You are on page 1of 21

Vol. 4. No.

1 (2021)

PARADOKS DEMOKRASI DI INDONESIA TAHUN 2014-2019:


ANALISIS PROSEDURAL DAN SUBSTANSIAL
Yusril Ihza Mahendra1
1
Universitas Muhammadiyah Malang
yusrilihzamahendra1234@gmail.com

Doi: 10.23969/paradigmapolistaat.v4i1.2214

Abstract
This article aims to examine the quality of democracy in Indonesia in the 2014-2019
period. To elaborate this problem, the author utilizes procedural democracy and
substantive democracy approaches. As a result, it was found that procedurally
Indonesia already has institutions that support democracy, which are proven by the
existence of open elections and universal participation. However, there are still defects
in the implementation procedures, such as the problem of DPT in elections, the
implementation of the rule of law that has not been optimal, and the connection between
the government and oligarchs that threaten the stability of checks and balances in the
government system. Whereas substantially, some observers argue that during this
period there was a phenomenon of "retreat from democracy" which was marked by the
decline in democratic freedom. Despite these problems, the government is able to
improve the economy which has an impact on reducing poverty and the level of income
inequality. These facts indicate the paradox of democracy in Indonesia. The
comparisons made show the complexity of the relationship between the process
(procedure) and output (substance) of democracy.

Keywords: Procedural Democracy, Substansial Democracy, Paradox of democracy.

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji kualitas demokrasi di Indonesia pada periode
2014-2019. Untuk mengelaborasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan
pendekatan demokrasi prosedural dan demokrasi substansial. Hasilnya, ditemukan
bahwa secara prosedural Indonesia sebenarnya sudah memiliki institusi-institusi
penunjang demokrasi, yang ditandai oleh adanya pemilu terbuka dan partisipasi
universal. Akan tetapi, masih terdapat kecacatan dalam prosedur pelaksanaannya,
seperti permasalahan DPT dalam pemilu, penerapan rule of law yang belum optimal,
dan adanya korelasi antara pemerintah dan kelompok oligarki yang mengancam
stabilitas checks and balances dalam sistem pemerintahan. Sedangkan secara
substansial, beberapa pengamat berpendapat bahwa dalam periode tersebut terjadi
fenomena “retreat from democracy” yang ditandai dengan turunnya kebebasan
berdemokrasi. Kendati permasalahan tersebut, pemerintah mampu meningkatkan
perekonomian yang berdampak pada turunnya angka kemiskinan dan tingkat
ketimpangan pendapatan masyarakat. Fakta-fakta ini mengindikasikan adanya paradoks
demokrasi di Indonesia. Komparasi yang dilakukan menunjukkan kompleksitas relasi
antara process (prosedur) dan output (substansi) demokrasi.

Kata Kunci: Demokrasi Prosedural, Demokrasi Substansial, Paradoks demokrasi.

27
Vol. 4. No. 1 (2021)

I. Pendahuluan internasional seperti Perserikatan


Demokrasi merupakan sistem dan nilai Bangsa-Bangsa (PBB), International
politik yang paling banyak diterapkan Monetary Fund (IMF), dan World Bank
negara-negara berdaulat di dunia. merupakan beberapa bentuk institusi
Kegagahan demokrasi selama beberapa internasional yang menjadi instrumen
ratus tahun belakangan tidak bisa bagi Amerika Serikat dan Negara-
dilepaskan dari dua peristiwa besar Negara Demokrasi lain untuk
dalam sejarah dunia, yaitu kemenangan mempromosikan demokrasi secara
Amerika Serikat dan sekutu pada PD II mengglobal.
dan kemenangan Amerika Serikat Dalam jurnal ini, yang akan
dalam perang dingin atas Uni Soviet. menjadi objek penelitian adalah
Setelah dua peristiwa besar tersebut, Indonesia. Indonesia merupakan salah
Amerika Serikat muncul sebagai satu- satu negara yang menganut sistem
satunya negara super power di dunia. demokrasi. Setelah memproklamasikan
Amerika Serikat yang merupakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945,
negara demokrasi modern pertama para pendiri Indonesia langsung
kemudian memanfaatkan posisi tersebut berunding untuk menetapkan dasar dan
untuk mempromosikan demokrasi ke bentuk negara yang akan digunakan.
seluruh dunia. Komunis, nasionalis, dan islamis adalah
Keinginan untuk mempromosikan beberapa kelompok yang terlibat dalam
demokrasi didorong oleh keyakinan dialog tingkat tinggi tersebut. Akhirnya
bahwa menerapkan nilai-nilai demokrasi-lah yang menjadi pilihan
demokrasi merupakan cara yang ideal akhir. Tidak sampai disitu, keputusan
untuk menciptakan perdamaian dunia. untuk menganut sistem demokrasi
Sebagaimana argumen Immanuel Kant bukanlah akhir melainkan sebuah awal
dalam democratic peace bahwa dua dari suatu proses yang panjang dan
negara yang sama-sama menerapkan kompleks. Terbukti pada tahun-tahun
sistem republik tidak akan terlibat setelah kemerdekaan terdapat beberapa
dalam konflik satu sama lain (Manan, macam bentuk demokrasi yang sempat
2014). Logikanya, jika semua negara diterapkan di Indonesia.
menganut demokrasi maka tidak akan Demokrasi memang bukan sistem
ada negara yang saling berkonflik. yang pakem dan rigid. Berbeda dengan
Usaha mempromosikan demokrasi sistem politik lain, salah satu kelebihan
sudah menjadi tujuan politik Amerika demokrasi adalah sifatnya yang
Serikat sejak dulu. Usaha tersebut dinamis, fleksibel, dan cenderung
dilakukan dengan cara mendukung terbuka akan kritik dan perubahan.
pembentukan lembaga demokrasi, Namun, karena sifat-sifat tersebut
menyebarkan nilai-nilai demokrasi, membuat sebuah negara yang ingin
mendukung pelaksanaan pemilihan menerapkan sistem demokrasi harus
umum yang adil di luar negeri, melewati proses untuk mendapatkan
memperkuat posisi masyarakat sipil bentuk demokrasi yang benar-benar
dalam pemerintahan, mempromosikan kompatibel dengan kondisi dan
hak asasi manusia (HAM) dan karakteristik negara dan masyarakatnya.
supremasi hukum, serta kebijakan- Indonesia pernah menerapkan
kebijakan yang mendukung beberapa bentuk sistem demokrasi yang
demokratisasi lainnya (Lawson & berbeda. Yaitu demokrasi parlementer,
Epstein, 2019). Pendirian organisasi demokrasi terpimpin, demokrasi

28
Vol. 4. No. 1 (2021)

pancasila masa orde baru, dan Soekarno mengeluarkan dekrit presiden


demokrasi pancasila pasca reformasi yang menandakan perubahan sistem
1998. Pada masa awal kemerdekaan, dari demokrasi liberal menuju
Indonesia mencoba untuk menerapkan demokrasi terpimpin. Pelaksanaan
sistem demokrasi parlementer. Namun, demokrasi terpimpin disahkan secara
pada masa ini anggota parlemen yang yuridis melalui ketetapan MPRS No.
dibentuk bukanlah pilihan rakyat. Hal VIII/MPRS/1965 mengenai “Prinsip-
ini dikarenakan kondisi internal prinsip musyawarah untuk mufakat
Indonesia pada saat itu yang masih dalam Demokrasi Terpimpin sebagai
belum stabil. Indonesia yang merupakan Pedoman bagi Lembaga-lembaga
negara baru dan masyarakatnya belum Permusyawaratan/Perwakilan”.
paham betul mengenai politik, serta Perubahan sistem tersebut juga diikuti
adanya usaha Belanda untuk kembali oleh perubahan pengaturan politik
masuk ke Indonesia membuat Indonesia menjadi sistem yang
pemerintah mengalami masa-masa sulit. berlandaskan pada bentuk presidensial.
Kabinet yang dibentuk seringkali tidak Penerapan sistem ini berpotensi
mampu memenuhi tuntutan parlemen menyatukan kaum marhaen yang
sehingga memaksa presiden dan wakil sebelumnya terpecah dalam beberapa
presiden untuk turun tangan kelompok kepentingan. Persatuan kaum
(Kurniawan, 2016). marhaen kemudian diinisiasi melalui
Karena Undang-Undang Dasar penyatuan kekuatan nasionalisme,
1945 tidak kompatibel dengan sistem agama, dan komunisme atau yang biasa
parlementer yang diterapkan, maka dikenal dengan sebutan NASAKOM
pada tahun 1950 dibuat suatu Undang- (Ilmar, 2018).
Undang Dasar sementara untuk Penerapan demokrasi terpimpin
menyokong sistem tersebut. Pada dilakukan karena kondisi internal
periode ini pemerintahan yang dibentuk Indonesia yang rapuh. Hal ini
sangat lemah, bahkan tidak ada kabinet dikarenakan adanya perbedaan pendapat
yang mampu bertahan selama lebih dari yang sangat tajam antara aktor-aktor
dua tahun. Hal ini dikarenakan politik yang disebabkan oleh permainan
konstitusi dasar negara belum mampu para elit partai. Sistem demokrasi
mendukung sistem yang ada. Selain itu, parlementer dinilai hanya
banyaknya kelompok yang saling menguntungkan elit politik saja dan
membawa kepentingannya masing- mengabaikan kepentingan masyarakat
masing menjadi salah satu alasan umum. Oleh karena itu, perubahan
rapuhnya pemerintahan. Meskipun sistem ke demokrasi terpimpin adalah
berada dalam kondisi yang sulit namun sebagai usaha Soekarno untuk
Indonesia mampu mempertahankan menyatukan pendapat serta meredam
kemerdekaan dengan memaksa Belanda konflik kepentingan antara aktor-aktor
memberikan pengakuan kedaulatan politik (Ilmar, 2018).
terhadap Indonesia. Pada periode ini Pada tahun 1967 Soeharto menjadi
pula, tepatnya di tahun 1955 Indonesia presiden ke dua menggantikan
berhasil melaksanakan pemilu Soekarno. Transisi kekuasaan ini juga
demokratis pertamanya (Kurniawan, menandakan reformasi ulang sistem
2016). politik Indonesia. Sistem demokrasi
Kedua adalah sistem demokrasi terpimpin kemudian digantikan oleh
terpimpin. Pada 5 Juli 1959, Presiden sistem demokrasi Pancasila. Ketetapan

