Professional Documents
Culture Documents
TUGAS AKHIR
OLEH
AYANSARI DINA PRATIWI
NIM: 13021105015
TUGAS AKHIR
Oleh
i
ABSTRAK
Dalam Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 11 Tahun 2013 tentang RTRW Kota Bitung
Tahun 2013-2033 khususnya pasal 41 huruf a dan c menyatakan bahwa Kawasan suaka
alam dan cagar budaya Kota Bitung meliputi kawasan Suaka Alam Laut Selat Lembeh
dan kawasan pantai berhutan bakau di Kelurahan Lirang, Kelurahan Pintukota, Kelurahan
Paudean, Kelurahan Dorbolaang, dan Kelurahan Pasir Panjang di Pulau Lembeh.
Pemerintah Kota Bitung tidak hanya melihat potensi Pulau Lembeh sebagai kawasan
lindung, tetapi juga berpotensi dibidang pariwisata yang tetap dalam konteks tidak
merusak keberadaan kawasan lindung tersebut, sehingga jenis wisata yang cocok
dikembangkan adalah ekowisata. Ekowisata adalah suatu konsep pengembangan
pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian
lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah
setempat. Wisata ini terletak pada beberapa tempat di Pulau Lembeh, salah satunya
terdapat di Kelurahan Pasir Panjang Kecamatan Lembeh Selatan. Dalam penelitian ini,
metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan analisis statistik
deskriptif, serta tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi potensi-potensi pengembangan
kawasan ekowisata dan menganalis strategi pengembangannya di Kelurahan Paudean,
Kelurahan Dorbolaang dan Kelurahan Pasir Panjang dengan menggunakan Analisis
Daerah Operasi-Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) dan analisis
berdasarkan hasil kuesioner dengan dua pendekatan yaitu pendekatan lingkungan dan
pendekatan partisipasi dan pemberdayaan. Kemudian dalam menganalisis strategi
pengembangannya digunakan analisis strategi berdasarkan kebijakan-kebijakan
pemerintah khususnya Pemerintah Kota Bitung dan analisis SWOT. Pengumpulan data
dilakukan dengan observasi lapangan, melakukan wawancara, kuesioner dan telaah
pustaka. Hasil analisis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan para
pemangku kepentingan dalam mengembangkan kawasan ekowisata pada lokasi
penelitian.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
karunia dan hidayah-Nyalah usulan penelitian (skripsi) yang berjudul “Strategi
Pengembangan Kawasan Ekowisata di Pulau Lembeh (Studi Kasus : Kelurahan
Paudean, Kelurahan Pasir Panjang dan Kelurahan Dorbolaang)” ini dapat
diselesaikan dengan baik dan lancar. Penulisan Skripsi ini dibuat untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi.
Skripsi ini dapat diselesaikan juga berkat bantuan serta motivasi dari
berbagai pihak sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Maka
pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Jefrey I. Kindangen, DEA., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Sam Ratulangi Manado yang telah mendidik dan membagikan
ilmu pengetahuan kepada saya.
2. Dr. Judy O. Waani, ST, MT., selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado yang telah mendidik dan
membagikan ilmu pengetahuan kepada saya.
3. Dr. Veronica A. Kumurur, ST, MSi, selaku Koordinator Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sam Ratulangi Manado yang telah mendidik dan membagikan
ilmu pengetahuan kepada saya.
4. Dr. Aristotulus E. Tungka, ST, MT., selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi selama proses
penyusunan Tugas Akhir ini.
5. Verry Lahamendu, ST, MT., selaku Dosen Pembimbing II atas arahan,
bimbingan, saran dan motivasi yang diberikan selama proses penyusunan
Tugas Akhir ini.
6. Hendriek H. Karongkong, ST, MT., dan Dr. Ir. Linda Tondobala,
DEA., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan arahan
untuk memperbaiki penyusunan Skripsi ini menjadi lebih baik.
ii
7. Ir. Hanny Poli, Msi., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
saran dan arahan dalam penyelesaian Skripsi ini.
8. Ir. R. J. Poluan, Msi., selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan
saran dan arahan dalam penyelesaian Skripsi ini menjadi lebih baik.
9. Segenap Dosen Pengajar di Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah
dan Kota, Universitas Sam Ratulangi yang telah mendidik dan membagi
ilmunya kepada saya selama masa kuliah.
10. Orang Tua: Mama tercinta (Alfiah) dan Papa tercinta (Karim Zain, SE)
yang telah menghadirkan saya di dunia ini dan dengan penuh cinta kasih
dan sabar merawat, mendidik dan membesarkan saya, selalu berusaha
membiayai dan memenuhi seluruh kebutuhan hidup saya hingga saat ini
serta terus memberikan semangat, nasihat, motivasi, dan dukungan doa
untuk keberhasilan masa depan saya.
11. Kakak dan Adik saya (Radian Gifar Pradita dan Mayang Diva Triani)
yang selalu memberikan semangat dan dukungan doa untuk keberhasilan
saya.
12. Teman – teman Kampus (Elang, Phany, Iwet, Diya, Aziz, Nova, Acha,
Ame, Stela) yang telah berjuang bersama, selalu memberikan doa dan
dukungan serta selalu menemani saya sejak awal perkuliahan hingga tamat
kuliah.
13. Teman – teman Kos Sri Solo (Kak Acha, Dede, Linda, Kak Wiwi, Kak
Asri, Kak Vera, Patra, Erlin, Kak Indah, Gladies Cherryl, Gladies Bungan,
Kak Ester, Kak Merlin, Kak Lina, Tania dan teman lainnya) yang selalu
memberikan semangat, doa, dan menemani saya selama di kos.
14. Seluruh teman – teman PWK 2013, yang berjuang bersama-sama dalam
masa kuliah dan turut membantu saya selama penyusunan Skripsi
Apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam penelitian ini, baik
dari segi bahasa maupun isinya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
iv
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 22
v
4.3.3 Tingkat Pendidikan .......................................................................... 55
vi
4.7.2 Pendekatan Partisipasi dan Pemberdayaan .................................... 127
4.8.2 Tinjauan RPJMD Provinsi Sulawesi Utara terhadap Ekowisata ... 157
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2 Peta Titik Penyelaman Kota Bitung dan Pulau Lembeh ................... 39
viii
Gambar 4. 21 Peta Aksesibilitas Manado-Pulau Lembeh..................................... 84
Gambar 4. 31 Peta Rencana Pengembangan Pelabuhan Bitung Hingga 2028 ... 102
ix
Gambar 4. 41 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kelurahan Paudean .............. 127
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.7 Keterangan Peta Penyelaman Kota Bitung dan Pulau Lembeh ............ 40
Tabel 4.3 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Paudean Tahun 2017 ............ 45
Tabel 4.4 Jenis Suku yang Mendiami Kelurahan Paudean Tahun 2017 ............... 45
Tabel 4.5 Jenis-Jenis Lembaga Ekonomi Kelurahan Paudean Tahun 2017 ......... 46
Tabel 4.6 Prasarana dan Sarana di Kelurahan Paudean Tahun 2017 .................... 46
Tabel 4.10 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Pasir Panjang Tahun 2017 .. 50
Tabel 4.11 Jenis Suku yang Mendiami Kelurahan Pasir Panjang Tahun 2017 .... 50
Tabel 4.13 Jenis-Jenis Lembaga Ekonomi Kelurahan Pasir Panjang Tahun 2016 51
Tabel 4.14 Prasarana dan Sarana di Kelurahan Pasir Panjang Tahun 2017.......... 52
Tabel 4.15 Tempat Wisata di Kelurahan Pasir Panjang Tahun 2017 ................... 54
xi
Tabel 4.16 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan
Dorbolaang Tahun 2017 ..................................................................... 55
Tabel 4.18 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Dorbolaang Tahun 2017 ..... 56
Tabel 4.20 Jenis Suku yang Mendiami Kelurahan Dorbolaang Tahun 2017 ....... 57
xii
Tabel 4. 35 Kondisi Jalan Lingkar Lembeh .......................................................... 83
Tabel 4. 40 Hasil Skor Daya Tarik Wisata Kelurahan Paudean ......................... 105
Tabel 4. 42 Hasil Skor Prasarana dan Sarana Kelurahan Paudean ..................... 106
Tabel 4. 45 Hasil Skor Daya Tarik Wisata Kelurahan Dorbolaang .................... 107
Tabel 4. 47 Hasil Skor Prasarana dan Sarana Kelurahan Dorbolaang ................ 109
Tabel 4. 49 Hasil Skor Daya Tarik Wisata Kelurahan Pasir Panjang ................. 110
Tabel 4. 51 Hasil Skor Prasarana dan Sarana Kelurahan Pasir Panjang ............. 112
xiii
Tabel 4. 55 Data Responden yang Mengisi Kuesioner Penelitian di Kelurahan
Dorbolaang ....................................................................................... 115
Tabel 4. 65 Perilaku atau Gaya Hidup yang Ditunjukkan Masyarakat ............... 128
Tabel 4. 69 Perilaku atau Gaya Hidup yang Ditunjukkan Masyarakat ............... 133
Tabel 4. 73 Perilaku atau Gaya Hidup yang Ditunjukkan Masyarakat ............... 139
xiv
Tabel 4. 75 Keikutsertaan Masyarakat dalam Usaha-usaha Kelompok/Bersama di
Kelurahan Pasir Panjang .................................................................. 142
xv
1 BAB I
PENDAHULUAN
1
lingkungan alam dan seni budaya tradisional serta melibatkan masyarakat dalam
pengelolaannya (RPJMN 2015-2019)1.
1
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS), “Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019,” dalam Buku
Agenda I Tentang Pembangunan Nasional, Agenda II Tentang Pembangunan Bidang dan Agenda
III Tentang Pembangunan Wilayah (Jakarta: -, 2014).
2
Beberapa contoh Taman Nasional yang tersebar di berbagai daerah di
Indonesia yaitu Taman Nasional Kutai (Provinsi Kalimantan Timur), Taman
Nasional Bogani Nani Wartabone (Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi
Gorontalo), Taman Nasional Bunaken (Provinsi Sulawesi Utara), Taman Nasional
Wakatobi (Provinsi Sulawesi Tenggara), Taman Nasional Lorentz (Provinsi
Papua/Irian Jaya), Taman Nasional Kelimutu (Provinsi Nusa Tenggara Timur),
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Provinsi Jawa Barat), Taman Nasional
Siberut (Provinsi Sumatera Barat) dan lain sebagainya.
Wisata yang ditawarkan di Kelurahan Pasir Panjang ini adalah wisata pantai,
yang dikelilingi oleh mangrove dimana pantai tersebut dinamai dengan Pantai
Kahona, sehingga dengan adanya penerapan ekowisata di tempat ini dapat
menjamin keberlangsungan mangrove yang ada serta memberikan manfaat
ekonomi dan sosial kepada masyarakat setempat. Dalam pengelolaannya,
pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak
sendirian, karena dibantu oleh CCDP-IFAD (Coastal Community Development
Project – International Fund for Agricultural Development).
3
Kawasan ekowisata Pantai Kahona dilengkapi dengan prasarana dan sarana
yang menunjang wisatawan, seperti akses jalan berupa jembatan kayu diantara
pepohonan mangrove yang terhubung langsung ke Pantai Kahona, adanya
penerangan yang memanfaatkan tenaga surya, adanya beberapa gazebo sebagai
tempat santai bagi pengunjung, terdapat pula toilet, dan sebagainya. Selain itu,
masyarakat Kelurahan Pasir Panjang juga mendapatkan fasilitas dalam
pengelolaan kawasan ekowisata Pantai Kahona yaitu terdapat rumah olahan untuk
mengolah dan memasarkan produk yang dihasilkan oleh masyarakat setempat
sebagai timbal balik dari adanya kawasan ekowisata tersebut, terdapat pula
pondok informasi bagi masyarakat jika ada hal-hal yang perlu didiskusikan
bersama.
4
direncanakan kedepan untuk membangun kawasan konservasi laut berbasis
masyarakat (Laporan Akhir Kegiatan CCDP-IFAD Tahun 2013).
5
berupa resort khususnya terdapat di Kelurahan Paudean dan Pasir Panjang,
dimana salah satu resort tersebut dikelola oleh warga negara asing dan
menggunakan euro sebagai alat pembayarannya.
6
1.3.3 Menganalisis strategi pengembangan kawasan ekowisata yang dapat
diterapkan di Kelurahan Paudean, Kelurahan Pasir Panjang dan
Kelurahan Dorbolaang, Kecamatan Lembeh Selatan Pulau Lembeh.
Bab I Pendahuluan
7
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini akan menguraikan Landasan Teori yang digunakan dalam
penulisan ini.
Bab V Penutup
Dalam bab ini akan memuat hasil dari penelitian/studi ini meliputi
kesimpulan dan saran.
8
1.7 Kerangka Pikiran
Analisis Data
Analisis Potensi
Kawasan Ekowisata
9
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekowisata
Menurut World Conservation Union (WCU), ekowisata adalah perjalanan
wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan
menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi,
tidak menghasilkan dampak negatif , dan memberikan keuntungan sosial ekonomi
serta menghargai partisipasi penduduk lokal (Nugroho, 2011)2.
2
Iwan Nugroho, Ekowisata dan Wisata Berkelanjutan, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), h. 15.
3
Ibid.
10
Pada gambar dijelaskan bahwa dalam Ecotourism telah mencakup bahkan
tiga komponen Sustainable Tourism sekaligus yaitu Rural Tourism, Natural
Tourism dan Cultural Tourism. Menurut deklarasi Quebec (hasil pertemuan dari
anggota TIES di Quebec, Canada tahun 2002) dalam Nugroho, 20114, ekowisata
adalah sustainable tourism yang secara spesifik memuat upaya-upaya :
4
Iwan Nugroho, Ekowisata dan Wisata Berkelanjutan, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), h. 15-16.
11
5. Penghasilan pada masyarakat secara nyata terhadap ekonomi rakyat dari
kegiatan ekowisata mendorong masyarakat untuk menjaga kelestarian
kawasan alam.
6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan
termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga
keharmonisan dengan alam.
7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai
daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan.
8. Peluang penghasilan pada proporsi yang lebih besar terhadap negara.
5
. Iwan Nugroho, Ekowisata dan Wisata Berkelanjutan, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), h. 221.
6
Ibid.
12
Kelembagaan pemerintah dalam wujud peraturan dan perundangan menjadi
landasan langsung maupun tidak langsung pengembangan dan operasional
ekowisata. Kebijakan-kebijakan yang disebutkan adalah sebagai berikut
(Nugroho, 2011)7.
7
Iwan Nugroho, Ekowisata dan Wisata Berkelanjutan, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), h. 224-226.
13
p) PP Nomor 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam
q) Perpres Nomor 5 tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka
menengah nasional (RPJMN) tahun 2010-2014
1. Daerah itu harus memiliki keunikan yang khusus dan tidak terdapat di
tempat lain, seperti Kepulauan Nias, Pagai, atau Enggano yang memiliki
etnis berbeda dengan suku bangsa lainnya di Indonesia.
2. Memiliki atraksi seni budaya yang unik dan berbeda dengan suku bangsa
lainnya, seperti Badui, Tengger, Toraja, Dayak, Kubu, atau Sakai.
3. Adanya kesiapan masyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam proyek
yang akan dibangun.
4. Peruntukkan kawasan tidak meragukan.
5. Tersedia sarana akomodasi, rumah makan, dan sarana pendukung lainnya.
6. Tersedia aksesibilitas yang memadai dan dapat membawa wisatawan dari
dan ke kawasan yang akan dikembangkan.
14
berkualitas memungkinkan akan dapat mempertahankan kualitas obyek dan daya
tarik alam dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan dan kehidupan
sosial masyarakat lokal (Romani, 2006).
1) Atraksi wisata baik berupa alam, buatan (hasil karya manusia), atau
peristiwa (kegiatan) yang merupakan alasan utama kunjungan.
2) Fasilitas -fasilitas dan pelayanan dibutuhkan oleh wisatawan di daerah
tujuan wisata.
3) Akomodasi, makanan dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk
fisik tapi juga harus dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan
kenangan pada lingkungan dan makanan setempat.
4) Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor
kesuksesan daerah tujuan wisata.
5) Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan, dan
koordinasi.
a. Pendekatan Lingkungan
15
mengeluarkan pengeluaran ekstra untuk pelestarian alam. Analisis yang
mendalam terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pelestarian dan
konservasi lingkungan perlu dilakukan untuk menemu kenali pihak yang
berpentingan dan memanfaatkan lingkungan sebagai bagian dari
kehidupannya.
16
perencanaan sejak awal, dimana masyarakat dapat menyampaikan gagasan-
gagasan yang dapat memberikan nuansa Participatory Planning, dan
mendorong mereka mengembangkan gagasan murni tanpa pengendalian dan
pengarahan terkendali dari pihak-pihak berkepentingan. Beberapa unsur yang
mampu mendorong gagasan adalah ekonomi, konservasi, sosial, politik,
regulasi lingkungan, pemberdayaan dan reklamasi lingkungan yang rusak,
pemberdayaan seni budaya lokal dan lain-lain.
17
yang terpakai, banyaknya sanitasi, polusi suara dan udara, tekanan terhadap
flora dan fauna serta ketidakseimbangan lingkungan terkait dengan itu, maka
perlu dirumuskan pembinaan usaha pariwisata oleh pihak-pihak yang akan
melakukan monitoring lingkungan pariwisata yang didukung oleh para ahli
dibidang itu, mengingat bentuk dampak lingkungan sangat berbeda-beda
antara satu usaha dengan usaha lainnya.
Zoning peletakan fasilitas dibedakan dalam tiga zonasi yaitu zona inti,
zona penyangga, zona pelayanan dan zona pengembangan.
18
h. Pendekatan perencanaan kawasan ekowisata
j. Pendekatan pemasaran
19
mendidik wisatawan dan masyarakat berkiprah dalam kesadaran bahwa apa
yang mereka saksikan dan alami, akan musnah dan hancur bilamana tidak
dipelihara dan dilestarikan sejak awal pemanfaatan dan memperbaiki
kerusakan lingkungan.
k. Pendekatan organisasi
20
3 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif dengan analisis statistik deskriptif.
Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah bersifat kualitatif
dan kuantitatif.
a. Data Kualitatif adalah jenis data yang tidak berupa angka tetapi berupa
kondisi kualitatif objek dalam ruang lingkup penelitian baik dalam bentuk
uraian kalimat ataupun penjelasan. Berhubungan dengan pengembangan
kawasan ekowisata di Kelurahan Paudean, Kelurahan Pasir Panjang dan
Kelurahan Dorbolaang, maka data-data yang diambil berupa:
- Gambaran umum potensi alam yang dapat dikembangkan menjadi
ekowisata;
- Kondisi prasarana dan sarana wisata;
- Kegiatan-kegiatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat setempat;
21
b. Data Kuantitatif adalah jenis data yang berupa angka atau numerik yang
bisa diolah dengan menggunakan metode perhitungan yang sederhana.
