Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
i
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
JurnalVolume 16,
Ilmu Sosial danNomor 3, Maret
Ilmu Politik, 2013 3,(200-216)
Vol. 16, Nomor Maret 2013
ISSN 1410-4946
Muhtar Habibi y
Abstract
Labor movement after Soeharto shows different trend compare to the many view of the observers before.
In the midst of the crush of neoliberal labor market flexibility, workers still often performs various street
protests. The rising of minimum wage and changes in employment status towards more profitable one, are
some workers material benefits gained through their street protest. Moreover, street protest also contrib-
utes to the making of collective workers identity. The high intensity of the street actions spawned the
backlash from the capital and state. However, this attack rather than weaken the labor movement, instead
it has the potential to encourage greater unity needs of the workers. The backlash from the capital and
state during growing economic circumstances provide momentum to the emerging needs of modern inter-
est organizations: a labor’ party. The future of the establishment labor’ party will depend on how much
effort of the progressive elements in trade union able to leverage on the one hand a growing economy
condition, and at the same time politically able to use reprisals of state and capital against their movement
to create the need for the formation of an independent labor party for the rank and file workers.
Keywords:
labor market flexibility; workers street-level politics; labor party
Abstrak
Gerakan buruh pasca Soeharto menunjukkan tren yang berbeda dibandingkan dengan
banyak pandangan pengamat sebelumnya. Di tengah himpitan fleksibilitas pasar tenaga
kerja neoliberal, pekerja masih sering melakukan aksi protes di jalanan. Kenaikan upah
minimum dan perubahan status kepegawaian selalu menjadi tuntutan utama. Selain
itu, aksi protes di jalanan juga berkontribusi terhadap pembuatan identitas pekerja
kolektif. Tingginya intensitas aksi protes di jalanan melahirkan reaksi dari pemerintah.
Namun, serangan ini bukan melemahkan gerakan buruh, melainkan memiliki potensi
untuk mendorong kesatuan yang lebih besar dari para pekerja. Reaksi dari pemerintah
selama keadaan ekonomi berkembang memberikan momentum untuk kebutuhan dari
organisasi modern: partai buruh. Masa depan pembentukan partai buruh akan tergantung
pada berapa banyak usaha. Unsur-unsur progresif dalam serikat pekerja dapat
memanfaatkan kondisi pertumbuhan ekonomi, dan pada saat yang sama secara politis
dapat menggunakan pembalasan dari negara dan modal terhadap gerakan mereka untuk
menciptakan kebutuhan untuk pembentukan partai buruh yang independen untuk kelas
pekerja.
Kata Kunci:
fleksibilitas pasar tenaga kerja; politik tingkat pekerja; partai buruh
y Peneliti Magister Administrasi Publik (MAP) Fisipol UGM dan saat ini sedang menempuh pendidikan di
Institute of Social Studies, Den Haag
e-mail: habibi.muhtar@gmail.com
200
Muhtar Habibi, Gerakan Buruh Pasca Soeharto: Politik Jalanan di Tengah Himpitan Pasar Kerja Fleksibel
201
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 16, Nomor 3, Maret 2013
202
Muhtar Habibi, Gerakan Buruh Pasca Soeharto: Politik Jalanan di Tengah Himpitan Pasar Kerja Fleksibel
203
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 16, Nomor 3, Maret 2013
204
Muhtar Habibi, Gerakan Buruh Pasca Soeharto: Politik Jalanan di Tengah Himpitan Pasar Kerja Fleksibel
yayasan melalui orang lokal kuat yang gerakan buruh pasca ambruknya
memiliki relasi patron-klien kuat, dapat otoritarianisme Soeharto (Juliawan, 2011).
mengontrol buruh yang dia rekrut untuk Geliat aksi jalanan buruh makin
tidak menuntut kondisi lingkungan kerja menunjukkan peningkatan signifikan sejak
yang memadai. Hal yang lebih parah bagi persiapan pembentukan Komite Aksi
buruh, persaingan antar yayasan telah Jaminan Sosial (KAJS) di tahun 2009 hingga
membuat buruh benar-benar seperti deklarasinya pada April 2010. Bukan
komoditas barang lain. Persaingan antar kebetulan, aliansi berbagai serikat buruh
yayasan dengan menawarkan paket dan organisasi masyarakat ini memilih
tertentu agar buruh mau disalurkan, menjadi menggunakan nama ‘Komite Aksi’. Mereka
kian umum. Penawaran uang muka lebih percaya bahwa perjuangan membuat
rendah, pelatihan, hingga bonus menjadi perubahan tidak akan terwujud tanpa
cara yayasan bersaing dengan yayasan lain sebuah aksi nyata berupa tekanan terhadap
(Juliawan, 2010a: 39-40). Tapi ujungnya negara. Puluhan aksi yang melibatkan
tetap sama: buruh menjadi komoditas yang ribuan buruh telah dilakukan sejak
dijual murah. Kebebasan berserikat nampak pertengahan 2010 hingga akhirnya UU
kurang berarti bagi buruh ketika praktik BPJS disahkan pada 28 Oktober 2011 (SPAI-
outsourcing dan sistem kontrak telah FSPMI, 2012). Tidak hanya terjadi di Jakarta,
mengikat mereka dalam sebuah relasi pa- aksi KAJS juga menjamur ke berbagai kota
tron-klien dengan perekrutnya. Buruh tidak di Indonesia. Pada tahun 2010 juga, aksi
benar-benar bebas untuk berserikat. tutup kawasan industri pertama di Indone-
sia pasca Soeharto, terjadi di Kawasan
Perlawanan Buruh: Aksi Jalanan Berikat Nusantara (KBN), Cakung Jakarta
Buruh memang tidak sama sekali diam (Antara, 25/11/2010).
