Professional Documents
Culture Documents
PENGANTAR ANTROPOLOGI
OLEH
TIM PENGAJAR
Halaman
BAHASAN 4 MANUSIA.............................................................................................21
(SAP)
Tujuan Umum
Mata kuliah ini bertujuan memberikan pemahaman dasar kepada mahasiswa tentang
Antropologi sebagai suatu bidang ilmu.selain itu, dengan mempelajari mata kuliah ini
mahasiswa dapat memahami hubungan antara Antropologi dengan ilmu-ilmu lainnya.
konsep-konsep dan metode-metode pendekatan ilmiah Antropologi. dan tujuan praktisnya
dalam proses pembangunan nasional suatu bangsa.
1. Pengertian
2. Ruang Lingkup Antropolgi
3. Ilmu Bagian Antropologi
4. Hubungan Antropologi dengan ilmu lainnya
1. Homo Sapiens
2. Ras dan Metode Klasifikasi ras
3. Salah Faham mengenai konsep ras
Minggu IX Kebudayaan
1. Difusi Kebudayaan
2. Difusionisme Jerman – Austria
3. Difusionisme Inggris
4. Difusionisme Amerika Serikat
5. Jalannya suatu Proses Akulturasi
6. masalah Psikologi dalam suatu Proses Akulturasi
7. Pemahaman tentang Gejala Asimilasi dan Faktor-Faktor yang memudahkan
Asimilasi.
1. Difusi kebudayaan
2. Difusionisme Jerman-Austria
3. Difusionisme Inggris
4. Difusionisme Amerik Serikat
5. Jalannya Suatu proses akulturasi
6. Masalah psikologi dalam suatu proses akutansi
1. Pengertian Etnografi
2. Kerangka Etnografi
BUKU BACAAN
Barnouw, Victor
1982 An Inroduction Antopology, Volume to Ethcologi Home wood Iluonis the
Dorsey Press. Fourth Edition.
1977 An Inroduction Antopology ; New York ; Machmiland Pub. Co Danadjaja,
Coleman, Simon, dan Watson, Helen.
2005 Pengantar Antopologi Metode Sejarah Perkembangannya. Jakarta Rajawali
Press.
Haviland, A. William
1988 Antropology (Jilid I): Erlangga . Jakarta
Harsojo
1977 Pengantar Antropologi Bandung: Bina Cipta, hlm 144-172.
Ihromi T.O
1984 Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Gramedia
Keesing, M. Roger
1991 Antropology Budaya Suatu Perspektif Kontenporer. Erlangga : Jakarta.
Koentjaraningrat
1980 Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : Aksara Baru
Saifuddin, A. Fedyani
2005 Antroplogy Kontenporer : Suatu Pengantar Krisis Mengenai Paradigma.
Predana Media, Jakarta.
Spindler, Louise S.
1977 Cultur Change And Modernization.illinois : Heviland Press.
Spradley, James
1972 Cultur and Cognition : Rules, Maps and Ruler.USA : Chandler Pub. Com.
BAHASAN I
Spektrum kajian antropologi amat luas, meliputi mulai dari kajian yang mengkhusus
pada biologi tentang evolusi manusia sampai pada kajian mengenai yang mengkhusus pada
biologi tentang evolusi manusia sampai pada kajian mengenai kehidupan sosial manusia
kontemorer, baik yang domisili dipedesaan maupun diperkotaan karena demikian luasnya
menyebabkan di dalam disiplin ilmu ini menyebabkan lahirnya beberapa bidang spesialisasi,
atau ilmu-ilmu bagian dari antropologi. secara umum, Antropologi terbagi atas dua bidang
ilmu yakni : (1) Antropologi Biologi dan (2) Antropologi Budaya.
Antropologi biologi mengkaji tentang manusia (Homo Sapies) sebagai sebuah
organisme biologi yang terutama mengkaji evolusi spesies manusia dan berusaha
menjelaskan diversitas populasi manusia kini sedangkan manusia Antropologi budaya
mengkaji tentang kebudayaan manusia baik masa kini maupun masa lampau (Barnouw
1982). dari kedua disiplin Antropologi itu berkembang sub-sub bidang lain.
Adapun bidang-bidang ilmu yang berkembang dalam antropologi Biologi, meliputi :
1. Paleo Antropologi yaitu sub disiplin Antroplogi biologi yang meneliti dan mempelajari
asal usul perkembangan evolusi manusia dari segi fisiknya , mulai dari kondisinya masih
berupa Homo Erektus sampai menjadi Homo Sapiens modern. Pakar antropologi yang
mengkhususkan perhatiannya pada bidang itu berusaha mengkontruksi kaemunculan
manusia diatas muka bumi ini dan evolusinya menjadi bentuk tubuh atau fisik manusia
sebagaimana yang ada sekarang.
2. Antropologi Fisik, yaitu sub disiplin Antropologi yang mengkaji tentang variasi-variasi
yang terdapat pada umat manusia dipandang dari sudut cirri-ciri fisiknya. misalnya,
bentuk dan ukuran tubuh, warna kulit dan rambut, indeks tengkorak, frekuensi golongan
darah dan sebagainya.
1. Antrologi Lingustik, yaitu sub bagian Antropologi Budaya yang sub kajiannya berfokus
pada munculnya bahasa dan terjadinya Variasi dalam bahasa-bahasa itu selama satua
jangka waktu yang berabad-abad. selain itu, menguji teori bahasa yang terutama
didasarkan atas bahasa eropa dan mengamati bahasa dalam konteks latar belakang sosial
budaya.
2. Arkeologi (Prasejahtera), adalah sub bidang Antropologi Budaya dan kajiannya berfokus
pada cara hidup manusia dalam periode sebelum mengenal tradisi tulis. Dewasa ini, pakar
arkeologi juga telah mengkaji tentang munculna Negara perkotaan dengan perhatian lebih
diarahkan pada teori proses sosial dan tidak pada peradaban klasik.
3. Antropoligi Sosial yaitu sub bidang Atropologi budaya yang kajiannya berfokus pada
upaya penyusunan generalisasi dan teori tentang perilaku sosial budaya manusia (Keesing
1989).
Dalam bidang Antropolgi sosial berkembang sub-sub kajian yang namanya disesuaikan
dengan bidang yang digeluti dan orientasi kajiannya. adaapun sub-sub bidang Atropologi
sosial yang serupa dengan apa yang digelutinya adalah :
(1) Antropologi Hukum (6) Antropologi Musik
(2) Antropologi Politik (7) Antropologi Pariwisata
(3) Antropologi Ekonomi (8) Antropologi Agama
(4) Antropolgi Pendidikan (9) AntropologiPembangunan
(5) Antropologi Arsitektur
Sedangkan nama sub bidang Antropologi sosial yang disesuaikan dengan orientasi
teorinya adalah :
Dewasa Ini, telah berkembang pula sub bidang Antropologi Kesehatan. Wilayah kajian
sub bidang ini adalah mempertaruhkan antara kesehatan dan penyakit dari segi biologi dan
konseptualisasi dan pengobatan dari segi budaya.
Antropologi Arkeologi
Budaya (Prasejarah)
Antropologi Antropologi
Linguistik
Antropologi Antropologi
Fisik Sosial Antropologi
Kesehatan
Telah disebutkan pada pembahasan terdahulu bahwa bukan hanya disiplin antroplogi
yang mengkaji tentang manusia, melainkan juga ilmu-ilmu lain. dalam pada itu, maka
masing-masing disiplin ilmu tersebut berhubungan satua sama lain. Adapun disiplin ilmu
yang dimaksud adlah :
1.3.1 Sosiologi
Sosiologi merupakan suatu disiplin ilmu yang berkaitan erat dengan Antropologi.
khususnya sub bidang Antropolgi Sosial. Bahkan kedua bidang ilmu tersebut mempunyai
tujuan yang sama, yakni mendapatkan pengrtian tentang azas-azas hidup masyarakat dan
kebudayaan manusia pada umumnya. Namun, jika dilihat dari asal usul dan sejarah
perkembangannya serta metode ilmiahnya, maka tampak perbedaan diantara keduanya.
sosiologi pada awalnya merupakan bagian dari ilmu filsafat kemudian berubah
menjadi suatu ilmu tersendiri karena krisis yang dialami pada Masyarakat Eropa pada saat
itu, sehingga Orang Eropa membutuhkan suatu pengetahuan yang lebih dalam tentang
tingkat-tingkat permulaan dan sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan itu sendiri.
dewasa ini penelitian Sosiologi bukan hanya pada masyarakat kompleks di Eropa
tetapi juga masyarakat pedesaan di luar Eropa. hal itu misalnya, dikembangkannya sosiologi
pedesaan (Rural Sociology). Sebaliknya Antropologi Sosial tidak hanya memfokuskan
kajiannya pada masyarakat eksotis dan pedesaan tetapi telah mengkaji masyarakat komplek
dengan organisasi – organisasi formal. dengan demikian, konteks ilmu antara sosiologi dan
Antropologi terjadi overlapping.
Yang membedakan antara kedua bidang ilmu itu adalah pada aspek metodologi,
misalnya Antropologi menyelidiki masyarakat dengan menggunakan pendekatan Holistik
sebaliknya. sosiolosi memusatkan perhatian pada unsure-unsur atau gejala khusus dalam
masyarakat tertentu, maka kedua ahli itu akan menggunakan pendekatan yang berbeda. ahli
antropologi akan meneliti semua unsur kehidupan manusia sebagai suatu bulatan . Walaupun
penelitiannya difokuskan pada unsure-unsur atau pranata-pranata tertentu saja, seperti pranata
kesehatan, namun ia tetap menghubungkan pranata tesebut dengan seluruh struktur
kehidupan manusia sedangkan ahli sosiologi akan meneliti proses-proses atau gejala – gejala
khusus dengan tidak perlu melihat struktur dari keseluruhannya. Lagi pula, ahli Atropologi
melakukan penelitian yang bersifat intensif dan mendalam terhadap objek kajanya dengan
menggunakan metode wawancara dan pengamatan terlibat. sebaliknya ahli sosiologi
melakukan penelitian dengan menggunakan angket dengan bantuan ilmu statistic.
Dewasa ini, kedua disiplin itu telah Saling meminjam metode untuk saling
melengkapi Dalam ber bagai penelitian. dengan kata lain, Atropologi sering kali
menggunkaan angket untuk mendapatkan data dasar perihal objek yang dijadikannya kajian
dan kemudian dilanjutkan dengan pengamatan dan wawancara mendalam dalam
mendapatkan informasi berkenan dengan objek yang dikajinya.
1.3.2 Psikologi
Antroplogi mengkaji perilaku manusia yang terpolakan dan bahwa perilaku yang
terpolakan itu (Pattern behavior) itu dipahami sebagai manifestasi dari struktur mental
manusia. struktur mental yang dimaksud, meliputi pengetahuan (Knowledge) kepercayaan
(Believe), Nilai (Value), dan sikap (antitut) individu sebagai warga masyarakat Psikologi
merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji struktur mental individu.
Dengan demikian, Psikologi mempunyai kontribusi yang sangat berarti bagi
Antropologi. sebaliknya, hasil-hasil penelitian Atropologi berekenaan dengan pola-pola
perilaku suatu kelompok komunitas tertentu sangat membantu psikologi dalam menentukan
ukuran dan pola struktur mental berbagai kelompok masyarakat. dengan kata lain dengan
kerjasama antara Psikologi dan Antropologi diperoleh gambaran yang jelas mengenai
hubungan timbale balik antara struktur mental dengan pola-pola perilaku masyarakat.
1.4.2 Sejarah
Prasasti, dokumen, naskah tradisional, dan arsip kuno sumber sejarah seringkali hanya
memberi peristiwa-peristiwa sejarah terbatas pada bidnag politik saja. Mengenai latar
belakang sosial dari peristiwa-peristiwa politik itu dapat di jelaskan secara tepat manakala
ahli sejarah menggunakan konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat yang dikembangkan
oleh Antropologi dan ilmu-ilmu sosial lain. sebaliknya, ahli Atropologi juga membutuhkan
sejarah, terutama sejarah dari suku-suku bangsa yang telah diteliti untuk memecahkan
masalah-masalah yang terjadi karena masyarakat itu mengalami pengaruh kebudayaan lain.
pemahaman mengenai hal tersebut diketahui rekontruksi sendriri olh peneliti dank arena itu,
antropologi harus mempunyai pengetahuan tentang metode-metode untuk merekontruksi
sejarah dari stuatu rangkaian peritiwa.
1.4.3 Geografi
Geografi adalah berusaha mendapatkan pengertian tentang bumi serta cirri-ciri dari
segala macama bentuk kehidupan yang menduduki bumi. manusia di antara bentuk
kehidupan yang dimaksud mempunyai keragaman sifat di berbagai tempat permukaan bumi.
Oleh karena Atropologi mempunyai kemampuan menyelami keragaman masalah keragaman
makhluk hidup manusia. Maka tentu saja ilmu Geografi sangat membutuhkan ilmu Geografi,
sebab kenyataan-kenyataan kebudayaan manusia mempunyai keterkaitan dengan keadaan
lingkungan alaminya.
Cabang Antropologi yang berkaitan erat dengan Ilmu Hayat adalah Atropolgi Fisik.
bagian ilmu hayat yang membahas tentang Anatomi, Fisiologi, Genetika, dan Embriologi
banyak memberi pengetahuan kepada ahli Atropologi Fisik yang khusus menyelidiki masalah
ras sebagai konsepsi Biologi. Bantuan Embriologi , Anatomi, dan Antropometri banyak
membantu ahli Antropologi Fisik dalam mempelajarai manusia.
