You are on page 1of 107

PEMBINAAN REMAJA DI DESA SIMPASAI KECAMATAN

MONTA KABUPATEN BIMA

SKRIPSI
Diajukan guna untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan program studi Ilmu Administrasi Negara dan
mencapai gelar sarjana sosial
Oleh :

Nur Juhriati
NIM. 1901181

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS MBOJO BIMA
TAHUN 2023

i
SKRIPSI

PEMBINAAN REMAJA DI DESA SIMPASAI KECAMATAN


MONTA KABUPATEN BIMA

SKRIPSI

Diajukan guna untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan program studi Ilmu Administrasi Negara dan mencapai
gelar sarjana sosial

Oleh :
Nur Juhriati
NIM. 1901181

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS MBOJO BIMA
TAHUN 2023

iiii
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL PENELITIAN : PEMBINAAN REMAJA DI DESA


SIMPASAI KECAMATAN MONTA
KABUPATEN BIMA

NAMA MAHASISWA : Nur Juhriati


NOMOR INDUK : 1901181

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H.Muhammad Taufik. M.AP Sahrul, S.Sos.M.PSDM


NIDN. 0801057001 NIDN. 0811018701

Mengetahui :
Universitas Mbojo Bima,
Rektor,

Dr. Rifai,S.Sos.,M.Si
NIDN.0829066901

iii
iii
HALAMAN PENGESAHAN

Pada hari ini, Sabtu, 26 Agustus Tahun 2023

Nama Mahasiswa : JumratunAulia

Nomor Induk Mahasiswa : 1901057

Telah diterima oleh Panitia Ujian Sarjana Universitas Mbojo Bima, Sebagai salah
satu syarat guna memperoleh Kesarjanaan (S1) dalam Bidang
Ilmu Administrasi Negara

Panitia Ujian :

Ketua : Drs. Muhammad Taufiq, M.AP (……………………)

Sekretaris : Abdul Kadir, S.sos., M.AP (……………………)

Anggota : 1. Drs. Muhammad Taufiq, M.AP (……………………)

2. Abdul Kadir, S.sos., M.AP (……………………)

3. Sahrul, S.Sos., M.PSDM (……………………)

4. Hendra, S.Sos, M.A (……………………)

iviv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim…………………………………….
Dengan Rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Skripsi ini ku
persembahkan kepada orang-orang yang sangat aku cintai yaitu:
1. Kedua orang tuaku tercinta, dan terima kasih tak terhingga atas segala doa,
kasih sayang, dan motivasi yang luar biasa, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Teman seperjuanganku terima kasih atas kebersamaan dan kenangan indah
selama ini. Kebersamaan yang pernah kita lalui tidak akan pernah
terlupakan .
3. Bapak-Ibu Dosen yang selalu Membantu, Membimbing dan Memotivasiku
selama ini.
4. Almamater kebanggaanku

v
v
HALAMAN MOTTO

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai
dengan doa, karena sesungguhnya nasip seseorang manusia tidak akan
berubah dengan sendirinya tanpa berusaha.
MAN JADDA WAJADA
“Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil”
MAN SHABARA ZHAFIRA
“Siapa yang bersabar pasti beruntung”

vi
vi
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Juhriati

Nim :1901181

Program Studi :Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini merupakan hasil

karya sendiri, kecuali jika kutipan substansi disebutkan sumber pustakanya dan

tidak pernah diajukan oleh seseorang, saya bertanggung jawab atas keabsahan dan

kebenaran isinya sesuai dengan norma ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan apabila dikemudian

hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia diberi sanksi dengan ketentuan

yang berlaku.

Bima, Juli 2023

Nur Juhriati
1901181

viivii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya

peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembinaan Remaja Di Desa

Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima

Sebagai suatu karya ilmiah, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi

ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini karena keterbatasan kemampuan

peneliti. Tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, peneliti yakin bahwa karya

ilmiah ini tidak akan terselesaikan sebagaimana mestinya. Karena itu peneliti

merasa wajib menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga kepada :

1. Bapak Drs. H. Mukhtar Yasin, M.AP Selaku Ketua yayasanPembina

Pendidikan Mbojo.

2. Bapak Dr. Rifai.,S.Sos.,M.Si Selaku Rektor Universitas Mbojo Bima.

3. Bapak Drs.H.Muhammad Taufik, M.AP, selaku Dosen Pembimbing I

dan Bapak SahrulS.Sos.,M.PSDM, selaku Dosen pembimbing II yang

tidak kenal lelah dan meluangkan banyak waktu untuk membimbing

penulis.

4. Bapak/Ibu Dosen Universitas Mbojo Bima yang telah memberikan dan

menuangkan ilmu pengetahuan, dan seluruh staf yang telah

memberikan pelayanan selama penulis mengikuti perkuliahan.

5. Teristimewakan kepada kedua orang tua dan saudariku tercinta, yang

untaian cinta dan kasih sayangnya tiada dan tidak akan pernah

berakhir, yang selalu memberikan dorongan yang tiada hentinya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

viii
viii
6. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu

persatu pada kata pengantar ini. Semoga budi baik semua pihak turut

terlibat dalam penyelesaian skripsi ini penulis serahkan sepenuhnya

kepada Allah SWT, semoga Allah SWT berkenan membalas amal

kebaikan kita semua Aamiin..

Bima, Juli 2023


Penulis

Penulis

ixix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI...................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................... v
HALAMAN MOTTO...................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................... vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………... viii
ABSTRAK........................................................................................ x
DAFTAR ISI ………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL............................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................ 7
D. Fokus Penelitian ..................................................................... 7
E. Sistematika Pembahasan ........................................................ 8

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pengertian Pembinaan............................................................ 12
B. Tujuan Pembinaan Remaja..................................................... 17
C. Pentingnya pembinaan bagi remaja........................................ 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 23
B. Lokasi Penelitian ................................................................... 24
C. Penentuan Informan ............................................................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 27
E. Tehnik PemeriksaanKeabsahaan Data ................................... 29

xx
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................... 54
B. Hasil Pembahasan .................................................................. 58

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 83
B. Saran ...................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA

xi
ABSTRAK

Nur Juhriati Nim. 1901181 Pembinaan Remaja Di Desa Simpasai


Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

Pemberdayaan generasi muda merupakan mata rantai dan bagian yang tidak
terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh
masyarakat Indonesia. Keberhasilan pemberdayaan generasi muda sebagai sumber
daya manusia berkualitas dan mempunyai keunggulan daya saing merupakan
tolok ukur kunci keberhasilan pembangunan nasional. Tujuan Penelitian adalah
Untuk menggambarkan pelaksanaan pembinaan remaja di Desa Simpasai
Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Mengacu pada pendapat di atas, maka dalam
penulisan karya ilmiah remaja ini peneliti menggunakan jenis penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan pembinaan
remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Tehnik
pengumpulandata dalam penelitian ini adalah Untuk mendapatkan data atau
informasi yang valid dan reliabel, dalam penelitian ini digunakan alat pengumpul
data berupa kuesioner sebagai alat pengumpul data utama (primer), wawancara,
dokumentasi, dan observasi.Dalam menganalisa data yang telah terkumpul dari
hasil penelitian ini, baik yang diperoleh melalui kuesioner atau angket, interview,
dan dokumentasi, diolah secara deskriptif kuantitatif. Berdasarkan uraian pada bab
IV deskripsi Lokasi penelitian dan Pembahasan hasil penilitian, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :1. Pelaksanaan Pembinaan Remaja di Desa
Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bimatelah berhasil dilaksanakan dengan
baik, Hal ini didukung dari hasil penilaian responden melalui bimbingan
beragama bagi remaja sangat tepat ,pembangunan sarana dan prasarana ibadah
dengan penyediaan aksesibilitas bagi remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta
Sangat tepat , pembinaan keterampilan bagi remaja Sangat tepat ,bimbingan
sosial bagi remaja Sangat tepat serta pembinaan ekonomi produktif kepada para
remaja Sangat tepat,2.Dampak Penyelenggaraan Pembinaan Remaja di Desa
Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima telah berhasil dilaksanakan dengan
baik .Hal ini didukung dari hasil penilaian responden melalui dampak pembinaan
para remaja berupa meningkatnya pengetahuan remaja Sangat baik,dampak
pembinaan kepada para remaja dapat penguasaan keterampilan dan keahlian
Sangat baik , Dampak pembinaan bagi remaja adanya perubahan prilaku Sangat
baik , dampak pembinaan kepada para remaja dapat Memiliki kreativitas dan
potensi diri bagi remaja Sangat baik.

Kata Kunci : Pembinaan, Remaja


.

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap kelompok menginginkan adanya perilaku yang teratur dan sesuai

dengan yang diinginkan para anggotanya. Keteraturan dihasilkan dari proses

sosialisasi sehingga penyesuaian diri merupakan bentuk interaksi sosial agar

perilaku seseorang terhadap orang lain sesuai dengan harapan-harapan

kelompoknya. Apabila perilaku yang terjadi tidak sesuai dengan tuntutan

masyarakat, maka terjadi suatu penyimpangan.

Perilaku menyimpang merupakan hasil dari proses sosialisasi yang tidak

sempurna. Penyimpangan juga dapat disebabkan oleh penyerapan nilai dan

norma yang tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Perubahan masyarakat merupakan kenyataan yang dibuktikan oleh

gejala-gejala seperti : depersonalisasi, adanya frustrasi dan apati atau

kelumpuhan mental, pertentangan dan perbedaan pendapat mengenai norma-

norma susila yang sebelumnya dianggap mutlak, adanya pendapat generation

gap (jurang pengertian antar generasi) dan lain-lain. Memang ada tidaknya

suatu perubahan masyarakat, yaitu terganggunya keseimbangan (equilibrium)

antar satuan sosial dalam masyarakat, hanya dapat dilihat melalui gejala-gejala

ini.

Banyak penyebab perubahan masyarakat termasuk generasi muda di

dalamnya, yaitu antara lain ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi serta

penggunaannya oleh masyarakat, komunikasi dan transportasi, urbanisasi,

perubahan atau peningkatan harapan dan tuntutan manusia; semua ini


1
mempengaruhi dan mempunyai akibat terhadap masyarakat yaitu perubahan

masyarakat melalui kejutan dan karenanya terjadilah perubahan masyarakat.

Setiap masyarakat akan mengalami perubahan-perubahan, ada

perubahan yang mengalami kemajuan dan ada pula yang mengalami

kemunduran, bahkan ada yang pengaruhnya luas dan ada juga yang terjadi

lambat dalam proses kehidupan sosial, karena pada dasarnya tidaklah dapat

dikatakan bahwa masyarakat itu adalah statis. Proses perubahan kehidupan

tersebut sebagai akibat dari transformasi nilai lama ke nilai baru atau

perubahan nilai hidup masyarakat tradisional ke nilai hidup masyarakat

moderen. Akibat dari transfomasi nilai itu, terjadilah perubahan sikap atau

prilaku generasi muda, yang dulunya sikap mereka masih melekat dengan

nilai-nilai agama, nilai budaya dan bahkan mereka sangat lugu terhadap

perubahan-perubahan nilai secara normatif dalam masyarakat. Perubahan

dalam masyarakat dapat berupa norma, nilai-nilai, pola prilaku individu,

kelompok maupun masyarakat itu sendiri. Perubahan-perubahan itu ada yang

membawa pengaruh positif dan ada pula yang sebaliknya. Demikian pula

halnya dengan pertambahan penduduk yang cepat, membawa akibat terhadap

terjadinya proses perubahan terhadap masyarakat. Pada masa dulu sebelum

penduduk bertambah dengan cepat, kehidupan orang secara homogen bentuk

kehidupan mereka penuh dengan sikap kekeluargaan. Kalau ada satu keluarga

yang mendapat kesulitan, maka keluarga lain membantu dengan tulus ikhlas

tanpa mengharap imbalan.

Tapi setelah arah pembangunan semakin progresif dan maju,

pertambahan penduduk yang cepat khususnya di daerah perkotaan, dapat


2
mengakibatkan beberapa perubahan situasi dalam masyarakat. Norma-norma

lama sedikit demi sedikit beralih kepada norma-norma baru, sifat kegotong-

royongan dan kekeluargaan berbalik pada individual, setiap orang cenderung

untuk memikirkan dirinya daripada memikirkan orang lain.

Perubahan-perubahan norma sosial yang demikian akan lebih jelas

kelihatan dalam kehidupan masyarakat kota. Perubahan-perubahan pada

masyarakat kota terutama disebabkan oleh :

a. Komunikasi yang lancar, penerangan atau informasi baik melalui


radio, surat kabar, televisi dan lain-lain mengenai suatu hal lebih
mudah diterima.
b. Penduduk kota berasal dari berbagai suku, pertemuan antara suku
ini lebih mudah mempengaruhi cara berfikir lama dan timbul
pemikiran baru tentang kehidupan sosial.
c. Mata pencaharian penduduk kota kebanyakan pada bidang jasa,
kondisi ini memungkinkan orang kota lebih dinamis.
d. Kehidupan kota lebih berorientasi pada kehidupan ekonomi,
segala sesuatu diperhitungkan dari segi ekonomi.
e. Kota pada umumnya penduduknya padat, kepadatan penduduk ini
menyebabkan mereka berjuang untuk hidup lebih giat dan lebih
mementingkan diri sendiri dan keluarganya (BKKBN Pusat,1998: 6).

Perubahan tersebut, banyak tingkah laku dan perbuatan yang pada

dasarnya di luar norma agama, tetapi selalu dikerjakan seolah-olah perbuatan

tersebut tidak dilarang agama, padahal kehidupan mereka semasih berada di

desa asalnya tidak banyak masalah yang mereka hadapi, kebutuhan mereka

tidak sebanyak kebutuhan orang di kota. Tingkah laku orang desa tidak

seagresif orang kota, segala sesuatu dilakukan dengan penuh ketegangan. Oleh

karena itu, kemajuan-kemajuan yang dicapai di desanya dalam segala bidang

tidak secepat di kota. Tetapi dalam norma-norma sosial orang desa lebih dapat

mempertahankan kehidupan atau kebiasaan adat-istiadatnya daripada orang

kota.
3
Tingkat pendidikan yang makin maju, komunikasi yang makin terbuka

telah membawa pengaruh positif terhadap sikap hidup manusia. Namun pada

sisi lain terlihat bahwa dalam proses pembangunan bangsa yang telah tinggal

landas, sedang terjadi proses transformasi nilai dari masyarakat agraris atau

tradisional ke masyarakat industrial atau moderen. Perubahan nilai ini juga

secara deras telah mempengaruhi pola dan prilaku kehidupan manusia yang

dulu masih dianggap tabu. Gejala ini memberi peluang terjadinya prilaku

seksual yang menyimpang, tindakan-tindakan krimanal, perjudian,

penggunaan obat-obat terlarang, dan memperbesar kemungkinan terjadinya

kebobrokan moral.

Sosiolog Amerika cenderung memandang bahwa perubahan sosial

semacam itu sedikit banyak merupakan akibat dari perubahan normative,

menurut pandangan ini : “Di mana penyimpangan dalam bentuk penolakan

terhadap norma-norma yang ada dan pembentukan norma-norma yang baru

adalah kekuatan pendorong utama dari perubahan sosial.”(Paulus Wirutomo,

2015 : 68).

Pendapat tersebut memberi gambaran kepada kita bahwa perubahan-

perubahan normatif seperti : perubahan nilai lama ke nilai baru atau dari nilai

tradisional ke nilai moderen dapat mempengaruhi ekses-ekses yang tidak

diharapkan. Kita mengetahui bahwa kobaran gejolak sikap atau prilaku

generasi muda sangat ditunjang oleh vitalitas dan semangat yang tidak

terkendali, demikian pula halnya dengan ekses-ekses yang tidak bertanggung

jawab atau yang di luar batas norma agama. Padahal mereka mengetahui kalau

prilaku semacam itu dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
4
Perkembangan sosial kemasyarakatan pada prilaku generasi muda perlu

dipahami, dimengerti, karena perkembangan sosial itu sendiri tidaklah dapat

terpikirkan terpisah dari aspek-spek perkembangan lainnya, seperti : hubungan

yang dekat dengan perkembangan emosional, perubahan sosiologi, aktifitas

intelektual dan gambaran diri dapat diamati dalam setiap bentuk prilaku

generasi muda.

Bentuk prilaku generasi muda bermacam-macam sifat dan khasnya. Ada

yang menunjukan sikap egois, sportif, malas, enggan melakukan hal-hal yang

bermanfaat dan senang melakukan hal-hal yang negatif atau merusak

kehormatan dirinya itu sudah merupakan sebagai bagian dari tradisi kehidupan

generasi muda. Ataupun pada akhir-akhir ini tidak sedikit rumah-rumah

kontrakan digunakan sebagai ajang perjudian, minum-minuman keras,

penggunaan obat-obat terlarang, dan tempat perzinahan, serta rumah

kontrakan tidak lagi berfungsi sebagaimana layaknya rumah orang terpelajar.

Ini sebagai akibat dari pengaruh perubahan sosial dan kebudayaan.

Sekilas memang tidak tampak adanya hubungan antara perubahan sosial,

tingkat pendidikan dan iptek yang maju, proses transformasi nilai dari

masyarakat agraris atau tradisional ke masyarakat modern dengan tingkat

perubahan prilaku yang menyimpang namun sesungguhnya sangat erat karena

perubahan dan kemajuan tersebut berpengaruh langsung terhadap sendi-sendi

prilaku kehidupan generasi muda. Akibat yang secara tidak langsung inilah

yang merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan adanya tindakan yang

tidak bertanggung jawab atau sikap dan prilaku yang menyimpang, misalnya :

5
1. Perubahan sosial yang tidak seimbang

antara proses transformasi nilai dari masyarakat agraris ke masyarakat

industrial dapat menyebabkan perubahan prilaku generasi muda yang

dulunya lugu menjadi beringas.

2. Pandangan hidup masyarakat dengan cara

hidup yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan memperhitungkan

segala sesuatu dengan nilai material.

3. Sikap hidup atau gaya hidup masyarakat

kota menuntut biaya banyak, kebutuhan jauh lebih besar dibandingkan

dengan masyarakat di desa.

Akibat dari keseluruhan ini menimbulkan gejala-gejala yang negatif,

orang tidak segan-segan lagi melanggar norma-norma hukum dan kesusilaan

demi tercapainya tujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (M.

Cholil Mansyur, 2018 : 113).

Pendapat tersebut pada kenyataannya memang benar, kehidupan

masyarakat kota semata-mata hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan

keluarga daripada memikirkan orang lain. Hal ini disebabkan oleh

perkembangan dan kemajuan pembangunan masyarakat kota yang serba

canggih, dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai, sehingga membuat

masyarakat kota berpengaruh sikapnya untuk melakukan hal-hal yang

bertentangan dengan batas-batas norma kemanusiaan.