ketika dihimpit oleh mekanisme pasar kerja Puncak aksi jalanan buruh terjadi pada
fleksibel ala neoliberal. Bahkan sebelum tahun 2012. Pada tanggal 10 dan 27 Januari,
pengadopsian aturan outsourcing dan aksi tutup tol terjadi di Serang dan Bekasi
kontrak dilakukan (UU No.13/2003), buruh melibatkan puluhan ribu buruh yang
telah menunjukkan perlawanan merayakan menuntut kenaikan upah (Kabar Serang,
kejatuhan kekuasaan Soeharto. Aksi ribuan 11/1/2012; Kompas, 27/1/2012). Militansi
buruh pada Mei dan Juni 2001 di berbagai buruh kembali terlihat ketika mereka
daerah yang menuntut pemberlakuan menjadi tulang punggung gerakan
kembali KepMen Tenaga Kerja No 150/2000 perlawanan kenaikan harga BBM pada
menjadi salah satu tonggak aksi jalanan Maret – April. Gerakan buruh benar-benar
buruh. Aksi ribuan buruh di bulan April dan unjuk kekuatan pada bulan yang dianggap
Mei 2006 dalam demo besar-besaran miliknya: Mei. Tepat pada May Day, delapan
menolak revisi UU No/13/2003 juga kembali puluh ribuan buruh yang beratribut
menancapkan kehadiran aksi buruh. Secara berbagai serikat buruh memenuhi jalanan
periodik, kita juga melihat aksi protes buruh Ibukota hingga masuk Stadion Gelora Bung
yang secara rutin terjadi di berbagai daerah Karno (Berita Satu, 1/5/2012). Di hari itu
menuntut kenaikan upah minimum tiap juga, Majelis Pekerja Buruh Indonesia
tahunnya. Belum lagi, jika melihat (MPBI) dideklarasikan, menandai
kecenderungan aksi jalanan buruh tiap bersatunya tiga konfederasi terbesar yang
tahun ketika merayakan May Day. Aksi beranggotakan sekitar 2 juta buruh. Aksi
jalanan seakan memang menjadi ikon jalanan buruh paling spektakuler mungkin
adalah gerakan yang populer disebut
205
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 16, Nomor 3, Maret 2013
‘grebek pabrik’ atau solidaritas antar pabrik Aksi jalanan buruh pada beberapa
yang terjadi di Bekasi pada rentang Mei tahun terakhir telah turut menentukan
hingga November (Mufakhir, 2012). Belum proses kenaikan upah minimum di beberapa
lagi aksi mogok nasional tanggal 3 Oktober kota dan propinsi. Di Jawa Timur, rata-rata
2012 yang disebut sebagai mogok terbesar kenaikan UMK tahun 2013 mencapai 22,14
di Indonesia setelah masa Soekarno. persen atau jauh di atas angka inflasi
Melibatkan 80 kawasan industri dengan 754 (Disnakertrans Jawa Timur, 24/11/2012).
perusahaan di 12 provinsi dan 37 kabupaten/ Sementara di Jawa Barat, rata-rata kenaikan
kota (Gatra, 3/10/2012) dan 2,4 juta buruh UMK mencapai 20 persen. UMK Kota Bogor
mogok telah melumpuhkan aktivitas bahkan naik hingga 42 persen (Radar Bogor,
produksi di kawasan-kawasan industri. 15/11/2012). Di kota Tangerang, UMK naik
Kronologi tonggak-tonggak aksi jalanan 50 persen (Tempo, 21/11/2012). Sementara
buruh pada tahun 2012 dapat dilihat dalam di Ibukota Jakarta, kenaikan UMP
tabel berikut: mencapai 30 persen (Antara, 27/11/2012).
