You are on page 1of 13

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI

LIMA ZONA MERAH PADA KAWASAN ALUN-ALUN DAN MASJID RAYA


KOTA BANDUNG
Oleh:
Cania Grenada, Amni Zarkasyi Rahman
Departemen Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos. 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

Implementation of Policy Planning and Development Street Vendor in the Red Zone area Central
Square of The City and the grand mosque Bandung city is regulated through the Local Government Act of
Bandung City (Perda) and Regulations Mayor Area (Perwal) Number 571 Year 2014 as an amendment
Regulations Mayor Area number 888 Year 2012 on implementation guidelines Organize and
Development Street Vendors in Bandung, especially in the Red Zone area Central Square of The City and
the grand mosque Bandung city is not in accordance with the prescribed rules. The purpose of this
research is to know how the activity implementation of policy by executing the instructions, which the
measurement of success seen on three things: planning activities, training, and monitoring, control and
enforcement. The next purpose was to describe the supporting factors and inhibiting factor the
implementation of the policy. The method used in this research is qualitative - descriptive type, with key
informants from agencies involved in the Special Task Force team coaching arrangement and street
vendors, street vendors, and society. Data was collected through interviews, observation, and
documentation. The results showed that the implementation is already well underway in accordance with
the implementation guidelines activities although the outcome has not been maximized. While inhibiting
factor in the implementation of this policy were standard and policy objectives, both human and
budgetary resources, and economic conditions. Advice that can be given are a feasibility study placement
locations Street Vendor and they economic ability, the attention of every department in the budget, make
SOP and MOU clearly, and increase the number of officers and support facilities in supervisory activities.

Keywords: Implementation, Organize Street Vendor in Red Zone, Development

PENDAHULUAN pada waktu tertentu seperti pada hari lebaran


A. Latar Belakang atau hari-hari besar lainnya.
Kawasan perkotaan merupakan pusat Urbanisasi adalah perpindahan
konsentrasi permukiman penduduk dengan penduduk dari desa ke kota. Fenomena
segala kegiatannya seperti kegiatan ekonomi urbanisasi ini menimbulkan permasalahan di
sosial yang juga memiliki peran yang penting perkotaan, yaitu banyaknya penduduk pendatang
dalam kehidupan masyarakat. Berkembangnya dari berbagai daerah. Salah satu dampak dari
penduduk disuatu kota pada negara berkembang adanya urbanisasi yaitu jumlah tenaga kerja di
mencirikan pertambahan alami dari penduduk suatu daerah akan meningkat. Hal ini
kota tersebut, pertambahan arus dari desa ke menyebabkan banyak kelompok masyarakat
kota yang cukup banyak, hal ini terjadi di tersebut mengalami kesulitan mendapatkan
Indonesia. Demografi di Indonesia sangat pekerjaan yang diidamkan yang kemudian
dipengaruhi oleh adanya imigrasi, salah satunya bekerja atau berusaha pada sektor informal salah
yaitu adanya urbanisasi yang terjadi biasanya satunya yaitu pedagang kaki lima terutama di
kota-kota besar di Indonesia. Menurut Cipto
Wibowo (dalam Edi Suharto, 2005: 196) melakukan suatu usaha agar berdaya guna dan
menyebutkan PKL muncul karena berbagai dapat meningkatkan kesejahteraannya serta
sebab. Salah satu sebab yang penting adalah untuk melindungi hak-hak pihak lain dan atau
ketidakmampuan sektor formal menampung kepentingan umum di Kota Bandung, maka
angkatan kerja yang cenderung meningkat Walikota Bandung menetapkan Peraturan
secara tajam yang sebagian disebabkan oleh Walikota (Perwal) No. 571 Tahun 2014 tentang
terjadinya surplus tenaga kerja disektor Perubahan atas Perwal Bandung No. 888 Tahun
pertanian dan semakin banyak tenaga kerja di 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
kota yang masuk ke pasar kerja karena Daerah Kota Bandung No. 4 Tahun 2011
peningkatan pendidikan. Keterbatasan tentang Penataan dan Pembinaan PKL dan
pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh sebagai acuan pengaturan kebijakan, hal ini
para pendatang menyebabkan mereka lebih memiliki arti penting bahwa penertiban berubah
memilih pada jenis kegiatan usaha yang tidak menjadi penataan PKL dengan memanfaatkan
terlalu menuntut pendidikan dan keterampilan lembaga izin agar PKL yang selama ini
yang tinggi. Pilihan mereka jatuh pada sektor dianggap illegal menjadi legal.
informal yaitu pedagang kaki lima (PKL). Dalam Perwal terdapat pengaturan
Melihat fenomena keberadaan PKL mengenai Penataan lokasi PKL pada Bab III
yang menjamur di daerah Kota Bandung mengenai Pembagian zona terdapat pada pasal 7,
ternyata keberadaanya dapat dijadikan sebagai kemudian Bagian kesatu zona merah, bagian
salah satu potensi pembangunan dan kedua zona kuning, bagian ketiga zona hijau..
pengembangan daerah yang harus diimbangi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota
dengan keteraturan dan ketertiban, agar Semarang mempunyai tugas membantu
keberadaan PKL ini tidak menjadi masalah bagi Walikota dalam melaksanakan otonomi daerah
suatu daerah seperti halnya menggangguan di bidang penanggulangan bencana. Zona merah
keamanan dan keindahan kota. Aktivitas PKL di sini adalah lokasi yang tidak boleh terdapat
pada umumnya menempati badan-badan jalan PKL, yaitu meliputi lokasi sekitar tempat ibadat,
dan trotoar, sehingga tidak menyisakan cukup rumah sakit, komplek militer, jalan nasional,
ruang bagi pejalan kaki. Kondisi ini menjadi jalan provinsi dan tempat-tempat lain yang telah
perhatian publik karena menciptakan masalah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
kemacetan dan pergerakan orang di pedestrian, kecuali ditentukan lain berdasarkan Perwal
dan menciptakan lingkungan kotor dan kurang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima
sehat. PKL yang menempati ruang dan jalan zona merah pada kawasan Alun-alun Kota
publik juga dapat menciptakan masalah sosial Bandung dan Masjid Raya Kota Bandung.
