You are on page 1of 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah pergaulan remaja terhadap peningkatan gaya hidup modern saling

berpengaruh karena para remaja masa kini mengikuti perkembangan zaman saat

ini. Kebanyakan remaja masih memiliki sifat cenderung labil atau cenderung

mengikuti perkembangan di sekitarnya. Mereka beranggapan pada masa remaja,

mereka dapat dengan bebas melakukan apa yang mereka suka. Jika tidak

mengikuti perkembangan, berarti mereka tidak modern atau ketinggalan zaman.

Terjadi perubahan gaya hidup (life style) anak remaja masa kini tak lepas

dari perubahan budaya, pola pikir yang dianut oleh masyarakat bersangkutan. Para

pengagum modernitas sepakat bahwa proyek modernitas yang dilahirkan beberapa

abad lalu dalam kehidupan manusia memang tak terhindarkan. Budaya modern,

dan segala hal yang berbau gaya hidup modern harus diikuti. Bila tidak, maka

akan ketinggalan zaman. Dan menjadi korban modernitas itu sendiri.

Pada saat ini, generasi muda yang hidup dalam kondisi nyaman, aman,

tentram cenderung apatis, tidak banyak berbuat hanya mempertahankan apa yang

telah di capai tanpa keinginan dan kerja keras untuk mencapai sesuatu yang lebih

baik lagi. Bahkan generasi muda saat ini cenderung tidak produktif malah

sebaliknya bersikap konsumtif, seharusnya melalui generasi muda terlahir

inspirasi dan ide-ide kreatif untuk mengatasi persoalan atau masalah.

1
Dengan sifat seperti itu, akan lebih banyak dampak globalisasi yang

mereka dapatkan secara tidak sadar. Sumber dari dampak-dampak bagi para

remaja umumnya mudah didapatkan dari perkembangan pendidikan dan ilmu

pengetahuan, perkembangan dalam media komunikasi, elektronik, termasuk

internet, dan juga dalam perkembangan moral dan budaya. Kalau lihat dari sisi

negatifnya, sangat banyak dampak dari globalisasi di kalangan masyarakat pelajar.

Degradasi moral dan sosial budaya yang cenderung kepada pola-pola perilaku

menyimpang. Hal ini sebagai dampak pengabdopsian budaya luar secara

berlebihan dan tak terkendali oleh sebagian remaja.

Sikap yang mengagungkan terhadap modernitas jugalah yang membuat

remaja terjerumus menjadi kaum hedonis yang menempatkan kesenangan duniawi

menjadi prioritas utama, yang dibungkus dalam bentuk hiburan malam. Salah

satu alasan yang sering dikemukakan ketika dugem adalah untuk menghilangkan

stress. Akan tetapi anggapan ini belum terbukti. Kesenangan yang dirasakan saat

clubbing bisa jadi hanya reaksi emosi sementara. Jika dilakukan berulang-ulang

dan menjadi rutinitas, secara langsung atau pun tidak maka akan berpengaruh

terhadap kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalanya. Dalam dugem

juga banyak hal-hal yang sifatnya negative. Diantaranya adalah kebiasaan

merokok dan minum minuman keras. Seperti yang sudah diketahui, hal tersebut

cenderung menimbulkan efek negatf terutama untuk kesehatan tubuh. Selain itu

kegiatan ini dilakukan pada malam hari sampai pagi, dimana seharusnya tubuh

beristirahat setelah seharian beraktivitas. Selain itu, bagi pelajar yang sudah

memasuki dunia malam, hampir bisa dipastikan mendapat label buruk dari

2
masyarakat, walaupun disana mereka hanya duduk menari dan minum orange

juice atau softdrink.

Fenomena aktivitas sampai tengah malam bahkan sampai dini hari

dikalangan remaja bukan lagi hal yang sulit ditemukan di Kota Medan. Karena

hampir sebagian penduduk produktifnya adalah pelajar dan mahasiswa. Aktivitas

mengunjungi klub malam tersebut kerap kali di dengungkan orang-orang dengan

istilah clubbing. Dunia gemerlap atau yang biasanya disebut Clubbing ,sudah

menjadi kegiatan malam bagi kebanyakan remaja termasuk pelajar di kota Medan.

Generasi muda pelajar merupakan individu yang cepat menerima unsur

kebudayaan asing yang termasuk dari proses akulturasi.

Orang-orang yang mengunjungi club atau aktif di dalam club sering

disebut dengan istilah clubbers. Clubbers diarahkan kepada mereka yang

memiliki hobi yang sama dan membentuk kelompok atau komunitas yang

terorganisir, sebagai pengunjung setia sejumlah pub, diskotik, dan bar. Mayoritas

para clubbers adalah para generasi muda pelajar yang memiliki status ekonomi

yang cukup baik. Ini terlihat dari kebutuhan-kebutuhan materi yang menopang

aktivitas clubbing yang jelas membutuhkan dana ekstra. Mulai dari pemilihan

pakaian yang bermerk, property, kendaraan, hingga minuman. Melalui clubbing

para pelajar merasa menemukan jati diri, di sana mereka bisa “berjingkrak-

jingkrak” sebebasnya, meneguk alkohol dan bercanda sampai pagi, lalu pulang

dalam keadaan lelah bahkan mabuk tanpa memikirkan kegiatan di sekolah besok.

Peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini lebih jauh karena para anak

remaja seakan menjadikan kegiatan dugem sebagai aktifitas yang biasa , bahkan

3
menganggap bahwa Dugem adalah trend dan pelepas stress di sekolah ataupun

di rumah. Pentingnya penelitian ini untuk melihat fenomena yang terjadi di

dunia malam sehingga dapat menjadi himbauan bagi remaja lain agar tidak

terjerumus kedalam dunia malam. Dari uraian diatas maka penulis berniat untuk

meneliti dan membahas lebih lanjut mengenai “Profil Anak Dugem Di

Kalangan Remaja Di Kota Medan”

1.2 Identifikasi Masalah

Bila dilihat dari latar belakang yang telah di uraikan maka yang menjadi

identifikasi masalah adalah:

1. Profil anak dugem di kalangan para remaja yang terdapat di kota Medan

2. Hal yang mendasari para remaja hidup dalam aktifitas dugem.

3. Masalah dugem sebagai gaya hidup di kalangan remaja yang terdapat di

kota Medan

4. Pandangan masyarakat terhadap anak dugem tersebut

5. Pengaruh yang ditimbulkan para remaja di kota Medan sebagai pelaku

Dugem.

1.3 Pembatasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka batasan masalah dalam

penelitian ini adalah “Profil Anak Dugem Di Kalangan Remaja Di Kota Medan”

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, yang menjadi permasalahan pokok

yang di teliti adalah :

1. Bagaimana profil anak dugem di kalangan remaja di kota Medan ?

4
2. Apa yang melatar belakangi remaja hidup dalam aktifitas dugem ?

3. Bagaimana pandangan masyarakat tentang anak dugem ?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui profil anak dugem di kalangan remaja di kota Medan

2. Untuk mengetahui apa yang melatar belakangi remaja hidup dalam aktifitas

dugem.

