You are on page 1of 24

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIAGNOSA Otitis Media Akut (OMA)

Dosen Pembimbing : Susi TRT, S.Kep,NS.,M.Kes.

DISUSUN OLEH :
1. Fadilla Navisha Izha M (P1337420522007)
2. Elfa Sofiana (P1337420522008)
3. Rifqi Haqi Al Ghifari (P1337420522009)
4. Dimas Narendra (P1337420522059)

ARIMBI 1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI D3 KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN 2023
BAB I

KONSEP DASAR

A. DEFINISI
Otitis media akut adalah inflamasi telinga tengah yang mempunyai karakteristik
seperti otalgia, membran timpani yang menonjol, erithema dan otorrhoea. Otitis
media akut merupakan infeksi telinga tengah yang disebakan oleh infeksi virus atau
bakteri.
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan pada telinga bagian tengah
yang terjadi secara cepat dan singkat dalam waktu kurang dari 3 minggu disertai
dengan gejala lokal seperti demam, nyeri, pendengaran berkurang, dan keluarnya
cairan (Tesfa et.al, 2020).
Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang berlangsung
kurang dari 3 minggu Dikarenakan fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan
invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman dapat masuk
ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan (Djaafar, 2018).
American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa OMA harus
didiagnosis pada anak-anak yang mengalami penonjolan membran timpani sedang
hingga berat, atau timbul dengan otorrhea onset baru yang bukan sekunder dari otitis
eksterna. Diagnosis juga dapat dibuat ketika ada bulging pada membran timpani
disertai dengan otalgia atau eritema membran timpani yang parah (Aljohanet al.,
2018)
B. ETIOLOGI
Penyebab OMA yaitu bakteri aerob seperti Streptococus aures, Pneumokokus,
Hemolyticus influenza, Escherichia coli, Streptococus anhemolitikus, Streptococus
hemolyticus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aeruginosa dengan faktor resiko
terjadinya OMA dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
terjadinya OMA antara lain usia muda dan jenis kelamin yang biasanya terjadi pada
laki-laki. Faktor eksternal terjadinya OMA antara lain kunjungan ke penitipan anak,
paparan asap rokok dan infeksi saluran nafas atas (ISPA). Otitis Media Akut
disebabkan oleh bakteri dan virus yang paling sering ditemukan pada penderita OMA

1
yaitu bakteri Streptococcus pneumaniae, diikuti oleh virus Haemophilus influenza
(Buku Ajar Penyakit THT, 2015)
Pengobatan OMA saat ini menggunakan antibiotik dan anti inflamasi. Namun,
saat ini sedang dilakukan pengembangan peran kurkumin sebagai modalitas terapi
OMA.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi OMA berdasarkan pada perubahan mukosa telinga tengah yaitu :
(1) stadium oklusi yang ditandai dengan gambaran retraksi membran timpani akibat
tekanan negatif telinga tengah dengan membran timpani kadang tampak normal atau
berwarna suram,
(2) stadium hiperemis ditandai tampak pembuluh darah yang melebar di sebagian
atau seluruh membran timpani, membran timpani tampak hiperemis disertai edema,
(3) stadium supurasi ditandai edem yang hebat telinga tengah disertai hancurnya sel
epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani sehingga
membran timpani tampak menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar,
(4) stadium perforasi ditandai ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari
telinga tengah ke liang telinga dan
(5) stadium resolusi ditandai dengan membran timpani berangsur normal, perforasi
membran timpani kembali menutup dan sekret purulen tidak ada lagi.
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala otitis media akut yang paling sering adalah kemerahan pada membran
timpani sebanyak 52,8% kasus dan sakit pada telinga dilaporkan sebanyak 48,4%
kasus. Keluarnya cairan dari telinga dilaporkan sebanyak 14,4% kasus, tidak
ditemukan perbedaan gejala otitis media akut pada kelompok usia tertentu.
Gejala OMA pada orang dewasa yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri
telinga yang mendadak, tetapi pada anak-anak yang belum bisa bicara biasanya
ditandai dengan memegang telinga, menangis berlebih, demam, gangguan tidur.
Secara umum, manifestasi klinis yang biasa ditemukan pada pasien dengan Otitis
Media Akut adalah:
1 Othalgia (Nyeri telinga)
2. Demam, batuk, pilek
3. Membran timpani abnormal (sesuai stadium)
4. Gangguan pendengaran
5. Keluamya secret di dari telinga berupa nanah
2
6. Anak rewel, menangis, gelisah
7. Kehilangan nafsu makan, dan lain-lain