Tabel 2.
Kronologi Aksi Jalanan Buruh Tahun 2012
206
Muhtar Habibi, Gerakan Buruh Pasca Soeharto: Politik Jalanan di Tengah Himpitan Pasar Kerja Fleksibel
Secara umum di tingkat nasional, kenaikan habis kesabaran melihat watak negara dan
UMP adalah 18,32 persen. Kenaikan UMP pengusaha. Beberapa keberhasilan aksi
tahun ini lebih tinggi apabila dibandingkan jalanan juga makin mempertebal keyakinan
dengan rata-rata kenaikan UMP tahun 2012 pemimpin buruh untuk selanjutnya
yang hanya sebesar 10, 27 persen (Kompas, menggunakan aksi jalanan sebagai metode
Wageindicator, 2012). Semua kenaikan penuntutan kepentingan mereka. Kedua,
upah minimum itu tentu tidak dicapai dari aksi-aksi jalanan juga memperlihatkan
kebaikan pengusaha atau pemerintah munculnya aliansi-aliansi antar serikat
semata. Aksi jalanan buruh ikut buruh. Fragmentasi serikat-serikat buruh
mempengaruhi proses penentuan besaran ternyata tidak seburuk yang dibayangkan
upah minimum (Juliawan, 2011: 364-366). pengamat sebelumnya. Mereka yang
Selain pencapaian kenaikan UMK berkompetisi tetap menyediakan ruang
secara umum di berbagai daerah, aksi untuk bekerjasama sebagai bagian dari
jalanan buruh juga berhasil mendapat kelompok buruh yang lebih besar (Juliawan,
konsesi lain. Aksi ribuan buruh melakukan 2009). Ketiga, aksi jalanan buruh tidak lagi
‘grebek pabrik’ di Bekasi telah sukses hanya membawa isu di dalam pabrik.
memaksa ratusan pabrik untuk Mereka mulai ikut menyuarakan
mengangkat puluhan ribu buruh kepentingan publik yang lebih luas.
outsourcing dan kontrak menjadi buruh Misalnya, isu penolakan kenaikan harga
tetap. Data dari Federasi Serikat Pekerja BBM5, jaminan sosial bagi seluruh rakyat
Metal (FSPMI) menunjukkan bahwa aksi- Indonesia 6, penolakan terhadap RUU
aksi grebek yang diinisiasi FSPMI telah Organisasi Masyarakat 7 dan RUU
berhasil menuntut lima puluhan pabrik Keamanan Nasional8 di Yogyakarta, aksi
untuk mengubah status 40 ribuan buruh buruh pada May Day 2013 juga menuntut
outsourcing menjadi buruh tetap (Febrianto, pelaksanaan Reforma Agraria sejati9.
2012). Jumlah ini akan bertambah besar jika 5
Setelah tahun 2012 juga turun ke jalan menolak
ditambah dengan aksi ‘grebek pabrik’ yang kenaikan harga BBM, buruh di tahun 2013 kembali
dipelopori oleh Forum Komunikasi dan melakukan aksi penolakan. Ribuan buruh yang
tergabung dalam Majelis Pekerja Buruh Indonesia
Informasi (FKI) KSPSI Bekasi. Menurut (MPBI) dan berbagai elemen buruh lainnya
pengakuan salah satu anggota Presidium mengepung gedung DPR-MPR RI. (Monitor Indo-
FKI, aksi grebek pabrik yang dilakukan FKI nesia, 17 Juni 2013)
6
Ribuan buruh berunjuk-rasa berjalan dari
hingga November 2012, berhasil Kementerian Kesehatan menuju Kementerian
membebaskan 12 ribu buruh outsourcing Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jakarta, menuntut
untuk kemudian diangkat menjadi buruh adanya jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indo-
nesia (Kompas, 28 September 2012).
tetap (Maianto, 2012). Jumlah buruh 7
Sebelum akhirnya disahkan pada awal Juli 2013,
outsourcing yang berhasil diangkat menjadi ribuan buruh buruh Jabodetabek yang tergabung
buruh tetap masih akan bertambah jika dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
(KSPI) dan Federasi Serikat Pekerja Metal Indone-
grebek yang diinisiasi serikat di bawah sia (FSPMI) telah melakukan aksi demontrasi
bendera Sekretariat Bersama (Sekber) menolak RUU Ormas di depan Gedung DPR
Buruh Bekasi dihitung. (Republika, 2 Juli 2013).
8
Puluhan ribu buruh dalam payung Majelis Pekerja
Ada beberapa hal yang patut dicatat Buruh Indonesia (MPBI) menolak RUU Keamanan
dari berbagai aksi jalanan buruh belakangan Nasional dengan melakukan aksi unjuk rasa di
ini. Pertama, aksi jalanan buruh dipilih Jakarta. (Tribunnews, 22 November 2012).