3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat tentang anak dugem

yang ada di kota Medan.

1.6 Manfaat Penelitian

Apabila tercapainya penelitian diatas, maka hasil dari penelitian di harapkan

dapat bermanfaat sebagai :

1.6.1 Manfaat secara teoristis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran

terhadap perkembangan ilmu sosial khusunya Antropologi/Sosiologi. Hasil

penelitian ini diharapkan menjadi sebuah penelitian yang memperkaya khasanah

keilmuan di bidang Antropologi/Sosiologi dan ilmu-ilmu lain yang berhubungan.

1.6.2 Manfaat secara praktis

Secara Praktis, dengan terwujudnya penelitian ini penulis berharap dapat

bermanfaat pada remaja yang terlibat dengan Dugem khusunya dan semua

pembaca pada umumnya. Bagi penulis sendiri, untuk mengembangkan

kemampuan berpikir penulis melalui karya ilmiah di penelitian ini.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Pada penulisan ini mencoba digali berbagai penulisan-penulisan yang telah

dilakukan sehubungan dengan tema penulisan. Adapun beberapa penulisan

terdahulu yang dianggap relevan oleh penulis dengan penulisan yang dilakukan

yaitu:

Kartono (2011) dalam bukunya kenakalan remaja Kenakalan remaja

adalah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda;

merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang

disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka ini

mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Si penulis mengupas

masalah kenakalan remaja ini secara gamblang dengan mengacu kepada teori-

teori biologis, psikogenesis, sosiogenesis dan subkultural delikuensi, sehingga

sangat berguna bagi mahasiswa atau orang-orang yang berkecimpung dengan

masalah kenakalan remaja. Saran saya setelah membaca buku ini pembaca

diharapkan dapat mengetahui apa penyebab terjadinya kenakalan remaja,

bagaimana pengaruhnya dengan keluarga, dan bagaimana cara menanggulangi

kenakalan remaja, terlebih untuk para orang tua buku ini sangat penting untuk

dibaca, karena orang tua tentu saja tidak ingin kenakalan remaja terjadi pada anak

dan keluarganya.

6
Jamal (2012) dalam bukunya “ kiat mengatasi kenakalan remaja di

sekolah” Akhir-akhir ini, media massa diwarnai oleh berita-berita negatif tentang

kenakalan remaja, mulai dari narkoba, pergaulan bebas, minuman keras,

kriminalitas, hingga tawuran antarpelajar yang menimbulkan korban jiwa. Semua

itu menunjukkan semakin gawatnya tingkat kenakalan remaja di Indonesia.

Sebenarnya, apa yang mendorong remaja melakukan tindak kenakalan?

Adakah kaitan antara kondisi psikologis dengan kenakalan yang mereka lakukan?

Dan, kiat apa saja yang bisa diterapkan untuk mengatasinya? Buku inilah yang

akan mengungkap seluk-beluk kenakalan remaja beserta kiat-kiat mengatasinya

melalui pendekatan sisi psikologis dan edukatif. Di dalamnya, Anda diajak untuk

memahami kondisi psikologis, isi pikiran, dan hal-hal yang mewarnai dunia

remaja. Sebagai ujung terdepan dalam pendidikan anak, sekolah juga memiliki

peran sangat vital. Untuk itu, buku ini juga mencoba menjawab kiat-kiat yang bisa

dilakukan pihak sekolah dalam meminimalisir munculnya kenakalan remaja,

misalnya melalui media pendidikan karakter dan pengembangan bakat dan minat.

Dengan ulasan dari sudut pandang seorang guru, menjadikan buku ini lebih

komprehensif dan menyeluruh. Jika Anda menginginkan siswa-siswi atau putra-

putri remaja Anda tumbuh menjadi remaja yang positif dan produktif, maka buku

ini layak untuk Anda miliki.

Tulisan dari Faramitha (2012) tentang “Dunia Gemerlap Di Kalangan

Mahasiswi Kota Makasar (Studi Karakteristik Terhadap Penikmat Hiburan

Malam Di Kota Makassar)” Tujuan penelitian yang dilakukan Faramitha

7
Noerham adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan

mahasiswi Kota Makasar ke tempat

Hiburan Malam, Dan untuk mengetahui perilaku mahasiswi tersebut

ketika mereka berada di tempat Dugem. Sedangkan hasil penelitian menunjukan

bahwa Stereo tipe mengenai tempat Dugem sebagai tempat mabuk, ngobat, dan

sex bebas ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya benar.Citra tempat Dugem

seperti tersebut diatas sebenarnya merupakan citra yang tidak pada

tempatnya. Dugem di klub-klub malam sama saja dengan hang out di

tempat lain seperti tempat karaoke, bilyard, bahkan nonton film di bioskop. Ini

hanya masalah selera saja.

Tulisan dari Nofal (2009) tentang “Gaya Hidup Gemerlap Mahasiswa

Di Kota Yogyakarta (Studi Kasus Tentang Ekspresi Gaya Hidup dan

Keberagaman Mahasiswa Perilaku Dugem di Yogyakarta)”. Tujuan penelitian

Nofal Liata adalah Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung

menjamurnya hiburan malam yang glamor di kota Yogyakarta, yang latar

belakangnya adalah kota budaya dengan di dominasi oleh kaum intelek

mahasiswa.

Sedangkan hasil penelitian menunjukan bahwa gaya hidup yang

sedang menjadi trend di kalangan mahasiswa dugemers khususnya, mereka

ini menggunakan kesempatan yang terbuka selama tinggal di kota untuk

mengakses hiburan dunia gemerlap. Berdasarkan pemahaman serba

membolehkan didalam lingkungan diskotik, tanpa memperhitungkan sanggup

8
atau tidak untuk mengikuti gaya hidup yang datang dari barat atau

Amerika.

Jurnal Rilya yang berjudul “ Perilaku mahasiswi dalam dunia gemerlap”

Gaya hidup modern adalah alasan seorang mahasiswi di Kota Manado tertarik

untuk menikmati kegiatan dugem tersebut. Keterlibatan mahasiswi dalam dunia

gemerlap disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu rasa

jenuh terhadap aktivitas yang sama, tekanan yang diperoleh dari aktivitas kuliah,

anggapan bahwa clubbers itu gaul, dan adanya masalah pribadi. Faktor eksternal

adalah ajakan teman atau kenalan, ketertarikan yang muncul dari media sosial,

perubahan lingkungan pergaulan, dan kurangnya pengawasan dari orang tua atau

wali. Dampak dari dunia gemerlap ini dirasakan mengganggu kehidupan studi

mahasiswi. Dibandingkan dengan mahasiswi lainnya yang tidak terlibat dugem,

mahasiswi yang bergaya hidup dugem rata-rata kesusahan menyelesaikan kuliah

mereka.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Gaya Hidup

Gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri

maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan

antara satu dengan orang yang lain (Awan,2006:9) menyebutkan bahwa gaya

hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan

opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status

sosialnya.

9
Budaya hidup (gaya hidup dan lain-lain) adalah suatu arena penting bagi

pertarungan di antara berbagai kelompok dan kelas social (Bourdieu,2006:8). Bagi

dia, konsumsi budaya itu cendrung sadar dan disengaja atau tidak mengisi suatu

fungsi sosial berupa melegitimasi perbedaan-perbedaan sosial.