29
Vol. 4. No. 1 (2021)

MPRS No. VIII/MPRS/1965 yang Kondisi tersebut menimbulkan


mengesahkan demokrasi terpimpin gejolak di masyarakat. Puncaknya pada
kemudian dicabut melalui ketetapan tahun 1998 terjadi reformasi yang
MPRS No. XXXVII/MPRS/1968, yang dilakukan oleh mahasiswa, masyarakat,
mengatur mengenai pedoman dan beberapa tokoh politik. Gelombang
pelaksanaan kerakyatan yang dipimpin demonstrasi ini berhasil memaksa
oleh hikmat kebijaksanaan dalam Soeharto turun dari jabatan. Runtuhnya
permusyawaratan perwakilan (Sudrajat, rezim Soeharto sekali lagi menjadi
2016). pertanda perubahan sistem politik di
Sistem demokrasi terpimpin dan Indonesia. Melalui UU No. 22 tahun
demokrasi pancasila memiliki beberapa 1999 yang kemudian direvisi menjadi
perbedaan mendasar, salah satunya UU No. 32 tahun 2004. Sistem
mengenai pengambilan keputusan. pemerintahan sentralistik digantikan
Dalam demokrasi terpimpin jika oleh sistem desentralistik. Pemilihan
musyawarah mufakat tidak tercapai presiden yang awalnya dilaksanakan
maka harus menempuh salah satu dari oleh MPR kemudian diubah menjadi
beberapa cara berikut: Pertama, sistem pemilihan langsung. Para
persoalan diberikan kepada pimpinan birokrat dan militer dibatasi
untuk mengambil kebijaksanaan dengan keterlibatannya dalam pelaksanaan
memperhatikan pendapat-pendapat yang politik praktis. Media massa diberikan
bertentangan. Kedua, persoalan kebebasan, kemudian dilakukan usaha
ditangguhkan. Ketiga, persoalan menciptakan lingkungan yang
ditiadakan sama sekali. Sedangkan kompetitif antara partai politik sehingga
demokrasi pancasila sama-sama tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada
mengutamakan musyawarah mufakat satu partai saja.
namun pemimpin tidak diberikan Sejarah telah menyajikan fakta
wewenang untuk memutuskan perkara bahwa Indonesia sejak dari awal
ketika tidak ada kesepakatan. Dalam kemerdekaan telah berusaha mencari
demokrasi pancasila pemungutan suara sistem pemerintahan yang kompatibel
(voting) adalah cara menetapkan dengan kondisi dan identitasnya.
kebijakan apabila terjadi kemandekan Namun perubahan sistem dari satu
(Sudrajat, 2016). rezim ke rezim lain tidak akan lepas
Namun, dasar pelaksanaan dari “demokrasi”, meskipun dalam
demokrasi pancasila yang berlandaskan praktiknya beberapa dari sistem yang
musyawarah mufakat tidak diterapkan malah melenceng dari nilai-
tercerminkan dalam praktiknya. nilai demokrasi. Oleh karena itu, perlu
Soeharto menerapkan pemerintahan dibedakan antara ide demokrasi dan
yang sentralistik dan otoriter. Peran praktik demokrasi. Kedua konsep
militer dalam pemerintahan sangat tersebut memiliki korelasi namun
dominan. Banyak anggota militer yang seringkali tidak kompatibel satu sama
menduduki jabatan strategis baik di lain. Bahkan dalam sistem demokrasi
parlemen, kabinet, maupun sektor- Indonesia kontemporer kedua konsep
sektor ekonomi. Kebebasan pers ini masih memiliki paradoks dalam
dibatasi sehingga saluran informasi beberapa perkara.
sebagai penopang nilai demokrasi tidak Dalam artikel ini penulis akan
berfungsi dengan baik (Sudrajat, 2016). meneliti tentang kontradiksi antara
demokrasi prosedural dan demokrasi

30
Vol. 4. No. 1 (2021)

substansial di Indonesia. Periode 2014- yaitu teknik pengumpulan yang


2019 akan menjadi objek dalam bertujuan untuk memperoleh sumber-
penelitian ini. Pembatasan ruang dan sumber yang diperlukan serta memiliki
waktu ini dipilih karena pada periode relevansi dengan topik penelitian.
tersebut terdapat banyak kritik baik dari Sumber-sumber tersebut berasal dari
kalangan politisi, akademisi, maupun buku, jurnal, skripsi, disertasi, dan
masyarakat mengenai kondisi sumber dokumentasi relevan lainnya.
demokrasi di Indonesia. Kondisi ini Penggunaan teknik ini dilakukan untuk
tidak lepas dari banyaknya peristiwa- memperoleh fakta, data, dan informasi
peristiwa yang menguji kompetensi dan yang valid guna menyusun
konsistensi demokrasi pada masa pendahuluan, kerangka teoritis, dan
tersebut. pembahasan. Selain itu, teknik analisis
data juga merupakan bagian penting
II. Metode Penelitian dalam metode penelitian ilmiah.
Metode yang digunakan dalam Dengan analisis, data yang
penelitian ini adalah kualitatif. Menurut dikumpulkan dapat diberi arti dan
Creswell metode penelitian kualitatif makna yang berguna untuk
adalah pendekatan yang digunakan memecahkan masalah penelitian (Nazir,
dengan maksud untuk memahami atau 1998). Penelitian ini menggunakan
mengeksplor suatu gejala pokok (Raco, sistem analisis deduktif, yaitu dengan
2010). Adapun jenis penelitian ini terlebih dahulu mengumpulkan fakta-
adalah studi kasus yang memiliki fakta dari data yang ada, kemudian
batasan ruang dan waktu. Menurut menarik kesimpulan secara objektif.
Eisenhardt studi kasus adalah penelitian
yang berfokus pada suatu waktu tertentu Konsep Demokrasi
yang bertujuan untuk memahami dan Secara etimologi demokrasi berasal dari
menjelaskan dinamika. Sedangkan frasa Yunani yaitu demos (rakyat) dan
menurut Yin penelitian studi kasus kratein (memerintah, mengatur). Secara
adalah suatu kajian empiris mengenai harfiah demokrasi didefinisikan sebagai
fenomena kontemporer di kehidupan pemerintahan oleh rakyat atau
nyata, terutama jika batas-batas antara pemerintahan oleh mayoritas. Salah satu
fenomena dan konteks tidak jelas pandangan mengenai demokrasi yang
(Woodside, 2010). Berdasarkan paling masyhur adalah dari Abrahan
beberapa pemaparan di atas, maka Lincoln, yaitu “pemerintahan dari
penelitian ini akan membatasi ruang rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”,
lingkupnya pada kondisi demokrasi di atau bisa dielaborasikan sebagai
Indonesia pada periode 2014-2019. pemerintahan yang berasal dari rakyat
Metode pengumpulan data juga yang kemudian dilaksanakan oleh
merupakan sistematika yang perlu rakyat dan untuk memenuhi
diperhatikan dalam melakukan kepentingan dan kebutuhan rakyat
penelitian. Menurut Moh. Nazir (Becker & Raveloson, 2008). Definisi
pengumpulan data adalah prosedur tersebut masih berisfat multitafisir
sistematis dan standar untuk sehingga dalam perjalanannya banyak
memperoleh data yang dibutuhkan menimbulkan perdebatan diantara para
(Nazir, 1998). Teknik pengumpulan cendikiawan.
data yang digunakan dalam penelitian Menurut Samuel P. Huntington,
ini adalah document based research, pemaknaan konsep demokrasi modern

31
Vol. 4. No. 1 (2021)

muncul dari pergolakan revolusioner menggaet suara voters (Nugroho, 2012).