seperti hadirnya pencopet, pencuri, dan Selain itu, sebagai bentuk pencegahan
sebagainya. Situasi ini menciptakan masalah kembalinya PKL berjualan liar dan menganggu
dalam pengelolaan pembangunan dan merusak kelancaran penggunaan jalan, maka
fungsi serta estetika Kota Bandung. diberlakukan ketentuan sanksi bagi para PKL di
Berdasarkan data dari IRBI (Indeks daerah zona merah. Bagi PKL yang melanggar
Risiko Bencana Indonesia) pada tahun 2013 aturan menjual di daerah zona merah padahal
Kota Semarang menduduki peringkat ke 96 dari memiliki tanda pengenal khusus PKL yang
496 Kota/Kabupaten di Indonesia. Pada tingkat diperbolehkan berjualan di zona hijau, maka
Provinsi di Jawa Tengah Kota Semarang akan diberi peringatan paling banyak tiga kali
memiliki indeks risiko bencana yang tinggi berturut-turut dalam waktu sembilan bulan. Jika
dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya masih dilanggar, maka akan dikenai
yang ada di provinsi Jawa Tengah. Kota sanksiberupa pencabutan tanda pengenal khusus
Semarang berada pada peringkat 9 dari 35 PKL. Apabila kondisi ini tidak diindahkan,
Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. maka Kepala SKPD yang membidangi
Dengan adanya fenomena PKL dan segala ketentraman dan ketertiban umum melakukan
dampaknya yang melanda Kota Bandung, dalam penutupan, pembongkaran terhadap tempat
rangka melindungi, memberdayakan, berjualan PKL dan dapat dikenakan sanksi
mengendalikan dan membina PKL dalam sesuai peraturan perundang-perundangan.
Sedangkan untuk PKL yang tidak memiliki dikategorikan zona merah yang tercantum dalam
tanda pengenal khusus PKL tidak diperbolehkan Perwal nomor 571 tahun 2014 sebagai
sama sekali berjualan di Kota Bandung. Namun penyempurnaan Perwal nomor 888 tahun 2012
peraturan yang telah dibuat pemerintah terkait tentang Petunjuk Pelaksanaan Penataan dan
penataan PKL nampaknya belum dapat Pembinaan PKL, maka keberadaan pedagang
terealisasi secara sempurna, karena hingga saat kaki lima di kawasan tersebut harus ditangani
ini masih terlihat PKL yang melakukan dan ditertibkan agar di kawasan Alun-alun Kota
aktivitasnya di zona merah, yaitu lokasi Bandung dan sekitarnya dapat tercipta suatu
terlarang yang telah ditetapkan dalam Perwal kondisi yang tertib, kondusif, dan tertata dengan
kota Bandung No. 571 tahun 2014. Dalam baik, khususnya untuk mewujudkan kawasan
Perwal tersebut juga telah ditetapkan tujuh titik alun-alun dan sekitarnya menjadi bersih dan
yang disebut dengan zona merah yaitu daerah indah serta untuk mewujudkan Kota Bandung
terlarang untuk malakukan aktivitas jual beli sebagai kota jasa yang genah merenah
seperti yang dilakukan PKL. Tujuh titik ini tumaninah.
antara lain daerah sekitar alun-alun dan Masjid
Raya Bandung, Jalan Dalem Kaum, Jalan B. Rumusan Masalah
Kepatihan, Jalan Asia-Afrika, Jalan Dewi 1. Bagaimana deskripsi Implementasi
Sartika, Jalan Otto Iskandardinata dan Jalan Kebijakan Penataan dan Pembinaan
Merdeka. Berdasarkan data Dinas KUKM dan Pedagang Kaki Lima Zona Merah pada
Perindag, jumlah PKL di Kota Bandung Kawasan Alun-alun dan Masjid Raya Kota
mencapai 20.326 PKL yang tersebar di 30 Bandung?
kecamatan. 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi
Kawasan Alun-alun kota Bandung dan Implementasi Kebijakan Penataan dan
Masjid Raya sebelum ditegaskannya kebijakan Pembinaan Pedagang Kaki Lima Zona
penataan dan pembinaan PKL, keadaan kawasan Merah pada Kawasan Alun-alun dan Masjid
tersebut sering mengalami kemacetan dan Raya Kota Bandung?
terlihat kumuh karena penuhnya PKL yang C. Tujuan
berjualan serta mendirikan tenda sendiri. 1. Untuk mengetahui deskripsi implementasi
Setelah dilakukan penegasan kebijakan Kebijakan Penataan dan Pembinaan
penataan PKL tidak pindah ke tempat relokasi Pedagang Kaki Lima zona merah pada
yang telah dibangun untuk merelokasi PKL kawasan Alun-alun Kota Bandung dan
kawasan alun-alun dan Masjid Raya ini, tetapi Masjid Raya Kota Bandung.
para PKL ternyata kembali ke tempat biasanya 2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor
mereka berjualan dengan alat berdagang yang pendukung dan penghambat dalam
berbeda dan mudah digotong jika saat ada implementasi Kebijakan Penataan dan
pengawasan rutin dari pihat satgasus. Pembinaan Pedagang Kaki Lima zona
Kawasan atau lokasi yang digunakan merah pada kawasan Alun-alun Kota
oleh para PKL merupakan pusat kota Bandung Bandung dan Masjid Raya Kota Bandung
yang berperan sebagai simbol kota Bandung
pada umumnya dan menjadi percontohan bagi D. Kerangka Pemikiran Teoritis
relokasi PKL di sekitar daerah Bandung lainnya Menurut Ali Mufiz (Sukidin, 2009: 8)
tetapi masih menjadi permasalahan dalam administrasi publik adalah ilmu yang
penataan PKL yang sudah dari puluhan tahun mempelajari kegiatan kerjasama dalam bidang-
menempati kawasan tersebut. bidang yang bersifat publik. Oleh karena itu,
Mengingat keberadaan lokasi kawasan administrasi publik merupakan cabang dari ilmu
Alun-alun kota Bandung dan Masjid Raya administrasi. Definisi administrasi publik
Bandung sebagai pusat kota Bandung, sebagai menurut Dwight Waldo adalah manajemen dan
ruang publik yang sering digunakan masyarakat organisasi dari manusi-manusia dan
dan sebagai objek wisata religi serta peralatannya guna mencapai tujuan
bersebelahan dengan Pendopo atau rumah dinas pemerintahan (Sukidin, 2009: 13). Kebijakan
dari Walikota Bandung, yang sebagaimana pada dasarnya diartikan sebagai suatu program
pencapaian tujuan, nilai-nilai dan tindakan- minat untuk mengkaji kebijakan public membagi
tindakan yang terarah. Kebijakan mempunyai proses-proses penyusunan kebijakan publik
definisi yang kompleks dan beragam yang tidak kedalam beberapa tahap.
hanya menitikberatkan pada satu disiplin ilmu Implementasi kebijakan merupakan
saja, namun harus didasarkan pada berbagai tahap yang dianggap penting dalam proses
disiplin ilmu lainnya seperti ilmu politik, ilmu kebijakan publik. Suatu program kebijakan
ekonomi, ilmu sosiologi, ilmu antropologi dan harus diimplementasikan agar dapat mengetahui
lain-lain. dampak atau tujuan yang diinginkan. Studi
Kebijakan publik di Indonesia terbentuk implementasi merupakan suatu kajian mengenai
dalam suatu Undang-Undang, Peraturan studi kebijakan yang mengarah pada proses
Pemerintah, Peraturan Pemerintah Pengganti pelaksanaan dari suatu kebijakan.
