Professional Documents
Culture Documents
premium, pertamax dan solar beserta alat penjualannya serta pemegang hak paten atas
karakteristik tempat dan manajemen dengan pihak swasta yang menyediakan tempat dan
modal yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah SPBU.
Penetapan lokasi untuk mendirikan sebuah SPBU di kota Bandung,
penempatannya
tidak
saja
memperhatikan
kepadatan
penduduk
juga
harus
memperhatikan tingkat kepadatan alat angkutan, disamping itu juga harus memperhatikan
tata letak kota sesuai dengan peruntukannya. Disamping memperhatikan tata letak kota
juga harus ada surat izin tempat usaha (Situ) yang dikeluarkan baik oleh Pemerintah
Daerah maupun Deperindag
Dalam pendirian SPBU tidak hanya dibutuhkan izin dari PERTAMINA saja
sebagai perusahaan negara pemegang hak monopoli atas penjualan bahan bakar di
Indonesia, tetapi juga dibutuhkan perizinan dari Dinas Tata Kota Pemerintah Daerah Kota
Bandung dan dinas Perdagangan setempat untuk menentukan apakah lokasi yang
diinginkan oleh calon pengusaha SPBU telah memenuhi syarat berdasarkan tata guna
lahan dan perencanaan dinas tata kota. Syarat yang dibutuhkan yaitu apakah lokasi
tersebut berada di daerah perumahan, pertokoan, atau kawasan industri. Setiap lokasi tata
guna lahan dapat mempengaruhi persetujuan untuk izin pendirian SPBU yang dapat
dikeluarkan atau tidak.
Permasalahan.
Pertumbuhan outlet factory dan wisata kuliner sebagai brand image kota Bandung
semakin menjamur, dampaknya adalah kota Bandung sekarang ini sudah menjadi tempat
tujuan wisata bagi masyarakat kota Jakarta maupun Jawa Barat lainnya.
Pesatnya
pertumbuhan kedua obyek tersebut diikuti pula dengan bertambahnya penduduk desa
yang menjadikan kota Bandung sebagai kota perdagangan, sehingga terjadi migrasi
penduduk, tidak saja dari sekitar kota Bandung, namun juga dari berbagai kota lainnya di
Indonesia.
Sebagai kota tujuan wisata, Bandung jiga dikenal sebagai kota Universitas dan
perguruan tinggi lainnya yang tersebar di wilayah kota Bandung, sehingga juga
mendorong terjadinya migrasi para pelajar ke kota Bandung. Pertambahan penduduk
musiman ini juga diikuti dengan pertambahan jumlah kendaraan yang keluar masuk kota
Bandung, disamping alat angkut setempat di kota Bandung yang cukup banyak seperti
angkot dan juga pertambahan kendaraan roda dua sebagai alat transportasi masyarakat
yang murah meriah.
Dan
sering juga terdapat SPBU yang letaknya sulit diijangkau kendaraan, karena letaknya
berada pada tempat yang sulit dicapai oleh kendaraan bermotor, antara lain perubahan
jalur lalu lintas yang dahulu dua arah menjadi searah atau pada suatu perempatan yang
padat kendaraan, sehingga untuk mencapai SPBU dimaksud akan menghalangi kendaraan
yang akan melaju.
Dari uraian tersebut diatas ada masalah yang memungkinkan untuk diteliti dan
diselesaikan khususnya dalam menentukan lokasi yang tepat bagi pendirian suatu SPBU,
sehingga ketika keputusan diambil tidak menyebabkan kerugian bagi si pemilik dan bagi
Instansi Pertamina maupun Pemerintah Daerah/Kota pendirian SPBU ini merupakan
suatu yang telah diperhitungan berdasarkan tata ruang kota dan analisa dampak
lingkungan. Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Sistem
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan sistem, yaitu yang
menekankan pada prosedur dan yang menekankan pada komponen. Pendekatan sistem
yang menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem seperti berikut :
1. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur prosedur yang saling berhubungan,
berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan
suatu sasaran tertentu.
2. Prosedur sendiri seperti yang didefinisikan oleh Jerry Fitzgerald, Ardra F. Fitzgerald
dan Warren D. Stalling, Jr adalah suatu urutan- urutan yang tepat dari tahapan
tahapan instruksi menerangkan apa (what) yang harus dikerjakan, siapa (who) yang
mengerjakan, kapan (when) dikerjakan dan bagaimana (how) mengerjakannya.
Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada komponen mendefinisikan sistem
adalah sebagai berikut :
1. Sistem adalah sekumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai
tujuan tertentu.
2. Suatu sistem mempunyai maksud tertentu yang sering disebut dengan tujuan (goal)
atau sasaran (objective).