yang terjadi di masyarakat barat pada Keterlibatan rakyat dalam memilih
akhir abad ke 18. Pada pertengahan pemimpin politik merupakan esensi
abad ke-20 timbul tiga pendekatan demokrasi. Hal ini dikarenakan
umum dalam memaknai konsep pemimpin politik memiliki otoritas
demokrasi. Sebagai bentuk penting dalam proses pembuatan
pemerintahan, demokrasi dimaknai kebijakan publik.
sebagai sumber otoritas pemerintahan,
tujuan pemerintah, dan prosedur Konsep Demokrasi Substansial dan
pembentukan pemerintahan Prosedural
(Huntington, 1991). Pemaknaan lain Dalam perjalanan sejarah demokrasi
mengenai demokrasi modern datang telah menimbulkan berbagai macam
dari Joseph Schumpeter pada 1942. perdebatan mengenai bentuk, definisi,
Dalam studinya yang berjudul dan praktik demokrasi ideal. Karena
Capitalism, Socialism, and Democracy banyaknya perdebatan menimbulkan
Schumpeter mengkritik demokrasi kesulitan dalam mengukur kualitas
klasik yang sekedar mendefinisikan demokrasi secara komprehensif.
demokrasi sebagai “the will of the Terdapat dua pendekatan dalam menilai
people” (sumber) dan “the common apakah sebuah negara benar-benar
good” (tujuan). Sebagai antitesis demokratis atau tidak, yaitu demokrasi
Schumpeter menawarkan definisi substantif (maximalist approach) dan
modern demokrasi yang diberi label demokrasi prosedural (minimalist
“another theory of democracy” approach).
mendefinisikan demokrasi sebagai “is Dalam pidato Gettysburg Address
that institutional arrangement for Abraham Lincoln menyampaikan
arriving at political decisions in which pandangannya yang terkenal mengenai
individuals acquire the power to decide demokrasi “pemerintahan dari rakyat,
by means of a competitive struggle for oleh rakyat, dan untuk rakyat”, konsep
the people’s vote” (A. Schumpeter, ini mengandung nilai substatif dan
2003). Schumpeter menekankan prosedural. Frasa „pemerintahan dari
pentingnya pembentukan institusi yang rakyat‟ dan „oleh rakyat‟ merujuk pada
dapat mendukung jalanya demokrasi demokrasi prosedural, sedangkan frasa
serta distribusi kekuasaan terhadap „untuk rakyat‟ merujuk pada tujuan
rakyat dalam memutuskan perkara yang substantif demokrasi (Kriesi, et al.,
berkaitan dengan kebijakan. 2013). Pembagian tersebut
Konsep demokrasi memiliki mencerminkan pola input dan output
definisi yang luas dan bagian-bagian sistem demokrasi, yang artinya baik
penyusun kompleks. Selain dua definisi demokrasi substantif maupun demokrasi
diatas, David Lechmann memiliki prosedural memiliki korelasi dalam
pendapat berbeda mengenai demokrasi. kerangka „pelaksanaan‟ dan „tujuan‟.
Lechmann berargumen bahwa Namun, dalam pemikiran demokrasi
demokrasi adalah sebuah metode politik modern keduanya dapat dijadikan
yang menyediakan mekanisme dalam variabel yang berbeda dalam mengukur
memilih pemimpin politik. Rakyat kualitas demokrasi di suatu negara.
diberikan kesempatan untuk memilih Robert Dahl memaparkan
salah satu dari beberapa pemimpin- pandangannya mengenai demokrasi
pemimpin politik yang bersaing dalam prosedural. Dalam pandangan klasiknya

32
Vol. 4. No. 1 (2021)

Dahl mengidentifikasi lima kriteria namun juga harus mempertimbangkan


proses demokrasi, yaitu: partisipasi dimensi ekonomi, sosial, budaya, dan
efektif, kesetaraan pendapat/suara, dimensi-dimensi lainnya. Beberapa
pemahaman yang baik terhadap opsi variabel yang akan digunakan dalam
kebijakan, kontrol atas agenda, dan penelitian ini untuk mengukur kualitas
keterlibatan semua orang dewasa. Dahl demokrasi substansial antara lain:
kemudian memaparkan bahwa proses kebebasan, kesejahteraan, dan
tersebut diimplementasikan dalam kesetaraan.
beberapa institusi yaitu: pejabat yang
dipilih rakyat, pemilihan umum yang III. Pembahasan
bebas, adil dan berkala, kebebasan Demokrasi Prosedural
berekspresi, sumber informasi alternatif, Kualitas Pemilu. Sistem kelembagaan
otonomi asosiasional, dan Indonesia memiliki beberapa perangkat
kewarganegaraan yang inklusif (Kriesi, yang memungkinkan terciptanya politik
et al., 2013). Berdasarkan argumen sentris dan inklusif. Sistem pemilihan
tersebut, maka penelitian ini akan umum hibrida yang didukung oleh
menggunakan beberapa variabel yang aturan ketat mengenai partai
memiliki keterkaitan dengan konsep memungkinkan partai politik
demokrasi prosedural oleh Robert Dahl, mendapatkan dukungan yang luas.
yaitu: Kualitas Pemilu, partisipasi dan Transisi sistem dan pola politik
tingkat persaingan politik, akuntabilitas Indonesia yang dulunya sentralistik
publik, serta penerapan rule of law. menjadi desentralistik membuka
Secara umum konsep dan peluang bagi partai politik untuk
pendekatan demokrasi prosedural bersaing secara luas pada tingkatan kota
adalah yang paling sering digunakan. maupun provinsi. Sistem tersebut
Namun, demokrasi juga harus dipahami membuat partai nasional menjadi lebih
dalam bentuk implikasi substansialnya. responsif dan inklusif terhadap
Demokrasi tidak hanya dipahami fenomena atau permasalahan lokal yang
melalui hak politik dan masyarakat, tapi ada di daerah-daerah (Macdonald).
juga dalam konteks hak sosial dan Pada pemilu 2014 semua tahapan
ekonomi. Konsep normatif demokrasi telah dilaksanakan. Namun, secara
merujuk pada kedaulatan rakyat, prosedural masih ada beberapa
kebebasan masyarakat, dan persetujuan permasalahan yang menyebabkan
individu (Spicker, 2008). berkurangnya kualitas pemilu secara
Bagaimanapun tujuan pembentukan keseluruhan. Salah satunya adalah
negara demokratis adalah untuk permasalahan Daftar Pemilih Tetap
menjamin kebebasan dan kesejahteraan (DPT). Pada penyelenggaraan pemilu
rakyatnya baik dalam sektor ekonomi, 2014 terdapat banyak kasus di mana
politik, dan hukum. Sebagaimana petugas Kelompok Penyelenggara
ungkapan Hobbes “salus populi Pemungutan Suara (KPPS) yang
suprema est lex”, yang memiliki memberikan surat suara kepada para
interpretasi bahwa kesehatan, pemilih yang hanya membawa KTP dan
kesejahteraan, kebaikan, keselamatan kemudian mencatat nama mereka di
dan kebahagiaan rakyat haruslah Daftar Pemilih Khusus tambahan
menjadi hukum tertinggi (Spicker, (DPKtb). Hal tersebut berdampak pada
2008). Artinya bahwa demokrasi tidak membengkaknya daftar DPKtb.
hanya berkaitan dengan dimensi politik, Permasalahan ini diakibatkan oleh

33
Vol. 4. No. 1 (2021)

rendahnya pengetahuan KPPS dalam kepentingan elit bisnis dan investor


proses pemungutan suara. Selain itu, (Ferguson, 1995).
permasalahan lainnya timbul akibat Pada tahun 2019 diadakan pemilu
kelalaian anggota KPPS yang serentak. Dalam Putusan MK Nomor
memberikan hak pilih kepada mereka 14/PUU-XI/2013, pemilu serentak
yang tidak berdomisili di TPS dimaksudkan untuk mengefisienkan
bersangkutan tanpa membawa surat waktu dan mengurangi konflik
keterangan pindah TPS (Noor, et al., horizontal antara masyarakat pada masa
2015). Kesalahan semacam ini pemilu. Selain itu, pelaksanaan pemilu
berpotensi menimbulkan kecurangan serentak diharapkan agar masyarakat
dalam pemilu, karena pemilih yang dapat menggunakan hak pilihnya secara
telah menggunakan hak pilihnya bisa cerdas. Dengan kata lain pelaksanaan
memilih untuk kedua kalinya hanya pemilu serentak bertujuan mewujudkan
dengan menunjukkan kartu identitas pemilu yang bersih dari kepentingan
saja. tertentu, khususnya kepentingan yang
Kualitas pemilu 2014 juga masih berkaitan dengan lobi-lobi politik oleh
terancam oleh praktik politik uang. partai-partai dalam menentukan calon
Populernya politik uang tidak lepas dari yang biasanya berbasis kepentingan
sikap masyarakat yang cenderung sesaat, dan bukan untuk kepentingan
permisif terhadap praktik tersebut. publik jangka panjang (Ardipandanto,
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan 2019).
oleh Indikator Politik Indonesia Namun, pada pelaksanaan pemilu
mengenai Sikap dan Perilaku terhadap serentak 2019 masih ditemukan
Politik Uang, ditemukan fakta bahwa beberapa masalah. Diantaranya adalah:
sebanyak 41.5% responden kasus kotak suara yang tidak tersegel di
menganggap politik uang sebagai suatu 6.474 TPS, adanya daftar pemilih ganda
kewajaran, dan hanya 57.9% yang dan daftar pemilih yang tidak update,
menganggap politik uang sebagai serta beban kerja yang menyebabkan
tindakan yang tidak bisa diterima. banyak petugas KPPS kelelahan dan
Selanjutnya, diantara responden yang jatuh sakit, atau bahkan meninggal
menilai politik uang sebagai suatu dunia. Selain itu, beberapa organisasi
kewajaran, 28.7% di antara mereka mencatat terdapat 708 kasus kesalahan
memilih calon yang memberikan uang rekapitulasi perhitungan suara, terutama
dan 10,3% selebihnya memilih calon terkait data C1 yang tertukar dan
yang memberikan uang paling banyak kesalahan input data C1 ke dalam
(Muchtar, et al., 2015). Praktik sistem perhitungan KPU (Ardipandanto,
semacam ini dapat merusak kualitas 2019). Masalah prosedural dalam
demokrasi dikarenakan hasil pemilu pelaksanaan pemilu dapat
yang tidak objektif. Pemilu berbasis mempengaruhi kualitas output-nya.
politik uang berpotensi memenangkan Dalam konsep demokrasi prosedural
elit yang tidak memiliki intensi terhadap kualitas pemilu memegang peranan
kepentingan publik. Sebagaimana yang penting dalam menjamin kualitas
dikatakan oleh Thomas Ferguson, demokrasi di suatu negara, sehingga
bahwa sistem politik yang digerakkan pelaksanaannya perlu dimaksimalkan
oleh uang (money-driven political dan diawasi secara ketat.
system) akan menghasilkan kebijakan
politik yang hanya mewakili