9
Ribuan buruh di Yogyakarta yang tergabung dalam
secara sadar sebagai media perjuangan. Komite Aksi May Day memperingati Hari Buruh
Beberapa pemimpin buruh menyatakan Internasional dengan mengajukan beberapa
dengan gamblang bahwa mereka sudah tuntutan, salah satunya ialah Reforma Agraria
(Tribunnews, 29 April 2013).
207
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 16, Nomor 3, Maret 2013
208
Muhtar Habibi, Gerakan Buruh Pasca Soeharto: Politik Jalanan di Tengah Himpitan Pasar Kerja Fleksibel
Dalam kasus yang lebih spesifik, aksi- dalam masifnya aksi jalanan, pendidikan,
aksi jalanan buruh di Bekasi dan kegiatan kegiatan kultural bersama maupun
kolektif lain yang menyertainya, telah turut produksi simbol bagi pengikat identitas
melahirkan benih-benih pembentukan kelas kolektif buruh, tidak memiliki bentuk
buruh (Habibi, 2013). Perjuangan politik pengalaman kelas tertentu yang diperlukan
buruh Bekasi melalui ‘grebek pabrik’ yang untuk mendorong penguatan kesadaran
tidak lagi mengenal sekat warna bendera, kelas.
kegiatan pendidikan bersama, ruang-ruang
kultural yang diisi praktik keseharian buruh, Masa Depan Gerakan Buruh: Aksi
dan produksi simbol kolektif telah Jalanan dan Partai Buruh?
menyediakan sebuah pengalaman kelas Pertanyaan penting yang sering
yang mampu membangun kesadaran dilontarkan baik para aktivis maupun
kolektif sebagai buruh. Pengalaman kelas pengamat terhadap fenomena keriuhan aksi
demikian turut membangun perasaan jalanan buruh belakangan ini ialah, akan
senasib sepenanggungan yang kuat di berujung kemana aksi-aksi jalanan itu?
antara buruh. Ia juga berkontribusi Juliawan (2011) melihat bahwa aksi jalanan
membentuk kesadaran dimana kepentingan buruh masih akan berlanjut hingga
buruh nyaris selalu berbeda dan beberapa waktu ke depan. Gerakan buruh
bertentangan dengan mereka para pemilik disinyalir tidak akan berkembang menjadi
kapital. Pengalaman kelas itu juga telah partai politik10 atau kelompok kepentingan.
memberi mereka simbol-simbol kolektif Gerakan buruh Indonesia, seperti
yang makin memperkuat identitas dinyatakan Juliawan (2011), tidak punya
bersamanya sebagai buruh. Aksi jalanan kebutuhan untuk melakukan unifikasi dan
buruh dan pengalaman kelas yang tercipta sentralisasi (sebagai karakter organisasi
darinya, disadari atau tidak telah mengubah buruh modern), paling tidak dalam waktu
cara pandang (kesadaran) buruh terhadap dekat. Mereka masih akan mengandalkan
diri dan lingkungan sosialnya. Para buruh aksi jalanan dan juga memanfaatkan
mulai mampu melihat dengan lebih jelas perundingan-perundingan dalam mekanis-
kesamaan nasib dan kepentingan diantara me yang tersedia (tripartite) sebagai arena
mereka, yang berlawanan dengan nasib dan perjuangannya terhadap negara dan kapital.
kepentingan pemilik kapital di pihak lain. “Labour movements will continue to consist
Pembentukan kelas buruh tengah
berlangsung. Pandangan kritis buruh 10
Tentu saja di Indonesia sebelumnya telah berdiri
terhadap Hubungan Industrial Pancasila partai berbasis buruh, seperti Partai Buruh Nasional
dengan pimpinan Mukhtar Pakpahan yang ikut
yang bercorak anti-konflik telah mulai Pemilu 1999. Kemudian berganti nama menjadi
muncul. Buruh kini mulai menganggap Partai Buruh Sosial Demokrat pada Pemilu 2004
bahwa pertentangan atau konflik buruh (Ford, 2005: 201) dan kembali mengubah nama
menjadi Partai Buruh pada Pemilu 2009 (Pemilu
dengan kapital bukanlah hal aneh dan tabu, Indonesia, 2013). Tetapi yang dimaksud Juliawan
tapi justru sebagai sesuatu yang wajar. barangkali ialah Partai Buruh yang dibentuk oleh
Memang tidak semua buruh mempunyai serikat-serikat buruh dengan jumlah anggota
besar yang turut menggerakkan aksi jalanan
pengalaman kelas yang dapat membangun belakangan ini. Terutama mereka yang tergabung
kesadaran kolektif mereka. Meski sama- dalam MPBI (Majelis Pekerja Buruh Indonesia)
sama bekerja di dalam pabrik sebagai yaitu: KSPSI, KSPI, KSBSI dengan total anggota
sekitar 2 juta orang. Dengan kata lain, sebuah
buruh, tidak otomatis membuat mereka partai buruh yang menyatukan berbagai basis
semua memiliki kesadaran kelas. Mereka buruh di berbagai serikat yang ada. Mengenai
yang tidak secara aktif terlibat langsung kiprah partai berbasis buruh pasca Soeharto dalam
Pemilu, lihat lebih detail dalam Ford (2005).
