You are on page 1of 15

PENENTUAN PENDIRIAN LOKASI POTENSIAL STASIUN PENGISIAN

BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) SE BANDUNG RAYA DENGAN


MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)
I Wayan Kemara Giri,S.Sos., M.Si
Politeknik Pos Indonesia Bandung
ABSTRACT
The increase of citizen at Bandung city from year to year will trigger the using of
vehicle, it can cause the necesity of fuel, so the investor need to find out the right location
for built the gas station around the corner of the city. The potensial region will support the
mobility and smoothness the vehicle, beside that the wheel of economic in practically
need moda or other vehicle to connect the one region to others, while vehicle need the gas
station to fuel with solar and premium.
The effort to analyze accuracy potensial region to built gas station in Bandung
has a system that can be used as a tool to make a decision it called Geographic
Information System, The special system of information that manage data which has
spatial information, or in narrow meaning is computer system which has ability to build,
store, manage and appear information with the referention of geographic, such as data
that identified by the region, in database system. The technology of Geographic
Information System to use for scientific investigation, management resources,
development planning, carthography and route planning can be used to know the
existency of fuel with solar and premium.
The result of this research is the potential gas fuel station has been built in
Bandung from year 2008, we can see that a lot of gas fuel station cannot placed in good
category that recommended by the pertamina judgment because they cannot maximize the
profit, it because of the place category, distance from one gas fuel station radius to others
gas fuel station, technology, and service to customer. The result of research by the
category which recommended by pertamina are we had 1 gas fuel station in category A
and B with 7 gas fuel station in category C. The potential region that the researcher
recommended can be build the new gas fuel station in Bandung city such as in Cimahi
Selatan (Cibeureum and Melong), Cipageran, Cimahi Utara, Batujajar Barat, Derwati,
Veteran and Asia Afrika and Kopo (Wahid Hasyim road).
Keyword: Geographic Information System, Gas Station
Coresspondence : Jl. Sariasih No. 54 Bandung 40151
E-mail : Wayan2008_giri@yahoo.com , wayan@poltekpos.ac.id
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Wilayah Kota Bandung yang meliputi areal seluas 16.547.613 hektar
merupakan kota padat dari segi penduduk maupun sebaran kendaraan bermotor yang
mengkonsumsi bahan bakar setiap harinya.
SPBU adalah tempat untuk melakukan pengisian bahan bakar ulang untuk
kendaraan bermotor baik itu yang berbahan bakar premium, pertamax maupun solar,
keberadaan SPBU merupakan kerjasama antara PERTAMINA sebagai penyedia supply

premium, pertamax dan solar beserta alat penjualannya serta pemegang hak paten atas
karakteristik tempat dan manajemen dengan pihak swasta yang menyediakan tempat dan
modal yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah SPBU.
Penetapan lokasi untuk mendirikan sebuah SPBU di kota Bandung,
penempatannya

tidak

saja

memperhatikan

kepadatan

penduduk

juga

harus

memperhatikan tingkat kepadatan alat angkutan, disamping itu juga harus memperhatikan
tata letak kota sesuai dengan peruntukannya. Disamping memperhatikan tata letak kota
juga harus ada surat izin tempat usaha (Situ) yang dikeluarkan baik oleh Pemerintah
Daerah maupun Deperindag
Dalam pendirian SPBU tidak hanya dibutuhkan izin dari PERTAMINA saja
sebagai perusahaan negara pemegang hak monopoli atas penjualan bahan bakar di
Indonesia, tetapi juga dibutuhkan perizinan dari Dinas Tata Kota Pemerintah Daerah Kota
Bandung dan dinas Perdagangan setempat untuk menentukan apakah lokasi yang
diinginkan oleh calon pengusaha SPBU telah memenuhi syarat berdasarkan tata guna
lahan dan perencanaan dinas tata kota. Syarat yang dibutuhkan yaitu apakah lokasi
tersebut berada di daerah perumahan, pertokoan, atau kawasan industri. Setiap lokasi tata
guna lahan dapat mempengaruhi persetujuan untuk izin pendirian SPBU yang dapat
dikeluarkan atau tidak.

