You are on page 1of 11

Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021

DOI: 10.36565/jab.v10i1.293
p-ISSN: 2655-9266
e-ISSN: 2655-9218

Hubungan Penggunaan Media Sosial Whatsapp Berkonten Pornografi dengan


Perilaku Seksual Berisiko pada Remaja di SMKN X Jakarta Timur
Nurwati Rettob1, Murtiningsih2*
1,2
STIKes Jayakarta PKP DKI
Email: *murtiningsihkadun@gmail.com

Submitted :12 /10/2020 Accepted: 11-01-2021 Published: 06 /03/2021

Abstract
WhatsApp is social media which very popular in the society. Using social media such as WhatsApp
has a positives and negatives impacts. The negative impact of WhatsApp is the teenager which
access and share the link of pornographies. The aim of this research is to know the relation
between the users of WhatsApp as social media which has content of pornographies and sexual
behaviors toward teenagers at SMKN X East Jakarta. The methodology in this research is using
correlation study. The instrument which is using questionnaire of user WhatsApp as social media
and questionnaire which for the people who has big risk to sexual behaviors. Population which
uses in this research is students at SMKN X East Jakarta which took 104 respondents as sample.
The result from univariate analyses in this research is showing us that most of the respondents
which using WhatsApp as social media has 58 respondents (55,8%) that got negative impacts. And
for sexual behaviors 58 respondent (55,8%) which categorize to have big risk. The result of
analyses of chi square, that shows us that there is signification relation between the users of
WhatsApp as social media which has content of pornographies and sexual behaviors
towardteenagers at SMKN X East Jakarta with value p-value (0,040), and value OR=2,470 which
means that if the users of social media such WhatsApp that has contents of pornographies
(negative) then teenagers have big opportunity to do sexual behaviors.
Key World: whatsapp using, pornography, risk sexual behavior, teenagers.

Abstrak
WhatsApp adalah media sosial yang paling populer di masyarakat. Penggunaan media
sosialWhatsApp memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatif WhatsApppada remaja
diantaranya adalah remajamengakses dan bertukar linkpornografi. Tujuan Penelitian ini untuk
mengetahui hubungan penggunaan media sosial WhatsApp berkonten pornografidengan perilaku
seksual berisiko pada remaja di SMKN X Jakarta Timur. Metode dalam penelitian ini
menggunakan rancangan study korelasi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner penggunaan
media sosial WhatsApp dan kuesioner perilaku seksual berisiko. Populasi pada penelitian ini adalah
siswa/siswi SMKN X Jakarta Timur dengan sampel sebanyak 104 responden. Hasil analisa yang
digunakan adalah chi square. Hasil Analisa univariat didapatkanpenggunaan media sosial
WhatsApp negatif lebih banyak yaitu 58 responden (55,8%) dan perilaku seksual dalam kategori
beresiko sebanyak 58 responden (55,8%). Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan
antara penggunaan media sosial WhatsApp berkonten pornografidengan perilaku seksual berisiko
pada remaja di SMKN X Jakarta Timur dengan nilaip-value (0,040), dan nilai OR= 2,470 yang
menunjukan bahwa apabila pengunaan media sosial WhatsApp berkonten pornografi negatif maka
remaja memiliki kesempatan untuk melakukan perilaku seksual berisiko.
Kata Kunci : penggunaan whatsapp, pornografi, perilaku seksual berisiko, remaja
19 tahun. Menurut Badan Kependudukan
PENDAHILUAN dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN
(2017), rentang usia remaja adalah 10-24
Menurut Word Health tahun dan belum menikah. Menurut
Organization(2011), pravelensi remaja di Kemenkes RI (2015), jumlah kelompok
dunia diperkirakan 1,2 miliyar atau sekitar usia 10-19 tahun di Indonesia menurut
seperlima dari jumlah penduduk dunia 10-

145
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021
DOI: 10.36565/jab.v10i1.293
p-ISSN: 2655-9266
e-ISSN: 2655-9218

Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta dunia. Aplikasi media sosial WhatsApp
atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. dapat digunakan untuk mengirim dan
Didunia diperkirakan kelompok remaja menerima berbagai macam media dalam
berjumlah 1 milyar atau 18% dari jumlah bentuk teks, foto, video, dokumen, dan
penduduk. lokasi, bahkan WhatsApp saat ini dapat
Pada masa remaja informasi tentang digunakan untuk melakukan panggilan
masalah seksual sudah berkembang pesat di suara dan panggilan video. Pesan dan
internet, pada masa ini remaja memiliki panggilan menggunakan WhatsApp dapat
rasa ingin tahu yang tinggi terhadap diamankan dengan enskripsi end-toend,
masalah seksual sehinga tidak dapat sehingga tidak ada pihak ketiga, (Nasrullah,
dipungkiri remaja menggunakan intenet 2017).
untuk memenuhi rasa keingintahuan Berdasarkan data Pernita Hestin
tentang setiap informasi yang diiginkannya Untari (2020), Di Amerika Serikat (AS),
(Yudrik Jahaja (2011)). Era globalisasi pengguna media sosial WhatsApp
teknologi semakin maju, sehingga tidak mencapai 68,1 juta. Jumlah pengguna
dapat dipungkiri hadirnya internet semakin WhatsApp terus meningkat di AS,
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, diprediksi akan mencapai 85,8 juta pada
baik dalam kegiatan sosialisasi, pendidikan, 2023. Berdasarkan data dari survei
tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial (Hootsuite, 2019), WhatsApp menjadi salah
mempunyai pengaruh yang besar dalam satu media sosial paling aktif digunakan
kehidupan masyarakat khususnya kalangan oleh masyarakat Indonesia mencapai 83%.
remaja, media sosial sudah menjadi candu Artinya sekitar 124 pengguna
yang membuat penggunanya tiada hari internet,menggunakan WhatsApp pada gadg
tanpa membuka media sosial. et mereka. WhatsApp menempati urutan
Berdasarkan data dari We are kedua untuk media sosial paling aktif di
Social & Hootsuite (2019), Jumlah Indonesia. pengguna WhatsApp meningkat
penggunaan internet di seluruh dunia karena lebih banyak orang mengandalkan
diproyeksikan mencapai tiga miliyar jiwa aplikasi WA untuk tetap berhubungan
pada tahun 2015, sedangkan pada tahun dengan teman dan keluarga mereka.
2019 diperkirakan sebanyak 4,437 miliyar Menurut penelitianDewi (2020),
jiwa mengakses internet dari total 7,697 yang berjudul hubungan penggunaan
miliar jiwa populasi dunia. Berdasarkan smartphone dengan perilaku seksual bebas
data dari (Asosiasi Penyelenggara Jasa pada remaja di SMKX Gunung Putri Bogor
Internet Indonesia (APJII), 2018) pengguna didapatkan data sebanyak 94.6% responden
internet di Indonesia selalu mengalami pernah mengirim video porno digrup
peningkatan setiap tahunnya, mencapai WhatsApp. Adapun remaja yang
64,8% atau sama dengan 171,17 juta jiwa menyalahgunakan chatting menyimpang
dari total 264,16 juta jiwa populasi di seperti chat seks serta mengirim video
Indonesia. pornografi hasil penelitian ini sejalan
WhatsApp (WA)adalah apliksi yang dengan hasil wawancara yang dilakukan
dirancang untuk memudahkan penggunanya pada siswa di SMK “X” tersebut bahwa
untuk tetap terhubung dan berkomunikasi adanya grup WhatsApp satu sekolah yang
kapan saja, dan dimana saja. WA sengaja dibuat hanya untuk saling bertukar
memberikan berbagai macam fitur bagi video pornografi didalamnya. Group WA
penggunanya dengan menggratiskan tersebut dibuat khusus untuk saling bertukar
pengiriman pesan dan melakukan panggilan atau mengirim video-video berbau
secara sederhana, aman, dan cepat ke pornografi.
berbagai jenis telepon di seluruh penjuru

146
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021
DOI: 10.36565/jab.v10i1.293
p-ISSN: 2655-9266
e-ISSN: 2655-9218

Menurut Azmiah Soebagijo(2010) petting, dan 10,2% melakukan hubungan


pornografi merupakan tulisan atau gambar, seksual berisiko di Jabotabek.
suara, tampilan bergerak atau hal-hal yang Berdasarkan hasil study
membangkitkan gairah seksual. Teknologi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti
yanng makin canggih membuat produk pada tanggal 17 desember 2019 dengan
pornografi beraneka ragam, serta adanya memberikan kuesioner sederhana kepada
kemudahan akses untuk mencapai sumber- 15 siswa/siswi SMKN X Jakarta
suber dan bahan porno. Pornografi dalam didapatkan remaja yang pernah
10 tahun terakhir memang berkembang mendapatkan situs video pornografi dari
luarbiasa pesat, terutama sejak di temukan temanya yang dikirim melalui aplikasi
internet abad 20. Saat ini hampir 70% situs WhatsApp sebanyak 5 orang (33,3%),
pornografi yang tersedia di web berisi remaja yang sering mendapatkan situs
pornografi. video pornografi sebanyak 6 orang (40%),
Komisi Perlindungan Anak remaja yang tidak mendapatkan situs video
Indonesia (KPAI) (2018), menyebutkan pornografi sebanyak 4 orang (26,7%).
bahwa 96% anak-anak berusia 10-17 tahun Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan
di Indonesia pernah membuka konten menggunakan metode FGD (Focus Group
negatif (porno) dengan rata-rata Discussion) kepada 15 remaja di dapatkan
penggunaannya 64 jam setiap bulannya hasil bahwa terdapat 3 remaja yang
terhadap 4.500 pelajar SMP dan SMA di 12 mengatakan ada salah satu dari temannya
kota besar. Remaja tersebut mengaku telah sudah mencoba untuk menyebarkan video
mengakses situs berkonten pornografi dan pornografi via WhatsApp di group mereka.
juga menonton video porno melalui Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
internet. Ketika remaja mengakses konten mengetahui hubungan penggunaan media
negatif saat menggunakan internet, maka sosial WhatsApp berkonten pornografi
remaja tersebut rentan terhadap dengan perilaku seksual berisiko pada
permasalahan perilaku seksual berisiko. remaja di SMKN X Jakarta Timur.
Pada remaja usia 15-19 tahun,
proporsi terbesar bepacaran pertama kali METODE PENELITIAN
pada usia 15-17 tahun sekitar 33,3% remaja Metode penelitian ini menggunakan
perempuan dan 34,5% remaja laki-laki studi korelasi. Lokasi penelitian ini
yang berusia 15-19 tahun mulai berpacaran dilakukan di SMKN X Jakarta Timur
pada saat meraka belum berusia 15 tahun. Waktu penelitian pengumpulan data dalam
Pada usia tersebut dikhawatirkan belum penelitian ini sudah di lakukan pada tanggal
memiliki ketrampilan hidup (life skils) yang 25 April 2020 sampai 6 Juni
memadai,sehingga mereka berisiko 2020.Populasi dalam penelitian ini
memiliki perilaku pacaran yang tidak sebanyak 125 responden. Jumlah sempel
sehat,antara lain melakukan hubungan dalam penilitian ini adalah 104 responden
sekssual berisiko (Kemenkes RI , 2015). SMKNX Jakarta Timur. Metode sampling
Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja yang digunakan dalam penelitian ini
Indonesia (SKRRI) (2011), remaja (14-19 mengunakan metode kuota sampling yaitu
tahun) tentang perilaku seksual berisiko sempel yang diambil berdasarkan kuota
remaja terhadap kesehatan reproduksi sempel yang dibutukan yaitu 104
remaja menunjukkan dari 19.173 remaja responden. Pengumpulan data dilakukan
92% sudah pernah berpacaran. Pada saat pada saat pandemic Covid 19, sehingga
berpacaran melakukan pegang-pegangan peneliti tidak melakukan tatap muka
tangan, 82% ciuman, 62% melakukan langsung dengan responden. Pengambilan
data melibatkan wali kelas untuk