34
Vol. 4. No. 1 (2021)

Partisipasi Politik. Partisipasi politik masalah berpotensi menimbulkan


merupakan bagian integral demokrasi. dampak buruk pada output proses
Dengan adanya partisipasi politik maka politik di masa berikutnya.
masyarakat diberikan ruang untuk Berdasarkan penelitian yang
menyalurkan pendapat dan aspirasi dilakukan oleh Moch. Nurhasim dkk,
kepada pemerintah. Sebagai terdapat beberapa faktor yang
konsekuensinya masyarakat memiliki melatarbelakangi kehadiran dan
kemampuan mempengaruhi pembuatan ketidakhadiran pemilih pada waktu
kebijakan baik secara langsung maupun pemilu. Faktor-faktor tersebut antara
tidak langsung. Partisipasi politik bisa lain: figur calon, etnisitas kekerabatan,
dilakukan secara individu maupun dan politik uang. Kesimpulan tersebut
kelompok, baik bersifat memberikan didapatkan dari hasil pengamatan yang
dukungan ataupun penolakan (Cabo, dilakukan Nurhasim di beberapa daerah
2018). Beberapa kegiatan yang di Indonesia. Misalnya saja di Sulawesi
merefleksikan partisipasi politik Selatan dimana tingkat partisipasi
misalnya menghadiri rapat umum, pemilu presiden persentasenya lebih
melakukan lobbying atau hubungan tinggi daripada pemilu legislatif. Hal ini
dengan pejabat pemerintah atau terjadi karena Jusuf Kalla yang
anggota parlemen, menjadi anggota merupakan calon wakil presiden pada
partai atau kelompok kepentingan, atau saat itu merupakan figur berpengaruh di
memberikan suara dalam pemilu Sulawesi Selatan. Selain itu, faktor
(Budiarjo, 2008). etnisitas yang cukup dekat antara Jusuf
Permasalahan dalam pemilu 2014 Kalla dengan mayoritas masyarakat
juga terletak pada tingkat partisipasi Sulawesi Selatan juga menjadi faktor
pemilu. Pada tahun 2004 tingkat penjelas (Nurhasim, et al., 2014).
partisipasi mencapai angka 84.07 persen Faktor lain yang menyebabkan
dalam pemilihan legislatif dan 77,4 rendahnya partisipasi pemilu di
persen dalam pemilihan presiden dan Indonesia adalah literasi politik.
wakil presiden. Jumlah ini lebih besar Masyarakat yang hidup di area
jika dibandingkan dengan tahun 2014 perkotaan cenderung memiliki akses
yang hanya berkisar pada angka 75,11 lebih baik terhadap informasi politik.
persen dalam pemilihan legislatif, dan Aksesibilitas terhadap informasi politik
71,3 persen dalam pemilihan presiden memiliki dampak yang kontradiktif. Hal
dan wakil presiden (Bappenas, 2015- ini dapat dilihat dari banyaknya
2019). Partisipasi dalam pemilu masyarakat perkotaan yang menolak
merupakan salah satu variabel penting untuk memakai hak pilihnya
demokrasi prosedural. Demokrasi dikarenakan mereka beranggapan tidak
menuntut ruang partisipasi yang luas ada satupun calon yang kompatibel
dari masyarakat. Harapannya agar dengan kebutuhan mereka, atau
masyarakat dapat terlibat langsung anggapan pesimis bahwa proses pemilu
dalam pemilihan anggota legislatif tidak akan menghasilkan output yang
maupun pejabat eksekutif yang sesuai dengan harapan mereka
memiliki peran krusial dalam (Nurhasim, et al., 2014). Permasalahan
pembuatan kebijakan publik. Selain itu, semacam ini juga menjadi refleksi
kualitas pemilu menjadi cerminan rendahnya kualitas calon yang diusung
kualitas demokrasi. Pelaksanaan pemilu oleh partai-partai politik yang bersaing
yang tidak sistematis dan banyak dalam pemilu.

35
Vol. 4. No. 1 (2021)

Pada pemilu 2019 terjadi persaingan politik. Banyak cendekiawan


peningkatan partisipasi masyarakat politik masa kini yang memberikan
dalam memilih. Menurut Menteri perhatian lebih terhadap pentingnya
Koordinator Bidang Politik Hukum dan partai politik dalam sistem demokrasi.
Keamanan, Wiranto, partisipasi Meskipun partai politik bukan bagian
masyarakat dalam pemilu 2019 formal definisi demokrasi, namun
mencapai angka 80,90 %. Jumlah keberadaannya menjadi bagian integral
tersebut cukup tinggi dari target yang dari sistem demokrasi modern.
ditetapkan oleh KPU yaitu sebesar 77,5 Ketidakadaan partai politik dapat
%. Peningkatan partisipasi masyarakat menyebabkan instabilitas dalam politik
dipengaruhi oleh beberapa faktor. legislatif. Oleh karena itu para aktor
Pertama, peran media sosial dalam politik yang menginginkan kebijakan
membentuk opini masyarakat untuk dan kepentingan mereka menang, akan
menggunakan hak suaranya. Kedua. membentuk partai politik. Pada masa
meningkatnya kesadaran berdemokrasi, demokrasi modern partai politik telah
kedewasaan berpolitik dan bernegara, membuktikan efektifitasnya dalam
serta adanya kepercayaan terhadap lembaga-lembaga demokrasi (Stokes,
pemerintah, badan penyelenggara 1999).
pemilu, peserta pemilu, caleg, parpol, Sejak berakhirnya rezim orde
dan calon perwakilan daerah. Ketiga, baru, telah terjadi transisi dalam sistem
daya pikat capres-cawapres Pemilu politik pemerintahan Indonesia.
2019 khususnya bagi kalangan milenial Desentralisasi membuka ruang sebesar-
juga menjadi faktor yang sangat besarnya bagi masyarakat untuk terlibat
menentukan (Mulyadi, 2019). langsung dalam aktivitas politik.
Akibatnya, banyak bermunculan partai-
Persaingan Politik. Menurut Robert partai baru sebagai representasi
Dahl, salah satu elemen penting dalam kepentingan yang beragam. Namun,
konsep demokrasi prosedural adalah partai politik saat ini masih membawa
eksistensi kompetisi. Argumen Dahl ciri-ciri orde baru. Partai politik di
sejalan dengan definisi demokrasi oleh Indonesia cenderung masih bergantung
Seymour Martin Lipset. Dalam pada budaya becking. Budaya ini
karyanya yang berjudul Political Man, menjadi penyebab lemahnya partai
Lipset menyampaikan argumennya politik untuk bersikap otonom dalam
mengenai definisi demokrasi. “a menentukan sikap politik sehingga
political system which supplies regular mengancam stabilitas kompetisi politik
constitutional opportunities for (Komara, 2015). Keberanian bersikap
changing the governing officials, and a otonom sangat dibutuhkan guna
social mechanism which permits the menjamin kompetisi sebagai rangkaian
largest possible part of the population proses checks and balances dalam
to influence major decisions by tubuh pemerintahan. Ketidakadaan
choosing among contenders for political kompetisi akan melemahkan proses
office” (Strom, 1992). Lipset demokrasi. Akibatnya, kepentingan
menekankan bahwa konsep demokrasi publik termarjinalkan oleh kepentingan
berfokus pada kontestasi atau kompetisi kelompok elit.
sebagai kunci utama politik demokrasi. Desentralisasi berdampak pada
Partai politik memegang peranan kemunculan partai-partai politik baru.
penting dalam menjamin eksistensi Namun, kualitas partai politik dan iklim

