You are on page 1of 19

Jurnal Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat 1(1): 1-19

PRESPEKTIF MASYARAKAT TENTANG KEADILAN


PADA PERDA NO. 14 TAHUN 2015 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERDA KOTA BANJARMASIN NO.
20 TAHUN 2013 PASAL 16 TENTANG
PENYELENGGARAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN,
DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Andas Daha Saputra1

1
Faculty of Law, Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia.
Abstract : The purpose of this research is to find out how the objection efforts by coffee shop owners to
cafe and restaurant tax levies are as follows. As a coffee shop owner, legal steps that can be taken against
cafe and restaurant tax levies collected by the regional government used is a type of normative legal
research which is research that aims to obtain legal materials through literature studies by analyzing legal
materials related to the issues discussed and disharmony between government laws and regional laws and
regulations.

The results of this thesis research include:

The legal basis that can be used by coffee shop owners to reject cafe and restaurant tax levies that are
considered too high.

Thus, as an Indonesian citizen, the coffee shop owner has the right to object or protest against the amount
of tariffs or fees charged to your business. The legal basis that can be used to file this objection is Article
25 paragraph (1) of Law Number 28 of 2009 concerning Regional Taxes and Regional Retribution and
government regulation Number. 10 of 2021 concerning Regional Taxes and Regional Levies in the
Context of Supporting Ease of Doing Business and Regional Services. In practice, sanctions may not
need to be carried out if a regional regulation is designed based on a policy that takes into account market
aspects and business characteristics in an area to be implemented and deemed fair so that it is agreed
upon by a large number of actors in the area.

Efforts to Objection by Coffee Shop Owners to Tax Retribution. In the Regional Tax Regulations which
anatomically have similar policies to other taxes, namely Law Number 28 of 2009 concerning Regional
Taxes and Regional Levies, where the regulation stipulates Law number 28 of 2009 at the center to
determine the authority of regional governments and the maximum amount of tariffs that can be taken, in
its implementation it is necessary to establish a Regional Regulation, in this Regional Regulation earlier
the respective policies are regulated between the Head of the Autonomous Region and the Regional
People's Representative Council of the Autonomous Region, each of which forms policies autonomously
based on the characteristics of the region itself.

Keywords: Objection Efforts, Coffee Shop Owners, Tax Retribution

Abstrak : Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Upaya Keberatan
oleh pemilik kedai kopi terhadap retribusi pajak cafe dan resto Berikut adalah Sebagai pemilik kedai
kopi, langkah-langkah hukum yang dapat diambil terhadap retribusi pajak cafe dan resto yang dipungut
oleh pemerintah daerah Metode penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian hukum normatif
yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh bahan hukum melalui studi kepustakaan
dengan cara menganalisis bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dan
ketidak harmonisan antara Undang-undang pemerintah dan Peraturan Undang-undang Daerah.

Hasil dari penelitian skripsi ini antara lain:

Dasar Hukum yang dapat digunakan oleh Pemilik Kedai Kopi untuk melakukan penolakan terhadap
Retribusi Pajak Cafe dan Resto yang dianggap terlalu tinggi.

Demikian, sebagai warga negara Indonesia, Pemilik kedai kopi memiliki hak untuk mengajukan
keberatan atau protes terhadap besarnya tarif atau retribusi yang dikenakan kepada usaha Anda. Dasar
hukum yang dapat digunakan untuk mengajukan keberatan ini adalah Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan eraturan pemerintah Nomor. 10
Tahun 2021 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka Mendukung Kemudahan
Berusaha dan Layanan Daerah. Pada praktiknya sanksi dapat tidak perlu dilakukan apabila sebuah
Peraturan Daerah dirancang berdasarkan kebijakan yang memang memperhatikan aspek pasar dan
karakteristik usaha di suatu daerah untuk diterapkan dan dipandang adil sehingga disepakati oleh
sejumlah besar pelaku di daerah tersebut.

Upaya Keberatan oleh Pemilik Kedai Kopi terhadap Restribusi Pajak. Pada Peraturan Pajak Daerah yang
secara anatomi memiliki kebijaksanaan serupa dengan Pajak-Pajak lainnya, yaitu Undang-Undang
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana secara regulasi ditetapkan
Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 di pusat untuk menetapkan kewenangan pada pemerintah daerah
dan besaran maksimal tarif yang dapat diambil, dalam pelaksanaannya diperlukan pembentukan
Peraturan Daerah, dalam Peraturan Daerah ini tadi diatur kebijakan masing-masing antara Kepala Daerah
otonom dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah otonom yang masing-masing membentuk kebijakan
secara otonom berdasarkan karakteristik daerah sendiri.