E. ANATOMI & FISIOLOGI


1. Anatomi Telinga
Telinga tengah adalah suatu rongga yang terletak di tulang tengkorak dan
terdiri dari membran timpani, kavum timpani, antrum mastoid dan tuba
eustakhius (Ghanie, 2010).
a. Membran Timpani Membran timpani dibagi menjadi dua bagian,
yaitu pars tensa (membran sharpnell) yang terletak dibagian atas
dan pars tensa (membran propria) yang terletak dibagian bawah
(Luklukaningsih, 2014). Pars tensa merupakan bagian paling
besar terdiri dari tiga lapisan. Lapisan luar disebut lapisan
kutaneus (cutaneous layer) terdiri dari lapisan epitel berlapis
semu halus yang normalnya mereflesikan cahaya. Lapisan dalam
disebut lapisan mukosa (mucosal layer) merupakan lapisan yang
berbatasan dengan cavum timpani serta lapisan yang terletak
diantara keduanya. Lapisan ini terdiri dari dua lapis jaringan ikat
fibrosa yang bersatu dengan cincin fibrokartilago yang
mengelilingi membran timpani. Pars flaksida tidak memiliki
lapisan fibrosa, sehingga bagian inilah yang pertama kali akan
mengalami retraksi bila terjadi tekanan negatif dalam telinga
(Shaikh & Hoberman, 2010).
b. Kavum Timpani
Kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian yang
berhubungan dengan lempeng membran timpani, yaitu
epitimpanum, mesotimpanum dan hipotimpanum (Ghanie, 2010).
1) Epitimpanum, dibatasi oleh suatu penonjolan tipis, yaitu
tegmen timpani. Bagian anterior epitimpanum terdapat ampula
kanalis superior. Pada bagian anterior ampula kanalis superior
terdapat ganglion genikulatum yang merupakan tanda ujung
anterior ruang atik. Atik pada bagian posterior menyempit
menjadi jalan masuk ke antrum mastoid yaitu aditus ad antrum
(Budiyono, 2011).
3
2) Mesotimpanum, pada bagian medial dibatasi oleh kapsul
otik yang terletak lebih rendah daripada n.Fasialis pars timpani.
Promotorium berisi saraf-saraf yang membentuk pleksus
timpanikus. Promotorium pada bagian posterosuperior terdapat
foramen ovale (vestibuler), dan pada bagian posteroinferior
terdapat foramen rotundum (koklear). Orificium timpani tuba
eustakhius terletak pada anterosuperior mesotimpanum
(Luklukaningsih, 2014). Hipotimpanum merupakan suatu ruang
dangkal yang terletak lebih rendah dari membran timpani.
Hipotimpanum membentang dari kanalis semisirkularis lateralis
sampai kanalis semisirkularis posterior disebelah anteromedial
sinus sigmoid. Sudut ini akan ditemukan dengan membuang
sebersih-bersihnya sel-sel pneumatisasi mastoid diantara kanalis
semisirkularis lateral dengan sudut sinodura. Segitiga trautman
adalah daerah yang terletak dibalik antrum yang dibatasi oleh
sinus sigmoid, sinus lateral dan tulang labirin. Batas medialnya
adalah lempeng dura fossa posterior (Koksal & Reisli, 2002).
c. Tuba Eustakhius
Tuba eustakhius menghubungkan telinga tengah dengan
nasofaring. Panjang tuba eustakhius dewasa bervariasi antara 31 -
38 mm. Pada bayi dan anak-anak ukurannya lebih pendek dan
lebih horisontal sehingga sekret dari nasofaring lebih mudah
masuk ke telinga tengah. Dua pertiga bagian anteromedial tuba
(arah nasofaring) berdinding tulang rawan, sedangkan sisanya
(arah cavum timpani) berdinding tulang. Dinding tulang rawan
ini tidak lengkap, dinding bawah dan lateral bawah merupakan
jaringan ikat yang bergabung dengan M. Tensor dan levator velli
palatini. Tuba eustakhius akan terus berkembang bertambah
panjang dan akan membentuk sudut yang lebih besar dari bidang
horisontal pada usia 5-7 tahun (Budiyono, 2011).
2. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi
bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan
melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

