You are on page 1of 9

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.3 No.

2/Oktober 2010
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

ANALISIS PERMINTAAN PASAR EKSPOR TERHADAP


PRODUK UDANG BEKU INDONESIA

Oni Fajar Syahfdi*


M. Akbar Siregar**
Azwar hamid**
*Mahasiswa Magister Agribisnis Universitas Medan Area
**Dosen Magister Agribisnis Universitas Medan Area

ABSTRACT
In general, the destination of this thesis is to know the factors influencing of demand to the Indonesian frozen
shrimp/prawn, and specially is to analyse the influence of the Indonesian frozen shrimp/prawn price
variable, frozen shrimp/prawn price of competitor (Vietnam and Thailand), income and mount the
consumption per capita, and also number of the consumer of chosen exporting destination countries (Japan
and America). The analysis of this research is using by the applied of demand theory with double of natural
logarithm model and processed with of Ordinary of Least Square method. The result show that's not all
variable show the marking matching or have the same sign with hypothesis. The sign of signification and the
sign of elasticity of variable has watch from demand choice of export destination country has made different.
For Japan's shrimp market, the variable matching or have the same sign with hypothesis are frozen
shrimp/prawn price of Indonesia, and mount the earnings (income) per capita. While for American's shrimp
market, the variable matching or have the same sign with with hypothesis are frozen shrimp/prawn price of
Indonesia, frozen shrimp/prawn price of the competitor country (Thailand), mount the earnings (income)
and mount the consumption per capita. The others is disagree with formulated hypothesis.

Key Words : Frozen Shrimp/Prawn Product, The Market Export, Demand's Factors Influence

1. Pendahuluan 2003 atau meningkat sebanyak 479.71% dalam


1.1. Latar Belakang kurun waktu 20 tahun dengan tingkat
Udang (Penaeus spp) adalah jenis hewan pertumbuhan rata-rata 7.65% per tahun.
air berkulit keras (Crustacea) yang tergolong Berdasarkan data produksi udang
kedalam famili Penaeidae. Terdapat beberapa negara-negara di dunia tahun 1986-2002.
jenis species udang yang memiliki nilai Indonesia menempati urutan ketiga terbesar
ekonomis penting antara lain Udang Windu atau negara penghasil udang di dunia setelah China
Tiger prawn/shrimp (Penaeus monodon: P. dan India dengan total produksi sebesar 5.371.6
semisulcatus: P. esculentus). Udang Dogol atau ribu metric ton atau 9,73% dari total produksi
Endeavour pratirn/shrimp (Metapenaeus udang dunia dengan produksi rata-rata 316,0
endeavours: M. ennis; M. monoceros). Udang ribu metric ton per tahun dan tingkat
Jerbung/Putih atau Banana prawn/white shrimp pertumbuhan rata-rata sebesar +6,79% per
(Penaeus merguiensis; P. indicus). Udang Krosok tahun. Sedangkan berdasarkan negara penghasil
atau Rainbow shrimp (Parapenaeopsis sculptitis). udang dari produksi budidaya tahun 1988-2003,
Udang Ratu/Raja atau King prawn (Penaeus Indonesia menempati urutan ketiga terbesar
latisulcatus). Udang Barong/Karang atau Spiny setelah Thailand dan China dengan total
lobsters (Panulirus versicolor) dan Udang produksi sebesar 2.029,7 ribu metric ton atau
Vannamei (Litopenaeus vannamei). 13,58% dari total produksi budidaya udang
Usaha budidaya udang Penaeid di dunia dengan produksi rata-rata 126,9 ribu
Indonesia telah berkembang pesat sejak periode metric ton per tahun dan tingkat pertumbuhan
tahun 80-an. baik usaha budidaya udang secara rata-rata sebesar +13,58% per tahun.
intensif maupun ekstensif. Upaya pemerintah Peningkatan produksi udang ternyata
dan sektor swasta dalam meningkatkan kembali telah memberikan arti tersendiri dalam
produksi udang melalui program ekstensifikasi peningkatan devisa dari ekspor non-migas,
dan intensifikasi tambak secara bersamaan telah sebab udang telah dapat menunjukkan
meningkatkan produksi udang dari hasil dominasinya sebagai salah satu komoditi
budidaya dari 27.600 ton pada tahun 1983 andalan ekspor di pasaran dunia. Berdasarkan
meningkat menjadi 160.000 ton pada tahun data volume ekspor udang negara-negara di