Lebih lanjut ia berpendapat bahwa meskipun aturan kelas itu pada

akhirnya bersifat ekonomi, bentuk yang diambil bersifat kultural dan bahwa

pembedaan kultur, pembentukan, penandaan, dan pemeliharaan perbedaan budaya

adalah kunci untuk memahami hal itu lebih lanjut komitmen kelas dominan

terhadap budaya adalah untuk membuktikan suatu modal legitimasi yang

ekuwivalen dengan darah atau hak lahirnya.

Gaya hidup ditentukan oleh cara seseorang dalam memilih dan

mempraktekkan nilai pengetahuannya tentang suatu objek benda yang

teraktualkan melalui proses komsumsi. Praktek kebudayaan yang diaktualkan oleh

seorang khususnya dalam masalah komsumsi merupakan proses dalam rangka

membentuk suatu tatanan kepribadian seseorang dari status yang diperankannya

dalam suatu struksur sosial. Menurut Gell, dalam proses komsumsi berlangsung

satu siklus dimana barang-barang melekat pada acuan persona yang dapat dimiliki

setiap orang yang berfungsi menjadi suatu ciri kepribadian, tanda identitas, dan

menandakan hubungan antar pribadi serta kewajiban-kewajiban yang khusus.

(Gell dalam Abdullah 1998:13).

Pada bukunya “Life Style’’ (Chaney,2006:21) mengatakan bahwa: “Gaya

hidup selanjutnya merupakan cara-cara terpola dalam menginvestasikan aspek-

aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial atau simbolik, tapi ini

10
juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara bermain dengan identitas.” Atau

dengan kata lain : “Gaya hidup adalah suatu cara terpola dalam pergaulan,

pemahaman, atau penghargaan artefak-artefak budaya material untuk

mengasosiasikan permainan kriteria status dalam konteks yang tidak diketahui

namanya”.

Adapun interpretasi dari penulis sendiri bahwa pada kesempatan lain,

Chaney juga berasumsi bahwa gaya hidup merupakan ciri dari sebuah masyarakat

modern, atau biasa juga disebut modernitas. Maksudnya disini adalah siapapun

yang hidup dalam masyarakat modern yang akan menggunakannya.

2.2.2 Teori Deviasi

Untuk suatu penjelasan yang lebih luas atau lebih mendalam tentang

bagaimana sistem pengolahan prostitusi terselubung atau hal yang

menjerumuskan mereka dari bekerja secara individu hingga memiliki mucikari.

Kartono (1989) menuliskan bahwa deviasi atau penyimpangan adalah tingkah

laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karateristik rata-rata dari

rakyat kebanyakan/ populasi.

Kejahatan adalah semua bentuk tingkah laku yang berbeda dan

menyimpang dari karateristik umum, serta bertentangan dengan hukum atau

melawan peraturan yang legal. Sedangkan kejahatan itu sendiri mencakup banyak

variasi tingkah laku dan sifatnya sangat heterogen, karena bisa dilakukan oleh

pria, wanita, anak-anak, orangtua, dan remaja usia sangat muda.

Semua bagian dan bentuk deviasi tersebut menjelaskan sebagaimana

bahwa penyimpangan tingkah laku dapat merusak moralitas individu dan

11
kelompok sehingga dapat menimbulkan penyakit baru dimasyarakat. Sehingga

dalam hal tersebut diperlukan suatu kesadaran akan penyimpangan yang ia akan

lakukan dana apa dampaknya terhadap masyarakat secara luas. Sehingga dalam

hal ini perlu kesadaran akan peran masing-masing masyarakat didalam lingkungan

sosial ini, dimana peran dalam hal ini yang bersifat positif dan tidak menyimpang

dari norma yang ada dan akan berdampak panjang pula terhadap suatu

kepositifan.

Oleh sebab itu, bila dikaitkan dengan permasalahan penelitian yakni

“profil remaja yang menjadikan dunia gemerlap sebagai gaya hidup”

menunjukkan bahwa di dalam ikuti kehidupan masyarakat terdapat suatu

penyimpangan. Terdapat ketidaksesuaian dengan norma yang ada. Jelas terlihat

bahwa dunia malam yang dapat diartikan sebagai suatu hal yang menyimpang,

dimana kasus tersebut berhubungan dengan gaya hidup yang salah. Melihat hal

tersebut terlihat jelas bagaimana masalah kenakalan remaja dalam menjalankan

aktifitas dunia gemerlap menjadi suatu masalah yang sangat serius. Sebagaimana

dikatakan diawal bahwa hal yang tidak sesuai dengan norma atau hukum maka

sifatnya dilegalkan.

2.3 Kerangka Konseptual

2.3.1 Dugem

Istilah dugem memiliki banyak makna. Ada yang berpendapat dugem itu

sekedar nongkrong di kafe atau pub. Ada juga yang mengaku dugem adalah

refreshing yang dilakukan di malam hari. Pendapat lain menyatakan kalau dugem

tidak harus identik dengan kafe, pub, diskotik atau kemewahan; tetapi lebih

12
menonjolkan sisi kebebasan, luapan kesenangan secara berlebihan untuk

memanjakan diri, mengekspresikan diri, dan meluangkan waktu untuk diri sendiri.

Istilah dugem merupakan bentuk akronim dari dunia gemerlap. Dunia gemerlap

merupakan gambaran tempat bersenang-senang. Biasanya tempat itu penuh

dengan lampu warna-warni dan musik tanpa henti dengan para pengunjung yang

berpakaian serba seksi, serta anggur di gelas yang indah.

Konsep makna yang masih senada dengan dugem adalah clubbing. Kata

clubbing berasal dari bahasa Inggris yang dibentuk dari kata club yang bermakna

”a group of people associated for a common purpose or mutual advantage” atau

”perkumpulan” (Webster"s New World Dictionary, 1993). Istilah clubbing yang

terdapat dalam kamus tersebut bermakna ”berkumpul”. Dalam perkembangan

selanjutnya penggunaan istilah clubbing yang dipakai di berbagai kalangan

mengalami perubahan. Dalam bahasa Inggris juga dikenal night club yang dapat

berarti klub malam. Sepertinya, istilah clubbing ini lebih dekat hubungan

maknanya dengan night club, yaitu tempat hiburan yang buka pada malam hari

untuk makan, minum, dansa, dan musik. Istilah clubbing yang dipahami para

komunitas dugem adalah nongkrong di waktu malam hari untuk menikmati

hiburan di tempat yang menawarkan dugem. Jadi, dugem dan clubbing adalah dua

istilah yang merujuk pada makna yang sama, yaitu tempat-tempat yang

menawarkan dunia gemerlap untuk mencari hiburan malam. Bentukan clubbing

adalah kata bahasa Inggris yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia

Clubbing merupakan salah satu contoh dari demonstration effect atau suatu

pola yang menampakkan penampilan yang tidak sesuai dengan keadaan yang

13
sebenarnya demi diperolehnya prestise atau gengsi (Susianto dalam Anisa 2003).

