You are on page 1of 9

KEJADIAN KERACUNAN MAKANAN DAN PENYEBABNYA

DI INDONESIA 1995 - 2000

Cases of Food Poisoning and their causes in Indonesia 1995-2000.

Supraptini

Abstract. Food borne illness is still a major public health problem in Indonesia as evidence of food
poisoning has been reported from many districts. Food poisoning cases were caused, among others, by in
appropriate personal hygiene and environmental sanitation related to the management of food ingredients" and
the cooking process. The aim of this study was to identify the situation of food poisoning in Indonesia
between a period of 1995 to 2000. Analysis of the situation was based on the reports of Directorate General of
Communicable Disease Control and Environmental Sanitation, Ministry of Health. In the period of 1995-
2000 cases of food poisoning were reported every year. in 1995 15 out of 27 provinces and in 1996 10 out of 27
provinces were reporting cases of food poisoning. In 1995 from all 1,795 cases reported. 37 were died of food
poisoning: the case fatality rate (CFR) was 2.06%. As compared to CFR in 1995, CFR in 1996 was lower. i.e.
1.34% derived from 31 fatal cases out of 2,308 reported cases of food poisoning. In 2000 CFR dropped to
0.96% (19 fatal cases out of 2,010 cases of food poisoning). Cases of food poisoning were mostly due to
consumption of home made meals, followed by respectively catering, street peddler and restaurant meals.
Staphylococcus, E.coli pathogen and fungi. chemical substances such as food coloring, nitrate compound and
pesticide were reported as the causes of food poisoning. Promotion and education of healthy and safety food
as well as strengthening on monitoring and supervision are still needed to minimize cases of food poisoning.
Keywords . food poisoning. promotion, bacteria

PENDAHULUAN
Penyakit yang ditimbulkan karena ada yang tidak mematikan, tergantung
makanan akan mengganggu saluran toksisitas pcnyebabnya. Salah satu ciri
pencemaan makanan, dengan rasa meal di terjadinya keracunan makanan adalah sumber
perut, diare dan kadang-kadang disertai yang sama yaitu bila sekelompok orang yang
muntah-muntah. Penyakit ini terjadi karena makan bersama dengan makanan yang sama
memakan makanan yang mengandung bak- kernudian timbul sakit dengan gejala yang
teri patogen atau kuman yang menghasilkan sama secara serempak (waktu yang hampir
bahan toxic (beracun) pada saat pertum- bersamaan).
buhannya di dalam makanan tersebut, virus, Di Indonesia masih sering kali terjadi
parasit, racing. zat kimia dan bahan pence- kejadian luar biasa (KLB) keracunan ma-
mar alami. Namun yang paling banyak kanan seperti kejadian keracunan tempe
menimbulkart masalah adalah bakteri bongkrek tahun 1995, keracunan biskuit
patogen. Kejadian sakitnya bisa mengenai tahun 1990, keracunan mie instan tahun
individu (perorangan) atau beberapa orang 1996, keracunan makanan Program Makan-
dart anggota keluarga atau sekelompok orang an Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) tahun
yang memakan makanan yang sama. 1997, yang menimbulkan beberapa korban
meninggal dunia. (Depkes, 1997)
Terjadinya penyakit karena makanan
Penyakit bawaan makanan mempunyai
sangat erat kaitannya dengan lingkungan
dampak ekonomi karena orang yang sakit
yang dapat digambarkan sebagai diagram F
akan kehilangan jam kerja dan biaya
yaitu penularan penyakit melalui F (Fly) atau
pengobatan. Oleh karena itu keamanan
lalat, F (Finge•,$) atau tangan, F (Fluid) atau
makanan sangat dirasakan perlu sekali
air, F (Field) atau tanah dan F (Food) atau
ditingkatkan terus, disertai pengawasan yang
makanan (Wagner and Lanoix, 1959). Gejala
baik dan terus-menerus, sehingga kejadian
keracunan makanan bisa ringan atau berat.
keracunan makanan dapat ditekan seminimal
Keracunan yang bersifat akut (mendadak)
mungkin.
dan akibatnya ada yang fatal (mematikan)

127.1)encliii pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi Kesehatan


Balm Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kejadian Keractman (Supraphrt.i)

