You are on page 1of 14

Implementasi Kebijakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dalam

Pengembangan Objek Wisata di Pulau Kumo


(Suatu Studi di Kecamatan Tobelo Kabupaten Halmaera Utara)

Feki Lahamadi
Martha Ogotan
Very Y. Londa

ABSTRACT : Kumo beach is one of the busiest beaches in North Halmahera, Kumo beach is also
one of the island cluster of islands in front of Tobelo town which can be reached ± 5 minutes by
motorized boat. Island Kumo is located right in front of Tobelo town with a beach shaded by trees
and a beautiful white sand and the sea is clear, strong and strong and suitable for activities such as
snorkeling, boating and others, the choice of the local tourists because of its beautiful scenery
access close from Tobelo town. Unfortunately, all the advantages of a tourist beach Kumo untapped
and managed properly, it is very necessary for the implementation of policies that seriously by
policymakers and implementers alike.
The research was analyzed using qualitative descriptive method. Thus, the details can be
drawn that the data analysis technique that is performed is after the data are collected, then the
next data will be combined, depicted in narrative form sentences by providing interpretation or
interpretation based on direct observation conducted by researchers with samples of the object
existing research or respondent which exists. The results of this research show that the efforts made
by the Department of Tourism and culture of North Halmahera District has not been able to explore
and manage the attraction beach Kumo well because they said there are various factors that hamper
policy makers and implementers in implementing the policy of tourism development on the island
of Kumo.

Keywords: Policy Implementation, Development, Attractions.

PENDAHULUAN terdiri atas UU no 32 tahun 2004, tentang


pemerintahan daerah dan UU No. 25
Indonesia merupakan negara yang
tahun 1999, tentang perimbangan
sangat indah dan kaya akan alam dan
keuangan pusat dan daerah, bahwa daerah
budaya. Semua itu dapat dimanfaatkan
diberikan hak dan wewenang untuk
oleh masyarakat Indonesia sebagai objek
mengatur dan mengurus daerahnya
dan daya tarik wisata yang dapat
masing-masing sesuai dengan potensi
menarik kunjungan wisatawan.
yang dimiliki oleh daerah untuk
Wisatawan yang datang berkunjung
dikembangkan, sebagai konsekuensi dari
merupakan sumber devisa negara yang
pelaksanaan otonomi daerah. Untuk itu,
dapat meningkatkan pendapatan negara
pemerintah daerah diharapkan memiliki
dan masyarakat di lokasi objek wisata
kemampuan mengidentifikasi dan
(Pitana dan Gayatri, 2005).
mengelola potensi-potensi yang ada di
Maka dengan itu, untuk mentaktisi daerahnya, untuk dimanfaatkan secara
seperti yang disebutkan di atas, maka efektif dan efisien guna terselenggaranya
pemerintah pusat mengambil sebuah aktifitas pembangunan dalam rangka
kebijakan yang dikenal dengan Otonomi peningkatan kualitas hidup masyarakat
Daerah. Dalam otonomi daerah yang dan daerahnya. Dengan demikian

1
pemerintah daerah berkewajiban secara dengan pantai yang diteduhi oleh
konsisten mengelola potensi-potensi yang pepohonan dan pasir putih yang indah
bisa dikembangkan, salah satunya adalah serta lautnya yang jernih sanagat cocok
pengembangan dan pengelolaan sektor untuk melakukan kegiatan seperti
pariwisata, yang diharapkan dapat bersnorkeling, berperahu dan lain-
meningkatkan pendapatan daerah dan lainnya, menjadi pilihan para wisatawan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, lokal karena aksesnya yang dekat dari
bangsa dan Negara. kota Tobelo. Selain itu, dari objek wisata
Pulau Kumo/pantai Kumo juaga dapat
Jadi pengembangan pariwisata pada
dinikmati pemandangan kota Tobelo yang
hakikatnya merupakan bagian dari upaya
terletak persis di depannya dan indahnya
pembangunan nasional untuk
view matahari terbenam/sanset yang tepat
mewujudkan kesejahteraan lahir maupun
di punggung gunung Mamuya.
batin bagi seluruh rakyat Indonesia,
sehingga kekayaan wilayah nusantara Pengembangan sebagai kawasan
sebagai modal dan landasan objek wisata, di perlukan perhatian dari
pengembangan budaya bangsa secara pemerintah Kabupaten Halmaherah Utara
keseluruhan dapat dinikamati oleh terlebih Khusus Dinas Pariwisata
masyarakat. Kebudayaan Kabupaten Halmahera Utara
dan Masyarakat setempat, dan
Berkembangnya pariwisata di suatu
pengetahuan tentang kondisi dan
daerah akan mendatangkan banyak
keberadaan sumber daya alam objek
manfaat bagi masyarakat, yakni secara
wisata Pulau Kumo Kecamatan Tobelo
ekonomis, sosial dan budaya; namun jika
Kabupaten Halmahera Utara. Hal ini
pengembngannya tidak dipersiapkan dan
mengingatkan bahwa dalam
tidak dikelola dengan baik, justru akan
pengembanagan objek wisata perlu
menimbulkan banyak permasalahan yang
didukung oleh kondisi yang sesuai dengan
menyulitkan atau bahkan merugikan
keinginanan wisatawan. Hal kedua adalah
masyarakat. Untuk menjamin supaya
objek wisata ini berada di sebuah pulau
pariwisata dapat berkembang secara baik
yang dapat ditempuh ±5 menit dengan
dan berkelanjutan serta mendatangkan
perahu ketinting, sehingga perlu adanya
manfaat bagi manusia dan
investasi besar dan masi ada beberapa
meminimalisasi damapak negatif yang
keterbatasan seperti pendidikan,
mungkin timbul, maka pengembangan
kesehatan, aksesibilitas sarana dan
pariwisata perlu didahului dengan kajian
prasarana (listrik, air bersih dan
yang mendalam, yakni dengan
komunikasi). Hal tersebut sangat penting
melakuakan penelitian terhadap semua
agar pengembangan dapat mendukung
sumber daya pendukungnya (Wardiyanta,
diversifikasi kegiatan objek wisata.
2010).
Objek wista Pulau Kumo/ pantai KERANGKA KONSEPTUAL
Kumo merupakan salah satu pantai
Konsep Iplementasi Kebijakan
tersibuk di Halmahera Utara, Pulau Kumo
juga merupakan salah satu pulau dari Pemahaman umum mengenai
gugusan pulau-pulau di depan Kota implementasi kebijakan dapat diperoleh
Tobelo yang dapat ditempuh ±5 menit dari pernyataan Grindle (1980) dalam
dengan perahu ketinting. Pulau Kumo Akib (2010) bahwa implementasi
yang letaknya tepat di depan kota Tobelo merupakan proses umum tindakan