Undang-Undang, Keputusan Presiden, Implementasi merupakan suatu proses
Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Daerah pelaksanaan terhadap program-program tertentu
dan lain sebagainya. Riant Nugroho mengatakan yang telah dirumuskan serta ditetapkan dalam
bahwa kebijakan publik yang terbaik adalah suatu aturan untuk mencapai suatu hasil
kebijakan yang mendorong setiap warga (outcome) yang telah ditetapkan dalam aturan
masyarakat untuk membangun daya saingnya tersebut (Agustino, 2008:138). Proses tersebut
masing-masing, dan bukan semakin berjalan secara dinamis mengikuti
menjerumuskan ke dalam pola ketergantungan perkembangan kondisi dan situasi yang terjadi.
(Nugroho, 2003:50), dengan demikian keputusan yang dilakukan oleh aktor kebijakan
masyarakat merupakan tolak ukur keberhasilan dirumuskan dalam suatu undang-undang atau
suatu kebijakan publik. Efektif atau tidaknya keputusan-keputusan yang dibuat oleh yang
suatu kebijakan publik tergantung kepada tepat berwenang seperti oleh badan eksekutif,
tidaknya tujuan dan sasaran kebijakan publik peradilan atau yudikatif untuk menemukan
tersebut kepada masyarakat, sehingga solusi atas permasalahan yang terjadi atua dapat
masyarakat terpenuhi hak-haknya sebagai warga diartikan sebagai kemampuan mengidentifikasi
negara. variabel-variabel yang mempengaruhi
Berhasil tidaknya kebijakan publik dapat tercapainya tujuan-tujunan formal pada
diukur dari sudah tercapainya tujuan yang keseluruhan proses implementasi. Implementasi
dirumuskan atau belum. Apabila tujuan yang sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut
telah ditetapkan belum tercapai maka kebijakan dengan mekanisme penjabaran keputusan-
publik tersebut dikatakan belum berhasil hal ini keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur
terkait dengan proses dari kebijakan publik rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan
sendiri meliputi proses perumusan kebijakan, lebih dari itu, implementasi menyangkut masal
implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan. konflik, keputusan, dan apa yang dapat
Pembuatan suatu kebijakan oleh suatu lembaga diperoleh dari suatu program atau kebijakan.
pemerintah dalam upayanya menyelesaikan Implementasi kebijakan merupakan
suatu persoalan yang dihadapi baik menyangkut suatu kunci paling penting dalam proses
kepentingan instasi organisasi maupun kebijakan publik. Implementasi kebijakan pada
kepentingan umum, tidak terlepas dari adanya prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan
proses terlebih dahulu mulai dari kegiatan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak
analisis permasalahan sampai pada proses kurang. Cara tersebut ditransformasikan melalui
pembuatan kebijakan itu sendiri.Tahap-tahap program-program kebijakan. Implementasi yaitu
kebijakan itu harus dilaksanakan dengan benar- berkaitan dengan proses, hasil, aktivitas dan
benar dan melalui perencanaan yang matang tindakan untuk memberikan kontribusi yang
agar maksud dan sasaran dari kebijakan dapat besar terhadap kondisi dan situasi yang lebih
disampaikan dengan tepat. baik. Proses merupakan suatu jenjang waktu dari
Proses pembuatan kebijakan merupakan pelaksanaan terhadap program yang telah
proses yang kompleks karena melibatkan banyak dirumuskan dalam mencapai tujuan dan sasaran
proses maupun variable yang harus dikaji. Oleh yang telah ditetapkan. Berjalan tidaknya suatu
karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh implementasi tergantung dari prosesnya. Hasil
merupakan suatu yang didapatkan setelah suatu spesifik sehingga dapat terealisasi. Selain itu,
program dilaksanakan. Aktivitas berkaitan pemahaman yang baik oleh para pelaksana
kegiatan yang dilakukan oleh aparatur dalam kebijakan juga sangat diperlukan. Apabila
melaksanakan program-program. Tindakan standar dan sasaran kebijakan tidak jelas,
merupakan prilaku dari aktor yang serta tidak dipahami dengan baik oleh para
melaksanakan implementasi dalam hal ini adalah pelaksana kebijakan maka akan terjadi multi-
aparatur pemerintahan untuk mencapai tujuan interpretasi dan rentan menimbulkan konflik
dan sasaran. di antara para pelaksana kebijakan.
Model Implementasi Kebijakan Publik 2. sumber daya juga penting dalam
Di dalam studi kebijakan publik terdapat implementasi kebijakan, baik sumber daya
beberapa model implementasi. Model manusia (human resources) maupun sumber
implementasi perlu dipakai dalam melakukan daya non-manusia (non-human resources)
sebuah penelitian sebagai arahan bagi peneliti karena sumber-sumber tersebut menunjang
dalam melakukan penelitian tersebut. Salah satu keberhasilan implementasi kebijakan.
model implementasi kebijakan yaitu model Sumber daya manusia yang dimaksud adalah
implementasi kebijakan Donald S. Van Meter para pelaku kebijakan atau pelaksana
dan Carl E. Van Horn. kebijakan, sedangkan sumber daya non-
Model pendekatan topdown yang manusia yang dapat berupa sumber daya
dirumuskan oleh Donald Van Metter dan Carl anggaran, fasilitas dan waktu.
Van Horn disebut dengan A Model of The 3. Komunikasi Antar Organisasi, dalam
Policy Implementation. Proses implementation implementasi suatu program perlu hubungan
ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi yang baik antar instansi yang terkait, yaitu
suatu implementasi kebijakan yang pada dukungan komunikasi dan koordinasi. Untuk
dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama
kinerja implementasi kebijakan publik yang antar instansi bagi keberhasilan suatu
tinggi yang berlangsung dalam hubungan program tersebut. Komunikasi dan koordinasi
berbagai variabel. Model ini mengandaikan merupakan salah satu urat nadi dari sebuah
bahwa implementasi kebijakan berjalan secara organisasi agar program-programnya tersebut
linier dan keputusan politik yang tersedia, dapat direalisasikan dengan tujuan serta
pelaksana, dan kinerja kebijakan publik. sasarannya (Ismail Nawawi, 2009:140).