209
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 16, Nomor 3, Maret 2013
of loose and decentralised networks of activ- rakyat buruh ataupun sebuah partai buruh.
ists and unions without strong central lead- Saya tidak bisa ramalkan mekanismenya.
Apalagi diluncurkan oleh semua atau
ership, even if the unions are part of a unitary sebagian serikat buruh melalui
organisation or affiliated with bigger pengurusnya atau strukturnya? Atau
organisations based in Jakarta” (Juliawan, melalui mekanisme di luar itu? Atau
2011: 368). kombinasi? Atau melalui perpecahan
Juliawan menunjukkan bahwa aksi ataupun gabungan?”.
jalanan akan tetap dipilih buruh karena
dianggap masih memberikan hasil cukup Pandangan Lane didasarkan pada
memuaskan. Selain secara material terbukti sebuah pengamatan bahwa embrio bagi
cukup efektif, aksi jalanan buruh juga partai buruh telah hadir dalam diri Federasi
seakan mendapat angin segar dari negara. Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI)
Pasca Soeharto, muncul kecenderungan yang juga berperan sebagai salah satu pilar
bahwa berbagai aksi kolektif-jalanan buruh utama MPBI (Lane, 2013). Embrio ini dapat
mulai diterima sebagai cara berhubungan dilihat dari formasi pra-partai yang
dengan negara yang sah. Terjadi semacam dibangun FSPMI11. Wacana yang sering
proses ‘pelembagaan protes’ dari negara. digulirkan FSPMI tentang perlunya sebuah
Protes jalanan kemudian dianggap sebagai partai buruh mandiri dinilai sebagai fase
mekanisme yang wajar dan sah dalam pendahulu krusial sebelum berlanjut dalam
berhubungan dengan negara. Tidak hanya realisasi pembentukan partai buruh. Lane
terhadap aksi buruh, berbagai aksi dari (2013) juga tidak ketinggalan untuk
berbagai kelompok kepentingan lain serasa menyebut intervensi serikat buruh terhadap
dibiarkan oleh negara dengan hanya sedikit Pemilukada sebagai langkah awal penting
pembatasan. Perkembangan ini sekaligus bagi lahirnya partai buruh. Rieke Diah
memiliki implikasi lain. Adanya Pitaloka sebagai calon Gubernur Jawa Barat
‘pelembagaan protes’, munculah 2013-2018, memang dikenal sangat dekat
kecenderungan di kalangan buruh untuk dengan serikat buruh, terutama FSPMI.
terus melanjutkan aksi jalanan selama ini Bukan hal yang aneh, meskipun tidak secara
yang dianggap berhasil. terbuka mendukung ‘Oneng’, banyak sekali
Pendapat berbeda disampaikan oleh anggota dan pengurus FSPMI yang menjadi
Lane (2012). Ia termasuk orang yang relawan PITAMAS (Rieke Diah Pitaloka-
percaya bahwa gerakan buruh belakangan
ini akan berujung pada pembentukan partai 11
Mungkin salah satu yang dirujuk Lane terkait
buruh. Lane menyebut beberapa indikasi kemampuan FSPMI mengorganisasi iuran
anggota. Pada tahun 1999 ketika jumlah
akan hal ini. anggotanya 60 ribu buruh, FSPMI berhasil
mengumpulkan iuran sekitar 60 juta per tahun. Di
“Dalam tiga tahun terakhir ini, dengan tahun 2012, jumlah anggotanya meningkat menjadi
berkembangnya gerakan serikat buruh 170 ribu buruh dengan iuran yang berhasil
dikumpulkan naik drastis menjadi sejumlah 10
sektor formal yang melahirkan MBPI
milyar per tahun (Kompas, 3/12/2012). Secara
(Majelis Pekerja Buruh Indonesia) dan yang umum, FSPMI mewajibkan anggotanya membayar
mampu melakukan mogok nasional, situasi iuran sebesar 2 persen dari upah minimum yang
sudah berubah. Ini dirasakan oleh semua diterima. Selain itu, anggota juga masih harus
orang, termasuk serikat buruh kecil yang membayar iuran yang sering disebut “Dana
berhaluan ideologis terbuka dan lebih kiri. Perjuangan” untuk kepentingan aksi masa, yang
Saya kira dinamika yang sedang besarannya tergantung situasi. Besarnya iuran
berkembang ini, asal tidak direpresi atau yang berhasil dikumpulkan serikat buruh dilihat
dikhianati, sedang menciptakan situasi telah menjadi tonggak penting bagi kemandirian
gerakan buruh, sebuah prasyarat penting bagi
untuk melahirkan sebuah gerakan politik
lahirnya partai buruh independen.
