You are on page 1of 202

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP FISIKA PADA

POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN KELAS


X SMA NEGERI 1 SALE REMBANG

skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Fisika

oleh
Dwi Retno Irawati
4201409076

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
v
vi
vii
MOTTO

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak

menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.”

(Thomas Alva Edison)

“Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi

kita selalu menyesali apa yang belum kita capai”

(Schopenhauer)

“Satu detik yang lalu akan terasa lebih lama daripada satu tahun yang

akan datang apabila kita tidak menghargai waktu ”

Karya ini aku persembahkan kepada:


1. Bapak Budiyono dan Ibu Retno Utami
tercinta, terima kasih atas segala cinta,
do’a, dan pengorbanan yang tiada henti;
2. Kakakku tersayang, Eko Budi Utomo yang
selalu memberi dukungan dan motivasi;
Ayu Eka Putri dan Resistya, terimakasih
untuk semangat dan bantuannya.
3. Teman-teman fisika 2009;

viii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia serta ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ”Analisis Penguasaan Konsep Fisika Pada Pokok Bahasan Besaran Dan

Satuan Kelas X SMA Negeri 1 Sale Rembang”.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Si., rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

3. Bapak Dr. Khumaedi, M.Si., ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

4. Bapak Drs. Hadi Susanto, M.Si., pembimbing utama skripsi yang telah

memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Khumaedi, M.Si., pembimbing pendamping skripsi yang telah

memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Hadi Susanto, M.Si., dosen wali yang telah memberikan arahan

selama menempuh studi.

7. Seluruh dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu kepada

penulis selama menempuh studi.

vi
8. Ibu Endang Sri Lestari, S.Pd, kepala SMA Negeri 1 Sale yang telah

memberikan ijin penelitian kepada penulis sehingga dapat terwujud skripsi

ini.

9. Bapak, Ibu, dan Kakakku yang telah memberikan dukungan dan motivasi

serta doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Keluarga besar fisika 2009, terimakasih atas bantuan, kebersamaan dan

semangatnya.

11. Keluarga Pecinta Alam Fisika, terimakasih atas kebersamaan, kekeluargaan

dan pengalamanya.

12. Teman-teman Vita kost, terimakasih atas bantuan, kebersamaan dan doanya.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi penulis dan para pembaca.

Semarang, September 2014

Penulis

vii
ABSTRAK

Irawati, Dwi Retno. 2014. Analisis Penguasaan Konsep Fisika Pada Pokok
Bahasan Besaran Dan Satuan Kelas X SMA Negeri 1 Sale Rembang. Skripsi,
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing Utama Drs. Hadi Susanto, M.Si. dan Pembimbing
Pendamping Dr. Khumaedi, M.Si.

Kata kunci : analisis, penguasaan konsep, besaran dan satuan.

Pokok bahasan Besaran dan Satuan merupakan dasar dari pembelajaran


Fisika, karena pembelajaran Fisika tidak akan terlepas dari besaran, satuan,
pengukuran dan vektor. Salah satu tujuan penelitian pendidikan fisika adalah
untuk mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan siswa dalam mempelajari fisika
dan untuk merencanakan serta mengakses kurikulum dan pedagogi yang
diharapkan dapat mengurangi kesulitan-kesulitan tersebut. Penguasaan peserta
didik akan materi Fisika yang telah diajarkan, baru dapat diketahui oleh guru bila
telah diadakan evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan
konsep Fisika siswa pada pokok bahasan besaran dan satuan pada kelas X SMA
Negeri 1 Sale Tahun Pelajaran 2013/2014.
Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas X.4 SMA Negeri 1 Sale.
Data dikumpulkan dengan menggunakan tes Fisika yang berjumlah 26 butir soal
yaitu 20 butir soal pilihan ganda dan 6 butir soal uraian. Jawaban tes dari siswa
dianalisis untuk dicari letak, jenis dan kemungkinan faktor penyebab kesulitan
yang dialami siswa. Hasil penelitian menunjukkan (1) Persentase siswa yang
mengalami kesulitan dalam (a) Membedakan antara besaran pokok dan besaran
turunan serta memberikan contohnya adalah 3,33%. (b) Mengukur besaran
panjang, massa, waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan adalah
71,67%. (c) Menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam standar
internasional adalah 31,11%. (d) Menentukan dimensi suatu besaran serta
menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah adalah 65,33%. (e)
Memahami aturan-aturan angka penting dan pengoperasiannya adalah 63,33%. (f)
Membedakan pengertian besaran vektor dan besaran skalar serta memberikan
contohnya adalah 70%. (g) Menjumlahkan dua vektor atau lebih secara analitis
adalah 80,95%. (2) Kesulitan paling dominan yang dialami siswa adalah kesulitan
pada materi vektor dan pengukuran. (3) Persentase siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal hitungan adalah 65,11%. Faktor penyebab
kesulitan yang terjadi adalah siswa kurang menguasai dan memahami materi
pembelajaran, siswa tidak dapat memahami soal, siswa kurang teliti dan kurang
cermat dalam mengutip soal, memperhatikan lambang atau simbol dan satuan,
mengutip persamaan, melakukan perhitungan serta siswa tidak tahu langkah yang
harus digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah fisika. Rata-rata tingkat
kesulitan siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas X.4 mengalami
kesulitan yang tinggi dalam menguasai konsep Fisika pokok bahasan Besaran dan
Satuan terutama materi vektor dan pengukuran.
viii
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA .................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
1.5 Pembatasan Masalah .......................................................................... 8
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 8
1.7 Penegasan Istilah ............................................................................... 9
1.8 Sistematika Penulisan Skripsi ........................................................... 10
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar ............................................................................. 12
2.2 Kesulitan Belajar ............................................................................... 13
2.3 Pengertian Penguasaan Konsep ......................................................... 14
2.4 Bahan Ajar ........................................................................................ 18
2.4.1 Hubungan Besaran dan Satuan dalam Fisika ............................ 18
2.4.2 Peran Besaran dan Satuan dalam Pembelajaran Fisika ............. 20
2.4.3 Fisika dan Ruang lingkupnya .................................................... 24
2.4.3.1 Arti Fisika ...................................................................... 24
2.4.3.2 Hubungan Fisika dan Ilmu Pengetahuan Lain .............. 25
2.4.3.3 Pengukuran .................................................................... 27
ix
2.4.4 Besaran Pokok dan Satuan Standar ........................................... 29
2.4.4.1 Besaran Pokok ............................................................. 31
2.4.4.2 Satuan Dasar ................................................................ 31
2.4.4.3Satuan Tidak Standar dan Konversi Satuan .................. 37
2.4.5 Besaran Turunan ........................................................................ 37
2.4.6 Dimensi Besaran Pokok dan Besaran Turunan .......................... 39
2.4.6.1 Analisis Dimensi ............................................................ 41
2.4.7 Besaran Vektor .......................................................................... 45
2.4.7.1 Perpaduan Vektor .......................................................... 46
2.4.7.2 Penguraian Vektor Secara Analitik ............................... 49
2.4.7.3 Perkalian Vektor ............................................................. 51
2.4.7.4 Vektor Satuan ................................................................ 53
2.4.8 Alat Ukur ................................................................................... 55
2.4.8.1 Alat Ukur Panjang ......................................................... 55
2.4.8.2 Alat Ukur Besaran Massa ............................................. 57
2.4.8.3 Alat Ukur Waktu ........................................................... 59
2.4.8.4 Alat Ukur Kuat Arus Listrik .......................................... 60
2.4.8.5 Alat ukur Suhu .............................................................. 60
2.4.9 Angka Penting ........................................................................... 61
2.4.9.1 Berhitung dengan Angka Penting ................................ 63
2.5 Kerangka Berpikir ............................................................................. 65
2.6 Anggapan Dasar ................................................................................. 67
3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 68
3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 69
3.3 Insrumen Penelitian ........................................................................... 69
3.3.1 Uji Coba Soal ........................................................................ 69
3.4 Deskripsi dan AnalisisData ............................................................... 72
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 74
x
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 76
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................................... 97
5.2 Saran .................................................................................................. 98
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 99
LAMPIRAN .................................................................................................. 102

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1. Data Nilai Hasil Belajar Siswa Semester Gasal SMA N 1 sale Tahun

Pelajaran 2012/2013 .......................……………………............. 2

Tabel 2.1. Besaran Pokok dan Satuannya ……. ............................................ 32

Tabel 2.2. Singkatan Metriks Satuan ………………………………………. 34

Tabel 2.3. Besaran Turunan dan satuannya ………………………………... 39

Tabel 2.4. Lambang Dimensi Besaran Pokok ……………………................ 40

Tabel 2.5. Dimensi Besaran Turunan ……………………………………… 41

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Papan Penunjuk Jalan .............................................................. 30

Gambar 2.2 Penjumalahan Metode jajaran Genjang .................................. 47

Gambar 2.3 Penjumlahan Metode Poligon .................................................. 47

Gambar 2.4 Penjumalahan Tiga Vektor dalam Metode Poligon ................ 48

Gambar 2.5 Penjumlahan Dua Buah Vektor ................................................ 48

Gambar 2.6 Pengurangan Vektor ................................................................ 50

Gambar 2.7 Penguraian Vektor ................................................................... 51

Gambar 2.8 Pe rkalian Vektor dengan Skalar ............................................ 52

Gambar 2.9 Perkalian Titik antara Dua Vektor .......................................... 53

Gambar 2.10 perkalian Silang antara Dua Vektor ........................................ 53

Gambar 2.11 Vektor Satuan .......................................................................... 54

Gambar 2.12 Mistar/Penggaris ..................................................................... 56

Gambar 2.13 Rollmeter/Meter Kelos ............................................................ 57

Gambar 2.14 jangka Sorong ......................................................................... 57

Gambar 2.15 Mikrometer Sekrup Memiliki Skala Tetap dan Skala Nonius . 58

Gambar 2.16 Neraca Analitis Dua Lengan ................................................... 59

Gambar 2.17 Neraca Ohauss .......................................................................... 59

Gambar 2.18 Neraca Lengan/Gantung............................................................. 60

Gambar 2.19 Alat Ukur Besaran Waktu ....................................................... 60

Gambar 2.20 Amperemeter Untuk Mengukur Besaran Kuat Arus Listrik .... 61

xi
Gambar 2.21 Termometer Untuk Mengukur Besaran Suhu ......................... 61

Gambar 2.22 Pengukuran Menggunakan Mistar Berskala Terkecil 1 cm .... 62

Gambar 2.23 Pengukuran Menggunakan Mistar Berskala Terkecil 1 mm ... 64

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Daftar Nama Responden ............................................................. 103

Lampiran 2. Kisi-Kisi Soal Uji Coba .............................................................. 104

Lampiran 3. Soal Uji Coba .............................................................................. 106

Lampiran 4. Kunci Jawaban Soal Uji Coba .................................................... 114

Lampiran 5. Analisis Soal Uji Coba ............................................................... 129

Lampiran 6. Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal ................................... 140

Lampiran 7. Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen ................................ 141

Lampiran 8. Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ............................ 142

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal ................................... 143

Lampiran 10. Kisi-Kisi Soal .............................................................................. 144

Lampiran 11. Soal .............................................................................................. 146

Lampiran 12. Kunci Jawaban Soal .................................................................. 153

Lampiran 13. Data Hasil Penelitian ................................................................. 165

Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian .................................................................. 180

Lampiran 15. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ............................. 181

Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 182

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan pembangunan di Indonesia, pemerintah

juga berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada secara sistematis.

Salah satu usaha yang telah dilakukan pemerintah adalah dengan mengadakan

perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan. Perubahan

kurikulum, tidak mempunyai arti apabila cara mengajar guru tidak mengalami

perubahan. Salah satu ciri dalam perubahan ini adalah bagaimana seorang guru

dapat mempersiapkan program pembelajaran secara cermat, sehingga kegiatan

pembelajaran terlaksana secara menarik, serta siswa terlibat dalam proses

pembelajaran dan memaksimalkan sarana dan prasarana yang telah tersedia.

Dalam pembelajaran di sekolah, para pendidik dihadapkan dengan

sejumlah karakteristik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat

menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami

kesulitan, namun disisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya

mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya

hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat

psikologis, sosiologis, dan fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan

prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Menurut Burton

dalam Sapuroh (2010) “seseorang diduga mengalami masalah atau kesulitan


1
2

belajar apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil

belajar tertentu dalam batas waktu tertentu”. Fisika merupakan mata pelajaran

yang sulit dan tidak mudah dipahami jika hanya mengutamakan pemahaman

siswa sendiri. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu untuk menjadi fasilitator

dan motivator sekaligus sebagai sumber informasi dalam proses pembelajaran di

kelas. Akan tetapi, walaupun usaha telah begitu banyak kearah kemajuan

pendidikan, tetapi hasil yang dicapai oleh siswa di SMA, khususnya bidang studi

fisika masih memprihatinkan. Keinginan untuk mengikuti pelajaran sains

cenderung menurun terutama sekali pada bidang studi fisika dan kimia. Keinginan

untuk mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi turun tajam. Siswa lebih

cenderung memilih bidang studi sosial daripada memlih IPA (Memes, 2000:1).

Salah satu contohnya adalah siswa SMA Negeri 1 Sale. Terbukti dari lebih

banyaknya kelas sosial daripada kelas sains. Keadaan tersebut juga terbukti dari

hasil prasurvey yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Sale tentang hasil

belajar siswa kelas X semester gasal Tahun Pelajaran 2012/2013 pada mata

pelajaran fisika. Dari data yang diperoleh, membuktikan bahwa beberapa siswa

memiliki hasil belajar rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1:

Tabel 1.1 Data Nilai Hasil Belajar Siswa Semester Gasal SMA N 1 Sale

Tahun Pelajaran 2012/2013

No Nilai Kategori Jumlah Persentase


1 < 70 Tidak Tuntas 97 74,05 %
2 ≥ 70 Tuntas 34 25,95%
Jumlah 131 100%
3

Hasil belajar siswa untuk mata pelajaran fisika yang termasuk dalam kriteria

tuntas sebanyak 25,95%, dan yang tidak tuntas adalah sebanyak 74,05%. Rata-rata

nilai hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika tersebut dominan berada pada

kriteria tidak tuntas sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran

belum sepenuhnya tercapai, data tersebut berdasarkan pada tabel 1.1. Hasil

wawancara dan observasi dengan guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1

Sale memberikan informasi bahwa pokok bahasan pada mata pelajaran Fisika

yang tersulit pada semester 1 adalah pokok bahasan pengukuran terutama pada

subpokok pembahasan besaran vektor karena pada waktu SMP materi tersebut

tidak dijelaskan secara mendalam pada siswa. Selain itu, pentingnya satuan dalam

pembelajaran fisika seringkali diabaikan oleh siswa. Kita sering sekali melihat

siswa yang mengerjakan soal hitungan fisika tanpa membubuhkan satuan di

belakang besaran, ini dapat menimbulkan kesalahpahaman penafsiran dalam

membaca besaran tersebut. Misalnya ketika kita melakukan suatu pengukuran dan

menghasilkan angka 50, setelah itu menginformasikan hasil angka 50 itu kepada

rekan kita yang lain, pasti rekan kita akan bertanya 50 apa? Apa yang kita ukur

sehingga menghasilkan angka 50 itu?. Keadaan akan menjadi berbeda apabila kita

mengatakan bahwa hasil pengukurannya adalah 50 cm, pasti rekan kita akan

mengetahui tanpa perlu bertanya lagi bahwa yang kita ukur adalah panjang karena

hasil pengukuran tersebut memliki satuan centimeter (cm).

Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai pengaruh besar

terhadap perkembangan ilmu pengetahuan lainnya, misalnya teknologi

elektronika, teknologi informasi, dan teknologi alat ukur. Hal ini disebabkan di
4

dalam fisika mengandung prinsip-prinsip dasar mengenai gejala-gejala alam yang

ada di sekitar kita. Fenomena dan gejala-gejala tersebut meliputi besaran-besaran

fisika di antaranya: gerak, cahaya, kalor, listrik, dan energi. Penerapan besaran-

besaran fisika dalam aktifitas kegiatan sehari-hari senantiasa berkaitan dengan

pengamatan dan pengukuran, sebagai contoh: informasi kecepatan gerak pesawat

terbang bagi seorang pilot berguna untuk mengoperasikan pesawat yang

dikenndalikannya. Besarnya suhu badan kita merupakan informasi untuk

mengetahui badan kita sehat atau tidak. Sepatu dan pakaian yang kita gunakan

mempunyai ukuran tertentu.

Besaran, satuan dan dimensi sangat penting untuk dipelajari karena dapat

membantu kita menentukan satuan dari suatu besaran, menguji rumus suatu

besaran dan menentukan hubungan-hubungan antar suatu besaran dalam suatu

rumus, misalnya apabila kita tidak mengetahui suatu rumus dalam soal, dengan

melihat satuannya kita dapat mengetahui rumus apa yang harus kita pakai untuk

menyelesaikan soal tersebut. Kita dapat mengetahui seberapa pentingnya manfaat

dari pembelajaran satuan untuk mata pelajaran Fisika bedasarkan pemaparan di

atas.

Banyak faktor yang menyebabkan masih rendahnya hasil belajar siswa pada

mata pelajaran fisika. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor

intern dan ekstern. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan pada faktor intern

berupa kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Dalam hal ini, yang

dimaksud adalah daya serap siswa mengenai materi pelajaran. Untuk

meningkatkan daya serap siswa, maka siswa harus dibekali dengan penguasaan
5

konsep yang cukup, sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan kriteria

kurikulum. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hancer & Durkan

(2008, 45-50) yaitu “As the main purposes and specific nature of the science

education is kept in view, it is clear that effective science education is only

possible by learning on concept level, not by memorizing.” Hal ini semakin

menunjukkan bahwa pemahaman konsep sangat penting untuk menguasai konsep

dalam mempelajari bidang ilmu pengetahuan terutama fisika. Pernyataan di atas

sejalan dengan pendapat Widodo (2006:6) yaitu langkah awal yang paling tepat

untuk mempelajari fisika adalah memahami konsepnya terlebih dahulu. Meski isi

konsep itu cukup sederhana, namun dalam praktiknya tak banyak yang bisa

memahaminya dengan baik. Konsep-konsep pembelajaran tersusun secara

sistematis. Sehingga diperlukan penguasaan konsep dalam setiap materi pelajaran

sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya. Konsep yang lebih awal diajarkan

akan menjadi dasar bagi pengembangan konsep-konsep selanjutnya. Jika konsep

dasar yang diajarkan belum dikuasai dengan baik, maka akan berpengaruh pada

penguasaan–penguasaan konsep selanjutnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan

kegagalan siswa dalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran yang

dilakukan di sekolah. Untuk memecahkan masalah, siswa harus mengetahui

aturan-aturan mengenai konsep yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan

pada konsep-konsep yang dikuasai.

Salah satu tujuan penelitian pendidikan fisika adalah untuk

mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan siswa dalam mempelajari fisika dan

untuk merencanakan serta mengakses kurikulum dan pedagogi yang diharapkan


6

dapat mengurangi kesulitan-kesulitan tersebut. Penelitian mengenai kesulitan-

kesulitan siswa yang berkaitan dengan konsep-konsep fisika merupakan hal

penting dalam rangka merencanakan strategi pembelajaran untuk mengurangi atau

mengeliminasi berbagai masalah yang timbul (Abdullah, 2010 : 1). Penguasaan

peserta didik akan materi Fisika yang telah diajarkan, baru dapat diketahui oleh

guru bila telah diadakan evaluasi. Dalam mengevaluasi pengusaaan peserta didik

tersebut, maka guru memerlukan tes. Tes tersebut yang menjadi tolak ukur apakah

peserta didik sudah menguasai atau belum menguasi secara jelas materi yang telah

diajarkan. Dari hasil tes tersebut, juga dapat diketahui kesulitan apa saja yang

dialami oleh siswa dalam menguasai konsep materi fisika. Jadi dalam

pembelajarannya, guru dapat lebih fokus dalam mengatasi kesulitan- kesulitan

yang dialami siswa, sehingga kedepannya kesulitan siswa dalam menguasai

konsep pelajaran fisika bisa lebih teratasi.

Berdasarkan pemaparan di atas dan keadaan siswa yang mengalami

kesulitan dalam memahami konsep fisika terutama pada pokok bahasan besaran

dan satuan, perlu adanya pemikiran dan penelitian yang hasilnya diharapkan dapat

memberi masukan pada guru, siswa dan pihak lain yang bersangkutan dalam

proses pembelajaran untuk mengatasi masalah kesulitan pemahaman konsep

siswa.
7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis dapat

merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) berapakah persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tiap kategori

penguasaan konsep besaran dan satuan?

2) kesulitan pada kategori manakah yang paling dominan dialami oleh siswa

pada konsep besaran dan satuan?

3) berapa persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-

soal besaran dan satuan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1) untuk mengetahui persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tiap

kategori penguasaan konsep besaran dan satuan,

2) untuk mengetahui kategori kesulitan paling dominan yang dialami oleh siswa

pada konsep besaran dan satuan,

3) untuk mengetahui persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan soal-soal besaran dan satuan.


8

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1) guru yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar Fisika

sehingga akan memperoleh hasil yang maksimal,

2) siswa yaitu sebagai perhatian dan masukan agar selalu memperhatikan

penjelasan guru saat proses belajar dan mengajar,

3) peneliti yaitu sebagai referensi untuk mengetehui bentuk-bentuk kesulitan

yang dialami oleh siswa dalam memahami konsep pengukuran berdasarkan

tahap-tahap kemampuan siswa dalam memahami konsep tersebut.

1.5 Pembatasan Masalah

Supaya rumusan masalah yang diteliti tidak menjadi luas, maka masalah

dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1) peneliti hanya menganalisis pada tahap kemampuan mana siswa mengalami

kesulitan pemahaman konsep besaran dan satuan,

2) peneliti hanya mendeskripsikan persentase tiap tahap kemampuan yang akan

diteliti berdasarkan tes kepada siswa yang akan dilakukan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) sifat dari penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif,
9

2) subjek penelitian ini yaitu siswa kelas X SMA Negeri 1 Sale Rembang Tahun

Pelajaran 2013/2014,

3) objek dalam penelitian ini adalah pengusaan konsep siswa pada materi pokok

besaran dan satuan,

4) tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Sale Rembang,

5) waktu penelitian adalah dilaksanakan pada semester gasal Tahun Pelajaran

2013/2014.

1.7 Penegasan Istilah

Agar ruang permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan untuk

menghindari adanya perbedaan penafsiran dalam mengartikan judul penelitian,

maka diperlukan adanya pembatasan istilah. Adapun penegasan istilah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.7.1 Analisis

Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan

sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya,

dan sebagainya. Dalam penelitian ini analisis yang dimaksud adalah mengetahui

kesulitan pemahaman konsep yang dialami oleh siswa dalam memahami materi

pelajaran Fisika (Poerwadarminta , 1961: 41).

1.7.2 Penguasaan Konsep

Konsep adalah suatu idea tau gagasan yang digeneralisasikan dari

pengalaman yang relevan (Mariana & Praginda, 2009:22). Penguasaan konsep

fisika dalam penelitian ini yaitu suatu kemampuan berfikir dalam ranah kognitif
10

yang menunjukkan hubungan sederhana antara fakta dan konsep-konsep fisika

yang diberikan (Dalyono, 2007:229).

1.8 Sistematika Skripsi

Penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yang dapat dirinci sebagai

berikut:

(1) Bagian Awal

Bagian ini berisi halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto dan

persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan

daftar lampiran.

(2) Bagian Isi

Bagian isi, terdiri dari:

BAB 1 Pendahuluan Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Berisi tentang kajian teori dan jurnal yang mendukung penelitian ini,

meliputi konsep tentang penulisan bahan ajar. Dalam bab ini dituliskan pula

kerangka berpikir, serta hipotesis penelitian.

BAB 3 Metode Penelitian

Berisi tentang penentuan lokasi dan subjek penelitian, variabel penelitian,

desain penelitian, metode pengumpulan data, serta metode analisis data.

BAB 4 Hasil dan Pembahasan


11

Memaparkan hasil penelitian meliputi persentase siswa yang mengalami

kesulitan pada tiap kategori penguasaan konsep besaran dan satuan, kesulitan

yang paling dominan dialami oleh siswa, dan persentase siswa yang mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal besaran dan satuan serta

mendeskripsikannya.

BAB 5 Penutup

Berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran bagi peneliti selanjutnya.

(3) Bagian Akhir

Berisi daftar pustaka dan lampiran.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN BELAJAR

Belajar adalah proses untuk menjadi lebih baik. Belajar merupakan

kewajiban bagi setiap siswa dan dalam proses belajar akan meningkatkan

kemampuan siswa. Pengetahuan dapat dimiliki apabila manusia mau belajar,

karena dengan belajar manusia dapat mengetahui sesuatu yang belum diketahui

atau dapat memperbaiki perbuatan-perbuatan dan tingkah laku yang salah menjadi

lebih baik. Menurut Hamalik (2003: 27) bahwa “Belajar adalah memperteguh

kelakuan melalui pengalaman (learning is definied as the modification or

strengthening of behavior through experiencing)”.

Lebih lanjut Sardiman (2007: 33) mengemukakan bahwa “Belajar adalah

pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Antara

stimulus dan respon ini akan terjadi suatu hubungan yang erat kalau sering dilatih.

Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respon itu akan

menjadi terbiasa, otomatis.” Menurut Gagne, sebagaimana yang dikutip oleh Anni

& Rifa‟i (2011: 82), belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan

manusia yang berlangsung selama periode tertentu, dan perubahan perilaku itu

tidak berasal dari proses pertumbuhan. Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa

12
13

belajar adalah proses perubahan perilaku dalam diri siswa yang ditimbulkan oleh

adanya suatu latihan atau pengalaman belajar Fisika. Perubahan yang diperoleh

adalah bagaimana siswa mampu memahami konsep Fisika, dalam hal ini adalah

pada materi besaran dan satuan.

2.2 Kesulitan Belajar

Kesulitan di dalam mempelajari ilmu pengetahuan bagi siswa merupakan

hal yang wajar. Kesulitan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain berbeda-

beda, begitu juga dengan tingkat kesulitan antara pelajaran yang satu dengan

pelajaran yang lain tidaklah sama.

Umumnya siswa berpendapat bahwa pelajaran Fisika adalah tergolong

pelajaran yang sulit untuk dipahami. Karena dalam pelajaran Fisika tidak cukup

hanya menghafal rumus saja, tetapi ternyata diperlukan ketelatenan/ketekunan,

keuletan dan rutin dalam mengerjakan latihan-latihan serta harus dapat

mengaitkan antara rumus dengan persoalan yang dihadapi (ketika menjawab soal).

Bila siswa sudah mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep yang terdahulu,

siswa juga akan sulit untuk menguasai konsep yang selanjutnya.

Seperti pendapat Ahmadi dan Supriyono(1991: 74) bahwa “Kesulitan

belajar adalah kesukaran yang dialami siswa dalam menerima atau menyerap

pelajaran, kesulitan belajar yang dihadapi siswa pada waktu mengikuti pelajaran

yang disampaikan/ditugaskan oleh seorang guru.”

