Professional Documents
Culture Documents
Lapkas Meningitis TB
Lapkas Meningitis TB
PENDAHULUAN
Meningitis merupakan infeksi pada sistem syaraf pusat yang paling sering terjadi.
Meningitis merupakan salah satu infeksi yang menyerang sistem syaraf pusat terutama
lapisan meninges. Lapisan meninges merupakan suatu selaput yang menyelubungi otak dan
berada langsung di dalam cranium. Lapisan meninges berfungsi untuk melindungi otak,
membentuk kerangka penyokong untuk arteri, vena dan sinus venosus, memiliki ruangan
yang berisi cairan, ruang subarakhnoid yang berperan sangat penting dalam fungsi normal
otak.
Pada meningitis terjadi inflamasi pada meninges yang dapat diakibatkan oleh bakteri
ataupun virus. Penderita akan mengalami gejala seperti demam, nyeri kepala yang sangat
hebat dan kaku kuduk. Keadaan seperti ini harus segera ditangani karena merupakan keadaan
gawat darurat yang dapat mengancam jiwa. Meningitis merupakan infeksi pada sistem syaraf
pusat (SSP) yang sering dijumpai di praktek umum. Diagnosis yang cepat dan terapi yang
cocok akan menghasilkan luaran yang baik tanpa ada gejala sisa. Namun pada kenyataannya,
banyak kasus meningitis datang ke RS setelah keadaan umumnya buruk. Untuk itu meningitis
Gejala klasik meningitis adalah panas badan yang disertai nyeri kepala dan kaku
kuduk. Penurunan kesadaran seringkali dijumpai, terutama pada stadium lanjut dari
meningitis yang bersifat subakut/ kronis. Namun demikian kumpulan gejala ini sebenarnya
tidak spesifik. Pada beberapa keadaan seperti pasien imunokompromi, misalnya pada pasien
HIV/ AIDS, gejala klinis yang ada seringkali tidak khas. Pemeriksaan fisik dan laboratorium
1
BAB 11
STATUS PASIEN
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran
Anamnesa tambahan:
Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 1 hari SMRS. Awalnya
pasien tidak kontak ketika diajak berbicara, dan lebih sering memejamkan matanya dan
kadang mengigau. Sebelumnya terdapat bicara kurang jelas (rero). Keluhan disertai demam
sejak 2 minggu yang lalu. Demam hilang timbul dan hangat-hangat saja sehingga tidak
mengkhawatirkan. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri kepala dan pusing. Keluhan lain
adalah batuk berdahak sejak 4 bulan yang lalu. Batuk diketahui tidak sembuh-sembuh dan
tidak berat sehingga pasien mengabaikannya.
Tidak terdapat keluhan kejang, mual, muntah, Lemah pada salah satu bagian sisi
tubuh. Lalu keluhan demam tidak disertai kelainan BAK (jumlah, frekuensi), nyeri saat
berkemih, maupun riwayat mencret.
Tidak ada keluhan serupa pada keluarga pasien. Tidak ada keluarga serumah yang
menderita TBC dan meminum obat 6 bulan. Pasien pernah menjalani pengobatan TBC
sebelumnya tetapi tidak sampai tuntas karena merasa sudah sehat. Riwayat HT -, DM +
terkontrol.
2
Suhu : 38,60 C
Kepala
Mata : konjunctiva anemis (-/-), sklera tidak ikterik, pupil isokor,
reflex cahaya +/+.
Telinga : tidak ada kelainan
Hidung : tidak ada kelainan
Mulut : bibir kering, mukosa mulut dan lidah basah
Lidah : basah, lembab.
Leher : Kuduk kaku +, kaku kuduk +
Thorax
Paru : simetris, VBS kanan = kiri, wheezing (-/-), ronchi (-/-).
Jantung : S1,S2 murni, reguler, murmur(-), gallop (-)
Abdomen : datar, lembut, BU (+) normal, Hepar dan lien dbn.