Demonstration effect ini adalah salah satu bentuk gaya hidup hedonis yaitu pola

hidup yang menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang

pada keramaian kota, serta senang membeli barang mahal untuk memenuhi

kesenangan dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Bentuk gaya hidup hedonis

lainnya adalah free sex, penyalahgunaan narkoba, dan perilaku konsumtif (Viola

dalam Muharammi, 2003).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

dugem adalah suatu bentuk aktivitas seseorang yang mencari hiburan di malam

hari yaitu di kafe atau diskotik dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya

memiliki kecenderungan karakteristik demonstration effects, yang merupakan

salah satu bentuk gaya hidup hedonis yaitu pola hidup yang menghabiskan waktu

di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, serta senang

membeli barang mahal untuk memenuhi kesenangan dan selalu ingin menjadi

pusat perhatian.

2.3.2 Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adolescere yang berarti

tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja dibagi menjadi dua bagian,

yaitu remaja awal dan remaja akhir. Batas usia remaja awal yaitu 13 tahun sampai

16 atau 17 tahun, dan batas usia remaja akhir yaitu 16 tahun atau 17 tahun sampai

18 tahun (Hurlock, 1999). Gunarsa (1981), mengatakan bahwa masa remaja adalah

masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, meliputi semua

14
perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja

merupakan individu yang berusia antara 12-22 tahun.

Masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses

perkembangan seseorang. Remaja tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak

termasuk golongan orang dewasa atau tua. Remaja ada diantara anak-anak dan

orang dewasa. Secara global usia remaja berlangsung antara 12-21 tahun dengan

pembagian sebagai berikut, 12-15 tahun merupakan masa remaja awal, 15-18

tahun merupakan masa remaja pertengahan, 18-21 tahun merupakan masa remaja

akhir (Monks, 2002).

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa, bukan

hanya dalam artian psikologis, tapi juga dalam artian fisik. Bahkan perubahan-

perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam

pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara

lain akibat dari perubahan-perubahan fisik itu.

Dalam masyarakat Indonesia, remaja adalah individu berusia 11-24 tahun

dan belum menikah (Sarwono, 2003). Batasan ini dibuat dengan pertimbangan

sebagai berikut:

a. Usia 11 tahun adalah usia tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria

fisik).

b. Pada masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik secara

adat dan agama (kriteria sosial).

15
c. Pada usia tersebut mulai ada tanda penyempurnaan perkembangan diri seperti

tercapainya identitas diri, fase genital, perkembangan kognitif dan moral

(kriteria psikologis).

d. Usia 24 tahun merupakan batas maksimal, untuk memberi peluang bagi

mereka yang sampai batas tersebut masih menggantungkan diri pada orangtua,

masih belum memiliki hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat atau

tradisi), belum bisa memberi pendapat sendiri, dan sebagainya.

Status pernikahan sangat menentukan karena arti pernikahan sangat penting

dalam masyarakat Indonesia. Seorang yang sudah menikah, pada usia

berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa. Karena itu

definisi remaja dibatasi khusus yang belum menikah.

Pengertian remaja menurut penulis, yaitu suatu tahap perkembangan

individu yang merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju kedewasaan.

Remaja terdiri dari 2 bagian, yaitu remaja awal berusia sekitar 11 tahun-17/18

tahun dan remaja akhir berusia sekitar 18/19 tahun-24 tahun. Remaja biasanya

masih berstatus belum menikah.

2.3.3 Gaya Hidup

Dilihat dari defenisi gaya hidup menurut David Chaney dalam buku

sugihartatai yaitu: “Gaya hidup adalah pola-pola tindakan dalam membedakan

antara satu dengan yang lain. Gaya hidup adalah bentuk identitas kolektif yang

berkembang seiring waktu.Gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-

cara yang mungkin tidak dapat dipahami”. (David Chaney,2004)

16
Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan

berinteraksi di dunia. Menurut Assel (1984, p. 252), gaya hidup adalah “A

mode of living that is identified by how people spend their time (activities),

what they consider important in their environment (interest), and what they

think of themselves and the world around them (opinion)” atau dapat diartikan

sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan

waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan

(minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar

(opini). Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002, p. 282), gaya hidup

adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan

uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu.

Secara umum gaya hidup dapat di artikan sebagai Gaya hidup

keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya

hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok

terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku.

Oleh karena itubanyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di

masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, dan

sebagainya.

2.4 Kerangka Berpikir

17
Salah satu aktifitas yang dapat ditemui dalam masyarakat perkotaan

adalah dugem. Dugem adalah suatu kehidupan malam yang dilakukan di kafe,

bar, diskotik, dan sebagainya, yang sebagian dari pengunjung tempat tersebut

adalah para para remaja. Kecenderungan yang mendasari perilaku tersebut

adalah fasilitas yang sangat memadai di perkotaan, gaya hidup, teman,

bahkan sarana untuk bersosialisasi. Perilaku dugem telah merambah tidak hanya

golongan kelas atas namun juga sampai ke kalangan remaja. Dalam penelitian ini,

akan membahas mengenai para remaja yang melakukan dugem oleh pelajar di

Lubuk Pakam.

Perkembangan zaman menyebabkan banyaknya para remaja yang semakin

mengikuti gaya hidup yang baru. Semakin majunya dunia media menyebabkan

banyaknya remaja yang mengikuti gaya ke eropaan atau lain sebagainya sehingga

hal tersebut mengubah pola piker mereka. Banyak remaja yang salah mengikuti

arus kehidupan tersebut iasi sehingga terjadi suatu deviasi atau penyimpangan.

Gaya hidup yang salah menyebabkan rusaknya moral para remaja tersebut.

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian deskriptif

kualitatif. Dimana diketahui penelitian kualitatif dikemukakan oleh William

(1995) dalam Moleong (2014:5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

pengumpulan data pada suatu latar ilmiah, dengan menggunakan metode alamiah,

dan dilakukan oleh orang atau penulis yang tertarik secara alamiah. Sementara

penelitian kualitatif dalam Sugiyono (2012:8) sering disebut metode penelitian

naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural

setting); disebut juga sebagai metode etnography, karena pada awalnya metode

ini lebih banyak digunakan untuk penelitian dibidang sosial.

Maka penelliti menyimpulkan metode penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan lain sebagainya

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah. penulis juga memilih jenis penelitian deskriptif-kualitatif agar

penulis lebih mudah dalam hal penggambaran dan pemecahan masalah “Profil

Anak Dugem Di Kalangan Remaja Di Kota Medan”

19
3.2 Lokasi Penelitian

Untuk lokasi penelitian yaitu di kota Medan diskotik New Zone. Adapun

dipilihnya lokasi tersebut karena terdapat beberapa remaja yang memilih dugem

sebagai salah satu gaya hidup mereka. Selain itu dipilihnya kota Medan sebagai

lokasi peneltian di karenakan terdapat banyak diskotik atau bar. Salah satu faktor

lain yaitu adanya beberapa remaja yang di ketahui sering atau pernah melakukan

dugem.