Dalam penelitian yang dilakukan, Berdasarkan penjelasan yang telah
peneliti menggunakan model dari Van Meter dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
dan Van Horn dimana model ini memiliki 6 dalam implementasi suatu kebijakan
(enam) faktor yang memengaruhi kinerja diperlukan dukungan komunikasi dan
implementasi kebijakan. Enam faktor yang koordinasi antar instansi satu dengan instansi
berpengaruh terhadap kinerja implementasi lain untuk mencapai tujuan kebijakan yang
kebijakan tersebut adalah standar dan sasaran telah ditetapkan
kebijakan, sumber daya, komunikasi antar 4. Karakteristik Badan-Badan Pelaksana,
organisasi, karakteristik badan-badan pelaksana, Disposisi pelaksana ini mencakup 3 (tiga) hal
disposisi pelaksana dan kondisi ekonomi, sosial penting mengenai tanggapan pelaksana
dan politik kebijakan yang dapat memengaruhi
1. Standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya kemampuan dan keinginan mereka untuk
adalah apa yang hendak dicapai oleh program melaksanakan kebijakan, yakni (1) tanggapan
atau kebijakan, baik yang berwujud maupun respons atau tanggapan pelaksana terhadap
tidak, jangka pendek, menengah atau panjang. kebijakan; (2) kognisi, yakni pemahaman
Kejelasan dan sasaran kebijakan harus dapat pelaksana terhadap kebijakan; dan (3)
dilihat secara spesifik sehingga di akhir intensitas disposisi pelaksana, yakni
program dapat diketahui keberhasilan atau preferensi nilai yang dimiliki oleh pelaksana
kegagalan dari kebijakan atau program yang (Subarsono, 2008:101).
dijalankan (Dwiyanto Indiahono, 2009:38). 5. Pemahaman tentang maksud umum dari
Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan suatu standar dan tujuan kebijakan adalah
penting karena bagaimanapun juga, dan waktu. Di dalam penelitian ini triangulasi
implementasi kebijakan yang berhasil bisa yang digunakan adalah triangulasi sumber,
jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana yaitu untuk menguji kredibilitas data yang
(officials) tidak sepenuhnya menyadari dilakukan dengan cara mengumpulkan data
terhadap standar dan tujuan kebijakan. Arah dengan teknik yang sama melalui sumber
disposisi para pelaksana terhadap standar dan yang berbeda-beda.
tujuan kebijakan juga merupakan hal yang
crucial. Implementor mungkin bisa jadi gagal PEMBAHASAN
dalam melaksanakan kebijakan karena A. HASIL PENELITIAN
menolak apa yang menjadi tujuan dari suatu 1. Implementasi Kebijakan Penataan dan
kebijakan. Pembinaan Pedagang Kaki Lima Zona
6. Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik, Hal Merah Kawasan Alun-alun dan Masjid
yang perlu juga diperhatikan guna menilai Raya Kota Bandung
kinerja implementasi publik dalam perspektif Implementasi kebijakan penataan dan
yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van pembinaan PKL di Kota Bandung berdasarkan
Horn, sejauh mana lingkungan eskternal turut Peraturan Walikota (Perwal) Bandung No. 571
mendorong keberhasilan kebijakan publik Tahun 2014 tentang perubahan atas Peraturan
yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, Walikota (Perwal) Bandung No. 888 Tahun
ekonomi dan politik yang tidak kondusif 2012 merupakan peraturan yang mengatur yang
dapat menjadi biang keladi dari kegagalan meliputi tujuan pada BAB II Pasal 2 dan Pasal 3.
kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, Peraturan mengenai Penataan PKL di
upaya untuk mengimplementasikan Kota Bandung dalam Perwal merupakan dasar
kebijakan harus pula memperhatikan bagi pemerintah dalam melakukan penataan
kekondusifan kondisi lingkungan eksternal tempat, waktu, jenis, tanda dan aksesoris jualan.
(Leo Agustino, 2008:144). Berdasarkan Arah kebijakan penataan PKL di Kota Bandung
penjelasan yang telah dipaparkan di atas, berdasarkan acuan pada Peraturan Walikota
dapat disimpulkan bahwa kekondusifan Kota Bandung No. 571 Tahun 2014 yang
lingkungan eksternal perlu diperhatikan tujuannya untuk menciptakan keamanan,
karena dapat mendukung suatu implementasi ketertiban, kebersihan dan kenyamanan bagi
kebijakan. warga masyarakat di Kota Bandung.
a. Penataan
E. METODE Penataan menurut Perwal Kota Bandung
Metode yang digunakan dalam Nomor 571 Tahun 2014 sebagai Petunjuk
penelitian ini adalah metode kualitatif- Pelaksana Kebijakan Penataan dan Pembinaan
deskriptif. Untuk mendapatkan narasumber PKL adalah penempatan lokasi dan tempat
yang tepat dan sesuai tujuan, teknik usaha pedagang kaki lima. Penetapan lokasi
pengambilan sampel pada penelitian ini penempatan PKL dalam penataan dapat
menggunakan sistem purposive sample. dilakukan pada lokasi hasil relokasi, revitalisasi
Pengumpulan data dilakukan dengan pasar, belanja tematik, konsep festival dan
meggunakan teknik wawancara, dokumentasi, konsep Pujasera. Kegiatan dalam penataan PKL
dan observasi. Zona Merah Kawasan Alun-alun dan Masjid
Validitas ini didasarkan pada kepastian Raya Kota Bandung yang pertama yaitu
apakah hasil penelitian sudah akurat dari penempatan di masing-masing zona seperti
sudut pandang peneliti, partisipan, atau diatur dalam Perwal Kota Bandung Nomor 571
pembaca secara umum. Triangulasi adalah Tahun 2014 pada BAB III mengenai pembagian
teknik pemeriksaan keabsahan data yang zona Pasal 7.
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data Dapat dilihat dari pengaturan diatas
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai bahwa seharusnya PKL zona merah kawasan
pembanding terhadap data itu. Terdapat 3 Alun-alun dan Masjid Raya Bandung termasuk
(tiga) teknik triangulasi yaitu triangulasi dalam salah satu dari 7 titik lokasi yang tidak
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data diperbolehkannya ada PKL. Dari hasil penelitian
di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
PKL yang berjalan di lokasi ini, bahkan pada bahwa didalam pelaksanaannya belum efektif,
saat ini PKL jenis dagang makanan bertambah. hal ini ditunjukkan dengan fenomena yang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadi dilapangan bahwa para PKL masih
pelaksanaan penataan yang didalamnya meliputi enggan untuk berpartisipasi dalam pembentukan
penempatan telah dilakukan oleh Satgasus forum PKL dikarenakan mereka sudah memiliki
bidang pentataan sebagai wewenangnya yaitu kelompoknya masing-masing, saat kegiatan
oleh dinas Tata Ruang Cipta Karya Kota, dalam bimbingan teknis hal partisipasi untuk mengikuti
hal ini salah satu tugas dan kewenangan belum sesuai target.
