You are on page 1of 7

Efektivitas Dialog Jumat Sebagai Model Pembuatan Kebijakan Publik

Deliberatif di Kabupaten Bojonegoro

Bintan Aulia Habibah


Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga

Abstract
The purpose of this research is to know the effectiveness of the Dialog Jumat as a model of deliberative public policy
making in Bojongoro District. This research is based on the factor of deliberative democratic practice in Indonesia. Based
on the objectives to be achieved, this research includes the type of descriptive research that presents and provides a detailed
description of the effectiveness of the Dialog Jumat as a deliberative public policy in Bojongoro District. this research
includes qualitative research in which this method is more based on emerging social phenomena and the use of an inductive
frame of mind in order to make observations and draw conclusions. The research sites are located in the Office of
Communications and Informatics, Regional Development Planning Agency, Public Relations and Protocol and Pendopo
Malowopati. The technique of determining the informants using purposive sampling considering the accuracy and adequacy
of information obtained from informants and then using the snowball technique. Data collection method in this research is
observation, interview and documentation. Technique examination of data validity in this research using triangulation
technique that is collecting data from different source different from problem which is studied to then compare and
technique of data analysis by reducing, presenting data and drawing conclusion. Dialog Jumat is an open space for the
community with the Bojongoro district government to communicate directly in order to influence and create a common
policy. In the effectiveness of the Dialog Jumat as a model of deliberative public policy making in Bojongoro Regency it uses
deliberative public policy theory from Carson and Karp. From the results of this study found that Dialog Jumat in
Bojongoro successfully involving the role of the community Bojongoro participate in influencing and making the existing
policy. So it can be concluded that Dialog Jumat is a role model of deliberative democracy in Indonesia.

Keywords: Dialog Jumat, Deliberative Public Policy, Deliberative Democracy

Pendahuluan juga menghindari adanya kompetisi individual tokoh yang


Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan mengatasnamakan masyarakat saat pemilu, dan
dimana kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. memungkinkan terjadinya money politics, konflik ataupun
Adapun, secara etimologis demokrasi berasal dari hal yang tidak diinginkan.
bahasa Yunani, yaitu “demos” yang berarti rakyat dan
“kratos atau kratein” yang berarti kekuasaan atau Di Indonesia sudah terdapat kabupaten Bojongoro
berkuasa. Demokrasi dapat diartikan rakyat berkuasa sebagai role model daerah yang menerapkan demokrasi
atau “government or rule by the people” deliberatif. Kabupaten Bojongoro memiliki sebuah program
(pemerintahan oleh rakyat). Dengan kata lain, yang dinamakan Dialog Jumat. Sejak periode pertama
demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh pemerintahannya, Bupati Bojongoro Suyoto dan Wakil
rakyat, baik secara langsung maupun tidak langsung, Bupati Bojongoro, Setyo Hartono, memahami pentingnya
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (Luber dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan
Jurdil). keputusan yang berkaitan dengan kepentingan publik
Model demokrasi deliberatif yang sekarang ini sedang tersebut. Proses dialogis antara pemerintah daerah dengan
gencar diperbincangkan belakangan ini. Deliberatif masyarakat diwadahi dalam sebuah forum yang disebut
berasal dari kata deliberation, atau dalam bahasa latin Dialog Jumat yang digelar setiap hari Jumat mulai pukul
disebut deliberation yang artinya musyawarah, 13.00 WIB hingga selesai.
berunding, berbincang-bincang dan menimbang-
nimbang. Deliberasi merupakan proses melakukan Dialog Jumat diinisiasi oleh Bupati Bojongoro yaitu
suatu komunikasi baik internal maupun eksternal. Suyoto. Sebelum masa jabatannya dimulai, Suyoto
memiliki janji politik untuk membuka Pendopo Malowopati
Demokrasi deliberatif berbeda dengan untuk masyarakat Bojongoro. Sesuai dengan janji politik
demokrasi perwakilan. Dalam demokrasi deliberatif, tersebut, Suyoto membuka pendopo malowopati untuk
komunikasi lebih ditekankan antar masyarakat, seluruh masyarakat Bojongoro dan dapat menyampaikan
keputusan yang diambil bersifat musyawarah yang apa saja terkait permasalahan di Bojongoro.
