You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331312656

ANALISIS DISTORSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DALAM PELAKSANAAN


PENARIKAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA MANADO

Article · May 2015

CITATIONS READS

0 147

1 author:

Ayu Widowati Johannes


Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN)
4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

KEPEGAWAIAN View project

Parking Retribution View project

All content following this page was uploaded by Ayu Widowati Johannes on 24 February 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JJURNAL ILMU PEMERINTAHAN WIDYAPRAJA ISSN 02164019
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI VOL XLI No 1 Tahun 2015

ANALISIS DISTORSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DALAM PELAKSANAAN


PENARIKAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA MANADO

Ayu Widowati Johannes, S.STP

Abstract
Policy distortions in the implementation of parking fees in the city of Manado can provide
alternative solutions to the implementation of electronic parking. Electronic parking can avoid
parking policy distortions that occur in the area. Electronic Parking can be implemented by
applying the parking per hour, in which time is calculated parking fee per hour for each
vehicle that was in the area. Distortions in policy implementation can be avoided with the
monitoring and evaluation of policies that generate innovations to policies that are tailored to
the development of better technology. Innovation policies can reduce policy distortions when
accompanied by an understanding of the local government to provide better services for the
community.

Keyword : Policy distortion, Policy Implementation, Parking Retribution, e-Parking.

A. Pendahuluan
Sesuai pasal 1 Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia adalah negara kesatuan dan
kemudian dibangun pula berbagai daerah otonom melalui pasal 18 Undang-Undang Dasar
1945. Hal ini menyebabkan terdapatnya kebijakan dan implementasi sesuai dengan kondisi riil
masyarakat bersangkutan. Pembentukan daerah otonom melalui desentralisasi pada hakikatnya
adalah menciptakan efisiensi dan inovasi dalam pemerintahan. Dalam rangka desentralisasi
itulah maka daerah-daerah diberi otonomi, yaitu untuk mengatur dan mengurus
rumahtangganya sendiri.
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan otonomi tersebut, pemerintah daerah menghadapi
beberapa permasalahan serta tantangan global yang telah merembes sampai pada unit-unit
pemerintahan di daerah. Berlakunya produk hukum mengenai pemerintah daerah tersebut
membawa angin segar dalam pelaksanaan desentralisasi. Konsekuensinya pemerintah daerah
harus dapat mengatur dan mengurus rumahtangganya sendiri. Pelaksanaan tugas tersebut tidak
semudah membalikkan telapak tangan karena salah satunya perlu kemampuan ekonomi yaitu;
pertama adalah tentang bagaimana pemerintah daerah dapat menghasilkan finansial untuk
menjalankan organisasi termasuk memberdayakan masyarakat, kedua bagaimana pemerintah
daerah melihat fungsinya mengembangkan kemampuan ekonomi daerah1.
Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, saat ini diperlukan strategi yang
baik untuk menunjang pembangunan daerah. Diantaranya mengumpulkan segenap potensi dari
sumber -sumber penerimaan daerah. Berdasar Undang-Undang No 34 Tahun 2004 yang telah
direvisi dengan Undang-Undang 33 Tahun 2014 disebutkan bahwa sumber penerimaan daerah
sebagai berikut (1) Pendapatan Asli Daerah, (2) Pinjaman Daerah, (3) Lain-lain penerimaan
yang sah. Dengan demikian pemerintah daerah diharapkan mampu mengelola potensi yang
ada didaerah, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam penerimaan daerah, terutama
dalam hal ini lewat membuat kebijakan dalam peningkatan pendapatan asli daerah yang saat
ini masih lemahnya kebijakan yang ada pada penerapan di lapangan dalam kebijakan

1
JJURNAL ILMU PEMERINTAHAN WIDYAPRAJA ISSN 02164019
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI VOL XLI No 1 Tahun 2015

