, dan
virus belang (peanut stripe virus/PStV), (4) serangan tikus, (5)
kekurangan unsur hara, (6) persaingan dengan gulma. Pada lahan yang
subur, pengendalian penyakit daun tampaknya lebih menonjol. Hal ini
menunjukkan bahwa pada lahan subur, serangan penyakit sangat dominan
mempengaruhi hasil, sehingga apabila tindakan pencegahan penyakit
tidak dilakukan akan menurunkan hasil cukup besar, dapat mencapai
63%. Untuk lahan kering (tegalan), gulma menjadi kendala utama.
Keberadaan gulma pada budidaya tanaman dapat mengurangi
kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi
antara gulma dan tanaman yang diusahakan terjadi dalam hal penyerapan
unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, penerimaan cahaya matahari
untuk proses fotosintesis, dan ruang untuk tumbuh. Selain itu gulma
seringkali menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas
dan kuantitas, bahkan beberapa gulma dapat menjadi inang bagi hama
dan penyakit tanaman yang diusahakan.

Menurut Harsono (1993) beberapa cara sehingga gulma dapat


menurunkan hasil tanaman adalahkompetisi langsung untuk
memanfaatkan sumberdaya alam yang ada dan input yang diberikan pada
tanaman. Kompetisi ini terutama dalam hal mendapatkan air, hara, dan
cahayamenurunkan hasil melalui racun yang dikeluarkan dan
menghambat pertumbuhan tanaman atau disebut allelopatimenjadi inang
hama dan penyakit pengganggu tanaman yang menurunkan hasil; (4)
mengganggu aktivitas pemeliharaan tanaman dan pemanenan, sehingga
meningkatkan biaya pemeliharaan dan panen dan menurunkan hasil; (5)
pengendalian gulma kadangkala dapat merusak tanaman sehingga
menurunkan hasil; (6) gulma dapat menurunkan kualitas hasil panen
karena tercampur oleh bagian-bagian gulma; dan (7) beberapa gulma
bersifat parasit. Besar kecilnya (derajat) persaingan gulma terhadap
tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan
tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya hasil tanaman pokok. Makin besar derajat kompetisi maka
akan mengakibatkan semakin besar penurunan hasil tanaman. Selain itu
kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung
dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek
pertanian di samping faktor lain (Anonim, 2008; Harsono, 1993).

B. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum ini adalah mempelajari dan mempraktekan
penerapan teknologi budidaya Kacang Tanah.
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1.1 Klasifikasi kacang tanah


Menurut Simpson (2006), kedudukan kacang tanah (Arachis hypogaea L.) dalam
sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut:

Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae

Genus : Arachis

Species : Arachis hypogaea L.

Morfologi kacang tanah


Kacang tanah merupakan tanaman herba annual, tegak atau menjalar dan
memiliki rambut yang jarang (Purseglove,1987). Kacang tanah memiliki sistem
perakaran tunggang. Akar-akar ini mempunyai akar-akar cabang. Akar cabang
mempunyai akar-akar yang bersifat sementara, karena meningkatnya umur
tanaman, akar-akar tersebut kemudian mati, sedangkan akar yang masih
tetapbertahan hidup menjadi akar-akar yang permanen. Akar permanen tersebut
akhirnya mempunyai cabang lagi. Kadang-kadang polong pun mempunyai alat.