Hampir semua bentuk kehidupan masyarakat kota dikejar oleh

kehidupan duniawi, karena situasi menuntut demikian, kadang-kadang

masyarakat kota tidak mengenal halal dan haram, asalkan mendatangkan hasil,
6
bahkan mereka jarang pulang ke rumah, sehingga keluarganya di rumah

kurang mendapatkan perhatian, akhirnya muncullah berbagai gejolak dan

tindakan yang tidak diharapkan bagi keluarganya. Ini sebagai akibat dari

lemahnya kontrol terhadap keluarganya. Demikian juga hal kehidupan

generasi muda, kadang-kadang mereka terpancing dengan situasi

perkembangan pembangunan di kota, karena segala sesuatu yang di inginkan

selalu tersedia. Mereka lupa akan kehidupan dan adat istiadat di daerahnya

karena di pengaruh oleh keindahan dan panorama kota yang serba mempesona

dan menggiurkan, sehingga mereka tidak segan-segan melakukan tindakan

yang melanggar batas-batas kenormalan.Ini semua sebagi akibat dari

kelemahan diri mereka sendiri, dan kebanyakan mereka lepas kontrol akan

dirinya. Perubahan prilaku generasi muda sangat tergantung pada

pengontrolan dan pengendalian dirinya sendiri, itulah kunci yang menghindari

dari segala kebejatan moral.

Uraian itu semua, dapatlah di simpulkan bahwa susunan masyarakat

dan pandangan hidup yang berubah pada masyarakat kota, sama-sama bekerja

sekuat-kuatnya untuk melepaskan manusia dari tiap-tiap tindakan tradisional,

dan susunan sosial yang baru juga memudahkan pengganti golongan atau

kehidupan masyarakat yang satu oleh kehidupan masyarakat yang lainnya,

serta pandangan hidup masyarakat kota yang menjurus pada sikap

materialistis. Disini sudah nampak jelas dari sikap hidup maupun tingkah laku

kota yang mengarah pada mementingkan diri pribadi, pengaruh kesibukan-

kesibukan dan gaya hidup yang dinamis, yang mana mengakibatkan mereka

untuk mengabaikan faktor-faktor sosial, seperti dalam hal lemahnya kontrol


7
sosial yang dapat menimbulkan gejala-gejala yang negatif, misalnya :

timbulnya dekadensi moral, tindak kriminal, pemerasan, pemalsuan dan lain-

lain.

Di samping itu, dengan semakin majunya ilmu-ilmu pengetahuan,

tekhnologi dan arus informasi yang deras dengan di ikuti oleh perkembangan

lembaga pendidikan tinggi di masyarakat perkotaan, juga akan mempengaruhi

perubahan sikap atau prilaku manusia khususnya generasi muda pada tiap-tiap

individu sudah jelas akan mempunyai sikap atau prilaku dan tujuan hidup

yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dari keanekaragaman

sifat hidup ini, maka menyebabkan munculnya berbagi macam konflik; yaitu

konflik di antara pikiran, perasaan dan kemauan yang saling berbenturan dan

berlawanan dalam kehidupan pribadi generasi muda, yang mana pada

kenyataannya bahwa kehidupan prilaku generasi muda sekarang ini sangatlah

kompleks dan problematik atau penuh dengan masalah-masalah prilaku yang

tidak sesuai dengan hukum atau norma yang berlaku di masyarakat.

Pembinaan dan pengembangan pemuda sebagai generasi pewaris nilai-

nilai luhur budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan

pembangunan diarahkan agar menjadi kader pemimpin bangsa yang berjiwa

Pancasila, disiplin, peka, mandiri, beretos kerja, tangguh dan memiliki

idealisme yang kuat. Di samping itu, tujuan lain dari pembinaan dan

pengembangan generasi muda yakni agar mereka memiliki wawasan

kebangsaan yang luas, mampu mengatasi tantangan, baik masa kini maupun

masa yang akan datang dengan memperhatikan nilai sejarah yang dilandasi

oleh semangat kebangsaan serta persatuan dan kesatuan bangsa.


8
Tidak sekadar itu tujuannya, pembinaan dan pengembangan generasi

muda juga ditujukan untuk menumbuhkembangkan rasa tanggungjawab,

kesetiakawanan sosial serta kepeloponan pemuda dalam membangun masa

depan bangsa dan negara. Penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan

generasi muda menjadi tanggungjawab bersama antara orang tua, masyarakat,

pemerintah, maupun oleh organisasi kepemudaan itu sendiri.

Pemberdayaan generasi muda merupakan mata rantai dan bagian yang

tidak terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

seluruh masyarakat Indonesia. Keberhasilan pemberdayaan generasi muda

sebagai sumber daya manusia berkualitas dan mempunyai keunggulan daya

saing merupakan tolok ukur kunci keberhasilan pembangunan nasional.

Berdasarkan data dari Kantor Desa Simpasai bahwa prilaku

menyimpang yang dilakukan oleh generasi muda selama tahun 2010 di Desa

Simpasai meliputi : pemakai Minuman keras dan Narkoba sebanyak 15

kasus, Pencurian sebanyak 12 kasus, Perjudian sebanyak 13 kasus, prostitusi

terselubung sebanyak 2 kasus, pembunuhan sebanyak 1 kasus, dan Balapan

liar sebanyak 5 kasus. Jadi jumlah kasus secara keseluruhan sebanyak 43

kasus.

Permasalahan yang muncul di Desa Simpasai terkait dengan prilaku

generasi muda yaitu banyak prilaku generasi muda yang menyimpang seperti

minuman keras, narkoba, perkelahian, perjudian, sering membuat keributan di

tengah malam, pencurian dan masih banyak yang lain dan termasuk anak

muda yang putus sekolah atau tidak pernah sekolah dan menganggur.

9
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis mengangkat judul

skripsi ini yaitu : ”Pembinaan Remaja Di Desa Simpasai Kecamatan Monta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, maka

permasalahannya terumuskan sebagai berikut :

a Bagaimana pelaksanaan pembinaan remaja di Desa Simpasai Kecamatan

Monta Kabupaten Bima?.

b Bagaimana dampak penyelenggaraan pembinaan remaja di Desa Simpasai

Kecamatan Monta Kabupaten Bima?.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a Untuk menggambarkan pelaksanaan pembinaan remaja di Desa

Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

b Untuk menggambarkan dampak penyelenggaraan pembinaan remaja di

Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Bagi peneliti

1. Untuk menerapkan semua ilmu yang telah diperoleh selama berada

di bangku kuliah.

2. Sebagai langkah awal secara ilmiah di dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan sesuai dengan bidang yang ditekuni oleh peneliti.

10
3. Untuk menambah pengetahuan dalam menganalisa sesuatu secara

rasional dan berdasarkan disiplin ilmu yang telah diperoleh.

b. Bagi Almamater

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah referensi

yang dapat digunakan dalam pengembangan keilmuan.

2. Sebagai informasi ilmiah bagi mahasiswa dalam rangka memperkaya

wawasan, serta sebagai dokumentasi ilmiah untuk pengembangan

penelitian selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat

Diharapakan dapat membantu sebagai bahan informasi bagi masyarakat yang

berhubungan atau berkaitan dengan penyimpangan perilaku pada remaja.

D. Sistematika Pembahasan

BAB PERTAMA : Adalah bab pendahuluan yang merupakan bab pengantar

di mana secara sistematis menyajikan tentang : latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.

11
BAB KEDUA : Merupakan bab yang mengupas tinjauan teoretis atau

tinjauan pustaka tentang : beberapa pengertian, tujuan

program pembinaan remaja, Pentingnya Program

Pembinaan Bagi Remaja, Pelaksanaan Program

Pembinaan Bagi Remaja, Bentuk Pembinaan Remaja

dan kerangka pemikiran.

BAB KETIGA : Merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian

yang menguraikan tentang jenis penelitian, lokasi

penelitian, populasi dan sampel penelitian dengan

karakteristiknya serta teknik penentuan sampel yang

digunakan, teknik pengumpulan data, identifikasi dan

operasionalisasi variabel, dan teknik analisis data.

BAB KEEMPAT : Adalah bab yang menguraikan tentang deskripsi daerah

atau obyek penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB KELIMA : Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-

saran dari penulis.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beberapa Pengertian

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan terkait dengan kegiatan yang berhubungan dengan

manusia, adalah upaya merubah dan meningkatkan keadaan pada sesuatu

yang lebih baik. Pembinaan sudah merupakan praktek yang umum

digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan

praktek di bidang pendidikan, ekonomi, kemasyarakatan, kesehatan dan

lain-lain.

Pembinaan merupakan terjemahan dari training (Bahasa Inggris),

yang berarti latihan dan pendidikan. Sejauh yang berhubungan dengan

pengembangan manusia, pembinaan merupakan bagian dari pendidikan.

Pembinaan menekankan pada pengembangan manusia pada segi praktis,

yaitu pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Sedangkan

pendidikan menekankan pengembangan manusia pada segi teoritis yaitu

pengembangan pengetahuan dan ilmu.

Dalam pembinaan orang tidak sekedar dibantu mempelajari ilmu,

tetapi dipraktekkan. Tidak dibantu untuk mendapatkan pengetahuan, tetapi

pengetahuan untuk dijalankan. Dalam pembinaan orang terutama dilatih

untuk mengenal kemampuan dan mengembangkan, agar dapat

memanfaatkannya secara penuh dalam bidang hidup dan kerja mereka.

Sebab demikian unsure pokok dalam pembinaan adalah mendapatkan

sikap dan kecakapan (attitude and skill)


13
Menurut S. Hidayat (dalam Bambang Irwanto, 2013;14) bahwa :

“Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar,


berencana, teratur dan terarah dalam meningkatkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan subyek didik dengan tindakan-tindakan
pengarahan, hubungan, pengembangan (aktualisasi), simulasi dan
pengawasan untuk mencapai tujuan yang diharapkan”.

Dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pembinaan adalah

segala usaha yang dilakukan dengan sadar, berencana, teratur dan terarah,

melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penyusunan

pelaksanaan, semangat dan daya untuk meningkatkan pengetahuan,

kemampuan/sifat pandangan hidup dan keterampilan subjek didik, guna

mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian unsur-unsur yang

terkandung didalam pembinaan adalah meliputi membangkitkan, simulasi,

mengatur, mengembangkan, membangun dan mengendalikan.

Kemudian pembinaan adalah suatu tindakan atau kegiatan yang

dilakukan secara sadar, yang bertujuan untuk mengendalikan dan

mempengaruhi hubungan langsung dengan perencanaan, penyusunan,

pengembangan, pengerahan dan pengendalian segala sesuatu secara

berhasil guna dan berdaya guna untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Sementara itu menurut Westra Parieta (2017;12) bahwa :

“pembinaan adalah proses pembangunan atau pengembangan yang


tercakup urutan-urutan pengertian memulai mendirikan (misalnya
menanam) kemudian menumbuhkan, memelihara pertumbuhan
tersebut disertai usaha-usaha memperbaiki, memperbaharui serta
menyempurnakan dan akhirnya membiarkan atau mengembangkan”.

Dengan demikian pembinaan yang harus dilakukan sebagai usaha

atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana dan terarah.


14
Pembinaan pada dasarnya adalah merupakan upaya pendidikan baik

formal maupun non formal, dalam rangka meningkatkan dan

mengembangkan dirinya kearah tercapainya martabat, mutu dan

kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri. Di samping

itu diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan yang

sesuai dengan bakat serta kemampuan seseorang di dalam memperoleh

hasil yang diharapkan dapat mencapai maksimal dan efisien sesuai dengan

ketentuan, petunjuk norma, sistem dan prosedur yang terdapat dalam

pelaksanaan pembinaan tersebut.

Pembinaan terjadi dalam usaha proses melepaskan hal-hal yang

sudah dimiliki, berupa pengetahuan dan praktek yang sudah tidak

membantu dan menghambat hidup dan kerja, dan mempelajari,

pengetahuan dan praktek baru yang meningkatkan hidup dan kerja. Tujuan

pembinaan adalah agar orang yang menjalani pembinaan mampu

mencapai tujuan hidup dan kerja yang ditanganinya secara lebih baik,

efektif dan efisien daripada sebelumnya.

Mangunharjana (2021;45) mengemukakan bahwa :

“Pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal


yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum
dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk
membentulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan
yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru
untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani, secara
lebih efektif”.

Dalam pengertian di atas, bahwa Mangunhardjana menekankan

pembinaan pada proses pemberian pengetahuan dan kecakapan baru untuk

menggantikan atau meningkatkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah


15
ada. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan dan

kecakapan yang sudah ada agar terjadi perubahan, sikap, kecakapan dan

dipraktekan dalam hidup maupun pekerjaan yang digeluti.

Sedangkan dalam Buku Petunjuk Pembinaan Generasi Muda

(Direktorat Pembinaan Generasi Muda Depdikbud, 2016), mengemukakan

bahwa :

“Pembinaan adalah upaya membimbing dan memberikan


pengetahuan dan keterampilan yang mengarah pada peningkatan
kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri,
dilaksanakan secara sadar, berencana, teratur dan bertanggung
jawab”.

Menurut The Liang Gie (2016:56), pembinaan merupakan

“pekerjaan yang dilakukan untuk mengembangkan manusia berupa usaha

meningkatkan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Dengan

pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki, orang dapat

menerapkannya dalam bidang kegiatan usahanya”.

Sedangkan Menurut Michael dalam The Liang Gie (1986)

mengemukakan bahwa “pembinaan adalah suatu proses sadar terencana

untuk mengembangkan kemampuan suatu organisasi sehingga mencapai

dan dapat mempertahankan suatu tingkat optimum prestasi yang diukur

berdasarkan efisiensi, efektifitas, dan kesehatan”. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2016 : 190) dijelaskan bahwa pembinaan adalah

“proses kegiatan bersama yang dilakukan oleh penghuni suatu daerah

untuk memenuhi kebutuhannya”.

Dari pengertian yang dipaparkan di atas, jelas bahwa pembinaan

adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar oleh organisasi atau
16
kelompok secara bersama untuk memenuhi kebutuhan yang dapat diukur

dari efisiensi, efektivitas, dan kesehatannya. Dalam pembinaan

mengandung unsur yang merupakan ciri-cirinya yaitu :

(1) adanya proses atau cara;

(2) memiliki potensi;

(3) adanya manusia/ kelompok manusia;

(4) ada kerjasama; dan

(5) adanya tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan merupakan

suatu proses untuk membantu sumberdaya manusia untuk membentuk,

meningkatkan dan mengubah pengetahuan, sikap dan tingkah lakunya agar

dapat mencapai standar tertentu sesuai dengan apa yang dibutuhkannya.

Meskipun pembinaan bukan satu-satunya obat yang paling mujarab untuk

meningkatkan mutu pribadi dan pengetahuan, sikap, kemampuan serta

kecakapan orang, namun bila dipenuhi segala syarat pembinaan memang

ada manfaatnya.

2. Pengertian Remaja

Pengertian remaja menurut Siswanto Agus Wilopo (2022 : 1) yaitu

sebagai berikut : ”Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai

dengan sosial budaya setempat.”

Ilyas Efendi dalam SKM Pos Makassar (2020 : 8), menjelaskan :

“Masa remaja adalah masa di mana perkembangan fisik dan mental


mengalami revolusi atau perubahan-perubahan cepat. Adapun
perubahan tersebut antara lain : perasaan seksual semakin merangsang,
17
bergairah dan romantis, rasa ingin mencintai dan dicintai oleh lawan
jenisnya sudah mulai muncul; selain memperhatikan lawan jenisnya ia
mulai memperhatikan atau mementingkan dan mengagumi diri sendiri;
sering cita-citanya menggelora penuh rona dan bayangan yang indah
serta ilusi yang semakin tinggi; dan munculnya cara berpikir yang
kritis, tapi mudah tersinggung bila sedikit saja mendapat celaan.”

Siswanto Agus Wilopo (2022 : 25) mengemukakan bahwa :

“Remaja adalah individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada


pada masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Batasan remaja
dalam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut klasifikasi
World Health Orgaization (WHO).” Sementara United Nations (UN)
menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini
kemudian disatukan dalam batasan kaum muda (young people) yang
mencakup usia 10-24 tahun.

Individu pada masa tersebut akan mengalami situasi pubertas di mana

ia akan mengalami perubahan yang mencolok secara fisik maupun

emosional/psikologis. Secara psikologis, masa remaja merupakan masa

persiapan terakhir dan menentukan untuk memasuki tahapan perkembangan

kepribadian selanjutnya yaitu menjadi dewasa.

Masa remaja merupakan masa manusia (remaja) mulai mencari

pegangan akan nilai-nilai hidup. Batinnya diliputi oleh rasa bimbang. Pada

waktu ini batinnya tampil lagi menyaingi pikiran. Ia mulai membanding-

bandingkan keadaan dirinya dengan keadaan orang lain dan mulai sadar

akan arti jenis kelamin. Sedangkan masa pemuda, di mana pada fase ini

pikiran telah memegang peran penting mengatasi kebimbangan masa

remaja. Tenaga-tenaga, kejasmanian, karsa, rasa, dan cipta telah berimbang

sesuai dengan kebutuahnnya.

18
B. Tujuan Pembinaan Remaja

Remaja sebagai salah satu istilah untuk menuju kepada suatu fase dalam

kehidupan manusia perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini

disebabkan oleh remaja adalah masa transisi dan proses pencarian jati diri

sebagai manusia. Masa ini apabila tidak diperhatikaan dan dibina dengan baik

dapat menjadi manusia yang salah jalan, menghancurkan dirinya sendirinya,

dan mengganggu ketertiban masyarajat. Banyak data-data yang menunjukan

dampak negatif yang ditimbulkan oleh remaja dengan tidak adanya pembinaan

dari orang-orang di sekitarnya.

Secara spesifik tujuan pembinaan remaja menurut beberapa ahli di

sajikan ada uraian berikut ini :

1) Menggali potensi diri remaja sebagai aset bangsa

Masa remaja sebagai masa produktif saat ini disadari dengan baik oleh

generasi tua, namun kurang disadari oleh remaja itu sendiri. Hal inilah yang

menyebabkan banyak remaja atau generasi mudah menghabiskan sebagian

besar waktunya melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat, bahkan cenderung

merusak. Misalnya, tawuran, hura-hura, atau membuat kriminal. Dari konsep

ini perlu kiranya diadakan pembinaan agar remaja memanfaatkan masa

produktifnya untuk berbuat yang bermanfaat karena ditangannyalah tersimpan

masa depan dan aset yang sangat prosfektif. Hal ini dipertegas oleh

Palengkahu. (2017: 3) yang menyatakan remaja atau generasi muda adalah

aset bangsa yang harus dilestarikan. Cara melestarikannya tidak lain adalah

membina mereka agar menemukan potensi diri yang sebenarnya. Maksudnya,

agar remaja menginvestasikan fikiran, tenaga, keahlian, ilmu, dan kemampuan


19
untuk membangun bangsa dan negara menggantikan generasi tua yang mulai

tidak produktif.