210
Muhtar Habibi, Gerakan Buruh Pasca Soeharto: Politik Jalanan di Tengah Himpitan Pasar Kerja Fleksibel
211
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 16, Nomor 3, Maret 2013
terutama dalam serikat non-FSPMI masih kayu, dan pentungan membubarkan aksi
akan berjalan seperti biasa: business as usual. demonstrasi buruh yang menuntut
Iuran anggota tetap dipatok rendah dengan penghapusan outsourcing di tiga perusahaan
kedisplinan yang rendah pula, pendidikan di dekat PT SEIN (Kompas, 31/10/2012).
dan kaderisasi tidak dijalankan, dan Seakan belum puas, sore harinya preman
membayangkan serikat seperti SPSI terlibat menghancurkan Saung Buruh, sebuah
kegiatan politik dalam pertarungan Pemilu, rumah panggung di sekitar Jababeka yang
sebagaimana dilakukan pengurus dan dijadikan ruang kumpul bersama buruh
anggota FSPMI, mungkin masih menjadi FSPMI untuk kegiatan konsolidasi dan
bayangan yang agak jauh. pendidikan. Buruh yang sedang berada
Tapi tentu saja gambaran seperti itu disitu dipukuli14. Pasca aksi brutal itu, buruh
mengasumsikan aksi-aksi jalanan masih akhirnya dipaksa menyetujui kesepakatan
akan dapat dilakukan dan memberi hasil pakta damai: 8 November 2012. Aksi jalanan
efektif di masa depan. Bagaimana pun, ‘grebek pabrik’ disepakati tidak akan lagi
kapitalisme bukanlah sistem yang statis. dijalankan demi menjaga ‘hubungan indus-
Gerak dialektis antar bagian sistem trial yang kondusif’. Pakta damai telah
merupakan watak alamiah kapitalisme. Aksi mengubah peta perjuangan buruh.15 Aksi-
dari satu bagian sistem (buruh) akan aksi ‘grebek pabrik’ di seputaran kawasan
mendatangkan reaksi dari bagian sistem industri mulai menurun drastis. Beberapa
yang lain (pemilik kapital). Sama sekali tidak grebek memang masih terjadi di luar
ada jaminan bahwa negara akan terus kawasan, namun tidak dengan intensitas
memelihara ‘pelembagaan protes’. Mengapa beberapa bulan sebelumnya.16
negara akan terus membiarkan aksi jalanan Dalam level nasional, kaum buruh
buruh dan menganggap aksi itu sebagai melihat bahwa dua Rancangan Undang-
mekanisme yang sah dalam berhubungan Undang: RUU Keamanan Nasional dan
dengan negara? Bagaimana jika ada kondisi
14
objektif tertentu (tekanan keuntungan-krisis Wawancara dengan Ar, anggota FSPMI pengelola
Saung Buruh, 11 Januari 2013.
ekonomi) yang akhirnya ‘memaksa’ negara- 15
Setelah pakta damai, aksi jalanan buruh hanya
kapital untuk menindak aksi-aksi buruh? diperbolehkan berlangsung hingga pukul 18.00 dan
Kepentingan negara mengkondisikan dianggap sebagai aksi demonstrasi biasa. Aksi di
atas pukul 18.00 hanya boleh dilakukan di dalam
sekaligus dikondisikan oleh perjuangan lingkungan pabrik dan dianggap sebagai mogok
kelas yang terjadi di masyarakat. kerja. Ini berarti, masa buruh dari pabrik lain tidak
Serangan balik kapital-negara telah dapat memberikan solidaritas ke pabrik lain diatas
pukul 18.00. Aksi solidaritas antar pabrik yang
terbukti di Bekasi. Ketika kepentingan salah biasanya dapat berlangsung dengan menginap
satu kapital terbesar di Bekasi terancam, selama beberapa hari menjadi tidak bisa lagi
yaitu PT SEIN (Samsung Indonesia)13, 16
dilakukan.