Morfologi kacang tanah


Kacang tanah merupakan tanaman herba annual, tegak atau menjalar dan
memiliki rambut yang jarang (Purseglove,1987). Kacang tanah memiliki sistem
perakaran tunggang. Akar-akar ini mempunyai akar-akar cabang. Akar cabang
mempunyai akar-akar yang bersifat sementara, karena meningkatnya umur
tanaman, akar-akar tersebut kemudian mati, sedangkan akar yang masih tetap
bertahan hidup menjadi akar-akar yang permanen. Akar permanen tersebut
akhirnya mempunyai cabang lagi. Kadang-kadang polong pun mempunyai alat
pengisap, yakni rambut akar yang menempel pada kulitnya. Rambut ini berfungsi
sebagai alat pengisap unsur hara (Kanisius, 1989). Pada akar biasanya terdapat
bintil akar (Purseglove,1987). Pembentukan bintil akar diawali dengan terjadinya
komunikasi kimia antara Rhizobium leguminosarum dan akar tanaman kacang
tanah. Akar tanaman mensekresikan flavenoid yang memasuki sel Rhizobium
leguminosarum yang hidup di sekitar akar tersebut. Sinyal tanaman itu akan
memacu produksi suatu molekul jawaban oleh bakteri. Secara spesifik, molekul
sinyal tanaman itu akan mengaktifkan suatu kelompok protein pengatur gen yang
mengaktifkan suatu kelompok gen bakteri yang disebut nod. Produk gen ini
adalah enzim yang mengkatalis suatu molekul yang spesifik terhadap spesies yang
disebut faktor Nod. Faktor Nod memberikan sinyal kepada akar untuk membentuk
benang infeksi yang akan dimasuki Rhizobium leguminosarum (Campbell dkk.,
2003). Tampaknya terdapat suatu interaksi yang mendalam antara nukleus sel
rambut akar dan benang infeksi. Nukleus memberi petunjuk mengenai jalur
benang infeksi di dalam rambut akar (Rao, 1994). Infeksi oleh bakteri ini hanya
terjadi pada rambut akar muda. Bakteri menerobos masuk pada atau dekat pada
ujung rambut akar (Schlegel and Schmidt, 1994). Respon akar terhadap
keberadaan rhizobia menyebabkan akar melengkung. Infeksi rhizobia terhadap
akar akan berlanjut sampai ke korteks (Handayanto dan Hairiah, 2009), dan
merangsang proliferasi sel pada lapisan korteks sebelah dalam. Hasil proliferasi
yang menyerupai bakal akar cabang ini akan menjadi bintil (Hidayat, 1995).
Bentuk batang dari bakteri berubah menjadi bentuk pleomorfik yaitu seperti
tongkat.

Bakteri juga membentuk suatu komplek enzim yang dibutuhkan untuk


menambat nitrogen. Bakteroid (bentuk bakteri dalam suatu sel akar yang
mengandung nodul aktif) membutuhkan oksigen yang diperlukan untuk
membentuk energi tingkat tinggi, yaitu ATP yang akan digunakan untuk
menambat nitrogen bebas di udara melalui pembentukan enzim nitrogenase.
Enzim nitrogenase ini labil terhadap O2, untuk mengatasi hal ini O2 dikontrol
oleh leghemoglobin (Handayanto dan Hairiah, 2009). Enzim nitrogenase
mereduksi N2 menjadi NH3 dengan cara menambahkan elektron bersama-sama
dengan ion hidrogen. Untuk setiap molekul amonia, bakteri membutuhkan 8
molekul ATP (Campbell dkk., 2003). Faktor yang mempengaruhi pembentukan
nodul dan penambatan N2 adalah sumber energi, keberadaan amonium, pengaruh
O2 terhadap aktivitas nitrogenase, temperatur, serta pH tanah (Handayanto dan
Hairiah, 2009). Kacang tanah memiliki batang yang tidak berkayu dan berambut
halus. Pada batang terdapat stipula (Purseglove,1987). Batang dan cabang
berbentuk bulat. Tanaman kacang tanah mempunyai daun majemuk bersirip
genap. Setiap helai daun terdiri dari empat helai anak daun (Kanisius, 1989),
dengan dua pasang anak daun yang berbentuk bulat telur sungsang/terbalik
(Purseglove,1987). Permukaan daunnya sedikit berambut (Kanisius, 1989). Tata
letak daun spiral, memiliki stipula permanen, dan tepi daunnya rata
(Purseglove,1987). Bunga kacang tanah berkembang di ketiak cabang
(Goldsworthy and Fisher, 1992) dan melakukan penyerbukan sendiri (Simpson
and Ogorzaly, 2001). Tanaman kacang tanah bisa mulai berbunga kira-kira pada
umur 4-6 minggu setelah ditanam. Rangkaian yang berwarna kuning oranye
muncul pada setiap.