Dalam hal ini, data-data yang akan diambil berhubungan dengan
pengembangan kawasan ekowisata di Kelurahan Paudean, Kelurahan Pasir
Panjang dan Kelurahan Dorbolaang yaitu:
- Data kependudukan;
- Data jumlah prasarana dan sarana;
- Data jumlah usaha-usaha masyarakat;
22
pengembangan kawasan ekowisata di Kelurahan Paudean,
Kelurahan Pasir Panjang dan Kelurahan Dorbolaang Kecamatan
Lembeh Selatan Pulau Lembeh.
2. Teknik wawancara. Teknik wawancara dilakukan untuk
memperoleh gambaran yang lebih mengenai permasalahan yang
dihadapi masyarakat pesisir Pulau Lembeh hubungannya dengan
pengembangan kawasan Ekowisata. Dalam pengambilan data
tersebut, masyarakat dan pemerintah setempat akan dilibatkan.
3. Kuisioner merupakan daftar pertanyaan-pertanyaan menyangkut
hal yang akan diteliti dengan melibatkan masyarakat secara umum.
Dalam penelitian ini, masyarakat atau responden yang dilibatkan
yaitu sebanyak 10 orang untuk masing-masing lokasi.
3.3.2 Pengumpulan data sekunder
1. Telaah pustaka yaitu salah satu teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh data atau gambar berupa peta-peta
yang terkait dengan penelitian, serta data-data pendukung lainnya
yang bersumber dari buku-buku atau literatur yang terkait dengan
penelitian dan dokumen laporan hasil penelitian sebelumnya.
23
2011). Memiliki kriteria-kriteria dalam menentukan wisata alam suatu daerah.
Empat kriteria diantaranya yaitu :
24
Fauna
Air
Gejala alam
5) Kebersihan lokasi, tidak ada pengaruh dari :
Industri
Jalan ramai
Permukiman penduduk
Sampah
Vandalisme
Pencemaran lain
6) Keamanan, terdiri atas lima sub-unsur yaitu :
Tidak ada arus berbahaya
Tidak ada penebangan liar dan perambahan
Tidak ada pencurian
Tidak ada kepercayaan yang mengganggu
Bebas penyakit berbahaya seperti malaria
7) Kenyamanan, terdiri atas lima sub-unsur yaitu :
Bebas bau yang mengganggu
Tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu
Bebas kebisingan
Udara sejuk
b. Aksesibilitas
Kriteria aksesibilitas terbagi dalam tiga (3) unsur dan masing-masing
unsur terbagi lagi dalam beberapa sub-unsur. Kriteria aksesibilitas memiliki
bobot yang bernilai lima (5). Kriteria aksesibilitas dibagi dalam 4 kategori
antara lain : baik, cukup, sedang dan buruk.
1) Kondisi dan jarak jalan darat, yaitu :
< 5 km
5-10 km
10-15 km
> 5 km
25
2) Tipe jalan, yaitu :
Jalan aspal lebar > 3 m
Jalan aspal lebar < 3m
Jalan batu/makadam
Jalan tanah
3) Waktu tempuh dari pusat kota, yaitu :
1-2 jam
2-3 jam
3-4 jam
> 5 jam
c. Prasarana dan sarana
Kriteria prasarana dan sarana memiliki bobot bernilai tiga (3). Masing-
masing dari prasarana dan sarana terbagi atas beberapa sub-unsur yaitu :
1) Prasarana, terdiri dari enam sub-unsur yaitu :
Kantor pos
Puskesmas/klinik
Wartel/warnet
Areal parkir
Jalan/jembatan
Jaringan radio/TV/koran
2) Sarana, terdiri dari enam sub-unsur yaitu :
Warung
Pasar
Bank
Toko cendramata
Tempat peribadatan
Toilet
d. Akomodasi
Kriteria akomodasi terdiri dari dua (2) unsur dengan nilai bobot 3. Unsur-
unsur tersebut yaitu :
26
1) Jumlah penginapan
2) Jumlah kamar
27
d. Air
e. Gejala alam
5. Kebersihan lokasi, tidak Ada Ada Ada Ada 1-2
ada pengaruh dari: 5-6 3-4 2-3 (10)
a. Industri (30) (20) (15)
b. Jalan ramai
c.Pemukiman penduduk
d. Sampah
e. Vandalisme
f. Pencemaran lain
6. Keamanan: Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada1
a. Tidak ada arus berbahaya 30 25 20 15 10
b. Tidak ada penebangan
liar dan perambahan
c. Tidak ada pencurian
d. Tidak ada kepercayaan
yang mengganggu
e. Bebas penyakit
berbahaya seperti
malaria
7. Kenyamanan: Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Bebas bau yang 30 25 20 15
mengganggu
b. Tidak ada lalu lintas
umum yang
mengganggu
c. Bebas kebisingan
d. Udara sejuk
b. Aksesibilitas
Tabel 3. 2 Aksesibilitas
Bobot : 5
No. Unsur/Sub Unsur Baik Cukup Sedang Buruk
1. Kondisi dan jarak
jalan
darat:
<5 km 80 60 40 20
5-10 km 60 40 25 15
10-15 km 40 20 15 5
> 15 km 20 10 5 1
28
2. Tipe Jalan Jalan aspal Jalan aspal Jalan Jalan
lebar >3 m lebar < 3m batu/makadam tanah
10 20 25 30
3. Waktu tempuh 1-2 jam 2-3 jam 3-4 jam >5 jam
dari pusat kota 30 25 20 10
29
Potensi pengembangan kawasan ekowisata akan dihitung dengan Pedoman
analisis ADO-ODTWA. Namun, sebelum itu ditentukan terlebih dahulu jenis
wisata alam yang ada di masing-masing kelurahan. Kemudian memberikan nilai
sesuai unsur/sub-unsur yang ada. Setelah mendapatkan nilai dari setiap unsur/sub-
unsur dalam 4 kriteria penilaian yang ada, maka tinggal dikalikan dengan nilai
bobot pada masing-masing kriteria dan akan didapatkan skor/nilai tiap kriteria.
Secara rumus (Abdullah, 2011) dituliskan sebagai berikut.
𝑺 =𝑵 ×𝑩
Keterangan : S = Skor/nilai
B = Bobot nilai
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑆𝑚𝑖𝑛
𝑆𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔 =
𝑘
30
Tabel 3. 5 Klasifikasi Pengembangan Setiap Unsur
Penilaian
Nilai Nilai Kurang Sangat
ADO- Potensial
Tertinggi Terendah Potensial Potensial
ODTWA
Daya tarik
1260 450 450-720 721-990 991-1260
wisata
Aksesibilitas 1200 405 405-670 671-935 936-1200
Prasarana
180 60 60-100 101-140 141-180
dan sarana
Akomodasi 180 60 60-100 101-140 141-180
Sumber : Hasil analisis penulis
1. Pendekatan Lingkungan
Pengembangan ekowisata dengan pendekatan lingkungan dalam penelitian
ini memperhatikan dua variabel, yaitu :
Program-program pelestarian lingkungan.
Sikap masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam.
2. Pendekatan Partisipasi dan Pemberdayaan
Dalam penelitian ini, pendekatan partisipasi dan pemberdayaan difokuskan
pada dua variabel yaitu :
Karakter masyarakatnya. Dalam hal ini akan dinilai 3 indikator yaitu :
- Tingkat pendidikan masyarakat
- Perilaku atau gaya hidup masyarakat
- Kesadaran adanya potensi wisata
Model partisipasi dan pemberdayaan, yaitu :
- Usaha kelompok/bersama masyarakat
31
mendapatkan strategi pengembangan yang dapat diterapkan pada lokasi penelitian
yaitu sebagai berikut.
a) Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain
relatif terhadap pesaing dan kekuatan dari pasar suatu perusahaan.
Kekuatan kawasan pariwisata adalah sumberdaya alam, pengelolaan dan
keunggulan relatif industri pariwisata dari pasar dan pesaing sejenis.
32
b) Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya
alam, ketrampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja
efektif suatu perusahaan. Kelemahan kawasan pariwisata adalah
keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya alam, ketrampilan dan
kemampuan pengelolaan industri pariwisata.
c) Peluang (Opportunity)
Peluang adalah situasi atau kecenderungan utama yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Peluang kawasan
pariwisata adalah situasi atau kecenderungan utama yang menguntungkan
industri pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan pariwisata.
d) Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi atau kecenderungan utama yang tidak
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman kawasan
pariwisata adalah situasi atau kecenderungan utama yang tidak
menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan
pariwisata.
33
sedangkan jika nilai ancaman kecil/dibawah rata-rata pesaing-pesaingnya nilainya
4. Setelah itu, akan dilakukan pemetaan posisi pariwisata dengan menggunakan
model posisi perkembangan pariwisata, dimana untuk mengetahui letak kuadran
strategi yang dianggap memiliki prioritas yang tinggi dan mendesak untuk segera
dilaksanakan digunakan formulasi sumbu X dan Y, dimana sumbu X adalah
EFAS (Peluang – Ancaman) dan sumbu Y adalah IFAS (Kekuatan – Kelemahan)
yang dinyatakan dalam nilai sesuai hasil skoring (Unga, 2011).
Pemetaan posisi pariwisata bertujuan untuk mengetahui posisi pariwisata
dari suatu obyek wisata dalam kondisi perkembangannya saat ini. Pemetaan
didasarkan pada analogi sifat yang dimiliki dari faktor-faktor strategis. Kekuatan
memiliki sifat positif, kelemahan bersifat negatif, begitu juga dengan peluang
bersifat positif dan ancaman bersifat negatif (Unga, 2011).
Menurut Unga (2011), rumusan setiap kuadran yang secara khusus untuk
pariwisata dan beberapa pengertian yang melalui proses adopsi, adaptasi dari
penggunaan analisis SWOT untuk perusahaan sehingga diadaptasi suatu rumusan
sebagai berikut :
34
a. Kuadran I : Growth (Pertumbuhan)
Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam
penjualan, asset, profit, atau kombinasi ketiganya. Pertumbuhan dalam pariwisata
adalah pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan (frekuensi kunjungan dan asal
daerah wisatawan), asset (obyek dan daya tarik wisata, prasarana dan sarana
pendukung), pendapatan (retribusi masuk dan jumlah yang dibelanjakan).
Pertumbuhan dalam pariwisata terbagi dua yaitu :
Rapid growth strategy (strategi pertumbuhan cepat), adalah strategi
meningkatkan laju pertumbuhan kunjungan wisatawan dengan waktu lebih
cepat (tahun kedua lebih besar dari tahun pertama dan selanjutnya),
peningkatan kualitas yang menjadi faktor kekuatan untuk memaksimalkan
pemanfaatan semua peluang.
Stable growth strategy (strategi pertumbuhan stabil), adalah strategi
mempertahankan pertumbuhan yang ada (kenaikan yang stabil, jangan
sampai turun).
b. Kuadran II : Stability (Stabilitas)
Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan
yang ada, dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah dicapai. Stabilitas
diarahkan untuk mempertahankan suatu keadaan dengan berupaya memanfaatkan
peluang dan memperbaiki kelemahan. Strategi stabilitas terbagi dua yaitu :
Aggressive maintenance strategy (strategi perbaikan agresif), adalah
strategi konsolidasi internal dengan mengadakan perbaikan-perbaikan
berbagai bidang. Perbaikan faktor-faktor kelemahan untuk
memaksimalkan pemanfaatan peluang.
Selective maintenance strategy (strategi perbaikan pilihan), adalah strategi
konsolidasi internal dengan melakukan perbaikan pada sesuatu yang
menjadi kelemahan. Memaksimalkan perbaikan faktor-faktor kelemahan
untuk memanfaatkan peluang.
c. Kuadran III : Survival (Bertahan)
Turn around strategy (strategi memutar balik), adalah strategi yang
membalikkan kecenderungan-kecenderungan negatif sekarang yang paling
umum tertuju pada pengelolaan.
35
Guirelle strategy (strategi merubah fungsi), adalah strategi merubah fungsi
yang dimiliki dengan fungsi lain yang benar-benar berbeda.
d. Kuadran IV : Diversification
Strategi penganekaragaman adalah strategi yang membuat
keanekaragaman terhadap obyek dan daya tarik wisata dan mendapatkan dana
investasi dari pihak luar. Strategi penganekaragaman dibagi dua yaitu :
Diversification concentric strategy (strategi diversifikasi konsentrik),
adalah diversifikasi obyek dan daya tarik wisata sehingga dapat
meminimalisir ancaman.
Diversification conglomerate strategy (strategi diversifikasi konglomerat),
adalah memasukkan investor untuk mendanai diversifikasi yang
mempertimbangkan laba.
Setelah itu, dibuat matriks analisis SWOT untuk menentukan strategi yang
bisa diterapkan pada lokasi penelitian berdasarkan hasil dari integrasi faktor-
faktor internal dan eksternalnya tadi tersebut. (Unga, 2011)
Tabel 3. 6 Matriks Silang SWOT
36
3.5 Gambaran Lokasi Penelitian
Pulau Lembeh merupakan bagian dari administrasi Kota Bitung yang terbagi
dalam dua kecamatan yaitu Kecamatan Lembeh Selatan dan Kecamatan Lembeh
Utara. Luas wilayah masing-masing kecamatan yaitu 2.553 ha dengan persentase
7,07% dan 3.061,5 ha dengan persentase 9,20% dari Kota Bitung. Secara
geografis, Kawasan Lembeh Utara dan Lembeh Selatan terletak pada 1⁰30’ –
1⁰41’ LU dan 125⁰01‘ – 125⁰14’ BT, dengan batas-batas wilayahnya sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Laut Maluku
Sebelah Timur : Laut Maluku
Sebelah Selatan : Selat Lembeh
Sebelah Barat : Selat Lembeh
Selat Lembeh berukuran 16 km panjang dan 1 – 2 km lebar, dengan
kedalaman laut berkisar 25 – 70 m dan rata-rata 15 – 20 m serta suhu air 25 –
27⁰C. Selat ini membawa massa air dari laut Maluku dan Sulawesi yang
mengandung plankton yang berlimpah yang mendukung mahluk yang mendiami
perairan ini, dan daerah ini merupakan salah satu daerah yang memiliki
keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (Arifin, 2008). Daerah ini merupakan
daerah alur migrasi bagi ikan-ikan kecil dan besar. Oleh sebab itu, tidak heran jika
masyarakat Pulau Lembeh mengandalkan sektor perikanan sebagai sumber
penghasilan terbesar. Padahal, Selat Lembeh juga berpotensi besar menjadi sektor
pariwisata khususnya wisata pesisir dan wisata bawah air. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya titik penyelaman yang ada.
37
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Bitung
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Bitung, 2017
38
Gambar 3.2 Peta Titik Penyelaman Kota Bitung dan Pulau Lembeh
39
Tabel 3.7 Keterangan Peta Penyelaman Kota Bitung dan Pulau Lembeh
Titik Penyelaman
Dive sites mainland
Dive sites Lembeh island
Sulawesi
28. Batu Kapal
1. Rotan
29. Dante's Wall 55. Monument (Trikora)
2. Madidir 1,2,3
30. Jico Yance 56. Batu Lubang Besar
3. Naemundung Point
31. Kainah's Treasure 57. Goby the Crab
4. Tanduk Rusa
32. Pulau Putus (Tanjung Lampu)
5. Bianca
33. California 58. Tanjung Paudean
6. Police Pier 1,2
Dreaming 59. Divers Lodge house
7. Nudi Falls
34. Batu Mera reef
8. Kungkungan house reef
35. Angel's window 60. Mandarin Place
9. Goronga
36. Delima Point 61. Beting Pasir
10. Critters hunt
37. Pearl Farm 62. Tanjung Kuning
11. Serena Island
38. Rojos 1,2 63. Jiko 1,2,3
12. Pinnacle X
39. Batu Sandar 64. Pulau Dua
13. Air Prang
40. Air Bajo 1,2,3 65. Coral Kobong
14. Jahir
41. Tanjung Tebal 66. Pulau Susulina
15. Jarijari
42. Tanjung Kubur 67. Batu Bunyan
16. Makawidey north,
43. Kareko Batu
south
44. Kareko Pasir
17. Nudi Retreat
45. Pantai (Pante)
18. Magic Rock
Parigi
19. Retak Becho
46. Pante Abo
20. Magic Crack
47. Pintu Kolada
21. Retak Larry
48. Sea Grass
22. Teluk Kembahu 1,2,3
49. Tanjung Kusu
23. Lettuce Surpriz U
Kusu
(Kuda Laut)
50. Hemi
24. Hairball 2,1
51. Tanjung Mawali
25. Hainus
52. Pulau Abadi
26. Aw Shucks
53. Papu Sungan
27. Batu Angus
54. Batu Lubang Kecil
Sumber : www.starfish.ch/dive/lembeh.html
40
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Lembeh Selatan, khususnya terletak
di tiga kelurahan yaitu Kelurahan Paudean, Kelurahan Pasir Panjang dan
Kelurahan Dorbolaang. Ketiga kelurahan tersebut termasuk dalam program
Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP) yang diadakan di 17 kelurahan di
Kecamatan Lembeh Utara dan Lembeh Selatan. Dalam mewujudkan program
tersebut, dibentuklah Kelompok Pengelola Sumber Daya Pesisir (KPSDP) di
masing-masing kelurahan dengan anggotanya adalah masyarakat setempat.
41
Gambar 3.3 Peta Lokasi Penelitian
42
4 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tinjauan Umum Kelurahan Paudean
43
4.1.2 Kependudukan
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
di Kelurahan Paudean Tahun 2017
Jumlah Penduduk
No. KK
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 295 574 526 1100
Sumber : Kantor Kelurahan Paudean, 2016
44
4.1.4 Mata Pencaharian Pokok
Tabel 4.3 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Paudean Tahun 2017
Laki-laki Perempuan
Jenis Pekerjaan
(Orang) (Orang)
1. Petani 75 10
2. Nelayan 178 -
3. Buruh migran perempuan - -
4. Buruh migran laki-laki - -
5. Pegawai Negeri Sipil 12 10
6. Pengrajin industri rumah tangga 1 1
7. Pedagang keliling 2 10
8. Peternak 25 10
9. Dokter swasta 185 -
10. Bidan swasta 2 -
11. Pensiunan TNI/POLRI 4 -
12. Pengusaha besar 1 -
13. Karyawan perusahaan swasta 7 5
Jumlah 492 46
Jumlah Total Penduduk 538 orang
.............................