36
Vol. 4. No. 1 (2021)

persaingan antar partai masih belum mengkritisi, meminta penjelasan, atau


mencerminkan idealisme demokrasi. bahkan menjatuhkan konsekuensi
Hal tersebut dikarenakan partai politik terhadap kinerja pejabat publik yang
yang ada cenderung mengalami krisis mereka pilih ataupun yang tidak mereka
identitas. Partai-partai tersebut tidak pilih (pengangkatan melalui sistem
memiliki ideologi tertentu sebagai aklamasi). Konsep akuntabilitas publik
landasan ide dan pergerakan. Praktik mencakup akuntabilitas sosial dan
catch-all party masih marak di akuntabilitas politik, baik langsung
Indonesia. Partai-partai politik maupun tidak langsung, yang berbentuk
melakukan manuver menggeser vertikal atau horizontal, serta
ideologi dengan mengedepankan nilai- mekanisme-mekanisme lain yang
nilai pragmatisme. Kondisi tersebut melandasi prinsip demokrasi
memberikan dampak negatif terhadap (Bjuremalm, Gibaja, & Molleda, 2015).
sistem kepartaian. Partai yang Kemampuan masyarakat untuk
melakukan manuver catch-all party menyuarakan pendapat dan
selain kehilangan landasan ideologi mempengaruhi keputusan akan
yang jelas, juga menyebabkan menjamin sistem checks and balances
masyarakat menjadi kurang percaya dalam tubuh pemerintahan. Asumsinya,
dengan partai politik (Mayrudin, 2017). bahwa semakin demokratis sebuah
Kondisi partai-partai politik di negara maka akuntabilitas publik akan
Indonesia yang dominan tidak memiliki semakin baik.
ideologi tetap berpengaruh terhadap Pada periode 2014-2019, muncul
pelaksanaan pemilu. Pemilu yang banyak kritik dari kalangan akademisi
seharusnya menjadi kontestasi maupun masyarakat sipil berkaitan
berlandaskan ideologi berubah menjadi dengan akuntabilitas pemerintah.
pemilu yang berlandaskan tingkat Setelah dilantik pada 20 Oktober 2014
popularitas. Tidak heran jika ditemui Jokowi berjanji untuk melakukan
beberapa partai politik yang memilih reformasi dan menerapkan model baru
kandidat dalam pemilu berdasarkan dalam sistem politik Indonesia. Hanya
popularitas figur tersebut. dalam beberapa bulan setelah
Krisis ideologi dan identitas pelantikannya, pemerintahan Jokowi
menjadi salah satu faktor yang menghasilkan sejumlah elemen regresi
mempengaruhi kompetisi politik. demokrasi di tengah meningkatnya
Kondisi ini menyebabkan masyarakat kekecewaan publik. Pada awal masa
tidak memiliki gambaran jelas pemerintahannya, Jokowi lebih fokus
mengenai identitas dan dasar pada realpolitik dan cenderung
pergerakan partai politik. Persaingan mengabaikan janji reformasinya. Hal ini
antara partai-partai menjadi sangat tercermin dari keputusannya menunjuk
kompleks sehingga sulit ditebak pola beberapa pejabat senior lama untuk
dan arahnya. Kondisi semacam ini menjadi bagian dari kabinet. Selain itu,
menjadi salah satu faktor yang adanya upaya dari beberapa oknum
mengurangi kualitas demokrasi dari sisi kepolisian dan pihak-pihak lain
prosedural. terhadap pelemahan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
Akuntabilitas Publik. Akuntabilitas mengancam akuntabilitas pemerintah.
menjamin masyarakat ataupun Jokowi yang awalnya
perwakilannya untuk mengawasi, merepresentasikan perwakilan lokal

37
Vol. 4. No. 1 (2021)

kemudian terpengaruh oleh politik mengganggu sistem checks and


lama. Hal ini dipandang banyak orang balances dalam sistem pemerintahan.
sebagai politik biasa yang familiar Separation of power yang menjamin
dengan pembagian kekuasaan dan keseimbangan dalam sistem
berorientasi bisnis (Muhtadi, 2015). pemerintahan menjadi rentan karena
Burhanuddin Muhtadi dalam adanya pengaruh oligarki dalam proses
penelitiannya “Jokowi’s First Year: A pembuatan kebijakan. Akumulasi antara
Weak President Caught Between penguasaan terhadap sektor ekonomi
Reform and Oligarchic Politics” dan kemampuan mempengaruhi
mengelaborasi beberapa faktor yang pembuatan kebijakan oleh kelompok
menyebabkan Jokowi tidak mampu oligarki, akan berdampak pada
merealisasikan janji politik di periode terabaikannya kebijakan populis yang
awal pemerintahannya. Yaitu, Jokowi pro terhadap kepentingan publik.
tidak menunjukan kepemimpinan yang
baik dalam usaha pemberantasan Penerapan Rule of Law. Rule of law
korupsi dan menangani tindak kasus dan demokrasi merupakan dua atribut
pelanggaran HAM. Politik yang saling melengkapi. Beberapa
pemerintahan Jokowi juga lebih sarjana berpendapat bahwa transisi dari
berfokus pada masalah ekonomi yang sistem pemerintahan otoriter bertujuan
bersifat pragmatis dan berorientasi untuk menciptakan sistem demokrasi
domestik (Muhtadi, 2015). dengan menerapkan rule of law
Selain itu, beberapa elemen (Ferejohn & Pasquino, 2009). Hal ini
struktural juga menjadi penghambat berarti eksistensi rule of law adalah
bagi Jokowi. Ia tidak memiliki salah satu syarat membentuk sistem
kekebalan terhadap tekanan eksternal yang demokratis dan menjamin
dari kelompok oligarki yang memiliki berjalannya sistem tersebut.
pengaruh besar dalam politik Indonesia. Rule of law merupakan
Transisi dari politik berbasis relawan perwujudan doktrin supremasi hukum.
pada masa pemilu, yang kemudian Konsep tersebut adalah nilai
menjadi tunggangan elit pasca pemilu fundamental dalam mendirikan dan
telah menjadi ciri khas politik mengorganisir masyarakat. Dalam
Indonesia. Kenyataannya, Jokowi yang sebuah negara demokrasi, pemerintah
bukan bagian dari elit politik tetap dituntut untuk mampu bertindak sesuai
membutuhkan dukungan oligarki dalam dengan prinsip-prinsip yang terkandung
melaksanakan pemerintahan. Sebagai dalam rule of law. Dengan begitu maka
hasilnya ia kembali mengadopsi gaya kebebasan dan hak-hak individu dapat
politik lama yang bersifat transaksional. terjamin. Sederhananya,
Faktor struktural merupakan salah satu pengimplementasian rule of law adalah
masalah yang dihadapi oleh sistem sebuah sistem politik dimana negara
politik di Indonesia. Oleh karena itu, diatur bukan oleh presiden, raja, atau
siapapun presiden yang menjabat akan perwakilan rakyat di parlemen,
dibuat kesulitan dalam mereformasi melainkan oleh hukum (Yadav, 2017).
sistem politik (Muhtadi, 2015). Dalam sebuah laporan yang
Fakta-fakta tersebut menunjukkan dipublikasikan oleh Komisi Untuk
adanya korelasi yang kuat antara Orang Hilang dan Korban Tindak
pemerintah dengan kelompok oligarki. Kekerasan (KONTRAS) terdapat
Kondisi semacam ini dapat beberapa catatan buruk pemerintah

38
Vol. 4. No. 1 (2021)

Indonesia dalam hal penerapan hukum optimal. Diantara yang paling banyak
selama empat tahun pemerintahan menjadi sorotan adalah kegagalan
Jokowi. Laporan tersebut pemerintah dalam menyelesaikan
mengindikasikan bahwa dari 17 masalah pelanggaran HAM berat masa
program prioritas HAM dalam visi-misi lalu (KONTRAS, 2018). Berikut adalah
Jokowi dan Jusuf Kalla, 11 diantaranya tabel yang memperlihatkan kinerja
telah dilakukan, sedangkan 6 lainnya pemerintah dalam hal penerapan hukum
gagal dipenuhi. Bahkan 11 komitmen selama tahun 2014-2018:
yang telah dilaksanakan tidak ada
satupun yang dilaksanakan secara