Permasalahan.
Pertumbuhan outlet factory dan wisata kuliner sebagai brand image kota Bandung
semakin menjamur, dampaknya adalah kota Bandung sekarang ini sudah menjadi tempat
tujuan wisata bagi masyarakat kota Jakarta maupun Jawa Barat lainnya.

Pesatnya

pertumbuhan kedua obyek tersebut diikuti pula dengan bertambahnya penduduk desa
yang menjadikan kota Bandung sebagai kota perdagangan, sehingga terjadi migrasi
penduduk, tidak saja dari sekitar kota Bandung, namun juga dari berbagai kota lainnya di
Indonesia.
Sebagai kota tujuan wisata, Bandung jiga dikenal sebagai kota Universitas dan
perguruan tinggi lainnya yang tersebar di wilayah kota Bandung, sehingga juga
mendorong terjadinya migrasi para pelajar ke kota Bandung. Pertambahan penduduk
musiman ini juga diikuti dengan pertambahan jumlah kendaraan yang keluar masuk kota
Bandung, disamping alat angkut setempat di kota Bandung yang cukup banyak seperti
angkot dan juga pertambahan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi masyarakat
yang murah meriah.

Dampak dari pertumbuhan tersebut sudah barang tentu membawa kemajuan


perekonomian di kota Bandung, karena banyak barang yang ditawarkan dan juga banyak
para pembelinya. Namun pertumbuhan tersebut sudah barang tentu harus diikuti dengan
pertumbuhan penggunaan bahan bakar seperti Premium dan Pertamax maupun solar.
Kemudahan untuk mendapatkan bahan bakar pada SPBU merupakan hal yang harus
mendapat perhatian bagi para konsumen bahan bakar tersebut.
Pengembangan kota Bandung dari tahun ke tahun sangat lambat sehingga banyak
jalan-jalan protokol dan arteri menjadi sering macet, diakibatkan bertambahnya alat
pengangkutan, namun tidak diikuti dengan penambahan atau pelebaran jalan. Hal ini
sudah barang tentu berpengaruh terhadap penempatan lokasi SPBU yang potensial yang
menguntungkan dari segi bisnis. Seringkali penempatan SPBU disatu tempat sangat
ramai dikunjungi pembelinya sehingga sering terjadi kekurangan pasokan yang tidak tiba
pada saatnya dan dialian pihak SPBU jarang dikunjungi oleh pembelinya karena akses
dan lokasinya yang kurang menguntungkan.
Fenomena kontradiktif sering terjadi pada SPBU sebagai penyelenggara layanan
pengisian bahan bakar kepada masyarakat umum, dimana kelambatan dalam pengiriman
atau penerimaan BBM berdampak pada ketidak tersedianya BBM pada SPBU yang
bertalian.
Letak SPBU yang telah ada terkadang saling bersaing satu sama lainnya dan juga
terkonsentrasi pada satu jalur jalan tertentu yang tingkat kepadatan kendaraan cukup
tinggi sehingga jika terjadi antrian dapat mengganggu arus lalu lintas kendaraan lainnya,
namun disatu disisi pada jalur jalan lainnya sulit ditemukan SPBU.
Pemberian izin operasi baik oleh Pertamina maupun Pemerintah Kota Bandung
sering tidak selaras dan bahkan menyalahi tata letak ruang, sehingga ada SPBU yang
telah berdiri akhirnya harus dibongkar karena telah menyalahi peruntukannya.

Dan

sering juga terdapat SPBU yang letaknya sulit diijangkau kendaraan, karena letaknya
berada pada tempat yang sulit dicapai oleh kendaraan bermotor, antara lain perubahan
jalur lalu lintas yang dahulu dua arah menjadi searah atau pada suatu perempatan yang
padat kendaraan, sehingga untuk mencapai SPBU dimaksud akan menghalangi kendaraan
yang akan melaju.
Dari uraian tersebut diatas ada masalah yang memungkinkan untuk diteliti dan
diselesaikan khususnya dalam menentukan lokasi yang tepat bagi pendirian suatu SPBU,
sehingga ketika keputusan diambil tidak menyebabkan kerugian bagi si pemilik dan bagi
Instansi Pertamina maupun Pemerintah Daerah/Kota pendirian SPBU ini merupakan

suatu yang telah diperhitungan berdasarkan tata ruang kota dan analisa dampak
lingkungan. Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.

