You are on page 1of 15

MAKALAH

FARMAKOLOGI BAHAN ALAM

( Anti Bakteri )

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 5

1. Prilli Anastasia Mokay (20180511064016)

2. Sarce Magdalena Sasarari (20180511064021)

3. Yuliana Itlay (20180511064002)

4. Evelyn Margrid Sada (20170511064066)

PROGRAM STUDI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS CENDERAWASIHH

JAYAPURA

2021
DAFTAR ISI

BAB 1.................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang............................................................................................................3
BAB ll.................................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian.................................................................................................................. 4
2.2 Klasifikasi.................................................................................................................... 4
2.3 Mekanisme Kerja Obat...............................................................................................5
2.4 Obat Antibakteri........................................................................................................5
2.5 Tanaman Obat Anti Bakteri.......................................................................................9
BAB lll................................................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau

bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang

merugikan. Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu

menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel

bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan

protein (Dwidjoseputro, 1980).

Salah satu zat antibakteri yang banyak dipergunakan adalah antibiotik.

Antibiotik adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh

organisme hidup termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang

dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu

spesies atau lebih mikroorganisme (Siswando dan Soekardjo, 1995). Antibiotik

merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh

bakteri. Salah satu penyakit infeksi yang sering mendapat terapi antibiotika adalah

diare.
BAB ll

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anti Bakteri

Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan


pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan. Pengendalian pertumbuhan
mikroorganisme bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah
pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroorganisme (Sulistyo, 1971).
Antimikrobia meliputi golongan antibakteri, antimikotik, dan antiviral (Ganiswara,
1995).

2.2 Klasifikasi Anti bakteri

Menurut Madigan dkk. (2000), berdasarkan sifat toksisitas selektifnya,


senyawa antimikrobia mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan
mikrobia yaitu:

1. Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan


tetapi tidak membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat sintesis
protein 8 atau mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan
antimikrobia pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah
penambahan zat antimikrobia pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total
maupun jumlah sel hidup adalah tetap.

2. Bakteriosidal memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak


terjadi lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan
antimikrobia pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah
penambahan zat antimikrobia pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total
tetap sedangkan jumlah sel hidup menurun.

3. Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga jumlah
sel berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antimikrobia. Hal ini
ditunjukkan dengan penambahan antimikrobia pada kultur mikrobia yang
berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antimikrobia pada fase
logaritmik, jumlah sel total maupun jumlah sel hidup menurun.

2.3 Mekanisme Kerja Obat Anti bakteri

Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh


senyawa antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara
menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk,
perubahan permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan
keluarnya bahan makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan
asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis
asam nukleat dan protein. Di bidang farmasi, bahan antibakteri dikenal
dengan nama antibiotik, yaitu suatu substansi kimia yang dihasilkan oleh
mikroba dan dapat menghambat pertumbuhan mikroba lain. Senyawa
antibakteri dapat bekerja secara bakteriostatik, bakteriosidal, dan
bakteriolitik (Pelczar dan Chan, 1988).

Mekanisme penghambatan antibakteri dapat dikelompokkan


menjadi lima, yaitu menghambat sintesis dinding sel mikrobia, merusak
keutuhan dinding sel mikrobia, menghambat sintesis protein sel mikrobia,
menghambat sintesis asam nukleat, dan merusak asam nukleat sel mikrobia
(Sulistyo, 1971).

2.4 Obat Anti Bakteri

Golongan antibiotik

Obat-obatan ini terdiri dari banyak jenis, tetapi penggolongan antibiotik


bisa dibedakan menjadi enam kelompok.

1. Penicillin
Penicillin dapat membunuh bakteri dengan mencegah pembentukan dinding sel.
Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini banyak digunakan untuk mengobati
berbagai macam infeksi, termasuk:

 infeksi kulit,
 infeksi paru-paru, dan
 infeksi saluran kemih.
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya:

 penicillin,
 amoxicillin.
Anda tidak disarankan minum salah satu obat yang masuk dalam golongan ini jika
pernah mengalami alergi akibat mengonsumsinya.