dari gejala yang sangat ringan, sampai gejala


Bcsarnva masalah keracunan makanan
yang berat_ bahkan yang mematikan.
hingga saat ini belum dapat dimonitor dan
Dari studi laporan ini diharapkan dapat
dilaporkan secara aktirat. Angka keracunan
dilihat gambaran keracunan makanan serta
makanan di Indonesia sctiap tahunnya_ dan
sumber-tiya dari tahun 1995-2000. Mudah-
apa penyebab keracunan makanan tersebut
mudahan hasilnya dapat menjadi masukan
beim dapat dihitung.
untuk pelaksana program dalam memper-
Tujuan dari studi ini adalah untuk baiki usaha-usaha preventif guna memini-
mengidentifikasi kejadian keracunan maka- malkan kejadian kcracunan makanan di
nan dan penyebabnya di Indonesia, melalui masyarakat.
data yang tersedia, untuk dapat dipakai
sebagai masukan program dalam memini-
HASIL
malkan kejadian keracunan makanan dan
akibat keracunan makanan di Indonesia. Kejadian kcracunan makanan yang
dilaporkan ke Ditjen PPM & PL sampai
Identifikasi dilakukan dengan in yen-
dengan tahun 2000 mcnunjukkan angka yang
tarisasi data keracunan makanan berdasarkan
f l uktuatif dan tidak terpola, namun terlihat
data yang dilaporkan ke Ditjen PPM&PL
kejadian keracunan makanan selalu ada
tahun 1995 sampai dengan tahun 2000 baik
setiap tahun (tabel 1).
tentang jumlah kasus maupun jumlah
Namun perlu disadari bahwa angka
meninggal, juga sebab/sumber dari kera-
basil laporan hanyalah merupakan gambaran
cunan tersebut, dan dikonfirmasi dcngan data
sebagian saja dari kasus keseluruban, karena
keracunan makanan yang ada di Profit
kejadian keracunan makanan merupakan
Kesehatan tahun 2000. Data yang dianalisis
fenomena gunung es artinya kasus yang
dalam studi ini hanya sampai data tahun 2000
dilaporkan hanyalah sebagian kecil saja dari
karena hasil studi ini semula untuk
kasus yang sebenarnya terjadi.
dibawakan di Seminar HAKLI pada tanggal
23-25 Agustus 2001 di Yogyakarta. Dan tabel 1 dapat dilihat bahwa kasus
keracunan makanan masih terjadi setiap
Sumber Data:
tahun dengan jumlah yang fluktuatif serta
Ditjen PPM & PL melalui Direktorat
angka kematian yang fluktuatif pula CFR
Hygiene Sanitasi. Makanan & Minuman
berkisar 0,15 pada tahun 1997 sampai 2,06
merupakan unit Departemen Kesehatan yang
pada tahun 1995.
mengumpulkan laporan keracunan makanan
dari daerah-daerah di Indonesia. Namun pada Pada tahun 1995 sampai dengan 1997
saat menjelang era desentralisasi (mulai terjadi kenaikan jumlah kasus, tetapi CFR
laporan 1998) ada gangguan teknis sehingga menurun. Sedangkan di tahun 1998 sampai
laporan tidak lagi tercatat. Akhirnya penulis dengan tahun 2000 jumlah kasus fluktuatif
berusaha mencari data keracunan makanan dengan CFR yang meningkat.
melalui Sub Direktorat Pengamatan
Dari tabel 2 dapat dilihat kejadian
Epidemiologi Penyakit (PEP) Ditjen
keracunan makanan yang terbanyak penye-
PPM&PL. Data yang diperoleh dari Sub
babnya dari makanan yang berasal dari
Direktorat Hygiene Sanitasi Makanan dan
masakan dapur rumah tangga, baik kejadian
Minuman Ditjen. PPM & PL data tahun
tahun 1995, 1996 maupun 1997.
1995 sampai dengan tahun 1997, sedangkan
Kemudian disusul makanan yang dari
data tahun 1998 sampai dengan tahun 2000
masakan catering untuk penyebab keracunan
diperoleh dari Sub Direktorat Pengamatan
yang tahun 1996 dan 1997, serta makanan
Epidemiologi Penyakit Ditjen. PPM & PL.
dari penjual makanan kaki lima/penjual
Studi laporan ini belum dapat makanan keliling untuk yang terjadi di tahun
menggambarkan keadaan keracunan ma- 1995.
kanan yang tepat karena kita sadari kasus
Selanjutnya di urutan ketiga
yang dilaporkan lebih kccil dari kasus yang
penvcbabnva adalah dari masakan rumah
schenarnva terjadi. Hal ini dapat kita
makan/restoran untuk tahun 1996, makanan
mengerti karena gejala keracunan makanan
jajanan untuk tahun 1995, dan makanan kaki
mempunyai variasi yang sangat luas mulai
lima/keliling untuk yang tahun 1997.
128
Jumal Ekologi Kesehatan, Vol. 1, No. 3, Oktober 2002: 127-135

Tabel l Jurnlah Kasus Keracunan Makanan Yang Dilaporkan Per Bulan Dari Tahun 1995 s/d 2000