Bagaimana penentuan pencarian lokasi potensial pendirian SPBU di Kota Bandung


dengan menggunakan sistem GIS ?

2.

Bagaimana menentukan initial fee sesuai dengan ketentuan dari Pertamina?

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Sistem
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan sistem, yaitu yang
menekankan pada prosedur dan yang menekankan pada komponen. Pendekatan sistem
yang menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem seperti berikut :
1. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur prosedur yang saling berhubungan,
berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan
suatu sasaran tertentu.
2. Prosedur sendiri seperti yang didefinisikan oleh Jerry Fitzgerald, Ardra F. Fitzgerald
dan Warren D. Stalling, Jr adalah suatu urutan- urutan yang tepat dari tahapan
tahapan instruksi menerangkan apa (what) yang harus dikerjakan, siapa (who) yang
mengerjakan, kapan (when) dikerjakan dan bagaimana (how) mengerjakannya.
Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada komponen mendefinisikan sistem
adalah sebagai berikut :
1. Sistem adalah sekumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai
tujuan tertentu.
2. Suatu sistem mempunyai maksud tertentu yang sering disebut dengan tujuan (goal)
atau sasaran (objective).
Keberhasilan suatu system tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dimana system itu
diterapkan, suatu system dapat dikatakan berhasil jika system tersebut telah beradaptasi
dengan lingkungan sehingga ada sinergitas antara keduanya. Jika digambarkan lebih
lanjut system yang berinteraksi dengan lingkungan dapat dilihat pada gambar tersebut di
bawah ini :

pelanggan

Kondisi Cuaca

Input
V
e
n
d
o
r

Bahan Baku
Biaya
Sumber

Pemerintah

Proses

Output

Prosedur
Program
Tools
Aktifitas
Keputusan

Performansi
Konsekuensi
Barang Jadi
Layanan
feedback

P
e
s
a
i
n
g

Pengambil Keputusan

Pemegang Saham

Bank

Gambar 1 Sistem dan Lingkungannya

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)


Salah satu tugas pokok Pertamina adalah menjamin tersedianya BBM di seluruh
pelosok Indonesia. Tugas tersebut semakin lama semakin berat karena kebutuhan BBM
dari tahun ke tahun terus meningkat dan daerah jangkauan semakin meluas ke pelosok
terpencil di seluruh Indonesia.
SPBU merupakan ujung tombak penyaluran BBM, sehingga mempunyai peranan
yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Pada saat ini
pengelolaan dan pengusahaan SPBU diserahkan kepada pihak swasta, yang diharapkan
akan mampu mengelola usaha SPBU secara efisien dan aman.

Pertimbangan Dalam Mendirikan SPBU


Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendirikan SPBU adalah sebagai
berikut :

Lokasi sesuai dengan tata guna lahan menurut Dinas Tata Kota.

Tingkat kemacetan jalan yang ditujukan dengan rasio V/C (Volume/Capacity).

Keberadaan SPBU lama di lokasi tersebut.

Kelas jalan yang diijinkan untuk didirikan SPBU yaitu arteri primer, arteri sekunder
dan kolektor primer.

Penentuan Daerah Potensial SPBU


Dalam pendirian SPBU melibatkan banyak pihak yaitu Dinas Tata Kota, Dinas
Bangunan, Dinas Perhubungan, PERTAMINA dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengkajian yang lebih dalam agar dicapai pengambilan keputusan

optimal. Parameter-parameter yang digunakan sesuai dengan aturan-aturan pendirian


bangunan khusus yaitu peruntukan lahan untuk perdagangan atau jasa komersil, analisis
trafict impact berdasarkan tingkat kemacetan, kelas jalan yaitu arteri primer, arteri
sekunder, dan kolektor primer, volume kendaraan dan analisis Matriks Kuadran SPBU
eksisting. Analisis ini dilakukan agar pemilihan lokasi SPBU dapat dilakukan dengan
baik sehingga memberikan keuntungan baik bagi pengelola SPBU dan pihak
PERTAMINA serta tidak bertentangan dengan tata ruang kota yang telah ditetapkan oleh
pihak PEMDA.

