You are on page 1of 26

ARTIKEL ILMIAH PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

“Makna,prinsip,hakikat demokrasi dan islam dan demokrasi,dinamika dan tantangan


demokrasi panacasila”

Disusun Oleh :

1.AGAM PANGESTU 1700023058

Dosen mata kuliah:

1. Yayuk Hidayah

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2018
ABSTRAK

Pancasila as an ideology and understanding of the democratic system in Indonesia has


exceeded a long time. Indeed, if a country wants to be something ideal, then its implementation
must be based on democracy. Isn't a government that democracy will devote kindness to the
people as a whole. Basically democracy adheres to individual freedom and participation. Using
freedom, civil rights and politics is a part of life that is inherent in individuals as social beings.
Participation in social and political life contains intrinsic value for human life. All of that is in line
with the ideals of Pancasila democracy. For this reason, this article tries to present the practice
of democracy in Indonesia in its history. It is known that Pancasila is the cornerstone of
democracy in the administration of the state in Indonesia. Pancasila offers the ideal and true
democracy. It's just that, Pancasila as a state ideology in a period of 70 years, and also a pillar
in democracy, it turns out that it has a different form along with the changing face of politics in
this country. Is this a sign that this nation is indeed learning to find the right format in
democracy, which is in accordance with the spirit of the Pancasila. Apart from that, the effort to
realize the ideal Pancasila Democracy must continue to be carried out by carrying out
continuous deconstruction. Deconstruction in question is an attempt to re-read the entire reality
that seems far from the goals of the ideals of Pancasila.

Pancasila sebagai sebuah ideologi dan acauan sistem demokrasi di Indonesia telah melampaui waktu
yang panjang. Memang, sebuah negera apabila hendak menjadi sesuatu yang ideal, maka dalam
penyelenggaraannya haruslah berlandaskan demokrasi. Bukankah pemerintahan yang demokrasi akan
mencurahkan kebaikan pada rakyat secara keseluruhan. Pada dasarnya demokrasi melekat pada
kebebasan dan partisipasi individu. Menggunakan kebebasan, hakhak sipil, dan politik, merupakan
bagian dari kehidupan yang melekat pada individu sebagai makhluk sosial. Partisipasi dalam kehidupan
sosial dan politik mengandung nilai intrinsik bagi kehidupan manusia. Semua itu sejalan dengan cita-cita
demokrasi Pancasila. Untuk itu, artikel ini mencoba menyuguhkan praktik demokrasi di Indonesia dalam
sejarahnya. Diketahui bahwa Pancasila adalah landasan demokrasi dalam penyelenggaraan negara di
Indonesia. Pancasila memeng menawarkan demokrasi yang ideal dan sebenarnya. Hanya saja, Pancasila
sebagai ideologi negara dalam kurun waktu 70 tahun, dan juga menjadi pilar dalam berdemokrasi,
ternyata telah memiliki rupa yang berbeda seiring dengan perubahan wajah perpolitikan di negeri ini.
Apakah ini merupakan pertanda bahwa bangsa ini memang sedang belajar untuk mencari format yang
tepat dalam berdemokrasi, yang sesuai dengan jiwa Pancasila. Terlepas dari itu, upaya mewujudkan
Demokrasi Pancasila yang ideal harus terus dilakukan dengan melakukan dekontruksi secara
berkelanjutan. Dekonstruksi yang dimaksud adalah upaya untuk melakukan pembacaan ulang seluruh
realitas yang seakan jauh dari tujuan cita-cita Pancasila.
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Apakah demokrasi itu? Apakah negara ini sudah demokrasi? Sengaja pertanyaan ini kami
munculkan karena teman-teman mungkin sudah mengerti dengan pertanyaan yang kami ajukan tersebut
di atas. Karena kami punya pandangan produk dan atribut yang berkaitan dengan demokrasi itu
merupakan produk luar negeri. Sedangkan negara kita sendiri tidak memiliki kejelasan yang tepat tentang
demokrasi itu sendiri. Lalu kalau kita melihat bentuk demokrasi dalam struktur pemerintahan kita dari
level negara, provinsi, kabupaten, hingga kecamatan hampir dapat dipastikan di level ini hanya proses
pembuatan kebijakan sementara kalau kita mencari demokrasi yang berupa ciri khas yang dapat mewakili
bahwa negara kita mempunyai diri demokrasi tersendiri itu dapat dilihat di level desa. Bagaimana seperti
ditulis almarhum Moh. Hatta bahwa,”Di desa-desa sistem yang demokrasi masih kuat dan hidup sehat
sebagai bagian adat istiadat yang hakiki.” Dasarnya adalah pemilikan tanah yang komunal yaitu setiap
orang yang merasa bahwa ia harus bertindak berdasarkan persetujuan bersama. Struktur demokrasi yang
hidup dalam diri bangsa Indonesia harus berdasarkan demokrasi asli yang berlaku di desa. Gambaran dari
tulisan almarhum ini tidak lain dari pola-pola demokrasi tradisional yang dilambangkan oleh musyawarah
dalam pencapaian keputusan dan gotong royong dalam pelaksanaan keputusannya tersebut. Makna
demokrasi adalah sebagai dasar hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Makna ini
memiliki arti bahwa rakyat yang menentukan sebuah keputusan dan permasalahan yang mempengaruhi
kehidupannya. Hal ini mencakup kebijakan negara karena pada dasarnya kebijakan yang dibuat
pemerintah akan mempengaruhi kehidupan rakyat. Sama halnya dengan sebuah negara yang menganut
sistem pemerintahan demokrasi yakni Negara diselenggarakan berdasarkan kehendak rakyat, dilakukan
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Singkatnya tanpa rakyat maka tidak akan ada pemerintah.

hakikat demokrasi pancasila Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa
dan negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila yang tidak
mungkinterlepas dari rasa kekeluargaan.