Pendapatan asli Daerah. Untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian di daerah


diperlukan penyediaan sumber–sumber pendapatan asli di daerah yang hasilnya memadai.
Pemerintah membuat kebijakan dengan ditetapkannya Undang-undang No 28 Tahun
2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang mengandung maksud bahwa pajak
daerah dan retribusi daerah juga merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan agar pemerintah daerah dapat mengurusi kepentingan daerahnya dengan otonomi daerah.
Dalam rangka peningkatan PAD, pajak dan retribusi daerah diharapkan menjadi salah satu
sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Pajak dan
retribusi daerah ditempatkan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan yang
merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan dalam pembangunan daerah yang nyata,
dinamis, dan bertanggungjawab dengan titik berat pada kota/kabupaten.
Retribusi parkir merupakan salah satu unsur dari retribusi daerah yang memberikan
kontribusi yang besar bagi pendapatan daerah. Retribusi parkir di Kota Manado dipungut oleh
Dinas Perhubungan Kota Manado melalui kantor Unit Pelaksana Teknis Perparkiran Kota
Manado. Potensi dari retribusi parkir sangat besar, dimana realisasi pendapatan dari retribusi
parkir untuk tahun 2012 sebesar Rp. 1.773.329.000.
Unit Pelaksana Teknis Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Manado adalah unit
pelaksana yang dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 19 Tahun 2008 Tentang
Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Manado.Berdasarkan ketentuan diatas
maka pemerintah kota Manado melalui Unit Pelaksana Teknis Perparkiran Dinas Perhubungan
Kota Manado menjabarkan Undang-UndangNomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah dalam suatu kebijakan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang
Retribusi Jasa Usaha. Dalam Perda tersebut secara umum memuat prinsip dalam penetapan
retribusi parkir yaitu penetapan tarif Retribusi Pelayanan Parkir di tepi Jalan Umum dan
Retribusi Tempat Khusus Parkir yang dikelola oleh pemerintah daerah yang ditetapkan dengan
memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek
keadilan, dan efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut. Biaya yang dimaksud meliputi
biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal.
Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa,
penetapan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya. Namun dalam penerapan
segala kebijakan tentang retribusi parkir masih memiliki banyak kendala. Dimana masih
banyak terdapat petugas pelaksana perparkiran yang kurang mengerti dalam
mengimplementasikan kebijakan perparkiran di kota manado, seperti adanya distorsi
implementasi kebijakan retribusi parkir berupa praktek penggelapan hasil retribusi parkir2,
begitu pula dari segi masyarakat sebagai pengguna parkir yang kurang sadar untuk membayar
sesuai retribusi yang dibiarkan oleh petugas parkir3 dan masalah lainnya. Fenomena-fenomena
tersebut tentunya berakibat pada masih rendahnya realisasi retribusi parkir di kota Manado.
Hal ini ditegaskan oleh Sonny Lela, salah satu Anggota DPRD Manado bahwa mengingat
banyak potensi parkir yang ada, maka harusnya target retribusi parkir per tahun itu, jangan
Rp1,5 miliar. Tapi perlu dimaksimalkan jadi Rp2,5 miliar4.
Dampak lainnya distorsi implementasi kebijakan retribusi parkir yaitu adanya keluhan
dari masyarakat tentang penerapan retribusi parkir di Kota Manado khususnya di wilayah
sekitaran Pasar 45 dan Taman Kesatuan Bangsa. distorsi tersebut keluhan adanya pungutan
liar (pungli) karena dua kali menagih retribusi kepada kendaraan yang parkir di seputaran

2
JJURNAL ILMU PEMERINTAHAN WIDYAPRAJA ISSN 02164019
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI VOL XLI No 1 Tahun 2015

