You are on page 1of 81

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Corporate Social

Responsibility Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek


Indonesia

(Tesis)

Oleh

TASYA GINA PRATIWI

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT

The Effect of Financial Performance on the Corporate Social Responsibility of


Banking in Indonesia

By

Tasya Gina Pratiwi

The purpose of this study is to examine the influnce of financial performance


measured by the capital adequacy ratio, the ratio of non-performing loans,
profitability ratio and net interest margin, operational expenditure ratio, liquidity
ratio and the ratio of credit coverage to the Corporate Social Responsibility. Data
were analyzed using multiple linear regression analysis while data conducted from
banking companies listed on the IDX in 2013-2017 on the Indonesia Stock
Exchange, with a research sample of 31 companies.
The results of the study prove that of the financial performance variables such as
the ratio of return on assets, the ratio of net interest margin, loan to deposit ratio
and credit coverage ratio are measured using the Spread of interest rate affects
sustainable responsibility companies, while the variable capital adequacy ratio is
measured with a capital adequacy ratio, the ratio of non-performing loans
measured using a non-performing loan and the ratio of operating costs to
operating income does not affect sustainable responsibility Companies.

Keywords: Corporate Social Responsibility, Financial Performance, CAR, NPL,


ROA, NIM, BOPO, LDR, SOI.
ABSTRAK

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Corporate Social Responsibility


Perbankan di Indonesia

Oleh

Tasya Gina Pratiwi

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh kinerja keuangan yang
diukur menggunakan rasio kecukupan modal, rasio kredit bermasalah, rasio
rentabilitas dan net interest margin, rasio belanja operasional, rasio likuiditas dan
rasio cakupan kredit terhadap Corporate Social Responsibility perbankan.
.Penelitian dilakukan terhadap perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada
tahun 2013-2017 di Bursa Efek Indonesia, sampel penelitian sebesar 31
perusahaan.

Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi liniear berganda.Hasil


penelitian membuktikan bahwa dari 7 variabel kinerja keuangan hanya variabel
rasio return on assets, rasio net interest margin, loan to deposit ratiodan rasio
cakupan kredit yang diukur menggunakan Spread of interest rate berpengaruh
terhadap sustainable responsibility, sedangkan variabel rasio kecukupan modal
yang diukur dengan capital adequacy ratio, rasio kredit bermasalah yang diukur
menggunakan non performing loandan rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional tidak berpengaruh terhadap sustainable responsibility
perusahaan.

Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, Kinerja Keuangan, CSR, CAR,


NPL, ROA, NIM, BOPO, LDR, SOI.
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK
INDONESIA

Oleh

TASYA GINA PRATIWI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


Magister Sains Akuntansi

pada

Program Magister Ilmu Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019

iii
iv
RIWAYAT HIDUP

Tasya Gina Pratiwi, dilahirkan di kota Bandar Lampung, pada

tanggal 11 Februari 1993, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Arifin

Gunawan, SE. dan Ibu Supriyati. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman

Kanak-Kanak di TK Al-azzar 1, Bandar Lampung tahun 2000. Kemudian

pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan oleh penulis pada tahun 2006 di SD Al-

azhar 1, Bandar Lampung. Selanjutnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

diselesaikan oleh penulis di SMP Negri 4, Bandar Lampung pada tahu 2009 dan

kemudian, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA

Negeri 9 Bandar Lampung hingga tahun 2011. Pada tahun 2015, penulis

mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi, jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi &

Bisnis Universitas Negri Jakarta.

Pada tahun 2016, penulis melalui jalur reguler terdaftar sebagai mahasiswa

pascasarjana pada Program Studi Magister Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Universitas Lampung. Pada hari Jumat, tanggal 13 Juli 2019, penulis

dinyatakan lulus dalam ujian tesis, dengan bergelar Magister Sains Akuntansi.

vii
MOTTO

“Hidup bukanlah tentang, aku bisa saja, namun tentang aku mencoba.

Jangan pikirkan tentang kegagalan, itu adalah pelajaran”

(soekarno)

“Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikan telapak

tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan,

dan kedisiplinan”

(Chairul Tanjung)

“ It’s fine to celebrate success but it is more important to heed the

lessons of failure”

(Bill Gates)

“ Bermimpi seakan kau akan hidup selamanya. Hiduplah seakan kau akan

mati hari ini”

(James Dean)

“Yang Menjadi Sumber Dari Permasalahan Adalah Pemimpin, Jika

Pemimpinnya Benar Tentu Bawahannya Juga Akan Ikut Benar”

(Basuki Tjahaja Purnama)

ix
“Banyak orang pontang panting nyari duit tanpa tahu alamat duit.

Alamant duit adalah Tuhan, jalan ke sananya adalah Cinta, kendaraanya

Jiwa Pasrah......”

(Sujiwo Tejo)
SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis

ini dengan judul “ Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Corporate Social

Responsibility Perbankan di Indonesia”. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih

terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan guna

penyempurnaan tesis ini. Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah

diperoleh penulis selama ini telah membantu mempermudah proses

penyusunannya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmatnya, rezeki, serta kesehatan

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

2. Kedua orang tua ku dan Mertua ku yang ku cintai. Terima kasih untuk segala

dukungan, motivasi, pengorbanan, kasih sayang, kesabaran, serta doa-doa di

setiap saat kepada penulis.

3. Suami Tercinta ku, Aji Prawibowo Mukti. Terima Kasih untuk segala

dukungan, motivasi, kasih sayang dan memberiku semangat dalam proses

penyelesaian tesis ini.

4. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung

5. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana

x
Universitas Lampung

6. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

7. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M. Si. Selaku Ketua Program Magister

Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

8. Ibu Yunia Amelia, S.E., M.Acc., Akt., CA. selaku Sekretaris Program

Magister Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

9. Ibu Dr. Farichah, S.E.,M.Si.,Akt. selaku Penguji Utama yang telah meluangkan

waktunya memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap tesis ini,

serta untuk segala ilmu, bantuan dan kesempatan yang telah Ibu berikan

kepada penulis.

10. Bapak Dr. Usep Syaipudin, S.E., M.S.Ak.. selaku Anggota penguji yang telah

meluangkan waktunya memberikan kritik dan saran yang membangun

terhadap tesis ini, serta untuk segala ilmu, bantuan dan kesempatan yang telah

Bapak berikan kepada penulis.

11. Bapak Dr. Einde Evana S.E.,M.Si.,Akt.,Ca.,CPA. selaku Pembimbing Utama

yang telah meluangkan waktunya memberikan kritik dan saran yang

membangun terhadap tesis ini, serta untuk segala ilmu, bantuan dan

kesempatan yang telah Bapak berikan kepada penulis.

12. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E.,M.Si.. selaku Pendamping Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya memberikan kritik dan saran yang membangun

terhadap tesis ini, serta untuk segala ilmu, bantuan dan kesempatan yang telah

Ibu berikan kepada penulis.

13. Seluruh dosen pengajar yang telah banyak memberikan banyak ilmu

xi
pengetahuan, bantuan, pengarahan dan nasihat dalam proses yang dilalui

penulis dalam menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Lampung.

14. Mas Andri Kasrani, S.Pd, dan seluruh staff karyawan di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Lampung. Terima kasih telah memberikan bantuan

dan pelayanan terbaik selama penulis menempuh pendidikan di Universitas

Lampung.

15. Seluruh teman-teman Program Magister Ilmu Akuntansi tahun 2016 yang

telah menjalin kekeluargaan dengan baik dan semoga semua terus terjalin.

16. Adik-adikku Nadya Dwi Putri, Muhammad Faiz Arrafi yang sangat penulis

sayangi dan telah memberikan dukungan, doa dan motivasi kepada penulis.

17. Teman dekatku Nadia June Kartika, Yuyun Sastro, Yulia Safitri dan Lisa

Pedrosa yang telah membantu dan memberiku semangat dalam proses

penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan dalam proses

penulisan tesis ini, maka penulis mengharapkan adanya kritik ataupun saran yang

dapat membantu penulis dalam menyempurnakan tesis ini. Penulis juga berharap

semoga tesis ini dapat berguna untuk para pembaca semuanya dan berhadap

semoga Tuhan membalas kebaikan mereka yang telah membantu penulisan tesis

ini.

Bandar Lampung, Juli 2019


Penulis,

Tasya Gina Pratiwi

xii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


PERNYATAAN.............................................................................................. ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
PERSEMBAHAN........................................................................................... viii
MOTTO .......................................................................................................... ix
SANWACANA ............................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Perumusan dan Batasan Masalah...................................................... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7

II. LANDASAN TEORI


2.1 Landasan Teori.................................................................................. 9
2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) ........................................... 9
2.1.2 Teori Stakeholder ................................................................... 10
2.1.3 Teori Legitimasi ..................................................................... 12
2.2 Tanggung Jawab Sosial (CSR) ......................................................... 13
2.2.1 Prinsip Pengungkapan Sustainable Responsibility................. 17
2.2.2 Indeks Clarkson...................................................................... 20
2.3 Kinerja Perusahaan ........................................................................... 22
2.4 Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan ........................................ 23
2.4.1 Rasio Kecukupan Modal (CAR) ............................................ 26
2.4.2 Rasio Kredit Bermasalah........................................................ 27
2.4.3 Rasio Rentabilitas .................................................................. 28
2.4.4 Rasio Belanja Operasional ..................................................... 31
2.4.5 Rasio Likuiditas ..................................................................... 32
2.4.6 Rasio Cakupan Kredit ............................................................ 33
2.5 Ringkasan Penelitian Terdahulu ............................................................... 34
2.6 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 37
2.7 Kerangka Penelitian .......................................................................... 43
III METODE PENELITIAN
3.1 Sampel dan Data Penelitian .............................................................. 45
3.2 Operasional Variabel Penelitian........................................................ 46
3.2.1 Corporate Social Responsibility (CSR) Perbankan ............... 46
3.2.2 Kinerja Keuangan Perbankan................................................. 49
3.3 Metode Analisis Data ........................................................................ 51
3.3.1 Statistik Deskriptif ............................................................... 51
3.3.2 Analisis Regresi .................................................................... 52

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 54
4.1.1 Data dan Sampel ................................................................... 54
4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian................................................ 55
4.2 Uji Asumsi Klasik.............................................................................. 59
4.2.1 Hasil Uji Normalitas .............................................................. 59
4.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas..................................................... 60
4.2.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................. 61
4.2.4 Hasil Uji Autokorelasi............................................................ 62
4.3 Pengujian Hipotesis ........................................................................... 63
4.3.1 Uji Kelayakan Model ............................................................. 64
4.3.2 Uji Hipotesis (Uji Statistik t) ................................................. 64
4.3.3 Analisis Tambahan................................................................. 68
4.4 Pembahasan........................................................................................ 69

V. SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ............................................................................................ 77
5.2 Keterbatasan Penelitian....…………………....................................... 78
5.3 Saran……………………..............................................…………...... 79

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80


LAMPIRAN.................................................................................................... 85
DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Peringkat Komposit Rasio CAR ............................................................... 27


2.2 Kriteria Penilaian Komponen Risiko Kredit ............................................. 28
2.3 Peringkat Komposit Rasio ROA ............................................................... 30
2.4 Peringkat Komposit Rasio NIM................................................................ 31
2.5 Peringkat Faktor penilaian BOPO............................................................. 32
2.6 Peringkat Faktor penilaian LDR ............................................................... 33
2.7 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 34
3.1 Item Hard Environmental Disclosure....................................................... 46
3.2 Item Soft Environmental Disclosure ......................................................... 47
4.1 Prosedur Pemilihan Sampel ...................................................................... 54
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian..................................................... 55
4.3 Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 59
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas........................................................................ 60
4.5 Hasil Uji Autokorelasi .............................................................................. 62
4.6 Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................................... 63
4.7 Pengujian Kinerja Keuangan terhadap Hard Environmental Disclosure . 68
4.8 Pengujian Kinerja Keuangan terhadap Soft Environmental Disclosure ... 69
DAFTAR GAMBAR

Gambar :
Halaman

1.1 Jumlah Organisasi Yang Melaporkan Sustainability Report .................... 3


2.1 Kerangka Pemikiran.................................................................................. 44
4.1 Uji Heteroskedastisitas.............................................................................. 61
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1. Perusahaan Populasi Penelitian


2. Input Variabel Penelitian
3. Hasil Perhitungan SPSS
4. Pengujian Kinerja Keuangan terhadap Hard Environmental Disclosure
5. Pengujian Kinerja Keuangan terhadap Soft Environmental Disclosure
6. Tabel Uji F (σ = 0.05)
7. Tabel Uji t (σ = 0.05)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini tantangan yang dihadapi perusahaan tidak hanya terbatas pada bagaimana

cara perusahaan bisa menciptakan laba setinggi-tingginya. Masalah sosial dan

lingkungan menjadi sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan untuk

bisa bertahan menjalankan operasi. Perusahaan yang bertanggung jawab pada

lingkungan, akan mendapatkan banyak manfaat, salah satunya adalah peningkatan

reputasi. Oleh karena itu segala upaya, daya, dan biaya digunakan untuk

memupuk, merawat, serta menumbuh kembangkannya.