Dari gambaran di atas, kami rasa hal ini pula yang menginspirasi demokrasi pancasila yang selalu
menjadi Kiblat negara kita dalam menapaki kehidupan berbangsa dan bernegara masih perlu ditelaah atau
dikaji secara lebih dalam lagi. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan
negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila yang tidak mungkin
terlepas dari rasa kekeluargaan. Akan tetapi yang menjadi pandangan kita sekarang. Mengapa negara ini
seperti mengalami sebuah kesulitan besar dalam melahirkan demokrasi. Banyak para ahli berpendapat
bahwa demokrasi pancasila itu merupakan salah satu demokrasi yang mampu menjawab tantangan jaman
karena semua kehidupan berkaitan erat dengan nilai luhur Pancasila. Dalam hal ini kita ambil saja salah
satu ahli Nasional Prof. Dardji Darmodihardjo, S.H. beliau mempunyai Pandangan bahwa demokrasi
Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan falsafah hidup bangsa
Indonesia yang terwujudnya seperti dalam ketentuan-ketentuan pembukaan UUD 1945. lain hal lagi
dengan Prof. dr. Drs. Notonegoro,S.H. mengatakan demokrasi pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berke-
Tuhan-nan Yang Maha Esa, yang Berkepribadian Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang
mempersatukan Indonesia dan yang berkedaulatan seluruh rakyat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.A.Makna Demokrasi
Makna demokrasi adalah sebagai dasar hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Makna ini
memiliki arti bahwa rakyat yang menentukan sebuah keputusan dan permasalahan yang mempengaruhi
kehidupannya. Hal ini mencakup kebijakan negara karena pada dasarnya kebijakan yang dibuat
pemerintah akan mempengaruhi kehidupan rakyat. Sama halnya dengan sebuah negara yang menganut
sistem pemerintahan demokrasi yakni Negara diselenggarakan berdasarkan kehendak rakyat, dilakukan
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Singkatnya tanpa rakyat maka tidak akan ada pemerintah.Makna demokrasi
Pancasila pada dasarnya adalah perluasan keikutsertaan rakyat dalam berbagai kehidupan bermasyarakat
dan kehidupan bernegara yang ditentukan dalam peraturan perundangan yang berlaku. Aturan permainan
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara diatur secara melembaga. Hal ini berarti, keinginan-
keinginan rakyat tersebut dapat disalurkan, baik melalui lembaga-lembaga negara (suprastruktur) maupun
melalui organisasi politik, organisasi massa. Dan media politik lainnya (infrastruktur).

A.B. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI


Suatu negara atau pemerintahan dikatakan demokratis apabila dalam sistem pemerintahannya
mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Menurut Robert A. Dahl terdapat tujuh prinsip demokrasi yang
harus ada dalam sistem pemerintahan, yaitu:
1. adanya kontrol atau kendali atas keputusan pemerintahan;
2. adanya pemilihan yang teliti dan jujur;
3. adanya hak memilih dan dipilih;
4. adanya kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman;
5. adanya kebebasan mengakses informasi; dan
6. adanya kebebasan berserikat yang terbuka.

PRINSIP LAINNYA

1. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa

Demokrasi yang berketuhanan yang maha esa berarti sistem penyelenggaraan negara harus taat, konsisten
dan sesuai dengan nilai juga kaidah dasar ketuhanan yang maha esa.

2. Demokrasi dengan kecerdasan

Yang kedua ini berarti aturan dan penyelenggaraan demokrasinya menurut UUD 1945. Bukan lewat
naluri, kekuatan otot atau kekuatan massa. Pelaksanannya lebih menurut kecerdasan rohani, aqliyah,
rasional dan kecerdasan emosional.

3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat

Demokrasi pancasila kekuasaan tertinggi ada pada tangan rakyat, jadi prinsipnya rakyatlah yang memiliki
kedaulatan. Nah kedaulatan rakyat ini dibatasi dan dipercayakan kepada wakil rakyat, yaitu MPR
(DPR/DPD) dan DPRD.
4. Demokrasi dengan rule of law
Hal ini mempunyai empat makna penting :

 Pertama, kekuasaan negara Republik Indonesia itu harus mengandung, melindungi, serta
mengembangkan kebenaran hukum (legal truth) bukan demokrasi ugal-ugalan, demokrasi
dagelan, atau demokrasi manipulatif.
 Kedua, kekuasaan negara itu memberikan keadilan hukum (legal justice) bukan demokrasi yang
terbatas pada keadilan formal dan pura-pura.
 Ketiga, kekuasaan negara itu menjamin kepastian hukum (legal security) bukan demokrasi yang
membiarkan kesemrawutan atau anarki.
 Keempat, kekuasaan negara itu mengembangkan manfaat atau kepentingan hukum (legal
interest), seperti kedamaian dan pembangunan, bukan demokrasi yang justru mempopulerkan
fitnah dan hujatan atau menciptakan perpecahan, permusuhan, dan kerusakan.

5. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara

Demokrasi pancasila menurut UUD 1945 ini mengal pembagian dan pemisahan kekuasaan (division and
seperation of power) dengan sistem pengawasan dan perimbangan (check and balance)

6. Demokrasi dengan hak asasi manusia


Prinsip yang ke enam ini berarti demokrasi beradsarkan UUD 1945 dimana mengakui HAM dengan
tujuan bukan hanya menghormati hak tersebut,namun juga meningkatkan martabat dan derajat manusia
seutuhnya.

7. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka

Demokrasi pancasila berarti menghendaki diberlakukannya sistem pengadilan yang independen atau
meredeka dengan memberi kesempatan seluasnya kepada pihak yang berkepentingan untuk mencari dan
menemukan hukum yang paling adil. Semua pihak juga mempunyai hak yang sama untuk mengajukan
pertimbangan, dalil, fakta, saksi, alat bukti dan petitumnya.

8. Demokrasi dengan otonomi daerah

Prinsip yang ke delapan ini berarti demokrasi Pancasila dijalankan dengan prinsip otonomi dimana
pemerintahan membentuk daerah-daerah otonom pada propisi dan kabupaten/kota. Tujuannya adalah
supaya bisa mengatur dan menyelenggarakan urusan-urusan pemerintah sebagai urusan rumah tangganya
sendiri yang diserahkan oleh Pemerintah Pusat.

9. Demokrasi dengan kemakmuran

Prinsipnya ialah supaya membangun negara yang makmur oleh dan untuk rakyat Indonesia yang
mencakup semua aspek entah hak dan kewajiban, kedaulat rakyat, pembagian kekuasaan, otomi daerah
ataupun keadilan hukum.

10. Demokrasi yang berkeadilan sosial


Prinsip ke sepuluh berarti demokrasi ini menggariskan keadilan sosial di antar berbagai kelompok, golong
dan masyarakat.

A.C.Hakikat Demokrasi
hakikat demokrasi pancasila Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara
Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila yang tidak mungkinterlepas dari
rasa kekeluargaan. Akan tetapi yang menjadi pandangan kita sekarang. Mengapanegara ini seperti
mengalami sebuah kesulitan besar dalam melahirkan demokrasi. Banyak para ahli berpendapat bahwa
demokrasi pancasila itu merupakan salah satu demokrasi yangmampu menjawab tantangan zaman karena
semua kehidupan berkaitan erat dengan nilailuhur Pancasila.Pemerintahan dari rakyat memiliki arti
bahwa sebuah sistem pemerintahan yang sah dan diakui oleh rakyat. Diakui dan sah memiliki arti bahwa
tanggung jawab pemerintahan diberikan oleh rakyat. Sebaliknya pemerintah yang tidak diakui adalah
pemerintah yang tidak mendapatkan dukungan dan persetujuan dari rakyat. Rakyat memegang kendali
penuh atas pemilihan pemerintahan berdasarkan persamaan pandangan dan politik tanpa ada unsur
paksaan.
Pemerintahan oleh rakyat memiliki pengertian bahwa pemerintah menjalankan kekuasaannya bukan atas
dorongan atau tujuan pribadinya melainkan didasari oleh keinginan rakyat. Segala sesuatu yang dilakukan
oleh pemerintah akan dikaji, dinilai dan diawasi oleh rakyat baik secara langsung maupun melalui
lembaga rakyat (DPR, MPR). Maka dari itu pemerintah harus tunduk pada pengawasan rakyat.

Pemerintahan untuk rakyat memiliki arti bahwa segala kuasa yang dilimpahkan kepada pemerintah dibuat
untuk kepentingan rakyat. Maka dari itu kepentingan rakyat sudah seharusnya didahulukan sebelum
kepentingan pemerintah. Dalam membuat suatu putusan pemerintah juga harus mempertimbangkan
aspirasi rakyat karena baik buruknya putusan yang dibuat oleh pemerintah juga akan mempengaruhi nasib
rakyat.

B.A.ISLAM DAN DEMOKRASI

Pengalaman-pengalaman umat Islam yang berbeda dalam memahami dan mengkompromikan Islam dan
demokrasi ini menjadi sesuatu yang unik. Ini artinya bahwa pemikiran tentang demokrasi bukanlah
sesuatu yang monolitik apalagi hanya sekedar mencangkokkan demokrasi barat. Paling tidak, ada tiga
kecenderungan:

1. Kelompok apologetik yang menegaskan bahwa demokrasi dan prinsip-prinsip kebebasan itu inheren
dalam Islam. Tidak ada alasan untuk melakukan penolakan terhadap demokrasi karena demokrasi
menegaskan pentingnya egalitarianisme, kesamaan derajat kemanusiaan, menolak diskriminasi dan
menjunjung tinggi hak-hak manusia.

2. Kelompok rejeksionis yang menolak demokrasi karena demokrasi berasal dari Barat, bukan dari Islam.
Bahkan demokrasi bertentangan dengan Islam karena demokrasi menjunjung tinggi kedaulatan rakyat
sementara Islam menegaskan kedaulatan Tuhan/Allah. Sudah dipastikan demokrasi akan meminggirkan
agama/Islam.
3. Kelompok rekonstruksionis yang berusaha untuk membaca secara kritis dan mendialogkan prinsip-
prinsip Islam dengan demokrasi dalam rangka menemukan dan membangun paradigma baru demokrasi
yang jauh lebih progresif. Harus ada upaya secara terus menerus untuk menyegarkan pemahaman
terhadap Islam dan demokrasi. Jika tidak, maka Islam akan memgalami stagnasi atau jumud dan
demokrasi akan menjadi berhala baru karena sudah terlanjur diabsolutkan. Kekuatan demokrasi justru
terletak kepada kesediaan dan keterbukaannya terhadap kritik internal sekaligus melakukan perbaikan-
perbaikan maksimal demi kemaslahatan dan keadilan bersama.