utamanya yaitu pembagian lokasi PKL. Didalam pelaksanaanya penerbitan
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota tanda pengenal untuk PKL ini ternyata masih
Nomor 571 Tahun 2014 terdapat pada Pasal 6 terdapat kendala yaitu dikarenakan dalam
ayat 3. Namun penataan ini belum mencapai peraturan hanya warga kota Bandung atau
optimal. Hal tersebut dikarenakan kendala dari memiliki KTP kota Bandung yang bisa
para PKL yang tidak mau direlokasi dan masih mendapatkan tanda pengenal PKL, sedangkan
bermunculan di zona merah ini. Dimana hal Pedagang Kaki Lima zona merah pada kawasan
tersebut dapat menghambat pelaksanaan Alun-alun Kota Bandung dan Masjid Raya Kota
implementasi kebijakan tersebut. Dalam Bandung didominasi oleh warga luar kota
penataan juga terdapat kegiatan penempatan, Bandung dan luar Jawa Barat hal ini tidak
penempatan ini bentuknya melalui relokasi PKL mudah jika mengembalikan mereka ke daerah
yang berada di zona merah dipindah tempat ke asalnya.
lokasi yang diperbolehkan atau zona hijau. C. Pengawasan
Setelah proses kegiatsn penempatan PKL sesuai Pengawasan, pengendalian dan penegakan
peraturan, PKL juga ditata agar tertib. hukum meliputi pelaksanaan perumusan aspek
B. Pembinaan hukum, mempertimbangkan hukum terhadap
Kegiatan kedua dalam kebijakan penataan permasalahan hukum yang muncul, pengawasan
dan pembinaan PKL berdasarkan Perwal Nomor. dan pengendalian terhadap pelaksana, dan
571 tahun 2014 sebagai petunjuk pelaksanaan penindakan terhadap pelanggar baik PKL dan
dari Perda dibahas dalam BAB VIII Pasal 32. masyarakat. Pengawasan dalam penelitian ini
Dalam hal ini jika melihat dari hasil penelitian melihat regulasi yang mengatur tentang PKL
yang dilakukan memalui wawancara, observasi zona merah kawasan Alun-alun dan Masjid
dan dokumentasi dapat diketahui bahwa jika Raya, terdapat dalam Perwal nomor 571 tahun
membahas hal Pembinaan yang dilakukan 2014 tentang penataan dan pembinaan PKL pada
kepada PKL zona merah kawasan Alun-alun dan BAB VIII Pasal 33. Hasil penelitian dapat
Masjid Raya Kota Bandung telah dilaksanakan diketahui bahwa dalam pelaksanaannya pada
kegiatan pembinaan ini oleh Satgasus pada saat kegiatan pengawasan, pengendalian dan
setelah dilakukannya kegiatan penataan dan penegakan hukum yang telah dilakukan oleh
penempatan PKL sebagian sudah memenuhi Satgasus khususnya bidang pengawasan dalam
poin yang terdapat dalam regulasi kebijakan penataan dan pembinaan PKL masih belum
penataan dan Pembinaan PKL yakni Perwal efektif, dengan masih adanya ketidak sesuaian
Nomor 571 tahun 2014 namun masih ada dengan ketentuan peraturan yang mengharuskan
beberapa kegiatan yang sampai saat ini masih pengawasan di zona merah setiap hari dan
dalam proses pelaksanaan dan ada beberapa adapun pelaporan pengawasan 6 bulan sekali
kegiatan yang dianggap kurang optimal dalam belum berjalan sebagaimana mestinya. Begitu
pelaksanaannya dikarenakan sikap kurang juga mengenai sanksi administratif terhadap
kooperatif dari PKL. pembeli (masyarakat) dan para PKL yang susah
Wewenang dan tugas pembinaan dilaksanakan saat di lapangan dikarenakan akan
merupakan tugas dari Satgasus bidang sulit mengawasi semua PKL dan masyarakat
pembinaan, dalam hal ini dinas yang bertugas oleh petugas Satgasus bidang pengawasan,
yaitu dinas KUKM. Seperti yang terdapat dalam pengendalian dan penegakan hukum.
Perwal No. 571 tahun 2014 pada Pasal 4 ayat 3.
2. Faktor-Faktor Pendukung dan kualitas. Kuantitas di sini dilihat dari jumlah
Penghambat Implementasi Kebijakan implementor dalam melaksanakan kebijakan
Penataan dan Pembinaan PKL Zona tersebut, sedangkan kualitas dilihat dari
Merah Kawasan Alun-alun dan Masjid kemampuan para implementor dalam
Raya Bandung melaksanakan kebujakan.
1. Standar dan Sasaran Kebijakan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
Menurut Van Meter dan Van Horn, sesuai dengan Perwal Kota Bandung nomor 571
kebijakan yang berhasil memang mempunyai tahun 2014 tentang perubahan atas Perwal
tujuan yang jelas akan sasaran yang dituju. nomor 888 tahun 2012 tentang petunjuk
Berdasarkan hasil penelitian mengenai standar pelaksanaan penataan dan pembinaan PKL yang
dan sasaran kebijakan penataan dan pembinaan dikeluarkan berkaitan dengan Perda No. 4 Tahun
PKL sesuai Perwal Nomor 571 tahun 2014 2011, membentuk suatu Satuan Tugas Khusus
dapat diketahui bahwa didalam pelaksanaannya (Satgasus) sebagai aparatur pelaksana kebijakan
yang dilakukan oleh Satgasus belum efektif yang dibina langsung oleh Walikota Kota
dengan melihat kegiatan yang telah dilakukan Bandung, Kejaksaan, dan Kapolrestabes sampai
dalam hal penerbitan tanda pengenal PKL yang setingkat kelurahan turut pula berperan dalam
diperuntukkan kepada warga yang memiliki pelaksanaan kebijakan Perwal tersebut telah
KTP kota Bandung menjadi tugas yang belum dilaksanakan. Namun terdapat ketidaksesuaian
bisa diselesaikan mengingat PKL didominasi antara kuantitas dan kualitas sumber daya
warga luar kota Bandung. Penegakan sanksi manusia. Dari segi kuantitas sudah cukup baik
administratif sulit dilaksanakan mengingat karena anggota-anggotanya merupakan
petunjuk pelaksanaan yang kurang jelas. Hal perwakilan pilihan dari seitan dinas-dinas yang
tersebut menjadi sesuatu yang dianggap terkait, sedangkan jumlah implementator dalam
mengancam keberlangsungan dagang bagi para hal pengawasan yang dilakukan oleh Satpol PP
PKL yang tidak memiliki KTP kota Bandung. itu dirasa masih kurang efektif karena
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pengadaan pegawai di satpol PP sendiri masih
bahwa standar dan sasaran kebijakan merupakan terhambat, Dalam implementasinya kebijakan,
faktor yang menghambat implementasi sumber daya anggaran berkaitan dengan
kebijakan Penataan dan Pembinaan Pedagang kecukupan anggaran dalam suatu kebijakan
Kaki Lima zona merah pada kawasan Alun-alun untuk menjamin terlaksananya kebijakan
Kota Bandung dan Masjid Raya Kota Bandung, rersebut, karena tanpa dukungan anggaran yang
karena walaupun memiliki standar pelaksanaan, memadai maka akan menghambat berjalannya
yaitu Perwal nomor 571 tahun 2014 tentang kebijakan dalam mencapai tujuan.
