You are on page 1of 20

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah


Alamat Website: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM

Efek Program Manajemen Diri pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik : Review Sistematis

Harniati1, Syahrul Syahrul2 , Takdir Tahir3


1
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia
2,3
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin,Makassar, Indonesia

INFORMASI ABSTRACT
Korespondensi: Self-management programs are very important in the care of patients with
nianadir98@gmail.com COPD as an independent intervention in an effort to improve health status.
Aim: Of this systematic review is to find out the form of self-management
intervention in COPD patients, an instrument to measure the outcomes of
self-management and the effects of self-management programs in COPD pa-
tients. Methods: Used are electronic data bases from journals published through
ProQuest, PubMed., And ScienceDirect. Results: Of a review of 9 selected
journals stated that self-management programs had an influence on increasing
lung capacity, exercise capacity and health-related quality of life compared
to patients who experienced standard care. The research instrument was
used to measure lung capacity using spirometry, Exercise capacity used a
six-min- ute walking distance (6MWD), Incremental Shuttle Walk Test
(ISWT) and the Endurance Shuttle Walk Test (ESWT), and health-related
quality of life measured by St George Respiratory Questionnaire (SGRQ). The
Keywords: results showed that the effects of self-management programs benefited in the
Chronic Obstructive Pulmonary quality of care, reduced the number of days of hospital care and did not increase
Disease, Exercise Capasity, Lung the number of deaths. Conclusion: Self-management programs in COPD
Capacity, Self Management patients provide the ability to manage disease so that it can increase lung
Pro- gram, Quality of Life capacity, exercise capacity and quality of life related to health

1
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
PENDAHULUAN pemberhentian merokok, pengelolaan eksaserbasi,
Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah kepatuhan pengobatan, latihan fisik, nutrisi, latihan
salah satu penyakit yang menjadi suatu masalah pernapasan (Effing et al., 2012 ; Effing et al., 2016).
didunia dimana penyakit PPOK ini adalah Program managemen diri telah banyak digu-
manifestasi dari beberapa penyakit paru yaitu nakan pada pasien dengan PPOK dengan
bronkhitis dan emp- isema paru yang berbagai pendekatan. Penelitian sebelumnya telah
memperlihatkan gejala yang ditan- dai dengan menemu- kan bahwa program manajemen diri
adanya pembatasan aliran udara yang dapat untuk pasien dengan
menyebabkan kematian (Rodriguez-Roisin, Rabe, PPOK menghasilkan pengurangan 39,8%
Vestbo, Vogelmeier, & Agustí, 2017). Menurut dalam penerimaan rumah sakit untuk eksaserba-
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Dis- si (Nici et al., 2016), dan program managemen diri
ease (GOLD) tahun 2017, PPOK adalah gangguan dapat memberikan efek pada peningkatan kuali-
saluran pernapasan kronik yang tidak reversibel tas hidup (Cannon et al., 2016). Sehingga tinjauan
penuh yang disebabkan oleh obstruksi saluran na- sistematis ini bertujuan untuk mengetahui pemaha-
pas. PPOK adalah penyakit paru-paru progresif man tentang bentuk intervensi program manage-
lambat yang ditandai dengan penurunan fungsi pa- men diri, instrument yang digunakan mengukur
ru-paru dan kualitas hidup dan periode eksaserbasi outcome dari program managemen diri dan efek
akut (Bischoff et al., 2012). Salah satu penyebab program managemen diri pada pasien PPOK.
uta- ma terjadinya penyakit PPOK yaitu dengan
mero- kok (Decramer, Janssens, & Miravitlles,
METODE
2012).
Ini merupakan tinjauan sistematis dengan sintesis
PPOK dengan proses eksaserbasi yang berulang narasi dari temuan utama pada intervensi program
menyebabkan peningkatan obstruksi jalan napas managemen diri pada pasien dengan PPOK. Ulasan
hiperplasia dinamis dengan meningkatnya laju per- ini berdasarkan pedoman PRISMA tentang penu-
napasan dan ekspirasi laju penapasan menurun dan lisan laporan ulasan sistematik / sistematic review
dapat menyebabkan kelemahan dari otot otot per- (Moher et al., 2009). Proses yang digunakan untuk
napasan ditandai dengan dyspnea dan penurunan melakukan sistematik review adalah reviewer men-
fungsi paru yang ditandai dengan nilai Force Ek- cari beberapa artikel jurnal penelitian yang dipub-
spirasi Volume in the first second (FEV1) atau likasi melalui data base elektronik. Adapun
penurunan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik database elektronik yang digunakan antara lain :
(Goldstein & Chb, 2014) . PPOK dapat menyebab- PubMed, ProQuest, dan ScienceDirect dengan
kan penurunan FEV1 dibawah 0,7 % (Vogelmeier rentang wak- tu 1 januari 2010 sampa dengan 1
et al., 2017). Pasien dengan PPOK yang mengalami desember 2018. Kata kunci PICOT yang di
eksaserbasi berat akan mengalami resiko kematian masukan dalam pen- carian yaitu : P (Chronic
4 kali lebih besar dibanding pasien yang bebas dari Obstructive Pulmonary Disease OR Chronic
eksaserbasi (Goldstein & Chb, 2014). Obstructive Lung Disease), I (Self Management
PPOK berdampak secara sosial dan ekonomi program), C ( Usual Care) O ( Lung Capasity OR
sehingga untuk menghadapinya maka strategi man- Lung Function AND Quality of Life AND Exercise
agemen diri sangat penting untuk dilakukan teruta- Capasity ) dan T (). Penelitian dimasukkan jika
ma dalam perawatan primer (Bischoff et al., 2012). menggunakan uji random control trial (RCT) yang
Intervensi managemen diri (non farmakologi) telah ditulis dalam bahasa Inggris, tipe peserta yaitu
dikembangkan pada model perawatan kronis den- pasien dewasa (≥30 tahun), terdiagno- sa PPOK,
gan mengoptimlkan peran aktif dari pasien untuk FEV1/FVC < 70 % ,peserta dikecualikan bila
mencapai perilaku koping yang cukup serta mem- mengalami penyakit jantung, TBC dan penyakit
liiki kepatuhan dalam pengelolaan penyakitnya gangguan kejiwaan . Proses pemilihan study yang
serta mampu mengambil tindakan terhadap gejala diulas terdiri dari 6 langkah yang ditampilkan pada
eksaserbasi (Sánchez-Nieto et al., 2016). Interven- diagram 1. maka selanjutnya diekslusikan. dan
si program managemen diri merupakan interven- pada akhirnya study yang telah masukan tadi akan
si pengelolaan mandiri yang dapat dilakukan oleh selan- jutnya di sintesis. Untuk penelitian ini, alat
pasien dalam mengelola penyakitnya dalam upa- ekstrak- si data dirancang untuk memandu
ya untuk meningkatkan status kesehatan (GOLD, informasi dari catatan sesuai dengan tujuan
2017). Enam komponen spesifik yang digunakan penelitian. Data yang diekstraksi pada setiap study
dalam program managemen diri adalah dukungan yang inklusi meliputi: penulis, tahun, negara,
populasi dan setting, desain
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)