Ekstremitas : hangat, CRT < 2 detik,
Status neurologis:
CN III, IV, VI, VII, XII tidak dapat dinilai
Mototrik: lateralisasi -
Rangsang meningeal:
Kaku kuduk (+)
Brudzinsky I/II/III/ IV : +/-/-/-
Refleks Fisiologis : brachioradialis +/+, patella +/+
Refleks Patologis : babinski -/-
3
Kreatinin : 2.6
GDS : 227
3. EKG
4. Ro thorax
Ekspertise :
Hasil
Cor tidak membesar
Sinus dan diafragma normal
Pulmo:
Hili normal
Corakan bronkovaskular normal
Tampak bercak lunak disertai noda dan garis keras di lapang atas sampai tengah
kanan dan bawah kiri
4
Tampak perselubungan opak di lapang atas kanan
Kesan
TBC paru aktif dengan infeksi sekunder
Tidak tampak kardiomegali
2.7 Tatalaksanan
1. Non farmakologis
Nacl 0.9% 20 tpm
O2 2 lpm
NGT + DC
2. Farmakologis
Ceftriaxone 2x1 gram
Sanmol 3x1 gram
Advis dr. Indra Sp. S:
Futrolit 20 tpm
Dexamethasone 4x2 ampul
Ranitidin 2x1 ampul
OAT
Sanmol 3x1 gram
Ceftriaxon stop
Rawat
2.8 Follow up
30/05/2018 S: batuk lama, sempat berobat tidak tuntas IVFD futrolit 20 tpm
O: Dexametason 4x2 amp
GCS E3V2M3 Ranitidin 2x1 amp iv
5
Kaku kuduk + Sanmol 3x1 gr
A: Lesipar 1x1
Susp. Meningitis TB OAT kategori I poli dots
AKI
31/06/2018 S: sesak <<, kejang - IVFD futrolit 20 tpm
O: Dexametason 4x2 amp
Kesadaraan CM Ranitidin 2x1 amp iv
Mata: pupul bulat isokor, RC +/+ Sanmol 3x1 gr
Kaku kuduk + Lesipar 1x1
Rh -/-, wh -/- OAT kategori I
Elektrolit Cek elektrolit
Natrium 138
Kalium 3.9
Klorida 103
A:
Susp. Meningitis TB
AKI
02/060201 S: batuk berdahak IVFD futrolit 20 tpm
8 O: Dexametason 4x2 amp
Kesadaraan CM Ranitidin 2x1 amp iv
Mata: pupul bulat isokor, RC +/+ Sanmol 3x1 gr
Kaku kuduk + Lesipar 1x1
Cor/ pulmo t.a.k OAT kategori I
Abdomen t.a.k
RF+/+, RP -/-
Motorik 3 3
3 3
A:
Susp. Meningitis TB
AKI
03/06/2018 S: penurunan kesadaran, BAB hitam 4x/ hari, IVFD futrolit 20 tpm
riwayat meminum jamu + Dexametason 4x2 amp
O: Ranitidin 2x1 amp iv
Kesadaraan sopor Sanmol 3x1 gr
TD 120/80 Lesipar 1x1
N 80 OAT kategori I
RR 24 As. Tranexamat 2x500mg
S 36.2 iv
Mata: pupul bulat isokor, RC +/+
Kaku kuduk +
Cor/ pulmo t.a.k
Abdomen t.a.k
RF+/+, RP -/-
Motorik 2 2
2 2
A:
Susp. Meningitis TB
AKI
Melena ec susp. Gastritis erosiva
04/06/2018 S: penurunan kesadaran, BAB hitam – IVFD futrolit 20 tpm
6
O: Dexametason 4x2 amp
Kesadaraan sopor Ranitidin 2x1 amp iv
TD 130/80 Sanmol 3x1 gr
N 80 Lesipar 1x1
RR 23 OAT kategori I
S 36.2 Mucosta granul 3x1
Mata: pupul bulat isokor, RC +/+
Kaku kuduk +
RF+/+, RP -/-
Motorik 1 1
1 1
A:
Susp. Meningitis TB
AKI
Melena ec susp. Gastritis erosiva
04/06/2018 Pasien meninggal
(23.40 wib)
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 ANATOMI
Cranial meninges merupakan suatu selaput yang menyelubungi otak dan berada
langsung di dalam cranium.