Ciri khas tubuh manusia di lihat dari sudut anatomi adalah mahluk yang berdiri
tegak,kuantum otaknya yang terbesar di antara semua mahluk lainnya, tangan jari – jari
mudah di gerakkan untuk berbagai keperluan dan matanya adalah mereokopis ciri – cirri
biologis itu,termasuk system saraf,merupakan dasar organis dari kemampuan manusia untuk
berkebudayaan.
cabang ilmu hokum yang berkaitan erat dengan antropologi adalah hukum
adat,khususnya di Indonesia. Hukum adat mulai di pelajari sebagai bagian dari ilmu hokum
di Indonesia ada awal abad ke-20, dan antropologi telah di pergunakan sebagai ilmu bantu
dalam mengkaji Hukum Adat, baik hasil – hasil penelitiannya mapun metode - metodenya,
dalam menyalami latar belakang kehidupan hokum adat di berbagai daerah di Indonesia.
sementara itu, bagi antropologi, hukum adat itu adalah penting, tidak hanya suatu
system hokum yang telah di abstraksikan sebagai aturan – aturan normative yang timbul dan
hidup langsung dari masalah – masalah pranata yang bersumber dari kegiatan – kegiatan
masyarakat itu sendiri. Setiap masyarakat baik yang sederhana maupun yang
kompleks,mempunyai kegiatan – kegiatan yang berfungsi sebagai peradilan sosial untuk
menciptakan kehidupan yang tentram, harmonis, dan teratur dalam masyarakat. konsepsi
yang memandang hokum sebagai salah satu kegiatan kebudayaan yang berkaitan dengan
control sosial mengaharuskan ahli antropologi untuk juga mempunyai pengetahuan umum
tentang konsep – konsep hokum pada umumnya.
1.4 Rangkuman
di dalam sub disiplin antropologi biologi berkembang sub bidang tertentu, seperti
paleo Antropologi, Antropologi fisik, Somatologi, Antropometri, dan studi perbandingan.
Sedangkan sub bidang ilmu yang berkembang dalam antropologi budaya seperti arkeologi
(prasejarah), antropologi linguistic dan antropologi sosial.
di dalam sub bidang antropologi sosial berkembang lagi bidang – bidang
spesialisasi.Nama bidang – bidang itu disesuaikan dengan bidang yang di geluti dan orientasi
teorinya.
Kecuali itu,berkembang pula sub bidang antropologi kesehatan,wilayah kajiannya
mempertautkan antara kesehatan dan penyakit dari segi biologi dengan konseptualisasi dan
pengobatan segi budaya
Barnouw,victor
1982 An Introduction to Antropology Ethnology. illineis: The Doresi Press;pp. 1 - 38.
Beals Ralph L.et.al.
1977 An Introduction to Antropology New York: Macmillan Pub. Co. Inc. pp. 1- 21
Harsojo
1977 pengantar antropologi .bandung, Binaciopta, hal 1-70
Kalangie Nico S,
1994 kebudayaan dan kesehatan , jakarta Megapo, Hal 1-23
Keesing Rogers M
1989 Antropologi Budaya: suatu persefektif kontemporer. Jakarta : Erlangga
Koentjaraningrat
1980 pengantar ilmu antropologi. Jakarta Aksara Baru, hal 17-36
Dewasa ini, antropologi telah melalui enam fase perkembangan. Masing-masing fase
perkembangan tersebut ditandai dengan focus perhatian dan tujuan tersendiri adapun keempat
fase yang dimaksusd dapat dilihat dalam uraian berikut ini.
Fase pertama berlangsung selama kurang lebig empat abad lamanya, yakni abad ke-15
hingga abad ke -19. Ditandai dengan usaha para ilmuan menghimpun buku-buku kisah
perjalanan dan laporan yangditulis oleh para musafir, penyiar agama nasrani, penerjemah
kitab injil, dan pegawai pemerintahan jajahan Negara-negara bangsa eropa, buku-buku itu
mendeskripsikan perihal adat istiadat, susunan masyarakat, bangsa, dan cirri-ciri fisik dari
beragam suku bangsa di afrika, asia, oenian, dan suku bangsa Indian ( penduduk pribumi
benua amerika) yang menjadi jajahan bangsa-bangsa eropa pada masa itu. Bahan-bahan itu
antara menarik perhatian orang eropa, sebab sangat berbeda dengan adat istiadat, susunan
masyarakat, bahasa dan cirri-ciri fisik bangsa eropa barat. Bahan pengetahuan itu disebut
etnografi, yakni pelukisan tentang bangsa-bangsa. Sungguh pun demikian, deskripsi itu tidak
cermat dan sering kali bersifat kabur serta kebanyakan hanya memperhatikan hal-hal yang di
mata orang eropa tam;pak aneh.
Keanehan tersebut memancing minat kalangan terpelajar dieropa barat sejak abad ke-
18 kemudian dalam pandangan orang eropa timbul tiga macam sikap, yakbi (1) sikap
negative, yang menganggap suku bangsa itu sebagai primitive ,liar, keturuna iblis, bar-bar,
dan sebagainya (2) sikap positif yang menganggap suku bangsa itu masih harmonis, murni,
dan belum kemasukan kejahatan dan keburukan seperti yang terdapat pada masyarakat
bangsa-bangsa eropa pada masa itu; (3) sikap tertarik terhadap adat-istiadat yang aneh;
karena itu mereka mengumpulkan benda-benda budaya dari suku-suku bangsa tersebut.
Benda-benda budaya yang dikumpulkan secara pribadi itu sebagian yang dipertontonkan
kepada umum. Saat itulah untuk pertama kalinya muncul museum yang menghimpun benda-
benda budaya bangsa diluar eropa.
Sekitar awal abad ke-19 dunia ilmiah tertarik dan berusaha mengintergrasikan
himpunan bahan etnografi suku bangsa yang disebutkan diatas menjadi satu. Namun integrasi
baru terjadi pada pertengahan abad ke-19 tatkala terbit keterangan-keterangan yang
menyusun bahan etmografi berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat secara singkat, cara
berfikir secara itu dapat dirumuskan sebagai berikut masyarakat dan kebudayaan manusia
telah berovolusi dengan sangat lambat dalam suatu jangka waktu beribu-ribu tahun lamanya.
Mulai dari tingkat-tingkact yang rendah. Melalui beberapa tingkat antara sampai ke tingkat
tertinggi. Bentuk-bentuk masyarakat dan kebudayaan manusia yang tertinggi itu adalah
bentuk-bentuk seperti apa yang hidup di eropa yang oleh orang eropa disebut primitive.
Dianggap sebagai contoh dari tingkat-tingkat kebudayaan yang lebih rendah atau sebagai sisa
dari kebudayaan manusia purba.
Kecuali itu, timbul pula beberapa karangan yang hendak meneliti sejarah persebaran
kebudayaan bangsa-bangsa dimuka bumi. Dalam pada itu, kebudayaan-kebudayaan di luar
eropa dianggap sebagai sisa-sisa dan contoh-conto kebudayaan dari manusia kuno.sehingga
dengan meniliti kebudayaan bangsa-bangsa di luar eropa itu orang dapat menambah
pengertiannya tentang sejarah penyebaran keberadaan manusia.
Fase ketiga dari sejarah perkembangan antropologi ditandai oleh timbulnya perhatian
yang sangat besar dikalangan pemerintah Negara-negara eropa terhadap bahan-bahan
etnografi bangsa-bangsa jajahannya demi mantapnya stabilitas system administrasi
pemerintahan didaerah jajahannya. Selain itu antropologi yang dikembangkan dari bahan-
bahan etmografi itu dianggap penting karena dengan pengetahuan tentang masyarakat dan
Kebudayaan yang kurang kompleks itu, akan menambah pula pengertian orang
mengenai masyarakat yang sudah kompleks seperti masyarakat dan kebudayaan orang eropa
sendiri.
2.2.4. Fase keempat
Dalam fase keempat, antropologi mengalami proses perkembangan yang sangat luas.
Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya bahan-bahan pengetahuan yang lebih teliti
dan ditunjang oleh ketajaman metode-metode ilmiah yang digunakan.pada fase ini sasaran
kajian antropologi bukan lagi hanya pada suku-suku bangsa di eropa. Melainkan juga
masyarakat eropa sendiri, khususnya masyarakat pedesaan mereka.perkembangan kajian
antropologi secara akademik berlangsung paling pesat di unversitas eropa pada saat setelah
tahun 1951,namun perkembangan itu berlangsung paling pesat di universitas amerika.
2.4 RINGKASAN
Ada empat fase sejarah perkembangan antropologi pertama sebelum tahun 1800
kedua pada pertengahan abad ke-19 ketiga pada permulaan abad ke 20 dan keempat sesudah
tahun 1930-an.
Fase pertama, yakni fase awal munculnya buku-buku etropologi tentang suku-suku
bangsa di luar eropa dan adanya ahli yang mengumpulkan benda-benda budaya dari
masyarakat non Eropa untuk dimuseumkan agar dapat dilihat oleh banyak orang. Sekalipun
pada fase itu belum menunjukan adanya manfaat ilmiah dan praktis yang dan praktis yang
jelas .namun menjadi cikal bakal berkembangnya antropologi.
Fase kedua, dilakukan penelitian dan penyusunan bahan-bahan emografi secara teliti
yang dimaksudkan untuk mengembangkan dan memperkuat teori-teori evolusi budaya dan
sejarah penyebaran kebudayaan. Dengan demikian, tujuan Antropologi pada fase tersebut
adalah beriorentasi ilmiah.
Fase keempat, kajian antropologi menjadi semakin berkembang, bukan hanya pada
lapangan penelitiannya, melainkan juga pada metode-metode ilmiahnya. Hasil-hasil
penelitian pun tidak hanya kepentingan ilmiah tetapi juga kepentingan pembangunan bangsa-
bangsa jajahan dan bekas jajahan.
2.5 KEPUSTAKAAN
Koentjaraningrat
1980 “ Fase-fase perkembangan antropologi sebagai suatu ilmu “ dalam pengantar
antropologi Jakarta: Rineka Cinta: Hal 13-18.
Kontjaraningrat
1980 “ Tujuan Praktis dan akademik antropologi dalam sejarah perkembangannya”
dalam pengantar ilmu Antropologi Jakarta: Rineka Cipta: Hal. 13-36
BAHASAN 3
PENDEKATAN METODE PENELITIAN
LAPANGAN ANTROPOLOGI
Arkeologi sebagai suatu bidang dari antropologi budaya menekankan kajiannya pada
rekonstruksi bentuk awal, perkembangan, dan saling hubungan di antara berbagai macam
manusia dipermukaan bumi ini. Dalam konteks ini, antropologi dengan pendekatan historis
menginterprestasi kebudayaan yang dipunyai oleh suatu kelompok masyarakat tertentu dalam
bentuk pengaruh sejarah.
Pendekatan komparatif (comparative approach) dingunakan dalam disiplin
antropologi untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan diantara berbagai mahluk manusia,
baik dari segi biofisik, maupun dari segi budaya di atas permukaan bumi ini. Pendekatan
komparatif ini dapat digunakan dalam tingkat mikro maupun makro. Pendekatan komparatif
dalam tingkat mikro adalah pendekatan yang digunakan untuk menyusun penjelasan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu aspek kebuadayaan tertentu.pendekatan komparatif
dalam tingkat makro adalah pendekatan suatu aspek kebudayaan tertentu. Pendekatan
komparatif dalam tingkat mikro adalah pendekatan suatu aspek kebudayaan
tertentu.pendekatan komparatif dalam tingkat mikro adalah pendekatan yang digunakan
untuk menyusun penjelasan mengenai persamaan dan perbedaan Suatu aspek kebudayaan
tertentu. Pendekatan komparatif dalam tingkat makro adalah pendekatan yang digunakan
untuk menyusun proposisi umum dan teori tentang manusia dan kebudayaannya.
Pendekatan emik (emic approach) adalah suatu pendekatan yang dingunakan oleh
ahli antropologi untuk membedakan antara pengertian orang dalam (native view) dan orang
luar.pengertian orang dalam berkenaan dengan kepercayaan, cara, dan kebiasaan tertentu di
pahami secara perspektik emik: sedangkan pandangan orang luar tentang kepercayaan, cara,
dan kebiasaan kelompok masyarakat tertentu dipahami sebagai persefektif etrik.
Salah satu contoh mengenai perbedaan antara persefektif emik dan etik adalah pada
penyakit campak. Menurut masyarakat bahwa terdapat dua jenis penyakit campak yaitu yang
disebabkan oleh factor alamiah dan etik hanya terdapat satu jenis penyakit campak yaitu yang
disebabkan oleh factor alamiah dan yang disebabkan oleh intrvensi agen-agen
supranatural.sedangkan menurut perspektif etik, hanya terdapat satu jenis penyakit campak,
yaitu yang disebabkan oleh virus campak.
Penelitian lapangan merupakan hal yang sangat penting bagi disiplin antropologi
hanya dengan penelitian lapangan,maka proposisi dan teori-teori dapat ditemukan bukti-bukti
empirknya dan melalui penelitian lapangan pula, maka dapat ditemukan konsep-konsep,
propinsisi-propinsisi, dan teori dari data dikumpulkan dilapangan.
Data dan iformasi yang diperoleh dilapangan dikumpulkan melalui metode atau
teknik penelitian tertentu.metode atau tehnik penelitian lapangan yang dimaksud selain yang
khas dingunakan dalam antropologi sering juga dingunakan metode atau tekhnik ilmu social
lain seperti: survey. Riwayat hidup, (life history) focus group discution (FGD) dan lain-
lain.namun yang akan dibahas dalam uraian ini adalah umum dingunakan dalam
antropologi,yakni pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (mdepih interview).
2.4 RANGKUMAN
Pendekatan ilmiah yang khas bagi antropologi adalah pendekatan holistic, historis,
komparatif, emik dan etik.
Konsep lain yang sangat berkaitan dengan pranata adalah lembaga. Lembaga dalam hal
ini dipahami sebagai wahana bagi berlangsungnya kegiatan tertentu dalam rangka memenuhi
kebutuhan tertentu. Dengan demikian, maka lembaga adalah yang mewadahi berlangsungnya
pranata.