berujung suatu keputusan yang mufakat. Berbeda Dalam dialog publik, masyarakat Bojongoro tanpa
dengan demokrasi perwakilan yang terkecuali bisa menyampaikan aspirasinya, dapat dilihat dari
menggunakan voting. Dalam demokrasi deliberatif data berikut yang menunjukkan urusan yang ditanyakan
masyarakat seluruhnya dapat berpartisipasi secara aktif dalam Dialog Jumat.
dalam proses demokrasi. Model demokrasi deliberatif
1
Tabel I. 1Proporsi Pertanyaan dan Informasi Tabel I. 3 Peserta Dialog Jumat
Dalam Dialog Jumat di Kabupaten Bojongoro
Tahun 2013 No Kelompok Jumlah Prosentase
Mayarakat
No Urusan yang Jumlah % 1 Masyarakat 86 36%
ditanyakan Bojonegoro
1 Pemerintah 82 18% 2 Mayarakat luar 8 3%
2 Sosial 72 15% Bojongoro
3 Pendidikan 58 12% 3 SKPD 78 32%
4 Pekerjaan Umum 54 11% 4 Kelompok Tani 23 9%
5 Pertanian, Perikanan, 71 15% 5 Kelompok 12 5%
peternakan dan Pedagang Kaki
kehutanan Lima
6 Perhubungan 39 8% 6 Kelompok 6 2%
7 Pengairan 35 7% Disabilitas
8 Komunikasi / 34 7% 7 Kelompok lain-lain 31 13%
informasi Jumlah 244 100%
9 Kesehatan 31 7% Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika
Jumlah 476 100% Kabupaten Bojongoro
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informtika Dilihat dari data diatas diketahui bahwa kelompok
Kabupaten Bojongoro disabilitas aktif dalam mengikuti dialog jumat di pendopo
Atmosfir keterbukaan dan saling menghargai malowopati. Hal tersebut berarti bahwa kelompok
sangat jelas nampak dan terasa di pendopo Malowopati disabilitas didengarkan dan tidak dianggap berbeda dengan
tersebut. Acara dialog biasanya dimulai dengan orang biasa. Seperti bunyi Peraturan Bupati Nomor 7 tahun
pemaparan program dari dinas atau SKPD yang 2015 tentang Kabupaten Ramah Hak Asasi Manusia. Dalam
ditunjuk oleh Bupati, dan dilanjutkan dengan sesi perbup diatas diebutkan bahwa maksud dari pelaksanaan
tanya jawab. Aspirasi masyarakat yang terkumpul dari Kabupaten Ramah HAM yang diatur melalui Perbup ini
kegiatan dialog tersebut telah ditindaklanjuti oleh adalah untuk meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam
SKPD atau Badan yang terkait. Selama tahun 2013, melindungi, menghormati dan memajukan hak asasi
sudah banyak sekali ide-ide pembangunan yang manusia di Kabupaten Bojonegoro.
mengalir dari masyarakat. Beberapa ide yang berbobot Manfaat yang didapatkan Bapak Sanawi dengan
dan memiliki urgensi tinggi dalam penyelenggaraan pelaksanaan dialog jumat beliau bisa memotivasi
pembangunan dijadikan bahan dalam perencanaan anggotanya. Serta beliau pernah menyampaikan sarannya
lebih detil oleh Badan Perencanaan Pembangunan ketika kantor pemerintah kabupaten Bojonegoro dibangun
Daerah Kabupaten Bojongoro. Sehingga bisa pada tahun 2014, beliau menyarankan untuk memberikan
dijabarkan dalam kebijakan, program dan kegiatan akses kepada disabilitas untuk mendapatkan pelayanan yang
yang sesuai dengan tuntutan masyarakat di 2015. sama akan pelayanan publik di Kabpaten Bojonegoro. Hal
Tabel I. 2 Kategori Aspirasi Mayarakat dalam tersebut didengar oleh Pemkab Bojonegoro hingga akhirnya
Dialog Jumat di Kabupaten Bojongoro tahun 2013- terdapat tangga khusus diperuntukkan untuk warga yang
2014 memakai kursi roda.
Contoh lain kebijakan yang dipngaruhi oleh Dialog
Kategori aspirasi Presentase Jumat ialah Peraturan Bupati Nomor 18 tahun 2012 Tentang
Usulan/Kritik 27% Pemberdayaan Himpunan Petani Pemaki Air.