Konsep Umum Transportasi


Transportasi berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti Transportare dimana
kata Trans berarti sebelah lain dan portare mengangkat atau membawa. Jadi secara
umum transportasi mempunyai arti mengangkat atau membawa ketempat lain atau dari
satu tempat ke tempat lainnya. Maka dari itu tranportasi dapat didefinisikan sebagai usaha
membawa atau mengangkut barang maupun penumpang dari suatu tempat ketempat
lainnya.

PEMBAHASAN
Pengumpulan Data
Untuk dapat menarik suatu kesimpulan dari studi ini, analisis terhadap kondisikondisi aktual harus dipertimbangkan. Kondisi aktual tersebut biasanya dipresentasikan
dalam bentuk data kuantitatif, yang dikumpulkan dan diolah serta disajikan dalam format
yang lebih komunikatif.
Data-data yang dibutuhkan diperoleh dari bagian-bagian yang berkaitan langsung
dengan studi ini, yaitu sebagai berikut :
a. Seksi Pelayanan Informasi Rencana Tata Kota Dinas Tata Kota Bandung
b. Seksi Jaringan Transportasi Jalan Dinas Perhubungan Kota Bandung
c. Bagian Pemasaran PERTAMINA wilayah III Kota Bandung

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penentuan Lokasi SPBU di Kota Madya Bandung sampai dengan tahun 2008
Untuk mendapatkan titik lokasi SPBU di kota Bandung pengumpulan data dilakukan
dengan cara:
1. Menggunakan alat GPS untuk mencari titik koordinat dengan cara mendatangi 168
titik-titik lokasi SPBU yang tersebar di kota Bandung.

2. Menginput data dari hasil survey lapangan pencarian titik koordinat ke dalam
software spatcom, sehingga penyebaran lokasi SPBU dapat dilihat pada tampilan
gambar 2

Gambar 2 Titik Lokasi Penyebaran SPBU di Kota Bandung

Penentuan Jarak dan Radius SPBU (buffer)


Jarak SPBU satu dengan SPBU lainnya sangat menentukan tingkat pendapatan
dan persaingan, namun dengan digulirkannya Reformasi maka terjadi keterbukaan
ekonomi, sehingga jarak untuk mendirikan suatu SPBU tidak lagi merupakan suatu
kendala bagi PT Pertamina dalam pemberian izin prinsip, yang penting adalah para
investor SPBU baru harus memenuhi persyaratan baik dari Pertamina dan Tata Ruang
Kota Bandung.
Penentuan

jarak

ini

dalam

praktek

implementasi

GIS/Spatcom

sangat

dimungkinkan, dengan menggunakan aplikasi spatcom, maka dengan mudah dapat


ditentukan jarak/buffer tiap SPBU menurut jalan/area yang akan dijadikan lokasi
pendirian SPBU. Sehingga dalam pemberian keputusan lokasi dapat dengan mudah
ditentukan tanpa harus melihat lokasi yang bertalian. Gambar GIS/Spatcom menyajikan
buffer atau daerah singgungan antara SPBU dapat dilihat pada data gambar 3 sebagai
berikut:

Gambar 3 Titik Lokasi Penyebaran SPBU di Kota Bandung

Pada gambar 2 dan 3 dapat terlihat bahwa di Kota Bandung hampir semua
pendirian SPBU di Kota Bandung tidak memperhatikan jarak atau radius antar SPBU.
Sehingga hal ini yang dapat menyebabkan setiap SPBU tidak dapat memaksimalkan
pendapatannya. Selain dari itu lokasi tersebut dapat menimbulkan tingginya angka
kemacetan,