Sumber : Kantor Kelurahan Paudean, 2016
4.1.5 Etnis
Tabel 4.4 Jenis Suku yang Mendiami Kelurahan Paudean Tahun 2017
Laki-laki Perempuan
Etnis
(Orang) (Orang)
1. Jawa 2 1
2. Makassar 1 1
3. Ambon 3 1
4. Minahasa 5 3
5. Ternate 3 4
6. Gorontalo 10 15
7. Sangir 550 501
Jumlah 574 526
Sumber : Kantor Kelurahan Paudean, 2016
45
4.1.6 Lembaga Ekonomi
Tabel 4.5 Jenis-Jenis Lembaga Ekonomi Kelurahan Paudean Tahun 2017
Jumlah
Jumlah
Jenis Lembaga Jenis Jumlah Tenaga
No. Pemilik
Ekonomi Usaha/Jasa /Unit Kerja
(Orang)
(Orang)
Lembaga
Koperasi
Ekonomi, dan
1. Simpan 10 - 150
Unit Usaha di
Pinjam
Kelurahan
Industri
2 - -
Industri Kecil Kerajinan
2.
dan Menengah Rumah makan
1
dan restoran
Perahu
Usaha Jasa Motor/Klotok
3. 2 2 -
Pengangkutan atau
sejenisnya
Usaha Jasa dan Jumlah Usaha
4. 10 - 20
Perdagangan Toko/Kios
Group
Usaha Jasa
5. Vokal/Paduan 2 - 40
Hiburan
Suara
Pengecer Gas
dan Bahan 5 - 7
Usaha Jasa Gas, Bakar Minyak
6. Listrik, BBM Usaha air
Dan Air minum
5 - 5
kemasan/isi
ulang
Usaha Jasa Tukang
7. 2 - 2
Keterampilan Jahit/Bordir
Usaha Jasa
8. Villa 1 - 30
Penginapan
Sumber : Kantor Kelurahan Paudean, 2016
46
Jalan antar
Desa/Kelurahan/kecam
- 5 km
atan (Panjang jalan
aspal)
Pangkalan Ojek 2 -
Bus Umum 1
Ojek 25
Transportasi
2. Tambatan perahu 2 -
Laut/Sungai
Tangki air bersih 9 -
MCK Umum 10 -
Pemilik jumlah jamban
116 -
keluarga (KK)
75 Unit
(Baik);
Air Bersih
3. 30 Unit
dan Sanitasi
Kondisi saluran (rusak);
drainase/saluran 10 Unit
-
pembuangan air limbah (Mampet);
47 Unit
(Kurang
Memadai).
Masjid 2 -
4. Peribadatan Gereja Kristen
3 -
Protestan
Lapangan Sepakbola 1 -
5. Olahraga Lapangan Voli 1 -
Meja Pingpong 2 -
Puskesmas pembantu 1 -
Posyandu 2 -
8. Kesehatan
Paramedis, Bidan dan
4 (orang) -
Perawat
Gedung SMP/sederajat 1 -
Gedung SD/sederajat 2 -
Gedung TK 1 -
9. Pendidikan
Gedung Tempat
1 -
Bermain Anak
Perpustakaan keliling 1 -
Genset pribadi 65 -
Energi dan
10. Lampu minyak
Penerangan 15 -
tanah/jarak/kelapa
47
Tempat Wisata 1 buah -
Hiburan dan
11. Bilyar 1 -
Wisata
Cottage/Resort 1 -
Tempat Pembuangan
5 Lokasi -
Sementara (TPS)
Tempat Pembuangan
1 Lokasi -
12. Kebersihan Akhir (TPA)
Tong sampah 5 -
Tempat Pengelolaan
Ada -
Sampah
Sumber : Kantor Kelurahan Paudean, 2016
Tingkat
Luas
Lokasi/ Tempat/ Area Wisata Pemanfaatan
(Ha)
(= Aktif)
1. Laut (Taman Laut, Pantai dll) 1
Sumber : Kantor Kelurahan Paudean, 2016
Tempat wisata di Kelurahan Paudean yang dikenal banyak orang bahkan
sampai luar negeri adalah wisata taman lautnya. Terdapat empat titik penyelaman
untuk para wisatawan bisa menikmati keindahan taman bawah laut ini yaitu
Tanjung Paudean, Divers Lodge House Reef , Mandarin Place, Beting Pasir.
Selain itu, juga terdapat resort yang dikelola oleh warga negara asing (WNA)
dengan nama Divers Lodge Lembeh dan wisata mangrove.
48
4.2 Tinjauan Umum Kelurahan Pasir Panjang
4.2.2 Kependudukan
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
di Kelurahan Pasir Panjang Tahun 2017
Jumlah Penduduk
No. KK
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 128 235 203 438
Sumber : Kantor Kelurahan Pasir Panjang, 2016
49
9. Tamat SD/sederajat 12 10
10. Tamat SMP/sederajat 39 33
11. Tamat SMA/sederajat 16 19
12. Tamat S-1/sederajat 4 2
Jumlah 235 203
Jumlah Total 438
Sumber : Kantor Kelurahan Pasir Panjang, 2016
Laki-laki Perempuan
No. Jenis Pekerjaan
(Orang) (Orang)
1. Petani 70 3
2. Pegawai Negeri Sipil 2 2
3. Pengrajin industri rumah tangga 3 1
4. Peternak 12 -
5. Nelayan 115 -
Jumlah 202 6
Jumlah Total Penduduk 208
Sumber : Kantor Kelurahan Pasir Panjang, 2016
4.2.5 Etnis
Tabel 4.11 Jenis Suku yang Mendiami Kelurahan Pasir Panjang Tahun 2017
Laki-laki Perempuan
No. Etnis
(Orang) (Orang)
1. Ternate 1 -
2. Gorontalo 3 -
3. Sanger 231 203
Jumlah 235 203
Sumber : Kantor Kelurahan Pasir Panjang, 2016
Ruang Jumlah
Nama Jumlah Jumlah
Keberadaan Lingkup Jenis
Lembaga Lembaga Pengurus
Kegiatan Kegiatan
LKMD/LK
Ada 1 5 8 5
MK
50
LPMD/LP
MK atau Ada 1 5 8 5
sebutan lain
PKK Ada 4 15 8 5
Rukun
Ada 4 4 10 10
Tetangga
Karang
Ada 1 12 5 5
Taruna
Kelompok
Tani/Nelaya Ada 7 21 3 3
n
Organisasi
Ada 3 33 14 14
Keagamaan
Organisasi
Perempuan Ada 2 23 8 8
Lain
Organisasi
Pemuda Ada 1 4 2 2
Lainnya
Organisasi
Ada 2 8 4 4
Bapak
Kelompok
Gotong Ada 2 6 5 5
Royong
Pecinta
Ada 1 4 2 2
Alam
Yayasan Ada 1 5 3 3
Sumber : Kantor Kelurahan Pasir Panjang, 2016
Jumlah
Jumlah
Jenis Lembaga Jumlah Tenaga
No. Jenis Usaha/Jasa Pemilik
Ekonomi /Unit Kerja
(Orang)
(Orang)
Lembaga
Ekonomi, dan Koperasi Unit
1. 1 - 5
Unit Usaha di Kelurahan
Kelurahan
Industri
3 - 30
Makanan
Industri Kecil
2. Rumah makan
dan Menengah 1 3
dan restoran
Industri Alat 1 3
51
rumah tangga
Usaha Jasa
3. Angkutan Darat 8 8 8
Pengangkutan
Jumlah Usaha
Usaha Jasa dan 14 - 14
4. Toko/Kios
Perdagangan
Usaha Perikanan 3 6
Group
Usaha Jasa
5. Vokal/Paduan 1 - 21
Hiburan
Suara
Pengecer Gas
dan Bahan 2 - 4
Bakar Minyak
Usaha Jasa Gas,
Usaha air
6. Listrik, BBM
minum
Dan Air
kemasan/isi 3 - 6
ulang
Tukang
2 - 5
Jahit/Bordir
Tukang Kayu 5 5
Usaha Jasa Tukang Batu 3 3
7.
Keterampilan Tukang Service
1 2
Elektronik
Tukang Pijat/
3 3
Urut/Pengobatan
Usaha Jasa
8. Villa 1 - 10
Penginapan
Sumber : Kantor Kelurahan Pasir Panjang, 2016
Tabel 4.14 Prasarana dan Sarana di Kelurahan Pasir Panjang Tahun 2017
52
atan (Panjang jalan 1 km dalam
aspal) kondisi rusak.
4,8 km dalam
Jalan Desa/Kelurahan kondisi baik;
-
(Panjang jalan aspal) 200 m dalam
kondisi rusak.
Jalan Desa/Kelurahan 500 m dalam
-
(Panjang jalan tanah) kondisi rusak.
Ojek 8 -
Transportasi Tambatan perahu 2 -
2. Laut/Sungai Perahu motor 1 -
Perahu tanpa motor 13 -
Sumur Gali 8 -
MCK Umum 3 -
Pemilik jumlah jamban
54 -
keluarga (KK)
1 Unit
Air Bersih (Baik);
3. Kondisi saluran
dan Sanitasi 3 Unit
drainase/saluran
(rusak); -
pembuangan air limbah
2 Unit
(Mampet).
Sumur resapan air
8 -
rumah tangga (Rumah)
Gereja Kristen
4. Peribadatan 3 -
Protestan
Lapangan Sepakbola 1 -
Lapangan Voli 1 -
5. Olahraga
Meja Pingpong 2 -
Lapangan Bulu Tangkis 1 -
Puskesmas pembantu 1 -
Rumah Bersalin 1 -
8. Kesehatan Posyandu 2 -
Paramedis, dukun
2 (orang) -
bersalin terlatih
Gedung SD/sederajat 1 -
9. Pendidikan
Gedung TK 1 -
-
Hiburan dan
10. Tempat Wisata 3 buah
Wisata
53
Pengelolaan sampah Ada
11. Kebersihan -
lingkungan/RT (Pemerintah)
Sumber : Kantor Kelurahan Pasir Panjang, 2016
54
Sebelah Utara : Kelurahan Batulubang
Sebelah Timur : Kelurahan Papusungan
Sebelah Selatan : Laut Maluku
Sebelah Barat : Kelurahan Pasir Panjang
4.3.2 Kependudukan
Tabel 4.16 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan
Dorbolaang Tahun 2017
Jumlah Penduduk
No. KK
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 310 594 491 1.085
Sumber : Kantor Kelurahan Dorbolaang, 2016
55
4.3.4 Mata Pencaharian Pokok
Tabel 4.18 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Dorbolaang Tahun 2017
Laki-laki Perempuan
No. Jenis Pekerjaan
(Orang) (Orang)
1. Petani 30 10
2. Pegawai Negeri Sipil 3 6
3. TNI 1 -
4. Pensiunan 3 -
5. Buruh Tani 1 -
6. Nelayan 180 -
7. Karyawan Swasta 3 1
Jumlah 221 17
Jumlah Total 238
Sumber : Kantor Kelurahan Dorbolaang, 2016
Tingkat
Luas
No. Lokasi/ Tempat/ Area Wisata Pemanfaatan
(Ha)
(= Aktif)
Laut (Wisata Pulau, Taman Laut,
1. Ha
Pantai dll)
2. Wisata Religi -
Sumber : Kantor Kelurahan Dorbolaang, 2016
56
Kelurahan Dorbolaang terkenal dengan tempat wisata religinya yaitu
patung Yesus sebesar 35 meter yang terletak pada ketinggian 33 meter di atas
permukaan laut (dpl). Selain itu, Kelurahan Dorbolaang juga dikenal dengan
adanya beberapa titik penyelaman yaitu Jiko 1,2,3 dan Pulau Dua.
4.3.6 Etnis
Tabel 4.20 Jenis Suku yang Mendiami Kelurahan Dorbolaang Tahun 2017
Laki-laki Perempuan
No. Etnis
(Orang) (Orang)
1. Jawa 2 1
2. Ambon 1 -
3. Papua 1 -
4. Ternate 6 4
5. Sangir 584 486
Jumlah 594 491
Sumber : Kantor Kelurahan Dorbolaang, 2016
Jumlah Jumlah
Nama Lembaga Keberadaan
Lembaga Pengurus
LPM Ada 1 3
Lingkungan Ada 3 3
PKK Ada 1 50
Rukun Tetangga Ada 6 6
Karang Taruna Ada 1 -
Sumber : Kantor Kelurahan Dorbolaang, 2016
Jumlah
Jumlah
Jenis Lembaga Jenis Jumlah Tenaga
No. Pemilik
Ekonomi Usaha/Jasa /Unit Kerja
(Orang)
(Orang)
1. Industri Kecil Industri Makanan 3 - -
57
dan Menengah
Usaha Jasa dan Jumlah Usaha
2. 13 - -
Perdagangan Warung/Kios
Sumber : Kantor Kelurahan Dorbolaang, 2016
Transportasi
1. Tambatan perahu 3 -
Laut/Sungai
58
Berdasarkan data dari dokumen RZWP3K (Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil) Provinsi Sulawesi Utara tahun 2015-2035, luas terumbu
karang di Kota Bitung yaitu 591,04 ha, dimana Pulau Lembeh memiliki luas
terumbu karang sebesar 263,5 ha. Berikut adalah tabel yang menunjukkan luasan
terumbu karang di Kota Bitung.
59
Gambar 4. 7 Peta Sebaran Klorofil Sulawesi Utara
Sumber Peta : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi Sulawesi Utara
60
4.4.2 Ekosistem Mangrove
Kawasan mangrove selain berfungsi secara fisik, juga memiliki berbagai
fungsi secara ekologi (biofisik) dan sosial ekonomi. Salah satu fungsi ekologi
mangrove yaitu fisik kawasan untuk menjaga dan menstabilkan garis pantai dan
tepian sungai dan pelindung dari hempasan gelombang dan arus. Fungsi biologi
adalah sebagai tempat asuhan, tempat mencari makanan dan tempat
berkembangbiak antara lain berbagai jenis ikan, burung, biawak dan jenis primata
sedangkan fungsi ekonomi mangrove salah satunya adalah kawasan wisata alam
yang hasilnya dapat dikembangkan dalam bentuk produk industri wisata sebagai
penghasil devisa (Karlina, 2015)
61
7 Minahasa 294,23
8 Minahasa Selatan 1.038,03
9 Minahasa Tenggara 541,99
10 Bolaang Mongondow 593,69
11 Bolaang Mongondow Utara 1.488,97
12 Bolaang Mongondow Timur 324,81
13 Bolaang Mongondow Selatan 814,44
TOTAL 12.036,29
Sumber : Dokumen RZWP3K Provinsi Sulawesi Utara tahun 2015-2035
62
Gambar 4. 8 Peta Persebaran Mangrove di Kecamatan Lembeh Selatan
63
4.4.3 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan dibagi menjadi dua yaitu penggunaan lahan untuk
kawasan lindung dan penggunaan lahan untuk kawasan budidaya. Berikut adalah
penggunaan lahan di Kecamatan Lembeh selatan.
64
Berikut ini adalah uraian dari penggunaan lahan untuk kawasan budidaya
di Kelurahan Paudean, Kelurahan Pasir Panjang dan Kelurahan Dorbolaang.
65
3. Pala 5 -
4. Coklat 1 -
Jumlah 292 180,35 ±250
Sumber : Kantor Kelurahan Paudean, Pasir Panjang dan Dorbolaang, 2017
5. Tempat pemakaman 2 1 -
desa/umum
6. Bangunan Sekolah 1,5 - -
Jumlah 31,039 71,214 ±34,5
Sumber : Kantor Kelurahan Paudean, Pasir Panjang dan Dorbolaang, 2017
66
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya: kawasan
resapan air
Kawasan perlindungan setempat: sempadan pantai, sempadan sungai, dan
kawasan sekitar mata air
Ruang Terbuka Hijau Kota: Taman RT, Taman RW, Taman Kota dan
Taman Pemakaman
Kawasan suaka alam dan cagar budaya: Suaka Alam Laut Selat Lembeh
(kawasan Lindung Nasional), Cagar Alam Gunung Dua Sudara dan
Gunung Tangkoko (Kawasan Lindung Nasional), Pantai Berhutan Bakau
dan Taman Wista Alam (TWA) Batu Angus dan TWA Batu Putih.
Kawasan rawan bencana alam: rawan gelombang pasang, rawan banjir,
dan rawan tanah longsor.
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas
yang mampu memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya maupun
sekitarnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara
kesuburan tanah (RTRW Kota Bitung tahun 2013-2033).
67
Kawasan hutan lindung di Pulau Lembeh, bagi masyarakat keberadaan
hutan lindung di pulau ini kurang jelas karena tidak ada batas yang jelas antara
kawasan dengan areal yang dapat dibuka sehingga hutan di Pulau Lembeh hampir
tidak bisa dijumpai lagi (RTRW Kota Bitung tahun 2013-2033).
Kawasan resapan air adalah areal lahan yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan. Kawasan
resapan air adalah berupa daerah-daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi,
memiliki struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi
yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran. Di Kota Bitung,
kawasan resapan air tersebut berada di bagian atas perbukitan dan pegunungan
seperti Gunung Duasudara, Gunung Tangkoko, Gunung Klabat, Gunung Woka,
Gunung Lembeh, Gunung Temboan Sela dan Gunung Wiau (RTRW Kota Bitung
tahun 2013-2033).
Kawasan resapan air yang terletak di luar kawasan hutan lindung pada
umumnya telah dikuasai oleh masyarakat. Lahan yang ada telah dimanfaatkan
untuk kegiatan budidaya pertanian, terutama dijadikan lahan perkebunan cengkeh
dan kelapa. Pengolahan tanah belum menerapkan usaha-usaha konservasi tanah
sehingga pada saat hujan ekstrim sering terjadi erosi tanah pada lahan-lahan
berlereng (RTRW Kota Bitung tahun 2013-2033).
68
lindung sudah mulai diambil alih oleh masyarakat, terbukti dengan adanya
keluhan masyarakat terhadap ombak yang mengenai dan merusak tempat
tinggalnya.
70
4.4.4 Daya Tarik Wisata Lokasi Penelitian
Pulau Lembeh memiliki daya tarik wisata tersendiri. Daya tarik utama dari
potensi wisata yang ada di Pulau Lembeh khususnya Kelurahan Paudean, Pasir
Panjang dan Dorbolaang adalah wilayah pesisirnya. Wilayah pesisir yang menjadi
destinasi wisata di tiga lokasi tersebut yaitu ekosistem mangrove dan terumbu
karangnya. Selain itu, flora dan fauna yang hidup membentuk ekosistem pada
mangrove dan terumbu karang juga menjadi daya tarik wisata lainnya. Hal ini
dikarenakan keberadaan flora dan fauna ini terbilang unik dan langka, sehingga
menjadi nilai tambah tersendiri. Karakteristik ekosistem mangrove dan terumbu
karang di Kelurahan Paudean, Pasir Panjang dan Dorbolaang terbilang sama. Hal
ini dipengaruhi oleh sebaran klorofil dan kondisi pasang surut air laut. Berikut
adalah jenis-jenis mangrove yang sering dijumpai di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil Provinsi Sulawesi Utara khususnya Pulau Lembeh.
