Professional Documents
Culture Documents
JUDUL ............................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................... iv
LEMBARAN PENGESAHAN......................................................................... v
PANITIA PENGUJI ......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... x
ABSTRACT…………………………………………………………………….. xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
GLOSARIUM.................................................................................................... xvii
1
2
ABSTRAK
Meler merupakan nama sebuah kampung yang terletak di Desa Meler,
Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, NTT yang masih
mempertahankan sawah lodok. Cara pembagian sawah lingko yang unik
menjadikan sawah tersebut berbentuk seperti jaring laba-laba. Dahulu kala sawah
lodok mencerminkan betapa kuatnya hubungan kekerabatan masyarakat Meler
dan masyarakat Manggarai pada umumnya. Akan tetapi dampak dari
perkembangan zaman, maka terjadi perubahan fungsi dan perubahan fisik sawah
lodok “bentuk sawah yang menyerupai jaring laba-laba”.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana
bentuk sawah lodok di kampung Meler, Desa Meler, Kecamatan Ruteng,
Kabupaten Manggarai, NTT?, (2) Bagaimana fungsi sawah lodok di kampung
Meler, Desa Meler, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT?, (3)
5
BAB I
PENDAHULUAN
Lahan pertanian (sawah) adalah salah satu aspek yang esensial dari
khusus pada lahan pertanian (sawah). Sawah tidak dilihat semata-mata sebagai
lahan pertanian saja, tetapi dapat mengkiaskan pula kehidupan warga masyarakat
tersebut. Selain itu, baik secara individual maupun kelompok, lahan pertanian
(sawah) merupakan lahan untuk bercocok tanam. Sawah dalam kaitan ini
mempunyai arti kehidupan karena dengan lahan pertanian tersebut (sawah) dapat
mencari nafkah, berdagang, atau bermata pencaharian (PIBP; 2002 dalam Dagur,
2004: 21). Dalam bidang pertanian sangat sudah lama dikenal pola perkebunan
yang disebut lingko (kebun komunal) atau sistem pembagian tanah pertanian yang
disebut lodok. Masyarakat Meler dan masyarakat Manggarai pada umumnya tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan bertani dan berkebun. Oleh karena itu, orang
mana terdapat pemukiman atau kampung yang terpusat dalam mbaru gendang
7
(rumah adat Manggarai) tentu memiliki tanah garapan bagi warga kampung yang
disebut dengan lingko. Lingko (tanah milik bersama) yang merupakan tanah ulayat
menerapkan sistem lodok pada lingko (tanah pertanian). Lingko sawah lodok di
kampung Meler digolongkan sangat unik, karena keberadaan sawah lodok tersebut
Jika pada masyarakat Bali mengenal sistem subak yaitu organisasi yang mengurus
lahan sawah dan ladang dengan sebutan lingko. Lingko adalah tanah pertanian
yang merupakan hak komunal dari masing-masing wa’u (suku). Pola perladangan
lingko berbentuk lingkaran pada titik pusat seperti “jaring laba-laba” (Antar:
2010: 255). Setiap lingko yang dibuka menjadi ladang dibagi oleh tua teno
(penjabat beo yang mengurusi pemakaian tanah) dalam bentuk lodok dan tiap
pembagian disebut moso. Lingko yang telah dibagi atas moso-moso itu, jika sudah
tanah yang bersifat komunal, secara tradisional tanah hak komunal (suku).
tersebut sebagai penanda hak komunal (suku) juga terkait dengan lingkungan.
Dalam arti secara teknis irigasi dimungkinkan dapat diatur sistem pembagian air
yang merata.
sudah ada yang mensertifikasi tanah dengan nama pemilik dengan sifat individual.
lodok tersebut.
Urgensi tema yang dibahas saat ini, terkait dengan adanya struktur
kemapanan dalam pola pembagian lahan, khususnya pertanian sawah “jaring laba-
semangat zaman “pola jaring laba-laba lodok menjadi mapan, pada intinya untuk
“Makna dan Fungsi Sawah Lodok” di kampung Meler, Desa Meler, Kecamatan
1.3.1 Tujuan
atas, maka dapat dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
10
1. Manfaat Akademis
2. Manfaat praktis
dapat dilepaskan hubungannya dengan salah satu teori, terutama dengan teori
yang ada hubungannya atau yang relevan dengan permasalahan yang dibicarakan.
pengetahuan ilmiah. Seorang peneliti sosial tidak boleh menilai teori terlepas dari
digunakan tiga teori yang relevan, yaitu teori makna denotasi dan konotasi Roland
Barthes, teori fungsional Malinowski, dan teori fungsi laten dan manifest Robert
K. Merton.
dan fungsi sawah lodok. Makna denotasi dan konotasi, makna denotasi adalah
bersifat langsung, dan dapat disebut sebagai gambaran dari suatu petanda. Dengan
demikian, jika kita memperhatikan objek, misalnya boneka berbie, maka makna
denotasi yang terkandung adalah “ini boneka yang panjangnya 111/2 dan
mempunyai ukuran 51/4-3-41/4. Boneka ini kali pertama dibuat tahun 1959’’.