Perbedaan antara pranata dan lembaga dapat dilihat pada table dibawah ini
Table 1
Perbedaan antara Lembaga dan Pranata
Lembaga/Organisasi ( institute) Pranata ( institutions)
Institusi Teknologi Bandung Pendidikan Teknologi
Institusi Agama Islam Pendidikan Agama
Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Pendidikan Masyarakat
Nasional Jurnalistik
Penerbit Kompas dan pedoman Rakyat Keamanan Negara
Departeman Hamkam Olahraga Sepak Bola
PSSI
Kecuali itu, dalam setiap masyarakat, komunitas, dan kesatuan hidup manusia, termasuk
yang lebih kecil seperti kelompok-kelompok kekerabatan atau yang paling kecil sekali
sekalipun berupa keluarga inti, selalu terdapat kedudukan-kedudukan dan peranan-peranan sosial.
Kedudukan sama artinya dengan status dalam bahasa Inggis. Setiap atau individu dalam suatu
masyarakat atau kesatuan-kesatuan sosial mempunyai status tersendiri dalam rangka kehidupan
bersama. Didalam status terdapat sekumpulan hak dan kewajiban yang dipunyai oleh seseorang dalam
rangka kehidupan bemasyarakat. Dengan kesadaran akan status, seseorang dapat menuntut hak dan
dan menjalankan kewajibannya sesuai dengan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut dalam Antropologi dan Sosiologi sebagai
peranan (role).
Harsojo (1977: 130) menyebutkan status sebagai posis polaritas yang terdapat dalam pola tingkah
laku yang bersifat timbal balik. Dengan demikian, sesungguhnya status individu suami, sebagai ayah,
sebagai kepala rumah tangga, sebagai dosen, sebagai direktur perusahaan, dan sebagainya. Seseorang
yang mempunyai status yang demikian itu, akan berperilaku sesuai dengan muatan-muatan hak-hak
dan kewajiban yang terkandung pada masing-masing status tersebut mengacu pada sistem norma dan
aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat.
Lebih lanjut Hajono (1977: 130) mengemukakan bahwa peranan merupakan aspek dinamis dari
Status. Dengan demikian peranan seseorang merupakan seluruh jumlah peranan yang dilakukan
sebagai suatu kebetulan antara hak dan kewajiban sesuai dengan nilai yang dikenakan kepada siapa
saja yang menduduki status itu.
5.4 RANGKUMAN
Konsep masyarakat mengacu terhadap kesatuan hidupmanusia yang mempunyai ciri-ciri seperti
terdapat interaksi antara warganya, terdapat adat isiadat, norma-norma, dan hukum atau aturan-aturan
khas yang mengatur pola tingkah laku diantara warganya; terhadap adat istiadat, norma-norma dan
hukum atau aturan-aturan khas yang megatur pola tingkah laku diantara anggotanya; terdapat
kontinuitas dalam waktu; yang terhadap rasa identitas bersama yang mengikat warganya.
Konsep mengenai kesatuan kesatuan sosial yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan
masyarakat adalah komunitas. Hanya saja, dalam komunitas terdapat unsur tambahan yang
menentukan, yakni lokasi atau wilayah, rasa identitas dan royalitas terhadap komunitas sendiri. Lagi
pula, konsep komunitas lebih mengacu kepada kesatuan hidup manusia yang lebih kecil.
Kategori sosial merupakan kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri atau
kompleks ciri-ciri obyektif yan dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu. Ciri-ciri obyek itu biasa
nya digunakan dikenakan oleh pihak dari luar kesatuan sosial itu tanpa disadari oleh pihak yang
bersangkutan dengan maksud pratis tertentu.misalnya, ketegori usia 18 tahun ke atas untuk ikut dalam
pemilihan umum. Kategori sosial tidak dapat disebutkan sebagai masyarakat.
Golongan sosial merupakan suatu satuan kesatuan hidup manusia yang mempunyai suatu ikatan
identitas social, bahkan mungkin golongan sosial itu terikat oleh suatu sistem nilai,norma,dan adat
istiadat tertentu. ikatan identitas sosial dari suatu golongan tumbuh sebagai respons terhadap sikap
orang luar yang memandang golongan sosial tertentu. Misalnya, golongan Negro Amerika. Sekalipun
golongan sosial mungkin mempunyai beberapa ciri yang serupa dengan ciri masyarakat, namun
golongan sosial belum dapat disebutkan sebagai masyarakat.
Kesatuan hidup manusia yang disebut dalam kelompok ( group), dapat dikategorikan sebgai
masyarakat, sebab mempunyai ciri-ciri yang sama yang dipunyai oleh masyarakat. Namun kelompok
mempunyai unsur-unsur tambahan yakni : organisasi dan pimpinan. Hubungan yang mendasari
anggota kelompok adalah hubungan kekeluargaan dan solidaritas yang tumbuh didalam jiwa masing-
masing anggota kelompok adalah solidaritas mekanik, organisasi berdasarkan adat, pimpinan
berlandaskan kewibawaan dan kharisma serta hubungan yang berasas perorangan.
Kesatuan hidup manusia yang berbeda dengan kelompok adalah perkumpulan (asociation).
Perkumpulan dibentuk dengan sengaja dan dengan satu tujuan tertentu yang akan dicapai. Dalam
perkumpulan terbina hubungan yang kontekstual, juga dalam perkumpulan tumbuh jiwa solidaritas
organik. Pemimpin berdasarkan wewenang dan hukun serta dalam hubungannya dengan para anggota
bawahan bersifat azas guna. Perkumpulan ini juga tidak dapat disebutkan sebagai masyarakat.
Suatu kesatuan hidup manusia yang disebut masyarakat mempunyai unsur-unsur, seperti pranata,
lambaga, status dan peranan. Pranata adalah sistem norma atau aturan-aturan yang mengenai suatu
kegiatan tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus. Sedangkan lembaga adalah
wahana yang mendinamisasikan kegiatan-kegiatan dalam pranata.
Status atau kedudukan merupakan kumpulan dari hak-hak dan kewajiban. Perkumpulan hak-hak
dan kewajiban tertentu dan diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Pelaksanaan
hak dan kewajiban disebutkan sebagai peranan. Dalam kata lain, seperti aspek dinamis dari status.
Prinsip-prinsip hubungan yang mengaitkan keseluruhan unsur-unsur dalam masyarakat
sebagaimana yang diuraikan diatas disebutkan oleh A. R. Redcdliffe Brown sebagai struktur sosial.
Defenisi dari pengertian kebudayaan yang beragam itu, dikelompokkan oleh Spradley [1972]
ke dalam lima tipe defenisi,yakni
1. defenisi kelas sosial [ social class definition ], yaitu memandang kebudayaan sebagai kebiasaan-
kebiasaan yang beradab dan kesopanan dari kelas atas.
2. defenisi hakekat manusia [ human-nature definiton ], yaitu digunakan untuk membedakan
perilaku manusia dengan peilaku binatang. Manusia mempunyai kebudayaan sedangkan
binatang lainnya tidak. Maksudnya, bahwa kebudayaan manusia [ human cultue ] merupakan
suatu gagasan abstrak bekenaan dengan perilaku yang ditransmisikan secara sosial yang jauh
lebih kompleks dari pada periaku primat lainnya.
3. defenisi kelompok manusia [ human group definition ], yaitu penggunaan konsep
kebudayaansebagai sinonim dengan masyarakat atau komonitas Dengan defenisi itu,
memungkinkan untuk mengunjungi kebudayaan hawai atau menjadi anggota kebudayaan
Asmat. Konsep area kebudayaan yang pernah dikembangkan oleh ahli Antropologi sangat
terkait dengan ide itu.
4. defenisi artefak [ artefac defenition ], yaitu menggunakan konsep kebudayaan dengan mengacu
kepada hasil-hasil yang mansia ciptakan, seperti peralatan-peralatan, lukisan, perumahan,
jarum suntik, candi, bom, hidrogen, dan lain-lain.
5. defenisi omnibus [ omnibus definition ], yaitu melihat kebudayaan sebagai segala sesuatu yang
meliputi perasaan-perasaan, pikiran, pengetahuan, kepercayaan,pranata-pranata, peilaku, dan
karya seni. Defenisi yang termasuk dalam kategori ini adalah yang dikemukakan oleh E.B Tylor
,Ralph Linton, dan Koentjaraningrat.
Kebudayaan menurut E.B. Tyilor adalah keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya
terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan
lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut
Linton kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap perilaku yang merupakan kebiasaan
yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat. Rumusan kebudayaan menurut
Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang
diperoleh dengan belajar.
Tiga rumusan kebudayaan diuraikan di atas, ditolak oleh bebeapa ahli Antropologi, sebab
terlalu luas sangat tumpul untuk menggambarkan unsur-unsur pokok perilaku manusia. Karena itu,
umusan kebudayaan seperti itu, tidak lagi digunakan sebagai peralatan konseptual utama. dan kini
semakin dipertajam dan dipersempit instrumentnya agar dapat lebih operasional dalam
menggambarkan unsur-unsur pokok perilaku manusia.
Dalam pada itu, maka muncul dua rumusan kebudayaan yang dewasa ini sangat besar
pengaruhnya dalam perkembangan Antropologi. rumusan yang dimaksud adalah Defenisi peilaku [
behavior defenition ] dan defenisi kognitif [ cognitive defenition ]. Hal ini menjadi menarik, sebab
bekaitan erat dengan pendekatan teoritis utama dalam Antropologi.
Defenisi perilaku tentang kebudayaan menfokuskan pada pola-pola peilaku yang yang dapat
diobsevasi dalam beberapa kelompok sosial. Bagi pendekatan ini, konsep kebudayaan muncul dari
pola peilaku yang berkaitan dengan adat-istiadat atau cara hidup dari kelompok orang-orang
tertentu [ Haris dalam spadley , 1972 ] .Berbeda halnya dengan defenisi kognitif yang mengabaikan
perilaku dan membatasi konsep kebudayaan hanya pada ide-ide, kepecayaan-kepercayaan, dan
pengetahuan [ Sprdley, 1972 ] . Rumusan kebudayaan seperti itu disebut jga ideasionalisme
[ Keesing, 1986 ].
1. Rumusan kebudayaan yang di kemukakan oleh Goodenough, yang melihat kebudayaan sebagai
suatu sistem kognitif-suatu sistem yang terdiri atas pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai
yang tersusun dalam pikiran anggota masyarakat [ Goodenough dalam kalangie, 1994 ]. Dengan
demikian , kebudayaan merupakan perlengkapan mental yang oleh pendukung kebudayaan itu
dignakan dalam proses-proses orientasi , pertemuan, perumusan gagasan, penggolongan, dan
penafsiran dari perilaku sosial nyata dalam masyarakatnya. Dalam kata lain, Kebudayaan
befungsi sebagai kerangka acuan bagi individi – individu dlam menghadapi lingkungannya [
lingkungan alam dan sosial ].
2. Rumusan kebudayaan dikemukakan oleh sathe yang melihat kebudayaan sebagai terdiri atas
gagasan – gagasan dan asumsi –asumsi yang dipunyai oleh suatu masyarakat yang menentukan
atau mempengaruhi komunikasi, pembenaran, dan perilaku anggota – anggotanya [ sathe,
dalam kalangie, 1994 ].
3. Rumusan kebudayaan yang dikemukakan oleh Cliford Geertz yang melihat kebudayaan sebagai
suatu yang melihat kebdayaan sebagai suatu sistem simbolik . Dalam hal itu, kebudayaan
merupakan sistem semiotik yang mengandung simbol – simbol yang berfungsi
mengkomunkasikan maknanya dari pikiran seseorang ke pikiran orang lain. Simbol dan makna
tersebut berada dalam pikiran – pikiran individu [ super organic ]. Dengan demikian, rmusan itu
berbeda dengan yang dikemukakan oleh Goodenough yang melihat kebudayaan berada dalam
pikiran – pikiran individu.
4. Rumusan kebudayaan yang dikemukakan oleh Pasudi Suparlan yang melihat kebudayaan
sebagai pedoman menyeluruh atau blue print bagi kehidupan dari sebuah masyarakat yang di
gunakan oleh para warganya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan hidupnya,
dan mendorong tindkan-tindakan dalam upaya memanfaatkan sumber-sumber gaya yang ada
dalam lingkungan hidup tersebut untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan mereka.
Terlepas dari perbedaan rumusan kebudayaan yang termasuk dalam aliran ideasional namun
rumusan itu selain dapat digunakan untuk menelaah tipe-tipe masyarakat suku bangsa dan
komonitas alamiah [ pedesaan ] seperti yang umum menjadi sasaran penelitian dalam Antropologi
juga dapat digunakan untuk menelaah sistem-sistem organisasi formal seperti institusi-institusi
pelayanan kesehatan rumah skit, puskesmas, posyandu, dan organisasi-organisasi bisnis swasta
dengan kebudayaan korporatnya [ lihat kalangie, 1994,2 ] .
Sungguhpun defenisi kebudayaan yang termasuk dalam aliran ideasional tidak memasukan
perilaku sebagai kebudayaan, namun perilaku senantiasa ditanggapi sebagai konsekuensi logis atau
manunggal tak terpisahkan dari . Dengan demikian , membicarakan mengenai sistem budaya
tertentu senantiasa terkait dengan perilaku aktor-aktor dalam sistem sosial tertentu . Saling
hubungan itulah yang kemudian dikenal dengan sistem sosio-budaya [ Keesing, 1989 ].
Dengan demikian, pada saat kita meneliti dan menelaah pranata-pranata kebudayaan
tertentu, seperti pranata kesehatan, misalnya, maka aspek pengetahuan , kepecayaan, kelakuan,
bahan dan peralatan yang digunakan orang berkenaan dengan perawatan diri [ self treiment ],
kebersihan diri [ self hygiene ],penanggulan dan penyembuhan penyakit harus diperhatikan secara
bersama-sama. Seiring dengan itu , dikatakan oleh spradley [1980 ] , bagi yang akan meneliti atau
menelaah suatu kebudayaan tertentu maka tiga aspek mendasar dari pengalaman manusia yang
harus diperhatikan, yakni apa yang orang ketahui , apa yang orang lakukan,dan apa yang orang buat
dan gunakan.