71
sebagai jenis pionir di lingkungan pesisir
atau pada bagian daratan dari mangrove.
Tersebar di Taiwan, Malaysia, Filipina,
sepanjang Indonesia, Papua New Guinea
dan Australia Tropis.
Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar,
ketinggian kadang-kadang hingga 15
meter. Menyukai tanah yang bercampur
lumpur dan pasir, kadang-kadang pada
4. R. Sonneratia alba
batuan dan karang. Sering ditemukan di
lokasi pesisir yang terlindung dari
hempasan gelombang, juga di muara dan
sekitar pulau-pulau lepas pantai.
Belukar atau pohon yang tumbuh
menyebar dengan ketinggian mencapai 25
meter. Jenis pionir pada habitat rawa
mangrove di lokasi pantai yang terlindung,
5. Avicennia alba
juga di bagian yang lebih asin di sepanjang
pinggiran sungai yang dipengaruhi pasang
surut, serta di sepanjang garis pantai.
Ditemukan di seluruh Indonesia.
Palma tanpa batang di permukaan,
membentuk rumpun. Batang terdapat di
bawah tanah, kuat dan menggarpu dengan
tinggi mencapai 4-9 meter. Tumbuh pada
substrat yang halus, pada bagiantepi atas
6. Nypa fruticans dari jalan air. Memerlukan masukan air
tawar tahunan yang tinggi. Jarang terdapat
di luar zona pantai. Tersebar di Asia
Tenggara, Malaysia, seluruh Indonesia,
Papua New Guinea, Filipina, Australia dan
Pasifik Barat.
Sumber : Dokumen RZWP3K Provinsi Sulawesi Utara tahun 2015-2035
72
Gambar 4. 10 R. Sonneratia alba Gambar 4. 11 Bruguiera gymnorrhiza
Selain itu, Pulau Lembeh juga mempunyai fauna yang sangat beragam dan
hal ini menjadi daya tarik wisata bagi para turis lokal maupun mancanegara.
Berdasarkan hasil penelitian dari Supono, Lane dan Susetiono menyatakan bahwa
terdapat 76 spesies Echinodermata yaitu 26 spesies Asteroidea, 18 spesies
Holothuroidea, 10 spesies Echinoidea, dan 22 spesies Ophiuroidea di Selat
Lembeh. Berikut adalah penjelasannya.
Echinodermata secara bahasa berarti hewan yang berduri. Hal ini sesuai
dengan karakteristik tubuh anggotanya yang memang memiliki kulit yang berduri.
Echinodermata merupakan anggota dari subfilum invertebrate (hewan tak
bertulang belakang) yang memiliki kaki berbentuk tabung dan hidup di dasar
perairan. Akan tetapi, pada beberapa anggota, mereka dapat hidup pula di air
payau8.
8
Arlina, “Echinodermata : Pengertian, Ciri, Struktur Tubuh, Klasifikasi”, Ilmu Dasar:
www.ilmudasar.com/2016/11/Pengertian-Ciri-Struktur-Tubuh-Klasifikasi-Echinodermata-
adalah.html, pada tanggal 18 Oktober 2017.
73
Anggota dari Echinodermata, sejauh ini tercatat ada sebanyak 7000 spesies.
Di antara 7000 spesies tersebut, 80 di antaranya memiliki pergerakan tubuh yang
lamban, atau disebut juga sessil. Echinodermata hidup di habitat yang bebas, di
perairan seperti di pantai hingga dapat ditemukan pula di laut yang dalam.
Echinodermata biasa memangsa plankton atau organisme yang membusuk, oleh
karenanya ia disebut pula sebagai decomposer. Echinodermata diklasifikasikan
berdasar struktur dan karakteristik tubuh yang khas, menjadi 5 kelas yaitu
Asteroidea, Echinoidea. Ophiuroidea, Holothuroidea, dan Crinodea9.
a. Asteroidea
b. Echinoidea
Bentuk tubuhnya bulat atau berbentuk seperti bola. Tubuhnya terdiri atas 5
bagian tubuh yang sama, tidak mempunyai tangan dan tubuhnya ditutupi oleh
duri. Memiliki pediselaria. Kaki ambulakral pendek dan terletak diantara duri-
duri yang panjang. Mulutnya dikelilingi oleh lima buah gigi. Di daerah ujung
aboral terdapat anus, gonopor dan madreporit. Saluran pencernaan kelas ini
terdiri atas: mulut – lentera Aristotle – esophagus – lambung – usus – anus.
Makanan Arbacia punctulata berupa tumbuh-tumbuhan atau hewan-hewan yang
9
Desi, “5 Klasifikasi Echinodermata dan Ciri-cirinya”, DosenBiologi.com:
https://dosenbiologi.com/hewan/klasifikasi-echinodermata, pada tanggal 18 Oktober 2017.
74
telah mati dan jatuh ke dasar laut. Makanan tersebut dicerna menggunakan
struktur yang kompleks yang disebut dengan Lentera Aristotle.
c. Ophiuroidea
d. Holothuroidea
Holothuroidea dapat hidup bebas di bagian dasar laut. Ia biasa terletak di balik
lumpur atau pasir pantai. Struktur tubuhnya lembut dan fleksibel, meski tersusun
atas zat kapur seperti halnya pada Ophiuroidea. Ia bergerak menggunakan ketiga
kakinya yang berpembuluh yang terletak di permukaan tubuh. Pergerakannya
menggunakan prinsip dari tekanan hidrostatis yang menyeimbangkan antara
pertukaran gas dan air antara lingkungan luar dan sistem tubuhnya. Ia juga
memiliki paru-paru air untuk membantu sistem pernapasannya. Contoh
Holothuroidea adalah teripang dan timun laut.
75
Tabel 4. 33 Jenis Fauna Laut di Kelurahan Paudean, Pasir Panjang dan
Dorbolaang
NO. SPESIES LOKASI (Titik Selam)
Asteroidea Sp.
1. Fromia monilis Titik 57
2. Linckia laevigata Titik 57, 62, 60, 63, 64, 59
3. Choriaster granulatus Titik 57, 62, 63, 64, 59, 58, 29
4. Culcita novaeguineae Titik 57, 60, 63, 64, 59
5. Protoreaster nodosus Titik 57
6. Gomophia watsoni Titik 62 dan 60
7. Linckia multifora Titik 62 dan 60
8. Nardoa novaecaledoniae Titik 62
9. Nardoa tuberculata Titik 62, 59 dan 57
10. Fromia indica Titik 60
11. Fromia millepollera Titik 60
12. Nardoa galatheae Titik 60
13. Echinaster callosus Titik 60 dan 63
14. Echinaster luzonicus Titik 60
15. Linckia. sp. 3 Titik 58
16. Aquilonastra. sp. Titik 58
17. Linckia. sp. 2 Titik 57
18. Choriaster granulatus Titik 57
Echinoidea Sp.
1. Eucidaris metularia Titik 62
2. Mespilia globulus Titik 60
3. Echinothrix calamaris Titik 63
4. Tripneustes gratilla Titik 63
5. Plococidaris verticillata Titik 59
Holothuroidea Sp.
1. Synaptula lamperti Titik 57
2. Ophiocoma erinaceus Titik 62
76
3. Thelenota anax Titik 60 dan 59
4. Pearsonothuria graeffei Titik 63
5. Holothuria edulis Titik 64
6. Holothuria sp.(pink) Titik 64
7. Euapta godeffroyi Titik 64 dan 57
8. Holothuria atra Titik 59 dan 29
9. Holothuria hilla Titik 59 dan 29
10. Holothuria impatiens Titik 59
11. Holothuria leucospilota Titik 59
12. Actinopyga palauensis Titik 29
Ophiuroidea Sp.
1. Ophiomastix caryophyllata Titik 62 dan 60
2. Ophiomastix variabilis Titik 62, 60 dan 63
3. Macrophiothrix nereidina Titik 60
4. Ophiothrix purpurea Titik 60 dan 59
5. Ophiarthrum pictum Titik 59
6. Ophiomastix janualis Titik 59 dan 57
7. Ophiarachna delicata Titik 59
8. Ophiactis savignyi Titik 58
9. Ophiarachnella gorgonia Titik 57
Sumber : Jurnal “Echinoderm Fauna of The Lembeh Strait, North Sulawesi:
Inventory and Distibution Review” tahun 2014
Keterangan :
Titik Selam dapat di lihat pada Peta Titik Penyelaman Pulau Lembeh
halaman 53.
Titik selam 57,58, 59, 60 dan 61 merupakan wilayah Kelurahan Paudean.
Titik selam 62 adalah wilayah Kelurahan Pasir Panjang.
Titik selam 63 dan 64 merupakan wilayah Kelurahan Dorbolaang.
77
Gambar 4. 13 Fromia Monilis Gambar 4. 12 Eucidaris metularia
Tahun
2017
Jenis
(sampai
Wisatawan 2013 2014 2015 2016
dengan
Oktober)
Wisatawan
5.650 8.300 7.114 37.271 99.800
Nusantara
Wisatawan
2.530 1.421 13.019 28.250 32.455
Mancanegara
Sumber : RIPPARKOT Bitung Tahun 2016-2026.
4.4.5 Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan suatu indikasi yang menyatakan mudah tidaknya
suatu obyek untuk dijangkau. Aksesibilitas merupakan syarat yang penting sekali
untuk obyek wisata. Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak
mungkin suatu obyek mendapat kunjungan wisatawan (Romani, 2006). Akses
untuk menuju tempat-tempat wisata di Kelurahan Paudean, Pasir Panjang dan
Dorbolaang dilewati dengan jalur darat dan laut.
80
(Pelabuhan Bitung-Lembeh). Biaya menaiki angkot berkisar Rp. 5.000 – Rp.
7.000 per orang, sedangkan biaya untuk ojek lebih dari sewa angkot.
Selain itu, untuk masyarakat Kota Bitung yang ingin berkunjung ke tempat
wisata di Pulau Lembeh juga bisa menggunakan kendaraan umum yaitu angkot
dan ojek dengan harga yang kurang lebih sama seperti sebelumnya, atau pun juga
bisa menggunakan kendaraan pribadi menuju Pelabuhan Ruko (Pelabuhan Bitung-
Lembeh).
81
diinginkan, sedangkan sewa ojek dapat berkisar mulai dari Rp.5.000 untuk
kelurahan terdekat dan >Rp.20.000 untuk lokasi yang jauh.
82
dengan berjalan kaki atau kendaraan non
bermotor (Jam)
2. Jarak ke ibu kota kabupaten/kota (km) (Kota
8
Bitung)
a. Lama jarak tempuh ke ibukota kabupaten 1 Jam 12
dengan kendaraan bermotor (Jam) Menit
3. Jarak ke ibu kota provinsi (km) (Kota Manado) 53,5
a. Lama jarak tempuh ke ibukota provinsi
2 Jam
dengan kendaraan bermotor (Jam)
Sumber : Kantor Kelurahan Dorbolaang, 2017
2 280 JL. PAPUSUNGAN - PASIR PANJANG 9.50 - 4.00 5.50 - - - 4.00 5.50
JUMLAH PANJANG JALAN DI KECAMATAN LEMBEH SELATAN 33.20 - 10.90 5.50 16.80 2.10 0.80 8.00 22.30
83
Gambar 4. 21 Peta Aksesibilitas Manado-Pulau Lembeh
84
Gambar 4. 22 Peta Jalur Penyeberangan Laut Bitung-Lembeh Selatan
85
4.4.6 Prasarana dan Sarana
Prasarana dan sarana yang dimaksud dalam DIRJEN PHKA tahun 2003
tentang Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA)
dalam hal ini untuk pengembangan daerah ekowisata terdiri dari :
a) Kelurahan Paudean
Prasarana yang terdapat di Kelurahan Paudean yaitu adanya 1 unit
puskesmas, jalan dan terdapat 2 dermaga/tambatan perahu. Namun,
dermaga ini dapat dikatakan tidak aktif mengangkut penumpang yang
ingin menyeberang ke Bitung ataupun sebaliknya, sehingga fasilitas
dermaga seperti toilet umum dan tempat menunggu penumpang tidak ada.
Sarana yang tersebar di Kelurahan Paudean terdiri dari
warung/kios sebanyak 10 unit dan terdapat pula sebuah rumah makan,
toilet umum dan tempat peribadatan berupa 2 unit masjid dan 3 unit gereja.
Prasarana
No. Jenis Prasarana dan Sarana Jumlah
dan Sarana
Puskesmas 1 unit
1. Prasarana Jalan -
Dermaga 2 unit
Warung/Kios 10 unit
2. Sarana
Rumah Makan 1 unit
86
Toilet Umum Ada
Tempat Peribadatan
Masjid 2 unit
87
Masjid di Kelurahan Paudean
Toilet Umum
88
b) Kelurahan Pasir Panjang
Pasir Panjang sebagai kawasan ekowisata memiliki prasarana yaitu
1 unit puskesmas pembantu, mempunyai areal parkir di pintu masuk
kawasan ekowisata Pantai Kahona, dan jalan serta terdapat 2
dermaga/tambatan perahu. Berbeda dengan dermaga di Kelurahan
Paudean, salah satu dermaga di Kelurahan Pasir Panjang khususnya
terletak di Teluk Walenekoko terdapat dermaga yang dilengkapi dengan
fasilitas toilet umum dan tempat menunggu penumpang dan kondisinya
sementara dalam perbaikan.
Selain itu, sarana yang dimiliki antara lain warung berupa
kios/toko sebanyak 14 unit dan sebuah rumah makan, adanya toilet umum
dan juga terdapat gereja protestan 3 unit.
Prasarana
No. Jenis Prasarana dan Sarana Jumlah
dan Sarana
Puskesmas Pembantu 1 unit
Jalan -
1. Prasarana
Dermaga 2 unit
Areal Parkir Ada
Warung/Kios 14 unit
Rumah Makan 1 unit
2. Sarana
Toilet Umum Ada
Gereja Kristen Protestan 3 unit
Sumber : Kantor Kelurahan Pasir Panjang, 2016
89
: Terdapat dalam area
Dermaga
Warung
90
Gereja Kantor Kelurahan Pasir Panjang
Resort
91
c) Kelurahan Dorbolaang
Prasarana yang terdapat di Kelurahan Dorbolaang yaitu 1 unit
puskesmas pembantu dan 1 unit poliklinik, kemudian jalan dengan kondisi
yang baik serta memiliki 3 dermaga/tambatan perahu. Sama halnya dengan
kondisi dermaga di Kelurahan Paudean, dermaga di kelurahan ini juga
tidak dilengkapi dengan fasilitas tempat menunggu penumpang dan toilet
umum.
Sarana yang terdapat di kelurahan ini terdiri dari warung/kios
dengan jumlah 13 unit, toilet umum, dan tempat peribadatan yaitu gereja
protestan 4 unit dan gereja katolik 1 unit.
Prasarana
No. Jenis Prasarana dan Sarana Jumlah
dan Sarana
Puskesmas Pembantu 1 unit
Jalan -
1. Prasarana
Dermaga 3 unit
Poliklinik 1 unit
Warung/Kios 13 unit
2. Sarana Toilet Umum Ada
Gereja Kristen Protestan 3 unit
Sumber : Kantor Kelurahan Dorbolaang, 2016
92
Dermaga di Kelurahan Dorbolaang
93
4.5 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Bitung
4.5.1 Tinjauan Kebijakan Terhadap KEK
Pembahasan tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terdapat dalam
Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 11 Tahun 2013 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Bitung Tahun 2013-2033, khususnya terdapat pada bagian
penetapan kawasan strategis kota yaitu pada pasal 61 ayat 1 huruf b “kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Merah di Kelurahan Tanjung Merah, Kelurahan
Sagerat dan Kelurahan Manembo-nembo Kecamatan Matuari”.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bahkan juga dibahas secara khusus
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Kawasan Ekonomi Khusus Bitung terdiri atas pasal :10
1. Dengan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan Kawasan Ekonomi Khusus
Bitung.
2. Kawasan Ekonomi Khusus Bitung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
memiliki luas 534 ha (lima ratus tiga puluh empat hektar) yang terletak
dalam wilayah Kecamatan Matuari, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara.
3. Kawasan Ekonomi Khusus Bitung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
memiliki batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Manembo-nembo,
Kecamatan Matuari, Kota Bitung;
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Manembo-nembo dan
Tanjung Merah, Kecamatan Matuari, Kota Bitung dan Selat Lembeh;
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Merah,
Kecamatan Matuari, Kota Bitung; dan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sagerat, Kecamatan
Matuari, Kota Bitung.
4. Kawasan Ekonomi Khusus Bitung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
terdiri atas:
a. Zona Industri;
b. Zona Logistik; dan
c. Zona Pengolahan Ekspor.
10
Presiden Republik Indonesia, “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2014 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Bitung”.
94
Gambar 4. 27 Peta Letak Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung
Sumber Peta : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bitung Tahun 2013-2033
95
Gambar 4. 28 Peta Rencana Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung-Minahasa Utara Seluas 2000 Ha
Sumber Peta : Buku Profil Kawasan Bitung dan Sekitarnya Tahun 2014
96
4.5.2 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Bitung sebagai Prioritas Nasional
Prioritas dan sasaran pembangunan nasional tahun 2017 terbagi dalam
empat dimensi yaitu11 :
1. Dimensi pembangunan manusia, terdiri atas :
Revolusi mental
Pembangunan pendidikan
Pembangunan kesehatan
Pembangunan perumahan dan permukiman
2. Dimensi pembangunan sektor unggulan, terdiri atas :
Kedaulatan pangan
Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan
Kemaritiman dan kelautan
Pariwisata
Kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK)
3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan, terdiri dari:
Pemerataan antarkelompok pendapatan
Perbatasan negara dan daerah tertinggal
Pembangunan perdesaan dan perkotaan
Pengembangan konektivitas nasional
4. Kondisi perlu, terdiri dari pembangunan politik, hukum, pertahanan dan
keamanan.
Arah kebijakan dari pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
terutama yang berada di luar Pulau Jawa, salah satunya Kota Bitung yaitu : 12
1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah, melalui percepatan
industrialisasi/hilirisasi pengolahan SDA
menciptakan nilai tambah;
menciptakan kesempatan kerja baru, terutama industri manufaktur,
industri pangan, industri maritim, dan pariwisata.
2. Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur
11
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS), “Penyelarasan Perencanaan Pembangunan Daerah Terhadap Perencanaan
Pembangunan Nasional Tahun 2016”.
12
Ibid.
97
3. Pengembangan SDM dan IPTEK
4. Pengembangan regulasi dan kebijakan
5. Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha antara lain: Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan pemberian insentif fiskal dan non-fiskal.
13
Kementerian Pekerjaan Umum Direktur Jenderal Penataan Ruang Pengembangan Wilayah
Nasional, Profil Kawasan Bitung dan Sekitarnya, h. 38-49.