2) Membentuk remaja yang bermoral dan berakhlak mulia

Dalam setiap program pembinaan atau organisasi remaja, salah satu hal

yang sangat ditekankan entah secara lansung atau tidak adalah membantu

remaja bermoral dan berakhlak mulia. Ini merupakan tujuan yang memiliki

arti penting apapun organisasi atau program kerja yang dilakukannya. Tentu

timbul pertanyaan mengapa hal ini dikedepankan ? jawabnya adalah moral

dan akhlak yang mulia selalu menjadi ukuran baik tidaknya seorang individu

atau remaja di mata masyarakat (Zailani,2015: 189). Sikap ini selalu menjadi

harapan orang tua, masyarakat, dan bangsa terhadap para remaja. Bahkan

banyak argumen menyatakan bahwa tampa moral dan akhlak yang mulia

manusia termasuk remaja tidak berarti apa-apa. Dimilikinya hal tersebut

menjadi kekuatan besar yang menjadi pondasi dalam membangun dan

menjawab tantangan zaman yang kompleks. Sopan santun, bertanggung

jawab, disiplin, pekerja keras, dan rendah hati adalah saran-saran yang ingin

dicapai dalam pembinaan remaja pada aspek moral dan akhlak mulia.

(Jalaluddin, 2016: 96).

3) Menjadikan manusia cerdas dan terampil

Tujuan lain dari pembinaan remaja adalah menjadikan remaja tersebut

manusia yang cerdas dan terampil. Cerdas dan terampil disini tidak diartikan

sacara sempit tetapi mencakup beragam jenis ilmu pengetahuan dan

keterampilan. Seperti cerdas dalam arti berwawasan luas berbagai kehidupan,

tampil memanage dirinya, memimpin, memahami orang lain, atau cerdas dan
20
terampil memandang dan menjalani realitas kehidupan. Banyak kita temukan

model-model pembinaan remaja secara tidak lansung mengajarkan berbagai

hal, termasuk di dalamnya keahlian berkomunikasi dengan orang. Hal ini

merupakan dasar penting dalam kehidupan manusia yang jarang diperoleh

dalam pendidikan formal. Melalui organisasi-organisasi pembinaan seorang

remaja dapat menemukan berbagai pengalaman yang mengarah pada

peningkatan kualitas pribadinya. pada akhirnya diterapkan dalam kehidupan

keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara (Zaenuddin, 2014:19).

4) Meminimalisir terjadinya kenakalan remaja

Meskipun diakui bahwa adanya pembinaan remaja tidak menjamin.

Akan tetapi, dapat dipastikan dengan beragamnya bentuk pembinaan remaja

oleh individu, kelompok, dan organisasi, menamilisir terjadinya kenakalan

remaja. Organisasi remaja seperti IRM, IPMI atau kelompok-kelompok

kajian keislaman dan keilmuan sebagai wadah, menjadikan peluang

kenakalan remaja berkurang karena ada patron untuk tidak berbuat tidak

terpuji. Di dalam organisasi tersebut didasarkan akan dampak negatif yang

bisa ditimbulkan dengan kenakalan remaja. Jadi secara tersirat tidak ada atau

berkurang waktu senggang yang dapat memicu perilaku negatif yang kerap

muncul di saat tidak ada aktivitas. Menurut Mahie. (2012:31) kenakalan

remaja banyak disebabkan oleh banyaknya waktu luang remaja, apalagi kalau

sudah terbentuk dalam suatu kelompok-kelompok yang tidak ada kegiatan

yang bermanfaat.

21
Muara akhir dari proses suatu pembinaan, apapun tingkat dan jenisnya

yakni adanya perubahan-perubahan bagi si terdidik. Biasanya, perubahan-

perubahan yang diharapkan terjadi menurut Sumardi Suriatna, antara lain :

1. Pengetahuan, baik jenis maupun jumlahnya.


2. Keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan
keperluannya.
3. Kecakapan dalam berpikir untuk menyelesaikan persoalan sehari-hari.
4. Sikap, yaitu kecenderungan untuk :
a. tidak berprasangka terhadap hal-hal yang belum dikenal,
b. mencoba sesuatu yang baru,
c. mau bergotong royong dalam menyelesaikan masalah bersama-sama,
d. menimbulkan sikap swadaya dan swadana.
(Sumardi Suriatna, 2018: 6)

C. Pentingnya Program Pembinaan Bagi Remaja

Tidak semua orang melihat bahwa pembinaan sangat penting, karena

banyak orang yang meragukan apakah pembinaan memang mampu membawa

pengaruh pada orang yang menjalaninya. Mereka menyangsikan apakah

melalui pembinaan orang dapat berubah menjadi manusia yang lebih baik.

Meskipun pembinaan bukan satu-satunya obat yang paling mujarab untuk

meningkatkan mutu pribadi dan pengetahuan, sikap, kemam,puan serta

kecakapan orang, namun bila dipenuhi segala syarat pembinaan memang ada

manfaatnya. Apabila berjalan baik, menurut Mangunhardjana pembinaan dapat

membantu orang yang menjalani untuk :

1. Melihat diri dan pelaksanaan hidup serta kerjanya.


2. Menganalisis situasi hidup dan kerjanya dari segala segi positif dan
negatifnya.
3. Menemukan masalah situasi hidup dan masalah dalam kerjanya.
4. Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah
atau diperbaiki.
5. Merencanakan sasaran dan program di bidang hidup dan kerjanya,
sesudah mengikuti pembinaan.(Mangunhardjana; 2021 : 13)

22
Di samping itu, Mangunhardjana (2021 : 14) mengemukakan fungsi

pokok pembinaan adalah mencakup tiga hal, yakni :

1. Penyampaian informasi dan pengetahuan.

2. Perubahan dan pengembangan sikap.

3. Latihan dan pengembangan kecakapan serta ketrampilan.

Dalam pembinaan ketiga hal tersebut dapat diberi tekanan sama, atau

diberi tekanan berbeda dengan mengutamakan salah satu hal. Ini tergantung

dari macam dan tujuan pembinaan.

Pembinaan sumberdaya manusia merupakan tanggung jawab

organisasi. Sebab itu program pembinaan sumberdaya manusia harus dilakukan

dengan merancang kegiatan-kegiatan latihan dan pengembangan yang sesuai

dengan kebutuhan.

Pembinaan membantu orang untuk mengenal kendala, baik yang ada di

luar maupun dalam situasi hidup dan kerjanya, melihat segi-segi positif dan

negatifnya serta menemukan pemecahan yang mungkin. Pembinaan dapat

menimbulkan dan menguatkan motivasi orang, mendorongnya untuk

mengambil dan melaksanakan salah satu cara yang terbaik, guna mencapai

tujuan dan sasaran hidup dan kerjanya. Pembinaan membantu mengembangkan

dan mendapatkan kecakapan yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran dan

tujuannya.

Pembinaan hanya mampu memberikan bekal. Dalam situasi kehidupan

dan pekerjaan nyata, orang yang menjalani pembinaan harus bersedia

mempraktekkan hasil pembinaan. Untuk itu tidak selalu mudah, karena di

samping kehendak dan tekad dari pihaknya, masih banyak faktor lain yang ikut
23
mempengaruhi seperti penerimaan, dukungan, kerjasama dari orang yang hidup

dan bekerja bersamanya, fasilitas serta peralatan, keleluasaan dan kebebasan,

dan sebagainya. Maka tidak mengherankan bila masih ada orang yang

mengikuti pembinaan, setelah itu keadaannya seperti sebelumnya.

Keterbatasan tersebut dapat menyebabkan orang yang dibina perlu

mengambil langkah-langkah yang pasti. Sebelum pembinaan perlu

memberitahukan keterbatasannya. Dengan cara ini, orang dapat mengikuti

pembinaan dengan serius, dan tenang. Dia mengetahui manfaat pembinaan,

tetapi juga mengetahui hambatan untuk dapat memanfaatkan hasil pembinaan

itu dalam kehidupan dan kerjanya yang nyata.

Sebagai bagian dari pembinaan, program pelatihan dan pengembangan

sumberdaya manusia jangka pendek dilakukan dengan memberikan pelatihan

ketrampilan dalam meningkatkan kemampuan kerja atau usaha yang dilakukan.

Melalui pengembangan anggota yang ada, diharapkan dapat menularkan

kemampuan, ketrampilan dan keahliannya pada anggota-anggota lain. Bila

mana hal ini dilakukan secara tepat, maka hasil kerja akan memenuhi target

yang diharapkan dengan mutu dan jumlah yang sesuai kebutuhan dan

permintaan.

Manfaat pengembangan dirasakan juga oleh organisasi melalui

kontinuitas operasi dan semakin besarnya rasa keterikatan anggota terhadap

organisasi atau kelompok.

Pengembangan sumberdaya manusia juga merupakan suatu cara yang

efektif menghadapi beberapa tantangan yang dihadapi banyak organisasi.

Menurut Hani Handoko (2018:98) tantangan yang dihadapi mencakup


24
keusangan anggota, perubahan-perubahan sosioteknis dan perputaran tenaga

kerja. Kemampuan untuk mengatasi tantangan tersebut merupakan faktor

keberhasilan organisasi dalam mempertahankan sumberdaya manusia yang

efektif.

Lebih lanjut, Handoko (2018:99) menjelaskan bahwa keusangan

anggota organisasi terjadi bila seorang anggota tidak lagi mempunyai

pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif.

Meskipun keusangan mungkin disebabkan adanya perubahan dalam diri

individu, tetapi lebih mungkin sebagai hasil kegagalan seseorang untuk

mengadaptasi teknologi baru, prosedur-prosedur baru, atau perubahan-

perubahan lainnya. Semakin cepat perubahan-perubahan lingkungan terjadi,

kemungkinan anggota akan menjadi usang semakin besar.

Ada banyak terjadi keusangan, antara lain sikap yang kurang tepat,

prestasai yang menurun, atau prosedur kerja yang ketinggalan jaman. Banyak

organisasi yang menghindari untuk mengambil tindakan terhadap anggota yang

usang terutama terhadap mereka yang telah bekerja cukup lama. Tindakan bisa

diambil adalah memindahkan pada pekerjaan lain. Penyelesaian yang lebih

baik adalah menyelenggarakan program pengembangan tambahan.

Di samping itu, dapat pula dilaksanakan program-program

pengembangan secara proaktif. Program ini dimaksudkan untuk menghindari

masalah keusangan sebelum hal itu terjadi, melalui penilaian kebutuhan dan

penyelenggaraan program pengembangan berbagai ketrampilan baru secara

priodik. Bila program dirancang secara reaktif, setelah keusangan terjadi,

upaya mengatasi hal itu cenderung kurang efektif.


25
Perubahan sosial dan teknologi menjadi tantangan dalam

mempertahankan sumberdaya manusia yang efektif. Misalnya penggunaan

mesin-mesin otomatis akan memaksa organisasi untuk merancang kembali

program pengembangannya. Atau perubahan sikap budaya tentang sumberdaya

wanita, menyebabkan organisasi harus memikirkan kebijaksanaannnya kembali

agar dapat memenuhi tuntutan masyarakat tentang peningkatan peranan wanita.

Perputaran anggota keluar dari organisasi ke organisasi lain merupakan

tantangan khusus bagi pengembangan sumberdaya manusia. Karena kejadian

tersebut tidak dapat diperkirakan, kegiatan pengembangan harus

mempersiapkan setiap saat pengganti anggota yang keluar. Di lain pihak dalam

banyak kasus nyata, program pengembangan perusahaan yang sangat baik

justru meningkatkan perputaran sumberdaya manusia.

Pengembangan sumberdaya manusia sebagai salah satu upaya untuk

menghindari terjadinya tantangan di atas, juga sebagai langkah untuk

mengatasi berbagai hal yang berkaitan dengan sumberdaya manusia. Seperti

pensiun, terjadi perpindahan ke perusahaan lain dan sebagainya. Bilamana

tidak secepatnya dilakukan pengembangan pengetahuan dan ketrampilan yang

sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, jelas akan membawa dampak

yang negatif bagi kemajuan organisasi.

Langkah penyelenggaraan program latihan sumberdaya manusia yang

harus dilakukan menurut Gondokusumo (2013:87) meliputi langkah-langkah :

“1) Menentukan sasaran program latihan; 2) menetapkan kebijaksanaan

latihan; 3) Menentukan kebutuhan latihan; 4) menentukan kegiatan latihan; 5)

menetapkan metode latihan; dan 6) Menilai program latihan”.


26
D. Pelaksanaan Program Pembinaan Bagi Remaja

Program pembinaan adalah prosedur yang dijadikan landasan untuk

menentukan isi dan urutan acara-acara pembinaan yang akan dilaksanakan.

Program pembinaan menyangkut sasaran, isi, pendekatan dan metode

pembinaan.

1. Sasaran Pembinaan

Sasaran pembinaan tidak jarang terjadi tidak dirumuskan dengan

tegas dan jelas. Hal ini terjadi karena berbagai sebab antara lain :

1. Pembina tidak tahu kepentingan perumusan sasaran program


pembinaan, sehingga dia tidak membuat.
2. Pembina terlau yakin diri, sehingga dia tidak merasa perlu
untuk membuatnya.
3. Penyelenggara tidak mampu membedakan antara sasaran dan
isi program pembinaan.
4. Program pembinaan sudah bisa dijaloankan, tahun demi tahun,
sehingga sudah menjadi tujuan tersendiri dan tidak lagi
dipersoalkan sasarannya. (Mangunhardjana; 2021 : 16)

Apapun alasannya, suatu pembinaan yang tidak mempunyai

sasaran jelas, mengandung bahaya besar tidak mempunyai arah dan tujuan

yang jelas pula. Kecuali itu tanpa sasaran yang dirumuskan, pembinaan

sulit berhasil dinilai keberhasilannya. Dengan demikian sasaran harus

dirumuskan dengan jelas dan tegas, agar sungguh menjadi sasaran

pembinaan, sasaran itu harus ada hubungannya dengan minat dan

kebutuhan pesertanya.

2. Isi Program Pembinaan

Isi atau materi program pembinaan berhubungan dengan

sasarannya. Betapapun baiknya suatu acara, pembina tidak begitu saja

menjadikan acara itu sebagai isi program pembinaan yang dipimpinnya,


27
kalau tidak mendukung tercapainya sasaran program pembinaan. Supaya

sejalan dengan sasaran program, waktu merencanakan isi programnya

pembina sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut :

a. Isi sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan para


peserta pembinaan dan berhubungan dengan pengetahuan dan
pengalaman mereka.
b. Isi tidak melulu teoritis, tetapi praktis dalam arti dapat dibahas
dan dikembangkan dari berbagai pandangan dan pengalaman
para peserta, serta dapat dipraktekkan dalam hidup nyata.
c. Isi tidak terlalu banyak, tetapi disesuaikan dengan daya serap
para peserta dan waktu yang tersedia. (Mangunhardjana;
2021: 17)

3. Pendekatan Program Pembinaan

Dalam pelaksanaan program pembinaan dikenal beberapa

pendekatan , yaitu :

a. Pendekatan informatif; dengan pendekatan ini, pada dasarnya orang

yang menjalankan program dengan menyampaikan informasi kepada

para peserta. Waktu menyampaikan informasi itu, pada umumnya,

secara sadar atau tidak sadar, pengetahuan, pengalaman dan keahlian

para peserta kurang diperhitungkan. Para peserta seperti diperlakukan

sebagai orang yang belum tahu, dan tidak mempunyai pengalaman.

Dengan pendekatan informatif biasanya program pembinaan diisi

dengan ceramah atau kuliah oleh berbagai pembicara tentang berbagai

hal yang dianggap perlu bagi para peserta. Dengan pendekatan ini

partisipasi para peserta dalam pembinaan kecil sekali. Partisipasi

peserta terbatas pada permintaan penjelasan atau penyampaian

pertanyaan mengenai hal yang belum dimengerti.

28
b. Pendekatan Partisipatif; pendekatan ini berlandaskan kepercayaan

bahwa para peserta sendiri merupakan sumber pembinaan yang utama.

Maka dalam pembinaan, pengetahuan, pengalaman dan keahlian

mereka dimanfaatkan. Pembinaan lebih merupakan situasi belajar

bersama, di mana pembina dan para peserta belajar satu sama lain.

Pendekatan ini banyak melibatkan para peserta. Pembina tidak

bertindak sebagai guru, tetapi sebagai koordinator dalam proses

belajar, meskipun dia juga wajib memberikan masukan, sejauh

dibutuhkan oleh tujuan program.

c. Pendekatan eksperiensial; dalam pendekatan ini diyakini bahwa belajar

yang sejati terjadi karena pengalaman pribadi dan langsung. Dalam

pendekatan informatif para peserta pembinaan pasif, dalam pendekatan

partisipatif para peserta dilibatkan aktif, dan dalam pendekatan

eksperiensial para peserta langsung dilibatkan dalam situasi dan

pengalaman dalam bidang yang dijadikan pembinaan. Untuk itu

dituntut keahlian tinggi dari pembinanya.

Di antara pendekatan partisipatif dan eksperiensial terdapat

pendekatan yang merupakan gabungan partisipatif dan eksperiensial.

Metode ini sifatnya partisipatif, tetapi juga mengandung sifat

eksperiensial.

4. Metode Program Pembinaan

Metode program pembinaan disesuaikan dengan pendekatan.

Sesuai dengan sifatnya, pendekatan informatif mempergunakan metode

29
kuliah dan metode-metode lain yang menekankan penyampaian informasi

dari pembina kepada para peserta.

Pendekatan partisipatif yang banyak melibatkan para peserta

mempergunakan metode yang dapat melibatkan para peserta, misalnya

diskusi kelompok, studi kasus dan sebagainya. Pendekatan eksperiensial

yang menghubungkan langsung para peserta dengan pengalaman,

mempergunakan metode yang mendukung, misalna metode kerja proyek,

dan sebagainya.