Dalam penyusunan penelitian ini didahului dengan penelitian awal yaitu

dengan melakukan pengumpulan data yang menunjang masalah yang diteliti

selanjutnya penulis mengadakan observasi dilokasi penelitian di beberapa

diskotik atau bar di kota Medan.

3.3 Subjek dan Objek penelitian

3.3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang bisa memberikan informasi-informasi

utama yang dibutuhkan dalam penelitian (Sugiyono, 2012:15).Dalam penelitian

yang dilakukan oleh penulis yang menjadi informan kuncinya adalah para remaja

di kota Medan yang sering mengunjungi tempat hiburan malam atau diskotik di

Kota Medan.

3.3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu

penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk

mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Adapun

pengertian objek penelitian menurut Sugiyono(2012:13), adalah sebagai berikut:

20
“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan

reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

Objek penelitiannya yakni, Kota Medan. Adapun pelaku dalam penelitian

ini adalah Remaja di kota Medan yang sering mengunjungi tempat hiburan

malam atau diskotik sebagai gaya hidup mereka.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Observasi

Observasi menurut Yudhistira (1990) dalam Saebani (2008:186) observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Untuk memperoleh data dan fakta

mengenai dunia kenyataan dapat diperoleh melalui observasi. Kemudian,

Sutrisno (1986) dalam Sugiyono (2012:145) adalah suatu proses yang kompleks,

suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua

diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Adapun jenis observasi yang digunakan oleh penulis adalah observasi

pengamatan berperan serta (participant observation). Artinya dalam observasi

ini, penulis terlibat dengan kegiatan-kegiatan sehari-hari orang yang sedang

diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian.

3.4.2 Wawancara

Menurut Saebani (2008:190) wawancara merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu. Untuk penelitian ini, peneliti

menggunakan model wawancara tak berstruktur. Dalam hal ini wawancara yang

21
dilakukan lebih spontan dan perihal gambarannya informan lebih siap

diidentifikasikan, sebab situasi yang diharapkan adalah wawancara santai dengan

informan.

3.4.3 Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2012:240) dokumentasi (dokumen) adalah catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berebntuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang.

Untuk penelitian ini penulis akan menggali beberapa sumber, baik itu dari

buku-buku yang relevan, skripsi, jurnal ilmiah, artikel, maupun berbagai arsip

yang tentunya relevan dengan penelitian tentang Profil Anak Dugem Di

Kalangan Remaja Di Kota Medan. Selanjutnya untuk pembuktian kebenaran

penelitian, maka penulis kemudian mengumpulkan foto dan bentuk dokumentasi

yang diolah menjadi bahan penelitian.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan& Biklen (1982) dalam Moleong

(2014:45) menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Dalam hal ini teknik analisis data yang akanpenulis pakai yakni merujuk

kepada pendapat model Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012:246),

yaitu sebagai berikut:

22
1. Data reduction (reduksi data), berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya.

2. Data Display (penyajian data), menganalisis dan menyajikan data

untuk memudahkan dan memahami apa yang terjadi, dan merencanakan

kerja. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk urairan singkat, bagan, hubungan antar kategori dan lain

sebagainya.

3. Conclusion Drawing (menarik kesimpulan), Langkah ke tiga dalam

analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah kesimpulan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan atau

hasil baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan atau hasil dapat

berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih

remang-remang, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

23
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas deskripsi data, pelaksanaan penelitian, deskripsi data

penelitian dan pembahasan.

4.1 Pelaksanaan Penelitian

Deskripsi data berisi tentang hasil keseluruhan dari pelaksanaan penelitian,

dan informasi-informasi yang diperoleh di lapangan sebagai hasil studi

fenomenologi dengan cara observasi dan wawancara. Peneliti berusaha

mendalami keadaan seluruh subjek penelitian. Berkaitan dengan kode etik

penelitian, maka nama subjek dalam penelitian ini merupakan nama samara dan

beberapa informasi juga disamarkan agar identitas subjek penelitian tidak

diketahui.

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian di lakuka di diskotik New Zone. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, New Zone

merupakan salah satu jenis usaha hiburan malam yang masuk dalam kategori

kelab malam. Orang-orang sering menyebut New Zone dengan singkatan NZ.

New Zone sebagai usaha pariwisata dengan Nomor/Tanggal Izin Usaha Pariwisata

503/398/SK/LUP.DU/KR/MM/2013/31 Mei 2013. Kelab malam New Zone

terletak di jalan Mangkubumi atau nama jalan barunya di jalan Wajir (Jalan

Kolonel Sugiono No. 16 CDEF), Medan Maimun. Lokasinya berada di antara

Jalan Pemuda dan Jalan Jendral Suprapto. Karyawan yang berkerja di New Zone

yaitu sebanyak 60 orang. New Zone termasuk salah satu kelab malam terfavorit di

24
Kota Medan. New Zone menyediakan fasilitas berupa hotel, KTV, dan bar. New

Zone di isi oleh DJ senior di Kota Medan.

New Zone buka setiap hari yaitu dari hari Senin sampai Minggu. New Zone

buka pukul 13.00 WIB sampai 04.00 WIB. Harga tiket hari biasa untuk masuk ke

kelab malam New Zone yaitu Rp 30.000 per orang. Harga tiket kelab malam New

Zone untuk akhir pekan yaitu Rp 50.000 per orang. Harga tiket masuk tersebut

belum termasuk dengan biaya sewa table dan minuman beralkohol. Untuk biaya

sewa table dikenakan sekitar Rp 150.000 (Hasil wawancara).

4.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian terdiri dari empat subjek. Subjek merupakan pelajar dan

mahasiswa yang cukup aktif dugem di New Zone.

1. Subjek 1

Nama : Wulan (Nama Samaran)

Umur : 19 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Medan

Peampilan Fisik : Tinggi 158 cm, berat 50 kg, kulit sawo matang,

rambut lurus

Penampilan Psikis : Ceriah, ramah, senang bercanda

Sumber Informasi : Teman Wulan

Wulan adalah seorang mahasiswa angkatan 2017 yang sedang menjalani

studi S1 di sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Medan. Di b a berusia 19

tahun dan tinggal di kos-kosan yang dikatakan cukup strategis tempatnya,

25
karena tidak terlalu jauh dari pusat kota dan dari kampus subjek. Subjek tinggal

sendiri di kamar dengan ukuran yang cukup luas dan fasilitas yang lengkap,

terdapat Sembilan kamar dan hamper semua yang menempati kos-kosan

tersebut adalah mahasiswa. Kos subjek bias dikatakan memiliki aturan yang

cukup keat, karna tinggal bersama ibu kos. Aturan yang diberikan antara lain,

adanya jam malam yaitu jam sepuluh malam, dan cowok dilarang masuk ke

dalam kamar.