JUMLAH KASUS PER RULAN JML .1M1., CFR


THN KA ME (%)
4 5 6 7 8 9 SUS NING
1 2 3 10 11 12 GAL
1995 89 86 52 132 271 272 49 234 305 41 173 91 1.795 37 2,06

1996 13 36 182 72 325 706 67 350 0 472 86 0 2.308 31 1,34

1997 0 12 11 681 248 502 314 1513 270 0 261 107 3.919 6 0,15

1998 0 82 0 0 720 13 0 64 70 0 0 109 1.078 8 0,74

1999 7 138 175 429 371 148 671 81) 161 182 295 169 2.826 21 0,74

2000 109 63 130 209 411 167 342 198 42 231 108 0 2.010 19 0,95

Total 218 417 550 1.523 2.346 1.808 1.443 2.439 848 926 923 476 13.936 122 0,87

Somber data
1995 - 199R Profit Kesehatan Indonesia 1999, Lampiran Dep.Kes.R1, Pugat Data Kesehatan Jakarta, dan Ditjen PPM-PLP.(3)
1999 - 2000 Laporrui Bulanan KLB. Sub. Dit. Pensamatan Epidemiologi Penyakit (PEN, Mien PPM-PL, Dcp.Kes.Ri.(4)

Tabel 2. Keracunan Makanan Mcnurut Jenis Tempat Pengolahan Makanan (TPM)


Dari Tahun 1995 s/d 1997

FREKUENS1 KEJAD1AN (%)


NO JENIS TPM
1995 1996 1997
1 Catering 6 (10 ) 5 (17,2) 5 (20,8)
2 RM/Rest 1 ( 1,7) 4 (13,8) 1 ( 4,2)
3 Rumah Tangga 19 (313) 12 (41.4) 15 (62,5)
4 Industri Makanan 5 ( 8,3) 0 ( 0,0) 0 ( 0,0)
5 Makanan Kaki Lima/Ketiling 8 (13,3) 3 (10,3) 3 (12,5)
6 Pasar Makanan Jajanan 7 (11,7) 0 ( 0,0) 0 ( 0,0)
7 Toko Makanan Jajanan 2 ( 3,3) 0 ( (1,0) 0 ( 0,0)
8 Industni Makanan Rumhan 2 ( 3,3) 0 ( 0,0) 0 ( 0,0)
9 Lain-Lain (RS, Asrama, Kenduri, 10 (16,7) 5 (17,3) 0 ( 0,0)
Pesta, d11)
Total 60 (100,0) 29 (100,0) 24 (100,0)
Sumber data:
Laporan Keracunan makanan Sub Dircktorat Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman Ditjen PPM & PL,
Depkes.RI.(2)

Untuk keracunan makanan yang Sumber penyebab dart toko makanan


makanannya berasal dart dapur rumah sakit, jajanan keracunan terjadi pada tahun 1995.
dapur asrama, dan dart makanan kcnduri/ Scdangkan keracunan makanan yang berasal
pesta jugs terjadi di tahun 1995 dan 1996. dart makanan basil 1ndustri makanan rumah

129
Kejadian Keracunan (Supraptini)

Tabel 3. Keracunan Makanan Mcnurut Jcnis Penyebab (Agen) Tahun 1995 s/d 1997

FREKUENSI KEJADIAN (%)


NO AGEN
1995 1996 1997

1 1Thria cholera ( 5.9) O ( 0) 2 (22,2)

2 Staphylococcus aureus 1 ( 5.9) 4 ( 50) 2 (22,2)

3 Shigel/a 1 ( 5.9) (12,5) (1 ( 0,0)

4 Salmonella 3 (17.6) 0 ( 0,0) 0 ( 0,0)

5 Jamul- 2 (11.8) 1 (12.5) 2 (22,2)

6 /;... Con c.t• Rvezrehmiona.v 0 ( 0.0) 1 (12,5) 2 (22,2)

7 Pestisida 1 ( 5,9) 0 ( 0,0) 0 ( 0,0)

8 Pewarna/zat kiinia lain 2 (11.8) 1 (12,5) 0 ( 0,0)

9 Nitrit 2 (11,8) O ( 0,0) 0 ( 0,0)

10 Sn N) 4 (23.4) O ( 0.0) 1 (11,2)

Total 17 (100.00) 8 ( 100,00) 9 (100,00)

Sumber data.
Laporan Keracunan Makanan Sub Direktorat Hygiene Sanitasi Makanan dun Minuman Di►tjen PPM & PL,
Depkes.R1.(2)