Pertanyaan 30% Berdasarkan kasus air dari waduk di “premani” atau di
Testimoni 8% perjual belikan dengan semena-mena padahal sudah ada
Pengaduan 28% petugas yang mengatur air, namun petugas tersebut tidak
Permohonan 7% bisa berkutik. Sehingga akhirnya masyarakat memberanikan
bangunan fisik diri untuk berbicara kepada pemerintah melalui sarana
Jumlah 100% Dialog Jumat yang digelar di Pendopo Malowopati. Setelah
Sumber: Dinas Komunikasi Dan Informatika dilihat bahwa benar adanya pelnggaran yang terjadi disana,
Kabupaten Bojongoro maka Dinas Pengairan menindaklanjuti dan mengambil
Dialog Jumat terbuka untuk seluruh masyarakat keputusan.
Bojongoro, hal tersebut tidak menutup kemungkinan Selain itu, juga terdapat cara memonitor usulan
terdapat beberapa kelompok masyarakat yang datang yang masuk dari Dialog Jumat melalui sebuah aplikasi yang
untuk mewakili kelompoknya hal tersebut dapat dilihat dikelola oleh Dinas Komunikasi dan Informatika. Dalam
dari banyaknya kelompok masayarakat yang hadir aplikasi tersebut menampilkan kriteria tindaklanjut usulan
pada setiap Dialog Jumat. warga. Dalam aplikasi tersebut terdapat warga merah yang
menggambarkan usulan dari masyarakat belum ditanggapi,
king yang berarti sudah di tanggapi namun belum dilakukan
penanganan, dan hijau sudah ditangani. Dengan adanya
aplikasi seperti itu, masyarakat dapat memantau usulan
ataupun laporan yang sudah diberikan kepada Pemerintah
2
Kabupaten Bojonegoro. Apabila belum ditindaklanjuti, komunitas yang sama. sebagai langkah untuk
masyarakat bisa datang lagi ke Dialog Jumat untuk mencapai civic engagement,
meminta segera ditindak lanjuti usulan yang sudah b. Diskusi deliberatif (deliberative discussion) yang
diberikan. Dengan adanya Dialog Jumat banyak bertujuan untuk membangun diskusi yang seksama
manfaat yang didapatkan dari sisi pemerintah maupun dan dengan informasi yang memadai diantara
masyarakat sendiri. warga mengenai isu-isu yang dianggap penting
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana baik di tingkat lokal maupun nasional; dan
efektivitas dialog jumat sebagai model pembuatan c. Pengambilan keputusan deliberatif (deliberative
kebijakan publik deliberatif di kabupaten bojonegoro. decision) making yaitu tahap dimana peserta dialog
harus membuat keputusan, meskipun itu tidak
Kerangka Teori selalu berupa konsensus
Demokrasi
Demokrasi merupakan bentuk suatu Kebijakan publik
pemerintahan dalam suatu negara diamana semua Thomas R. Dye sebagaimana dikutip Islamy
warganegaranya memiliki hak yang setara dalam mendefinisikan kebijakan publik sebagai “is whatever
pengambilan keputusan. Demokrasi mencakup government choose to do or not to do” (apapaun yang
kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak
memungkinkan praktek kebebasan politik secara bebas dilakukan).(Islamy:2003:19)
dan setara. Pemerintahan yang demokratis berbeda David Easton sebagaimana dikutip Leo Agustino
dengan bentuk pemerintahan yang lain dimana memberikan definisi kebijakan publik sebagai “the
terdapat bentuk demokrasi yang menjelaskan cara autorative allocation of values for the whole
seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Pertama, society".Definisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik
demokrasi perwakilan dimana masyarakat memilih otoritas dalam sistem politik (pemerintah) yang secara syah
perwakilan yang dapat menyampaikan pendapat dan dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya dan pilihan
mengambil keputusan bagi mereka. Kedua, demokrasi pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan
langsung yaitu semua warganegara secara langsung sesuatu diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai.
dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan. (Agustino:2006:2).