Lebih lanjut Abdurrahman (2003:7) mengemukakan bahwa “Kesulitan

belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses yang ditandai oleh

adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar”. Dari pendapat


14

tersebut dapat diartikan bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam

proses belajar yang ditandai dengan adanya ketidakmampuan siswa dalam

merespon suatu perubahan yang baru. Misalnya, tidak dapat menyelesaikan soal-

soal yang membutuhkan rumus.

2.3 Pengertian Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa

karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Dalam

penyusunan ilmu pengetahuan, diperlukan kemampuan menyusun konsep-konsep

dasar yang dapat diuraikan terus menerus.

Penguasaan konsep merupakan dasar dari pengusaan prinsip-prinsip teori

artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu

konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Pengusaan

konsep juga merupakan suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk memahami

hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai

materi-materi pelajaran selanjutnya.

Lebih lanjut menurut Sagala (2006:71) , konsep adalah buah pemikiran

seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga

mengahasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip hukum dari suatu teori,

konsep tersebut diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui

generalisasi dan berpikir abstrak. Pendapat tersebut sejalan dengan Mariana &

Praginda (2009:22) yang menyatakan bahwa konsep adalah suatu ide atau gagasan

yang digeneralisasikan dari pengalam yang relevan.


15

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pengertian dari konsep adalah sekumpulan ide yang saling berkaitan mengenai

suatu fakta atau kejadian-kejadian tertentu. Sehingga dapat diartikan bahwa

penguasaan konsep adalah kemampuan dari individu dalam menghubungkan

fakta-fakta tersebut sehingga menjadi sekumpulan ide yang berkaitan tentang

gejala ilmiah.

Konsep, dalam pembelajaran fisika cukup banyak jumlahnya dan saling

berkaitan antara konsep satu dengan yang lainnya. Sehingga dibutuhkan

penguasaan konsep yang baik tentang suatu pokok bahasan sehingga dapat

menguasai konsep untuk pokok bahasan yang lebih tinggi atau lebih kompleks.

Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003:19) „Setiap konsep tidak berdiri,

melainkan setiap konsep berhubungan dengan konsep lain. Semua konsep tersebut

bersama-sama membentuk jaringan pengetahuan dalam kepala manusia‟. Untuk

mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka

diperlukan evaluasi.

Evaluasi terhadap penguasaan konsep sangatlah penting untuk mengukur

sejauh mana penguasaan konsep siswa terhadap suatu pokok bahasan. Hal ini

dimaksudkan agar pembelajaran tidak hanya mengahasilkan siswa-siswa yang

hanya menghafal pokok bahasan, tetapi juga menguasai konsep dalam pokok

bahasan tersebut. Evaluasi terhadap penguasaan konsep bisa dilakukan dengan

menggunakan tes penguasaan konsep. Siswa dapat dikatakan menguasai suatu

konsep pembelajaran apabila siswa tersebut dapat menjawab benar paling sedikit

75% dari tes yang diberikan. Tes tersebut mengandung 6 kategori ranah kognitif
16

seperti yang diungkapakan oleh Sagala (2008:33) yaitu: „Judul-judul utama

bidang kognitif mencakup pengetahuan dan keterampilan dan kemampuan intelek,

kemampuan menyatakan kembali pengetahuan dalam kata-kata baru, aplikasi

(memahami sebaiknya untuk dapat mempergunakannya), analisa (memahami

benar-benar untuk dapat memisahkan ke dalam bagian-bagian dan membuat

hubungan antara ide-ide yang eksplisit), sintesa (kemampuan untuk menghasilkan

suatu rencana operasi), evaluasi (mampu menilai materi-materi untuk tujuan

tertentu), dan membuat (kemampuan untuk menggabungkan beberapa unsur

menjadi suatu bentuk kesatuan).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Krathwohl (2002:4) bahwa untuk

menguasai konsep suatu materi harus menguasai 6 kategori proses kognitif dalam

taksonomi Bloom yaitu: mengingat (remember), memahami (understand),

menerapkan (apply), menganalisis (analize), mengevaluasi (evaluate), membuat

(create).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa penguasaan konsep

siswa harus melalui kategori-kategori berikut:

1. C1 yaitu mengingat (remember). Kemampuan siswa untuk mengingat

kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana.

2. C2 yaitu memahami (understand). Kemampuan siswa untuk membuktikan

bahwa ia memahami hubungan sederhana diantara faktor-faktor atau

konsep.
17

3. C3 yaitu menerapkan (apply). Kemampuan siswa untuk menyeleksi atau

memilih suatu abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalih, gagasan, dan cara)

secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkan

secara benar.

4. C4 yaitu menganalisis (analize). Kemampuan siswa untuk menguraikan

permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana

hubungan saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut.

5. C5 yaitu mengevaluasi (evaluate). Kemampuan siswa membuat suatu

pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada.

6. C6 yaitu membuat (create). Kemampuan siswa untuk menggabungkan

beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.

Konsep yang dimaksud adalah bagaimana siswa mampu mengenal dan

mengingat kembali materi, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,

dan dapat menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu kesatuan konsep-konsep

dari materi-materi yang telah disampaikan oleh guru sebagai hasil dari proses

belajar mengajar yang dilakukan. Karena hasil belajar menjadi tolak ukur dari

keberhasilan suatu proses yang dilakukan dalam pembelajaran tentunya dalam hal

ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.


18

2.4 Bahan Ajar

2.4.1 Hubungan Besaran dan Satuan dalam Fisika

Fisika merupakan cabang sains yang mempelajari materi dan energi.

Gejala alam seperti gerak . fluida, gelombang, bunyi cahaya, listrik dan magnet

dikaji dalam fisika. Fisika mempelajari materi, energi, dan fenomena atau

kejadian alam, baik yang bersifat makroskopis (berukuran besar, seperti gerak

Bumi mengelilingi Matahari) maupun yang bersifat mikroskopis (berukuran kecil,

seperti gerak elektron mengelilingi inti) yang berkaitan dengan perubahan zat atau

energy. Fisika menjadi dasar berbagai pengembangan ilmu dan teknologi. Kaitan

antara fisika dan disiplin ilmu lain membentuk disiplin ilmu yang baru, misalnya

dengan ilmu astronomi membentuk ilmu astrofisika, dengan biologi membentuk

biofisika, dengan ilmu kesehatan membentuk fisika medis, dengan ilmu bahan

membentuk fisika material, dengan geologi membentuk geofisika, dan lain-lain.

Dilihat dari hal tersebut maka dapat dsimpulkan bahwa fisika merupakan salah

satu tulang punggung teknologi sehingga menguasai fisika dapat berarti

menguasai teknologi.

Saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan pengiriman ilmuan ke planet

Mars. Diplanet yang paling dekat dengan bumi kita itu, mereka bertugas

melakukan serangkaian pengukuran untuk meneliti kelayakan planet tersebut

untuk tempat tinggal manusia. Kegiatan mengukur adalah ciri khas dari fisika dan

merupakan salah satu kompetensi penting yang harus dicapai didalam

pembelajaran fisika. Apakah “mengukur” itu?.


19

Pada dasarnya “mengukur” adalah membandingkan suatu besaran yang

belum diketahui dengan suatu standar. Agar hasil pengukuran dapat diterima oleh

semua pihak, maka alat ukurnya harus memenuhi standar tertentu sehingga hasil

pengukuran dapat dinyatakan dengan satuan yang sudah diterima secara luas.

Standar itu tentunya harus mudah dibuat, mudah dimanfaatkan dan tidak

berubah-ubah terhadap waktu. Harus ada kesepakatan di antara para pengguna

(internasional) tentang bagaimana standar itu didefinisikan.

Besaran dan satuan didalam fisika adalah sesuatu yang tidak dapat

dipisahkan, keduanya mempunyai hubungan yang saling menentukan. Kita tidak

akan bisa mengatakan suatu besaran tanpa didampingi satuan. Sebagai contoh

misalnya kita melakukan suatu pengukuran terhadap suatu besaran dengan

menggunakan alat ukur tertentu, misalnya hasil pengukuran mencatat angka 25.

Kemudian angka 25 ini kita informasikan kepada orang lain bahwa hasil

pengukuran itu ada pada angka 25. Tentu saja yang diberitahu hasil pengukuran

itu akan bertanya pada kita, dengan angka 25 itu apa yang telah diukur,

pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa dengan menginformasikan angka 25 saja

orang tidak akan mengerti apa yang kita ukur. Disinilah pentingnya besaran dan

satuan harus berdampingan saling menjelaskan satu sama lain. Jika kita ingin

menjelaskan apa yang kita ukur, maka dengan mencntumkan satuan orang akan

bisa menjawab apa yang telah kita ukur . semisal 25 cm, atau 25 m, centimeter

dan meter adalah salah satu satuan dalam fisika. Meski cukup sederhana namun

akan mampu memberikan kejelasan pada siapapun tentang apa yang kita ukur.

Jadi jelas sekali bagaimana peranan suatu satuan dalam suatu pengukuran yang
20

akan mampu menjelaskan kepada kita apa yang kita ukur. Dengan demikian dapat

kita ambil kesimpulan bahwa satuan adalah sesuatu yang dapat menjelaskan apa

yang kita ukur atau dalam bahas fisika adalah sesuatu yang dapat menyatakan arti

fisis yang kita ukur. Kedudukan besaran dan satuan dalam fisika memiliki arti

yang sangat penting, seluruh proses yang ada dalam fisika tidak lepas dari

pengukuran yang sudah tentu ada besaran dan satuan di dalamnya, salah dalam

mencantumkan satuan dari suatu hasil pengukuran berakibat fatal bagi apa yang

kita harapkan dari proses pengukuran tersebut, boleh dikatakan dalam fisika

besaran dan satuan yang memiliki kesesuaian pasangan tidak boleh dipisahkan,

harus selalu berdampingan agar memberi manfaat yang baik dan benar bagi

pembelajaran.

2.4.2 Peran Besaran dan Satuan dalam Pembelajaran Fisika

Seperti yang telah kita ketahui di atas, kedudukan besaran dan satuan

sangatlah penting apabila kita mempelajari tentang fisika. Karena dalam

mempelajari konsep-konsep fisika kita akan selalu dihadapkan dengan istilah

pengukuran, besaran dan satuan. Seorang Fisikawan terkenal, Richard Feynman

mengatakan bahwa kita dapat menyebutkan nama seekor burung dalam seluruh

bahasa yang ada di dunia ini. Namun setelah itu, kita tidak akan pernah

mengetahui apapun tentang burung itu. Lihat dan perhatikan apa yang dikerjakan

burung tadi! Itulah yang membuat perbedaan. Mempelajari fisika juga bukan

hanya sekedar mengetahui hukum dan fakta-fakta alam yang ada. Namun lebih
21

jauh lagi, kitapun harus menghidupi dan mempraktekkan fisika dalam kehidupan

sehari-hari.

Fisika adalah ilmu yang senantiasa mencoba untuk dapat menjelaskan

berbagai peristiwa alam dengan hukum alam yang bekerja. Dari peristiwa tersebut

kita akan mengenal besaran-besaran fisik yang dibicarakan dan menjadi faktor

pendukungnya. Besaran di dalam fisika merupakan suatu hal yang dapat kita ukur

dan kita nyatakan dengan bilangan. Lebih jauh lagi, besaran-besaran tersebut juga

memiliki satuan. Selain itu, setiap besaran fisika merupakan besaran skalar dan

besaran vektor sehingga untuk mempelajarinya kita harus mempelajari terlebih

dahulu masalah besaran dan satuan. Itulah mengapa bab pengukuran, besaran dan

satuan diberikan pada awal tahun ajaran, karena semua yang berhubungan dengan

fisika akan melakukan pengukuran, menghasilkan besaran yang memiliki satuan.

Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa fisika sangat erat kaitannya

dengan besaran dan satuan. Setiap pembelajaran fisika, kita pasti akan

menemukan besaran dan satuan sehingga untuk memahami konsep-konsep fisika,

kita harus menguasai masalah besaran dan satuan.

Selain itu, pembelajaran tentang besaran dan satuan juga bermanfaat untuk

dapat membantu kita menentukan satuan dari suatu besaran, menguji rumus suatu

besaran dan menentukan hubungan-hubungan antar suatu besaran dalam suatu

rumus. Di bawah ini akan di berikan contoh dari manfaat-manfaat di atas.

1. Menentukan satuan dari suatu besaran

Contoh soal: Sebuah logam berbentuk kubus memiliki panjang sisi masing-

masing 8 cm dan massa 12,8 kg. Berapakah massa jenis logam tersebut?
22

Jawab: dalam mengerjakan soal fisika, kebanyakan siswa tidak memberikan

satuan di akhir jawaban karena tidak mengetahui satuan dari besaran yang

dicari. Untuk mengetahui satuan dari besaran yang dicari kita perlu

mengikutsertakan satuan dalam perhitungan tersebut.

Diketahui: slogam = 8 cm = 0,08 meter.

Mlogam= 12,8 kg.

Ditanya: ρ = …?

Jawab:

2. Menguji rumus suatu besaran

Seringkali kita dibuat bingung dengan rumus periode dari suatu gelombang.

Apakah ataukah . Tetapi itu akan menjadi mudah apabila kita

telah menguasai bab besaran satuan. Kita hanya perlu melihat apa yang

diketahui dari soal dan satuannya.

Contoh soal: Diketahui bahwa periode suatu gelombang adalah 0,5 sekon.

Berapakah waktu yang dibutuhkan gelombang untuk merambat apabila

diketahui jumlah gelombangnya adalah 4?

Diketahui : T = 0,4 sekon.

n = 4.

Ditanya: t =….?

Jawab: untuk menguji kebenaran suatu rumus yang harus kita ketahui

adalah ruas kanan harus sama dengan ruas kiri.


23

Mari kita coba satu persatu rumus dua rumus di atas:

t = 0,5 sekon . 4

t = 2 sekon. (rumus ini benar karena yang kita ketahui

bahwa satuan dari waktu (t) adalah sekon.

t = 8/sekon (rumus ini tidak benar karena seperti yang kita

ketahui bahwa satuan dari waktu adalah sekon bukan )

3. Menentukan hubungan-hubungan antar suatu besaran

Contoh soal: Cepat rambat bunyi dalam gas bergantung kepada massa jenis

dan tekanan gas. Tentukanlah bagaimana persamaan antara kecepatan rambat

bunyi terhadap massa jenis dan tekanan gas!

Jawab: Dari contoh soal dapat kita ketahui bahwa


24

jadi rumus untuk cepat rambat bunyi dalam gas adalah

2.4.3 Fisika dan Ruang Lingkupnya

2.4.3.1 Arti Fisika

Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti alam. Fisika adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari sifat dan gejala pada benda-benda di alam. Gejala-

gejala ini pada mulanya adalah apa yang dialami oleh indra kita, misalnya

penglihatan menemukan optika atau cahaya, pendengaran menemukan pelajaran

tentang bunyi, dan indra peraba yang dapat merasakan panas.


25

Mengapa perlu mempelajari Fisika? Fisika menjadi ilmu pengetahuan

yang mendasar, karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda,

khususnya benda mati. Menurut sejarah, fisika adalah bidang ilmu yang tertua,

karena dimulai dengan pengamatan-pengamatan dari gerakan benda-benda langit,

bagaimana lintasannya, periodenya, usianya, dan lain-lain. Bidang ilmu ini telah

dimulai berabad-abad yang lalu, dan berkembang pada zaman Galileo dan

Newton. Galileo merumuskan hukum-hukum mengenai benda yang jatuh,

sedangkan Newton mempelajari gerak pada umumnya, termasuk gerak planet-

planet pada sistem tata surya.

Pada zaman modern seperti sekarang ini, ilmu fisika sangat mendukung

perkembangan teknologi, industri, komunikasi, termasuk kerekayasaan

(engineering), kimia, biologi, kedokteran, dan lain-lain. Ilmu fisika dapat

menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai fenomena-fenomena yang menarik.

Mengapa bumi dapat mengelilingi matahari? Bagaimana udara dapat menahan

pesawat terbang yang berat? Mengapa langit tampak berwarna biru? mengapa laut

berwarna biru? Mengapa burung tidak tersengat listrik saat hinggap pada

rentangan kawat listrik bertegangan tinggi? Bagaimana siaran/tayangan TV dapat

menjangkau tempattempat yang jauh? Mengapa sifat-sifat listrik sangat

diperlukan dalam sistem komunikasi dan industri? Bagaimana peluru kendali

dapat diarahkan ke sasaran yang letaknya sangat jauh, bahkan antarbenua? Dan

akhirnya, bagaimana pesawat dapat mendarat di bulan? Ini semua dipelajari dalam

berbagai bidang ilmu fisika.


26

Bidang fisika secara garis besar terbagi atas dua kelompok, yaitu fisika

klasik dan fisika modern. Fisika klasik bersumber pada gejala-gejala yang

ditangkap oleh indra. Fisika klasik meliputi mekanika, listrik magnet, panas,

bunyi, optika, dan gelombang yang menjadi perbatasan antara fisika klasik dan

fisika modern. Fisika modern berkembang mulai abad ke-20, sejak penemuan

teori relativitas Einstein dan radioaktivitas oleh keluarga Curie.

2.4.3.2 Hubungan Fisika dan Ilmu Pengetahuan Lain

Tujuan mempelajari ilmu fisika adalah agar kita dapat mengetahui bagian-

bagian dasar dari benda dan mengerti interaksi antara benda-benda, serta mampu

menjelaskan mengenai fenomena-fenomena alam yang terjadi. Walaupun fisika

terbagi atas beberapa bidang, hukum fisika berlaku universal. Tinjauan suatu

fenomena dari bidang fisika tertentu akan memperoleh hasil yang sama jika

ditinjau dari bidang fisika lain. Selain itu konsep-konsep dasar fisika tidak saja

mendukung perkembangan fisika sendiri, tetapi juga perkembangan ilmu lain dan

teknologi. Ilmu fisika menunjang riset murni maupun terapan. Ahli-ahli geologi

dalam risetnya menggunakan metode-metode gravimetri, akustik, listrik, dan

mekanika. Peralatan modern di rumah sakit-rumah sakit menerapkan ilmu fisika.

Ahli-ahli astronomi memerlukan optik spektografi dan teknik radio. Demikian

juga ahli-ahli meteorologi (ilmu cuaca), oseanologi (ilmu kelautan), dan

seismologi memerlukan ilmu fisika.


27

Teknologi adalah seni meningkatkan nilai tambah suatu benda.

Peningkatan nilai tambah ini, sering memanfaatkan produk-produk fisika, baik itu

hukum, konsep, maupun teori. Oleh karena itu, semakin akrab anda dengan fisika,

semakin besar peluang anda untuk bisa mengetahui rahasia- rahasia dibalik alat-

alat berteknologi canggih tersebut. Lebih dari itu, besar pula peluang anda untuk

bisa meningkatkan nilai tambah suatu benda karena ilmu fisika dan teknologi

merupakan dua hal yang saling berhubungan. Teknologi tidak akan bisa

berkembang tanpa adanya ilmu fisika, dan sebaliknya ilmu fisika membutuhkan

teknologi untuk menyediakan fasilitas dan peralatan penelitian yang tepat,

contohnya mesin uap tidak akan ditemukan tanpa adanya penelitian di bidang

ilmu fisika, di lain pihak keberhasilan pembuatan mesin uap ini mendorong

penelitian lebih lanjut dalam bidang ilmu murni yang berkaitan dengan teori panas

dan termodinamika. Dua puluh lima tahun pertama dari abad ke dua puluh ini

ditandai oleh penelitian di bidang mekanika kwantum yang sangat berpengaruh

terhadap struktur suatu atom. Studi mengenai hubungan antara elektron dan atom

tersebut merupakan dasar bagi industry elektronika pada saat ini. Setelah

diketahui bahwa struktur molekul sangat ditentukan oleh sifat mekanika kwantum

dari atom dan molekulnya, maka prinsip dasar dari logam, kristal, dan material

sejenis dengan mudah dapat dijelaskan. Kemajuan di bidang fisika dan mekanika

kwantum ini mendorong timbulnya industry kimia untuk mengembangkan jenis

material baru dan mendorong kepada penemu transistor, semikonduktor, dan IC

yang merupakan awal dari industri komputer saat ini.

2.4.3.3 Pengukuran
28

Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran sejenis

yang dijadikan acuan. Misalnya mengukur panjang tongkat dengan mistar, yang

dibandingkan adalah panjang tongkat dengan mistar dan yang dijadikan acuan

adalah mistar. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Mengukur panjang tongkat dengan mistar, mengukur waktu dengan stopwatch

merupakan pengukuran secara langsung. Kebanyakan pengukuran dalam fisika

menggunakan pengukuran secara tidak langsung. Contoh :

1) mengukur massa dilakukan dengan cara mengukur perubahan panjang

pegas pada dynamometer,

2) mengukur temperatur dilakukan dengan mengukur perubahan volume air

raksa atau alkohol pada termometer,

3) mengukur laju aliran cairan dilakukan dengan mengukur beda tekanan di

dua tempat pada venturimeter.

Pengukuran yang baik adalah pengukuran yang tepat (akurat) dan teliti.

Ketepatan dan ketelitian yang tinggi hanya dapat diperoleh melalui pengukuran

dengan alat ukur yang tepat dan pengamatan yang cermat. Contohnya : mengukur

tebal kertas menggunakan jangka sorong, maka alat ukur yang digunakan tidak

tepat. Hasil pengukuran tidak ada yang benar-benar tepat. Sekecil apapun pasti

mengandung kesalahan. Sebab-sebab kesalahan pengukuran dapat dibedakan

menjadi kesalahan acak dan kesalahan sistematis. Kesalahan acak adalah

kesalahan yang sebab dan terjadinya tidak dapat diprediksi. Kesalahan acak dapat

dikurangi dengan mengulang-ulang pengukuran.


29

Kesalahan sistematis dapat terjadi terus-menerus sepanjang alat ukur dan

orang yang mengukur sama. Contoh : meteran seorang penjahit setiap kali dipakai

akan ditarik-tarik. Lambat laun panjang bertambah sehingga penunjukkan

skalanya menyimpang. Semakin lama dipakai, pengukuran panjang oleh penjahit

makin menyimpang dan makin tidak tepat. Dapat dikatakan pengukuran tepat jika

kesalahan sistematiknya relative kecil. Sumber kesalahan sistematik dapat

dibedakan menjadi tiga macam.

a. Kesalahan alami, yaitu yang timbul karena faktor alam seperti pembiasan

cahaya, pemuaian benda karena panas, pengaruh kelembaban dan tekanan

udara yang dapat mempengaruhi hasil pembacaan alat ukur.

b. Kesalahan alat, yaitu pengaruh ketidaksempurnaan alat. Misalnya

kesalahan kalibrasi, kesalahan letak titik nol,dll.

c. Kesalahan perorangan yang bergantung pada keterbatasan jasmani seperti

pendengaran dan penglihatan dan juga kebiasaan pengamat membaca yang

salah. Kesalahan akibat cara pembacaan yang salah disebut kesalahan

paralaks.

2.4.4 Besaran Pokok dan Satuan Standar

Fisika adalah ilmu yang senantiasa mencoba untuk dapat menjelaskan

berbagai peristiwa alam dengan hukum alam yang bekerja. Dari peristiwa tersebut

kita akan mengenal besaran-besaran fisika yang dibicarakan dan menjadi faktor

pendukungnya. Besaran di dalam fisika merupakan suatu hal yang dapat kita ukur

dan kita nyatakan dengan bilangan. Ketika kita mengukur suatu besaran, kita

selalu membandingkannya terhadap suatu acuan standar. Standar tersebut


30

didefinisikan sebagai satuan (unit) besaran. Untuk membuat pengukuran handal,

kita memerlukan satuan pengukuran yang tidak berubah dan dapat diduplikasi

oleh pengamat di berbagai lokasi. Sistem satuan yang digunakan oleh para

ilmuwan dan insinyur di seluruh dunia disebut sebagai Sistem Internasional

(Young dan Freedman, 2002:3-4).

Saat bepergian pasti kita akan melihat papan penunjuk jalan seperti

gambar di bawah :

Gambar 2.1 Papan Penunjuk Jalan

Tampak tertulis di papan tersebut jarak gerbang tol Suramadu dari papan

penunjuk jalan adalah 500 m. Angka 500 menunjukkan nilai besaran yang diukur

sedangkan m yang ditulis setelah angka 500, artinya meter, menunjukkan satuan.

Jarak, lebar, tinggi, kedalaman, jari-jari termasuk besaran panjang. Besaran dan

satuan tersebut atau yang akan kita bahas disini adalah besaran dan satuan yang

berlaku di Indonesia mengikuti Sistem Internasional atau yang dikenal dengan

singkatan SI. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai besaran dan satuan, akan

lebih baik apabila kita membahas mengapa Sistem Internasional diperlukan di

Negara kita? Atau mengapa Indonesia menggunakan Sistem Internasional untuk

mengatur standar besaran dan satuan yang di pakai di Indonesia?


31

Sistem Internasional biasa disingkat SI sudah mencakup luas

penggunaanya di Negara-negara seluruh dunia. Indonesia menggunakan Sistem

Internasional agar besaran dan satuan yang digunakan di Negara kita memiliki

standarisasi yang bersifat Universal dan berlaku dalam waktu, kondisi, dan tempat

dimanapun, karena seperti yang dijelaskan di atas bahwa sistem Internasional

sudah digunakan di banyak Negara di seluruh dunia. Satuan Sistem internasional

berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta hubungan perdagangan

dalam negri atau antar negara. Dapatkah kamu membayangkan apa yang terjadi

bila di pasar tradisional tidak memiliki satu kilogram standar? Oleh karena itu

pemerintah menetapkan peraturan menagtur semua itu dalam PP No 10 Tahun

1987 dan UU No 2 Tahun 1981. Seperti dalam kalimat yang tercantum dalam UU

No 2 Tahun 1981 yaitu “ Menimbang : bahwa untuk melindungi kepentingan

umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban

dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda

pengukuran dan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya; …..”. kita

mengetahui bahwa pemerintah sudah menetapkan hal tersebut untuk memudahkan

rakyatnya agar lebih mudah dalam menentukan standar yang digunakan untuk

mengukur sesuatu. Dalam perdagangan pemerintah juga telah menetapkan standar

alat ukur seperti alat ukur takar, timbang dan perlengkapannya dalam PP No 10

Tahun 1987 untuk memudahkan warganya. Dapatkah anda membayangkan apa

yang terjadi apabila pemerintah tidak mengatur hal tersebut? Pedagang akan

memiliki standar alat ukur yang berbeda-beda sehingga akan menimbulkan

masalah serta perdagangan antar negara akan terganggu karena standar yang di
32

pakai Indonesia berbeda dengan yang dipakai di luar negri. Dari sini kita tahu

bahwa Sistem Internasional sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat.