Orang yang alergi terhadap satu jenis penicillin akan alergi terhadap jenis-jenis
yang lain.

2. Makrolida
Makrolida bekerja dengan cara mencegah bakteri berkembang biak dengan
menghalangi bakteri membuat protein.

Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini dapat sangat berguna untuk
mengobat berbagai penyakit, seperti infeksi paru-paru.

Makrolida juga dapat berguna sebagai alternatif orang yang alergi dengan obat
antibiotik penisilin. Selain itu, makrolida dapat menangani bakteri yang kebal
dengan penisilin.

Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

 azithromycin,
 erythromycin.
Jangan mengonsumsi makrolida juga Anda mengidap porfiria, sebuah kelainan
darah langka turunan.

Jika Anda hamil atau menyusui, satu-satunya jenis makrolida yang dapat
dikonsumsi adalah erythromycin.

3. Cephalosporin
Sama seperti penisilin, cephalosporin membunuh bakteri dengan cara
mencegahnya membentuk dinding sel. Obat dalam kelompok ini digunakan untuk
mengatasi berbagai macam infeksi.

Namun, beberapa jenisnya efektif untuk mengobati infeksi serius, seperti:

 septikemia,
 meningitis.
Obat-obatan yang termasuk dalam cephalosporin, yaitu:

 cephalexin,
 levofloxacin.
Jika Anda sebelumnya mengalami reaksi alergi karena mengonsumsi penisilin,
kemungkinan Anda juga akan alergi dengan cephalosporin.

Obat-obatan ini juga mungkin tidak cocok dikonsumsi untuk penderita gagal
ginjal.

4. Fluoroquinolones
Fluoroquinolones adalah obat spektrum luas yang membunuh bakteri
dengan mencegahnya menciptakan DNA. Kelompok obat-obatan ini digunakan
untuk mengobati berbagai macam infeksi, termasuk:

 infeksi saluran pernapasan,


 infeksi saluran kemih.
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok itu, yaitu:

 ciprofloxacin,
 levofloxacin.
Jenis obat ini sudah tidak disarankan untuk dikonsumsi secara rutin karena efek
sampingnya yang cukup serius.

5. Tetracycline
Tetracycline bekerja dengan mencegah bakteri berkembang baik, yaitu
menghalanginya membuat protein.
Antibiotik golongan ini digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi,
termasuk kondisi seperti:

 Jerawat,
 rosacea yakni penyakit kulit kronis yang menyebabkan kemerahan dan
bintil-bintil pada wajah.
Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

 tetracycline,
 doxycycline.
Obat-obatan ini biasanya tidak direkomendasikan untuk orang-orang dengan
kondisi, seperti:

 gagal ginjal,
 penyakit liver,
 penyakit autoimun lupus,
 anak-anak di bawah usia 12 tahun, dan
 wanita hamil atau menyusui.

6. Aminoglycosides
Aminoglycosides dapat mencegah bakteri berkembang biak dengan
menghalanginya membuat protein.

Obat-obatan ini cenderung hanya digunakan di rumah sakit untuk mengobati


penyakit yang sangat serius seperti septikemia. Obat yang termasuk dalam
kelompok ini, yaitu:

