You are on page 1of 12

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

ACARA 5

“POLIGON TERBUKA”

NAMA : FAUSTINA JESSLUN AFRIAN

NIM : 2209026018

KELOMPOK : 1 (SATU)

ASISTEN : SHALIZAM

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu ukur tanah adalah suatu cabang dari keilmuan geodesi yang khusus mempelajari
sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuran (surveying)
guna mendapatkan hasil akhir yakni sebuah peta. Pengukuran ini dilakukan terhadap
detail-detail alam maupun buatan manusia meliputi posisi horizontal (x,y) dan juga posisi
secara vertikal (z).Pengukuran tanah sangat diperlukan dalam kehidupan modern
terutama dalam jasa konstruksi, dikarenakan hasilnya yang dipakai untuk memetakan
bumi (perairan dan daratan), menyiapkan peta navigasi perhubungan darat, laut, dan
udara, memetakan batas-batas kepemilikan tanah baik perorangan maupun perusahaan,
tanah negara dan bahkan bank data.Pada proses pemetaan terdapat pengukuran kerangka
dasar horizontal (pengukuran mendatar untuk mendapatkan jarak, sudut dan koordinat
mendatar antara titik-titik yang diukur diatas permukaan bumi) dan pengukuran kerangka
dasar vertikal (pengukuran tegak/vertikal untuk mendapatkan jarak, sudut dan koordinat
tegak antara titik-titik yang diukur serta pengukuran titik-titik detail), yang kemudian
digunakan untuk membuat kerangka poligon. Metode poligon adalah salah satu cara
penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan data masukkan yang
merupakan data lainnya yang dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan
jarak. Sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon).

Poligon terbuka (terbuka secara geometris dan matematis ) terdiri atas serangkaian garis
yang berhubungan tetapi tidak kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan
ketelitian sama atau lebih tinggi ordenya. Poligon terbuka kadang- kadang dipakai pada
pengukuran lalu lintas, tetapi pada umumnya patut dihindari karena tidak memberikan
cara pengecekan untuk menemukan ralat dan kesalahan.

Oleh karena itu, Pada praktikum acara ini dilakukan pengukuran untuk poligon terbuka
untuk mengetahui konsep dan prinsip poligon terbuka pada kegiatan survei dan
mengetahui cara pengambilan data dilapangan menggunakan poligon terbuka.
Faustina Jesslun Afrian
2209026018
Kelompok 1
1.2 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan diselenggarakannya praktikum Ilmu Ukur Tanah dengan
materi poligon terbuka, yaitu :
a. Untuk mengetahui azimuth detail yang ada pada seluruh patok.
b. Untuk mengetahui titik detail pada patok 1.
c. Untuk mengetahui luas daerah dengan menggunakan metode koordinat.

Faustina Jesslun Afrian


2209026018
Kelompok 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran
bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti pemetaan dan penentuan posisi
relatif pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur kelengkapan permukaan buminya
dapat diabaikan. Sedangkan pemetaan adalah kegiatan untuk menghasilkan peta, meliputi
tahapan akuisi data dengan survey terestris survey fotogrametri penginderaan jauh/
survey GPS, yang kemudian dilakukan pengolahan data yang ditujukan untuk
menghasilkan perepresentasian data serta informasi dalam bentuk peta analog maupun
peta digital (Tribhuwana, 2018).

Luas adalah jumlah area yang terproyeksi pada bidang horizontal dan dikelilingi oleh
garis-garis batas. Pekerjaan pengukuran studio dan pekerjaan lapangan. Perhitungan dan
informasi luas merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan perencana dari hasil
pengukuran lapangan. Pengukuran luas ini dipergunakan untuk berbagai kepentingan,
yaitu hukum pertanaman, perubahan status hukum tanah, pajak bumi dan lain sebagainya
(Syaifullah, 2018)

Dalam pemetaan medan pengukuran sangat berpengaruh dan ditentukan oleh kerangka
serta jenis pengukuran. Bentuk kerangka yang didesain tidak harus sebuah poligon. tapi
dagat saja kombinasi dari kerangka yang ada. (Fish, 2007)

Bentuk penyajian dinamakan peta jika skalanya kecil. Sedangkan bentuk penyajian
dinamakan plan jika skalanya besar. Sipat datar yang terdapat pada cairan dapat
dimanfaatkan sebagai alat penunjuk yang selanjutnya dikembangkan sebagai alat ukur
beda tinggi antara dua buah titik. Tujuan pengukuran dengan metode beda tinggi adalah
menghitung elevasi tinggi titik dengan menentukan beda tinggi antara dua titik. Definisi
dari beda tinggi antara dua titik yaitu, titik A dan titik B adalah jarak antara dua bidang
nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung,
tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B kecil, maka kedua bidang nivo yang melalui
titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar (Yusuf, 2014).