Beberapa tahun terakhir ini perusahaan sudah melaporkan informasi tambahan

seperti informasi lingkungan, sosial, politik dan informasi ekonomi dalam laporan

tahunan perusahaan (annual report). Informasi tambahan itu dapat disebut juga

dengan laporan pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social

responsibility). Corporate Social Responsibility (CSR) adalah mekanisme suatu

organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan

dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang

melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2006).


2

Fokus perusahaan pada saat ini yaitu bagaimana cara untuk bertahan (sustain)

dalam persaingan bisnis, 3 hal yang dapat menjamin keberlangsungan bisnis

dalam jangka panjang adalah economic, enviromental, dan social.

Banyak perusahaan yang fokus tujuannya adalah mencari keuntungan (profit)

semata. Apabila perusahaan ingin tetap tumbuh dan berkembang dimasa yang

akan datang maka perusahaan juga harus bertanggungjawab terhadap masyarakat

(people) dan lingkungan (planet) sekitarnya bukan hanya menganggap bahwa

sumbangsih terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara pembayaran pajak

kepada negara, pemenuhan kebutuhan dengan produknya, dan penyediaan

lapangan pekerjaan.

Menurut Elkington (1997) saat ini tujuan bisnis tidak hanya mencari keuntungan

(profit), tetapi juga bertanggungjawab kepada masyarakat (people) dan bumi

(planet). Ketiga hal ini dikenal dengan konsep triple bottom line. Munculnya

triple bottom lines yang meliputi aspek keuangan, sosial dan lingkungan sekarang

ini menjadi pegangan utama dalam CSR. Peraturan mengenai CSR di Indonesia

sudah tertuang dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas pasal 74 ayat 1 isinya menjelaskan bahwa perusahaan yang menjalankan

kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib

melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Dengan demikian ada jenis-jenis usaha tertentu yang melakukan kegiatan CSR

bukan sebagai kegiatan yang sifatnya sukarela namun sebagai sebuah kewajiban,

oleh karena itu pengungkapan CSR pada jenis perusahaan seperti ini cenderung
3

akan mempengaruhi beberapa elemen perusahaan termasuk pertimbangan dari

investor sehingga dapat dipastikan akan mempengaruhi kinerja keuangan

perusahaan. Namun di sisi lain, terdapat beberapa jenis perusahaan seperti bank,

perusahaan asuransi, dan lain-lain yang tidak diwajibkan melaporkan CSR, untuk

jenis perusahaan seperti ini, masih sulit diprediksi apakah pengungkapan CSR

akan mempengaruhi kinerja keuangan atau tidak.

Penerbitan laporan keberlanjutan yang ada di Indonesia saat ini, hampir sebagian

besar berdasarkan standar pengungkapan yang ada dalam Global Reporting Index

(GRI). Organisasi yang membuat dan mempublikasikan Laporan Berkelanjutan

(Sustainability Report) semakin banyak tidak hanya pada perusahaan yang listing

di bursa, namun juga BUMN, perusahaan non-listing baik kecil dan menengah

hingga organisasi nirlaba turut serta membuat dan melaporkannya, berikut

Pertumbuhan jumlah organisasi yang membuat dan melaporkan Sustainability

Report:

Jumlah Perusahaan membuat dan melaporkan


Sustainability Report
150

100

50

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 1.1
Jumlah Organisasi Yang Membuat Dan Melaporkan Sustainability Report
(Sumber: GRI, 2018)
4

Sustainability adalah bagaimana membangun masyarakat dimana ekonomi, sosial

dan tujuan ekologi harus seimbang. Untuk mengetahui apa saja yg dilakukan

perusahaan dalam perbaikan kinerja lingkungan maupun sosial, para pemangku

kepentingan membutuhkan sustainable reporting perusahaan yg berpedoman pada

standar GRI. Berdasarkan grafik diatas pelaporan keberlanjutan ini menunjukan

tren positif, dimana tiap tahun jumlah perusahaan yang membuatnya semakin

bertambah. Selain perusahaan listing, perusahaan non listing juga tidak kalah

dalam menerbitkan laporan keberlanjutan. Antusiasime yang cukup tinggi dari

penerbitan laporan keberlanjutan tersebut menunjukkan bahwa laporan tersebut

merupakan laporan yang penting untuk diterbitkan terutama dalam hal untuk

mengetahui bagaimana perusahaan mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial,

dan tata kelola yang baik.

Hal tersebut menjadi alasan penulis meneliti tentang corporate social

responsibility perusahaan pada industri perbankan di Indonesia. Selain itu,

penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh kinerja

keuangan perusahaan terhadap CSR menggunakan pedoman Global Reporting

Initiative (GRI) G4 sebagai dasar dalam mengukur tanggung jawab sosial

perusahaan. Sedangkan ukuran kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini

mengacu dari Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 mengenai

perubahan penilaian tingkat kesehatan bank dan Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/25/PBI/2009 dan PBI No. 8/6/PBI/2006 tentang Penerapan Manajemen Risiko

antara lain diatur bahwa bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self-

assessment) tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko


5

(Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara

konsolidasi, dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur menggunakan rasio

kecukupan modal (CAR), rasio kredit bermasalah (NPL), rasio rentabilitas (ROA)

dan net interest margin (NIM), rasio belanja operasional (BOPO), rasio likuiditas

(LDR) dan rasio cakupan kredit (SOI).

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membuktikan apakah kinerja keuangan

yang diuraikan menjadi berbagai macam risiko dapat berpengaruh terhadap

corporate social responsibility perusahaan, karena menurut Kytle dan Ruggie,

(2005) Melalui kinerja CSR, perusahaan dapat meminimalkan risiko sosial

sehingga dapat meminimalkan timbulnya kondisi yang dapat merugikan

perusahaan seperti demo, pemogokan kerja, maupun tuntutan hukum yang dapat

mengancam going concern perusahaan.

Selain itu penelitian ini berfokus kepada industri perbankan di Indonesia. Alasan

ini dilakukan karena sejalan dengan perkembangannya, bank membutuhkan dana

yang lebih besar. Mengingat dana yang diperoleh menjadi faktor pendukung

kegiatan usaha bank untuk kebutuhan penyediaan fasilitas kredit, maka bank

berupaya mendapatkan dana tersebut. Bank berpendapat bahwa kekurangan dana

ini menjadikan go public sebagai pilihan terbaik untuk menghimpun dana

masyarakat yang berasal dari penjualan saham di bursa efek. Namun, untuk

berhasil menarik minat para investor tentu saja bank harus mampu menunjukkan

kinerja yang lebih efisien dan menguntungkan serta prospek pertumbuhan yang
6

baik sehingga saham yang dijual mampu menjanjikan return menarik bagi

investor.

Lebih lanjut, menurut Weber et al (2008) perusahaan yang mengungkapkan CSR

ingin menunjukkan komitmen perusahaan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan

kepada stakeholder serta menunjukkan transparansi dan mendapatkan umpan

balik pada kinerja perusahaan dalam menanggapi tuntutan informasi dari

stakeholder. Dengan adanya CSR ini diharapakan akan meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka

penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul sebagai berikut “Pengaruh

Kinerja Keuangan Terhadap Corporate Social Responsibility Perbankan di

Indonesia”.

1.2 Perumusan dan Batasan Masalah


1.2.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah

pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh kinerja keuangan yang diukur

menggunakan rasio kecukupan modal (CAR), rasio kredit bermasalah (NPL),

rasio rentabilitas (ROA) dan net interest margin (NIM), rasio belanja operasional

(BOPO), rasio likuiditas (LDR) dan rasio cakupan kredit (SOI) terhadap

corporate social responsibility perbankan?

1.2.2 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian ini agar mempunyai ruang lingkup dan arah

penelitian yang jelas, pembatasan masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
7

1. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perbankan yang terdaftar

di BEI periode 2013-2017.

2. Penelitian ini hanya meneliti pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang

mengacu dari Peraturan Bank Indonesia Nomor Nomor 13/1/PBI/2011

tentang Penerapan Manajemen Risiko dan terdiri dari tujuh rasio yaitu

rasio kecukupan modal (CAR), rasio kredit bermasalah (NPL), rasio

rentabilitas (ROA) dan net interest margin (NIM), rasio belanja

operasional (BOPO), rasio likuiditas (LDR) dan rasio cakupan kredit

(SOI) terhadap corporate social responsibility perbankan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang penulis kemukakan di atas, maka dapat

dijelaskan tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan secara empiris pengaruh

kinerja keuangan yang diukur menggunakan rasio kecukupan modal (CAR), rasio

kredit bermasalah (NPL), rasio rentabilitas (ROA) dan net interest margin (NIM),

rasio belanja operasional (BOPO), rasio likuiditas (LDR) dan rasio cakupan kredit

(SOI) terhadap corporate social responsibility perbankan.

1.3.2 Manfaat Penelitian


1.3.2.1 Manfaat Teoritis
- Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan

pengetahuan serta bukti empiris mengenai praktik pengungkapan

corporate social responsibility perbankan.


8

- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan

wawasan bagi mereka yang akan melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai pengungkapan corporate social responsibility perbankan.

1.3.2.2 Manfaat Praktis


- Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengungkapan corporate social responsibility perbankan yang diterapkan

oleh perusahaan.

- Memberikan masukkan kepada para investor sehingga dapat dijadikan

sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan investasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan

memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa

informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi

lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan

lain.

Teori sinyal juga merupakan salah satu cara perusahaan untuk mengurangi

informasi asimetri. Menurut Wolk et al (2000), salah satu cara untuk mengurangi

informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah

satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi

ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Dengan teori

sinyal, perusahaan memberikan sinyal pada pihak luar yakni berupa informasi

keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai

prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al., 2000).

Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor

dan kreditor terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang
10

paling besar ketidak pastiannya, yang akan digunakan untuk membuat keputusan

investasi, kredit dan keputusan sejenis, termasuk laporan arus kas karena laporan

arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan. Dalam penelitian ini, teori

sinyal akan menjadi landasan dalam pengungkapan corporate social responsibility

perbankan.

2.1.2 Teori Stakeholder

Istilah stakeholder pertama kali diperkenalkan oleh Stanford Research Institute

(RSI) di tahun 1963 (Freeman, 1984). SRI mendefinisikan stakeholder sebagai

kelompok yang mampu memberikan dukungan terhadap keberadaan sebuah

organisasi. Tanpa adanya dukungan dari kelompok ini, maka organisasi tersebut

tidak dapat eksis (Suryono, 2011).

Chariri dan Ghozali (2007) mengatakan bahwa dalam teori stakeholder,

perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri

namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya (pemegang saham,

kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain).

Hohnen dan Blackburn (2010) berpendapat bahwa kelangsungan hidup

perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus

dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut.

Mengacu pada pengertian teori stakeholder di atas, maka dapat ditarik suatu

penjelasan bahwa dalam suatu aktivitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor

dari luar dan dari dalam, yang kesemuanya dapat disebut sebagai stakeholder.
11

Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholder, makin

kuat dukungan stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.

Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan

dengan stakeholder-nya.

Teori stakeholder berhubungan dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan

dimana tanggung jawab perusahaan tidak hanya terbatas untuk memaksimumkan

laba dan kepentingan pemegang saham, namun juga harus memperhatikan

masyarakat, pelanggan, dan pemasok sebagai bagian dari operasi perusahaan itu

sendiri. Asumsi teori stakeholder dibangun atas dasar pernyataan bahwa

perusahaan berkembang menjadi sangat besar dan menyebabkan masyarakat

menjadi sangat tekait dan memperhatikan perusahaan, sehingga perusahaan perlu

menunjukan akuntabilitas maupun responsibilitas secara lebih luas dan tidak

terbatas hanya kepada pemegang saham (Audrinazta dan Budiastuti, 2012).

Pengungkapan informasi yang bersifat wajib adalah laporan keuangan, informasi

ini dibutuhkan oleh stakeholder yang mempengaruhi maupun yang dipengaruhi

oleh kegiatan ekonomi perusahaan. Sedangkan pengungkapan yang bersifat

sukarela dibutuhkan oleh stakeholder yang berpengaruh maupun tidak

berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi perusahaan. Laporan sukarela yang

sedang berkembang saat ini adalah sustainability report (laporan keberlanjutan)

(Chariri, 2008).

Melalui pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat memberikan

informasi yang lebih cukup dan lengkap berkaitan dengan kegiatan dan
12

pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan (Ghozali dan

Chariri, 2007).

Pengungkapan corporate social responsibility perbankan diharapkan dapat

memberikan informasi yang membantu perusahaan dalam mencapai tujuan

pembangunan berkelanjutan kepada para stakeholder.

2.1.3 Teori Legitimasi

Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi bahwa

tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan yang

diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan dan

definisi yang dikembangkan secara sosial (Wiranata et al, 2014). Legitimasi

dianggap penting bagi perusahaan dikarenakan legitimasi masyarakat kepada

perusahaan menjadi faktor yang strategis bagi perkembangan perusahaan ke

depan.

Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan

bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat

atau lingkungan dimana perusahaan berada, dimana mereka berusaha untuk

memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar sebagai

suatu yang sah (Natalia dan Tarigan, 2014).

Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut

keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk

sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori
13

legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan

kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat.

Namun tidak bisa dihindari bahwa akan selalu munculnya perbedaan antara nilai-

nilai yang dipegang oleh perusahaan dengan masyarakat, maka akan muncul

legitimacy gap yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk melanjutkan kegiatan

usahanya. Ketika terdapat perbedaan, perusahaan perlu mengevaluasi nilai

sosialnya dan menyesuaikan dengan nilai-nilai sosial yang ada dan melakukan

penyesuaian dengan nilai sosial di masyarakat atau persepsi terhadap perusahaan

sebagai taktik legitimasi (Chariri, 2008).

Oleh karena itu, pengungkapan informasi yang menyangkut dengan organisasi

sosial, komunitas masyarakat dan lingkungan sangat diperlukan. Perusahaan dapat

mengungkapkan informasi tersebut dalam laporan tahunan ataupun sustainability

report sebagai wujud akuntabilitas perusahaan kepada publik. Tujuannya untuk

mendapatkan legitimasi masyarakat dan menjelaskan bagaimana dampak sosial

dan lingkungan yang ditimbulkan perusahaan perbankan.

2.2 Tanggung Jawab Sosial (CSR)

Perusahaan sudah seharusnya memiliki tanggung jawab pada lingkungan,

masyarakat, konsumen, pemegang saham dan sebagainya dalam operasional

perusahaan. Perusahaan di Indonesia telah mulai menerapkan konsep CSR ini

walau dalam lingkup yang masih sempit. Mardikanto (2014:84) menyatakan

bahwa tanggung jawab perusahaan dalam konsep CSR tidak hanya meliputi
14

lingkungan perusahaan, namun CSR memiliki bidang dan gagasan yang cukup

luas mengenai etika serta keberlanjutan ditingkat pasar dan lokal. Masyarakat

yang demokratis, CSR digunakan sebagai pelindung citra perusahaan, dimana

perusahaan bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan dengan menciptakan

etika bisnis berkelanjutan.

Audrinazta dan Budiastuti, (2012), menyatakan bahwa CSR berhubungan erat

dengan pembangunan berkelanjutan, di mana suatu perusahaan dalam

melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata

berdasarkan faktor keuangan, melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi

sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang. Bowem,

(1953) dalam buku CSR (Mardikanto, 2014) menyatakan bahwa CSR merupakan

sebuah kewajiban dari perusahaan untuk merumuskan kebijakan, membuat

keputusan, mengikuti garis tindakan yang diinginkan dalam mencapai tujuan dan

nilai-nilai masyarakat.

Pelaku bisnis sebaiknya menjadikan kepedulian sosial sebagai salah satu

pertimbangan stratejik perusahaan (Chang dan Chen, 2013). Banyak perusahaan

yang sukses memanfaatkan CSR sebagai strategi penting untuk meningkatkaan

kinerja keuangan. Kegiatan CSR di Indonesia telah dilaksanakan oleh beberapa

perusahaan besar dalam bentuk sponsorship dan filantropi. CSR saat ini

dipengaruhi perubahan orientasi, CSR dalam sebuah kegiatan yang bersifat

sukarela untuk memenuhi kewajiban perusahaan tidak berkaitan dengan

pencapaian tujuan jangka panjang. Program CSR yang telah direncanakan dan
15

dilaksanakan dengan baik dapat menambah nilai perusahaan. CSR merupakan

kesungguhan perusahaan untuk mengurangi dampak negatif dan meningkatkan

dampak positif kegiatan perusahaannya di bidang ekonomi, sosial, lingkungan,

serta hubungannya dengan stakeholder, demi pembangunan berkelanjutan (A+

CSR Indonesia, 2008). Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk

komitmen perusahaan terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan sekitar

(Tricia dkk, 2016).

Dalam Global Reporting Initiative (GRI) (2013), sustainability report

didefinisikan sebagai praktik untuk mengukur dan mengungkapkan aktivitas

perusahaan, sebagai tanggung jawab kepada stakeholder internal maupun

eksternal mengenai kinerja organisasi dalam mewujudkan tujuan pembangunan

berkelanjutan. Sustainability report akan menjadi salah satu media untuk

mendeskripsikan pelaporan ekonomi, lingkungan, dan dampak sosial (seperti

halnya konsep tripple bottom line, pelaporan CSR, dan sebagainya).

Mawandira dkk (2014) berpendapat bahwa Sustainability report adalah sebagai

bukti bahwa telah adanya komitmen dari pihak perusahaan terhadap lingkungan

sosialnya yang dapat dinilai hasilnya oleh para pihak yang membutuhkan

informasi tersebut. Selain itu SR merupakan salah satu instrumen yang dapat

digunakan oleh suatu organisasi baik pemerintah maupun perusahaan dalam

berdialog dengan warga negara ataupun stakeholder-nya sebagai salah satu upaya

penerapan pendidikan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu penyusunan


16

SR pada saat sekarang ini menempati posisi yang sama pentingnya juga dengan

pengungkapan informasi seperti yang diungkapkan dalam laporan keuangan.

Pengungkapan corporate social responsibility adalah salah satu bentuk

pertanggungjawaban pihak prinsipal kepada agen, selain dari pembuatan annual

report. Hanya saja sustainability report sifatnya masih bersifat voluntary,

sementara annual report adalah mandatory disclosure. Karena orientasi

perusahaan saat ini bukan hanya semata-mata mencari profit (keuntungan) tetapi

telah beralih ke Tripple-P Bottom Line yaitu keuntungan (profit), bumi (planet),

dan komunitas (people).

Pengungkapan corporate social responsibility perbankan merujuk pada standar

yang dikembangkan oleh GRI (Global Reporting Initiatives). Pelaporan

keberlanjutan membantu organisasi untuk menetapkan tujuan, mengukur kinerja,

dan mengelola perubahan dalam rangka membuat operasi mereka lebih

berkelanjutan. Sebuah laporan keberlanjutan menyampaikan pengungkapan

tentang dampak organisasi baik itu positif atau negatif terhadap lingkungan,

masyarakat, dan ekonomi. Dalam upaya mewujudkannya, pelaporan keberlanjutan

membuat yang abstrak menjadi nyata dan konkret, sehingga membantu dalam

pemahaman dan pengelolaan dampak dari pengembangan keberlanjutan terhadap

kegiatan dan strategi organisasi (GRI, 2013).

2.2.1 Prinsip Pengungkapan Sustainable Responsibility


17

Tanggung jawab sosial perusahaan disusun sesuai dengan prinsip-prinsip yang

telah ditetapkan oleh GRI. Prinsip pelaporan berperan penting untuk mencapai

transparansi pelaporan keberlanjutan dan oleh karenanya harus diterapkan oleh

semua organisasi ketika menyusun laporan keberlanjutan.

Prinsip-prinsip untuk menentukan kualitas laporan memberikan arahan berupa

pilihan-pilihan untuk memastikan kualitas informasi dalam laporan keberlanjutan,

termasuk penyajian yang tepat. Kualitas informasi adalah hal yang penting untuk

memungkinkan para pemangku kepentingan dapat membuat asesmen kinerja yang

masuk akal serta mengambil tindakan yang tepat (GRI, 2013).

Prinsip-prinsip untuk menentukan konten sustainability report (GRI, 2013)

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pelibatan Pemangku Kepentingan

Organisasi harus mengidentifikasi para pemangku kepentingannya dan

menjelaskan bagaimana organisasi telah menanggapi harapan dan

kepentingan wajar dari mereka.

2. Konteks Keberlanjutan

Laporan harus menyajikan kinerja organisasi dalam konteks keberlanjutan

yang lebih luas. Informasi mengenai kinerja harus disertakan sesuai konteks.

Pertanyaan yang mendasari pelaporan keberlanjutan adalah bagaimana

sebuah organisasi berkontribusi atau bertujuan untuk memberikan kontribusi

di masa mendatang terhadap peningkatan atau penurunan kondisi,


18

pengembangan, dan tren ekonomi, lingkungan, serta sosial di tingkat lokal,

regional, atau global.

3. Materialitas

Laporan harus mencakup aspek yang mencerminkan dampak ekonomi,

lingkungan, dan sosial yang signifikan dari organisasi atau secara substansial

memengaruhi asesmen dan keputusan pemangku kepentingan.

4. Kelengkapan

Laporan harus berisi cakupan aspek material dan boundary, cukup untuk

mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan,

serta untuk memungkinkan pemangku kepentingan dapat menilai kinerja

organisasi dalam periode pelaporan.

Pedoman yang digunakan untuk menyusun sustainability report dibuat oleh

Global Reporting Initiative (GRI) yang bermarkas di belanda. GRI merupakan

lembaga non-profit yang menjadi pelopor pedoman laporan berkelanjutan atau

laporan tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR Report). GRI telah membuat

pedoman laporan keberlanjutan pertama kali pada tahun 2000 yang disebut

Generasi Pertama (G1) Guidelines. Lalu mengalami beberapa kali revisi, yaitu

pada tahun 2002 menjadi Generasi Kedua (G2) Guidelines. Sejak tahun 2006

pedoman yang digunakan untuk menyusun sustainability report adalah Generasi

Ketiga (G3) Guidelines dan kemudian bertransisi menjadi G3.1 Guidelines.

Namun, pada Mei 2013, diluncurkan Generasi Keempat (G4) Guidelines.

Peluncuran tersebut merupakan kulminasi konsultasi ekstensif dengan para

pemangku kepentingan serta dialog dengan ratusan pakar di seluruh dunia, dari
19

berbagai sektor, termasuk perusahaan, masyarakat sipil, organisasi buruh,

akademisi, dan lembaga keuangan. Tujuan G4 adalah sederhana: untuk membantu

pelapor menyusun laporan keberlanjutan yang bermakna dan membuat pelaporan

keberlanjutan yang mantap dan terarah menjadi praktik standar (GRI, 2013).