dan industri makanan pabrik telah terjadi pewarna terjadi pada tahun 1995 dan 1996.
pada tahun 1995. Untuk keracunan nitric terjadi di tahun 1995.
Sedangkan keracunan pestisida terjadi pula di
Dari tabel 3 terlihat bahwa agen yang
tahun 1995.
paling sering ditcmui adalah Slaphylo-coccus
aureus yang menjadi penyebab tertinggi Dari tabel 4. di atas terlihat jumlah
keracunan makanan di tahun 1996 dan tahun propinsi dan kabupaten yang daerahnya
1997. mengalami kejadian keracunan makanan dan
melaporkan ke Ditjen PPM & PLP, Depkes.
Untuk penyebab keracunan di tahun RI. Dari tahun ketahun mengalami penurun-
1995 terbanyak adalah karcna senyawa N an. Tahun 1995 , yang melapor ada 15
disusul dengan Salmonella, jamur. ,S'icrphy- Propinsi terdiri dari 39 Kabupaten dengan
lococcus, Shigella dan Vibrio cholera. kejadian 58 kali. Tahun 1996 yang melapor
Kemudian untuk selanjutnya kejadian ada 10 propinsi terdiri dari 31 kabupaten
keracunan makanan di tahun 1996 penyebab- dengan kejadian 42 kali, Di tahun 1997, yang
nya adalah Shygella, E.coli, dan jamur. melapor ada 9 propinsi terdiri dari 29
Untuk tahun 1997 setelah Slaphylococcus Kabupaten dengan kejadian 35 kali.
penyebab keracunan terbanyak berikutnya Ada kabupaten yang dalam kurun
adalah Vibrio cholera, E.coli, dan jamur. waktu 1 tahun mengalami kejadian keracun-
an makanan lebih dari satu kali.
Keracunan yang disebabkan oleh
senyawa N telah terjadi pada tahun 1995 dan
1997, scdangkan keracunan zat kimia seperti

130
ittntal Ekologi Kesehatart, Vol. 1, No. 3, Oktober 2002: 127-135

Tabel 4. Laporan Kejadian Keracunan Makanan Menurut Propinsi dan Kabupaten


Tahun 1995, 1996 dan 1997.
No. Nama Propinsi hut kejadian 1995 Jml kejadian 1996 Jml kejadian 1997
I. Acch 3 (3 kab.) 7 (7 kab.) 4 (3 kab,)
2. Sumatera Utara 2 (2 kab.) 3 (3 kab.)
3. Sumatera Barat 2 (1 kab.)
4. Riau
5. Jambi
6. Bengkulu 1 (I kab.)
7. Sumatera Selatan 1 (1 kab,) 1 (1 kab.)
8. Lampung 1 (1 kab.) 2 (2 kab.)
9. DKI Jakarta 1 (1 kab.) 1 (1 kab.) 4 (3 kab.)
10. Jawa Barat 1 (1 lob.) 8 (8 kab ) 4 (3 kab.)
11. Jawa Tengalt 13 (7 kab.) 2 (2 kab.) 17 (14 kab.)
12. DIY 4 (4 kab.) 15 (4 kab.)
13. Jawa Timur 19 (10 kab.) 1 (1 kab.)
14. Bali 2 (2 kab.)
15. NTB (1 kab.) 1 (1 kab.)
16. NTT
17 Maluku 1 (1 kab.)
18. Irian Java
19. Kalimantan Tengah
20. Kalimantan Timur
21. Kalimantan Barat 2 (1 kab.)
22. Kalimantan Selatan I (1 kab.)
23. Sulawesi Tengah
24. Sulawesi Utara 3 (3 kab.) 1 (1 kab.)
25. Sulawesi Selatan 4 (2 kab.)
26. Sulawesi Tenggara
27. Timor-Timur 2 (1 kab.)
Jumlah 58 (39 kab) 42 (31 kab.) 35 (29 kab.)
Sumber Data dan Sub Direktorat Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman Ditjen PPM & PL,
DEPKES.RI.(2)

melakukan upaya sesuai dengan pedoman


PEMBAHASAN
yang ada.
Terjadinya kasus keracunan makanan
Kesimpulan akhir dilaporkan oleh Tim
erat kaitannya dengan kinerja petugas
Penanggulangan Keracunan Makanan
kesehatan lingkungan di kabupaten/kota dan
Propinsi dengan tembusan kepada Dirjen
Puskesmas. Disamping kesiapan masyarakat
POM, Dirjen PPM & PL dan gubernur
dalam upaya melaporkan kasus pada saat
setempat.
dint, juga karena daya tanggap petugas yang
belum optimal (Suklan, 2000) Berdasarican Namun edaran tersebut belum disosia-
Edaran Sekjen Depkes. No. HK.00.SJ. lisasikan secara maksimat, sehingga laporan
SE.D.0147, tanggal 29 Januari 1999, maka keracunan makanan belum terlaksana dengan
peran masyarakat sebagai pelapor dini baik (Suklan, 2000).
adanya kasus keracunan makanan paling Sebenamya telah banyak pedoman-pedoman
penting. Korban/ketuarga korban atau dan buku panduan yang telah dibuat oleh
masyarakat terdckat yang mengetahui wajib Ditjen PPM&PL tentang persyaratan yang
melaporkan kasus keracunan makanan mcmenuhi standar kesehatan dalam pengelo-
kepada aparat desa/ Puskesmas atau unit iaan makanan. Namun sejauh ini pedoman/
pelayanan kesehatan atau rumah sakit panduan tersebut masih belum banyak
terdekat dengan tugas mengamankan diketahui oleh masyarakat khususnya penge-
makanan yang diduga menjadi penYebab Iola makanan. Hal ini terbukti dari hasil
keracunan. Selanjutnya Puskesmas atau Unit pcnclitian yang pernah dilakukan di Kodya
Pelayanan Kesehatan (UPK) yang pertama Bandung 1992 ternyata 46% dari responden
kali mencnma laporan hams segera pengetahuannya tcntang pengclolaan makan-
131
Kejadian Keracunan (Supraptini)