147
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021
DOI: 10.36565/jab.v10i1.293
p-ISSN: 2655-9266
e-ISSN: 2655-9218

menyebarkan link kuesioner kepada (2014), karakteristik remaja yang berusia


siswa/siswi menggunakan google form, 17 mulai mengungkapkan kebebasan diri,
setelah kuesinoner disebarkan oleh wali mempunyai cirta tubuh (body image), dapat
kelas peneliti memantau melaluiemail goole mewujudkan rasa cinta yang mendalam.
form untuk mengetahui jumlah dari setiap Pada usia 17 tahun merupakan ambang
responden yang sudah mengisi kuesioner, masa dewasa dengan semakin mendekat
setelah jumlah kuota sampel terpenuhi 104 nya usia kematangan, mereka mulai tertarik
responden peneliti langsung kepada lawan jenis dan mulai berpacaran.
memberitahukan kepada pihak sekolah
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
bahwa penelitan sudah selesai dan bagi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa SMKN X
sisiwa/siswi yang belum mengisi kuesioner Jakarta Timur Tahun 2020 (N=104)
diberitahukan bahwa tidak perlu mengisi
link kuesioner karena penelitian sudah Jenis Frekuensi %
kelamin
selesai dan kuota menjadi responden sudah Laki-laki 75 72,1
penuh. Analisa data menggunakan
ChiSquare. Alat pengumpulan data pada Perempuan 29 27,9
penilitian ini adalah kuesioner. Total 104 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa reponden


HASIL DAN PEMBAHASAN yang berjenis kelamin laki-laki lebih
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden banyak yaitu 75 responden (72,1%) dan
Berdasarkan Usia Siswa SMKN X Jakarta Timur responden yang berjenis kelamin
Tahun 2020 (N=104) perempuan sebanyak 29 responden
(27,9%).
Usia Frekuensi %

16 Tahun 27 25,0 Hasil penelitian ini selaras dengan


penelitianYuli (2013), menunjukkan bahwa
17 Tahun 73 70,2 sebgaian besar responden berjenis kelamin
18 Tahun 4 4,8 laki-laki sebanyak 57 responden (57,6% ),
sedangkan yang berjenis perempuan
Total 104 100
sebanyak 42 responden (42,4%).Penelitian
Tabel 1 hasil analisis didapatkan bahwa ini berkaitan dengan penelitiansebelumnya
reponden yang berusia 17 tahun lebih olehJonathan (2018), kebiasaan remaja
banyak yaitu 73 reponden (70,2) dan mengakses pornografi sabanyak 93% laki-
reponden yang berusia 16 tahun sebanyak laki sudah terpapar konten pornografi dan
27 responden (26,0), dan responden yang remaja perempuan terpapar konten
berusia 18 tahun sebanyak 4 responden pornografi sebanyak 71% . Hasil
(4,8). penelitian ini berkaitan dengan hasil survei
Kemenkes (2015) presentase seks pra nikah
Penelitian ini selaras dengan pada remaja tahun 2012, remaja laki-laki
penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti lebih banyak pernah melakukan seks
Nor (2019), terdapat responden mayoritas pranikah 14,6% dibandingkan perempuan
yang berusia 17 tahun sebanyak 64 orang 1,8%. Dari hasil survei yang sama di
(56,15%). Hasil penelitian ini selaras dapatkan alasan hubungan seksual pranikah
dengan penelitian yang diteliti oleh tersebut sebagian besar karena penasaran
(Pratama Dimas dkk, 2017), didapatkan ingin tahu (57,5%), terjadi begitu saja
hasil bahwa responden yang berusia 17 (38%).
tahun sebanyak 54 (60,7%). Penelitan ini
juga berkaitan dengan teori Kumalsari dkk

148
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021
DOI: 10.36565/jab.v10i1.293
p-ISSN: 2655-9266
e-ISSN: 2655-9218

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Indonesia (KPAI) (2018), yang menyatakan