4
menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran Proses mendengar diawali dengan
ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk
gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran
dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap
lonjong. Energi getar yang telah di amplifikasi ini akan
diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong
sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran
diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan
rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran
di lobus temporalis (Soetirto, Hendarmin, & Bashiruddin, 2012)
F. GAMBAR ORGAN

5
G. PATOFISIOLOGI
Menurut Garna H, dkk (2012), Sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab
utama terjadinya OMA. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, sehingga terjadi
invasi kuman ke dalam telinga tengah. Kuman yang masuk kedalam telinga tengah
akan mengakibatkan peradangan. Selain itu pencetus terjadinya OMA adalah infeksi
saluran pernafasan atas. Pada anak-anak semakin sering terkena ISPA maka semakin
besar juga kemungkinan terjadi OMA pada anak-anak.
H. PENATALAKSANAN
Penatalaksanan otitis media direkomendasikan dengan memberikan analgesik dan
pengawasan, sekitar 80% anak-anak dengan otitis media akut sembuh dengan
sendirinya dalam 2-14 hari. Paracetamol adalah penghilang rasa sakit garis pertama,
ibuprofen dapat mengurangi inflamasi dan sakit yang berhubungan dengan otitis
media akut, tetapi pemberian ibuprofen sebaiknya tidak pada anak-anak yang
memiliki tanda dehidrasi dan asma. Pemberian antibiotik tidak secara rutin pada kasus
otitis media yang tidak parah, tetapi studi terkini mengatakan bahwa pengobatan
dengan antibiotik empiris pada anak-anak dengan otitis media akut dapat mengurangi
gejala dan kemungkinan untuk menjadi infeksi yang menetap.
Pengobatan OMA saat ini menggunakan antibiotik dan anti inflamasi. Namun,
saat ini sedang dilakukan pengembangan peran kurkumin sebagai modalitas terapi
OMA.
I. PEMERIKSAAN PENUJANG
pemeriksaan penunjang OMA:
1. Timpanometri, guna mengukur gerakan gendang telinga terhadap perubahan
tekanan udara.
2.Reflektometri akustik, untuk mengukur seberapa banyak suara yang dipantulkan
kembali oleh gendang telinga.
3.Timpanosentesis, yaitu pengambilan sampel cairan dari telinga untuk diperiksa
apakah mengandung kuman.

6
J. PATHWAYS
bakteri

Telinga Tengah

Melewati tuba eustatus

Peradangan Reproduksi Tekanan Pengobatan tidak tuntas


/pemebengkak cairan selulosa udara episode berulang
an pada telinga
saluran
pendengaran Menyumbat
saluran eustacius Terjadi reteraksi Infeksi berlanjut dapat
membran timpani sampai ke telinga dalam
Nyeri
Antaran udara
/terggangu

Terjadi erosi pd Tindakan


kanalis simisir masteodektomi
Gangguan kularis
persepsi sensor
Risiko Risiko infeksi
injury

7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGKAJIAN
Dalam pengkajian keperawatan terdapat :
1. Data Subjektif
Pada data subjektif terdapat dua identitas, yaitu:
a. Identitas Pasien:
1) Nama
2) Tanggal lahir
3) Umur
4) Jenis kelamin
5) BB
6) PB/ TB
7) Alamat
8) Agama
9) Pendidikan
10) Suku bangsa
11) Tanggal masuk rumah sakit
12) Nomor rekam medis
13) Diagnosa medik
b. Identitas penanggung jawab :
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Alamat
5) Agama
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
8) Hubungan dengan klien
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum

8
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital:
1) Tingkat kesadaran
2) Tekanan darah
3) Denyut nadi
4) Pernapasan/ respirasi suhu tubuh
1. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Telinga nya sakit dan nyeri seperti di tusuk tusuk
b. Riwayat kesehatan sekarang
datang dengan keluhan telinganya sakit,mual dan malas
makan,demam sumeng Sudah 2 minggu menggaruk garuk telinganya
dan timbul cairan kuning dari telinga
c. Riwayat kesehatan dahulu
Ayah Ps mengatakan ps suka bermain air dan sudah di beri obat
tetes telinga dari apotik
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ayah Ps mengatakan bahwa keluarga tidak memiliki penyakit
yang dapat menular.