2.4.4.1 Besaran Pokok

Di dalam fisika masih banyak besaran-besaran lain yang umurnya dapat

diperoleh dari pengukuran. Secara umum besaran dibedakan menjadi besaran

pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya

didefinisikan atau ditetapkan terlebih dahulu, yang berdiri sendiri, dan tidak

tergantung pada besaran lain. Para ahli merumuskan tujuh macam besaran pokok,

seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Besaran Pokok dan Satuannya

Besaran Pokok Simbol Besaran Satuan Simbol Satuan

Panjang L Meter m
Massa M Kilogram kg
Waktu T Sekon s
Kuat Arus I ampere A
Suhu T Kelvin K
Jumlah Zat N mole mol
Intensitas Cahaya Iv kandela cd

2.4.4.2 Satuan Dasar

Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari

suatu besaran. Sebuah besaran tidak hanya memiliki satu satuan saja, contohnya

adalah besaran panjang dan massa. Besaran panjang ada yang menggunakan

satuan inci, kaki, mil, dan sebagainya. Untuk massa dapat menggunakan satuan
33

ton, kilogram, gram, dan sebagainya. Adanya berbagai macam satuan untuk

besaran yang sama akan menimbulkan kesulitan. Kalian harus melakukan

penyesuaian-penyesuaian tertentu untuk memecahkan persoalan yang ada.

Dengan adanya kesulitan tersebut, para ahli sepakat untuk menggunakan satu

sistem satuan, yaitu menggunakan satuan standar Sistem Internasional, disebut

Systeme International d’Unites (SI) seperti yang telah dijelaskan di awal.

Satuan Sistem Internasional adalah satuan yang diakui penggunaannya

secara internasional serta memiliki standar yang sudah baku. Satuan ini dibuat

untuk menghindari kesalahpahaman yang timbul dalam bidang ilmiah karena

adanya perbedaan satuan yang digunakan. Pada awalnya, Sistem Internasional

disebut sebagai Meter-Kilogram-Second (MKS). Selanjutnya pada konferensi

berat dan pengukuran tahun 1948, tiga satuan yaitu newton (N), joule (J), dan watt

(W) ditambahkan ke dalam SI. Akan tetapi, pada tahun 1960, tujuh Satuan

Internasional dari besaran pokok telah ditetapkan yaitu meter, kilogram, sekon,

ampere, kelvin, mol, dan kandela.

Sistem MKS menggantikan sistem metrik, yaitu suatu sistem satuan

desimal yang mengacu pada meter, gram yang didefinisikan sebagai massa satu

sentimeter kubik air, dan detik. Sistem itu juga disebut sistem Centimeter – Gram

– Second (CGS). Satuan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu satuan tidak baku dan

satuan baku. Standar satuan tidak baku tidak sama di setiap tempat, misalnya

jengkal dan hasta. Sementara itu, standar satuan baku telah ditetapkan sama di

setiap tempat. Standar satuan ialah suatu ukuran yang sah dipakai sebagai dasar

pembanding ( UU No 2 Tahun 1981 pasal 1).


34

a. Satuan Dasar Besaran Panjang

Satuan dasar besaran panjang berdasarkan SI dinyatakan dalam meter (m)

( UU No 2 Tahun 1981 pasal 2). Ketika sistem metrik diperkenalkan, satuan meter

diusulkan setara dengan sepersepuluh juta kali seperempat garis bujur bumi yang

melalui kota Paris. Tetapi, penyelidikan awal geodesik menunjukkan

ketidakpastian standar ini, sehingga batang platina-iridium yang asli dibuat dan

disimpan di Sevres dekat Paris, Prancis. Jadi, para ahli menilai bahwa meter

standar itu kurang teliti karena mudah berubah. Para ahli menetapkan lagi patokan

panjang yang nilainya selalu konstan.

Pada tahun 1960 ditetapkan bahwa satu meter adalah panjang yang sama

dengan 1.650.763,73 kali panjang gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh

atom-atom gas kripton-86 dalam ruang hampa pada suatu loncatan listrik. Definisi

baru menyatakan bahwa satuan panjang SI adalah panjang lintasan yang

ditempuh cahaya dalam ruang hampa selama selang waktu sekon.

Angka yang sangat besar atau sangat kecil oleh ilmuwan digambarkan

menggunakan awalan dengan suatu satuan untuk menyingkat perkalian atau

pembagian dari suatu satuan. Singkatan sistem metriksnya dapat dilihat pada

Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Singkatan Sistem Metriks Satuan

Nama Lambang Satuan Orde Konversi Satuan

yotta Y 1024 1000000000000000000000000


21
zetta Z 10 1000000000000000000000
eksa E 1018 1000000000000000000
35

peta P 1015 1000000000000000


tera T 1012 1000000000000
giga G 109 1000000000
mega M 106 1000000
kilo k 103 1000
mili m 10-3 0,001
-6
mikro µ 10 0,000001
nano n 10-9 0,000000001
piko p 10-12 0,000000000001
femto f 10-15 0,000000000000001
atto a 10-18 0,000000000000000001
-21
zepto z 10 0,000000000000000000001
yocto y 10-24 0,000000000000000000000001

b. Satuan Dasar Besaran Massa

Satuan Dasar besaran untuk massa menurut SI adalah kilogram (kg) ( UU

No 2 Tahun 1981 pasal 2). Satu kilogram standar adalah massa sebuah silinder

logam yang terbuat dari platina iridium yang disimpan di Sevres, Prancis. Silinder

platina iridium memiliki diameter 3,9 cm dan tinggi 3,9 cm. Massa 1 kilogram

standar mendekati massa 1 liter air murni pada suhu 4 0C. Seperseribu (0,001)

bagian dari kilogram adalah gram yang dinyatakan dengan lambang satuan g.

Kelipatan-kelipatan dan bagian-bagian desimal dari kilogram, jika tidak

dinyatakan dengan sebuah bilangan di depan satuan atau lambang dari satuan

kilogram ini, maka harus dinyatakan dalam satuan gram.

c. Satuan Dasar Besaran Waktu


36

Satuan dasar besaran waktu menurut SI adalah sekon (s) ( UU No 2 Tahun

1981 pasal 2). Mula-mula ditetapkan bahwa satu sekon sama dengan 86.400 rata-

rata gerak semu matahari mengelilingi Bumi. Dalam pengamatan astronomi,

waktu ini ternyata kurang tepat akibat adanya pergeseran, sehingga tidak dapat

digunakan sebagai patokan. Selanjutnya, pada tahun 1956 ditetapkan bahwa satu

sekon adalah waktu yang dibutuhkan atom cesium-133 untuk bergetar sebanyak

9.192.631.770 kali

d. Satuan Dasar Besaran Arus Listrik

Satuan dasar besaran arus listrik menurut SI adalah amper (A) ( UU No 2

Tahun 1981 pasal 2). Satu ampere didefinisikan sebagai arus tetap, yang

dipertahankan untuk tetap mengalir pada dua batang penghantar sejajar dengan

panjang tak terhingga, dengan luas penampang yang dapat diabaikan dan

terpisahkan sejauh satu meter dalam vakum, yang akan menghasilkan gaya antara

kedua batang penghantar sebesar 2 × 10–7 Nm–1.

e. Satuan Dasar Besaran Suhu

Suhu menunjukkan derajat panas suatu benda. Satuan dasar besaran suhu

menurut SI adalah kelvin (K) ( UU No 2 Tahun 1981 pasal 2), yang didefinisikan

sebagai satuan suhu mutlak dalam termodinamika yang besarnya sama dengan

dari suhu titik tripel air. Titik tripel menyatakan temperatur dan tekanan saat

terdapat keseimbangan antara uap, cair, dan padat suatu bahan. Titik tripel air
37

adalah 273,16 K dan 611,2 Pa. Jika dibandingkan dengan skala termometer

Celsius, dinyatakan sebagai berikut:

T = 273,16o + tc

dengan:

T = suhu mutlak, dalam kelvin (K)

tc = suhu, dalam derajat celsius (oC)

Jadi derajat Celcius dari skala suhu dalam pemakaian secara umum yang titik

nolnya sama dengan 273,15 K adalah sama dengan derajat kelvin.

f. Satuan Dasar Besaran Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya dalam SI mempunyai satuan kandela (cd) ( UU No 2

Tahun 1981 pasal 2), yang besarnya sama dengan intensitas sebuah sumber

cahaya yang memancarkan radiasi monokromatik dengan frekuensi 540 × 1012

Hz dan memiliki intensitas pancaran watt per steradian pada arah tertentu.

g. Satuan Standar Jumlah Zat

Satuan SI untuk jumlah zat adalah mole (mol) ( UU No 2 Tahun 1981

pasal 2). Satu mol setara dengan jumlah zat yang mengandung partikel elementer

sebanyak jumlah atom di dalam 1,2 10-2 kg karbon-12. 1 mol zat terdiri atas

6,025.10^23 buah partikel. Nilai ini kemudian disebut sebagai Bilangan

Avogadro. Menurut perjanjian International Union of Pure and Applied Chemistry

(IUPAC) :
38

N = 6,02.10^23. Partikel elementer merupakan unsur fundamental yang

membentuk materi di alam semesta. Partikel ini dapat berupa atom, molekul,

elektron, dan lain-lain.

2.4.4.3 Satuan Tidak Standar dan Konversi Satuan

Televisi di rumah berukuran 14 inci. Truk itu mengangkut 500 ton beras.

Inci dan ton merupakan contoh satuan tidak standar masing-masing untuk besaran

panjang dan besaran massa. Satuan tidak standar seperti ini perlu dikonversi ke

satuan standar sehingga satuannya konsisten. Konversi satuan dilakukan dengan

menyisipkan faktor konversi yang cocok yang membuat satuan lain ditiadakan,

kecuali satuan yang kita kehendaki. Faktor konversi merupakan perbandingan dua

satuan besaran sehingga sama dengan satu.

Sebelum menyelesaikan soal fisika, lazimnya kita harus mengkonversi

satuan dulu. Mengkonversi artinya mengubah. Jadi, mengkonversi satuan artinya

mengubah satuan. Misalnya dari kilometer ke meter atau dari jam ke detik. Meski

kelihatannya sepele, namun bila kita tidak memperhatikannya dengan sungguh-

sungguh hal yang sepele itu bisa menjadi boomerang. Atas dasar ini pandai

mengkonversi satuan merupakan suatu keharusan. Berikut ini beberapa contoh

konversi satuan untuk besaran panjang, massa, dan waktu.

2.4.5 Besaran Turunan

Besaran turunan adalah besaran yang dapat diturunkan atau didefinisikan

dari besaran pokok. Satuan besaran turunan disesuaikan dengan satuan pokoknya.

Salah satu contoh besaran turunan adalah luas, karena luas merupakan hasil kali
39

dua besaran panjang. Oleh karena itu, luas merupakan turunan dari besaran

panjang.

Luas = panjang x lebar

= besaran panjang x besaran panjang

Satuan luas = meter x meter

= meter persegi (m2)

Besaran turunan yang lain misalnya volume yang merupakan hasil kali

tiga besaran panjang, massa jenis yang merupakan hasil kali massa dan volume.

Jadi massa jenis merupakan turunan dari besaran pokok massa dan panjang, untuk

lebih lengkap dapat kita lihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Besaran turunan dan satuannya.


Satuan Dalam Satuan
Besaran Turunan
Nama Satuan Simbol Dasar
Luas meter persegi m2 m2
Volume meter kubik m3 m3
Kecepatan meter per sekon m/s m/s
kilogram per meter
3
kg/m3
Massa jenis kubik kg/m
Gaya Newton N kg.m/s2
Energy dan usaha joule J kg.m2/s2
Daya Watt W kg.m2/s3
Tekanan Pascal Pa kg/(m.s2)
Frekuensi Hertz Hz s-1
Muatan listrik Coulomb C A.s
Potensial listrik Volt V kg.m2/(A.s3)
Hambatan listrik Ohm Ω kg.m2/(A2.s3)
40

Kapasistansi Farad F A2.s4/kg.m2


Medan magnetic Tesla T kg/(A.s2)
Fluks magnetic Weber Wb kg.m2/(A.s2)
Induktansi Henry H kg.m2/(A2.s2)

2.4.6 Dimensi Besaran Pokok Dan Besaran Turunan

Dimensi adalah cara penulisan suatu besaran dengan menggunakan simbol

(lambang) besaran pokok. Hal ini berarti dimensi suatu besaran menunjukkan cara

besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok. Apapun jenis satuan besaran

yang digunakan tidak memengaruhi dimensi besaran tersebut, misalnya satuan

panjang dapat dinyatakan dalam m, cm, km, atau ft, keempat satuan itu

mempunyai dimensi yang sama, yaitu L.

Di dalam mekanika, besaran pokok panjang, massa, dan waktu merupakan

besaran yang berdiri bebas satu sama lain, sehingga dapat berperan sebagai

dimensi. Dimensi besaran panjang dinyatakan dalam L, besaran massa dalam M,

dan besaran waktu dalam T. Persamaan yang dibentuk oleh besaran-besaran

pokok tersebut haruslah konsisten secara dimensional, yaitu kedua dimensi pada

kedua ruas harus sama. Dimensi suatu besaran yang dinyatakan dengan lambang

huruf tertentu, biasanya diberi tanda [ ]. Tabel 2.4 menunjukkan lambang dimensi

besaran-besaran pokok.

Tabel 2.4 Lambang Dimensi Besaran Pokok


Besaran Pokok Satuan Lambang Dimensi
Panjang meter (m) [L]
Massa kilogram (kg) [M]
Waktu sekon (s) [T]
41

Kuat arus listrik ampere (A) [I]


Suhu kelvin (K) [θ]
Jumlah zat mole (mol) [N]
Intensitas cahaya candela (cd) [J]

Dimensi dari besaran turunan dapat disusun dari dimensi besaran-besaran pokok

seperti tabel 2.5 di bawah ini yang menunjukkan berbagai dimensi besaran

turunan.

Tabel 2.5 Dimensi Besaran Turunan

Besaran turunan Analisis Dimensi


Luas [panjang] x [panjang] [L2]
Volume [panjang] x [panjang] x [L3]
[panjang]
Kecepatan [L][T]-1

Percepatan [L][T]-2

Massa jenis [M][L]-3

Gaya [massa] x [percepatan] [M][L][T]-2


Tekanan [M][L]-1[T]-2

Usaha [gaya] x [panjang] [M][L]2[T]-2


Daya [M][L]2[T]-3

2.4.6.1 Analisis Dimensi


42

Setiap satuan turunan dalam fisika dapat diuraikan atas faktor-faktor yang

didasarkan pada besaran-besaran massa, panjang, dan waktu, serta besaran pokok

yang lain. Salah satu manfaat dari konsep dimensi adalah untuk menganalisis atau

menjabarkan benar atau salahnya suatu persamaan.

Metode penjabaran dimensi atau analisis dimensi menggunakan aturan-

aturan:

a. dimensi ruas kanan = dimensi ruas kiri,

b. setiap suku berdimensi sama.

Sebagai contoh, untuk menganalisis kebenaran dari dimensi jarak tempuh dapat

dilihat persamaan berikut ini.

Jarak tempuh = kecepatan waktu

s=vt

Dari Tabel 1.5 tentang dimensi beberapa besaran turunan dapat diperoleh:

- dimensi jarak tempuh = dimensi panjang = [ L]

- dimensi kecepatan = [ L][ T ]-1

- dimensi waktu = [T]

Maka dimensi jarak tempuh dari rumus s = v t adalah

[ jarak tempuh] = [ kecepatan] × [waktu]

[ L] = [L][ T ]-1 × [ T ]

[ L] = [L]
43

Dimensi besaran pada kedua ruas persamaan sama,maka dapat disimpulkan

bahwa kemungkinan persamaan tersebut benar. Akan tetapi, bila dimensi besaran

pada kedua ruas tidak sama, maka dapat dipastikan persaman tersebut salah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegunaan dari analisis dimensi,

adalah:

a. Untuk mengetahui apakah persamaan atau rumus benar.

Contoh : rumus jarak tempuh , dengan S sebagai jarak tempuh, a

merupakan percepatan dan t adalah waktu. Rumus tersebut benar jika dimensi

ruas kanan sama dengan dimensi ruas kiri. Perhatikan tabel 1.4 dan tabel 1.5 di

atas dan uraian di bawah ini.

memiliki dimensi (angka tetapan ½ tidak berdimensi)

L=L (ruas kanan sama dengan ruas kiri)

Kesimpulan rumus benar secara dimensional.

Contoh lainnya yaitu:

Misalnya, manakah hubungan yang benar: atau dengan x

menyatakan jarak, a menyatakan besarnya percepatan dan t waktu.

Jawab:

Diketahui bahwa jarak merupakan besaran panjang memiliki dimensi [L],

percepatan memiliki dimensi [L][T-2], sedangkan dimensi waktu adalah [T],

sehingga:
44

ternyata x memiliki dimensi [L], dan at memiliki dimensi

[L][T-1], berarti secara dimensional persamaan x = at tidak benar. Sedangkan,

ternyata x dan at2 memiliki dimensi sama, yaitu [L],

berarti secara dimensional persamaan x = at2 adalah benar.

b. Untuk menemukan persamaan atau rumus.

Contoh

1. Suatu fungsi , dengan A adalah s-1 , B adalah m, C adalah N dan D

adalah m2. Maka carilah dimensi dari E?

Jawab:
45

2. Gaya angkat suatu pesawat di nyatakan oleh F ( v, ρ, A). Jika v adalah

kecepatan, ρ adalah massa jenis udara, dan A adalah luas penampang pesawat

maka fungsi dari F adalah?

Jawab:

F=[M][L][T]-2

v= [L][T]-1

ρ=[M][L]-3

A=[L]2

Misalkah fungsi dari F dapat dinyatakan sebagai berikut:

F= k ρa vb Ac

F= ρa vb Ac

[M][L][T]-2= [[M][L]-3]a] [[L][T]-1]b] [[L]2]c]

[M][L][T]-2= [M]a[L]-3a[L]b[T]-b[L]2c

[M][L][T]-2=[M]a[L]-3a+b+2c[T]-b
46

[M] = [M]a  a = 1

[T]-2 = [T]-b  b = 2

[L] = [L]-3a+b+2c  c = 1

Dari uraian diatas maka didapatkan fungsi dari F adalah F = ρ A v2.

2.4.7 Besaran Vektor

Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah. Besaran

yang termasuk besaran vektor antara lain perpindahan, gaya, kecepatan,

percepatan, dan lain-lain. Sebuah vektor digambarkan sebagai sebuah ruas garis

berarah yang mempunyai titik tangkap (titik pangkal) sebagai tempat permulaan

vektor itu bekerja. Panjang garis menunjukkan nilai vektor dan arah panah

menunjukkan arah vektor itu bekerja. Garis yang melalui vektor tersebut

dinamakan garis kerja.

Penulisan sebuah simbol besaran vektor dengan menggunakan huruf tegak

dicetak tebal, misalnya vektor A ditulis A. Selain itu, dapat pula dinyatakan

dengan huruf miring dengan tanda panah di atasnya, misalnya vektor A ditulis .

Besar (nilai) vektor A dinyatakan atau untuk lebih sederhana A.

2.4.7.1 Perpaduan Vektor

a. Penjumlahan vektor

Penjumlahan vektor dapat dilakukan secara grafis dengan metode jajaran

genjang atau metode poligon (segitiga). Metode jajaran genjang dilakukan dengan

cara menyatukan pangkal vektor pertama dengan pangkal vektor kedua sehingga
47

kedua vektor tersebut membentuk sisi-sisi sebuah jajaran genjang. Hasil

penjumlahan (resultan) kedua vektor tersebut adalah vektor sepanjang diagonal

jajaran genjang yang ditarik dari pertemuan titik pangkal kedua vektor sampai ke

titik pertemuan kedua ujung berpanahnya seperti terlihat pada gambar 2.2.

+ =

Gambar 2.2 Penjumlahan metode jajaran genjang

Penjumlahan vektor dapat dilakukan dengan metode poligon. Dalam hal

ini, titik pangkal vektor kedua diletakkan pada ujung berpanah vektor pertama.

Vektor resultannya adalah sepanjang garis yang ditarik dari titik pangkal vektor

pertama sampai ujung berpanah vektor kedua. Titik pangkal vektor resultan

berimpit dengan ujung berpanah vektor kedua (gambar 2.3 ).

+ =

Gambar 2.3 Penjumlahan metode poligon

Dalam banyak hal, metode poligon ini lebih praktis terutama untuk

penjumlahan lebih dari dua vektor. Prinsipnya, letakkan titik pangkal vektor

kedua pada ujung berpanah vektor pertama, letakkan lagi titik pangkal vektor

ketiga pada ujung berpanah vektor kedua, dan seterusnya. Vektor resultannya

adalah sepanjang garis yang ditarik dari titik pangkal pertama sampai ke ujung

berpanah vektor terakhir seperti terlihat pada gambar 2.4.


48

+ + =

Gambar 2.4 Penjumlahan tiga vektor dalam metode poligon

Penjumlahan vektor sering digunakan di dalam mempelajari fisika

misalnya pada bahasan gerak, dinamika ( Hukum Newton), dan lain sebagainya.

Hasil penjumlahan vektor (resultan) selain bergantung pada besar vektor yang

dijumlahkan juga bergantung pada arah-arahnya. Tinjau vektor dan yang satu

sama lain membentuk sudut θ. Dengan metode jajaran genjang vektor resultannya

seperti ditunjukkan pada gambar 2.5 , namun tentu kalian masih belum tahu besar

dan arah vektor resultannya yang dinyatakan dengan dan .

α θ α +b

Gambar 2.5 Penjumlahan dua buah vektor

Jika sudut antara dan adalah θ, maka besar resultannya (panjang )

dapat dihitung dengan aturan cosinus sebagai berikut:


49

adalah diagonal panjang jajaran genjang, jika α lancip. Sementara itu, α adalah

sudut terkecil yang dibentuk oleh dan .

Sebuah vektor mempunyai besar dan arah. Jadi setelah mengetahui

besarnya, kita perlu menentukan arah dan resultan vektor tersebut. Arah dapat

ditentukan oleh sudut antara dan atau dan . pada gambar 5.4. Misalnya,

sudut θ merupakan sudut yang dibentuk dan , maka dengan menggunakan

aturan sinus pada segitiga yang dibentuk dan akan diperoleh:

Sehingga :
50

Dengan menggunakan persamaan tersebut besar sudut θ dapat diketahui.

b. Pengurangan Vektor

Pengurangan vektor prinsipnya sama dengan penjumlahan vektor, tetapi

dalam hal ini salah satu vektor mempunyai arah yang berlawanan. Misalnya

vektor dan , jika dikurangkan maka akan terlihat seperti gambar 2.6.

α
1.

Gambar 2.6 pengurangan vektor

Dimana, adalah vektor yang sama dengan , tetapi berlawanan arah.

Dan untuk mencari

2.4.7.2 Penguraian Vektor Secara Analitik


51

Untuk keperluan perhitungan tertentu, kadang-kadang sebuah vektor yang

terletak dalam bidang koordinat sumbu x dan sumbu y harus diuraikan menjadi

kompoen-komponen yang saling tegak lurus (sumbu x dan sumbu y). Komponen

ini merupakan nilai efektif dalam suatu arah yang diberikan. Cara menguraikan

vektor seperti ini disebut analisis. Misalnya, vektor A membentuk sudut α

terhadap sumbu x positif, maka komponen vektornya adalah:

Besar nilai vektor A dapat diketahui dari persamaan:

Sementara itu, arah vektor ditentukan dengan persamaan:

α X

Gambar 2.7 Penguraian

2.4.7.3 Perkalian Vektor Vektor

Ada tiga macam perkalian vektor yaitu:

- Perkalian vektor dengan skalar menghasilkan vektor.


52

- Perkalian vektor (dot product) antara dua vektor menghasilkan skalar.

- Perkalian vektor (cross product) antara dua vektor menghasilkan vektor.

1) Perkalian Vektor dengan Skalar

Perkalian skalar m dengan vektor menghasilkan . Vektor

merupakan vektor yang arahnya sama dengan jika m positif dan berlawanan

arah jika m negatif. Besarnya (panjang) m kali . Pembagian dengan skalar n

sama dengan mengalikan dengan 1/n. perhatikan gambar berikut:

1/2

Gambar 2.8 Perkalian vektor dengan skalar

2) Perkalian Titik (Dot product) antara Dua Vektor

Jika A dan B saling membentuk sudut θ, maka perkalian

didefinisikan sebagai

Dalam hal ini A dan B adalah besar A dan besar B. Hasil perkalian titik adalah

skalar, salah satu contohnya adalah usaha. Jika sebuah balok ditarik dengan gaya

F = 50 N yang membentuk sudut 600 terhadap perpindahan, sehingga balok

bergeser sejauh S = 4 m, berapa usaha yang dilakukan?


53

4m

Gambar 2.9 Perkalian titik antara dua vector

3) Perkalian Silang (Cross product) antara Dua Vektor

Jika C adalah hasil perkalian silang vektor dan (yang saling

membentuk sudut θ), maka perkalian didefinisikan sebagai

dimana

Dalam hal ini A dan B adalah besar dan besar hasil perkalian silang adalah

vektor, yang arahnya dapat ditentukan seperti gambar 2.10

Gambar 2.10 Perkalian silang antara dua vektor


54

2.4.7.4 Vektor Satuan

Vektor satuan adalah vektor yang mempunyai panjang satu satuan

panjang. Tujuannya hanya untuk menunjukkan arah di dalam ruang saja. Pada

sistem koordinat kartesius, vektor satuan dalam arah sumbu x, y, dan z masing-

masing diberi simbol , , dan . misalkan vektor dan pangkal

vektor di (0, 0, 0) maka ujung vektor terletak pada koordinat (a, b, c), besar

(panjang) (resultan) dapat ditentukan.

x
Gambar 2.11 Vektor satuan

Operasi perpaduan dan perkalian vektor dijelaskan sebagai berikut.

Misalkan :

dan
55

maka

1)

2)

3)

4)

Contoh: Jika

Tentukan a) +

b)

c)

Penyelesaian

a)
56

b)

c)

2.4.8 Alat Ukur

Alat-alat ukur panjang yang dipakai untuk mengukur panjang suatu benda

antara lain mistar, rollmeter, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.

2.4.8.1 Alat Ukur Panjang

1) Mistar (penggaris)

Mistar/penggaris berskala terkecil 1

mm mempunyai ketelitian 0,5 mm.

Ketelitian pengukuran menggunakan

mistar/penggaris adalah setengah nilai


Gambar 2.12 Mistar/penggaris untuk
skala terkecilnya. Dalam setiap
mengukur besaran panjang
pengukuran dengan menggunakan mistar,

usahakan kedudukan pengamat (mata) tegak lurus dengan skala yang akan diukur.

Hal ini untuk menghindari kesalahan penglihatan (paralaks). Paralaks yaitu

kesalahan yang terjadi saat membaca skala suatu alat ukur karena kedudukan mata

pengamat tidak tepat.


57

2) Rollmeter (Meter Kelos)

Rollmeter merupakan alat ukur

panjang yang dapat digulung, dengan panjang

25 - 50 meter. Meteran ini dipakai oleh tukang

bangunan atau pengukur lebar jalan.

Ketelitian pengukuran dengan rollmeter


Gambar 2.13 Rollmeter/Meter
kelos
sampai 0,5 mm. Meteran ini biasanya dibuat

dari plastik atau pelat besi tipis, tampak seperti pada Gambar 2.13.