lokasi Taman Kesatuan bangsa5. Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Wanda Turangan,
aktivis Kota Manado mengenai penarikan retribusi parkir pada kendaraan yang melewati jalan
di wilayah Taman Kesatuan Bangsa6. Pemberlakuan retribusi parkir terhadap semua kendaraan
yang melewati wilayah Taman kesatuan Bangsa dan wilayah sekitar pasar 45 Kota Manado,
baik yang hendak parkir maupun yang yang hanya melintas di wilayah tersebut. Distorsi
kebijakan tersebut tentunya sangat merugikan masyarakat sebagai pengguna jalan, karena hal
ini merupakan cela untuk melakukan distorsi kebijakan retribusi parkir kepada masyarakat
walaupun untuk menambah Pendapatan Asli Daerah di sisi lain penerapan retribusi parkir ini
dapat menimbulkan pungli untuk keuntungan pribadi.
Sementara itu dilihat dari kondisi yang ada saat ini, perparkiran di Manado masih
belum dikelola dengan maksimal. Terbukti, masih banyaknya pengelola parkir ‘liar’ yang
beroperasi di sejumlah tempat keramaian di Manado. Baik di seputaran Jl Sam Ratulangi, Jl
Sudirman, Jl Martha Dinata, kawasan Calaca, Jl Bethesda, Jl Boulevard, seputaran Tikala,
kawsan Wanea Plaza dan beberapa tempat lainnya. Kendati jika dikelola semua, akan
menambah PAD7.
Distorsi kebijakan pada pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang
Retribusi Jasa Usaha tersebut di satu sisi, merugikan masyarakat sebagai pengguna jalan,
walaupun tujuannya untuk mendongrak penerimaan retribusi parkir untuk meningkatkan
pendapatan asli daerah di Kota Manado, sementara di sisi lain juga berpotensi merugikan
pemerintah daerah dengan adanya dugaan praktek penggelapan retribusi seperti tidak
memberikan karcis kepada mayarakat yang melintasi daerah Taman Kesatuan Bangsa dan
berbagai praktek parkir liar yang ada di Kota Manado.
Pelaksanaan kebijakan Pemerintah Kota Manado dalam Peraturan Daerah Nomor 3
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha yang tidak tepat dapat menimbulkan penyimpangan
dalam implementasi kebijakan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Dr. H. Tachjan8
bahwa penyimpangan dalam implementasi kebijakan dapat terjadi manakala ada konflik
kepentingan (conflict of interest) di antara para aktor pelaksana kebijakan. Hasrat kekuasaan
juga dapat menjadi penyebab gagalnya implementasi kebijakan. Alih-alih memaksimalkan
pemanfaatan sumberdaya yang tersedia, kekuasaan malah dapat digunakan untuk
memanipulasi pelaksanaan kebijakan untuk keuntungan segelintir orang atau kelompok.
Penyimpangan-penyimpangan dalam implementasi retribusi parkir dan berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat pengguna jalan sebagaimana dipaparkan di atas,
menunjukan telah terjadi distorsi terhadap pelaksanaan kebijakan Pemerintah Kota Manado
dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Parkir di Tepi Jalan
Umum dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha. Distorsi
dalam implementasi kebijakan terjadi bila kebijakan tidak dilaksanakan sesuai dengan tujuan
struktur kelembagaan dan keterampilan dari para pelaksananya. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Weimer dan Vining9 yang menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dianggap terbaik
untuk keberhasilan pelaksanaan program apapun: (1) logika kebijakan, (2) faktor lingkungan
dimana kebijakan yang diterapkan, dan (3) keterampilan para pelaksana. Begitu pula dengan
Cheema dan Rondinelli ide (1983) yang menjelaskan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi kebijakan yaitu; (1) kondisi lingkungan, (2) hubungan antar-organisasi, (3)
sumber daya organisasi, dan (4) keterampilan para pelaksana.

3
JJURNAL ILMU PEMERINTAHAN WIDYAPRAJA ISSN 02164019
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI VOL XLI No 1 Tahun 2015

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
a) Masyarakat sebagai pengguna parkir yang kurang sadar untuk membayar sesuai
retribusi parkir.
b) Adanya oknum petugas parkir yang tidak memberikan karcis retribusi parkir kepada
pengguna parkir.
c) Adanya oknum petugas parkir yang meminta biaya parkir di kawasan Taman Kesatuan
Bangsa dan Pasar 45 walapun masyarakat pengguna parkir telah membayar retribusi
parkir sewaktu masuk area tersebut.
d) Masih terdapatnya potensi-potensi parkir yang belum dikelola oleh pemerintah Kota
Manado.
e) Petugas pelaksana perparkiran yang kurang mengerti dalam mengimplementasikan
kebijakan perparkiran di kota manado.
f) Adanya kebijakan pemerintah Kota Manado yang menerapkan retribusi parkir kepada
seluruh kendaraan yang melintasi wilayah Pasar 45 dan Taman Kesatuan Bangsa
walaupun tidak memarkirkan kendaraannya.
g) Adanya pemyimpangan dalam implementasi kebijakan peraturan daerah untuk tujuan
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di bidang retribusi parkir.
2. Pembatasan Masalah.
Dalam penelitian ini secara khusus akan berkonsentrasi terhadap pembahasan distorsi
kebijakan dalam pelaksanaan penarikan retribusi parkir di Kota Manado agar dapat diperoleh
kajian yang lebih mendalam. Permasalahan-permasalahan yang terkait dengan distorsi
implementasi kebijakan yang dalam hal ini pelaksanaan penarikan retribusi parkir di Kota
Manado yang dipakai sebagai data masukan dalam analisis penulisan tesis ini.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan
permasalahan dalam distorsi implementasi kebijakan dalam pelaksanaan penarikan retribusi
parkir, yang meliputi :
a. Bagaimanakah distorsi implementasi kebijakan dalam pelaksanaan penarikan retribusi
parkir di Kota Manado?
b. Upaya Alternatif apa saja yang dilakukan Pemerintah Kota Manado dalam mengatasi
distorsi implementasi kebijakan dalam pelaksanaan penarikan retribusi parkir di Kota
Manado?