98
perijinan untuk kegiatan industri
di kawasan industri.
2. Mengendalikan kawasan Penyusunan rencana detail tata
perkotaan Bitung akibat dampak ruang dan peraturan zonasi di
pengembangan kawasan industri sekitar kawasan industri dan
dan pelabuhan sebagai persiapan. pelabuhan Bitung;
Peningkatan ruas jalan Girian-
Kema;
Penyelesaian jalan Tol Manado-
Bitung;
Pembangunan Permukiman bagi
pekerja industri;
Penyediaan infrastruktur
perkotaan.
3. Mengembangkan Wilayah Pengembangan industri perikanan
pendukung bahan baku. yang terintegrasi dengan
pelabuhan;
Pengembangan agropolitan
berbasis kelapa;
Penetapan deliniasi komoditas
unggulan sebagai bagian dari
struktur ruang;
Peningkatan kualitas nilai tambah
komoditas unggulan.
4. Menyediakan sumber daya air dan Perlindungan sumber air baku
energi untuk keberlangsungan dan kawasan lindung dengan
kawasan Bitung dan sekitarnya. ditetapkan ke dalam regulasi;
Pembangunan instalasi energi
dengan memperhatikan
keberlangsungan lingkungan;
Penyediaan suplai air bersih
untuk kebutuhan regional.
5. Meningkatkan dukungan Peningkatan jaringan arteri dan
infrastruktur bagi Kawasan Bitung kolektor;
dan sekitarnya. Pengembangan pelabuhan
Bitung;
Pembangunan IHP Bitung;
Pembangunan jaringan kereta api.
99
Catatan :
N/A (not available) perlu diperjelas dalam penyusunan RKP 2017
Gambar 4. 29 Peta Rencana Terintegrasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung
Sumber Peta : Buku Penyelarasan Perencanaan Pembangunan Daerah Terhadap
Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2016
100
Gambar 4. 30 Peta Layout Eksisting Pelabuhan Bitung
Sumber Peta : Buku Profil Kawasan Bitung dan Sekitarnya Tahun 2014
101
Gambar 4. 31 Peta Rencana Pengembangan Pelabuhan Bitung Hingga 2028
Sumber Peta : Buku Profil Kawasan Bitung dan Sekitarnya Tahun 2014
102
Gambar 4. 32 Rencana Pembangunan Pelabuhan Bitung Menjadi
International Hub Port (IHP)
103
Gambar 4. 34 Rencana Pembangunan Pelabuhan Bitung
Menjadi International Hub Port (IHP)
Sumber Peta : Buku Profil Kawasan Bitung dan Sekitarnya Tahun 2014
104
4.6.1 Potensi Kelurahan Paudean
a. Daya Tarik Wisata
Tabel 4. 40 Hasil Skor Daya Tarik Wisata Kelurahan Paudean
105
b. Aksesibilitas
Tabel 4. 41 Hasil Skor Aksesibilitas Kelurahan Paudean
d. Akomodasi
Tabel 4. 43 Hasil Skor Akomodasi Kelurahan Paudean
106
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat dilihat seberapa potensinya
Kelurahan Paudean untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata. Perhatikan
tabel berikut ini.
Tabel 4. 44 Klasifikasi Pengembangan Kawasan Ekowisata di Kelurahan Paudean
Daya tarik
840 450-720 721-990 991-1260
wisata
Skor yang didapat dari unsur daya tarik wisata dan unsur prasarana dan
sarana termasuk dalam kategori potensial dengan nilai masing-masing yaitu 840
dan 135, sedangkan skor aksesibilitas berada pada kategori sangat potensial
dengan nilai 950. Selain itu, skor unsur akomodasi berada pada kategori terendah
yaitu kurang potensial dengan nilai 60. Meskipun begitu secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa empat unsur penilaian ADO-ODTWA tersebut sangat
berpeluang mendukung pengembangan kawasan ekowisata di Kelurahan Paudean.
Nilai × Bobot
No. Unsur/Sub Unsur Nilai
(6)
Keunikan sumberdaya alam:
1. a. Flora 15 90
b. Fauna
Kepekaan sumberdaya alam,
2. memiliki: 20 120
a. Nilai pengetahuan
107
b. Nilai pengobatan
Variasi kegiatan wisata alam:
a. Menikmati keindahan
b. Memancing
3. 25 150
c. Berenang
d.Pendidikan/penelitian
e. Religius
Banyaknya jenis sumberdaya
alam
yang menonjol:
4. 20 120
a. Batuan
b. Flora
c. Fauna
Kebersihan lokasi, tidak ada
pengaruh dari:
a. Industri
5. 20 120
b. Jalan ramai
c. Vandalisme
d. Pencemaran lain
Keamanan:
a. Tidak ada pencurian
b. Tidak ada kepercayaan yang
6. 20 120
mengganggu
c. Bebas penyakit berbahaya
seperti malaria
Kenyamanan:
a. Bebas bau yang mengganggu
7. b. Tidak ada lalu lintas umum 25 150
yang mengganggu
c. Bebas kebisingan
Jumlah 145 870
Sumber : Hasil analisis penulis
b. Aksesibilitas
Tabel 4. 46 Hasil Skor Aksesibilitas Kelurahan Dorbolaang
108
5-10 km - 40 200
Jalan aspal
2. Tipe Jalan lebar < 3m 100
20
Waktu
2-3 jam
3. tempuh dari 125
25
pusat kota
Jumlah 165 825
Sumber : Hasil analisis penulis
Daya tarik
870 450-720 721-990 991-1260
wisata
Aksesibilitas 825 405-670 671-935 936-1200
Prasarana dan
135 60-100 101-140 141-180
sarana
Akomodasi 0 60-100 101-140 141-180
Sumber : Hasil analisis penulis
109
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dilihat bahwa unsur daya tarik
wisata, aksesibilitas dan prasarana serta sarana termasuk dalam kategori potensial
untuk mengembangkan Kelurahan Dorbolaang menjadi kawasan ekowisata.
Namun, unsur akomodasi tidak memiliki skor sama sekali karena belum adanya
tempat penginapan bagi wisatawan. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa
Kelurahan Dorbolaang dikembangkan menjadi kawasan ekowisata, karena
akomodasi yang terdapat di kelurahan ini berupa pemanfaatan rumah-rumah
warga untuk dijadikan penginapan bagi wisatawan dan sedang dimaksimalkan
seiring dengan usaha perwujudan Kelurahan Dorbolaang menjadi kawasan
ekowisata oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Oleh karena itu, secara
keseluruhan Kelurahan Dorbolaang punya peluang atau potensi untuk dijadikan
menjadi kawasan ekowisata seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.
110
Kebersihan lokasi, tidak ada
pengaruh dari:
5. a. Industri 15 90
b. Jalan ramai
e. Vandalisme
Keamanan:
a. Tidak ada pencurian
b. Tidak ada kepercayaan
6. 20 120
yang mengganggu
c. Bebas penyakit berbahaya
seperti malaria
Kenyamanan:
a. Bebas bau yang
mengganggu
7. 25 150
b. Tidak ada lalu lintas
umum yang mengganggu
c. Bebas kebisingan
Jumlah 140 840
Sumber : Hasil analisis penulis
b. Aksesibilitas
Tabel 4. 50 Hasil Skor Aksesibilitas Kelurahan Pasir Panjang
111
c. Prasarana dan Sarana
Tabel 4. 51 Hasil Skor Prasarana dan Sarana Kelurahan Pasir Panjang
Daya tarik
840 450-720 721-990 991-1260
wisata
Aksesibilitas 950 405-670 671-935 936-1200
Prasarana dan
150 60-100 101-140 141-180
sarana
Akomodasi 60 60-100 101-140 141-180
Sumber : Hasil analisis penulis
112
Hasil analisis menunjukkan bahwa skor daya tarik wisata berada pada
kategori potensial sama halnya dengan skor pada kelurahan sebelumnya,
sedangkan unsur aksesibilitas dan unsur prasarana serta sarana menjadi unsur
yang menonjol dengan skor tertinggi masing-masing 950 dan 150 kategori sangat
potensial. Selain itu, skor akomodasi berada pada kategori kurang potensial sama
seperti skor yang didapat oleh Kelurahan Paudean. Namun, secara keseluruhan
Kelurahan Pasir Panjang memang sangat berpotensi dijadikan sebagai kawasan
ekowisata.
113
mengerti kondisi dari daerahnya tersebut. Oleh karena itu, sampai saat ini
kelompok pemberdayaan masyarakat tersebut masih berjalan dan turut membantu
masyarakat setempat khususnya masyarakat pesisir dalam proses peningkatan
kesejahteraan hidup. Berikut adalah data mengenai 10 responden yang terlibat
dalam penelitian.
Berikut adalah data responden yang terlibat dalam penelitian ini melalui
kuesioner yang dibagikan secara acak kepada 10 orang masyarakat Kelurahan
Dorbolaang.
114
Tabel 4. 55 Data Responden yang Mengisi Kuesioner Penelitian di Kelurahan
Dorbolaang
Nama Jenis Umur Jenis Pendidikan
No.
Responden Kelamin (tahun) Pekerjaan Terakhir
1. Djetro Baghiu L 46 Nelayan SMP
Anselma
2. P 45 IRT SMP
Datunsolang
Grace
3. P 33 IRT SD
Lumokore
4. Zem Dalope L 33 Nelayan SMA
A. Mangansa
5. L 47 PNS S1
S.Pd.K
6. Marta Bawenti P 75 IRT SD
7. Sarman L 43 Nelayan SD
8. Stenly Dalope L 37 Nelayan SMA
Karminda
9. P 45 IRT SMP
Dandrade
Arlesta Hamise
10. P 52 Guru S1
S.Pd
Sumber : Hasil survey penulis
115
3. Kartini Abdul P 20 IRT SMA
4. Meike Sapoh P 38 PNS S1
5. Jepnitje L. P 47 IRT SMA
6. Nova Kairala P 29 IRT SMA
Yohana
7. P 30 IRT SD
Malahiang
8. Hermina Kalare P 45 IRT SD
Leymardi
9. L 23 - SMA
Pengasih
Foni
10. P 49 IRT SMP
Takainginang
Sumber : Hasil survey penulis
116
Berdasarkan hasil kuesioner, pengetahuan masyarakat terhadap
program-program atau kegiatan pelestarian lingkungan yang ada di
Kelurahan Paudean ternyata masih ada yang belum mengetahuinya yaitu 1
dari 9 responden yang terlibat dalam penelitian ini. Oleh karena itu juga,
masyarakat yang ikut terlibat dalam program/kegiatan pelestarian
lingkungan tersebut sebanyak 90%. Sementara itu, 50% responden
menyatakan sangat setuju mengikuti kegiatan/program tersebut dan
sisanya terdapat 30%, 10% dan 10% untuk masing-masing pernyataan
setuju, netral dan sangat tidak setuju untuk terlibat pada kegiatan/program
yang ada.
Tabel 4. 57 Keterlibatan Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan
di Kelurahan Paudean
40
30
20
10
0
Sangat
Sangat Tidak
Setuju Netral Tidak
Setuju Setuju
Setuju
Jumlah Responden 5 3 1 0 1
Persentase (%) 50 30 10 0 10
117
Pendekatan lingkungan yang dilakukan tersebut sangat disambut
baik oleh masyarakat Kelurahan Paudean, selain karena keterlibatan
mereka dalam hal ini, namun juga menurut mereka kegiatan/program
seperti ini sangat bermanfaat seperti menjadikan lingkungan bersih, asri
dan sehat, serta yang terpenting adalah dengan adanya pelestarian dan
penanaman mangrove bisa mengatasi gelombang air laut yang cukup besar
pada musim-musim tertentu karena selat Lembeh terhubung langsung
dengan laut Maluku dan samudera Pasifik sehingga juga mengamankan
rumah-rumah warga dari gelombang tersebut yang berada di pesisir pantai.
Oleh karena itu, 80% responden menyatakan sangat setuju dengan
kegiatan pelestarian lingkungan tersebut dan 20% lainnya menyatakan
setuju.
Tabel 4. 58 Sikap Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan
di Kelurahan Paudean
Jumlah Responden
Respon Persentase (%)
(Orang)
Sangat setuju 8 80
Setuju 2 20
Netral 0 0
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 10 100
Sumber : Hasil analisis penulis
Sikap Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan
di Kelurahan Paudean
90
80
70
Persentase (%)
60
50
40
30
20
10
0
Sangat
Sangat Tidak
Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju
Jumlah Responden 8 2 0 0 0
Persentase (%) 80 20 0 0 0
119
Tabel 4. 59 Keterlibatan Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan
di Kelurahan Dorbolaang
Jumlah Responden
Respon Persentase (%)
(Orang)
Sangat setuju 4 40
Setuju 4 40
Netral 2 20
Tidak Setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 10 100
Sumber : Hasil analisis penulis
30
25
20
15
10
5
0
Sangat
Sangat Tidak
Setuju Netral tidak
setuju Setuju
setuju
Jumlah Responden 4 4 2 0 0
Persentase (%) 40 40 20 0 0
120
dengan tingkat kesehatan masyarakatnya, menjaga keberlangsungan
ekosistem laut dan pesisir pantai sehingga menjadi sumber penghasilan
bagi masyarakat Kelurahan Dorbolaang dengan mata pencaharian terbesar
yaitu nelayan.
Tabel 4. 60 Sikap Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan
di Kelurahan Dorbolaang
Jumlah Responden
Respon Persentase (%)
(Orang)
Sangat setuju 4 40
Setuju 4 40
Netral 2 20
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 10 100
25
20
15
10
5
0
Sangat
Sangat Tidak
Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju
Jumlah Responden 4 4 2 0 0
Persentase (%) 40 40 20 0 0
Gambar 4. 38 Sikap Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan
di Kelurahan Dorbolaang
3. Kelurahan Pasir Panjang
Kelurahan Pasir Panjang merupakan salah satu kelurahan yang sudah
ditetapkan sebagai kawasan ekowisata di Pulau Lembeh yang dinamakan
121
kawasan ekowisata Pantai Kahona. Kawasan ekowisata di Kelurahan Pasir
Panjang merupakan jenis ekowisata pesisir, karena selain daerah pulau
dengan potensi wisata lautnya yang indah juga karena keberadaan
mangrovenya. Sebagai kawasan ekowisata, pelestarian lingkungan
menjadi hal yang mutlak dilakukan. Program/kegiatan lingkungan yang
ada di kelurahan ini kurang lebih hampir sama dengan yang dilakukan
oleh Kelurahan Paudean dan Kelurahan Dorbolaang seperti selasa dan
jumat bersih yaitu membersihkan area tempat tinggal dan sekitarnya
secara gotong royong, khusus kawasan ekowisata Pantai Kahona
dibersihkan secara rutin setiap hari kamis dan sabtu, penanaman pohon-
pohon mangrove dan juga sementara adanya pembuatan taman seluas 0,5
ha. Masyarakat, pemerintah desa dan kelompok pemberdayaan masyarakat
bahu membahu menjaga kelestarian lingkungan tersebut.
Jumlah Responden
Respon Persentase (%)
(Orang)
Sangat setuju 5 50
Setuju 5 50
Netral 0 0
Tidak Setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
S Jumlah 10 100
Sumber : Hasil analisis penulis
122
Keterlibatan Masyarakat dalam Pelestarian
Lingkungan di Kelurahan Pasir Panjang
60
50
Persentase (%) 40
30
20
10
0
Sangat
Sangat Tidak
Setuju Netral tidak
setuju Setuju
setuju
Jumlah Responden 5 5 0 0 0
Persentase (%) 50 50 0 0 0
123
Tabel 4. 62 Sikap Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan
di Kelurahan Pasir Panjang
Jumlah Responden
Respon Persentase (%)
(Orang)
Sangat setuju 8 80
Setuju 1 10
Netral 1 10
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 10 100
Sumber : Hasil analisis penulis
60
50
40
30
20
10
0
Sangat
Sangat Tidak
Setuju Netral tidak
setuju setuju
setuju
Jumlah Responden 8 1 1 0 0
Persentase (%) 80 10 10 0 0
124
4. Analisis
Tabel 4. 63 Analisis Pendekatan Lingkungan
125
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
126
4.7.2 Pendekatan Partisipasi dan Pemberdayaan
1. Kelurahan Paudean
Tingkat pendidikan responden dapat dikatakan masih rendah. Hal
ini dapat dilihat bahwa nilai tertinggi adalah tamatan SMA berjumlah 5
orang dengan persentase 50%, sedangkan yang terendah adalah tamatan
SMP dan S1 dengan persentase yang sama yaitu 10%. Padahal dilihat
secara geografis, Pulau Lembeh bukanlah pulau terpencil dan posisinya
yang berhadapan langsung dengan salah satu kota industri terbesar di
Indonesia yaitu Bitung, seharusnya menjadikan penduduknya tidak sulit
mendapatkan tempat untuk memperoleh pendidikan yang selayaknya. Hal
ini dikarenakan, masyarakat Pulau Lembeh khususnya Kelurahan Paudean
kurang termotivasi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Tabel 4.64 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kelurahan Paudean
Jumlah Responden
Tingkat Pendidikan Persentase (%)
(Orang)
Tamatan SD 1 10
Tamatan SMP 3 30
Tamatan SMA 5 50
Tamatan S1 1 10
Jumlah 10 100
Sumber : Hasil analisis penulis
100
80
Persentase (%)
60
40
20
0
Tamata Tamata Tamata Tamata
Jumlah
n SD n SMP n SMA n S1
Jumlah Responden 1 3 5 1 10
Persentase (%) 10 30 50 10 100
127
Masyarakat Kelurahan Paudean merupakan masyarakat yang
heterogen. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam etnis atau suku yang
ada. Suku Sanger merupakan suku dengan masyarakat paling banyak
diantara suku yang lainnya, bahkan 95% penduduk Kelurahan Paudean
merupakan etnis/suku Sanger. Namun, dilihat berdasarkan perilaku atau
gaya hidupnya, masyarakat Kelurahan Paudean merupakan masyarakat
yang homogen. Hal ini dapat dilihat dari kepedulian masyarakat setempat
terhadap lingkungan, masih lekatnya sikap gotong royong karena
terjaganya hubungan yang baik antara pemerintah desa, lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan masyarakat itu sendiri. Sebanyak 80% responden
termasuk dalam masyarakat yang positif dilihat dari perilaku atau gaya
hidupnya, sedangkan 20% lainnya termasuk dalam masyarakat yang
negatif dilihat dari perilaku atau gaya hidupnya yang masih tidak terlibat
dalam setiap kegiatan atau gotong royong yang dilakukan masyarakat.