Sedangkan makna konotatifnya akan sedikit atau berbeda dan akan dihubungkan
Amerika, tentang gambaran yang dipancarkan serta akibat yang ditimbulkan, dan
2. Teori Fungsional
menggambarkan hubungan erat antara sistem kula dengan lingkungan alam sekitar
yang meliputi ciri-ciri fisik lingkungan alam, keindahan laut karangnya, aneka
pembuatan perahu bercadik, ilmu gaip yang berkaitan dengan pembuatan serta
pelayaran kula, dan upacara-upacara agama sebelum dan sesudah perjalanan kula,
penting dalam mekanisme sistem kula. Sistem kula dicirikan oleh adanya
mekanisme hubungan saling tukar menukar dalam masyarakat, di mana sistem ini
sejumlah hasrat naluri manusia. Karena itu unsur “kesenian”, misalnya berfungsi
diharapkan pula dalam penelitian yang dilakukan terkait “Makna Dan Fungsi
dan berkesinambungan.
atau manifest atau fungsi eksternal atau latent. Fungsi internal kebudayaan
bersangkutan), namun disadari oleh “orang luar”, yakni hasil analisis para
1.4.2 Konsep
1) Makna
literal, gambling atau common sense dari sebuah tanda. Makna konotatif
2) Sawah
Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam
padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air
3) Simbol
tertentu oleh orang yang menggunakan obyek itu sebagai simbol. Simbol
Geertz, (dalam Saifuddin 2005: 289) simbol adalah obyek, kejadian, bunyi
4) Lingko
Lingko adalah tanah pertanian yang sudah diakui hak miliknya baik
tanah milik dari suatu kampung atau dusun, dan bentuk ikatan garis
5) Lodok
pembagian tanah yang menyerupai jaring laba-laba dan dimulai dari satu
titik pusat, kemudian ditarik garis lurus sehingga membentuk segitiga yang
memanjang.
16
1.5 Model
Model dapat dikatakan sebagai suatu abstraksi dari suatu karya tulis,
dalam hal ini adalah sebuah skripsi. Model menjelaskan hal-hal atau masalah-
masalah yang akan diungkapkan dalam sebuah penelitian. Dengan melihat model
pembaca akan mampu memahami isi dari sebuah penelitian, tanpa terlebih dahulu
Sawah lodok
Fungsi Makna
Bentuk
Masyarakat Desa
Meler
Kererangan gambar:
: Mempengaruhi
Keterangan:
NTT memiliki sistem pertanian tradisional dan sistem pertanian modern. Sistem
(parang), beci (tofa), ngencung (lesung), doku (nyiru). Sistem pertanian tradisional
pertanian modern dicirikan antara lain dilakukan di lahan yang menetap atau lahan
yang sama dari waktu kewaktu. Sistem pertanian yang seperti ini keberhasilanya
pertumbuhan tanaman. Pada sistem pertanian yang sudah modern dilakukan selain
berorentasi pada kuantitas dan kualitas hasil yang maksimal juga dipikirkan
pada sistem pertanian modern dipecahkan secara alamiah dan ilmiah. Misalnya
dilakukan pengairan (irigasi) dan drainase yang baik dan efesien pada lahan
serangan hama dan penyakit (Adrianto, 2014: 29). Akan tetapi fokus dari
19
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami; (1) bentuk sawah lodok,
(2) fungsi sawah lodok, dan (3) makna simbolik sawah lodok.
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis
atau lisan dari pihak-pihak yang diamati. Metode kualitatif digunakan dalam
dan informan. Ketiga, metode kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
diri dengan banyak penajaman dengan pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai
yang dihadapi, (Moleong, dalam Jeramun, 2014: 30). Senada dengan Moleong,
menarik.
Lokasi sawah lodok yang diteliti ialah sawah lodok di kampung Meler,
Desa Meler, yaitu suatu daerah dalam wilayah Kecamatan Ruteng, Kabupaten
masyarakat kampung Meler hidup dari bercocok tanam; (2) keberadaan sawah
20
lodok yang paling besar dan yang masih tetap dilestarikan keberadaannya di
Manggarai sekarang ini hanya dapat ditemukan di kampung Meler, Desa Meler.
suasana budaya dalam satu tahun penuh. Semakin terengkulturasi secara penuh,
maka semakin baik informan tersebut (Spradley, 2006: 70) . Penentuan informan
dalam penelitian ini yaitu secara purposive sampling dan snowball sampling.