1. Bahwa kebudayaan itu merupakan milik yang dipahami dan di bagi bersama [ shared ] , oleh
sebagian terbesar anggota masyarakat pendukung kebudayaan itu .
2. Bahwa kebudayaan itu diperoleh dan diteruskan secara sosial melalui proses belajar.
3. Bahwa kebudayaan ummat manusia dimuka bumi ini sangat bevariasi.
4. Bahwa nilai dalam kebudayaan itu relatif.
5. Bahwa kebudayaan itu dinamis.
Ad.2 kebudayaan diperoleh dan di teruskan secara sosial melalui proses belajar.
Kebudayaan yang di punyai oleh manusia tidak diturunkan secara genetik tetapi diperoleh
dan diwaiskan secara sosial dengan melalui proses belajar.
Salah satu sifat dari kebudayaan bahwa nilai nilai kebudayaan yang terkandung di
dalamnya bersifat relatif.Sesuatu yang di niali baik dalam suatu kebudayaan tertuntu belum tentu di
nilai demikian dalam kebudayaan kebudayaan lainnya.Demikian pula sesuatu hal yang dipandang
sangat tercela dalam suatu kebudayaan tertentu boleh jadi dalam kebudayaan lain justru sangat
terpuji.Sebagai contoh,seseorang anak dengan sikap menatap wajah.Tegas dan kritis pada saat
menyampaikan sesuatu dan menerima sesuatu hal kepada orangtuanya merupakan perilaku yang
tercela menurut perilaku penilaian tertentu di luar Eropa tetapi bagi masyarakat di eropa berarti
sikap sepeti itu justru dinilai terpuji.
Setiap kebudayaan,cepat atau lambat akan mengalami perubahan atau perada dalam
proses perubahan.Makin mendalam kontak kontak atau komunikasi gagasan baru dari luar ke suatu
kebudayaan tertentu semakin pesat pula proses perubahan kebudayaan yang berlangsung pada
kebudayaan tersebut.
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi dan
7. Kesenian
kognisi dalam uraian ini di pahami/diartikan suatu yang unsur unsurnya terdiri atas
pengetahuan,kepecayaan dan nilai yabg di punyai dan di bagi bersama(shared)oleh anggota anggota
kesatuan sosisl tertentu yang di jadikan pedoman dalam menginterprestasikan lingkungan yang di
hadapi dan menghasilkan tindakan.Dengan demikian,kognisi yang di maksud adalah sama dengan
kebudayaan.
Unsur unsur kognisi tersebut merupakan himpunan pengalaman yang di oeroleh individu atau
kelompok dalam berinteraksi dengan lingkungannya.Dengan kata lain,pengetahuan,kepercayaan
dan nilai merupakan himpunan pengalaman yang tersusun dalam peta peta kognisi sebagai
konsekuensi dari masukan yang individu dan kelompok dapatkan dan lingkunagan alam maupun
lingkungan sosial.
Sungguh pun pengetahuan,kepercayaan dan nilai seluruhnya tersimpan atau tersusun dalam
peta peta kognisi,namun masing masing mempunyai wilayah penjelasan tersendiri secara sederhana
pengetahuan(knowledge)dapat diartikan sebagai ketahuan atau kesadaran seseoang yang
berkenaan dengan sesuatu obyek atau peristiwa tertentu,dan bahwa ketentuannya itu dapat di
jelaskan dan bahkan dapat di buktikannya secara empiris,sedangkan kepercayaan (belief)adalah
bagian dari struktur kognitif seseorang bekenaan dengan sesuatu atau peistiwa yang di yakini dan
sering kali tidak mampu di jelaskan dan di buktikan secara empiris.Pengetahuan dan kepercayaan
itulah kemudian yang menjadi dasar bagi seseorang menilai baik atau buruk,benar atau salah,
tercelah atau terhormat.Dengan demikian,nilai (value) merupakan bagian dari struktur kognitif
seseorang yang menentukan baik dan buruk,benar atau salah,terhormat atau tercelah.
Dalam pada itu,unsur kognotif tersebut dapat di lacak melalui bentuk pertanyaan,apayang di
ketahui atau di sadari tentang suatu obyek atau peristiwa tetentu dan apa penilaian orang
berkenaan dengan suatu obyek atau peristiwa tertentu.
Akan tetapi,manakala seseorang mendapat suatu gagasan ,dan gagasan itu telah di ketahui,di
percaya,dinilai positif,namun tidak selalu langsung diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata.Hal ini
terjadi,sebab antaa kognisi dan perilaki di tangani oleh sikap (attitude) setiap individu sebagai
contoh,seseorang ibu hamil yang menerima ata mendapatkan penyuluhan yang berkenaan dengan
manfaat gizi bagi diri dan kandungannya,dan bahwa makna dari penyuluhan yang telah
diketahui,diyakini dan dinilai positif,namun ibu tidak langsung mewjudkan dengan segera,menunda
dengan sama sekali tidak melakukannya.Dalam situasi pengambilan keputusan tersebut si ibi di
pengaruhu oleh kondisi motifasi dan emosionalnya,resiko yang kemungkinan yang dialami bila di
lakukan atau tidak dilakukan dan alasan alasanlainnya.Alasan alasan yang mempengaruhi
pengambilan keputusan itulah yang di sebut sebagai sikap.
Berkaitan dengan itu, boleh jadi dalam struktur kognisi seseoang berkenaan dengan suatu
gagasan baru positif, tetapi sikap negatif. makanya akibatnya tidak mewujudkanya dalam
tindakan.Dalam itu, seyogiannya antara kognisi dan sikap berkenaan dengan gagasan baru harus
seiring agar terwujud dalam perilaku.
Berdasarkan uraian diatas maka tindakan perilaku dapat di artikan sebagai perwujudan dari
pengetahuan, keprcayaan, nilai, dan sikap seseorang.
6.5. RANGKUMAN
Terdapat banyak defenisi yang berkenaan dengan kebudayaan.Namun yang kini banyak di
gandrungi oleh Antropologi adalah defenisi perilaku menyorot kebudayaan sebagai pola-pola yang
dapat diobservasi dan konsep ini berkaitan erat dengan adat istiadat atau cara hidup dari kelompok-
kelompok orang tertentu sedangkan defenisi kognitif adalah membatasi kebudayaan hanya pada
pengetahuan, kepercayaan dan nilai yang menjadi pedoman dan perilaku.Dengan demikian
kebudyaan dilihat berada pada tatanan ideasional yang tidak dapat diobservasi.
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi dan kepercayaan
7. Kesenian
Kalangie,Nico S
1994 kebudayaan dan kesehatan: pengembangan dan pelayanan kesehatan primer melalui
pendekatan,Jakarta megapoin
Keesing,Roger M
1996 Antropologi budaya : suatu prespektif Kontenporer,Jakarta erlangga
Koentjaraningrat
1990 Pengantar ilmu Antropologi. Jakarta Rineka Cipta
Spradley, James P
1972 Culture and Cognition Rules Maps and plans.USA: Chandler Pub.com
Spredlay, James P
1980 Paticipan Observation New york Holt,Rinehart & Winston
Suparlan, parsudi
1996 Pengentasan kemiskinan dan mobilitas sosial:Prespektif lalu lintas budaya.
KEBUDAYAAN : ( LANJUTAN )
WUJUD KEBUDAYAAN
INTEGRASI KEBUDAYAAN
Kajian integrasi kebudayaan melihat dan memahami bagaimana kaitan antara unsur-
unsur kecil dalam setiap kebudayaan dan unsur-unsur yang lebih umum dari suatu kebudayaan
sehingga tampak sebagai suatu kesatuan budaya yang terintegrasi untuk mengintegrasikan
kebudayaan maka para ahli menggunakan konsep-konsep sebagai berikut:
A. Halistik
Konsep ini digunakan para ahli mengintegrasikan kebudayaan dengan
menggambarkan bagaimana unsur-unsur kebudayaan itu saling terkait secara terintegrasi
pandangan yang mendasari konsep tersebut adalah bahwa bukan bagian-bagian yang
penting melainkan keluhannya yang terintegrasi.
B. Pikiran kolektif
Konsep ini kurang lebih sama dengan konsep representation collectives dari E.
Durkheim, yaitu gagasan yang kompleks yang dimiliki sebagian besar masyarakat ( yang
menrut Durkheim merupakan gabungan dari gagasan individu ) apabila gagasan individu ini
sudah menjadi gagasan kolektif dan sudah terbentuk menjadi mantap seluruh kompleks
berada di luar individu hal ini terjadi karena adanya bahasa sebagai wadah yang menyimpan
( berada dalam pikiran orang yang mendukung kebudayaan tersebut meskipun individu yang
menciptakannya sudah meninggal, karena sudah menjadi pedoman sebagian besar warga
masyarakat dalam tingkah berperilaku.
C. Fokus kebudayaan
Istilah fokus kebudayaan sering juga di sebut dengan cltural interest ( Ralph Linton )
atau social interest adalah suatu kompleks unsur-unsur kebudayaan yang tampak amat di
gemari warga masyarakatnya sehingga tampak seolah- olah mendominasi seluruh kehidpan
masyarakat yang bersangkutan. Misalnya kesenian bagi orang bali, kebatinan dan mistik bagi
golongan priyai di jawa tengah, peperangan antar fedeasi pada suku dani lembah beliem
papua, upacara kematian bagi orang toraja dan lain-lain.
D. Etos kebudayaan
Etos kebudayaan adalah suatu kebudayaan yang memancarkan keluar suatu watak
khas tertentu yang tampak dari luar, artinya yang kelihatan oleh orang asing, Watak khas itu
disebt wthos sering tampak pada gaya tingkah laku pada warga masyarakatnya,kegemaran
mereka, dan berbagi benda budaya hasil karya mereka misalnya orang batak sebagai orang
asing melihat orang jawa dari luarnya saja dapat mengatakan bahwa watak khas kebudayaan
jawa adalah memancarkan keselarasan, kesuraman, ketensngsn ysng berlebih-lebihan,
sehingga sering menjadi kelambangan kegemaran akan tingkah laku yang mendetail ke
dalam atau njelimet dan kegemaran akan karya dan gagasan yang berbelit-belit.
NILAI-NILAI BUDAYA
Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat
istiadat. Hal ini disebabkan nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang
hidup dalam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap
bernilai,berharga, dan penting dalam hidup,sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman yang
memberih arah dan orientasi kepada kehidupan pada wrga masyarakat tadi.
Nilai bdaya itu bersifat umum, memounyai ruang lingkup yang sangat luas dan biasanya
sangat sulit diterangkan secara rasional dan nyata.Namun karena sifatnya yang umum luas dan
abstrak itu, maka nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan berada dalam daerah emosional dari
alam jiwa para individu yang menjadi yang menjadi warga kebudayaan bersangkutan itulah
sebabnya nilai budaya tidak dapat digantikan dengan nilai budaya yang lain dalam waktu sinkat atau
dengan cara mendiskusikan secara rasional saja.
Menurut C .Cluckhohn bahwa tiap sistem nilai budaya dalam tiap kebudayaan itu mengenai
lima masalah dasar dalam kehidupan manusia karena itu dia menggambarkan kerangka kelima
masalah dasar itu sebagai berikut:
bagaimana kita memahami makna dasar.? upaya untuk menjelaskan cara kita menghasilkan dan
menafsiran kalimat telah membawa para pakar bahasa ke penciptaan ribuan “kaidah” yang
kompleks untuk bahasa inggris ( kebnyakan dari padanya terbukti seorang pakar tatabahasa
mengamati bahwa jangka hidup suatu teori dalam ilmu bahasa adalah 17 menit,kecuali pada jumat
petang ).pengoperasian logika yang sangat kompleks yang digunakan dalam berbicara dan
memahami ujaran, hampir sama sekali luput dari kesadaran kita
♣ Bilamana seseorang berbicara kepada anda, anda mendengarnya sebagai serangkaian bunyi-
bunyi yang dipecah-pecah menjadi kata-kata dan disusun menjadi kalimat-kalimat tetapi jika
gelombang-gelombang bunyi sesungguhnya yang ada dengar diamati dengan spetograf
bunyi,arus bunyi tidaklah terputu putus.Secara akustik,bunyi-bunyi dan kata-kata yang
kedengarannya terputu putus itu ternyata berkesinambungan.Hal ini berarti bahwa kita
memecah mecahnya di benak kita ,kita menciptakan dibenak kita struktur-struktur bahasa
yang berbeda dibenak lawan bicara kita,tetapi tidak menurut bunyi-bunyi ujaran itu sendiri.
para pakar bahasa yang meneliti bahasa-bahasa bukan barat misalnya bahasa bahasa
pribumi asia afrika atau bahasa tribal di pacifik ( baca keesing M Roger hlm 78-92 )
BAHASAN 7
Dalam bidang antropologi terdapat satu bidang spesialisasi yang kajiannya berfokus pada
hubungan antara kebudayaan dengan kepribadian. Bidang spesialisasi itu dinamakan antropologi
psikologi. Bidang ini di kembangkan oleh para akar antropologi Amerika di antaranya: Margared
Mead Rath i, Benedict dan Ralpth linton pada dasawarsa 1930-an dan 19140-an. Hal yang menjadi
pendorong bagi munculnya penelitian kebudaaan dan kepribdian adalah karena selama perang
dunia ke-2 sangat di butuhkan data mengenai watak nasional dari sekutu dan musuh.
Demikian asumsi tersebut, melairkan beberapa teori dan konsep berkenaan dengan
hubungan antara kebudaaan dengan kepribadian.
