You are on page 1of 8

FARMAKOLOGI BAHAN ALAM

NEUROPROTEKTOR

DI SUSUN OLEH:

Kelompok 5:

1. Evelyn Margrid Sada (20170511064066)


2. Prilly Anastasia Mokkat ( 20180511064016)
3. Sarce Magdalena Sasarari ( 20180511064021)
4. Yuliana Itlay (20180511064002)

PROGRAM STUDI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS CENDERAWASI

2021
DAFTAR ISI

BAB l...................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
1.1 Latar belakang..........................................................................................................2
BAB 2..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 NEUROPROTEKTOR..................................................................................................4
2.2 Obat-Obat Neuroprotektor......................................................................................4
2.3 Penggunaan Neuroprotektor Herbal........................................................................4
BAB 3..................................................................................................................................6
PENUTUP............................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................7
BAB l
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Stroke atau yang dikenal juga dengan istilah gangguan peredaran darah
otak (GPDO), disebut juga sebagai serangan otak (brain attack) ditandai dengan
hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi neurologis. Terdapat dua jenis utama stroke yaitu SNH dan
stroke hemoragik. Stroke juga memiliki jenis ketiga yaitu, serangan iskemik
transien atau Transient Ischemic Attack) (TIA). TIA adalah stroke ringan yang
berfungsi sebagai tanda peringatan awal stroke yang mungkin terjadi kembali.
Stroke non hemoragik terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba
terganggu (iskemik) yang disebabkan oleh oklusi atau stenosis arteri. Oklusi ini
disebabkan oleh trombosis dan emboli, yang semuanya dapat menyebabkan
hipoperfusi yaitu pengurangan atau gangguan dalam aliran darah otak (CBF) yang
menyebabkan aliran ataupun asupan glukosa dan oksigen berkurang sehingga
mempengaruhi fungsi neurologis. Sedangkan stroke hemoragik terjadi bila arteri
di otak pecah, menumpahkan darah ke dalam ruang yang mengelilingi sel-sel otak
atau ketika aneurisma otak pecah.

Diperkirakan sebanyak 2 juta neuron mati setiap menit pada kasus stroke
non hemoragik jika tidak diberikan terapi yang efektif. Berdasarkan hal tersebut
didapatkan istilah ‘’waktu adalah otak‘’ yang berarti waktu sangat menentukan
dalam pengobatan stroke. Prinsip terapi pada pasien dengan SNH adalah
pembukaan pada sumbatan arteri. Selain itu, bisa diberikan terapi umum dan
khusus. Terapi umum yang dapat diberikan adalah head up position, pemberian
oksigen, pemberian obat antihipertensi, dan menjaga asupan cairan serta nutrisi.
Sedangkan terapi khususnya adalah pemberian antiplatelet atau trombolitik rt-PA
(recombinant tissue Plasminogen Activator), dan bisa diberikan obat
neuroprotektor.

Salah satu obat neuroprotektor yang sering digunakan pada kasus stroke
adalah sitikoline. Sitikoline merupakan obat neuroprotektor yang telah banyak
diteliti dan digunakan untuk pengobatan berbagai gangguan neurologis termasuk
SNH. Sitikoline aman digunakan dan mungkin memiliki efek yang
menguntungkan pada pasien SNH dan bisa digunakan untuk semua usia namun
pada usia lansia efek pengobatannya mulai berkurang. Beberapa penelitian belum
mengatakan secara pasti apakah sitikoline ini memiliki efek dalam pengobatan
atau tidak. Namun salah satu penelitian di Italia menunjukan peningkatan fungsi
kognitif yang lebih baik pada pasien gangguan vaskuler di otak yang diberikan
sitikoline.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 NEUROPROTEKTOR

Istilah neuroprotektif mengarah kepada kepada mekanisme didalam sistem


saraf yang melindungi sel saraf (neuron) dari apoptosis atau degenerasi, misalnya
hasil dari lesi diotak atau sebagai hasil dari penyakit neurodegeneratif kronik.
Neuroproteksi adalah mekanisme dan strategi yang digunakan untuk
melindungi lesi dan degenerasi sel neurin di sistem saraf pusat (SSP/CNS) yang
mengikuti gangguan akut misalnya stroke, atau trauma /lesi sistem saraf atau
sebagai hasil dari penyakit neurodegenratif misalnya parkinson, dan Alzheimer.

Tujuan neuroproteksi adalah untuk membatasi kematian/difungsi neuron


setelah lesi SSP dan mencoba untuk mempertahankan kemungkinan tertinggi
keutuhan interaksi seluler di dalam otak berakhir pada fungsi neuronal yang tidak
terganggu.

2.2 Obat-Obat Neuroprotektor

1. Sitokilin
Sitikolin berfungsi dalam metabolisme fosfolipid, Sebagai prekursor
fosfatidilkolin yang merupakan Komponen utama membran sel terutama
otak dan Asetilkolin yaitu neurotransmiter yang penting untuk Fungsi
kognitif. Sitikolin bermanfaat dalam terapi Stroke dengan cara
memperbaiki kerusakan membran Saraf lewat sintesis fosfatidilkolin,
memperbaiki aktivitas Saraf kolinergik dengan cara meningkatkan
produksi Asetilkolin dan mengurangi akumulasi asam lemak di Daerah
kerusakan saraf.