Menurunnya aksi jalanan tidak lain juga karena
serangan balik terhadap aksi jalanan buruh masih masifnya aksi premanisme di seputaran
dimulai. Sejak pagi: 29 Oktober 2012, empat Bekasi pada tahun 2013. Di kawasan industri
ratusan preman di sekeliling PT SEIN MM2100, organisasi masyarakat mengatas-
namakan Masyarakat Peduli Investor (MPI),
dengan bersenjatakan bambu runcing, membangun tenda di tanah lapang, layaknya
angkatan perang yang siap tempur. Mereka seakan
13
PT Samsung merupakan perusahaan multi- melakukan konsolidasi untuk mengintimidasi
nasional asal Korea Selatan yang berani secara buruh. Puluhan spanduk dipasang di titik-titik
terbuka menolak berdirinya serikat buruh di pabrik- strategis, bertuliskan ‘Masyarakat Peduli Investor:
pabriknya di seluruh dunia. Bukan hal aneh jika PT Sahabat Pengusaha Musuh Buruh Anarkis’.
Samsung dikenal paling sering dikecam karena Bahkan, menjelang 6 Februari, mereka sudah
telah melakukan pemberangusan serikat buruh mengancam akan melakukan sweeping terhadap
(Union Busting). buruh yang mengenakan baju atau jaket serikat
212
Muhtar Habibi, Gerakan Buruh Pasca Soeharto: Politik Jalanan di Tengah Himpitan Pasar Kerja Fleksibel
RUU Organisasi Masyarakat secara tidak yang lebih besar. Elemen progresif serikat
langsung merupakan upaya kolaborasi buruh dapat menggunakan momentum
negara – kapital dalam memukul mundur ekonomi-politik ini bagi perluasan basis
buruh yang telah begitu merepotkan dengan dukungan pembentukan partai buruh.
aksi-aksi jalanannya (Republika, 2 Juli 2013; Masa depan pembentukan partai buruh
Tribunnews, 22 November 2012; Gatra, 4 Juli akan sangat tergantung pada seberapa jauh
2013). Pada awal Juli 2013, RUU Organisasi upaya elemen serikat buruh progresif dalam
Masyarakat akhirnya disahkan DPR. Buruh memanfaatkan di satu sisi suatu kondisi
melalui Presiden Konfederasi Serikat Pekerja ekonomi yang tengah tumbuh, dan pada
Indonesia (KSPI) menolak keras pengesahan saat bersamaan secara politis mampu
RUU Organisasi Masyarakat dengan menggunakan langkah perlawanan balik
menyebut demokrasi akan kembali ke jaman kapital-negara sebagai isu lawan bersama
Orde Baru. Mereka pun mengancam akan untuk menumbuhkan kebutuhan akan
melakukan tiga mogok nasional dalam kehadiran sebuah partai buruh independen.
tahun ini (Gatra, 4 Juli 2013).
Situasi demikian melahirkan kembali Penutup
kebutuhan akan persatuan buruh dalam Gerakan buruh pasca Soeharto
skala lebih besar. Serangan balik terhadap memang tidak selemah yang digambarkan
buruh membuka mata betapa kapital- para pengamat sebelumnya. Di tengah
negara menggunakan instrumen otoritas himpitan pasar kerja fleksibel, buruh masih
formal negara untuk menundukkan aksi gencar melakukan perlawanan dengan
jalanan buruh. Berlindung di balik jubah melakukan aksi-aksi jalanan. Melalui aksi
aparat formal, kapital-negara dapat jalanan, buruh memperoleh manfaat mate-
memaksa buruh menyetujui pakta damai. rial yang dinilai memadai. Kenaikan upah
Sebuah aturan legal juga tengah disiapkan minimum dan perubahan status kerja yang
untuk meredam buruh. Tidak dapat lebih menguntungkan, merupakan
disangkal, kekuasaan formal memainkan beberapa kompensasi yang diperoleh buruh
peran penting dalam sebuah perjuangan. lewat aksi jalanan mereka. Di samping
Aksi-aksi jalanan buruh tidak bisa dilakukan perolehan material, aksi jalanan juga
terus-menerus tanpa diikuti perebutan berkontribusi pada pembentukan identitas
instalasi-instalasi kekuasaan formal. kolektif buruh. Di Bekasi, pembentukan
Meskipun kondisi ekonomi yang tengah kelas buruh tengah berlangsung bersamaan
tumbuh meningkatkan posisi tawar buruh, dengan masifnya aksi jalanan buruh.
tanpa dibarengi kekuatan politik yang Tingginya intensitas aksi jalanan
kokoh, buruh akan tunduk di bawah menimbulkan reaksi dari pemilik capital.
pengaturan negara yang mengakomodasi Serangan balik terhadap buruh dimulai.
kepentingan kapital. Kondisi ekonomi yang Menggunakan tameng preman bayaran dan
kondusif dan serangan balik kapital aparat formal, kapital memukul aksi jalanan
mendorong kebutuhan persatuan buruh buruh.