GRI G4 Guidelines digunakan sebagai indikator pengungkapaan sustainability

report, karena perusahaan yang telah mengungkapkan sustainability report

mengacu pada pedoman GRI. Terdapat dua jenis pengungkapan standar:

Pengungkapan Standar Umum dan Pengungkapan Standar Khusus. Pengungkapan

Standar Umum menetapkan konteks keseluruhan untuk laporan, memberikan

gambaran tentang organisasi dan proses pelaporannya.

Pengungkapan environmental disclosure merupakan salah satu pengungkapan

sukarela yang merupakan bagian dari corporate social reporting. Corporate

social reporting mengungkapkan kepedulian perusahaan terhadap permasalahan

sosial dan lingkungan. Kepedulian perusahaan terhadap permasalahan lingkungan

dilakukan dengan melaksanakan program-program kinerja lingkungan selama

periode waktu tertentu. Hasil dari pelaksanaan program-program kinerja

lingkungan tersebut perlu diungkapkan dalam laporan, baik pada laporan tahunan

ataupun laporan terpisah lain yang disebut laporan keberlanjutan.

Pengungkapan corporate environment disclosure menurut Barth et al (2008)

didefinisikan sebagai perangkat informasi yang berhubungan dengan masa lalu,

masa kini dan masa akan datang yang dihasilkan dari keputusan-keputusan dan

langkah-langkah yang diambil oleh manajemen lingkungan perusahaan. Seiring


20

dengan perubahan lingkungan bisnis yang semakin kompetitif dan kesadaran

stakeholder akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan hidup,

pengungkapan sukarela baik pengungkapan sosial maupun lingkungan telah

menjadi kebutuhan perusahaan untuk tujuan peningkatan reputasi.

2.2.2 Indeks Clarkson

Clarkson et al. (2008) telah mengembangkan Indeks GRI (Global Reporting

Initiative) dan membaginya menjadi dua kategori utama berdasarkan sifat

pengungkapan yaitu hard environmental disclosure (pengungkapan lingkungan

tegas) dan soft environmental disclosure (pengungkapan lingkungan lunak). Dua

kategori tersebut terbagi lagi menjadi tujuh sub kategori (A1-A7). Empat sub

kategori pertama merupakan item-item hard environmental disclosure (A1-A4)

dan tiga sub kategori berikutnya merupakan item-item soft environmental

disclosure. Secara umum, hard disclosure dan soft disclosure menurut Clarkson et

al (2008) terdiri dari:

1. Kategori A1 (6 item) fokus pada pengungkapan struktur tata kelola

perusahaan dan sistem manajemen mengenai perlindungan lingkungan.

2. Kategori A2 (10 item) mencerminkan kredibilitas pengungkapan

lingkungan.

3. Kategori A3 (10 item) fokus pada pengungkapan indikator kinerja

lingkungan secara spesifik, dalam kaitannya dengan emisi polusi, kegiatan

konservasi, dan daur ulang.


21

4. Kategori A4 (3 item) mencerminkan pengeluaran lingkungan perusahaan

tetapi tidak termasuk pengungkapan yang berhubungan dengan peraturan

lingkungan. Fokusnya yaitu pada pengeluaran discretionary untuk

meningkatkan kinerja masa depan seperti investasi teknologi baru atau

inovasi terkait R&D.

5. Kategori A5 (6 item) mengacu pada pengungkapan visi lingkungan oleh

perusahaan dan strategi. Sebagai contoh, banyak perusahaan menyatakan

mereka memiliki kebijakan lingkungan yang berkala atau membuat klaim

tentang pentingnya nilai-nilai lingkungan.

6. Kategori A6 (4 item) mengukur pengungkapan profil lingkungan oleh

perusahaan, dalam hal dampak industri dan peraturan lingkungan.

7. Kategori A7 (6 item) menilai pengungkapan inisiatif lingkungan yang

dapat dilaksanakan tanpa harus membuat komitmen terhadap lingkungan.

Penggunaan indeks yang sesuai juga mempengaruhi tingkat pengukuran

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Indeks yang cocok dengan tipe

perusahaan memungkinkan hasil skoring yang lebih baik karena setiap

karakteristik khas yang ada pada tipe perusahaan tersebut dapat diakomodir. GRI

memandang bahwa item hard disclosure atau pengungkapan tegas (kategori A1-

A4) memiliki nilai yang objektif, dapat diverifikasi dan relatif sulit bagi

perusahaan untuk memanipulasinya. Sebaliknya, untuk item soft disclosure atau

pengungkapan lunak (kategori A5-A7) tidak mudah diverifikasi dan dapat

disediakan oleh semua perusahaan tanpa memandang jenis kinerja lingkungan

perusahaan. Meskipun item pengungkapan lunak tersebut dapat mewakili


22

komitmen terhadap lingkungan, perusahaan dapat dengan mudah memanipulasi

atau meniru, dengan demikian akan sulit untuk memperoleh indikasi yang nyata

tentang kinerja perusahaan.

2.3 Kinerja Perusahaan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2014) Kinerja perusahaan dapat diukur

dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi

keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar

untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain

yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah,

pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus

dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan

dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber

dayanya.

Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan

untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah

dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut Wibowo (2014) pengertian

kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur

keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan laba.


23

2.4 Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-

Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan Pasal 1 serta ayat 2

dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak. Adapun pada ayat 1 dijelaskan tentang definisi

perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya (Fahmi, 2015), didalam Undang-undang Nomor

7 Tahun 1992 tentang perbankan dijelaskan bahwa Perbankan Indonesia bertujuan

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan

rakyat banyak.

Kesehatan atau kondisi keuangan dan nonkeuangan bank merupakan kepentingan

semua pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank, bank pemerintah (melalui

Bank Indonesia) dan pengguna jasa bank. Dengan diketahuinya kondisi suatu

bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank

dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan

yang berlaku dan manajemen risiko. Perkembangan industri perbankan, terutama

produk dan jasa yang semakin kompleks dan beragam akan meningkatkan

eksposur risiko yang dihadapi bank. Perubahan eksposur risiko bank dan
24

penerapan manajemen risiko akan memengaruhi profil risiko bank yang

selanjutnya berakibat pada kondisi bank secara keseluruhan (Rivai dkk, 2013).

Penilaian kesehatan bank adalah muara akhir atau hasil dari aspek pengaturan dan

pengawasan perbankan yang menunjukkan kinerja perbankan nasional.

Berorientasi risiko, proporsionalitas, materialitas dan signifikansi serta

komprehensif dan terstruktur merupakan prinsip-prinsip umum yang harus

diperhatikan manajemen bank dalam menilai tingkat kesehatan bank (SE BI No.

13/24/DPNP).

Bagi investor penilaian dan informasi kesehatan bank menjadi bagian penting

yang menggambarkan kondisi kesehatan bank tersebut. Jika bank tersebut baik

maka akan memberi sinyal positif, namun jika kondisinya tidak baik akan

memberi sinyal negatif. Sinyal negatif jelas akan menurunkan reputasi bank

tersebut di mata investor (Fahmi, 2015). Jenis-jenis Risiko berdasarkan peraturan

Bank Indonesia 13/23/PBI/2011 mengidentifikasikan terdapat 8 Risiko Inherent

pada Industri Perbankan yaitu :

1. Risiko Kredit

Risiko Kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak ke

tiga dalam memenuhi kewajibannya. Risiko Kredit dalam perbankan

ditentukan oleh tingkat prosentasi Non Performing Loan (NPL). Dengan

menggunakan rumus :

Rasio NPL = (Total NPL / Total Kredit )x 100%

2. Risiko Pasar
25

Risiko Pasar adalah Risiko yang timbul karena adanya pergerakan Portofolio

yang dimiliki oleh Bank, yang dapat merugikan Bank.

3. Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas adalah Risiko yang disebabkan karena Bank tidak mampu

membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo.

4. Risiko Operasional

Risiko Operasional adalah risiko yang disebabkan karena adanya

ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan

manusia, kegagalan sistem, atau adanya masalah eksternal yang

mempengaruhi operasional perusahaan.

5. Risiko Hukum

Risiko Hukum adalah risiko yang disebabkan adanya kelemahan aspek

yuridis, diantaranya adalah adanya tuntutan hukum, kurangnya peraturan

undang-undang yang mendukung bank, dan kelemahan perikatan. Dan

pengikatan agunan yang tidak sempurna.

6. Risiko Reputasi

Risiko Reputasi adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi

negative atau adanya perseden buruk terhadap bank.

7. Risiko Strategik

Risiko Strategik adalah risiko yang disebabkan oleh penetapan dan

pelaksanaan strategu bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis

yang tidak tepat, atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan

eksternal.
26

8. Risiko Kepatuhan

Risiko Kepatuhan adalah risiko yang disebabkan oleh Bank tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang

berlaku.

Ukuran kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini mengacu dari Peraturan

Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko

antara lain diatur bahwa bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self-

assessment) tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko

(Risk-based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara

konsolidasi, dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur menggunakan rasio

kecukupan modal (CAR), rasio kredit bermasalah (NPL), rasio rentabilitas (ROA)

dan net interest margin (NIM), rasio belanja operasional (BOPO), rasio likuiditas

(LDR) dan rasio cakupan kredit (SOI).

2.4.1 Rasio Kecukupan Modal (CAR)

Secara umum, pengertian CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kecukupan

modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi

oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut

untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika

nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan

memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.


27

Sedangkan, menurut Rivai dkk (2013) CAR adalah ” Rasio yang memperlihatkan

seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan ,

surat berharga, tagihan pada bank lain ) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank

disamping memperoleh dana -dana dari sumber-sumber di luar bank , seperti dana

dari masyarakat , pinjaman , dan lain-lain. CAR merupakan indikator terhadap

kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari

kerugian-kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.

Penentuan peringkat maupun predikat Capital Adequacy Ratio (CAR) yang

didasarkan oleh kodifikasi penilaian kesehatan bank ditentukan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Peringkat Komposit Rasio CAR


Kriteria Peringkat Keterangan
CAR ≥ 12% 1 Sangat Baik
9% ≤ CAR < 12% 2 Baik
8% ≤ CAR < 9% 3 Cukup Baik
6% ≤ CAR < 8% 4 Kurang Baik
CAR ≤ 6% 5 Tidak Baik
Sumber: SE BI No.13/24/DPNP, 2013

2.4.2 Rasio Kredit Bermasalah

Pada Bab II pasal 4 butir 1 PBI Nomor 13/23/PBI/2011 diesbutkan bahwa risiko

yang terdapat pada perbankan dan merupakan risiko utama dalam perbankan

adalah risiko kredit (Rivai dkk, 2013). Risiko Kredit (Credit Risk) Adalah risiko

yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak memenuhi kewajibannya. Pada bank

umum, pembiayaan disebut pinjaman, sementara di bank syariah disebut


28

pembiayaan, sedangkan untuk balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank

umum berupa bunga (interest loan atau deposit) dalam presentase yang sudah

ditentukan sebelumnya.

Dalam PSAK No. 31 tahun 2014 disebut mengenai kredit Non Performing “Pada

umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok atau bunganya

sudah lewat sembilan puluh hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang

pembayarannya secara tepat waktu diragukan”. Untuk menghitung Rasio Kredit

dengan membandingkan kredit bermasalah dengan total kredit, dengan kriteria

sebagai berikut: (Rivai dkk, 2013).