2
adminitratif yang dapat diteliti pada Menurut Dunn (2003), kebjikan
tingkat program tertentu. Proses publik adalah polah ketergantungan yang
implementasi baru akan dimulai apabila kompleks dari pilihan-pilihan yang
tujuan dan saran telah ditetapkan, program kolektif yang saling tergantung, termasuk
kegiatan telah tersusun dan dana telah siap keputusan-keputusan untuk tidak
untuk disalurkan untuk mencapai sasaran. bertindak, yang di buat oleh badan atau
kantor pemerintah. Syafiie (2006) dalam
Implementasi kebijakan sebagai
Tahir (2014), mendefiniskan kebijakan
salah satu aktifitas dalam proses kebijakan
public adalah semacam jawaban terhadap
publik, sering bertentangan dengan yang
suatu masalah karena akan merupakan
diharapakan, bahkan menjadikan produk
upaya memecahkan, mengurangi dan
kebijakan sebagai menjadi batu
mencegah suatu keburukan serta
sandungan bagi pembuat kebijakan itu
sebaliknya menjadi penganjur, inovasi
sendiri (Tahir, 2014). Selanjtunya
serta pemuka terjadinya kebaikan dengan
dikatakan implementasi kebijakan
cara terbaik dan tindakan terarah.
merupakan tahapan pelaksanaan
keputusan diantara pembentukan sebuah Demensi Implementasi Kebijakan
kebijakan, seperti hanya pasal-pasal
Berbicara mengenai dimennsi
sebuah undang-undang legislatif,
implementasi kebijakan tidak terlepas dari
keluarnya sebuah peraturan eksekutif dan
model, proses atau ukuran untuk
keluarnya suatu keputusan pengadilan
mengimplementasikan suatu kebijakan,
atau keluarnya standar peraturan dan
dengan demikian ada beberapa model
konsekuensi dari kebijakan bagi
implementasi kebijakan yang di
masyarakat yang mempengaruhi beberapa
kembangkan oleh para ahli kebijakan
aspek kehidupannya.
antara lain:
Konsep Kebijakan 1. Model Grindle adalah model yang
dikembangkan oleh Grindle (Ali dkk,
Secara umum, istilah kebijakan
2012) yang menjelaskan bahwa
(policy) digunakan untuk menunjuk
implementasi kebijakan di tentukan
perilaku seorang aktor (misalnya seorang
oleh isi dan dan konteks
pejabat, suatu kelompok, maupun suatu
imlementasinya. Kedua hal tersebut
lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor
harus didukung oleh program aksi dan
dalam suatu bidang kegiatan tertentu
proyek individu yang di desain dan
(Winarno, 2012).
dibiayai berdasarkan tujuan kebijakan,
Menurut Sombu dkk (2010), sehingga dalam pelaksanaan kegiatan
kebijakan adalah rangkaian konsep dan akan memberikan hasil berupa dampak
gagasan yang menjadi garis dan dasar pada masyarakat, individu dan
rencana dalam pelaksanaan suatu kelompok serta perubahan dan
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara penerimaan oleh masyarakat terhadap
bertindak baik didalam pemerintahan, kebijakan yang dilaksanakan.
organisasi, dan sbagainya; pernyataan Kemudian dipertegaskan pulah
cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud indikator isi kebijakan adalah:
sebagai garis pedoman, sebagai usaha a. Kepentingan yang dipengaruhi;
mencapai sasaran yang diharapkan. b. Tipe manfaat;
Sedangkan Carl c. Derajat perubahan yang
diharapkan;