Tabel 4. 65 Perilaku atau Gaya Hidup yang Ditunjukkan Masyarakat
Terhadap Kegiatan-Kegiatan yang Ada di Kelurahan Paudean
Perilaku atau Gaya Jumlah Responden
Persentase (%)
Hidup (Orang)
Positif 8 80
Negatif 2 20
Jumlah 10 100
Sumber : Hasil analisis penulis
60
40
20
0
Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
Positif 8 80
Negatif 2 20
128
Karakter masyarakat Kelurahan Paudean dalam menyadari
keberadaan potensi wisata di daerahnya cukup baik karena dari hasil
kuesioner 90% menyatakan mengetahui tempat-tempat wisata di
Kelurahan Paudean tersebut, dan sisanya 10% tidak mengetahuinya.
Tempat-tempat wisata yang memang sudah dikenal di wilayah ini adalah
adanya resort/cottage dengan nama Divers Lodge Lembeh yang dikelola
oleh WNA asal Amerika bernama Robert Wilhelmus Sinke dan wisata
hutan mangrove-nya yang dikelola oleh pemerintah dan masyarakat.
Namun, masyarakat Kelurahan Paudean juga menyadari adanya potensi
wisata lainnya yang perlu dikelola dan dikembangkan. Potensi-potensi
wisata ini yaitu keberadaan batu timbul yang terletak di RT 01, di RT 06
ada hutan mangrove, pantai yang ditumbuhi oleh kayu wale dan adanya 4
titik penyelaman untuk wisata bawah laut yaitu Tanjung Paudean, Divers
Lodge House Reef , Mandarin Place, Beting Pasir. Berdasarkan hasil
wawancara, manfaat-manfaat yang dirasakan oleh masyarakat setempat
dari adanya kegiatan wisata tersebut adalah sebagai tempat rekreasi,
menjadikan Kelurahan Paudean bisa dikenal oleh banyak orang bahkan
sampai ke mancanegara, kemudian juga menyediakan lapangan pekerjaan
sehingga menambah penghasilan masyarakat, adanya pajak yang masuk ke
Kelurahan Paudean dan Pemerintah Kota Bitung serta terbantunya dengan
pembangunan infrastruktur.
Potensi
Kesadaran wisata Jumlah
Wisata yang Persentase
Potensi lainnya yang Responden
sudah ada (%)
Wisata perlu (Orang)
dikelola
Resort/Cottage
Batu Timbul
F. Lembeh
Mengetahui Pantai 9 90
Hutan
Wisata
Mangrove
Bawah Laut
Tidak
- - 1 10
Mengetahui
Jumlah 10 100
Sumber : Hasil analisis penulis
129
Respon Masyarakat Kelurahan Paudean
dalam Menyadari Potensi Wisata
100
90
80
70
Persentase (%)
60
50
Mengetahui
40
Tidak Mengetahui
30
20
10
0
Mengetahui Tidak Mengetahui
Respon
130
Tabel 4. 67 Keikutsertaan Masyarakat dalam Usaha-usaha
Kelompok/Bersama di Kelurahan Paudean
Keikutsertaaan
Jumlah
dalam Usaha- Jenis Usaha-usaha Persentase
Responden
usaha Kelompok (%)
(Orang)
Kelompok
Kelompok Tani
Kelompok Perikanan,
terbagi menjadi :
kelompok
pengolahan
sumberdaya pesisir
(KPSDP);
Bergabung kelompok nelayan 8 80
tangkap;
kelompok petibo;
POKLASA
(pengolahan dan
pemasaran);
kelompok gotong
royong.
Tidak
- 2 20
bergabung
Jumlah 10 100
Sumber : Hasil analisis penulis
60
50
40 Bergabung
30
Tidak Bergabung
20
10
0
Bergabung Tidak Bergabung
Respon
131
2. Kelurahan Dorbolaang
Tingkat pendidikan di Kelurahan Dorbolaang menunjukkan bahwa
nilai tertinggi didapat oleh responden dengan riwayat pendidikan terakhir
SD dan SMP dengan persentase yang sama yaitu 30% dan nilai
terendahnya didapat dari responden yang tamatan SMA dan S1 dengan
persentase 20% masing-masing. Oleh karena itu, sama halnya dengan
tingkat pendidikan di Kelurahan Paudean, tingkat pendidikan Kelurahan
Dorbolaang juga terbilang masih rendah. Berikut adalah tabel tingkat
pendidikan di Kelurahan Dorbolaang.
Tabel 4. 68 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Dorbolaang
Jumlah
Tingkat Pendidikan Responden Persentase (%)
(Orang)
Tamatan SD 3 30
Tamatan SMP 3 30
Tamatan SMA 2 20
Tamatan S1 2 20
Jumlah 10 100
100
80
Persentase (%)
60
40
20
0
Tamata Tamata Tamata Tamata
Jumlah
n SD n SMP n SMA n S1
Jumlah Responden
3 3 2 2 10
(Orang)
Persentase (%) 30 30 20 20 100
132
Perilaku atau gaya hidup masyarakat Kelurahan Dorbolaang dapat
dilihat dari kepedulian mereka dalam melestarikan lingkungan dengan
mengikuti program-program yang dilakukan oleh pemerintah secara suka
rela, sifat kegotong royongan juga masih ada dengan terlibat dalam
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa bersama lembaga
pemberdayaan masyarakat seperti PKK, karang taruna, rukun tetangga dan
lainnya. Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 80% menunjukkan
perilaku positif dan 20% lainnya masih dalam rentang negatif dalam
respon yang ditunjukkan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut di atas.
Selain itu, masyarakat Kelurahan Dorbolaang merupakan masyarakat
dengan etnis atau suku yang beragam. Suku dengan jumlah tertinggi yaitu
suku atau etnis Sanger dengan jumlah 1070 orang dari 1085 orang jumlah
penduduk keseluruhan.
Tabel 4. 69 Perilaku atau Gaya Hidup yang Ditunjukkan Masyarakat
Terhadap Kegiatan-Kegiatan yang Ada di Kelurahan Dorbolaang
Perilaku atau Jumlah Responden
Persentase (%)
Gaya Hidup (Orang)
Positif 8 80
Negatif 2 20
Jumlah 10 100
Sumber : Hasil analisis penulis
Perilaku atau Gaya Hidup yang Ditunjukkan
Masyarakat Terhadap Kegiatan-Kegiatan yang Ada di
Kelurahan Dorbolaang
90
80
70
Persentase (%)
60
50
40
30
20
10
0
Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
Positif 8 80
Negatif 2 20
133
Tempat wisata yang diketahui oleh masyarakat Kelurahan
Dorbolaang adalah tempat wisata religi Patung Yesus Memberkati. Patung
ini berdiri pada ketinggian 33 meter di atas permukaan laut dengan tinggi
patungnya sendiri sebesar 35 meter. Patung Yesus Memberkati ini disebut-
sebut sebagai patung yang menandingi patung Yesus yang berada di Rio
De Jeneiro, Brazil. Hal ini karena ukuran patung di Kelurahan Dorbolaang
lebih besar ukurannya dibandingkan dengan Patung Yesus di Brazil
dengan ketinggian patung hanya 32 meter saja. Berdasarkan hasil
kuesioner, kesadaran masyarakat Kelurahan Dorbolaang dalam mengenali
potensi-potensi wisata yang bisa dikembangkan berada dalam rentang 50%
: 50%, artinya 50% menyadari potensi-potensi wisata tersebut seperti titik
penyelaman Pulau Dua dan Jiko 1,2,3, pantai, dan mangrove. 50% sisanya
menyatakan tidak mengetahui potensi wisata lainnya selain Patung Yesus
Memberkati. Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris
Kantor Kelurahan Dorbolaang menyatakan bahwa Kelurahan Dorbolaang
memang saat ini sedang direncanakan untuk pengembangan kawasan
ekowisata dan sedang dalam penyusunan proposal untuk diajukan kepada
pemerintah Kota Bitung. Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat
setempat karena adanya tempat-tempat wisata tersebut antara lain
Kelurahan Dorbolaang menjadi lebih terkenal karena didatangi banyak
wisatawan lokal dan asing, dapat menambah penghasilan masyarakat
walaupun tidak terlalu besar seperti menjual makanan di sekitar wisata
patung Yesus, menambah penghasilan tukang ojek dan lainnya.
Potensi
Kesadaran wisata
Wisata yang Responden Persentase
Potensi lainnya
sudah ada (Orang) (%)
Wisata yang perlu
dikelola
Kawasan
Mengetahui Resort/Cottage 5 50
Ekowisata
134
Pantai
50
40
Persentase (%)
30
Mengetahui
20 Tidak mengetahui
10
0
Mengetahui Tidak mengetahui
Respon
135
responden dengan persentase 100% semua menyatakan ikut terlibat di
dalam usaha-usaha bersama tersebut. Masyarakat Kelurahan Dorbolaang
sangat sadar bahwa penghasilan utama mereka tidak dapat mencukupi
kebutuhan yang semakin hari semakin bertambah, sehingga dengan
adanya usaha bersama/kelompok dapat menambah penghasilan mereka
dan juga menjadi tempat masyarakat dalam belajar dan ingin berkembang.
Keikutsertaaan
dalam Usaha- Jenis Usaha-usaha Responden Persentase
usaha Kelompok (Orang) (%)
Kelompok
Kelompok Kantin
Kelompok Nelayan,
terbagi menjadi :
kelompok
pengolahan
Bergabung sumberdaya pesisir 10 100
(KPSDP);
kelompok petibo
(menampung ikan);
POKLASA
(pengolahan dan
pemasaran);
Tidak
- - -
bergabung
Jumlah 10 100
Sumber : Hasil analisis penulis
136
Keikutsertaan Masyarakat dalam Usaha-usaha
Kelompok/Bersama di Kelurahan Dorbolaang
120
20
0
Bergabung Tidak bergabung
Respon
Jumlah
Tingkat Pendidikan Responden Persentase (%)
(Orang)
Tamatan SD 3 30
Tamatan SMP 2 20
Tamatan SMA 4 40
Tamatan S1 1 10
Jumlah 10 100
Sumber : Hasil analisis penulis
137
Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Pasir
Panjang
120
100
Persentase (%)
80
60
40
20
0
Tamata Tamata Tamata Tamata
Jumlah
n SD n SMP n SMA n S1
Jumlah Responden
3 2 4 1 10
(Orang)
Persentase (%) 30 20 40 10 100
138
Tabel 4. 73 Perilaku atau Gaya Hidup yang Ditunjukkan Masyarakat
Terhadap Kegiatan-Kegiatan yang Ada di Kelurahan Pasir Panjang
100
Persentase (%)
80
60
40
20
0
Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)
Positif 10 100
Negatif 0 0
139
banyak orang karena wisatanya, Kelurahan Pasir Panjang juga masih
mempunyai tempat wisata lainnya. Hal ini disadari oleh masyarakat
setempat dan ditunjukkan dari hasil kuesioner sebanyak 60% responden
menyatakan mengetahui tempat wisata lainnya seperti Pantai Badina,
Tanjung Kuning, Tanjung Kubur dan patung Bunda Maria yang ukurannya
lebih besar dibandingkan patung Tuhan Yesus Memberkati di Kelurahan
Dorbolaang dan masih dalam tahap pembangunan yang rencananya akan
selesai tahun ini, sedangkan 40% lainnya tidak mengetahui sama sekali.
Oleh karena itu, masyarakat juga mendapatkan manfaat dari adanya
kegiatan wisata tersebut seperti menambah penghasilan masyarakat secara
personal dan kelompok-kelompok usaha bersama, adanya lowongan
pekerjaan, hasil yang didapatkan dari harga tiket masuk ke wisata Pantai
Kahona juga diarahkan untuk pembangunan gereja. Oleh karena itu,
masyarakat merasa sangat terbantu oleh adanya kegiatan wisata di tempat
ini.
Tabel 4. 74 Respon Masyarakat Kelurahan Pasir Panjang dalam
Menyadari Potensi Wisata
Resort
Pantai Badina
Honey Bay
Tanjung
Kuning
Mengetahui Kawasan Tanjung Kubur 6 60
Ekowisata Patung Bunda
Pantai Maria
Kahona
Teluk
Walenekoko
Tidak
- - 4 40
Mengetahui
Sumber : Hasil analisis penulis
140
Respon Masyarakat Kelurahan Pasir Panjang dalam
Menyadari Potensi Wisata
70
60
50
Persentase
40
30 Mengetahui
Tidak Mengetahui
20
10
0
Mengetahui Tidak Mengetahui
Respon
141
Tabel 4. 75 Keikutsertaan Masyarakat dalam Usaha-usaha
Kelompok/Bersama di Kelurahan Pasir Panjang
Keikutsertaaan
dalam Usaha- Jenis Usaha-usaha Responden Persentase
usaha Kelompok (Orang) (%)
Kelompok
Kelompok Kantin
Kelompok Nelayan,
terbagi menjadi :
kelompok pengolahan
sumberdaya pesisir
Bergabung 10 100
(KPSDP);
kelompok petibo
(menampung ikan);
POKLASA
(pengolahan dan
pemasaran);
Tidak
- - -
bergabung
Jumlah 10 100
Sumber : Hasil analisis penulis
100
80
Persentase (%)
60
Persentase (%)
40
20
0
Bergabung Tidak Bergabung
Respon
142
4. Analisis
Tabel 4. 76 Analisis Pendekatan dan Pemberdayaan
143
Berdasarkan tabel di atas, secara keseluruhan tingkat pendidikan pada
lokasi penelitian menunjukkan bahwa SMA merupakan tingkat pendidikan
responden dengan nilai tertinggi yaitu 50% dan 40% untuk Kelurahan Paudean
dan Kelurahan Pasir Panjang, sedangkan Kelurahan Dorbolaang berada pada nilai
30% untuk angka tertinggi dengan tingkat pendidikan SD dan SMP. Sementara
itu, responden dengan lulusan S1 adalah tingkat pendidikan dengan nilai terendah.
Hal ini menunjukkan bahwa tiga kelurahan tersebut memiliki tingkat pendidikan
yang masih rendah. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat merupakan salah
satu solusi yang baik dan perlu adanya perhatian dari pemerintah untuk
memotivasi anak-anak yang sedang bersekolah agar jangan sampai tidak lulus
sekolah ataupun tidak bersekolah dan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih
tinggi.
144
Hal lainnya yang bersangkutan erat dengan ekowisata adalah
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di tiga lokasi penelitian
tersebut diwujudkan dalam pembentukan usaha-usaha kelompok/bersama. Dilihat
pada tabel di atas, Kelurahan Dorbolaang dan Kelurahan Pasir Panjang
masyarakatnya terlibat 100% dalam usaha-usaha kelompok tersebut. Sedangkan,
Kelurahan Paudean 80% masyarakatnya bergabung pada usaha-usaha kelompok
tersebut dan sisanya sama sekali tidak terlibat. Hal ini menunjukkan bahwa
Kelurahan Dorbolaang dan Kelurahan Paudean sangat sepadan dengan Kelurahan
Pasir Panjang secara kegiatan pemberdayaan masyarakatnya untuk diperhitungkan
menjadi kawasan ekowisata.
145
1. Pasal 4, Penataan Ruang Kota Bitung bertujuan untuk mewujudkan ruang
Kota yang produktif, aman, nyaman dan berkelanjutan sebagai pusat
kegiatan nasional yang berbasis pada kegiatan bahari.
2. Pasal 5, Kebijakan penataan ruang wilayah Kota Bitung meliputi :
a. perwujudan pusat-pusat pelayanan Kota yang bersinergi, efektif, dan
efisien dalam menunjang perkembangan fungsi daerah sebagai kota
bahari;
b. peningkatan peran kota bahari yang ditunjang oleh kegiatan industri,
kelautan/perikanan, perdagangan/jasa dan pariwisata;
c. pengembangan infrastruktur kota untuk mendukung kegiatan bahari
berskala nasional yang terpadu dengan sistem regional;
d. pemantapan kelestarian kawasan lindung untuk mendukung
pembangunan kota yang berkelanjutan.
3. Pasal 6, Strategi penataan ruang wilayah Kota meliputi :
b. strategi peningkatan peran kota bahari yang ditunjang oleh kegiatan
industri, kelautan/perikanan, perdagangan/jasa, dan pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, salah satunya yaitu :
mengembangkan kegiatan wisata alam dan wisata budaya (Angka 4);
c. strategi pengembangan infrastruktur Kota untuk mendukung kegiatan
bahari berskala nasional yang terpadu dengan sistem regional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c, meliputi :
1. meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang mendorong
interaksi kegiatan antar pusat pelayanan kegiatan Kota dengan
sistem regional;
2. mengembangkan terminal barang yang bersinergi dengan
pelabuhan laut; dan
3. melengkapi dan menyebarkan infrastruktur perkotaan pada
daerah-daerah yang belum terlayani.
d. strategi pemantapan kelestarian kawasan lindung untuk mendukung
pembangunan Kota yang berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf d, meliputi :
146
1. mempertahankan, memantapkan, memelihara dan merevitalisasi,
serta meningkatkan kualitas dan kuantitas kawasan lindung;
2. mengembangkan RTH publik dan privat; dan
3. melestarikan kawasan di sekitar sumber mata air.
147
6. Pasal 22 ayat 1 menjelaskan bahwa dalam sistem jaringan transportasi
udara meliputi rencana pembangunan bandar udara pengumpan di Pulau
Lembeh.
7. Pasal 22 ayat 2 menjelaskan bahwa rencana pembangunan bandar udara
pengumpan di Pulau Lembeh sebagaimana dimaksud ayat (1) perlu
memperhatikan kelayakan lokasi bandar udara maupun kawasan
keselamatan operasional penerbangan.
8. Pasal 24 ayat 3 huruf c dan e berturut-turut menjelaskan rencana
pembangunan ketenaga-listrikan yaitu pembangunan Gardu Induk Lembeh
(Bitung) 30 MW di Kecamatan Lembeh Selatan dan pembangunan sistem
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat di Pulau Lembeh.
9. Pasal 25 ayat 2 huruf b, rencana sistem telekomunikasi kabel dengan
penambahan rumah kabel di Pulau Lembeh, Tanjung Merah dan Madidir.
148
c. kawasan hutan lindung Pulau Lembeh dengan luas kurang lebih 620,5
Hektar.
4. Pasal 39 ayat 1, Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 huruf c terdiri atas :
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai; dan
c. kawasan sekitar mata air.
5. Pasal 39 ayat 2, Sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a seluas kurang lebih 1.183,6 hektar meliputi :
a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus)
meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat atau daratan
sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam
atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik
pantai; dan
b. kawasan sempadan pantai meliputi wilayah pantai Kecamatan
Aertembaga, Kecamatan Girian, Kecamatan Matuari, Kecamatan
Ranowulu, Kecamatan Lembeh Selatan, dan Kecamatan Lembeh
Utara.