Fungsi
Melindungi otak
Membentuk kerangka penyokong untuk arteri, vena dan sinus venosus
Memiliki ruangan yang berisi cairan, ruang subarakhnoid yang berperan sangat
penting dalam fungsi normal otak.
8
CNS dilapisi 3 meninges :
Gambar 2 Meningens
Merupakan lapisan dari dura mater (peiosteal dura) yang dekat dengan inner lamina
- Epidural space merupakan space yang berada di antara inner lamina dari
9
Disebut juga true dura mater, yang melekat pada outer dural layer. Di daerah ini
terdapat struktur-struktur:
Diaphragm sellae
Venous drainage
Superior sagittal sinus, berada di falx cerebri, dimulai dari crista galii ke
Straight sinus, dari apex tentorium cerebelli lalu bergabung dengan cerebral
vein.
occipital sinuses.
Sigmoid sinus
c. Cranial nerve, ada cranial nerve yang melewati daerah ini dari bagian anterior menuju
posterior.
d. Epidural space,
merupakan space yang berada di antara inner lamina dari cranium dengan dura mater
e. Subdural space, merupakan space antara true dura dengan arachnoid layer.
10
2. Arachnoid, terdiri dari fibrous membrane mengandung serat-serat collagen dan elastic.
- Subarachnoid space antara lapisan arachnoid dengan pia mater, yang berisi CSF
(Cerebropinal Fluid)
3. Pia mater, jaringan ikat transparan, merupakan lapisan yang langsung melekat ke otak.
Cairan yang mengelilingi ruang subaraknoid sekitar otak dan medulla spinalis serta
mengisi ventrikel dalam otak. Komposisi dari CSF menyerupai plasma darah dan cairan
2. Media pertukaran nutrient dan zat buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis.
1. Pleksus koroid: jarring-jaring kapiler benbentuk bunga kol yang menonjol dari piamater
2. Sekresikan oleh sel-sel ependimal, yang mengitari pembuluh darah cerebtral dan melapisi
11
Pembentukan, sirkulasi, dan absorpsi CSF
foramen Magandie
Ruang subaraknoid
Vili araknoid
3.2 MENINGITIS
3.2.1 Definisi
atau virus. Meningitis juga merupakan infeksi akut purulent di dalam ruang subarachnoid
yang berhubungan dengan reaksi inflamasi CNS yang dapat menyebabkan penurunan
Meningitis purulenta terjadi apabila disebabkan oleh bakteri, dan meningitis serosa
terjadi apabila pada penderita terdapat gambaran klinis meningitis, tetapi pada pemeriksaan
cairan serebrospinal tidak sampai berwarna keruh. Penyebabnya dapat disebabkan oleh
12
bakteri (meningitis tuberkulosa), virus (meningitis virus/meningitis aseptik), jamur
A. Bakteri
1. Streptococcus pneumoniae
10 – 20 % pada anak-anak
5 % pada bayi
2. Neisseria meningitidis
40 – 60 % pada anak-anak
Group B Streptococci
gram negative bacilli paling banyak menyebabkan neonatal meningitis dan orang
6. Listeria Monocytogenes
13
Banyak pada neonatus (< 1 bulan)
wanita hamil
7. Pathogen lain yang menyebabkan meningitis namun sangat jarang ialah Salmonella,
B. Virus
Enterovirus
Human herpesvirus
C. Tuberculosis
D. Fungal
a. Aspergillus
b. Candida
1. Acute otitis media & mastoiditis (2% pasien dengan pneumococcal meningitis)
2. Pneumoniae (25 %)
6. CSF rhinorrhea
7. Abnormal immune defense, anatomic defect (dermal / sinus tract, old skull fracture)
14
9. Gram negative bacilli masuk melalui neurosurgical procedure dan nosocomial disease
10. Alcoholism
12. Hypogammaglobulinemia
3.3.1 Definisi
salah satu bentuk komplikasi yang sering muncul pada penyakit tuberkulosis paru.