3
d. Letak pengambilan keputusan; Konsep Objek Wisata
e. Pelaksana program;
Objek wisata adalah tempat-tempat
f. Sumber daya yang dilibatkan.
wisata yang menampilan keindahan alam,
2 Model Edwar III, dalam Tahir (2014)
mempunyai nilai sejarah yang
mengemukakan bahwa didalam
menyenangkan untuk dikunjungi, seperti
pendekatan studi implementasi
Taman Laut Bunaken, Candi Borobudur
kebijakan pertanyaan abstraknya
di Jawa Tengah, Pura Besakih di Bali dan
dimulai dari bagaimana pra kondisi
sebagainya (Sombu dkk, 2010). Menurut
untuk suksesnya kebijakan publik dan
Demartoto (2008), berpendapat bahwa
kedua adalah apa hambatan utama dari
objek wista adalah sesuatu yang dapat
kesuksesan kebijakan publik.
dilihat, dirasakan serta dinikmati
Kemudian dipertegaskan pula, untuk
olemanusia sehingga menimbulkan
menjawab pertanyaan penting itu,
perasaan senang dan kepuasan jasmani
maka Edwar III, menawarkan empat
mauph un rohani sebagai suatu hiburan.
faktor dalam mengimplementasikan
kebijakan publik, yakni: Dalam Undang-undang RI nomor
a. Komunikasi; 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
b. Sumber daya; dijelaskan bahwa Wisata adalah kegiatan
c. Sikap pelaksana; perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
d. Struktur birokrasi. atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
Konsep Dinas Pariwisata rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya Tarik wisata
Dalam Kamus Umum Politik dan
yang dikunjungi dalam jangka waktu
Hukum yang ditulis oleh Sombu dkk
sementara. Dijelaskan pula wisatawan
(2010) mendefinisikan dinas adalah
adalah orang yang melakukan wisata.
sebagai berikut:
Sedangkan daya tarik wisata adalah segala
1. Bagian dari tugas kantor yang
sesuatu yang memiliki keunikan,
mengurus suatu pekerjaan tertentu;
keindahan dan nilai yang berupa
2. Segalah sesuatu yang berhubungan
keanekaragaman kekayaan alam, budaya,
dengan jabatan pemerintah (bukan
dan hasil buatan manusia yang menjadi
swasta);
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
3. Pelayanan resmi yang dilakukan
oleh suatu instansi. METODE PENELITIAN

Sedangkan apabila pariwisata Jenis Penelitian


ditinjau dari segi bahasa atau atau dikaji Jenis penelitian yang digunakan
secara etimologis, kata pariwisata berasal dalam penelitian ini yaitu dengan
dari kata sangsekerta (Yoeti, 1996) yaitu: menggunakan metode deskriptif
“Pariwisata terdiri dari kata “pari’’ dan kualitatif. Menurut Sudjarwo (2001),
“wisata’’. Pari berarti banyak, berkali- metode deskriptif kualitatif adalah metode
kali, berputar-putar lengkap dan wisata yang dilakukan guna mendapatkan
berarti perjalanan, bepergian. Atas dasar gambaran yang benar tentang suatu objek.
itulah maka pariwisata diartikan sebagai
suatu perjalanan yang dilakukakan
berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu Informan
tempat ketempat lainnya.

4
Informan adalah orang yang bagian promosi salah satu langkah
dimanfaatkan untuk memberikan dari pengembangan suatu daerah.
informasi tentang situasi dan kondisi di 2. Sumber daya; Sumber daya yang
tempat penelitian. Oleh karena itu seorang dimaksud dalam peneltian ini yaitu
informan harus benar-benar tahu atau terbagi 4 bagian antara lain: staf,
pelaku yang terlibat langsung dengan informasi, kewenangan dan
permasalahan penelitian. Memilih fasilitas.
seorang informan harus dilihat 3. Sikap pelaksana; sikap pelaksana
kompetensinya bukan hanya sekedar yang di maksud dalam penelitian ini
untuk menghadirkannya (Meleong, 2006). yaitu bagaimana penerapan staf dan
sikap yang dijumpai oleh Dinas
Teknik penentuan sampel yang
Pariwisata dan Kebudayaan
digunakan adalah purposive sampling
Kabupaten Halmahera Utara.
dimana penelitian ini tidak dilakukan pada
4. Struktur birokrasi; Struktur
seluruh informan, tapi terfokus pada
birokrasi yang di maksud dalam
target. Purposive sampling artinya bahwa
penelitian ini yaitu: SOP (Standar
penentuan sampel mempertimbangkan
Opersasional Prosedur) dan
kriteria-kriteria yang telah dibuat terhadap
penyelenggara tanggung jawab dari
objek yang sesuai dengn tujuan. Dalam
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
penelitian ini, informan masih bersifat
agar dalam pengembangan objek
sementara kemudian akan dikembangkan
wisata di Pantai Kumo dapat
saat peneliti di lapangan.
berjalan dengan konsisten, efektif
Definisi Operasioanal dan efisien sehingga tidak
Untuk menganialisis studi ini, maka bertentangan dengan peraturan
peneliti menggunakan teori atau model yang ada.
yang dikembangkan oleh Edwards III, Teknik Pengumpulan Data dan Jenis
indikator-indikator yang mendukung 4 Pengumpulan Data
(empat) variable utama yaitu:
1. Teknik Pengumpulan Data
1. Komunikasi; komunikasi yang Teknik pengumpulan data yang
dimaksud dalam penelitian ini digunakan dalam penelitian ini adalah:
adalah bagaimanah Dinas a. Wawancara: melakukan
Pariwisata dan Kebudayaan interview atau wawancara
kabupaten Halmera Utara dengan beberapa informan yang
mensosialisasikan tentang telah ditentukan.
Implementasi kebijakan dalam b. Sebagai pengakurat data-data,
pengembangan Objek wisata maka penulis juga
khususnya Objek wisata Pantai menggunakan cara dalam
Kumo kepada masyarakat dan penelitian ini, yaitu: Studi
pengunjung objek wisata Pantai Kepustakaan, sebagai referensi
Kumo, sebagai instansi yang penulis dalam menunjang
memiliki tugas dalam secara teoritis dalam penulisan
pengembangan wilayah-wilayah ini.
yang mempunyai nilai wisata
adalah kegiatan promosi, tentunya 2. Jenis Pengumpulan Data