Pertanyaan penting lantas muncul di
tertentu, khususnya FSPMI yang merayakan hari permukaan. Bagaimana masa depan aksi
jadinya. Kejadian yang dikhawatirkan akhirnya jalanan buruh? Akankah aksi buruh
benar-benar terjadi. Pada saat buruh anggota
FSPMI ingin merayakan ulang tahun mereka,
belakangan akan berujung pada
banyak diantaranya yang melalui kawasan pembentukan partai politik? Seperti telah
MM2100 dihentikan, dipukuli, dilucuti jaketnya dan dibahas sebelumnya, pembentukan partai
kemudian dibakar (Wawancara dengan Wa,
anggota FSPMI, 9 Februari 2013).
akan tergantung pada seberapa kuat
213
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 16, Nomor 3, Maret 2013
214
Muhtar Habibi, Gerakan Buruh Pasca Soeharto: Politik Jalanan di Tengah Himpitan Pasar Kerja Fleksibel
___________. (2010a). Extracting Labor Purdy, D. (1988). Sosial Power and The
from Its Owner: Private Employment Labour Market : A Radical Approach to
Agencies and Labor Market Flexibility Labour Economics. Macmillan Education
in Indonesia. Critical Asian Studies. Vol. Ltd : London.
42 No. 1, pp 25-52. Rudiono, D. (1992). Kebijakan Perburuhan
___________. (2010b). Playing Politics: Pasca Boom Minyak. Majalah Prisma
Labour Movements in Post-Authoritar- No.1, Januari.
ian Indonesia. Disertasi Phd tidak Saptari, R. (2008). The Politics of Workers’
diterbitkan, Oxford University. Contention: The 1999 Mayora Strike in
___________.(2011). Street-level Politics: Tangerang, West Java. International
Labour Protests in Post-authoritarian Review of Social History. Vol. 53, pp. 1-
Indonesia. Journal of Contemporary Asia. 35.
Vol. 41 No. 3, pp 349-370. Tjandraningsih, I, Herawati, R &
Katjasungkana, N. (1996). Undang-Undang Suhadmadi. (2010a). Diskriminatif dan
Perburuhan Masa Orde Baru. Majalah Eksploitatif: Praktek Kerja Kontrak Dan
BASIS No. 7-8, Oktober. Outsourcing Buruh Di Sektor Industri
Lane, M. (2013a). Dr. Max Lane: Sistem yang Metal Di Indonesia. Bandung: Akatiga-
Berlaku ini Tidak Waras. Wawancara Fspmi-Fes.
Jurnal Indoprogress Edisi IX, http:// Tjandraningsih, I dan Herawati, R. (2008).
indoprogress.com/lbr/?p=1194 (diakses Dinamika Jaringan Perburuhan Indone-
30 April 2013). sia : Angin Segar Gerakan Buruh. Jurnal
______. (2013b, 5 April). Decentralization Indoprogress, Mei http://indo-
and Its Discontents. Makalah Presentasi progress.com/dinamika-jaringan-
Seminar di Magister Administrasi perburuhan-di-indonesia/ (diakses 9 Juli
Publik UGM, Yogyakarta. 2013).
Maianto, T. (2012). Membangun SPSI Yang Tornquist, O. (2004). Labour and Democ-
Modern, Progresif & Revolusioner. http:/ racy? Reflection on the Indonesian Im-
/rumahburuh.com/membangun-spsi- passe. Journal of Contemporary Asia. Vol.
yang-modern-progresif- 34 No. 3, pp 377-399.
revolusioner.html (diakses 7 Januari Uwiyono, A. (2006). Refleksi Masalah
2013). Hukum Perburuhan tahun 2005 dan
Mufakhir, A. (2012). Hukum yang Retak, Tren Hukum Perburuhan tahun 2006.
Perundingan, dan Grebek Pabrik: Catatan www.ui.ac.idhttp://www.ui.edu/
Awal Pergerakan Buruh di Bekasi. http:/ indonesia/main.php?hlm=berita-
/www.majalahsedane.net/2012/10/ &id=2006-01-02%2010:37:40 (diakses 2
hukum-yang-retak-perundingan-dan- Januari 2008).
grebek_5175.html#more (diakses 6 Warouw, N. (2005). Pekerja Industri Indo-
Desember 2012). nesia, Gerakan Buruh, dan New Social
Pemilu Indonesia. (2013). Partai Buruh. http:/ Movement: Merajut Sebuah
/www.pemiluindonesia.com/parpol/ Kemungkinan. Jurnal Analisis Sosial.
partai-buruh.html (diakses 10 Juli 2013). Vol. 10 No 2, hal 1-18.
215
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 16, Nomor 3, Maret 2013
216