2
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
studi, tujuan penelitian, metode dan intervensi, in- HASIL
strument dan hasil ( Tabel 1). Ulasan sistematik ini Dari 9 artikel yang terpilih, penelitian dilakukan di
menggunakan pedoman untuk menganalisis kuali- berbagai negara yaitu Belanda, Inggris, Taipei,
tas pelaporan di antara studi yang dipilih. Pedoman Aus- tralia dan Spanyol. Metode penelitian yang
yang digunakan adalah dengan Critical Appraisal digu- nakan adalah uji terkontrol secara acak
Skills Programe tools / CASP) dan Quality Asses- (RCT) (n=9). Artikel penelitian ini dipublikasikan
ment untuk menilai resiko bias dari study yang dip- dalam rentang 2010 sampai 2018, seluruh sampel
ilih (Julian PT Higgins & Sally Green, 2008). dalam penelitian ini adalah pasien dewasa yang
berusia ≥30 tahun terdiagnosa PPOK dengan syarat
Figure 1: PRISMA Flow diagram tertentu
1. Bentuk intervensi proram manajemen diri
a. Edukasi tentang PPOK
Hasil penelitian dari 9 artikel program managemen
yang menekankan pada edukasi tentang PPOK (
Jolly et al., 2018; Johnson-Warrington, Rees,
Gelder, Morgan, & Singh, 2016 ; Mitchell et al.,
2014 ; José Leiva-Fernández, Francisca Leiva-
Fernández, Anto- nio García-Ruiz & Barnestein-
Fonseca, 2014 ; Bis- choff et al., 2012 ; Wetering,
Hoogendoorn, Mol, Molken, & Schols, 2010).
Bentuk edukasi yang dilakukan adalah materi
pendidikan yang terdiri dari 117 halaman dan
program latihan di rumah (Mitchell et al., 2014;
Bischoff et al., 2012). Eduka- si melalui buku
pendidkan tertulis (Johnson-War- rington et al.,
2016 ; Wetering et al., 2010) dan edu- kasi melalui
modul kertas tertulis yang membahas tentang
pengetahuan penyakit PPOK, obat perna- pasan,
teknik pernapasan, mengelola eksaserbasi,
mempertahankan gaya hidup sehat, mengelola stres
dan kecemasan (Bischoff et al., 2012), serta 13
hala- man leaflet memberikan definisi PPOK,
penjelasan rinci tentang gejala yang berhubungan,
bagaimana penyakit dapat dikelola dengan
penggunaan inhal- er ( Jolly et al., 2018), menerima
informasi tentang penyakit sehingga mereka bisa
lebih percaya diri dan lebih sadar tentang
pentingnya perawatan se- hari-hari mereka serta
diberikan keterampilan da- lam penggunaan inhaler
(José et al., 2014).

b.Dukungan pemberhentian merokok


Penelitian secara acak untuk intervensi
dukungan pemberhentian merokok yang
dilakukan oleh per- awat (Wetering et a., 2010 ;
Mitchell et al., 2014). Untuk pasien yang
merokok di tugaskan untuk menjalani konseling
pemberhetian merokok yang dilakukan oleh
perawat (Wetering et a., 2010). Un- tuk pasien
yang memiliki riwayat merokok di anjur- kan
untuk melaporkan sendiri pada awal sebelum
intervensi dan setelah 6 minggu pemberian inter-
vensi ( Mitchell et al., 2014).
3
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
Tabel 1: Hasil studi literature efek program manajemen diri pada pasien PPOK dibeberapa negara
Penulis/ Jenis peneltian
Populasi Tujuan Penelitan Metode dan intervensi Instrument Hasil
Negara
(Wetering et Jumlah pasien 199 Randomised Controled Untuk mengevaluasi Intervensi terdiri dari 4 Kualitas hidup terkait Hasil Primer
al.,2010) orang. Kelompok Trial efektivitas bulan multidisiplin kesehatan (St George Hasil utama SGRQ skor total
Belanda INTERCOM (RCT) Program INTER- rehabilitasi diikuti Respiratory Ques- tionnaire membaik pada kelompok INTERCOM dan tetap stabil pada
(n = 102) dan COM (program oleh fase pemeliharaan 20 (SGRQ)), frekuensi eksaserbasi, kelompok perawatan biasa.perbedaan dalam perubahan dari
perawatan biasa (n berbasis masyarakat bulan. Hasil (4, 12, 24 bulan): MRC skor dyspnoea, waktu baseline 4,06 (1,39) unit (p = 0,004) Jumlah eksaserbasi
= 97) interdisipliner Program ini dirancang untuk ketahanan siklus (CET), setelah 4 bulan tidak tidak berbeda antara kedua kelompok
manajemen COPD) mempertahankan kapasitas la- 6-menit berjalan kaki (RR 1,01 (95% CI 0,57 ke1,79)
dibandingkan dengan tihan, untuk mempromosikan (6MWD), skeletal Hasi sekunder
perawatan biasa keterampilan kekuatan otot dan pasien dan skor dampak SGRQ berada.17 (2.00) unit (p = 0,01) dan
selfmanagement dan mening- perawat 4,26 (1,56) unit (p = 0,007), masing-masing.
katkan pengetahuan PPOK. Perbedaanantara
intervensi gizi dan kelompok dalam mean (SE) perubahan dari baseline skor MRC
dukungan penghentian adalah 0,33(0,13) (p = 0,01). CET ditingkatkan dengan 234
merokok (79) dalam kelompok INTERCOM dibandingkan dengan 29
(77) dalam kelompok perawatan biasa, rata-rata (SE) 6 menit
berjalan kaki (6MWD) Siklus waktu ketahanan, p = 0,020. (
Enam menit berjalan kaki, p = 0,016. Pada 12 bulan skor
SGRQ pada kelompok INTERCOM hampir kembali ke dasar,
sedang- kan pada kelompok perawatan biasa itu tetap stabil
sampai den- gan 12 bulan dan memburuk setelahnya. Selama
periode Total
2 tahun ada perbedaan yang signifikan secara statistik dari 2,60
(1,3) unit (p = 0,045) dalam perubahan dari baseline antara
kedua kelompok. 2 tahun frekuensi eksaserbasi tidakberbeda
secara signifikan antara kelompok (RR 1,29; 95% CI 0,89-1,87)
(Bischoff et al., Jumlah populasi RCT Untuk menilai efek Program manajemen diri Dispnea diukur dengan Hasil utama :
2012)frequency ada 165 orang jangka panjang dari terdiri dari modul kertas dan kusioner pernapasan akut dan perubahan dalam COPD kualitas tertentu hidup (kuesioner
and patients’ yang dbagi dalam dua mode yang berbe- rencana aksi eksaserbasi domain skala self efficacy diukur pernapasan skor total kronis) untuk manajemen diri,
management of 3 kelompok da dari manajemen tertulis. Topik yang dibahas denganCSE skala perubahan monitoring rutin lebih menunjukan peningkatan secara
exacerbations, penyakit (manajemen dalam modul adalah dalam COPD kualitas tertentu klinis(13/46 (28%) v 8/44 (18%))dibandingkan pada
and self efficacy diri yang komprehen- pengeta- huan penyakit hidup (kuesioner pernapasan perawatanbiasa domain dys- pnoea yang menunjukkan
(secondary sif dan pemantauan PPOK, skor total kronis perbaikan dalam kelompok peman- tauan rutin dibandingkan
objectives rutin) terhadap kual- obat pernapasan, teknik dengan kelompok perawatan biasa.
Belanda itas hidup frekuensi perna- pasan, mengelola Hasil sekunder
dan manajemen pasien eksaserbasi, mempertahankan kuesioner pernapasan skor domain kronis -Changes di
eksaserbasi, dan self gaya hidup sehat, mengelola 24bulan dalam skor domain kuesioner pernafasan kronis
efficacy stres dan total secara statistik tidak signifikan Kecuali untuk domain
pada pasien dengan dan lima skor domain untuk dyspnoea yang menun- jukkan perbaikan dalam kelompok
obstruktif kronik pen- self efficacy pemantauan rutin dibandingkan dengan kelompok perawatan
yakit paru (PPOK) biasa. Eksaserbasi and management pasien melaporkan frekuen-
si eksaserbasi tidak berbeda antara tiga kelompok COPD self-ef-
ficacy skala total dan domain skor -Kami tidak menemukan
perubahan signifikan secara statistik atau perbedaan efikasi diri
pasien sesuai dengan total skala COPD self-efficacy dan domain
skor pada 24 bulan
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
4
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)