Tabel: Janji-janji Hak Asasi Manusia Jokowi - Jusuf Kalla


No Janji Basis Janji Pencapaian
1. Membangun politik yang jelas, inklusif, dan Nawa Cita Sebagian terpenuhi
berpihak pada penumpasan tindak pidana
korupsi, penegakan HAM, perlindungan
lingkungan hidup dan reformasi lembaga
penegak hukum
2. Menegakkan hukum lingkungan secara Nawa Cita Sebagian terpenuhi
konsekuen dan tanpa pandang bulu serta tanpa
kekhawatiran kehilangan investor yang ingin
berinvestasi di Indonesia
3. Menetapkan kebijakan permanen, bahwa negara Nawa Cita Sebagian terpenuhi
ini sedang dalam kondisi kritis bahaya
kemanusiaan yang diakibatkan oleh kerusakan
lingkungan hidup
4. Berkomitmen agar setiap warga negara Nawa Cita Sebagian terpenuhi
mendapat kesempatan untuk memiliki tanah,
sebagai tempat menetap atau untuk memperoleh
kehidupan layak
5. Mendorong reformasi agraria untuk Nawa Cita (y-z, hlm. 29) Sebagian terpenuhi
memperjelas kepemilikan dan kemanfaatan
tanah serta sumber daya alam melalui
penyempurnaan Undang-Undang Pokok Agraria
6. Memberikan perlindungan hukum dan Nawa Cita (bb, hlm. 29) Tidak terpenuhi
mengawasi pelaksanaan hukum, terkhusus pada
anak, perempuan, dan kelompok termarjinalkan
7. Menghapuskan peraturan yang berpotensi Nawa Cita (dd, hlm. 30) Sebagian terpenuhi
melanggar HAM kelompok rentan termasuk
anak, perempuan, masyarakat adat dan
penyandang disabilitas
8. Memberikan jaminan perlindungan dan Nawa Cita (ee, hlm. 30) Tidak terpenuhi
kebebasan hak beragama dan keyakinan serta
melakukan penindakan terhadap pelaku
kekerasan yang mengatasnamakan agama
9. Memprioritaskan penanganan kasus kekerasan Nawa Cita Sebagian terpenuhi
seksual khususnya terhadap anak dan perempuan
10. Menjamin hak atas kesehatan, pendidikan, Nawa Cita Sebagian terpenuhi
perburuhan bagi masyarakat adat dengan
membuat regulasi yang berpihak pada
kepentingan publik
11. Memasukkan muatan HAM ke dalam kurikulum Nawa Cita (hh, hlm. 30) Sebagian terpenuhi
pendidikan umum di SD dan SMP, maupun
kurikulum pendidikan aparatur negara seperti

39
Vol. 4. No. 1 (2021)

TNI dan POLRI


12. Menyelesaikan secara berkeadilan kasus-kasus Nawa Cita (ii, hlm. 30) Tidak terpenuhi
pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu
yang sampai sekarang masih jadi beban sosial
politik, seperti: Tragedi 1965, Tanjung Priok,
Kerusuhan Mei, Trisakti – Semanggi 1 dan 2,
Talangsari – Lampung, Penghilangan Paksa
13. Menghapuskan segala bentuk impunitas dalam Nawa Cita (jj, hlm. 30) Tidak tercapai
sistem hukum nasional termasuk merevisi
Undang-Undang Peradilan militer yang menjadi
sumber pelanggaran HAM pada masa lalu
14. Memperjuangkan penghormatan terhadap HAM Nawa Cita (kk) Sebagian terpenuhi
di lingkungan ASEAN agar diimplementasikan
sesuai dengan kesepakatan dalam ASEAN
Charter
15. Menekan tindak pidana dan menanggulangi Nawa Cita (nn, hlm. 31) Tidak terpenuhi
overcrowding pada Lapas dengan menerapkan
alternatif pemidanaan
16. Berkomitmen meningkatkan koordinasi Nawa Cita Tidak terpenuhi
penyidikan dan penuntutan serta akuntabilitas
pelaksanaan upaya paksa
17. Melindungi dan memajukan hak masyarakat Nawa Cita Sebagian terpenuhi
adat dalam kebijakan perlindungan hak-hak
masyarakat adat
Sumber: Laporan KONTRAS - Catatan Evaluasi 4 Tahun Kinerja Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf
Kalla (Kabinet Indonesia Kerja)

Pada Awal pemerintahannya perkara HAM. Dalam beberapa kasus


Jokowi mengisyaratkan akan lebih HAM yang menjadi sorotan diantaranya
membela hak-hak kaum minoritas dan merupakan kasus yang terjadi di masa
lebih memperhatikan masalah lalu. Mendorong penyelesaian perkara
penerapan hukum diskriminatif. pelanggaran HAM adalah
Namun, agenda-agenda tersebut tanggungjawab setiap presiden yang
mengalami stagnasi dalam menjabat. Tidak heran jika isu
penerapannya. Penanganan terhadap pelanggaran HAM selalu menjadi salah
masalah di Papua juga menjadi sorotan satu topik utama dalam setiap pemilu
pengamat HAM di era pemerintahan presiden di Indonesia.
Jokowi. Pada Mei 2015 Jokowi
memberikan grasi terhadap lima Demokrasi Substansial
tahanan politik Papua dan Kebebasan adalah bagian integral
membebaskan satu orang pada bulan demokrasi. Diamond dan Morlino
Oktober. Namun di waktu yang sama berpendapat bahwa kebebasan dalam
belum membebaskan 70 orang Papua bentuk sipil, politik, hak sosio-ekonomi,
dan 29 orang Ambon yang dipenjara kesetaraan politik, ekonomi, maupun
terkait gerakan separatisme (Manurung, sosial adalah dimensi-dimensi yang
2017). menentukan kualitas demokrasi
Fakta-fakta tersebut menunjukan (Dressel, 2011).
bahwa dalam empat tahun masa
pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, Kebebasan. Pada masa pemerintahan
mereka belum mampu mewujudkan Jokowi terdapat beberapa catatan
janji kampanye yang berkaitan dengan penting berkaitan dengan kebebasan

40
Vol. 4. No. 1 (2021)

berdemokrasi di Indonesia. beberapa untuk menetralkan kritik dari kelompok


pengamat dalam maupun luar negeri garis keras. Selain itu, Jokowi juga
berpendapat bahwa pada masa berjanji untuk membebaskan pemimpin
pemerintahan Jokowi terjadi apa yang teroris Abu Bakar Ba‟asyir dengan
dinamakan dengan “retreat from alasan kemanusiaan (Bland, 2019).
democracy”, atau kemunduran Penggunaan atribut agama dalam
demokrasi. Konklusi tersebut politik berdampak pada meningkatnya
berdasarkan fakta bahwa selama masa intoleransi keberagamaan di
pemerintahannya terjadi peningkatan masyarakat. Hal ini disampaikan oleh
penggunaan hukum untuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
mengkriminalisasi kritik terhadap (LIPI) yang mengatakan adanya
lembaga-lembaga pemerintah, termasuk peningkatan intoleransi politik di
militer. Selain itu, pada masa Indonesia. LIPI melakukan survey
pemerintahan Jokowi terjadi fenomena terhadap 1.800 responden dari sembilan
bangkitnya gerakan melawan daerah di Indonesia. hasilnya 57,58
pemberantasan korupsi atas nama persen mengatakan hanya akan memilih
menjaga stabilitas politik (Bland, 2019). pemimpin yang seagama. Survey
Kebebasan politik di Indonesia tersebut merujuk pada tingkat pemilihan
juga terancam oleh eskalasi penggunaan RT sampai Presiden. Responden tidak
atribut dan nilai keagamaan dalam hanya menolak mereka yang berbeda
berpolitik. Kondisi tersebut berdampak pandangan politik, mereka juga
pada munculnya dominasi politik mencegah mereka agar tidak berbeda
identitas dalam beberapa tahun terakhir. pendapat. Tingkat intoleransi yang
Kondisi ini dimanfaatkan oleh partai- tinggi diakibatkan oleh adanya perasaan
partai politik islamis maupun nasionalis terancam, LIPI mencatat 18,4 persen
untuk meraup suara di pemilu 2019. responden merasa adanya dominasi
Salah satu contoh peristiwa dimana agama lain di kehidupan publik
instrumen agama dan identitas (Situmorang, 2019).
diterapkan secara luas dalam politik Fakta-fakta tersebut memberikan
adalah kasus mantan Gubernur Jakarta, gambaran umum politik Indonesia yang
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. belum mencerminkan idealisme
Dalam kasus tersebut muncul gerakan- demokrasi. Kebebasan dalam
gerakan anti-Ahok yang menuntut agar mengkritisi pemerintah masih belum
mantan wakil Jokowi (pada saat dijamin oleh pelaksanaan Undang-
menjabat sebagai Gubernur Jakarta) Undang yang objektif. Selain itu,
tersebut agar dipenjarakan berkaitan politisasi individu demi kepentingan
dengan kasus pelecehan agama. Lawan politik masih terjadi. Ditambah
Jokowi pada pemilu presiden 2019 penggunaan atribut keagamaan sebagai
Prabowo Subianto – Sandiaga Uno instrumen politik seakan menjustifikasi
melihat gerakan ini sebagai kesempatan masih rendahnya kualitas demokrasi di
untuk melemahkan elektabilitas Jokowi Indonesia.
menjelang pemilu 2019. Manuver
politik tersebut kemudian direspon oleh Kesejahteraan. Pada periode awal
Jokowi dengan menjadikan Ma'ruf amin pemerintahan Jokowi (2014-2019),
sebagai wakilnya dalam kontestasi pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif
pemilu presiden 2019. Keputusan kuat di tengah melemahnya
tersebut dianggap sebagai langkah perdagangan dunia dan ekonomi global.