B.B.DINAMIKA DAN TANTANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Sepanjang sejarah Indonesia pernah mengalami dinamika ketatanegaraan seiring dengan


berubahnya konstitusi yang dimulai sejak berlakunya UUD 1945 (I), Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950,
kembali ke UUD 1945 (II) dan akhirnya kita telah berhasil mengamandemen UUD 1945 sebanyak empat
kali. Ihwal postur demokrasi kita dewasa ini dapat kita amati dari fungsi dan peran lembaga
permusyawaratan dan perwakilan rakyat menurut UUD NRI Tahun 1945, yakni Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Untuk memahami dinamika dan tantangan demokrasi kita itu, Anda diminta untuk
membandingkan aturan dasar dalam naskah asli UUD 1945 dan bagaimana perubahannya berkaitan
dengan MPR, DPR, dan DPD (Asshiddiqie dkk, 2008).
2.9.1 Majelis Permusyawaratan Rakyat
Amandemen UUD 1945 dilakukan pula terhadap ketentuan tentang lembaga permusyawaratan
rakyat, yakni MPR. Sebelum dilakukan perubahan, MPR merupakan lembaga tertinggi negara. Setelah
dilakukan perubahan, maka terjadilah perubahan secara mendasar dalam sistem ketatanegaraan.
Perubahan dari sistem vertikalhierarkis dengan prinsip supremasi MPR menjadi sistem yang
horizontalfundamental dengan prinsip checks and balances (saling mengawasi dan mengimbangi)
antarlembaga negara. Dalam kaitan dengan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung,
timbul kewenangan baru bagi MPR, yakni melantik Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 3 Ayat (2) UUD
1945). Kewenangan lain yang muncul berdasarkan ketentuan Pasal 3 Ayat (3) UUD 1945 adalah MPR
berwenang memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut UUD.
Kewenangan MPR lainnya diatur pula dalam Pasal 8 Ayat (2) dan Ayat (3) UUD 1945. Pasal tersebut
mengatur tentang pengisian lowongan jabatan presiden dan wakil presiden secara bersama-sama atau
bilamana wakil presiden berhalangan tetap.
2.9.2 Dewan Perwakilan Rakyat
Dalam upaya mempertegas pembagian kekuasaan dan menerapkan prinsip saling mengawasi dan
mengimbangi yang lebih ketat dan transparan, maka ketentuan mengenai DPR dilakukan
perubahan.Dalam upaya mempertegas pembagian kekuasaan dan menerapkan prinsip saling mengawasi
dan mengimbangi yang lebih ketat dan transparan, maka ketentuan mengenai DPR dilakukan perubahan.
Perubahan yang terjadi pada Dewan Perwakilan Rakyat adalah penambahan ketentuan mengenai
pemilihan anggota DPR. Dua ketentuan lainnya, yakni susunan dan masa sidang DPP tetap tidak berubah.
Menurut ketentuan Pasal 20 A Ayat (1) UUD 1945 fungsi DPR ada tiga, yaitu fungsi legislasi,
fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Mari kita pahami ketiga fungsi tersebut. (1) Fungsi legislasi
adalah fungsi membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama. (2) Fungsi anggaran adalah fungsi menyusun dan menetapkan anggaran pendapatan dan belanja
negara bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD. (3) Fungsi pengawasan adalah
fungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, undang-undang, dan peraturan pelaksanaannya. Berdasarkan ketentuan Pasal 20 A Ayat (2)
DPR mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Mari kita perhatikan apa
makna dari ketiga hak DPR tersebut. (1) Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan
kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. (2) Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan
terhadap kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. (3) Hak
menyatakan pendapat adalah hak DPR sebagai lembaga untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan
pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau situasi dunia internasional.
Penyampaian hak ini disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut
pelaksanaan: hak interpelasi, hak angket, dan terhadap dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya atau perbuatan tercela maupun tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
Di samping DPR, anggota DPR juga mempunyai hak tertentu. Hak-hak anggota DPR tersebut
adalah ; Mengajukan rancangan undang-undang.; Mengajukan pertanyaan; Menyampaikan usul dan
pendapat; Memilih dan dipilih ; Membela diri; Imunitas; dan Protokoler; Keuangan; dan administratif.
2.9.3 Dewan Perwakilan Daerah
Ketentuan mengenai Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan hal baru dalam UUD 1945.
Ketentuan ini diatur dalam bab tersendiri dan terdiri atas dua pasal, yaitu Pasal 22 C dengan 4 ayat dan
Pasal 22 D dengan 4 ayat.
Sistem perwakilan di Indonesia merupakan sistem yang khas. Sebab di samping terdapat DPR
sebagai lembaga perwakilan berdasarkan aspirasi rakyat, juga ada DPD sebagai lembaga penampung
aspirasi daerah. Demikianlah dinamika yang terjadi dengan lembaga permusyawaratan dan perwakilan di
negara kita yang secara langsung mempengaruhi kehidupan demokrasi. Dinamika ini tentu saja kita
harapkan akan mendatangkan kemaslahatan kepada semakin sehat dan dinamisnya Demokrasi Pancasila
yang tengah melakukan konsolidasi menuju demokrasi yang matang (maturation democracy). Hal ini
merupakan peluang dan sekaligus tantangan bagi segenap komponen bangsa.
BABIII