Berdasarkan pengamatan peneliti, wulan adalah seorang wanita yang

memiliki keprbadian yang cukup baik dan berpenampilan menarik. Dilihat dari

kesehariannya, ia memiliki pergaulan yang luas dan pandai bergaul dengan

siapa saja.

a. Latar Belakang Keluarga

Keluarga wulan taat terhadap Agamanya. Kedua orang tuanya tinggal di

Binjai. Keluarganya merupakan keluarga yang cukup harmonis dan sangat

mengutamakan pendidikan anak-anaknya. Ayahnya berkerja di

pemerintahan daerah dan ibunya berkerja sebagai guru matematika. Jadi

tidak heran kalau kedua orang tuanya menuntut anaknya lebih dari mereka.

b. Lingkungan Fisik Sosio-Ekonomi dan Sosial Kultur

Wulan tinggal di lingkungan perkampungan yang masih menjunjung tinggi

nilai kemasyarakatan. Sehingga keluarganya sangat peduli terhadap

lingkungan sekitarnya. Meskipun demikian, kedua orang tuanya selalu

bergabung dengan masyarakat sekitar.

c. Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan

26
Sampai saat ini wulan tidak pernah mengalami sakita yang membahayakan.

Ia tumbuh sehat dan menjaga pola hidup sehat. Dilihat dari observasi teman-

temannya dan kakak kandungnya, wulan tidak pernah mengalami penyakit

yang mengkhawatirkan.

d. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif wulan cukup baik karena ia masih bias menekuni

studinya meskipun sampai saat ini ia belum dapat gelar sarjana. Tetapi

dengan situasinya tersebut ia memiliki semangat selangkah demi selangkah

demi mencapai cita-cita yang ia impikan.

e. Perkembangan Sosial dan Status Sosial Sekarang

Masyarakat yang tinggal disekitar wulan adalah mayoritas mahasiswa yang

memiliki kesibukan masing-masing. Ia bergaul dengan mahasiswa yang

mendukung dalam studinya. Pada saat peneliti berkunjung ke kos-kosannya,

peneliti melihat wulan sedang membuka leptopnya dan mengerjakan tugas

kuliahnya bersama teman-temannya. Ia juga sering dikunjungi teman-

temannya dan relasinya dengan teman-temannya cukup baik

f. Ciri-ciri Kepribadian

Wulan memiliki kepribadian yang baik. Ia dikenal sebagai pribadi yang

gampang bergaul dengan banyak teman. Dilihat dari kesehariannya, ia

cukup ramah kepada siapa saja dan memiliki rasa empati yang tinggi.

Penampilan wulan juga termasuk cukup menarik dan cantik. Dia juaga

peduli terhadap penampilannya.

2. Subjek 2

27
Nama : Lena (Nama Samaran)

Umur : 18 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Almat : Medan

Peampilan Fisik : Tinggi 160 cm, berat 50 kg, kulit putih, rambut

lurus pendek

Penampilan Psikis : Cuek, berani, dan sedikit angkuh

Sumber Informasi : pengunjung Club malam New Zone

Lena adalah seorang siswi kelas XII di salah satu SMK swasta di Kota

Medan. Wanita berusia 18 tahun ini merupakan anak bungsu dari 3

bersaudara. Lena memiliki 2 orang kakak yang sudah berkeluarga. Lena

tinggal bersama kedua orang tuanya. Namun semenjak dia melanjutkan

jenjang pendidikan di SMK dia tanggal di sebuah kos. Sebagai seorang anak

bungsu, lena dapat dikatakan manja karena mendapat perhatian yang sangat

lebih dari orang tuanya.

a. Latar Belakang Keluarga

Lena adalah anak paling bungsu di keluarganya. Ayahnya berkerja sebagai

asisten perkebunan swasta dan ibunya berkerja sebagai wiraswasta. Kedua

orang tua lena saat ini tinggal di Krinci. Kedua kakaknya sudah berkuluarga.

Kakak pertamanya berkerja sebagai pegawai salah bank negeri di kota

Padang. Kakak keduanya berkerja sebagai PNS di salah satu dinas

pemerintahan di Krinci. Lena termasuk anak bungsu yang manja. Dia dapat

28
memenuhi kebutuhannya melalui kedua orang tua dan kakaknya yang sudah

mapan.

b. Lingkungan Fisik Sosio-Ekonomi dan Sosial Kultur

Lingkungan asal lena termasuk golongan menengah ke atas karena

merupakan penduduk dominan berkerja di perusahaan. Meskipun sibuk

dengan aktivitas masing-masing, keluarga lena sangat peduli dan ikut

terlibat dalam aktivitas lingkungannya dan kegiatan keagamaaan.

c. Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan

Sampai saat ini Lena belum pernah mengalami sakit yang

membahayakannya. Dia tumbuh dengan sehat dan menjaga pola hidup sehat.

d. Perkembangan Kognitif

Lena tergolong siswi yang biasa-biasa saja. Karena masih adanya dorongan

dari keluarga, Lena masih tetap rajin bersekolah.

e. Perkembangan Sosial dan Status Sosial Sekarang

Lena saat ini tinggal di kos-kosan yang tempatnya cukup jauh dari sekolah.

Subjek tinggal berdua dengan sahabatnya di kamar dengan ukuran yang luas

dan fasilitas yang lengkap termasuk kamar mandi dalam, dan terdapat

sepuluh kamar mandi di tempat tinggal kos subjek, dan hampir semua yang

menempati kos-kosan tersebut adalah mahasiswa. Kos subjek termasuk kos

yang tidak memiliki jam malam dan terkesan bebas, sehingga anak-anak kos

dan subjek bebas untuk pulang dan pergi kapan pun. Namun demikian

masyarakat di sekitar kos subjek memiliki rasa toleransi yang tinggi

terhadap anak-anak kos diman subjek tinggal.

29
f. Ciri-ciri Kepribadian

Cara berpenampilan subjek terlihat cukup berani.hal ini terlihat ketika

peneliti melakukan wawancara beberapakali di kos subjek. Saat ini subjek

mengenakan pakaian tank top dan celana sangat pendek. Ketika ditanya

subjek memang lebih menyukai penampilan yang membuat dirinya nyaman

dan terkesan “cuek” dengan penampilannya.

3. Subjek 3

Nama : Ruri (Nama Samaran)

Umur : 19 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Almat : Medan

Peampilan Fisik : Tinggi 161 cm, berat 56 kg, kulit sawo matang,

rambut ikal, terdapat tato di bahunya

Penampilan Psikis : kalem, sopan dan humoris

Sumber Informasi : Teman Ruri

Ruri adalah seorang mahasiswi semester 3 di salah satu perguruan tinggi

swasta, wanita berperawakan montok ini memiliki kulit sawo matang, mata

indah, rambut ikal, memakai beheld an terdapat tato ditubuhnya. Ruri

merupakan sosok yang kalem, sangat menyenagkan di mata teman-temannya,

tetapi sikap dia saat dikampus sangat berbeda dengan sikap dia ketika

berkumpul bersama teman-teman lingkungan pergaulan. Penampilan ruri pada

saat dikampus tidak macam-macam, dia hanya memakai kaos, kemeja yang

sopan, celana jeans dan sepatu teplek.