5
Adapun jenis data yang digunakan 1. Komunikasi Dinas Pariwisata dan
dalam penelitian ini adalah: Kebudayaan dalam pengembangan
a. Data Primer, yaitu data yang Objek Wisata Pulau Kumo.
diperoleh melalui interview
Komunikasi yang dimaksud dalam
(wawancara) secara langsung
penelitian ini adalah bagaimana kebijakan
dengan beberapa informan yang
dinas pariwisata dan kebudayaan
telah ditentukan, serta juga
Kabupaten Halmahera Utara
melalui observasi di lokasi
mensosialisasikan tentang Implementasi
penelitian oleh peneliti tentang
kebijakan dinas pariwisata dan
ha-hal yang berhubungan
kebudayaan dalam pengembangan Objek
dengan masalah-masalah yang
wisata khususnya Objek wisata Pantai
diteliti.
Kumo kepada masyarakat dan
b. Data Sekunder, yaitu data yang
pengunjung objek wisata Pantai Kumo,
diperoleh dari berbagai sumber,
sebagai instansi yang memiliki tugas dan
literatur, perpustakaan, dan data
tangung jawab dalam pengembangan
yang tersedia di lokasi
wilayah-wilayah yang mempunyai nilai
penelitian.
wisata, kegiatan promosi tentunya salah
satu langkah dari bagian pengembangan
Teknik Analisa Data suatu daerah. Pada bagian selanjutnya
Untuk mendapatkan hasil yang akan dibahas mengenai 3 indikator
optimal dan objektif sesuai dengan tujuan komunikasi yaitu: transmisi, kejelasan
penelitian, maka penelitian ini dianalisa komunikasi dan konsistensi komunikasi.
dengan menggunakan metode deskriptif
Transmisi komunikasi yang
kualitatif. Dengan demikian, secara rinci
dimaksud dalam penelitian ini adalah
dapat digambarkan bahwa teknik analisa
proses penyaluran informasi mengenai
data yang dilakukan adalah setelah data
suatu hal dari Kepala Dinas Pariwisata ke
dikumpulkan, maka selanjutnya data akan
kepala bidang bagian pariwisata dan
dipadukan, digambarkan dalam bentuk
kepada masyarakat. Dalam hal
uraian kalimat dengan memberikan
pengembangan objek wisata Pantai
interpretasi atau penafsiran berdasarkan
Kumo, transmisi komunikasi disalurkan
observasi langsung yang dilakukan oleh
melalui proses penyaluran informasi dari
peneliti dengan sampel dari objek
Kepala Dinas Pariwisata kepada Kepala
penelitian yang ada atau responden yang
Bagian melalui rapat koordinasi antar
ada. Artinya, data yang telah terkumpul,
bidang. Sosialisasi dalam pengembangan
dihubungkan atau dipadukan satu sama
objek wisata pantai Kumo kepada
lain dengan menggunakan proses berpikir
maasyarakat dilakukan di setiap Desa
yang rasional, analitik, sintetik, kritik dan
wisata termasuk Desa Kumo lewat
logis sehingga penulis bisa memberikan
kegiatan (PNPM Mandiri pada tahun
interpretasi atau penafsiran mengenai
2012), kegiatan ini baru dilakukan satu
penelitian ini berdasarkan data yang telah
kali pada tahun tersebut, dan sosialisasi
diperoleh.
secara tidak langsung seperti pemanfaatan
pamflet, baliho dan sebagainya, sehingga
informasi yang didapatkan oleh
PEMBAHASAN masyarakat kurang maksimal. Oleh
karena itu Dinas Pariwisata sebaiknya

6
melakukan sosialisasi secara langsung lokasi, direct marketing komunikasi
dengan rutin/ terus-menerus kepada promosi langsung ditujukan kepada
masyarakat. konsumen individual, melalui
wabsite/ internet dan CD/ DVD.
Kejelasan informasi berperan
penting dalam menunjang kelancaran Model komunikasi dari Dinas
informasi antara Kepala Dinas Pariwisata Pariwisata dilakukan melalui promosi
selaku pembuat kebijakan dan bagian- dalam bentuk personal selling, iklan,
bagiannya serta masyarakat selaku direct marketing. Permasalahan yang
pelaksana kebijakan. Sosialisasi promosi terjadi yaitu kurangnya partisipasi dari
wisata dalam rangka pengembangan objek masyarakat menyebabkan informasi yang
wisata Pantai Kumo sangat berpengaruh di sampaikan kurang maksimal.
kepada kemampuan Dinas Pariwisata Konsistensi komunikasi akan membatu
dalam menyampaikan informasi kepada komunikasi yang disampaikan Dinas
masyarakat, Dari sisi komunikasi Pariwisata sehingga dapat mudah di
pemasaran yang dilakukan Dinas mengerti oleh masyarakat. Para penerima
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten komunikasi yakni masyarakat juga dapat
Halmahera Utara tidak lepas dari lingkup memahami maksud dan tujuan yang
promosi. Model komunikasi Dinas sedang dibicarakan. Konsistensi
Pariwisata dan kebudayaan dalam komunikasi dapat mencegah timbulnya
mengkomunikasikan objek wisata yang kebingungan dari pihak Dinas Pariwisata
ada di Kabupaten Halmahera Utara di lapangan.
meliputi:
Berdasarkan observasi peneliti
1. Promosi dalam bentuk Personal
informasi yang disampaikan Dinas
selling, yaitu berkomunikasi
Pariwisata dan Kebudayaan merupakan
langsung tatap muka antara Dinas
salah satu bentuk dari pengembangan
Pariwisata dan Kebudayaan kepada
objek wisata ditambah lagi dengan
wisatawan guna membentuk
dukungan dari pemerintah daerah,
pemahaman terhadap objek wisata
steakholder maupun Dinas terkait sangat
seperti pameran dan event, pameran
berpengaruh dalam kegiatan yang
biasanya diadakan sendiri maupun
dilakukan. Bentuk dukungan pemerintah
mengikuti pameran di daerah lain.
Kabupaten Halmahera Utara tampak jelas
2. Iklan, merupakan bentuk
pada pembangunan gedung pertemuan,
komunikasi tidak langsung yang
jembatan perahu, pembuatan
didasari pada informasi tentang
talud/swering serta perbaikan sarana
keunggulan suatu objek wisata yang
prasarana.
ada di Kabupaten Halmahera Utara.
Yang disusun sedemikian rupa 2. Sumber Daya Yang Terlibat
sehingga menimbulkan rasa Dalam Pengembangan Objek
menyenangkan dan melakukan Wisata Pantai Kumo.
kunjungan.
3. Direct marketing bauran promosi Organisasi atau orang yang
yang bersifat interaktif, menggunakan sumber daya untuk
memanfaatkan suatu media iklan beragam kegiatan pariwisata misalnya di
untuk menimbilkan respon yang tempat kerja operator (tenaga kerja)
terukur dan traksaksi disemua pariwisata menggunakan sumber daya
manusia, fasilitas dan peralatan (sumber