Kata kunci: Upaya Keberatan, Pemilik Kedai Kopi, Restribusi pajak


1. Pendahuluan

Negara Indonesia adalah negara yang dijalankan berdasarkan hukum atau


dengan kata lain negara Indonesia merupakan negara hukum, sebagaimana termuat
di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1
ayat (3) yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”,
sehingga Negara Indonesia tidak dijalankan berdasarkan pada kekuasaan
pemerintahan belaka. Pembentukan peraturan daerah (perda) merupakan wujud
kewenangan yang diberikan kepada pemerintahan daerah dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi
khusus daerahdan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.

Selain asas pembentukan peraturan perundang-undangan formal, pada Pasal 6


Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia (selanjutnya disebut UUD NRI) Tahun 1945 yaitu
memajukan kesejahteraan umum, dalam Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945,
di dalamnya menyatakan bahwa "tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak". Berarti Negara berkewajiban menjamin warga negara
untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan dapat terpenuhi untuk mencari dan
mendapatkan pekerjaan tanpa dihalangi.

Di daerah Kota Banjarmasin penulis menemukan Perda yang tertarik untuk


penulis teliti yaitu, Peraturan daerah Kota Banjarmasin No. 20 Tahun 2013 tentang
penyelenggaraan Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan
bagian ke 3 Tertib Lingkungan Pasal 16:
1. Pemerintah Daerah melindungi setiap orang dari gangguan ketertiban
lingkungan, baik yang datang dari luar Daerah maupun dari dalam Daerah.
2. Setiap orang yang menetap tinggal atau menjalankan usaha dalam Daerah
wajib memiliki KTP.
3. Setiap pendatang yang melakukan kegiatan ekonomi dan menetap sementara
dalam Daerah wajib menyetorkan uang jaminan ke Daerah melalui kantor
Catatan Sipil sebesar Rp. 600.000,- (Enam Ratus ribu rupiah).

Yang kemudian dirubah menjadi peraturan daerah Kota Banjarmasin No. 14


Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan daerah Kota Banjarmasin No. 20
Tahun 2013 tentang penyelenggaraan Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan
Kesehatan Lingkungan bagian ke 3 Tertib Lingkungan Pasal 16, yang bunyi
ayatnya:

1. Pemerintah Daerah melindungi setiap oran dari gangguan ketertiban


lingkungan, baik yang datang dari luar Daerah maupun dari dalam Daerah.
2. Setap orang yang menetap tinggal atau menjalankan usaha dalam Daerah
wajib memiliki KTP.
3. Setiap pendatang yang melakuan kegiatan ekonomi dan menetap sementara
dalam Daerah wajib menyetorkan uang jaminan ke Daerah melalui SKPD
yang membidangi kependudukan dan pencatatan sipil.
4. Uang jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh
Walikota.

Dalam pasal tersebut penulis tertarik dengan apa pandangan masyarakat dari
peraturan terebut. Kemudian, pada ayat ketiga berbunyi “setiap pendatang yang
melakukan kegiatan ekonomi dan menetap sementara dalam Daerah wajib
menyetorkan uang jaminan ke Daerah melalui SKPD yang membidangi
kependudukan dan pencatatan sipil”, dalam pasal tersebut adanya kewajiban untuk
menyetorkan uang untuk orang yang melakukan kegiatan ekonomi, kegiatan
ekonomi ini sangat luas, dalam pasal tersebut dari orang terkaya sampai miskin
sekalipun yang melakukan kegiatan ekonomi wajib menyetorkan uang jaminan,
apakah itu cukup adil, bukankah hukum dibuat untuk menciptakan keadilan?. Disini
penulis tertarik membuat penelitian dengan judul PRESPEKTIF MASYARAKAT
TENTANG KEADILAN PADA PERDA NO. 14 TAHUN 2015 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERDA KOTA BANJARMASIN NO. 20 TAHUN 2013
PASAL 16 TENTANG PENYELENGGARAN KEBERSIHAN, KEINDAHAN,
DAN KESEHATAN LINGKUNGAN.”

Dari penjabaran latar belakang di atas maka penulis dapat menyimpulkan


Rumusan Masalah terkait skripsi antara lain :

1. Bagaimaina dasar Pengaturan Hukum yang dapat digunakan oleh Pemilik Kedai
Kopi untuk melakukan penolakan terhadap Retribusi Pajak Cafe dan Resto yang
dianggap terlalu tinggi?
2. Bagaimana Upaya keberatan oleh pemilik kedai kopi terhadap pajak?

Tujuan Penelitian penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Praktik pengelolaan


pajak dan retribusi pajak ini bisa terjadi dan mengetahui bagaimana Hukum
menyikapi hal tersebut baik secara hukum Pidana di bidang ekonomi ataupun
Nasional.