 gentamicin,
 tobramycin.
2.5 Tanaman Obat Anti Bakteri

1. Tanaman pacar air

Merupakan salah satu bahan alam di Indonesia yang digunakan sebagai


obat herbal. Daun pacar air (Impatiens balsamina L.) dipercaya memiliki efek
farmakologis, karena mengandung senyawa flavonoid, steroid, saponin, tanin, dan
kuinon yang bersifat antibakteri. Daun pacar air mengandung senyawa metabolit
sekunder seperti flavonoid, steroid, saponin, tanin, dan kuinon yang memiliki efek
sebagai antibakteri dengan mekanisme kerja yang berbeda-beda (Sunggono dkk,
2014; Sangi dkk, 2008). Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri yaitu
dengan menghambat fungsi membran sel dan metabolisme energi bakteri. Saat
menghambat fungsi membran sel, flavonoid membentuk senyawa kompleks
dengan protein ekstraseluler yang dapat merusak membran sel bakteri
Porphyromonas gingivalis, lalu diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler
bakteri tersebut (Nuria dkk, 2009). Flavonoid dapat menghambat metabolisme
energi dengan cara menghambat penggunaan oksigen oleh bakteri. Energi
dibutuhkan bakteri untuk biosintesis makromolekul, sehingga jika
metabolismenya terhambat maka molekul bakteri tersebut tidak dapat berkembang
menjadi molekul yang kompleks (Cushnie & Lamb, 2005). Selain itu, di dalam
flavonoid juga terdapat senyawa fenol yang dapat mengganggu pertumbuhan
bakteri Porphyromonas gingivalis. Fenol merupakan suatu alkohol yang bersifat
asam sehingga memiliki kemampuan mendenaturasi protein dan merusak
membran sel bakteri. Mekanisme kerja steroid sebagai antibakteri
dalam menghambat pertumbuhan Porphyromonas gingivalis berhubungan dengan
membran lipid dan sensitivitas terhadap komponen steroid yang menyebabkan
kebocoran pada liposom bakteri (Madduluri dkk, 2013). Steroid dapat berinteraksi
dengan membran fosfolipid sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa-
senyawa lipofilik sehingga menyebabkan integritas membran menurun serta
morfologi membran sel berubah menyebabkan sel rapuh dan lisis. Mekanisme
kerja saponin sebagai antibakteri yaitu dengan cara menyebabkan kebocoran
protein dan enzim dari dalam sel bakteri Porphyromonas gingivalis (Madduluri dk,
2011). Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas
membran sehingga terjadi hemolisis pada sel. Apabila saponin berinteraksi
dengan sel bakteri, bakteri tersebut akan pecah atau lisis (Poeloengan dan Praptiwi,
2012) Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri yaitu dengan cara menyebabkan
sel Porphyromonas gingivalis menjadi lisis. Hal ini terjadi karena tanin memiliki
target pada dinding polipeptida dinding sel bakteri sehingga pembentukan dinding
sel menjadi kurang sempurna dan kemudian sel bakteri akan mati. Tanin juga
memiliki kemampuan untuk menginaktifkan enzim bakteri serta mengganggu
jalannya protein pada lapisan dalam sel (Ngajow dkk, 2013). Mekanisme kerja
kuinon sebagai antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Porphyromonas gingivalis yaitu dengan cara membentuk senyawa kompleks yang
bersifat irreversible dengan residu asam amino nukleofilik pada protein
transmembran pada membran plasma, polipeptida dinding sel, serta enzim-enzim
yang terdapat pada permukaan membran sel, sehingga mengganggu kehidupan sel
bakteri. Kuinon memiliki beberapa senyawa turunan seperti antrakuinon dan
plumbagin (Cowan, 1999).

2. Binahong
Binahong yang memiliki nama latin Cassia Alata. Kandungan yang
terdapat dalam binahong yang memiliki aktifitas antibiotik adalah flavanoid,
polifenol, saponin, terpenoid, minyak atsiri, tanin dan asam askorbat. Sedangkan
asam askorbat dapat meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, memelihara
membran mukosa dan mempercepat proses penyembuhan.

3. Buah Mengkudu

adanya reaksi suatu senyawa kimia sebagai antibakteri dalam ekstrak buah
mengkudu, yaitu : 1) senyawa flavonoid, merupakan senyawa kimia yang bersifat
sebagai antinakteri. Edisi Oktober 2017 66 Mekanisme kerjanya dengan
mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sitoplasma. Menurut
(Volk dan Wheeler, 1988 dalam Prajitno A, 2007) menambahkan ba sitoplasma
yang dapat menyebabkan bocornya metabolit penting dan menginaktifkan sistem
enzim bakteri. Kerusakan ini memungkinkan nukleotida dan asam amino
merembes keluar dan mencegah masuknya bahan-bahan aktif ke dalam sel,
keadaan ini dapat menyebabkan kematian bakteri. 2) senyawa terpenoid, yaitu
senyawa yang bersifat antimikroba. Mekanisme kerjanya merusak dinding sel
bakteri, merusak membran sitoplasma dan menghambat kerja enzim dalam sel
bakteri (Ajizah, 2004). Sedangkan, 3) senyawa alkaloid, memiliki kemampuan
sebagai antibakteri dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan
pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan tidak
sempurna karena tidak mengandung peptidoglikan dan dinding selnya hanya
meliputi membran sel.
4. Delima Merah