perubahan atas perwal nomor 888 tahun 2012 Namun berdasarkan hasil penelitian
sebagai petunjuk pelaksanaan dari Perda nomor menunjukkan bahwa ketersediaan dan
4 tahun 2011 tentang penataan dan pembinaan kecukupan sumber daya anggaran pada tim
PKL, dalam pelaksanaannya sulit untuk Satgasus ini dikarenakan beberapa dinas yang
dilaksanakan karena dalam hal penempatan PKL beperan sebagai koordinator bidang di Satgasus
tidak ada blue print/ rencana tertulis jadi tidak menganggarkan untuk Pelaksanaan
didasarkan pada hasil setiap rapat Satgasus. Kebijakan Penataan dan Pembinaan PKL ini.
2. Sumber Daya Kekurangan sumber daya anggaran ini juga
Sumber daya dalam implementasi menjadi kendala terhadap penyiapan lahan
kebijakan berkenaan dengan sumber daya relokasi.
pendukung. Sumber daya yang dimaksud di sini 3. Komunikasi Antar Organisasi
yaitu sumber daya manusia, sumber daya Proses penyampaian informasi tersebut
anggaran serta sumber daya peralatan atau dilakukan melalui sosialisasi berkala kepada
fasilitas. Sumber daya manusia dalam para perwakilan PKL yang ada di Alun-alun dan
pelaksanaan kebijakan Penataan dan Pembinaan Masjid Raya Kota Bandung agar disampaikan
Pedagang Kaki Lima zona merah pada kawasan kepada kelompok PKL yang berada di kawasan
Alun-alun Kota Bandung dan Masjid Raya Kota tersebut. Proses penyampaian informasi juga
Bandung ini dilihat dari segi kuantitas dan dilakukan dengan memasang papan petunjuk
atau spanduk di tiap titik zona merah sebagain tanggapan implementor terhadap kebijakan; (2)
informasi kepada PKL sekaligus masyarakat. kognisi, yakni pemahaman implementor
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses terhadap kebijakan; dan (3) intensitas disposisi
penyampaian informasi berbentuk top-down, implementor, yakni preferensi nilai yang
yaitu penyampaian dilakukan secara linear dari dimiliki oleh implementor. Berdasarkan hasil
stakeholder hingga PKL dan masyarakat. penelitian dapat diketahui bahwa respon para
Mengenai media yang digunakan dalam pelaksana yaitu tim Satuan tugas khusus
penyampaian informasi, berdasarkan hasil penataan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima
penelitian dapat diketahui bahwa media yang zona merah pada kawasan Alun-alun Kota
digunakan yaitu berbentuk sosialisasi dan Bandung dan Masjid Raya Kota Bandung adalah
pemasangan papan petunjuk sebagai media mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut
informasi, selain itu juga dengan banyaknya dengan melaksanakannya sesuai dengan tugas
wawancara kepada walikota mengenai penataan dan wewenang sesuai bidangnya dalam Satgasus
dan pembinaan PKL ini di media cetak maupun baik oleh para pelaksana kebijakan dari Satuan
media elektronik juga menjadi sarana tugas khusus maupun pihak-pihak diluar yang
penyampaian informasi. membantu pelaksanaan penataan dan pembinaan
4. Karakteristik Badan-Badan Pelaksana Pedagang Kaki Lima zona merah pada kawasan
Implementasi suatu program Alun-alun Kota Bandung dan Masjid Raya Kota
dipengaruhi oleh karakteristik badan-badan Bandung di kawasan Alun-alun dan masjid raya
pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan Bandung.
kebijakan tersebut. Karakteristik badan-badan Mengenai pemahaman para pelaksana
pelaksana di sini mencakup struktur organisasi kebijakan terhadap kebijakan penataan dan
yang dimiliki dan pengawasan yang dilakukan pembinaan Pedagang Kaki Lima zona merah
oleh pelaksana kebijakan. pada kawasan Alun-alun Kota Bandung dan
Adanya struktur organisasi dalam Masjid Raya Kota Bandung. Berdasarkan hasil
pelaksanaan suatu kebijakan sangat diperlukan penelitian dapat diketahui bahwa para pelaksana
untuk memperjelas pembagian tugas dan fungsi kebijakan dari anggota-anggota Satuan tugas
dari masing-masing pelaksana kebijakan dan khusus penataan dan pembinaan Pedagang Kaki
mencegah terjadinya tumpang tindih tugas dan Lima zona merah pada kawasan Alun-alun Kota
fungsi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, Bandung dan Masjid Raya Kota Bandung telah
dapat diketahui bahwa tim Satuan tugas khusus efektif ditunjukkan dengan melihat bahwa
penataan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima anggota-anggotanya memiliki pemahaman yang
zona merah pada kawasan Alun-alun Kota baik terhadap program yang dilaksanakan karena
Bandung dan Masjid Raya Kota Bandung mereka merasa memang telah ditugaskan oleh
memiliki struktur organisasi dalam pelaksanaan Pemerintah Daerah untuk menangani masalah
penataan dan pembinaan PKL ini telah pedagang kaki lima di kota Bandung sehingga
dilaksanakan sesuai dengan acuannya yaitu mereka harus memiliki pemahaman yang baik
regulasi Peraturan Walikota nomor 571 tahun mengenai tugasnya pada masing-masing bidang
2014 tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang dalam Satgasus. Mengenai preferensi nilai yang
Kaki Lima. Implementasi suatu kebijakan dimiliki oleh para pelaksana kebijakan dalam
dipengaruhi oleh karakteristik badan-badan penataan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima
pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan zona merah pada kawasan Alun-alun Kota
kebijakan. Karakteristik badan-badan pelaksana Bandung dan Masjid Raya Kota Bandung.