Kegunaan Penelitian terdiri dari 2 sebagai berikut:

1) Manfaat Secara Teoritis


Penelitian ini bagi penulis sangat diharapkan dapat berguna bagi perkembangan
ilmu hukum khususnya berkaitan dengan aspek ketidak harmonisan antara
Undang-undang pemerintah dan Peraturan Daerah.
2) Manfaat secara praktis.
Penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan dari penulis serta pembaca
juga masyarakat luas mengenai Pajak café dan resto agar tidak menjawab
presepsi-presepsi yang tidak sesuai di dalam Masyrakat.

2. Metode Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normative,
yang secara deduktif dimulai analisis terhadap pasal-pasal dalam peraturan
perundang-undangan dan kaitannya dalam penerapannya dalam praktek.
Sifat Penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu penelitian deskriptif yaitu
dengan menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan
dengan teori-teori dan praktek pelaksanaan hukum positif yang berkaitan dengan
permasalahan.
Tipe Penelitian yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah aspek ketidak
harmonisan antara Undang-undang pemerintah dan Peraturan Daerah, Pembuatan
skripsi penulis menggunakan pendekatan terhadap bahan hukum yang berkaitan
dengan Peraturan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
Jenis Bahan Hukum di lakukan dengan mengumpulkan memepelajari serta
menganalisis berbagai data yang bersumber secara tidak langsung atau melalui
data-data dari masyarakat. Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) sumber data. Data
primer data yang di dapat langsung di lapangan selaku sumber pertama dalam
penelitian tersebut yang dikaji. Data skunder adalah bahan hukum yang berfungsi
untuk memberi petunjuk atas data primer.
Pengumpulan Bahan Hukum terdiri dari 2 yaitu, Pertama, Peraturan Perundang-
Undangan dikumpulkan dengan cara melakukan pencarian secara inventarisasi
terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan
ini. Kedua, Data Kepustakaan disusun dan dikumpulkan melalui studi kepustakaan
yang disusun berdasarkan pokok permasalahan.

3. Pembahasan
3.1. Dasar Hukum yang dapat digunakan oleh Pemilik Kedai Kopi untuk
melakukan penolakan terhadap Retribusi Pajak Cafe dan Resto yang
dianggap terlalu tinggi.

Pemilik kedai kopi yang ingin menolak pajak dari kafe dan restoran yang
dianggap terlalu tinggi dapat berkonsultasi dengan beberapa dasar hukum yang
relevan. Berikut adalah beberapa pengaturan hukum dasar yang dapat
digunakan:

Menurut hukum Indonesia, setiap perusahaan yang beroperasi di wilayah


Indonesia wajib memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Jadi sebagai pemilik kedai kopi, pemilik tidak bisa menyangkal
kewajiban pajak Anda.

Jadi, sebagai warga negara Indonesia, pemilik kafe berhak untuk menolak
atau menolak pajak atau biaya yang dikenakan pada bisnis Anda. Dasar hukum
yang dapat digunakan untuk mengajukan keberatan ini adalah Pasal 25 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Dalam pasal ini diatur bahwa setiap wajib pajak atau retribusi daerah
dapat mengajukan keberatan atas besarnya pajak atau retribusi yang ditetapkan.
Keberatan harus diajukan dalam waktu 30 hari sejak pemberitahuan pajak atau
pungutan. Setelah menerima keberatan, pemungut atau pemungut pajak harus
melakukan verifikasi dan mengeluarkan keputusan dalam waktu 30 hari sejak
diterimanya keberatan. Jika ada keberatan, tarif atau biaya yang dibebankan
kepada pemilik kafe akan diubah berdasarkan keputusan.

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peraturan daerah


yang diwakili oleh masing-masing 2 kabupaten atau kota yang dipilih secara
acak dari 8 provinsi yang juga dipilih secara acak, tidak termasuk DKI Jakarta
sebagai parameternya, DKI Jakarta mengenakan pajak daerah pada restoran
untuk wajib pajak dengan omzet sebesar Rp 60 juta per tahun atau Rp 5 juta per
bulan, maka pembagian 16 daerah provinsi atau kota dibagi menjadi 2
kelompok yaitu daerah dengan batas penerapan DKI yang sama/lebih tinggi dari
provinsi Jakarta (lebih longgar) dan Daerah dengan daerah penerapan pajak
menggunakan penerimaan nominal lebih kecil dari DKI (lebih ketat dalam
penerapannya).

Perlu diingat bahwa suatu keberatan atau keberatan hanya dapat


menyangkut besaran tarif atau bea, dan bukan kewajiban membayar pajak atau
bea. Oleh karena itu, sebagai warga negara yang baik, pemilik kedai kopi harus
memenuhi kewajiban pembayaran pajaknya sesuai ketentuan yang berlaku.

Sebagai pemilik kafe, Anda berhak mengungkapkan ketidakpuasan Anda


terhadap pajak yang dikenakan pada kafe dan restoran yang dianggap terlalu
tinggi. Namun, sebelum Anda menolak atau keberatan, pastikan Anda
memahami dasar hukum dan peraturan perpajakan yang berlaku di wilayah
Anda.