Faustina Jesslun Afrian


2209026018
Kelompok 1
Metode Poligon merupakan metode terestris yang paling fleksibel untuk diterapkan pada
berbagai bentuk daerah dan kondisi topografi medan. Berbagai metode penghitungan
dapat digunakan dalam penghitungan koordinat poligon. Salah satu yang paling banyak
dimanfaatkan adalah metode Bowditch karena kesederhanaannya dalam penentuan
koordinat kerangka kontrol horizontal. Perhitungan Metode Bowditch menggunakan 2
kontrol hitungan yaitu kesalahan penutup sudut dan kesalahan penutup jarak (kesalahan
jarak linier). Dalam kaitannya dengan kesalahan penutup sudut, salah satu keunikan
sekaligus "kesulitan" untuk juru ukur dari poligon terbuka terikat sempurna adalah adanya
kemungkinan penerapan berbagai rumus penghitungan syarat sudutnya (Bimasena,
2008).

Poligon sering diartikan sebagai segi banyak. Dalam beberapa buku teks juga dijumpai
isitilah traverse yang diartikan sama dengan poligon. (Syaifullah. 2007)

Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan
dari pengukuran lapangan. Pengukuran poligon, pekerjaan menetapkan stasiun-stasiun
poligon dan membuat pengukuran-pengukuran yang perlu, adalah salah satu cara paling
dasar dan paling banyak dilakukan untuk menentukan letak nisbi titik-titik. Ada dua
Hentak dasar poligon: tertutup dan terbuka (Brinker, 2000).

Pada poligon tertutup. (1) garis-garis kembali ke titik awal. jadi membentuk segi banyak
(tertutup secara matematis dan geometris), atau (2) berakhir di stasiun lain yang
mempunyai ketelitian letak sama atau lebih besar daripada ketelitian letak titik awal. Jenis
Redan (geometris terbuka, matematis tertutup), harus mempunyai arah acuan penutup.
Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak-jarak tertentu, suatu
pertimbangan yang sangat penting. Poligon tertutup dipakai secara luas dalam
pengukuran-pengukuran titik kontrol, konstruksi, pemilikan nah dan topografik (Brinker,
2000).

Poligon terbuka (terbuka secara geometris dan matematis) terdiri atas serangkaian garis
yang berhubungan tetapi tidak kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan
ketelitian sama atau lebih tinggi ordénya. Poligon terbuka kadang-kadang dipakai pada
pengukuran jalur lintas, tetapi pada umumnya patut dihindari karena tidak memberikan
cara pengecekan untuk menemukan galat dan kesalahan. Dalam poligon terbuka.
pengukuran-pengukuran harus diulang untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan.
Faustina Jesslun Afrian
2209026018
Kelompok 1
Patok-patok (pancang kayu dengan paku untuk menandai titik), pancang baja, atau pipa
dipasang pada setiap stasiun poligon A. B. C dan seterusnya (Brinker, 2000).

Jenis poligon juga bisa dilihat dari keberadaan titik-titik kontrolnya. Boleh jadi titik-titik
poligon utamanya yang di awal atau diakhir poligon bukan merupakan stasiun kontrol
atau titik yang telah diketahui koordinatnya. Maka jenis ini dikatakan poligon terbuka
secara matematis. Sebaliknya, boleh jadi titik-titik poligon utamanya yang di awal atau
diakhir poligon - merupakan stasiun kontrol atau titik yang telah diketahui koordinatnya.
Maka jenis ini dikatakan poligon tertutup secara matematis (Syaifullah, 2018).