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Komponen Risiko Kredit


Kriteria Peringkat Keterangan
< 2% 1 Sangat Sehat
2% - 3,5% 2 Sehat
3,5% - 5% 3 Cukup Sehat
5% - 8% 4 Kurang Sehat
>8% 5 Tidak Sehat
Sumber: SE BI No.13/24/DPNP, 2013

2.4.3 Rasio Rentabilitas

Profitabilitas bank tergambar dalam rasio rentabilitas. Rasio rentabilitas adalah

rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur dan menganalisis tingkat efisiensi

usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh suatu bank. Selain itu, rasio-rasio dalam

kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam

perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan timbal balik


29

antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi ataupun hubungan timbal balik

antarpos yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca

bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur

tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Analisis rasio

rentabilitas dalam penelitian ini terdiri dari Return on Assets (ROA), dan Net

Profit Margin.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

melalui kegiatan operasional perusahaan pada periode waktu tertentu. Menurut

Murhadi (2012) profitabilitas adalah kemampuan perusahan untuk menghasilkan

keuntungan. Menurut Fahmi (2011) profitabilitas mengukur efektivitas

manajemen secara keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat

keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun

investasi. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan

antara laba yang diperoleh dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan

tersebut. Semakin baik profitabilitas maka semakin baik pula tingkat kemampuan

perusahaan memperoleh keuntungan. Profitabilitas dapat ditetapkan dengan

menghitung berbagai tolak ukur yang relevan. Salah satu tolak ukur tersebut

adalah dengan rasio keuangan sebagai salah satu analisa dalam menganalisa

kondisi keuangan, hasil operasi dan tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Rasio

keuangan yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas oleh peneliti adalah

Return on Assets (ROA). Penentuan peringkat serta predikat rasio ROA bank

ditentukan sebagai berikut:


30

Tabel 2.3 Peringkat Komposit Rasio ROA


Kriteria Peringkat Keterangan
ROA > 1,5% 1 Sangat Baik
1,25% < ROA ≤ 1,5% 2 Baik
0,5% < ROA ≤ 1,25% 3 Cukup Baik
0% < ROA ≤ 0,5% 4 Kurang Baik
ROA ≤ 0% 5 Tidak Baik
Sumber: Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP

Menurut surat edaran BI Nomor 14/15/PBI/2012, NIM diukur dari perbandingan

antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva produktif. NIM merupakan rasio

antara pendapatan bunga yang diperoleh dari pinjaman yang disalurkan oleh bank

(Interest income) dikurangi dengan biaya bunga yang menjadi beban bank dari

sumber dana yang diperoleh atau dikumpulkan oleh bank (Interest expenses)

dibagi dengan rata-rata aktiva produktif (Average Interest Earning Assets) yang

berupa penanaman dana bank baik dalam valas maupun rupiah dalam bentuk

kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, dan penyertaan saham.

NIM digunakan untuk mengukur kemampuan menejemen bank dalam mengelola

aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar

rasio ini maka akan menunjukkan meningkatnya pendapatan bunga yang

diperoleh atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank sehingga kemungkinan

bank dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil dan menunjukkan keuntungan

bank juga meningkat (Almilia, 2008).

Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6%. Menurut

Koch dan Scott (2000), NIM penting untuk mengevaluasi kemampuan bank

dalam mengelola resiko terhadap suku bunga dimana saat suku bunga berubah
31

maka pendapatan bunga dan biaya bunga bank juga akan berubah. Penentuan

peringkat serta predikat rasio NIM bank ditentukan sebagai berikut:

Tabel 2.4 Peringkat Komposit Rasio NIM


Kriteria Peringkat Keterangan
NIM > 3% 1 Sangat Baik
2% < NIM ≤ 3% 2 Baik
1,5% < NIM ≤ 2% 3 Cukup Baik
1% < NIM ≤ 1,5% 4 Kurang Baik
NIM ≤ 1% 5 Tidak Baik
Sumber: Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP

2.4.4 Rasio Belanja Operasional

Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah

perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam

mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan

operasinya (Rivai, 2013), semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin

baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan

sumber daya yang ada di perusahaan. Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir

oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 85%, hal ini sejalan dengan ketentuan

yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

Dari Rasio ini, dapat diketahui tingkat efisiensi kinerja manajemen suatu bank,

jika angka rasio menunjukkan angka diatas 90% dan mendekati 100% ini berarti

kinerja bank tersebut menunjukkan tingkat efiensi yang sangat rendah. Tetapi jika

rasio ini rendah, misalnya mendekati 75% ini berarti kinerja bank yang

bersangkutan menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi (Riyadi, 2014). BOPO


32

dikatakan sehat apabila dibawah 85% dan dikatakan tidak sehat apabila diatas

85%. Berikut adalah skala interval untuk mengambil kesimpulan dalam hasil

perhitungan rasio BOPO:

Tabel 2.5 Peringkat Faktor penilaian BOPO


Kriteria Peringkat Keterangan
BOPO ≤ 94% 1 Sangat Baik
94% < BOPO ≤ 95% 2 Baik
95% < BOPO ≤ 96% 3 Cukup Baik
96% < BOPO ≤ 97% 4 Kurang Baik
BOPO > 97% 5 Tidak Baik
Sumber: Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP

2.4.5 Rasio Likuiditas

Loan to Deposit ratio adalah rasio keuangan perbankan yang berkaitan dengan

aspek likuiditas. LDR merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara

jumlah dana yang disalurkan masyarakat dalam bentuk kredit dengan dana yang

yang dimiliki oleh bank. Rasio ini dapat menggambarkan bagaimana kemampuan

bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan

mengandalkan kredit yang disalurkan oleh bank tersebut sebagai sumber

likuiditasnya. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012,

Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat diukur dari perbandingan antara seluruh

jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga.

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali

penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang

diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain seberapa jauh


33

penyaluran kredit yang diberikan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban

bank untuk memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya

yang telah digunakan bank untuk memberikan kredit. Besarnya jumlah kredit

yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mempu

menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan

menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir, 2014). Besarnya standar nilai LDR

menurut bank indonesia adalah antara 85%-100%. Berikut adalah skala interval

untuk mengambil kesimpulan dalam hasil perhitungan rasio LDR:

Tabel 2.6 Peringkat Faktor penilaian LDR


Kriteria Peringkat Keterangan
LDR ≤ 75% 1 Sangat Baik
75% < LDR ≤ 85% 2 Baik
85% < LDR ≤ 100% 3 Cukup Baik
100% < LDR ≤120% 4 Kurang Baik
LDR > 120% 5 Tidak Baik
Sumber: Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP

2.4.6 Rasio Cakupan Kredit

Volume kredit memberikan kesempatan bagi pihak bank untuk menekan tingkat

spread, yang pada akhirnya akan dapat menurunkan tingkat lending rate sehingga

bank akan lebih kompetitif dalam memberikan layanan kepada nasabah yang

membutuhkan kredit. Hal itu mungkin saja terjadi karena bank akan cenderung

untuk mengejar volume penjualan kreditnya guna memperoleh nilai absolute

pendapatan bersih usaha. Penentuan tinggi rendahnya spread tergantung kepada


34

bagaimana pihak bank menerapkan strategi bank serta target marketnya. Untuk itu

pengelompokan jenis industri serta peringkat usaha bank merupakan salah satu

pertimbangan untuk menetapkan tinggi rendahnya spread. Dalam praktek

perbankan di Indonesia, eksekutif bank menetapkan spread (net margin) sebesar

2% hingga 3% yang merupakan harga yang layak (cukup) sebagai komponen dari

lending rate.

Menurut Ismail (2011) spread merupakan perbedaan antara bunga yang diterima

dari nasabah dan bunga yang dibayar kepada nasabah. Dalam hal, pendapatan

bunga yang diterima dari nasabah peminjam lebih rendah daripada biaya bunga

yang dibayar oleh bank kepada nasabah disebut dengan negative spread.

Sebaliknya, apabila bunga yang diterima dari nasabah yang memperoleh pinjaman

dari bank lebih besar dibanding bunga yang dibayar oleh bank kepada nasabah

disebut dengan positive spread. Negative spread pada umumnya terjadi pada saat

perekonomian negara tidak stabil dan terjadi krisis keuangan.

2.5 Ringkasan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu


Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
35

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


Suratno et al Pengaruh Environmental Hasil dari penelitian ini menunjukkan
(2007) Performance terhadap bahwa environmental performance
Environmental Disclousure berpengaruh positif signifikan terhadap
dan Economic environmental disclosure dan
Performance environmental performance juga
berpengaruh secara positif signifikan
terhadap economic performance

Almilia (2011) faktor-faktor yang variabel kinerja keuangan yang diukur


mempengaruhi dengan rasio ROA berpengaruh positif
pengungkapan tanggung terhadap pengungkapan
jawab sosial dan pertanggungjawaban sosial perusahaan
dampaknya terhadap sedangkan pengukuran dengan rasio
kinerja keuangan dan ROE berpengaruh negatif terhadap
ukuran perusahaan pertanggungjawaban sosial perusahaan

Clarkson, et al Revisiting the relation Hasil penelitiannya menyimpulkan


(2008) between environmental bahwa terdapat hubungan positif antara
performance and environmental performance dan level of
environmental disclosure discretionary environmental disclosure
Abidin dan Endri Analisis Kinerja dan terdapat perkembangan kinerja yang
(2009) Korelasi Antar Rasio membaik dari tahun ke tahun, jika
Keuangan. dilihat dari CAMEL yang diproksi
dengan rasio keuangan CAR, NPL,
NIM, ROA, LDR, BOPO secara umum
Sebriwahyuni Pengaruh Pengungkapan Pengungkapan Laporan Keberlanjutan
(2014) Laporan Keberlanjutan berpengaruh signifikan terhadap ROA,
Terhadap Kinerja ROE, dan Arus Kas Operasi, namun
Keuangan Perusahaan Pengungkapan Laporan Keberlanjutan
tidak berpengaruh terhadap Laba
Sebelum Pajak dan EPS

Tovani (2015) Pengaruh Kinerja Ukuran, Leverage, Solvabilitas,


Keuangan Terhadap Profitabilitas, Independensi Auditor
Corporate Social pada Perusahan Perbankan secara
Responsibility pada parsial menunjukkan signifikan
Perusahaan Perbankan terhadap Corporate Social
Konvensional di Indonesia Responsibilty

Masuroh dan Analisa Pengaruh Size ukuran perusahaan dan Financing to


Mulazid (2017) Perusahaan, Capital Deposit Ratio (FDR) berpengaruh
36

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


Adequacy Ratio (CAR), terhadap pengungkapan CSR Bank.
Non Perfoming Financing Modal kecukupan Ratio (CAR), Non
(NPF), Return On Asset Performing Financing (NPF), return on
(ROA), Financing Deposit asset (ROA) tidak berpengaruh
Ratio (FDR) Terhadap terhadap pengungkapan CSR
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility
(CSR) Bank Umum
Syariah Di Indonesia
Fiordelis,dkk Efficiency and Risk in Hasil yang diperoleh menunjukkan
(2011) European Banking bahwa bank dengan efisiensi yang
rendah sehubungan dengan biaya dan
pendapatan mengakibatkan
mengingkatkan risiko bank, oleh karena
itu dibutuhkan perbaikan efisiensi biaya
agar permodalan bank dapat meningkat
dan bank yang efisien akhirnya akan
memiliki modal yang cukup
Suhartati,dkk Pengaruh Pengungkapan Pengungkapan corporate social
(2011) Tanggung Jawab Sosial responsibility (CSR) tidak signifikan
dan Praktik Tata Kelola berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Perusahaan terhadap Nilai sehingga meskipun memiliki arah
Perusahaan positif tetapi variabel independen ini
tidak mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan
Almilia dan Pengaruh Environmental Environmental Performance
Wijayanto (2007) Performance dan perusahaan berpengaruh signifikan
Environmental Disclosure positif terhadap Economic
terhadap Economic Performance-nya, dan hipotesis kedua
Performance yaitu Environmental Disclosure
berpengaruh signifikan positif terhadap
Economic Performance-nya
Natalia dan Pengaruh Sustainability pengungkapan kinerja ekonomi dalam
Tarigan, (2014) Reporting Terhadap sustainability report akan
Kinerja Keuangan meningkatkan kepercayaan stakeholder
Perusahaan Publik Dari dan investor yang akan meningkatkan
Sisi Profitability Ratio image perusahaan dan kinerja keuangan
perusahaan dalam hal ini profitabilitas.
Meningkatnya kinerja keuangan akan
meningkatkan nilai perusahaan dalam
pasar bursa
37

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


Prasetyoningrum Pengaruh Profitabilitas, secara simultan variabel SIZE, ROA,
(2018) Ukuran perusahaan, Tipe DER, BOPO dan AGE perusahaan
industri, Umur perusahaan, secara simultan terbukti tidak signifikan
terhadap pengungkapan berpengaruh terhadap pengungkapan
Islamic Social Reporting Islamic Social Reporting pada
perbankan syariah di Indonesia, dari
kelima independent variable tersebut
hanya Umur Perusahaan yang terbukti
signifikan berpengaruh terhadap ISR
Sumber : Review berbagai jurnal

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis tidak dapat terjadi begitu saja, hipotesis dikembangkan dengan

menggunakan teori yang relevan atau dengan logika dan hasil-hasil penelitian

sebelumnya.

