You are on page 1of 2

HUKUM AGRARIA

NAMA: Mohammad Lutvi Fasha Akbar Melanu


NIM : 210711010648
Proses Pembebanan Hak Tanggungan
Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang
selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas
tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan
satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.
UU No. 4 Tahun 1996
Pada dasarnya, hak ini merupakan hak jaminan atas dasar perjanjian pinjam-meminjam yang
diperoleh kreditur dari debitur. Sederhananya seperti ini Saat seseorang mengajukan KPR
atau pinjaman uang ke lembaga keuangan seperti bank, maka objek yang dibeli yakni rumah,
dijadikan jaminan.

Objek Hak Tanggungan

Objek-objek yang dapat dibebankan oleh hak ini diterangkan dalam Pasal 4 UU No. 4/1996.
Mereka adalah:

• Hak milik
• Hak guna usaha
• Hak guna bangunan

Sementara itu, pada ayat (4) pasal 4 UU No. 4/1996 disebutkan bahwa:
Hak Tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan
hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah
tersebut, dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan
tegas dinyatakan di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan.

Cara Mengurus Hak Tanggungan

Ada beberapa prosedur yang harus dilalui untuk mengurus pembuatan hak ini, yaitu:

Hak tanggungan untuk sebuah tanah dapat diperoleh setelah kreditur mengikuti prosedur
berikut ini :

1. Menyambangi PPAT/notaris untuk membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)


2. Setelah APHT rampung, mengajukan permohonan pendaftaran ke badan pertanahan dengan
mengisi formulir yang telah disediakan
3. Membayar biaya pemasangan hak tanggungan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
sesuai Surat Perintah Setor (SPS) di kantor pertanahan.
Adapun syarat-syarat yang diperlukan dalam proses ini antara lain:

• Sertifikat objek (asli)


• APHT (asli)
• Identitas kreditur (KTP)
• Identitas KTP penerima kuasa
• Surat pengantar pemasangan hak tanggungan dari PPAT
• KTP & KK debitur (bagi debitur perorangan)
• Akta pendirian perseroan dan perubahannya (bagi debitur badan hukum)  SK
Pengesahan badan hukum perseroan.

Di dalam ayat (2) Pasal 13 UU No. 4/1996 disebutkan bahwa selambat-lambatnya tujuh hari
kerja setelah penandatanganan APHT, PPAT wajib mengirimkan Akta Pemberian Hak.

Penghapusan dan Pencoretan

Ayat (1) Pasal 18 UU No.4/1996 menyebutkan poin-poin apa saja yang dapat menghapus hak
ini. Hal-hal tersebut yaitu:

• Hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan


• Dilepaskannya hak oleh sang pemegang
• Pembersihan hak berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri 
Hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan.

Sementara itu, setelah status atas objek properti terhapus, selanjutnya debitur perlu
melakukan penghapusan hak ini dengan membuat surat Roya. Istilah roya sendiri merujuk
pada pencoretan pada buku tanah Hak Tanggungan karena hak ini telah terhapus.

You might also like