PENUTUP

KESIMPULAN

Dengan demikian telah kita lihat bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dari waktu ke waktu.
Namun kita harus mengetahui bahwa pengertian Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati
oleh bangsa dan negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila. Adapun
aspek dari Demokrasi Pancasila antara lain di bidang aspek Aspek Material (Segi Isi/Subsrtansi), Aspek
Formal, Aspek Normatif, Aspek Optatif, Aspek Organisasi, Aspek Kejiwaan. Namun hal tersebut juga
harus didasari dengan prinsip pancasila dan dengan tujuan nilai yang terkandung di dalamnya. Oleh
karena itu, kita dapat merasakan demokrasi dalam istilah yang sebenarnya.

Jika kita teliti dengan jujur dan jernih, tidak ada satupun nilai-nilai dari sila Pancasila yang
bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam pelaksaan masih ada kekurangan jelas terjadi oleh sebab itu kita
sebagai bangsa yang telah merdeka 72 tahun harus bersama-sama mengisi kemerdekaan dengan hal-hal
yang bermanafaat untuk negara ini. Bukankah sebagaimana dikemukakan oleh kitab suci bahwa manusia
yang paling baik di muka bumi adalah yang bermanafat pada orang lain (alias orang banyak). Orang
banyak ini adalah warga negara yang mendiami seluruh negara Republik Indonesia bukan hanya
segelintir orang yang satu partai politik atau satu organsiasi sosial keagamaan.

Umat beragama (Islam sebagai mayoritas) misalnya tidak perlu risau dengan Pancasila yang oleh
sebagian kecil dikatakan akan mengganti agama. Hal ini jelas tidak benar adanya sebab sebagaimana
dikatakan oleh Soekarno bahwa Pancasila itu bukan agama. Pancasila itu bukan alat mengatur orang
beragama dalam beribadah. Tuan-tuan dari Islam sekalian dipersilahkan menjalankan ibadatnya sesuai
dengan kitab suci dan hadits yang diyakini oleh umat Islam. Demikian pula tuan-tuan dari agama Kristen
silahkan menjalankan agama sesuai kitab yang dibawa para Rasul. Demikian pula Tuan-tuan dari Hindu
dan Budha silahkan menjalankan ibadatnya sesuai kitab yang diyakini. Pancasila bukan kitab suci agama
karena memang tidak memberikan petunjuk tentang ibadah dan ritual keagamaan. Pancasila adalah dasar-
asas berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

http://blog-kumpulan-makalah.blogspot.com/2017/09/makalah-demokrasi-indonesia_27.html

https://www.perwara.com/2017/demokrasi-pancasila-dan-islam/

https://www.eduspensa.id/prinsip-demokrasi-pancasila/

http://www.tugassekolah.com/2017/09/makna-demokrasi-pancasila-dan-contohnya.html

https://brainly.co.id › Sekolah Menengah Pertama › Ppkn

Mohtar Mas’oed.1999, Negara, Kapital dan Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Surbakti, Ramlan.1992, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia
Samsuri, 2012. Pendidikan Karakter Warga Negara: Kritik Pembangunan Karakter Bangsa.
Sunarso, dkk. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa. Yogyakarta: UNY Press.
ANALISIS

”pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak era reformasi hingga saat ini”

Disusun Oleh :

1.AGAM PANGESTU 1700023058

1Dosen mata kuliah:

1. Yayuk Hidayah

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2018
A.ORDE LAMA

Orde lama adalah sebutan bagi orde pemerintahan sebelum orde baru yang dianggap
tidak melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen yang
ditandai dengan diterapkannya Demokrasi Terpimpin di bawah kepemimpinan
Soekarno. Presiden Soekarno sebagai tokoh sentral orde lama yaitu sebagai Kepala
Negara dan Kepala Pemerintahan.

Sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia masuk dalam suatu
babak kehidupan baru sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional kita adalah;
Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan UUD
Sementara 1950, Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965. Pada masa orde lama
banyak sekali terjadi perubahan-perubahan system pemerintahan dan gejolak-gejolak
serta pemberontakan akibat dari system pemerintahan yang tidak stabil tersebut.

PERIODISASI PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Membicarakan tentang pelaksanaan demokrasi tak lepas dari periodisasi semokrasi


yang pernah dan berlaku dalam sejarah Indonesia. Mirriam Budiarjo membagi
periodisasi pelaksanaan demokrasi dipandang dari sudut perkembang sejarah
demokrasi di Indonesia yaitu:

1) Masa republik I yang dinamakan masa demokrasi parlementer

2) Masa republik II, yaitu masa demokrasi terpimpin

3) Masa republik III, yaitu masa demokrasi pancasila yang menonjolkan sistem
presidensial.

Sedangkan Ahmad Gaffar membagi alur periodisasi demokrasi Indonesia dalam empat
periode sebagai berikut :

1) Periode masa revolusi kemerdekaan

2) Periode masa demokrasi parlementer

3) Periode masa demokrasi terpimpin

4) Periode pemerintahan Orde baru


1. PELAKSANAAN SISTEM POLITIK PADA MASA ORDE LAMA

Tahun 1945 – 1950

Terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD ’45 antara lain:

A. Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden menjadi
badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang merupakan
wewenang MPR.