Infeksi primer muncul di paru-paru dan dapat menyebar secara limfogen dan
hematogen ke berbagai daerah tubuh di luar paru, seperti perikardium, usus, kulit,
3.3.2 Epidemiologi
terbanyak. Terjadi 20,6 per 100.000 insidensi kasus tuberkulosis sistem saraf pusat di
tahun 2007, yang banyak terjadi di negara dengan kasus tuberkulosis tinggi. World
Health Organization (WHO) tahun 2013 menyatakan bahwa terdapat 9 juta penduduk
Dunia terinfeksi kuman TB, terjadi peningkatan pada tahun 2014, terdapat 9,6 juta
penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB dimana angka kematian mencapai 1,5 juta
jiwa, wilayah Afrika menduduki jumlah kasus terbanyak (37%), dan wilayah Asia
tenggara (28%) dan wilayah Mediterania Timur (17%) dari jumlah kasus TB pada
tahun 2014.
15
3.3.3 Patogenesis
lesion pada korteks serebral atau meningen yang berkembang melalui penyebaran
lymphohematogenous dari infeksi primer. Lesi awal adalah biasanya membesar dan
terdapat mengeluarkan sejumlah kecil basil tuberkel ke ruang subarakhnoid. Hal ini
disfungsi saraf kranial III, VI, dan VII. Eksudat juga menyebabkan gangguan aliran
CSF pada sistem ventrikular pada level basilar cistern sehingga menyebabkan
hidrosefal;us menyebabkan kerusakan yang berat yang terjadi dengan cepat atau
perlahan-lahan.
perlahan-lahan. Perkembangan yang cepat biasanya cenderung terjadi pada bayi dan
anak muda, dimana muncul gejala hanya beberapa hari sebelum terjadinya
hidrosefalus akut, kejang, dan edema serebri. Kebanyakan gejala dan tanda
berkembang dengan perlahan dalam beberapa minggu dan dibagi ke dalam 3 stadium:
Berlangsung 1 - 2 minggu
Demam
16
Sakit kepala
Drowsiness
Malaise
Focal neurologic sign tidak ditemukan, tetapi pada bayi dapat terjadi stagnasi
Prognosisnya baik
b. Stadium II
Letargi
Nuchal rigidity
Kejang
Hipertonia
Muntah
c. Stadium III
Koma
Hipertensi
Decerebrate posturing
17
Kematian
Pasien yang bertahan akan terjadi cacat permanen yaitu kebutaan, tuli,
3.3.5 Diagnosis
a. Tes tuberkulin
Pada 50% kasus, tes tuberkulin tidak reaktif. Pada uji mantoux, dilakukan
lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian
18
uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari
pembengkakan (indurasi) yang terjadi. Berikut ini adalah interpretasi hasil uji
mantoux :
Mycobacterium tuberculosa.
Bila dalam penyuntikan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guérin) terjadi reaksi cepat
(dalam 3-7 hari) berupa kemerahan dan indurasi ≥ 5 mm, maka anak dicurigai telah
Darah: anemia ringan dan peningkatan laju endap darah pada 80% kasus.