Untuk dapat mempergunakan metode-metode pembinaan secara

efektif, dalam pemilihan metode itu perlu diperhitungkan dengan bahan

dan acara, para peserta, waktu, sumber/peralatan, program pembinaan.

a. Bahan dan Acara; penggunaan metode disesuaikan 1) dari segi

pencapaian tujuan acara pembinaan, apakah lewat metode itu bahan

diolah sehingga tujuan acara pembinaan tercapai? Jangan sampai

terjadi bahwa tujuan acara dikorbankan dengan metode yang

barangkali menari, tetapi tidak membawa acara pembinaan menuju

tujuannya. 2) dari segi kecocokan isi dan cara pengolahan isi acara,

apakah isi acara cocok diolah dengan metode itu? Tidak setiap isi acara

dapat diolah dengan sembarangan metode.

b. Para peserta; Sebelum mempergunakan suatu metode sebaiknya

diketahui terlebih dahulu : 1) tingkat umum, pendidikan dan latar

belakang para peserta. Tidak semua metode cocok untuk segala macam

orang. Misalnya metode yang menuntut banyak keaktifan lebih cocok

untuk para peserta muda, tetapi kurang cocok untuk para peserta tua.
30
2)Pengetahuan dan kecakapan para peserta tentang metode yang akan

dipergunakan. Kalau mereka belum mengetahui dan cakap

melaksanakannya, metode itu perlu dijelaskan dulu sebelum

dipergunakan.

c. Waktu; Sebelum mempergunakan suatu metode sebaiknya

diperhatikan : 1) waktu yang tersedia dalam rangka seluruh acara

pembinaan. Karena kurang perhitungan waktu pembinaan itu dapat

mengacau jalannya seluruh acara. 2) waktu hari yang ada, pagi, siang

atau malam. Tidak semua acara cocok untuk segala waktu.

d. Sumber / peralatan; sebelum mempergunakan suatu metode sebaiknya

diperiksa : 1) apakah sumbernya tersedia : tenaga, buku, hand-out,

petunjuk. 2) apakah peralatan siap. Karena tanpa sumber dan peralatan

yang memadai, metode tak dapat dilaksanakan dengan baik.

e. Program Pembinaan; Sebelum mempergunakan suatu metode

sebaiknya dipertimbangkan integrasi penggunaan metode itu ke dalam

seluruh program pembinaan. Maka 1) perlu dijaga agar dalam seluruh

program diciptakan variasi metode dalam mengolah acara. Tujuannya,

agar program berjalan secara memikat dan tidak monoton, dan

membosankan. 2) Perlu diketahui sikap, pengalaman dan keahlian

pembina dalam bidang pembinaan. Sikap pembina menentukan cara

perlaksanaan metode. Pembina yang bersikap otoriter akan lebih sulit

menjalankan metode partisipatif daripada pembina demokratis.

Pengalaman dan keahlian pembina menentukan kecakapan

31
menyesuaikan metode dengan keadaan dan proses pembinaan yang

ada.

Sebagai pegangan dalam pemilihan metode dalam suatu acara

pembinaan, menurut Mangunhardjana (2021 : 21) beberapa hal yang dapat

digunakan :

1. Pokok acara pembinaan yang digarap.


2. Hasil maksimum yang diharapkan datang karena menggunakan
metode itu.
3. Keadaan, pendidikan dan pengalaman para peserta.
4. Waktu yang tersedia dan ada.
5. Tersedianya sumber dan peralatan untuk melaksanakan metode.
6. Kecakapan dan penguasaan pembina untuk memperfunakan
metode.

E. Bentuk-Bentuk Pembinaan Remaja

Menurut macamnya kita mengenal pembinaan orientasi, pembinaan

kecakapan, pembinaan kepribadian, pembinaan penyegaran, dan pembinaan

lapangan.

1. Pembinaan orientasi, diadakan untuk sekelompok orang yang baru masuk

dalam suatu bidang hidup dan kerja. Bagi orang yang sama sekali belum

berpengalaman dalam bidangnya, pembinaan orientasi membantunya untuk

mendapatkan hal-hal pokok. Misalnya, pembinaan orientasi untuk para

karyawan baru. Bagi orang yang sudah berpengalaman pembinaan orientasi

membantunya untuk mengetahui perkembangan dalam bidangnya.

Misalnya, pembinaan orientasi bagi manajer keuangan untuk penanganan

urusan pajak baru.

32
2. Pembinaan kecakapan; diadakan untuk para peserta guna mengembangkan

kecakapan yang sudah dimiliki atau mendapatkan kecakapan baru yang

diperlukan untuk pelaksanaan tugasnya.

3. Pembinaan pengembangan kepribadian juga disebut pembinaan

pengembangan sikap. Tekanan pembinaan ini ada pada pengembangan

kepribadian, dan sikap. Pembinaan ini berguna untuk membantu para

peserta, agar mengenal dan mengembangkan diri menurut gambaran atau

cita-cita hidup yang sehat dan benar.

4. Pembinaan kerja; diadakan oleh suatu lembaga usaha bagi para anggota

stafnya. Maka pada dasarnya pembinaan diadakan bagi mereka yang sudah

bekerja dalam bidang tertentu. Tujuannya untuk membawa orang keluar

dari situasi kerja mereka, agar dapat menganalisis kerja mereka dan

membuat rencana peningkatan untuk masa depan. Bersamaan dengan itu

dalam pembinaan para peserta mendapatkan pemnambahan pandangan dan

kecakapan serta diperkenalkan pada bidang-bidang yang sama sekali baru.

5. Pembinaan penyegaran, hampir sama dengan pembinaan kerja. Bedanya

pembinaan penyegaran biasanya tidak ada penyajian hal yang sama sekali

baru, tetapi sekedar penambahan cakrawala pada pengetahuan dan

kecakapan yang sudah ada. Sering kali dalam pembinaan penyegaran para

peserta meninjau kembali pola kerja yang ada dan berusaha mengubahnya

sesuai dengan tuntutan kebutuhan baru.

6. Pembinaan lapangan, bertujuan untuk menempatkan para peserta dalam

situasi nyata, agar mendapat pengetahuan dan memperoleh pengalaman

langsung dalam bidang yang diolah dalam pembinaan. Pembinaan ini


33
membantu para peserta untuk membandingkan situasi hidup dan kerja

mereka dengan situasi hidup dan kerja di tempat yang dikunjungi. Maka

tekanan pembinaan lapangan adalah mendapat pengalakan prkatis dan

masukan, khusus sehubungan dengan masalah-masalah yang ditemukan

para peserta di lapangan.

Pembinaan berkaitan erat dengan pelaksanaan program latihan dan

pengembangan sumberdaya manusia mempunyai dua tujuan utama yaitu

latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup gap antara kecakapan

atau kemampuan anggota dengan permintaan dan program-program tersebut

diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektvitas kerja anggota dalam

mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan.

Berkaitan dengan hal tersebut, program latihan dan pengembangan

perlu diterapkan dengan teknik atau metode yang dapat meningkatkan

ketrampilan dan kemampuan bagi remaja. Program latihan dan pengembangan

dirancang untuk meningkatkan ketrampilan dan keahlian yang dimiliki, dan

merubah prilaku yang menyimpang bagi kalangan remaja.

Pembinaan remaja dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatannya.

Bentuk pembinaan yang dilakukan berupa pembinaan umum dan pembinaan

teknis.

Pembinaan umum adalah pembinaan yang dilakukan dalam rangka

memantapkan kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 guna menjamin persatuan dan kesatuan bangsa,

berperan secara aktif dalam pembangunan nasional sebagai pengamalan

34
Pancasila. Pembinaan umum dilakukan oleh elit-elit informal yang ada di desa

itu.

Pembinaan teknis merupakan pembinaan khusus sesuai dengan jenis

dan bidang kegiatannya yang diarahkan untuk mendukung kepentingan

pembangunan nasional. Pelaksanaan pembinaan teknis peningkatan

keterampilan dan keahlian bagi remaja yang dilakukan oleh instansi teknis atau

terkait seperti Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bima dan

Dinas Sosial Kabupaten Bima.

Pembinaan remaja terutama bagi yang melakukan prilaku yang

menyimpang dalam Pedoman Pembinaan Kemasyarakatan (Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1990) yang diselenggarakan berupa bimbingan,

pengayoman, dan dorongan. Pembinaan dalam bentuk bimbingan dilakukan

dengan cara memberikan saran, anjuran petunjuk pengarahan, pendidikan dan

latihan, dan penyuluhan, agar para remaja yang melakukan prilaku

menyimpang dapat menjalankan kegiatan, profesi dan fungsinya dengan baik.

Pembinaan dalam bentuk pengayoman yang dilakukan dengan cara

memberikan perlindungan, rasa aman dan kemudahan, sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, untuk menggairahkan, menggerakkan kreativitas yang positif,

memberikan penghargaan dan kesempatan untuk mengembangkan diri

sehingga dapat melaksanakan fungsinya secara maksimal untuk mencapai

tujuan hidup yang lebih baik. Dan pembinaan dalam bentuk dorongan yang

dilakukan dengan cara menumbuhkan kreativitas yang positif dan

mengembangkan diri secara mandiri.

35
Pembinaan remaja terutama bagi yang melakukan prilaku yang

menyimpang dilaksanakan pula dalam bentuk komunikasi dan konsultasi

secara timbal balik antara pembina dengan remaja yang bersangkutan :

a. Pelaksanaan komunikasi dan konsultasi dilakukan secara luwes

baik atas inisiatif dari Pemerintah maupun dari remaja terutama bagi yang

melakukan prilaku yang menyimpang yang bersangkutan sesuai kebutuhan

dan sejauh mungkin dapat meniadakan kendala-kendala yang

menimbulkan kerugian kepentingan umum.

b. Forum komunikasi dan konsultasi ini dapat berupa sarasehan,

temu wicara, tatap muka, silaturahmi, seminar, dan sebagainya.

Pelaksanaan pembinaan dalam rangka pengembangan dan

pendayagunaan terhadap remaja terutama bagi yang melakukan prilaku yang

menyimpang agar berkoordinasi dengan instansi terkait, dengan

memperhatikan keseimbangan pendekatan kesejahteraan dan keamanan.

Pembinaan juga dimaksudkan agar remaja terutama bagi yang melakukan

prilaku yang menyimpang berperan serta untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, harus memberi perhatian dan ikutserta dalam kegiatan-kegiatan

yang berkaitan dengan pembangunan nasional, dan bela negara dalam rangka

pemantapan ketahanan nasional.

Buku Petunjuk Pembinaan Generasi Muda (Direktorat Pembinaan

Generasi Muda Depdikbud, 1996) bahwa bentuk-bentuk pembinaan bagi

remaja yang melakukan prilaku yang menyimpang adalah sebagai berikut :

1. Pembinaan keagamaan dan mental spritual.

2. Pembinaan keterampilan.
36
3. Pembinaan hubungan sosial.

Berdasarkan undang-undang tersebut pembinaan terhadap para warga

lanjut usia memang merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat

maupun keluarga/kerabat dekat, sebagai wujud dari implikasi sebagaimana

yang diamanat kan dalam UUD 1945. Penjabaran dari bentuk-bentuk

pembinaan warga lanjut usia sebagaimana yang dikemukakan diatas dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Pembinaan keagamaan dan mental spritual.

Pelayanan keagamaan dan mental spritual bagi remaja terutama bagi

yang melakukan prilaku yang menyimpang dimaksudkan untuk mempertebal

rasa keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pelayanan

keagamaan ini diselenggarakan melalui peningkatan kegiatan keagamaan

sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing. Pembinaan keagamaan

dan mental spritual bagi remaja terutama bagi yang melakukan prilaku yang

menyimpang meliputi : bimbingan beragama, pembangunan sarana dan

prasarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi remaja terutama bagi

yang melakukan prilaku yang menyimpang.

2. Pembinaan keterampilan

Pembinaan ini diberikan tidak saja untuk waktu luang, melainkan

untuk meningkatkan produktivitas agar ia dapat menambah penghasilannya

atau mempertahankan kemampuan/keterampilan yang sudah ada. Pembinaan

ini antara lain : keterampilan perbengkelan, peternakan, pertanian ,

keterampilan membuat barang-barang kerajinan dan lain-lain.

37
3. Pembinaan hubungan sosial.

Pembinaan hubungan social yang diberikan kepada remaja terutama

bagi yang melakukan prilaku yang menyimpang dalam rangka menciptakan

hubungan sosial dan penyesuaian social secara serasi dan harmonis di antara

mereka dengan masyarakat.

Pembinaan hubungan sosial ini berupa konsultasi sosial, konseling

perseorangan, bimbingan kelompok (dinamika kelompok), penanganan kasus-

kasus, bimbingan keterampilan, dan lain-lain.

F. Faktor Pendukung bagi Pelaksanaan Program Pembinaan Remaja

Berbicara mengenai program pembinaan remaja, banyak hal yang bisa

ditempuh untuk meningkatkan kualitas pribadi remaja. Menurut Ohovianus

(Mahie dkk, 1992:38) usaha atau program pembinaan remaja sebagai berikut :

1. Membina dan mengembangkan kegiatan


para generasi muda yang relevan dengan tujuan membangun sehingga
mampu mengapdikan diri kepada masyarakat.
2. Mengembangkan kebiasaan-kebiasaan
pembinaan generasi muda untuk mampu menampung, melaksanakan, atau
usaha pembinaan sesuai kebutuhan hakiki, minat dan aspirasinya.
3. Meningkatkan mutu organisasi-
organisasi melalui pelatihan kepemimpinan agar mampu menjadi wadah
penyaluran aspirasi dan partisipasi media pembelajaran.

Pada skala kebangsaan, Hanafi (Toputiri, 2004: 68) merumuskan bahwa

program pembinan remaja dan generasi muda hendaknya diarahkan kepada:

1. Peningkatan investasi dalam pelatihan keterampilan yang relevan,


menekankan pelatihan yang cocok untuk lapangan kerja seperti sektor
informal, dan kerja sama antara pekerja dan pembeli training.
2. Mempromosikan kewirausahaan dengan syarat informasi yang lebih baik
bagi kesempatan pasar, pelatihan dan keterampilan bisnis, akses terhadap
modal, dan jasa pelayanan bisnis lainnya.
3. Program kepemudaan yang memberi peluang lebih besar kepada remaja
guna memperkuat jati diri dan potensinya dengan berpertisifikasi aktif

38
dalam pembangunan termasuk penanggulangan masalah pemuda dan
masalah-masalah sosial lainnya.

Dalam perspektif agama Islam program pembinaan remaja menurut

Jalaluddin (2016: 16) hendaknya lebih ditekankan pada kegiatan atau

organisasi dalam, misalnya, pelaksanaan pengajian atau majelis taqlim yang

dilakukan secara rutin melalui wadah remaja mesjid, khutbah dan ceramah di

masjid-masijid, kajian-kajian keagamaan, dan pengkaderan organisasi-

organisasi sosial keagamaan. Program ini apabila dilakukan dengan kontinu

dan partisifatif menjadi program yang jitu terutama dalam menengah

munculnya kenakalan remaja, gejolak kejiwaan, dan pengaruh lingkungan

yang bersifat negatif.

Dalam bidang sosial dan keluarga program pembinaan yang dipandang

ideal adalah orang tua menata lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan

lingkungan pendidikan remaja, dialog orang tua dengan anak, penataan

suasana psikologis, social budaya, dan perilaku orang tua, kontrol orang tua,

dan nilai moral yang dijadikan dasar orang tua yang diupayakan kepada anak.

(Shochib, 2018 57-69). Program ini menurut Shochib harus menjadi satu

kesatuan yang tidak bias dipisahkan. Artinya, harus dijalankan secara

keseluruhan dengan penyesuaian-penyesuaian seadanya pada diri anak dan

remaja.

Di samping beberapa program di atas, Mahic, dkk. (2021: 40) juga

menjilaskan:

Bahwa program pembinaan remaja dalam bentuk aktivitas dalam upaya


pencarian jati dirinya dapat dilakukan dengan cara: (1) kegiatan yang
bersifat relevan seperti darmawisata, karya wisata, atau widyawisata, (2)
kegiatan yang bersifat pengisi waktu luang seperti hiburan, mendaki
39
gunung, dan hasta karya, (3) kegiatan yang menambah ilmu seperti
kelompok belajar, kursus, diskusi, dan kerajinan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa program

pembinaan remaja dapat dilakukan dengan berbagai cara bergantung

klasifikasi titik tolaknya. Misalnya program pembinaan remaja secara umum,

program pembinaan dalam perspeltif kebangsaan, agama, social, dan keluarga,

program dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain. Semua ini adalah model

pembinaan remaja yang menjadi alternatif bagi remaja model yang akan

dipilih sesuai bakat, minat, dan kemampuannya.

Belum lagi sifat remaja yang unik dan kadang misterius sehingga

membutuhkan penanganan khusus apalagi kebermasalahannya kompleks.

Dengan demikian, wajarlah kalau dalam pembinaan remaja membutuhkan

faktor pendukung dari berbagai komponen.

1) Faktor Orang Tua dan Keluarga.

Dalam pembinaan remaja faktor pertama dan utama yang mendukung

keberhasilan pembinaan di samping kesadaran pribadi dari remaja yang

bersangkutan juga harus didukung olah orang tua dan keluarga. (Palengkahu,

1997: 14). Alasannya sederhana, karena remaja paling banyak berinteraksi

dengan orang tua dan keluarganya. Dengan demikian pembinaan pertama anak

dan remaja secara sadar atau tidak dilakukan orang tua di lingkungan

keluarga. Faktor cepat terealisasi dibandingkan sebaliknya (Schaefer 2015:

30). Di samping itu, menurut (Schaefer 2000: 43) dorongan movil, waktu,dan

penyedian fasilitas dari orang tua dan keluarga adalah aspek padolog yang

sangat membantu dalam membina remaja.

40
2) Faktor Lingkungan yang Sekitar.

Lingkungan adalah ruang dan waktu tempat berlangsungnya segala

kegiatan. Dalam konteks remaja lingkungan sekitar merupakan salah satu

penentu suatu pembinaan remaja, suasana yang mendolog, fasilitas, dan sikap

masyarakat sekitar yang menginginkan kebaikan dan mau berubah adalah

aspek yang tidak bias diabaikan dalam pembinaan remaja. Tanpa hal-hal

tersebut, bagaimanapun bagusnya program atau organisasi remaja tidak akan

mencapai hasil yang maksimal. Faktor lingkungan ini menurut Shochib

(2018:57) terbagi tiga yaitu lingkungan fisik, sosial, dan pendidikan. Ketiga

faktor inilah apabila dikelolah dengan baik atau tersedia mempermudah untuk

dibina karena perangkat keras sudah jadi.

3) Faktor Pemerintah.

Untuk membina remaja di samping kedua faktor di atas juga diperlukan

dukungan dari pemerintah. Dukungan tersebut dapat dalam wujud sebagai

wadah, mediator, atau sponsor. Misalnya, pembentkan lembaga, remaja anti

narkoba, atau seminar-seminar tentang masalah remaja dari unsur pemerintah

harus terlibat, seperti mempermudah unsur administrasi pembentukan lembaga

atau menjadi pemateri seminar. Selain hal ini, partisipasi pemerintah sebagai

wujud dukungan dapat berupa bantuan dana kegiatan-kegiatan pembinaan

remaja. Aspek-aspek ini adalah sebagian faktor pendukung pembinaan remaja

dari segi pemerintah. Tanpa dukungan dari pemerintah pembinaan remaja

dalam berbagai bentuk tidak akan berhasil dengan baik, apalagi secara

administratif hampir semua kegiatan berurusan dengan pemerintah, termasuk

dalam pembinaan remaja (Al-Ghifari, 2014: 12).