an masih kurang, serta 60% dari sampel air Clostridium perfringens, Clostridium
bersih yang digunakan masih belum meme- botulinum. Escherichia coli, Vibrio
nuhi persyaratan kesehatan (Supraptini dkk, parahaemolyticus dan Bacillus cereus.
[992) (Jawetz dkk, 1986)
Kuman C'. bat/din/int biasanya ditemu-
Secara epidemiologi keracunan
kan dalam makanan kaleng yang tidak
makanan terjadi akibat interaksi antara 3
disterilkan dengan baik. Sedangkan
falctor yaitu host, agent, dan lingkungan.
Staphylococcus tumbuh baik pada daging dan
Agent yang terdiri dari zat kimiawi dan
susu dengan menim-bulkan eksotoksin yang
mikroba melalui suatu rantai atau jalan
kuat. Hal ini biasanya dapat dicegah dengan
tertentu mencemari makanan yang pada
pendingin yang baik dan tindakan-tindakan
gilirannya dikonsumsi orang sebagai host,
kebersihan untuk mencegah masuknya
sehingga terjadi pemaparan dan dapat
kuman-kuman ke dalam makanan.
menimbulkan efek berupa gejala sakit
(Supraptini, dkk. [992) Selain kuman-kuman di alas banyak
jamur dalam makanan yang dapat menghasil-
Efek kuman pada makanan dapat
kan zat-zat yang beracun dina-makan
difokuskan pada pembusukan makanan dan
mikotoksin yang dapat menimbulkan
penularan penyakit. Karena kuman patogen
penyakit gawat bahkan mcmatikan bila
lebih mempengaruhi konsumen makanan,
termakan. Mikotoksin yang membahayakan
maka pembusukan makanan perlu lebih
untuk manusia ialah toksin-toksin jamur
diperhatikan, baru kemudian faktor penularan
beracun seperti Clariceps purpurea (ergot,
penyakit melalui makanan.
suatu parasit gandum hitam) dan aflatoksin
Pencegahan pembusukan untuk yang dihasilkan oleh jamur Aspergilus flavus
beberapa jenis makanan seperti daging, peng- yang sangat beracun dan juga bersifat
gunaan prosedur sanitasi dapat mencegah karsinogenik terhadap binatang. Ada bukti
pencemaran. Buah-buahan dan sayuran dari tidak langsung berdasarkan data epidemiolo-
lingkungannya sudah memiliki flora permu- gik bahwa aflatoksin dapat menycbabkan
kaan yang lebat, ditambah penccmaran cirrhosis dan kanker hati di negara-negara
selama penanganan bualiJsayur tersebut. yang makanannya terkontaminasi dengan
Dalam hal daging, buah-buahan, telur dan aflatoksin seperti di India dan Afrika.
sayuran penting sekali diperhatikan untuk Aflatoksin ditemukan dalam makanan dan
menghindari penetrasi kuman ke dalam dalam air kemih anak-anak di India yang
makanan tersebut. Sering kali usaha menderita cirrhosis hati. Keracunan makanan
diarahkan pada tindakan-tindakan pengawet- yang disebabkan oleh jamur biasanya karena
an seperti penyinaran sinar gamma yang racun yang dikeluarkan oleh jamur tersebut
digunakan untuk memperpanjang masa (Jawetz, dkk, 1986). Kejadian keracunan
simpan dari bahan makanan bungkusan yang makanan karena jamur pernah dilaporkan
tidak disteril, termasuk yang diawetkan pada tahun 1995 di Kodya Kediri sejumlah
dengan pendinginan, pembekuan, penyaring- 57 orang menderita keracun-an setelah
an, pemanasan, penggaraman, penggulaan makan roti yang dihidangkan. Roti tersebut
atau dengan penambahan pengawet kimiawi hasil olahan katering (Depkes, 1995; Depkes,
(Jawetz, dkk, 1986) 1996; Depkes, 1997)
Untuk pencegahan penularan Tabel 1 menunjukkan dari tahun ke
penyakit melalui makanan perlu sekali tahun kasus keracunan makanan selalu dila-
dilakukan pencegahan penccmaran kuman porkan, walaupun angka kasus tidak dapat
pathogen pada makanan. Penyakit-penyakit mcnunjukkan trend menurun atau meningkat
infeksi yang dapat ditularkan melalui karena angka kasus sangat fluktuatif. Tahun
makanan adalah infeksi Shigella dan 1995 jumlah kasus 1,795 meninggal 37 orang
Salmonella, disentri, infeksi Streptococus (CFR 2,06%), tahun 1996 jumlah kasus ada
dan hepatitis in fek s osa. 2308 dengan korban meninggal 31 orang
(CFR 1,34%). Tcrjadi pcnurunan pada tahun
Toksin kuman yang mungk in
2000 ada 2,010 kasus, meninggal 19 ()rang
dibentuk dalam makanan dan menyebab-kan
(CFR 0,95). Bila dilihat CFR menurun na-
keracunan ialah toksin dari Staphylococcus.