di sini mencakup struktur organisasi dan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui
pengawasan. bahwa nilai yang dijadikan acuan para pelaksana
5. Disposisi Pelaksana kebijakan yaitu nilai ketaatan hukum.
Disposisi implementor ini mencakup 3 6. Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik
(tiga) hal penting mengenai tanggapan pelaksana Lingkungan eksternal kebijakan
kebijakan yang dapat memengaruhi kemampuan memberikan pengaruh terhadap implementasi
dan keinginan mereka untuk melaksanakan suatu kebijakan karena lingkungan eksternal
kebijakan, yakni (1) tanggapan respons atau kebijakan yang kondusif akan menjadi efektif
ketika hal ini menciptakan kondisi yang lingkungan eksternal kebijakan yang
mendukung implementasi kebijakan berhasil. mendukung agar implementasi kebijakan
Begitu pula sebaliknya, jika lingkungan berjalan dengan efektif. Hasil penelitian
eksternal kebijakan tidak kondusif maka dapat menunjukkan bahwa kondisi politik pada
menghambat implementasi kebijakan tersebut. pemerintah dengan kebijakan penataan dan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pembinaan PKL di kota Bandung ini sudah
kondisi ekonomi dan kondisi sosial merupakan efektif ditunjukkkan dengan kebijakan penataan
salah satu faktor yang menghambat dan pembinaan PKL ini telah mendapatkan
implementasi program. Sedangkan kondisi dukungan dari DPRD Kota Bandung, dengan
politik merupakan salah satu faktor yang adanya inisiatif DPRD membuat Perda untuk
mendukung implementasi program. Suatu mengatur PKL di Kota Bandung pada tahun
program akan efektiif dan berhasil 2011 karena banyaknya masukan dari
diimplementasikan dalam situasi dan kondisi masyarakat.
lingkungan eksternal kebijakan yang kondusif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi PENUTUP
sosial pada masyarakat sekitar ataupun pembeli A. Kesimpulan
termasuk faktor yang menghambat, hal tersebut 1. Implementasi kebijakan Penataan dan
ditunjukkan dengan tidak begitu banyak gejolak Pembinaan Pedagang Kaki Lima di
di masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya Kawasan Zona Merah Alun-alun dan
sebagian dari para PKL dengan karakter sosial
Masjid Raya Kota Bandung
dan budayanya yang berbeda, adanya “raja-raja
kecil” di kelompok PKL dan juga adanya oknum Untuk mencapai tujuan dari kebijakana
dari pemerintah yang meminta uang keamanan Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima
kepada para PKL sehingga menjadi tugas dan di Kawasan Zona Merah Alun-alun dan Masjid
tantangan untuk Satgasus dalam penataan dan Raya Kota Bandung upaya yang dilakukan yatu
pembinaan Pedagang Kaki Lima zona merah meliputi penataan, pembinaan, dan pengawasan.
pada kawasan Alun-alun Kota Bandung dan Implementasi kebijakan ini telah berjalan
Masjid Raya Kota Bandung. dengan baik, hal tersebut ditunjukkan dengan
Berdasarkan hasil penelitian juga telah dilakukannya ke-3 (tiga) kegiatan tersebut
menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang sesuai dengan Peraturan Walikota Bandung
menciptakan kondisi ekonomi pada masyarakat Nomor 571 Tahun 2014.
dan PKL dari kebijakan yang tidak kondusif, hal Penataan PKL yang meliputi
ini ditunjukkan dengan adanya kebijakan penempatan dan/atau relokasi telah dilakukan
penataan dan pembinaan PKL ini memberi dengan cukup baik, hal tersebut ditunjukkan
dampak dalam kecemasan para PKL setelah dengan sebagian PKL dengan jenis dagangan
dipindahkan maka harus membayar sewa lapak pakaian dan makanan ada yang sudah direlokasi
dan iuran lainnya yang hal ini juga ke halaman depan Pasar Gede Bade, gang
mengakibatkan PKL masih tidak kooperatif Kebumen di jalan Alun-alun dan Basement
dengan kebijakan ini dan adapun dampak yang Masjid Raya Bandung. Pembinaan telah
mereka rasakan yaitu menurunnya pendapatan dilakukan dengan baik, hal tersebut ditunjukkan
para PKL. Dengan adanya kebijakan ini, dengan sebagian kelompok PKL yang telah
terutama PKL di kawasan Alun-alun dan masjid diberikan sosialisasi ini mendunkung dengan
raya yang direlokasi karena lokasi yang mereka kepatuhan dalam proses relokasi atau
pakai merupakan zona merah, para PKL penempatan dan pembinaan dalam bentuk
mengeluhkan bahwa pendapatan mereka turun bimbingan teknis serta penerbitan tanda
dan sebagian teman PKL sampai gulung tikar, pengenal bagi PKL masih berjalan agar para
sehingga para PKL pun resah dan mereka masih PKL menjadi Pedagang. Pengawasan,
“mencuri-curi” untuk berjualan di trotoar dan pengendalian dan penegakan hukum sudah
bahu jalan. dilakukan dengan cukup baik, hal tersebut
Suatu program akan berhasil ditunjukkan dengan telah dilakukannya
diimplementasikan dalam situasi dan kondisi pengawasan oleh anggota Satgasus, pelaporan
hasil pengawasan dan penindakan sanksi kurangnya sumberdaya anggaran dalam hal
administratif terhadap PKL maupun masyarakat. penyediaan lokasi penempatan PKL serta sarana
2. Faktor-Faktor Pendukung dan dan prasarana di tempat relokasi yang belum
Penghambat Implementasi Kebijakan layak digunakan sebagai lokasi aktivitas dagang
Penataan dan Pembinaan Pedagang para PKL. Kondisi ekonomi berkenaan dengan
Kaki Lima zona merah pada kawasan keadaan ekonomi baik para PKL maupun
Alun-alun Kota Bandung dan Masjid masyarakat, hal ini dianggap mematikan
Raya Kota Bandung pendapatan para PKL.
Faktor pendukungnya adalah adanya
komunikasi organisasi yang baik telah di B. Saran
lakukan oleh pihak Satuan tugas khusus Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
penataan dan pembinaan Pedagang Kaki Lima memberikan beberapa saran antara lain yaitu:
zona merah pada kawasan Alun-alun Kota 1. Untuk Meningkatkan Keberhasilan
Bandung dan Masjid Raya Kota Bandung Kebijakan Penataan dan Pembinaan
kepada para pedagang kaki lima di kawasan Pedagang Kaki Lima zona merah pada
alun-alun dan masjid raya Bandung, tokoh PKL, kawasan Alun-alun Kota Bandung dan
serta pihak-pihak swasta. Karakteristik badan- Masjid Raya Kota Bandung khususnya
badan pelaksana dari Satgasus penataan dan Kawasan Zona Merah Alun-alun dan Masjid
pembinaan PKL telah memiliki struktur Raya Bandung: Untuk kegiatan penataan,
organisasi serta pembagian tugas dan wewenang pembinaan, dan pengawasan khususnya
sesuai dengan Keputusan Walikota Nomor PKL kawasan Zona Merah Alun-alun dan
511.23/Kep.051-Diskop.UKM&Indag/2014 Masjid Raya Bandung sebaiknya melakukan
mengenai Susunan Keanggotaan Satuan Tugas peninjauan kembali mengenai hal penataan
Khusus Penataan dan Pembinaan Pedagangan dan pembinaan yang didalamnya terdapat
Kaki Lima. Disposisi pelaksana memiliki kegiatan penempatan atau relokasi PKL,
pemahaman yang baik mengenai kebijakan serta penerbitan yang baru ditujukan untuk
tugasnya masing-masing dan memiliki masyarakat yang memiliki KTP Bandung,
preferensi nilai yang digunakan dalam sedangkan PKL yang tidak ber-KTP Kota
pelaksanaan kebijakan. Kondisi lingkungan Bandung tidak dilihat keberadaannya yang
eksternal sosial dan politik mempengaruhi sebenarnya jumlahnya tidak sedikit,
pelaksanaan kebijakan penataan yatu dengan sehingga diharapkan dapat meninjau
lingkungan sosial masyarakat yang kondusif dan kembali agar dapat menyeluruh mengenai
tidak adanya gejolak serta politik yaitu penataan dan pembinaan PKL.