B.Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer.

Pada tahun 1945-1950, terjadi perubahan sistem pemerintahan dari presidentil menjadi
parlemen.Dimana dalam sistem pemerintahan presidentil, presien memiki fungsi ganda,
yaitu sebagai badan eksekutif dan merangkap sekaligus sebagai badan legislatif.

Tahun 1950 – 1959

Sistem Pemerintahan yang dianut adalah parlementer kabinet dengan demokrasi


liberal. Ciri-ciri demokrasi liberal:
-presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.

-Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.

- Presiden berhak membubarkan DPR.

- Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.

Era 1950 - 1959 ialah era dimana presiden Soekarno memerintah menggunakan
konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950, dimana periode
ini berlangsung dari 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959.

Dewan Konstituante diserahi tugas membuat undang-undang dasar yang baru sesuai
amanat UUDS 1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat
konstitusi baru.

Akhirnya, Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959, yang membubarkan Konstituante.


DEMOKRASI PADA MASA ORDE LAMA (5 JULI – 1 MARET 1966)

Merupakan periode Demokrasi terpimpin yang memiliki pengertian menurut Tap MPRS
VIII/MPRS/1965 yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara
gotong royong di anatara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan
berporoskan Nasakom”.

Adapun ciri-ciri dari demokrasi terpimpin :

1) Dominasi presiden

2) Terbatasnya peran partai politik

3) Berkembangnya pengaruh PKI dan militer sebagai kekuatan sosial politik di


Indonesia.

Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :

-Pembentukan MPRS dan DPAS

-Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950

-Pembubaran Konstituante

Pada masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasi politik yang tidak
stabil.Tercatat ada 7 kabinet pada masa ini.

-1950-1951 - Kabinet Natsir

-1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo

-1952-1953 - Kabinet Wilopo

-1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I

-1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap

-1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II

-1957-1959 - Kabinet Djuanda


Tahun 1959 – 1968 (Demokrasi Terpimpin)

Sejarah Indonesia (1959-1968) adalah masa di mana sistem "Demokrasi Terpimpin"


sempat berjalan di Indonesia. Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi
dimana seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara, yaitu
Presiden Soekarno. Konsep sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh
Presiden Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November
1956.

Berbagai penyimpangan dalam Demokrsi terpimpin :

-Pancasila diidentikkan dengan Nasakom

-Produk hukum yang setingkat dengan undang-undang (UU) ditetapkan dalam bentuk
penetapan presiden (penpres) daripada persetujuan

-MPRS mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur hidup

-Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955

-Presiden menyatakan perang dengan Malasya

-Presiden menyatakan Indonesia keluar dari PBB

-Hak Budget tidak jalan


B.ORDE BARU

1. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Baru

Masa Orde Baru berlangsung pada tahun 1966-1998. Pemerintahan Orde Lama
berakhir setelah keluar Surat Perintah Sebelas Maret 1966 yang dikuatkan dengan
Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966. Pelaksanaan demokrasi Masa Orde Baru dapat
dijelaskan sebagai berikut:

-Adanya penataan kehidupan dan pembangunan kenegaraan dalam berbagai bidang

-Penerapan demokrasi berdasarkan Pancasila (Demokrasi Pancasila)

-Pemilu dilaksanakan pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.

-Pembagian kekuasaan (MPR, DPR, DPA, BPK, MA, dan Presiden)

-Ditetapkannya GBHN sebagai asas pembangunan nasional.

2. Lahirnya Orde Baru

a.Gerakan 30 September 1965/ PKI

Latar belakang munculnya Gerakan 30 September 1965 antara lain :

-Adanya krisis sosial politik dan ekonomi nasional yang memprihatinkan .

-Pemberlakuan doktrin Nasakom yang memperkukuh kedudukan PKI dalam peraruran


politik RI yang hanya dapat di imbangi oleh AD.

-Gagasan PKI untuk mewujudkan angkatan kelima.

-Adanya perseteruan antara PKI dan AD.

-PKI merupakan organisasi politik kelanjutan dari ISDV yang didirikan oleh H. Sneevliet
pada tahun 1914. Aktivitas PKI menekan tindakan revolusioner untuk mencapai
tujuannya. Misalnya :

Pada tahun 1926-1927 mengadakan pemberontakan di beberapa daerah tetapi di


gagalkan oleh pemerintah Hindia Belanda.
 Pada tahun1948 mengadakan pemberontakan di Madiun,

3. Pemerintahan Orde Baru

1. Pengertian

Orde baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa, dan negara
yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan pancasila secara murni dan konsekuen.
Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret1966 yang
menjadi tonggak lahirnya Orde Baru.

2.Landasan kehidupan Politik Orde Baru

• Landasan Idil : Pancasila

• Landasan Konstitusional: uud 1945

• Landasan Operasional: Tap MPR

3.Kebijakan pemerintahan Orde Baru

Setelah berhasil menciptakan politik dalam negeri , maka pemerintahan berusaha


melakukan pembangunan nasional yang di relisasikan pada pembangunan jangka
panjang dan pembangunan jangka pendek.

Pembangunan yang dilakukan bertumpu pada Trilogi Pembangunan yakni:

• Pembangunan yang dilakukan dan hasil-hassilnya yang menuju pada terciptanya


keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

• Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

• Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

4.Ciri-ciri pokok pemerintahan Orde Baru

a.Bidang Politik

• 1)Lembaga kepresidenan terlalu dominana


• 2)Rendahnya kesetaraan diantara lembaga tinggi negara.