2.6.1 Rasio Kecukupan Modal Terhadap Corporate Social Responsibility

Menurut Dendawijaya (2005) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa

jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat

berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank

disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana

dari masyarakat, pinjaman, dan lain-lain. Bila CAR (Capital Adequacy Ratio)

suatu bank rendah, kemampuan bank untuk survive pada saat mengalami kerugian

juga rendah. Modal sendiri cepat habis untuk menutup kerugian yang dialami,

maka kemampuan bank diragukan oleh masyarakat dan akhirnya kelangsungan

usaha bank menjadi terganggu.


38

Wijayanti (2011) menyatakan bahwa pengungkapan informasi digunakan oleh

para manajer perusahaan kepada para investor dan untuk membantu mendukung

keberlanjutan dan kompensasi manajemen. Modal tinggi menunjukkan kinerja

perusahaan yang baik, dan dengan laba yang tinggi perusahaan memiliki cukup

dana untuk mengumpulkan, mengelompokkan, dan mengolah informasi menjadi

lebih bermanfaat serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komprehensif.

Oleh karena itu semakin tinggi kemampuan modal bank maka akan semakin

tinggi kelengkapan pengungkapan corporate social responsibility, hipotesis yang

diajukan adalah:

H1: Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif terhadap corporate social


responsibility

2.6.2 Rasio Kredit Bermasalah Terhadap Corporate Social Responsibility

Menurut Siamat (2005) risiko kredit atau sering disebut kredit bermasalah dapat

diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya

faktor kesengajaan atau karena faktor eksternal diluar kemampua kendali debitur,

Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank mengandung risiko yaitu berupa tidak

lancarnya pembayaran kredit atau dengan kata lain disebut kredit macet (Non

Performing Loan). Tingginya tingkat kredit macet dapat membuat kinerja suatu

perbankan menurun seperti berkurangnya jumlah modal dan menurunnya

profitabilitas.

Pengungkapan CSR yang dilakukan oleh bank, misalnya selain memberikan

pinjaman kredit kepada masyarakat (UMKM), bank dapat memberikan bantuan


39

berupa promosi UMKM, pemberian alat-alat kebutuhan usaha, atau memberi

bantuan renovasi bangunan tempat usaha.

Selain semakin meningkatnya citra perusahaan dimata masyarakat, diharapkan

unit usaha para pemilik kredit dapat semakin berkembang dan maju. Dengan

demikian, kemampuan pemilik kredit untuk membayar hutangnya kepada bank

dapat semakin baik dan kemungkinan kredit macet akan semakin berkurang. Dari

uraian diatas dapat dirumuskan dirumuskan hipotesis yang dapat diajukan terkait

dengan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

H2: Non Performing Loan berpengaruh negatif terhadap corporate social


responsibility.

2.6.3 Rasio Rentabilitas Terhadap Corporate Social Responsibility

Menurut teori signaling, untuk mengurangi adanya asimetri informasi, perusahaan

harus menyampaikan semua informasi yang ada kepada pihak eksternal baik itu

informasi keuangan maupun non keuangan melalui laporan keuangan. Salah satu

laporan yang wajib dimasukkan dalam laporan keuangan adalah tentang

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial

perusahaan merupakan usaha yang dilakukan perusahaan untuk bisa menjaga

hubungan yang baik dengan para investor untuk menanamkan modalnya di

perusahaan tersebut, disamping itu bisa menarik minat dari konsumen dan

supplier juga untuk membeli produk dari perusahaan tersebut.

Terjadinya pergeseran pandangan mengenai pentingnya informasi lingkungan dan

sosial menyadarkan perusahaan bahwa laba bukan menjadi faktor utama dalam
40

pencapaian tujuan kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang.

Mardikanto (2014) menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan dalam konsep

CSR tidak hanya meliputi lingkungan perusahaan, namun CSR memiliki bidang

dan gagasan yang cukup luas mengenai etika serta keberlanjutan ditingkat pasar

dan lokal. Masyarakat yang demokratis, CSR digunakan sebagai pelindung citra

perusahaan, dimana perusahaan bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan

dengan menciptakan etika bisnis berkelanjutan. Hasil penelitian Almilia (2008)

menunjukkan bahwa profitabilitas merupakan variabel yang menentukan tingkat

pengungkapan sukarela perusahaan, Natalia dan Tarigan, (2014) menyatakan

bahwa pengungkapan kinerja ekonomi dalam sustainability report akan

meningkatkan kepercayaan stakeholder dan investor yang akan meningkatkan

image perusahaan, hipotesis yang diajukan adalah:

H3: Return on asset berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility


H4: Net interest margin berpengaruh positif terhadap corporate social
responsibility

2.6.4 Rasio Belanja Operasional Terhadap corporate social responsibility

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) biasanya

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam

melakukan kegiatan operasinya. Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian

kuantitatif terhadap rentabilitas bank dapat diukur dengan menggunakan BOPO.

Rasio BOPO sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur

kemampuan menejemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap

pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya

operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. (Rivai, 2013)


41

Bagi perusahaan yang terlibat dalam beberapa aspek sosial, baik di dalam

perusahaan dan di luar, akan berdampak pada produk dan jasa perusahaan menjadi

lebih menarik bagi konsumen secara keseluruhan, hal ini membuat perusahaan

menjadi lebih diuntungkan, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin

baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan

sumber daya yang ada di perusahaan. Dari uraian diatas dapat dirumuskan

dirumuskan hipotesis yang dapat diajukan terkait dengan rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

H5: Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional berpengaruh negatif


terhadap corporate social responsibility.

2.6.5 Rasio Likuiditas Terhadap corporate social responsibility

Kasmir (2014) LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi

jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan

modal sendiri yang digunakan. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank

dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata

lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah digambarkan dengan LDR.

Asumsi teori stakeholder dibangun atas dasar pernyataan bahwa perusahaan

berkembang menjadi sangat besar dan menyebabkan masyarakat menjadi sangat

tekait dan memperhatikan perusahaan, sehingga perusahaan perlu menunjukan

akuntabilitas maupun responsibilitas secara lebih luas dan tidak terbatas hanya

kepada pemegang saham. Perusahaan membutuhkan sejumlah biaya untuk


42

melakukan pengungkapan laporan keberlanjutan yang akan mengurangi

pendapatan sehingga menyebabkan menurun nya laba perusahaan, namun citra

perusahaan akan meningkat (GRI, 2011). Pengungkapan CSR yang dilakukan

oleh bank, misalnya selain memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat

(UMKM), bank dapat memberikan bantuan berupa promosi UMKM, atau

memberi bantuan renovasi bangunan tempat usaha. Besarnya jumlah kredit yang

disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mempu

menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan

menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir, 2014). Dari uraian diatas dapat

dirumuskan dirumuskan hipotesis yang dapat diajukan terkait dengan rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

H6: Loan to deposit ratio berpengaruh negatif terhadap corporate social


responsibility.

2.6.6 Rasio Cakupan Kredit Terhadap Corporate Social Responsibility

Menurut Kasmir (2014) sebagai perantara keuangan, bank akan memperoleh

keuntungan dari selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan (bunga

simpanan) dengan bunga yang diterima dari peminjam (bunga kredit). Pada

perekonomian negara stabil, maka suku bunga kredit akan selalu lebih tinggi

dibanding dengan suku bunga simpanan. Dalam kondisi perekonomian suatu

negara stabil, biasanya negative spread tidak terjadi. Setiap bank akan mampu

menjual dananya dengan bunga lebih tinggi dibanding dengan bunga yang

dibayarkan kepada nasabah yang menempatkan dananya. Sebaliknya, dalam

kondisi perekonomian suatu negara tidak stabil, atau sedang krisis, maka negative
43

spread bisa terjadi. Berdasarkan penelitian Tasman dan Hartanti (2015)

membuktikan bahwa spread of interest rate mempunyai hubungan positif dan

signifikan terhadap profitabilitas. Jadi Spread of interest rate merupakan selisih

penerimaan bunga dengan pengeluaran bunga. Semakin tinggi nilai spread

mengindikasikan semakin tinggi profitabilitas sehingga perusahaan dapat

mempertahankan eksistensinya di lingkungan sekitar, atas dasar ini maka

hipotesis yang dapat diungkapakan adalah:

H7: Spread of interest rate berpengaruh positif terhadap corporate social


responsibility.

2.7 Kerangka Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh kinerja

keuangan perusahaan terhadap corporate social responsibility perbankan

menggunakan pedoman Global Reporting Initiative (GRI) G4 sebagai dasar

dalam mengukur corporate social responsibility perbankan. Sedangkan ukuran

kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini mengacu dari Peraturan Bank

Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 mengenai perubahan penilaian tingkat kesehatan

bank dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 dan PBI No.

8/6/PBI/2006 tentang Penerapan Manajemen Risiko antara lain diatur bahwa bank

diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self-assessment) tingkat kesehatan

bank dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating/RBBR)

baik secara individual maupun secara konsolidasi, dalam penelitian ini kinerja

keuangan diukur menggunakan rasio kecukupan modal (CAR), rasio kredit

bermasalah (NPL), rasio rentabilitas (ROA) dan net interest margin (NIM), rasio
44

belanja operasional (BOPO), rasio likuiditas (LDR) dan rasio cakupan kredit

(SOI). Berdasarkan tujuan dan pengembangan hipotesis yang telah dipaparkan

maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:

CAR H1

NPL
H2
H3
ROA
H4 Corporate Social
NIM Responsibility
H5 Perbankan (CSR)
BOPO
H6
LDR

SOI H7

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Sampel dan Data Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar

pada tahun 2013-2017 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel yang anggota populasinya tidak memberikan

peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Ghozali, 2013). Dalam

penelitian ini perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan purposive

sampling (kriteria yang dikehendaki), berikut kriteria sampel dalam penelitian ini:

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tahun 2013, 2014, 2015, 2016 dan 2017.

2. Perusahaan Perbankan yang selama tahun penelitian 2013-2017 tidak

mengalami delisted.

3. Perusahaan yang secara lengkap mempublikasikan laporan keuangan dan

laporan tahunan selama tahun penelitian 2013-2017.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder karena data diperoleh

secara tidak langsung atau melalui media perantara, sumber-sumber data dapat
46

diperoleh dari website situs bursa efek Indosnesia, situs informasi harga saham

yaitu yahoo finance dan website resmi perusahaan.

3.2 Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang terbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik simpulan (Sugiyono, 2015). Variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu:

3.2.1 Corporate Social Responsibility (CSR) Perbankan

Pengukuran variabel ini menggunakan pengungkapan lingkungan yang

dirumuskan oleh Clarkson et al (2008) yang berpedoman pada Indeks GRI.

Pengukuran ini dilakukan dengan mencocokkan item pada check list dengan item

yang diungkapkan perusahaan. Skor yang diberikan mengikuti Clarkson et al.