Penentuan Lokasi Wisata Belanja dan Transportasi


Lokasi wisata belanja di kota Bandung dan titik dimana alat transportasi banyak
digunakan menjadi faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan

di dalam penentuan

wilayah potensial SPBU. Dengan asumsi bahwa laju kepadatan transportasi saat ini
dipicu oleh objek-objek wisata khususnya wisata belanja. Selain itu arus kendaraan
(transportasi) di Kota Bandung yang sangat tinggi dipicu oleh tingginya keluar masuknya
pendatang khususnya dari luar Kota Bandung, sehingga menyebabkan lalu lintas
kendaraan menjadi padat. Berikut ini dapat dilihat pada gambar 4

titik-titik wisata

belanja dan transportasi di Kota Bandung.

Gambar 4 Titik Lokasi Penyebaran SPBU, Wisata Belanja dan Transportasi di


Kota Bandung

Untuk menentukan klasifikasi SPBU terpilih yang sesuai dengan kategori dari
Pertamina, yang didasarkan pada intial fee berdasarkan penjualan BBM, maka peneliti
melakukan pemilahan kategori SPBU berdasarkan volume penjualan dan besarnya fee
yang diterima dari setiap SPBU di Kota Bandung. Besarnya initial fee ini menentukan
besaran pendapatan atau fee yang diterima oleh SPBU yang bertalian. Semakin besar
penjualan BBM semakin bersar mereka mendapat fee dari Pertamina. Berikut dapat
dilihat pengkategorian untuk SPBU seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Intial Fee dan Besarannya Berdasarkan Tipe SPBU
TYPE SPBU
SUB TYPE A
SUB TYPE B
SUB TYPE C
SUB TYPE D
SUB TYPE E
Sumber : Pertamina

PERKIRAAN VOLUME
PENJUALAN
>35 Kilo Liter
>25 Kilo Liter dan <=35 Kilo Liter
>20 Kilo Liter <= 25 Kilo Liter
>15 Kilo Liter <=20 Kilo Liter
<= 15 Kilo Liter

BESARNYA INITIAL
FEE
Rp.800.000.000,00
Rp.650.000.000,00
Rp.500.000.000,00
Rp.350.000.000,00
Rp.250.000.000,00

Berdasarkan kategori tersebut, maka ada 9 SPBU yang termasuk kategori initial
fee yang telah ditetapkan oleh Pertamina, SPBU dimaksud adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Daftar Kategori terpilih SPBU di Kota Bandung


No SPBU
34.40116
31.41102
34.40111
34.40127
34.40238
34.40248
34.40252
34.40513
34.40533

Alamat
Jl. Terusan Pasteur
Jl. Tol Purbaleunyi
Jl. Cipaganti No. 142
Jl. Tamblong No. 3
Jl. Terusan Buah Batu
Jl. Holis No 95-97
Jl. Kopo Bihbul No. 88
Jl. Raya Caringin
Jl. Baros No. 547 Cimahi

Nama Pemilik
Ratnawati Soewondo
Pertamina Retail
Giga Intrax
H. Nana Sukarna
H. Nana Sukarna
H. Nana Sukarna
Sri wahyuni
L. Gunawan
H. Dedi Hanurawan

Kategori
A
B
C
C
C
C
C
C
C

Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa dari sejumlah 168 SPBU yang berdiri seWilayah Bandung Raya hanya 9 SPBU yang masuk dalam kategori yang ditetapkan oleh
Pertamina, selebihnya belum bisa masuk kedalam kategori initial fee, dengan kata lain
masih banyak SPBU yang belum bisa memaksimalkan profitnya disebabkan oleh faktor
pemilihan tempat, jarak atau radius antar SPBU yang berdekatan, faktor teknologi yang
belum modern, serta pelayanan kepada konsumen.

Rekomendasi Wilayah Potensial Pendirian SPBU


Wilayah potensial yang direkomendasikan adalah berdasarkan pada wilayah-wilayah
yang berada di dekat titik-titik wisata belanja dan transportasi, juga yang tingkat
kepadatan penduduknya tinggi. Berikut ini dapat dilihat pada gambar 6 rekomendasi
wilayah potensial untuk pendirian SPBU.