• 3)Rekruitmen politik yang tertutup

• 4)Birokrasi sebagai instrumen kekuasaan.

• 5)Kebijakan publik yang tidak transparan.

• 6)Sentralisasi kekuasaan.

• 7)Implementasi hak asasi yang masih rendah.

b.Bidang ekonomi

• Kebijakan mengutamakan pertumbuhan ekonomi.

• Pinjaman luar negeri.

• Konglomerasi.Dwi fungsi ABRI

• Politik Luar Negeri yang bebas aktif

Pengaruh menguatnya Peran Negara pada Masa Orde Baru

A. Bidang Politik

• Pemerintahahn yang otoriter

• Pemerintahan yang dominantif

• Pemerintahan yang sentralisasi.

B. Bidang Ekonomi

• Terjadi kesenjangan sosial

• Konglomerasi.

• Terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme.


Sehari kemudian , Presiden B.J. Habiebie mengumumkan susunana Kabinet Reformasi
Pembangunan dan dilantik pada tanggal 23 Mei 1998. Di dalam kabinet baru ini ,
Presiden mengikutsertakan beberapa menteri yang berasal dari luar Golkar sebagai
anggota kabinetnya. Namun hal ini bukan berarti kabinet Presideb B.J. Habiebie dapat
begitu saja diterima, karena pemerintahan baru ini tetap dianggap sebagai kelanjutan
dari kekuasan Orde Baru. Sementara itu, para pendukung reformasi sendiri terbagi
menjadi dua, antara yang mendukung dan menolak pemerintahan B.J. Habiebie.

Tuntutan reformasi yang bertujuan memperbaiki keadaan berubah arah menjadi anarki
di beberapa tempat karenaadanya perbedaan penafsiran tentang arti reformsi untuk
kepentingan tertentu. Penyimpangan terhadap tujuan reformasi itu dapat dilihat pada
beberapa hal, seperti penjarahan tidak terkendali yang terjadi di berbagai tempatdan
upaya menurunkan seorang dari jabatan yang dilakukkan massa tanpa aturan yang
jelas. Penyimpangan itu juga dapat dilihat pada berkembangnya hujatan dan opini yang
tidak didasarkan pada pemikiran yang dalam, baikdidalam masyarakat mupun media
massa. Akibatnya , segala sesuatu yang dianggap baik pada massa Orde Baru segera
dianggap jelek pada massa reformasi. Pengkultsan dan penistaan dilakukan silih
berganti dengan mudah, dan kekerasan seolah-oloah telah menjadi sesuatu yang
biasa.

C. ORDE REFORMASI

A. Sejarah lahirnya orde reformasi

Reformasi di Indonesia terjadi pada tahun 1998, dimana Mahasiswa Indonesia


melakukan Power People untuk menjatuhkan dinasti Orde Baru atau Pemerintahan
Soeharto yang sudah berlangsung selama 32 Tahun. People Power atau demo besar-
besaran ini kemudian membuahkan hasil, Presiden Soeharto yang militeristik dan
diktator kemudian mengundurkan diri dari jabatan kepresidenan Sejak tanggal 21 Mei
1998.Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai tanggal Puncak Terjadinya Reformasi.

6 Tuntutan Reformasi

1) Penegakan supremasi hukum

2) Pemberantasan KKN (korupsi Kolusi dan Nepotisme)

3) Pengadilan mantan Presiden Soeharto dan kroninya

4) Amandemen UUD 1945

5) Pencabutan dwifungsi ABRI


6) Pemberian otonomi daerah seluas- luasnya.

PELAKSANAAN DEMOKRASI MASA REFORMASI

Pada masa ini banyak sekali pembangunan dan perkembangan ke arah kehidupan
negara demokratis. Diantaranya:

Keluarganya beberapa peraturan perundang-undangan sebagai wal perubahan sistem


demokrasi secara konstitusional, seperti ketetapan MPR dan Undang-Undag

Melakukan proses peradilan bagi para pejabat negara dan pejabat lainnya yang terlibat
korupsi, kolusi dan nepotisme serta penyalahgunaan kekuasaan.

Adanya jaminan kebebasan pendirian partai politik ataupun organisasi kemasyarakatan


secara luas

Pembebasan sejumlah narapidana politik semasa orde baru

Melaksanakan pemilu 1999 yang babas dan demokratis dengan diikuti banyak partai
politik

Kebesan Pers yang luas termasuk tidak adanya pencabutan SIUPP (Surat Ijin Usaha
Penerbitan Pers).

Terbukanya kesempatan yang luas dan bebas untuk warga negara dalam
melaksanakan domkrasi di berbagai bidang.

Beberapa tuntutan Reformasi diupayakan penyelesainnya seperti:

Pengadilan bagi para pejabat negara yang korupsi

Pemberian prinsip otonomi yang luasa kepada daerah otonom

Pengadilan bagi para pelaku pelanggarn Hak Asasi Manusia

Keseluruhan pembaruan politik di era reformasi dapat dilihat dari berbagai kebijakan
sebagai berikut:

Kemerdekaan Pers.

Kemerdekaan membentuk partai politik


Terselenggarakannya pemilu demokratis

Pembebasan narapidana politik dan tahanan politik

Pelaksanaan otonomi daerah

Kebebasan berpolitik

Pahlawan Reformasi

Empat pahlawan reformasi 1998 adalah: Elang Surya Lesmana, Hafidhin Royan,
Hendriawan Sie, dan Hery Hertanto.