Kuesioner Penggunaan Media Sosial WhatsApp bahwa 96% anak-anak berusia 10-17 tahun
Di SMKN X Jakarta Timur Tahun 2020 (N=104)
di Indonesia pernah membuka konten
negatif (porno) dengan rata-rata
penggunaannya 64 jam setiap bulannya
Variabel Frekeunsi Presentasi terhadap 4.500 pelajar di 12 kota besar
sebanyak 97% remaja mengaku telah
Positif 46 44,2% mengakses situs berkonten pornografi dan
juga menonton video porno melalui
Negatif 58 55,8%
internet. Ketika remaja sudah terlibat
Total 104 100% dalam perilaku negatif ketika menggunakan
internet, maka remaja tersebut rentan
terhadap permasalahan perilaku seksual
berisiko. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Tabel 3 menunjukkan hasil penelitian
penelitian Harni Andriani dkk (2016),
didapatkan hasil bahwa responden yang mengatakan bahwa remaja yang mengakses
menggunakan media sosial WhatsApp media pornografi lebih banyak yaitu 83
secara positif sebanyak 46 responden responden (92,2%), dan sebanyak 7
(44,2%), dan responden yang menggunakan responden (7,8%) remaja tidak pernah
media sosial WhatsApp secara negatif mengakses konten pornografi. Penelitian ini
sebanyak 58 responden (55,8%). selaras dengan penelitian yang diteliti oleh
Hasil penilitian ini sejalan dengan Pujiati Eny (2018), bahwa sebanyak 264
penilitian Dewi (2020), didapatkan data responden (82,2%) sering terpapar media
bahwa sebanyak 94.6% responden pernah pornografi dan hanya 57 responden (17,8%)
mengirim video porno digrup WhatsApp. yang jarang terpapar media pornografi.
Adapun remaja yang menyalahgunakan Ketertarikan remaja terhadap materi porno
chatting menyimpang seperti chat seks berkaitan dengan masa transisi yang sedang
serta mengirim video pornografi hasil dialaminya serta adanya dorongan perilaku
penelitian ini sejalan dengan hasil seksual tersebut dapat muncul ketertarikan
wawancara yang dilakukan pada siswa di dengan lawan jenis yang melibatkan emosi
SMK “X” tersebut bahwa adanya grup (rasa cinta,sayang) sehingga menimbulkan
WhatsApp satu sekolah yang sengaja dibuat rangsangan remaja untuk melakukan.
hanya untuk saling bertukar video Penelitian ini didukung oleh
pornografi didalamnya. BKKBN (2017), Hasil survei pornografi
Menurut Azmiah Soebagijo, (2010) yang dilakukan di DKI jakarta dan
pornografi merupakan tulisan atau gambar, pandeglang menunjukkan sebanyak 96,7%
suara, tampilan bergerak atau hal-hal yang telah terpapar pornografi, dan 3,7%
membangkitkan gairah seksual. Teknologi mengalami kecanduan pornografi.
yanng makin canggih mebuat membuat Penelitian ini selaras dengan penelitian
produk pornografi beraneka ragam, serta Rahmawati (2012), mengatakan sebanyak
adanya kemudahan akses untuk mencapai 34,5% remaja SMA Kesatria Medan yang
sumber-suber dan bahan porno. Pornografi mengakses situs porno (cybersex) dan
dalam 10 tahun terakhir memang terjerumus dalam perilaku seksual berisiko.
berkembang luar biasa pesat, terutama sejak Dampak dari cybersex dapat merangsang
ditemukan internet abad 20. Saat ini hampir hasrat seksual sehingga membuat individu
70% halaman situs pornografi yang tersedia langsung melakukan apa yang mereka lihat
di web berisi pornografi. Penilitian ini (acting out).
didukung oleh Komisi Perlindungan Anak

149
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021
DOI: 10.36565/jab.v10i1.293
p-ISSN: 2655-9266
e-ISSN: 2655-9218

Penelitian ini sejalan dengan media sosial WhatApp yaitu pertukaran


penelitian yang diteliti Akbar (2017), informasi menjadi cepat dan mudah,
banyak masalah yang disebabkan oleh WhatsApp juga dapat dimanfaatkan untuk
paparan pornografi di internet data yang di mempermuda siswa dalam mengirimkan
peroleh sebanyak 32% di kota-kota besar tugas, Aplikasi WhatsApp selain dalam
di Indonesia pernah berhubungan seks. kegiatan belajar dapat di gunakan oleh
Kota-kota besar yang dimaksud tersebut guru, pihak sekolah dan wali murid, Pihak
antara lain Jakarta, Surabaya, dan Bandung, sekolah dapat melakukan komunikasi
dan dari data survey yang dilakukan dengan wali murid melalui fitur WhatsApp
diketahui bahwa salah satu pemicu utama seperti pengiriman foto, video,dan lain-
dari perilaku remaja tersebut adalah muatan lainya sehinga wali murid dapat memonitor
pornografi yang diakses via internet . Hasil aktivitas siswa di sekolah dan dapat
penelitian ini berkaitan dengan penelitian memperoleh informasi lainya seperti
Suwarni Linda (2015), menunjukan pengumuman atau informasi penting lainya
sebagian besar responden terpaparan media melalui komonikasi dengan guru atau pihak
pornografi sebanyak (57,3%). sekolah. Penilitian ini sejalan dengan
Kecanggihan teknologi yang semakin hari penilitian Muhamad Wildan Sahidillah
semakin cangih dapat berdampak buruk (2019), mengatakan penggunaan WhatsApp
bagi remaja terutama remajaa yang sudah sebagai media leterasi digital siswa yaitu
salah mengunakan media sosial mereka siswa dapat berbagi materi pelajaran
untuk mengakses konten pornografi, sesuai WhatsApp memiliki fitur yang bisa
dengan teori Indriyani (2014), menyimpan dokumen dalam bentuk PDF,
menjelaskan remaja adalah tahap umur microsoft word, excel, powerpoint, maka
yang datang setelah masa kanak-kanak dari itu pengunaan WhatsApp dapat berbagi
berakhir, di tandai oleh pertumbuhan fisik dukemen dengan puasa dan jauh lebih
yang cepat. Selain pertumbuhan fisik muda. Selain itu bisa digunakan sebagai
remaja juga mengalami perubahan pembelajaran jarak jauh (PJJ) mengunakan
emosional dan psikososial dikarenakan fitur voice note.
kematangan organ-organ seksual dan Pembelajaran jarak jauh bisa
perubahan hormonal, mengakibatkan digunakan oleh siswa dengan guru yang
terjadinya perilaku seksual beresiko. tergabung dalam satu grup tertentu.
Dorongan seksual remaja menimbulkan Pembelajar bisa dilakukan sesuai
rasa keingin tahuan akan seksualitas serta kesepakatan guruh dan siswa. WhatsApp
remaja berani mengabil resiko. bisa digunakan untuk membagikan materi
Penelitinan ini selaras dengan melalui status, siswa mengunakan aplikasi
penelitian Maximilianus Dasril Samu WhatsApp story atau status di WhatsApp
(2019), mengatakan bahwa dari akses siswa bisa berbagi, vedeo dan link
media internet yang digunakan remaja mengunkan status.
terdapat 55 remaja memiliki 4-6 akun
Tabel 4 Distribusi Frekeunsi Responden
media sosial, dengan aplikasi terbanyak Beadasarkan Perilaku Seksual Berisiko Pada
WhatsApp sebesar 55,0% dengan Remaja SMKN X Jakarta Timur Tahun 2020
menggunakan smartphone. Paparan (N=104)
informasi seharusnya meningkatkan
Variabel Frekuensi Presentasi
pengetahuan dan pemahaman yang benar
Beriko 58 55,8%
pada remaja, khusus nya tentang kesehatan
reproduksi dan seksual.Hal ini sejalan Tidak 46 44,2%
dengan teori Pangestitika (2018) yang Berisiko
Total 104 100%
mengatakan bahwa dampak positif dari