41
Pembinaan merupakan proses pendidikan yang dilakukan secara sadar,

baik formal maupun informal, yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan pembentukan kepribadian seseorang. Pembinaan apapun

bentuk dan tingkatnya pada akhirnya menuju pada suatu perubahan perilaku

baik individu, kelompok maupun masyarakat. Perubahan perilaku di sini

mencakup pula perubahan, peningkatan kemampuan pada tiga bidang

(domain), yakni pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.

Salah satu perubahan yang terkandung dalam kegiatan pembinaan yakni

perubahan sikap atau perilaku. Soekidjo Notoadmodjo (2018 : 55)

berpendapat bahwa : “Prilaku dapat dipandang dari segi biologi adalah suatu

kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi prilaku manusia

pada hakekatnya adalah suatu aktifitas daripada manusia itu sendiri.”

Pendapat lain sebagaimana dikemukakan Kurt Lewin dalam Paulus

Wirutomo (2018 : 49) sebagai berikut : “Prilaku (behavior) adalah fungsi

dari keadaan diri pribadi (personality) dan lingkungan (environment). Makin

banyak pengalaman seseorang, makin majemuk keadaan psikologinya.”

Sumadi Suryabrata mengemukakan, pengertian perilaku sebagai

berikut :

“Prilaku merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan seseorang


dalam kehidupan sehari-hari, merupakan tanggapan atau reaksi individu
yang terwujud dalam gerakan atau sikap, tidak saja bahan/ucapan, yang
terutama menunjukkan perubahan dalam ruang hidup, tidak dalam ruang
obyektif tetapi hanya dapat disimpulkan daripada apa yang dapat
diamati” (Sumadi Suryabrata, 2016 : 270)

Prilaku (behavior) dipakai untuk menunjukkan tiap perubahan di

dalam ruang hidup, yaitu perubahan dalam arti psikologis, jadi tidak semua

42
gerakan pribadi serta perubahan dalam lingkungannya sebagai gerakan pribadi

itu.

Secara umum tujuan pembinaan adalah : mengembangkan keahlian,

sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif;

mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara

rasional; dan mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan

kerjasama dengan teman-teman sesama remaja dan pimpinan.

Di samping adanya tujuan dalam peningkatan pengetahuan seseorang,

pembinaan atau pendidikan seperti yang diutarakan oleh Sondang P. Siagian,

(1996 : 19) paling tidak memberikan pengaruh pada beberapa hal, yaitu :

(1) Semakin timbulnya kesadaran bernegara dan bermasyarakat yang


pada gilirannya memungkinkan mereka turut berperan secara aktif
dalam memikirkan dan memperbaiki nasib bangsanya.
(2) Semakin timbulnya kesadaran untuk memenuhi kewajiban yang
terletak di atas pundaknya sebagai warga negara yang bertanggung
kalnya untuk memperjuangkan haknya.
(3) Pandangan yang makin luas dan obyektif dalam kehidupan
bermasyarakat.
(4) Semakin luasnya cakrawala pandangan dengan segala
konsekuensinya.
(5) Meningkatnya kemampuan untuk menentukan pilihan dalam
pemuasaan kebutuhan hidup, yang tidak lagi semata-mata terbatas
pada kebutuhan akan tetapi juga kebutuhan lainnya.
(6) Meningkatnya kemampuan untuk memecahkan berbagai
permasalahan yang dihadapi, baik pada tingkat individual maupun
pada tingkat sosial.jawab.
(7) Semakin terbukanya pikiran dan a
(8) Pandangan yang semakin kritis terhadap hal-hal yang dilihat dan
dirasakannya sebagai suatu hal yang berlangsung tidak sebagaimana
mestinya.
(9) Keterbukaan terhadap ide baru dan pandangan baru yang
menyangkut berbagai segi kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
(10) Keterbukaan pada pergeseran nilai-nilai sosial budaya, baik yang
timbul karena faktor-faktor yang sifatnya endogen maupun yang
sifatnya eksogen.

43
G. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pada Pedoman Penulisan Skripsi STISIP Mbojo Bima

(Nurfarhaty, Dkk., 2012 : 15), bahwa yang dimaksud atau yang akan diuraikan

pada bagian kerangka pemikiran sebagai berikut : “Kerangka pemikiran

memuat konsep-konsep yang diajukan oleh peneliti untuk mengkaji

permasalahan yang diteliti. Kerangka pemikiran ini ditawarkan adalah

didasarkan pada hasil telaah teoretis pada sejumlah teori yang berada dalam

landasan teori. Kerangka pemikiran ini bila perlu diikuti dengan skema yang

menggambarkan keterkaitan variabel yang cukup jelas.”

Dengan demikian, pada bagian ini penulis memilih teori yang paling

cocok atau paling tidak, mendekati dengan materi yang akan diteliti. Dalam

pengertian lain, Faried Ali (2017 : 47) mengemukakan sebagai berikut : “Yang

diperlukan dalam model berpikir ini adalah kebenaran isi dan sekaligus

kebenaran bentuk. Oleh karenanya harus memperhatikan hal-hal berikut : pilih

konsep yang tepat; buat ketentuan-ketentuan yang serasi; dan ambil

pertimbangan yang mantap.”

Berdasarkan kedua konsep tersebut, maka dalam penelitian ini yang

dijadikan teori pilihan atau grand teori dengan merujuk pada konsep-konsep

atau variabel-variabel yang bersangkut paut dengan judul dalam penelitian ini.

Konsep atau variabel yang dimaksud antara lain : pembinaan remaja.

Sesuai dengan rumusan masalah dan teori-teori yang dipaparkan

sebelumnya, selanjutnya perlu diketengahkan beberapa hal yang menjadi

pokok-pokok kerangka pemikiran dalam pembahasan karya ini. Bentuk dan

proses pembinaan dalam menyelenggarakan fungsi pembinaan terhadap remaja


44
terutama bagi yang melakukan prilaku yang menyimpang adalah yang

berkaitan dengan bentuk pembinaan yang dilakukan terhadap mereka yang

meliputi : 1. Pembinaan keagamaan dan mental spritual, 2. Pembinaan

keterampilan dan 3. Pembinaan hubungan sosial.

Pelaksanaan pembinaan terhadap remaja terutama bagi yang melakukan

prilaku yang menyimpang yaitu kegiatan atau program yang dilakukan pihak-

pihak yang terkait dengan jenis dan bidang kegiatan remaja terutama bagi yang

melakukan prilaku yang menyimpang yang mencakup pembinaan manajemen

organisasi, sumberdaya dan sebagainya untuk menumbuhkan dan

meningkatkan kreativitas yang positif dan mengembangkan diri secara mandiri.

Hasil pelaksanaan pembinaan remaja terutama bagi yang melakukan

prilaku yang menyimpang adalah terwujudnya suatu kesadaran diantara mereka

untuk tidak lagi mengganggu lingkungan kemasyarakat dan mampu berperan

dalam meningkatkan eksis ditengah masyarakat melalui pelatihan dan

keterampilan.

Dari kerangka pemikiran yang dipaparkan di atas, kerangka pemikiran

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema Kerangka Pikir


Pembinaan Remaja Di Desa Simpasai Kecamatan Monta

Pembinaan Remaja : Meningkatnya kesadaran bagi


remaja untuk tidak melakukan
1. Pelaksanaan Pembinaan perbuatan yang menyimpang
Remaja dan meningkatkan keterampil-
2. Dampak Penyelenggaraan an dan keahlian yang
Pembinaan Remaja bermanfaat bagi dirinya,
keluarga dan masyarakat.

Sumber : Diadaptasi dari Buku Panduan Buku Petunjuk Pembinaan Generasi


Muda (Direktorat Pembinaan Generasi Muda Depdikbud, 1996).
45
BAB III

METODE PENELITIAN

Suatu kelaziman bahwa di dalam kegiatan penelitian, para peneliti dapat

memilih di antara berbagai jenis metode dalam melaksanakan penelitian sesuai

dengan materi penelitian yang dilaksanakannya. Menurut Halide dalam

Papayungan, M.M., dkk. (2012 : 11), dengan menggunakan istilah metodelogi

adalah “Berbagai langkah yang harus ditempuh secara sekuensial oleh seorang

peneliti dalam menelaah problema yang sedang dipelajari untuk dipecahkan.”

Sanapiah Faisal (2015 : 10) mengemukakan, “Penelitian merupakan

aktivitas menelaah sesuatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah secara

terancang dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru yang terandal

kebenarannya (objektif dan sahih) mengenai “dunia alam” dan “dunia sisia.”

Pemakaian metode penelitian bertujuan untuk memberikan peluang sebesar-

besarnya bagi penemuan kebenaran yang obyektif, dan untuk menjaga agar

pengetahuan dan pengembangannya memiliki nilai yang tinggi.

Sebagai suatu karya ilmiah yang harus dipertangungjawabkan

obyektivitasnya, maka dalam pembuatan atau penulisan karya ilmiah remaja

khususnya berkaitan dengan pengumpulan data yang diperlukan dalam penulisan

ini penulis menggunakan rangkaian metode penelitian sebagai berikut.

A. Jenis Penelitian

Para ahli mengklasifikasikan jenis penelitian begitu beragam.

Berdasarkan tingkat eksplanasinya Sugiyono (2012 : 6) membagi jenis

penelitian atas tiga, yaitu : “Penelitian deskriptif, penelitian komparatif, dan

penelitian assosiatif.” Sedangkan J. Vredenbregt (1983 : 33), “…dapat


46
membagikan tipe-tipe penelitian sebagai berikut : yaitu penelitian eksploratif

(exporatory research), penelitian yang menguji satu atau beberapa hipotesa

(testing research), dan penelitian deskriptif (deskriptive research).”

Mengacu pada pendapat di atas, maka dalam penulisan karya ilmiah

remaja ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian

deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan pembinaan remaja di Desa

Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

Penelitian atau metode deskriptif menurut Suharsimi Arikunto (2000 :

309) sebagai berikut : “Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala

yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian

dilakukan.”

Penggambaran atau deskriptif dimaksudkan dalam penelitian, di mana

penulis akan menguraikan dan menggambarkan serta menganalisis tentang

tanggapan responden akan maksud penelitian.

B. Lokasi Penelitian

Dalam kegiatan penelitian, penentuan lokasi sangat penting, agar hasil

penelitian dapat digeneralisasikan atau diberlakukan pada lokasi tersebut,

walaupun dalam penelitian ini tidak bermaksud untuk menggeneralisasikan

atau hasil penelitian tersebut hanya diberlakukan pada lokasi itu saja.

Penelitian ini secara sengaja mengambil lokasi di Desa Simpasai Kecamatan

Monta Kabupaten Bima.

Menetapkan di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten

Bima.tersebut didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan bahwa di lokasi


47
tersebut telah banyak terjadi perubahan perilaku generasi muda, dengan

indikasi sering terjadinya peristiwa penyimpangan perilaku generasi muda,

misalnya suka mengganggu dan lain sebagainya.

C. Informan Penelitian

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Teknik purposive sampling Menurut Sugiyono (2016:

85), adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap

paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai

penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial

yang diteliti. Informan adalah objek penting dalam sebuah penelitian.

Informan adalah orang-orang dalam latar penelitian yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Oleh sebab

itu kita sangat membutuhkan Informan. Tanpa seorang informan kita tidak

mungkin mendapatkan hasil atau inti dari sebuah penelitian. Informan juga

berbentuk, itu dikarenakan akan mempengaruhi valid atau tidaknya data yang

kita teliti, dan hal itu pun mempengaruhi keabshan data yang kita teliti.

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Moleong,

2015:97), Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui

permasalahan yang akan diteliti.

48
Makana penentuan informan dalam penelitian ini secara sengaja
diambil yaitu:
No Informan Orang

1. Kepala Desa 1 Orang

2. Sekretaris Desa 1 Orang

3. Kaur pembangunan 1 Orang

4. Kasi 1 Orang
PembeninaandanPermasyarakatan

5. tokoh masyarakat 1 Orang

6. Masyarakat 2 orang

Jumlah 7 Orang

Guna memperkuat analisis data, maka dalam penelitian ini dibutuhkan

pula informasi atau data yang bersumber dari beberapa key informan atau

informan kunci yang berasal dari Kepala Desa Desa Simpasai Kecamatan

Monta Kabupaten Bima.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data atau informasi yang valid dan reliabel, dalam

penelitian ini digunakan alat pengumpul data berupa kuesioner sebagai alat

pengumpul data utama (primer), wawancara, dokumentasi, dan observasi.

Keempat teknik yang disebutkan terakhir di samping sebagai pelengkap atau

sekunder, juga dapat menjadi primer terutama untuk menjawab beberapa

permasalahan yang diajukan dan cukup hanya dianalisis melalui teknik

dokumentasi dan observasi.

49
a. Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu daftar pertanyaan dalam bentuk tersusun.

Rancangan tersebut merupakan hasil terjemahan tujuan penelitian (yang

cukup luas) ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjaring

informasi yang dibutuhkan (Gunarya, 2015 ; 76).

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan

mengajukan daftar pertanyaan baik secara terbuka, semi terbuka/tertutup,

dan tertutup tentang masalah yang hendak diselidiki kepada seseorang

untuk dijawab.

Pada penelitian ini, teknik kuesioner dijadikan alat pengumpul data

yang utama atau primer.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan alat pengumpulan data dengan cara

mengadakan pencatatan langsung melalui dokumen-dokumen, arsip,

laporan catatan harian, dan sebagainya.

Versi Linton (2015: 76) teknik dokumentasi ini disebut Metode

Rekonstruksi Historis. Metode Rekonstruksi Historis adalah metode untuk

mengetahui peristiwa-peristiwa yang telah lampau. Metode ini

mengandalkan kepada bukti-bukti dokumen sezaman, meskipun selalu

tidak akan pernah lengkap. Dengan dokumen-dokumen itu dapat

dilakukan rekonstruksi atas peristiwa yang telah berlangsung (Latief, 2016

: 91)

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan

data melalui pencatatan-pencatatan secara langsung, sistematis terhadap


50
dokumen-dokumen yang tersimpan pada Kantor di Desa Simpasai

Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

c. Wawancara

Wawancara dimaksubdkan untuk mendapatkan data yang relevan

dengan jalan mewawancarai atau tanya jawab dalam situasi berhadapan

(face to face) dan mendapatkan jawaban secara spontan yang didasarkan

atas tujuan penelitian.

Dalam menggunakan teknik wawancara ini, penulis lakukan terutama

untuk mendukung data-data penelitian sejak awal hingga akhir penelitian,

terkhusus ditujukan kepada informan kunci (key informan).

c. Observasi

Koentjaraningrat dalam Papayungan dkk. (2012 : 136)

mengemukakan, data yang benar sifatnya hanya dapat dikumpulkan

melalui teknik observasi, partisipasi dan wawancara mendalam (Indepth

interview). Observasi atau pengamatan bisa dilakukan terhadap sesuatu

benda, keadaan, kondisi, kegiatan, proses, atau penampilan tingkah laku

seseorang.

Black dan Champion dalam Papayungan dkk. (2012 : 139),

penggunaan teknik observasi vital, mengingat kuesioner dan wawancara

tidak sepenuhnya memuaskan. Ada jenis-jenis masalah tertentu yang tidak

dapat dijangkau oleh kedua alat pengumpul data tersebut. Ada kalanya

penting untuk melihat perilaku dalam keadaan (setting) alamiah, melihat

dinamika, melihat gambaran perilaku berdasarkan situasi yang ada. Dalam

51
hal ini, observasi menjadi penting sebagai metode utama untuk

mendapatkan informasi. Dan jenis observasi yang dipakai yaitu

participant as observer (Ritzer, 2012).

Adapun yang menjadi objek observasi/pengamatan dalam penelitian

ini yaitu pola pembinaan remaja dan beberapa hal lain yang berkaitan

dengan generasi muda.

E. Tehnik Pemeriksaan Keabsahaan Data

Dalam pembahasan bagian ini, peneliti mengidentifikasi sejumlah

konsep atau variabel yang berkenaan dengan penelitian yang merupakan

cerminan dari tema atau judul proposal Skripsi yang diangkat dalam penulisan

ini. Di samping mengidentifikasi konsep atau variabel, pembahasan

berikutnya yakni pemberian definisi operasional terhadap sejumlah konsep

atau variabel yang telah diidentifikasi.

1. Identifikasi Variabel

Guna memudahkan bagaimana menganalisa permasalahan yang

telah diajukan dan yang akan dicarikan jawabannya, maka penulis

mengidentifikasi variabel-variabel sebagai berikut :

a. Pelaksanaa

n pembinaan remaja.

b. Dampak

Penyelenggaraan pembinaan remaja.

2. Operasionalisasi variabel

Sesuai dengan maksud penelitian ini yang bersifat deskriptif

(penggambaran) dan eksplorasi semata, walaupun terdapat variabel, tetapi


52
variabel tersebut tidak saling mempengaruhi antara variabel yang satu

dengan variabel yang lain. Oleh sebab itu, dalam operasionalisasi variabel

pembahasan berikut ini, lebih tepat disebut sebagai definisi operasional.

a. Pelaksanaan pembinaan remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta

Kabupaten Bima merupakan suatu pola pembinaan terhadap remaja

yang dilakukan berupa : 1. Pembinaan keagamaan dan mental spritual,

2. Pembinaan keterampilan, 3. Pembinaan hubungan sosial, dan 4.

Pembinaan usaha ekonomi produktif.

b. Dampak Penyelenggaraan pembinaan remaja merupakan suatu

rangkaian kegiatan dalam rangka melakukan pembinaan terhadap para

remaja yang melakukan perbuatan yang menyimpang atau tidak.

Kegiatan yang dilakukan mencakup : 1. Peningkatan pengetahuan, 2.

peningkatan keterampilan, 3. perubahan sikap dan penampilan bagi

generasi muda, dan 4. perubahan prilaku bagi generasi muda, 5.

Memiliki kreativitas dan potensi diri, dan 6. tingkat penyadaran dalam

kehidupan sehari-hari..

E. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data yang telah terkumpul dari hasil penelitian ini,

baik yang diperoleh melalui kuesioner atau angket, interview, dan

dokumentasi, diolah secara deskriptif kuantitatif. Analisa secara deskriptif

kuantitatif yaitu dilakukan dengan penggambaran dan pemaparan secara

akurat dan aktual, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan yang

menggambarkan secara gamblang permasalahan yang diteliti, diawali dengan

penyajian tabel distribusi frekuensi.


53
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Letak geografis
Secara administratif Desa Simpasai merupakan salah satu desa

yang ada di Kecamatan Monta Kabupaten Bima, yang memiliki batas-

batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sie

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pela

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Desa Monta Baru

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Campa

2. Keadaan Topografi.

Secara umum keadaan topografi wilayah Desa Simpasai

Kecamatan Monta Kabupaten Bima termasuk dataran rendah 100%. Desa

Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima memiliki iklim tropis (kelas

E) yang selama ini hanya dipengaruhi oleh 2 musim, yaitu musim hujan

dan musim kemarau.