8
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.3 No.2/Oktober 2010
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

dunia tahun 1988-2002, Indonesia menempati negara tersebut ramai-ramai mengalihkan


urutan ketiga terbesar negara pengekspor udang sebagian pasarnya ke pasar udang Jepang. Hal
di dunia setelah Thailand dan India dengan total ini berdampak pada persaingan pasar yang
volume ekspor komoditi udang Indonesia adalah semakin tajam.
sebesar 1.374,9 ribu metric ton atau 7,25% dari Banyak diantara unit-unit pengolahan udang
total volume ekspor udang dunia dengan volume yang berhenti produksi akibat kekurangan
ekspor rata-rata 91.7 ribu metric ton per tahun ataupun ketiadaan pasokan udang sebagai
dan tingkat pertumbuhan rata-rata 6,75% per bahan baku.
tahun. Disisi lain. kebijakan anti dumping
Amerika tersebut merupakan peluang bagi
Indonesia yang tidak terkena kebijakan
antidumping untuk meningkatkan atau
mengalihkan ekspor udang secara lebih besar ke
pasar Amerika yang mengalami permintaan
berlebih (kekurangan) akibat pasokan udang
yang berkurang. Menurut Putro (2004). dengan
adanya kebijakan antidumping terhadap enam
negara tersebut. berarti Amerika Serikat (AS)
kehilangan pasokan udang sebesar 71.6 persen.
Untuk menutupi kebutuhan sebesar itu, importir
udang Amerika Serikat (AS) berharap dari
Berbagai permasalahan dan isu yang negara produsen lain yang tidak terkena
berkembang yang dapat mempengaruhi kebijakan antidumping. seperti Indonesia yang
permintaan udang beku Indonesia di pasar selama ini menempati urutan ketujuh dalam
udang dunia sangat beragam. Beberapa mengekspor udang ke negara Amerika Serikat.
permasalahan dan isu pokok yang aktual terjadi Permintaan produk udang beku
di pasar udang dunia dewasa ini (tahun 2004- Indonesia dari negara-negara tujuan ekspor
2006) antara lain adalah harga udang beku yang seperti Jepang dan Amerika juga dapat
semakin merosot serta persaingan pasar yang dipengaruhi oleh beberapa variabel atau agregat
semakin tajam di pasar udang Jepang sebagai yang berhubungan dengan konsumen di masing-
akibat dari dampak kebijakan anti dumping masing negara tujuan ekspor. antara lain yaitu :
Amerika. Anti dumping adalah kebijakan  Tingkat pendapatan. dimana tingkat
pengenaan tarif yang lebih besar dan pendapatan menunjukkan daya beli
memberatkan oleh suatu negara terhadap impor konsumen terhadap permintaaan produk
komoditi tertentu dari negara lain yang udang beku
dikenakan tarif anti dumping. Hal ini  Tingkat konsumsi udang. dimana tingkat
dikarenakan negara tersebut menjual konsumsi udang meggambarkan selera dan
produknya dengan harga jauh dibawah normal preferensi konsumen.
(banting harga).  Jumlah populasi penduduk. dimana jumlah
Dengan diberlakukannya kebijakan anti populasi penduduk menggambarkan jumlah
dumping oleh Amerika pada 1 Januari 2004. konsumen potensial pada negara tujuan
enam negara eksportir udang utama ke Amerika ekspor.
(tidak termasuk Indonesia). yaitu Thailand. Berbagai perubahan dan permasalahan
China, Vietnam. India. Brazil dan Ecuador yang terjadi pada agregat atau variabelvariabel
terkena dampaknya. Pemerintah Amerika tersebut diatas akan berpengaruh terhadap
Serikat (AS) menerapkan larangan yang ketat permintaan produk udang beku dari Indonesia.
kepada importir udang setempat untuk tidak Permasalahan dan isu lainnya yang
mengimpor udang dari keenam negara tersebut. sedang berkembang dalam pasar udang dunia
Bila tetap mengimpor udang dari keenam negara selain permasalahan tarif dan penghalang (tariff
tersebut. importir setempat akan diwajibkan and barrier) adalah isu-isu kesehatan dan
membayar bon atau tarif impor minimal 6% lingkungan yang dikaitkan dengan produk udang
(enam persen) dari total nilai impor. Kebijakan ekspor Indonesia dan negara-negara produsen
tersebut memberatkan importir udang di udang lainnya. Negara-negara importir udang
Amerika Serikat (AS). sehingga para importir seperti Amerika. Jepang. Uni Eropa dan lainnya
tidak berani mengimpor udang dari keenam menerapkan peraturan yang ketat terhadap
negara tersebut. mutu produk udang yang diimpor untuk
Kebijakan antidumping oleh Amerika melindungi konsumen udang di negara-negara
terhadap enam negara pengekspor udang diatas tersebut. antara lain dalam hal penggunaan
menyebabkan para eksportir udang dari keenam obatobatan antibiotik dalam budidaya udang
seperti chloramphenicol yang tidak boleh
9
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.3 No.2/Oktober 2010
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