Cairan otak dan tulang belakang / liquor cerebrospinalis (dengan cara pungsi
lumbal):
19
o Jumlah leukosit bervariasi dari mulai 10-500 sel/mm3. Jumlah sel: 100 –
500 sel / μl. Mula-mula, sel polimorfonuklear ada, tetapi mayoritas yang
spinal.
o Kadar glukosa: biasanya menurun. Kadar glukosa <40 mg/dL tapi jarang
Kultur cairan lain misalnya aspirasi lambung atau urin dapat membantu
Foto toraks : pada 20-50% kasus, foto toraks anak menunjukan tidak ada
kelainan.
basal, serta adanya dan luasnya hidrosefalus. Gambaran dari pemeriksaan CT-
scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) kepala pada pasien meningitis
20
penyakit, gambaran yang sering ditemukan adalah enhancement di daerah
edema otak atau iskemia fokal yang masih dini. Selain itu, dapat juga
talamus.
3.3.6 Terapi
kemoterapi yang sesuai, koreksi gangguan cairan dan elektrolit, dan penurunan
tekanan intrakranial. Terapi harus segera diberikan tanpa ditunda bila ada kecurigaan
ethambutol boleh dihentikan ketika telah diketahui strain bakteri peka terhadap
21
i. Isoniazid (5 mg/kg) per oral ~ 300 mg
i. Isoniazid
ii. Rifampisin
Isoniazid
Bersifat bakterisid dan bakteriostatik. Obat ini efektif pada kuman intrasel dan
ekstrasel, dapat berdifusi ke dalam selutuh jaringan dan cairan tubuh, termasuk liquor
cerebrospinalis, cairan pleura, cairan asites, jaringan kaseosa, dan memiliki adverse
reaction yang rendah. Isoniazid diberikan secara oral. Dosis harian yang biasa
diberikan adalah 5-15 mg / kgBB / hari, dosis maksimal 300 mg / hari dan diberikan
dalam satu kali pemberian. Isoniazid yang tersedia umumnya dalam bentuk tablet 100
mg dan 300 mg, dan dalam bentuk sirup 100 mg / 5 ml. Konsentrasi puncak di darah,
sputum, dan liquor cerebrospinalis dapat dicapai dalam waktu 1-2 jam dan menetap
paling sedikit selama 6-8 jam. Isoniazid terdapat dalam air susu ibu yang mendapat
isoniazid dan dapat menembus sawar darah plasenta. Isoniazid mempunyai dua efek
toksik utama, yakni hepatotoksik dan neuritis perifer. Keduanya jarang terjadi pada
anak, biasanya lebih banyak terjadi pada pasien dewasa dengan frekuensi yang
dapat diberikan piridoksin dengan dosis 25-50 mg satu kali sehari, atau 10 mg
22
Rifampisin
semua jaringan dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh
oleh isoniazid. Rifampisin diabsorbsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada
saat perut kosong (1 jam sebelum makan) dan kadar serum puncak dicapai dalam 2
jam. Rifampisin diberikan dalam bentuk oral, dengan dosis 10-20 mg / kgBB / hari,
dosis maksimalmya 600 mg per hari dengan dosis satu kali pemberian per hari. Jika
kgBB / hari dan dosis isoniazid 10 mg/ kgBB / hari. Rifampisin didistribusikan secara
rifampisin ke dalam liquor cerebrospinalis lebih baik pada keadaan selaput otak yang
adalah perubahan warna urin, ludah, keringat, sputum, dan air mata menjadi warma
oranye kemerahan. Efek samping lainnya adalah mual dan muntah, hepatotoksik, dan
trombositopenia. Rifampisin umumya tersedia dalam bentuk kapsul 150 mg, 300 mg,
Pirazinamid
jaringan dan cairan tubuh, termasuk liquor cerebrospinalis. Obat ini bersifat
bakterisid hanya pada intrasel dan suasana asam dan diresorbsi baik pada saluran
cerna. Dosis pirazinamid 15-30 mg / kgBB / hari dengan dosis maksimal 2 gram /
diberikan pada fase intensif karena pirazinamid sangat baik diberikan pada saat
suasana asam yang timbul akibat jumlah kuman yang masih sangat banyak. Efek
23
hiperurisemia (jarang pada anak-anak). Pirazinamid tersedia dalam bentuk tablet 500
mg.