132
Jumal Ekologi Kesehatan, Vol. 1, No. 3, Oktober 2002: 127-135

mun dari jumlah kasusnya naik di tahun 1996 yang dikeluarkan oleh bakteri
dan tunin di tahun 1997 (fluktuatif). Straphylococcus. Gejala dari keracunan
makanan yang disebabkan toksin Staphylo-
Dari tabel 2 terlihat bahwa kejadian coccus (Dcpartemen Keschatan RI, 1997)
keracunan makanan paling banyak dari adalah penyakit tirnbul tiba-tiba bcbcrapa
makanan yang berasal dari rumah tangga, jam setelah mengkonsumsi makanan yang
kemudian disusul makanan yang dari mengandung toksin Staphylococcus., dengan
catering. Kejadian keracunan makanan gejala muntah, diarc, sakit perut yang luar
menunjukkan kelemahan dalam pengelolaan biasa, suhu badan menurun. Penderita hams
makanan, bisa dari mu)ai bahan makanan, segera dibawa ke rumah sakit. Penderita
proses pengolahan maupun penyimpanan tidak meninggal asal dehidrasi dapat dicegah
makanan yang siap saji yang masih jauh dari atau diatasi.
aman dan sehat. Pengolahan/pemasakan
makanan yang sempurna akan mematikan Toksin Staphylococcus bersifat tahan
kuman pathogen, tetapi harus diingat bahwa panas sampai air mendidih dan makin lama
suhu seluruh bagian dan makanan harus makanan tersimpan dalam suhu kamar makin
mencapai suhu minimal 700 C. Bila makanan banyak toksin yang dihasilkan. Sedangkan
masak dibiarkan pada suhu kamar/ruang, jamur scbcnarnya bukan kuman tetapi
hided akan berkembang biak. Makin lama merupakan tanarnan yang pada jenis tertentu
ditangguhkan makanannya makin besar dapat mengeluarkan racun. Racun dari jamur
risiko kerusakan makanan tersebut. Dari disebut mikotoksin, salah satunya yang se-
sudut konsumen paling aman adalah ring ditemukan pada kacang-kacangan yang
mcnyantap makanan masakan sesegera ditumbuhi jamur adalah aflatoksin.
mungkin. Aflatoksin sangat toksis terhadap hati.
Kcjadian keracunan makanan karena makan- Jika toksin ini tcrmakan dalam jumlah sedikit
an hasil industri rumah tangga di tahun 1995
tetapi dalam jangka waktu cukup lama, maka
adalah akibat makanan tempe di Ponorogo
dapat menimbulkan kanker hati (Javvetz, dkk,
korban 9 orang keracunan tidak ada yang
1986)
meninggal, di Tulung Agung korban
keracunan 59 orang yang meninggal 4 Dari laporan kejadian keracunan
orang, serta karena makan tempe bongkrek makanan di Lampung Utara tanggal 12 April
yang mengandung Salmonella di Blitar yang 1997 (Depkes, 1995 - 1997) makanan yang
menyebabkan korban 3 orang yang mening- dicurigai menjadi penyebab keracunan
gal 2 orang (Depkes RI, Ditjen PPM & PL adalah bubur kacang hijau dari "Program
1995 -1997) Makanan Tambahan Anak Sekolah"
Sedangkan keracunan makanan karena (PMTAS) yang dimasak di dapur ibu PKK.
makanan dari industri makanan pabrik terjadi Dari kejadian ini dilaporkan jumlah korban
di tahun 1995 korban 4 orang akibat dari 198 anak sekolah dengan korban meninggal
makan mie instant (di Pontianak), dan karena 2 orang. Hasil pemeriksaan sisa makanan
makan biskuit yang mengandung nitrit menunjukkan penyebab keracunan adalah
dengan korban keracunan 16 orang 1 orang dari bakteri E. colt pathogen & Staphylo-
meninggal d i Tana Toraj a (Depkes. RI, coccus yang tumbuh dalam makanan
Ditjen PPM & PL, 1995 - 1997.) tersebut. Toksin dari Staphylococcus bersifat
tahan panas sampai air mendidih telah
Pada tabel 3 terlihat bahwa agent dihasilkan dalam makanan (kacang hijau)
mikroba yang sering menjadi penyebab yang tersimpart dalam suhu kamar dalam
keracunan makanan adalah Staphylococcus waktu yang cukup lama (Depkes. RI,
ctureus dan jamur serta Ecoli, Obrio Ditjen.PPM & PL, 1995 -1997)
cholera, Salmonella, dan ShIgella. Sedang-
kan untuk cemaran kimiawi yang terjadi Zat kimia yang berbahaya dapat
adalah karena pestisida, pewarna dan masuk ke dalam makanan baik secara
scnyawa nitrogen (N.) sengaja maupun tidak sengaja, yang masuk
secara sengaja seperti bahan makanan
Staphylococcus. merupakan bakteri
tambahan yaitu zat pewarna, penyedap dan
yang mengeluarkan toksin, jadi penyebab
pengawet makanan. Zat kimia yang masuk
keracunan makanan tadi akibat dari toksin
secara tidak sengaja ke dalam makanan
133
-