dipergunakan lagi. atau penggunaan dominan (91,84%) dari total produk udang
oxytetracyclin dan chloroxytetracvclin yang ekspor Indonesia; Variabel yang diteliti yang
harus ditekan dibawah 0.01 ppm dan lainnya. dianggap berpengaruh terhadap volume
Untuk menjamin mutu produk udang beku yang permintaan pasar ekspor udang Indonesia
diimpor. negara-negara pengimpor udang adalah harga produk udang beku Indonesia,
menetapkan persyaratan standar mutu yang harga produk udang beku negara pesaing
harus sesuai dengan standar HACCP (Hazard (Vietnam dan Thailand), tingkat pendapatan per
Analysis Critical Control Point) pada setiap kapita, tingkat konsumsi udang per kapita, serta
produk udang yang masuk ke negara tersebut. jumlah populasi penduduk (konsumen) negara
Sedangkan isu yang berkaitan dengan tujuan ekspor yang dipilih (Jepang dan
lingkungan antara lain ketentuan harus Amerika); Tahun pengamatan atau observasi
menggunakan alat pemisah ikan (By Excluder yang diteliti dalam penelitian ini adalah bersifat
Device/BED). atau alat pemisah penyu/kura- runtun waktu (time series) dari tahun 1985
kura (Turtle Excluder Device/TED) dalam sampai dengan tahun 2004, atau (n) sejumlah 20
penangkapan udang dengan menggunakan alat dengan beberapa alasan teknis didalam
tangkap pukat udang (shrimps trawl) di laut. Isu perolehan data; Model permintaan yang
lainnya adalah ketentuan penerapan ecolabeliing digunakan merupakan analisis bersifat statis
pada produk udang yang diekspor. Hal ini dengan asumsi (Ceteris Paribus) yang diberikan
mensyaratkan bahwa produk udang yang kepada model permintaan adalah : Teknologi
dihasilkan adalah produk yang berasal dari tetap, Investasi bertambah dengan signifikan,
budidaya udang yang ramah atau berwawasan Faktor cuaca/alam dan penyakit udang yang
lingkungan. bersifat force majeur dan berdampak pada suplai
produksi dianggap tidak ada (normal).
1.2 Metode Penelitian
Sesuai dengan topik dan judul 2. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
penelitian yang dipilih yaitu mengenai pasar 2.1. Hasil Penelitian
ekspor udang beku Indonesia yang masuk dalam Regresi linear double logaritma natural.
kategori perdagangan internasional atau untuk permintaan volume udang beku Indonesia
manajemen agribisnis internasional, maka lokasi dari dua negara tujuan ekspor terpilih. yaitu
negara yang menjadi obyek penelitian adalah Jepang dan Amerika.
sebagai berikut : Negara yang dipilih dalam Tabel 1. Ringkasan Hasil Regresi dan Koefisien
penelitian sebagai negara pengekspor udang serta Elastisitas, Model (iii)
beku yang dianalisis permintaan produk udang Variabel  Std. Error t Sig
(Constans) -24.343 163.159 -0.149 0.884
bekunya oleh negara tujuan ekspor adalah
LnHUBI -0.195 0.332 -0,588 0.566
Indonesia. Indonesia merupakan negara LnHUBPV -1.30E-02 0.366 -0.036 0,972
pengekspor udang ketiga terbesar dunia setelah LnPKRJ 3.320 1.134 2.928 0,011
Thailand dan India. Negara yang dipilih dalam LnKUKJ -1.003 1.438 -0.698 0,497
LnPPJ -1.062 14.895 -0.071 0.944
penelitian sebagai tujuan pasar ekspor udang R Square 0.861
Indonesia adalah Jepang dan Amerika. Kedua Standard Error of Estimate 0.13967
negara tersebut merupakan dua negara yang Durbin Watson 2.272
menjadi tujuan utama pasar ekspor udang dunia, F 17,320
Sig 0.000
termasuk pasar ekspor udang Indonesia. Negara
yang dipilih dalam penelitian sebagai negara a. Predictors : (Constar). LnHUBI. LnHUBPV.
pesaing dalam pasar ekspor udang beku LnPKRJ, LnKUKJ, LnPPJ.
Indonesia adalah Vietnam dan Thailand. b. Dependent Variabel : LnPVUBJ
Vietnam merupakan negara pesaing yang sangat Sumber : Regresi SPSS Estimasi Permintaan
kompetitif di pasar udang Jepang sedangkan Negara Jepang Terhadap Produk
Thailand merupakan negara pesaing yang Udang Beku Indonesia
mendominasi pasar udang Amerika. Penelitian Interpretasi untuk hasil regresi model
dilaksanakan di Medan. Sumatera Utara, pada (iii) mengenai estimasi permintaan volume
Program Pascasarjana Magister Manajemen udang beku negara Jepang dari Indonesia adalah
Agribisnis, Universitas Medan Area. Adapun sebagai berikut : a) Nilai R. Square (R2) = 0.861.
waktu penelitian dilakukan dari bulan Pebruari
sampai dengan Mei 2007. 4.1.2. Analisis Hasil untuk Permintaan Udang
Ruang lingkup serta asumsi yang Beku Amerika, Model (iv)
digunakan didalam penelitian ini adalah sebagai Diperoleh hasil regresi untuk estimasi
berikut : Komoditi udang ekspor Indonesia yang permintaan volume udang beku negara Amerika
diteliti dibatasi pada produk udang beku (frozen dari Indonesia sebagaimana pada Tabel 5.
shrimps/prawn). Hal ini dikarenakan udang beku
(frozen shrimps/prawn) merupakan produk
10
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.3 No.2/Oktober 2010
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