Namun, penting untuk diingat bahwa sebagai warga negara yang baik kita
juga memiliki kewajiban untuk membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
Oleh karena itu, Anda harus berusaha menyelesaikan masalah pembalasan pajak
dengan berdialog dengan pihak berwenang, daripada langsung menolak atau
memprotes tanpa alasan yang jelas dan masuk akal.

Komentar penulis dengan mengacu pada peraturan pajak daerah yang


secara anatomi kebijakannya mirip dengan pajak lainnya, khususnya undang-
undang nomor 28 tahun 2009 tentang zonasi dan punitif pajak. daerah, yang
peraturannya menyebutkan undang-undang No. 28 Tahun 2009 di pusat untuk
menentukan wilayah hukum pemerintah daerah dan tarif pajak maksimum yang
dapat dikenakan, dalam pelaksanaannya perlu dibentuk Perda, Dalam Perda ini
masing-masing kebijakan ditetapkan antara Kepala Daerah Otonom dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Otonom, masing-masing daerah membentuk
kebijakannya sendiri-sendiri sesuai dengan karakteristik daerahnya masing-
masing.

Menurut R. Otje Salman, sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari


keterkaitan antara hukum dan fenomena sosial lainnya dengan metode empiris
dan analitis, yang berasal dari pengertian sosiologi. hukum, kita dapat
mendeteksi bahwa dengan analisis sederhana di atas, fenomena sosial potensial
lainnya akan terjadi. di masyarakat, terutama jika menggunakan sudut
penderitaan pelaku usaha mikro dan kecil, yang memiliki kemampuan finansial
yang minim untuk beroperasi.
Ini telah bergerak menuruni tangga, untuk pemain komersial dengan
kapasitas operasional yang minim, membayar pajak 10% sudah menjadi beban
yang relatif tinggi. Wajar melihat waralaba kopi internasional menjual secangkir
kopi seharga Rp 70.000, sehingga pemilik waralaba wajib membayar Rp 7.000
untuk masuk ke kas daerah, keuntungan yang didapat masih kontroversial. tidak
hanya dengan biaya impor atau operasi tetapi juga dengan nilai ekonomi yang
tinggi.

Bicara soal pemerataan, tentu tidak langsung mengarah pada sanksi, tapi
sanksi adalah langkah terakhir. Sebenarnya tidak perlu menjatuhkan sanksi jika
suatu peraturan daerah dirancang atas dasar kebijakan yang mempertimbangkan
aspek pasar dan karakteristik komersial di suatu daerah. hadir dan dianggap
wajar untuk diterima oleh bagian tertentu. sejumlah besar aktor di wilayah
tersebut. Namun dalam praktiknya, pembahasan Perda terkadang tidak
dilakukan seperti biasanya, yang menjadi problematis ketika Prolegda
diterapkan menjadi Perda, kemudian menjadi Perda pokok, apalagi jika
pembayarannya justru tidak diterima sebagian besar penduduk di Kabupaten.

3.2. Upaya Keberatan oleh pemilik kedai kopi terhadap pajak

UU No 7 Tahun 2021 mengatur tentang harmonisasi perpajakan.


Keberatan pemilik kedai kopi terhadap pajak dapat bervariasi tergantung pada
yurisdiksi tempat kafe beroperasi.

Coffee shop adalah salah satu jenis usaha jasa minuman dimana anak
muda bahkan orang tua bisa berkumpul dengan teman-temannya dan
membangun coffee shop tidak seperti kafe dan restoran yang permanen atau
semi private. mendirikan. bangunan kokoh, dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan untuk penyiapan, penyimpanan, penyajian dan penjualan
minuman untuk umum di tempat usahanya,

Pemerintah telah memastikan pemilik warung kopi atau kafe dan usaha
sembako alias usaha kecil menengah swasta berpenghasilan kurang dari Rp 500
juta per tahun tidak akan dikenakan pajak.

Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat


konferensi pers RUU Harmonisasi Aturan Perpajakan. Pengusaha yang
memiliki kafe dan tempat makan tidak memiliki penghasilan tidak kena pajak
hingga Rp 500 juta per tahun. Sri Mulyani mencontohkan, selama ini pajak
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tidak terbatas. Peraturan
perpajakan terkait UMKM diatur dalam UU No. 23 Tahun 2018.

Besaran pajak bagi UMKM dalam peraturan tersebut ditetapkan sebesar


0,5% dari pendapatan dengan jangka waktu tidak lebih dari Rp4,8 miliar d'Rp.
Kini pemerintah mengamandemen pajak usaha kecil dalam UU HPP. “Banyak
usaha kecil dengan total peredaran kurang dari Rp 500 juta yang tidak kena
pajak. 2009.