(Lin et al., Pasien dengan RCT Untuk menilai efek Pelatihan pernapasan termasuk fungsi paru-paru diukur dengan Signifikan perbaikan dalam fungsi paru-paru, termasuk
2012) penyakit paru dari pelatihan per- mengerutkan bibir bernapas spirometer (HI-801; Dada, kapasitas vital paksa ( p = 0 Æ 037), volume ekspirasi paksa
Taipei obstruktif kronik napasan pada fungsi menggunakan Tokyo, Jepang) dalam posisi pada onesecond ( p = 0 Æ 006) dan persen diprediksi volume
secara acak paru-paru, toleransi metode berikut: menghirup duduk dalam lingkungan santai ekspirasi paksa dalam satu detik ( p = 0 Æ 008) pada
ditugaskan untuk aktivitas dan kualitas melalui hidung sambil diam- dan alami. Hidung adalah kelompok intervensi. Mengenai efficacy dari program pelatihan
intervensi ( n = hidup pada pasien diam menghitung dari satu dijep- it dan pernapasan yang untuk pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik, volume
20) dan kelompok dengan penyakit sampai dua, dan kemudian disaring melalui mulut. ekspirasi paksa dalam satu detik ( p = 0 Æ 024) dan persen
kontrol ( n = 20) paru obstruktif mengerucutkan bibir untuk Pengukuran termasuk FVC, diprediksi volume ekspirasi paksa dalam satu detik ( p = 0 Æ
kronis perlahan-lahan FVC 1,% nilai prediksi dari 035),. toler- ansi aktivitas enam menit berjalan kaki di
menghembuskan napas semen- FEV 1 dan FEV 1 kelompok intervensi meningkat dari 350 Æ 30-393 Æ 00 m ( p
tara diam-diam menghitung / FVC. tes spirometri sebelum = 0 Æ 007)Selain itu, ada signi fi perbaikan tidak bisa untuk
dari satu sampai empat. Ini dan setelah intervensi Enam gejala ( p = 0 Æ 018), dampak ( p < 0 Æ 001) dan kualitas
dilakukan selama 10 menit menit berjalan kaki digunakan total skor hidup ( p < 0 Æ 001), serta secara signifikan menurun
dua kali sehari di pagi hari dan untuk mengukur toleransi fisik massa tubuh, udara fl ow obstruksi, dyspnoea dan kapasitas
di malam hari. pasien dengan penyakit latihan index ( p = 0 Æ 004) pada kelompok intervensi
kardio- vaskular
(Mitchell et al., 184 orang dengan RCT Untuk membangun Selain perawatan biasa, peserta Hasil primer :domain Hasil primer :
2014) COPD dibagi efektivitas pendek dan secara acak untuk SPACE dyspnoea CRQ-SR dari awal Baseline dan perubahan skor dyspnoea CRQ-SR dibandingkan
Inggeris dalam kelompok jangka menengah dari UNTUK PPOK menerima sampai 6 bulan Hasil sekunder dengan perawatan biasa, perubahan domain dyspnoea CRQ-
intervensi(n = 92) SPACE FOR COPD program manajemen diri- adalah kelelahan, emosi dan SR di SPACE FOR kelompok PPOK secara statistik signifikan
dan kontrol (n pada hasil pasien, menggabungkan rezim latihan pengua- saan domain dari lebih besar pada 6 minggu (p 5 0,049). Kedua kelompok
=92) dibandingkan dengan yang terdiri dari program ber- CRQ-SR, Bristol Pengetahuan ditingkatkan dyspnoea CRQ-SR dari waktu ke waktu (p,
perawatan biasa saja. jalan setiap hari, dan pelatihan Angket PPOK (BCKQ) 0,001) (gbr. 2) dan
resistensi dari tungkai atas dan Skala Depresi (HADS) tes tam- hanya kelompok SPACE dipertahankan withingroup perubahan
bawah bahan shuttle berjalan (ISWT) yang melebihi
menggunakan beban bebas uji ketahanan shuttle berjalan Hasil sekunder
tiga kali per minggu. manual (ESWT) Rehabilitasi paru Dia- Ada perbedaan yang signifikan dalam perubahan kelelahan
menyarankan pada perkem- daptasi Indeks dari Self-Efficacy dan emosi domain dari CRQ-SR antara kelompok-
bangan pelatihan dan (PUJIAN) , dan status merokok kelompok di 6 minggu, tetapi tidak ada perbedaan dalam
terma- suk rencana aksi yang dilaporkan sendiri pada penguasaan.
untuk pengelolaan awal dan 6 bulan Perbedaan ini berkurang pada 6 bulan. Ada signifikan
eksaserbasi. perbedaan antara kelompok dalam perubahan jarak berjalan di
ISWT pada 6 minggu; Namun, ini tidak lagi signifikan pada 6
bulan
(Camer- Jumlah pasien ada RCT Untuk menentu- pasien rawat jalan dewasa kapasitas fisik diukur dengan Hasil primer :
on-Tucker et al., 68 orang kan apakah latihan dengan COPD diacak ke 6MWD dan skala borg mod- Korelasi kuat dengan perubahan 6MWD adalah frekuensi
2014) diawasi selain group CDSMP program yang terdiri fikasi latihan moderat ( r = - 0,188, P = 0,066) CDSMP-plus-latihan
Australia based kronis Penyakit dari m pengeolan dypnea, (kelompok intervensi) dengan 18,6 ± 46,2 m; CDSMP sendiri
Program Manajemen latihan pernapasan,makanan (kelompok kontrol) oleh 20,0 ± 46,2 m
Diri (CDSMP) sehat dan dilakuakan latihan Hasil sekunder:
akan menambahkan barjalan satu jam latihan Tidak ada perbedaan signifkan pada hasil sekunder
manfaat pada pasien diawasi mingguan selama 6
dengan PPOK minggu sesi latihan mingguan
diawasi sekelompok latihan
aerobik dan memperkuat un-
tuk tungkai atas dan bawah
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
5
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)

