You are on page 1of 2

Zaman Mesolithikum (zaman batu madya)

Mesolithikum juga di sebut zaman batu tengah atau zaman batu madya, yang di perkirakan berlangsung
pada masa Holosen (10.000 tahun yang lalu). Perkembangan kebudayaan pada zaman ini berlangsung
lebih cepat dari masa sebelumnya. Hal ini di sebabkan antara lain.

Keadaan alam yang sudah lebih stabil, yang memungkinkan manusia dapat hidup lebih tenang, sehingga
dapat mengembangkan kebudayaannya

Manusia pendukungnya adalah dari jenis Homo sapien, mahluk yang lebih cerdas di bandingkan
pendahulunya.

Mesolitikum secara bahasa dapat diartikan sebagai batu tengah, merupakan tahapan perkembangan
masyarakat masa pra sejarah antara batu tua dan batu muda. Tidak jauh berbeda dengan peride
sebelumnya, kehidupan berburu atau mengumpulkan makanan. Namun manusia pada masa itu juga
mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana. Tempat tinggal
yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abrissousroche)
sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman
itu.

Ciri Zaman Mesolithikum

Nomaden dan masih melakukan foodgathering (mengumpulkan makanan)

Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih merupakan alat-alat
batu kasar.

Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut KjokenMondinger (sampah dapur)

Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut
AbrisSousRoche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat
dari tulang.

Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hacheCourte)
Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.

Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.

Ada tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:

Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari KjokenMondinger)

Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)


FlakesCulture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)

Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)

Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya
menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut
dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya
yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu kali yang dipecah-
pecah.

Hachecourt (kapak pendek)

Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya
pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.

Pipisan

Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling
beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan
untuk menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah. Cat merah diperkirakan
digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.

Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture)

Berdasarkan alat-alat kehidupan yang ditemukan di goa lawa di Sampung (daerah Ponorogo – Madiun
Jawa Timur) tahun 1928 – 1931, ditemukan alat-alat dari batu seperti ujung panah dan flakes, kapak
yang sudah diasah, alat dari tulang, tanduk rusa, dan juga alat-alat dari perunggu dan besi. Oleh para
arkeolog bagian terbesar dari alat-alat yang ditemukan itu adalah tulang, sehingga disebut sebagai
Sampung Bone Culture.

Kebudayaan Flakes (FlakesCulture)

You might also like