7
daya fisik), menyediakan atraksi budaya dan implementasi kebijakan
sebagai daya tarik wisatawan (sumber pengembangan objek wisata pantai kumo.
daya budaya),dan menjual pemandangan
Informasi berhubungannya erat
alam sebagai atraksi wisata (sumber daya
dengan komunikasi. Komunikasi terjadi
alam).
karena adanya informasi yang
Majunya suatu wisata tentu tidak disampaikan oleh Kepala Dinas
lepas dari sumber daya yang sangat pariwisata kepada Kepala bidang masing-
berkompeten di dalamnya seperti yang masing. Informasi yang ada dalam
tercantum dalam teori Edward III. Sumber implementasi kebijakan pengembangan
daya yang dimaksud terbagi 4 bagian objek wisata pantai Kumo berupa tata cara
yaitu staf, informasi, kewenangan dan pelaksanaan pengembangan objek wisata,
fasilitas. Staf dalam konteks penelitian ini dan hal-hal lainnya dalam pengembangan
adalah staf dari dinas pariwisata yang wisata. Para pelaksana kebijakan yakni
bertanggung jawab dalam implementasi Kepala Bidang pariwisata bisa
kebijakan pengembangan objek wisata memperoleh informasi dalam tata cara
Pantai Kumo. Dalam melaksanakan pengembangan melalui kunjungan objek
implementasi kebijakan pengembangan wisata di daerah lain.
objek wisata pantai Kumo, Dinas
Dinas Pariwisata dapat mengetahui
pariwisata dan kebudayaan memiliki staf
tahap pengembangan objek wisata di
yang berjumlah 22 staf untuk bidang
daerah lain melalui sosial media, teman
pariwisata terdapat 5 staf dan dibantu oleh
dan bisa langsung mengunjungi pelatihan
Sketariat yang terdiri dari tengaga
kepariwisataan di luar daerah. Koordinasi
honorer.
antar Kepala Dinas pariwisata dan Kepala
Pola perekrutan staf belum sesuai Bidang dalam pengembangan objek
dengan kompetensi staf dalam wisata di lakukan dengan memanfaatkan
melaksanakan pengembangan pariwisata, bantuan teknologi Seperti: blogspot,
hal ini dapat terjadi karena staf sukarela email, video dan conference. Koordinasi
sudah ada sebelum pengembangan antar badan pelaksana kebijakan dengan
pembangunan sarana-prasarana objek memanfaatkan teknologi dilakukan untuk
wisata pantai Kumo. Berikut adalah mengefektifkan waktu tapi mekanisme
jumlah pegawai menurut kualifikasi rapat tetap memegang peranan penting
pendidikan Dinas Pariwisata dan dalam melaksanakan implementasi
Kebudayaan Kabupaten Halmahera Utara. kebijakan pengembangan pariwisata.
Pendidikan S2 berjumah 2 orang, S1
Berdasarkan observasi peneliti
berjumlah 17 orang, D3 berjumlah 8
untuk menjadi tolak ukur pengembangan
orang, SMA/SLTA berjumlah 11 orang,
perlu adanya survei dari daerah lain
total pegawai yaitu: 38 orang (Dinas
namun implementasi kebijakan sangat
Pariwisata dan Kebudayaan). Berdasarkan
baik dilakukan apabila melaksanakan
observasi peneliti, pengembangan objek
perumusan informasi pengembangan
wisata pantai Kumo yang dilakukan oleh
secara tatap muka (rapat). Dinas
staf Dinas Pariwisata dan kebudayaan
pariwisata dan kebudayaan memiliki
yang kurang memiliki latar belakang
wewenang tertentu di masing-masing
khusus mengenai pariwisata, membuat
bidang sesuai dengan tugas pokok dan
kurang optimalnya perencanaan kebijakan
fungsi serta uraian tugas Dinas Pariwisata