Keberhasilan suatu system tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dimana system itu
diterapkan, suatu system dapat dikatakan berhasil jika system tersebut telah beradaptasi
dengan lingkungan sehingga ada sinergitas antara keduanya. Jika digambarkan lebih
lanjut system yang berinteraksi dengan lingkungan dapat dilihat pada gambar tersebut di
bawah ini :
pelanggan
Kondisi Cuaca
Input
V
e
n
d
o
r
Bahan Baku
Biaya
Sumber
Pemerintah
Proses
Output
Prosedur
Program
Tools
Aktifitas
Keputusan
Performansi
Konsekuensi
Barang Jadi
Layanan
feedback
P
e
s
a
i
n
g
Pengambil Keputusan
Pemegang Saham
Bank
Lokasi sesuai dengan tata guna lahan menurut Dinas Tata Kota.
Kelas jalan yang diijinkan untuk didirikan SPBU yaitu arteri primer, arteri sekunder
dan kolektor primer.
PEMBAHASAN
Pengumpulan Data
Untuk dapat menarik suatu kesimpulan dari studi ini, analisis terhadap kondisikondisi aktual harus dipertimbangkan. Kondisi aktual tersebut biasanya dipresentasikan
dalam bentuk data kuantitatif, yang dikumpulkan dan diolah serta disajikan dalam format
yang lebih komunikatif.
Data-data yang dibutuhkan diperoleh dari bagian-bagian yang berkaitan langsung
dengan studi ini, yaitu sebagai berikut :
a. Seksi Pelayanan Informasi Rencana Tata Kota Dinas Tata Kota Bandung
b. Seksi Jaringan Transportasi Jalan Dinas Perhubungan Kota Bandung
c. Bagian Pemasaran PERTAMINA wilayah III Kota Bandung
2. Menginput data dari hasil survey lapangan pencarian titik koordinat ke dalam
software spatcom, sehingga penyebaran lokasi SPBU dapat dilihat pada tampilan
gambar 2
jarak
ini
dalam
praktek
implementasi
GIS/Spatcom
sangat
Pada gambar 2 dan 3 dapat terlihat bahwa di Kota Bandung hampir semua
pendirian SPBU di Kota Bandung tidak memperhatikan jarak atau radius antar SPBU.
Sehingga hal ini yang dapat menyebabkan setiap SPBU tidak dapat memaksimalkan
pendapatannya. Selain dari itu lokasi tersebut dapat menimbulkan tingginya angka
kemacetan,
di dalam penentuan
wilayah potensial SPBU. Dengan asumsi bahwa laju kepadatan transportasi saat ini
dipicu oleh objek-objek wisata khususnya wisata belanja. Selain itu arus kendaraan
(transportasi) di Kota Bandung yang sangat tinggi dipicu oleh tingginya keluar masuknya
pendatang khususnya dari luar Kota Bandung, sehingga menyebabkan lalu lintas
kendaraan menjadi padat. Berikut ini dapat dilihat pada gambar 4
titik-titik wisata
Untuk menentukan klasifikasi SPBU terpilih yang sesuai dengan kategori dari
Pertamina, yang didasarkan pada intial fee berdasarkan penjualan BBM, maka peneliti
melakukan pemilahan kategori SPBU berdasarkan volume penjualan dan besarnya fee
yang diterima dari setiap SPBU di Kota Bandung. Besarnya initial fee ini menentukan
besaran pendapatan atau fee yang diterima oleh SPBU yang bertalian. Semakin besar
penjualan BBM semakin bersar mereka mendapat fee dari Pertamina. Berikut dapat
dilihat pengkategorian untuk SPBU seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Intial Fee dan Besarannya Berdasarkan Tipe SPBU
TYPE SPBU
SUB TYPE A
SUB TYPE B
SUB TYPE C
SUB TYPE D
SUB TYPE E
Sumber : Pertamina
PERKIRAAN VOLUME
PENJUALAN
>35 Kilo Liter
>25 Kilo Liter dan <=35 Kilo Liter
>20 Kilo Liter <= 25 Kilo Liter
>15 Kilo Liter <=20 Kilo Liter
<= 15 Kilo Liter
BESARNYA INITIAL
FEE
Rp.800.000.000,00
Rp.650.000.000,00
Rp.500.000.000,00
Rp.350.000.000,00
Rp.250.000.000,00
Berdasarkan kategori tersebut, maka ada 9 SPBU yang termasuk kategori initial
fee yang telah ditetapkan oleh Pertamina, SPBU dimaksud adalah sebagai berikut :
Alamat
Jl. Terusan Pasteur
Jl. Tol Purbaleunyi
Jl. Cipaganti No. 142
Jl. Tamblong No. 3
Jl. Terusan Buah Batu
Jl. Holis No 95-97
Jl. Kopo Bihbul No. 88
Jl. Raya Caringin
Jl. Baros No. 547 Cimahi
Nama Pemilik
Ratnawati Soewondo
Pertamina Retail
Giga Intrax
H. Nana Sukarna
H. Nana Sukarna
H. Nana Sukarna
Sri wahyuni
L. Gunawan
H. Dedi Hanurawan
Kategori
A
B
C
C
C
C
C
C
C
Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa dari sejumlah 168 SPBU yang berdiri seWilayah Bandung Raya hanya 9 SPBU yang masuk dalam kategori yang ditetapkan oleh
Pertamina, selebihnya belum bisa masuk kedalam kategori initial fee, dengan kata lain
masih banyak SPBU yang belum bisa memaksimalkan profitnya disebabkan oleh faktor
pemilihan tempat, jarak atau radius antar SPBU yang berdekatan, faktor teknologi yang
belum modern, serta pelayanan kepada konsumen.