2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien
a. Kepala
Lakukan Inspeksi,palpasiperkusi dan di daerah telinga.dengan
menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan yang
keluar dari telinga,bagaimana warna. bau, dan jumlah apakah ada tanda-
tanda radang.
b. Kaji adanya nyeri pada telinga
c. Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
d. Dada thorak
e. Jantung
f. Perut abdomen
g. Genitounana
h. Ekstremitas
i. Sistem integumen

9
j. Sistem neurologi
3. Nutrisi
a. Kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak
berkurang.
b. Makanan yang disukai bubur dan yang tidak disukai adalah bubur
cereal mengandung sayuran. Selera makan anak menurun.
4. Eliminasi
a. Buang air kecil (BAK) 4x sehari berwarna kuning kecoklatan, berbau
khas, tidak terdapat darah dan tidak disertai nyeri.
b. Buang air besar (BAB) 2x sehari berwarna kuning kecoklatan, berbau
khas, tidak terdapat darah, tidak berlendir, konsistensi cair, saat BAB
tidak ada nyeri.

5. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri

Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini agak susah untk
berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinga nya sehingga
ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa yang di bicarakan orang lain.

6. Pemeriksaan diagnostic
Tes Audiometri AC menurun
X ray terhadap kondisi patologi
Tes berbisik
Tes garpu tala

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis( inflamasi pada telinga ) d/d pasien
tampak meringis (SDKI ,D.0077)
2. Hipertermia b/d proses penyakit (infeksi) d/d suhu tubuh di atas normal
(SDKI, D.0130)
3. Ansietas b/d krisis situsional d/d merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang di hadapi (SDKI, D.0080)

10
C. PERENCANAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA SLKI INTERVENSI (SIKI)


KEPERAWATAN

1.Nyeri akut Setelah dilakukan Manejemen Nyeri (I.08238)


berhubungan dengan tindakan keperawatan
inflamasi pada telinga 2x24 jam, masalah Observasi
ditandai dengan pasien Nyeri dapat teratasi. 1. Identifikasi lokasi.karakteristik, durasi,
tampak meringis (SLKI, L.08066) frekwensi, kualitas,intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyri
Tujuan : 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
Kriteri hasil: nyeri
1.keluhan nyeri sekor
Terapeutik
4
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
2.meringis sekor 4 mengurangi rasa nyeri (mis akuppresur, terapi
TENS, hypnosis,musik biofeedback terapi pijat
3.kesulitan tidur sekor aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,kompres
4 hangat atau dingin,terapi bermain)
2.Kontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat

2.hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (SIKI, I.15506)


berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
proses penyakit infeksi 2x24 jam, masalah A. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
ditandai dengan suhu hipertermia dapat dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
tubuh diatas normal teratasi penggunaan inkubator)
(SDKI, D.0130) R : Dapat mengetahui penyebab dari hipertemia
Tingkat infeksi

11
(L.14137) B. Monitor suhu tubuh
R : Suhu tubuh dapat terkontrol
Kriteria hasil:
1.demam sekor 4 C. Monitor kadar elektrolit
R : Kadar elektrolit dapat terkontrol
3.nyeri sekor 4
D. Monitor keluaran urine
4.bengkak sekor 4 R : Keluaran urine dapat terkontrol
Ket:
E. Monitor komplikasi akibat hipertermia
1:meningkat R : Menghindari komplikasi yang dapat terjadi
akibat hipertermia
2:cukup meningkat
Terapeutik
3:sedang F. Sediakan lingkungan yang dingin
R : Agar suhu tubuh tidak meningkat berlebihan
4:cukup menurun G. Longgarkan atau lepaskan pakaian
5:menurun R : Tubuh rileks dan meningkatkan sirkulasi udara
H. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
R : Agar tubuh sejuk dan tidak berkeringat
I. Berikan cairan oral
R : Memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh
J. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
R : Tubuh tetap nyaman dan tidak tambah
menggigil
K. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
R : Suhu tubuh menurun
L. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
R : Menghindari sindrom reye
M. Berikan oksigen, jika perlu
R : Agar kebutuhan oksigenasi terpenuhi/tidak
sesak
Edukasi
N. Anjurkan tirah baring
R : Mengistirahatkan tubuh
Kolaborasi
O. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
R : Agar kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi

3. Ansietas Tingkat Ansietas Redukasi ansietas (I.093140)


berhubungan dengan (L.09093)
krisis situsional ditandai Observasi
dengan merasa khawatir Kriteria Hasil: 1. Identifikasi saat ansietas berubah
dengan akibat dari 2. Identifikasi mkemampuan mengambil
kondisi yang di hadapi 1. Verbalisasi keputusan

12
(SDKI, D.0080) khawatir akibat 3. Monitor tanda tanda ansietas
kondisi yang dihadapi Terapeutik
sekor 4 1. Ciptakan suasan terapeutik untuk
2. Perilaku gelisah menumbuhkan kepercayaan
sekor 4
3.Perilaku tegang 2. Temani untuk pasien mengurangi kecemasan
sekor 4
3. Gunakan pendekatan yang tenang dan
Keterangan: meyakinkan
1:meningkat 4. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
Kecemasan
2:cukup meningkat
3:sedang Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
4:cukup menurun mungkin akan di alami
2. Informasikan secara factual. mengenai
5:menurun
diagnosis. dan prognosis pengobatan,
3. Anjurkan keluarga tetap bersama pasien

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antalsietas jika perlu.

TINJAUAN KASUS

An. A usia 6 Tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan telinganya nyeri . Klien
sakit telinganya sudah 2 minggu yang lalu.pernah keluar cairan kuning dari
telinganya.dan hanya di beri obat tetes yang di beli di apotek.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


Tanggal pengkajian : 7 April 2020
Nama Pengkaji : Kelompok 3
Ruang : Aster
Waktu pengkajian : 08.30 WIB

A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : An. A
Tanggal lahir : 7 Maret 2013
Umur : 6 Tahun
13
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB : 15Kg
PB/TB : 110 cm
Alamat : Ds Turi RT 02 RW 04,Sleman
Agama : Islam
Pendidikan : TK
Suku bangsa : Indonesia
Tanggal masuk : 7 april 2020
No. RM : S12356
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. W
Umur : 33 Th
Jenis kelamin : laki laki
Alamat : Ds Turi RT 02 RW 04,Sleman
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Ayah
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Telinga nya sakit dan nyeri seperti di tusuk tusuk
2. Riwayat kesehatan sekarang
datang dengan keluhan telinganya sakit,mual dan malas makan,demam
sumeng Sudah 2 minggu menggaruk garuk telinganya dan timbul cairan
kuning dari telinga
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ayah Ps mengatakan ps suka bermain air dan sudah di beri obat tetes
telinga dari apotik
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ayah Ps mengatakan bahwa keluarga tidak memiliki penyakit yang dapat
menular.
C. PEMERIKSAN FISIK
1. Kesadaran : keadaan umum lemah
2. Tanda -Tanda vital:

14
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi: 90 x/menit
Pernapasan: 20 x/menit
Suhu: 39°C
3. Nyeri
P:Nyeri klien disebabkan proses infeksi/pradangan pada telinga pasien
Q:Seperti ditusuk tusuk
R: Nyeri pada telinga dan agak terganggu dalam pendengaran
S: Skala 7
T :Setiap saat dan pasein menangis

4. Pemeriksan fisik head to toe


a. Rambut
Keadaan rambut px bersih, tidak ada pediulosis, tidak ada
hematome, tidak ada odema.
b. Mata
Keadaan mata px nommal, mats simetris, tidak ada odema di
sekita mata, sklera tidak ikterus, konjugtiva normal, pandangan tidak
kabur.
c. Hidung
Normal, Simetris tidak ada pembengkakan tidak ada secret,
hidung bersih Normal
d. Telinga
telinga simetris kiri dan kanan, bentuk daun telinga normal,
pendengaran terganggu. Ada cairan kuning, nyeri
e. Mulut
Mukosa bibir kering keadaan dalam mulut.bersih(lidah.gigi.gusi)
f. Leher
Keadaan leher simetris,tidak ada penonjolan, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
g. Thoraks
Paru