Demokrasi langsung hampir sama dengan demokrasi Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat
deliberatif dimana masyarakat dapat langsung disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian
mempengaruhi keputusan pemerintah. Berikut ini akan tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh
dijelaskan demokrasi deliberatif. pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna
memecahkan masalah-masalah publik atau demi
Demokrasi Deliberatif kepentingan publik. Kebijakan untuk melakukan sesuatu
Istilah “deliberasi” berasal dari kata Latin biasanya tertuang dalam ketentuan-ketentuan atau peraturan
deliberatio yang lalu didalam bahasa Inggis menjadi perundang-undangan yang dibuat pemerintah sehingga
deliberation. Istilah ini berarti “konsultasi”, memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.
“menimbang-nimbang” atau “musyawarah”. Semua
arti leksikal ini harus ditempatkan dalam konteks Kebijakan Publik Deliberatif
“publik” atau “kebersamaan secara politis” untuk Akar dari deliberatif sebenarnya adalah perbincangan
memberi pengertian yang penuh sebagai sebuah dan komunikasi. Ini dari policymaking adalah adanya
konsep dalam teori diskursus. Penggabungannya sebuah dialog autentik (autentic dialogue). Untuk mencapai
dengan istilah “demokrasi” memberi makna khusus kolaborasi antar pemain dengan beragam kepentingan dan
pada konsep demokrasi itu. Sebagai sebuah konsep mempunyai sejarah konflik, dialog yang dilaksanakan harus
dalam teori diskursus, istilah „demokrasi deliberatif‟ autentik, daripada hanya sekedar bersifat retrorika atau ritual
sudah tersirat didalam apa yang telah dibicarakan Untuk menjadi autentik, sebuah dialog harus memenuhi
sebagai diskursus praktis, formasi opini dan aspirasi syarat kondisi tertentu yang telah diuraikan Habermas
politis , proseduralisme atau kedaulatan rakyat sebagai sebagai landasan bagi rasionalitas komunikatif
prosedur.(Budi Hardiman:2008.128-129) (communicative rationality). Masing-masing pembicara
Model deliberatif ini menekankan pentingnya harus mempunyai legitimasi dalam mewakili kepentingan
prosedur komunikasi untuk meraih legitimitas hukum untuk siapa dirinya bicara, masing-masing harus berkata
di dalam sebuah proses pertukaran yang dinamis antara jujur, membuat pertanyataan yang dapat dimengerti oleh
sistem politik dan ruang publik yang dimobilitas untuk lainnya dan harus kuat. Dialog yang autentik juga
menghubungkan teori hukum.(Budi tergantung pada kelompok yang dapat mengikuti diskusi
Hardiman:2008.126) yang diarahkan daripada secara buatan (artficial) diabatasi
Ada beberapa tingkatan proses deliberasi oleh aturan-aturan tentang apa yang boleh didiskusikan atau
menurut Chambers (2003:307): apa yang tidak boleh dirubah. ( Hajer dan
a. Dialog warga (civic dialogue), yang menurut Wageenar.2003:45)
Walsh bertujuan mengajak para stakeholder
yang beragam untuk memperoleh pemahaman Kriteria Pengambilan Keputusan Deliberatif
yang lebih baik mengenai orang-orang dari Proses pengambilan keputusan dapat dikategorikan
beragam latar belakang yang hidup di sebagai proses yang memenuhi kriteria sebagai proses
demokrasi deliberatif, maka menurut Carson & Karp dalam

3
Mardiyanta (2011: 268-269) haruslah memenuhi tiga dan tukar pengalaman di antara para pihak dan warga negara
kriteria tertentu. Mereka mengungkapkan sebagai (stakeholder). Tujuannya untuk mencapai mufakat melalui
berikut: musyawarah berdasarkan hasil-hasil diskusi dengan
These can be thought of as three criteria for a fully mempertimbangkan berbagai kriteria. Keterlibatan warga
democratic deliberative process: (1) Influence: The (citizen engagement) merupakan inti dari demokrasi
process should have the ability to influence policy and deliberatif.
decision making (2) Inclusion: The process should be Beberapa kriteria kebijakan publik deliberatif ialah
representative of the population and inclusive to influence, inclusion dan deliberation akah dijelaskan
diverse viewpoints and values, providing equal sebagai berikut:
opportunity for all participate. (3) Deliberation: The a. Influence
process should provide open dialogue, access to Menurut Carson & karp influence ialah kemampuan
information, respect, space 10 understand and issues, untuk mempengaruhi kebijakan dan pengamilan keputusan.