30
a. Latar Belakang Keluarga

Ruri adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Ruri tinggal bersama ibunya

sedangkan ayahnya sudah pisah dengan ibunya. Namun semenjak dia

melanjutkan jenjang pendidikan di perguruan tinggi, dia tinggal di sebuah

kontrakan yang berada di taman sari. Sebagai anak yang kurang

diperhatikan, ruri sering keluar malam dan melakukan dugem. Kedua

saudara ruri juga kurang peduli terhadap satu sama lain. Semuanya mencari

kehidupan masing-masing. Ibu ruri berkerja sebagai wiraswasta yaitu

berjualan makanan siap saji. Saudara laki-laki ruri yang pertama sudah

menikah dan berkerja sebagai karyawan pabrik yang cukup ternama di

Belawan sedangkan saudara perempuan ruri yang kedua juga sudah

menikah dan menjadi ibu rumah tangga.

b. Lingkungan Fisik Sosio-Ekonomi dan Sosial Kultur

Ruri hidup jauh dari orang tua dan tidak mendapatkan pengawasan secara

langsung, pergaulan ruri diluar kampus sangat jauh berbeda dengan karakter

dia yang humoris dan menyenangkan, banyak dari teman-temannya.

Lingkungan keluarga ruri sangat sederhana, mereka bergantung dari bantuan

saudara laki-laki ruri.

c. Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan

Sampai saat ini Lena belum pernah mengalami sakit yang

membahayakannya. Ruri belum pernah mengalami gejala penyakit yang

serius walaupun gaya hidup ruri yang tidak sehat.

d. Perkembangan Kognitif

31
Ruri memiliki kemampuan kognitif yang biasa saja, dia juga bukan termasuk

anakk yang berprestasi justru cenderung tidak peduli dengan pengetahua.

Tujuan dia kuliah juga sekedar menjaga gengsi di kalangan teman-

temannya.

e. Perkembangan Sosial dan Status Sosial Sekarang

Masyarakat yang tinggal disekitar ruri adalah pelajar, pekerja, dan

penganguran yang memiliki kesibukan masing-masing. Lingkungan di

sekitar ruri termasuk cuek, hal ini dapat dilihat dari kurangnya tegura jika

ada tetangga mereka yang tinggal serumah antara laki-laki dan perempuan

yang belum menikah.

f. Ciri-ciri Kepribadian

Ruri adalah orang yang cuek di lingkungannya, tetapi dia tetap ramah dan

murah senyum jika ada yang menegurnya. Ruri merukan anak yang humoris

Dia selalu berpakaian seksi di sekitar kontrakannya. Akan tetapi dia tetap

berpakaian sopan jika berangkat ke kampus hal ini di karenakan peraturan

yang di terapkan di kampusnya.

4. Subjek 4

Nama : Sadam (Nama Samaran)

Umur : 19 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Almat : Medan

Peampilan Fisik : Tinggi 171 cm, berat 78 kg, kulit kuling langsat,

rambut cepak

32
Penampilan Psikis : Humoris dan periang

Sumber Informasi : Teman Sadam

Sadam adalah seorang mahasiswa S1 di salah satu universitas swasta di

kota medan. Subjek memiliki penampilan yang menarik secara fisik. Subjek

juga sangat memperhatikan penampilannya, hal ini terbukti dengan cara

subjek berpakaian. Subjek lebih sering berpakaian casual yaitu kaos dan

celana jeans.

a. Latar Belakang Keluarga

Subejek merupakan anak ke dua dari empat bersaudara. Subjek memiliki

ayah dan ibu yang berkerja sebagai pengusaha sukses. Ayahnya memiliki

perkebunan sawit dan karet. Ibu sadam memiliki grosir sembako di kota

Perbaungan. Sadam memiliki kakak yang sudah berumatangga akan tetapi

kebutahan hidup kakaknya masih di tanggung oleh orang tuanya. Karena

pekerjaan suaminya yang masih belum mapan dan kakak sadam juga tidak

berkerja walaupu lulusan dari kebidanan. Kedua adiknya masih bersekolah

ditinggat SMP dan SMK. Sadam tidak pernah kekurangan, semua

kebutuhannya selalu dilengkapi oleh kedua orang tuanya. Akan tetapi kedua

orang tuanya kurang memperhatikan prestasi dan pendidikan anaknya

karena mereka juga bukan termasuk orang yang berpendidikan. Kedua orang

tua sadam merupakan orang yang gigih dalam mencari uang dan pandai

dalam berdagang.

33
b. Lingkungan Fisik Sosio-Ekonomi dan Sosial Kultur

Sadam adalah mahasiswa yang memiliki penampilan dengan perawakan

tubuh yang tinggi, kulit hitam dan rambut cepak. Subje memiliki rasa

percaya diri yang tinggi. Subjek juga termasuk cowok yang sering

memperhatikan penampilanya. Hal ini terlihat dandanan subjek yang sangat

rapih ketika penulis beberapa kali menemui subjek untuk mewawancarainya.

c. Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan

Sampai saat ini sadam belum pernah mengalami sakit yang

membahayakannya. Subjek belum pernah mengalami gejala penyakit yang

serius walaupun gaya hidup subjek yang kurang sehat. Subjek termasuk

pecandu rokok.

d. Perkembangan Kognitif

Sadam merupakan siswa yang biasa-biasa saja. Dia lumayan aktif dalam

beberapa kegiatan ekskul ketika SMA. Namun prestasinya dalam pelajaran

kurang baik. Di kampus dia termasuk mahasiswa yang cuek dalam

mengikuti perkuliahan hal ini dapat dilihat dimana sadam jarang

mengumpulkan tugas kuliahnya atau dia sering terlambat menyerahkan

tugas-tugasnya.

e. Perkembangan Sosial dan Status Sosial Sekarang

Sadam saat ini tinggal di daerah kos-kosan yang dikatakan cukup strategis

tempatnya karena tidak jauh dari pusat kota. Kos-kosan tempat tinggalnya

tidak jauh dari kampus. Subjek tinggal sendiri dikamar dengan ukuran yang

cukup luas dan fasilitas yang lengkap. Lingkungan tempat tinggal subjek

34
kurang peduli dengan prilaku masyarakatnya masing-masing. Hal ini

dikarenakan mereka mempunyai kesibukan masing-masing dan hamper

keseluruha lingan disekitar adalah mahasiswa atau pekerja yang dari luar

kota

f. Ciri-ciri Kepribadian

Sadam termasuk cowok yang humoris, ramah dan dia mudah berteman

dengan siapa saja. Dia cenderung menyapa terlebih dahulu ketika bertemu

orang yang dikenalinya.

4.4 Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Cara subjek penikmat dugem menikmati masa laulu

Dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa wulan menikmati masa

lalunya dengan ikut dugem bersama teman-temannya. Dia memnganggap dengan

ikut dugem bersama temannya membuka hasil yang bermanfaat baginya dan

akhirnya menjadi ketagihan. Hal ini dibuktikan melalui hasil wawancara terhadap

wulan.

“Awalnya tuh, aku diajaki sama teman satu kost, nah saat diajak aku tuh
lagi suntuk karena banyaknya tekanan. Trus temanku satu kost nawari
aku “Yuk, mau ikut dugem gak?” Yaudah deh, iseng-iseng aku nyoba ikut
tu. Karena aku juga sekedar pingin tahu aja. Eh, karena emang dasarnya
aku tuh suka nonton-nonton musik gitu. Jadi akutuh suka banget sama
musik, apalagi konser musik yang rame.”