Berdasarkan ringkasan hasil regresi


sebagaimana pada Tabel 6 dan 7. maka dapat
diberikan pembahasan hasil atas kedua model
Tabel 2. Ringkasan Hasil Regresi dan Koefisien estimasi permintaan volume udang beku kedua
serta Elastisitas, Model (iv) negara tujuan ekspor terpilih (Jepang dan
Variabel  Std. Error t Sig Amerika) sebagai berikut :
(Constans) 554,690 199,155 2,785 0,015
LnHUBI -1,108 1,002 -1,105 0,288
4.2.1. Variabel Permintaan Volume Udang Beku
LnHUBPV 0,876 0,700 1,251 0,231 Negara Tujuan Ekspor Terpilih (PVUBT)
LnPKRJ 19,540 6,009 3,252 0,006
LnKUKJ 0,595 2,417 0,246 0,809
Dari perolehan hasil kedua model
LnPPJ -59,713 20,518 -2,910 0,011 regresi. variabel permintaan volume udang beku
R Square 0,907 negara tujuan ekspor terpilih menunjukkan
Standard Error of Estimate 0,42712
Durbin Watson 1,164 perolehan hasil yang berbeda untuk kedua
F 27,201 negara. Variabel permintaan volume udang beku
Sig 0,000
untuk negara Jepang menunjukkan tanda
negati£ elastis dan tidak signifikan. Sedangkan
a. Predictors : (Constan), LnHUBI, LnHUBPT,
untuk negara Amerika menunjukkan tanda
LnPKRA, LnKUKA, LnPPA.
positif, elastis dan signifikan. Hal ini memberi
b. Dependent Variabel : LnPVUBA
indikasi bahwa permintaan volume udang beku
c.Sumber : Regresi SPSS Estimasi Permintaan
Jepang dari Indonesia yang selama ini
Negara Amerika Terhadap Produk Udang
mendominasi pangsa pasar udang Jepang
Beku Indonesia
terdepresiasi walaupun pengaruhnya tidak
begitu besar (tidak signifikan). Sedangkan
2. Pembahasan Hasil
permintaan volume udang beku Amerika dari
Pembahasan hasil serta analisis dari
Indonesia mengalami peningkatan yang
kedua model regresi estimasi permintaan
signifikan.
volume udang beku negara Jepang dan Amerika
Perkembangan kondisi pasar ekspor
dari Indonesia.
udang sebagaimana dipaparkan diatas sesuai
Tabel 3. Ringkasan Atas Hasil Regresi dan
dengan data, dimana grafik perkembangan
Koefisien serta Elastisitas Permintaan
ekspor impor pasar udang beku
Udang Beku Negara Jepang dari
mengindikasikan demikian halnya.
Indonesia. Model (iii)
Model (iii) Gambar 2.Grafik Perkembangan Volume Ekspor
Model
Permintaan Volume Udang Beku Jepang Udang Beku Indonesia Berdasarkan
Signifikansi
Variabel
Simbol Hipotesis Elastisitas (Standar Paras Negara Tujuan Ekspor Tahun 1985-
Estimasi
α≥ 95%) 2005
PVUBJ Negatif (-) Tolak Elastis <75% (Tidak
)
HUBI Negatif (-) Terima In-elastis <75% (Tidak
)
HUBPV Negatif (-) Tolak Elastis <75% (Tidak
)
PKRJ Positif (+) Terima Elastis 99% (Ya)
KUKJ Negatif (-) Tolak Elastis/Unitary 75% (Tidak
)
PPJ Negatif (-) Tolak Elastis <75% (Tidak
)
Sumber : Hasil regresi SPSS model (iii) pada
Lampiran

Tabel 4. Ringkasan Atas Hasil Regresi dan


Koefisien serta Elastisitas Permintaan Udang Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan
Beku Negara Amerika dari Indonesia Model (iv) Indonesia Tahun 1985-2005.
Model (iii)
Model
Permintaan Volume Udang Beku Jepang 4.2.2. Variabel Harga Udang Beku Indonesia
Signifikansi (HUBI)
Variabel
Estimasi
Simbol Hipotesis Elastisitas (Standar Paras Dari kedua model regresi, variabel
α≥ 95%) harga udang beku Indonesia menunjukkan
PVUBA Positif (+) Terima Elastis 99% (Ya)
HUBI Negatif (-) Terima Elastis 75% (Tidak)
perolehan tanda negatif terhadap permintaan
HUBPT Positif (+) Terima In-elastis 75% (Tidak) volume udang beku kedua negara tujuan ekspor
PKRA Positif (+) Terima Elastis 99% (Ya) terpilih (Jepang dan Amerika), yang memberi
KUKA Positif (+) Terima In-elastis <75% (Tidak) arti bahwa variabel ini sesuai dengan hipotesis
PPA Negatif (-) Tolak Elastis 99% (Ya) satu. Hal ini sebagaimana teori atau hukum
Sumber : Hasil regresi SPSS model (iv) pada permintaan yang disampaikan kembali oleh
Lampiran 10, (diolah). Gasperz (2003) maupun Suparmoko dan Maria
11
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.3 No.2/Oktober 2010
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