1.3 .TEORI DAN KONSEP YANG BERKENAAN DENGAN HUBUNGAN ANTARA KEBUDAAYAN DAN
KEPRIBADIAN
Teori dan konsep yang berkenaan berhubungan kebudayaan dengan kepribadian yang
akan disajikan dalam uraian ini adalah teori pembawaan manusia(human-nature) dan kepribadian
khas kolektif(typycal personality).
7.3.1. TEORI PEMBAWAAN MANUSIA
Teori pembawaan manusia yang akan dibahas dalam uraian ini adalah teori seksualitas
kanak-kanak yang dirumuskan oleh sigmund freud dan teori masa akil balig M.mead.
Sigmund Freud merumuskan dua hipotesa dasar perihal teori psikoanalisa. Kedua hipotesa
tersebut adalah seksualitas kanak-kanak dan komplek oedipus(oedipus complex).
Menurut freud, manusia memiliki dua macam dorongan fita(fitaldrive), yakni dorongan
untuk melindungi diri(the drive self preserfation) dan dorongam untuk berkembang biak(the drive
toward procreation).
Dorongan yang disebutkan pertama tidak perlu dipersoalkan sebab dalam pemenuhanya
tidak mendapatkan hambatan secara terus-menerus. Berbeda halnya dengan dorongan untuk
berkembang biak sering dihambat oleh keadaan sosial budaya. Dorongan untuk berkembang biak
tersebut oleh freud dinamakan libido atau tenaga seks(seksual energi).
Oleh karena freud menangkap bahwa dorongan atau naluri untuk melindungi diri tidak
selalu mendapatkan hambatan, maka ia tidak mempersoalkannya, dan ia kemudian memfokuskan
perhatiannya pada naluri yang kedua atau apa yang ia sebut sebagai libido(tenaga seks).
Menurut freud, tenaga seks berpusat pada tiga daerah eroik di tubuh manusia, yaitu:
mulut(oral), lubang dubur(anal) dan alat kelamin(genital). Lebih lanjut dikatakan bahwa perhatian
seorang anak pada ketiga daerah erotik tersebut terjai secara bertahap dengan urutan sebagai
berikut: (1) tahap oral (2) tahap anal, dan (3) tahap genital.
Tahap oral itu masih merupakan tahap pertama oleh karena bagi anak bayi sejak baru lahir,
alat yang paling memberi kenikmatan dalam hidupnya adalah mulutnya sendiri. Dengan mulutnya
ia dapat berhubungan dengan alat kebutuhan yang paling di dambakanya. Apabila kebutuhan itu
tidak dapat dinikmati, maka ia akan mencari pengantinya dengan cara menghisap jempolnya.
Tahap oral itu masi bersifat pasif sehinga bayi itu berusia lima bulan, namun setelah anak
itu berusia enam bulan, maka sifat itu berubah menjadi agresif. Sifat itu terjadi bersamaan dengan
mulai tumbuhnya gigi pada mulut si anak. Fase agresif ini oleh karambraham sebutkan sebagai later
oral fase( fase oral kemudian). Setelah itu, berkembang fase yang kedua, yakni tahap anal dan tahap
itu lambat laun mengambil alih peranan tahap oral. Tahap ini di tandai oleh pecenderungan secara
agresif untuk membuang dan mempertahankan sesuatu. Bersamaan dengan itu, berkembabg pula
kemampuan si anak untuk mengendalikan gerakan otot di sekeliling duburnya. Tahap kedua ini
berakhir setelah anak itu berumur sekitar satu tahun. Dengan berakhirnya tahap anal, pesona erotis
si anak pun berlanjut ke tahap genital. Pusat perhatian erotik si anak, menurut freud jstru bukan
pada semua alat kelamin melainkan hanya pada alat kelamin pria(linggam). Setelah itu memasuki
tahap latent(tidur) yang berlangsung sejak berusia lima tahun sampai sepuluh tahun. Latent yang
dimaksud adalah perubahan libido hanya terjadi secara kualitatif dan tidak secara kuantitatif, pada
tahap akhir ini si anak cenderung menjadi lebih tidah rapi dan pemberontak sebagai akibat dari
adanya tekanan yang hebat terhadap dorongan seksnya yang telah berkembang itu. Semua itu
akhirnya diganti oleh keakilbalingan yang di sebabkan oleh perubahan berbagai kelenjar seksualnya
yang menunjukan adanya kedewasaan dalam hal alat kelaminya.
Sungguh pun tahap-tahap perkembangan libido ditentukan oleh biologi, namun harus
diakui juga perkembangan tersebut di pengaruhi oleh reaksi tokoh-tokoh penting, cara-cara
pengaruh anak, sikap orang tua terhadap latihan buang air besar dan larangan yang bersikap
mengekang perkembangan libido seorang anak.
Tahap genial dimulai sejak akhir tahun ketiga hidup seorang anak, yaitu pada waktu
perhatiannya terpusat pada lingkunganya sendiri dan perhatian itu segera menimbulkan rasa birahi
terhadap ibunya sendiri dan dibarengi dengan timbulnya rasa cemburu dan benci terhadap ayahnya
yang dirasakan sebagai saingan dalam mendapatkan rasa cinta dari seorang ibunya. Gejala ini
disebut oleh freud sebagai oidipus kompleks. Berbeda dengan anak wanitanya yang objek
perhatianya tidak ditujukan kepada alat kelaminya sendiri, tetapi pada alat kelamin laki-laki
oinggama. Karena itu si anak wanita lebih dekat dengan ayahnya dan hal itu menyebabkan terjadi
apa yang di sebut kompleks elektra(Electra complex) atau (Femine complex). Teori tentang oidipus
komplex telah mendapat tanggapan oleh banyak ahli antrpologi, salah seorang di antaranya adalah
bronislaw maiinowski yang sengaja mengujinya di pulau trobriand. Hasil pengujian itu menunjukan
bahwa di trobriand tidak terdapat dalam kompleks oedipus, keadaan itu terjadi sebab di trobriand
ayah bukan tokoh kerabat yang berkewajiban mengasuh anak, sehingga ia tidak perlu dan tidak
mempunyai peluang untuk bersikap otoriter terhadap anaknya dan yang menjadi tokoh pengasuh si
anak adalah saudara laki-laki ibunya. Karena itu, si anak tidak mempunyai alasan untuk menjadikan
ayah kandungnya untuk menjadi penyaying cinta bundannya. Dalam pada itu, maka menurut
Malinowski bahwa gejala oedipus kompleks hanya mungkin ada dalam masyarakat dimana tokoh
ayah bersifat otoriter dan keras serta mewajibkan disiplin yang ketat bagi anak-anaknya, terutama
bagi anak laki-laki.
Ahli antropologi lainnya yang juga meneliti teori dan konsep mengenai pembawaan
manusia adalah margaret mead, seorang murid F.Boas. Atas saran gurunya, ia melakukan penelitian
lapangan dikepulauan Samoa, yang terletak di polinesia. Ia meneliti seberapa jauh para remaja
dalam kebudayaan Samoa, terutama wanita, mengalami masalah ketegangan akil balik. Hal yang
mendasari pelaksanan penelitian itu adalah bahwa pada masyarakat Ero- Amerika ada kecendrungan
para remajanya untuk menentang kekuasaan dan otoritas pada umumnya. Pada masa itu
kecendrungan terdapat juga pada masyarakat diluar kebudayaan ero- Amerika
Dari hasil penelitiannya sembilan bulan di tiga desa di Samoa, mead berkesimpulan bahwa
para gadis Samoa tidak mengalami gejola masa akil balik. Itu terjadi, sebab keluarga orang Samoa
tidak bersifat keluarga inti tetapi bersifat keluarga luas. Akibatnya seorang anak tidak selalu harus
berhubungan terus menerus dengan kedua orang tuannya, tetapi juga mengalami kesempatan
untuk berhubungan secara bebas dan emosional dengan anggota kerabatnya yang lain. Selain itu,
pergaulan semacam seksual antara para remaja dari lain jenis kelamin juga lebih bebas jika
dibandingan denganpara remaja ero- Amerika pada tahun 1920-an. Karena tidak adanya
pengekangan mengenai seks, maka gejala akhir balik tidak terdapat pada remaja Samoa.
Teori mengenai kepribadian khas kolektif tentu telah banyak disajikan oleh sarjana,
diantarannya adalah (1) teori pola kebudayaan oleh Ruth F . Benedict, (2) teori kepribadian status
oleh Ralph Linton, (3) teori kepribadian orang modern oleh Alex Inkeles, dan (4) teori kepribadian
petani desa oleh Robert Redfield.
Teori pola kebudayaan ( pattren of culture ) dapat disebut juga sebagai teori konfigurasi
kebudayaan, teori mozaik kebudayaan, teori representasi kolektif, dan teori etos kebudayaan. Istilah
pattren of culture adalah ciptaan Ruth F. Benedict, meskipun telah ada orang yang menyinggungnya
namun beliaulah yang berhasil menarik perhatian kalangan cendekiawan dan orang awam mengenai
teori itu melalui karyannya pattren of culture (1934).
Inti dari teori pola kebudayaan benedict adalah bahwa didalam setiap kebudayaan
terdapat aneka ragam tipe temperamen yang telah di tentukan oleh faktor kebutuhan( konstitusi)
yang timbul secara berulang-ulang secara unifersal. Namun setiap kebudayaan hanya membolehkan
sejumblah terbatas dari tipe temperamen tersebut berkembang. Tentu saja temperamen yang di
maksud adalah yang cocok dengan konfigurasi dominan. Umumnya orang-orang dalam setiap
masyarakat akan berbuat sesuai dengan tipe dominan dari masyarakat, dan tipe itulah yang disebut
dengan kepribadian normal. Dalam pada itu biasanya terdapat sejumlah orang sebagian minoritas
yang tidak cukup berbakat menyesuaikan diri dengan tipe dominan. Golongan inilah yang di sebut
defian atau abnormal.
Kerangka teori tersebut kemudian di terapkan oleh benedict dalam menelah tiga suku
bangsa di dunia, yakni orang zuni di new meksico, orang kwa kiutle di pantai barat laut amerika
utara, dan orang dobu di papua new guinea.
Orang kwa kiutle yang bermata pencarian sebagai nelayan mempunyai konfigurasi yang
bersifat dianysian yang di andai dengan sifat-sifat ekstrofert, pemborosan, suka bertindak ekstrim,
gemar memamerkan kekayaan(potlatch), dan senang memergunakan obat bius. Selain itu pola
kebudayaan orang kwa kuitle juga di golongkan sebagai megalomanic paranoid. Suatu istilah psikiatri
mengenai penyakit jiwa yang menganggap dirinya orang hebat(megalomanic) disamping itu juga
dirinya curiga akan di celakakan oleh orang(paranoid).
Orang dobu dari new guinea menuru benedict mempunyai konfigurasi atau pola kebudayaan
yang bertipekan schizopkkrenia dari jenis paranoid. Para pendukung kebudayaan bersifat
penghianat, suka pada ilmu sihir dan selau curiga bahwa dirinya akan selalu dicelakai orang lain.
Dapat di katakan bahwa setiap orang mempunyai lebih dari satu status dan bahwa setiap
status yang di sandang itu membutuhkan seperangkat kepribadian tipikal agar sesuai dengan peran
yang harus dibawakan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Sebagai contoh, seseorang lain sebagai
mahasiswa S2 (pascasarjana) yang telah menikah juga sebagai dosen disalah satu perguruan tinggi
dan demikian sudah barang tentu akan mempunyai paling sedikit tiga kepribadian tripikal, yakni
kepribadian tripikal mahasiswa, tripikal kepribadian sebagai kepala rumah tangga dan kepribadian
tripikal sebagai dosen dan boleh jadi satu sama lain saling bertolak belakang. Sering kali beberapa
kepribadian tripikal itu harus diperankan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pagi sebagai
mahasiswa, siang sebagai dosen dan malam sebagai kepala rumah tangga. Tentu saja kepribadian
tripikal tersebut berkaitan dengan status dan karena itu ralph linton menyebutnya sebagai status
personaliti (kepribadian status) (linton dalam dananjaja,1988:49)
Keadaan ciri luar yang dialami oleh orang modern adalah urbanisasi,pendidikan.politisasi,
komunikasi masa dan industrialisasi. Sedangkan ciri dalam yang didalam yang di punyai orang
modern adalah:
1. Mempunyai kesediaan untuk mengalami pengalaman baru dan terbuka bagi pembaharuan dan
perubahan.
2. Berpandangan luas tidak berpaku pada masalah yang ada di sekitarnya saja tetapi jaga pada
masalah negara dan dunia
3. Tidak mementingkan masa lampau tapi mementingkan masa kini dan masa depan selain itu juga
menghargai waktu sehinga terikat padanya.
4. Suka bekerja dengan perencanaan dan organisasi yang kuat
5. Yakin akan kemampuan manusia untuk menguasai alam tidak menyerahkan kehidupannya pada
kemauan alam.
6. Yakin bahwa kehidupanya dapat diperhitungkan dan tidak oleh nasib
7. Bersedia menghargai martabat orang lain, terutama wanita dan anak-anak
8. Percaya pada pengetahuan dan ilmu teknologi
9. Menganut prinsip bahwa ganjaran seharusnya diberikan suatu dengan prestasi dan bukan
karena kedudukan yang diperoleh berdasarkan kelahiran atau keturunan. Mereka memiliki ciri
sebaliknya dari yang dikemukakan itu digolongkan sebagai orang tradisional(inkeless dalam
danadjaja, 1988:60)
Redfield dalam menerangkan teorinya, ia membedakan masyarakat di dunia ini menjadi tiga
maacam, yakni masyarakat flok(folk sociaty), masyarakat petani desa (peasant sociaty), dan
masyarakat perkotaan(urban society).