Luas wilayah Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima

terdiri dari untuk Pemukiman seluas 21 hektar, Padang Penggembala

seluas 35 hektar, Sawah irigasi teknis seluas 10 hektar, Sawah Irigasi ½

teknis seluas 25 hektar, Kas Desa seluas 0,17 hektar,

Perkantoran/Sekolah seluas 8,68 hektar. Jadi luas Desa Simpasai

Kecamatan Monta Kabupaten Bima secara keseluruhan sebanyak 99,85

hektar.
54
Mengenai hal itu untuk lebih jelasnya dapat disimak pada tabel

berikut ini :

Tabel 1. : Luas wilayah Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten


Bima.
No. Penggunaan Jumlah (Ha)
1. Pemukiman 21
2. Padang Penggembala 35
3. Perkantoran/Sekolah 8,68
4. Sawah irigasi teknis 10
5. Sawah Irigasi ½ teknis 25
6. Kas Desa 0,17
Total
99,85
Sumber data : Profil Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten
Bima, Juni 2011.

Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa penggunaan tanah di

Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima sebagian besar pada

penggunaan Tanah sawah, Pemukiman Umum, perkebunan, perkatoran

dan lain-lain.

3. Keadaan Demografi

Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima secara

keseluruhan berpenduduk 3.383 jiwa dengan jumlah kepala keluarga

sebanyak 878 KK. Jumlah penduduk Desa Simpasai Kecamatan Monta

Kabupaten Bima, dengan klasifikasi jenis kelamin yaitu jumlah

penduduk laki-laki 1.835 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1.548

jiwa.

55
Untuk lebih jelasnya kondisi demografis Desa Simpasai Kecamatan

Monta Kabupaten Bima terinci melalui tabel berikut.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Simpasai


Kecamatan Monta Kabupaten Bima
No. Jenis Kelamin Jumlah Porsentase (%)

1. Laki-Laki 1.835 54,24

2. Perempuan 1.548 45,76

Total 3.383 100,00

Sumber data : Profil Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima,


Juni 2011.

4. Penggolongan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk menentukan

kwalitas masyarakat dan kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang besar

adalah bangsa yang dimana di dalamnya memiliki sumber daya manusia

yang handal dan siap pakai. Prosesnya harus melalui pendidikan dasar,

menengah, dan tinggi serta melalui pendidikan non formal yang

diselenggarakan oleh masyarakat guna meningkatkan kecerdasan

masyarakat.

Berdasarkan tabel tersebut bahwa keadaan penduduk menurut

jenis pendidikan ini yang paling banyak adalah berdasarkan belum

sekolah sebanyak 733 orang (21,67%), tingkat pendidikan Tamat SD

sebesar 660 orang atau 19,51%, Tamat SLTP sebesar 551 orang atau

16,29%, dan yang paling sedikit Magister sebanyak 1 orang atau 0,03%.

56
Untuk lebih jelasnya keadaan penduduk menurut jenis

pendidikan dapat terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3. : Penggolongan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa


Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima.
No. Jenis Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

1. Belum Sekolah 733 21,67


2. Usia 7-45 tahun tidak pernah 512 15,13
sekolah
3. Usia 7-45 tahun Pernah 420 12,42
sekolah tidak tamat
4. Tamat SD/Sederajat 660 19,51
5. Tamat SLTP/Sederajat 551 16,29
6. Tamat SLTA/Sederajat 398 11,76
7. Diploma satu (D1) 15 0,44
8. Diploma dua (D2) 23 0,68
9. Diploma tiga (D3) 35 1,03
10. Sarjana (S1) 35 1,03
11. Magister (s2) 1 0,03
Jumlah 3.383 100,00

Sumber data : Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima,


Tahun 2011.

5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian.

Keadaan penduduk di Desa Simpasai Kecamatan Monta

Kabupaten Bima, kalau diukur atau ditentukan berdasarkan jenis mata

pencaharian bervariasi atau beraneka macam pekerjaan.

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa keadaan

penduduk Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima Tahun

2011, bila dilihat dari jenis mata pencaharian bahwa jenis mata

pencaharian terbesar adalah Pedagang sebanyak 641 orang (66,36%),

Petani sebanyak 113 orang (11,70%), Buruh Tani dan Swasta sebanyak

105 orang (10,87%), Pegawai Negeri Sipil/Guru sebanyak 43 orang

57
(1,81%), dan yang paling sedikit adalah Bidan sebanyak 2 orang

(0,21%).

Dan mengenai keadaan penduduk berdasarkan jenis mata

pencaharian ini dapat dijelaskan menurut tabel berikut ini :

Tabel 4. : Keadaan Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa


Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima, Tahun 2011.

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Porsentase


(Orang)
1. Petani 113 11,70
2. Pedagang 641 66,36
3. Pegawai Negeri Sipil/Guru 51 5,28
4. Buruh Tani 49 5,08
5. Buruh Swasta 56 5,80
6. Pengrajin 9 0,93
7. Bidan 2 0,21
8. TNI / POLRI 3 0,31
9. Peternak Ayam 15 1,55
10. Dan lain-lain 27 2,80

Jumlah 966 100,00

Sumber data : Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima, Tahun


2011.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melihat gambaran secara obyektif dari responden penelitian,

maka selanjutnya akan dijelaskan analisis atas data yang diperoleh

berdasarkan tanggapan responden yang berkaitan dengan variabel penelitian.

Dalam kaitan ini akan dilakukan analisis univariat (analisis satu variabel) dari

masing-masing variabel penelitian. Analisis univariat ini ditujukan untuk

melihat kecenderungan tengah yang nampak secara objektif dari tanggapan

58
responden atas pertanyaan dari kuestioner yang disebarkan kepada mereka,

sebagaimana dijelaskan satu persatu sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Pembinaan Remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta


Kabupaten Bima.

Pelaksanaan pembinaan remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta

Kabupaten Bima merupakan suatu pola pembinaan terhadap remaja yang

dilakukan berupa : a. Pembinaan keagamaan dan mental spritual, b.

Pembinaan keterampilan, c. Pembinaan hubungan sosial, dan d. Pembinaan

usaha ekonomi produktif.

a. Pembinaan keagamaan dan mental spritual kepada Remaja di Desa


Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima

Pembinaan keagamaan dan mental spritual bagi remaja terutama bagi

yang melakukan prilaku yang menyimpang meliputi : bimbingan beragama,

pembangunan sarana dan prasarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas

bagi remaja terutama bagi mereka yang melakukan prilaku yang menyimpang.

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa kegiatan bimbingan

beragama yang dilakukan oleh pemuka agama kepada remaja di Desa

Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima sebagian besar responden

berpendapat bahwa bimbingan beragama sangat tepat , yakni 75 orang atau

sekitar 82,41%. Sedangkan 9 orang atau sekitar 9,89% berpendapat bahwa

bimbinga beragama kepada para remaja tersebut tepat terutama bagi mereka

yang melakukan prilaku menyimpang. Sementara itu yang berpendapat

bahwa bimbingan tersebut kurang tepat dan tidak tepat sebanyak masing-

masing 7 orang atau masing-masing 7,69%. Artinya pemberian bimbingan


59
beragama disaat mereka dalam keadaan tidak labil, sehingga tidak ada

konsetrasi penuh dalam menerima setiap bimbingan beragama yang

diberikan oleh para tokoh agama dan masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan beragama yang telah

diberikan oleh pemuka agam di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten

Bima sangat tepat, dalam rangka mengubah prilaku remaja yang pada

awalnya suka mengganggu lingkungan masyarakat, namun diharapkan

berubah dan lebih pada pendalaman agama dan bertaqwa pada Allah SWT.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Tri Saptono, S

Kepala Desa Simpasai, terkait dengan bimbingan beragama kepada remaja,

dengan petikan wawancara sebagai berikut :

Memang benar bahwa bimbingan beragama yang dilakukan oleh para


pemuka agama dan masyarakat di Desa Simpasai kepada para remaja
sudah tepat, hal ini dimaksudkan untuk menggugah hati mereka
supaya tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dan lebih
kepada upaya menggali potensi diri dalam menuju pengembangan
diri dan penyadaran diri. (Hasil wawancara tanggal 17 Juli 2011).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersebut

diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan keagamaan yang dilakukan oleh

para tokoh agama dan masyarakat lebih pada upaya penciptaan diri agar

menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, dan meninggalkan

perbuatan yang menyimpang, sebagaimana mereka lakukan atau tidak selama

ini. Pembinaan mental keagamaan ini dapat bermakna untuk membentuk

para remaja yang memiliki bekal dalam rangka meningkatkan ketaqwaan

kepada Allah SWT sebagai manifestasi untuk diamalkan kembali dalam

bentuk prilaku yang baik ditengah-tengah masyarakat.

60
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5 : Kriteria tanggapan responden tentang bimbingan beragama bagi


remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta
No Kriteria tanggapan f Prosentase

1 Sangat tepat 75 82,41

2 Tepat 9 9,89

3. Kurang tepat 4 4,40

4. Tidak tepat 3 3,30

5. Sangat tidak tepat 0 0

Jumlah 91 100,00
Sumber data : Hasil Olahan Kuesioner, Juli 2011

Lebih lanjut pembangunan sarana dan prasarana ibadah dengan

penyediaan aksesibilitas bagi remaja semata-mata dalam upaya untuk

pembinaan keagamaan dan mental spritual di Desa Simpasai Kecamatan

Monta Kabupaten Bima pada prinsipnya telah tepat.

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa pembangunan sarana dan

prasarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi remaja sebagai

bagian dari upaya pembinaan keagamaan dan mental spritual di Desa

Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima sebagian besar responden

berpendapat bahwa sangat tepat yakni 77 orang atau sekitar 84,62%.

Sedangkan 10 orang atau sekitar 10,99% berpendapat bahwa pembangunan

sarana dan prasarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi remaja

sebagai bagian dari pembinaan keagamaan sudah tepat. Sementara itu yang

berpendapat bahwa kegiatan pembangunan tersebut kurang tepat dan tidak

tepat sebanyak masing-masing 4 orang atau masing-masing 4,40%. Artinya

61
pembangunan sarana dan prasarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas

bagi remaja yang melalukan prilaku menyimpang tidak senang dan tidak

suka mungkin karena masih terpengaruh dengan kondisi pribadi mereka yang

suka ugal-ugalan dan keadaan tidak labil.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembangunan sarana dan prasarana

ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi remaja sebagai bagian dari

pembinaan keagamaan dan mental spritual di Desa Simpasai Kecamatan

Monta Kabupaten Bima sangat tepat, semata-mata supaya ada kegiatan yang

positif supaya mereka tidak terpengaruh oleh lingkungan mereka, yang

membuat mereka cepat-cepat melakukan perbuatan menyimpang.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Tri Saptono, S

Kepala Desa Simpasai, terkait dengan pembangunan sarana dan prasarana

ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi remaja di Desa Simpasai,

dengan petikan wawancara sebagai berikut :

Saya melihat ada kemajuan dari perekmbangan remaja atau generasi


muda yang berada di Desa Simpasai setelah dibangunkan sarana dan
prasarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi remaja sudah
tepat, hal ini dimaksudkan untuk membagi waktu mereka supaya
tidak melakukan perbuatan yang menyimpang supaya mereka lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT. (Hasil wawancara tanggal 17
Juli 2011).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pembangunan sarana dan prasarana ibadah dengan

penyediaan aksesibilitas bagi remaja semata-mata lebih pada upaya

penciptaan diri agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, dan

meninggalkan perbuatan yang menyimpang, sebagaimana mereka lakukan

atau tidak selama ini.


62
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6 : Kriteria tanggapan responden tentang pembangunan sarana dan


prasarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi remaja di
Desa Simpasai Kecamatan Monta
No Kriteria tanggapan f Prosentase

1. Sangat tepat 77 84,62

2 Tepat 10 10,99

3. Kurang tepat 2 2,20

4. Tidak tepat 2 2,20

5. Sangat tidak tepat 0 0

Jumlah 91 100,00
Sumber data : Hasil Olahan Kuesioner, Juli 2011

b. Pembinaan keterampilan kepada Remaja di Desa Simpasai Kecamatan


Monta Kabupaten Bima

Pembinaan membantu orang untuk mengenal kendala, baik yang ada di

luar maupun dalam situasi hidup dan kerjanya, melihat segi-segi positif dan

negatifnya serta menemukan pemecahan yang mungkin. Pembinaan dapat

menimbulkan dan menguatkan motivasi orang, mendorongnya untuk

mengambil dan melaksanakan salah satu cara yang terbaik, guna mencapai

tujuan dan sasaran hidup dan kerjanya. Pembinaan membantu

mengembangkan dan mendapatkan kecakapan yang dibutuhkan untuk

mencapai sasaran dan tujuannya.

Pembinaan hanya mampu memberikan bekal. Dalam situasi kehidupan

dan pekerjaan nyata, orang menjalani pembinaan harus bersedia

mempraktekan hasil pembinaan. Untuk itu tidak selalu mudah, karena

disamping kehendak dan tekad pihaknya, masih banyak faktor lain yang ikut

63
mempengaruhi seperti penerimaan, dukungan, kerjasama dari orang yang

hidup dan bekerja bersamanya, fasilitas serta peralatan, keleluasan dan

kebebasan dan sebagainya. Maka tidak mengherankan bila masih ada orang

yang mengikuti pembinaan, setelah itu keadaannya seperti sebelumnya.

Berikut ini disajikan data jenis keterampilan remaja yang dibina oleh

instansi terkait di Desa Simpasai dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 7 : Jenis Keterampilan Remaja yang dibina oleh Instansi Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bima selama Tahun 2010.
No. Jenis Keterampilan Frekuensi Banyaknya remaja
pembinaan yang telah dibina
1. Menjahit 1 bulan 25 orang

2. Perbengkelan 1 bulan 35 orang

3. Teknik Las Pagar atau 1 bulan 30 orang


sejenisnya
4. Komputer 1 bulan 35 orang

Jumlah 125 orang

Sumber data : Kantor Desa Simpasai, Juli 2011

Berdasarkan tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa jenis

keterampilan yang dibina oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Bima selama tahun 2010 adalah keterampilan menjahit,

keterampilan perbengkelan, keterampilan Teknik Las Pagar atau sejenisnya

dan keterampilan computer. Dan jumlah remaja yang telah dibina oleh

instansi tersebut selama tahun 2010 sebanyak 125 orang.

Pembinaan keterampilan kepada remaja-remaja yang tidak memiliki

pekerjaan tetap di Desa Simpasai Kecamatan Monta pada dasarnya sangat

tepat. Hal ini semata-mata mereka bisa memiliki keterampilan dan keahlian

sebagai dasar untuk mencari pekerjaan atau menciptakan pekerjaan baru.


64
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa Pembinaan keterampilan

kepada remaja-remaja yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau masih

menganggur di Desa Simpasai Kecamatan Monta sebagian besar responden

berpendapat bahwa pembinaan keterampilan sudah sangat tepat yakni 74

orang atau sekitar 81,32%. Sedangkan 10 orang atau sekitar 10,99%

berpendapat bahwa pembinaan keterampilan kepada para remaja

dimaksudkan untuk membekali bagi mereka yang melakukan prilaku

menyimpang. Sementara itu yang berpendapat bahwa bimbingan tersebut

kurang tepat dan tidak tepat sebanyak masing-masing 7 orang atau masing-

masing 7,69%. Artinya pemberian bimbingan keterampilan tersebut

dianggap oleh sebagian mereka menjemukan, tidak paham xengan bimbingan

tersebut, baik bimbingan teknik beternak yang baik, bimbingan dalam bentuk

perbengkelan, dan pembinaan keterampilan yang lain, semata-mata membagi

kegiatan mereka, supaya ada aktivitas yang membuat mereka tidak akan

melakukan perbuatan yang menyimpang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan keterampilan yang telah

diberikan baik oleh instansi terkait maupun oleh aparat Desa Simpasai

sangat tepat, dalam rangka untuk membekali diri, supaya mereka memiliki

keahlian atau keterampilan. Sebagai bekal dikemudian hari.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Tri Saptono, S

Kepala Desa Simpasai, terkait dengan bimbingan keterampilan kepada

remaja, dengan petikan wawancara sebagai berikut :

Memang benar bahwa bimbingan keterampilan yang dilakukan oleh


aparat desa maupun dari instansi terkait, serta merta dalam upaya
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki,
65
supaya mereka mampu menciptakan lapangan kerja dan diberi
peralatan, sesuai dengan pelatihan keterampilan yang mereka terima.
(Hasil wawancara tanggal 17 Juli 2011).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersebut dapat

disimpulkan bahwa bimbingan keterampilan kpada para remaja, semata-mata

untuk membekali keterampulan supaya mereka memiliki aktivitas lain,

sehingga mereka tidak ada waktu untuk mrlakukan perbuatan atau tindakan

yang menyimpang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8 : Kriteria tanggapan responden tentang pembinaan keterampilan bagi


remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta
No. Kriteria tanggapan f Prosentase

1. Sangat tepat 74 81,31

2 Tepat 10 10,99

3. Kurang tepat 4 4,40

4. Tidak tepat 3 3,30

5. Sangat tidak tepat 0 0

Jumlah 91 100,00
Sumber data : Hasil Olahan Kuesioner, Juli 2011

c. Pembinaan hubungan sosial

Pembinaan hubungan sosial yang diberikan kepada para remaja dalam

rangka menciptakan hubungan sosial dan penyesuaian sosial secara serasi dan

harmonis di antara para remaja, remaja dengan keluarganya, remaja dengan

aparat desa, tokoh-tokoh di desa dan remaja dengan masyarakat.

Pembinaan hubungan sosial ini berupa konsultasi sosial, konseling

perseorangan, bimbingan kelompok (dinamika kelompok), pelayanan rekreasi,

rujukan, penanganan kasus-kasus, bimbingan keterampilan, dan lain-lain.

66
Dalam proses ini, para remaja dituntut benar-benar memiliki keahlian dengan

berbagai perlengkapan administrasi yang diperlukan (antara lain : alat terapi,

catatan kasus, rujukan, nekas klien dan lain-lain).

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa kegiatan bimbingan sosial

yang dilakukan oleh pemuka agama dan pemuka masyarakat kepada remaja

di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima sebagian besar

responden berpendapat bahwa bimbingan sosial sangat tepat, yakni 75 orang

atau sekitar 82,41%. Sedangkan 9 orang atau sekitar 9,89% berpendapat

bahwa bimbinga soaial kepada para remaja tersebut tepat. Sementara itu

yang berpendapat bahwa bimbingan tersebut kurang tepat dan tidak tepat

sebanyak masing-masing 7 orang atau masing-masing 7,69%. Artinya

pemberian bimbingan sosial disaat mereka dalam keadaan tidak labil,

sehingga tidak ada konsetrasi penuh dalam menerima setiap bimbingan sosial

yang diberikan oleh para tokoh agama dan pemuka masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan sosial yang telah diberikan

oleh pemuka agama dan pemuka masyarakat dan para pimpinan Lembaga-

lembaga desa di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima sangat

tepat, dalam rangka dimana para remaja dapat memahami lingkungan

sosialnya, menghargai dan menghormati orang terutama yang lebih dewasa,

apalagi keadaan sekarang prilaku anak-anak muda tidak lagi menghormati

para orang tua karena dipengaruhi oleh lingkungannya. Oleh karena itu peran

tokoh agama dan pemuka masyarakat membina mereka supaya dalam

perkembangannya menjadi anak yang lebih baik.