(Xi et al., 2015) 60 peserta dibagi RCT Untuk menilai efek Program ini dilakukan oleh parameter fungsi paru-paru RT ditingkatkan FEV1, FVC dan FEV1 / FVC pada
Australia kelompok inter- dari pelatihan perna- seorang fisioterapis (yang dikumpulkan pra dan pasca kelompok intervensi ( P <0,05 dalam setiap situasi). FEV1
vensi ( n = 30) fasan (RT) pada fungsi disampaikan RT ke peserta RT dengan MIR Spirobank adalah ferent dif- signifikan antara
dan kelompok paru-paru, toleransi selama minimal 1 jam per fungsi paru spektrometri kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah rehabilitasi
kontrol ( n = 30) aktivitas dan frekuensi kunjungan) untuk kelompok (Spirobank, Italia). Kapasitas paru ( P <0,05).
eksaserbasi akut den- intervensi, sedangkankelom- vital paksa (FVC), volume Pengaruh PR pada frekuensi eksaserbasi akut
gan PPOK pok kontrol menerima pen- ekspirasi paksa dalam 1 s Frekuensi eksaserbasi akut adalah 1,30 (SD ± 1,02) pada
didikan kesehatan rutin yang (FEV1) dan FEV1 / FVC kelompok intervensi dibandingkan dengan 2,40 ( ± 1,30) kali
diberikan oleh ahli fisioterapi. dievaluasi pada kelompok kontrol, yang secara statistik sig- nificantly yang
Para pasien kelompok inter- Uji penilaian PPOK (CAT) berbeda antara kedua kelompok (t = - 3,639, P <0,01). skor
vensikemudiandiperintahkan dan kuesioner pernapasan CAT 14 ± 2.4 8 ± 2 * 14,6 ± 2,5 7.2 ± 1,8 * skor SGRQ 42,33
untuk melakukan latihan di Saint George (SGRQ) yang ±
rumah seperti yang diajarkan diterapkan 6 Menit Berjalan 4.6 63,66 ± 3.6 * 38.2 ± 3.6 # 59,6 ± 5.4 * 6MWT jarak (m) 273
di RT setidaknya 5 hari per- Uji (6MWT) dilakukan ± 19 281 ± 22 284 ± 18 330 ± 19 *, & indeks Bode 6 ± 0.44 4
minggu di rumah. dalam koridor panjang 50 ± 0,38 * 6 ± 0,7 6 ± 0,5 & skor MMRC 2 ± 0,6 1 ± 0,8 * 2 ± 0,7
meter yang. Selama 6MWT 1 ± 0,5 *
( José Lei- 146 peserta dbagi RCT Untuk melihat intervensi terdiri dari dua Aspek kognitif diukur Ketika intervensi multifaktorial diterapkan, kepatuhan
va-Fernández, dalam intervensi efektivitas intervensi kegiatan, sesi kelompok pada dengan menggunakan Uji dilaporkan adalah 32,4% untuk kelompok kontrol dan 48,6%
et al., 2014) (n=72) orang multifaktorial pada awal studi dan intervensi Batalla; untuk kelompok intervensi, yang menunjukkan perbedaan yang
Spanyol dankontrol (n= peningkatan kepatu- individual selama kunjungan tes ini memberikan informasi signifikan secara statistik ( p = 0.046). Jumlah diperlukan
74) orang han terapi pada tindak lanjut. Dalam kedua tentang pasien pengetahuan untuk mengobati adalah 6.37. Pada kelompok intervensi, aspek
pasien PPOK dengan kegiatan kami menerapkan tentang penyakit mereka. Tes kogni- tif meningkat sebesar 23,7% dan kinerja terampil teknik
terapi inhalasi dijad- strategi pendidikan multi- ini memiliki tigapertanyaan, inhalasi meningkat 66,4%. Faktor-faktor yang berhubungan
walkan setelah 1 tahun faktorial dengan tiga bagian disesuaikan dengan COPD, dan dengan kepatuhan ketika intervensi multifaktorial diterapkan
dari tindak lanjut dianggap aspek yang paling kami dianggap pengetahuan adalah jumlah eksaserbasi (OR = 0,66), kunjungan ke pusat
dengan duakunjungan relevan terkait dengan yang baik ketika jawaban benar kesehatan (OR = 0,93) dan perangkat (OR = 2,4); keparahan
penguatan (3 dan 6 kepatu- han kuesioner lengkap. Sabar ‘ s penyakit (OR = 0,67), beta-2-adrenergic (OR = 0,16) dan
bulan setelah interven- pengobatan pada pasien keterampilan dalam melakukan xantine (OR
si). dan untuk meng- den- gan PPOK teknik = 0,19) pengobatan; Kegiatan (OR = 1,03) dan dampak (OR =
gambarkan perubahan yaitu aspek motivasi, aspek penarikan diukur mengikuti 1,03) skala dari Saint George Respiratory Questionnaire
status fungsional dan kogntif yang berhubungan panduan SEPAR [menggu-
kualitas dengan kepatuhan pengobatan nakan jadwal yang berisi lang-
kesehatan terkait dan penggunaa keterampilan kah utama teknik yang benar.
hidup dan faktor-fak- dalam menggunakan inhaler Hasil sekunder yang diukur
tor memodifikasi termasuk status fungsional
mungkin terkait oleh spirometri paksa
dengan kepatuhan (mengikuti pedoman dan
ketika intervensi kualitas hidup terkait
multifaktorial kesehatan yang ditetap- kan
oleh kuesioner St George
pernapasan (SGRQ) dan
kuesioner EuroQoL-5D
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
6
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)