10
Dari gambar 5 terlihat bahwa ada 9 wilayah yang menjadi rekomendasi untuk pendirian
SPBU baru berdasarkan beberapa hal yang telah disebutkan di atas. Daerah-daerah
potensial dimaksud sebagai berikut :
1. Cipageran
2. Cimahi Utara
3. Batujajar Barat
4. Darwati
5. Melong
6. Cibeureum
7. Veteran (dalam kota)
8. Asia Afrika (dalam kota)
9. Margahayu Kencana (Jln.H.Wahid Hasyim) Kopo
Masih banyak daerah lain yang layak dan potensial yang tidak terdeteksi oleh
peneliti karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga. Untuk penelitian lebih lanjut,
disarankan untuk menambah daerah lain yang dianggap potensial dengan pengkategorian
yang lebih mendekati real lagi dan bisa memberikan rekomendasi kepada investor untuk
menanamkan modalnya dalam pendirian SPBU.
11
g. Surat pernyataan mengenai luas tanah yang sudah dikuasai / dimiliki oleh
perusahaan pemohon dan perusahaan yang merupakan satu grup
h. Surat pernyataan kesediaan melepaskan / mengalihkan hak atas tanah dari para
pemilik tanah yang sah
2. Terhadap permohonan yang telah memenuhi persyaratan administrasi, dilakukan
telaahan teknis yang menyangkut : kesesuaian peruntukan ruang, kesesuaian
lingkungan dan kesesuaian dengan peraturan teknis lainnya
Ijin Lokasi akan diberikan kepada pemohon, apabila telah memenuhi seluruh
persyaratan administrasi dan teknis.
Persyaratan Permohonan Ijin Baru
Persyaratan permohonan ijin SPBU sebagai berikut:
1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik/pimpinan badan usaha;
2. Biodata perusahaan/akta pendirian perusahaan (untuk badan usaha);
3. Lay out bangunan SPBU dan konfigurasi SPBU yang akan dibangun;
4. Peta lokasi skala 1:10.000 atau lebih besar, dan peta topografi/rupa bumi skala
1:25.000 yang memperlihatkan titik lokasi rencana pendirian SPBU;
5. Data kapasitas penyimpanan dan perkiraan penyaluran BBM;
6. Data inventarisasi perlatan dan fasilitas yang dipergunakan;
7. Rekomendasai dari penyedia BBM yang ditunjuk/diakui oleh Pemerintah dilampiri
dengan salinan/copy kontrak;
8. Foto copy ijin peruntukan penggunaan tanah (IPPT) sesuai dengan skala kegiatan;
9. Foto copy ijin gangguan (HO);
10. Foto copy Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);
11. Bukti pengesahan meter pompa SPBU dari instansi yang berwenang;
12. Foto copy ijin timbun tangki dari instansi yang berwenang;
13. Dokumen pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan skala kegiatan.
Hasil verifikasi kemudian menjadi bahan rekomendasi untuk persetujuan pendirian
SPBU.
12
13
Saran
Sebaiknya setiap SPBU khususnya di Kota Bandung, memperbaiki kinerjanya
agar dapat masuk kedalam pengkategorian SPBU terpilih dengan mempertimbangkan
volume penjualan dan fee yang diperoleh yang telah ditetapkan oleh Pertamina.
Para
investor
sebaiknya
memperhatikan
beberapa
faktor
yang
harus
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Iskandar,dkk.1996.Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib.
Departemen Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Darat,Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS), Neraca Pemerintahan Pusat Indonesia Triwulanan,
Berbagai Edisi.
Charter, Denny & Agtrisari, Irma.2003.Desain dan Aplikasi GIS., Jakarta: Elexmedia
Komputindo
Dinas Perhubungan. 2002. Analisis Trafict Impact Bandung : Dinas Perhubungan
14
Proceeding
Komputer
dan
system
Intelegen,
Auditorium
Claude.
2000.
Geographic
Information
Systems
in
Transportation
15