15
Dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada sama, pernapasan
cepat dan dangkal, tidak ada penonjolan rusuk, tidak terdengar suara
tambah pada pernapasan (ronchi,whezing)
Jantung
Keadan normal
h. Adbdomen
Perut rata, tidak ada pembesaran hepar yang di tandai dengan perut
buncit, tidak ada pembuluh darah yang menonjol pada abdomen, tidak
ada selulit.
i. Ekstremitas
kekuatan eks.atas dan eks.bawah baik. dapat melakukan
pergerakan sesuai perintah, tidak ada nyeri tekan atau lepas pada
ekstermitas.

D. Pemeriksaan penunjang
ANALISA DATA
Nama : An.A
Ruang : Aster

Tanggal dan Data Masalah Etiologi


jam
7 April DS: Nyeri Nyeri akut
2020/00.08
pasien mengatakan
telinganya sakit atau
nyeri seperti ditusuk
tusuk .ayah pasien
mengatakan An.A
suka menggaruk
garuk telinganya.

P:Nyeri klien
disebabkan proses
infeksi /peradangan
telinga pasien

16
Q : seperti di tusuk
tusuk
R: Nyeri pada telinga
dan agak terganggu
dalam pendengaran
S: skala 7
T: setiap saat pasien
menangis

DO:
a.pasien tampak
menangis kesakitan
b.bagian sekitar daun
telinga biru bengkak

TD: 120/80 mm/Hg


N: 90x /menit
RR: 20x/menit
S:39 C

8 April 2020/ DS: Proses infeksi hipertermia


00.08 a.pasien mengatakan
bahwa badanya
demam selama 3 hari
b.pasien mengatakan
nafsu makannya
turun
DO:
a.pasien tampak
lemah dan pucat
b.pasien tampak
tiduran di kamar
a.

17
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Hari, tanggal : Rabu, 7 april 2020

Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (inflamasi pada telinga ) d/d pasien tampak
meringis (SDKI ,D.007)

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : An. A

Ruang : Aster

INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA SLKI INTERVENSI (SIKI)


KEPERAWATAN

Nyeri akut Setelah dilakukan Manejemen Nyeri (I.08238)


berhubungan dengan tindakan keperawatan
agen pencedera 2x24 jam, masalah Observasi
fisiologis( inflamasi Nyeri dapat teratasi. 1. Identifikasi lokasi.karakteristik, durasi,
pada telinga )ditandai (SLKI, L.08066) frekwensi, kualitas,intensitas nyeri
dengan pasien tampak 2. Identifikasi skala nyri
meringis Kriteri hasil: 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
1.keluhan nyeri sekor memperingan nyeri
4 4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
2.meringis sekor 4
Terapeutik
3.kesulitan tidur sekor
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
4
mengurangi rasa nyeri (mis akuppresur, terapi
Ket: TENS, hypnosis,musik biofeedback terapi pijat
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,kompres
1:meningkat hangat atau dingin,terapi bermain)
2:cukup meningkat 2.Kontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
3:sedang Suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
4:cukup menurun 3. Fasilitasi istirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
5:menurun pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

18
1. Jelaskan penyebab, periode,dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/jam Diagnosa keperawatan Implementasi respon

7 april Nyeri akut berhubungan dengan Tindakan S:


2020/00.0 agen pencedera Ds: klien
8 fisiologis( inflamasi pada Observasi mengatakan nyeri
telinga) ditandai dengan pasien 1.Identifikasi pada bagian daerah
tampak meringis lokasi.karakteristik, sekitar telinga
durasi, frekwensi,
kualitas,intensitas P: nyeri klien
nyeri disebabkan oleh
R/Pasien kooperatif telinga
telinga dan ada Q: kualitas nyeri
sedikit hambatan seperti di tusuk
untuk mendengar tusuk
R: nyeri pada
P:nyeri klien daerah daun telinga
disebabkan oleh S: skala 7
teling T:hilang
Q:Nyeri seperti di timbul,sering
tusuk tusuk kambuh
R: Nyeri pada
daerah telinga O :klien tampak
S:7 meringis
T: Pasien Suhu 39°C
mengatakan nyeri Nadi ::90x/menit
sudah 3 hari . RR 20x/menit
TD: 120-80 mHg
2.Identifikasi skala
nyeri A :Masalah belom
R/ Pasien teratasi
kooperatif P: intervensi
dilanjutkan
terpeutik
1.TTV
Kesadaran: Cm
Suba: 39″C
Nadi 90x/menit
RR 20x/menit