Selain itu, untuk melaksanakan undang-undang tersebut, pemerintah


daerah dan DPRD membentuk Perda.1

Dalam pengaturan pajak daerah terdapat kebijakan yang secara anatomis


mirip dengan pajak lainnya, khususnya undang-undang No. 28 Tahun 2009
tentang pajak daerah dan daerah, yang menetapkan undang-undang No. 28
tahun 2009 di pusat untuk menentukan kewenangan pemerintahan daerah. dan
besarnya tarif maksimum yang dapat dilaksanakan, dalam proses
pelaksanaannya perlu ditetapkan Perda, dalam Perda tersebut sebelumnya telah
ditetapkan kebijakan terkait antara Kepala Daerah Otonom dengan Dewan
Perwakilan Daerah. masyarakat daerah otonom, masing-masing daerah
mengembangkan kebijakannya sendiri sesuai dengan karakteristik daerah
tersebut.

1
https://christiangamas.net/kajian-pajak-daerah-yang-berkeadilan-perlukah/ diakses 16-02-2023, 20.40 wita
Bicara soal pemerataan, tentu tidak langsung mengarah pada sanksi, tapi
sanksi adalah langkah terakhir. Dalam praktiknya, sanksi tidak perlu dijatuhkan
jika Perda dirancang dengan landasan kebijakan yang mempertimbangkan aspek
pasar dan karakteristik usaha di daerah yang ditunjuk. dilakukan dan dianggap
adil. diterima oleh mayoritas pemain di wilayah tersebut. Namun dalam
praktiknya, pembahasan Perda terkadang tidak dilakukan seperti biasanya, yang
menjadi problematis ketika Prolegda diterapkan menjadi Perda, kemudian
menjadi Perda pokok, apalagi jika pembayarannya justru tidak diterima.
sebagian besar penduduk di Kab.

Salah satu subjek dari pajak restoran "kemungkinan" yang kontroversial


dan tidak adil adalah pajak restoran, yang dapat dikenai berbagai jenis pajak
restoran, mulai dari kantin sederhana hingga restoran. di restoran bintang 5. -
UU No 28 Tahun 2009 menetapkan tarif maksimal 10%, jika perda ini tidak
didekati dengan bijak dan tepat secara umum, maka ketika menjadi perda diatur
dalam beberapa kebijakan utama. pemerintah daerah berupa ketentuan
Kabupaten yang menyatakan bahwa tarif pajak restoran adalah 10%,
sesederhana dengan menghilangkan kata “maksimal” pada undang-undang
nomor 28 tahun 2009, dari bentuk yang sudah ada cukup tidak menggunakan
tarif maksimal dari 10%.

Ini akan menjadi kontroversial karena akan mempengaruhi rata-rata semua


entitas ekonomi yang diklasifikasikan dalam Pajak Restoran, meskipun struktur
dan kapasitas pasar setiap daerah dapat bervariasi. Jauh dari pusat keramaian
seperti ibu kota kabupaten, kota juga menanggung biaya yang sama. Hal ini
kemudian diperparah dengan adanya sanksi yang dikenakan apabila pajak
daerah tidak dibayar, biasanya pajak daerah yang ketentuannya diturunkan dari
peraturan daerah yang dilaksanakan dalam menetapkan daerah yang setelah
waktu tertentu wajib pajak yang belum diumumkan telah menyatakan dan
membayar pajaknya. self assessment), dapat ditentukan pajak daerah di lokasi
(official assessment) juga memberikan denda bulanan dan denda dengan jumlah
tertentu berdasarkan ketentuan yang menjadi acuan masing-masing.
Selain itu, menurut pengalaman saya, penjatuhan sanksi dapat dengan
mudah dilakukan bersama dengan aparat penegak hukum di kejaksaan setempat.
Jika ada yang dengan sengaja mengabaikan keadilan dalam masyarakat seperti
ini, bukan tidak mungkin tindakan yang sama akan diterapkan pada komunitas
kecil yang membutuhkan perlindungan.

Menurut R. Otje Salman, sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari


keterkaitan antara hukum dan fenomena sosial lainnya dengan metode empiris
dan analitis, yang berasal dari pengertian sosiologi. hukum, kita dapat
mendeteksi bahwa dengan analisis sederhana di atas, fenomena sosial potensial
lainnya akan terjadi. di masyarakat, terutama jika menggunakan sudut
penderitaan pelaku usaha mikro dan kecil, yang memiliki kemampuan finansial
yang minim untuk beroperasi.2

Kalau kita lihat secangkir kopi di kafe harganya Rp 15.000, dalam sehari
hanya ada 5 tamu, omzetnya Rp 75.000 per hari, misalkan dalam sebulan kerja
ada 20 hari, sudah ada pemasukan Rp 1.500.000 dari hanya secangkir kopi dan
belum termasuk menu lainnya, jadi dari segi coffee shop atau kedai kopi sangat
berbeda dengan kafe atau restoran berstandar internasional tentang pajak
pendapatan daerah dan tidak melindungi usaha mikro dan kecil. Di sisi lain,
kekuatan finansial kedai kopi dan restoran dengan kapasitas luar biasa dan
pendapatannya bisa meningkat dan tidak secara umum, sehingga peluang untuk
bersaing otomatis tidak merata dan tidak langsung. Regulasi pajak lokal yang
berkelanjutan membunuh usaha kecil.