ketiak daun. Bunganya merupakan bunga yang berbentuk kupu-kupu yang


terdiri dari satu vexillum, satu pasang ala dan satu pasang carina. Vexillum
berbentuk lingkaran, kuning cerah dan berurat merah, carina lebih pendek dari
pada ala dan berwarna kuning pucat. Dasar bunga setelah pembuahan berbentuk
tangkai memanjang dan mendorong bakal buah (Steenis, 2002), bakal buah ini
dilindungi oleh tudung seperti halnya tudung pada akar (Simpson and Ogorzaly,
2001). Setiap bunga memiliki tabung kelopak yang berwarna putih. Bakal
buahnya terletak di dalamnya (inferior), tepatnya pada pangkal tabung kelopak
bunga di ketiak daun (Kanisius, 1989). Buah kacang tanah berupa polong.
Polongan memanjang, tanpa sekat antara, berwarna kuning pucat dan tidak
membuka. Setelah terjadi pembuahan, bakal buah tumbuh memanjang (ginofora).
Mula-mula ujung ginofora yang runcing itu mengarah ke atas. Tetapi setelah
tumbuh memanjang, ginofora tadi mengarah ke bawah (positive geotropic) dan
terus masuk ke dalam tanah. Setelah polong terbentuk, maka proses pertumbuhan
ginofora yang memanjang terhenti. Ginofora yang tidak dapat masuk menembus
tanah, akhirnya tidak dapat membentuk polong. Setiap polong dapat berisi 1-2 biji
(Kanisius, 1989). Biji terdiri dari lembaga dan keping biji yang diliputi kulit ari
tipis (tegmen), bentuknya bulat agak lonjong atau bulat dengan ujung agak datar
karena berhimpitan dengan butir biji lain selagi di dalam polong. Biji bisa
berwarna putih, merah, ungu atau coklat (Kanisius, 1989).

Manfaat kacang tanah


Manfaat kacang tanah adalah sebagai berikut: a. Bijinya bermanfaat
sebagai makanan manusia. b. Daun kacang tanah dapat digunakan sebagai sebagai
makanan ternak dan pupuk hijau. c. Biji kacang tanah dapat diolah menjadi
minyak goreng. Setiap 100 kg kacang tanah, dapat menghasilkan antara 40-60
liter. Menurut FAO, produksi minyak kacang tanah mencapai sekitar 10% pasaran
minyak masak dunia pada tahun 2003. d. Bungkilnya dapat digunakan sebagai
pupuk dan makanan ternak (Kanisius, 1989). e. Kacang tanah mengandung zat
besi yang sangat baik untuk produksi sel darah merah dalam tubuh. f. Kalsium
dalam kacang tanah bisa membantu memelihara pertumbuhan massa tulang
sehingga menjadi lebih kuat.

Syarat tumbuh kacang tanah


a. Tanah

Kondisi tanah yang mutlak diperlukan adalah tanah yang gembur. Kondisi
tanah yang gembur akan memberikan kemudahan bagi tanaman kacang terutama
dalam hal perkecambahan biji, kuncup buah (ginofora) menembus tanah, dan
pembentukan polong yang baik (Kanisius, 1989). Derajat keasaman tanah yang
sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0-6,5 (Prihatman, 2000).
Dituntut adanya unsur-unsur hara dalam jumlah yang cukup dan dapat
mendukung pertumbuhan kacang tanah, antara lain unsur P, Ca, dan K.
Kebutuhan tanaman kacang tanah akan unsur N dapat disuplai sendiri melalui
bintil-bintil akar tanaman itu sendiri yang mampu mengikat unsur N (Kanisius,
1989). Nitrogen sangat dibutuhkan kacang tanah karena digunakan untuk
menyusun asam nukleat, protein, dan hormon (Campbell dkk., 2003).
b. Iklim

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan kacang tanah antara 800-1.300
mm/tahun. Suhu udara sekitar 28-32o C. Bila suhunya di bawah 10o C,
pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil. Kelembaban udara berkisar
65-75%. Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama untuk kesuburan daun.
Pada waktu berbunga tanaman kacang tanah menghedaki keadaan yang lembab
dan cukup udara (Kanisius, 1989).

C. Ketinggian tempat

Di Indonesia pada umumnya kacang tanah ditanam di daerah dataran


rendah dengan ketinggian maksimal 1000 m dpl. Daerah yang paling cocok untuk
tanaman kacang tanah adalah daerah dataran dengan ketinggian 0 – 500 m dpl
(Kanisius, 1989).

