Professional Documents
Culture Documents
Demokrasi Tunisia
Demokrasi Tunisia
Abstract : This paper discusses the development of democracy in Tunisia. The goal is to understand
the development of Tunisian democracy which is full of dynamics of the effects of the Arab Spring.
This research uses the library method. Data collection through journals and books. The results of
this study found that the long journey of the Tunisian people, in achieving independence from the
occupation of the Tunisian government itself, was a road that was not easy, steep and sharp. Many
became victims, in the name of the revolution. Both physically and psychologically. However, the
struggle is carried out not only in the name of religion but also human humanity at stake, the rights
and obligations desired by the Tunisian people, who become their driving force in their journey to
achieve a democratic government. Of course, this requires a sacrifice in the long journey of
democracy in Tunisia. Although in some Middle Eastern countries the process of democratization is
still uncertain, Tunisia is not. Tunisia has become a hope for countries in the Middle East to rise
from adversity. Tunisia has successfully held elections to democratically appoint a leader. Tunisian
democracy is getting better with the inauguration of a new constitution that provides equality
between men and women so that Tunisia becomes a pioneer of feminism in the Middle East.
Although we cannot compare it with other contexts of Islamic government, Tunisia is a system that
continues to rise to renew the slump of democracy by removing the influence of secular, far-right
ideologies, and the monarchical system. Therefore, the political dynamics of the state system is a
transition period whether it will lead to destruction or even towards democratic maturity, thus there
is still optimism for the implementation of Islamic democracy in the Tunisian government system in
the midst of all the dynamics that are faced.
Abstrak : Tulisan ini membahas tentang perkembangan demokrasi di Tunisia. Tujuannya agar dapat
memahami perkembangan demokrasi Tunisia yang penuh dinamika efek dari Arab Spring.
Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan. Pengumpulan data melalui jurnal dan buku.
Hasil penelitian ini menemukan Perjalanan panjang masyarakat Tunisia, dalam menggapai
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dewasa ini, spirit untuk kembali membumikan ajaran Islam dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara semakin marak. Namun ganasnya dunia perpolitikan yang ada,
sehingga Islam yang secara fitrah dikenal ramah, mengasihi, melindungi hak-hak kaum
miskin, tegas, adil dan terbuka tidak berlaku lagi didalam sistem pemerintahan yang
otoriter. Seperti yang diketahui, seiring dengan berlangsungnya demokratisasi pasca
tergulingnya rezim otoritarianisme di Tunisia. Negara-nagara yang menerapkan sistem
monarki perlahan mulai dihilangkan, digulirkan dari kursi pemerintahannya oleh mereka
masyarakat bawah yang menginginkan negaranya menjadi sebuah negara yang memenuhi
hak-hak masyarakatnya yaitu dengan sistem demokrasi.
Otoritarianisme juga ketidakadilan yang telah merebak luas, mendorong lahirnya
gelombang protes yang besar di berbagai negara. Gerakan protes yang terjadi di sejumlah
negara Timur Tengah atau yang lebih dikenal dengan Arab Spring, pada dasarnya
merupakan panggilan untuk menegakkan demokrasi dan menyuarakan kebebasan. 1 Arab
Spring di Tunisia bermula pada awal Desember 2010, ketika itu seorang mahasiswa yang
berprofesi sebagai pedagang buah bernama Mohamed Bouazizi berbuat hal yang nekat
didepan kantor pemerintahan. Ia melakukan aksi bakar diri sebagai bentuk protes terhadap
ketidakadilan pemerintah yang berkuasa. Para aparat Melakukan tindakan yang
merugikan masyarakat kecil, hingga masyarakat bawah yang susah semakin bertambah
1
Nazeer Ahmad, “The 2011 Arab Revolution,” accessed January 28, 2013, wwwthehistoryofislam.com.
2
Oliver Roy, The Failure of Political Islam (Massacusset: Harvard University Press, 1994), vii–xi.
3
Mohammed Ayoob, The Many Faces of Political Islam Religion and Politics in the Muslim World (Ann Arbor:
The University of Michigan Press, 2008), 2.
4
Guilain Denoeux, “The Forgotten Swamp : Navigating Political Islam,” Middle East Policy IX, no. 2 (2022).
5
Azyumardi Azra, Konflik Baru Antar Peradaban : Globaliasi, Radikalisme, & Pluralisme, 1st ed. (Jakarta: Divisi
Buku Perguruan Tinggi, RajaGrafindo Perkasa, 2002), 40.
6
Arief Bakhtiar Darmawan, “Islam Dan Perilaku Politik Di Timur Tengah” (n.d.): 56.
7
Azra, Konflik Baru Antar Peradaban : Globaliasi, Radikalisme, & Pluralisme, 40.
8
Masykuri Abdillah and Wahid Wahab, Demokrasi Di Persimpangan Makna : Respons Intelektual Muslim
Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993), 1st ed. (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1999), 7.
9
Ali Mutakin, “ISLAM DAN DEMOKRASI : Kajian Fiqih Siyasah Tentang Tantangan Dan Hambatan,” Jurnal Al-
Ashriyyah (2019): 32–33.