Pemerintahan Pasca Reformasi

Dalam rangka menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat dan agar dapat
mewijudkan tujuan dari reformasi tersebut maka B.J.Habibie mengeluarkan beberapa
kebijakan, antaranya:

Kebijakan dalam bidang politik. reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima
paket undang-undang masa orde baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih
demokratis. Berikut ini tiga undang-undang tersebut: UU No. 2 Tahun 1999 tentang
partai politik; UU No. 3 Tahin 1999 tentang pemilihan umum dan UU No. 4 Tahun 1999
tentang susunan dan kedudukan DPR/MPR.

Kebijakan Dalam Bidang Ekonomi. Untuk memperbaiki prekonomian yang terpuruk,


terutama dalam sektor perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan
Perbankan Nasional ( BPPN ). Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No 5 Tahun
1999 tentang perlindungan konsumen.

Kebebasan Dalam Menyampaikan Pendapat dan Pers. Kebebasan menyampaikan


pendapat dalam masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari mumculnya
partai-partai politik dari berbagaia golongan dan ideology. Masyarakat dapat
menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam
menyampaikan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada Pers. Reformasi dalam
Pers dilakukan dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Ijin Usaha
Penerbitan ( SIUP ).

Pelaksanaan Pemilu. Pada masa pemerintahan B.J. Habibie berhasil diselenggarakan


pemilu multipartai yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis. Pemilu
tersebut diikuti oleh 48 partai politik. Dalam pemerintahan B. J. Habibie juga berhasil
menyelesaikan masalah Timor Timur . B.J.Habibie mengambil kebijakan untuk
melakukan jajak pendapat di Timor Timur. Referendum tersebut dilaksanakan pada
tanggal 30 Agustus 1999 dibawah pengawasan UNAMET. Hasil jajak pendapat tersebut
menunjukan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur lepas dari Indonesia. Sejak saat itu
Timor Timur lepas dari Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat
kemerdekaan penuh dengan nama Republik Demokratik Timor Leste.

Selain dengan adanya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh B.J. Habibie,


perubahan juga dilakukan dengan penyempurnaan pelaksanaan dan perbaikan
peraturan-peraturan yan tidakk demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-
lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan
tanggung jawab yang mengacu kepada prinsip pemisahan kekuasaan dn tata
hubungan yang jelas antara lembaga Eksekutuf, Legislatif dan Yudikatif.

Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain :

Keluarnya ketetapan MPR RI No X / MPR/1998 Tentang Pokok-Pokok Reformasi.

Ketetapan No VII/MPR/ 1998 tentang pencabutan Tap MPR tentang referendum

Tap MPR RI No XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bebas dari KKN.

Tap MPR RI No XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan presiden dan wakil
presiden RI.

Amandemen UUD 1945 sudah sampai Amandemen I,II,III,IV.

2. Kronologi Reformasi

Pada awal bulan Maret 1998 melalui Sidang Umum MPR, Soeharto terpilih
kembali menjadi Presiden Republik Indonesia, serta melaksanakan pelantikan Kabinet
Pembangunan VII. Namun pada saat itu semakin tidak kunjung membaik.
Perekonomian mengalami kemerosotan dan masalah sosial semakin menumpuk.
Kondisi dan siutasi seperti ini mengundang keprihatinan rakyat.

Mamasuki bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai
bergerak menggelar demostrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut turunya Soeharto
dari kursi kepresidenannya.

Pada tanggal 12 Mei 1998 dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas
Trisakti, terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan tertembaknya
empat mahasiswa hingga tewas.
Pada tanggal 19 Mei 1998 puluhan ribu mahasiswa dari berbagai perguruan
tinggi di Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki Gedung DPR/MPR. Pada tanggal
itu pula di Yogyakarta terjadi peristiwa bersejarah. Kurang lebih sejuta umat manusia
berkumpul di alun-alun utara kraton Yogyakarta untuk mndengarkan maklumat dari Sri
Sultan Hamengku Bowono X dan Sri Paku Alam VII. Inti isi dari maklumat itu adalah
menganjurkan kepada seluruh masyarakat untuk menggalang persatuan dan kesatuan
bangsa.

Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh


bangsa Indonesia untuk dimintai pertimbangannya membentuk Dewan Reformasi yang
akan diketuai oleh Presiden Soeharto, namun mengalami kegagalan.

Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 WIB bertempat di Istana Negara,
Presiden Soeharti meletakkan jabatannya sebagai presiden di hadapan ketua dan
beberapa anggota dari Mahkamah Agung. Presiden menunjuk Wakil Presiden B.J.
Habibie untuk menggantikannya menjadi presiden, serta pelantikannya dilakukan
didepan Ketua Mahkamah Agung dan para anggotanya. Maka sejak saat itu, Presiden
Republik Indonesia dijabat oleh B.J. Habibie sebagai presiden yang ke-3.
DAFTAR PUSTAKA

https://isrimirajnia.wordpress.com/2013/06/08/pelaksanaan-demokrasi-di-indonesia-
sejak-orde-lama-orde-baru-dan-reformasi

https://thegamix.blogspot.com/2017/12/Menganalisis-pelaksanaan-Demokrasi-
diIndonesia-sejak-orde-lama-orde-baru-dan-reformasi.html

You might also like