8
dan kebudayaan Kabupaten Halmahera 3. Kecendurungan Yang Dijumapai
Utara. di Dinas Pariwisata dan
Fasilitas merupakan faktor penting Kebudayaan Dalam
dalam melakukan implementasi Mengimlementasikan Kebijakan
kebijakan. Suatu organisasi yang Pengembangan Objek Wisata
memiliki staf yang cukup dan Pantai Kumo.
berkompeten apabila tidak didukung oleh Kecendrungan atau sikap
fasilitas yang terbaik maka akan sulit pelaksanaan dalam implementasi
melaksanakan tanggung jawab secara kebijakan pariwista berperan penting
maksimal. dalam sukses tidaknya suatu kebijakan.
Karena sudut pandang seseorang berbeda
Dengan fasilitas yang minim dan
dalam suatu hal. Oleh karena itu staf-staf
tidak terawat menjadi nilai kesan
dalam pelaksanaan kebijakan pariwisata
tersendiri oleh wisatawan. Sarana dan
didasarkan pada sikap dan pandangan
prasarana yang ada di Objek wisata Pantai
yang dimiliki.
Kumo masih sangat minim dan rasa sadar
masyarakat akan kebersihan masih Sikap positif yang ditunjukkan
kurang, jumlah pedagang yang berjualan berdasarkan kesungguhan dalam
di objek wisata Pantai Kumo berjumlah 4, melaksanakan tugasnya dan patuh akan
dan pelayanan itu di lakukan hanya perintah Kepala Dinas. Sedangkan sifat
disetiap hari minggu saja, fasilitas yang di negatif cenderung malas-malasan, kurang
sediakan oleh dinas pariwisata pada pantai motivasi, melakukan perlawanan terhadap
berupa tempat duduk 15 unit, tempat perintah Kepala Dinas Pariwisata
sampah 6 unit, MCK 1 unit dan 1 unit air Disposisi dibagi menjadi 2 bagian yaitu
bersih. fasilitas ini masih tergolong sangat penetapan staf dan hambatan yang
minim bagi masyarakat, Fasilitas yang dijumpai. Penetapan staf yang terjadi di
sangat minim juga dirasakan oleh Dinas Pariwisata dan kebudayaan
wisatawan, kesan yang diterima oleh berdasarkan lulusan Pegawai Negeri Sipil
wisatawan sangat penting guna pada umumnya masih kurang memiliki
menimbulkan rasa ingin berkunjung keahlian khusus di bidang pariwisata
kembali sehingga objek wisata Pantai sebagai kriteria masuk dalam bidang
Kumo selalu ramai di kunjungi oleh tersebut, sehingga pemahaman di bidang
wisatawan. pariwisata kurang dimiliki staf. Analisa
peneliti bahwa perekrutan staf dilakukan
Hasil observasi peneliti mengatakan
pada saat pengembangan objek wisata
dibalik kawasan pariwisata yang maju
pantai Kumo, tidak sepenuhnya
pasti ada SDM dan SDA yang berpotesi
berdasarkan keahlian di bidang pariwsata
dibelakangnya, kemampuan staf dan
, sehingga pengembangan objek wisata
masyarakat serta fasilitas dalam
pantai Kumo kurang bejalan dngan baik.
pengembangkan objek wisata pantai
Kumo sangat dibutuhkan. Dengan Hambatan yang di Jumpai
fasilitas yang masih minim peningkatan Pelaksana Kebijakan dalam
pengembang witasa masih jauh dari kata Pengembaangan objek wisata pantai
maksimal. Sehingga potensi yang dimiliki Kumo. Pengembangan dan pengelolaan
pantai Kumo belum bisa tergali lebih Pantai Kumo masih kurang mendapatkan
luas. perhatian dari pemerintah daerah sihingga
pengelolaan objek wisata pantai Kumo

9
belum di lakuakan secara baik, hal ini 2. Kualitas SDM pariwisata yang
belum dapat diasumsi sebagai kawasan masih rendah;
wisata yang produktif bagi pendapatan 3. Sarana dan prasarana penunjang
masyarakat dan penyumbang pendapatan pariwisata masih relative kurang;
asli daerah (PAD). 4. Pengelolaan pariwisata daerah
belum optimal;
Menurut analisa peneliti
5. Peran serta masyarakat dalam
pengembangan objek wisata pantai Kumo
perencanaan dan pengembangan
yang di jalankan oleh Dinas Pariwisata
pariwisata masih rendah;
dan kebudayaan masih banyak hambatan-
6. Apresiasi masyarakat terhadap
hambatan yang menjadi tugas rumah
pariwisata dan kebudayaan belum
pemerintah daerah seperti, adanya
optimal.
pemanaham bahwa masih kurangnya
retribusi yang di peroleh dari objek wisata Dari kondisi yang telah di jelaskan
Pantai Kumo menjadi salah satu alasan diatas, hal inilah menjadi hambatan dalam
hambatan pengembangan objek wisata melaksanakan implemntasi kebijakan
Pantai Kumo dan seperti fasilitas yang pengembangan objek wisata Pantai Kumo
belum memadai, pendanaan hanya Sehingga tidak sesuai dengan Visi dan
bersumber dari APBD Kabupaten Misi yang telah direncanakan.
Halmahera Utara saja, kurangnya promosi
dan peran masyarakat dalam menjaga 4. Struktur Birokrasi Dinas
kebersihan lingkungan dan pariwisata dan Kebudayaan
pengembangan objek wisata berupa dalam Pengembangan Objek
sarana prasarana penunjang Wisata Pantai Kumo.
pengembangan objek wisata juga terbatas Agar proses yang ada dalam
(tempat sampah, tempat duduk ,MCK dan birokrasi dapat berjalan dengan konsisten,
air bersi masih sangat minim), kurangnya efektif dan efisien sehingga tidak
kemampuan sumber daya manusia dan bertentangan dengan peraturan-peraturan
permodalan yang cukup untuk yang ada, struktur birokrasi dibagi
pengembangan objek wisata Pantai Kumo menjadi 2 bagian yaitu: SOP dan
serta belum adanya investor yang ikut penyebaran tanggung jawab.
bergabung dalam pengembangan objek
wisata pantai Kumo, semua gejala-gejala Dalam konteks implementasi
ini menjadi faktor utama kurang kebijakan pengembangan objek wisata
maksimalnya pengembangan objek wisata pantai kumo, tidak ada SOP yang khusus
pantai Kumo. mengatur objek wisata Pantai Kumo
hanya berpedoman berdasarkan Tugas
Beberapa hambatan yang dihadapi Pokok dan Fungsi. Analisa peneliti
dinas Kebudayaan Pariwisata dan mengenai SOP yang digunakan dalam
Kebudayaan Kabupaten Halmahera utara pegembangan pantai Kumo masih kurang
dalam pengembangan objek wisata Pantai efektif karena tidak adanya standar
Kumo juaga kadang terbentur dari operasi sistem yang khusus dalam
kendalah dan permasalahan-pemasalahan pengelolaan pantai Kumo. Hal ini
yang bisah dijabarkan sebagai berikut: mengakibatkan pengembangannya kurang
1. Keterbatasan dana dalam berkembang, program pengembangan
pengembangan objek wisata; pariwisata secara umum sesuai dengan
RPJMD, namun pengembangan objek