2. Pirasetam
Berdasarkan mekanisme kerjanya, pirasetam Bekerja di level neuronal dan
vaskular. Pada level Neuronal, pirasetam memodulasi neurotransmisi pada
Kisaran sistem transmiter (termasuk kolinergik dan Glutaminergik).Pada
level vascular, pirasetam Meningkatkan deformabilitas eritrosit yang
merupakan Elastisitas dan kemampuan sel darah merah melewati
Mikrovaskuler tanpa mengalami perubahan bentuk dan Fungsi. Dengan
meningkatkan deformabilitas eritrosit Maka akan mempermudah aliran
darah melewati Pembuluh darah otak yang kecil sehingga dapat
Memperbaiki keadaan iskemia, menghalangi vasospasme, Dan
memfasilitasi mikrosirkulasi.
2.3 Penggunaan Neuroprotektor Herbal

1. Pegangan (Centella asiatica L.)

Pegagan memiliki sifat anti-oksidatif yang bermanfaat untuk melemahkan


stres oksidatif, antiinflamasi yang kuat, kemampuan regeneratif neuron, potensi
pencegahan kerusakan neuron, efek penghambatan neurotoksisitas, sifat anti
kecemasan dan antidepresi melalui modulasi sistem GABAergic, potensi AChE
dalam penghambatan dan kemampuan untuk mengurangi akumulasi plak amilod
dengan memodulasi enzim sekretase. Sifat multifngsi yang komprehensif ini
menjadikan pegagan sebagai agen perlindungan saraf umum dan secara
bersamaan menargetkan beberapa jalur penyakit untuk menangkap gangguan
neurodegeneratif.

2. Kunyit (Curcuma domestica L).

Rimpang kunyit mengandung senyawa fenol alami berupa kurkumin.


Seperti yang dilaporkan dalam beberapa penelitian in vitro dan in vivo, kurkumin
memiliki aktivitas antioksidan, antiinflamasi, antiapoptosis, dan potensi terapeutik
pada gangguan neurodegeneratif. Kurkumin melindungi saraf dopaminergik dari
kerusakan saraf akibat MPTP. Hal tersebut menyebabkan peningkatan dopamin
dan TH, dengan menghambat protein glial fibrillary acidic protein (GFAP) dan
ekspresi protein inducible nitric oxide synthase (iNOS). Kurkumin juga
melindungi neuron dari kerusakan oksidatif dengan memulihkan potensi membran
mitokondria, peningkatan regulasi Cu-Zn SOD, dan menghambat produksi ROS
intraseluler

3. Ginkgo (Ginkgo biloba L.)

Ginkgo biloba merupakan salah satu tanaman yang paling banyak dibudidayakan
dalam pengobatan tradisional Cina karena potensi antioksidannya yang tinggi dan
berkontribusi pada aktivitas pelindung saraf. Mekanisme kerjanya yaitu dengan
mencegah pelepasan dopamin yang berlebihan di striatum. Senyawa aktif EGb
(flavonoid dan terpenoid) memiliki kemampuan untuk menghilangkan radikal bebas
oksigen dan bertindak sebagai antioksidan. Pengobatan EGb meningkatkan aktivitas SOD
dan glutathione peroksidase (GSH-PX), menghambat ekspresi MDA, dan menurunkan
kerusakan oksidatif pada tikus transgenik A53T α-synuclein .EGb memberikan
perlindungan terhadap efek toksik levodopa yang diberikan selama pengobatan pada
penyakit parkinson.

4. Gambir (Uncaria gambir Roxb.)

Gambir mengandung beberapa senyawa polifenol, berupa flavonoid, alkaloid,


terpenoid, dan sebagainya. Kandungan flavonoid di dalam gambir antara lain pirokatekol
sebanyak 20-30%, katekin 7-33%, dan kuersetin 2-4%. Aktivitas antioksidan yang dimiliki
katekin dapat melindungi sel neuron dari neurotoksisitas akibat stres oksidatif dengan
cara menghambat radikal bebas.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Stroke atau yang dikenal juga dengan istilah gangguan peredaran darah
otak (GPDO), disebut juga sebagai serangan otak (brain attack) ditandai dengan
hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi neurologis. Salah satu obat neuroprotektor yang sering
digunakan pada kasus stroke adalah sitikoline Sitikoline merupakan obat
neuroprotektor yang telah banyak diteliti dan digunakan untuk pengobatan
berbagai gangguan neurologis. Selain sitokiline dan pirasetam ada juga beberapa

obat neuroprotektor herbal, salah satu diantaranya yaitu Pegagan (Centella asiatica
L.) yang memiliki sifat anti-oksidatif yang bermanfaat untuk melemahkan stres
oksidatif, antiinflamasi yang kuat, kemampuan regeneratif neuron, potensi
pencegahan kerusakan neuron, efek penghambatan neurotoksisitas Sifat
multifngsi yang komprehensif ini menjadikan pegagan sebagai agen perlindungan
saraf umum dan secara bersamaan menargetkan beberapa jalur penyakit untuk
menangkap gangguan neurodegeneratif.
DAFTAR PUSTAKA

Casson RJ, Chidlow G, Ebneter A, Wood JP, Crowston J,Goldberg I.


Translational neuroprotection research: a review of definitions and
principles. United States: Blackwell Publishing; 2012.h.72-81

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. RISKESDAS Tahun 2013. Jakarta:


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2013.

Purba JS. Efek terapi sitokoline terhadap perbaikan struktur dan fungsi membran
sel otak pada penderita stroke. Medicinus. 2009; 22(2):55-7.

Sahota P, Savitz SI. Investigational therapies for ischemic stroke: neuroprotection


and neurorecovery. Neurotherapeutics. 2011; 8(3):434-51.

You might also like