( Johnson -War- 78 pasien direkrut RCT Untuk menyelidiki SPACE untuk COPD terdiri Primer prespecified ukuran hasil ISWT dan ESWT yang nonnormally didistribusikan.menun-
ington et al., (n = 39 untuk apakah SPACE untuk dari informasi pendidikan itu respiratoryrelated dirawat jukkan within- dan perbedaan antara kelompok untuk kualitas
2016)Coping, kedua kelompok) PPOK digunakan tertulis dan program latihan di rumah sakit pada 3 bulan. hidup, pengetahuan penyakit, toleransi latihan, dan self-efficacy.
and Education pada debit rumah rumahan (terdiri dari program Hasil sekunder adalah Respi- perubahan dalam kelompok ( P, 0,05) terlihat untuk kedua
for COPD sakit akan mengurangi aerobik berbasis berjalan setiap ratory Kuesioner yang kronis kelompok untuk semua domain CRQ-SR kecuali emosi untuk
(SPACE for tingkat pendaftaran hari dan tiga kali resistance - melaporkan diri (CRQ-SR), perawatan biasa ( P = 0,216). Perbedaan antara kelompok
COPD kembali pada 3 bulan, mingguan pelatihan meng- Kecemasan rumah sakit dan mendekati signifikansi statistik untuk CRQ-dyspnea ( P =
Inggris dibandingkan dengan gunakan beban bebas dari Depresi Score, Bristol COPD 0,062) dan -emotion ( P = 0,077) domain, mendukung inter-
perawatan biasa. tungkai atas dan bawah Pengetahuan Angket, Incre- vensi. Kedua kelompok secara signifikan meningkatkan toleransi
keterampilan, membantu men- mental Shuttle Berjalan Test latihan mereka ( P, 0,05). pengetahuan penyakit spesifik
gidentifikasi dan mengelola (ISWT), Ketahanan Shuttle mening- kat dari baseline bagi mereka yang menerima SPACE
eksaserbasi, mempromosikan Berjalan Test (ESWT), Paru untuk COPD ( P, 0,05) tetapi tidak untuk perawatan biasa.
gaya hidup aktif, dan member- Rehabilitasi Diadaptasi Indeks menun- jukkan bahwa lebih banyak pasien yang menerima
ikan dorongan, dari Self-Efficacy, 20 dan “Siap intervensi dicapai perbedaan minimal klinis penting untuk
untuk Home” survei. CRQ-dyspnea ( P = 0,039)

( Joly et al Pasien diacak RCT Untuk mengevaluasi intervensi terdiri dari Kualitas hdup terkait Hasil Primer
2018) untuk telepon efektivitas pembinaan pem- binaan kesehatan kesehatan diukurdengan Pada 12 bulan, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam total
Inggeris pembinaan kesehatan telepon telepon disampaikan oleh SGRQ skala dispnea dengan SGRQ-C skor (mean perbedaan -1,3, 95% interval
kesehatan (n = disampaikan oleh perawat dengan dokumen Modifikasi Medical Research kepercayaan
289) atau per- seorang perawat untuk pendukung tertulis, pedome- Coun- -3,6 ke 0,9, P = 0,23), meskipun arah disukai kelompok inter-
awatan biasa (n = mendukung manaje- ter, dan buku harian peman- cil (mMRC) Merokok tingkat vensi. Perbedaan rata-rata di SGRQ-C skor aktivitas adalah dari
288). men diri tauan diri. Ini bertujuan untuk penghentian dan aktivitas batas signifikansi mendukung kelompok intervensi (-3,2, -6,3 ke
pada populasi per- mendukung manajemen diri fisik diukur dengan 0,0, P = 0,05). menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
awatan primer dengan dalam accelerometers GENEActiv signifikan antara
gejala ringan dari kaitannya dengan berhenti kelompok-kelompok untuk gejala SGRQ-C atau skor dampak
penyakit PPOK merokok, aktivitas fisik
meningkat, Hasil Sekunder
menggunakan teknik inhaler tidak ada perbedaan yang signifikan dalam SGRQ-C total dan
yang benar, dan kepatuhan subscores. Pada enam dan 12 bulan, ada juga tidak ada perbe-
pengobatan. Bagimereka daan dalam EuroQoL 5 Dimensi 5Levels, Rumah Sakit Kece-
dengan eksaserbasi berulang, masan dan Depresi Skala, Stanford diri skala efikasi, atau tingkat
juga bertujuan untuk mening- sesak napas (MRC, Pada enam bulan, diri total melaporkan
katkan aktivitas fisik, berjalan, moderat, dan aktivitas intensitas kuat
rasa percaya diri pasien dalam semua secara signifikan lebih tinggi pada kelompok intervensi
mengidentifikasi eksaserbasi Perbedaan disukai kelompok intervensi pada 12 bulan, tetapi
awal untuk mereka tidak tetap signifikan secara statistik. Tidak ada perbe-
memulai obat penyelamatan daan aktivitas sedang atau kuat diukur dengan menggunakan
(yaitu, antibiotik atau steroid) akselerometri pada 12 bulan. Ada juga tidak ada perbedaan
dalam tingkat berhenti merokok di enam dan 12 bulan
INTERCOM : Interdisciplinary Comunity-based COPDmanagement programme, SPACE FOR COPD: The Self-Management Programme of Activity, Coping and Ed-
ucation for COPD, CDSMP: Chronic Disease Self-Management Program