Kcjadian (SLIprapitill)

misalnya akibat kelalaian, seperti kejadian Bila dilihat dari jumlah propinsi,
biskuit beracun pada tahun 1990 sebagai kabupaten dan jumlah kejadian yang
kelalaian manusia kelini memasukkan zat dilaporkan dari daerah ke Ditjen PPM-PL
kimia sodium nitrit kc dalam adonan biskuit jumlah propinsi yang ada kasus dari tahun
karena dikira soda kuc. Kejadian keracunan 1995 kc tahun 1997 mengalami penurunan.
makanan yang tercemar zat kimia terjadi di Demikian pula dengan jumlah kejadiannya,
Bengkulu pada tahun 1995, makanan yang tahun 1995 ada 15 propinsi (39 kabupaten)
dicurigai adalah cendol dengan korban melaporkan keracunan makanan di
keracunan 37 orang (Depkes RI, Ditjen.PPM daerahnya dengan jumlah kejadian 58 kali.
& PL, 1995 - 1997) Di tahun 1996 hanya 10 propinsi (31
kabupaten) yang melapor dengan jumlah
Keracunan dapat pula terjadi akibat
kejadian 42 kali. Sedangkan tahun 1997 ada
penggunaan pestisida untuk pertanian/ rumah
9 propinsi (29 kabupaten) yang melapor ada
tangga yang meneemari bahan makanan.
keracunan makanan dengan jumlah kejadian
Akibat dari keracunan zat kimia biasanva
35 kali. (tabcl 4). Namun bila dilihat dari
dengan gejala badan lemas, mual, muntah,
jumlah orang yang terkena (jumlah kasus)
sakit perut dan kegagalan metabolismc
terlihat fluktuatif yaitu tahun 1995 tercatat
jaringan tubuh yang berakibat fatal. Hal ini
1795 orang, tahun 1996 tercatat 2308, tahun
tergantung banyak sedikitnya zat kimia yang
1997 tercatat 2010 orang dan masih disertai
termakan (Departemen Kesehatan RI, 1997)
adanya korban meninggal dari tahun ke
Keracunan senyawa N biasanva tahun.
racun yang dihasilkan oleh tanaman seperti
sianida yang terdapat dalam umbi tumbuhan
SIMPULAN
tertentu dalam bentuk senyawa KCN atau
potasium sianid. Di dalam lambung KCN Di Indonesia penyakit yang disebabkan
akan bereaksi dengan asam lambung maka makanan masih menjadi masalah. Setiap
terbentuk gas sianida (HCN) yang akan tahun masih banyak daerah yang
mengikat zat merah darah (Fib) sehingga melaporkan adanya keracunan makanan.
darah tidak dapat mengikat zat asam - Jumlah kasus keracunan makanan tahun
(oksigen) dan berakibat kematian. Potasium 1995 ada 1.795 kasus dengan korban
sianida terdapat dalam ubi kayo jenis tertentu meninggal 37 orang (CFR 2,06%), tahun
(ubi racun) dan dalam umbi tanaman liar di 1996 ada 2.308 kasus dengan korban
hutan seperti gadung. Dengan cara pengo- meninggal 31 orang (CFR 1,34%), dan
lahan tertentu sianida dalam umbi-umbian tahun 2000 ada 2.010 kasus dengan
dapat dihilangkan, tetapi untuk keamanan korban meninggal 19 orang (CFR
sebaiknya hindarkan penggunaan ubi racun 0,95%).
atau gadung sebagai bahan makanan Dari keracunan makanan yang dila-
(Departemen Kesehatan RJ, 1997). Selain porkan, asal makanan yang menjadi
dari tanaman, senyawa N terdapat juga pada penyebab keracunan adalah: masakan
ikan. Laporan keracunan makanan yang rumah tangga, disusul masakan katering,
mengan-dung senyawa N dilaporkan pemah makanan jajanan kaki lima, dan
terjadi di daerah Tuban pada tahun 1995 makanan dari rumah makan/ restoran.
akibat makan ikan buntek dengan jumlah Sedang yang menjadi penyebab/agen
korban 16 orang yang meninggal 2 orang dari keracunan adalah: Staphylococcus,
(Depkes RJ, Ditjen PPM & PL, 1995 - 1997) Jamur, E.coh pathogen, Vihrio cholerae,
Sahnonellaa, senyawa N serta
Dan laporan di DKI Jakarta tahun
zat kimia seperti pewarna dan pestisida.
1997 terjadi keracunan makanan yang berasal
Menurut laporan yang masuk dari tahun
dari Waning Tegaf di Plasa Modern yang
1995 sampai dengan 1997 bila dilihat
ternyata mengandung E.coli phatogen,
dari jumlah propinsi, kabupaten/kota
Staphylococcus dan Vihrio cholerae dengan
dan jumlah kejadian keracunan makanan
korban 153 orang tetapi tidak ada korban
tahun 1995 sampai dengan 1997
meninggal (Depkes RI, Ditjen PPM & PL
mcngalami pcnurunan. Nainun bila
1995 - 1997)
dilihat dari jumlah kasus yang dilapor-
kan cukup tinggi dan jumlah kasusnya
134
Junta] Ekologi Kesehatan, Vol. I, No. 3, Oktoher 2002: 127-135