Jika kita kutip lagi kalimat pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa selain
mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah Republik Indonesia juga bertujuan
untuk memajukan kepentingan umum. Berdasarkan ilustrasi di atas, benarkah
kebahagiaan total bisa tercapai? Penulis pribadi memiliki pendapat yang
berbeda.

Pajak daerah secara tidak langsung mematikan usaha kecil, hal ini masih
kontroversial dan menurut saya sebagai penulis yang terjadi sekarang adalah
2
Buku Materi Pokok Sosiologi Hukum, Yoyok Hndarso, Universitas Terbuka, Tanggerang Selatan, 2019.hlm.15.
dengan peringatan kecil yaitu hidup membahas peraturan daerah seperti yang
telah digariskan di atas.

Bagaimana tidak mematikan usaha kecil, margin keuntungan kopi ini tipis.
Oleh karena itu, akibat tax forfeiture yang tinggi, tidak jarang para pelaku usaha
kecil memilih untuk “kabur” dengan cara diam saja, namun pada dasarnya diam
bukanlah solusi jangka panjang yang baik sob. perangkat. Keuangan di Daerah
juga memiliki beban tanggung jawab pemungutan, dan semakin besar
kebutuhan akan inovasi dari suatu daerah, maka semakin mendesak kebutuhan
penerimaan daerah, sehingga diterapkan sanksi. , karena penilaian yang
dihasilkan oleh perangkat untuk memprediksi wajib pajak yang "diam" ini,
bersama dengan denda besar dan denda bulanan, dan kemungkinan hukuman
pidana, serta kemungkinan pejabat yang menegakkan peraturan tanpa pandang
bulu, juga berkurang. Itu yang bisa terjadi Bagi sebagian besar pelaku ekonomi,
denda yang merupakan sanksi tersebut akan menjadi tidak adil jika penyebab
kejadian tersebut adalah penetapan tarif pajak. tidak adil karena penerapan yang
tidak proporsional.

Kemudian pemilik kedai kopi menyalahkan undang-undang pajak daerah,


pajak daerah tidak buruk atau buruk, tinggal mengevaluasi penerapan sanksi dan
penerapannya. struktur pasar terjadi di daerah, bukankah otonomi daerah
memberikan keleluasaan kepada daerah otonom untuk menjamin kemakmuran
dengan menggunakan seperangkat peraturan yang disesuaikan secara optimal
untuk menjamin kesejahteraan umum di daerah?

Tanpa memungkiri bahwa ada “kepentingan” yang sebenarnya


mempertimbangkan karakteristik kondisi daerah dalam menetapkan tarif di
setiap daerah, penulis berargumen bahwa banyak daerah yang membutuhkan
inovasi karena minimnya regulasi. Bagus. Sudah saatnya semua pemerintah
provinsi di seluruh Indonesia memberikan dan mempresentasikan studi yang
direkomendasikan untuk menghadapi peraturan saat ini dalam undang-undang
No. 28 Tahun 2009, setiap pemerintah provinsi yang dapat mengolah data dapat
digunakan sebagai referensi untuk setiap badan pemerintahan atau pemerintah
kota untuk menentukan tarif secara bertahap di setiap kabupaten atau kota, data
ini dapat digunakan oleh kepala daerah sebagai sumber data untuk didiskusikan
dengan DPRD setempat untuk menghasilkan peraturan daerah yang optimal
bagi daerahnya untuk mengoptimalkan pajak dalam jangka panjang.

Penggunaan nisbah maksimum sebenarnya menguntungkan dalam jangka


pendek, tidak menghiraukan usaha besar atau kecil, nilai nisbahnya akan sama
dan pendapatannya maksimal, jika tidak dilaksanakan akan dikenakan sanksi
berupa Keputusan Pajak Daerah yang diterbitkan. dalam Surat Ketetapan
Kurang Bayar Daerah serta denda besar dan denda bulanan, hasilnya akan
meledak di atas kertas untuk Daerah dan peta jalan cepat untuk mencapai
tujuan, tetapi bagaimana dengan dampaknya secara rata-rata? untuk
keberlanjutan jangka panjang? ? Diperlukan penelitian lebih lanjut seperti yang
dikemukakan oleh penulis di atas, dimana peran pemerintah provinsi sangat
penting di sini, tetapi tidak penting apakah pemerintah kabupaten/kota memiliki
kontroversi tersendiri dalam menjalankan tugas tersebut atau tidak. 28 Tahun
2009 dan selama pelaksanaannya juga tidak ada pelatihan dengan data
penelitian yang tersedia dari instansi vertikal diatas.