7
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
c. Pengelolaan eksaserbasi tungkai atas dan bawah menggunakan beban bebas
Pada penelitian secara acak yang melakukaninter- tiga kali per minggu (Mitchell et al., 2014). Latihan
vensi pengelolaan eksaserbasi (Jolly et al., 2018 ; berjalan satu jam latihan diawasi mingguan selama 6
Mitchell et al., 2014 ; Bischoff et al., 2012; minggu sesi latihan mingguan diawasi sekelompok la-
Wetering et al., 2010 ). Untuk pengelolaan tihan aerobik dan memperkuat untuk tungkai atas dan
eksaserbasi in- dividu melalui tindakan cepat dalam bawah (Cameron-Tucker et al., 2014 ; Johnson-
perjalanan eksaserbasi. tindakan termasuk War- rington et al.,2016).
peningkatan peng- gunaan bronkodilator; inisiasi
resep untuk prednis- olon, antibiotik,atau f. Nutrisi
menghubungi perawat praktek atau dokter umum Intervensi manajemen diri dalam perbaikan status
(Bischoff et al., 2012), serta bagi mereka dengan nutrisi dimana pasien yang mengalami penurunan
eksaserbasi berulang, juga bertujuan untuk status nutrisi dijadwalkan untuk mengikuti konsel-
meningkatkan rasa percaya diri pasien dalam ing dari ahli gizi selama 4 kali kunjungan selain itu
mengidentifikasi eksaserbasi awal untuk memulai diberikan suplemen gizi (Wetering et al., 2010),
obat penyelamatan yaitu, antibiotik atau steroid dan peserta intervensi manajemen diri dimotivasi
(Jol- ly et al., 2018). Untuk pengeloaan eksaserbasi untuk mempertahankan gaya hidup sehat (Bischoff
mod- erat adalah dengan kunjungan ke dokter et al., 2012).
pernapasan untuk pemberian kombinasi terapi
antibiotik dan prednisolon sedangkan untuk
g. Latihan pernapasan
pengelolaan eksaser- basi berat adalah dengan
Penelitian secara acak untuk melihat efek dari pela-
kunjungan ke gawat daru- rat atau rumah sakit (
tihan pernapasan terhadap peningkatan fungsi paru
Wetering et al., 2010 ).
(Lin et al., 2012 ; Xi et al., 2015). Pelatihan perna-
pasan termasuk mengerutkan bibir bernapas meng-
d. Kepatuhan pengobatan gunakan metode menghirup melalui hidung sambil
Intervensi manajemen diri dalam membantu diam-diam menghitung dari satu sampai dua, dan
kepatuhan pasien terhadap pengobatan Tindakan kemudian mengerucutkan bibir untuk perlahan-la-
termasuk peningkatan penggunaan bronkodilator; han menghembuskan napas sementara diam-diam
inisiasi resep untuk prednisolon, antibiotik , atau menghitung dari satu sampai empat dan dilakukan
menghubungi perawat praktek atau dokter umum selama 10 menit dua kali sehari di pagi hari dan di
(Bischoff et al., 2012), kepatuhan pengobatan dan malam hari (Lin et al., 2012 ). Program pelatihan
penggunaa keterampilan dalam menggunakan in- pernapasan (RT) dilakukan oleh seorang
haler (Jolly et al., 2018 ; José et al., 2014). fisioterapis yang disampaikan ke peserta selama
minimal 1 jam per kunjungan dan kemudian
e. Latihan fisik diperintahkan untuk melakukan latihan di rumah
Intervensi managemen diri melaluil latihan fisik seperti yang diajarkan ( Xi et al., 2015).
ringan yang terdiri dari Latihan dengan enam menit
berjalan kaki , latihan bersepeda serta latihan 2. Instrumen yang digunakan untuk mengukur out-
peregangan. La- tihan dengan enam menit berjalan come
kaki (Wetering et al., 2010 ; Cameron-Tucker Beberapa instrument yang di digunakan untuk men-
Wood-Baker, Owen, Jo- seph, & Walters, 2014). gukur outcome primer dari program manajemen
Latihan peregangan (Mitch- ell et al., 2014 ; Johnson diri yaitu alat ukur yang digunakan untuk men-
et al., 2016). Selama 4 bulan pertama pasien gukur fungsi paru dengan menggunakan spirometri
mengunjungi ahli fisioterapi dua kali seminggu (30 ( n= 2) (Lin et al., 2012 ; Xi et al., 2015). Untuk
menit per kunjungan) untuk pelatihan intensif melhat kualitas hidup dengan St George
latihan yang terdiri dari pelatihan daya tahan Respiratory Questionaire (SGRQ) (n= 4) (Wetering
(bersepeda dan berjalan) dan empat latihan khusus un- et al.,2010 ; Lin et al., 2012; Xi et al., 2015activity
tuk ekstremitas atas dan bawah untuk tolerance and acute exacerbation frequency with
meningkatkan baik kekuatan dan daya tahan tanpa chronic obstruc- tive pulmonary disease (COPD ;
penggunaan per- alatan khusus. Pasien diinstruksikan José et al ., 2014
untuk melakukan latihan yang sama dua kali sehari ). dan untuk melihat kapasitas latihan digunakan
selama 30 menit di lingkungan rumah mereka di alat ukur yang berbeda yaitu latihan fisik enam
samping berjalan kaki dan bersepeda di luar menit berjalan kaki (6MWD) (n = 4) (Wetering
(Wetering et al.,2010). Program manajemen diri
menggabungkan latihan yang terdiri dari program
berjalan setiap hari, dan pelatihan dari
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)

8
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
et al.,2010 ; Mitchell et al., 2014 ; Lin et al., 2012 ; tervensi dan tetap stabil pada kelompok perawatan
Cameron-Tucker et al., 2014). Latihan fisik ringan biasa.perbedaan dalam perubahan dari baseline
menggunakan alat ukur yang lain yaitu Incremental 4,06 (1,39) unit (p = 0,004) (Wetering et al.,2010).
Shuttle Walk Test (ISWT) dan the Endurance Shut- Untuk skor SGRQ 42,33 ± 4.6 63,66 ± 3.6 * 38.2 ±
tle Wak Test (ESWT) (n = 2) (Mitchell et al., 2014 3.6 # 59,6
; Johnson-Warrington et al., 2016). ± 5.4 (Xi et al., 2015) , dan dampak (OR = 1,03) skala
Selain itu ada review yang mengukur outcome dari Saint George Respiratory Questionnaire (SGRQ)
sekunder dari intervensi program managemen diri (José et al., 2014) dan kualitas total skor hidup ( p
yaitu untuk mengukur pengetahuan digunakan < 0 Æ 001) (Lin et al., 2012).
Bristol COPD pengetahuan angket (Johnson-War-
rington et al., 2016). dan untuk aspek kognitif PEMBAHASAN
diukur dengan mengunakan uji Batalla test untuk Hasil beberapa penelitian yang di analisis bahwa
mem- berikan informasi pengetahuan tentang program managemen diri melalui kegiatan koping
penyakit (José et al., 2014). Selain itu ada juga dan pendidikan untuk PPOK serta dukungan pro-
review yang mengukur skala kecemasan dengan fesonal kesehatan akan memberikan keuntungan
menggunakan skala Depresi (HADS) ( Mitchell et klinis pada pengetahuan penyakit, kinerja olah raga
al., 2014) dan untuk mengukur dyspnea digunakan dan kecemasan pada 6 minggu perawatan (Mitchell
alat ukur skala mMRC (Wetering et al., 2010) ; et al., 2014). Program manajemen diri, untuk
Jolly et al., 2018), dan kuesioner penapasan akut PPOK yang disampaikan pada saat eksaserbasi
CRQ – SR ( Mitchell et al., 2014 ; Johnson- akut, tidak mengurangi readmissions rumah sakit
Warrington et al., 2016Cop- ing, and Education for terkait per- napasan pada 3 bulan, namun
COPD (SPACE for COPD ; Bischoff et al., 2012). memberi manfaat dalam kualitas perawatan dan
Pada review dari 9 artikel pe- nelitian yang perbaikan potensial dalam kualitas hidup terkait
mengukur self efficacy pasien dengan kesehatan, menunda waktu untuk pendaftaran
menggunakan COPD Self Efficacy (CSE) (Bischoff kembali dan menguran- gi jumlah hari perawatan
et al., 2012), yang menggunakan indeks self di rumah sakit dan tidak meningkatkan jumlah
efficacy pujian (Mitchell et al., 2014 ; Johnson- kematian untuk mereka yang menerima intervensi
Warrington et al., 2016). (Johnson-Warrington et al., 2016).
3. Efek program managemen diri pada pasien Program managemen diri melalui Latihan
PPOK a.Untuk meningkatkan kapasitas pernapas- an dengan bibir yang mengerucut bisa
paru meningkatkan inspirasi bermanuver,
Intervensi program managemen diri melalui latihan memperlambat aliran udara kedaluwarsa, dan
pernapasan pursed lips breathing terhadap pening- mengurangi volume paru residu, memberikan hasil
katan kapasitas paru yang ditandai dengan pening- bahwa pelatihan mengakibatkan perbaikan yang
katan Forced Expiratory Volume in the first second signifikan dalam parameter fungsi paru, termasuk
(FEV1) pada kelompok intervensi dibanding FVC, FEV 1 dan % diprediksi FEV 1 (Lin et al.,
kelom- pok kontrol (Lin et al., 2012 ; Xi et al., 2012 ; Xi et al., 2015)activity tolerance and acute
2015)activi- ty tolerance and acute exacerbation exacerbation frequency with chronic obstruc- tive
frequency with chronic obstructive pulmonary pulmonary disease (COPD. Selain itu kelompok
disease (COPD. intervensi yang diberikan latihan pernapasan dapat
meningkatkan toleransi aktivitas dan kualitas hidup
b.Untuk meningkatkan kapasitas latihan (Lin et al., 2012 ). Efek dari Pendidikan dan keter-
Kapasitas latihan dalam mempromosikan self man- ampilan manajemen diri berbasis perilaku dalam
agemen dengan enam menit berjalan kaki 6MWD menigkatan kapasitas fisik pada PPOK terjadi pen-
(p = 0,016 ) (Wetering et al., 2010). Korelasi kuat ingkatan yang signifikan dalam 6MWD pada
dengan perubahan 6MWD adalah frekuensi latihan kelom- pok intervensi (Cameron-Tucker et al.,
moderat ( r = -0,188, P = 0,066) (Cameron-Tucker 2014).
et al., 2014), toleransi aktivitas enam menit Dibandingkan dengan perawatan biasa, pasien da-
berjalan kaki di kelompok intervensi meningkat lam kelompok manajemen diri tampaknya leb-
dari 350 Æ 30-393 Æ 00 m ( p = 0 Æ 007) (Lin et ih mampu mengambil tindakan yang tepat untuk
al., 2012). mengelola eksaserbasi- mereka yaitu,
meningkatkan penggunaan bronkodilator,
c.Untuk meningkatkan kualitas hidup prednisolon, dan anti- biotik (Bischoff et al., 2012).
Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mempu- dan kelompok manage- men diri lebih mampu
nyai SGRQ skor total membaik pada kelompok in-
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
untuk mengenal keadaan