and movement toward con reframe. Dalam hal ini masyarakat dapat mempengaruhi kebijakan
Ketiga kriteria: influence, inclusion dan dan pengambilan keputusan yang dibuat oleh pemerintah.
deliberation di atas dapat digunakan sebagai alat Negara dengan masyarakat yang ikut andil dalam
analisis untuk mengidentifikasi sejauh mana sebuah pengambilan dan mempengaruhi kebijakan dapat dikatakan
proses pembuatan keputusan dalam suatu lembaga atau bahwa negara tersebut fully democratic deliberative.
komunitas dapat dikategorikan ke dalam proses Namun, pada kenyataannya Indonesia masih belum
demokrasi deliberatif. Maksud dari influence ialah sepenuhnya seperti itu.
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan Dapat dilihat dari praktek Dialog Jumat di Bojongoro,
dan pengabilan keputusan, inclusion yaitu mewakili dalam dialaog Jumat tersebut masyarakat sudah mampu
populasi dan terbuka terhadap beragam nilai dan sudut mempengaruhi kebijakan yang akan maupun yang sudah
pandang serta memberikan kesempatan yang sama dibuat. Dialog Jumat menjadi sebuah alat masyarakat untuk
bagi semua pihak yang berpartisipasi, dan yang berperan aktif memutuskan kebijakan. Namun, tidak semua
terakhir deliberation yang artinya membrikan ruang kota maupun kabupaten di Indonesia menerapkan hal
yang terbuka untuk berdialog, sikap menghargai tersebut, sehingga praktek negara yang demokratis
pandangan, dan akses terhadap informasi. deliberatif masih belum bisa berjalan dengan sempurna.
Hanya saja Bojongoro sudah mengawali proses ini.
Metode Penelitian Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian terlihat ketika mengikuti Dialog Jumat setiap minggunya.
kualitatif dengan tipe deskriptif yakni untuk Dalam Dialog Jumat tersebut, masyarakat dibebaskan untuk
menggambarkan mengenai efektivitas dialog jumat berpedapat dan ikut mengambil keputusan. Masyarakat juga
sebagai model pembuatan kebijakan publik deliberatif ikut andil dalam pengambilan keputusan melalui saran yang
di kabupaten bojonegoro. Teknik pengumpulan data diberikan oleh masyarakat kepada pemerintah, karena yang
dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, lebih tahu situasi yang ada dialapagan adalah masyarakat itu
dokumentasi penelitian dan materi audio dan visual. sendiri.
Teknik penentuan informan dilakukan secara Pemerintah Bojongoro berusaha mengadakan Dialog
purposive dan snowball. Sedangkan teknik Jumat yang bertujuan agar masyarakat percaya kepada
pemeriksaan keabsahan data melalui triangulasi sumber pemerintahannya. Namun semua itu kembali lagi kepada
data sehingga data yang disajikan merupakan data yang
peran serta masyarakat. Dalam hal ini masyarakat berhak
absah.
memutuskan untuk ikut atau tidak dalam Dialog Jumat.
Dialog Jumat Bojongoro diketahui mempengaruhi seuah
Hasil dan Pembahasan
kebijakan dan dapat juga menghasilkan sebuah kebijakan
Martin Hajer dan Henderik Wagenaar dalam
yang baru. Dialog publik merupakan sarana pengambilan
Nugroho menyebutkan bahwa Implementasi Good
keputusan yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan
Governance dalam analisis kebijakan publik disebut
pemerintah secara bersamaan.
analisis Kebijakan Publik Deliberatif. Dwiyanto dalam
Beberapa contoh hasil kebijakan publik yang dipengaruhi
bukunya yang berjudul “Kebijakan Publik Berbasis
oleh keterlibatan masyarakat yaitu:
Dynamic Policy Analisys” menjelaskan pendapat dari
1. Kebijakan pola tanam petani
Riaant nugroho yang mengklaim bahwa model analisis
2. Pembangunan jalan kawasan hutan
kebijakan deliberative ini menghindari kebijakan
3. Peneritiban pedagang kaki lima
publik yang teknokratik, dan mendudukan pemerintah
4. Kebijakan RASTRA atau raskin
hanya sebagai fasilitator dan legislator dari keinginan
5. Perbub nomor 18 tahun 2012 tentag Himpunan
publik (Dwiyanto 2009). Artinya model analisis
Petani Pemakai Air
deliberative ini bertujuan untuk mendudukan
Jadi, dapat dikatakan bahwa Dialog Jumat merupakan
masyarakat (publik) sebagai pihak yang tidak
praktek pembuatan kebijakan publik yang bersifat
ditinggalkan dalam proses pengambilan kebijakan.
deliberatif.