Teknik penanaman kacang tanah

1. Penyediaan lahan

Untuk menanam kacang tanah dapat dipilih lahan tanah kering (ladang
atau tegalan) serta tanah sawah bekas tanaman padi. Penanaman kacang tanah di
lokasi kering ini sebaiknya dilakukan pada bulan Oktober atau Nopember, yakni
pada saat menjelang musim hujan tiba, karena pada saat itu tanah sudah mulai
tersiram air hujan (Kanisius, 1989). Sebelum kita melakukan pengolahan tanah
dan penanaman, harus kita mengetahui terlebih dahulu luas lahan yang akan kita
tanami. Petak-petak lahan tanah harus diukur terlebih dahulu. Bentuk petak lahan
yang tidak beraturan harus lebih mendapat perhatian. Pengukuran luas lahan itu
berguna untuk mengetahui berapa jumlah benih yang dibutuhkan bagi lahan yang
hendak ditanami, sebelum penanaman benih dilakukan (Kanisius, 1989).

2. Pengolahan tanah

Pekerjaan mengolah tanah bukan hanya sekedar mencangkul serta


membolak-balikkan tanah saja, melainkan juga harus memperhatikan keadaan
lahan yang akan ditanami: apakah tanah itu subur atau tidak, asam atau netral. Jika
ternyata tanah itu kurang subur dan pH-nya rendah, usaha yang dilakukan adalah
memupuk atau memberi kapur (Kanisius, 1989). Pengolahan lahan dilakukan
dengan cara membajak. Setelah pembajakan pertama selesai, kemudian baru
dibuat saluran air (drainage). Setelah pembuatan saluran ini selesai dan kondisi
tanah sudah cukup kering, kemudian pekerjaan dilanjutkan dengan penggaruan.
Penggaruan ini dimaksudkan untuk menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah
dan sekaligus meratakannya. Apabila pada saat itu masih terdapat gumpalan tanah
maka, gumpalan tadi dapat dihancurkan dengan cangkul (Kanisius, 1989).

3. Pemilihan benih

Sebelum pengerjaan lahan, penyediaan benih harus terlebih dahulu


dilakukan. Penyediaan benih ini dimaksudkan untuk memperoleh bibit tanaman
kacang tanah yang memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik dan bereproduksi
tinggi. Benih-benih yang dipilih haruslah benih yang unggul dan tidak terkena
hama dan penyakit (Kanisius, 1989).

4. Penanaman benih

Penanaman benih kacang tanah dapat dilakukan setelah pengolahan tanah


selesai dan lahan betul-betul siap untuk ditanami. Sehari sebelum benih ditanam
sebaiknya dijemur terlebih dahulu, selama dua sampai tiga jam. Untuk
mempercepat perkecambahan kacang tanah, biji dapat direndam didalam air
sehari menjelang penanaman. Cara seperti ini dapat dibenarkan apabila tanah yang
akan ditanami dalam keadaan basah (Kanisius, 1989).

5. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiangan, pembubunan,


pemupukan serta pengairan. Penyulaman dilakukan bila ada benih yang mati atau
tidak tumbuh, untuk penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik yaitu setelah
yang tanaman lain kelihatan tumbuh atau ± 3-7 hari setelah tanam (Prihatman,
2000). Penyiangan adalah pencabutan rumput dan tumbuhan liar yang tumbuh di
sekitar tanaman kacang tanah. Hal ini dilakukan karena tumbuhan liar juga ikut
menyerap nutrisi yang terkandung di dalam tanah dan merupakan tempat hinggap
dan berlindungnya hama. Kegiatan membubun sebaiknya dilakukan sesudah
tanaman berbunga (Kanisius, 1989).

6. Panen

Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur
pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Cara pemungutan hasil yang
lazim dilakukan di Indonesia adalah mencabut tanaman satu persatu. Untuk
mengatasi kemungkinan terbuangnya hasil panen akibat pencabutan yang sulit
disebabkan kondisi tanah yang keras maka, sebelum dilakukan pencabutan
sebaiknya dilakukan pengairan terlebih dahulu agar tanah menjadi lunak
(Kanisius, 1989).

7. Pascapanen

Kegiatan yang perlu diperhatikan pascapanen adalah:

1. Penyortiran dan penggolongan, pilah-pilah polong tua dan polong yang


muda untuk dipisahkan berdasarkan derajat ketuaannnya, lalu seleksi polong yang
rusak atau busuk untuk dibuang (Prihatman, 2000).

2. Penyimpanan, kacang tanah sebaiknya disimpan di dalam kaleng kering


dan tertutup rapat. Kacang tanah ini disimpan dalam bentuk polong. Sebelum
disimpan, polong kacang tanah harus dijemur terlebih dahulu (Kanisius, 1989).