9
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
penyakitnya dan mampu dalam penggunaan kor- nelitian ini tidak memiliki efek negatif pada pasien
tikosteroid inhalasi, terutama ketika mempertim- justru intervensi ini sangat membantu bagi pasien
bangkan keadaan dan keluhan mereka dari ringan, untuk dapat mengenal dan mengambil tindakan
sedang sampai berat (José et al., 2014). yang mempengaruhi status fungsional pasien. Na-
Beberapa penelitian yang melihat efek dari mun masih membutuhkan bimbingan dalam men-
program managemen diri adalah bahwa program gelola penyakit sehingga efek dari program
manajemen diri dikembangkan dengan tujuan manage- men diri tetap berkelanjutan.
meningkatkan hasil klinis pada pasien PPOK (Fan,
Gaziano, Lew, Bourbeau, & Adams, 2017). DAFTAR PUSTAKA
Intervensi manage- ment diri bertujuan untuk Bischoff, E. W. M. A., Akkermans, R., Bourbeau, J.,
meningkatkan perilaku kesehatan dan keterampilan Van Weel, C., Vercoulen, J. H., & Schermer,
managemen diri pa- sien dengan kondisi kesehatan T.
kronik dalam rang- ka meningkatkan kesehata fisik R. J. (2012). Comprehensive self management
dan menanamkan kepercayaan diri pasien dalam and routine monitoring in chronic obstructive
mengenal eksaserbasi dan mengambil tindakan pulmonary disease patients in general practice:
yang tepat apabila gejala memburuk (Lenferink et Randomised controlled trial. BMJ (Online),
al., 2013). Intervensi man- agemen diri dari analisis 345(7885), 1–13. https://doi.org/10.1136/bmj.
ekonomi menyarankan bahwa program intervensi e7642
manajemen diri memu- ngkinkan biaya lebih hemat
Cameron-Tucker, H. L., Wood-Baker, R., Owen,
dengan batas biaya se- besar £ 20 000 pertahun
C., Joseph, L., & Walters, E. H. (2014).
(Taylor et al., 2012).
Chronic disease self-management and exercise
in COPD as pulmonary rehabilitation: A
KESIMPULAN randomized con- trolled trial. International
Program managemen diri pada pasien PPOK dapat Journal of COPD, 9, 513–523.
memberikan keterampilan pada pasien dalam men- https://doi.org/10.2147/COPD. S58478
gelola penyakitnya sehingga dapat mengambil tin- Cannon, D., Buys, N., Bajee, K., Sharma, S., Mor-
dakan yang tepat pada saat terjadinya perburukkan ris, N., & Sun, J. (2016). The effects of chronic
dari keadaanya. Program Managemen diri juga obstructive pulmonary disease self- management
meningkatkan kepercayaan diri pada pasien untuk interventions on improvement of quality of life
dapat mengelola penyakit kronis mereka, melalui in COPD patients : A meta-analysis. Respiratory
program managemen diri yang berkelanjutan akan Medicine, 121, 81–90.
berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas paru , https://doi.org/10.1016/j. rmed.2016.11.005
kapasitas fisik dan kualitas hidup.. Penelitian selan- Decramer, M., Janssens, W., & Miravitlles, M.
jutnya dalam mengetahui dampak atau efek pro- (2012). Chronic obstructive pulmonary disease.
gram managemen diri agar melihat secara kes- Lancet, 379(9823), 1341–1351.
eluruhan dan terpadu dari program managemen diri https://doi.org/10.1016/ S0140-6736(11)60968-
terhadap kemampuan pasien dalam melakukan 9
program managemen diri jangka panjang setelah Effing, T. W., Bourbeau, J., Vercoulen, J., Apter,
keluar dari rumah sakit serta mengukur faktor yang A. J., Coultas, D., Meek, P., … Partridge, M.
menghambat dalam melakukan program manage-
R. (2012). Self-management programmes
men diri yang efektif.
for COPD : Moving forward. https://doi.
org/10.1177/1479972311433574
IMPLIKASI Effing, T. W., Vercoulen, J. H., Bourbeau, J.,
Sistematik review mengenai efek program manage- Trappen- burg, J., Lenferink, A., Cafarella, P., …
men diri pada pasien PPOK sangat perlu dilakukan Van Der Palen, J. (2016). Definition of a COPD
untuk meningkatkan pemahaman dan menjadi pro- self-man- agement intervention: International
tokol tenaga kesehatan professional di perawatan expert group consensus. European Respiratory
rawat jalan maupun rawat inap sehingga hal ini Journal, 48(1), 46–
menambah wawasan dan keterampilan pasien ter- 54. https://doi.org/10.1183/13993003.00025-
kait pengelolan penyakitnya. disamping itu, juga 2016
membantu tenaga medis lainnya untuk Fan, V. S., Gaziano, J. M., Lew, R., Bourbeau, J.,
berkolabora- si dalam mencapai kualitas pelayanan & Adams, S. G. (2017). A Comprehensive
yang baik. Pe- Care Management Program to Prevent Chronic
Ob- structive Pulmonary Disease
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
Hospitalizations,