19
TD: 120-80 mHg

2. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
R/ Pasien kooperatif

Edukasi
3. Menjelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
R/ Pasien
kooperatif

Kolaborasi
4. Kolaborasi
pemberian analgetik,
Jika perlu.
R/ Pasien kooperatif

Observasi
tanda-tanda vital

Kesadaran: Cm
Suba: 39″C
Nadi 90x/menit
RR 20x/menit
TD: 120-80 mHg
Observasi
S:klien mengatakan
1. mengidentifikasi setelah dilakukan
factor yang tindakan,
memperberat dan telinganya sudah
memperingan mulai membaik dan
nyeri. mulai bisa
R/ pasien kooperatif mendengar sedikit
demi sedikit.
P: Nyeri ketika
bergerak berkurang O: klien mulai bisa
Q nyeri seperti mendengar
tertusuk-tusuk Kesadaran :Compo
berkurang s mentis
R: nyeri pada bagian Suhu :37,7% C
telinga Nadi: 82x/menit
S :2/10 TD: 120 80 MmHg
T:nyeri sudah 2 hari RR 20x/menit
dan mulai membaik

20
P :Nyeri ketika
2. kolaborasi bergerak berkurang
pemberian analgetik Q: nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R/ pasien merasa berkurang
nyaman R: nyeri pada
bagian telinga
3. Memfasilitasi S: 2/10
istirahat dan tidur T: nyeri sudah 2
R/ pasien merasa hari dan mulai
tercukupi membaik
istirahatnya
A: masalah teratasi
P:intervensi
dihentikan

EVALUASI

Tgl / Diagnosa Keperawatan Evaluasi


jam
8 Nyeri akut berhubungan S:klien mengatakan setelah dilakukan
april dengan agen pencedera tindakan, telinganya sudah mulai membaik dan
2020 fisiologis( inflamasi pada mulai bisa mendengar sedikit demi sedikit.
telinga) ditandai dengan
pasien tampak meringis O: klien mulai bisa mendengar
Kesadaran :Compos mentis
Suhu :37,7% C
Nadi: 82x/menit
TD: 120 80 MmHg
RR 20x/menit

P :Nyeri ketika bergerak berkurang


Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk berkurang
R: nyeri pada bagian telinga
S: 2/10
T: nyeri sudah 2 hari dan mulai membaik

A: masalah teratasi
P:intervensi dihentikan

21
DAFTAR PUSTAKA

RAVEENDRAN, V. PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PENDERITA OTITIS


MEDIA AKUT DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
PADA TAHUN 2014 DAN 2015.

Triswanti, N., Wibawa, F. S., & Adha, G. A. R. (2021). Karakteristik Pasien Otitis
Media Akut. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 7-11.

Ilham Fairza, R. (2021). HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN


KEJADIAN OTITIS MEDIA AKUT PADA ANAK (Penelitian Observasi Analitik di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Periode Januari 2018-Januari 2020)
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Sultan Agung).

Asthri, A. L. (2020). The Role of Curcumin as Modality Therapy for Acute Otitis
Media. MAJORITY, 9(2), 102-106.

Lestari, R. D., Mandala, Z., & Marni, M. (2018). DISTRIBUSI USIA DAN JENIS
KELAMIN PADA ANGKA KEJADIAN OTITIS MEDIA AKUT DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016. Jurnal
Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, 5(1).

Hidayati, M. N., & Wulanningrum, D. N. (2013). Asuhan Keperawatan keluarga Tn.


S dengan Masalah Utama pada An. S dengan Otitis Media Akut di desa
Brontowiryan, Ngabeyan, Kartosuro (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

WIDIYASTUTI, A. (2019). penerapan perawatan luka dalam memberikan asuhan


keperawatan pada An. A dengan Post operasi otitis media di ruangan THT RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2020 (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
PERINTIS INDONESIA).

22
23

You might also like