dukungan dari adanya inisiatif oleh DPRD. 2. Untuk Meningkatkan Faktor yang
Sedangkan faktor penghambatnya yaitu Mendukung dan Mengurangi Faktor yang
standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, dan Menghambat Implementasi Kebijakan
kondisi ekonomi. Standar kebijakan dan sasaran Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki
kebijakan dalam implementasi penataan dan Lima zona merah pada kawasan Alun-alun
pembinaan PKL sesuai dengan Perwal Kota Kota Bandung dan Masjid Raya Kota
Bandung Nomor 571 tahun 2014 dapat Bandung khususnya Kawasan Zona Merah
dikatakan masih kurang memadai. Hal ini Alun-alun dan Masjid Raya Bandung:
terlihat dari belum adanya SOP secara tertulis Standar kebijakan dan sasaran kebijakan
yang menjadi landasan bergeraknya aparatur dalam hal ini sebaiknya perlu dibuat SOP
pelaksanaan kebijakan. Sejauh ini SOP yang secara tertulis sebagai pedoman pelaksanaan
dimiliki sebagai landasan pelaksanaan Perwal kebijakan Perwal tersebut. SOP dibutuhkan
penataan PKL hanya berdasarkan atas asas guna memperjelas tata cara pelaksanaan
kemanusiaan. Sumber daya terdiri dari aparatur, yang dilakukan oleh aparatur, sehingga
anggaran, dan fasilitas yang berjalan kurang baik. kebijakan ini dapat berjalan secara
Hal ini terlihat dari masih kurangnya anggota terstruktur. Dalam menyusun grand desain
Satgasus dalam kegiatan pengawasan terhadap sebuah kebijakan/program maka harus
aktivitas PKL dan masyarakat di zona merah, melibatkan seluruh stakeholder yang akan
terlibat langsung dalam implementasi Darmadi, Damai dan Sudikin. 2009.
program tersebut, dalam hal ini yang akan Administrasi Publik. Yogyakarta :
terlibat langsung dalam implementasi LaksBang PRESSindo
program ini adalah SATPOL PP yang dalam
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan
hal ini juga memegang hak untuk penegakan
hukum. SATPOL PP inilah yang disebut Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada
sebagai „street level bureaucrats‟ yang harus University Press.
dilibatkan dalam re-design kebijakan Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik
Penataan dan Pembinaan PKL. Mereka yang Berbasis Dynamic Policy Analisys.
memiliki „first-hand experience‟ dalam Yogyakarta: Gava Media.
menegakkan Perwal ini, dalam menerapkan Islamy, M.Irfan. 1997. Prinsip-Prinsip
sanksi dan mereka juga yang dapat lebih
Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta:
memahami kesulitan-kesulitan yang
dihadapi baik oleh PKL maupun pembeli Sinar Grafika.
yang terancam denda bila tidak mentaati Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi
Perwal tersebut, tidak terlepas juga Strategis Administrasi Publik : Konsep,
ketegasan dalam penegakan hukum. Sasaran Teori dan Isu. Yogyakarta: Gava Media.
kebijakan juga perlu melihat kembali PKL Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik,
yang bukan memiliki KTP kota Bandung formulasi, Implementasi dan evaluasi.
yang juga mendominasi PKL di Alun-alun
Jakarta: Media Komputindo.
dan Kota Bandung. Untuk faktor sumber
daya, dari sumber daya anggaran sebaiknya Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi
dinas-dinas yang memiliki wewenang Publik. Bandung: Alfabeta.
sebagai koordinator bidang dalam Satgasus Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
membuat anggaran untuk pelaksanaan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
kebijakan penataan dan pembinaan PKL di Suharto, Edi. 2008. Kebijakan Sosial sebagai
kota Bandung, dari sumber daya manusia Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
sebaiknya perlu kesadaran dan tanggung Tanuwijaya, Handoko. 2011. Bisnis Kaki Lima
jawab untuk bersama-sama melaksanakan Omset Miliaran. Yogyakarta: Crop Circle
kebijakan ini juga kuantitas anggota dalam Corp.
kegiatan pengawasan perlu dipertimbangkan Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis
untuk menambah personil pengawasan, Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke.
sunberdaya fasilitas, sarana dan prasarana Implementasi Kebijaksanaan Negara
juga sebaiknya melakukan studi kelayakan (Edisi Kedua). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
terlebih dahulu untuk mengetahui lokasi Widodo, Joko. 2011. Analisis Kebijakan Publik,
yang akan dijadikan lokasi penempatan PKL Konsep dan Aplikasi Analisis. Malang:
yang direlokasi. Kondisi ekonomi, dalam hal Bayu Media Publishing.
ini sebaiknya mengkaji kebijakan ini agar Winarno, Budi. 2005. Kebijakan Publik: Teori,
tidak membuat pengaruh penurunan dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo.
pendapatan para PKL dan juga keresahan Sumber Dokumen :
masyarakat menengah kebawah dalam Keputusan Walikota Nomor 511.23/Kep.051-
mencari baik sandang maupun makanan Diskop, UKM &Indag/2014 tentang
serta melakukan pendampingan pembinaan Susunan Keanggotaan Satuan Tugas
terhadap PKL untuk menjadi pedagangn. Khusus Penataan dan Pembinaan
Pedagangan Kaki Lima Kota Bandung
DAFTAR PUSTAKA Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan tentang Koordinasi Penataan dan
Publik. Bandung: Alfabeta. Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
Creswell, John W. 2010. Research Design
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Permendagri Nomor 41 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima
Peraturan Daerah No. 04 Tahun 2011 Tentang
Penataan dan Pembinaan PKL di Kota
Bandung
Peraturan Walikota (Perwal) Bandung Nomor
888 Tahun 2012 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penataan dan Pembinaan
PKL di Kota Bandung
Peraturan Walikota (Perwal) Bandung Nomor
571 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas
Peraturan Walikota Nomor 888 Tahun
2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penataan dan Pembinaan PKL di Kota
Bandung

You might also like