3) Jangka Sorong

Gambar 2.14 Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang, tebal,

kedalaman lubang, dan diameter luar maupun diameter dalam suatu benda dengan

batas ketelitian 0,1 mm. Jangka sorong mempunyai dua rahang, yaitu rahang tetap

dan rahang sorong. Pada rahang tetap dilengkapi dengan skala utama, sedangkan

pada rahang sorong terdapat skala nonius atau skala vernier. Skala nonius

mempunyai panjang 9 mm yang terbagi menjadi 10 skala dengan tingkat ketelitian

0,1 mm. Hasil pengukuran menggunakan jangka sorong berdasarkan angka pada
58

skala utama ditambah angka pada skala nonius yang dihitung dari 0 sampai

dengan garis skala nonius yang berimpit dengan garis skala utama.

4) Mikrometer Sekrup

Gambar 2.15 Mikrometer Sekrup memiliki skala tetap dan skala nonius

Mikrometer sekrup merupakan alat ukur ketebalan benda yang relatif tipis,

misalnya kertas, seng, dan karbon. Pada mikrometer sekrup terdapat dua macam

skala, yaitu skala tetap dan skala putar (nonius).

Skala tetap (skala utama)

Skala tetap terbagi dalam satuan milimeter (mm). Skala ini terdapat pada laras dan

terbagi menjadi dua skala, yaitu skala atas dan skala bawah.

Skala putar (skala nonius)

Skala putar terdapat pada besi penutup laras yang dapat berputar dan dapat

bergeser ke depan atau ke belakang. Skala ini terbagi menjadi 50 skala atau

bagian ruas yang sama. Satu putaran pada skala ini menyebabkan skala utama

bergeser 0,5 mm. Jadi, satu skala pada skala putar mempunyai ukuran:
59

. Ukuran ini merupakan batas ketelitian mikrometer

sekrup.

2.4.8.2 Alat Ukur Besaran Massa

Besaran massa diukur menggunakan neraca. Neraca dibedakan menjadi

beberapa jenis, seperti neraca analitis dua lengan, neraca Ohauss, dan neraca

lengan gantung.

1) Neraca Analitis Dua Lengan

Gambar 2.16 Neraca Analitis Dua Lengan

Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda, misalnya emas, batu,

kristal benda, dan lain-lain. Batas ketelitian neraca analitis dua lengan yaitu 0,1

gram.

2) Neraca Ohauss

Gambar 2.17 Neraca Ohauss


60

Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam

dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan

menggunakan neraca ini adalah 311 gram. Batas ketelitian neraca Ohauss

yaitu 0,1 gram.

3) Neraca Lengan/ Gantung

Neraca ini berguna untuk

menentukan massa benda, yang

cara kerjanya dengan menggeser

beban pemberat di sepanjang

batang.

Gambar 2.18 Neraca

2.4.8.3Lengan/Gantung
Alat Ukur Waktu

Gambar 2.19 Alat Ukur Besaran

Waktu merupakan besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa


Waktu

berlangsung. Berikut ini beberapa alat untuk mengukur besaran waktu.


61

1. Stopwatch, dengan ketelitian 0,1 detik karena setiap skala pada stopwatch

dibagi menjadi 10 bagian. Alat ini biasanya digunakan untuk pengukuran

waktu dalam kegiatan olahraga atau dalam praktik penelitian.

2. Arloji, umumnya dengan ketelitian 1 detik.

3. Penunjuk waktu elektronik, mencapai ketelitian 1/1000 detik.

4. Jam atom Cesium, dibuat dengan ketelitian 1 detik tiap 3.000 tahun, artinya

kesalahan pengukuran jam ini kira-kira satu detik dalam kurun waktu 3.000

tahun.

2.4.8.4 Alat Ukur Kuat Arus Listrik

Alat untuk mengukur kuat

arus listrik disebut amperemeter.

Amperemeter mempunyai hambatan

dalam yang sangat kecil,

pemakaiannya harus dihubungkan

Gambar 2.20 Amperemeter secara seri pada rangkaian yang


untuk mengukur besaran suhu
diukur, sehingga jarum menunjuk

angka yang merupakan besarnya arus listrik yang mengalir.

2.4.8.5 Alat Ukur Suhu

Untuk mengukur suhu suatu sistem

umumnya menggunakan termometer.

Termometer dibuat berdasarkan prinsip Gambar 2.21 Termometer untuk mengukur

besaran suhu
62

pemuaian. Termometer biasanya terbuat dari sebuah tabung pipa kapiler tertutup

yang berisi air raksa yang diberi skala. Ketika suhu bertambah, air raksa dan

tabung memuai. Pemuaian yang terjadi pada air raksa lebih besar dibandingkan

pemuaian pada tabung kapiler. Naiknya ketinggian permukaan raksa dalam

tabung kapiler dibaca sebagai kenaikan suhu.

Berdasarkan skala temperaturnya, termometer dibagi dalam empat macam,

yaitu termometer skala Fahrenheit, skala Celsius, skala Kelvin, dan skala Reamur.

Termometer skala Fahrenheit memiliki titik beku pada suhu 32oF dan titik didih

pada 212oF. Termometer skala Celsius memiliki titik beku pada suhu 0oC, dan

titik didih pada 100oC. Termometer skala Kelvin memiliki titik beku pada suhu

273 K dan titik didih pada 373 K. Suhu 0 K disebut suhu nol mutlak, yaitu suhu

semua molekul berhenti bergerak. Dan termometer skala Reamur memiliki titik

beku pada suhu 0oR dan titik didih pada 80oR.

2.4.9 Angka Penting

Setiap hasil Pengukuran itu tidak tepat. Sebagai contoh, perhatikan

pengukuran sepotong papan berikut ini yang menggunakan mistar berskala

terkecil 1 cm.

Papan

1 2 3 4

Gambar 2.22 Pengukuran menggunakan mistar berskala terkecil

1 cm
63

Boleh jadi Anda akan mengatakan bahwa hasilnya adalah 3,2 cm. Akan tetapi,

orang lain dapat juga mengatakan 3,3 cm. Manakah yang benar? Keduanya benar.

Sebab, yang berbeda hanya angka terakhirnya saja, yang masing-masing hanya

merupakan angka perkiraan. Namun, berbeda dengan angka yang terakhir, angka

pertama merupakan angka pasti. Yakni angka yang menunjukkan panjang yang

pasti dimiliki oleh papan itu. Kalau angka pasti menunjukkan panjang yang pasti,

angka perkiraan menunjukkan angka yg tidak pasti, yaitu berupa perkiraan atau

tafsiran. Pada pengukuran ini dikatakan bahwa hasilnya memiliki 2 angka penting

yaitu angka 3 dan 2. Angka penting ialah angka-angka hasil pengukuran yang

masih bisa dipercaya.

Lain halnya kalau teman Anda menuliskan hasil pengukuran tadi sebesar

3,24 cm. jelas bahwa penulisan ini patut kita ragukan kebenarannya. Pasalnya,

satuan alat yang dipakai untuk mengukurnya hanya memiliki skala terkecil 1 cm.

Oleh karena itu, angka 4 dibelakang koma haruslah kita ragukan kebenarannya.

Jadi, suatu pengukuran dengan mistar yang skala terkecilnya 1 cm sangat tidak

amsuk akal bila bisa memberikan hasil yang mengandung 2 angka yang

diragukan. Yang masuk akal tentunya hanya mengandung satu angka yang

diragukan.
64

Pengukuran baru akan memberikan hasil yang berbeda bila penggaris yang

digunakan pada pengukuran itu memiliki skala terkecil seperti pada gambar

berikut:

papan

1 2 3 4

Gambar 2.23 Pengukuran Papan Dengan Mistar Yang Memiliki Skala


Karena penggaris
Terkecil 1 mm yang digunakan memiliki skala terkecil 1 mm, hasilnya bisa
dilaporkan sebagai 3,24 cm. Alasannya, angka 3 dan 2 itu merupakan angka pasti,

hanya angka 4 yang diragukan.dari peristiwa ini maka kita bisa menarik

kesimpulan bahwa ketelitian suatu pengukuran itu juga tergantung dari alat yang

digunakan. Semakin halus skalaa yang dimiliki oleh alat itu, semakin teliti

hasilnya. Atau dengan kata lain, semakin halus skala yang dimiliki oleh alat itu

semakin banyak angka penting yang boleh dituliskan. Ungkapan ini juga

bermakna bahwa ketelitian suatu pengukuran itu bisa kita lihat dari banyaknya

angka penting yang dilaporkan. Mengenai angka penting ini ada beberapa aturan

yang harus kita taati yaitu seperti berikut:

 Semua angka bukan nol adalah angka penting. Contoh: 345 m ( 3 angka

penting), 6.789 km (4 angka penting).

 Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka penting.

Contoh: 45.306 km (5 angka penting), 20,05 cm (4 angka penting).

 Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting, kecuali
65

bila ada penjelasan lain. Lazimnya penjelasan ini berupa garis di bawah angka

terakhir yang masih bisa dianggap penting. Contohnya: 45.000 m (5 angka

penting), 67.000 km(3 angka penting)

 Angka nol di sebelah kiri angka bukan nol, tetapi tidak didahului angka bukan

nol bukan angka penting. Contoh: 0,00245 m3 (3 angka penting).

2.4.8.1 Berhitung dengan Angka Penting

Misalkan kita hendak menghitung luas sebuah persegi panjang yang

panjang dan lebarnya diketahui masing-masing 4,23 cm dan 9,45 cm. Kalau kita

menuruti cara berhitung biasa, kita akan menghitungnya sebagai

. Pada

penghitungan ini, panjangnya hanya memiliki 3 angka penting, tetapi

hasilnya(luasnya) memiliki 6 angka penting. Jelas hal ini tidak masuk akal sebab

hasilnya memiliki ketelitian yang lebih tinggi daripada sumbernya. Yang masuk

akal, hasilnya harus memiliki 3 angka penting pula. Berhitung dengan hasil-hasil

pengukuran itu memang memiliki aturan. Aturan tersebut antara lain seperti

berikut:

 Hasil penjumlahan atau pengurangan hasil-hasil pengukuran harus dibulatkan

ke kolom yang mengandung angka pertama yang diragukan.


456,17
23,456

235,0807  253,1 415,591  415,59

 Hasil perkalian atau pembagian hasil-hasil pengukuran harus dibulatkan

sehingga memiliki angka penting sebanyak faktor perkalian yang tersedikit


66

angka pentingnya.

 Hasil perpangkatan yang merupakan hasil pengukuran harus dibulatkan

sehingga memiliki angka penting sebanyak hasil yang dipangkatkan itu.

 Bila hasil pengukuran ditarik akarnya, hasilnya memiliki angka penting

sebanyak hasil yang ditarik akarnya itu.

 Bila hasil pengukuran dibagi atau dikalikan dengan bilangan eksak, hasilnya

memiliki angka penting sebanyak hasil pengukuran yang dikalikan itu.

 Bila angka eksak dibagi angka eksak, hasilnya boleh dituliskan sesuai

keperluan.

Acuan Pembulatan Angka Penting adalah sebagai berikut:

1) Bila angka yang akan dibuang itu lebih kecil dari 5, maka angka disebelah
67

kiri angka yang akan dibuang itu besarnya tetap.

2) Bila angka yang akan dibuang itu lebih besar dari 5, maka angka disebelah

kiri angka yang akan dibuang itu harus ditambah 1.

3) Bila angka yang akan dibuang adalah 5, tetapi angka-angka di sebelah kanan

5 itu tidak semuanya nol, maka angka di sebelah kiri 5 itu ditambah 1.

4) Bila angka yang akan dibuang adalah 5, tetapi angka-angka di sebelah kanan

5 itu semuanya nol, maka angka disebelah kiri 5 itu harus ditambah 1 bila

angka itu angka ganjil. Kalau angkanya genap, angka itu tetap dipertahankan.

2.5 Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini akan dianalisis tentang penilaian ranah kognitif pada

siswa kelas X terhadap materi Pengukuran. Ranah kognitif adalah ranah yang

mencakup kegiatan mental (otak). Ranah kognitif berkenaan dengan penguasaan

materi yang telah dipelajari oleh siswa. Cara mengetahuinya yaitu dengan

memberikan tes diagnostik kepada siswa. tes diagnostik adalah tes yang

digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut

dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan

yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa (Arikunto, 2008:44).

Dari hasil tes ini selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kesulitan pemahaman

konsep Pengukuran.
68

Jawaban dari tes yang telah

diberikan kepada siswa

Evaluasi penguasaan

konsep siswa

C1 C2 C3 C4 C5 C6
Aplikas
Pengetahua Pemahama i Analisi Sintesi evaluas

n n s s i

Hasil analisis penguasaan konsep siswa dan prosentase kesulitan

yang dialami siswa pada tiap tahap kemampuan siswa dalam

menguasai konsep besaran dan satuan

Saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa dan mengurangi kesulitan yang dialami siswa berdasarkan

hasil1.
Gambar analisis yang
Diagram didapat.Berpikir
Kerangka

Data pada penelitian ini didapat dengan memberikan tes kepada siswa

yang sebelumnya telah diujicobakan dan dinilai validitas, realibilitas, taraf

kesukaran soal dan juga daya beda. Dari jawaban soal tes yang diberikan kepada

siswa dicari kesalahan yang banyak dilakukan siswa sehingga didapat kesulitan

yang dialami siswa dalam menguasai konsep besaran dan satuan tersebut. Dari

kesulitan tersebut dicari cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kesulitan

yang dialami oleh siswa.


69

2.5 Anggapan Dasar


Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

(1) Setiap siswa yang menjadi sampel dalam penelitian menerima materi Besaran

dan Satuan yang sama

(2) Setiap siswa yang menjadi sampel penelitian ini memiliki kesempatan belajar

yang sama.

(3) Setiap siswa memiliki kesulitan pemahaman yang berbeda-beda terhadap mata

pelajaran Fisika khususnya materi besaran dan satuan.

(4) Faktor-faktor lain diluar variabel yang diteliti diabaikan.


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif

dengan pendekatan deskriptif. Dalam penelitian kuantitatif ini, peneliti menelusuri

tentang kesulitan pemahaman konsep Fisika pada materi besaran dan satuan.

3.1.1 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ditentukan dengan metode simple random sampling

yaitu dari 6 kelas diambil 1 kelas sebagai sampelnya. Pengambilan 1 kelas sebagai

sampel tersebut dilakukan secara acak, karena dari hasil observasi yang telah

dilakukan peneliti sebelum dilakukan penelitian didapatkan bahwa rata-rata nilai

dari ke-6 kelas tadi tidak berbeda jauh.

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang analisis

kesulitan pemahaman konsep Fisika pada materi besaran dan satuan adalah

sebagai berikut:

1. Dokumentasi.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan teknik dokumentasi adalah

studi dokumen. Adapun dokumen yang dihimpun oleh peneliti adalah data nama
67
68

siswa, nilai-nilai Semester Gasal siswa kelas X SMA Negeri 1 Sale yang menjadi

anggota populasi.

2. Teknik tes

Tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa adalah

tes penguasaan konsep, yaitu tes yang berisi soal C1, C2, C3, C4, C5, dan C6.

3.1.3 Instrumen Penelitian

3.1.3.1. Uji coba soal

Sebelum penulis melakukan penelitian, langkah awal yang ditempuh

peneliti adalah mengadakan pengujian terhadap alat ukur yaitu berupa tes yang

digunakan sebagai alat pengumpul data tentang pemahaman siswa pada konsep

besaran dan satuan yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya

pembeda soal. Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen tes dipilih 26 soal

dari 38 soal yang kemudian digunakan. Soal yang tidak terpilih adalah soal nomor

2, 7, 8, 10, 15, 20, 26, 27, 32, 34, dan 35. Kriteria soal yang dipilih berdasarkan

uji kevalidan, realibilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal.

1. Validitas Soal

Menurut Arikunto (2006) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang

valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.

Keterangan
69

rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = jumlah siswa

X = skor butir soal (item 1,2,3, ...,14)

Y = skor total butir soal

Soal dinyatakan valid apabila dalam perhitungan diperoleh thitung > ttabel.

Dengan N = 31 dengan taraf signifikan 5% diperoleh rtabel= 0,355. Item soal

dikatakan valid jika rhitung > 0,355(rhitung lebih besar dari 0,355). Dari hasilanalisis

diperoleh soal valid dari 38 butir nomor soal. Soal valid tersebut yaitu nomor 1, 3,

4, 5, 6, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 28, 30, 31, 33, 36,

37, dan 38 , sedangkan soal yang tidak valid nomor 2, 7, 8, 10, 20, 26, 27, 29, 32,

34 dan 35, data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

2. Reliabilitas

Menurut Arikunto (2006) reliabel artinya dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Instrumen harus reliabel mengandung arti bahwa instrumen tersebut

cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Untuk

mencari reliabilitas soal peneliti menggunakan rumus K-R 20.

r11 =

Keterangan:
r11 = reliabilitas instumen
k = banyaknya butir pertanyaan
vt = varians total
p = proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek
yang mendapat skor 1)
70

p =

q = proporsi subjek yang mendapat skor 0 (1-p)


Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel jika

r11> rtabel, maka instrument tersebut reliable. r11 yang diperoleh adalah 0,823567

dan rtabel untuk responden 31 orang dengan taraf signifikan 5% adalah 0,355.

Karena r11> rtabel maka instrumen reliabel.

3. Taraf kesukaran soal

Taraf kesukaran yaitu angka yang menjadi indikator mudah sukarnya soal

bagi siswa. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sukar. Tingkat kesukaran soal uraian dapat dianalisis dengan rumus:

Keterangan:

P = indeks kesukaran.

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul.

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Klasifikasi indeks kesukaran soal:

0 < P ≤ 30% = sukar


30 < P ≤ 70% = sedang
P > 70% = mudah
Dari analisis tingkat kesukaran soal uji coba didapatkan soal nomor 13, 15, 19, 22,

23, 25, 26, 34, 35, 36, 37, dan 38 dengan kriteria sukar, soal nomor 3, 4, 5, 6, 9,

11, 12, 14, 17, 18, 24, 27, 28, 30, 31, 32, dan 33 dengan kriteria sedang, dan soal

nomor 1, 2, 7, 8, 10, 16, 20, 21, dan 29 dengan kriteria mudah.


71

4. Daya beda

Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda soal menurut

Arikunto (2007: 213), dalam Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi)

adalah:

Keterangan:

D :indeks diskriminasi atau daya beda

:banyaknya peserta kelompok atas

:banyaknya peserta kelompok bawah

:banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar

:banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

:proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

:proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Klasifikasi daya pembeda soal.

0,00 ≤ ≤ 0,20 = Jelek

0,21 ≤ ≤ 0,40 = Cukup


72

0,41 ≤ ≤ 0,70 = Baik

0,71 ≤ ≤ 1,00 = Baik Sekali

Dari hasil analisis uji daya pembeda soal didapatkan soal nomor 2, 7, 8, 10, 15,

20, dan 27dengan kriteria jelek, soal nomor 4, 6, 9, 14, 16, 19, 21, 22, 23, 25, 26

dan 32 dengan kriteria cukup, soal nomor 1, 5, 11, 13, 17, 18, 24, 28, dan 34

dengan kriteria baik dan soal nomor 3, 12, 29, 30, 31, 33, 35, 36, 37 dan 38

dengan kriteria baik sekali.

3.1.4 Deskripsi dan Analisis Data

Analisis data menurut moleong (2007:280) adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data. Metode analisis data yang dimaksud adalah

metode yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh. Pengolahan data ini

merupakan cara untuk mencari kesimpulan atau generalisasi tentang suatu

keadaan dari suatu subyek penelitian.

Analisis data di sini meliputi analisis deskriptif terhadap tingkat kesulitan

penguasaan konsep besaran dan satuan. Adapun rumus untuk analisis deskripsi

persentase (Ali, 1993: 186) yaitu:

Keterangan :

= persentase tingkat kesulitan penguasaan yang dicari


73

n = siswa yang menjawab benar

N = jumlah seluruh siswa


Apabila persentase siswa yang mengalami kesulitan tinggi maka penguasaan

konsep siswa rendah, sedangkan apabila persentase siswa yang mengalami

kesulitan rendah maka penguasaan konsep siswa tinggi.


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk-bentuk kesulitan

yang dialami siswa dalam menguasai konsep Besaran dan Satuan. Data penelitian

yang didapatkan berupa jawaban pertanyaan yang berkaitan dengan konsep

Besaran dan Satuan. Data tersebut dikelompokkan menjadi tujuh kategori

kesulitan penguasaan konsep siswa sesuai dengan indikator penguasaan konsep

Besaran dan Satuan dan kemudian dianalisis. Hasil analisis menunjukkan bentuk-

bentuk kesulitan penguasaan konsep Besaran dan Satuan sebagai berikut:

1. Membedakan antara besaran pokok dan besaran turunan serta memberikan

contohnya. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini

adalah 3,33%.

2. Mengukur besaran panjang, massa, waktu dengan mempertimbangkan

ketelitian dan ketepatan. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami

kesulitan ini adalah 71,67%.

3. Menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam standar

internasional. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini

adalah yaitu 31,11%. .

74
75

4. Menentukan dimensi suatu besaran serta menerapkan analisis dimensional

dalam pemecahan masalah. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami

kesulitan ini adalah 65,33%.

5. Memahami aturan-aturan angka penting dan pengoperasiannya. Jumlah rata-

rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 63,33%.

6. Membedakan pengertian besaran vektor dan besaran skalar serta memberikan

contohnya. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini

adalah 70%.

7. Menjumlahkan dua vektor atau lebih secara analitis. Jumlah rata-rata

persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 80,95%.

Kesulitan paling dominan yang dialami oleh siswa pada penguasaan

konsep Besaran dan Satuan dapat diketahui dari rata-rata prosentase jumlah siswa

yang tidak dapat mengerjakan tes yang diberikan setelah peneliti mengadakan

penelitian. Dari data di atas dapat diketahui bahwa kesulitan paling dominan yang

di alami oleh siswa adalah berikut:

1. Menjumlahkan dua vektor atau lebih secara analitis. Jumlah rata-rata

persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 80,95%.

2. Mengukur besaran panjang, massa, waktu dengan mempertimbangkan

ketelitian dan ketepatan. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami

kesulitan ini adalah 71,67%.

3. Membedakan pengertian besaran vektor dan besaran skalar serta memberikan

contohnya. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini

adalah 70%.
76

4. Menentukan dimensi suatu besaran serta menerapkan analisis dimensional

dalam pemecahan masalah. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami

kesulitan ini adalah 65,33%.

5. Memahami aturan-aturan angka penting dan pengoperasiannya. Jumlah rata-

rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 63,33%.

6. Menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam standar

internasional. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini

adalah yaitu 31,11%.

7. Membedakan antara besaran pokok dan besaran turunan serta memberikan

contohnya. Jumlah rata-rata persentase siswa yang mengalami kesulitan ini

adalah 3,33%.

Dari soal-soal penelitian ada soal yang merupakan soal yang mengandung

hitungan dan juga soal yang mengandung konsep, soal yang mengandung

hitungan antara lain adalah soal nomor 1, 7, 8, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,

22, 23 dan 24 sedangkan soal yang mengandung konsep adalah soal nomor 2, 3, 4,

5, 6, 9, 10, 21, 25 dan 26. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan

soal yang mengandung hitungan adalah 65,11% sedangkan siswa yang mengalami

kesulitan dalam mengerjakan soal yang mengandung konsep adalah 61,21 %.

4.2 Pembahasan

1. Bentuk–bentuk kesulitan yang dialami siswa pada pemahaman konsep

Besaran dan Satuan.


77

Kesulitan yang dialami siswa dalam menguasai konsep Besaran dan

Satuan seperti terlihat pada deskripsi data pada hasil penelitian memiliki bentuk-

bentuk kesulitan seperti berikut:

1. Membedakan antara besaran pokok dan besaran turunan serta memberikan

contohnya.

Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 menunjukkan bahwa

hampir tidak ada siswa yang mengalami kesulitan untuk mengingat contoh

dari besaran pokok dan besaran turunan yang terdapat pada soal nomor 11,

terbukti dari 30 siswa hanya 1 siswa yang tidak menjawab dengan benar.

Persentase siswa yang menjawab benar adalah 96,67% yaitu 29 siswa dan

3,33% yaitu 1 siswa yang menjawab salah. Hal ini diduga disebabkan karena

siswa tidak dapat membedakan besaran yang termasuk contoh dari besaran

pokok dan besaran yang termasuk contoh dari besaran turunan.

2. Mengukur besaran panjang, massa, dan waktu dengan mempertimbangkan

ketelitian dan ketepatan, berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13

menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami siswa adalah sebagai berikut:

a. Siswa mengalami kesulitan untuk menentukan alat ukur yang tepat untuk

mengukur diameter dalam tutup botol pada soal nomor 2. Siswa yang

mengalami kesulitan ini sebanyak 17 siswa yaitu 56,67%, hal ini diduga

karena siswa tidak mengetahui cara penggunaan jangka sorong sehingga

banyak siswa yang menjawab salah dengan memilih mikrometer sekrup

yaitu 12 siswa (40%). Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur

panjang sebuah benda, untuk mengukur diameter luar, mengukur diameter


78

dalam, dan mengukur kedalaman sebuah benda. Dengan mengetahui

kegunaan jangka sorong siswa dapat menjawab soal pada nomor 2.

Mikrometer sekrup memang dapat mengukur diameter tetapi bukan

diameter dalam melainkan diameter luar, diduga karena hal tersebut

banyak siswa yang memilih jawaban mikrometer sekrup. Sedangkan siswa

yang menjawab mistar, neraca dan rollmeter diduga karena siswa benar-

benar tidak memahami penggunaan alat ukur besaran panjang.

b. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 siswa mengalami

kesulitan untuk menghitung massa air dalam tangki pada soal nomor 22.

Persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 73,33% yaitu 22

siswa dan 26,67% siswa menjawab benar yaitu 8 siswa. Siswa telah

mengetahui cara mengerjakan soal tersebut, mengetahui besaran apa saja

yang terdapat pada soal dan cara mengerjakannya akan tetapi jawaban

akhir yang didapat siswa salah. Hal ini diduga bahwa dalam melakukan

perhitungan pecahan matematika pada soal tersebut siswa mengalami

kesulitan.

c. Siswa mengalami kesulitan dalam mengkonversi satuan dari besaran

waktu. Hal tersebut terlihat dari data hasil penelitian pada lampiran 13

nomor 23 bahwa siswa yang menjawab salah sebanyak 46,67% yaitu 14

siswa sedangkan siswa yang menjawab benar adalah 16 siswa yaitu

56,67%, hal ini diduga karena siswa mengalami kebingungan dalam

melakukan konversi satuan waktu, siswa dapat melakukan konversi dari

hari ke jam dengan benar akan tetapi siswa mulai mengalami kesulitan
79

dalam melakukan konversi dari jam ke menit dan semakin mengalami

kesulitan dalam melakukan konversi dari menit ke detik, hal ini terbukti

ketika mengkonversi satuan dari hari ke jam siswa dapat menjawab

dengan benar tetapi ketika siswa melakukan konversi pada jam ke menit

jawaban siswa banyak yang salah begitu pula dari menit ke detik.