150
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021
DOI: 10.36565/jab.v10i1.293
p-ISSN: 2655-9266
e-ISSN: 2655-9218

Tabel 4 hasil analisis didapatkan bahwa berisiko yang sering dilakukan oleh remaja
perilaku seksual beresiko pada remaja yaitu kissing ciuman yang dilakukan untuk
mayoritas perilaku seksual beresiko menimbulkan rangsangan seksual, Necking
sebanyak 58 responden (55,8%) sedangkan berciuman di sekitar leher bawah, petting
perilaku seksual tidak beresiko pada remaja perilaku menggesek-gesekan bagian tubuh
hanya 46 responden (44,2%). yang sensitif sepeti payudara dan organ
Dalam penelitian ini didapatkan hasil kelamin, intercouse bersentuan dua organ
bahwa reponden yang melakukan perilaku secara seksual yang dilakukan oleh remaja
seksual berisiko yaitu reponden yang pria dan wanita, melihat gambar video
menyatakan berimajinasi tentang perilaku pornografi gambaran yang dirancang
seksual setelah mendapatkan link video dengan sengaja dan semata-mata untuk
porno dari WhatsApp sebanyak, responden membangkitkan nafsu seks.Hasil penelitian
pernah terangsang saat melihat video atau ini sesuai dengan penelitian yang diteliti
gambar pornografi sebelum melakukan oleh (Mahmud dkk, 2016)menyatakan
hubugan seksual , senang berjalan sambil bahwa perilaku seksual berisiko lebih tinggi
berpegangan tangan dengan lawan jenis, pada remaja yang mendapatkan paparan
berpelukan dengan lawan jenis, mencium pornografi tinggi dengan sumber informasi
kening, berciuman bibir dengan lawan jenis seksual (35,5%) dibandingkan dengan
yang disukai, pernah disentuh atau remaja yang mendapatkan paparan rendah
menyentuh bagian tubuh sensitif dengan sumber informasi seksual (17,3%).
(leher,dada paha,kemaluan) dengan pacar, Penelitian ini diperkuat oleh
yang mengajak atau diajak untuk penilitian Edelina Angwarmase, (2016)
melakukan hubungan seksual sebelum didapatkan menunjukan bahwa sebagian
menikah, peranah dipaksa sama pasangan besar mengalami paparan media berisiko
untuk melakukan hubungan seksual. tinggi yaitu 46 orang (64,8%) dan kategori
Hasil Penelitian ini selaras dengan remaja yang telah terkena paparan media
penelitian yang diteliti Suwarni Linda berisiko tinggi, seluruhnya telah melakukan
(2015), bahwa tahapan perilaku seksual perilaku seksual berisiko tinggi yaitu
berisiko pada remaja dimulai dengan sebanyak orang 46 orang
berpegangan tangan (82,7%), berpelukan (64,8%).Penelitian ini juga sejalan dengan
(60,7%), ciuman bibir (47,7%), meraba penelitian Faridah (2018), pada responden
daerah sensitif sendiri (19,3%), seks oral yang berjenis kelamin laki-laki sudah
(7%), seks anal (4%), intercourse (14,7%). melakukan perilaku seksual berisiko
Diantara remaja yang melakukan sebanyak 93,8% sudah melakukan
intercourse, 3,3% pernah mengalami pegangan tangan, 64,8% berciuman bibir
kehamilan yang tidak diinginkan sebanyak 64,8%, meraba bagian payudara
(KTD).Penelitian ini sejalan dengan Survei dan paha, 43%, meraba atau diraba bagian
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia alat kelamin di luar baju 37,5%, meraba
(SKRRI) (2011), remaja yang berusia 14-19 atau diraba bagian alat kelamin sebanyak
tahun yang sudah melakukan perilaku 33,6%, pernah melakukan seks oral
seksual berisiko remaja di jabotabek sebanyak 24,2%, melakukan hubungan
menunjukkan dari 19.173 remaja sudah seksual sebelum menikah sebanyak 30,5%.
pernah berpacaran sebanyak 92%, pada saat Data tersebut diperkuat oleh
berpacaran melakukan pegangan tangan BKKBN (2010), yang mengungkapkan
sebanyak 82%, ciuman sebanyak 62%, bahwa dari 100 remaja di Jabotabek 51%
melakukan sebanyak petting, 10,2%. remaja sudah pernah melakukan hubungan
seksual brisiko pranikah. Di Surabaya 54%,
Penilitian ini didukung oleh teori dari Bandung 47%, Medan 52%, Yogya 37%.
Sarwono (2010) Jenis-jenis perilaku seksual