Usaha peningkatan produksi

Berbagai usaha harus ditempuh untuk meningkatkan produksi tanaman


kacang tanah. Agar usaha peningkatan produksi kacang tanah ini bisa menjadi
kenyataan maka haruslah selalu diperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kehidupan tanaman dan perkembangannya. Faktor-faktor penentu itu
antara lain adalah: musim tanam, keadaan struktur tanah, bibit, serta jenis varietas
tanaman. Agar usaha peningkatan hasil produksi ini berhasil, baiklah
dipertimbangkan beberapa faktor penunjang antara lain adalah: pola pergiliran
tanaman, lahan yang cocok, keadaan bibit, perbaikan jenis, peranan bintil akar
serta inokulasi Rhizobium (Kanisius, 1989).
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada pada tanggal 23 September - 8 November
2023. Praktikum ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura.

B. Alat dan Bahan


Alat :

- Cangkul - Gembor

- Ember - Koret
- Polybag - Oven
- Pipet tetes - Timbangan
- Penggaris - Sabit
- pisau - Alattulis

Bahan :

- BenihKacang Tanah, Kedelai, dan Kacang Hijau.


- PupukKandang
- Pupukanorganik (NPK)
- Furadan 3G
- Dolomit
- Tanah (Alluvial)
C. Pelaksanaan Praktikum
Adapun metode pelaksanaan praktikum teknologi budidaya tanaman
legum dan umbi-umbian, yaitu :

a. Persiapan
1. Siapkan tanah alluvial yang akan digunakan dalam praktikum, diambil pada
kedalaman 0 - 20 cm dari permukaan tanah, kemudian dikering anginkan
selama 1 minggu. Selanjutnya tanah tersebut dimasukkan pada setiap
polybag sebanyak 8 kg yang sudah dicampur dengan pupuk kandang
sebayak 75 g/tanaman dan kapur 15,5 gr/tanaman . jumlah tanah yang
diperlukan sebanyak 6 polybag dan inkubasi selama 7 hari.
2. Lakukan seleksi benih kacang tanah. Benih terlebih dahulu dipilih yang
baik dengan cara dimasukkan dalam baskom yang berisi air. Benih yang
digunakan adalah biji–biji yang tenggelam. Benih yang telah terseleksi
kemudian ditanam pada media tanaman dalam polybag.
3. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam pada polybag.
Sebelum ditanam benih diinokulsi dengan Rhizobium. Dalam satu polybag
ditanam 3 benih.
4. Pemberian pupuk NPK sebanyak 0,262 gr per polybag, diberikan 2 kali
yaitu pada saat tanam dan pada saat fase vegetative maksimum.

b. Pemeliharaan
1. Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati / tidak tumbuh paling
lambat 1 minggu setelah tanam & penjarangan.
2. Penjarangan atau mengurangi tanaman per lubang tanam dilakukan pada
umur 1 MST dengan mencabut tanaman dan menyisakan satu tanaman per
lubang yang baik pertumbuhannya.
3. Pengairan terutama dilakukan pada periode kritis tanaman yaitu pada
pertumbuhan awal sehingga (umur 15 hari) &, awal berbunga, umur (28
hari) &, pembentukan dan pengisian polong umur (50 hari) &, dan awal
pemasakan umur (75 hari).
4. Tanaman dijaga kebersihan dari gulma dan dilakukan pengendalian HPT
jika diperlukan.
5. Panen dan pasca panen. Umur panen tergantung pada varietas. Ciri-ciri
tanaman kacang tanah siap panen (daun menguning dan sebagian
berguguran, kulit polong mengeras, berserat, bagian dalam berwarna
coklat, jika ditekan polong mudah pecah.
6. Perontokan polong kemudian dikeringkan hingga kadar air 12 %, ditandai
dengan terkelupasnya kulit ari.

D. Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil sampel tanaman yang
diamati meliputi:

1. Tinggi tanaman (cm). Pengamatan dilakukan mulai umur 2 MST sampai


fase vegetative maksimum (saat berbunga) dengan interval 1 minggu
sekali (tinggi batang utama sampai titik tumbuh).
2. Jumlah cabang. Pengamatan dilakuakan dengan cara menghitung jumlah
cabang per tanaman,dilakukan pada saat tanaman berbunga.
3. Bobot kering tanaman (g) Pengamatan dilakukan dengan cara brangkasan
tanaman yang telah ditimbang bobot segarnya kemudian dioven dengan
suhu 105˚C selama 24 jam, sampai diperoleh bobot konstan.
4. Mulai berbunga (hari). Pengamatan dilakukan ketika sudah ada minimal 1
tanaman berbunga.
5. Jumlah polong total per tanaman. Pengamatan dilakukan dengan
menghitung jumlah seluruh polong yang terbentuk, baik yang isi maupun
hampa.
6. Jumlah polong isi per tanaman. Pengamatan dilakukan dengan cara
menghitung jumlah polong isi atau bernas/tanaman.
7. Bobot biji per tanaman 9g). Pengamatan dilakukan dengan cara
menimbang biji per tanaman sampel, yang sebelumnya polong
dikeringkan dengan cara dijemur sampai diperoleh kadar air biji maksimal
100%.
8. Bobot 100 biji (g). Bobot 100 biji diamati dengan cara menimbang 100
biji kacang tanah dari polybag.
9. Panen dan penimbangan diulang > 1 kali dari biji yang berbeda. Selain itu
juga diukur suhu dan kelembaban udara harian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

 Tinggi Tanaman dan Jumlah Cabang


Kode Tinggi Tanaman
Perlakuan
Minggu ke-2 Minggu ke-3 Jumlah Cabang

K1P1 4,5 cm 21, 5 cm 11

K2P2 5 cm 25,5 cm 15

K2P1 4 cm 26 cm 14

K2P2 3,8 cm 20,8 cm 11

K3P1 4,6 cm 23 cm 13

K3P2 6,2 cm 21cm 14

Menurut (Maesen dan Somaatmadja, 2005) mengemukakan bahwa kacang


tanah merupakan tanaman monocius yang berbentuk tegak atau menjalar dan
merupakan tanaman herba tahunan. Tinggi tanaman kacang tanah umumnya 15-
70 cm.

Data rataan pengamatan tinggi tanaman (cm) akibat pemberian pupuk


kandang sapi dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang
tanah (Arachis hypogaea L) umur 2 dan 3 minggu setelah tanam dapat dilihat pada
table diatas. Tinggi tanaman pada minggu ke paling tinggi terdapat pada
perlakuan K3P2 yaitu 6,2 cm. Dan pada minggu ke 3 tinggi tanaman bertambah
dengan siginifikan dan memberikan respon pertumbuhan dengan baik dengan
tinggi sebesar 26 cm.
Pada variabel mengukur banyaknya cabang tanaman kacang tanah
kasusnya tidak
jauh beda dari kasus pada tinggi tanaman. Awalnya cabang tanaman terus bertamb
ah setiap minggunya namun pada pengamatan ke4 dan ke 5 pertumbuhan jumlah
cabang mulai sedikit yang tumbuh hanya cabang sekunder kacang tanah pada
ketiak daun Jumlah cabang pada tanaman juga mengalami pertumbuhan yang
baik. Jumlah cabang tanaman kacang tanah dalam pengamatan selama 4
minggu,yaitu cabang terbanyak yaitu 14 cabang.

Hal ini diduga bahwa pupuk kandang sapi dapat memberikan atau
mensuplai unsur hara dengan baik terhadap tanaman karena salah satu fungsi
pupuk kandang adalah memperbaiki struktur tanah sehingga tanaman dapat
menyerap hara dari dalam tanah dengan baik. Hal ini mungkin juga terjadi karena
kandungan unsur hara pokok seperti nitrogen, fosfor dan kalium yang terdapat
pada pupuk kandang sapi. Pemberian pupuk NPK juga memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah. Dosis NPK telah
memberikan pertumbuhan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah cabang yang
baik berarti dosis ini merupakan dosis optimal. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk
NPK dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman terutama tinggi tanaman, diduga
karena peranan dari masing-masing pupuk N, P dan K yang dapat merangsang
pertumbuhan vegetatif tanaman.

Sistem tanam didalam polibag dengan pemberian jenis pupuk kandang +


Dolomit + NPK memberikan tinggi tanaman lebih baik dibandingkan hanya
pemberian jenis pupuk kandang. Jumakir et al. (2000) menyatakan bahwa
kombinasi antara kapur dan pemupukan menghasilkan pertumbuhan kacang tanah
lebih tinggi dibanding tanpa kapur dan pupuk.