(2008) seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Item Hard Environmental Disclosure

HARD DISCLOSURE ITEMS


A1) Struktur Pemerintahan dan Sistem Manajemen(skor maksimal adalah 6)
Keberadaan departemen yang menangani pengendalian polusi dan atau posisi
untuk manajemen lingkungan (0-1)
Keberadaan sebuah komite publik yang menangani lingkungan (0-1)
Kondisi tentang praktik lingkungan yang dapat dipahami oleh pemasok dan
pelanggan (0-1)
Pihak – pihak yang berkepentingan dalam perusahaan (stakeholder) ikut membuat
kebijakan lingkungan perusahaan (0-1)
Adanya implementasi ISO 14001 pada perusahaan (0-1)
Adanya kompensasi khusus yang berhubungan dengan kinerja lingkungan (0-1)

A2 Kredibilitas (skor maksimal adalah 10)


Adanya adopsi dari GRI panduan pelaporan keberlanjutan (0-1)
47

Verifikasi independen tentang pengungkapan informasi lingkungan pada laporan


kinerja lingkungan / melalui web (0-1)
Verifikasi independen secara periodik / audit tentang kinerja lingkungan (0-1)
Sertifikasi program lingkungan oleh agen independen (0-1)
Sertifikasi produk dengan tanggung jawab pada dampak yang diakibatkan kepada
lingkungan (0-1)
Penghargan kinerja lingkungan eksternal dan adanya indeks keberlanjutan (0-1)
Pihak – pihak yang berkepentingan (stakeholder) terlibat dalam proses
pengungkapan lingkungan (0-1)
Partisipasi tentang inisiatif lingkungan keberlanjutan yang dilakukan oleh
Departemen Energi (0-1)
Partisipasi dari industri tertentu untuk mengembangkan praktik lingkungan (0-1)

Hard environmental disclosure diukur dengan menjumlahkan dua indeks GRI,

dengan rumus berikut:


HARD =

∑Xyi = nilai 1 = jika item y diungkapkan; 0 = jika item y tidak diungkapkan

ni = jumlah item untuk perusahan i (16)

Sedangkan untuk item pengungkapan soft environmental disclosure sebagai

berikut:

Tabel 3.2 Item Soft Environmental Disclosure


SOFT DISCLOSURE ITEMS
A5) Pernyataan Visi dan Strategi (nilai maksimal adalah 6)
Pernyataan CEO tentang kinerja lingkungan dalam surat yang disampaikan
kepada pihak – pihak yang berkepentingan dalam perusahaan (stakeholders) (0-1)
Pernyataan tentang kebijakan lingkungan perusahaan, prinsip dan nilai (0-1)
Pernyataan tentang sistem manajemen formal berkaitan dengan kinerja dan risiko
lingkungan (0-1)
Pernyataan tentang peninjauan dan evaluasi secara periodik terhadap kinerja
lingkungan (0-1)
Pernyataan tentang tujuan yang dapat dicapai pada kinerja lngkungan masa depan
(0-1)
Pernyataan tentang inovasi lingkungan khusus dan teknologi baru (0-1)
A6) Profil Lingkungan (skor maksimal adalah 4)
Pernyataan tentang kepatuhan perusahaan dengan standar lingkungan khusus (0-
1)
48

Sebuah pandangan tentang dampak lingkungan yang diakibatkan sebuah industri


(0-1)
Sebuah pandangan tentang bagaimana operasi bisnis perusahaan dalam
menghasilkan barang dan jasa memiliki dampak terhadap lingkungan (0-1)
Sebuah pandangan tentang kinerja lingkungan perusahaan berhubungan dengan
industri pesaing (0-1)
A7) Inisiatif Lingkungan (skor maksimal adalah 6)
Adanya training karyawan mengenai operasi dan manajemen lingkungan (0-1)
Adanya respon tentang kejadian mengenai kecelakaan lingkungan (0-1)
Penghargaan lingkungan internal (0-1)
Audit lingkungan internal (0-1)
Sertifikasi internal dari program lingkungan (0-1)
Keterlibatan komunitas atau donasi yang berhubungan dengan lingkungan (0-1)

Soft environmental disclosure diukur dengan menjumlahkan tiga indeks GRI,

dengan rumus berikut:


SOFT =

∑Xyi = nilai 1 = jika item y diungkapkan; 0 = jika item y tidak diungkapkan

ni = jumlah item untuk perusahan i (16)

Hard dan soft environmental disclosure diukur dengan menjumlahkan seluruh

item soft dam hard, dengan rumus berikut:


CSR =

∑Xyi = nilai 1 = jika item y diungkapkan; 0 = jika item y tidak diungkapkan

ni = jumlah item untuk perusahan i.

3.2.2 Kinerja Keuangan Perbankan


1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR yaitu rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk

menunjang aset yang mengandung atau menghasilkan risiko. Perhitungan rasio


49

kecukupan modal dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah modal yang

dimiliki (modal inti dan modal pelengkap) bank dengan aktiva tertimbang

menurut risiko (ATMR). CAR dapat dihitung dengan rumus (Kasmir, 2014).

Capital Adequacy Ratio (CAR) =

2. Non Performing Loan (NPL)

NPL yaitu rasio yang menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola

kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kriteria kredit kurang lancar,

diragukan dan macet dikategorikan dalam kredit bermasalah yang akan

dibandingkan dengan total kredit. NPL dapat dihitung dengan rumus (Kasmir,

2014).

Non Performing Loan (NPL) =

3. Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA), digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada. Atau untuk

mengukur keuntungan bersih setelah pajak dalam menilai seberapa besar tingkat

pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA dapat dihitung

dengan membagi laba bersih dengan total aktiva perusahaan (Kasmir, 2014).

Return On Assets (ROA) =


50

4. Net Interest Margin (NIM)

NIM merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan

pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif.

Perhitungan NIM dapat dilakukan dengan membandingkan pendapatan bunga

bersih (pendapatan bunga dikurangi beban bunga) dengan rata-rata aktiva

produktif. NIM dapat dihitung dengan rumus (Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP).

Net Interest Margin (NIM) =

5. Belanja Operasional (BOPO)

Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah

perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam

mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan

operasinya (Rivai, et al 2013:722). BOPO dapat dihitung dengan rumus

(Lampiran SE BI Nomor 14/15/PBI/2012).

Biaya Operasional (BOPO) =

6. Loan To Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit ratio adalah rasio keuangan perbankan yang berkaitan dengan

aspek likuiditas. LDR merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara

jumlah dana yang disalurkan masyarakat dalam bentuk kredit dengan dana yang

yang dimiliki oleh bank. LDR dapat dihitung dengan rumus (Lampiran SE BI

Nomor 14/15/PBI/2012).

Loan to Deposit ratio (LDR) =


51

7. Spread Of Interest Rate (SOI)

Spread of interest rate merupakan selisih penerimaan bunga dengan pengeluaran

bunga. Semakin tinggi nilai spread mengindikasikan semakin tinggi resiko kredit

sebaliknya, semakin rendah spread maka semakin rendah pula resiko kreditnya.

spread of interest rate merupakan selisih penerimaan bunga dengan pengeluaran

bunga, SOI dapat dihitung dengan rumus (Tasman, 2015).

= Harga Jual − Harga Beli x 100%

Keterangan:

pendapatan bunga
harga jual =
total kredit

beban bunga
harga beli =
dana pihak ketiga

3.3 Metode Analisis Data


3.3.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan deskripsif

atau variabel-variabel, sum. Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah dalam

memahami penelitian. Statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau

deskripsi umum dari variabel penelitian mengenai nilai rata-rata (mean), standar

deviasi, maksimum, minimum variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

3.3.2 Analisis Regresi


52

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan alat analisis regresi, metode regresi

dilakukan terhadap model yang diajukan oleh peneliti. Berdasarkan rumusan

masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka

model penelitian yang dibentuk adalah sebagai berikut:

CSR = α + β1CAR+ β2NPL+ β3ROA+ β4NIM + β5BOPO + β6LDR + β7SOI + et

Penelitian ini juga menambahkan analisis untuk sekedar mengetahui apakah

kinerja keuangan berpengaruh terhadap hard dan soft disclosure dengan rumus

sebagai berikut:

Hard = α + β1CAR+ β2NPL+ β3ROA+ β4NIM + β5BOPO + β6LDR + β7SOI + et


Soft = α + β1CAR+ β2NPL+ β3ROA+ β4NIM + β5BOPO + β6LDR + β7SOI + et
Keterangan :
CSR : corporate social responsibility perbankan
Hard : Hard environmental disclosure
Soft : Soft environmental disclosure
CAR : Capital Adequacy Ratio
NPL : Non Performing Loan
ROA : return on asset
NIM : net interest margin
BOPO : Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional
LDR : Loan to deposit ratio
SOI : Spread of interest rate
et : Error term
α : Konstanta dari persamaan regresi
β : Koefisien persamaan regresi

Persamaan regresi tersebut menggunakan uji t sebagai pengambilan hipotesis, uji

statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel


53

penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Keputusan menolak atau menerima H0 sebagai berikut:

a. Jika t hitung > t kritis, atau nilai sig < α maka H0 ditolak

b. Jika t hitung < t kritis, atau nilai sig > α maka H0 diterima.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh kinerja keuangan yang

diukur menggunakan rasio kecukupan modal (CAR), rasio kredit bermasalah

(NPL), rasio rentabilitas (ROA) dan net interest margin (NIM), rasio belanja

operasional (BOPO), rasio likuiditas (LDR) dan rasio cakupan kredit (SOI)

terhadap corporate social responsibility. Penelitian dilakukan terhadap

perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2017 di Bursa Efek

Indonesia, sampel penelitian sebesar 31 perusahaan. Berdasarkan uraian pada

pembahasan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan bahwa:

1. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa variabel rasio

kecukupan modal yang diukur dengan capital adequacy ratio tidak

berpengaruh terhadap corporate social responsibility perbankan.

2. Hasil perhitungan menyimpulkan bahwa variabel rasio kredit bermasalah

yang diukur menggunakan non performing loan tidak berpengaruh terhadap

corporate social responsibility perbankan.


78

3. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa variabel rasio

rentabilitas yang diukur menggunakan rasio return on assets berpengaruh

terhadap corporate social responsibility perbankan.

4. Selain itu hasil penelitian ini berhasil membuktikan bahwa rasio rentabilitas

yang diukur menggunakan rasio net interest margin berpengaruh terhadap

corporate social responsibility perbankan.

5. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa variabel rasio biaya

operasional terhadap pendapatan operasional tidak berpengaruh terhadap

corporate social responsibility perbankan.

6. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa variabel rasio likuiditas

yang diukur menggunakan loan to deposit ratio berpengaruh secara negatif

terhadap corporate social responsibility perbankan.

7. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa variabel rasio cakupan

kredit yang diukur menggunakan Spread of interest rate berpengaruh secara

positif terhadap corporate social responsibility perbankan.

5.2 Keterbatasan Penelitian

1. Populasi penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan perbankan yang

terdaftar di BEI.

2. Penelitian ini hanya mengukur pengaruh ukuran kinerja keuangan perusahaan

yang mengacu dari Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011,

sedangkan masih terdapat pengukuran kinerja lainnya.


79

3. Pemberian skor pengungkapan informasi laporan tahunan dinilai hanya pada

skala kuantitas pengungkapan, dan tidak menilai kualitas informasi dari

pengungkapan corporate social responsibility.

5.3 Saran

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lebih banyak

perusahaan yang menjadi sampel penelitian tidak hanya terbatas pada

perusahaan perbankan serta dengan memilih periode tahun pengamatan yang

lebih panjang, dengan tujuan supaya hasil yang nantinya diperoleh akan lebih

akurat.

2. Investor dan manajemen sebaiknya mulai memperhatikan mengenai

pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai salah satu indikator

keberlangsungan hidup perusahaan, karena hal ini sangat penting untuk

keberlangsungan hidup investasi itu sendiri.

3. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penilaian kualitas pengungkapan

dengan menggunakan metode lain seperti memberikan pembobotan pada

setiap butir dan dapat menggunakan standar butir pengungkapan yang terkini

dan berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal dan Endri. 2009. Analisis Kinerja dan Korelasi Antar Rasio
Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009:
21-29.

Almilia, Luciana Spica. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan


Sukarela Internet Financial And Sustainability Reporting. Jurnal Akuntansi
Dan Auditing Indonesia, 12(2), 117-131.

Almilia, Luciana Spica. 2009. Determining Factors Of Internet Financial


Reporting in Indonesia. Journal of Accounting and Taxation. Vol. 1, No.1.