(2000) yang menyatakan bahwa apabila harga tujuan ekspor terpilih (Jepang dan Amerika),
suatu barang naik maka jumlah yang diminta keduanya menunjukkan perolehan hasil yang
atas barang tersebut akan turun dan sebaliknya, sama yaitu : positif. yang memberi arti variabel
dengan asumsi hal lainnya dianggap tetap pendapatan per kapita rill masyarakat negara
(ceteris paribus). tujuan ekspor terpilih (Jepang dan Amerika)
Dari pembacaan hasil atas signifikansi sesuai dengan hipotesis tiga. dimana
variabel harga udang beku Indonesia terhadap meningkatnya tingkat pendapatan akan
permintaan volume udang beku kedua negara berpengaruh positif terhadap peningkatan
tujuan ekspor terpilih tersebut, terlihat bahwa permintaan volume udang beku Jepang dan
variabel ini tidak signifikan, dimana terlihat Amerika dari Indonesia. Hal ini sebagaimana
paras teori elastisitas pendapatan yang disampaikan
4.2.3. Variabel Harga Udang Beku Negara kembali oleh A. Lincolin (2000). yang
Pesaing Terpilih (HUBPT) menyatakan bahwa elastisitas pendapatan
Dari kedua model reuesi. variabel harga merupakan prosentase perubahan jumlah
udang beku negara pesaing terpilih (Vietnam barang yang dipengaruhi oleh prosentase
dan Thailand) menunjukkan perolehan hasil perubahan penghasilan.
yang berbeda terhadap permintaan volume Dari pembacaan hasil atas signifikansi
udang beku Indonesia dari kedua negara tujuan variabel pendapatan per kapita rill masyarakat
ekspor terpilih (Jepang dan Amerika). Variabel negara tujuan ekspor terpilih (Jepang dan
harga udang beku negara pesaing (Vietnam) Amerika). terlihat bahwa variabel ini signifikan,
terhadap permintaan volume udang beku negara dimana terlihat paras signifikansi variabel
Jepang menunjukkan tanda negatif. yang pendapatan per kapita rill masyarakat Jepang
memberi arti variabel ini tidak sesuai dengan dan Amerika adalah tinggi (99%) terhadap
hipotesis dua. Sedangkan Variabel harga udang perubahan permintaan volume udang beku
beku negara pesaing (Thailand) terhadap kedua negara tersebut. Hal ini menunjukkan
permintaan volume udang beku negara Amerika bahwa permintaan udang beku sangat dominan
menunjukkan tanda positif. yang memberi arti untuk tujuan konsumsi masvarakat kedua
variabel ini sesuai dengan hipotesis dua. negara tersebut.

2.5. Variabel Tingkat Konsumsi Udang per


Kapita Masyarakat Negara Tujuan Ekspor
Terpilih (KUKT)
Dari kedua model regresi. variabel
tingkat konsumsi udang per kapita masyarakat
negara tujuan ekspor terpilih (Jepang dan
Amerika), menunjukkan perolehan hasil yang
berbeda untuk kedua negara. Variabel tingkat
konsumsi udang per kapita masyarakat Jepang
menunjukkan tanda negatif, yang memberi arti
tidak sesuai dengan hipotesis empat. Sedangkan
untuk negara Amerika menunjukkan tanda
positif. yang memberi arti sesuai dengan
hipotesis empat.
Negatifnya pengaruh variabel tingkat
konsumsi udang per kapita masyarakat Jepang
terhadap permintaan volume udang beku Jepang
dari Indonesia. diduga disebabkan oleh adanya
perubahan atau pergeseran pola konsumsi atau
Tidak sesuainya variabel harga udang
selera masyarakat Jepang dari produk udang
beku negara pesaing (Vietnam) dengan hipotesis
beku ke udang hidup atau segar sebagai bahan
dua untuk estimasi permintaan volume udang
mentah (prepared) mengmgat masyarakat
beku negara Jepang. diduga dikarenakan harga
Jepang lebih menyukai makanan laut (sea, food)
rata-rata udang beku Vietnam (US.$.6,04) secara
mentah dan segar seperti sushi dan shashimi.
kumulatif masih dibawah harga rata-rata udang
yang dinilai memiliki tingkat protein dan gizi
beku Indonesia (US.$.8,54)
yang tinggi dibandingkan produk matang atau
tidak segar. Hal ini sebagaimana dapat dilihat
4.2.4. Variabel Pendapatan per Kapita Riil
pada Gambar 14 yang mengindikasikan
Negara Terpilih (PKRT)
demikian halnya. dimana grafik trend
Dari kedua model regresi. variabel
perkembangan impor jenis produk udang beku
pendapatan per kapita rill masyarakat negara
yang masuk ke negara Jepang menunjukkan
12
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.3 No.2/Oktober 2010
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

kecenderungan yang menurun. sementara grafik kebijakan anti dumping Amerika.