 Waktu Tanaman Berbunga


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan bunga muncul pada umur 20 hari
setelah masa tanam atau sekitar 3 ,minggu , tanaman akan mulai berbunga.
Hasil dari penyerbukan dan pembuahan biasanya akan tumbuh ginofor yang
menuju ke tanah dan menembus ke tanah dan nantinya akan menjadi
polong. Warna bunga kcang tanah berwarna kuning
Bunga kacang tanah menyerbuk sendiri (self pollination) pada malam hari
dan hanya 70%-75% yang membentuk bakal buah polong (ginofor). Bunga mekar
bervariasi tergantung pada varietasnya. Berat biji kacang tanah antara 25-40 gram
per 100 biji untuk ukuran kecil sedangkan biji ukuran besar lebih kurang 50 gram
per 100 biji (Rukmana, 2007).

 Bobot Segar, Volume Akar dan Bobot Kering Kering

Kode perlakuan Bobot Volume Akar Bobot kering


Segar

K1P1 88 gram 11,3 ml3 9,91 gram

K2P2 63 gram 5,9 ml3 8,06 gram

Kadar Air

Nilai kadar air relatif daun diukur menggunakan metode Slatyer dan Barrs
(1965) yang dimodifikasi, dengan cara: sampel daun segar ditimbang sehingga
didapatkan berat segar (BS), kemudian dimasukkan ke dalam cup. Cup berisi
sampel daun segar diberi aquadest sehingga seluruh permukaan daun terendam,
ditutup dengan kertas saring, dan disimpan dalam suhu ruang selama 18-24 jam.
Air yang masih tersisa dibuang dan sampel ditiriskan dengan tisu, ditimbang
sehingga didapatkan berat turgid (BT). Kemudian sampel dioven pada suhu 600 C
selama 2x24 jam, ditimbang dan didapatkan berat kering (BK). Nilai kadar air
relatif daun (KARD) didapatkan dengan menggunakan perhitungan: KARD =
(BS-BK)/(BT-BK) x 100%

Bobot kering

Bobot kering dapat menunjukkan produktivitas tanaman karena 90 hasil


fotosintesis terdapat dalam bentuk berat kering Gardner et al., 1991. Pada akhir
stadia vegetatif, pengaruh kadar lengas tanah tidak berbeda nyata. Apabila dilihat
dari nilai bobot kering tajuk tanaman kacang tunggak, tanaman yang
dipertahankan padar kadar lengas tanah 75, 50 dan 25 air tersedia pada stadia
vegetatif memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman kacang
tunggak pada perlakuan lain. Hal ini disebabkan air yang digunakan untuk proses
fotosintesis lebih sedikit daripada tanaman dengan kadar lengas tanah 100 air
tersedia. Cekaman kekeringan terlebih dahulu mempengaruhi daya hantar
stomata, yaitu kemampuan stomata melewatkan gas terutama uap air dan CO 2 .
Pada kondisi tercekam kekeringan, stomata akan menutup karena adanya
akumulasi penimbunan asam absisat ABA serta akibat adanya interaksi dengan
suhu yang tinggi. Cekaman kekeringan juga berakibat pada peningkatan tahanan
difusi stomata dan tahanan mesofil. Tahanan difusi stomata adalah kebalikan dari
daya hantar stomata, demikian pula tahanan mesofil adalah kebalikan dari daya
hantar mesofil. Tahanan difusi stomata yang meningkat karena stomata menutup
akan menghambat asimilasi karbon, sedangkan tahanan mesofil yang meningkat
akan menurunkan aktivitas enzim karboksilase. Stomata yang menutup
mengakibatkan CO 2 menurun dan O 2 meningkat, sehingga fotorespirasi
meningkat. Cekaman kekeringan juga mengakibatkan suhu naik, titik kompensasi
CO 2 naik, serta enzim karboksilase lebih responsif terhadap oksigen karena
enzim tersebut bersifat amfoterik dan berubah fungsi menjadi oksigenase.
Aktivitas oksigenase mengakibatkan fotorespirasi meningkat yang akhirnya
mengakibatkan menurunnya hasil fotosintesis bersih Efendi, 2008. Pada akhir
stadia pembungaan dan stadia pengisian polong, bobot kering tanaman
menunjukan pengaruh yang tidak beda nyata. Hal ini diduga karena selama stadia
pembungaan dan pengisian polong, air yang berada dalam sel tanaman digunakan
untuk pembentukan bunga dan pembentukan polong serta biji sehingga
menyebabkan pengaruh terhadap bobot kering tanaman yang sama pada semua
perlakuan. Bobot kering tajuk tanaman kacang tunggak pada akhir stadia
pembungaan dengan perlakuan kadar lengas tanah 25 air tersedia pada stadia
pembungaan memiliki bobot yang paling kecil dibandingkan perlakuan lain. Hal
ini menunjukan selama stadia pembungaan tanaman kacang tunggak menunjukan
respon yang berbeda pada kadar lengas tanah 25 air tersedia terhadap bobot kering
tajuk tanaman. Pada akhir stadia pengisian polong, perlakuan kadar lengas tanah
50, 25 air tersedia pada stadia vegetatif, kadar lengas tanah 25 air tersedia pada
stadia pembungaan dan kadar lengas tanah 50, 25 air tersedia pada satadia
pengisian polong menyebabkan bobot kering tanaman cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini menunjukan selama stadia vegetatif,
pembungaan dan pengisian polong tanaman kacang tunggak harus dipertahankan
pada kadar lengas tanah diatas 50 air tersedia untuk mempertahankan bobot kering
tajuk tanaman.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulannya, kombinasi pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk
NPK pada tanaman kacang tanah dapat memberikan pertumbuhan yang
optimal. Pupuk kandang sapi menyediakan nutrisi organik penting,
sementara pupuk NPK memberikan dosis keseimbangan unsur hara
esensial, menciptakan lingkungan tanah yang subur untuk pertumbuhan
kacang tanah yang maksimal.Selain itu, pemberian pupuk kandang sapi
dapat meningkatkan kesehatan mikroba tanah dan struktur tanah,
memfasilitasi penyerapan unsur hara yang lebih baik. Pupuk NPK, dengan
formulasi yang tepat, memberikan tambahan spesifik unsur hara seperti
nitrogen, fosfor, dan kalium, yang diperlukan untuk perkembangan
vegetatif, pembentukan bunga, dan pembentukan biji kacang tanah.
Kombinasi ini secara holistik mendukung pertumbuhan optimal tanaman
kacang tanah.