Gambar 5. Rekomendasi Wilayah Potensial Pendirian SPBU di Kota Bandung

10

Dari gambar 5 terlihat bahwa ada 9 wilayah yang menjadi rekomendasi untuk pendirian
SPBU baru berdasarkan beberapa hal yang telah disebutkan di atas. Daerah-daerah
potensial dimaksud sebagai berikut :
1. Cipageran
2. Cimahi Utara
3. Batujajar Barat
4. Darwati
5. Melong
6. Cibeureum
7. Veteran (dalam kota)
8. Asia Afrika (dalam kota)
9. Margahayu Kencana (Jln.H.Wahid Hasyim) Kopo

Masih banyak daerah lain yang layak dan potensial yang tidak terdeteksi oleh
peneliti karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga. Untuk penelitian lebih lanjut,
disarankan untuk menambah daerah lain yang dianggap potensial dengan pengkategorian
yang lebih mendekati real lagi dan bisa memberikan rekomendasi kepada investor untuk
menanamkan modalnya dalam pendirian SPBU.

Pemberian Ijin Lokasi.


Setelah diperoleh 9 wilayah potensial pendirian SPBU, maka pihak investor harus
mengetahui tata cara pendirian SPBU. Untuk mendirikan suatu SPBU diperlukan syarat
dan pemberian ijin pendirian adapun tata cara pendiriannya adalah sebagai berikut:

Tata Cara Memperoleh Ijin Lokasi.


1. Pemohon mengajukan surat permohonan Ijin Lokasi kepada Walikota melalui
Kepala Dinas Tata Kota dengan tembusan kepada Kepala Bappeda, Asisten tata
Praja dan Kepala Kantor Pertanahan, yang dilampiri persyaratan :
a. Akta pendirian perusahaan / surat izin usaha
b. Surat keterangan Nomor Pokok Wajib Pajak
c. Gambar kasar / sketsa tanah yang dimohon
d.

Pernyataan kesanggupan perusahaan untuk memberikan ganti rugi dan / atau


menyediakan tempat penampungan sementara bagi pemilik tanah

11

e. Surat persetujuan Presiden ( untuk PMA ) atau surat persetujuan Menteri


Negara Investasi / Ketua BKPM ( untuk PMDN ) atau surat persetujuan prinsip
dari instansi teknis ( untuk non PMA / PMDN )
f.

Surat persetujuan pemanfaatan ruang dari TKPRD

g. Surat pernyataan mengenai luas tanah yang sudah dikuasai / dimiliki oleh
perusahaan pemohon dan perusahaan yang merupakan satu grup
h. Surat pernyataan kesediaan melepaskan / mengalihkan hak atas tanah dari para
pemilik tanah yang sah
2. Terhadap permohonan yang telah memenuhi persyaratan administrasi, dilakukan
telaahan teknis yang menyangkut : kesesuaian peruntukan ruang, kesesuaian
lingkungan dan kesesuaian dengan peraturan teknis lainnya
Ijin Lokasi akan diberikan kepada pemohon, apabila telah memenuhi seluruh
persyaratan administrasi dan teknis.
Persyaratan Permohonan Ijin Baru
Persyaratan permohonan ijin SPBU sebagai berikut:
1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik/pimpinan badan usaha;
2. Biodata perusahaan/akta pendirian perusahaan (untuk badan usaha);
3. Lay out bangunan SPBU dan konfigurasi SPBU yang akan dibangun;
4. Peta lokasi skala 1:10.000 atau lebih besar, dan peta topografi/rupa bumi skala
1:25.000 yang memperlihatkan titik lokasi rencana pendirian SPBU;
5. Data kapasitas penyimpanan dan perkiraan penyaluran BBM;
6. Data inventarisasi perlatan dan fasilitas yang dipergunakan;
7. Rekomendasai dari penyedia BBM yang ditunjuk/diakui oleh Pemerintah dilampiri
dengan salinan/copy kontrak;
8. Foto copy ijin peruntukan penggunaan tanah (IPPT) sesuai dengan skala kegiatan;
9. Foto copy ijin gangguan (HO);
10. Foto copy Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);
11. Bukti pengesahan meter pompa SPBU dari instansi yang berwenang;
12. Foto copy ijin timbun tangki dari instansi yang berwenang;
13. Dokumen pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan skala kegiatan.
Hasil verifikasi kemudian menjadi bahan rekomendasi untuk persetujuan pendirian
SPBU.