Sebelum penghitungan poligon, perlu dipindahkan data-data ukuran poligon ke famili gn


poligon. Proses pemindahan data ukuran ke data hitungan ini bukanlah hal yang mudah
tetapi diperlukan ketelitian dan keterampilan yang tinggi kualitas pungan akan sangat
bergantung pada kualitas pengukurannya. Oleh sebab itu, pengukuran sudut dan jarak
poligon haruslah dilakukan dengan kesungguhan dan penuh hati-hatian baik dalam hal
pembacaan, pencatatan maupun pengarsipannya. Penting dingatkan, penggunaan
formulir hitungan standar pada saat pengukuran. Hindari salinan data ukuran dari kertas
kosong ke formulir. Pada kesempatan ini hanya akan membahas poligon terbuka terikat
sempurna. Prinsipnya, pengukuran poligon terbuka sama dengan poligon tertutup, diukur
sudut dan jarak, bila perlu azimuth kecuali pada poligon terbuka terikat sempurna karena
pada poligon ini azimuth/sudut jurusan dapat dihitung dus titik yang telah diketahui
koordinatnya. Pengukuran sudut bisa dilakukan dengan cara seri rangkap. Kemudian
sudut tiaptiap titik poligon itu dihitung dan dirata-ratakan. Demikian juga jaraknya
dilakukan pengukuran secara pergi-pulang dan hasilnya diratakan. Data rata-rata inilah
yang nantinya digunakan untuk penghitungan (Syaifullah, 2018)

Telah dijelaskan bahwa poligon adalah suatu rangkaian garis yang saling sambung
menyambung yang pada setiap sambungannya dipasangi titik atau patok. Poligon dapat
terbuka atau tertutup secara geometris atau matematis. Atas dasar itu, poligon dibagi
menjadi poligon tertutup, poligon terbuka lepas, poligon terbuka terikat sebagian. poligon
terbuka terikat, poligon terbuka terikat sempurna. Tidak ada perbedaan antara pengukuran
poligon tertutup dengan poligon terbuka. Sudut diukur dengan dua serirangkap, jarak
diukur dengan cara langsung dengan meteran atau dengan EDM. Pada metoda bowditch,
syarat konsistensi antara jarak dan sudut pun tetap berlaku (Syaifullah, 2018)

Faustina Jesslun Afrian


2209026018
Kelompok 1
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ilmu ukur tanah acara 2, yaitu:
1. Theodolit
2. Statif
3. 6 Patok kayu 35 cm
4. Rambu ukur
5. Kompas
6. GPS (Global Positioning System)
7. Payung

3.1.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ilmu ukur tanah acara 2, yaitu:
1. Modul acara 4
2. Buku lapangan
3. 6 buah baterai AA
4. Form data lapangan

3.2 Prosedur Percobaan

Adapun pengambilan data sebagai berikut :


1. Dilakukan orientasi lapangan dan dilakukan pemasangan patok di daerah yang sudah
ditentukan.
2. Didirikan statif tepat vertikal di atas patok kayu pertama dengan aman sesuai dengan
keadaan setempat.
3. Dipasang alat ukur theodolit diatas statif dan eratkan dengan skrup pengunci hingga
aman.
4. Dicek kedudukan alat ukur theodolit, apakah tepat vertikal di atas titik.

Faustina Jesslun Afrian


2209026018
Kelompok 1
5. Dicek jika kedudukan alat ukur tidak dapat vertical di atas titik, maka buka sekrup
pengait alat ukur ke statif dan geser theodolit tersebut secara hati-hati sehingga
posisinya tepat vertikal di atas patok.
6. Diatur gelembung nivo kotak ke tengah dengan menggunakan sekrup A, B, dan C.
7. Diatur nivo tabung sedemikian rupa sehingga posisinya tepat ditengah–tengah dengan
menggunakan sekrup A, B, dan C dan alat pun sudah dalam posisi sentring.
8. Dinyalakan alat theodolit dengan menekan tombol power.
9. Diarahkan theodolit ke arah Utara menggunakan kompas, lalu tekan tombol reset.
10. Dirahkan theodolit ke arah patok selanjutnya atau di depannya dan bidik rambu ukur
tepat pada tujuan untuk mendapatkan nilai besaran azimut.
11. Ditekan tombol reset untuk mengunci pembacaan sudut horizontal menjadi 0°00’00”
lalu dibaca dan dicatat sudut horizontal dan sudut vertikal pada layar monitor dan
dibaca dan dicatat benang atas dan benang tengah pada lensa okuler untuk
mendapatkan besar sudut biasa.
12. Diputar 180° alat theodolit secara horizontal lalu dicatat sudut horizontal dan sudut
vertikal pada layar monitor dan dibaca dan dicatat benang atas dan benang tengah
pada lensa okuler untuk mendapatkan besar sudut luar biasa.
13. Dilakukan pengukuran titik detail A, B, C, D, E dan catat data yang didapat
14. Letakkan GPS pada patok.
15. Ulangi langkah 2 sampai 14 pada patok 2,3,4 dan 5 serta dicari sudut back sight nya.
16. Dikoresi data-data yang telah didapat
17. Diplotkan data yang telah dikoreksi
18. Dihitung luas area dari peta