Masyarakat flok adalah masyarakat yang telah ada sebelum timbulnya kota. Istilah lain yang
sinonim adalah tribal society, yang dahulu sering juga disebut masyarakat primitif atau masyarakat
terpencil. Masyarakat folk sedikit sekali mendapatkan pengaruh dari macam-macam perbedaan
besar di dunia seperti halnya (cina), yunani,india, islam dan yang lain-lain.
Dengan demikian masyarakat petani desa tidak ada sebelum terbentuk kota. Hubungan
masyarakat desa dengan masyarakat perkotaan adalah hubungan simbolis . masyarakat petani desa
memperoleh benda-benda industri yang cangih, pendidikan moderen, perlindungan keamanan dan
lain-lain dari masyarakat perkotaan dan sebaliknya masyarakat perkotaan menerima hasil produksi
pertanian dan peternakan, tenaga kerja dan lain-lain dari masyarakat petani desa.
Tipe kepribadian yang dipunyai oleh masyarakat petani desa menurut redfield meliputi:
1. Sikap yang praktis dan mencari yang berfaedah terhadap alam. Motifasinya dalam bekerja tidak
hanya untuk menghasilkan suatu bagi hidupnya, tetapi untuk memenuhi perintah dewa
2. Mereka lebih menonjolkan perasaan dibanding dengan rasio
3. Mereka lebih mengutamakan pada kesejahteraan hidup dan kepastian hidup
4. Mereka sangat menghargai prokreasi, yakni untuk mempunyai keturunan yang banyak
5. Mereka mendambakan kekayaan
6. Menghubungkan keadilan sosial dan pekerjaan
Sebagai mana telah disebutkan oleh Ruth F. Benetdech setiap individu dalam masyarakat
mempunyai potensi untuk mempunyai tipe kepribadian yang beragam sebagai akibat dari faktor
genetik dan faktor konstitusi, namun hanya sejumlah terbatas yang diperbolekan untuk berkembang
dalam setiap kebudayaan. Tipe-tipe kepribadian yang diperbolehkan adalah yang sesuai dengan
konfigurasi dominan. Penyesuaian terhadap konfigurasi dominan itu dimungkinkan terjadi sebab,
menurut benedict temperamen seseorang sangat elastis untuk dibentuk oleh tenaga pencetakan
dari masyarakat .
1. Proses internalisasi, yaitu proses panjang sejak seorang individu sampai ia hampir meningal,
dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi
yang diperlukannya sepanjanghidupnya. Manusia mempunyai potensi yang terkandung dalam
gen-nya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan hasrat, nafsu dan emosi dalam
kepribadiannya, tetapi di pengaruhi oleh berbagai macam stimulus yang berbeda
dilingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial dan budaya.
2. Proses sosialisasi, yaitu proses dimana seseorang individu dari masa kanak-kanak hingga masa
tuanya dan pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam status dan menjalankan
peran-peran sosial dalam kehidupan sehari-hari.
3. Proses enkulturasi, yaitu proses dimana seseorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam
pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma dan peraturan-peraturan yang hidup
dalam kebudayannya.
7.5. RANGKUMAN
Sepanjang dasawarsa 1940-an. Hal ini di sebabkan karena pada fase ini berlangsung perang
dunia kedua sangat dibutuhkan data dan informasi mengenai watak nasional dari sekutu dan musuh.
Asumsi yang mendasari penelitian budaya dan kepribadian sepanjang dasawarsa 1930-an
dan 1940-an adalah tingkah laku orang dewasa ditentukan oleh budaya. Asumsi ini kemudian
melahirkan beberapa teori dan konsep berkenan hubungan antara kebudayaan dan kepribadian.
Teori ini dimaksud diantaranya adalah teori pembawaan dan teori kepribadian khas kolektif.
Dalam teori pembawaan manusia, sigmund freud merumuskan teori seksualitas kanak-kanak
dan kompleks oedipus bagi freud manusia memiliki dua macam dorongan untuk berkembang biak.
Dorongan untuk melindungi diri dan dorongan untuk berkembang biak. Dorongan pertama
dianggap tidak terlalu mendapatkan hambatan secara terus-menerus dalam mewujudkannya,
berbeda dengan dorongan yang kedua seringkali di hambat oleh budaya. Karena itu, freud
memfokuskan pada dorongan atau naluri yang kedua atau apa yang disebut sebagai libido dalam
pengertian yang lebih semit adalah seks.
Menurut freud, tenaga seks berpusat pada tiga daerah erotik pada tubuh manusia yaitu
mulut( oral), lubang dubur(anal) dan alat kelamin (genital). Perhatian seorang anak terhadap tenaga
seks berlangsung secara bertahap.
Sungguh pun tahap-tahap perkembangan libido ditentukan oleh biologis, namun juga di
pengaruhi oleh reaksi tokoh-tokoh penting yakni mulai cara-cara pengasuh anak, sikap orang tua
terhadap latihan buang air besar dan larangan lainnya yang bersifat mengekang perkembangan
libido seorang anak.
Tahap genital dimulai pada tahun ketiga kehidupan anak, yaitu pada waktu perhatiannya
berpusat pada linggam(kelamin laki-laki) dan perhatian ini mulai menimbulkan rasa birahi terhadap
ibunya sendiri dan dibarengi dengan timbulnya rasa cemburu dan benci kepada ayahnya yang
dirasakan sebagai saingan dalam mendapatkan rasa cinta ibunya. Gejala inilah yang disebut oleh
freud sebagai kompleks oedipus.
Gejala kompleks oedipus diuji oleh Molinowsky di pulau Trobriand, dan ia menemukan di
trobriand tidak mendapatkan gejala kompleks oedipus. Hal ini disebabkan karena di trobriand, ayah
bukan tokoh kerabat yang berkewajiban mengasuh anak sehingga dengan demikian ayah tidak
dianggap sebagai saingan untuk mendapatkan cinta ibunya.
Selain itu Margaret mead, meneliti di kepulauan samoa untuk melihat apakah gadis-gadis
samoa mengalami ketegangan pada masa akil balig sama halnya dengan gadis di ero-amerika. Dari
dalil penelitiannya di temukan bahwa gadis-gadis di pulau samoa tidak mengalami masa akil balig.
Sebab selain anak gadis berhubungan secara bebas dan emosional dengan anggota kerabatnya yang
lebih luas, juga mereka bebas melakukan hubungan seks.
Selanjutnya berhubungan dengan teori kepribadian yang khas kolektif yang diantaranya di
cetuskan oleh (1) Ruth F. Benedict dengan teori pola kebudayaan, (2) Ralph L inton dengan teori
kepribadian status, (3) Alex Inkeless dengan teori kepribadiannya orang modern, dan (4) Robert
Redfield dengan teori kepribadian petani.
Teori pola kebudayaan Ruth F. Benedict adalah bahwa didalam setiap kebudayaan terdapat
berbagai ragam tipe tempramen yang telah di tentukan oleh faktor genetik dan konstitusi, namun
hanya terbatas diperbolehkan secara budaya yakni yang sesuai dengan pola-pola kebudayaan.
Teori kebudayaan status oleh ralp linton bahwa setiap individu dalam setiap masyarakat
memiliki lebih dari satu status dan kadang-kadang dalam memerankan status itu dibutuhkan
kepribadian tripikal yang boleh jadi satu sama lain saling bertentangan kepribadian tripikal itulah
yang di sebut linton sebagai kepribadian status.
Teori kepribadian orang moderen menurut inkeles bahwa orang modern ditandai oleh dua
ciri khas yakni ciri luar yang menyangkut keadaan lingkungan, seperti urbanisasi komunikasi massa
dan industrilisasi dan ciri dalam yang menyangkut sikap nilai dan perasaan
Teori kepribadian petani oleh R. Redfield disebutkan bahwa petani mempunyai tipe
kepribadian, seperti bersikap menonjolkan perasaan, mengutamakan kesejatraan dan kepastian
hidup menghargai prokreasi, mendambakan kekayaan, menghubungkan keadilan sosial dan
pekerjaan.
Proses pembentukan dan penyesuaian kepribadian individu dengan kebudayaan
kelompoknya dimulai dengan tiga tahap yakni internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Dananjaja
Antropologi psikologi: teori metode dan sejarah perkembangannya. Jakarta: Rajawali press
Koentjaraningrat
Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Akasara baru
Keesing, Roger.M.
Antropologi budaya: suatu prespektif kontemporer. Jakrta: Perbit Erlangga.
Sementara itu, perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi pada aspek
pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma yang meliputi milik bersama warga masyarakat,
termaksud didalam perubahan dalam struktur sosial dalam masyarakat itu.
Perubahan masyarakat dan kebudayaan berjalan terus menerus. Hanya saja sifat perubahan
itu ada yang bersifat lambat dan ada pula yang bersifat cepat. Lagi pula, didalam masyarakat dan
kebudayaan itu sendiri terdapat kekuatan yang mendukung dan menolak perubahan. Oleh karna itu
dalam mengkaji perubahan sosial dan kebudayaan, salah satu aspek yang di analisis adalah proses
bekerja dan berkembangnya perubahan itu di sebabkan oleh perbenturan antara konser falisme dan
keingginan akan perubahan serta bagaimana suatu kebudayaan yang bersentuhan dan menerima
unsur yang baru menempatkanya dalam unsur kebudayaan itu.
Sebelum tahun 1920-an kalangan sarjana antropolgi umumnya hanya memperhatikan adat
istiadat yang lazim berlaku dalam masyarakat yang menjadi objek penelitianya. Sementara sikap,
perasaan, dan tingkah laku yang ditampilkan oleh individu tertentu dalam masyarakat itu yang
mungkin bertentang dengan adat istiadat yang lazim, diabaikan saja atau tidak mendapat perhatian
yang layak. Akan tetapi, setelah dasawarsa 1920-an para sarjana antropologi telah menyadari bahwa
tindakan individu warga masyarakat yang menyimpang dari adat istiadat umum sering kali pada
suatu ketika dapat banyak terjadi dan sering terjadi berulang-ulang (recurrent) dalam kehidupan
sehari-hari di setiap masyarakat di dunia. Dalam pada itu, ternyata keadaan-keadan yang
menyimpang dari adat istiadat tersebut sangat penting artinya karena merupakan pangkal dari
proses-proses perubahan sosial dan kebudayaan pada umumnya.
Dalam menelaah sejarah evolusi kebudayaan masyarakat, kalangan sarjana antropologi pada
abad ke 19 menjelaskan dengan mengambil interfal waktu yang panjang, misalnya beberapa tahun
yang lalu.melalui penjelasan seperti itu maka mereka menemukan perubahan-perubahan besar yang
seolah-olah bersifat menentukan arah (directional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan
kebudayaan.
Dewasa ini dalam disiplin antropologi terdapat suatu sub disiplin yang kajianya terpola pada
sejarah perkembangan kebudayaan dan manusia dalam jangka atau interval waktu yang panjang,
yakni prehistori.
Sebagaimana ditemukan oleh para ahli, inovasi adalah suatu pemikiran, perilaku atau suatu
yang baru dan secara kwalitatif berbeda dari yang ada sebelumnya. Dengan demikian inovasi selalu
mengambil bentuk penciptaan yang bersifat subyektif dan tidak sekedar mengurangi atau
menambahkan komponen pada suatu yang telah ada. Karena itu inovasi selalu menghasilkan pola
baru.
Sesuatu penemuan baru berupa alat maupun ide baru, yang diciptakan oleh seseorang
individu dalam masyrakat disebut discovery. Apabaia ide baru itu telah diakui dan diterima oleh
sebagian besar anggota masyarakat maka penemuan baru itu menjadi apa yang disebut sebagai
invention. Proses sejak tahap discovery sampai ketahap invention sering memakan waktu yang lama
dan kadang-kadang tidak meyangkut seorang individu sang pencipta yang pertama, tetapi sejumlah
individu.
Untuk memahami konsep discovery dan invention, maka pengertian kedua konsep itu
dibedakan. Discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudaaan yang baru, misalnya
teknologi pemanfaatan dan pengolahan lahan pertanianyang diciptakan oleh seorang individu atau
sejumlah individu dalam masyarakat tertentu. Discovery baru menjadi invention manakala
masyarakat sudah mengakui, menerima dan menerapkan penemuan baru itu.
Selain itu adapula yang membedakan antara discover dan invention atas dasar peristiwa
penciptaannya yakni peristiwa kebetulan. Dalam hal ini discover dianggap sebagai penemuan yang
terjadi secara kebetulan, sedangkan pada invention penemuan itu adalah penemuan hasil usaha
secara sadar sarjana lain mengemukakan bahwa discover adalah setiap penambahan dari
pengetahuan, dan invention adalah penerapan dari pengetahuan yang baru itu.
Secara angin gejala discovery harus didahului oleh empat hal yakni :
1. kesempatan
2. pengamatan
3. penilaian dan imajinasi
Selain itu, karakteristrik yang dianjurkan juga ikut menentukan bagi peneriman inovasi
adapun karakteristrik ide yang dimaksud meliputi :
Suatu inovasi ditolak atau diterima tergantung padakeputusan yang dibuat oleh seseorang.
Keputusan inovasi menurut Roegers dan Shoemaker (1981) terdiri atas beberapa tipe yakni :
1.keputusan otoritas
2.keputusan individu, baik dalam bentuk keputusan opsional maupun dalam bentuk keputusan
kolektif dan keputusan kontingan, keputusan yang dimaksud terahir ini merupakan keputusan
seseorang untuk menerima atau menolak inovasi setelah ada keputusan inovasi yang
mendahuluinnya.
Proses keputusan menerima inovasi yang biasanya juga disebut sebagai proses adopsi
dimulai dengan tahap-tahap :
1. tahap kesadaran
2. tahap menaruh minat
3. tahap penilaian
4. tahap coba mencoba
5. tahap penerimaan
Proses yang disebutkan diatas mendapat kritikan, sebab adopsi bukan merupakan tingkah
laku yang kebetulan dan teripisah, melainkan hasil urutan kejadian. Dalam pada itu, maka keputusan
inovasi diperbaharui dalam empat tahap yakni :
1. pengenalan, pada tahap ini seseorang telah mengetahui adanya inovasi dan telah memperolah
beberapa pengertian berkenaan dengan bagaimana inovasi itu berfungsi
2. persuasi, pada tahap ini seseorang telah membentuk sikap berkenaan atau tidak berkenaan
terhadap inovasi.