Bouma (dalam Sari 2014) menjelaskan bahwa teknik penentuan informan secara
kelompok terbaik untuk dipelajari atau dalam hal ini memberikan informasi yang
akurat. Kelompok dengan sebutan “the tipcal and the best people” yang
para responden yang dinilai akan banyak memberikan pengalaman yang unik dan
(yang dinilai akan memberikan informasi yang cukup), untuk dipilih menjadi
responden. Oleh karena itu, purposive sampling juga dikenal dengan sebutan
yang cermat dalam memilih kelompok kunci sebagai sampel. Ada juga yang
seorang informan yang memiliki pengetahuan yang banyak terkait sawah lodok di
kampung Meler, Kabupaten Manggarai, NTT. Oleh karena itu informan kunci
yang terpilih yaitu tu’a golo (pemangku adat/ kepala kampung), tu’a teno (orang
yang mengurusi pembagian lahan pertanaian), kepala desa Meler, dan kepala
keperluan data, situasi dan kondisi yang terdapat di lapangan serta yang memiliki
keterkaitan langsung dengan data yang dibutuhkan yaitu data mengenai sawah
lodok. Jika pencarian data dengan seorang informan sudah pada tingkat kejenuhan
yang artinya terdapat sebuah data yang sama disetiap informasi yang didapat dari
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan masalah yang diteliti.
dan pengalaman tentang objek penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
yang banyak yaitu pegawai dari dinas kebudayaan Kabupaten Manggarai yang
informan kunci sesuai dengan kebutuhan dan sampai pada titik jenuh.
22
digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Untuk memperoleh data,
penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder.
1) Data Primer
langsung di lapangan.
2) Data Sekunder
masalah yang diteliti, termasuk hasil penelitian yang telah dibuat terlebih
wawancara yang berupa pertanyaan terbuka dilengkapi dengan alat bantu, berupa
tape recorder atau alat perekam dari handphone. Instrumen penelitian lainnya
23
adalah alat tulis untuk menulis, dan buku catatan kecil untuk mencatat hasil
dalam penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif dalam penelitian ilmu sosial.
Dalam observasi partisipasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
Dengan observasi partisipasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang nampak. Hal serupa juga di kemukakan oleh Stainback (1988), dalam
observes what people do, listent to what they say, and participates in their
2) Teknik Wawancara
kebudayaan mereka sendiri secara baik, maka wawancara dilakukan kepada para
informan yang telah ditunjuk oleh informan pangkal (key informan) yaitu orang
yang dapat memberi berbagai keterangan lebih lanjut yang dibutuhkan. Informan
informan lain.
harus dipikirkan pula bahwa mereka mungkin saja mempunyai kewajiaban hidup
bekerja atau melakukan berbagai tugas lainnya. Untuk itu peneliti harus
atau rapport yang baik, hal ini tergantung hubungan antara individu, yaitu
keterangan yang dibutuhkan, bagaimana peneliti harus menjaga sikap dan tingkah
25
laku agar tetap baik, dari sudut pandang kedua belah pihak, dalam menjalankan
peran sebagai peneliti, atau lebih tepat lagi, berusaha sedemikian rupa sehingga
kepentingan penelitian terjamin. Sebagai peneliti dan orang luar, dapat saja
dianggap oleh subyeknya berkedudukan lebih tinggi atau lebih rendah. Apapun
permasalahannya, peneliti akan memilih peranan sebagai orang yang ingin tahu
akan diajukan pertanyaan yang sama dan tata urut yang seragam, dengan tujuan
agar keterangan yang diperoleh bisa dibandingkan antara yang satu dengan
lainnya. Selain itu akan dilakukan wawancara lainnya, yaitu wawancara sambil
lalu (casual interview), ialah wawancara tanpa rencana dan orang-orang yang
atau sambil lalu. Bentuk pertanyaan dari wawancara tersebut bersifat terbuka
(open interview), dalam arti memberi keleluasaan bagi para informan untuk
mendalam.
alat perekam. Data hasil wawancara harus dianalisis secara terus menerus selama
menghubungkan antara satu data atau fakta dengan lainnya, selanjutnya diadakan
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life historys),
mendapatkan informasi dan data skunder dari permasalahan yang ada di lokasi
dengan sudut pandang mereka tentang dunia mereka. Hasil data yang