151
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021
DOI: 10.36565/jab.v10i1.293
p-ISSN: 2655-9266
e-ISSN: 2655-9218

Penelitian ini didukung oleh penelitan yang prestasi akan meningkat prestasi belajar
diteliti Mahmud dkk (2016), didapatkan salah satu dampak positif pacaran yang
responden yang berperilaku seksual sering di sebut sebut kaum muda. pacaran
berisiko (20,9%) dan 5,1% diantaranya dapat meningkatkan prestasi. Hal tersebut
mengaku pernah melakukan hubungan bisa terjadi karena para kaum muda akan
seksual. Alasan terbanyak yang termotivasi oleh pasangannya sehingga
dikemukakan remaja adalah karena ingin dapat meningkatkan prestasi karena saat
tahu/coba-coba (50%). Responden pacaran kaum muda bisa belajar bersama
mengaku melakukan hubungan seksual dan saling mengajari satu sama lain.
dengan pacarnya sebanyak (87,5%) dan Menurut Hakiim Lukman (2014), dampak
tempat melakukannya di hotel/ wisma positif pacaran prestasi belajar bisa
(50%). meningkat, pergaulan bisa tambah meluas,
Penilitian ini sejalan dengan survey mengisi waktu luang, perasaan aman,
yang dilakukan Greater Jakarta Transition tenang, nyaman dan terlindung, tambah
to Adulthood survey (GTAS), (2011) dewasa, menghindari stres, proses
mengatakan bahwah pada remaja di daerah perkenalan, pacaran dapat mengenali
Jakarta, Bekasi dan Tangerang didapatkan pasangan pilihannya
hasil bahwa sebanyak 11% dari remaja Tabel 5 Hubungaan Pengunaan Media Sosial
yang belum menikah pernah melakukan WhatsApp Berkonten Pornografi Dengan
Perilaku Seksual Berisiko Remaja Di SMKN X
hubungan seks, dengan perbadingan 16% Jakarta Timur 2020 (N=104)
pada laki laki dan 5% pada perempuan.
Berdasarkan data penelitian Reni
Dwi Parihat (2015), mengatakan remaja
yang berkontak fisik pegangan tangan,
memeluk, mencium pipi sebanyak 58,3%,
mencium bibir sebanyak 22,4%, memegang
payudara kekasih sebanyak 8,4%,
memegang alat kelamin kekasih dengan
tangan sebanyak 5,8%, mengelus kelamin
kekasi hingga terangsang 5,6%, pernah
bersetubuh sebanyak 2,8%, jumlah
pasangan yang melakukan hubungan suami
istri dengan keksih sebanyak Berdasarkan hasil analisis dari Tabel 5
42,4%.Penelitian diatas selaras dengan didapatkan sebanyak 38 (39,4%) responden
penelitian Risza Choirunissa (2016), bahwa yang menggunakan media sosial WhatsApp
didapatkan hasil penelitian yaitu perilaku negatif berkonten pornografi melakukan
seksual remaja yang beresiko dengan hasil perilaku seksual berisiko. Sedangkan
tertinggi sebanyak 88 responden dan responden yang menggunakan media sosial
perilaku seksual pada remaja yang tidak WhatsApp positif sebanyak 20 (20,2%)
beresiko sebanyak 66 responde. responden menunjukkan perilaku seksual
Menurut penelitian yang dilakukan tidak berisiko. Berdasarkan hasil uji statistik
oleh Irwan (2017), bahwa perilaku seksual di dapatkan nilai p-value sebesar 0,040
tidak berisiko pada remaja dapat berupa artinya p-value< 0,05, sehingga dapat
perilaku berpacaran sehat sebanyak 111 disimpulkan bahwa H0 ditolak yang
responden (53%), adapun perilaku bermakna terdapat hubungan bermakna
berpacaran sehat terdiri dari sehat secara antara penggunaan media sosial WhatsApp
fisik, psikis dan sosial. Pacaran sehat bisa berkonten pornografidengan perilaku
berdampak positif pada remaja yaitu, seksual berisiko remaja di SMKN X Jakarta

152
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021
DOI: 10.36565/jab.v10i1.293
p-ISSN: 2655-9266
e-ISSN: 2655-9218