Sama halnya dengan Ruri, Lena dan Sadam yang mengalami kecanduan

dugem. Pada awalnya mereka juga diajak oleh temnnya, dan akhirnya mereka

menjadi pecandu. Semua berawal dari coba-coba karena dihasut oleh beberapa

temannya. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara terhadap Ruri, Lena dan

Sadam.

35
“Dulu tuh pertama masuk sana aku diajaki temanku, disuruh nyobai dan
dibayarin. Akhirnya lama-lama aku ngajaki temanku malahan.” (Ruri)

“Awalnya aku diajak sama teman sekolah, “yuk, buang suntuk main-maik
ke New Zone, kamu belum pernah kesanakan? Ayoklah biar sekenadar
tau aja adapa di dalamnya” begitulah teman bilang ke aku. Karena
penasaran aku akhirnya mau. Setelah pertama kali kesana aku masih
takut-takut, tetapi karena teman-temannya asik-asik disana jadi sesekali
aku ikut kesana lagi, eh.. akhir aku malah ketagihan” (Lena)

“Dulu pertama kali di Medan aku pernah diajak sama teman satu kos,
namun karena aku maih takut-taku yah aku nolak, akan tetapi setelah
satu tahun aku tinggal di kota medan nah, teman kampus ku ada lagi
ngajak kesana, yah… karena sekedar coba-coba aja aku pun ikut.
Selanjutnya temanku terus ngjak kesana, karena menurutku asik aku pun
ikut lagi dan akhir aku malah ketagihan” (Sadam)

Dari hasil wawancara keempat subjek tersebut, peneliti menemukan

adanya hal-hal dari luar diri mereka yang menyebabkan kebiasaan dugem yaitu

pengaruh dari lingkungan sekitar yang pada awalnya keempat subjek hanya ikut-

ikutan dan akhirnya menjadi gaya hidup mereka. Pengalaman ini membentuk

prilaku mereka menjadi orang yang selalu diarahkan oleh lingkungan sekitarnya

dan belum mampu menetapkan tujuan yang sudah ditetapkan.

2. Cara subjek penikmat dugem dengan memandang masa depan

Peneliti memperoleh data bahwa Wulan adalah mahawasiswa yang rajin

dalam menyelesaikan tugas-tugas kampusnya dengan baik. Lena adalah pelajar

SMK tingkat akhir yang akan menyelesaikan sekolahnya. Mereka tetap bejalan

lancar dalam menyelesaikan studinya. Tapi usahanya tersebut dihalangi oleh

kebiasaan-kebiasaan yang sering dugem. Peneliti memperoleh data bahwa mereka

sangat ingin merubah kebiasaan dugem karena menurutnya prilakunya itu sudah

sangat merugikan. Tetapi untuk saat ini mereka belum mampu merubah

keinginannya sepenuhnya untuk berubah secara optimal karena masih gampang

36
terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Tapi dari hati yang paling dalam mereka

mengaku bahwa memiliki kemauan untuk berubah. Hal ini dapat dilihat dari hasil

wawancara terhadap subjek.

“kalau begini-begini aja ya otomatis enggak sih. Soalnya kalau dipikir-pikir

tindakan itu sangat merugikan. Aku ingin kedepannya menjadi orang yang lebih

baik lagi” (Wulan)

“Apa lagi orang tua dan kakak ku tuh selalu bertanya masalah kuliah ku, aku
tuh gak mau bikin malu kedua orang tuaku. Aku kan juga engen jadi anak
kebanggaan kedua orang tua ku” (Wulan)

“Aku tuh pengen berhenti. Tapi teman aku ngajaki akutuh, kurang bisa
kontrol diri. Kalau keinginan sih ada banget. Apalagi kan aku dah kelas 12,
udah mau UN. Kan aku juga pengen lulus dengan nilai yang bagus” (Lena)

Dari hasil wawancara dengan Ruri dan Sadam, peneliti memperoleh hasil

bahwa mereka juga memiliki keinginan untuk berubah kebiasaan dugem. Tetapi

belum saat ini, karena mereka belum mampu mengkondisikan dirinya atau

menahan dirinya untuk memenuhi keinginannya. Adanya dorongan semangat dari

teman-temannya kampusnya membuat mereka ingin segera menyelesaikan

studinya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhasap Ruri dan Sadam:

“ kalau beruha sih mau, tapi susah ya. Aku juga pada cemas dengan studiku

dan aku juga gak mau orang tua malu dengan sikapku dan menjadi cemohan

tetangga. Teman-temn ku juga sudah nyarani untuk berhenti tapi untuk saat

ini mencoba untuk segera berhenti itu susah”(Ruri)

“ aku sih mau aja berhenti tapi belum bias, karena teman-temanku juga suka

ngajak kesana. Dan aku juga masih merasa asik untuk kesana. Klu berhenti

untuk segera kkayaknya susah. Pingin juga berhenti, tapi terkadang ada aja

37
rasa untuk nagih kesana. Mungkin suatu saat nanti aku berhenti kan gak

mungkin juga aku begini terus. Nanti masa depan ku bias hancur” (Sadam)

Di satu sisi mereka ingin di akui dalam lingkup pergaulan karena

sebagaian dari teman mereka memiliki kecanduan dugem. Maka mereka juga

menyesuaikan diri dengan teman-teman mereka. Ketika Ruri dan Sadam diajak

oleh temannya, kadang-kadang cenderung sungkan untuk menolaknya dan ketika

mereka meresa bosan mereka memilih untuk pergi dugem karena dugem

merupakan hiburan baginya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap

Ruri dan Sadam:

“Harapanku kalau kedepannya aku bias lebih baik lagi. Tapi disisi lain aku
ingin terlihat kere dengan gaya hidupku seperti ini. Itu hiburan bagiku, karena
keluargaku pun tidak peduli kepdaku. Ya selama aku bosan aku bias
menghibur diriku dengan pergi ketempat dugem.” (Ruri)

“Gimana yah, aku pun ingin berhenti tapi hasrat untuk dugem selalu ada.
Disaat aku bosan ye aku kesana untuk menghibur diriku bahkan aku juga
mengajak temanku untu kesana. Kan aku juga pengen kelihat tidak
kampungan” (Sadam)

Dari data yang diperoleh peneliti menemukan keempat subjek memiliki

keinginan untuk brubah menjadi lebih baik lagi. Tetapi masih banyak hal-hal

diluar dirinya yang belum mendukungnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, peneliti memperoleh data

bahwa adanya penyesalan dalam diri wulan dan ingin berubah. Tetapi kurangnya

dukungan dari lingkungan sekitarnya. Dia masih belum mampu menahan dirinya

ketika diajak oleh beberapa temanya untuk dugem. Hal ini dapat dilihat denga

wawancara berikut:

38
“ya menyesal pastinya. Dia tuh mau berubah sebenarnya. Hanya lingkungan

sekitarnya itu loh yang selalu membawa dia ikut dugem” (Teman Wulan)

Sama halnya dengan Lena, dari hasil wawan cara yang dilakukan peneliti

3.

4.5

39

You might also like