trend perkembangan impor jenis udang hidup Permintaan volume udang beku Jepang dari
dan segar sebagai bahan mentah (prepared) Indonesia cenderung turun dan daya saing
menunjukkan kecenderungan yang meningkat. produk udang beku Indonesia mengalami
walaupun secara kuantitas volume impomya tekanan persaingan pasar dan harga yang
masih dibawah udang beku. cukup kuat di pasar udang Jepang walau
4.2.5. Variabel Jumlah Populasi Penduduk pengaruhnya tidak signifikan. Jepang
(Konsumen) Negara Tujuan Ekspor Terpilih membeli udang beku Indonesia dalam
(PPT) tujuan untuk konsumsi. Namun dikarenakan
Dari kedua model regresi. variabel Jepang memiliki sumber perolehan udang
jumlah populasi penduduk negara tujuan ekspor beku yang beragam selain Indonesia maka
terpilih (Jepang dan Amerika). menunjukkan pengaruh variabel-varibel bebas selain
perolehan hasil yang sama untuk kedua negara variabel pendapatan tidak memberi
yaitu tanda negatif. yang memberi arti tidak pengaruh yang signifikan. atau tidak
sesuai dengan hipotesis lima. Hal ini memberi menunjukkan tanda yang memiliki
indikasi bahwa pertambahan jumlah populasi kesesuaian dengan hipotesis yang
penduduk kedua negara tujuan ekspor terpilih dirumuskan.
(Jepang dan Amerika) tidak memberi dampak 2. Amerika sebagai negara kedua terbesar
pada peningkatan permintaan volume udang tujuan ekspor udang beku Indonesia
beku kedua negara tersebut dari Indonesia. merupakan negara pembeli udang beku
yang memiliki peluang sangat potensial bagi
Indonesia pasca kebijakan anti dumping
Amerika. Pasar udang
3. Amerika mengalami permintaan berlebih
(surplus demand) akibat pasokan udang
yang berkurang. Permintaan volume udang
beku Amerika dari Indonesia mengalami
peningkatan dan daya saing produk udang
beku Indonesia mengalami penguatan di
pasar udang Amerika walau pengaruhnya
tidak begitu signifikan. Amerika membeli
udang beku Indonesia dalam tujuan
sebagian besar untuk konsumsi. Namun
dikarenakan Amerika juga memiliki sumber
Dari pembacaan hasil atas signifikansi perolehan udang beku yang beragam selain
variabel jumlah populasi penduduk negara Indonesia maka pengaruh variabel-varibel
tujuan ekspor terpilih (Jepang dan Amerika). bebas selain variabel pendapatan tidak
terlihat bahwa variabel ini tidak signifikan untuk memberi pengaruh yang begitu signifikan.
negara Jepang. dimana terlihat paras signifikansi atau tidak menunjukkan tanda yang
variabel adalah rendah. Sedangkan untuk negara memiliki kesesuaian dengan hipotesis yang
Amerika adalah signifikan. dimana terlihat paras dirumuskan.
signifikansi variabel adalah tinggi. 4. Vietnam sebagai negara pesaing Indonesia
merupakan ancaman paling potensial bagi
3. Kesimpulan Dan Saran pangsa pasar udang beku Indonesia di pasar
3.1. Kesimpulan udang Jepang yang selama ini didominasi
Berdasarkan hasil penelitian dan Indonesia. Harga rata-rata udang beku
pembahasan telah dapat disampaikan Vietnam yang lebih rendah dan kompetitif
kesimpulan atas penelitian ini sebagai berikut : dibandingkan Indonesia membuat daya
1. Jepang sebagai negara tujuan ekspor saing produk udang beku Vietnam di pasar
terbesar udang beku Indonesia merupakan udang Jepang sangat kuat. Sedangkan
negara pembeli udang beku paling potensial Thailand sebagai negara pesaing Indonesia
bagi Indonesia selama ini. Namun pangsa di pasar udang Amerika bukan merupakan
pasar udang beku Indonesia di Jepang negara pesaing yang potensial pasca
mengalami depresiasi dikarenakan adanya kebijakan anti dumping Amerika yang
pengalihan pasar ekspor udang beku dikenakan pada Thailand.
Indonesia ke Amerika dan negara lainnya. 5. Disimpulkan bahwa untuk permintaan
Pasar udang Jepang juga mulai jenuh akibat negara Jepang. variabel-variabel bebas
penawaran berlebih (surplus supply) dari didalam model secara bersama-sama
negara-negara pesaing sebagai dampak memberi pengaruhnya terhadap variabel
tidak bebas (terikat) sebesar 86.1%
13
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.3 No.2/Oktober 2010
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