10
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
156(10). Singh,
GOLD. (2017). Global Strategy for the Diagnosis, Man-
agement and Prevention of COPD. Global
Inititia- tive For Chronic Obstructive Lung Disease.
https:// doi.org/10.1164/rccm.201701-0218PP
Goldstein, R., & Chb, M. B. (2014). Pulmonary
Re- habilitation at the Time of the COPD
Exacerba- tion.
https://doi.org/10.1016/j.ccm.2014.02.005 Johnson-
Warrington, V., Rees, K., Gelder, C., Mor- gan, M.
D., & Singh, S. J. (2016). Can a sup- ported self-
management program for COPD upon hospital
discharge reduce readmissions? A randomized
controlled trial. International Jour-
nal of COPD, 11(1), 1161–1169. https://doi.
org/10.2147/COPD.S91253
Jolly, K., Sidhu, M. S., Hewitt, C. A., Coventry, P. A.,
Daley, A., Jordan, R., … Fitzmaurice, D.
(2018). Self management of patients with mild
COPD in primary care: Randomised controlled
trial. BMJ (Online), 361.
https://doi.org/10.1136/bmj. k2241
José Leiva-Fernández, Francisca Leiva-Fernández,
An- tonio García-Ruiz, D. P.-T., & Barnestein-
Fonse- ca, and P. (2014). Efficacy of a
multifactorial inter- vention on therapeutic
adherence in patients with chronic obstructive
pulmonary disease (COPD): A randomized
controlled trial. BMC Pulmonary Medicine,
14(1). https://doi.org/10.1186/1471-
2466-14-70
Julian PT Higgins & Sally Green. (2008). Cochrane
Handbook for Systematic Reviews of. (J. P. H. and
S. Green, Ed.). USA.
Lenferink, A., Frith, P., van der Valk, P., Buckman,
J., Sladek, R., Cafarella, P., … Effing, T. (2013).
A self-management approach using self-initiated
action plans for symptoms with ongoing nurse
support in patients with Chronic Obstructive Pul-
monary Disease (COPD) and comorbidities: The
COPE-III study protocol. Contemporary Clinical
Trials, 36(1), 81–89. https://doi.org/10.1016/j.
cct.2013.06.003
Lin, W., Yuan, S., Chien, J., Weng, S., Chou, M., &
Kuo,
H. (2012). The effects of respiratory training
for chronic obstructive pulmonary disease
patients : a randomised clinical trial, (155), 1–9.
https://doi. org/10.1111/j.1365-
2702.2012.04124.x
McIvor, R. a, Tunks, M., & Todd, D. C. (2011).
Copd. Clin Evid (Online), 2011(April 2010),
1–100. https://doi.org/1502 [pii]
Mitchell, K. E., Johnson-warrington, V., Apps, L. D.,
Bankart, J., Sewell, L., Williams, J. E., …
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
S. J. (2014). IN PRESS | CORRECTED exacerbations for patients with advanced
PROOF A self-management programme for COPD. International Journal of COPD, 11(1),
COPD : a randomised controlled trial, 1–10. 1939–1947. https://doi.
https://doi. org/10.1183/09031936.00047814 org/10.2147/COPD.S104728
Moher, D., Liberati, A., Tetzlaff, J., Altman, D. Taylor, S. J. C., Sohanpal, R., Bremner, S. A., Devine,
G., Altman, D., Antes, G., … Tugwell, P. A., Mcdaid, D., Fernández, J., … Eldridge, S.
(2009). Preferred reporting items for systematic (2012). Self-management support for moder-
reviews and meta-analyses: The PRISMA ate-to- severe chronic obstructive pulmonary
statement. PLoS Medicine, 6(7). disease : a pilot randomised controlled trial,
https://doi.org/10.1371/journal. pmed.1000097 (March), 687–695. https://doi.org/10.3399/bjg-
Nici, L., Bontly, T. D., ZuWallack, R., & Gross, p12X656829
N. (2014). Self-management in chronic Vogelmeier, C. F., Criner, G. J., Martínez, F. J.,
obstruc- tive pulmonary disease: Time for a Anzu- eto, A., Barnes, P. J., Bourbeau, J., …
paradigm shift? Annals of the American Agustí,
Thoracic Society, 11(1), 101–107. A. (2017). Global Strategy for the Diagnosis,
https://doi.org/10.1513/Annal- sATS.201306- Management, and Prevention of Chronic Ob-
150FR structive Lung Disease 2017 Report: GOLD
Rodriguez-Roisin, R., Rabe, K. F., Vestbo, J., Executive Summary. Archivos de Bronconeumolo-
Vogelmei- er, C., & Agustí, A. (2017). Global gia, 53(3), 128–149. https://doi.org/10.1016/j.
Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease arbr.2017.02.001
(GOLD) 20th Anniversary: a brief history of Wetering, C. R. Van, Hoogendoorn, M., Mol, S. J. M.,
time. European Respiratory Journal, 50(1), Molken, M. P. M. H. R., & Schols, A. . (2010).
1700671. https://doi. Short- and long-term efficacy of a communi-
org/10.1183/13993003.00671-2017 ty-based COPD management programme in
Sánchez-Nieto, J. M., Andújar-Espinosa, R., Bern- less advanced COPD : a randomised controlled
abeu-Mora, R., Hu, C., Gálvez-Martínez, B., trial, 7–13.
Car- rillo-Alcaraz, A., … Abad-Corpa, E. https://doi.org/10.1136/thx.2009.118620
(2016). Effi- cacy of a self-management plan in Xi, F., Wang, Z., Qi, Y., Brightwell, R., Roberts, P.,

11
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2)
Stewart, A., … Wang, W. (2015). Long-term ef-
fect of respiratory training for chronic obstruc-
tive pulmonary disease patients at an outpatient
clinic: a randomised controlled trial. Clinical
and Translational Medicine, 4(1), 31. https://doi.
org/10.1186/s40169-015-0073-2

12

You might also like