Kegagalan untuk melakukannya akan mengakibatkan sanksi pajak zonasi


yang akan diterbitkan dalam surat ketetapan kurang bayar zonasi bersama
dengan denda pokok dan denda bulanan. Hasil di atas kertas akan sangat kuat
bagi daerah dan cara tercepat untuk mencapai tujuannya, tetapi implikasinya
terhadap keberlanjutan dalam jangka panjang atau menengah? Seperti yang
penulis sebutkan di atas, diperlukan pendalaman yang lebih mendalam, dimana
peran pemerintah daerah sangat penting, tetapi tidak penting apakah pemerintah
daerah atau pemerintah kota memiliki perbedaan dalam pelaksanaan kekuasaan
Undang-Undang tersebut. 28 Tahun 2009 dan belum ada petunjuk
pelaksanaannya dengan informasi studi kelayakan instansi terkait.

Penghapusan pajak daerah bagi usaha yang baru berkembang memberikan


peluang untuk bersaing yang lama kelamaan akan bertambah karena beban yang
ditimbulkan tidak tergerus oleh pajak berskala besar seperti perusahaan yang
sudah kuat dan berdiri sejak lama, ketika tingkat pendapatan tertentu tercapai,
tidak mungkin tidak ada yang bertahan selamanya.

Jika suatu daerah sangat ramah investasi mengingat regulasinya, secara


strategis instrumen pajak daerah ini bisa menjadi upaya kepala daerah untuk
berinovasi agar daerahnya menjadi terkemuka di mata pengusaha. Salah satu
alat untuk meningkatkan pajak daerah sebagai sumber pendapatan jangka
panjang adalah dengan menerapkan tarif pajak bertahap atau inkremental secara
proporsional dan jika perlu mengenakan denda juga secara proporsional dengan
sistem multi tarif.

Sayangnya, kalau boleh saya kritisi, masa jabatan kepala daerah dan
anggota DPRD yang relatif singkat tidak mendukung perumusan jenis Perda ini,
butuh komitmen yang sangat kuat untuk melakukannya. Demikian dan aspek
kebijakan ini jarang sekali terpikirkan karena akan kurang strategis untuk
mendukung seseorang dari pimpinan daerah karena masa jabatannya yang
relatif singkat dan dampak dari kegagalan dalam kebijakan. mencapai visi dan
misinya, namun pada dasarnya bagi sebuah instansi pemerintah atau kota, beban
pembuatan peraturan ini tidak hanya terletak pada eksekutif, dalam hal ini peran
Legislator dalam mengawasi eksistensi di masyarakat sangat penting, Legislator
duduk di DPRD bisa berkontribusi untuk mengubah peraturan daerah yang
dianggap tidak adil tentang pajak daerah untuk kafe pub dan restoran, apalagi
kafe.

Dari segi hukum, pembentukan peraturan perundang-undangan, dalam hal


ini peraturan daerah, dipandang sebagai sarana atau instrumen pelaksanaan
kebebasan individu tertentu dalam bidang politik. Fenomena sosial dapat terjadi
karena adanya peraturan tentang produk hukum yang dilihat dari sudut pandang
mereka yang memiliki kedudukan dan hak. untuk menentukan sanksi hukum
suatu peristiwa tertentu jika ada aturan-aturan utama yang dilanggar oleh
masyarakat untuk setiap orang, dalam hal ini dari segi politik aturan-aturan itu
dibuat untuk menghukum dan dibuat oleh penguasa serta memberikan
kewenangan untuk membuat regulasi yang bersifat regulasi, dalam hal ini untuk
mengatur dan melaksanakan kebijakan, sehingga dapat kita lihat kemungkinan
terjadinya ketidakadilan dalam penerapan regulasi tertentu yang cenderung
berpihak pada “kepentingan” kebebasan individu tertentu, dalam hal ini jika
ditanggapi secara serius oleh individu atau badan usaha kecil dan mikro, yang
perlu dilakukan adalah menetapkan kebijakan dalam tahapan regulasi daerah
untuk memperkuat ketentuan segmentasi untuk menerapkan tarif pajak restoran
yang adil terhadap kafe dan untuk memungkinkan mereka untuk dampak
ekonomi dan sosial yang positif.

Perlu dicatat bahwa proses dan persyaratan pajak mungkin berbeda dari
satu negara ke negara lain. Oleh karena itu, pemilik kedai kopi harus memeriksa
peraturan dan kebijakan daerahnya dan mengikuti langkah-langkah yang
ditentukan oleh otoritas pajak setempat.