Almilia, Luciana Spica, Dewi, Uswati Hasanah dan Hartono, Is Hastutik Nurul.
2011. “faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab
sosial dan dampaknya terhadap kinerja keuangan dan ukuran perusahaan”.
STIE Perbanas Surabaya. Vol. 10 No. 1 (April 2011), Halaman 50 - 68

Andriyanto, R. Widdie dan Metalia, Mega, 2011, Perbandingan Tingkat


Kelengkapan Mandatary Disclosure dan Voluntary Disclosure Informasi
Akuntansi Antara Industri High-Profile dan Low-Profile, Jurnal Akuntansi
dan Investasi, Vol. 12 No. 1, halaman: 15-35.

Asmoro, P. S. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate


Governance terhadap Pengungkapan Informasi Melalui Website dan
Implikasinya terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Publik di
Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal Ebis. Malang: Universitas Brawijaya.

Audrinazta, Achmad dan Budiastuti, Dyah (2012) Pengaruh Corporate Social


Responsibility terhadap Purchase Intention Dengan Corporate Image
Sebagai Variabel Moderator (Studi Kasus: PT. PHAPROS, TBK). E-Jurnal,
BINUS.

Barth, M. E., Landsman, W. R. dan Lang, M. 2008. International Accounting


Standards and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46,
467–498.

Bank Indonesia. (2009). Peraturan Bank Indonesia nomor 11/25/PBI/2009 tentang


perubahan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 tentang
penerapan manajemen risiko bagi bank umum. Jakarta: Author.

Bank Indonesia. Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP


tanggal 25 Oktober 2011. http://www.ojk.go.id (Agustus 2018)
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2011. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Edisi 11, Penerjemah Ali Akbar Yulianto, Salemba Empat,
Jakarta.

Budiman, Adrian dan Juniarti. 2015. Pengaruh Corporate Social Responsibility


Terhadap Respon Investor Dalam Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi.
Business Accounting Review (2)3 hal:41-50.

Chang, Ching-Hsun., dan Chen, Yu-San. 2013. “ Greenwash and green trust: The
mediation effect of green consumer confusion and green perceived risk.”
Journal of Bussines Ethic Vol. l14 489-500.

Chariri, Anis. 2008. Kritik Sosial Atas Pemakaian Teori Dalam Penelitian
Pengungkapan Sosial Dan Lingkungan. Semarang: Jurnal Maksi. Vol. 8
No.2, 2 Agustus 2008: 151-169.

Chairiri, A dan Ghozila, I. (2007). Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit


Univesitas Diponogoro

Cho, C.H, Laine, M., Roberts, R.W., Rodrigue, M. 2015. Organized hypocrisy,
organizational façades, and sustainability reporting. Accounting,
Organizations and Society, v. 40, 78–94.

Cho, Charles H, Giovanna Michelon, Dennis M. Patten, and Robin W. Roberts.


2014. CSR report assurance in the USA: an empirical investigation of
determinants and effects. Sustainability Accounting, Management and
Policy Journal 5: 130-148.

Clarkson, P., Li, Y., Richardson, G. & Vasvari, F. 2008. Revisiting the relation
between environmental performance and environmental disclosure: An
empirical analysis. Accounting, Organizations and Society, 33(4), 303-327.

Clarkson, P., Overell, M. & Chapple, L. 2011. Environmental reporting and its
relation to corporate environmental performance. Abacus, 47(1), 27-60.

Darwin, Ali. 2006. Akuntabilitas, Kebutuhan, Pelaporan, dan Pengungkapan CSR


bagi Perusahaan di Indonesia. Economics Business & Accounting Review.
Edisi III/ September-Desember.

Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan


Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta

Elkington, John. 1997. Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st
Century Business.Oxford:Capstone.

Ernst dan Young. 2013. Sustainability reporting - the time is now.


Ettredge, M., V. J. Richardson, and S. Scholz. 2002. “Dissemination of
Information for Investors at Corporate Web sites”. Journal of Accounting
and Public Policy 21:357- 369.

Fahmi, Irham. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Fiordelisi, Franco. David, Marques Ibanes. dan Phil Molyneux. 2011. Efficiency
and Risk in European Banking. Journal of Banking and Finance.

Francis, J. & Schipper, K. 1999. Have Financial Statements Lost Their


Relevance? Journal of Accounting Research, 37, 319–352.

Garcia, I.M.S., Frias, J.V.A., and Rodriguez, L.D. 2013. “Determinants of


Corporate Social Disclosure in Spanish Local Governments”. Journal of
Cleaner Production 39: 60-72.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analsis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2016. Desain Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Untuk


Akuntansi Bisnis, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Semarang. Badan Penerbit
Fakultas Ekonomika Dan Bisnis UNDIP Semarang.

Global Reporting Initiative (GRI). 2013. G4 Sustainability Reporting Guidelines


Reporting Principles and Standard Disclosures. Amsterdam.

Gujarati, D. N. 2013. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Kelima. Mangunsong, R.


C. penerjemah. Jakarta: Salemba Empat.

Hartono, Jogiyanto. 2012. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ke-enam.
BPFE. Yogyakarta

Hohnen, Paul dan Blackburn, William. 2010 Bagaimana menggunakan panduan


GRI Amsterdam. INSPIRIT International Comunication, diakses dari
https://www.globalreporting.org/resourcelibrary/Bahasa-Indonesian-GRI-
ISO-2010.pdf pada 21 Februari 2018

IAI. 2014. PSAK No. 1. Jakarta:Ikatan Akuntan Indonesia

Ismail. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kasmir.2013. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Cetakan ke-6. Jakarta:


Rajawali Pers.

Kytle, Beth dan Ruggie, John Gerard. 2005, “Corporate Social Responsibility as
Risk Management: A Model for Multinationals”, A Working Paper of the:
Corporate Social Responsibility Initiative, No. 10.
Luthfia, K., 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Struktur
Modal, dan. Corporate Governance.

Mardikanto, Totok. 2014. CSR (Corporate Social Responsibility)


(Tanggungjawab Sosial Korporasi). Bandung: Alfabeta.

Masruroh, D.A., dan Mulazid, A.S., 2017. Analisa Pengaruh Size Perusahaan,
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Perfoming Financing (NPF), Return
On Asset (ROA), Financing Deposit Ratio (FDR) Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Umum Syariah Di Indonesia
Periode 2012-2015.Human Falah.Volume 4. No. 1 Januari – Juni 2017

Mawandira, Sasi Ika, Stevanus Hadi Darmadji dan Aurelia Carina Sutanto. 2014.
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR) Pada Sektor Non Keuangan dan Non BUMN
yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010, 2011, dan 2012. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya (2)3 hal:1-20.

Murtaza, I.A., Akhtar, N., Ijaz, A., Sadiqa, A. 2014. Impact of corporate social
responsibility on firm financial performance: A case study of Pakistan.
International Review of Management and Business Research, 3(4), 1914-
1927.
Natalia, R. dan Tarigan, J. 2014. Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan Publik Dari Sisi Profitability Ratio. Business
Accounting Review, 2(1), 111-120.

Ohlson, J. (1995). Earnings, Book Values And Dividends in Quality Valuations.


Contemporary Accounting Research, 11, 661–688.

Ong, Siew Hoon. 2016. Measuring the quality and identifying influencing factors
of sustainability reporting: Evidence from the resources industry in
Australia. Theses: Doctorates and Masters. Edith Cowan University.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011

Prasetyoningrum. 2018. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran perusahaan, Tipe


industri, Umur perusahaan, terhadap pengungkapan Islamic Social
Reporting. E-Jurnal.Vol. 13, hal 10

Putranto, Yohanes Andri dan Suramaya Suci Kewal. 2014. Pengaruh Corporate
Social Responsibility Berbasiskan Karakteristik Social Bank Terhadap
Kinerja Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi
(3)18 hal:479-490.

Rahmawati, Rahmawati, Yacob Suparna, dan Nurul Qomariyah. 2006. Pengaruh


Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan
Perbankan Publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi IX., Padang.
Rivai, Veithzal dan Ella Jauvani Sagala., 2013. Commercial Bank Management:
Manajemen Perbankan Dari Teori KePraktik. Edisi 1. Cetakan 1. Jakarta:
Rajawali Pers

Riyadi, Selamet. 2016. Banking Assets And Liability Management, Edisi


Keempat, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi & Bisnis, Uiniversitas
Indonesia.

Sari, Ratna, Chandra dan Zuhrotun. 2006. Keinformatifan laba di Pasar Obligasi
dan Saham: Uji Liquidation Option Hypotesis. Simposium Nasional
Akuntansi IX. Padang.

Sarumpaet, Susi. 2012. Earnings Management by Firms with Poor Environmental


Performance Ratings: An empirical Investigation in Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XV, Banjarmasin.

Sarumpaet, Susi., Nelwan, Melinda Lydia., Dewi., 2017. The value relevance of
environmental performance: evidence from Indonesia. Social Responsibility
Journal, Vol. 13 Issue: 4, pp.817-827.

Sebriwahyuni, Andiani Raja. 2014. Pengaruh Pengungkapan Laporan


Keberlanjutan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Theses. S2 Ilmu
Akuntansi/Akuntansi Terapan UGM.

Siamat. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan “Kebijakan Moneter dan


Perbankan”, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Suhartati.Titi Sabar Warsini, dan Nedsal Sixpria 2011. Pengaruh Pengungkapan


Tanggung Jawab Sosial dan Praktik Tata Kelola Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 10, No. 2.

Sucipto. 2003. “Penilaian Kinerja Keuangan.” Jurnal Akuntansi. Universitas


Sumatra Utara. Medan

Sugiono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &amp; D.


Bandung.

Suratno, Ignatius Bondan., Darsono., Mutmainah, Siti. 2007. Pengaruh


Environmental Performance terhadap Environmental Disclousure dan
Economic Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode (2001-2004). Simposium Nasional
Akuntansi 9.Padang 23-26 Agustus.h: 1-20.
Suryono, Hari dan Prastiwi. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan
Corporate Governance Terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability
Report. Simposium Nasional Akuntansi XIV.

Tandelilin, Aduardus. 2011. Portofolio dan investsi, Konisius, Yogyakarta.

Tarigan, J., & Semuel, H. (2015). Pengungkapan Sustainability report dan Kinerja
Keuangan .Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 16(2), 88-101.

Tasman, Abel. Rahmiati, Tri Hartanti. 2015. “Pengaruh Spread Of Interest Rate
Dan Kredit Bermasalah Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Journal of Finance.

Tovani, Arbi. 2015. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Corporate Social


Responsibility pada Perusahaan Perbankan Konvensional di Indonesia
Periode Tahun 2009-2013. Journal Of Accounting, 1(1), 1-32.

Tricia, Ong., Trireksani, Terri., Djajadikerta, Hadrian Geri. 2016. Hard and soft
sustainability disclosures: Australia’s resources industry. Accounting
Research Journal, Vol. 29 Issue: 2. pp.198-217,
https://doi.org/10.1108/ARJ-03-2015-0030.

Weber, O., Koellner, T., Habegger, D., Steffensen, H., & Ohnemus, P. 2008. The
Relation Between Sustainability Performance and Financial.

Wiranata, I. E., & Wirajaya, I. A. 2014. Reaksi Pasar Atas Pengumuman


Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana. 8(3), pp: 402-422.

Wibowo, I. 2014. Dampak Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Kinerja


Keuangan dan Kinerja Pasar Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi
XVII Mataram, Lombok 24-27 September 2014.

Wijaya, Husni F. 2015. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap


Citra Perushaan, Jurnal Administratif, 2(1): h: 30-45

Wolk et al. 2000. Accounting Theory: A Conceptual an Institutional Approach.


Fifth Edition. South-Western College Publishing.

Yusdantara, I Kadek., dan Rahanatha, Gede Bayu. (2015). Pengaruh Corporate


Social Responsibility terhadap Reputasi Perusahaan yang dimediasi oleh
Kepuasan Pelanggan (Studi Pada PT. Coca Cola Amatil Denpasar). E-Jurnal
Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 813-831 ISSN : 2302-8912.

www.ojk.go.id

www.Bi.go.id
http://pustakabakul.blogspot.co.id/2013/07/resource-based-theory.html

www.google.com

You might also like