Kesulitan ini diduga karena siswa kurang teliti dalam melakukan

perhitungan perkalian dalam konversi waktu. Kekurang telitian siswa ini

dibuktikan dengan kesalahan hasil dari perhitungan perkalian karena

rumus yang digunakan sudah tepat akan tetapi hasil yang didapatkan salah.

d. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 terlihat bahwa siswa

mengalami kesulitan dalam menjawab soal nomor 24. Persentase siswa

yang mengalami kesulitan ini adalah 13,33% yaitu 4 siswa dan 86,67%

siswa menjawab benar yaitu 26 siswa Hal ini diduga karena siswa tidak

membaca dan memahami soal dengan benar sehingga terjadi kesalahan

dalam menjawab antara lain: siswa tidak menyebutkan data yang salah

dalam soal dan langsung melakukan perhitungan rata-rata data yang

diperoleh yang hasil perhitungannya adalah salah, siswa tidak

menyebutkan data yang salah tetapi hasil perhitungan rata-rata yang

dilakukan oleh siswa adalah benar, siswa tidak menghilangkan data yang

salah dan langsung melakukan perhitungan rata-rata, dan siswa dapat

menyebutkan data yang salah dengan tepat, tetapi hasil dari perhitungan

rata-ratanya salah karena siswa tidak menghilangkan data yang salah

tersebut dan mengikutsertakan data tersebut dalam perhitungan. Siswa


80

menyebutkan data yang salah pada soal tetapi data yang disebutkan siswa

tidak benar sehingga perhitungan rata-rata yang dilakukan siswa juga

menjadi tidak benar. Kesulitan ini dikarenakan siswa tidak mengetahui

data mana yang salah sehingga siswa menyebutkan data yang tidak benar.

e. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 siswa mengalami

kesulitan untuk menentukan alat ukur yang digunakan untuk mengukur

jarak dari rumah ke sekolah seperti yang terdapat pada soal nomor 25, dan

siswa juga tidak dapat menyebutkan besaran serta satuan yang diperoleh

dari pengukuran tersebut. Persentase siswa yang mengalami kesulitan ini

adalah 26,67% yaitu 8 siswa dan 73,33% siswa menjawab benar yaitu 22

siswa Kesulitan ini diduga karena siswa tidak mengetahui penggunaan dari

berbagai alat ukur, apa yang harus diukur dan bagaimana cara

mengukurnya sehingga jawaban dari siswa menjadi beragam.

Siswa dapat menyebutkan alat ukur yang tepat tetapi tidak dapat

menyebutkan besaran dan satuan yang yang diperoleh dari pengukuran

tersebut. Kesulitan ini diduga karena siswa belum memahami pengertian

dari besaran dan satuan serta contoh dari besaran dan satuan sehingga

siswa tidak mengetahui apa yang dimaksud dari soal.

Siswa tidak mengetahui alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak

dari rumah ke sekolah tetapi siswa dapat menyebutkan besaran dan satuan

yang terlibat dalam pengukuran tersebut dengan benar. Kesulitan ini

diduga karena siswa tidak mengetahui penggunaan dari alat ukur besaran

panjang.
81

f. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 hampir seluruh siswa

menjawab salah untuk soal nomor 26. Persentase siswa yang mengalami

kesulitan ini adalah 6,67% yaitu 2 siswa dan 93,33% siswa menjawab

benar yaitu 28 siswa. Siswa menjawab dengan benar tetapi dengan alasan

yang salah. Siswa mengalami kesulitan ini diduga karena siswa

menganggap berat dan massa adalah besaran yang sama sehingga siswa

tidak menyadari bahwa pernyataan yang salah adalah satuan terdapat pada

soal. Siswa menjawab dengan benar tetapi dengan alasan yang salah

karena terpengaruh pada kehidupan sehari-hari bahwa gula memiliki

satuan gram bukan kilogram padahal kedua satuan tersebut memiliki

besaran yang sama yaitu massa. Selain itu juga diduga bahwa siswa tidak

mengetahui kesalahan dari pernyataan karena pada kehidupan sehari-hari

pernyataan tentang besaran berat dengan satuan kg adalah benar. Jadi

siswa merasa tidak ada yang salah pada pernyataan pada soal nomor 26

tersebut.

3. Menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam standar

internasional.

a. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 nomor 1, siswa

mengalami kesulitan dalam mengkonversi satuan pada besaran turunan.

Persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 20% yaitu 6 siswa

dan 80% siswa menjawab benar yaitu 24 siswa, kesulitan ini diduga

karena siswa kesulitan dalam melakukan konversi lebih dari satu besaran.

Besaran turunan memiliki satuan lebih dari satu sehingga untuk


82

melakukan konversi juga tidak hanya satu kali tetapi sesuai dengan satuan

dari besaran tersebut, yaitu dalam soal ini adalah dua satuan dari besaran

pokok berat dan panjang jadi untuk mengkonversinya harus dua kali yaitu

melakukan konversi pada satuan besaran berat terlebih dahulu diteruskan

dengan besaran panjang atau sebaliknya.

b. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 nomor 3 terlihat bahwa

siswa tidak dapat menyatakan satuan dari tekanan ke dalam SI. Persentase

siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 50% yaitu 15 siswa dari 30

siswa, jadi siswa yang menjawab benar adaalah 50% yaitu 15 siswa. Hal

ini diduga karena siswa tidak mengetahui rumus dari tekanan yang benar

sehingga satuan yang didapatkan juga tidak benar. Dugaan lainnya adalah

siswa mengetahui rumus dari tekanan tetapi kurang teliti dalam melakukan

perkalian satuan sehingga memiliki hasil akhir yang salah. Siswa

mengetahui rumus dari tekanan tetapi siswa kurang teliti dalam melakukan

analisis satuan sehingga pangkat yang yang dihasilkan salah.

c. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 pada soal nomor 13

siswa mengalami kesulitan untuk menghitung massa jenis benda dalam SI

adalah 23,33% yaitu 7 siswa dan siswa yang menjawab benar adalah

76,67% yaitu 23 siswa. Kesulitan ini diduga karena siswa tidak

mengetahui rumus yang tepat untuk menghitung massa jenis dan siswa

tidak dapat melakukan konversi satuan dengan benar sehingga jawaban

yang dihasilkan salah. Dugaan lainnya adalah siswa menganggap liter


83

sama dengan m3 sehingga tidak dilakukan konversi dan langsung

melakukan perhitungan matematika.

4. Kesulitan yang dialami siswa dalam menentukan dimensi suatu besaran serta

menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah berdasarkan

lampiran 13 adalah sebagai berikut:

a. Pada soal nomor 4 siswa mengalami kesulitan dalam mencari besaran dari

dimensi ML-1T-2. Siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 40% yaitu 12

siswa dan siswa yang menjawab benar adalah 60% yaitu 18 siswa. Siswa

mengalami kesulitan ini diduga karena siswa tidak dapat mengingat satuan

besaran dalam bentuk dimensi dan siswa tidak mengingat rumus yang

tepat dari besaran-besaran yang terlibat pada soal sehingga satuan yang

didapatkan salah dan dimensi yang didapatkan juga salah. Selain itu juga

diduga bahwa siswa tidak mengetahui satuan dari besaran yang diketahui

sehingga siswa tidak bisa melakukan analisis satuan dan siswa kurang

teliti dalam melakukan perhitungan pada pangkat satuan sehingga satuan

yang dihasilkan salah.

b. Pada soal nomor 5 siswa mengalami kesulitan untuk mencari besaran yang

memiliki dimensi yang sama dengan dimensi k. Siswa mengalami

kesulitan ini adalah 14 siswa dari 30 siswa yaitu 46,67% dan siswa yang

menjawab benar adalah 16 siswa yaitu 53,33%, hal ini diduga karena

siswa tidak memahami soal dengan benar sehingga terjadi

kesalahpahaman pada maksud soal dan membuat siswa menjawab

pengertian dari simbol k pada soal bukan menjawab besaran yang


84

memiliki dimensi yang sama dengan k. Kekurangtelitian siswa dalam

melakukan analisis juga diduga menjadi penyebab kesulitan ini.

c. Pada soal nomor 9, siswa mengalami kesulitan dalam menghitung rumus

dimensi tetapan gas umum. Siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 5

16,67% yaitu 5 siswa dan siswa yang menjawab benar adalah 83,33%

yaitu 25 siswa. Hal ini diduga karena siswa kurang teliti dalam melakukan

analisis dimensi sehingga hasil akhir yang didapatkan salah.

d. Pada soal nomor 10 hampir semua siswa mengalami kesulitan untuk

menghitung dimensi E dari suatu fungsi, terbukti dari 30 siswa hanya ada

1 siswa (3,33%) yang menjawab dengan benar dan 96,67% yaitu 29 siswa

menjawab salah. Hal ini diduga karena siswa kurang teliti dalam

melakukan analisis pada fungsi tersebut, karena terlihat dari jawaban siswa

yaitu siswa dapat mengerjakan dengan memasukkan satuan ke dalam

fungsi dengan benar tetapi hasil akhir yang didapatkan salah.

5. Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami aturan-aturan angka penting

dan pengoperasiannya berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13

nomor 7, 8, dan 12 diduga karena

a. siswa tidak mengetahui penggunaan angka penting dalam perhitungan

matematika. Penggunaan angka penting dalam perhitungan matematika di

sini memiliki arti yaitu operasi perkalian, pembagian, penjumlahan,

pengurangan, perpangkatan dan akar pangkat pada angka penting. Siswa

mengalami kesulitan karena diduga siswa tidak mengetahui aturan-aturan

dalam penggunaan angka penting sehingga siswa tidak menerapkan aturan


85

tersebut pada hasil perhitungan matematika yang diperoleh. Masih banyak

siswa yang mengalami kesulitan ini karena dari 30 siswa 13 siswa yaitu

43,33% menjawab salah karena kesulitan ini dan hanya 12 siswa yaitu

40% yang menjawab benar pada soal nomor 7. Sedangkan untuk nomor 12

siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 30% yaitu 9 siswa.

b. siswa tidak mengetahui penggunaan angka penting dalam perhitungan

matematika dan kurang teliti dalam melakukan perhitungan matematika

sehingga hasil yang didapatkan salah. Kesulitan ini terjadi pada 3,33%

yaitu 1 siswa pada soal nomor 7.

c. siswa tidak mengetahui penggunaan angka penting dalam perhitungan

matematika dan siswa juga tidak mengetahui acuan pembulatan angka

penting. Ada 6,67% siswa yang mengalami kesulitan ini yaitu 2 siswa dari

30 siswa. kesulitan ini terjadi pada soal nomor 7.

d. siswa mengetahui aturan penggunaan angka penting dalam perhitungan

matematika tetapi siswa tidak mengetahui acuan pembulatan pada angka

penting sehingga pembulatan yang dilakukan siswa. Hal ini terjadi pada

siswa yang memilih pilihan ganda E pada soal nomor 12 yaitu 16,67%

sebanyak 5 siswa dari 30 siswa. Kesulitan yang sama juga terjadi pada

6,67% siswa yaitu 2 siswa pada soal nomor 7.

e. siswa mengetahui ketentuan tentang angka penting dan bukan angka

penting tetapi siswa tidak mengetahui aturan penggunaan angka penting

dalam perhitungan matematika yaitu berapa angka penting yang dihasilkan


86

dari perhitungan tersebut. Pada kesulitan ini 6,67% siswa yang mengalami

kesulitan yaitu sebanyak 2 siswa yaitu pada soal nomor 8.

f. siswa tidak mengetahui ketentuan tentang angka penting dan bukan angka

penting. Siswa mengalami kesulitan ini dikarenakan siswa tidak

mengetahui mana angka penting dan mana yang bukan angka penting. Ini

terjadi pada angka nol yang terletak di belakang apakah termasuk angka

penting atau bukan. Hal ini terbukti pada soal nomor 8, karena 76,67%

yaitu 23 siswa dari 30 siswa menjawab pilihan ganda E.

6. Kesulitan yang dialami siswa dalam membedakan pengertian besaran vektor

dan besaran skalar serta memberikan contohnya berdasarkan data hasil

penelitian pada lampiran 13 soal nomor 21 adalah siswa mengalami kesulitan

dalam mengingat pengertian tentang besaran vektor dan tidak bisa

memberikan contohnya. Persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah

30% yaitu 9 siswa dari 30 siswa, jadi siswa yang menjawab benar adaalah

70% yaitu 21 siswa. Siswa mengalami kesulitan ini diduga karena siswa

belum hapal pengertian dari besaran vektor dan contoh dari besaran vektor

tersebut. Siswa mengalami kesulitan dalam mengingat pengertian besaran

vektor tapi dapat memberikan contoh besaran vektor dengan benar. Siswa

mengalami kesulitan ini dikarenakan siswa tidak mengingat pengertian

besaran vektor secara tepat, siswa hanya dapat mengingat sebagian dari

pengertian dari besaran vektor, akan tetapi siswa dapat menyebutkan dengan

benar contoh dari besaran vektor tersebut. Siswa dapat memberikan penjelasan

tentang pengertian besaran vektor dengan benar tetapi siswa tidak memberikan
87

contohnya. Siswa mengalami kesulitan ini dikarenakan siswa dapat mengingat

dengan jelas pengertian dari besaran vektor akan tetapi siswa tersebut tidak

dapat membedakan besaran yang termasuk kedalam besaran vektor sehingga

siswa tidak memberikan contohnya.

7. Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 13 kesulitan yang dialami

siswa dalam menjumlahkan dua vektor atau lebih secara analisis adalah

sebagai berikut:

a. Siswa tidak dapat menghitung resultan dari vektor yang ada di gambar

pada soal nomor 14. Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 90%

yaitu 27 siswa, hanya 10 % yaitu 3 siswa dari 30 siswa yang menjawab

dengan benar. Siswa mengalami kesulitan ini diduga karena siswa tidak

mengetahui rumus yang digunakan untuk mencari resultan pada soal,

sehingga siswa menggunakan rumus yang salah. Rumus yang digunakan

siswa untuk menghitung resultan antara lain, siswa hanya menjumlahkan

nilai dari Fx, siswa hanya menjumlahkan nilai dari Fx dan Fy pada salah

satu vektor gaya, siswa hanya menjumlahkan nilai dari Fx pada vektor

gaya pertama dan Fy pada vektor gaya kedua.

b. Pada soal nomor 15 siswa mengalmi kesulitan dalam menghitung nilai a.

siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 80% yaitu 24 siswa.

sedangkan 20% yaitu 6 siswa menjawab benar. Siswa mengalami

kesulitan ini duduga karena siswa tidak mengetahui rumus yang tepat

untuk digunakan untuk menyelesaikan soal. Dugaan lainnya adalah siswa


88

tidak mengetahui aturan atau cara menyelesaikan perhitungan vektor i dan

j pada bidang kartesius.

c. Siswa mengalami kesulitan untuk menghitung sudut apit antar dua vektor

seperti pada soal nomor 16. Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak

86,67% yaitu 26 siswa. sedangkan 13,33% yaitu 4 siswa menjawab benar.

Siswa mengalami kesulitan ini diduga karena siswa tidak mengetahui

rumus yang tepat untuk menyelesaikan soal. Siswa menggunakan sin α

pada rumus resultan bukan menggunakan cos α dan menghilangkan tanda

minus (-) sehingga hasilnya salah.

d. Siswa mengalami kesulitan untuk menghitung resultan dari tiga vektor

pada soal nomor 17. Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak

76,67% yaitu 23 siswa. sedangkan 23,33% yaitu 7 siswa menjawab benar.

Hal ini diduga karena siswa lupa dengan rumus dari resultan tiga vektor

sehingga siswa tidak menggunakan tanda akar pangkat ) untuk

mencari resultan dari vektor yang ada pada soal sehingga hasil yang

didapatkan salah.

e. Siswa mengalami kesulitan dalam menghitung resultan dua

vektor yang memilik sudut yang berubah-ubah seperti pada soal nomor 18.

Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 56,67% yaitu 17 siswa.

sedangkan 33,33% yaitu 13 siswa menjawab benar. Kesulitan ini diduga

karena siswa kurang mencermati soal dengan teliti sehingga sehingga

siswa tidak memperhatikan kalimat tidak mungkin pada soal dan langsung

menghitung resultan dari kedua vektor yang ada pada soal.


89

f. Siswa mengalami kesulitan dalam menghitung lintasan perahu pada soal

nomor 19. Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 90% yaitu 27

siswa. sedangkan 10% yaitu 3 siswa menjawab benar. Hal ini diduga

karena siswa tidak dapat menentukan rumus yang tepat untuk

menyelesaikan permasalahan dalam soal.

g. Siswa mengalami kesulitan dalam menghitung resultan tiga vektor dan

mencari arah resultannya pada soal nomor 20. Siswa menghitung resultan

dari ketiga vektor yang ada di soal dengan benar tetapi arah dari resultan

tersebut salah. Siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 86,67% yaitu

26 siswa. sedangkan 13,33% yaitu 4 siswa menjawab benar. Siswa

mengalami kesulitan ini diduga karena siswa tidak mengetahui rumus

yang digunakan untuk mencari arah dari resultan dan hanya menebak

untuk menentukan arah resultan. Dugaan lain siswa emngalami kesulitan

ini karena siswa kurang teliti dalam menghitung resultan tiga vektor yang

ada di soal sehingga arahnya juga salah. Siswa mengetahui rumus yang

digunakan dengan benar, tetapi hasil yang didapatkan salah karena siswa

kurang teliti dalam melakukan perhitungan. Karena ketelitian dalam suatu

perhitungan sangat berpengaruh pada hasil yang didapat.

2. Kesulitan paling dominan yang dialami oleh siswa dalam menguasai konsep

Besaran dan Satuan.

Kesulitan yang paling dominan dialami oleh siswa dalam menguasai

konsep Besaran dan Satuan terdapat pada indikator no.7 yaitu menjumlahkan dua
90

vektor atau lebih secara analitis. Jumlah rata-rata persentase siswa yang

mengalami kesulitan ini adalah 80,95%. Pada indikator tersebut terdapat berbagai

macam soal-soal tentang penjumlahan vektor mulai dari resultan dua vektor,

resultan dua vektor pada bidang kartesius, menentukan sudut apit antara dua

vektor, resultan tiga vektor, resultan dua gaya yang memiliki sudut α yang

berubah-ubah, dan arah resultan .

Bentuk-bentuk kesulitan yang dialami oleh siswa pada indikator ini diduga

karena

1) siswa belum memahami konsep penjumlahan vektor,

2) siswa tidak mengetahui rumus yang tepat untuk menemukan resultan dari

vektor yang dicari.

Bentuk-bentuk kesulitan ini terjadi karena materi Vektor merupakan

materi yang sangat baru. Siswa belum memiliki dasar dari materi vektor ditambah

dengan siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru tentang konsep

penjumlahan vektor menyebabkan banyak siswa yang mengalami kesulitan pada

indikator ini. Untuk menyelesaikan soal tentang konsep vektor siswa harus

memahami konsep dan mengetahui rumus dari resultan vektor yang dicari. Untuk

menguasai konsep Vektor, siswa harus memahami Trigonometri. Sedangkan

materi trigonometri baru diberikan kepada peserta didik pada kelas 10. Padahal

dalam pembelajaran Fisika, Trigonometri sangat penting untuk membahas

permasalahan besaran Vektor dan juga bahasan lain yang melibatkan besaran

sudut tertentu.
91

Kesulitan setelah Vektor adalah mengukur besaran panjang, massa dan

waktu dengan mempertimbangkan ketelitian dan ketepatan dengan persentase

siswa yang mengalammi kesulitan adalah 71,67%. Kesulitan ini diduga karena

siswa belum mengenal dan memahami alat ukur yang dipakai dalam pengukuran,

kekurangtelitian siswa dalam mengukur juga menjadi salah satu penyebab

kesulitan ini terjadi. Selain itu, pemahaman siswa tentang angka penting juga

sangat diperlukan karena dalam setiap pengukuran pasti akan menghasilkan angka

penting yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran. Hasil pengukuran dalam

Fisika tidak pernah eksak, selalu terjadi kesalahan pada waktu mengukurnya.

Kesalahan ini dapat diperkecil dengan adanya angka penting. Dengan

menggunakan angka penting, hasil pengukuran menjadi lebih seragam misalnya

hasil pengukuran dengan dua angka penting atau tiga angka penting. Hal ini tentu

saja dapat dilakukan dengan didukung dengan alat ukur yang lebih teliti sehingga

hasil pengukuran menjadi maksimal.

3. Persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal

Besaran dan Satuan (yang memerlukan hitungan).

Bentuk-bentuk kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-

soal hitungan pada konsep Besaran dan Satuan adalah:

1. Siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan besaran yang diketahui.

2. Siswa mengalami kesulitan dalam mengkonversi satuan.

3. Siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan rumus yang tepat untuk

digunakan.
92

4. Siswa tidak menggunakan tahap penyelesaian yang tepat.

5. Siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan satuan yang benar.

Bentuk-bentuk kesulitan ini terdapat pada soal no. 1, 7, 8, 12, 13, 14, 15,

16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, dan 24. Pada soal no.1 siswa diminta untuk

mengkonversi satuan ke dalam Sistem Internasional (SI), jumlah persentase siswa

yang mengalami kesulitan ini sebanyak 20%. Pada soal no.7 siswa diminta untuk

menghitung luas persegi panjang dan menerapkan aturan penulisan angka penting

pada hasil perhitungan luas tersebut, jumlah persentase siswa yang mengalami

kesulitan ini sebanyak 60%. Pada soal no.8 siswa diminta untuk menghitung luas

pelat seng dan menerapkan aturan penulisan angka penting pada hasil

perhitungan, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak

83,33%. Pada soal no.12 siswa diminta untuk menghitung panjang dua batang

besi yang disambungkan dan menerapkan penulisan angka penting pada hasil

hitungan, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan sebanyak 46,67%.

Pada soal no.13 siswa diminta untuk menghitung massa jenis suatu benda dan

menyatakannya dalam Sistem Internasional, jumlah siswa yang mengalami

kesulitan ini sebanyak 23,33%. Pada soal no.14 siswa diminta untuk menghitung

besar resultan pada gambar, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan

ini adalah 90%. Pada soal no.15 siswa diminta untuk mencari nilai dari vektor

perpindahan bila diketahui gaya dan usaha, jumlah siswa yang mengalami

kesulitan ini adalah 80%. Pada soal no.16 siswa diminta untuk menghitung sudut

apit dua vektor gaya, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini
93

sebanyak 86,67%. Pada soal no. 17 siswa diminta untuk menghitung resultan tiga

gaya dengan membaca gambar yang terdapat pada soal, jumlah persentase siswa

yang mengalami kesulitan ini adalah 76,67%. Pada soal no.18 siswa diminta

untuk mencari nilai resultan yang salah pada pilihan ganda, jumlah persentase

siswa yang mengalami kesulitan ini adalah 56,67%. Pada soal no.19 siswa diminta

untuk menghitung lintasan perahu menyeberangi sungai berarus, jumlah

persentase siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 90%. Pada soal no.20

siswa diminta untuk menghitung besar nilai dan arah dari resultan tiga gaya pada

bidang kartesius, jumlah persentase siswa yang mengalami kesulitan ini adalah

86,67%. Pada soal no.22 siswa diminta untuk menghitung massa air dalam tangki,

siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 73,33%. Pada soal no.23 siswa

diminta untuk mengkonversi periode bulan dalam jam, menit dan detik, jumlah

persentase siswa yang mengalami kesulitan ini sebanyak 46,67%. Pada soal no.24

siswa diminta untuk menghitung jumlah rata-rata data hasil pengukuran dengan

menghilangkan data yang salah, jumlah persentase siswa yang mengalami

kesulitan ini sebanyak 86,67%. Jadi rata-rata persentase siswa yang mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan soal hitungan pada konsep Besaran dan Satuan

sebanyak 65,11 %.

Fisika adalah ilmu yang senantiasa mencoba untuk dapat menjelaskan

berbagai peristiwa alam dengan hukum alam yang bekerja. Dari peristiwa tersebut

kita akan mengenal besaran-besaran fisika yang dibicarakan dan menjadi faktor

pendukungnya. Besaran di dalam fisika merupakan suatu hal yang dapat kita ukur

dan kita nyatakan dengan bilangan. Ketika kita mengukur suatu besaran, kita
94

selalu membandingkannya terhadap suatu acuan standar. Standar tersebut

didefinisikan sebagai satuan (unit) besaran. Untuk membuat pengukuran handal,

kita memerlukan satuan pengukuran yang tidak berubah dan dapat diduplikasi

oleh pengamat di berbagai lokasi. Sistem satuan yang digunakan oleh para

ilmuwan dan insinyur di seluruh dunia disebut sebagai sistem internasional

(Young dan Freedman, 2002:3-4). Peranan pengukuran dalam perkembangan ilmu

pengetahuan tidaklah dapat diabaikan. Sebagian besar ilmu pengetahuan tidak

dapat menghindarkan diri dari pengukuran. Melalui pengukuran, seseorang dapat

membedakan obyek secara mudah dari sifat-sifat tertentu yang berbeda, tetapi

mirip satu sama lain. Pendidikan di Indonesia menganggap peserta didik perlu

dibekali pengetahuan tentang Besaran dan Satuan. Sebagai contoh pada kurikulum

Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdapat materi Besaran dan Satuan pada mata

pelajaran IPA kelas VII, dan di Sekolah Menengah Atas (SMA) terdapat materi

Besaran dan Satuan pada kelas X. Kenyataan ini menunjukkan bahwa seorang

peserta didik yang menyelesaikan pendidikan sampai jenjang tertentu diharapkan

telah memiliki pengetahuan tentang Besaran dan Satuan. Pentingnya penguasaan

konsep Besaran dan Satuan adalah sebagai berikut:

1) sebagai prasyarat untuk mendalami materi lanjutan,

2) sebagai bekal untuk diterapkan dalam kehidupan.

Itulah mengapa bab pengukuran, Besaran dan Satuan diberikan pada awal

tahun pelajaran, karena Besaran dan Satuan merupakan dasar dari pembelajaran

Fisika, semua yang berhubungan dengan Fisika akan melakukan pengukuran,

menghasilkan besaran yang memiliki satuan. Dari penjelasan tersebut dapat kita
95

ketahui bahwa Fisika sangat erat kaitannya dengan Besaran dan Satuan. Setiap

pembelajaran Fisika, kita pasti akan menemukan Besaran dan Satuan sehingga

untuk memahami konsep-konsep Fisika, kita harus menguasai masalah Besaran

dan Satuan. Contohnya dapat dilihat pada pembahasan di atas, dalam mengerjakan

soal-soal Fisika apabila kita tidak mengetahui Besaran dan Satuan apa saja yang

terlibat dalam mengerjakan soal tersebut maka kita tidak akan bisa mengerjakan

soal-soal tersebut. Kita tidak mengetahui besaran apa yang diketahui, besaran apa

yang ditanyakan dan bagaimana cara mengerjakan soal tersebut. Tetapi apabila

kita menguasai Besaran dan Satuan dengan baik maka kita dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mudah, karena dasar dari Fisika adalah

besaran, satuan dan pengukuran dan ketiganya tidak akan bisa dipisahkan karena

besaran pasti memiliki satuan dan dalam proses Fisika pasti akan terjadi

pengukuran.