Streptomisin
ekstraselular pada keadaan basal atau netral, sehingga tidak efektif untuk membunuh
secara intramuskular dengan dosis 15-40 mg / kgBB / hari, maksimal 1 gram / hari,
dan kadar puncak 45-50 μg / ml dalam waktu 1-2 jam. Streptomisin sangat baik
melewati selaput otak yang meradang, tetapi tidak dapat melewati selaput otak yang
tidak meradang. Streptomisin berdifusi dengan baik pada jaringan dan cairan pleura
dan diekskresi melalui ginjal. Penggunaan utamanya saat ini adalah jika terdapat
kecurigaan resistensi awal terhadap isoniazid atau jika anak menderita tuberkulosis
berat. Toksisitas utama streptomisin terjadi pada nervus kranial VIII yang
perlu berhati-hati dalam menentukan dosis pada wanita hamil karena dapat merudak
saraf pendengaran janin, yaitu 30% bayi akan menderita tuli berat.
Etambutol
diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten. Selain itu, berdasarkan
pengalaman, obat ini dapat mencegah timbulnya resistensi terhadap obat-obat lain.
Dosis etambutol adalah 15-20 mg / kgBB / hari, maksimal 1,25 gram / hari dengan
dosis tunggal. Kadar serum puncak 5 μg dalam waktu 24 jam. Etambutol tersedia
24
dalam bentuk tablet 250 mg dan 500 mg. Etambutol ditoleransi dengan baik oleh
dewasa dan anak-anak pada pemberian oral dengan dosis satu atau dua kali sehari,
tetapi tidak berpenetrasi baik pada SSP, demikian juga pada keadaan meningitis.
Kemungkinan toksisitas utama etambutol adalah neuritis optik dan buta warna merah-
hijau, sehingga seringkali penggunaannya dihindari pada anak yang belum dapat
etambutol dengan dosis 15-25 mg / kgBB / hari tidak menimbulkan kejadian neuritis
optika pada pasien yang dipantau hingga 10 tahun pasca pengobatan. Rekomendasi
Etambutol dapat diberikan pada anak dengan TB berat dan kecurigaan TB resisten-
obat jika obat-obat lainnya tidak tersedia atau tidak dapat digunakan
- Dexamethasone
25
Minggu 4: 0,1 mg per kgBB per hari intravena
3.3.7 Komplikasi
Komplikasi yang paling menonjol dari meningitis tuberkulosis adalah gejala sisa
dan gangguan sensori ekstremitas. Sekuele minor dapat berupa kelainan saraf otak,
pada mata dapat berupa atrofi optik dan kebutaan. Gangguan pendengaran dan
Gangguan intelektual terjadi pada kira-kira 2/3 pasien yang hidup. Pada pasien ini
menetap seperti kejang dan mental subnormal. Kalsifikasi intrakranial terjadi pada
kira-kira 1/3 pasien yang sembuh. Seperlima pasien yang sembuh mempunyai
kelainan kelenjar pituitari dan hipotalamus, dan akan terjadi prekoks seksual,
gonadotropin.
3.3.8 Prognosis
Prognosis pasien berbanding lurus dengan tahapan klinis saat pasien didiagnosis
dan diterapi. Semakin lanjut tahapan klinisnya, semakin buruk prognosisnya. Apabila
tidak diobati sama sekali, pasien meningitis tuberkulosis dapat meninggal dunia.
26
Prognosis juga tergantung pada umur pasien. Pasien yang berumur kurang dari 3
tahun mempunyai prognosis yang lebih buruk daripada pasien yang lebih tua usianya.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
27