10
wisata yang terkhusus pada pantai Kumo Pantai Kumo kurang berkembang.
belum ada SOP yang mengaturnya dan Strategi pengembangan Pantai Kumo dari
Pelaksanaannya hanya berdasarkan pada berbagai indikator harus adanya
tupoksi dari Dinas Pariwisata dan kerjasama antara pengelola kebijaksanaan
kebudayaan Kabupaten Halmahera Utara. (stakeholder) dan pelaksana kebijakan
serta pengawas kebijakan agar mencapai
Menurut Edward III dalam Tahir
tujuan yang diharapkan.
(2014), tanggung jawab disebarkan
kepada beberapa badan yang berbeda Dengan demikian dapat
sehingaa membutuhkan koordinasi disimpulkan bahwa implementasi
fragmentasi ini menyebabkan terjadinya kebijakan dinas pariwisata dan
persebaran tangung jawab diantara badan kebudayaan dalam pengembngan objek
pelaksana implementasi kebijakan. wisata di Pulau Kumo yang dilihat dari ke
Seperti yang dilaksanakan Dinas 4 (empat) indikator, yakni disimpulkan
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten sebagai berikut:
Halamahera Utara dalam pengembangan
1. Komunikasi dalam implementasi
objek wisata Pantai Kumo dengan
kebijakan pengembanagan objek
pembagian tugas sesuai dengan
wisata di Pantai Kumo belum
standarinisasi kemampuan yang dimiliki
optimal, karena Dinas Pariwisata dan
tiap bidang organisasi. Informan
Kebudayaan kurang melakukan
mengatakan bahwa tanggung jawab
pelaksanaan sosialisasi dan promosi
pelaksanaan implementasi kebijakan
kepada masyarakat sehingga
pengembangan objek wisata Pantai Kumo
informasi yang didapatkan oleh
merupakan tanggung jawab semua pihak,
masyarakat kurang maksimal.
mulai dari DPRD hingga masyarakat
umum. Dan informan juga menambahkan 2. Sumberdaya di Dinas Pariwisata dan
bahawa peneliti termasuk pengawas Kebudayaan terlebih khusus di
dalam pelaksanaan implementasi bidang pariwisata dapat di simpulkan
kebijakan pengembangan pantai Kumo belum optimal, kerena sumberdaya di
karena peneliti meneliti kesesuaian bidang pariwisata masih kekurangan
pelaksana kebijakan dengan kebijakan para staf yang memiliki pengetahuan
yang ada. khusus dalam bidang pariwisata.
3. Sikap Pelaksana di Dinas pariwisata
PENUTUP dan Kebudayaan dapat disimpulakan
Kesimpulan sudah cukup baik karena para staf
melaksanakan tugasnya dan patuh
Berdasarkan teori Edwards III
akan perintah kepala dinas, tetapi
implementasi kebijakan memiliki empat
penetapan staf yang terjadi di bidang
variabel dan hasil peneliti tentang
pariwisata masih kurang memiliki
Implementasi Kebijakan Dinas Pariwisata
keahlian khusus di bidang pariwisata
dan Kebudayaan Dalam Pengembangan
sehingga pemahaman dibidang
Objek Wisata di Pantai Kumo Kecamatan
pariwisata kurang dimiliki staf.
Tobelo Kabupaten Halmahera Utara
belum berjalan dengan baik. Kenyataan 4. Struktur Birokrasi di Dinas
ini terlihat pada birokrasi pemerintah yang Pariwisata dan Kebudayaan dapat
kerap kali disepelekan dan hal ini disimpulkan belum optimal karena
membuat pengembangan objek wisata di belum ada SOP yang mengataur