B. Kerangka Pemikiran
Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia dengan
keluarnya UU nomor 22 Tahun 2009 dan terus bergulir hingga UU nomor 34 2014
menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan yang dapat
membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Setiap daerah tersebut mempunyai hak
dan kewajiban mengaturdan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk
menyelenggarakan pemerintahan tersebut, daerah berhak mengenakan pungutan terhadap
masyarakat. Pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah wajib memenuhi

4
JJURNAL ILMU PEMERINTAHAN WIDYAPRAJA ISSN 02164019
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI VOL XLI No 1 Tahun 2015

kebutuhan daerahnya sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dengan mengutamakan


Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka pencapaian pelayanan dan pelaksanaan pembangunan secara efektif dan
efesien, maka setiap daerah harus secara kreatif mampu menciptakan dan mendorong semakin
meningkatnya sumber-sumber pendapatan asli daerah. Undang– Undang Pemerintah Daerah
dan juga Undang – Undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, menetapkan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang bersumber dari daerah itu sendiri. Salah satu sumber-sumber Pendapatan
Asli Daerah yang potensial adalah dari sector jasa perparkiran. Dengan demikian pemerintah
daerah diharapkan mampu mengelola potensi yang ada di daerah, sehingga dapat dijadikan
sebagai acuan dalam pemasukan/penerimaan daerah, terutama dalam hal ini lewat membuat
kebijakan dalam peningkatan pendapatan asli daerah yang saat ini masih lemahnya kebijakan
yang ada pada penerapan di lapangan dalam kebijakan Pendapatan asli Daerah. Untuk
meningkatkan pertumbuhan perekonomian di daerah diperlukan penyediaan sumber–sumber
pendapatan asli di daerah yang hasilnya memadai.
Unit Pelaksna Teknis Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Manado adalah unit
pelaksana yang dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 19 Tahun 2008 Tentang
Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Manado. Berdasarkan ketentuan di atas
maka pemerintah kota Manado melalui Unit Pelaksana Teknis Perparkiran Dinas
Perhubungan Kota Manado menjabarkan Undang-UndangNomor 28 Tahun 2009 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah dalam suatu kebijakan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
2011 yang memuat aturan tentang Pengelolaan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2011 yang memuat aturan tentang Pengelolaan Parkir ditempat
khusus yang disediakan oleh pemerintah daerah. Dalam Perda tersebut secara umum memuat
prinsip dalam penetapan retribusi parkir yaitu penetapan tarif Retribusi Pelayanan Parkir di
tepi Jalan Umum dan tarif di tempat khusus yang disediakan oleh pemerintah daerah yang
ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, aspek keadilan, dan efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut.
Biaya yang dimaksud meliputi biaya operasi dan pemeliharaan , biaya bunga dan biaya
modal. Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa,
penetapan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya. Namun dalam penerapan
segala kebijakan tentang retribusi parkir masih memiliki banyak kendala. Dimana masih
banyak terdapat juru parkir yang kurang mengetahui akan isi kebijakan retribusi parkir,
kurangnya kesadaran para pengguna parkir untuk membayar retribusi dan masalah
lainnya.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Implementasi Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 dan perda nomor 4 tahun 2011 tentang
pengelolaan retribusi parkir di Kota Manado.
Secara sederahana implemenentasi dapat diartikan pelaksanaan atau penerapan.
Grindle10 menyatakan, implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang
dapat diteliti pada tingkat program tertentu. Lebih lanjut Grindle11 menambahkan bahwa
proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program
kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran.
Hinggis12 mendefinisikan implementasi sebagai rangkuman dari beberapa kegiatan yang di
dalamnya sumber daya manusia menggunakan sumber daya lain untuk mencapai sasaran
strategi.