B. SARAN
Untuk praktikum selanjutnya sebaiknya lebih memperhatikan waktu
pengamatan dan teliti dalam mengerjekan prosedur kerja serta melakukan
perawatan dan pemeliharaan yang baik untuk mendapatkan hasilyang
maksimal
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Gulma Tanaman. eone87.wordpress.com/2008/11/13/ gulma-


tanaman. 23 Maret 2011.

Barus, B dan U. S. Wiradisastra, 2000, Sistem Informasi Geografi Sarana


Manajemen Sumberdaya, Laboratorium Penginderaan Jauh dan
Kartografi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Harsono, A. 1993. Gulma pada Tanaman Kacang Tanah. Dalam Kasno, A., A.
Winarto, Sunardi. Kacang Tanah (Hal. 153-170). Monograf Balittan
Malang No. 12. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang.

Harsono, A. 2007. Kekeringan pada kacang tanah di lahan kering dan


penanggulangannnya. Di dalam: Harnowo D, Rahmianna AA,
Suharsono, Adie MM, Rozi F, Subandi, Makarim AK, penyunting.
Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung
Kemandirian Pangan; Waktu pertemuan (8 September 2006); Malang.
Indonesia. Bogor (ID): Pusat

Jumakir, Endrizal, Suyamto. 2000. Uji beberapa paket pemupukan dan dolomit
terhadap hasil kedelai di lahan rawa pasang surut Provinsi Jambi. Jurnal
Lahan Sub Optimal. 5(1): 86-94.

Maesen van den Sar, L. J. G. dan S. Somaatmadja. 2005. Plant Resources Of


South East Asia No. 1 : Pulpes. Prosea. Journal Of Soil Science and Plant
Nutrion. Bogor.

Ratnapuri, I. 2008. Karakteristik pertumbuhan dan produksi lima varietas kacang


tanah (Arachis hypogaea L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

Risdiyanto, I, Setiawan R. 2007. Metode neraca energi untuk perhitungan indeks


luas daun mrnggunakan data citra satelit multi spektal. J Agromet
Indonesia. 21(2):27-28

Sutrisno. 2004. Studi Dosis Pupuk dan Jarak Tanam Kacang Tanah (Arachis
hypogaea, L.). Pati (ID): Kantor Litbang Kabupaten Pati
DOKUMENTASI

You might also like