Seperti terlihat pada pembahasan di atas, penguasaan konsep siswa tentang

besaran, satuan dan pengukuran masih kurang, siswa masih mengalami banyak

kesulitan di setiap indikator untuk menguasai konsep Besaran dan Satuan kecuali

untuk indikator pertama yaitu membedakan antara besaran pokok dan besaran

turunan serta dapat memberikan contohnya, siswa telah dapat membedakan

dengan baik antara besaran pokok dan besaran turunan karena hanya 1 siswa yang

menjawab salah sedangkan untuk indikator lainnya masih banyak siswa yang

mengalami kesulitan. Karena melihat pentingnya konsep materi Besaran dan

Satuan dan masih banyaknya kesulitan yang dialami siswa maka pembelajaran

Fisika pada materi Besaran dan Satuan terutama vektor dan pengukuran untuk
96

lebih di fokuskan dan diutamakan dalam pembelajaran pada kelas 10, sehingga

penguasaan konsep fisika akan lebih mudah untuk kedepannya.

Penelitian ini baru mengkaji tentang faktor internal dari kesulitan siswa

dalam menguasai dan memahami konsep besaran, satuan dan pengukuran.

Harapannya dilakukan penelitian yang mengkaji faktor-faktor lain sebagai

penyempurna penelitian ini.


BAB 5

PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat

dikemukakan beberapa kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut,

1. Persentase siswa yang mengalami kesulitan pada kategori

a) menjumlahkan dua vektor atau lebih secara analitis sebesar 80,95%.

b) mengukur besaran panjang, massa, waktu dengan mempertimbangkan

ketelitian dan ketepatan sebesar 71,67%.

c) membedakan pengertian besaran vektor dan besaran skalar serta

memberikan contohnya sebesar 70%.

d) menentukan dimensi suatu besaran serta menerapkan analisis dimensional

dalam pemecahan masalah sebesar 65,33%.

e) memahami aturan-aturan angka penting dan pengoperasiannya sebesar

63,33%.

f) menuliskan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam standar

internasional sebesar 31,11%.

g) membedakan antara besaran pokok dan besaran turunan serta memberikan

contohnya sebesar 3,33%.

2. Kategori kesulitan paling dominan yang dialami siswa adalah menjumlahkan

dua vektor atau lebih secara analitis.


97
98

3. Persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

hitungan adalah 65,11%.

5.2 SARAN

1. Pemberian dasar Trigonometri perlu dilakukan sebagai dasar pembelajaran

materi Vektor.

2. Dalam menyampaikan materi pengukuran, pembelajaran ditambah dengan

praktek perlu dilakukan untuk membantu peserta didik dalam memahami

macam-macam alat ukur dan cara penggunaannya.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Y . 2010 . Pemahaman Mahasiswa terhadap Konsep Medan Listrik.


Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2010. ISSN 978-979-8510-11-3.
Abdullah, S., & M. Abbas. 2006. The effect of inquiry-based computer simulation
with cooperative learning on scientific thinking and conceptual
understanding. Malaysian On Line journal of Instructional Technology.
3(2). 1-16.
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Ahmadi, A. & W. Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, M. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Bloom. B. S., G. S. Madaus, & J. T. Hastings. 1981 . Evaluation to Improve


Learning. America: Mc.Graw-Hill, Inc.

Bilal, E. & M, Erol. 2009. investigating student conceptions of some electricity


concepts. Turkey On Line Journal of Dokuz Eylul University,193-201.

Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Hamalik, O . 1990 . Metoda belajar dan kesulitan-kesulitan belajar.Bandung :


Penerbit Tarsito.

Hamalik , O . 2003 . Proses Belajar Mengajar . Jakarta: Bumi Aksara.

Hancer, A. H., & N. Durkan . 2008 . Turkish Pupils Understanding of Physical


Concept: Force and Movement. World Applied Sciences Journal 3 (1): 45-
50.

Irya, E. A. 2009. Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Gerak


dengan Menggunakan Model pembelajaran Konstruktivisme dengan
metode Demosntrasi. Skripsi. S1 Pendidikan Fisika Unila : Tidak
Diterbitkan.

99
100

Krathwohl. D. R. 2002. A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. Theory


Into Practice, Volume 41, Number 4, Autumn 2002.

Liliasari. 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skill Relationship the
21st Century Science Education. Prossiding Seminar Internasional
Pendidikan IPA. FPS UPI Bandung.

Mariana, I. M. A., & W, Praginda. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA.
Jakarta: PPPPTK IPA.

Martin, M. O., I. V. S. Mullis., P. Foy, & G. M. Stanco. 2012. Timss 2011


International Results in Science. Amsterdam: TIMSS & PIRLS International
Study Center.

Memes, W. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP. Jakarta: Proyek


Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdiknas.

Moleong , L . J . 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Nasution . 1991. Metode research. Bandung: Jemmais.

PP No. 10 Tahun 1987 Tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan Dan Satuan
Lain Yang Berlaku.

Panprueksa, K., N. Phonphok., M. Boonprakob, & C. Dahsah . 2012. Thai


Students Conceptual Understanding on force and Motion. 2012
International Conference on Education and management Innovation IPEDR,
30(1): 275-279.

Poerwadarminta, W. J. S. 1961. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jilid 1. Jakarta :


Balai Pustaka.

Purwanto, N . 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung : Remaja


Rosdakarya .

Purwanto, N. 2004 . Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung :


Remaja Rosdakarya.

Pusat Kurikulum. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA.


Jakarta: Depdiknas.

Puspita, L. 2007. Peningkatan Minat, kemampuan Berpikir Kritis, dan


Penguasaan Konsep Optika Geometri Melalui Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM). Skripsi. S1 Pendidikan Fisika Unila : Tidak diterbitkan.

Ramadhan, D. & Wasis. 2013. Analisis Perbandingan Level Kognitif dan


Keterampilan Proses Sains dalam Standar Isi (SI), Soal Ujian Nasional
101

(UN), Soal Trends In International Mathematics And Science Study


(TIMSS) dan Soal For Programme For International Student Assessment
(PISA). Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika 2(1): 20-25.

Rifa‟i, A & C. T. Anni . 2011 . Psikologi Pendidikan . Semarang: Unnes Press.

Rumiyanti, L. 2010. Pengaruh Tingkat Berpikir dan Cara Belajar Siswa


Terhadap Penguasaan Konsep Fisika pada Siswa Kelas XI IPA Semester
Genap SMA YP Unila. Skripsi. S1 Pendidikan Fisika Unila : Tidak
diterbitkan.

Sagala, S. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sapuroh, S. 2010. Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Memahami Konsep

Biologi pada Konsep Monera di MAN Serpong Tangerang. Skripsi. S1

Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah. Tidak Diterbitkan.

Sardiman. 2007.Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : Raja Grafindo


Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-gaktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka


Cipta.

Subratha, I. N. & K, Suma. 2009.Pengembangan Model ICI dengan ALPS KIT


untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biofisika Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Biologi. Jurnal Penelititan dan Pengembangan Pendidikan, 3(1).43-55.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru


Algensido Offset.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA.

Sumarno, J. 2009. Fisika, Untuk SMA/MA Kelas X(BSE). Jakarta : Pusat


Perbukuan,Departemen Pendidikan Nasional.

Suparmita. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Interactive Conceptual


Instruction (ICI) Terhadap Penguasaan Konsep Ipa Siswa Kelas V Sekolah
Dasar.Undiksha. Skripsi. SI Pendidikan Fisika Undiksha : Tidak diterbitkan.

Suryosubroto, B. 2008. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta

Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


102

UU No. 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal.

Widodo, Y. T. B. 2006. Brilliant Solution- Cara Cerdas Mengerjakan Soal Fisika


Mekanika untuk SMA/MA. Yogyakarta: Andi Offset.

Young, H. D & Freedman, R. A. 2002. Fisika Universitas (terjemahan). Jakarta :


Erlanga.
103

Lampiran 1

Daftar Nama Responden

No. Nama Responden


1 Agung Sedayuf A.I
2 Agustina
3 Ahmad Ridwan
4 Aldi Wahyu N
5 Bramantyo S.H
6 Dhanis Andlah
7 Dwi Yunita Indah
8 Elisa Candra I
9 Ferolina Alfi Faradila
10 Fidia Ulfa
11 Fitri Puspitaningsih
12 Idham Kholid
13 Juwana Elvi Setiani
14 Kholifatun Ni'mah
15 Kumar
16 Linda Novia
17 Lugiyartiningsih
18 Luvi Nuraidah
19 Meita Prihastuty.N
20 Miftakhun Rohmat
21 Nur Halimah
22 Puji Rahayu Ningsih
23 Puji Rahmawati
24 Retno Fitria.N
25 Retno Wulan.H
26 Rizalina S.U
27 Santi
28 Soleh
29 Tedi Sunaryono
30 Uswatun Chasanah

Selanjutnya identitas responden diganti dengan KS-X.


104

Lampiran 2

KISI-KISI SOAL UJI COBA


Nama Sekolah : SMAN 1 Sale
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Standar kompetensi : 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengkurannya.
Jenjang soal
Kompetensi Dasar Indikator
C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6
1.1 Mengukur besaran fisika  Membedakan antara besaran pokok 2, 16, 29
dan besaran turunan serta dapat
(massa, panjang, dan waktu)
memberikan contohnya.
 Mengukur besaran panjang , massa, 3, 10, 11, 12, 31, 36, 37, 38.
dan waktu dengan 32, 33, 15, 17,
mempertimbangkan ketelitian dan 27 , 35
ketepatan.
 Menuliskan satuan besaran pokok 1, 4, 18,
dan besaran turunan dalam standar
internasional.
105

 Menentukan dimensi suatu besaran 5, 7, 8, 6, 13 14,


serta menerapkan analisis 9,
dimensional dalam pemecahan
masalah.
 Memahami aturan-aturan angka
penting dan pengoperasiannya.

 Membedakan pengertian besaran 30


1.2 Melakukan penjumlahan
vektor dan besaran skalar serta
vektor.
memberikan contoh.
 Menjumlahkan dua vektor atau 19, 20, 21,
lebih secara analisis. 22, 23,
24, 25,
26, 28,
34,
106

Lampiran 3
INSTRUMEN UJI COBA SOAL PENGUASAAN KONSEP

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Sale

Kelas / Semester :X/1

Materi : Besaran dan Satuan

No. Abs :

Sebelum menjawab soal bacalah baik-baik perintah yang ada pada soal tersebut!

1. Besar massa jenis raksa ialah 13,6 gram/cm3. Dalam Sistem Internasional (SI)
besarnya adalah….
A. 1,36 kg/m3
B. 13,6 kg/m3
C. 136 kg/m3
D. 1.360 kg/m3
E. 13.600 kg/m3
2. Diantara kelompok besaran berikut, yang termasuk kelompok besaran pokok
dalam Sistem Internasional adalah .
A. panjang, luas, waktu, jumlah zat

B. kuat arus, intersitas cahaya, suhu, waktu

C. volume, suhu, massa, kuat arus

D. kuat arus, panjang, massa, tekanan

E. intensitas cahaya, kecepatan, percepatan, waktu

3. Alat ukur manakah yang cocok untuk digunakan mengukur diameter dalam
tutup botol….
A. mistar
B. jangka sorong
C. mikrometer sekrup
D. neraca
E. rollmeter
4. Satuan tekanan jika dinyatakan dalam Sistem Internasional (SI) adalah….
A. kg.m.s
B. kg.m.s-1
107

C. kg.m-1.s-1
D. kg.m-1.s-2
E. kg.m-2.s-2
5. Besaran yang memiliki dimensi ML-1T-2 adalah besaran….
A. gaya
B. energi
C. daya
D. tekanan
E. momentum
6. Pada hukum Boyle jika P adalah tekanan dan V adalah volume maka

dimensi k adalah….
A. daya
B. usaha
C. momentum linear
D. suhu
E. konstanta pegas
7. Dimensi daya adalah….
A.MLT-3

B.MLT-2

C.ML2T-1

D.ML2T-2

E.ML2T -3

8. Rumus dimensi momentum adalah .


A.MLT2

B.ML-1T

C.MLT-1

D.ML-2T2

E.ML-1T-1

9. Dimensi dari berat jenis adalah….


A. ML-1T-4
B. M2LT-2
C. ML-2T-1
108

D. ML-2T-2
E. MLT-2
10. Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup diperoleh hasil sebagai berikut:
Hasil dari pengukuran di atas

adalah .

A. 4,25 mm

B. 4,28 mm

C. 4,30 mm

D. 4,32 mm

E. 4,35 mm

11. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu persegi panjang masing-masing
12,61 cm dan 5,2 cm. Menurut aturan penulisan angka penting, luas bangunan
tersebut adalah ….
A. 65 cm2
B. 65,572 cm2
C. 65,275 cm2
D. 65,60 cm2
E. 66 cm2
12. Hasil pengukuran pelat seng panjang 1,50 cm dan lebarnya 1,20 cm. Luas
pelat seng menurut aturan penulisan angka penting adalah ….
A. 1,8012 cm2
B. 1,801 cm2
C. 1,800 cm2
D. 1,80 cm2
E. 1,8 cm2
13. Hubungan antara volume , tekanan (P), suhu (T), serta jumlah molekul

atau partikel gas (n) ditentukan dengan persamaan sebagai berikut: ,

dimana R adalah tetapan gas umum. Rumus dimensi dari tetapan gas umum
(R) tersebut adalah….
A.
109

B.

C.

D.

E.

14. Suatu fungsi , dengan satuan dari A, B, C dan D berturut-turut

adalah s-1 , m, N dan m2, maka dimensi dari E adalah….

A. [M][L]-2
B. [M][L]-2[T]-1
C. [M][L]-3
D. [M][L]-3[T]-1
E. [M][L]3
15. Dari hasil pengukuran panjang, lebar dan tinggi suatu balok adalah 5,70
cm, 2,45 cm dan 1,62 cm. Volume balok dari hasil pengukuran tersebut
adalah .
A. 22,6 cm3

B. 22,60 cm3

C. 22,62 cm3

D. 22,623 cm3

E. 23,00 cm3

16. Berikut ini yang termasuk dalam kelompok besaran turunan adalah….
A. kecepatan, percepatan, waktu
B. panjang, berat, waktu
C. tekanan, jumlah zat, waktu
D. luas, volume, kecepatan
E. panjang, massa, gaya
110

17. Dari hasil pengukuran panjang batang baja dan besi masing-masing 1,257 m
dan 4,12 m, Jika kedua batang disambung, maka berdasarkan aturan penulisan
angka penting, panjangnya adalah ….
A. 5,380 m
B. 5,38 m
C. 5,377 m
D. 5,370 m
E. 5,37 m
18. Massa suatu benda 125 gram dan volumenya 0,625 liter, maka massa jenisnya
jika dinyatakan dalam SI adalah ….
A. 500 kg.m-3
B. 250 kg.m-3
C. 200 kg.m-3
D. 0,5 kg.m-3
E. 0,005 kg.m-3
19. Perhatikan vektor-vektor yang besar dan arahnya terlukis pada kertas berpetak
seperti gambar di bawah. Jika panjang satu petak adalah 1 N , maka besar
resultan kedua vektor adalah….
A. 6N
B. 7N
C. 8N
D. 9N
E. 10N
109

20. Dua buah vektor gaya dan masing-masing sebesar 3 N dan 5 N mengapit

sudut 60° dan bertitik tangkap sama. Besar resultan kedua vektor gaya tersebut
adalah .
A. 7 N
B. 8 N
C. 9 N
D. 10 N
E. 12 N
21. Sebuah gaya N melakukan usaha dengan titik tangkapnya

berpindah dengan perpindahan m dan vektor i dan j berturut-

turut adalah vektor satuan yang searah dengan sumbu-X dan sumbu-Y pada
koordinat Kartesius. Bila usaha itu bernilai 26 joule, maka nilai a sama
dengan….
A. 5
B. 6
C. 7
D. 8
E. 12
22. Dua vektor gaya dan masing-masing sebesar 3 N dan 8 N bertitik

tangkap sama, ternyata resultan gayanya sebesar 7 N. Sudut apit antara kedua
vektor gaya tersebut adalah ….
A. 30°
B. 45°
C. 60°
D. 90°
E. 120°
23. Tiga buah gaya dinyatakan seperti gambar di bawah ini. Jika

sin 530 adalah 0,8 dan sin 370 adalah 0,6 , berapakah resultan ketiga gaya
tersebut….
A.

B.

C. 20 N
D. 30 N
E. 50 N
110

24. Dua buah vektor gaya = 20 N dan = 80 N bertitik tangkap sama dan

saling membentuk sudut α yang berubah-ubah, maka besar resultan dari kedua
gaya tersebut tidak mungkin bernilai ….
A. 60 N D. 100 N
B. 70 N E. 120 N
C. 90 N
25. Sebuah perahu menyeberangi sungai yang lebarnya 180 meter dan kecepatan
arus airnya adalah 4 m/s. Bila perahu di arahkan menyilang tegak lurus sungai
dengan kecepatan 3 m/s, maka setelah sampai diseberang perahu telah
menempuh lintasan sejauh ….
A. 100 meter D. 320 meter
B. 240 meter E. 360 meter
C. 300 meter
26. Dua buah vektor dan masing-masing besarnya 20 satuan dan 15 satuan.

Kedua vektor tersebut membentuk sudut 120 . Resultan kedua gaya tersebut

mendekati .
A. 18 satuan D. 38 satuan

B. 30 satuan E. 48 satuan

C. 35 satuan

27. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu ruangan adalah 3,8 m dan 3,2 m.
Luas ruangan itu menurut aturan penulisan angka penting adalah .
A. 12 m2 D. 12,20 m2

B. 12,1 m2 E. 12,2 m2

C. 12,16 m2

28. Vektor = 20 N berimpit sumbu x positif, Vektor = 20 N bersudut 1200

terhadap dan = 24 N bersudut 2400 terhadap . Resultan ketiga gaya

pada pernyataan di atas adalah….


A. 4 N searah

B. 4 N berlawan arah dengan


111

C. 10 N searah

D. 16 N searah

E. 16 N berlawanan arah dengan

29. Apakah yang dimaksud dengan besaran pokok ?berikan contoh!


Jawab :

30. Apakah pengertian dari besaran vektor ? berikan contohnya!


Jawab :

31. Massa kosong sebuah tangki adalah 3,66 kg. Ketika diisi air sampai ketinggian
tertentu, massanya menjadi 51,7 kg. Berapakah massa air dalam tangki
tersebut ?
Jawab :

32. Sekarung beras massanya 1,3 kuintal. Nyatakan massa beras dalam ton,
kilogram, dan pound!
112

Jawab :

33. Periode planet Merkurius adalah 88 hari. Nyatakan periode dalam jam, menit,
dan detik!
Jawab :

34. Nilai suatu gaya adalah 400 N, sedangkan nilai komponen x nya adalah
-180 N. Hitung komponen y dan arah gaya tersebut!
Jawab :

35. Radius sebuah bola pejal 6,50 cm. Hitung luas permukaan dan volume bola!
Jawab :

36. Lima siswa mengukur panjang sebatang kayu dengan sebuah mistar. Hasil
pengukuran mereka dinyatakan sebagai berikut: 63,65 cm, 63,64 cm, 63,58
cm, 63,66 cm, dan 63,66 cm. seorang siswa melakukan kesalahan membaca
113

alat ukur. Siswa yang manakah itu? Dengan menghilangkan data yang salah,
hitunglah panjang rata-rata batang kayu!
Jawab :

37. Seorang siswa akan mengukur jarak dari rumah ke sekolahnya dengan
menggunakan pengukuran langsung, yaitu mengukur jalan yang
menghubungkan kedua tempat tersebut dengan menggunakan suatu alat ukur.
Coba kamu pikirkan, alat ukur apakah yang paling tepat digunakan dalam
pengukuran tersebut? Besaran dan satuan apa saja yang terlibat?
Jawab:

38. Seorang anak membeli gula di warung dan mengatakan, “berat gula yang
dibeli adalah 1 kg.” benarkah pernyataan anak itu?Berikan alasanmu!
Jawab:
114

Lampiran 4

Jawaban Soal Uji Coba

1. Besar

Sistem Internasional dari gram dan cm3 adalah kg dan m3.

Jadi jawabannya adalah E.


2. Yang termasuk besaran pokok adalah panjang, massa, waktu, kuat arus listrik,
suhu, jumlah zat dan intensitas cahaya.
Jadi jawabannya adalah B.
3. Alat ukur yang cocok digunakan untuk mengukur diameter tutup botol adalah
jangka sorong.
Jawabannya adalah B.
4. Satuan tekanan dalam Sistem Internasional adalah kg.m-1.s-2.
Jawabannya adalah D
5. Dimensi besaran ML-1T-2.
M = kg
L =m
T =s
ML-1T-2 = kg.m-1.s-2 ini adalah satuan dari tekanan.
Jawabannya adalah D.
115

6. Dalam rumus PV=k, P itu adalah tekanan yang bersatuan , sedang kan V

adalah volume yang bersatuan m3. Dari sini kita dapat satuan yang dimiliki k
yaitu .

Karena N x m = joule dan joule merupakan satuan dari energi maupun usaha
maka k mempunyai dimensi yang sama dengan usaha.
Jawabannya adalah B.
7. Satuan daya adalah watt. Karena watt = dan joule =N x m, maka

Jadi jawabannya adalah E.

8. Satuan momentum adalah

= MLT-1.

Jawabannya adalah C.
9. Satuan dari berat jenis adalah . Karena

Jadi dimensi berat jenis adalah ML-2T-2.


Jawabannya adalah D.
10. Dari gambar terlihat bahwa skala utama dari micrometer sekrup adalah 4 mm
dan skala noniusnya menunjukkan angka 30, maka
Skala utama = 4 mm
Skala nonius = 30 x 0,01
116

= 0,30 mm
Hasil pengukuran = 4 mm + 0,30 mm
= 4,30 mm.
Jawabannya adalah C.
11. Diketahui p = 12,61 cm
l = 5,2 cm
Ditanya L =…?(menurut penulisan angka penting)
Jawab L=pxl
=12,61 cm x 5,2 cm
= 65,572 cm2
Menurut penulisan angka penting hasil dari perkalian harus dibulatkan
sehinnga memiliki angka penting sebanyak faktor tersedikit angka pentingnya.
Jadi, hasilnya adalah 66 cm2. Jawabannya adalah E.
12. Diketahui p = 1,50 cm
l = 1,20 cm
Ditanya L =…?(menurut penulisan angka penting)
Jawab L=pxl
=1,50 cm x 1,20 cm
= 1,800 cm2
Menurut penulisan angka penting adalah 1,80 cm2.
Jawabannya adalah D.
13. Diketahui

Ditanya dimensi dari R…?


Jawab dimensi dari V = L3
P = ML-1T-2
n=N
T=T

Maka dimensi dari R adalah

Jadi jawabannya adalah C.


117

14.

Jawabannya adalah C

15. Diketahui p = 5,70 cm


l = 2,45 cm
t = 1,62 cm
Ditanya L =…?(menurut penulisan angka penting)
Jawab L=pxlxt
= 5,70 cm x 2,45 cm x 1,62 cm
= 22,6233 cm3
Menurut penulisan angka penting adalah 22,6 cm3.
118

Jadi jawabannya adalah A.


16. Dari soal Berikut yang termasuk dalam kelompok besaran turunan,
kecuali…
kata kecuali diatas mengacu pada yang buka besaran turunan, jadi yang
dimaksud dari soal ini adalah besaran pokok jadi jawabannya adalah D.
17. Diketahui p1 = 1,257 m.
p2 = 4,12 m.
Ditanya panjang kedua batang jika disambung…?(menurut penulisan angka
penting)
Jawab p = p1 + p2
P = 1,257 m + 4,12 m
P = 5,377 m
Menurut penulisan angka penting p = 5,38 m.
Jawabannya adalah B.
18. Diketahui m = 125 gram =0,125 kg
V = 0,625 liter =0,000625 m-3
Ditanya

Jawab

Jawabannya adalah C.
19. Diketahui Vx= 5 + 3 = 8 N
Vy= 1 + 3 = 4 N

Jawabannya adalah E.
20. Diketahui
119

Ditanya R…?

Jawab

R = =7N

Jadi jawabannya adalah A.


21. Diketahui

W = 26 J
Ditanya a…?
Jawab

26 Nm = (2)(4)Nm + (3)(a)Nm
26 = 8 + 3a
a = 6.
Jadi jawabannya adalah B.

22. Diketahui
120

Ditanya α…?
Jawab

7 =

49 = 73 + 48 cos α

Jadi jawabannya adalah E.


23. Diketahui
121

Ditanya R…..?

Jawab menguraikan vektor ke sumbu X dan sumbu Y

Vektor yang dalam perhitungan selanjutnya tidak digunakan lagi karena sudah
diuraikan tadi, dihapus saja, agar kelihatan lebih bersih, sisanya seperti ini:

Jumlah komponen vektor-vektor pada sumbu x dan y:

Jawabannya adalah B.

24. Diketahui
122

Ditanya R…?
Jawab

jadi jawabannya adalah E.


25. Diketahui lsungai = 180 m
Varus = 4m/s
Vperahu= 3 m/s (apabila tidak ada arus)
Ditanya panjang lintasan yang ditempuh perahu…? (perahudiarahkan
menyilang tegak lurus sungai)
Jawab agar lebih mudah keadaan di atas dapat digambarkan sebagai
berikut: B

α
Vperahu s
VR

A Varus

Kita anggap VR adalah kecepatan perahu bila ada arus.


Dengan menggunakan rumus Pythagoras diperoleh
123

Dengan trigonometri, diperoleh

Dari dua trigonometri diatas diperoleh


.

Jadi jawabannya adalah C.

26. Diketahui V1= 20 satuan


V2= 15 satuan
α = 1200
Ditanya R…?
Jawab R=

R=

R=

R= = =18 satuan

Jadi jawabannya adalah A.


27. Diketahui p = 3,8 m
l = 3,2 m
Ditanya L =…?(menurut penulisan angka penting)
124

Jawab L=pxl
=3,8 m x 3,2 m
= 12,16m2
Menurut penulisan angka penting adalah 12 m2.
Jawabannya adalah A.
28. Diketahui = 20 N berimpit sumbu-x positif

= 20 N bersudut 1200 terhadap

= 24 N bersudut 2400 terhadap

Ditanya R…?

Jawab agar lebih mudah untuk menghitung keadaan diatas dapat kita
gambarkan sebagai berikut:

F2

1200

F1

2400

F3
125

Menentukan arah resultan

(kalkulator)

Karena

Arah R berada pada kuadran III oleh karena itu

Jadi jawabannya adalah A.

29. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih
dahulu.
Contohnya adalah panjang, massa, kuat arus, intensitas cahaya, jumlah zat,
waktu, dan suhu.

30. Vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah.


Contohnya adalah gaya, perlambatan dan percepatan.

31. Diketahui mtangki = 3,66 kg


126

mtangki+air= 51,7 kg
Ditanya mair…?
Jawab

= 48,04 kg

Menurut penulisan angka penting mair adalah 48,0 kg.