12

Implementasi Geographic Information System.


Dalam Aplikasi Geographic Information System khususnya dalam pencarian
lokasi potensial SPBU terdapat empat entitas yang berperan dalam kelangsungan
sistem, keempat entitas itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dinas Perhubungan, Dinas Perhubungan merupakan instansi yang memberikan
informasi mengenai data jalan, analisis trafict impact dan data kelas jalan.
2. Dinas Tata Kota, Dinas Tata Kota Bandung merupakan instansi yang memberikan
informasi tentang peta tata kota Bandung, dan bertindak sebagai administrator
terhadap data sehingga mempunyai akses terhadap data jalan, data SPBU, dan
Analisis Lokasi Wilayah.
3. Kantor Pemasaran Pertamina Wilayah III, perusahaan negara ini berperan dalam
memberikan data SPBU eksisting dan analisis persyaratan teknis pendirian SPBU
sealin itu mereka dapat mengakses mengenai data jalan, data SPBU dan data
Wilayah.
4. User dalam hal ini merupakan pihak yang berkepentingan dalam pendirian SPBU
ataupun umum yang ingin mengetahui letak SPBU, jalan dan tata kota wilayah
tertentu.

Pencarian lokasi potensial SPBU dengan menggunakan jasa konsultan memang


akurat dan terpercaya dan akan memberi kemudahan kepada calon investor untuk
melakukan investasi, namun pada kenyataannya selain membutuhkan waktu yang cukup
panjang dapat juga mengakibatkan penggunaan dana yang besar hanya untuk survey
lokasi dalam menetapkan potensi atau tidaknya suatu wilayah.
Dengan mempergunakan program GIS ini investor tidak perlu lagi menyewa
seorang konsultan untuk melakukan penelitian , investor tinggal mengklik Button Cari
lokasi potensial maka timbullah tampilan jalan yang mempunyai kriteria yang dipilih oleh
investor. Aplikasi GIS juga bermanfaat bagi Dinas Tata Kota, Pertamina dalam hal
memudahkan calon investor dengan memberikan saran mengenai lokasi jalan potensial
dengan menggunakan program GIS/Spatcom.
Dan jika kita melihat pada pembahasan sebelumnya, telah tercantum beberapa
variabel yang dapat mendukung keputusan pencarian lokasi potensial seperti peta tata
kota, kelurahan beserta kecamatan, fasilitas umum dan hiburan. Dengan ini diharapkan
keputusan yang tepat dapat tercapai. GIS/Spatcom dapat memberikan kemudahan dalam
pencarian lokasi jalan potensial untuk mendirikan SPBU selain itu program ini cukup
friendly user tanpa diharuskan untuk menguasai program aplikasi lainnya.

13

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan wilayah SPBU yang telah berdiri di Kota
Bandung sampai tahun 2008, terlihat bahwa masih banyak SPBU di Kota Bandung yang
belum bisa masuk kedalam kategori yang ditentukan dari fee dan jumlah penjualan,
dengan kata lain masih banyak SPBU yang belum bisa memaksimalkan profitnya
disebabkan oleh faktor pemilihan tempat, jarak atau radius antar SPBU yang berdekatan,
faktor teknologi yang belum modern, serta pelayanan kepada konsumen.
Wilayah-wilayah yang direkomendasi untuk pendirian SPBU baru di Kota
Bandung adalah sebagai berikut : Cipageran, Cimahi Utara, Batujajar Barat, Darwati,
Melong, Cibeureum, Veteran (dalam kota), Asia Afrika (dalam kota), Margahayu
Kencana (Jln.H.Wahid Hasyim) Kopo