fluktuatif dengan disertai adanya korban UCAPAN TERIMA KASIH


meninggal, maka kita tetap dituntut
Penulis mengucapkan terima kasih
untuk memperhatikan masalah keracun-
kepada staf di Sub. Dit. Pengamatan
an makanan.
Epidemiologi Penyakit dan Sub. Dit.
Pelaporan adanva keracunan makanan di
Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman
Indonesia belum berjalan optimal,
Ditjen PPM & PL Depkes RI atas informasi
mengingat sosialisasi edaran petunjuk
yang diberikan sehingga penulis dapat
pengelolaan makanan belum tersosiali-
membuat makalah ini.
sasi secara optimal.
Terima kasih juga penulis sampailcan kepada
Pelaporan belum disosialisasikan sccara
Soeharsono Soemantri Ph.D, Drg. Kristanti
maksimal, begitu pula pedoman
M.Si dan Riris Nainggolan SKM. M.Sc yang
telah memberi masukan untuk penyempur-
SARAN naan makalah ini,

Perlu lebib ditingkatkan penyuluhan


DAFTAR PUSTAKA
sanitasi pengelolaan makanan untuk
menjaga kesehatan dan keamanan ma- Departemen Kesehatan RI, 1997, Bakteri Pencemar
kanan sesuai pedoman yang sudah ada, Makanan Dan Penyakil Bawaan Makanan,
Perlu lebih mensosialisasikan petun- Jakarta.
Depkes. RI, 1995, Loporan Distribusi Kasus
juk/pedoman-pedoman yang telah
Keracunan Makanan. Subdit Higiene Sanitasi
banyak dibuat oleh Sub. Dit. Hygiene Makanan dan Minuman Ditjen P2MPL.
Sanitasi Makanan dan Minuman Ditjen Jakarta.
PPM & PL Departemen Kesehatan RI, Depkes. RI, 2000, Profil Kesehatan Indonesia 1999,
termasuk edaran Sekjen Depkes No. Jakarta.
Depkes. RI, 2000, Ditjen.PPM dan PLP, Sub.Dit.
HK.00.SJ.SE. D.0147 tentang pelaporan Pengamatan Epidemiologi Pe»yakit(PEP),
kasus keracunan makanan. Laponan Bulanan KLB (1998-2000).
Sesuai kebijakan otonomi daerah, tugas J a wetz, ii. Melmck & E A, 1986 Adelberg,
Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan (Review
tersebut ditekankan untuk dilakukan
of Medical Microbiology) edisi 16,E.
oleh masing-masing Dinas Kesehatan
Suklan, Keracunan Makanan di Indonesia, 2000,
Kabupaten/Kota, demikian juga untuk Sub.Dit. H.S. Makanan dan Minuman, Ditjen
tugas monitoring dan pengawasan pe- PPM dan PL, Jakarta.
Supraptini, 1992, Lamm,' Penelitian Sistem Sanitasi
nyehatan makanan yang harus dilakukan
secara tcrus-menerus. Rumah Makan/Restoran di Kodya Bandung,
Supraptini, 1992, Mimi Dalani Makanan clan Air
Berstlt,Majalah cermin Dunia Kedolcteran.
Wagner and Lanoix, 1959, Excreta Disposal for Small
Commit,' i es

135

You might also like