32. Diketahui massa beras 1,3 kuintal.


Ditanya massa beras dalam ton…?
kg…?
pound…?
Jawab 1 ton = 1000 kg
1 kuintal = 100 kg
1 pound = 0,4536 kg
Karena 1 ton 1000 kg, maka 1 kuintal
=

Karena 1 kuintal = 100 kg, maka 1,3 kuintal = 1,3 x 100 kg = 130 kg.
Karena 1 pound = 0,4536 kg, maka 1 kg =

33. Diketahui periode planet Merkurius adalah 88 hari.


Ditanya periode planet Merkurius dalam jam…?
dalam menit…?
dalam detik…?
Jawab 1 jam = 60 menit
1 menit = 60 detik
1 hari = 24 jam = 1.440 menit = 86.400 detik.
1 hari = 24 jam ⇒88 hari = 88 x 24 jam = 2.112 jam.
127

1 hari = 1.440 menit ⇒88 hari = 88 x 1.440 menit = 126.720 menit = 1,27 x
105 menit.
1 hari = 86.400 detik⇒88 hari = 88 x 86.400 detik = 7.603.200 detik = 7,6 x
106 detik.
34. Diketahui F = 400 N
Fx = -180 N
Ditanya Fy dan arah gaya…?
Jawab

=116,70

Fy

Fy sin 116,7= 357,2

Jadi besar Fy = 357,2 N dan arahnya adalah 116,70.


35. Diketahui dbola pejal = 6,50 cm.
Ditanya Lpermukaan bola …?
Vbola pejal...?
Jawab rbola =

Lpermukaan bola =

Vbola pejal =

36. Diketahui hasil pengukuran 5 siswa adalah 63,65 cm, 63,64 cm, 63,58 cm,
63,66 cm, dan 63,66 cm.
Ditanya hasil pengukuran yang salah…?
Jawab dilihat dari data diatas data yang terbanyak adalah 63,66 cm, kita
anggap bahwa hasil tersebut merupakan hasil yang benar jadi hasil
yang mendekati 63,66 cm yaitu 63,65 cm, 63, 64 cm juga dianggap
128

benar. Maka yang hasilnya paling jauh adalah hasil pengukuran


yang salah yaitu 63,58 cm.
Dengan menghilang 63,58 cm maka rata-rata yang diperoleh
adalah 63,655 cm.
Menurut aturan angka penting maka hasil rata-rata yang diperoleh
adalah 63,66 cm.
37. Diketahui seorang anak mengukur jarak dari rumah ke sekolah dengan
pengukuran langsung.
Ditanya alat yang tepat untuk mengukur adalah…?
Besaran dan satuan yang terlibat adalah…?
Jawab karena yang diukur adalah jarak maka alat yang ukur yang tepat
adalah rollmeter. Yaitu alat ukur panjang yang dapat digulung yang
biasa digunakan oleh tukang bangunan atau pengukur lebar jalan.
Besaran dan satuan yang terlibat adalah besaran panjang dengan
satuannya yaitu meter.
38. Diketahui “berat gula 1 kg”
Ditanya pernyataan tersebut benar atau salah?
Jawab pernyataan tersebut salah karena berat memiliki satuan N yaitu
newton, sedangkan kilogram adalah satuan dari massa.
129

Lampiran 5
ANALISIS HASIL UJI COBA
BUTIR SOAL KE
NO KODE
1 2 3 4 5 6
1 UC-2 1 1 1 1 1 1
2 UC-24 1 1 1 1 1 1
3 UC-11 1 1 1 0 1 1
4 UC-25 1 1 1 1 0 1
5 UC-28 1 1 1 1 1 0
6 UC-8 1 1 1 0 1 1
7 UC-30 1 1 1 1 0 0
8 UC-6 1 1 1 1 1 1
9 UC-9 1 1 1 0 1 1
10 UC-15 1 1 1 0 1 0
11 UC-20 1 1 1 0 1 1
12 UC-21 0 1 1 1 1 0
13 UC-23 1 1 1 0 1 1
14 UC-27 1 1 1 1 0 0
15 UC-29 1 1 1 1 1 1
16 UC-31 1 1 1 1 0 0
17 UC-3 1 1 1 1 0 1
18 UC-17 1 1 0 1 0 1
19 UC-19 1 1 0 1 0 0
20 UC-5 0 1 0 1 0 0
21 UC-7 0 1 0 1 0 1
22 UC-22 1 1 0 1 0 0
23 UC-26 1 1 1 0 0 0
24 UC-10 1 1 0 0 0 0
25 UC-12 1 1 0 0 0 0
26 UC-13 0 1 1 0 0 1
27 UC-14 0 1 1 0 0 1
28 UC-18 1 1 0 0 0 0
29 UC-1 0 1 0 0 0 0
30 UC-4 0 0 0 0 1 0
31 UC-16 0 1 0 0 0 0
rxy 0.569838 0.312531 0.742559 0.422713 0.589014 0.440273
Validitas rtabel 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355
kriteria valid invalid valid valid valid Valid
0.191467 0.031217 0.228928 0.24974 0.243496 0.24974
23.63787721
Reliabilitas 4.865765
r11 0.823567
rtabel 0.355
130

kriteria karena r11>rtabel maka instrumen reliabel


N benar 23 30 20 16 13 15
TK TK 0.741935 0.967742 0.645161 0.516129 0.419355 0.483871
kriteria Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang
MA 0.9375 1 1 0.625 0.75 0.625
MB 0.533333 0.933333 0.266667 0.4 0.066667 0.333333
Daya Beda DP 0.404167 0.066667 0.733333 0.225 0.683333 0.291667
Baik
kriteria Baik Jelek Sekali Cukup Baik Cukup
ket Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai

ANALISIS HASIL UJI COBA


BUTIR SOAL KE
NO KODE
7 8 9 10 11 12
1 UC-2 1 1 1 1 1 1
2 UC-24 1 1 1 1 1 1
3 UC-11 1 1 1 1 1 1
4 UC-25 1 1 0 1 1 1
5 UC-28 1 1 1 1 1 1
6 UC-8 1 1 1 1 1 1
7 UC-30 1 1 0 1 1 1
8 UC-6 1 1 1 1 1 1
9 UC-9 1 1 1 1 1 1
10 UC-15 1 1 1 1 1 1
11 UC-20 1 1 1 1 1 1
12 UC-21 1 1 1 1 1 1
13 UC-23 1 1 0 1 1 1
14 UC-27 1 1 0 1 0 1
15 UC-29 1 1 0 1 0 0
16 UC-31 1 1 1 1 0 0
17 UC-3 1 1 0 1 1 1
18 UC-17 1 1 1 1 0 0
19 UC-19 1 1 0 1 0 0
20 UC-5 1 1 1 1 0 0
21 UC-7 1 1 0 1 0 0
22 UC-22 1 1 0 1 0 0
23 UC-26 1 1 0 0 0 0
24 UC-10 1 1 1 1 0 0
25 UC-12 1 1 1 1 0 0
26 UC-13 1 1 1 1 1 0
27 UC-14 1 1 1 1 1 0
28 UC-18 1 1 0 1 0 0
131

29 UC-1 1 0 0 1 0 0
30 UC-4 1 1 0 1 0 0
31 UC-16 0 1 0 1 0 0
0.31253 0.31253 0.36685 0.66169
rxy 1 1 5 0.12477 4 0.81202
Validitas
rtabel 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355
kriteria invalid invalid valid invalid valid valid
0.03121 0.03121 0.24765 0.03121
7 7 9 7 0.24974 0.24974
23.63787721
Reliabilit
as
4.865765
r11 0.823567
rtabel 0.355
kriteria karena r11>rtabel maka instrumen reliabel
N
benar 30 30 17 30 16 15
TK 0.96774 0.96774 0.54838 0.96774 0.51612 0.48387
TK 2 2 7 2 9 1
kriteria Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang
MA 1 1 0.6875 1 0.8125 0.875
0.93333 0.93333 0.93333 0.06666
MB 3 3 0.4 3 0.2 7
Daya
Beda 0.06666 0.06666 0.06666 0.80833
DP 7 7 0.2875 7 0.6125 3
Baik
kriteria Jelek Jelek Cukup Jelek Baik Sekali
Dibuan Dibuan Dibuan
ket g g Dipakai g Dipakai Dipakai

ANALISIS HASIL UJI COBA


BUTIR SOAL KE
NO KODE
13 14 15 16 17 18
1 UC-2 1 1 1 1 1 1
2 UC-24 1 0 0 1 1 1
3 UC-11 0 1 0 1 1 0
4 UC-25 0 0 0 1 1 1
5 UC-28 1 0 0 1 1 0
6 UC-8 0 1 0 1 0 1
7 UC-30 1 0 0 1 1 1
8 UC-6 0 1 0 1 0 0
9 UC-9 1 0 0 1 0 0
10 UC-15 0 1 0 1 0 1
11 UC-20 1 0 0 1 0 0
132

12 UC-21 0 1 0 0 0 1
13 UC-23 1 0 0 1 0 1
14 UC-27 0 1 0 0 1 1
15 UC-29 0 1 0 1 1 1
16 UC-31 1 0 0 1 1 1
17 UC-3 0 1 0 0 0 1
18 UC-17 0 0 0 1 0 0
19 UC-19 1 0 0 1 0 0
20 UC-5 0 0 0 0 0 1
21 UC-7 0 0 0 1 0 0
22 UC-22 0 0 0 1 0 0
23 UC-26 0 1 0 1 1 0
24 UC-10 0 0 0 0 0 0
25 UC-12 0 0 0 1 0 0
26 UC-13 0 0 0 1 0 0
27 UC-14 0 0 0 0 0 1
28 UC-18 0 0 0 1 0 0
29 UC-1 0 0 0 0 0 0
30 UC-4 0 0 0 0 0 1
31 UC-16 0 0 0 0 0 0
0.51301 0.40840 0.36340 0.45171 0.60711 0.40044
rxy 5 3 8 8 1 2
Validitas
rtabel 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355
kriteria valid valid valid valid valid valid
0.20603 0.21852 0.03121 0.20603 0.21852
5 2 7 5 2 0.24974
23.63787721
Reliabilit
as
4.865765
r11 0.823567
rtabel 0.355
kriteria karena r11>rtabel maka instrumen reliabel
N
benar 9 10 1 22 10 15
TK 0.29032 0.32258 0.03225 0.70967 0.32258 0.48387
TK 3 1 8 7 1 1
kriteria Sukar Sedang Sukar Mudah Sedang Sedang
MA 0.5 0.5 0.0625 0.875 0.5625 0.6875
0.06666 0.13333 0.53333 0.06666 0.26666
Daya MB 7 3 0 3 7 7
Beda 0.43333 0.36666 0.34166 0.49583 0.42083
DP 3 7 0.0625 7 3 3
kriteria Baik Cukup Jelek Cukup Baik Baik
Dibuan
ket Dipakai Dipakai g Dipakai Dipakai Dipakai
133

ANALISIS HASIL UJI COBA


BUTIR SOAL KE
NO KODE
19 20 21 22 23 24
1 UC-2 1 0 1 1 1 0
2 UC-24 1 1 1 1 0 1
3 UC-11 1 1 1 1 1 1
4 UC-25 1 1 1 0 1 0
5 UC-28 0 1 1 0 1 1
6 UC-8 0 1 0 0 1 1
7 UC-30 0 1 1 0 1 0
8 UC-6 0 1 1 1 0 1
9 UC-9 0 1 1 0 0 1
10 UC-15 0 1 1 0 0 1
11 UC-20 0 1 1 0 0 1
12 UC-21 1 0 1 0 0 1
13 UC-23 0 1 0 0 0 1
14 UC-27 1 1 1 0 0 0
15 UC-29 0 1 1 0 0 1
16 UC-31 0 1 1 0 0 0
17 UC-3 0 0 0 0 0 1
18 UC-17 0 1 1 0 0 1
19 UC-19 0 1 1 0 0 1
20 UC-5 0 1 1 0 0 1
21 UC-7 0 1 1 0 0 0
22 UC-22 0 1 1 0 0 0
23 UC-26 0 1 1 0 0 0
24 UC-10 1 1 1 0 1 0
25 UC-12 1 1 1 0 0 0
26 UC-13 0 1 0 0 0 0
27 UC-14 0 1 0 0 0 0
28 UC-18 0 1 0 0 0 0
29 UC-1 0 1 0 0 0 0
30 UC-4 0 0 0 0 0 0
31 UC-16 0 1 1 0 0 0
0.41576 - 0.40304 0.52863 0.48783 0.46682
rxy 1 0.07342 4 1 4 6
Validitas
rtabel 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355
kriteria valid invalid valid valid valid valid
0.19146 0.11238 0.19146 0.11238 0.17481
7 3 7 3 8 0.24974
Reliabilit 23.63787721
as 4.865765
r11 0.823567
rtabel 0.355
134

kriteria karena r11>rtabel maka instrumen reliabel


N
benar 8 27 23 4 7 15
TK 0.25806 0.87096 0.74193 0.12903 0.22580 0.48387
TK 5 8 5 2 6 1
kriteria Sukar Mudah Mudah Sukar Sukar Sedang
MA 0.375 0.875 0.875 0.25 0.375 0.6875
0.13333 0.86666 0.06666 0.26666
Daya MB 3 7 0.6 0 7 7
Beda 0.24166 0.00833 0.30833 0.42083
DP 7 3 0.275 0.25 3 3
kriteria Cukup Jelek Cukup Cukup Cukup Baik
Dibuan
ket Dipakai g Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai

KOD BUTIR SOAL KE


NO
E 25 26 27 28 Y Y2
1 UC-2 0 0 1 1 24 576
2 UC-24 1 1 0 0 23 529
3 UC-11 0 0 0 1 20 400
4 UC-25 1 1 1 0 20 400
5 UC-28 0 0 1 1 20 400
6 UC-8 0 0 0 1 18 324
7 UC-30 1 1 0 0 18 324
8 UC-6 0 0 0 1 17 289
9 UC-9 0 0 0 1 17 289
10 UC-15 0 0 0 1 17 289
11 UC-20 0 0 0 1 17 289
12 UC-21 0 0 1 1 17 289
13 UC-23 0 1 0 1 17 289
14 UC-27 1 1 0 1 17 289
15 UC-29 1 0 0 0 17 289
16 UC-31 1 1 0 0 16 256
17 UC-3 0 0 0 1 14 196
18 UC-17 0 0 0 1 13 169
19 UC-19 0 0 1 0 12 144
20 UC-5 0 0 1 0 11 121
21 UC-7 0 1 1 0 11 121
22 UC-22 0 0 1 1 11 121
23 UC-26 0 0 1 0 11 121
24 UC-10 0 0 1 0 11 121
25 UC-12 0 0 0 0 10 100
135

26 UC-13 0 0 0 0 10 100
27 UC-14 0 0 0 0 10 100
28 UC-18 0 0 0 0 7 49
29 UC-1 0 1 0 0 6 36
30 UC-4 0 0 0 0 6 36
31 UC-16 0 0 0 0 6 36
0.20347 0.06776
rxy 0.42093 8 2 0.513081
Validitas rtabel 0.355 0.355 0.355 0.355
kriteri
a valid invalid invalid valid
0.15608 0.19146 0.21852 0.247658
7 7 2 7
23.63787721
Reliabilita 4.865765
s r11 0.823567
rtabel 0.355
kriteri karena r11>rtabel maka instrumen
a reliabel
N
benar 6 8 10 14
0.19354 0.25806 0.32258 0.451612
TK
TK 8 5 1 9
kriteri
a Sukar Sukar Sedang Sedang
MA 0.375 0.375 0.25 0.6875
0.13333
MB 0 3 0.4 0.2
Daya
Beda 0.24166
DP 0.375 7 -0.15 0.4875
kriteri
a Cukup Cukup Jelek Baik
ket Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai
136

ANALISIS HASIL UJI COBA

BUTIR SOAL KE
NO KODE
29 30 31 32 33 34 35
1 UC-2 4 4 4 2 3 3 3
2 UC-24 4 3 2 4 3 2 1
3 UC-11 4 4 4 2 3 1 3
4 UC-25 4 2 4 3 3 2 2
5 UC-28 2 4 2 2 2 2 2
6 UC-8 4 4 2 3 3 0 1
7 UC-30 4 4 2 3 2 1 2
8 UC-6 4 2 3 2 2 2 2
9 UC-9 4 2 3 2 3 2 1
10 UC-15 4 4 1 2 3 2 2
11 UC-20 2 4 2 4 2 1 1
12 UC-21 4 2 2 2 1 2 2
13 UC-23 4 2 3 2 3 3 2
14 UC-27 4 2 4 1 2 2 2
15 UC-29 4 2 4 2 2 1 2
16 UC-31 2 2 4 2 3 2 1
17 UC-3 2 2 3 2 2 2 2
18 UC-17 4 2 4 2 2 1 2
19 UC-19 2 2 4 2 3 2 2
20 UC-5 2 4 2 2 2 3 2
21 UC-7 2 4 2 2 3 3 1
22 UC-22 4 2 2 2 2 1 1
23 UC-26 2 1 4 2 2 2 2
24 UC-10 4 2 2 1 1 2 2
25 UC-12 4 4 2 1 1 1 2
26 UC-13 2 2 2 2 2 2 2
27 UC-14 4 4 1 0 2 2 1
28 UC-18 2 2 1 2 2 1 2
29 UC-1 2 2 2 2 2 2 1
30 UC-4 4 1 1 2 1 1 1
31 UC-16 2 2 0 3 0 1 2
rxy 0.311994 0.382226 0.535439 0.30923 0.628228 0.300808 0.307055
Validitas rtabel 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355 0.355
kriteria invalid valid valid Invalid valid invalid invalid
0.949011 1.057232 1.281998 0.603538 0.586889 0.514048 0.320499
Reliabilitas 14.8616
8.449532
137

r11 0.445834
rtabel 0.355
kriteria karena r11>rtabel maka instrumen reliabel
N benar 100 83 78 65 67 54 54
TK TK 3.225806 2.677419 2.516129 2.096774 2.16129 1.741935 1.741935
kriteria Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar Sukar
MA 4 3.25 3.5 2.75 3 2 2.25
MB 2.666667 1.666667 1 2.333333 1 1.333333 1.333333
Daya Beda
DP 0.444444 0.527778 0.833333 0.138889 0.666667 0.222222 0.305556
kriteria Baik Sekali Baik Sekali Baik Sekali Cukup Baik Sekali Baik Baik Sekali
ket Dibuang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang
138

ANALISIS HASIL UJI COBA


BUTIR SOAL KE
NO KODE
36 37 38 Y Y2
1 UC-2 3 4 4 34 1156
2 UC-24 3 4 2 28 784
3 UC-11 1 1 1 24 576
4 UC-25 2 1 1 24 576
5 UC-28 2 4 2 24 576
6 UC-8 3 4 0 24 576
7 UC-30 1 2 1 22 484
8 UC-6 2 2 1 22 484
9 UC-9 3 1 1 22 484
10 UC-15 2 0 2 22 484
11 UC-20 2 2 2 22 484
12 UC-21 3 2 2 22 484
13 UC-23 1 1 1 22 484
14 UC-27 0 4 1 22 484
15 UC-29 1 3 1 22 484
16 UC-31 3 2 1 22 484
17 UC-3 2 1 4 22 484
18 UC-17 3 0 2 22 484
19 UC-19 3 1 0 21 441
20 UC-5 2 1 1 21 441
21 UC-7 1 1 2 21 441
22 UC-22 3 1 1 19 361
23 UC-26 2 1 1 19 361
24 UC-10 2 1 2 19 361
25 UC-12 1 0 1 17 289
26 UC-13 1 0 2 17 289
27 UC-14 2 0 1 17 289
28 UC-18 2 0 2 16 256
29 UC-1 1 1 1 16 256
30 UC-4 2 1 1 15 225
31 UC-16 1 2 1 14 196
Rxy 0.70551509 1.6670353 0.7637877
Validitas Rtabel 0.355 0.355 0.355
Criteria valid Valid valid
0.70551509 1.6670135 0.7637877
14.8616
Reliabilitas 8.449532
r11 0.445834
rtabel 0.355
139

kriteria karena r11>rtabel maka instrumen reliabel


N benar 60 48 45
TK TK 1.93548387 1.5483871 1.4516129
kriteria Sukar Sukar Sukar
MA 2.25 2.5 2
MB 1.33333333 1.3333333 1
Daya Beda DP 0.30555556 0.3888889 0.3333333
Baik Baik
kriteria Baik Sekali Sekali Sekali
ket Dipakai Dipakai Dipakai
140

Lampiran 6

Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal

N XY - ( X)( Y)
Rumus: rxy =
2 2
N X2 X N Y2 Y

Kriteria:
Jika harga rxy > rtabel, maka butir soal yang diuji bersifat valid
rtabel = 0,355
Perhitungan :
Berikut ini perhitungan validitas soal butir nomor 1
No X Y X2 Y2 XY No X Y X2 Y2 XY
1 1 24 1 576 24 17 1 14 1 196 14
2 1 23 1 529 23 18 1 13 1 169 13
3 1 20 1 400 20 19 1 12 1 144 12
4 1 20 1 400 20 20 0 11 0 121 0
5 1 20 1 400 20 21 0 11 0 121 0
6 1 18 1 324 18 22 1 11 1 121 11
7 1 18 1 324 18 23 1 11 1 121 11
8 1 17 1 289 17 24 1 11 1 121 11
9 1 17 1 289 17 25 1 10 1 100 10
10 1 17 1 289 17 26 0 10 0 100 0
11 1 17 1 289 17 27 0 10 0 100 0
12 0 17 0 289 0 28 1 7 1 49 7
13 1 17 1 289 17 29 0 6 0 36 0
14 1 17 1 289 17 30 0 6 0 36 0
15 1 17 1 289 17 31 0 6 0 36 0
16 1 16 1 256 16 22 444 22 7092 367

Dengan menggunakan persamaan tersebut diperoleh :

rxy = =0,51

harga rtabel = 0,355


Karena harga rxy > rtabel maka butir soal nomor 1 tersebut valid.
Untuk butir soal yang lain cara perhitungannya analog dengan cara di atas.
141

Lampiran 7

Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen

Rumus:

r11 =

Keterangan:
r11 = reliabilitas instumen
k = banyaknya butir pertanyaan
vt = varians total
p = proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek
yang mendapat skor 1)
p =

q = proporsi subjek yang mendapat skor 0 (1-p)


Kriteria:
Jika harga r11 > rtabel, maka butir soal yang diuji bersifat reliabel
rtabel = 0,355
Perhitungan:
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal nomor 1, selanjutnya untuk
butir soal yang lain dapat dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh hasil
seperti pada tabel analisis data.
Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh:
k = 28
vt = 23,64
∑pq = 4,87

Jawab: r11 =  r11 = 0,82

Karena harga r11 > rtabel, maka instrumen reliabel.


142

Lampiran 8

Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal

Rumus: P= x100%

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran soal:

0 < P ≤ 30% = sukar


30 < P ≤ 70% = sedang
P > 70% = mudah
Perhitungan:
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal nomor 1, selanjutnya untuk butir
soal yang lain dapat dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh hasil seperti
pada tabel analisis data.
Diketahui: B = 23
JS = 31
Jawab:
P= x100%
P = 74,19%
Berdasarkan kriteria, maka soal nomor 1 masuk dalam kategori mudah.
143

Lampiran 9

Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal

Rumus: DP = = PA-PB

Keterangan :
DP = daya pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar


JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria:
0,00 ≤ ≤ 0,20 = Jelek
0,21 ≤ ≤ 0,40 = Cukup
0,41 ≤ ≤ 0,70 = Baik
0,71 ≤ ≤ 1,00 = Baik Sekali
Perhitungan:
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal nomor 1, selanjutnya untuk butir
soal yang lain dapat dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh hasil seperti
pada tabel analisis data.
BA = 15 BB = 8
JA = 16 JB = 15
PA = 0,94 PB = 0,53
Jawab:
DP = PA –PB
DP = 0,94 – 0,53
DP = 0,41
Berdasarkan kriteria, maka soal no 1 memiliki daya pembeda baik.
144

Lampiran 10

KISI-KISI SOAL
Nama Sekolah : SMAN 1 Sale
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Tahun Pelajaran : 2013/2014
Standar kompetensi : 1. Menerapkan konsep besaran fisika dan pengkurannya.
Jenjang soal
Kompetensi Dasar Indikator
C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6
1.1 Mengukur besaran fisika  Membedakan antara besaran pokok 11
dan besaran turunan serta dapat
(massa, panjang, dan waktu)
memberikan contohnya.
 Mengukur besaran panjang , massa, 2, 23, 22, 24, 25, 26.
dan waktu dengan
mempertimbangkan ketelitian dan
ketepatan.
 Menuliskan satuan besaran pokok 1, 3, 13,
dan besaran turunan dalam standar
internasional.
145

 Menentukan dimensi suatu besaran 4, 6, 5, 9 10,


serta menerapkan analisis
dimensional dalam pemecahan
masalah.
 Memahami aturan-aturan angka 7, 8, 12,
penting dan pengoperasiannya.

 Membedakan pengertian besaran 21


1.2 Melakukan penjumlahan
vektor dan besaran skalar serta
vektor.
memberikan contoh.
 Menjumlahkan dua vektor atau 14, 15,
lebih secara analisis. 16, 17,
18, 19,
20,
146

Lampiran 11

INSTRUMEN SOAL PENGUASAAN KONSEP

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Sale


Kelas / Semester :X/1
Materi : Besaran dan Satuan
No. Abs :
Sebelum menjawab soal bacalah baik-baik perintah yang ada pada soal
tersebut!
1. Besar massa jenis raksa ialah 13,6 gram/cm3. Dalam Sistem
Internasional (SI) besarnya adalah….
A. 1,36 kg/m3
B. 13,6 kg/m3
C. 136 kg/m3
D. 1.360 kg/m3
E. 13.600 kg/m3
2. Alat ukur manakah yang cocok untuk digunakan mengukur diameter
dalam tutup botol….
a. mistar
b. jangka sorong
c. mikrometer sekrup
d. neraca
e. rollmeter
3. Satuan tekanan jika dinyatakan dalam Sistem Internasional (SI)
adalah….
A. kg.m.s
B. kg.m.s-1
C. kg.m-1.s-1
D. kg.m-1.s-2
E. kg.m-2.s-2
4. Besaran yang memiliki dimensi ML-1T-2 adalah besaran….
A. gaya
B. energi
C. daya
D. tekanan
E. momentum
5. Pada hukum Boyle jika P adalah tekanan dan V adalah

volume maka dimensi k adalah….


A. daya
B. usaha
147

C. momentum linear
D. suhu
E. konstanta pegas
6. Dimensi dari berat jenis adalah….
a. ML-1T-4
b. M2LT-2
c. ML-2T-1
d. ML-2T-2
e.
MLT-2
7. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu persegi panjang masing-
masing 12,61 cm dan 5,2 cm. Menurut aturan penulisan angka penting,
luas bangunan tersebut adalah ….
A. 65 cm2
B. 65,572 cm2
C. 65,275 cm2
D. 65,60 cm2
E. 66 cm2
8. Hasil pengukuran pelat seng panjang 1,50 cm dan lebarnya 1,20 cm.
Luas pelat seng menurut aturan penulisan angka penting adalah ….
A. 1,8012 cm2
B. 1,801 cm2
C. 1,800 cm2
D. 1,80 cm2
E. 1,8 cm2
9. Hubungan antara volume , tekanan (P), suhu (T), serta jumlah

molekul atau partikel gas (n) ditentukan dengan persamaan sebagai


berikut: , dimana R adalah tetapan gas umum. Rumus

dimensi dari tetapan gas umum (R) tersebut adalah….