terhadap variabel tidak bebas (terikat). dan mendalam, mengingat masih banyak negara
sedangkan sisanya sebesar 13.9% dijelaskan tujuan ekspor lainnya yang potensial untuk
oleh variabel lain yang tidak disertakan pasar ekspor udang beku Indonesia. seperti
dalam model. Sedangkan untuk permintaan Singapura. Hongkong dan negara-negara Uni
negara Amerika, variabel-variabel bebas Eropa, serta mengingat masih ada variabel
didalam model secara bersama-sama lainnya diluar model yang berpengaruh
memberi pengaruhnya terhadap variabel terhadap permintaan volume ekspor udang beku
tidak bebas (terikat) sebesar 90,7% Indonesia. Diharapkan penelitian bersifat lebih
terhadap variabel tidak bebas (terikat). lanjut tersebut akan memberi kaidah yang lebih
sedangkan sisanya sebesar 9.3% dijelaskan luas kepada perkembangan ekspor udang beku
oleh variabel lain yang tidak disertakan Indonesia dimasa mendatang.
dalam model.
6. Secara keseluruhan. disimpulkan bahwa Daftar Pustaka
kedua negara tujuan ekspor terpilih (Jepang Anonimous, 2004, Investasi Agribisnis
dan Amerika) ternyata memiliki tujuan dan Komoditas Unggulan Perikanan, Cetakan
maksud yang sama dalam membeli udang Keenam, Kerjasama Badan Agribisnis
beku dari Indonesia. Namun demikian Departemen Pertanian dengan Kanisius,
secara umum disimpulkan tidak seluruh Jogyakarta, 120 hal.
hipotesis dapat diterima ataupun ditolak
dengan alasan tidak semua tanda-tanda dari , 2001, HACCP Manual Book, PT. Tanjung
variabel yang diteliti pada kedua negara Bedagai Indah Fishery, di Medan, 49 hal.
tujuan ekspor terpilih sama ataupun
berbeda tanda dengan hipotesis. Variabel Bank Indonesia, 2006, Diagram Jenis Produk
yang sesuai dengan hipotesis untuk negara Udang Komoditas Ekspor, Sipuk-Siabe
Jepang adalah variabel harga udang beku 2006, 1 Maret 2006,
Indonesia dan tingkat pendapatan per ,<http://www.bi.go.id/sipuksiabe/ind-
kapita. Sedangkan variabel yang sesuai komoditi/produk udang komoditas
dengan hipotesis untuk negara Amerika ekspor.html>
adalah variabel harga udang beku Indonesia.
harga udang beku negara pesaing Cakrawala Pengembangan Agro Sejahtera, PT,
(Thailand), tingkat pendapatan dan tingkat 2005, Harga Udang Terus Merosot, PT.
konsumsi per kapita. Cakrawala Pengembangan Agro
7. Disimpulkan bahwa variabel tingkat Sejahtera, 2005, 12 Agustus 2005,
pendapatan per kapita rill masyarakat <http://www.agroindonesia.com/harga
Jepang dan Amerika merupakan variabel udang terus merosot. html>
yang berpengaruh secara nyata (signifikan)
terhadap permintaan volume udang beku D. Atmanto, P. Purwanti dan E. Susilo, 2000,
kedua negara tersebut. Sedangkan variabel Analisis Permintaan Ikan Olahan di
lainnya tidak berpengaruh secara nyata Kotamadya Malang, Jurnal Ilmu-ilmu
(signifikan), atau tidak menunjukkan tanda Sosial (Social Science). Vol.12 Nomor 2,
yang memiliki kesesuaian dengan hipotesis Agustus 2000, Pusat Penelitian Ilmu
yang dirumuskan. Berdasarkan elastisitas Sosial, Lembaga Penelitian Universitas
pendapatan. produk udang beku dapat Brawijaya.
dikategorikan sebagai salah satu produk
makanan yang prestisius (mewah) bagi Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2005,
masyarakat Jepang dan Amerika dimana Perkembangan Pasar Udang Jepang,
elastisitas variabel tingkat pendapatan Departemen Kelautan dan Perikanan RI,
kedua negara tersebut mengindikasikan 2005, 15 Juli 2005,
demikian halnya. <http://www.dkp.go.id/info
aktual/impor udang/perkembangan
3.2. Saran pasar udang j epang.html>
Berdasarkan hasil pembahasan dan
kesimpulan serta tidak terlepas atas kelemahan , 1999-2004, Statistik Ekspor Hasil Perikanan
didalam penelitian sebagaimana telah Indonesia Tahun 1999-2004,
disampaikan, maka dianggap perlu untuk Departemen Kelautan dan Perikanan RI,
menyampaikan beberapa saran-saran. sebagai Jakarta, 1999-2004.
berikut Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
didalam meninjau permintaan produk udang Direktorat Jenderal Perikanan, 1985-1998,
beku Indonesia kepada negara-negara tujuan Statistik Ekspor Hasil Perikanan
ekspor udang beku Indonesia secara lebih luas Indonesia Tahun 1985-1998, Direktorat
14
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.3 No.2/Oktober 2010
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