5
JJURNAL ILMU PEMERINTAHAN WIDYAPRAJA ISSN 02164019
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI VOL XLI No 1 Tahun 2015

Dalam pelaksaaan implementasi sering mengalami distorsi demi tujuan tertentu dari
pribadi atau badan pelaksaan kebijakan. Peraturan daerah merupakan kebijakan yang banyak
memiliki problematis. Dalam beberapa kasus, hampir selalu tidak mungkin diimplementasikan
sebagaimana secara persis apa yang dapat diterima di bawah peraturan yang berlaku.
Peraturan-peraturan sangat sering mengakibatkan terjadinya distorsi pada aktivitasaktivitas
sukarela atau swasta dan dapat mengakibatkan ketidakefisienan ekonomi13.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana gambar kerangka pemikiran di bawah
ini:

C. Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam kurun waktu
tertentu dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Untuk
menerapkan metode ilmiah dalam praktek penelitian, maka diperlukan suatu desain yang
sesuai dengan situasi dan kondisi lokasi dimana penelitian dilakukan. Desain penelitian
yang digunakan penulis adalah metode Deskriptif dengan pendekatan Induktif. Metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang
tampak.
M. Nazir14 mengatakan bahwa, analisis data merupakan kegiatan-kegiatan untuk
mengelompokan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta mengikat data sehingga mudah
dibaca. Dalam menganalisis data, akan berlaku proses mengorganisasikan, mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dirumuskan kerangka kerja seperti yang disarankan oleh data.
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan dipahami sehingga mencapai suatu kesimpulan yang tepat dan tersusun
secara sistematis. Dalam menganalisis data peneliti akan menggunakan Model Interaktif15.

D. Pembahasan
Distorsi kebijakan pada pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang
Retribusi Jasa Usaha tersebut di satu sisi, merugikan masyarakat sebagai pengguna jalan,

6
JJURNAL ILMU PEMERINTAHAN WIDYAPRAJA ISSN 02164019
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI VOL XLI No 1 Tahun 2015

walaupun tujuannya untuk mendongrak penerimaan retribusi parkir untuk meningkatkan


pendapatan asli daerah di Kota Manado, sementara di sisi lain juga berpotensi merugikan
pemerintah daerah dengan adanya dugaan praktek penggelapan retribusi seperti tidak
memberikan karcis kepada mayarakat yang melintasi daerah Taman Kesatuan Bangsa dan
berbagai praktek parkir liar yang ada di Kota Manado.
Di Kota Manado terdapat beberapa aturan yang mengatur tentang Perparkiran yaitu
Peraturan Daerah Kota Manado Nomor 3 tahun 2011 tentang Retribusi jasa Umum dan
Peraturan Daerah Kota Manado Nomor 4 tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha serta
Peraturan Daerah Kota Manado Nomor 4 tahun 2011 Pajak Daerah. Untuk lebih jelasnya,
dapat dijelaskan penggolongan pengenaan pajak dan retribusi daerah di Kota Manado,
berdasarkan perda nomor 2,3 dan 4 tahun 2011 di atas sebagaimana tabel berikut:

7
JJURNAL ILMU PEMERINTAHAN WIDYAPRAJA ISSN 02164019
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI VOL XLI No 1 Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa pelaksanaan retribusi parkir di Kota
Manado berdasarkan atas Perda Nomor 3 tahun 2011 dan Perda Nomor 4 Tahun 2011.
Pelaksanaan kebijakan Pemerintah Kota Manado dalam Peraturan Daerah Nomor 3
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha yang tidak tepat dapat menimbulkan penyimpangan
dalam implementasi kebijakan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Dr. H.
Tachjan16 bahwa penyimpangan dalam implementasi kebijakan dapat terjadi manakala ada
konflik kepentingan (conflict of interest) di antara para aktor pelaksana kebijakan. Hasrat
kekuasaan juga dapat menjadi penyebab gagalnya implementasi kebijakan. Alih-alih
memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia, kekuasaan malah dapat digunakan
untuk memanipulasi pelaksanaan kebijakan untuk keuntungan segelintir orang atau kelompok.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Weimer dan Vining17 yang menyatakan bahwa
ada tiga faktor yang dianggap terbaik untuk keberhasilan pelaksanaan program apapun: (1)
logika kebijakan, (2) faktor lingkungan dimana kebijakan yang diterapkan, dan (3)
keterampilan para pelaksana. Begitu pula dengan Cheema dan Rondinelli ide yang
menjelaskan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi kebijakan yaitu; (1) kondisi
lingkungan, (2) hubungan antar-organisasi, (3) sumber daya organisasi, dan (4) keterampilan
para pelaksana.
Kemudian Horn18 telah memaparkan bahwa disposisi pelaksana akan mempengaruhi
implementasi kebijakan. Disposisi pelaksana merupakan respons pelaksana kebijakan dalam
hal ini petugas UPT dinas Perhubungan terhadap kebijakan perparkiran sehingga akan
mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, pemahaman terhadap kebijakan,
dan nilai moral dalam diri Petugas Parkir.
Berdasarkan hal tersebut, terlihat kemauan petugas parkir dalam melaksanakan
kebijakan maka cukup tampak jelas bahwa juru parkir memiliki kemauan untuk
melaksanakannya karena tugas ini tentu menguntungkan yaitu pendapatan dari gaji pokok,
honorarium, pendapatan dari menarik biaya parkir ganda, dan pendapatan dari tidak
memberikan karcis parkir. Hal lainnya yaitu pemahaman terhadap kebijakan perparkiran maka
terdapat juru parkir yang paham akan kebijakan ini (pendidikan menengah) dan ada pula juru
parkir yang tidak begitu memahami kebijakan ini (pendidikan rendah). Kemudian nilai moral
para petugas parkir yang terlihat rendah karena secara jelas mereka memahami tarif parkir
yang sah sesuai dengan peraturan daerah namun dengan menerapkan tarif ganda secara
sepihak dan tidak memberikan karcis pada saat memungut retribusi parkir menandakan bahwa
pemahaman terhadap kebijakan tidak dilakukan secara baik.
Untuk kendaraan yang datang dari arah Jalan Piere Tendean yang hendak menuju Jalan
Jend. Sudirman terpaksa memutar melintasi wilayah Taman Kesatuan Bangsa kemudian ke
Jalan Dotulolong Lasut kemudian berbelok ke arah Jalan Jend Sudirman. Hal ini dikarenakan
kendaraan dari arah Jalan Peire Tendean tidak diperbolehkan langsung ke arah Jalan Jend
Sudirman setelah bundaran Zero Point. Tapi diharuskan memutari dan melintasi wilayah
Taman Kesatuan Bangsa, untuk lebih jelasnya terlihat pada Gambar Di bawah ini:

8
JJURNAL ILMU PEMERINTAHAN WIDYAPRAJA ISSN 02164019
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI VOL XLI No 1 Tahun 2015

Gambar 1
Peta Jalur Kendaraan di wilayah Taman Kesatuan Bangsa

Zero Point

Ket: Arah Jalur Kendaraan


Kendaraan dari tidak boleh meleweati jalur tersebut.
E. Solusi
Distorsi kebijakan dalam pelaksanaan penarikan retribusi parkir di Kota Manado
khususnya di wilayah Taman Kesatuan Bangsa dan Pasar 45 dapat di berikan alternative solusi
dengan penerapan Parkir Elekronik di wilayah tersebut. Parkir elektronik dapat diterapkan
dengan menempatkan di wilayah pintu-pintu masuk area Pasar 45 dan Taman Kesatuan
Bangsa. Parkir elektronik dapat menghindarkan berbagai distorsi kebijakan perparkiran yang
terjadi di area tersebut. Parkir Elektronik dapat dilaksanakan dengan menerapkan parkir per
jam, dimana biaya parkir dihitung waktu per jam terhadap setiap kendaraan yang berada di
area tersebut. Setiap kendaraan yang memasuki dan melintasi wilayah tersebut tetap wajib
mengambil karcis parkir namun diberikan waktu bebar biaya parkir selama 10-15 menit untuk
kendaraan melintasi area Taman Kesatuan Bangsa dan Pasar 45.
Alternative ini tentunya dapat memberikan dampak positif dibanding kebijakan parkir
yang selama ini di terapkan oleh Dinas Perhubungan Kota Manado. Dampak positif kebijakan
ini adalah pertama,Penerapan altrnatif solusi ini dapat meningkatkan pendapatan Retribusi
Parkir Kota Manado karena Kendaraan yang parkir dikenakan biaya parkir per 1 jam. Semakin
lama kendaraan parkir di wilayah tersebut, akan semakinbesar biaya retribusi parkir yang
harus dibayarkan. Kedua, karena hitungan per 1 jam, masyarakat yang parkir di wilayah
tersebut tentunya memarkir kendaraan sesuai dengan kebutuhan di tempat tersebut, sehingga
jumlah kendaraan tidak dalam wilayah tersebut tidak banyak dan mengurangi kemacetan di
wilayah tersebut. Ketiga, alternative kebijakan ini dapat menghilangkan penerapan parkir
ganda nila disertai dengan pengawasan yang ketat di wilayah tersebut. keempat, alternative ini
juga dapat menghilangkan prilaku buruk petugas parkir yang mengambil biaya retribusi tanpa
menyerahkan karcis kepada kendaraan yang melintasi wilayah tersebut.
F. Penutup
Distrosi dalam implementasi kebijakan dapat dihindari dengan adanya pengawasan dan
evaluasi kebijakan yang menghasilkan inovasi terhadap kebijakan yang disesuaikan dengan
perkembangan teknologi yang lebih baik. Inovasi kebijakan dapat menekan distrosi kebijakan
bila disertai oleh pemahaman pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan yang lebih baik
bagi masyarakat.