41
Vol. 4. No. 1 (2021)

Pemerintah berhasil menjaga Jumlah tersebut setara dengan 9.8%


pertumbuhan ekonomi tahunan pada populasi. Selain itu, ketimpangan yang
angka 5% di periode 2014-2018, dan diukur menggunakan rasio gini masih
meningkatkan GDP menjadi $1 triliun relatif tinggi, yaitu pada angka 0.39
pada tahun 2017. Peningkatan tersebut (namun angka tersebut merupakan yang
didorong salah satunya oleh terendah sejak 2014) (Negara, 2019).
pertumbuhan konsumsi rumah tangga Selama masa pemerintahannya Jokowi
yang meningkat sebesar 5% per tahun. telah menerapkan kebijakan-kebijakan
Selain itu, Jokowi melaksanakan berkaitan dengan bantuan sosial. Akan
deregulasi pada sektor bisnis untuk tetapi, total pengeluaran Indonesia
mempermudah investor melakukan masih terbilang kecil dibanding negara
investasi di Indonesia. Konsekuensinya, berkembang lain. Pengeluaran
peringkat Indonesia naik dari urutan pemerintah Indonesia untuk bantuan
120 di tahun 2014, ke urutan 73 di sosial hanya sebesar 0.7% dari GDP.
tahun 2018 dalam World Bank’s Ease of Angka tersebut lebih rendah dibanding
Doing Business (Negara, 2019). rata-rata negara lower middle income
Pemerintahan Jokowi juga lain (1.5% dari GDP) (Suryahadi &
menerapkan program perlindungan Izzati, 2019).
sosial masyarakat. Misalnya dalam
bidang kesehatan dengan menerbitkan Kesetaraan. Kesetaraan merujuk pada
Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan usaha memperkecil kesenjangan
asuransi kesejahteraan Badan pendapatan, mengurangi kemiskinan,
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). dan menghilangkan diskriminasi dalam
Dalam bidang pendidikan, pemerintah sektor-sektor publik. Pada periode
menerbitkan Kartu Indonesia Pintar 2014-2019, Jokowi telah melaksanakan
(KIP) yang bertujuan meningkatkan beberapa program sosial untuk
angka partisipasi dan kualitas program membantu masyarakat miskin melalui
wajib sekolah 12 tahun. Pemerintah program bantuan tunai (KHP). Selain
juga menerapkan program bantuan tunai itu, pemerintah juga berinvestasi dalam
bersyarat untuk masyarakat miskin sektor pendidikan dan kesehatan
dalam Program Keluarga Harapan melalui program KIP dan KIS.
(KHP). Selain itu, diterapkan sistem Kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan
kredit untuk usaha mikro dan kecil, untuk mendistribusikan manfaat
perumahan untuk masyarakat miskin pertumbuhan ekonomi dan mengurangi
kota, serta mendorong redistribusi tanah kesenjangan sosial.
bagi petani yang tidak memiliki tanah Keberhasilan pemerintah dalam
(Negara, 2019). meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Namun, program-program tersebut berdampak pada menurunnya
belum terlaksana secara optimal, ketimpangan pendapatan masyarakat.
sehingga pencapaian dari setiap Pada tahun 2018 rasio gini berada pada
program masih belum jelas. Bahkan, angka (0.389). Angka tersebut
usaha menurunkan persentase merupakan yang paling rendah sejak
masyarakat miskin masih tergolong tahun 2014 (0.414), 2015 (0.402), 2016
lambat. Menurut data BPJS, (0.394), dan 2017 (0.391) (BKKBN,
berdasarkan batas garis kemiskinan 2018). Pencapaian tersebut tidak lepas
nasional, pada tahun 2018 terdapat dari kebijakan-kebijakan pemerintah
sekitar 26 juta masyarakat miskin. yang berfokus pada pembangunan

42
Vol. 4. No. 1 (2021)

ekonomi. Selama 5 tahun masa seluruh Indonesia. Adapun pada tingkat


kepemimpinannya Jokowi telah berhasil DPD hanya 25,74% atau 34 anggota
menggenjot pembangunan infrastruktur, perempuan dari 132 anggota
melakukan deregulasi kebijakan (www.kemenpppa.go.id, 2018). kondisi
ekonomi, serta menjadikan Indonesia tersebut cenderung membaik pada pada
salah satu negara dengan pertumbuhan pemilu 2019, partai-partai politik telah
ekonomi tercepat di dunia. berusaha memaksimalkan kuota 30%.
Kesetaraan merupakan elemen Di tingkat nasional terdapat 16 partai
fundamental demokrasi. Oleh karena yang berhasil memenuhi kuota tersebut.
itu, demokrasi mengharuskan setiap Hal ini merupakan pencapaian yang
orang diperlakukan sama sebagai baik bagi demokrasi Indonesia pasca
individu otonom dalam menentukan orde baru (Djou & Quintarti, 2018).
atau mempengaruhi pembuatan Namun, tingkat keterpilihan perempuan
kebijakan. Pemerintah negara di DPR RI pada pemilu 2019 belum
demokratis harus menganggap warga mencapai 30%, yaitu hanya sebesar
negaranya sebagai aktor-aktor yang 21% atau 117 orang dari total 575
otonom dengan memberikan kebebasan anggota dewan yang terpilih.
bagi masyarakat dalam menentukan
wacana publik. Jika pemerintah tidak IV. Kesimpulan
melaksanakan hal tersebut, maka Secara prosedural Indonesia sebenarnya
mereka akan kehilangan klaimnya sudah memiliki institusi-institusi
terhadap demokrasi (Post, 2005). penunjang demokrasi seperti adanya
Kesetaraan gender dalam politik pemilu yang terbuka dan partisipasi
masih menjadi perkara kompleks di masyarakat universal. Akan tetapi,
Indonesia. Keterlibatan perempuan masih terdapat kecacatan dalam
dalam berpolitik sebenarnya telah prosedur pelaksanaannya, seperti
ditunjang oleh konstitusi. Sebagaimana permasalahan DPT dalam pemilu,
yang tertuang dalam sejumlah UU, yaitu penerapan rule of law yang belum
UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai optimal, dan adanya korelasi antara
Politik, UU No. 12 Tahun 2003 tentang pemerintah dan kelompok oligarki yang
Pemilihan Umum, UU No. 2 Tahun mengancam kestabilan checks and
2008 tentang Partai Politik dan UU No. balances dalam sistem pemerintahan.
10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Terpilihnya Jokowi sebagai
Umum Anggota DPR-DPRD yang presiden pada pemilu 2014 memberikan
mengatur tentang kuota 30% bagi angin segar berkaitan dengan reformasi
keterwakilan perempuan di parlemen. politik di Indonesia. Akan tetapi, selama
Pada pemilu 2014, kuota 30% belum masa pemerintahannya Jokowi
tercapai. Pada tingkat DPR RI hanya cenderung tidak memiliki kekebalan
sebesar 17.32% atau 97 perempuan dari terhadap pengaruh eksternal terutama
560 anggota legislatif. Pada tingkatan dari kelompok oligarki. Sebagai
DPRD Provinsi, hanya 16,43% atau 350 hasilnya ia kembali mengadopsi gaya
perempuan menduduki jabatan dari politik lama yang bersifat transaksional.
2.130 anggota DPRD Provinsi di Hubungan erat antara pemerintah dan
seluruh Indonesia. Sedangkan di tingkat oligarki dapat mengganggu sistem
DPRD Kabupaten/Kota hanya 14% atau checks and balances dalam sistem
2.296 anggota perempuan dari total pemerintahan. Separation of power
16.883 anggota DPRD Kabupaten/Kota yang menjadi penjamin keseimbangan