A.

B.

C.

D.
148

E.

10. Suatu fungsi , dengan satuan dari A, B, C dan D berturut-

turut adalah s-1 , m, N dan m2, maka dimensi dari E adalah….

a. [M][L]-2
b. [M][L]-2[T]-1
c. [M][L]-3
d. [M][L]-3[T]-1
e. [M][L]3
11. Berikut ini yang termasuk dalam kelompok besaran turunan adalah….
A. kecepatan, percepatan, waktu
B. panjang, berat, waktu
C. tekanan, jumlah zat, waktu
D. luas, volume, kecepatan
E. panjang, massa, gaya
12. Dari hasil pengukuran panjang batang baja dan besi masing-masing
1,257 m dan 4,12 m, Jika kedua batang disambung, maka berdasarkan
aturan penulisan angka penting, panjangnya adalah ….
A. 5,380 m
B. 5,38 m
C. 5,377 m
D. 5,370 m
E. 5,37 m
13. Massa suatu benda 125 gram dan volumenya 0,625 liter, maka massa
jenisnya jika dinyatakan dalam SI adalah ….
A. 500 kg.m-3
B. 250 kg.m-3
C. 200 kg.m-3
D. 0,5 kg.m-3
E. 0,005 kg.m-3
149

14. Perhatikan vektor-vektor yang besar dan arahnya terlukis pada kertas
berpetak seperti gambar di bawah. Jika panjang satu petak adalah 1 N ,
maka besar resultan kedua vektor adalah….

a. 6N
b. 7N
c. 8N
d. 9N
e. 10 N

15. Sebuah gaya N melakukan usaha dengan titik

tangkapnya berpindah dengan perpindahan m dan vektor

i dan j berturut-turut adalah vektor satuan yang searah dengan sumbu-


X dan sumbu-Y pada koordinat Kartesius. Bila usaha itu bernilai 26
joule, maka nilai a sama dengan….
a. 5
b. 6
c. 7
d. 8
e. 12
16. Dua vektor gaya dan masing-masing sebesar 3 N dan 8 N

bertitik tangkap sama, ternyata resultan gayanya sebesar 7 N. Sudut


apit antara kedua vektor gaya tersebut adalah ….
A. 30°
B. 45°
C. 60°
D. 90°
E. 120°
150

17. Tiga buah gaya dinyatakan seperti gambar di bawah ini.

Jika sin 530 adalah 0,8 dan sin 370 adalah 0,6 , berapakah resultan
ketiga gaya tersebut….
a.

b.

c. 20 N
d. 30 N
e. 50 N

18. Dua buah vektor gaya = 20 N dan = 80 N bertitik tangkap sama

dan saling membentuk sudut α yang berubah-ubah, maka besar


resultan dari kedua gaya tersebut tidak mungkin bernilai ….
a. 60 N d. 100 N
b. 70 N e. 120 N
c. 90 N
19. Sebuah perahu menyeberangi sungai yang lebarnya 180 meter dan
kecepatan arus airnya adalah 4 m/s. Bila perahu di arahkan menyilang
tegak lurus sungai dengan kecepatan 3 m/s, maka setelah sampai
diseberang perahu telah menempuh lintasan sejauh ….
A. 100 meter D. 320 meter
B. 240 meter E. 360 meter
C. 300 meter

20. Vektor = 20 N berimpit sumbu x positif, Vektor = 20 N bersudut

1200 terhadap dan = 24 N bersudut 2400 terhadap . Resultan

ketiga gaya pada pernyataan di atas adalah….


a. 4 N searah

b. 4 N berlawan arah dengan


151

c. 10 N searah

d. 16 N searah

e. 16 N berlawanan arah dengan

21. Apakah pengertian dari besaran vektor ? berikan contohnya!


Jawab :

22. Massa kosong sebuah tangki adalah 3,66 kg. Ketika diisi air sampai
ketinggian tertentu, massanya menjadi 51,7 kg. Berapakah massa air
dalam tangki tersebut ?
Jawab :

23. Periode planet Merkurius adalah 88 hari. Nyatakan periode dalam jam,
menit, dan detik!
Jawab :
152

24. Lima siswa mengukur panjang sebatang kayu dengan sebuah mistar.
Hasil pengukuran mereka dinyatakan sebagai berikut: 63,65 cm, 63,64
cm, 63,58 cm, 63,66 cm, dan 63,66 cm. seorang siswa melakukan
kesalahan membaca alat ukur. Siswa yang manakah itu? Dengan
menghilangkan data yang salah, hitunglah panjang rata-rata batang
kayu!
Jawab :

25. Seorang siswa akan mengukur jarak dari rumah ke sekolahnya dengan
menggunakan pengukuran langsung, yaitu mengukur jalan yang
menghubungkan kedua tempat tersebut dengan menggunakan suatu
alat ukur. Coba kamu pikirkan, alat ukur apakah yang paling tepat
digunakan dalam pengukuran tersebut? Besaran dan satuan apa saja
yang terlibat?
Jawab:

26. Seorang anak membeli gula di warung dan mengatakan, “berat gula
yang dibeli adalah 1 kg.” benarkah pernyataan anak itu?Berikan
alasanmu!
Jawab:
153

Lampiran 12

Kunci Jawaban Soal

1. Besar

Sistem Internasional dari gram dan cm3 adalah kg dan m3.

Jadi jawabannya adalah E.


2. Alat ukur yang cocok digunakan untuk mengukur diameter tutup botol adalah
jangka sorong.
Jawabannya adalah B.

3.

Satuan tekanan dalam Sistem Internasional adalah kg.m-1.s-2.


Jawabannya adalah D
4. Dimensi besaran ML-1T-2.
M = kg
L =m
T =s
ML-1T-2 = kg.m-1.s-2 ini adalah satuan dari tekanan.
Jawabannya adalah D.
154

5. Dalam rumus PV=k, P itu adalah tekanan yang bersatuan , sedang kan V

adalah volume yang bersatuan m3. Dari sini kita dapat satuan yang dimiliki k
yaitu .

Karena N x m = joule dan joule merupakan satuan dari energi maupun usaha
maka k mempunyai dimensi yang sama dengan usaha.
Jawabannya adalah B.
6. Satuan dari berat jenis adalah . Karena

Jadi dimensi berat jenis adalah ML-2T-2.


Jawabannya adalah D.
7. Diketahui p = 12,61 cm
l = 5,2 cm
Ditanya L =…?(menurut penulisan angka penting)
Jawab L=pxl
=12,61 cm x 5,2 cm
= 65,572 cm2
Menurut penulisan angka penting hasil dari perkalian harus dibulatkan
sehingga memiliki angka penting sebanyak faktor tersedikit angka pentingnya.
Jadi, hasilnya adalah 66 cm2. Jawabannya adalah E.
8. Diketahui p = 1,50 cm
l = 1,20 cm
Ditanya L =…?(menurut penulisan angka penting)
Jawab L=pxl
=1,50 cm x 1,20 cm
= 1,800 cm2
Menurut penulisan angka penting adalah 1,80 cm2.
Jawabannya adalah D.
155

9. Diketahui

Ditanya dimensi dari R…?


Jawab dimensi dari V = L3
P = ML-1T-2
n=N
T=θ

Maka dimensi dari R adalah

Jadi jawabannya adalah C.

10.

Jawabannya adalah C
156

11. Dari soal Berikut yang termasuk dalam kelompok besaran turunan adalah

besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok, jadi
jawabannya adalah D.

12. Diketahui p1 = 1,257 m.


p2 = 4,12 m.
Ditanya panjang kedua batang jika disambung…?(menurut penulisan angka
penting)
Jawab p = p1 + p2
P = 1,257 m + 4,12 m
P = 5,377 m

Menurut penulisan angka penting p = 5,38 m.


Jawabannya adalah B.
13. Diketahui m = 125 gram =0,125 kg
V = 0,625 liter =0,000625 m-3
Ditanya

Jawab

Jawabannya adalah C.
14. Diketahui =5+3=8N

=2+4=6N
157

Jawabannya adalah E.
15. Diketahui

W = 26 J
Ditanya a…?
Jawab

26 Nm = (2)(4)Nm + (3)(a)Nm
26 = 8 + 3a
a = 6.
Jadi jawabannya adalah B.
16. Diketahui

Ditanya α…?
Jawab

7 =

49 = 73 + 48 cos α
158

Jadi jawabannya adalah E.


17. Diketahui

Ditanya R…..?
Jawab menguraikan vektor ke sumbu X dan sumbu Y
159

Vektor yang dalam perhitungan selanjutnya tidak digunakan lagi karena sudah
diuraikan tadi, dihapus saja, agar kelihatan lebih bersih, sisanya seperti ini:

Jumlah komponen vektor-vektor pada sumbu x dan y:

Jawabannya adalah B.
18. Diketahui

19. Ditanya R…?

Jawab

Jadi jawabannya adalah E.


20. Diketahui lsungai = 180 m
Varus = 4m/s
Vperahu= 3 m/s (apabila tidak ada arus)
160

Ditanya panjang lintasan yang ditempuh perahu…? (perahudiarahkan


menyilang tegak lurus sungai)
Jawab agar lebih mudah keadaan di atas dapat digambarkan sebagai
berikut: B

α
Vperahu s

VR

A Varus

Kita anggap VR adalah kecepatan perahu bila ada arus.


Dengan menggunakan rumus Pythagoras diperoleh

Dengan trigonometri, diperoleh

Dari dua trigonometri diatas diperoleh


.

Jadi jawabannya adalah C.


21. Diketahui = 20 N berimpit sumbu-x positif
161

= 20 N bersudut 1200 terhadap

= 24 N bersudut 2400 terhadap

Ditanya R…?
Jawab agar lebih mudah untuk menghitung keadaan diatas dapat kita
gambarkan sebagai berikut:

F2

1200

F1

2400

F3
162

Menentukan arah resultan

(kalkulator)

Karena

Arah R berada pada kuadran III oleh karena itu

Jadi jawabannya adalah A.


22. Vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah.
Contohnya adalah gaya, perlambatan dan percepatan.

23. Diketahui mtangki = 3,66 kg


mtangki+air= 51,7 kg
Ditanya mair…?

Jawab

= 48,04 kg

Menurut penulisan angka penting mair adalah 48,0 kg.


24. Diketahui periode planet Merkurius adalah 88 hari.
Ditanya periode planet Merkurius dalam jam…?
163

dalam menit…?
dalam detik…?
Jawab 1 jam = 60 menit
1 menit = 60 detik
1 hari = 24 jam = 1.440 menit = 86.400 detik.
1 hari = 24 jam ⇒88 hari = 88 x 24 jam = 2.112 jam.
1 hari = 1.440 menit ⇒88 hari = 88 x 1.440 menit = 126.720 menit = 1,27 x
105 menit.
1 hari = 86.400 detik⇒88 hari = 88 x 86.400 detik = 7.603.200 detik = 7,6 x
106 detik.
25. Diketahui hasil pengukuran 5 siswa adalah 63,65 cm, 63,64 cm, 63,58 cm,
63,66 cm, dan 63,66 cm.
Ditanya hasil pengukuran yang salah…?
Hasil rata-rata setelah menghilangkan data yang salah…?
Jawab dilihat dari data diatas data yang terbanyak adalah 63,66 cm, kita
anggap bahwa hasil tersebut merupakan hasil yang benar jadi hasil
yang mendekati 63,66 cm yaitu 63,65 cm, 63, 64 cm juga dianggap
benar. Maka yang hasilnya paling jauh adalah hasil pengukuran
yang salah yaitu 63,58 cm.
Dengan menghilang 63,58 cm maka rata-rata yang diperoleh
adalah 63,655 cm.
Menurut aturan angka penting maka hasil rata-rata yang diperoleh
adalah 63,66 cm
26. Diketahui seorang anak mengukur jarak dari rumah ke sekolah dengan
pengukuran langsung.
Ditanya alat yang tepat untuk mengukur adalah…?
Besaran dan satuan yang terlibat adalah…?
Jawab karena yang diukur adalah jarak maka alat yang ukur yang tepat
adalah rollmeter. Yaitu alat ukur panjang yang dapat digulung yang
biasa digunakan oleh tukang bangunan atau pengukur lebar jalan.
164

Besaran dan satuan yang terlibat adalah besaran panjang dengan


satuannya yaitu meter.
27. Diketahui “berat gula 1 kg”
Ditanya pernyataan tersebut benar atau salah?
Jawab pernyataan tersebut salah karena berat memiliki satuan N yaitu
newton, sedangkan kilogram adalah satuan dari massa.
165

Lampiran 13

DATA HASIL PENELITIAN

1 2
No Kode Siswa
0 A B C D E 0 A B C D E
1 KS-1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
2 KS-2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
3 KS-3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
4 KS-4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
5 KS-5 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
6 KS-6 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
7 KS-7 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
8 KS-8 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
9 KS-9 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
10 KS-10 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
11 KS-11 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
12 KS-12 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
13 KS-13 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
14 KS-14 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
15 KS-15 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
16 KS-16 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
17 KS-17 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
18 KS-18 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
19 KS-19 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
20 KS-20 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
21 KS-21 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
22 KS-22 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
23 KS-23 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
24 KS-24 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
25 KS-25 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
26 KS-26 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
27 KS-27 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
28 KS-28 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
29 KS-29 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
30 KS-30 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
Jumlah 2 0 1 1 2 24 1 3 13 12 1 0
166

DATA HASIL PENELITIAN

3 4
No Kode Siswa
0 A B C D E 0 A B C D E
1 KS-1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
2 KS-2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
3 KS-3 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
4 KS-4 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
5 KS-5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
6 KS-6 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
7 KS-7 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
8 KS-8 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
9 KS-9 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
10 KS-10 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
11 KS-11 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
12 KS-12 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
13 KS-13 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
14 KS-14 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
15 KS-15 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
16 KS-16 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
17 KS-17 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
18 KS-18 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
19 KS-19 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
20 KS-20 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
21 KS-21 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
22 KS-22 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
23 KS-23 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
24 KS-24 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
25 KS-25 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
26 KS-26 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
27 KS-27 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
28 KS-28 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
29 KS-29 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
30 KS-30 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
Jumlah 1 2 1 0 15 11 0 9 1 0 18 2
167

DATA HASIL PENELITIAN

5 6
No Kode Siswa
0 A B C D E 0 A B C D E
1 KS-1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
2 KS-2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
3 KS-3 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
4 KS-4 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
5 KS-5 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
6 KS-6 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
7 KS-7 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
8 KS-8 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
9 KS-9 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
10 KS-10 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
11 KS-11 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
12 KS-12 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
13 KS-13 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
14 KS-14 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
15 KS-15 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
16 KS-16 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
17 KS-17 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
18 KS-18 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
19 KS-19 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
20 KS-20 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
21 KS-21 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
22 KS-22 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
23 KS-23 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
24 KS-24 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
25 KS-25 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
26 KS-26 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
27 KS-27 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
28 KS-28 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
29 KS-29 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30 KS-30 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
Jumlah 0 2 16 0 7 5 6 0 0 4 12 8
168

DATA HASIL PENELITIAN

7 8
No Kode Siswa
0 A B C D E 0 A B C D E
1 KS-1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2 KS-2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
3 KS-3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
4 KS-4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
5 KS-5 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
6 KS-6 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
7 KS-7 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
8 KS-8 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
9 KS-9 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
10 KS-10 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
11 KS-11 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
12 KS-12 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
13 KS-13 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
14 KS-14 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
15 KS-15 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
16 KS-16 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
17 KS-17 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
18 KS-18 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
19 KS-19 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
20 KS-20 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
21 KS-21 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
22 KS-22 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
23 KS-23 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
24 KS-24 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
25 KS-25 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
26 KS-26 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
27 KS-27 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
28 KS-28 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
29 KS-29 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30 KS-30 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Jumlah 0 2 13 1 2 12 0 0 0 2 5 23
169

DATA HASIL PENELITIAN

9 10
No Kode Siswa
0 A B C D E 0 A B C D E
1 KS-1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
2 KS-2 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
3 KS-3 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
4 KS-4 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
5 KS-5 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
6 KS-6 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
7 KS-7 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
8 KS-8 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
9 KS-9 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
10 KS-10 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
11 KS-11 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
12 KS-12 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
13 KS-13 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
14 KS-14 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
15 KS-15 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
16 KS-16 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
17 KS-17 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
18 KS-18 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
19 KS-19 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
20 KS-20 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
21 KS-21 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
22 KS-22 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
23 KS-23 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
24 KS-24 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
25 KS-25 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
26 KS-26 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
27 KS-27 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
28 KS-28 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
29 KS-29 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
30 KS-30 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
Jumlah 1 1 0 25 1 2 6 1 11 1 4 7
170

DATA HASIL PENELITIAN

11 12
No Kode Siswa
0 A B C D E 0 A B C D E
1 KS-1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
2 KS-2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
3 KS-3 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
4 KS-4 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
5 KS-5 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
6 KS-6 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
7 KS-7 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
8 KS-8 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
9 KS-9 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
10 KS-10 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
11 KS-11 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
12 KS-12 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
13 KS-13 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
14 KS-14 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
15 KS-15 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
16 KS-16 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
17 KS-17 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
18 KS-18 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
19 KS-19 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
20 KS-20 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
21 KS-21 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
22 KS-22 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
23 KS-23 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
24 KS-24 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
25 KS-25 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
26 KS-26 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
27 KS-27 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
28 KS-28 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
29 KS-29 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
30 KS-30 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
Jumlah 0 1 0 0 29 0 0 0 16 9 0 5
171

DATA HASIL PENELITIAN

13 14
No Kode Siswa
0 A B C D E 0 A B C D E
1 KS-1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
2 KS-2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
3 KS-3 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
4 KS-4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
5 KS-5 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
6 KS-6 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
7 KS-7 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
8 KS-8 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
9 KS-9 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
10 KS-10 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
11 KS-11 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
12 KS-12 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
13 KS-13 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
14 KS-14 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
15 KS-15 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
16 KS-16 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
17 KS-17 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
18 KS-18 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
19 KS-19 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
20 KS-20 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
21 KS-21 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
22 KS-22 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
23 KS-23 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
24 KS-24 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
25 KS-25 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
26 KS-26 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
27 KS-27 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
28 KS-28 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
29 KS-29 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
30 KS-30 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
Jumlah 1 0 0 23 6 0 3 0 3 21 0 3
172

DATA HASIL PENELITIAN

15 16
No Kode Siswa
0 A B C D E 0 A B C D E
1 KS-1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
2 KS-2 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
3 KS-3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
4 KS-4 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
5 KS-5 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
6 KS-6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
7 KS-7 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
8 KS-8 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
9 KS-9 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
10 KS-10 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
11 KS-11 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
12 KS-12 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
13 KS-13 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
14 KS-14 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
15 KS-15 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
16 KS-16 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
17 KS-17 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
18 KS-18 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
19 KS-19 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
20 KS-20 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
21 KS-21 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
22 KS-22 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
23 KS-23 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
24 KS-24 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
25 KS-25 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
26 KS-26 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27 KS-27 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
28 KS-28 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
29 KS-29 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
30 KS-30 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
Jumlah 12 8 6 1 1 2 6 2 5 1 12 4
173

DATA HASIL PENELITIAN

17 18
No Kode Siswa
0 A B C D E 0 A B C D E
1 KS-1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
2 KS-2 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
3 KS-3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
4 KS-4 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
5 KS-5 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
6 KS-6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
7 KS-7 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
8 KS-8 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
9 KS-9 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
10 KS-10 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
11 KS-11 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
12 KS-12 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
13 KS-13 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
14 KS-14 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
15 KS-15 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
16 KS-16 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
17 KS-17 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
18 KS-18 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
19 KS-19 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
20 KS-20 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
21 KS-21 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 KS-22 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
23 KS-23 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
24 KS-24 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
25 KS-25 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
26 KS-26 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
27 KS-27 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
28 KS-28 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
29 KS-29 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
30 KS-30 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Jumlah 8 2 7 0 1 12 4 4 4 1 4 13
174

DATA HASIL PENELITIAN

19 20
No Kode Siswa Skor
0 A B C D E 0 A B C D E
1 KS-1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 20
2 KS-2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 20
3 KS-3 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
4 KS-4 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
5 KS-5 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
6 KS-6 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
7 KS-7 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
8 KS-8 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
9 KS-9 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 20
10 KS-10 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
11 KS-11 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
12 KS-12 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
13 KS-13 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 20
14 KS-14 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
15 KS-15 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
16 KS-16 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 20
17 KS-17 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 20
18 KS-18 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 20
19 KS-19 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
20 KS-20 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
21 KS-21 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
22 KS-22 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
23 KS-23 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 20
24 KS-24 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
25 KS-25 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
26 KS-26 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
27 KS-27 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 20
28 KS-28 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
29 KS-29 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 20
30 KS-30 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 20
Jumlah 9 2 16 3 0 0 12 4 10 0 4 0
175

21 22
No Kode Siswa
0 A B C D 0 A B C
1 KS-1 0 1 0 0 0 0 1 0 0
2 KS-2 0 0 0 0 1 0 0 0 1
3 KS-3 0 0 0 1 0 0 1 0 0
4 KS-4 0 0 0 0 1 0 0 1 0
5 KS-5 0 0 0 0 1 0 0 0 1
6 KS-6 0 0 0 1 0 0 0 1 0
7 KS-7 0 1 0 0 0 0 1 0 0
8 KS-8 0 0 1 0 0 0 1 0 0
9 KS-9 0 0 0 0 1 0 0 1 0
10 KS-10 0 0 0 1 0 0 0 0 1
11 KS-11 0 0 0 1 0 0 1 0 0
12 KS-12 0 0 0 1 0 0 0 1 0
13 KS-13 0 0 0 1 0 0 0 1 0
14 KS-14 0 0 0 1 0 0 1 0 0
15 KS-15 0 0 0 1 0 0 0 1 0
16 KS-16 0 0 0 0 1 0 0 1 0
17 KS-17 0 0 0 1 0 0 0 1 0
18 KS-18 0 0 0 1 0 0 0 1 0
19 KS-19 0 0 0 0 1 0 0 0 1
20 KS-20 1 0 0 0 0 1 0 0 0
21 KS-21 0 0 0 0 1 0 0 0 1
22 KS-22 0 0 1 0 0 0 0 0 1
23 KS-23 1 0 0 0 0 0 0 0 1
24 KS-24 0 0 0 0 1 0 1 0 0
25 KS-25 0 1 0 0 0 0 0 1 0
26 KS-26 0 0 0 0 1 0 0 0 1
27 KS-27 0 0 0 1 0 0 1 0 0
28 KS-28 0 0 0 1 0 0 1 0 0
29 KS-29 0 1 0 0 0 0 0 1 0
30 KS-30 1 0 0 0 0 0 1 0 0
Jumlah 3 4 2 12 9 1 10 11 8
176

23 24
No Kode Siswa
0 A B C D 0 A B C D E
1 KS-1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
2 KS-2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
3 KS-3 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
4 KS-4 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
5 KS-5 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
6 KS-6 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
7 KS-7 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
8 KS-8 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
9 KS-9 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
10 KS-10 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
11 KS-11 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
12 KS-12 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
13 KS-13 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
14 KS-14 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
15 KS-15 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
16 KS-16 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
17 KS-17 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
18 KS-18 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
19 KS-19 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
20 KS-20 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
21 KS-21 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
22 KS-22 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
23 KS-23 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
24 KS-24 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 KS-25 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
26 KS-26 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
27 KS-27 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
28 KS-28 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
29 KS-29 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
30 KS-30 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Jumlah 5 7 1 1 16 1 21 0 4 3 0
177

Kode 25 26
No
Siswa 0 A B C D E 0 A B C
1 KS-1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
2 KS-2 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
3 KS-3 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
4 KS-4 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
5 KS-5 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
6 KS-6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
7 KS-7 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
8 KS-8 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
9 KS-9 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
10 KS-10 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
11 KS-11 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
12 KS-12 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
13 KS-13 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
14 KS-14 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
15 KS-15 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
16 KS-16 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
17 KS-17 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
18 KS-18 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
19 KS-19 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
20 KS-20 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
21 KS-21 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
22 KS-22 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
23 KS-23 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
24 KS-24 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
25 KS-25 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
26 KS-26 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
27 KS-27 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
28 KS-28 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
29 KS-29 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
30 KS-30 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Jumlah 1 3 7 4 5 10 0 22 6 2

Keterangan:
21. A. Siswa tidak dapat menyebutkan pengertian besaran vektor dan contohnya.

B. Siswa tidak dapat menyebutkan pengertian besaran vektor tetapi dapat


memberikan contohnya.
178

C. Siswa dapat menyebutkan pengertian besaran vektor tetapi tidak dapat


menyebutkan contohnya.
D. Siswa dapat menyebutkan pengertian besaran vektor dan dapat
memberikan contohnya.
22. A. Siswa tidak mengetahui cara menghitung massa air dalam tangki.

B. Siswa mengetahui cara menghitung massa air dalam tangki tetapi hasil
perhitungan yang didapatkan salah.
C. Siswa dapat menghitung massa air dalam tangki dengan benar.
23. A. Siswa dapat melakukan konversi dari hari ke jam dengan benar tetapi
dalam mengkonversi dari jam ke menit dan menit ke detik salah.

B. Siswa dapat melakukan konversi dari hari ke jam dan jam ke menit dengan
benar tetapi dalam mengkonversi menit ke detik salah.
C. Siswa dapat melakukan konversi dari hari ke jam dan menit ke detik
dengan benar tetapi dalam mengkonversi jam ke menit salah.
D. Siswa dapat melakukan konversi dari hari ke jam, jam ke menit dan menit
ke detik dengan benar.
E. Siswa tidak dapat melakukan konversi dari hari ke jam, jam ke menit dan
menit ke detik dengan benar.
24. A. Siswa tidak menyebutkan data yang salah dan hasil rata-rata data yang
didapatkan salah.

B. Siswa tidak menyebutkan data yang salah tetapi perhitungan rata-rata yang
dihasilkan benar.
C. Siswa menyebutkan data yang salah pada soal tetapi data yang disebutkan
tidak benar dan perhitungan rata-rata salah.
D. Siswa menyebutkan data salah dengan benar tetapi perhitungan rata-rata
data salah.
E. Siswa dapat menyebutkan data salah dengan tepat dan perhitungan rata-
rata data juga benar.
179

25. A. Besaran dan satuan serta alat ukur yang disebutkan siswa salah.
B. Besaran yang disebutkan benar tetapi satuan dan alat ukur yang disebutkan
salah.
C. Besaran dan satuan yang disebutkan siswa benar tetapi alat ukur yang
disebutkan siswa salah.
D. Besaran dan satuan yang disebutkan siswa salah tetapi alat ukur yang
disebutkan siswa benar.
E. Besaran dan satuan serta alat ukur yang disebutkan siswa benar.
26. A. Jawaban dan alasan yang diberikan siswa salah.

B. Jawaban yang diberikan siswa benar, tetapi jawaban yang diberikan siswa
salah.
C. Jawaban dan alasan yang diberikan siswa benar.
180
181
182

You might also like