Saran
Sebaiknya setiap SPBU khususnya di Kota Bandung, memperbaiki kinerjanya
agar dapat masuk kedalam pengkategorian SPBU terpilih dengan mempertimbangkan
volume penjualan dan fee yang diperoleh yang telah ditetapkan oleh Pertamina.
Para

investor

sebaiknya

memperhatikan

beberapa

faktor

yang

harus

dipertimbangkan seperti, faktor lokasi, kepadatan penduduk, daerah wisata belanja,


terminal dan pusat keramaian lainnya, dan juga jarak atau radius antar SPBU.
Masih banyak daerah lain yang layak dan potensial yang tidak terdeteksi oleh
peneliti karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga. Untuk penelitian lebih lanjut,
disarankan untuk menambah daerah lain yang dianggap potensial dengan pengkategorian
yang lebih mendekati real lagi dan bisa memberikan rekomendasi kepada investor untuk
menanamkan modalnya dalam pendirian SPBU.

DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Iskandar,dkk.1996.Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib.
Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Darat,Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS), Neraca Pemerintahan Pusat Indonesia Triwulanan,
Berbagai Edisi.
Charter, Denny & Agtrisari, Irma.2003.Desain dan Aplikasi GIS., Jakarta: Elexmedia
Komputindo
Dinas Perhubungan. 2002. Analisis Trafict Impact Bandung : Dinas Perhubungan

14

Fitzgerald, Jerry and Ardra F Fitzgerald. Fundamentals of Systems Analysis, Third


Edition; John Wiley; New York . 1987
Hadi, Riyanto,2002, Sistem Informasi Pencarian Rute Rumah Sakit terdekat di kota
Bandung. Skripsi tidak diterbitkan , Bandung : Jurusan Teknik Industri, STT
Telkom
Halvorson, Michael.2002. Step By Step Microsoft Visual Basic 6.0, Alih Bahasa oleh Adi
Kurniadi. Jakarta : Elexmedia Komputindo
Hartono, Jogjanto.2002. Analisis dan Desain. ANDI,Yogyakarta
Hassan ,Ikbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik . Jakarta: Bumi
Aksara.
Kuncoro, Mudjarad.Shopping Center Locations And Their Influence On Land Prices in
Surabaya: GIS Analysis And Panel Data 1996-2001. The Journal of Accounting,
Management, and Economis Research: Vol 4, No 1, Februari 2004.
Meilani, Rossy. 2003 . SIG Penentuan Lokasi SPBU Wilayah Bandung. Skripsi tidak
diterbitkan, Bandung :Jurusan Teknik Industri, STT Telkom,
Mufidah, M N I. Pengantar GIS. Kuliah Umum IlmuKomputer. Com. 2003 2006
IlmuKomputer.com.
Nazir, Moh. 1983. Metodologi Penelitian. Darussalam:Balai Aksara dan Yudhistira
Prahasta, Eddy. 2001. Belajar dan memahami MaInfo 7.5, Bandung : Informatika
Santoso, B., dkk. Pencarian Pola Asosiasi Pada data Spatial Studi Kasus Kabupaten
Probolinggo.

Proceeding

Komputer

dan

system

Intelegen,

Auditorium

Universitas Guna Darma, Jakarta 24 25 Agustus 2004.


Shah, S A., dkk. Penggunaan Aplikasi Gis Dalam Penyakit Tuberkulosis Di Cheras,
Kuala Lumpur, Malaysia. malaysian Journal Of Public Health Medicine 2002,
Vol. 2(2):15-26
Thill,Jean

Claude.

2000.

Geographic

Information

Systems

in

Transportation

Research.Pergamon, United Kingdom.


Yaakub A, dkk. Gis In Urban Planning And Management: Malaysian Experience.
International Symposium & Exhibition on Geoinformation 2005 Geospatial
Solutions for Managing the Borderless World, Pulau Pinang, 27 29.9.05.
Yusuf, Muhammad. 2002 , Perancangan Sistem Informasi Dalam Implemenrasi Jaringan
Interface V.5.2. Skripsi tidak diterbitkan, Bandung : Jurusan Teknik Industri, STT
Telkom

15

You might also like