Jenderal Perikanan, Departemen Lincolin, Arsyad, 2000, Ekonomi Manajerial,


Pertanian RI, Jakarta, 1985-1998. Edisi ketiga, Cetakan Keenam, BPFE,
Jogyakarta, 2000, :27-34.
Direktorat Jenderal P2HP, 2006, Tabel Ekspor
Hasil Perikanan Indonesia Menurut Nachrowi Djalal dan Hardius Usman, 2002,
Komoditi, Berat dan Nilai Tahun 2002- Penggunaan Teknik Ekonometrika
2004, Departemen Kelautan dan dengan Paket Program SPSS, Edisi satu,
Perikanan RI, 2005, 28 Juli 2005, PT. Raja Grafindo : p.19-93.
<http://www.dkp.go.id/statistik
utama/ekspor hasil perikanan.html> , 2006, Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika; Untuk Analisis Ekonomi
Djuhriansyah, 1999, Faktor-faktor Yang dan Keuangan; Analisis dan Pengolahan
Mempengaruhi Volume Ekspor Udang Data dengan SPSS dan EVIEWS, Lembaga
Beku Kalimantan Timur, Jurnal Frontier Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Nomor 24, Pebruari 1999. Indonesia, Jakarta, 2006, 455 hal.

Effendi, Irzal dan Wawan Oktariza, 2006, National Marine Fisheries Service, 1996-2005,
Manajemen Agribisnis Perikanan, Japanese Frozen Shrimp Imports, 1996-
Cetakan Pertama, Penebar Swadaya, 2005, National Marine Fisheries Service
Jakarta, 164 hal. (NMFS)-Globefish, Food and Agriculture
Organization (FAO), 1985-2004
FAO Fisheries Department, 1985-2004, Fisheries
Statistics (FishStat) 1985-2004, Food and Nazaruddin, 1993, Komoditi Ekspor Pertanian :
Agriculture Organization (FAO), 1985- Perikanan dan Peternakan, Cetakan
2004 Pertama, Penebar Swadaya, Jakarta, 68
hal.
Food and Agriculture Organization, 1985-2004,
FAO Statistics (FAOSTAT), Consumption Pappas L., James dan Mark Hirschey, 1995,
Food, 1985-2004, Food and Agriculture Ekonomi Manajerial, Edisi Keenam, Jilid I,
Organization (FAO), 1985-2004 Alih bahasa Daniel Wirajaya, Peneribit
Binarupa Aksara, Jakarta.
Gaspersz, Vincent, 2003, Ekonomi Manajerial :
Pembuatan Keputusan Bisnis, PT. Purwaningsih, Sri, 2000, Teknologi Pembekuan
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Udang, Cetakan Kedua,
Penebar Swadaya, Jakarta, 73 hal.
Gujarati Damodar, 1978, Dasar Ekonometrika, Putro, Sumpeno, 2004, Ekspor Udang ke Jepang
Alih bahasa Sumarno Zain, Jakarta, Turun ; Permintaan dari AS, PT. Kompas,
Penerbit Erlangga : p.14-98. 2004, 14 April 2004,
<http://www.kompas.co.id/bisnis dan
Josupeit, Helga, 2004, Shrimp Market Access, investasi/ ekspor udang ke j epang
Tariffs and Regulations, World Shrimp turun.html>
Markets 2004, 26-27 October 2004,
Madrid, Spain, Globefish-Food and Rahardja, 1985, Pengantar Teori Ekonomi
Agriculture Oganization (FAO), 2004, Mikro, Fakultas Ekonomi Universitas
<http://www.globefish.org/market Indonesia (FEUI), Jakarta.
reports/shrimp market access,tariffs and
regulations.html> Siregar, M. Akbar, 2004, Ekonomi Pembangunan,
Edisi Pertama, Fakultas Ekonomi
Kompas, 2005, Bisnis dan Investasi : Harga Universitas Medan Area (FE-UMA),
Udang Terus Merosot, PT. Kompas, 2005, Medan.
31 Mei 2005,
<http://www.kompas.co.id/bisnis dan Sobri, 2001, Ekonomi Internasional, Teori,
investasi/ harga udang terus Masalah dan Kebijaksanaan, BPEE,
merosot.html> Universitas Islam Indonesia, Jogyakarta :
p.65 – 68.
Krugman Paul. R and Maurice Obstfield, 1991,
Ekonomi Internasional, Terjemahan PAU Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, CV.
FE-UI, Edisi dua, Cetakan kedua, Rajawali Alfabeta, Jakarta.
Pers, Jakarta : p.66–71.
Suparmoko, M. dan Maria R., 2000, Pokok-Pokok
15
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.3 No.2/Oktober 2010
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica

Ekonometrika, Edisi Pertama, BPEE,


Jogjakarta : p.27 – 32.

Todaro, Michael P., 2000, Pembangunan


Ekonomi 1 dan 2, Edisi Kelima,
Terjemahan Haris Munandar, Penerbit
Bumi Aksara, Jakarta.
United State Department of Agriculture, 2001-
2006, U.S. Shrimp Imports, 2001-2006,
United State Department of Agriculture
(USDA), 2001-2006.

Wahyono, Untung, 1989, Status of Shrimp


Production in Indonesia, Proceedings of
The Shrimp Culture Industry Workshop,
Directorat for Production, Directorate
General of Fisheries, Jakarta, 1989, 1 Mei
2006,
<http://www.globefish.org/infofish/pro
ceedings of the shrimp culture industry
workshop.html>

16

You might also like