Konsep Kebijakan deliberatif di atas merupakan
bentuk derivasi dari demokrasi deliberatif. Demokrasi
b. Inclusion
deliberatif mengutamakan penggunaan tata cara
pengambilan keputusan yang menekankan Menurut Carson & Karp menjelaskan tentang iclusion
musyawarah dan penggalian masalah melalui dialog yaitu mewakili populasi dan terbuka terhadap beragam nilai
dan sudut pandang serta memberikan kesempatan yang
4
sama bagi semua pihak untuk berpartisipasi. Menurut pembangunan yang menjadi salah satu tujuan dan manfaat
mereka, salah satu indikator kebijakan publik Dialog Jumat.
deliberatif ialah partisipasi yang dilakukan oleh siapa
saja dan semua diberikan ruang dan kesempatan yang Kesimpulan
sama untuk berpartisipasi. Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan
Tepat sasaran adalah faktor penting untuk Dialog Jumat di Kabupaten Bojongoro masyarakat sangat
menentukan apakah program yang sudah dilaksanakan antusias dalam menerima program ini ditunjukkan dengan
ini telah dikelola dengan baik. Untuk mecapai sasaran tingginya partisipasi masyarakat dalam Dialog Jumat. Hal
tersebut, tim pelaksana program harus memahami ini perlu ditingkatkan guna memberikan ruang komunikasi
peraturan dasar dan mengenal peraturan pokok yang antara masyarakat dengan pemerintah.
dilaksanakan. Tim pelaksana juga harus menentukan Antusias masyarakat Bojongoro menerima Dialog
sasaran yang jelas, realistis, logis dan benar-benar Jumat dan ikut andil didalamnya mempermudah pemerintah
sudah mengetahui tentang target dari Dialog Jumat. Bojongoro dalam mencaai tujuan pembangunan yang
Kemudian pelaksana juga harus mengukur hasil menjadi salah satu tujuan dan manfaat Dialog Jumat.
penemuan tersebut. Sebagai contoh, sasaran yang Dari hasil penelitian tentang Efektivitas Dialog
objektif harus ditetapkan untuk mengantisipasi hasil Jumat Sebagai Model Pembuatan Kebijakan Publik
atau keluaran yang ada. Dialog Jumat memiliki target Deliberatif di Kabupaten Bojonegoro ini, maka dapat
program yaitu seluruh masyarakat Kabupaten diambil kesimpulan sebagai berikut:
Bojongoro tanpa kecuali. a. Influence
Dalam hal ini Dialog Jumat memberikan Berdasarkan data yang telah disajikan dapat
kesempatan yang sama pada siapa saja untuk berbicara disimpulkan bahwa hasil Dialog Jumat ialah
dan menyampaikan pendapat ataupu pemikirannya penjelasan langsung mengenai apa yang ditanyakan,
tentang suatu hal yang bekenaan dengan meningkatkan masukan, kritik, saran yang dilontarkan masyarakat
kesejahteraan dan pembangunan masyarakat serta hasil jangka panjangnya ialah kepercayaan
Bojongoro. Dalam Dialog Jumat, masyarakat dapat masyarakat terhadap pemerintah Bojonegoro. Serta
bertemu dan berkomunikasi langsung dengan pejabat hasil dari Dialog Jumat dapat menjadi salah satu
pemerintah tanpa perantara apapun. pengaruh atas kebijakan yang sudah maupun belum
Dalam Dialog Jumat ini seluruh Kepala SKPD dijalankan.
wajib hadir dengan SKPD satu tingkat dibawahnya. b. Inclusion
Sehingga pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat Dapat disimpulkan bahwa yang hadir dalam
tentang apapun itu dapat lansgung terjawab oleh OPD Dialog Jumat ialah siapa saja seluruh masyarakat
terkait tanpa harus menunggu Dialog Jumat minggu Bojonegoro dan seluruh kepala SKPD dan satu
depan. tingkat dibawahnya beserta bupati, wakil bupati dan
sekretaris daerah.