4. Penutup
4.1. Kesimpulan
1. Dasar hukum untuk menolak pajak dari kafe dan restoran dianggap hukum
pajak yang berlebihan: Mereka dapat berkonsultasi dengan hukum pajak
yang berlaku untuk menilai apakah pajak yang dikenakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku atau tidak. Jika ada ketentuan yang tidak tepat atau
tidak wajar, pemilik warnet dapat mengajukan keberatan berdasarkan
undang-undang. Peraturan pemerintah atau daerah: Pemilik kedai kopi dapat
merujuk pada peraturan pemerintah atau daerah tentang pajak kafe dan
restoran. Mereka mungkin mencari argumen atau ketentuan yang
mendukung penolakan pembalasan yang dianggap tidak adil. Prinsip ekuitas
pajak: Prinsip keadilan pajak seperti keadilan vertikal, keadilan horizontal,
dan solvabilitas dapat menjadi dasar argumen mereka. Pemilik kafe
mungkin berpendapat bahwa pajak yang terlalu tinggi tidak sesuai dengan
prinsip keadilan pajak yang diterima secara umum.
2. Upaya yang dapat dilakukan pemilik kedai kopi untuk melawan pajak antara
lain meneliti peraturan dan ketentuan pajak yang berlaku untuk memahami
sepenuhnya kewajiban perpajakannya, menghubungi otoritas pajak setempat
untuk menjelaskan atau mengklarifikasi pajak yang berlaku dan mengajukan
keberatan. Ajukan keberatan formal kepada otoritas pajak dengan argumen
yang jelas dan kuat untuk mendukung keberatan pemilik kedai kopi. Penting
untuk selalu mengikuti aturan dan prosedur yang berlaku serta menjaga
komunikasi yang baik dengan otoritas pajak. Dalam beberapa kasus,
peninjauan pajak dapat mengakibatkan perubahan jumlah atau ketentuan
pajak yang dibebankan kepada pemilik kafe.

4.2. Saran
1. Pemilik kafe dapat melakukan analisis politik terhadap pajak yang berlaku
pada kafe dan restoran secara keseluruhan. Mereka dapat mengidentifikasi
dampak ekonomi dan sosial dari biaya tinggi, seperti berkurangnya potensi
pendapatan atau dampak negatif terhadap pertumbuhan industri. Argumen
berdasarkan analisis kebijakan ini dapat mendukung penolakan tarif pajak
yang tidak sesuai dan peraturan pajak yang tidak jelas atau tidak konsisten:
ketika ada ambiguitas atau ketidakkonsistenan peraturan tentang pajak yang
berlaku untuk kafe dan restoran, pemilik kedai kopi dapat menggunakan
argumen tersebut sebagai alasan perlawanan. Mereka dapat menunjukkan
bahwa ambiguitas atau ketidakkonsistenan mengarah pada penerapan
hukum dan memberikan dasar yang kuat untuk melawan atau menolak pajak
yang dianggap tidak pantas.
2. Mengajukan surat keberatan resmi: Pemilik warnet harus mengajukan surat
keberatan resmi kepada otoritas pajak terkait. Surat tersebut harus memuat
argumentasi yang jelas dan rinci atas keberatan pajak yang dinilai tidak adil.
Pemilik kafe juga harus melampirkan bukti dan data yang relevan. Dan
kumpulkan bukti dan data pendukung: Penting untuk mengumpulkan bukti
dan data yang mendukung keberatan pemilik kedai kopi. Ini mungkin
termasuk informasi tentang pendapatan, biaya operasional, tarif pajak yang
berlaku untuk bisnis serupa, atau dampak ekonomi dari pajak yang tidak
adil. Data yang kuat dapat memperkuat argumen lawan dan memengaruhi
keputusan otoritas pajak.

Daftar Rujukan

Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Peraturan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009.
PMK No. 18/PMK.010/2015 tentang Kriteria Jasa Boga atau Katering yang Termasuk Dalam Jenis Jasa
yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
Peraturan pemerintah Nomor. 10 Tahun 2021 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka
Mendukung Kemudahan Berusaha dan Layanan Daerah.
Yoyok Hndarso, Materi Dasar Sosiologi Hukum, Universitas Terbuka, Tanggerang Selatan, 2019.
Z.Heflin Frinces Menjadi Wirausaha Kajian Strategis Pengembangan Usaha, (Yogyakarta : Graha
Ilmu ,2011).
Azman. Kontribusi Pajak Pangan dan Pajak Terhadap Pendapatan Kotor Daerah Kota Banda Aceh Tesis.
Universitas Sumatra Utara.
Farouq Ishak Pajak Hotel, Pajak Reklame dan Pajak Restoran atas Pendapatan Daerah. Ouzar. Politeknik
Negeri Bandung.

You might also like