Timur serta didapatkan nilai OR= 2,470 yang informasi dan peran keluarga terhadap
menunjukan bahwa apabila pengunaan media perilaku seksual pada siswa smk negeri 1
sosial WhatsApp berkonten pornografi kendari tahun 2016. Hasil penelitiannya
negatif maka remaja memiliki kesempatan menunjukan bahwa akses media informasi
untuk berperilaku seksual berisiko. Hal mempunyai hubungan dengan perilaku
tersebut dapat terjadi karena pada masa seksual remaja siswa SMK Negeri 1 Kendari
remaja terjadi perubahan fisik dan seksual kota kendari Tahun 2016 dengan nilai
yang signifikan sehingga ketertarikan seksual p=0,010 (0,05). Penilitian ini selaras dengan
terhadap lawan jenis cukup besar dan penelitian Rismawan (2014), didapatkan
dorongan seksual juga berkembang. hasil bahwa ada hubungan yang signifikan
Perubahan fisik yang pesat dan perubahan antara keterpaparan pornografi menurut isi
hormonal merupakan pemicu masalah (content) yang terdiri dari: gambar porno,
kesehatan remaja karena timbulnya dorongan video/film porno, cerita porno yaitu
motivasi seksual yang menjadikan remaja persentase tertinggi pada video/film porno
rawan terhadap penyakit dan masalah sebesar (69,90%), dengan pengetahuan
kesehatan reproduksi, hubungan seks tentang perilaku seksual dengan p
pranikah (Kusmiran, 2014). value=0,000. Uji chi-square menunjukkan
Hasil penelitian ini diperkuat oleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara
Maximilianus Dasril Samu (2019), dalam keterpaparan pornografi menurut isi (content)
peniitiannya yang berjudul analisis pengaruh yang terdiri dari: internet, tablet, handphone,
media internet terhadap perilaku yaitu persentase tertinggi pada internet
penyimpangan seksual berisiko pada remaja sebesar (42,22%), dengan tindakan tentang
di smp negeri 4 tebing tinggi . didapatkan perilaku seksual dengan p value=0,023, dan
hasil uji chi square diperoleh nilai p-vule ada hubungan yang signifikan antara tingkat
0,015 yang artinya terdapat hubungan keterpaparan pornografi.
signitifikan pengaruh media intenet terhadap Penilitian ini didukung oleh penilitian
perilaku penyimpangan seksual berisiko Dewi (2020), didapatkan hasil uji statistik
remaja di SMP Negeri 4 Tebing Tinggi. diperoleh nilai P=0,000 dan α 0,05 nilai p
ketika responden sering mengkses media lebih kecil dari α, maka hipotesis Ho ditolak
internet, maka responden tersebut berpeluang Ha diterima dapat disimpulkan ada
6,86 kali terjadi perilaku penyimpangan hubungan antara proporsi kejadian perilaku
seksual berisiko. remaja menggunakan smartphone secara
Hasil penelitian ini selaras dengan positif dan negatif ada hubungan yang
Penilitian ini diperkuat oleh penilitian signifikan antara penggunaan smartphone
Edelina Angwarmase, (2016) didapatkan dengan perilaku seksual pada remaja di
hasil penelitian bahwa ada hubungan yang SMKN X .
kuat antara paparan media pornografi dengan
perilaku seksual pada remaja dengan nilai p SIMPULAN
=0,000 < α = 0,05 dan r = 0,769. Penilitian Dari 104 siswa/sisiwi sebagian besar
ini selaras dengan peneliti Inah (2014), responden pada penelitian ini responden yang
didapatkan hasil uji statisticterdapat korelasi berusia 17 tahun lebih banyak 73 (70,2%)
yang signifikan (p value 0,000 < 0,05), dan responden yang berusia 16 tahun
terdapat hubugan yang antara media sosial sebanyak 27 (26,0%), dan responden yang
dengan perilaku seksual pranikah pada berusia 18 tahun sebanyak 5 responden
remaja di SMKN X. (4,8%). Sebagian besar responden pada
Penelitian ini selaras dengan penelitian ini berjenis kelamin laki-laki lebih
penilitian Andriani, Harni, dkk (2016), yang banyak yaitu 75 responden (72,1%) dan
berjudul hubungan pengetahuan, akses media responden yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 29 responden (27,9%). Sebagian

153
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021
DOI: 10.36565/jab.v10i1.293
p-ISSN: 2655-9266
e-ISSN: 2655-9218