3. keputusan , pada tahap ini seseorang sudah memutuskan untuk menerima atau menolak
inovasi.
4. konfirmasi, pada tahap ini, seseorang mencari pemuat bagi keputusan yang dibuat jika ia
memperoleh informasi yang bertentangan dengan keputusannya.
Hal ini yang penting diperhatikan dalam proses penyebaran inovasi adalah sistem sosial
kelompok penerima atau sasaran inovasi. Adapun yang perlu diperhatikan dari sistem sosial tersebut
meliputi :
Menurut para ahli sekalipun anggota sistem sosial merupakan suatu kesatuan namun boleh
jadi mereka mempunyai perbedaan dalam memerima ide-ide baru. Ada anggota sistem sosial yang
cepat menerima inovasi dan ada pula yang lambat. Dalam kaitanya itu Roegers dan Shoemakers
(1981)mengelompokkan penerima inovasi kedalam lima kelompok yakni :
1. Inovator, mereka ini jumlahnya relatif terbatas, tetapi penuh dengan gagasan sehingga begitu
gemar untuk mencoba hal-hal baru mereka itu disebut sebagai sebagai petualang yang
pemberani, khususnya dalam hal mengambil resiko.
2. Pelopor atau adaptor pemula yaitu orang-orang yang terbuka terdapat ide-ide baru, namun
mereka ini lebih berorientasi kedalam sistem sosial sendiri. Mereka ini, biasanya meneliti
terlebih dahulu suatu inovasi sebelum memutuskan untuk menggunakannya, kelompok pelopor
ini biasanya terdiri atas beberapa pemuka pendapat.
3. Pengikut dini atau mayoritas awal, terdiri atas orang kebanyakan dan jarang diantara meraka
yang memegang posisi pemimpin. Sebelum menerima inovasi si pengikut dini itu
Mempertimbangkannya secara cermat terlebih dahulu. Dalam kata lain pengikut dini adalah
orang-orang yang mengikuti atau mengadopsi dengan penuh pertimbangan.
4. Pengikut akhir atau mayoritas akhir, yakni orang-orang yang sangat lamban menerima suatu ide
baru. Biasanya mereka menerima inovasi karena pertimbangan ekonomi atau karena tekanan
sosial.
5. Kolot (laggar),yakni golongan masyarakat yang paling akhir menerima inovasi. Mereka itu, selalu
hampir tidak ada yang menjadi pemuka pendapat, juga wawasannya sangat sempit, terutama
yang berkenan dengan hal-hal baru, sehingga dengan demikian banyak diantaranya yang
terisolasi.
8.7 RANGKUMAN
Masyarakat dimanapun pasti akan mengetahui akan suatu perbuatan yang sebagian
disebabkan oleh pengaruh dari dalam dan dari luar masyarakat itu. Pengaruh yang ditimbulkan tidak
hanya perubahan sosial tetapi juga perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudaaan dapat diidentifikasi dengan memahami proses evolusi sosial dalam
bentuk recurrent process dan proses evolusi dalam bentuk directional process.
Discovery dan invention merupakan dasar bagi berkembang dan berubahnya kebudayaan
sebab, hanya dengan proses itulah unsur-unsur yang baru dapat ditambah pada keseluruhan
kebudayaan manusia.discovery adalah bentuk penemuan unsur yang baru, sedangkan invention
adalah penerimaan dan penerapan unsur kebudayaan baru tersebut.
Hal yang erat berkaitan dengan discovery dan invention adalah inovasi. Sungguh pun inovasi
diartikan juga sebagai penemuan baru, namun pengertiannya lebih luas bila dibandingkan dengan
discovery. inovasi diartikan sebagai segugus ide yang sebagian tetap mengambil bentuk ide dan
sebagian lagi muncul dan menampakan diri dalam wujud benda.
Inovasi tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya inovasi seperti adanya inovator, kesempatan dan ada kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Berkaitan dengan itu, maka hal penting untuk digaris bawahi adalah bahwa inovasi dapat diterima
dan dapat juga ditolak. Hal ini sangat tergantung pada materi inovasi dan pengaruh dari penganjur.
Harsoyo
1997 pengantar antropologi. Bandung : Binacipta : Hal. 174-190
Koentjaraningrat
1980 pengantar ilmu antropologi. Jakarta : Aksara Baru ; Hal. 89-91 dan
240-254
Roegers. Everett M. Dan F. Hoyd Shoemakers
1987 memasyarakatkan ide-ide baru. Surabaya : Usaha Nasional
8.9 TUGAS LATIHAN
Di dalam bagian ini akan di uraikan mengenai penyebaran manusia ,baik karena
pembiakan mampu karena migrasi yang di sertai dengan proses penyesara atau adaptasi fisaik
dan social budaya dari mahluk manusia dalam jangka waktu berates-ratus tahun lamanya
sejak zaman purba.
Migrasi itu sensiri terjadi disebabkan oleh bebagai factor,di dantaran (1) karena
bencana alam (2) karena wabah penyakit (3) karena perkembangan pelayaran dari berbagai
suku bangsa dan lain-lain.bersamaan dengan itu pula tersebar unsure-unsur kebudayaan
keseluruh penjuru dana yang di sebut proses difusi.
Bentunk difusi yang lain lagi terutama mendapat perhatian Antropologi adalah
penyebaran unsure-unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan berdasarkan
antar individu-individu dalam suatu kelompok manusia dengan individu –induvidu kelompok
tetangga pertemuan-pertemuan semacam itu dapat berlangsung dengan berbagai cara
pertama.dapat berbentuk hubungan simbiosi dan kedua sering disebut (penelration pacifigue)
9,3. DIFUSIONISME JERMAN-AUSTRALIA
Frist Graebner merupakan took difusi Jerman-Austria yang menjadi peletak Dasar
aliran sejarah kebudayaan Di dalam tinjauannya mengenai difungsionisme ia memakai
krikteria kulitas dan krikteria komunitas serta mengajukan konsep kebudayaan yang
dimaksud krekteria kualitas adalah cirri-ciri yang khas atau kualitas dari unsur-unsur
kebudayaan yang terdapat dari beberapa daerah yang sama keadaannya. Dalam mengadakan
studi perbandingan itu,tidak hanya satu unsr saja yang diperhatikan tetpi sebanyak-banyak
unsure yang sama .berdasarkan krekteria tersebut dapat dikembangkan konsep mengenai
culture creise ,yaitu unsure-unsur yang sama terdapat berbagai tempat .
Sebagai Greabner Wilhelm Schmidt pun memakai krekteria kualitas dan kuantitas
untuk menyusun lingkaran- lingkaran kebudayaan Schmidt beranggapan akan adanya
1. Kebudayaan kuno
2. Kebudayaan primer
3. Kebudayaan sekunder
4. Kebudayaan tersier
Riferst adalah tokoh yang menggunakan pendekatkatan sejarah dalam fikiran etnologi
yang terkenal dengag ekspedisinya yang maksuk menyelidiki antar kebudayaan-kebudayan
suku-suku bangsa Yang mendiami daerah sekitar selat tores.
1. Manusia itu tidak mempunyai daya untuk menemukan .Oleh karna itu ,kebudayaan hanya
timbul di daerah-daerah yang mengandung banyak kemungkinan bagi terciptanya
kebudayaan.
2. keadaan dan tempat yang mengandung kemungkinan-kemungkinan seperti itu adalah
mesir
Dalam pembahasan mengenai jalanya suatu proses akulturasi konsep kovert culture dan
overt culture yang dikemukakan oleh Ralph Linton masih relevan untuk diuraikan menurut
Linton ,terdapat perbedaan antara bagian inti kebudayaan yank (covert culture)yang termasuk
bagian inti kebudayaan (culture core)adalah:
Foster meringkas pola proses akulturasi yang biasanya terjadi bila suatu kebudayaan terkena
pengaruh-pengaruh kebudayaan asing yaitu.
1. Hampir semua proses akulturasi milai dengan golongan atas (upper claas) lalu menyebar
dengan preses perubahan sosial ekonomi.
2. perubahan dalam bidang ekonomi hamper selalu menyebabkan perubahan yang penting
dalam asas-asas kehidupan kerabatan
3. penanaman tanaman untuk export dan perkembangan ekonomi yang merusak pola-pola
gotong royong tradisional,dan kerena itu berkembang lah system penyerahan tenaga kerja
baru.
4. perkembangan sinstem ekonomi uang juga menyebabkan perubahan dalam kegiasaan-
kegiasaan makan,dangan segala akibatnya dalam aspek,ekonomi, dan social.
5. proses akulturasi yang berkembang cepat menyebabkan berbagai pergeseran social yg
tida seragam dalam berbagai unsure dan sector masarakat sehingga dengan demikian
terjadi keretakan masarakat
6. gerakan-gerakan nasiolisme juga dapat di anggap sebagai sala satu tahap dalam proses
akulturasi
Sebagai mana di ketahui bahawa dalam suatu masyarakat yang sedang terkena proses
akulturasi danberada dalam masah trang sisi kebudayaan tradisional kebudayaan
masakini,tentu banyak individu atau golongan social yang tidak dapt menyesuiakan diri
dengan keadaan krisis seperti itu.mereka adalah orang-orang yang tidak tahan hidup dalam
suasana tegang terus menerus namun juga tidak suka kepda pembaharuan.
Dari analisis para ahli antropologi ,manakah keadaan seperti yang diuraikan diatas terjadi ,
maka kan muncul gerakan ratu adil yang mempunyai empat aspek penting,yaiu:
1. aspek keagamaan
2. aspek spikologis
3. aspek ratu adil
4. aspek keaslian budaya
Asimilasi adlah proses yang timbul bila terdapat hal-hal sebagai berikut:
1. factor toleransi
2. factor adanya persamaan krikteria aspek ekonomi
3. factor adanya simpati terhadap kebudayaan lain ;dan
4. factor perkawinan campuran
9.9. RANGKUMAN
Difusi kebudayaan sebenarnya terjadi akibat adanya penyeberan manusia di muka bumi
karena berbagai hal.penyebaran itu dapat terjadi secara Kelompok dan dapt pula secara
individual.
Difusi dapat terjadi karena factor simbiosis dan karena penetration pacifique.kedua gejala itu
menjadi perhatian khusus dalam kajian Antropolgi.
Masalh akultarasi dewasa ini banyak mendapat mendapat dikalangan sarjana Antropologi
,terutama dalam mempelajari metode-metode untuk mengamati ,melukiskan ,dan
menganalisis proses akulturasi ,jalannya suatu proses akulturasi ,serta masalah pskologi
dalam suatu proses akulturasi
Selain itu,dibahas pula mengenai pengertian asimilasiproses social yang telah melanjut yang
di tandai oleh kekurangan nya perbedaan antara individu-individu dan antar suatu kelompok-
kelopok ,dan makin erat-nya persatuan aksi,sikap ,dan proses mental yang berhubungan
dengan kepentingan dan tujuan yang sama .berkaitan dengan itu.dibahas pula factor –faktor
yang memudah kan bagi terjadinya asimilasi.
Jika kita menengo sejarah perkembangan antropologi ,maka tampak bahwa pada
fase-fase dari perkembangan (aktik abad ke19 daan awal abad ke 20) di mensi praktis
mendapatkan porsi perhatian yang sepadan dengan di mensi akademis hal mana Negara
Negara eropa seperti inggris , prancis , belanda ,belgia Portugal , spayol jerman dan italia
sebagai Negara negara kolonial melakukan penkajian terhaddap masyarakat dan kebudayan
suku bangsa luar erpoa dalam rangka memantapkan system adminitrasi pemerintahannya di
daerah daerah jajahan bersaman dengan itu muncul keinginan di kalagan Negara penjajah ,
terutama inggris dan belanda untuk memajukan dan menperbaiki kesejateran penduduk di
daerah daerah jajahannya .
sebagai contoh di dalam dewan perwakilan rakyat pada akhir abad ke 19 mulai di
lancarkan kecaman kecaman keras oleh kaum politikus terhadap pemerintah jajahan belanda
di Indonesia sehubugan dengan adanya berita mengenai meningkatnya kemiskinan yang
luar biasa di antara rakyat indonesi ,terutama di Pulau jawa ,Tekanan politik itu,memaksa
pemerintah Belanda maniolil kebijaksanaan yang lebih berorientasi pada peningkatan
kesejahtraan .kesehatan dan pendidikan rakyat Dalam rangka pelaksanaan nya. Maka
pengetahuan mengenai manusia ,masyarakat dan kebudayaan rakyat Indonesia bdengan latar
suku bangsa yang berbeda ditingkatkan .Dalam pada itu jadilah ilmu atropologi Indonesia
sebagai bidang ilmu yang mempelajari tentang cara berfikir bangsa Indonesia bangsa
Indonesia yang bersifat terapan ketika itu,ilmu Antropologi disebut ethnologi atau vadkunde
(imu bansa-bangsa)
Dinegara-negara jajahan lain ,terutama jajahan inggeris ,perkembangan-
perkembangan ilmu Antropologi disesuaikan dengan keperluan pemerintah jajahannya
.Dalam pada.itu para calon pegawai pemerintah daerah jajahan ,para perwira ,dan pendeta
penyiar agama.