9
JJURNAL ILMU PEMERINTAHAN WIDYAPRAJA ISSN 02164019
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI VOL XLI No 1 Tahun 2015

Sehubungan dengan hal tersebut direkomendasikan kepada Pemerintah Kota Manado


untuk mengembangkan inovasi kebijakan yang lebih berpihak kepada masyarakat dan sisi lain
dapat meningkatkan pendapatan asli daerah melalui retribusi parkir.

Daftar Pustaka
1 Nugroho, Riant D., Otonomi ; Desentralisasi Tanpa Revolusi, Kajian dan Kritik atas
Kebijakan Desentralisasi di Indonesia, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000 hal
109.
2 inimanado.com, Roy Maramis Bilang Ada Praktek Penggelapan PAD di Manado, berita
tanggal October 9, 2014, http://inimanado.com/2014/10/roy-maramis-bilang-ada-
praktek-penggelapan-pad-di-manado/, didown-load tanggal 28 Oktober 2014 pukul
10.00 wib
3 harianmetro.co.id, Pansus DPRD: Retribusi Parkir Tanpa Karcis Itu Pungli!, berita 17
September 2013, http://harianmetro.co.id/index.php/ron-manado/9795-pansus-dprd-
retribusi-parkir-tanpa-karcis-itu-pungli, didownload tanggal 28 Oktober 2014 pukul
10.10 wib
4 mdopost.com, 48 M Potensi Parkir di Manado ‘Hilang’, berita tanggal 28 September
2013,
http://www.mdopost.com/hariini/index.php?option=com_content&view=article&id=301
0:48-m-potensi-parkir-di-manado-hilang&catid=1:berita-utama&Itemid=50, didownload
tanggal 28 Oktober 2014 pukul 10.00 wib
5 sindomanado.com, Retribusi Masuk TKB Dikeluhkan, berita tanggal 29 Agustus 2014,
http://www.sindomanado.com/read/2014/08/29/552/retribusi-masuk-tkb-
dikeluhkan.html, didownload tanggal 28 Oktober 2014 pukul 10.30 wib.
6 Idem inimanado.com.
7 Idem mdopost.com.
8 H. Tachjan, Implementasi Kebijakan Publik, AIPI, Bandung, 2006, hal 212
9 Subarsono, A.G, Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Pustaka Pelajar 2008, hal 103.
10 Grindle, M.S. 1980. Politics and Policy Implementation in The Third World. New Jersey:
Princeton University Press.
11 Idem Grindle, 1980 hal 7
12 Pasolong, Harbani, Teori Administrasi Publik. Bandung, Alfabeta, 2007 hal 57.
13 Tachjan 2007 hal 183.
14 Nazir, Mohammad, 2009, Metode Penelitian, Cetakan IV , Jakarta: Gahalia Indonesia
15 Miles, Matthew B. & A.M.Huberman, Analisis Data Kualitatif, Universitas Indonesia
Press, Jakarta, 1992 hal 20
16 Idem H. Tachjan, 2006, hal 212
17 Idem Subarsono, hal 103
18 Idem Subarsono, hal 99

10
View publication stats

JJURNAL ILMU PEMERINTAHAN WIDYAPRAJA ISSN 02164019


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI VOL XLI No 1 Tahun 2015

11

You might also like