Pemberian jus delima merah dapat meningkatkan kadar GPx pada darah
mencit dengan aktivitas fisik maksimal. α-tokoferol dapat meningkatkan SOD dan
menurunkan MDA jaringan hati tikus di bawah kondisi stres. Penurunan kadar
MDA dan 8-OHdG serta kenaikan antioksidan enzimatik seperti SOD, GPx dan
katalase disebabkan oleh kandungan senyawa - senyawa turunan fenol, flavonoid,
karotenoid, tokoferol dan Vitamin C. Turunan senyawa fenol seperti misalnya
flavonoid dapat menangkap ROS, menghambat kerja enzim yang menghasilkan
ROS dan membentuk kelat dengan logam-logam yang memacu terbentuknya ROS
sehingga reaksireaksi ROS dengan sel-sel normal seperti peroksidasi lemak dan
kerusakan DNA dapat dicegah atau stres oksidatif tidak terjadi lagi.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau


bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang
merugikan. Klasifikasi antibakteri dibagi menjadi tiga yaitu bakteriostatik,
bakteriosidal, dan bakteriolitik. Obat golongan anti bakteri juga memiliki
beberapa kategori golongan obat yaitu penicilin, makrolida, cephalosporin,
Fluoroquinolones, Tetracycline dan Aminoglycosides. Tanaman-tanaman obat
juga ada yang memiliki senyawa anti bakteri seperti pacar air, buah mengkudu,
binahong dan delima merah.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah,U.,(2004),POLIMER,Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional,Jakarta.

Cowan, M.M., 1999, Plant Products as Antimicrobial Agents, Clinical


Microbiology Reviews Vol. 12, No. 4 : 564–82.

Cushnie, T. P. T., Lamb, A. J., 2005. Antimicrobial Activity of Flavonoids,


International Journal of Antimicrobial. 343–356.

Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar fisiologi tumbuhan. Jakarta : Gramedia

Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-288 dan 800-810,
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Madduluri, S., Rao, K.B. and Sitaram, B., 2013, In Vitro Evaluation of
Antibacterial Activity of Five Indigenous Plants Extracts against Five
Bacteria Pathogens of Humans, Internasional Journal of Pharmachy and
Pharmaceutical Scieneces.

Madigan, M. T., Martinko, J. M., Parker, J., 2000, Brock Biology of


Microorganisms, Ninth Edition, Prentice-Hall, London

Ngajow, M., Abidjulu, J. dan Kamu, V. S., 2013, Pengaruh Antibakteri Ekstrak
Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus secara In Vitro, Jurnal MIPA Unsrat Online 2 (2), p. 128-132.

Nuria, Cut., 2009, Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jarak pagar
(Jatropha curcas L.) terhadap bakteri staphylococcus aureus , Escherechia
coli dan Salmonela typhi , Jurnal uji antibakteri , 5 (2), h 10-12.

Pelczar, M. J., Chan, E. C. S., 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:


Universitas Indonesia Press.
Poeloengan, M. dan Praptiwi, 2010, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah
Manggis (Garcinia mangostana Linn), Media Litbang Kesehatan Vol. XX,
p. 65-69.

Prayitno. 2007. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah


Kejuruan (SMK). Jakarta: Kerja Sama Koperasi Karyawan Pusgrafin
dengan penerbit penebar Aksara.

Sangi, M., dkk. 2008. Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa
Utara. Chemistry Progress. 1,47-53

Siswandono dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal, 28-29, 157, Airlangga
University Press, Surabaya.

Sulistyo. 1971. Farmakologi dan Terapi. Yogyakarta: EKG.

Sunggono, Bambang. 2015. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada.

Volk dan Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima Jilid I. Penerbit
Erlangga. Jakarta.

You might also like