Sementara itu amerika Serikat meskipun itu tidak termasuk Negara colonial
,memiliki penduduk pribumi (Orang India) yang dibeberapa tempat hidup dalam keadaan
yang sangat menderita kerena kemiskinan ,karena mereka terpusat di daerah-daerah yang
tarbatas dengan kualitas tanah yang rendah. Keadaan itu memaksa pemerintah Amerika
Serikat untuk membina dan meningkatkan kesejahtraan hidup mereka dalam rangka itu,
maka didirikan biro itu memperkerjakan ahli Antropologi ,,sungguh demikian kalangan ahli
Antropologi Amerika serikat pada saat itu umumnya lebih berminat pada pengembangan
konsep dan teori sedang penelitian yang berorientasi praktis atau terapan dianggap rendah.
kedudukan antropologi terapan di amerika serikat semakin penting terkala pada tahun
1941didirikan society for uplied Anthropology oleh beberapa toko terkenal. Yang
menerapkan ilmu mereka untuk membantu negerinya dalam perang ddunia 1.toko penting
yang di maksud seperti ruth F Benediet R H Lowie, M Mead dan lain-lain.,melakukan
penelitian jarak jauh’selama era perang dan menulis buku-buku mengenai kehidupan
masarakat dan kebudayaan serta cara berfikir musuhunakan g negarahnya, yaitu bangsa
jepang di lautan pacific,dan bangsa jerman di Eropa,untuk di gunakan olehperapinan
angkatan perang Ameriki serikat.
Selain itu,G.P. Murduck dan W. Goodenough adalah ahli Antripologi amerika yang
maju ke medan pertempuran dan kerja di staf markas besar Angkatan laut amerika serikat di
lautan pacific,micronosia.kedua ahli itu, selaibn menulis buku-buku ilmiah, juga data yang di
sajikan dapat di manfaatkan langsung oleh pemerintah daerah-daerah yang duduki oleh
angkatan laut amerika serikat.
Sesuai perang dunia ke-2 ilmu antropologi di amerika serikat juga di manfaatkan
dalam penelitian-penelitian terhadap masala-masala yang bersifat praktif, di antaranya
penetian masalah daya guna kerja kaum buruh dalam industry. hubungAn antara munusia
dalam industry dan lainya,
10.2.2.Antropologi Pembangunan
1.2.masalah kesenjangan kemajuan social budaya antara berbagai golongan social dan
bagian-bagian tertentu dalam Negara-nagara yang sedang berkembang
1.3.masalah merangsang orintasi nilai budaya dan jiwa wirawasta yang mendarang
krmakmuran.
2.2.Masalah arah pembangunan yang berbeda dari arah pembangunan yang menuju ke
masyarakat serupa dengan masyarakat eropa barat atau amerika.
2.3.kajianAntropologi mengenal pembangunan Ekonomi marxisme
2.4.aspek manusia dari pembangunan dapat karya atua pembangunan padat modal.
Ad.3.Masalah sector-sektor serta unsure-unsur yang di bangun dan masalah social politinya.
3.1.masyarakat desa
3.2.penduduk (migrasi,urbanisasi,transmigrasi dan KB)
3.3.Lingkingan
3.4.kemempinan dan pembangunan
3.5.perubahan social budaya akibat pembangunan
3.6.pendidikan sebagai masalah khusus dalam pembangunan
3.7.Aspek manusia dalam reorganisasi administrasi dan pemerinta
3.8.masyarakat majemuk dan integrasi Nasional
Ke-13.masalah tersebut dalam kenyataan tidak berdiri sendiri,tetapi saling berkaitan masalah
dualise ekonomi (1.1).misalnya.berkaitan dengan masalah orientasi nilai budaya dan jiwa
kewiraswastaan dalam pembangunan(1.3).selanjutnya masalah itu berkaitan dengan masalah
manusia dalam model-model perencanaan pembangunan (2.1).dan pembangunan dapat karya
(2.4).masalah pembangunan masyarakat desa (3.1).dan masalah pendidikan sebagai:masalah
khusus dalam pembangunan (3.5).masalah (1.2).yaitu kesenjangan kemajuan social budaya
pada umumnya antara golongan-golongan tertentu dalam masyarakat dan Negara, sudah
barang tentu merupakan suatu masalah politik namun di dalamnya terdapat bagian-bagian
yang Lebih khusus, seperti masalah kesenjangan ke mujuan di bidang pendidikan antara
penduduk masyarakat desa dan masyarakat kota oleh karena itu masalahnya menjadi masalah
pendidikan dan untuk menelitinya, Antripologi pendidkan dapat menjalankan peranan yang
penung (3.6)kecuali itu,masalah kesenjangan kemajuan di bidang pendidkan antara
masyarakat desa dan masyarakat kota mengakibatkan sederetan masalah lain, seperti
Urbanisasi (3.1)/dan perubahan social budaya akibat pembangunan (3.5).masalah (1.3).juga
berkaitan d dapat melakukan dengan masalah-masalah lain .Dalam pada iyu ,ahli
Antropologi terapan dapat melakukan peneliti berkembang dengan aspek manusia dalam
pembangun atau jiwa kewirausahan dalam pembangun .
Dalam tahap (1)dan (2) di atas terdapat masalah –masalah yang dimaksud adalah adat
istiadat dan sikap mental sama pranata-pranata social budaya yang menjadi kendala bagi
pelaksanaan dan keberangkan pembangunan harus di geser dengan tujuan pembangunan itu
sendiri sedangkan tahap (2) ketika terjadi surplus produksi peranian ,maka harus diahlikan
ketangan golongan –golongan social yang memiliki kemampuan untuk mengubah surplus
menjadi modal kerja untuk membangun dengan menginvestasikan nya secara berhasil guna
dan berdaya guna ke dalam usaha-usaha nonpertanian ,sehingga diperoleh modal yang lebih
besar .
Masalah (2.2) yakni masalah arah pembangunan yang berbeda dari arah
pembangunan yang menuju ke masyarakat seperti di eropa Barat dan Amerika Serikat ,tentu
merupakan masalah yang khas dan bersifat politik, Dalam hal ini Antropologi tidtidak
langsun , dapat memberikan sumbangan yang memadai ,kecuali secara tidak langsung yaitu
dengan memberikan data mengenai keadaan social budaya di Negara-negara yang
pembangunan tidak mengambil arah seperti pembangunan masyarakat –masyarakat Eropa
Barat d an Amerika Serikat .Misalnya birma, atau Negara _negara komunis ,seperti
RRC dan kampunghea .hal itu tidak dimaksud agar arah pembangunan bagi semua Negara
sedangkan berkembang melainkan untuk kekuatan dan kelemahan dari arah pembangunan
yang tidak berorientasi masyarakat eropa Amerika .masalah (2.2) Tentu berkaitan erat
dengan masalah (2.3) mengenai pembangunan ekonomi marxisme.
Masalah(2.4) yaitu masalah aspek manusia dalam pembangunan padat kariya atau
pada modal ,jelas merupakan masalah yang layak pula untuk di teliti dengan pendekatan
antropologi ekonomi beberapa ahli Antropologi telah memperlihatkan bahwa asumsi
berbagai ahli ekonomi pembangun dengan adanya kelebihan tenaga kerja tetapi kekurangan
modal dalam masyarakat yang berbeda-beda pada tahap kesiapan untuk pembangunan (atau
tahap dua dalam model rostauw) . tidak selama benar H.K.schneider misalnya menunjukan
bahwa dalam masyarakat tradisional di Negara-negara Afrika timur dan Selatan yang mulai
berkembang tidak menghadapi masalah kekurangan modal .sebab modal dalam bentuk ternak
terdapat dalam jumlah yang melipah .Tetapi untuk dapat mengubah sistemperternakan
tradisional menjadi perternakan modern masalahnya terletak pada kekurangan tenaga yang
berkompentensi untuk itu.
Sebagai contoh, pengdaan sarana dan prasarana kesehatan di suatu komunitas tertentu dengan
tujuan agar warga masyarakat yang bersangkutan dapat memanfaankan sumber perawatan
kesehatan tersebut manakala mkerekah membutuhkan pertolongan perawatan kesehatan
namun sering kali masyarakat yang bersangkutan lebih percaya pada sumber perawatan
kesehatan pribumi merekah mana kalah membutuhkan prawatan kesehatan intreposional
kondisi masyarakat dan untusi seperti kemiskinan, pengangguran, segregasi social, dan lain-
lain (2)tema umum yang lain iyalah karakter akontextual dari temuan-temuan penelitian,
bahwah akumulasi pengetahuan cenderung tidak di situasikan, tidak secarah konseptual dan
empias di kaitan pada sifat-sifat dan tekstur setting-setting social dalam mana pengetahuan di
temukan.(3)ketidakpuasan dalam ilmu-ilmu social terhadap ke gagalan mengakomodasi
subyek tifitas manusia dalam penelitian dan mngahdirkan peranan makna perilaku,dalam
pembangunan dan kehidupan social. Ada kecenderuangan mengabaikan subyektivitas
manusia dalam penelitian.(life to the humanities).
REFERENSI
10.3.RANGKUMAN
Sejak fase ke3 dan sejarah perkembangan antropologi telah menunjukkan orientasi praktikus
hanya saja kedudukan yang bericntansi praktus .terutama di Amerika Srikat ketika itu rendah.
10.4. DAFTAR PUSTAKA
Kelange ,nico;s
1988 kenudayaan dan kesehatan Jakarta megapoin koentjaganinggrat
1888”antropologi terapan dan antropologi pembangunan.”.dalam sejarah teori antropologi
//Jakarta l;UI press
Secara harfiah ,etonografi berarti tulisan /laporan tentang suatu suku bangsa .yang ditulis oleh
seorang antropologi atas hasil penelitian lapangan (field work) selama sekian bulan atau
sekian tahun .
Antropologi sebagai ilmu pengetahuan secara secara keseluruhan tergantu pada laporan-
laporan kajian lapangan (etnografi) yang dilakukan individu;individu-individu dalam
masyarakat yang nyata hidup (mead dikuti marzalidalam spradli,,1997)
a. Etnografi berkaitan dengan asal usul ilmu antropologi ,yang abru lahair sebagai sebagai
disiplin ilmu pada paruh kedua abad ke-19 (Tokoh-tokoh) utama :E.B.TYLOR,J.frazza
L.H.morgan).
b. sebagai tiko dan polopor evaluasion me kebudayaan mereka menyeselesaikan dan
menggunakan sebanyak mungkin bahan tulisan dan benda budaya tentang tarbagi suku
bangasa yang dikumpul para musafir ,penyiar agama Kristen ,pegawai pemerintah
colonial dan penjajahan alam .Bahan-bahan tersebut digunakan untuk membangun teori –
teori evaolusi budaya dan social.
Metode etnografi baru yang mulai berkemban sejak 1960 –an bersumber baru suatu naliran
baru antropoloi kognitif (cognitive antropologi )atau enotais (ethonosctennce)dengan tokoh
dan pelopor seperti ward goodennough ,H.H,coklin C.O ,frake ,dan S.A.tyler).
Etnografi baru memusatkan usahanya pada menemukan bagai mana menemukan masyarakat
Bagi etnografer bari, bentuk sosial dan budaya merupakan susunan yang ada dalam pikiran
(mind) Dengan latar fenomenologi kebudayaan dipahami sebagai fenomena kognitif/mental
yang digunakan untuk mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, benda-
benda, kejadian, periku, dan emosi. Bentuk budayaberupa organisasi fikiran tentang
fenomena material.
Tugas sang peneliti mengorek keluar budaya ini dari dalam fikiran mereka dan
mendeskripsikannya dengan metode folk taxonomi. Jadi bukan dibangun, dideskripsikan
melelui analisis dan nalar sang peneliti seperti seperti dilakukan etnografer modern. Bahasa,
melalui daftar kata-kata setempat, merupan jalan paling tepat untuk masuk kedalam dan
mengorek budaya keluar dari pikiran masyarakat.
Dengan latar epistemolonginya tersebut, penelitian etnografi lebih banyak kalau bukan
sepenuhnya menggunakan metode kualitatif, deskripsi, interpretative, dan kuantitatif.
- Metide antrografi modern muncul dewasa ini 1915-1925 di polopori dua antropologi
social ingris A.R. Randcliffe Brown dan B.Malinowski.
- Cirri pewnting etnografi modrn adalah perhatian pada kehidupan masa kini yang sedang
dijalani oleh angigiita masyarakat tentang way of life masyarakat tersebut.jad ada
pengabaian pada sejarah perubahan social budayamasyarakat.
Timbulnya kesadaran kuat dan sikap keterbukaan pada sebagian etnografer (khusunya
dalam antropologi yang sebelum nya sebagai penganut posivisme)akan perlunya pluralism
pendekatan dan metode penelitan etnografi ,tersitimewa kombinasi antara kualitatif dan
kuantitatif(lihat jessor dan bolbi ,1996).beberapa sumber/alas an bertanggung jawab terhadap
timbulnya kesadaran terhadap sikap keterbukaan para etnografer moderat tersebut,antara lain
sebagai berikut
a. Karya dalam sejarah dalam ilmu pengetahuan (lihat Kuhn dan hanson dalam jessordan
golbi 1996),pikiran-pikiran dianut sejak lama secara meluas tentang bagaimana
perkembangan dalam ilmu pengetahuan pada kenyataannya di produksi .rekonstriksi
positivist tentang pengembangan ilmu pengetahuan sangatlah di idealiskan ,didasarkan
pada deduksi dan dari hasil (outcome )atau produk akhir penelitian dari pada refleksi
proses actual penelitian yang menghasilkannya .
b. Kedua ialah analisa lebih baru dalam filosofi sains yang menyatakan hal tidak
mungkinnya di pertahankan pemikiran-pemikiran awal tentang devinisi-devinisi konsep-
konsep dansifat tidak ketegasan
c. Munculnya krisis internal dalam ilmu pengetahuan sosial karena adanya kekecewan para
ilmuan melihat pemiskinan prestasi sains,kecamasan dan kedangkalan kualitas temuan –
temuan .keprihatina akan kegagalan temuan-temuan penelitian mengakumulasikan
/menceritakan suatu cerita yang koheren ,apli kabel secara meluas dan permanen,