43
Vol. 4. No. 1 (2021)

dalam sistem pemerintahan menjadi mengindikasikan adanya paradoks


rentan karena adanya pengaruh oligarki demokrasi di Indonesia. Dalam
dalam proses pembuatan kebijakan. kerangka demokrasi prosedural
Salah satu fenomena demokrasi Indonesia telah memiliki institusi dan
yang menjadi perhatian pada periode lembaga demokratis. Namun, masih
2014-2019 adalah meningkatnya praktik bermasalah dalam prosedur
politik identitas. Hal ini terlihat dari pelaksanaannya seperti adanya
maraknya penggunaan atribut dan nilai- permasalahan dalam pemilu, penerapan
nilai keagamaan pada kontestasi pemilu rule of law yang belum optimal, serta
2019. Selain itu, permasalahan HAM adanya korelasi antara pemerintah dan
juga masih menjadi sorotan pada kelompok oligarki yang mengancam
periode tersebut. Hal ini dikarenakan stabilitas checks and balances dalam
Jokowi dan Jusuf Kalla belum mampu sistem pemerintahan. Sedangkan dalam
memenuhi janji kampanye-nya kerangka demokrasi substansial
berkaitan dengan penuntasan masalah pemerintah mampu meningkatkan
HAM di Indonesia. Terbukti dari kesejahteraan dan perekonomian
laporan KONTRAS yang masyarakat di tengah menurunnya
mengindikasikan bahwa dari 17 tingkat kebebasan berdemokrasi.
program prioritas HAM dalam visi-misi
Jokowi dan Jusuf Kalla, 11 diantaranya DAFTAR PUSTAKA
telah dilakukan, sedangkan 6 lainnya A. Schumpeter, J. (2003). Capitalism,
gagal dipenuhi. Bahkan 11 komitmen Socialism & Democracy. New
yang telah dilaksanakan tidak ada York: George Allen & Unwin
satupun yang dilaksanakan secara (Publishers) Ltd 1976.
optimal. Ardipandanto, A. (2019). Permasalahan
Kendati permasalahan- Penyelenggaraan Pemilu Serentak
permasalahan tersebut, pemerintah Tahun 2019. Jakarta: Pusat
mampu meningkatkan perekonomian Penelitian Badan Keahlian DPR
Indonesia yang berdampak pada RI.
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Bappenas, D. (2015-2019).
Terbukti pemerintahan Jokowi berhasil http://ditpolkom.bappenas.go.id.
menurunkan angka kemiskinan dan Retrieved January 3, 2020, from
tingkat ketimpangan pendapatan http://ditpolkom.bappenas.go.id/v
masyarakat. Hal ini tidak lepas dari 2/wp-
fokus pemerintah dalam pembangunan content/uploads/2018/12/6_Data-
ekonomi yang berbasis domestik. Partisipasi-Pemilu-dan-
Tingkat partisipasi perempuan juga Pilkada.pdf
mengalami peningkatan di periode Becker, P., & Raveloson, D. J. (2008).
tersebut. Pada pemilu 2019 jumlah WHAT IS DEMOCRACY?
kuota 30% perempuan dapat dipenuhi Antananarivo: KMF-CANOE &
oleh parta-partai nasional. Meskipun NOVA STELLA.
tingkat keterpilihan perempuan masih Bjuremalm, H., Gibaja, A. F., &
berada pada angka 21%, namun jumlah Molleda, J. V. (2015).
tersebut merupakan yang terbesar dalam Akuntabilitas Demokratis Dalam
sejarah Indonesia. Pelayanan Publik. Stockholm:
Fakta-fakta kontradiktif yang International IDEA.
ditemukan dalam penelitian ini

44
Vol. 4. No. 1 (2021)

BKKBN. (2018). Laporan 4 Tahun Huntington, S. P. (1991). The Third


Pemerintahan Joko Widodo - Wave., Democratization in the
Jusuf Kalla. BKKBN. Late (1st ed.). Norman: University
www.bkkbn.go.id. Retrieved from of Oklahoma Press.
https://www.bkkbn.go.id/po- Ilmar, A. (2018). DEMOKRASI
content/uploads/Laporan-4- TERPIMPIN DALAM
Tahun-Jokowi-JK.pdf PEMIKIRAN DAN PRAKTIK
Bland, B. (2019). Politics in Indonesia: POLITIK. Jurnal Polinter Prodi
Resilient Election, defective Ilmu Politik FISIP UTA'45
democracy. Australia: Lowy Jakarta, 4(1), 1-18.
Institute. Komara, E. (2015). Sistem Politik
Budiarjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Indonesia Pasca Reformasi. Social
Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Science Education Journal, 2(2),
Utama. 117-124.
Cabo, W. L. (2018). Youth and Political KONTRAS. (2018). Catatan Evaluasi 4
Participation in the Philippines: Tahun Kinerja Pemerintahan Joko
Voices and Themes from a Widodo – Jusuf Kalla (Kabinet
Democracy Project. Journal of Indonesia Kerja) . KONTRAS.
Politics and Governance, 8(1), Kriesi, H., Lavenex, S., Esser, F.,
259-271. Matthes, J., Bühlmann, M., &
Djou, A. M., & Quintarti, M. L. (2018). Bochsler, D. (2013). Democracy
Partisipasi Perempuan dalam in the Age of Globalization and
Politik dan Pemilu Serempak. Mediatization (1st ed.). London:
Seminar Nasional Hukum PALGRAVE MACMILLAN.
Universitas Negeri Semarang, Kurniawan, D. (2016). Demokrasi
4(3), 601-610. Indonesia dalam Lintasan Sejarah
Dr.J.R.Raco, M. M. (2010). Metode Yang Nyata dan Yang
Penelitian Kualitatif - Jenis, Seharusnya. MOZAIK - Jurnal
Karakteristik, dan Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora,
Keunggulannya. Jakarta: 8(1), 94-111.
Grasindo. Lawson, M. L., & Epstein, S. B. (2019).
Dressel, B. (2011). The Philippines: Democracy Promotion: An
how much real democracy? Objective of U.S. Foreign
International Political Science Assistance. Congressional
Review, 32(5), 529-545. Research Services.
Ferejohn, J., & Pasquino, P. (2009). Macdonald, G. (n.d.). INDONESIA’S
Rule of Democracy and Rule of PATH TO LIBERAL
Law. In J. M. Maravall, & A. DEMOCRACY: LESSONS FOR
Przeworski (Eds.), Democracy THE MIDDLE EAST . IEMed.
and the Rule Of Law (pp. 242- Manan, M. (2014). The Democratic
260). UK: Cambridge University. Peace Theory and its Problem.
Ferguson, T. (1995). Golden Rule - The Jurnal Ilmiah Hubungan
Investment Theory of Party Internasional, 10(2), 179-194.
Competition and the Logic of Manurung, H. (2017). Indonesia‟s
Money-driven Political system. Democracy under Joko “Jokowi”
London: The University of Widodo Leaderships:
Chicago Press. Constructing Human Rights in

45
Vol. 4. No. 1 (2021)

Globalization (2014-2019) . Nurhasim, M., Nuyanti, S., Traytmoko,


Jurnal Asia Pacific Studies, 1(1), M. W., Yuniarti, S., Haris, S., &
52-74. Bhakti, I. N. (2014). Partisipasi
Mayrudin, Y. M. (2017). Dinamika Pemilih pada Pemilu 2014: Studi
Partai Politik dan Positioning Penjajakan. Pusat Penelitian
Ideologi: Studi tentang Pergeseran Politik - LIPI & KPU.
Positioning Ideologi Partai-Partai Post, R. (2005). Democracy and
Politik Peserta Pemilu 2014. Equality. Law, Cultures and
Journal of Governance, 2(2), 163- Humanities, 1(2), 142-153.
185. Situmorang, V. H. (2019). Kebebasan
Muchtar, A. T., Dachlan, A. N., Beragama Sebagai Bagian dari
Syaroni, A., Purbolaksono, A., Hak Asasi Manusia. Jurnal HAM,
Nur, A. I., Amelia, L., & Devi, S. 10(1), 57-68.
R. (2015). Sketsa Pemilu 2014: Spicker, P. (2008). Viewpoints,
Antara Substansi, Proses, dan Government for the People:
Kenyataan. Jakarta: The Substantive Element of
Indonesian Institute Center for Democracy. International Journal
Public Policy Research. of Social Welfare, 17(3), 3251-
Muhtadi, B. (2015). Jokowi's First 259.
Year: A Weak President Caught Stokes, S. C. (1999). Political Parties
Between Reform and Oligarchic and Democracy. Annual Reviews
Politics. Bulletin of Indonesian of Political Science, 2, 243-267.
Economic Studies, 51(3), 349-368. Strom, K. (1992). Democracy as
Mulyadi, M. (2019). Membangun Political Competition. American
Demokrasi dengan Partisipasi Behavioral Scientist, 35(4-5), 375-
Masyarakat dalam Memilih pad 396.
Pemilu 2019. Jakarta: Pusat Sudrajat, A. (2016). Demokrasi
Penelitian Badan Keahlian DPR Pancasila dalam Perspektif
RI. Sejarah. MOZAIK - Jurnal Ilmu-
Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Ilmu Sosial dan Humaniora, 8(1),
Jakarta: Ghalia Indonesia. 1-17.
Negara, S. D. (2019). The Indonesian Suryahadi, A., & Izzati, R. A. (2019).
Economy under Jokowi’s Second Middle class the winners of
Term. Singapore: ISEAS - economic growth under Jokowi.
YUSOF ISHAK INSTITUTE. Retrieved January 8, 2019, from
Noor, F., Sulastri, E., Nurdin, N., Haris, https://www.eastasiaforum.org/20
S., Bhakti, I. N., Nuryanti, S., . . . 19/02/19/economic-growth-under-
Hasyim, M. N. (2015). Evaluasi jokowi-benefits-the-middle-class-
Pemilihan Presiden/Wakil more-than-the-poor/
Presiden 2014. Jakarta: Electoral Woodside, A. G. (2010). Case Study
Research Institute. Research: Theori. Methods.
Nugroho, H. (2012). Demokrasi dan Practice (1st ed.). UK: Emerald
Demokratisasi: Sebuah Kerangka Group Publishing Limited.
Konseptual untuk Memahami www.kemenpppa.go.id. (2018).
Dinamika Sosial Politik di Retrieved January 9, 2020, from
Indonesia. Jurnal Pemikiran https://www.kemenpppa.go.id/ind
Sosiologi, 1(1), 1-15. ex.php/page/read/29/1837/tingkatk

46
Vol. 4. No. 1 (2021)

an-partisipasi-perempuan-dalam- Legal Jurisprudence Studies ,


pemilu-2019 4(3), 205-220.
Yadav, A. K. (2017). Rule of Law.
International Journal of Law and

47

You might also like