c. Deliberation Dalam Dialog Jumat masyarakat juga diberikan
Menurut Carson dan Karp deliberation yang kesempatan untuk siapa saja berbicara sesuai dengan
artinya memberikan ruang terbuka untuk berdialog, apa yang ingin disampaikan. Dialog Jumat sebagai
sikap menghargai pandangan, dan akses terhadap sarana masyarakat untuk bertemu langsung dengan
informasi. pejabat pemerintah dan berkomunikasi langsung
Dalam Dialog Jumat warga Bojongoro diberikan disana. Dialog Jumat juga sudah mengenai sasaran
ruang terbuka untuk berdialog langsung dengan para yang tepat, yaitu masyarakat bojonegoro tanpa
eksekutif pemerintah Bojongoro. Serta memberikan memandang siapa saja boleh hadir dalam
kesempatan yang sama untuk siapa saja berbicara dan pelaksanaan Dialog Jumat.
diberikan akses informasi yang sebebas-bebasnya. c. Deliberation
Dalam proses pelaksanaan Dialog Jumat, Dalam Dialog Jumat memberikan ruang terbuka
masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi masyarakat dan eksekutif untuk berkomunikasi.
didalamnya dengan memberikan masukan kepada Informasi yang diberikan berbeda-beda setiap
pemerintah daerah berupa kritik, saran, apapun yang miggunya sesuai dengan narasumber dan hal yang
dapat membuat Bojongoro menjadi lebih baik. Berikut sedang hangat diperbincangkan di kalangan
petikan wawancara yang menunjukkan antusias masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan Dialog
masyarakat Bojongoro dalam keikutsertaan Dialog Jumat dibutuhkan antusiasme masyarakat untuk ikut
Jumat. berpartisipasi, namun antusiasme masyarakat
Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan bojonegoro terkesan fluktuatif karena ada dua
Dialog Jumat di Kabupaten Bojongoro masyarakat kemungkinan, pertama karena jawaban mereka sudah
sangat antusias dalam menerima program ini terjawab dan tindak lanjut yang diharapkan sudah
ditunjukkan dengan tingginya partisipasi masyarakat terlaksana dan sesuai atau kemungkinan masyarakat
dalam Dialog Jumat. Hal ini perlu ditingkatkan guna sudah bosan dengan Dialog Jumat.
memberikan ruang komunikasi antara masyarakat
dengan pemerintah.
Antusias masyarakat Bojongoro menerima Dialog
Jumat dan ikut andil didalamnya mempermudah
pemerintah Bojongoro dalam mencapai tujuan
5
Daftar Pustaka Ndraha, Talituduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat:
Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas.
BUKU Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Abdul Wahab, Solichin. 2008. Analisis Kebijakan: Nugroho, Riant. 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-
Dari Formulasi ke Implementasi Negara Berkembang (Model-Model Perumusan
Kebijaksanaan Negara. Jakarta. Bumi Aksara Implementasi Dan Evaluasi). Jakarta.PT. Alex Media
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Komputindo.
Bandung. Alfabeta Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Bandung. Alfabeta
Kualitatif. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Patton, Michael Quinn. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif.
Creswell, John W. 2013. Research design (pendekatan Yogyakarta. Pustaka Belajar
kualitatif, kuantitatif, dan Mixed). Yogyakarta.
Pustaka Pelajar. Prastowo, Andi. 2011. Motede Penelitian Kualitatif.
Dye, Thomas R. 2005. Understanding Publik Policy. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media
Prince-Hall. Inc, Englewood Cliffs
Ekowati, Mas Roro Lilil. 2005. Perencanaan, Pringgodogjo.1973.Ensiklopedia Umum. Yogyakarta.
Implementasi dan Evaluasi Kebijakan atau Yayasan Kanisium
Program. Edisi Revisi. Bandung: PT
Rosdakarya Samsul Hadi, d. 2009. Metode Riset Evaluasi. Yogyakarta.
Hajer, Marten and Hendrik Wagenaar (eds). 2003. Lakbang Grafika.
Deliberative Policy Analysis, Understanding Santosa, Mas Achmad. 2001. Good Governance dan Hukum
Governance in The Network Society. Lingkungan. Jakarta. ICEL.