6. Pasal 41, Kawasan suaka alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 huruf e meliputi :
a. kawasan Suaka Alam Laut Selat Lembeh;
b. kawasan cagar alam meliputi :
1. cagar Alam Tangkoko seluas kurang lebih 3.219 Hektar di
Kecamatan Ranowulu dan Kecamatan Aertembaga;
2. cagar Alam Duasudara seluas kurang lebih 4.299 Hektar, yang
terdapat di sebagian Kecamatan Ranowulu, Kecamatan Madidir,
Kecamatan Maesa dan Kecamatan Aertembaga;
c. kawasan pantai berhutan bakau di Kelurahan Lirang, Kelurahan
Pintukota, Kelurahan Paudean, Kelurahan Dorbolaang, dan Kelurahan
Pasir Panjang di Pulau Lembeh.
7. Pasal 45 ayat 5 tentang rencana pengembangan perdagangan dan jasa
lainnya meliputi meningkatkan dan mengarahkan pengembangan jasa
149
penginapan di pusat pelayanan kota dan sub pusat pelayanan kota (huruf
b).
8. Pasal 48 ayat :
1) Pengembangan Kawasan pariwisata, meliputi:
a. pariwisata alam; dan
b. pariwisata buatan.
2) Pengembangan kawasan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a terdiri atas :
a. Pengembangan objek wisata pantai, salah satunya adalah pantai di
Kelurahan Pasir Panjang Kecamatan Lembeh Selatan.
b. pengembangan lokasi obyek wisata bawah laut akan ditetapkan
tersendiri dengan Peraturan Walikota berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
9. Pasal 49 ayat 2 huruf c menjelaskan bahwa penyediaan lahan parkir yang
terdapat di wilayah kota meliputi area pemukiman, pusat-pusat kegiatan
perdagangan dan jasa, pariwisata, dan pemerintahan.
10. Pasal 57 ayat :
1) Pengembangan pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal
52 huruf e meliputi pendidikan, kesehatan, taman pemakaman umum,
dan tempat peribadatan yang diatur persebarannya ke dalam 8
(delapan) kecamatan di wilayah Kota.
2) Pengembangan dan peningkatan fasilitas pelayanan umum dibidang
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pembangunan
dan pengembangan taman bermain, taman kanak-kanak, sekolah
dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan
perguruan tinggi, sedangkan untuk bumi perkemahan direncanakan
berlokasi di Kelurahan Pinasungkulan.
3) Pengembangan dan peningkatan kawasan pelayanan umum dibidang
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Puskesmas di
tiap kecamatan dan Poskesdes di tiap kelurahan dan pengembangan
serta peningkatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Manembo-
nembo di Kelurahan Manembo-nembo Tengah.
150
4) Pengembangan dan peningkatan kawasan pelayanan umum untuk
taman pemakaman umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi penyediaan lahan yang diatur dengan memperhatikan kondisi
lingkungan, penataan lokasi dan ketersediaan lahan di setiap
kelurahan.
5) Pengembangan dan peningkatan kawasan pelayanan umum untuk
tempat peribadatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
penyediaan lahan di setiap kelurahan.
11. Pasal 59 ayat :
1. Kawasan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 huruf g meliputi kegiatan perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi
manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnya dilakukan
berdasarkan kesatuan ekologis dan ekonomis secara menyeluruh dan
terpadu dengan pulau besar didekatnya.
3. Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan disekitarnya
diprioritaskan untuk salah satu atau lebih kepentingan berikut :
a. konservasi;
b. pendidikan dan pelatihan;
c. penelitian dan pengembangan;
d. budidaya laut;
e. pariwisata;
f. usaha perikanan dan kelautan dan industri perikanan secara
lestari
g. pertanian organik; dan/atau
h. peternakan.
151
Gambar 4. 53 Peta Rencana Pola Ruang Kota Bitung
Sumber Peta : Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bitung Tahun 2013-2033
152
4.8.1.4 Penetapan Kawasan Strategis Kota
Pasal 60 ayat 1 menjelaskan bahwa kawasan strategis di wilayah kota
meliputi kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan fungsi daya
dukung lingkungan.
153
2. Pasal 64 ayat :
1) Indikasi program utama pemanfaatan ruang untuk perwujudan struktur
ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1)
huruf a meliputi perwujudan sistem pusat pelayanan kota dan
perwujudan sistem jaringan prasarana kota.
2) Program perwujudan pusat pelayanan kota terdiri dari kegiatan
pengembangan/peningkatan fungsi kota sebagai pusat pelayanan
pemerintahan kota dan pusat kegiatan perdagangan dan jasa.
3) Program perwujudan sistem jaringan prasarana kota terdiri dari
kegiatan pemantapan jaringan jalan, peningkatan terminal penumpang,
peningkatan jaringan trayek angkutan orang dan jaringan lintas
angkutan barang, peningkatan dan pengembangan jaringan angkutan
penyeberangan, pengembangan transportasi perkeretaapian,
peningkatan dan pengembangan pelabuhan, pembangunan bandar
udara pengumpan, peningkatan sistem jaringan
energi/ketenagalistrikan, jaringan telekomunikasi, jaringan sumber
daya air, penyediaan air minum, pengelolaan air limbah,
pembangunan infrastruktur persampahan, drainase, proteksi
kebakaran, prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki dan jalur
evakuasi bencana.
3. Pasal 66 ayat 3 menjelaskan bahwa program utama perwujudan kawasan
strategis bidang daya dukung lingkungan hidup meliputi pelestarian
kawasan suaka alam laut Selat Lembeh, pengembangan kawasan
pelabuhan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan, serta
pelestarian ekosistem kawasan Taman Wisata Alam Batu Angus dan
Taman Wisata Alam Batuputih.
154
b. diperbolehkan melakukan kegiatan yang mampu melindungi atau
memperkuat perlindungan kawasan sempadan pantai dari abrasi
dan infiltrasi air laut ke dalam tanah;
c. sempadan pantai alami ditetapkan dari titik pasang tertinggi ke
arah darat dan ditentukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
d. mengatur kegiatan dan/atau usaha-usaha kelautan yang
diperbolehkan di kawasan sempadan pantai meliputi pelabuhan,
tempat pelelangan ikan, tower penjaga keselamatan pengunjung
pantai dan/atau kegiatan lain yang membutuhkan lokasi di tepi
pantai.
2. Pasal 74
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan suaka alam, pelestarian alam
dan cagar budaya meliputi :
155
3) diperbolehkan pemberian hak pengusahaan atas taman wisata alam
oleh pemerintah dengan mengikutsertakan rakyat untuk kegiatan
kepariwisataan dan rekreasi.
3. Pasal 81
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76 huruf e meliputi :
a. kegiatan lainnya yang secara umum diizinkan pada peruntukan
akomodasi wisata terdiri atas:
1) kegiatan perdagangan dan jasa berupa toko kerajinan/kesenian
(art shop) dengan jenis barang dagangan berupa barang hasil
kerajinan/kesenian, makanan dan minuman;
2) restoran/rumah makan dan cafe;
3) salon, spa dan massage;
4) penukaran uang (Money Changer);
5) bangunan kesenian dan atraksi wisata;
6) fasilitas hiburan dan rekreasi di dalam/luar gedung seperti bar,
karaoke dan hiburan/rekreasi sejenisnya; dan
7) fasilitas kesehatan seperti klinik kesehatan.;
b. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung
dan daya tampung lingkungan;
c. kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki
hubungan fungsional dengan kawasan industri kecil dan industri
rumah tangga serta membangkitkan kegiatan sektor jasa masyarakat;
d. pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk
kepentingan pariwisata, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan,
kebudayan dan agama harus memperhatikan kelestarian lingkungan
dan bangunan cagar budaya tersebut. Pemanfaatan tersebut harus
memiliki izin dari Pemerintah Daerah dan atau Kementerian yang
menangani bidang Kebudayaan;
e. pemanfaatan ruang di kawasan pariwisata harus diperuntukkan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara
sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang
156
berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian
fungsi lingkungan hidup; dan
f. harus tersedia fasilitas fisik yang meliputi jaringan listrik, telepon,
jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran
air kotor.
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya terdiri dari: a.
Suaka Alam (SA) Laut, meliputi:
1. SA Laut Selat Lembeh di Bitung;
2. SA Laut Sidat di Minahasa dan Minahasa Selatan.
Kawasan Rawan Gempa Bumi meliputi kawasan yang terletak di zona
patahan aktif, yaitu: Sesar Amurang - Belang, Sesar Ratatotok, Sesar
Likupang, Selat Lembeh, Sesar yang termasuk dalam sistem sesar Bolaang
Mongondow, dan sesar Manado – Kema.
Kawasan peruntukan pariwisata yaitu kawasan pariwisata alam terdiri dari:
a. Kawasan wisata, yaitu :
1. Kawasan wisata/koridor wisata Manado – Wori – Likupang –
Lembeh di Manado, Minahasa Utara dan Bitung.
b. Pengembangan kawasan wisata, yaitu :
1. pengembangan kawasan wisata pantai Manado- Minahasa-Bitung
Pantai Utara (MAHABINTURA), meliputi: Wawontulap-
Tanawangko- Tasik-Ria- Boulevard-Manado-Tanjung-Pisok-
Likupang-Tanjung Pulisan Karondoran-Selat Lembeh-Bitung-
Tanjung Merah-Tasikoki- Batu Nona-Kema.
157
Rencana pengembangan infrastruktur seperti: pengembangan pelabuhan
Bitung menjadi Pelabuhan Internasional Hub Bitung; pengembangan
Bandara Internasional Sam Ratulangi; pembangunan Jalan Tol Manado-
Bitung; pembangunan Jalan Lingkar Manado Tahap II Dan III;
pembangunan Boulevard II; pembangunan Jembatan Lembeh;
pembangunan Jalan Lingkar Lembeh; pembangunan Waduk Multifungsi
Sawangan/Kuwil dan pembangunan PLTP Lahendong V dan VI.
Angkutan Penyeberangan di Provinsi Sulawesi Utara sampai saat ini telah
memiliki dua belas Pelabuhan Penyeberangan yaitu di Bitung (Kota
Bitung), Likupang (Kab. Minahasa Utara), Amurang (Kab. Minahasa
Selatan), Pananaru (Kab. Sangihe), Siau (Kab. Sitaro), Melonguane (Kab.
Talaud), Manado (Kota Manado), Bunaken (Kota Manado), Kabaruan
(Kab. Talaud), Musi (Kab. Talaud), dan Tagulandang (Kab. Sitaro), dan
Pulau Lembeh (Kota Bitung).
Pengembangan kawasan strategis. Kawasan yang memiliki nilai strategis
dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, salah satunya yaitu
Kawasan Global Hub Port / Pelabuhan Internasional Bitung (International
Hub Port) dan di Pulau Lembeh Bitung, yang dibangun untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi di wilayah KAPET Manado-Bitung.
Pembangunan kepariwisataan ditujukan pada peningkatan kemampuan
untuk menggalakkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan citra Sulawesi
Utara sebagai destinasi wisata dunia, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal, serta memberikan perluasan kesempatan kerja utamanya
disektor community based ecotourism. Pengembangan kepariwisataan
memanfaatkan keragaman wisata bahari sebagai potensi ekowisata
berbasis marine tourism, edutainment, serta mendorong kegiatan ekonomi
yang terkait dengan pengembangan kesenian dan budaya daerah yang
melibatkan berbagai sektor. Kegiatan pariwisata diharapkan mampu
membuka lapangan kerja, peningkatan pendapatan bagi pemerintah dan
masyarakat di daerah wisata serta penerimaan devisa bagi Negara.
Akses pariwisata internasional dan nasional ke Sulawesi Utara saat ini
melalui 2 jalur utama yaitu Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado
158
dan Pelabuhan Internasional Bitung. Perlu adanya peningkatan frekuensi
penerbangan baik penerbangan domestik maupun penerbangan
internasional. Penting untuk dikaji dalam rangka pengembangan destinasi
pariwisata di Sulawesi Utara, di perlukan pengembangan paket pariwisata
kewilayahan dengan memperhatikan potensi objek wisaya yang ada
misalkan Bunaken Marine Park, Bunaken-Lembeh-Likupang-Makelehi.
Pelabuhan Internasional Bitung, meningkat statusnya sebagai
International Hub Port. Demikian pula, akan ditingkatkan fasilitas dan
infrastruktur pelabuhan, seperti pembangunan terminal kapal pesiar
internasional untuk memperluas akses/jalur kapal pesiar internasional,
pengembangan dermaga kapal, dan peningkatan jumlah fasilitas-fasilitas
lainnya seperti crane.
Dilihat dari segi keamanan, pengawasan, dan kewaspadaan di Bandara
Internasional Sam Ratulangi dan Pelabuhan Intenasional Bitung, telah
tercipta situasi yang kondusif atas dukungan aparat keamanan. Hal ini
ditunjukkan dengan pemberdayaan Polisi Pariwisata dalam bentuk
kerjasama antara Kepolisian Daerah dengan manajemen Bandara
Internasional Sam Ratulangi dan Pelabuhan Internasional Bitung yang
berlangsung dengan baik.
Permasalahan krusial terkait dengan infrastruktur adalah percepatan
pembangunan infrastruktur di kawasan Kawasan Ekonomi Khusus Bitung
(KEK Bitung) mengingat batas waktu pembangunan oleh Pemerintah
pusat ditargetkan selesai pada tahun 2017. Sampai saat ini pemerintah
Provinsi Sulawesi Utara masih dalam tahapan pematangan lahan, untuk
segera mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana kawasan penunjang
kegiatan di dalam Kawasan Ekonomi Khusus maupun distribusi barang ke
luar Kawasan Ekonomi Khusus. Permasalahan yang terkait dengan hal
tersebut adalah upaya menyediakan lahan yang siap untuk dikelola melalui
perencanaan matang;, dan bagaimana upaya strategis dalam menjalin
koordinasi yang baik untuk meningkatkan kualitas kegiatan perencanaan
pembangunan dalam kawasan ekonomi khusus, termasuk didalamnya
159
upaya merumuskan percepatan pembangunan infrastruktur transportasi,
energi, air bersih sebagai penunjang kegiatan industri.
Sesuai dengan harapan ”Terwujudnya Sulawesi Utara Berdikari dalam
Ekonomi, Berdaulat dalam Politik dan Berkepribadian dalam Budaya”
maka ditetapkan Misi Pembangunan Sulawesi Utara 2016-2021 sebagai
berikut.
1) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan memperkuat sektor
pertanian dan sumberdaya kemaritiman serta mendorong sektor
industri dan jasa
2) Memantapkan pembangunan sumberdaya manusia yang
berkepribadian dan berdaya saing.
3) Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai destinasi investasi dan
pariwisata yang berdaya saing
4) Mewujudkan pemerataan kesejahteraan masyarakat yang adil,
mandiri dan maju
5) Memantapkan pembangunan infrastruktur berdasarkan prinsip
pembangunan berkelanjutan
6) Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang Indonesia di
kawasan timur
7) Mewujudkan Sulawesi Utara yang berkepribadian melalui tata
kelola pemerintahan yang baik.
160
4.8.3 Tinjauan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kota (RIPPARKOT)
Bitung Tahun 2016-2026 Terhadap Ekowisata
Dalam rangka mewujudkan optimalisasi pengembangan wisata dengan
memperhatikan potensi dan kendala yang ada, maka upaya-upaya yang dapat
ditempuh dalam pengembangan destinasi-destinasi pariwisata di Kota Bitung,
sebagai berikut:
161
Kelurahan Kasawari Kecamatan Aertembaga, Pantai di Kelurahan Pasir
Panjang Kecamatan Lembeh Selatan, pantai Kungkungan Bay Resort di
Kelurahan Tandurusa Kecamatan Aertembaga, pantai Aerprang di
Kelurahan Makawidey, Pantai Sandy Langi di Kelurahan Pintukota
Kecamatan Lembeh Utara dan Pantai Tokambahu di Kelurahan
Makawidey dan Kelurahan Kasawari.
Menurut Getz (1987:93) dan Page (1995) terdapat lima pendekatan dalam
mengembangkan pariwisata, antara lain:
162
masyarakat lokal secara bersama-sama termasuk di dalamnya
pertimbangan ekonomi dan lingkungan.
e. Sustainable approach (pendekatan keberlanjutan), yaitu: pendekatan
berkelanjutan dan berkepentingan atas masa depan yang panjang serta atas
sumber daya dan efekefek pembangunan ekonomi pada lingkungan yang
mungkin menyebabkan gangguan cultural dan sosial yang memantapkan
pola-pola kehidupan dan gaya hidup individual
163
Tabel 4. 77 Kebijakan yang Mengatur Tentang Potensi Pengembangan Kawasan Ekowisata
Rencana pola ruang wilayah : Strategi pengembangan infrastruktur kota Rencana pembangunan Rencana pengembangan
untuk mendukung kegiatan bahari berskala ketenaga-listrikan yaitu perdagangan dan jasa
kawasan Suaka Alam Laut nasional yang terpadu dengan sistem regional pembangunan Gardu Induk lainnya meliputi
Selat Lembeh yaitu salah satunya dengan meningkatkan Lembeh (Bitung) 30 MW di meningkatkan dan
kawasan pantai berhutan kapasitas jaringan jalan yang mendorong Kecamatan Lembeh Selatan mengarahkan
bakau di Kelurahan Lirang, interaksi kegiatan antar pusat pelayanan dan pembangunan sistem pengembangan jasa
Kelurahan Pintukota, kegiatan kota dengan sistem regional. Pembangkit Listrik Tenaga penginapan di pusat
Kelurahan Paudean, Surya Terpusat di Pulau pelayanan kota dan sub
Kelurahan Dorbolaang, dan Lembeh. pusat pelayanan kota
Kelurahan Pasir Panjang di
Pulau Lembeh.
164
Pemanfaatan pulau-pulau kecil Arahan pengelolaan dan pengembangan Penyediaan lahan parkir yang
dan perairan disekitarnya jaringan jalan diantaranya : terdapat di wilayah kota
diprioritaskan untuk salah satu meliputi area pemukiman,
atau lebih kepentingan berikut : a. sistem jaringan jalan dikembangkan melalui pusat-pusat kegiatan
konservasi, pendidikan dan peningkatan kualitas dan peningkatan perdagangan dan jasa,
pelatihan, penelitian dan kuantitas jaringan jalan; pariwisata, dan pemerintahan.
pengembangan, budidaya laut, b. pemeliharaan dan peningkatan kualitas
pariwisata, usaha perikanan dan pelayanan jaringan jalan termasuk jembatan
kelautan dan industri perikanan dan perlengkapannya yang telah ada;
secara lestari, pertanian organik; c. pengembangan jaringan jalan baru untuk
dan/atau peternakan. untuk membuka kawasan baru atau jalan
penghubung antar lingkungan di dalam
wilayah kelurahan.
kawasan strategis bidang daya Rencana sistem jaringan transportasi laut Pengembangan pelayanan
dukung lingkungan yaitu salah meliputi peningkatan Pelabuhan Bitung umum meliputi pendidikan,
satunya kawasan Suaka Alam sebagai IHP. kesehatan, taman pemakaman
Laut Selat Lembeh yang mana umum, dan tempat
dilakukan upaya pelestarian dan peribadatan yang diatur
pencegahan pengrusakan terumbu persebarannya ke dalam 8
karang dan ekosistem bawah laut (delapan) kecamatan di
dari kegiatan pelayaran kapal dan wilayah Kota Bitung.
nelayan.