besar reponden mengunakan media sosial survey remaja yang melakukan seks.
WhatsApp secara postif sebanyak 46 Akbar, N. I. (2017). Adiksi pornografi pada
responden (44,2%) dan responden yang perilaku penyimpangan seksual anak.
mengunakan media sosial WhatsApp secara (studi kasus: empat kasus
negatif berkonten pornografi sebanyak 58 penyimpangan seksual anak yang
responden (55,8%). Sebagian besar ditangani oleh komnas anak). Skripsi:
responden yang melakukan perilaku seksual Program Studi Sosiologi, Universitas
berisiko sebanyak 58 responden (55,8%) Negeri Jakarta.
sedangkan perilaku seksual tidak berisiko Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
hanya 46 responden (44,2%). Hasil uji Indonesia (APJII). (2018).
statistik chi square didapatkan nilai p-value Penggunaan internet di indonesia.
sebesar0,040 <0,05 dapat disimpulkan bahwa Jakarta.
terdapat hubungan bermakna (signifikan) Azmiah Soebagijo. (2010). Pornografi di
antara penggunaan media sosial WhatsApp larang tapi di cari (G. Isani, Ed.).
berkonten pornografi terhadap perilaku Jakrata.
seksual berisiko pada remaja serta didapatkan BKKBN. (2017). Kesehatan reproduksi
nilai OR= 2,470 yang menunjukan bahwa remaja. Retrieved from
apabila pengunaan media sosial WhatsApp http://sdki.bkkbn.go.id/?lang=id
negatif berkonten pornografi maka remaja Dewi, Rostiana, M. (2020). Hubungan
memiliki kesempatan untuk berperilaku penggunaan smartphone dengan
seksual berisiko. perilaku seksual bebas pada remaja di
smk x gunung putri bogor. Jurnal
SARAN Kesehatan Kusuma Husada.
Hasil penelitian ini diharapkan Edelina Angwarmase. (2016). Paparan
dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya media hubungan dengan perilaku
untuk mencari variabel baru yaitu seksual pada remaja. Nursing News,
dorongan teman sebaya dalam mengakses Volume 1.
konten pornografi yang bisa mempengaruhi Faridah. (2018). Hubungan pengetahuan
pengunaan WhatsApp negatif sehinga status sosial ekonomi, pola asuh orang
berdampak buruk pada remaja untuk tua, paparan media pornografi dengan
melakuka perilaku seksual berisiko. Kepada perilaku seksual berisiko remaja.
orangtua yang memiliki anak usia remaja Program Studi Kebidanan Karawang,
agar lebih memberikan perhatian terkait Poltekkes Kemenkes Bandung.
penggunaan media sosial dan kepada remaja Hakiim Lukman. (2014). Fenomena
itu sendiri agar lebih cerdas dalam Pacaran Dunia Remaja. Pekan Baru-
penggunaan media sosial khususnya Riau: Zanafa Publishing.
WhatsApp. Hootsuite. (2019). Jumlah penggunaan
whatsApp di indonesia. Jakrata.
UCAPAN TERIMAKASIH Inah. (2014). Hubungan antara peran media
Ucapan terimakasih kepada Dosen, sosial dan peran orangtua dengan
Responden dan Keluarga dan sahabat yang perilaku seks berisiko pranikah pada
telah membantu dan mendukung dalam remaja kelas Xii di Smkn X. Stikes
penelitian ini Muhamdiya Program Serjana
Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA Indriyani. (2014). Buku ajar keperawatan
(BKKBN, 2013) Perilaku seksual berisiko maternitas: upaya promotif dan
remaja. Jakarta. preventif dalam menurunkan angka
(GTAS)), G. J. T. to A. survey. (2011). kematian ibu dan bayi. Yogyakarta:

154
Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021
DOI: 10.36565/jab.v10i1.293
p-ISSN: 2655-9266
e-ISSN: 2655-9218

Ar-Ruzz Media. media pornografi dan teman sebaya


irwan. (2017). Pacaran sehat perlikau tidak terhadap perilaku seks remaja
berisuko pada remaja. Jurnal Profesi kabupaten kudus. Profesi
Medika. Keperwatatan Akademik Keperawatan
Jonathan, M. (2018). Panduan tentang seks Krida Husada Kudus.
orangtua membicarakan seks dengan Rahmawati. (2012). Hubungan antara
anak. Jakarta: Gunung mulia. kecenderugan perilaku mengakses
Kemenkes RI. (2015). Sexual health situs porno dan religiusitas pada
reproductiv; situasi kesehatan remaja. Jurnal Stikes.
reproduksi remaja. In Pusat Data dan Reni Dwi Parihat. (2015). Perilaku berisiko
Informasi Kementerian Kesehatan RI. dan faktor kejadian seks pranikah
Komisi Perlindungan Anak Indonesia pada siswa/siswa sma sederajat di
(KPAI). (2018). Kasus pornografi & kota tangerang selatan.
kejahatan online. Sarwono. (2010). Pisikologi remaja.
Kusmiran, E. (2014). Kesehatan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Reproduksi Remaja dan Wanita. Sri Pujiati. (2016). Gambaran perilaku
Jakarta Selatan: Salemba Medika. pacaran di pondok pesanten putri
Mahmud dkk. (2016). Faktor-faktor yang semarang. Jurnal Unimas.Ac.Id.
berhubungan dengan perilaku seksual Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
remaja di kota padang. Jurnal Indonesia (SKRRI). (2011). Hasil
Kesehatan Andalas. survey kesehatan reproduksi remaja.
Maximilianus Dasril Samura, C. S. (2019). Jakarta.
Analisis pengaruh media internet Suwarni Linda, S. (2015). Inisiasi seks
terhadap perilaku penyimpangan pranikah remaja dan faktor yang
seksual pada remaja di Smp Negeri 4 mempengaruhi. Kesehatan
tebing tinggi. Jurnal Penilitian Masyarakat.
Kebidanan & Kespro. Tri Wanda Rismawan. (2014). Hubungan
Muhamad Wildan Sahidillah. (2019). antara keterpaparan pornografi
WhatsApp sebagai media literasi dengan perilaku seksual remaja SMAN
digital siswa. Varial Pendidikan, 13. (Studi pada pelajar SMA Negeri di
Nasrullah, R. (2017). Media sosial Kabupaten Jember).
perspektif komunikasi, budaya, dan We are Social & Hootsuite. (2019). Jumlah
sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Penggunaan Internet.
Rekatama Media. Yudrik Jahaja. (2011). Pisikologi
Word Health Organization(WHO). (2011). Perkembangan Remaja. Jakarta:
Seksual bebas pada remaja. Kharisma Putra Utama.
Pernita Hestin Untari. (2020). Jumlah Yuli, F. (2013). Hubungan pengetahuan
penggunaan media sosial whatsApp. status sosial ekonomi, pola asuh orang
Retrieved from WhatsApp pada gadget tua, paparan media pornografi dengan
mereka. perilaku seksual remaja.
Pujiati Eny. (2018). Pengaruh paparan

155

You might also like