Professional Documents
Culture Documents
audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti tentang informasi
yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang
kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Menurut Sukrisno (2017) Auditing adalah suatu pemeriksaan yangdilakukan secara kritis
dan sistematis oleh pihak yang independen,terhadap laporan keuangan yang telah disusun
oleh manajemen, besertacatatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya,
dengantujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporankeuangan
tersebut.
Standar audit yang berlaku umumm dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Standar Umum
Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki kecakapan
teknis yang memadai sebagai seorang auditor.
Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua hal yang
berhubungan dengan audit.
Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi semua asisten
sebagaimana mestinya.
Auditor harus memperoleh pemahaman yang cukup mengenai entitas serta lingkungannya,
termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji yang material dalam laporan
keuangan karena kesalahan atau kecurangan, dan selanjutnya
Auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur audit
agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan
3. Standar Pelaporan
Auditor dalam laporan auditnya harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disajikan sesuai dengan prinsip- prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Auditor dalam laporan auditnya harus mengidentifikasi mengenai keadaan dimana prinsip
akuntansi tidak secara konsisten diikuti selama periode berjalan dibandingkan
Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan secara informatif belum memadai, auditor
harus menyatakan dalam laporan audit.
Auditor dalam laporan auditnya harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan, atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak dapat diberikan.
1. Integritas : mewajibkan akuntan untuk bersikap lugas dan jujur dalam hubungan
profesional dan hubungan bisnisnya. Integritas berarti berterus terang dan selalu
mengatakan yang sebenarnya.
2. Objektivitas : untuk tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau pengaruh
tidak sepantasnya dari pihak lain, yang dapat mengurangi pertimbangan
profesional atau bisnisnya.
3. Kompeten : (a) Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional pada tingkat
yang dibutuhkan untuk menjamin klien atau pemberi kerja akan menerima
layanan profesional yang kompeten; dan Bertindak cermat dan tekun sesuai
dengan standar teknis dan profesional yang berlaku ketika memberikan jasa
profesional.
4. Kerahasiaan : yaitu mampu menjaga hal-hal yang dipercayakan agar tidak
diketahui oleh pihak-pihak di luar kewenangan atau kepentingan. Akuntan
Profesional menjaga kerahasiaan informasi kliennya.
5. Profesional, yaitu perilaku yang memenuhi mutu atau kualitas dari suatu profesi
dan membutuhkan kepandaian tertentu dalam melaksanakannya.
6. Akuntabel adalah kemampuan untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau
untuk menerangkan kinerja dan tindakan seseorang kepada pihak yang memiliki
berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (klien).
BUKTI AUDIT
1. Bukti Fisik.
Merupakan suatu bukti yang sudah diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, misalnya
dari hasil pemeriksaan persediaan, pemeriksaan kas, observasi dari aktiva tetap.
Bukti-bukti fisik ini memang seharusnya diperoleh dari pemeriksaan dan perhitungan
obyek yang sudah memilki bentuk yang nyata.
2. Bukti Konfirmasi.
4. Observasi
6. Perhitungan.
Suatu bukti yang sudah diperoleh dari beberapa kali pengujian perhitungan kembali.
Para auditor dapat memberikan tanda-tanda pada kertas kerja bahwa saldo yang sudah
diperiksa perhitungannya telah dilakukan dengan sangat cermat dan tepat.
7. Reperformance.
Bukti-bukti penting yang sudah diperoleh dari pemeriksaan prosedur kerja yang masih
berlaku dan masih bisa dijalankan oleh pihak auditee termasuk juga tentang
pengendalian internalnya. Tujuan dari dilakukan reperformance ini adalah untuk
menguji sampai seberapa handal informasi-informasi keuangan yang sudah
dihasilkan. Analisis otorisasi melalui pemeriksaaan specimen sangat perlu untuk
dilakukan agar bisa mengetahui kuat dan efektifnya penerapa dalam hal pengendalian
internal perusahaan.
8. Tes analisis.
Suatu bukti yang sudah diperoleh dengan cara membandingkan dari beberapa
saldo sampai dengan membentuk sebuah rasio. Tujuan dari dilakukannya
analitikal prosedur adalah untuk menilai bagaimana tren, dengan cara
membandingkan rasio dari periode yang berjalan dengan rasio periode yang
lalu. Selain itu penjelasan atas berbagai tren, baik yang menurun atau yang
sudah meningkat dapat digunakan sebagai salah satu dari bukti audit.