67
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Tri Saptono, S

Kepala Desa Simpasai, terkait dengan bimbingan sosial kepada remaja,

dengan petikan wawancara sebagai berikut :

Memang benar bahwa bimbingan sosial yang dilakukan oleh para


pemuka agama dan masyarakat di Desa Simpasai kepada para remaja
sudah tepat, hal ini dimaksudkan supaya mereka lebih mengenal
bagaimana dia sebagai mahluk sosial, mahluk yang mengenal
lingkungan sekitar, supaya mereka bisa memperlakukan lingkungan
dengan baik, tanpa diganggu hanya karena ulah beberapa orang
remaja, melalui bimbingan ini supaya mereka bisa sadar. (Hasil
wawancara tanggal 17 Juli 2011).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersebut dapat

disimpulkan bahwa bimbingan sosial yang dilakukan oleh para tokoh agama

dan masyarakat lebih pada upaya mereka bias memahami lingkungan social

dapat menghormati orang-orang yang lebih dewasa atau para orang tua dan

sesame remajanya, hal ini sesuai dengan kodratnya sebagai mahluk sosial.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9 : Kriteria tanggapan responden tentang bimbingan sosial bagi remaja


di Desa Simpasai Kecamatan Monta
No Kriteria tanggapan f Prosentase

1. Sangat tepat 75 82,41

2 Tepat 9 9,89

3. Kurang tepat 4 4,40

4. Tidak tepat 3 3,30

5. Sangat tidak tepat 0 0

Jumlah 91 100,00
Sumber data : Hasil Olahan Kuesioner, Juli 2011.

68
d. Pembinaan usaha ekonomi produktif bagi remaja di Desa Simpasai

Masa remaja sebagai masa produktif saat ini disadari dengan baik

oleh generasi tua, namun kurang disadari oleh remaja itu sendiri. Hal inilah

yang menyebabkan banyak remaja atau generasi mudah menghabiskan

sebagian besar waktunya melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat, bahkan

cenderung merusak. Misalnya, tawuran, hura-hura, atau membuat kriminal.

Dari konsep ini perlu kiranya diadakan pembinaan agar remaja

memanfaatkan masa produktifnya untuk berbuat yang bermanfaat karena

ditangannyalah tersimpan masa depan dan aset yang sangat prosfektif.

Salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam pemberian pembinaan

kepada para remaja atau generasi muda adalah berupaya menggali potensi

yang ada didalam diri mereka.

Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa pembinaan usaha ekonomi

produktif baik yang dilakukan oleh Lembaga-lembaga desa terutama Karang

Taruna dan PKK Desa Simpasai dan ditambah lagi pembinaan dari Dinas

Tenaga kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bima melalui program Tenaga

Kerja Mandiri Terdidik (TKMT) ini lebih dikhususkan kepada remaja yang

sudah tamat SMA untuk dibekali keterampilan dan keahlian tertentu,

sebagian besar responden berpendapat bahwa pembinaan usaha ekonomi

produktif sangat tepat yakni 80 orang atau sekitar 87,91%. Sedangkan 7

orang atau sekitar 7,69% berpendapat bahwa pembinaan usaha ekonomi

produktif kepada para remaja tersebut tepat terutama bagi mereka yang

melakukan prilaku menyimpang. Sementara itu yang berpendapat bahwa

pembinaan usaha ekonomi produktif tersebut kurang tepat dan tidak tepat
69
sebanyak masing-masing 4 orang atau masing-masing 4,40%. Artinya

pemberian pembinaan usaha ekonomi produktif disaat mereka dalam

keadaan tidak labil, sehingga tidak ada konsetrasi penuh dalam menerima

setiap bimbingan yang diberikan oleh para tokoh agama dan masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembinaan usaha ekonomi produktif

yang telah diberikan oleh lembaga-lembaga desa dalam hal ini Karang

Taruna dan PKK serta dari instansi terkait di Desa Simpasai Kecamatan

Monta Kabupaten Bima sangat tepat, dalam rangka memberikan pembinaan

kepada mereka supaya meningkatkan kreativitas mereka penciptaan ekonomi

produktif, sehingga bisa terbentuk para wirausaha baru.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Tri Saptono, S

Kepala Desa Simpasai, terkait dengan pembinaan ekonomi produktif kepada

remaja, dengan petikan wawancara sebagai berikut :

Saya melihat bahwa pembinaan ekonomi produktif kepada para


remaja di Desa Simpasai baik dilakukan oleh Karang Taruna maupun
PKK sesuai dengan program kegiatan yang ada, semata-mata lebih
pada upaya menjadikan remaja tersebut manusia yang cerdas dan
terampil, dan supaya mereka bisa mandiri dengan bekal yang
diberikan sebagai bagian dalam menciptakan menjadi wirausaha baru
yang ada di Desa Simpasai. (Hasil wawancara tanggal 17 Juli 2011).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pembinaan ekonomi produktif kepada para remaja di

Desa Simpasai baik dilakukan oleh Karang Taruna maupun PKK sudah tepat

dilakukan, dalam upaya membentuk remaja yang memiliki jiwa wirausaha.

demi masa depannya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

70
Tabel 10 : Kriteria tanggapan responden tentang pembinaan ekonomi
produktif kepada para remaja di Desa Simpasai Kecamatan
Monta
No Kriteria tanggapan f Prosentase

1. Sangat tepat 80 87,91

2 Tepat 7 7,69

3. Kurang tepat 2 2,20

4. Tidak tepat 2 2,20

5. Sangat tidak tepat 0 0

Jumlah 91 100,00
Sumber data : Hasil Olahan Kuesioner, Juli 2011

Berkaitan dengan uraian persub variabel sebagaimana yang dijelaskan

diatas, dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan Pembinaan Remaja di Desa

Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bimatelah berhasil dilaksanakan

dengan baik (83,73%). Hal ini didukung dari hasil penilaian responden

melalui bimbingan beragama bagi remaja sangat tepat (82,41%),

pembangunan sarana dan prasarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas

bagi remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta Sangat tepat (84,62%),

pembinaan keterampilan bagi remaja Sangat tepat (81,31%), bimbingan

sosial bagi remaja Sangat tepat (82,41%) serta pembinaan ekonomi

produktif kepada para remaja Sangat tepat (87,91%). Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel rekapitulasi penilaian responden tentang Pelaksanaan

Pembinaan Remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima,

sebagai berikut :

71
Tabel 11. : Rekapitulasi Penilaian Responden Tentang Pelaksanaan
Pembinaan Remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta
Kabupaten Bima.
No. Indikator Skor Arti
1. Bimbingan beragama bagi remaja 82,41% Sangat Tepat

2. Pembangunan sarana dan prasarana


ibadah dengan penyediaan
aksesibilitas bagi remaja 84,62% Sangat Tepat

3. Pembinaan keterampilan bagi remaja 81,31 % Sangat Tepat

4. Bimbingan sosial bagi remaja 82,41 % Sangat Tepat

5. Pembinaan ekonomi produktif kepada 87,91 % Sangat Tepat


para remaja

Rata - rata 83,73% Sangat


Berhasil
Sumber data : Hasil Olahan Kuesioner Tabel 5,6,8,9 dan 10.

2. Dampak Penyelenggaraan Pembinaan Remaja di Desa Simpasai


Kecamatan Monta Kabupaten Bima

Dampak Penyelenggaraan pembinaan remaja merupakan suatu

rangkaian kegiatan dalam rangka melakukan pembinaan terhadap para remaja

yang melakukan perbuatan yang menyimpang atau tidak. Kegiatan yang

dilakukan mencakup : a. Peningkatan pengetahuan, b. Penguasaan

keterampilan dan keahlian, c. perubahan prilaku bagi generasi muda, dan d.

Memiliki kreativitas dan potensi diri.

a. Peningkatan pengetahuan bagi remaja di

Desa Simpasai

Tujuan lain dari pembinaan remaja adalah menjadikan remaja tersebut

manusia yang cerdas dan terampil. Cerdas dan terampil disini tidak diartikan

72
sacara sempit tetapi mencakup beragam jenis ilmu pengetahuan dan

keterampilan. Seperti cerdas dalam arti berwawasan luas berbagai kehidupan,

tampil memanage dirinya, memimpin, memahami orang lain, atau cerdas dan

terampil memandang dan menjalani realitas kehidupan.

Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa dampak dari pembinaan

remaja adalah peningkatan pengetahuan bagi remaja baik ilmu agama

maupun ilmu sosial, sebagai bekal bagi mereka untuk tidak melakukan

tindakan-tindakan negatif di Desa Simpasai Kabupaten Bima, sebagian

besar responden berpendapat bahwa dampak dari pembinaan remaja melalui

peningkatan pengetahuan bagi remaja sangat baik yakni 78 orang atau

sekitar 85,71%. Sedangkan 7 orang atau sekitar 7,69% berpendapat bahwa

pembinaan usaha ekonomi produktif kepada para remaja tersebut baik

terutama bagi mereka yang melakukan prilaku menyimpang. Sementara itu

yang berpendapat bahwa pembinaan usaha ekonomi produktif tersebut

kurang baik dan tidak baikt sebanyak masing-masing 6 orang atau masing-

masing 6,59%.

Jadi kesimpulannya bahwa dampak dari pemberian pembinaan

terhadap remaja baik pembinaan keagamaan dan sosial sangat memuaskan

hasilnya, dimana para remaja tersebut banyak perubahan yang dimiliki

terutama ilmu-ilmu agama. Bahkan ada diantara mereka jadi pengurus

remaja masjid di desa Simpasai dan ada sebagai Pengelola TPQ pusat

kegiatan mengaji bagi anak-anak.

73
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Tri Saptono, S

Kepala Desa Simpasai, terkait dengan dampak pembinaan kepada remaja,

dengan petikan wawancara sebagai berikut :

Saya melihat bahwa setelah diberikan pembinaan keagamaan dan


ilmu-ilmu social banyak perubahan yang terjadi terutama
meningkatnya pengetahuan keagamaan bagi mereka, sehingga dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. (Hasil wawancara
tanggal 17 Juli 2011).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersebut dapat

disimpulkan bahwa dampak pembinaan kepada para remaja di Desa Simpasai

baik dilakukan oleh tokoh-tokoh agama dan dan masyarakat sangat

memuaskan semua pihak, sehingga angka kenakalan remaja dapat dikurangi

atau dihilangkan di Desa Simpasai ini.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 12 : Kriteria tanggapan responden tentang dampak pembinaan para


remaja berupa meningkatnya pengetahuan remaja di Desa
Simpasai Kecamatan Monta
No Kriteria tanggapan f Prosentase

1. Sangat baik 78 85,71

2 Baik 7 7,69

3. Kurang baik 4 4,40

4. Tidak baik 2 2,20

5. Sangat tidak baik 0 0

Jumlah 91 100,00
Sumber data : Hasil Olahan Kuesioner, Juli 2011

b. Penguasaan keterampilan dan keahlian

bagi remaja di Desa Simpasai

74
Dampak Pembinaan remaja, yaitu penguasaan keterampilan dan

keahlian yang diberikan untuk meningkatkan produktivitas agar ia dapat

menambah penghasilannya atau mempertahankan kemampuan/keterampilan

yang sudah ada. Melalui pembinaan ini, diharapkan mereka akan mau dan

mampu berpartisipasi secara aktif dalam memanfaatkan keterampilan yang

mereka punyai untuk mengolah ataupun memberikan nilai tambah terhadap

obyek kegiatan pekerjaan mereka sehingga tercipta mekanisme kerja yang

efektif dan efisien bagi mereka guna memperoleh penghasilan.

Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa dampak dari pembinaan

remaja adalah Penguasaan keterampilan dan keahlian bagi remaja di Desa

Simpasai, sebagian besar responden berpendapat sangat baik yakni 80

orang atau sekitar 87,91%. Sedangkan 7 orang atau sekitar 7,69%

berpendapat baik dari pembinaan yang diberikan kepada para remaja

tersebut tepat terutama bagi mereka yang melakukan prilaku menyimpang.

Sementara itu yang berpendapat bahwa dampak dari pembinaan yang

dilakukan kurang baik dan tidak baik sebanyak 4 orang atau 4,40%. Artinya

pembinaan yang dilakukan selama ini kurang tepat baik pada aspek metode

atau cara penyampaian maupun pada isi materi yang disampaikan,

seharusnya bersifat praktis dan gampang-gampang saja, sehingga mereka

cepat menerima.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dampak pembinaan terhadap para

remaja adalah penguasaan keterampilan dan keahlian untuk usaha ekonomi

produktif yang telah diberikan oleh lembaga-lembaga desa dalam hal ini

Karang Taruna dan PKK serta dari instansi terkait di Desa Simpasai
75
Kecamatan Monta Kabupaten Bima sangat tepat, dalam rangka memberikan

pembinaan kepada mereka supaya meningkatkan kreativitas mereka

penciptaan ekonomi produktif, sehingga bisa terbentuk para wirausaha baru.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Tri Saptono, S

Kepala Desa Simpasai, terkait dengan dampak pembinaan remaja dalam

penguasaan keterampilan dan keahlian, dengan petikan wawancara sebagai

berikut :

Saya melihat bahwa dampak pembinaan bagi remaja terlihat dari


penguasaan keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh para remaja
tersebut di Desa Simpasai, terutama dalam upaya untuk mencari
kerja dan atau menciptakan kerja, tapi yang lebih penting adalah
bagaimana mereka bisa ada waktu supaya tidak melakukan perbuatan
yang menyimpang dan berbuat hal-hal yang positif saja. (Hasil
wawancara tanggal 17 Juli 2011).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersebut dapat

disimpulkan bahwa dampak pembinaan terhadap para remaja terlihat dari

adanya penguasaan terhadap keterampilan dan keahlian yang dimiliki.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 13 : Kriteria tanggapan responden tentang dampak pembinaan kepada


para remaja dapat penguasaan keterampilan dan keahlian di Desa
Simpasai Kecamatan Monta
No Kriteria tanggapan f Prosentase

1. Sangat baik 80 87,91

2 Baik 7 7,69

3. Kurang baik 2 2,20

4. Tidak baik 2 2,20

5. Sangat tidak baik 0 0

Jumlah 91 100,00
Sumber data : Hasil Olahan Kuesioner, Juli 2011

76
c. Perubahan prilaku bagi generasi muda di

Desa Simpasai

Pembinaan apapun bentuk dan tingkatnya pada akhirnya menuju

pada suatu perubahan perilaku baik individu, kelompok maupun masyarakat.

Perubahan perilaku di sini mencakup pula perubahan, peningkatan

kemampuan pada tiga bidang (domain), yakni pengetahuan, sikap, dan

ketrampilan.

Salah satu perubahan yang terkandung dalam kegiatan pembinaan yakni

perubahan sikap atau perilaku. Prilaku dapat dipandang dari segi biologi

adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi

prilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas daripada manusia itu

sendiri. Prilaku (behavior) adalah fungsi dari keadaan diri pribadi

(personality) dan lingkungan (environment). Makin banyak pengalaman

seseorang, makin majemuk keadaan psikologinya.

Prilaku merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan remaja

dalam kehidupan sehari-hari, merupakan tanggapan atau reaksi remaja yang

terwujud dalam gerakan atau sikap, tidak saja bahan/ucapan, yang terutama

menunjukkan perubahan dalam ruang hidup, tidak dalam ruang obyektif

tetapi hanya dapat disimpulkan daripada apa yang dapat diamati. Prilaku

(behavior) dipakai untuk menunjukkan tiap perubahan di dalam ruang hidup,

yaitu perubahan dalam arti psikologis, jadi tidak semua gerakan pribadi serta

perubahan dalam lingkungannya sebagai gerakan pribadi itu.

Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa dampak dari pembinaan

remaja adalah adanya perubahan prilaku bagi remaja atau generasi muda,
77
setelah mendapatkan pembinaan dari lembaga-lemabag desa atau instansi

terkait di Desa Simpasai, sebagian besar responden berpendapat bahwa

dampak pembinaan bagi remaja tersebut adanya perubahan prilaku remaja

sangat baik yakni 74 orang atau sekitar 81,32%. Sedangkan 10 orang atau

sekitar 10,99% berpendapat bahwa dampak pembinaan kepada para remaja

berjalan dengan baik. Sementara itu yang berpendapat bahwa dampak

pembinaan tersebut kurang baik dan tidak baik sebanyak 7 orang atau

7,69%.. Artinya bahwa pembinaan kepada para remaja disaat mereka dalam

keadaan tidak labil, sehingga dampaknya kurang memuaskan hasilnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dampak pembinaan kepada para

remaja adanya perubahan prilaku yang cukup signifikan terhadap

perkembangan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka lebih banyak

dalam kegiatan yang positif dan bermanfaat daripada dalam keadaan

merubah prilaku mereka.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Tri Saptono, S

Kepala Desa Simpasai, terkait dengan dampak pembinaan dapat terjadi

perubahan prilaku dikalangan anak remaja, dengan petikan wawancara

sebagai berikut :

Saya melihat bahwa terjadi perubahan yang besar dalam diri anak-
anak muda atau remaja setelah mendapatkan pembinaan dari
lembaga-lembaga desa dan instansi terkait. Anak-anak remaja lebih
banyak melakukan kegiatan yang baik dan positif dan bermanfaat
bagi kemaslahatan masyarakat, daripada mereka melakukan
perbuatan yang menyimpang yang lebih banyak mengganggu
lingkungan sekitar di Desa Simpasai. (Hasil wawancara tanggal 17
Juli 2011).

78
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersebut dapat

disimpulkan bahwa dampak pembinaan bagi remaja di Desa Simpasai baik

dilakukan oleh Karang Taruna maupun PKK sudah memberikan hasil yang

memuaska bagi semua elemen masyarakat, yang mengharapkan kehidupan

yang lebih aman dan tentram.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 14 : Kriteria tanggapan responden tentang Dampak pembinaan bagi


remaja adanya perubahan prilaku di Desa Simpasai Kecamatan
Monta
No. Kriteria tanggapan f Prosentase

1. Sangat baik 74 81,31

2 Baik 10 10,99

3. Kurang baik 4 4,40

4. Tidak baik 3 3,30

5. Sangat tidak baik 0 0

Jumlah 91 100,00
Sumber data : Hasil Olahan Kuesioner, Juli 2011

d. Memiliki kreativitas dan potensi diri bagi

remaja di Desa Simpasai.