Cambridge University Press Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan
Hardiman, F. Budi. 2009. Demokrasi Deliberatif: Partisipasi. Surakarta. Sebelas Maret University
Menimbang “Negara Hukum” dan “Ruang Press
Publik” dalam Teori Diskursus Jurgen Steers, M. Richard. 1985. Efektifitas Organisasi. Jakarta.
Hubermas. Yogyakarta. Kanisius. Erlangga.
Hasibuan, Malayu S.P. (2001). Manajemen Sumber Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D.
Daya Manusia. Jakarta . PT. Bumi Aksara Bandung. Alfabeta
Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian dan Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang
Pengembangan Masyarakat. Bandung. Membumi. Yogyakarta. Lukman Offset YPAPI.
Humaniora. Tangkilisan, Nogi Hessel. 2005. Manajemen Publik. Jakarta.
Innes, Judith E. Dan Davied E. Boober. 2003. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Collaborative Policy Making: Governance Wilkes, Iris. 2001. Mewujudkan Partisipasi Teknik
Through Dialogue in Martin Hajer and Partisipasi Masyarakat Untuk Abad 21. Jakarta. The
Hendrik Wagenaar (eds) Deliberative Policy British Council
Analysis, Understanding Governance In the
Network Society. Cambridge University Press PENELITIAN
Islami, Irfan. 2007. Prinsip-prinsip Kebijakan Negara. Sholihatin, Izzati. 2016. Rasionalitas Forum Dialog Publik
Jakarta: Bumi Aksara di Kabupaten Bojonegoro. Tesis. Fakultas Ilmu
Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip Perumusan Sosial dan Ilmu Politik. Sosiologi. Universitas
Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara. Jakarta. Airlangga
Jim Schiller dan Hans Antlov. 2009. Inovasi,
Partisipasi, dan Good Governance. Jakarta. JURNAL
Yayasan Obor Indonesia Mardiyanta, Antun. 2011. Kebijakan Publik Deliberatif:
Kettner, Peter M., Moroney, Robert M.; Martin, Relevansi dan Tantangan Implementasinya. Vol.24
Lawrence L. 2007. De d Managing Programs: (3) Hal. 261-271
An Effectiveness Based Approach. (3rd ed). Loina Lalolo Krina. P. 2003. Indikator dan Alar ukur
Newbury Park: Sage Publications Prinsip Akuntabilimas, Transparansi dan
Kunarjo. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Partisipasi. Jakarta. Badan Perencanaan
Program Pembangunan. Jakarta: UI Press Pembangunan Nasional.
Mahmudi.2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Budiani, Ni Wayan. 2007. Efektivitas Program
Yogyakarta. UPP AMP YKPN Penanggulangan Pengangguran Karang Taruna
Mahsun. Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor “Eka Taruna Bhakti” Desa Sumerta Kelod
Publik. Yogyakarta. BPFE-Yogyakarta. Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Juenal
Miles, Mathew B, and A. Michael Hubermas. 2009. Ekonomi dan Sosial INPUT. Volume 2 Nomor 1
Analisis Data Kualitatif. Jakarta. UI Press Aprilia, Maria Kismartini. 2010. Analisis kebijakan publik
Mujibur Rahman Khairul Muluk. 2007. Menggugat deliberatif dalam pembangunan daerah di
Partisipasi Publik dalam Pemerintahan kecamatan semarang utara. Semarang. Universitas
Daerah. Malang. Banyumedia Publishing. Diponegoro
Mulyasa.2006. Manajemen Berbasis Sekolah.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

6
UNDANG-UNDANG jatim.bps.go.id
Pasal 20 UU No. 32 Tahun 2004 Bojongorokab.bps.go.id
Peraturan Bupati Nomor 18 Tahun 2012 tentang Dadang Solihin. Penerapan Prinsip-prinsip Good
Himpunan Petani Pemakai Air Governance di Negara Berkembang. Diklat
Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2015 tentang Eksekutif Good Govemance, Dinas Perhubungan
Kabupaten Ramah Hak Asasi Manusia. Laut
http://www.bojonegorokab.go.id/berita/baca/532/Pembinaan
INTERNET -Pengelolaan-Air-Untuk-Kelola-Pertani

You might also like