11
tempat-tempat wisata yang ada di dipahami oleh masyarakat sebagai
Kabupaten Halmahera Utara hanya pererima pelayanan.
berpedoman berdasarkan pada Tugas
5. Diharapkan kepada Pemerintah
Pokok dan Fungsi.
daerah untuk dapat memberikan
anggaran/ dana APBD kepada
Saran
Instansi yang terkait dalam kebijakan
Berdasarkan hasil penelitian yang pengembangan objek wisata pantai
telah disimpulkan di atas dan dalam upaya Kumo maupun pihak pelaksana
mengimplementasikan kebijakan dinas kebijakan sesuai dengan dana/
pariwisata dan kebudayaan dalam anggaran yang diharapkan.
pengembangan objek wisata di pulau
6. Dengan adanya beberapa
kumo, maka dikemukakan beberapa saran
keterbatasan dalam penelitian ini,
sebagai berikut:
diharapkan kepada peneliti lain untuk
1. Agar komunikasi dalam
mengadakan penelitian sejenis lebih
implementasi kebijakan
lanjut dengan mengambil wilayah
pengembangan objek wisata pantai
penelitian yang lebih luas.
Kumo dapat berjalan dengan baik,
Dinas pariwista dan kebudayaan
DAFTAR PUSTAKA
Kabupaten Halmaherena Utara harus
melakuakan sosialisasi secara rutin Ali Fareid., Alam S. Andi dan Wantu M.
kepada pihak pelaksana kebijakan Sastro. 2012. Studi Analisa
dan sasaran kebijakan dalam hal ini Kebijakan. PT Refika Aditama,
masyarakat. Bandung.
Akib Haedar. 2010. Implementasi
2. Diharapkan kepada pemerintah dapat
Kebijakan: Apa, Mengapa dan
miningkatkan manajemen pelayanan
Bagaimana. Jurnal Administrasi
kepada masyarakat yakni
Publik, Gruru Besar Ilmu
meyediakan Sumber Daya Manusia
Administrasi, Universitas Negeri
(SDM) dalam hal ini para staf yang
Makasar.
dinilai mampu memberikan segalah
Dahuri R, J. Rais, S. P. Ginting, M. J.
bentuk tindakan yang sesuai dengan
Sitepu. 2001. Pengelolaan
kompetensi yang di miliki.
Sumberdaya Pesisir dan Lautan
3. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Secara terpadu. Pradnya Paramita,
dapat mempertahankan karakter yang Jakarata.
telah dipupuk bersama dalam Demartoto Argyo. 2008. Strategi
mengimplimentasiakan kebijakan Pengembangan Objek Wisata
pengembangan objek wisita di Pantai Pedesaan Oleh Pelaku Wisata Di
Kumo agar tetap memberi Kabupaten Bayolali. LAPORAN
pengembangan objek wisata yang PENELITIAN, Jurusan Sosiologi,
baik. Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik,
Universitas Sebelas Maret,
4. Diharapkan kepeda Dinas pariwisata
Surakarta.
dan Kebudayaan agar dapat membuat
Dessy Anwar. 2003. Kamus Lengkap
SOP sehingga mekanisme/prosedur
Bahasa Indonesia, Amelia.
pelayanan yang jelas, sistematis,
Surabaya.s
tidak tidak berbelit-belit dan selalu

12
Dunn N. William, 2003. Pengantar Kabupaten Semarang. TESIS,
Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Progaram Magister Ilmu Hukum,
Mada University Press, Universitas Diponegoro Semarang.
Yogyakarta. Sombu T., Kalola M. E., Palandeng E. R
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. dan Lumolos J. 2010. Kamus Umum
PT Grasindo, Jakarta. Politik dan Hukum, Jala
Ibrahim H. Amin. 2004. Pokok-Pokok Pramata Aksara, Bandung.
Analisis Kebijakan Publik. CV Subarsono. 2005. Analisis kebijakan
Mandar Maju, Bandung. publik, Konsep, Teori dan Aplikasi.
Lubis M. Solly. 2007. Kebijakan Publik. Jogyakarta; Pustaka pelajar.
Mandar Maju, Bandung. Subhani Armin. 2010. Potensi Objek
Nugroho Riant. 2006. Kebijakan Publik Wisata Pantai di Kabupaten
untuk Negara-Negara Berkebang. Lommbok Timur. TESIS, Program
PT Elex Media Komputinto, Studi Kependudukan dan
Jakarta. Lingkungan Hidup, minat Utama:
Nugroho Riant. 2011. Public Policy. PT Pendidikan Georafi, Progaram
Elex Media Komputinto, Jakarta Pascasarjana, Universitas Sebelas
Meleong J. Lexy. 2006. Metodologi Maret Surakarta.
Penelitian Kualitatif. PT Remaja Sudjarwo H. 2001. Metodologi Penelitian
Rosydakarya, Bandung. Kualitatif.
Pendit Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Suwantoro Gamal. 2004, Dasar-Dasar
Sebuah Pengantar Perdana. PT. Pariwisata. Andi, Yogyakarta.
Pradnya Pramita, edisi revisi, Spillane J. James. 2002. Ekonomi
Jakarta. Pariwisata; Sejarah dan
Pitana I. Gde dan Gayatri G. Putu. 2005. Prospeknya. Kanisius, Jakarta.
Sosiologi Pariwisata. Andi, Tahir Arifin. 2014. Kebijakan Publik dan
Yogyakarta. Transparansi Penyelanggaraan
Pitana I. Gde dan Diarta S. Ketut. 2009. Pemerintah Daerah. CV Alfabeta,
Pengantar Ilmu Pariwisata. Andi, Bandung.
Yogyakarta. Wardiyanta. 2010. Metode Penelitian
Pradikta Angga. 2013. Strategi Pariwisata. CV Andi, Yogyakarta.
Pembangunan Objek wisata Waduk Winarno B. 2012. Kebijakan Publik.
Gunungrowo Indah Dalam Upaya (Teori, Proses, dan Studi Kasus)
Meningkatkan Pendapatan Asli CAPS, Yogyakarta.
Daerah Kabupaten Pati. SKRIPSI, Yoeti Oka. 1996. Pemasaran Parawisata,
Jurusan Ekonomi Pembangunan, Aksara, Bandung.
Fakultas Ekonomi, Universitas Yoeti Oka. 2008. Perencanaan dan
Negeri Semarang. Pengembangan Pariwisata.
Riyanto. 2013. Analisis Strategi Pradayana. Pratama, Jakarata.
Pengembangan Pariwisata Daerah.
Sumber Lain:
JURNAL, Jurusan Administrasi
Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, http://www.halmaherautara.com/artl/27/p
Universsitas Brawijaya, Malang. ariwisata-halmahera-
Setyorini T. 2004. Kebijakan Pariwisata utara#.VXKwilJLM0I. Dikunjungi
Dalam Rangka Meningkatkan 31 mei 2015.
Pendapatan Ekonomi Masyarakat

13
http://www.halmaherautara.com/pro/profil-daerah-halmahera-utara#.VXKtb1JLM0I.
Dikunjungi 31 mei 2015.
Ketetapan MPR Nomor IV. Tahun 1999 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM).
Undng-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Undang-undang Nomor 32 tahaun 2004. Tentamg Pemerintahan Daerah.

14

You might also like