Masa remaja sebagai masa produktif saat ini disadari dengan baik oleh

generasi tua, namun kurang disadari oleh remaja itu sendiri. Hal inilah yang

menyebabkan banyak remaja atau generasi mudah menghabiskan sebagian

besar waktunya melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat, bahkan cenderung

merusak. Misalnya, tawuran, hura-hura, atau membuat kriminal. Dari konsep

ini perlu kiranya diadakan pembinaan agar remaja memanfaatkan masa

79
produktifnya untuk berbuat yang bermanfaat karena ditangannyalah tersimpan

masa depan dan aset yang sangat prosfektif.

Remaja atau generasi muda adalah aset bangsa yang harus dilestarikan.

Cara melestarikannya tidak lain adalah membina mereka agar menemukan

potensi diri yang sebenarnya. Maksudnya, agar remaja menginvestasikan

fikiran, tenaga, keahlian, ilmu, dan kemampuan untuk membangun bangsa dan

negara menggantikan generasi tua yang mulai tidak produktif.

Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa dampak dari pembinaan

rerhadap para remaja atau generasi muda adanya memiliki kreativitas dan

potensi diri bagi remaja, sehingga dengan potensi tersebut dapat

dikembangkan dalam berbagai bentuk ekspresi diri dalam berbagai kegiatan

yang bermanfaat yang dapat mengembangkan diri bagi remaja di Desa

Simpasai. Sebagian besar responden berpendapat bahwa dampak pembinaan

tersebut sangat baik yakni 80 orang atau sekitar 87,91%. Sedangkan 7 orang

atau sekitar 7,69% berpendapat bahwa dampak dari pembinaan para remaja

tersebut tepat terutama bagi mereka yang prilaku menyimpang menyatakan

baik. Sementara itu yang berpendapat bahwa dampak dari pembinaan

terhadap para remaja mengatakan kurang baik dan tidak baik sebanyak 4

orang atau 4,40%. Artinya pemberian pembinaan kepada para remaja kurang

mampu memberikan kepuasan bagi mereka, dimana mereka cenderung lebih

memilih prilaku yang menyimpang, walaupun jumlahnya sedikit.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dampak pembinaan kepada para

remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima sangat baik,

dalam rangka memberikan pembinaan kepada mereka supaya meningkatkan


80
kreativitas mereka penciptaan ekonomi produktif, sehingga bisa terbentuk

para wirausaha baru.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Tri Saptono, S

Kepala Desa Simpasai, terkait dengan dampak pembinaan tercipta kreativitas

dan potensi diri bagi remaja di Desa Simpasai, dengan petikan wawancara

sebagai berikut :

Saya melihat bahwa dampak pembinaan terhadap para remaja di Desa


Simpasai memiliki kreativitas dan potensi diri untuk bisa
dikembangkan untuk kepentingan bagi remaja yang bersangkutan
kedepan.. (Hasil wawancara tanggal 17 Juli 2011).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan tersebut dapat

disimpulkan bahwa dampak pembinaan kepada para remaja di Desa Simpasai

baik dilakukan oleh Karang Taruna maupun PKK sudah sesuai.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 15 : Kriteria tanggapan responden tentang dampak pembinaan kepada


para remaja dapat Memiliki kreativitas dan potensi diri bagi
remaja di Desa Simpasai di Desa Simpasai Kecamatan Monta
No Kriteria tanggapan f Prosentase

1. Sangat baik 80 87,91

2 Baik 7 7,69

3. Kurang baik 2 2,20

4. Tidak baik 2 2,20

5. Sangat tidak baik 0 0

Jumlah 91 100,00
Sumber data : Hasil Olahan Kuesioner, Juli 2011

Berkaitan dengan uraian persub variabel sebagaimana yang dijelaskan

diatas, dapat disimpulkan bahwa Dampak Penyelenggaraan Pembinaan

81
Remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bimatelah berhasil

dilaksanakan dengan baik (85,71%). Hal ini didukung dari hasil penilaian

responden melalui dampak pembinaan para remaja berupa meningkatnya

pengetahuan remaja Sangat baik (85,71%), dampak pembinaan kepada para

remaja dapat penguasaan keterampilan dan keahlian Sangat baik (87,91%),

Dampak pembinaan bagi remaja adanya perubahan prilaku Sangat baik

(81,31%), dampak pembinaan kepada para remaja dapat Memiliki kreativitas

dan potensi diri bagi remaja Sangat baik (87,91%). Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel rekapitulasi penilaian responden tentang Dampak

Penyelenggaraan Pembinaan Remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta

Kabupaten Bima, sebagai berikut :

Tabel 16. : Rekapitulasi Penilaian Responden Tentang dampak pembinaan


para remaja berupa meningkatnya pengetahuan remaja di desa
Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima..
No. Indikator Skor Arti
1. Dampak pembinaan para remaja
berupa meningkatnya pengetahuan
remaja 85,71% Sangat baik

2. Dampak pembinaan kepada para


remaja dapat penguasaan keterampilan
dan keahlian 87,91% Sangat baik

Dampak pembinaan bagi remaja


3. adanya perubahan prilaku 81,31% Sangat baik

4. Dampak pembinaan kepada para


remaja dapat Memiliki kreativitas dan
potensi diri bagi remaja 87,91% Sangat baik

Rata - rata 85,71% Sangat


Berhasil
Sumber data : Hasil Olahan Kuesioner Tabel 12,13,14 dan 15.

82
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab IV deskripsi Lokasi penelitian dan

Pembahasan hasil penilitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Pembinaan Remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta

Kabupaten Bimatelah berhasil dilaksanakan dengan baik (83,73%). Hal ini

didukung dari hasil penilaian responden melalui bimbingan beragama bagi

remaja sangat tepat (82,41%), pembangunan sarana dan prasarana ibadah

dengan penyediaan aksesibilitas bagi remaja di Desa Simpasai Kecamatan

Monta Sangat tepat (84,62%), pembinaan keterampilan bagi remaja Sangat

tepat (81,31%), bimbingan sosial bagi remaja Sangat tepat (82,41%) serta

pembinaan ekonomi produktif kepada para remaja Sangat tepat (87,91%).

2. Dampak Penyelenggaraan Pembinaan Remaja di Desa Simpasai Kecamatan

Monta Kabupaten Bima telah berhasil dilaksanakan dengan baik (85,71%).

Hal ini didukung dari hasil penilaian responden melalui dampak pembinaan

para remaja berupa meningkatnya pengetahuan remaja Sangat baik

(85,71%), dampak pembinaan kepada para remaja dapat penguasaan


83
keterampilan dan keahlian Sangat baik (87,91%), Dampak pembinaan bagi

remaja adanya perubahan prilaku Sangat baik (81,31%), dampak

pembinaan kepada para remaja dapat Memiliki kreativitas dan potensi diri

bagi remaja Sangat baik (87,91).

B. Saran-saran

1. Diharapkan kepada pemerintah desa untuk lebih intens melakukan

pembinaan kepada remaja atau generasi muda yang ada di Desa Simpasai,

supaya mereka tidak akan melakukan perbuatan yang menyimpang yang

dapat mengganggu keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat.

2. Diharapkan kepada Pemerintah kabupaten Bima melalui instansi terkait

untuk lebih banyak program-program yang berkaitan dengan peningkatan

keterampilan bagi remaja atau generasi muda yang ada di desa seluruh

Kabupaten Bima, sehingga dampaknya mampu memiliki keahlian dan

keterampilan untuk kepentingan dirinya dalam mencari kerja atau

menciptakan kerja baru.

84
DAFTAR PUSTAKA

Agus Wilopo, Siswanto, 2001, Tanya Jawab Kesehatan Reproduksi Remaja,


BKKBN dan Yayasan Mitra Inti, Jakarta.

-----------------------------, 2002, Membantu Remaja Memahami Dirinya, BKKBN


dan Yayasan Mitra Inti, Jakarta.

Ali, Farid, 1997, Metodologi Penelitian Sosial dalam Bidang Ilmu Administrasi
dan Pemerintahan, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Alinda De Clereg, 1994, Tingkahlaku Abnormal, Gramedia Widiaswara, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, 2000, Manajemen Penelitian, CV, Rineka Cipta, Bandung.

Buku Petunjuk Pembinaan Generasi Muda, Direktorat Pembinaan Generasi Muda


Depdikbud, 1996

Cholil Mansyur, 1989, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, Usaha Nasional
Surabaya.

Depdikbud, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Faisal, Sanapiah, 1995, Format-format Penelitian Sosial, Cetakan Ketiga,


Rajawali Pers, Jakarta.

Gondokusumo (1983, Beberapa Aspek Patologi Sosial, Alumni, Bandung.

Gunarya, 1985; Wawasan Dasar Metodologi Penelitian, Pascasarjana, Unhas,


Ujung Pandang.

Handoko, T.H., 1998, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE,
Yogyakarta.

Indianto M., 2004, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bina Cipta,
Jakarta.

85
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1990 tentang Pedoman
Pembinaan Kemasyarakatan

Irwanto, Bambang, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta

Kamanto Sunarto, 1985, Pengantar Sosiologi : Sebuah Bunga Rampai, Yayasan


Obor Indonesia, Jakarta.

Kartini Kartono, 1985, Seri Psikologi Terapan V : Kepribadian Siapakah Saya,


CV. Rajawali, Jakarta.
-------------------, 1997, Patologi Sosial Jilid I, Rajawali, Jakarta.

-------------------, 1998, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Rajawali Jakarta.

Latief, Syahbuddin, 2000, Persaingan Calon Kepala Desa di Jawa, Andi,


Yogyakarta

Makassar Pos, SKM, 1990, Dari Remaja Untuk Remaja, Makassar Pos, SKM.

Mangunhardjana, A., 1991; Pembinaan, Arti dan Metodenya, Kanisius,


Yogyakarta Cet. III.

Muhammad Rusli Karim, 1991, Seluk Beluk Perubahan Sosial, Usaha Nasional,
Surabaya.

Paulus Wirutomo, 1998, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, CV, Rajawali,


Jakarta.

Papayungan, M.M., Dkk., 1992, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Teori dan
Praktek), Pusat Studi Unhas, Ujung Pandang

Ritzer, G., 1992, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Rajawali


Pers, Jakarta.

Saparinah Sadli, 1987, Persepsi Sosial Mengenai Prilaku Menyimpang, Bulan


Bintang, Jakarta.

Sarlito Wirawan Sarwono, 2002, Psikologi Sosial, Balai Pustaka, Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofian E., 1995, Metode Penelitian Survei, LP3ES,
Jakarta

Soekidjo Notoatmodjo, 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku


Menyimpang, Andi Offset, Jogyakarta.

Sugiyono, 1997, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, Edisi


Ketiga.
86
Sukardji, Sutarlina, 1986, Pengantar Psikologi, Karunika, Jakarta.

Surakhmad, Winarno, 1982, Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar Metoda Teknik,


Edisi Kedelapan, Tarsito, Bandung.

The Liang Gie, dkk., 1991. Ensiklopedi Administrasi, Gunung Agung, Jakarta,
Cetakan Keempat.

Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, 1984, Pengantar Psikologi, Angkasa,


Bandung.
Yustuna Rostiawati, 1993, 1983, Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial,
Ghalia Indonesia, Jakarta.

Westra, Parieta, 1980. Aneka Sari Ilmu Administrasi, Universitas Gajahmada


Press, Jogyakarta

Vembriarto, St., 1985, Pengantar Perencanaan Pendidikan (Educational


Planning), Yayasan Pendidikan Paramita, Yogyakarta

87
Lampiran
KUESIONER PENELITIAN
Judul Penelitian : PEMBINAAN REMAJA DI DESA SIMPASAI
KECAMATAN MONTA KABUPATEN BIMA
Pengantar
Peneliti memohon dengan segala kerendahan hati kepada Bapak/ibu/sadr. (i)
di Desa Simpasai Kecamatan Monta kiranya berkenan meluangkan waktu untuk
mengisi daftar pertanyaan (kuesioner) berikut ini sesuai dengan pemahaman,
pengalaman, dan pengamatannya Tentang Pembinaan Remaja Di Desa
Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima.
Dengan segala perkenannya mengisi daftar pertanyaan ini, Peneliti
mengkhaturkan terima kasih. Segala budi baik Bapak/Ibu/Saudara/ (i), tiada daya
Peneliti membalasnya, semoga Allah SWT menilai budi baik Bapak/Ibu/Saudara/
(i) sebagai suatu ibadah. Demi segala kerahasiaannya, maka identitas
Bapak/Ibu/Saudara/ (i) kami akan rahasiakan.
A. Petunjuk Pengisian

Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Sdr. (i) untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (X)

pada jawaban yang tersedia dan dianggap paling cocok dan juga mengisi

bagian titik-titik yang tersedia.

B. Identitas Responden

1. Nama :………………………

88
2. Umur : ………… tahun.

3. Jenis Kelamin :……………………....

4. Pendidikan : ...................................

5. Pekerjaan : ...................................

B. Pertanyaan-pertanyaan

1. Pelaksanaan Pembinaan Remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta


Kabupaten Bima

a. Bagaimana tanggapan Anda tentang bimbingan beragama bagi remaja di

desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima?

1) Sangat tepat

2) Tepat

3) Kurang tepat

4) Tidak tepat

5) Sangat tidak tepat

b. Bagaimana tanggapan Anda tentang pembangunan sarana dan prasarana

ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi remaja di Desa Simpasai

Kecamatan Monta?

1) Sangat tepat

2) Tepat

3) Kurang tepat

4) Tidak tepat

5) Sangat tidak tepat

89
c. Bagaimana tanggapan Anda tentang pembinaan keterampilan bagi remaja

di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima?

1) Sangat tepat

2) Tepat

1) Kurang tepat

3) Tidak tepat 5) Sangat tidak tepat

d. Bagaimana tanggapan Anda tentang bimbingan sosial bagi remaja di Desa

Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima?

1) Sangat tepat

2) Tepat

3) Kurang tepat

4) Tidak tepat

5) Sangat tidak tepat

e. Bagaimana tanggapan Anda tentang pembinaan ekonomi produktif kepada

para remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima?

1) Sangat tepat

2) Tepat

3) Kurang tepat

4) Tidak tepat

5) Sangat tidak tepat

2. Dampak Penyelenggaraan Pembinaan Remaja di Desa Simpasai


Kecamatan Monta Kabupaten Bima

a. Bagaimana tanggapan Anda tentang dampak pembinaan para remaja

berupa meningkatnya pengetahuan remaja?

90
1) Sangat baik

2) Baik

3) Kurang baik

4) Tidak baik

5) Sangat tidak baik

b. Bagaimana tanggapan Anda tentang dampak pembinaan kepada para

remaja dapat penguasaan keterampilan dan keahlian di Desa Simpasai

Kecamatan Monta Kabupaten Bima?

1) Sangat baik

2) Baik

3) Kurang baik

4) Tidak baik

5) Sangat tidak baik

c. Bagaimana tanggapan Anda tentang Dampak pembinaan bagi remaja


adanya perubahan prilaku di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten
Bima?
1) Sangat baik

2) Baik

3) Kurang baik

4) Tidak baik

5) Sangat tidak baik

d. Bagaimana tanggapan Anda tentang dampak pembinaan kepada para


remaja dapat Memiliki kreativitas dan potensi diri bagi remaja di Desa
Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima?
1) Sangat baik

91
2) Baik

3) Kurang baik

4) Tidak baik

5) Sangat tidak baik

LAMPIRAN :

PEDOMAN WAWANCARA

Mengenai : “ Pembinaan Remaja Di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten

Bima”.

A. PENGANTAR

Peneliti memohon dengan segala kerendahan hati kepada


Bapak/Ibu/Saudara (i) sudi kiranya berkenan meluangkan waktu untuk mengisi
daftar pertanyaan berikut ini sesuai dengan pemahaman, pengalaman, dan
pengamatannya tentang Pembinaan Remaja Di Desa Simpasai Kecamatan Monta
Kabupaten Bima.
Dengan segala perkenannya mengisi daftar pertanyaan ini, peneliti
mengkhaturkan terima kasih. Segala budi baik Bapak/Ibu/Saudara (i), tiada daya
peneliti membalasnya, semoga Allah SWT menilai budi baik Bapak/Ibu/Saudara
(i) sebagai suatu ibadah. Dan segala kerahasiaan, maka identitas
Bapak/Ibu/Saudara (i) kami akan rahasiakan.
B. PETUNJUK PENGISIAN

Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara (i) untuk menjawab


pertanyaan-pertanyaan dengan mengisi bagian titik-titik yang tersedia sesuai
dengan kemampuan yang bapak/ibu saudara ketahui.
C. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :………………………

2. Umur : ………… tahun.

3. Jenis Kelamin :……………………....


92
4. Pendidikan : ...................................

5. Pekerjaan : ...................................

D. PERTANYAAN-PERTANYAAN

1. Pelaksanaan Pembinaan Remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta


Kabupaten Bima

a. Bagaimana tanggapan Anda tentang bimbingan beragama bagi remaja di

desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten

Bima..........................................

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

b. Bagaimana tanggapan Anda tentang pembangunan sarana

dan prasarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi remaja di

Desa Simpasai Kecamatan Monta .................................................

…………………………

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

c. Bagaimana tanggapan Anda tentang Pembinaan keterampilan terhadap

remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima

…………………………. ………………………..........................................

......................................................................................................................

93
d. Bagaimana tanggapan Anda tentang Pembinaan hubungan sosial terhadap

remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten Bima

…………………………. ………………………..........................................

......................................................................................................................

e. Bagaimana tanggapan Anda tentang Pembinaan usaha ekonomi produktif

terhadap remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten

Bima..............................................................................................................

………………………………………………………………………………

2. Dampak Penyelenggaraan Pembinaan Remaja di Desa Simpasai

Kecamatan Monta Kabupaten Bima

a. Bagaimana tanggapan Anda tentang dampak pembinaan para remaja berupa

meningkatnya pengetahuan remaja di Desa Simpasai Kecamatan Monta

Kabupaten Bima...............................................................................................

............................................................................................

………………………………………………………………………………

…………………

b. Bagaimana tanggapan Anda tentang dampak pembinaan kepada para remaja

dapat penguasaan keterampilan dan keahlian di Desa Simpasai Kecamatan

Monta Kabupaten Bima……………………………………………………...

………………..................................................................................................

..........................................................................................................................

c. Bagaimana tanggapan Anda tentang Dampak pembinaan bagi remaja adanya

perubahan prilaku di Desa Simpasai Kecamatan Monta Kabupaten

Bima……………………………….................................................................
94
………………..................................................................................................

..........................................................................................................................

d. Bagaimana tanggapan Anda tentang dampak pembinaan kepada para remaja

dapat Memiliki kreativitas dan potensi diri bagi remaja di Desa Simpasai

Kecamatan Monta Kabupaten Bima ………………………….....................

xi

95

You might also like