Faustina Jesslun Afrian


2209026018
Kelompok 1
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan berdasarkan hasil dari keseluruhan laporan ini, yaitu :
1. Pada praktikum kali ini didapat azimuth detail pada patok 1, α1a senilai 17521’40”,
α1b senilai 24648’0”, α1c senilai 32522’0”, α1d senilai 5033’0”. Detail pada patok
2, α2a senilai 745’30”, α2b senilai 21913’00”, α2c senilai 34010’30”, α2d senilai
31030’50”. Detail pada patok 3, α3a senilai 2796’50”, α3b bernilai 24458’05”, α3c
senilai 20747’50”, α3d senilai 1140’10”, dan α3e senilai 12746’30”. Detail pada
patok 4, α4a senilai 29047’50”, α4b bernilai 24056’10”, α4c senilai 22142’20”,
α4d senilai 314’0”, α4e senilai 314’0”. Detail pada patok 5, α5a senilai 24822’50”,
α5b bernilai 30215’20”, α5c senilai 34145’20”, α5d senilai 1757’30”, α5e senilai
8947’30”.
2. Pada praktikum kali ini didapat titik koordinat detail pada patok 1, X1a senilai
515512.3 m; Y1a senilai 9950188.9 m; Z1a senilai 48.4 m; X1b senilai 515533.4 m;
Y1b senilai 9950178.74 m; Z1b 47.7 m; X1c senilai 515525.4 m; Y1c senilai
9950151.3 m; Z1c 45.8 m; X1d senilai 515485.9 m; Y1d senilai 9950150.6 m; Z1d
47.9 m.
3. Pada praktikum kali ini didapat luas area 1.3 ha.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan, yaitu:
1. Diharapkan agar praktikkan dapat lebih fokus dan serius saat di lapangan.
2. Diharapkan agar praktikkan dapat berkomunikasi dengan lebih baik lagi saat di
lapangan.
3. Diharapkan agar praktikkan memperhatikan barang bawaannya agar tidak tercecer.

Faustina Jesslun Afrian


2209026018
Kelompok 1
DAFTAR PUSTAKA

Bimasena,A.N. (2008). Syarat Sudut pada Poligon Terbuka Terikat Sempurna. Widya
Bhumi, Nomor 23 Tanung.

Brinker, R. C., Walijatun, D., & Wolf, P. R. (2000). Dasar-dasar pengukuran tanah.
Erlangga, Jakarta.

Fish, J. C. L. (2007). Coordinates of Elementary Surveying. London: Curzon Press

Syaifullah, A. (2018).MODUL ILMU UKUR TANAH. Jakarta.

Tribhuwana, A. (2018). Perbandingan Pengukuran Luas Area Antara Theodolit Dan


Global Positioning System. LOGIKA Jurnal Ilmiah Lemlit Unswagati
Cirebon, 22(3), 58-64.

Yusuf, Hamzah.(2014). Buku Ajar Survey dan Pemetaan. Yogyakarta: Deepublish.

Faustina Jesslun Afrian


2209026018
Kelompok 1
LAMPIRAN

Gambar 1. Sentering alat Gambar 2. Mengukur tinggi


instrumen

Gambar 4. Menembak rambu


Gambar 3. Mengarahkan Theodolit
ukur
ke arah utara

Faustina Jesslun Afrian


2209026018
Kelompok 1
LAMPIRAN

Faustina Jesslun Afrian


2209026018
Kelompok 1

You might also like