10
Muhammad Adib and Nur Qomari, “Arus Baru Politik Islam : Pluralisme, Kontestasi, Dan Demokratisasi,”
Maqashid 1, no. 2 (2008): 20.
PEMBAHASAN
A. Perjuangan Demokrasi di Tunisia
Arab Spring atau Musim Semi Arab, merupakan gelombang gerakan rakyat akar
rumput yang terdiri dari berbagai profesi, yang menginginkan sebuah perubahan besar
yang dapat membawa mereka pada sebuah situasi hidup yang lebih baik. Mengingat
situasi dan kondisi negara-negara mereka yang semakin tidak menentu; ekonomi melemah,
angka kemiskinan yang terus meningkat, pengangguran yang semakin banyak,
ketimpangan dan kesenjangan sosial semakin lebar, kebebasan hidup dan politik yang
dibelenggu oleh rezim-rezim yang berkuasa. Arab Spring juga dapat dikatakan sebagai
revolusi yang menginginkan sebuah sistem pemerintahan yang demokratis, sebuah sistem
yang terbuka, transparan, berasaskan pada kebebasan dan keadilan.
Situasi ini dapat dimaklumi bila melihat keadaan para pemimpin negara-negara
Arab yang memimpin dan menjabat dengan kurun waktu yang cukup lama, puluhan
tahun. Hal ini membuat para rezim semakin kuat dan cenderung diktator dan sewenang-
wenang dalam memimpin. Arab Spring atau Musim Semi Arab, merupakan kosa kata
politik baru dalam kamus politik Timur Tengah. Arab Spring menjadi sebuah simbol dari
jatuhnya para pemimpin otoriter di negara-negara Timur Tengah, terutama negara-negara
Arab seperti Tunisia, Mesir, Libya dan Yaman. Hal ini juga dianggap sebagai sebuah
momentum dan peluang berharga untuk menuju kebangkitan dan perubahan besar di
kawasan Timur Tengah, termasuk lahirnya sebuah sistem politik dan pemerintahan
demokratis, yang terbuka dan berkeadilan sehingga dapat membawa kesejahteraan dan
kemakmuran bagi rakyat di tengah kekayaan alam yang melimpah ruah. 11
Gelombang Arab Spring yang telah menyapu sebagian besar negara-negara di
Timur Tengah pertama kali terjadi di Tunisia. Hal ini dipicu oleh pembakaran diri yang
dilakukan oleh seorang anak muda, dengan berlatar belakang sarjana, yang berprofesi
sebagai pedagang buah. Muhammad Bouazizi melakukan aksi nekadnya dalam keadaan
frustasi yang mendalam atas sikap aparat yang telah merampas dagangan yang merupakan
mata pencahariannya dan tidak kunjung dikembalikan barang dagangannya tersebut. Aksi
nekad itu sebagai respon dan protes keras terhadap perilaku sewenang-wenang dan tidak
11
Ahmad Sahide, Gejolak Politik Timur Tengah (Dinamika, Konflik Dan Harapan) (Yogyakarta: The Phinisi Press,
2017), 136.
12
Ibnu Burdah, Islam Kontemporer : Revolusi Dan Demokrasi, 1st ed. (Malang: Intrans Publishing, 2014), 27–28.
13
Ahmad Sahide and other, “The Arab Spring : Membaca Kronologi Dan Faktor Penyebabnya,” Jurnal Hubungan
International 4, no. 2 (2015): 20–22.
14
“Roboh Seperti Teori Domino,” accessed June 29, 2022,
https://internasional.kompas.com/read/2011/01/23/06532377/Roboh.seperti.Teori.Domino.
15
Machmudi Yon, Riyan Hidayat, and Elia Agustina, Sejarah Timur Tengah Kontemporer ; Kepemimpinan Di
Arab Saudi Dan Libya, 1st ed. (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UIPress), 2016), 68–69.
16
Burdah, Islam Kontemporer : Revolusi Dan Demokrasi, 28.
17
Ibid., 21–22.
PENUTUP
Perjalanan panjang masyarakat Tunisia, dalam menggapai kemerdekaan atas
penjajahan pemerintah Tunisia sendiri merupakan jalan yang tidak mudah, terjal dan
tajam. Banyak yang menjadi korban atas, nama revolusi. Baik secara fisik maupun psikis.
Meski demikian perjuangan yang dilakukan tidak hanya atas nama agama akan tetapi,
19
Zaky Al Hamzah, “Konstitusi, Sejarah Baru Tunisia,” last modified 2014, accessed April 22, 2019,
https://www.republika.co.id/berita/koran/newsupdate/14/01/27/n02b9d-konstitusi-sejarah-barutunisia.
20
Shafira Elnanda Yasmine, “Arab Spring : Islam Dalam Gerakan Sosial Dan Demokrasi Timur Tengah,”
Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik 28, no. 2 (2016): 10–11.
21
Muhammad Lili Nur Aulia, “Pelajaran Besar Dari Tunisia Untuk Demokrasi,” last modified 2020,
https://www.republika.co.id/berita/qewkxz412/pelajaran-besar-dari-tunisia-untuk-demokrasi.
DAFTAR PUSTAKA