Program utama perwujudan Pelabuhan Bitung sebagai pelabuhan laut Pembangunan sarana dan
kawasan strategis bidang daya digunakan untuk melayani angkutan laut dan prasarana serta fasilitas untuk
165
dukung lingkungan hidup yaitu angkutan penyeberangan. mendukung kegiatan wisata
salah satunya pelestarian kawasan serta pengembangan potensi
suaka alam laut Selat Lembeh, objek wisata untuk berbagai
jenis kegiatan wisata.
Kawasan peruntukan wisata alam Rencana pembangunan bandar udara Pengembangan dan
yaitu : Kawasan wisata/koridor pengumpan di Pulau Lembeh perlu peningkatan kawasan
wisata Manado – Wori – memperhatikan kelayakan lokasi bandar udara pelayanan umum untuk
Likupang – Lembeh di Manado, maupun kawasan keselamatan operasional tempat peribadatan meliputi
Minahasa Utara dan Bitung. penerbangan. penyediaan lahan di setiap
kelurahan.
166
Pengembangan kawasan wisata Program perwujudan sistem jaringan prasarana
pantai Manado- Minahasa-Bitung kota terdiri dari kegiatan pemantapan jaringan
Pantai Utara (MAHABINTURA), jalan, peningkatan terminal penumpang,
meliputi: Wawontulap- peningkatan jaringan trayek angkutan orang
Tanawangko- Tasik-Ria- dan jaringan lintas angkutan barang,
Boulevard-Manado-Tanjung- peningkatan dan pengembangan jaringan
Pisok-Likupang-Tanjung Pulisan angkutan penyeberangan, peningkatan dan
Karondoran-Selat Lembeh- pengembangan pelabuhan, pembangunan
Bitung-Tanjung Merah-Tasikoki- bandar udara pengumpan.
Batu Nona-Kema.
Wilayah Pengembangan dan Rencana pengembangan infrastruktur seperti:
Pembangunan Kota Bitung pengembangan pelabuhan Bitung menjadi
Berbasis Pariwisata Budaya, Pelabuhan Internasional Hub Bitung;
meliputi: Upacara Adat Tulude, pengembangan Bandara Internasional Sam
Festival Toa Pe Kong, Festival Ratulangi; pembangunan Jalan Tol Manado-
Selat Lembeh, Tari Tangkap Bitung; pembangunan Jalan Lingkar Manado
Cakalang, Tarian Kabasaran dan Tahap II Dan III; pembangunan Boulevard II;
Masamper. pembangunan Jembatan Lembeh;
pembangunan Jalan Lingkar Lembeh.
167
Kecamatan Lembeh Selatan. Hub Port) dan di Pulau Lembeh Bitung, yang
dibangun untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi di wilayah KAPET Manado-Bitung.
168
4.9 Strategi Pengembangan Kawasan Ekowisata Berdasarkan Kebijakan-
Kebijakan Pemerintah Kota Bitung
Strategi pengembangan ekowisata yang dapat diterapkan pada lokasi
penelitian didasarkan pada rencana kebijakan-kebijakan tersebut di atas dan hasil
penelitian yang sudah dilakukan.
169
4.9.3 Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana
Penyediaan lahan parkir yang terdapat di daerah yang akan dijadikan
sebagai tempat wisata baru.
Jaringan telekomunikasi yang perlu dibangun di Kelurahan Pasir Panjang
sehingga dapat melayani Kelurahan Dorbolaang dan Kelurahan Paudean
yang memang sangat sulit mendapatkan jaringan telekomunikasi sehingga
cukup menyusahkan wisatawan yang berkunjung.
Perlu membangun warung/kios di sekitar tempat wisata yang sudah ada
dan yang baru direncanakan.
Menyediakan tempat ibadah khusus muslim di tempat wisata di Kelurahan
Pasir Panjang dan Kelurahan Dorbolaang.
Memaksimalkan fungsi dermaga di lokasi penelitian untuk melayani
penyeberangan wisatawan dari Bitung ke Lembeh khususnya di Kelurahan
Paudean, Pasir Panjang dan Dorbolaang.
170
4.10 Strategi Pengembangan Kawasan Ekowisata dengan Menggunakan
Analisis S.W.O.T.
Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) merupakan
suatu metode analisis yang akan menggambarkan kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman, serta kendala-kendala yang harus dihadapi dalam suatu proses
perencanaan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan, akan mampu
dikurangi kelemahan yang ada dan pada saat yang sama memaksimalkan
kekuatan. Hal yang sama juga berlaku pada tantangan dan peluang, dimana pada
saat tantangan dapat diperkecil, peluang yang ada justru diperbesar (Unga, 2011).
171
3. Belum memadainya prasarana dan sarana wisata seperti jaringan
telekomunikasi, beberapa titik jalan yang rusak, area parkir, toko
cendramata dan lainnya).
Skor
No. Faktor-Faktor Strategis Bobot Nilai
(B × N)
Kekuatan (Strengths)
I 1. Pantai bermangrove dan keindahan 0,3 4 1,2
bawah laut menjadi daya tarik utama
172
wisata.
2. Pengelolaan dan pelestarian
lingkungan khususnya pantai
bermangrove dan terumbu karang
0,2 4 0,8
melibatkan masyarakat setempat
dengan membentuk kelompok-
kelompok pemberdayaan masyarakat.
3. Keberadaan kelompok-kelompok
pemberdayaan masyarakat
menjadikan masyarakat setempat 0,2 3 0,6
mandiri karena mempunyai
pendapatan tambahan.
4. Terdapat beberapa titik penyelaman
yang menyajikan keindahan alam 0,2 4 0,8
bawah laut.
5. Terdapat tempat penginapan berupa
resort dan penyewaan alat diving di
0,1 2 0,2
Kelurahan Paudean dan Kelurahan
Pasir Panjang.
Jumlah Bobot 1,0 3,6
Kelemahan (Weakness)
1. Tidak berfungsinya dermaga dalam
mengangkut penumpang atau 0,3 1 0,3
wisatawan pada tiga lokasi penelitian
tersebut.
2. Tingkat dan motivasi pendidikan
II 0,3 2 0,6
masyarakatnya masih sangat rendah.
3. Belum memadainya prasarana dan
sarana wisata seperti jaringan
telekomunikasi, beberapa titik jalan 0,4 1 0,4
yang rusak, area parkir, toko
cendramata dan lainnya).
173
Jumlah Bobot 1,0 1,3
Nilai Skor Kekuatan – Kelemahan IFAS = 3,6 – 1,3
= +2,3
Sumber : Hasil Analisis Penulis
Skor
No. Faktor-Faktor Strategis Bobot Nilai
(B × N)
Peluang (Opportunities)
1. Tingginya minat wisatawan lokal 0,2 3 0,6
bahkan wisatawan asing.
2. Adanya rencana pembangunan
jembatan penghubung Bitung-Lembeh
0,2 3 0,6
dan rencana pembangunan bandara di
Lembeh.
3. Adanya rencana pengembangan
pariwisata budaya (festival Selat
Lembeh) dan pengembangan 0,3 4 1,2
III
pariwisata alam-pantai termasuk
wisata bawah laut.
4. Rencana pengadaan rumah-rumah
warga setempat sebagai tempat
penginapan wisatawan yang lebih
0,1 2 0,2
murah, seperti yang dilakukan di
Kelurahan Dorbolaang namun belum
berjalan.
5. Adanya pembangunan Kawasan
0,2 3 0,6
Ekonomi Khusus (KEK) Bitung.
Jumlah Bobot 1,0 3,2
Ancaman (Threats)
IV 1. Letak Pulau Lembeh yang 0,4 3 1,2
berhadapan langsung dengan
174
Samudera Pasifik dan Laut Maluku
menjadikan cuacanya berangin dan
berombak.
2. Masih adanya masyarakat yang tanpa
sadar merusak lingkungan seperti
menebang pohon mangrove dan 0,6 1 0,6
adanya kegiatan nelayan yang
merusak terumbu karang.
Jumlah Bobot 1,0 1,8
Nilai Skor Peluang – Ancaman EFAS = 3,2 – 1,8
= +1,4
Sumber : Hasil Analisis Penulis
Gambar 4. Sumber
54 Grafik Letak
: Hasil Kuadran
Analisis Analisis SWOT
Penulis
Berdasarkan hasil perhitungan dari tabel 4.78 dan 4.79 maka didapatkan
nilai IFAS dan EFAS berturut-turut yaitu +2,3 dan +1,4, sehingga berdasarkan
nilai tersebut dalam grafik penentuan letak kuadran berada pada Kuadran I
Growth khususnya pada Rapid Growth Strategy yaitu adalah strategi
175
meningkatkan laju pertumbuhan kunjungan wisatawan dengan waktu lebih cepat
(tahun kedua lebih besar dari tahun pertama dan selanjutnya), peningkatan
kualitas yang menjadi faktor kekuatan untuk memaksimalkan pemanfaatan semua
peluang. Oleh karena itu, posisi nilai tersebut dalam analisis matriks SWOT,
strateginya berada pada SO (Strength Opportunities) untuk diprioritaskan. Strategi
SO tersebut sebagai berikut.
176
Tabel 4. 80 Matriks Analisis SWOT
1. Pantai bermangrove dan keindahan bawah laut 1. Tidak berfungsinya dermaga dalam
menjadi daya tarik utama wisata. mengangkut penumpang atau
2. Pengelolaan dan pelestarian lingkungan wisatawan pada tiga lokasi
khususnya pantai bermangrove dan terumbu penelitian tersebut.
karang melibatkan masyarakat setempat dengan 2. Tingkat dan motivasi pendidikan
membentuk kelompok-kelompok pemberdayaan masyarakatnya masih sangat rendah.
Internal
masyarakat. 3. Belum memadainya prasarana dan
3. Keberadaan kelompok-kelompok pemberdayaan sarana wisata seperti jaringan
masyarakat menjadikan masyarakat setempat telekomunikasi, beberapa titik jalan
mandiri karena mempunyai pendapatan yang rusak, area parkir, toko
tambahan. cendramata dan lainnya).
4. Terdapat beberapa titik penyelaman yang
Eksternal menyajikan keindahan alam bawah laut.
5. Terdapat tempat penginapan berupa resort dan
penyewaan alat diving di Kelurahan Paudean dan
Kelurahan Pasir Panjang.
177
Opportunities (O) SO WO
1. Tingginya minat wisatawan lokal 5. Membuat agent travel wisata khusus yang 1. Mengadakan pelatihan khusus untuk
bahkan wisatawan asing. melayani kegiatan wisata di Pulau Lembeh. masyarakat pada lokasi penelitian
2. Adanya rencana pembangunan 6. Rencana pembangunan kawasan ekowisata dalam mengelola dan melestarikan
jembatan penghubung Bitung- bertema pesisir dan laut di Kelurahan Paudean lingkungan, terutama untuk para
Lembeh dan rencana pembangunan dan Dorbolaang, serta pengembangannya di generasi muda seperti kursus
bandara di Lembeh. Kelurahan Pasir Panjang. pendidkan lingkungan, pendidikan
3. Adanya rencana pengembangan 7. Mengembangkan penginapan yang murah kebencanaan, pendidikan
pariwisata budaya (festival Selat untuk wisatawan dan promosi melalui airy keterampilan kerajinan dan
Lembeh) dan pengembangan rooms atau Tour Operator dunia pendidikan kepariwisataan.
pariwisata alam-pantai termasuk 8. Mengevaluasi kegiatan pengadaan rumah- 2. Perlu memperbaiki, mengadakan
wisata bawah laut. rumah masyarakat setempat yang dijadikan dan melengkapi prasarana dan
4. Rencana pengadaan rumah-rumah tempat penginapan di Kelurahan Dorbolaang. sarana guna menunjang kegiatan
warga setempat sebagai tempat wisata dan memenuhi kebutuhan
penginapan wisatawan yang lebih wisatawan.
murah, seperti yang dilakukan di 3. Mengadakan alat transportasi laut
Kelurahan Dorbolaang namun khusus seperti feri cepat yang
belum berjalan. menuju tempat-tempat wisata yang
178
5. Adanya pembangunan Kawasan ada di lokasi penelitian untuk
Ekonomi Khusus (KEK) Bitung. wisatawan.
Threats (T) ST WT
1. Letak Pulau Lembeh yang 1. Perlu menetapkan waktu-waktu yang aman 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat
berhadapan langsung dengan untuk melakukan kegiatan wisata diving dan setempat tentang pentingnya
Samudera Pasifik dan Laut Maluku snorkling. pelestarian lingkungan dengan
menjadikan cuacanya berangin dan 2. Perlu adanya penanaman mangrove pada menjaring masyarakat yang belum
berombak. daerah-daerah tempat wisata guna mengurangi tergabung dalam kelompok-kelompok
2. Masih adanya masyarakat yang angin dan ombak yang datang. pemberdayaan untuk ikut serta.
tanpa sadar merusak lingkungan 3. Pemerintah setempat bersama-sama dengan 2. Melakukan pemeriksaan rutin
seperti menebang pohon mangrove kelompok-kelompok pemberdayaan masyarakat terhadap moda transportasi laut yang
dan adanya kegiatan nelayan yang memonitor kegiatan-kegiatan masyarakat digunakan untuk mengangkut
merusak terumbu karang. setempat yang dapat merusak lingkungan dan penumpang agar menjamin
memberikan sanksi. keselamatan dan tidak mengangkut
penumpang yang melebihi kapasitas
kapal motor tersebut.
179
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan mengenai potensi dan strategi
pengembangan kawasan ekowisata di Kelurahan Paudean, Pasir Panjang dan
Dorbolaang dapat disimpulkan bahwa :
180
dengan baik. Skor akomodasi yang didapat oleh Kelurahan Paudean
dan Pasir Panjang adalah 60, sedangkan Kelurahan Dorbolaang tidak
memiliki resort ataupun penginapan sehingga skor yang didapat
adalah 0. Hal ini karena rumah warga yang dijadikan tempat
penginapan tidak belum dijalankan dengan baik.
181
Memonitor kegiatan nelayan setempat agar lebih berhati-hati dan
memperhatikan wilayah tangkapnya sehingga tidak merusak daerah
terumbu karang serta memantau masyarakat yang masih merusak
daerah mangrove. Hal ini dilakukan karena mengingat kehidupan
masyarakat pada lokasi penelitian yang hidup begitu dekat dengan
kedua hal tersebut.
182
Memaksimalkan fungsi dermaga di lokasi penelitian untuk
melayani penyeberangan wisatawan dari Bitung ke Lembeh
khususnya di Kelurahan Paudean, Pasir Panjang dan Dorbolaang.
1. SO (Strength Opportunity) :
Membuat agen travel wisata khusus yang melayani kegiatan
wisata di Pulau Lembeh.
Rencana pembangunan kawasan ekowisata bertema pesisir dan
laut di Kelurahan Paudean dan Dorbolaang, serta
pengembangannya di Kelurahan Pasir Panjang.
Mengembangkan penginapan yang murah untuk wisatawan
dan promosi melalui airy rooms atau Tour Operator dunia.
Mengevaluasi kegiatan pengadaan rumah-rumah masyarakat
setempat yang dijadikan tempat penginapan di Kelurahan
Dorbolaang.
2. WO (Weakness Opportunity) :
Mengadakan pelatihan khusus untuk masyarakat pada lokasi
penelitian dalam mengelola dan melestarikan lingkungan,
terutama untuk para generasi muda seperti kursus pendidkan
lingkungan, pendidikan kebencanaan, pendidikan keterampilan
kerajinan dan pendidikan kepariwisataan.
183
Perlu memperbaiki, mengadakan dan melengkapi prasarana
dan sarana guna menunjang kegiatan wisata dan memenuhi
kebutuhan wisatawan.
Mengadakan alat transportasi laut khusus seperti feri cepat
yang menuju tempat-tempat wisata yang ada di lokasi
penelitian untuk wisatawan.
3. ST (Strength Treat) :
Perlu menetapkan waktu-waktu yang aman untuk melakukan
kegiatan wisata diving dan snorkling.
Perlu adanya penanaman mangrove pada daerah-daerah tempat
wisata guna mengurangi angin dan ombak yang datang.
Pemerintah setempat bersama-sama dengan kelompok-
kelompok pemberdayaan masyarakat memonitor kegiatan-
kegiatan masyarakat setempat yang dapat merusak lingkungan
dan memberikan sanksi.
4. WT (Weakness Treat) :
Meningkatkan kesadaran masyarakat setempat tentang
pentingnya pelestarian lingkungan dengan menjaring
masyarakat yang belum tergabung dalam kelompok-kelompok
pemberdayaan untuk ikut serta.
Melakukan pemeriksaan rutin terhadap moda transportasi laut
yang digunakan untuk mengangkut penumpang agar menjamin
keselamatan dan tidak mengangkut penumpang yang melebihi
kapasitas kapal motor tersebut.
5.2 Saran
1. Diharapkan penyusunan RPJMD dan RIPPARKOT Bitung yang terbaru
lebih memperhatikan potensi-potensi wisata yang belum digali ataupun
memaksimalkan yang sudah ada.
184
2. Untuk Pemerintah Kota Bitung, perlu adanya promosi wisata Pulau
Lembeh di kancah nasional dan internasional, karena mengingat
banyaknya minat para wisatawan itu sendiri.
3. Pemerintah Kota Bitung lebih giat melakukan musyawarah-musyawarah
bersama masyarakat Pulau Lembeh untuk melihat perkembangan
daerahnya dan masalah-masalah baru yang mungkin ada.
185
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bitung Tahun 2013-2033.
Bappeda. Pemerintah Kota Bitung.
186
. 2017. Avicennia alba. Wetlands International
Programme:www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id
=37. Dipetik pada 17 September.
187
ATJ. 2006. Tripneustes gratilla. ATJ's Marine Aquarium Site:
http://atj.net.au/marineaquaria/Tripneustes_gratilla.html. Dipetik pada
7 September 2017.
188
Karsudi; Soekmadi R. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata di Kabupaten
Kepulauan Yapen Provinsi Papua. Artikel Ilmiah, 16 (2): E148-154.
Romani, S. 2006. Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Serta
Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas
Provinsi Jambi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gumelar S. Sastrayuda, ( 2010). Hand Out Mata Kuliah Concept Resort and
Leisure, Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort And Leisure.
189
Syahid, A. 2016. Ecotourism, Pariwisata Berwawasan Lingkungan. Studi
Pariwisata: https://studipariwisata.com/analisis/ecotourism-
pariwisata-berwawasan-lingkungan/. Dipetik pada 1 Maret 2017.
190